ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN"

Transkripsi

1 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN Agus Sartono DS, Bambang Galung S ABSTRAK ROAD MAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TONfT AHUN ditujukan sebagai panduan pendirian pabrik bahan bakar untuk mendukung beroperasinya pembangkit listrik tenaga nuklir (PL TN). Beberapa skenario pendirian pabrik bahan bakar telah disiapkan dengan melakukan perhitungan yang digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan skenario terbaik dan paling mungkin dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek yang terkait. Beberapa aspek terkait yang menjadi bahan pertimbangan antara lain aspek teknis yang meliputi pemilihan lokasi pabrik, proses produksi, kapasitas produksi dan seleksi peralatan. Dari aspek pasar pertimbangan harga EB di dunia, pangsa pasar EB dan bahan bahan baku uranium, serta persaingan dengan pabrik EBN di dunia. Sedangkan aspek finansial dan ekonomi meliputi total biaya investasi permanen dan biaya produksi, penentuan BEP, NPV, IRR, dan ROI, juga dampak pad a pendapatan daerah dan nasional. Dari 4 (empat) skenario yang disiapkan yaitu dengan membangun fasilitas di gedung 65, merubah proses ADU menjadi AUK di fasilitas gedung 65, merubah proses ADU dengan proses IDR di gedung 65, dan pembangunan instalasi baru di semenanjung Muria, Jepara, disimpulkan pengembangan instalasi gedung 65 yang ada di Serpong dengan melakukan perubahan proses pembuatan uranium oksida dari proses ADU menjadi proses IDR merupakan pilihan yang terbaik. Kata kunci : Pabrik EBN, roadmap,pwr PENDAHULUAN Kebutuhan akan energi di Indonesia pada masa kini dan mendatang akan terus bertambah seiring dengan perkembangan industri yang ada. Konsumsi energi khususnya energi listrik pada sa at ini masih dipasok oleh pembangkit konvensional dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi dan batubara. Penggunaan bahan bakar yang tidak tergantikan tentunya akan membuat ketergantungan pad a pasokan bahan tersebut yang dapat meningkatkan gangguan dan efisiensi pada pembangkit, yang berujung pada ketidak stabilan pasokan energi listrik kepada pelanggan. Efek akan berlanjut pada kegiatan perekonomian yang tentunya terganggu. Selain semakin menurunnya cadangan minyak bumi dan batubara di dalam negeri, masalah transportasi juga menjadi kendala. Sebagian besar pembangkit listrik terdapat di pulau Jawa, sedangkan pasokan minyak bumi dan batubara berasal dari luar Jawa terutama dari Kalimantan. Transporatasi yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan tongkang, sedangkan operasional tongkang tersebut juga dipengaruhi oleh cuaca. Kendala lain adalah efsiensi dan masalah lingkungan yang pada sa at ini menjadi sorotan utama di masyarakat. Pembangkit konvensional secara umum terutama batubara mempunyai kecenderungan menghasilkan pencemar udara yang cukup berbahaya juga untuk lingkungan terutama air disekitar pembangkit tersebut berada. Keberadaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PL TN) diharapkan dapat menjadi alternative bagi pemasok energi listrik yang ramah lingkungan dengan tingkat bahaya yang rendah. Untuk mendukung keberadaan dan operasional PLTN tersebut tidak akan terlepas dari tersedianya pasokan elemen bakar nuklir yang digunakan sebagai pembangkit panas reaktor tersebut. Seiring dengan rencana dari pemerintah untuk membangun PLTN maka perlu dipersiapkan langkah-iangkah antisipasi untuk mendukung operasional PLTN tersebut. 111

2 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN ROADMAP PENDIRIAN PABRIK EBN Tujuan dari pembuatan roadmap ini adalah memberikan pandangan tentang aspek yang berpengaruh pada pendirian pabrik EBN. Sebelum melihat aspek yang dapat mempengaruhi, terlebih dahulu tentunya harus di buat sebuah skenario yang nantinya akan dipilih. Beberapa skenario telah disiapkan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan roadmap pembangunan pabrik EBN tersebut, yaitu : 1. PABRIK HANYA MEMBANGUN FASILITAS 01 GEOUNG 65, SERPONG Skenario ini dimungkinkan karena pada sa at ini telah ada sebuah fasilitas atau instalasi yang mengolah uranium sebagai bahan bakar dan juga fabrikasinya menjadi bahan bakar nuklir. Instalasi Elemen Bakar Eksperimental dalam desainnya digunakan untuk memproduksi bahan bakar nuklir jenis CIRENE dan telah memiliki lisensinya. Instalasi ini terdiri dari fasilitas pemurnian dan konversi dari yellow cake menjadi serbuk U02 derajat nuklir melalui proses AOU (Ammonium Oiuranat) dan mengolah uranium hingga perkayaan 5% dengan kapasitas 100 Kg/hari. Selain itu terdapat pula laboratorium fabrikasi elemen bakar nuklir yang mampu memproduksi bundel bahan bakar 3 bundel/hari, serta fasilitas kendali kualitas yang memadai. Karena jenis bahan bahar nuklir yang direncanakan berbeda, maka perlu dilakukan beberapa penyesuaian untuk mencapai kuantitas seperti yang direncanakan, dan beberapa peralatan fabrikasi untuk menunjang pembuatan bahan bakar jenis PWR tersebut. 2. PABRIK MEMBANGUN FASILITAS KONVERSI AUK DAN FABRIKASI 01 GEOUNG 65, SERPONG Hampir senada dengan scenario nomor 1, tetapi untuk proses di depan tidak menggunakan proses pembuatan AOU tetapi menggunakan jalur AUK (Ammonium Uranil Karbonat). Pemilihan jalur AUK ini dimaksudkan untuk mengurangi peralatan yang ada dan juga untuk meningkatkan kuantitas produksi yang dihasilkan. Oengan jalur AUK tidak diperlukan lagi peralatan spray dryer untuk memisahkan endapan dengan larutannya, karena sifat kristal AUK yang lebih besar dan massif sehingga lebih mudah disaring. Ukuran butir serbuk U02 yang dihasilkan dari proses AUK lebih homogen jika dibandingkan dengan serbuk U02 yang dihasilkan dari AOU, sehingga dapat mengurangi tingkat kegagalan dalam pembuatan pellet bahan bakar. 3. PABRIK MEMBANGUN FASILIT AS KONVERSI, lor DAN FABRIKASI 01 GEOUNG 65, SERPONG Skenario ini dimaksudkan untuk mengganti fasilitas proses konversi yang ada di instalasi elemen bakar eksperimental dengan fasilitas yang baru yaitu lor (Integrated Dry Route) sebuah peralatan yang lebih sederhana dan kompak untuk mengkonversi UF6 manjadi serbuk U02 dalam sebuah sistim peralatan. Dengan menggunakan IDR ini diharapkan kapasitas produksi serbuk U02 meningkat karena sistim IDR yang terpasang dapat lebih dari satu buah. Sedangkan untuk fabrikasi elemen bakar nuklir adalah sama dengan scenario 1 dan PABRIK MEMBANGUN FASILITAS KONVERSI IDR DAN FABRIKASI DI SEMENANJUNG MURIA, JEPARA Skenario ke empat ini merupakan pilihan jika kita akan membangun fasilitas yang baru dengan lokasi yang dekat dengan PLTN yang akan dibangun. Pada skenario ini fasilitas konversi yang dipilih adalah menggunakan jalur IDR dengan seluruh fasilitas fabrikasi elemen bakar dan unit kendali kualitas yang baru pula. Dengan memperhatikan skenario tersebut di atas, kemudian dihitung faktor ekonomi serta biaya yang diperlukan dan pengembalian modal, dapat dipilih skenario mana yang akan digunakan. Pengembangan selanjutnya adalah memperhatikan aspek yang berpengaruh untuk menentukan roadmap pembangunan pabrik tersebut, antara lain: 112

3 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ASPEK PASAR Aspek ini menjadi acuan dalam menentukan - HARGA ELEMEN BAKAR skenario mana yang baik untuk dilanjutkan Dari perhitungan terdahulu (2) diperlihatkan bahwa harga EB untuk skenario 3 dan 4 menunjukan harga yang relatife sama yaitu US$ untuk tiap berkas bahan bakar, sedangkan harga elemen bakar di dunia telah mencapai harga US$ Dengan melihat perbedaan harga tersebut tentunya dapat dimengerti apabila dikemudian hari pada sa at PLTN beroperasi akan menggunakan elemen bakar yang diproduksi di dalam negeri karena mempunyai perbedaan harga yang cukup signifikan, dan tentunya akan menurunkan biaya produksi pembangkitan. - POSISI PERSAINGAN DENGAN PABRIK EB DI DUNIA Sebagian besar pabrik elemen bakar nuklir di dunia telah beroperasi dalam waktu yang cukup lama, sehingga dapat dipahami jika dengan semakin bertambahnya usia pabrik tentunya akan menambah biaya produksi pabrik tersebut dengan penggantian peralatan yang baru. Dengan adanya penggantian tersebut dapat dimungkinkan harga jual elemen bakar nuklir akan menjadi lebih tinggi. Dengan mengambil keuntungan dari situasi tersebut tentunya pemilihan produsen elemen bakar menjadi lebih longgar dan kesempatan untuk bersaing dengan produsen lain di dunia menjadi terbuka. - PANGSA PASAR EB DUNIA Penjualan produk tentunya menjadi hal yang harus mendapat perhatian serius demi kelangsungan sebuah pabrik. Saat ini diseluruh dunia telah beroperasi reaktor jenis PWR sebanyak 268 buah PLTN, sedangkan hingga tahun 2013 terdapat 29 buah PLTN baru yang akan beroperasi dan ditambah 5 PLTN baru jenis PWR dan APWR dalam tahap perencanaan. Dengan jumlah reaktor yang demikian tentunya dapat diperhitungkan kebutuhan bahan bakar untuk tiap tahunnya, sehingga peluang untuk memasarkan elemen bakar yang diproduksi tentunya masih terbuka. - PANGSA BAHAN BAKU URANIUM Produksi uranium di dunia pad a saat ini mencapai 32 ton uranium yang diproduksi dari beberapa negara penghasil tam bang uranium, sedangkan cadangan yang tersedia menurut data adalah sebanyak 7742 ton uranium. Dengan cadangan sebesar itu tentunya pasokan uranium untuk bahan bakar cukup terjamin dan aman, ditambah dengan cadangan dalam negeri yang hingga sa at ini masih terus dilakukan inventarisasinya. ASPEK.TEKNIK Aspek teknik menjadi salah satu bahan pertimbangan yang akan menentukan kegiatan pembangunan pabrik elemen bakar tersebut, yaitu : - LOKASI PABRIK Pemilihan lokasi di mana pabrik elemen bakar nuklir tersebut akan dibangun tentunya menjadi bahan pertimbangan, studi tapak dan faktor lingkungan tentunya menjadi topik bahasan yang harus diyakini sebelum diputuskan. Lokasi pabrik yang dekat dengan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja yang trampil, dan juga fasilitas pendukung lainnya tentunya akan menjadi masukan untuk menentukan pilihan pabrik yang akan dibangun dan juga kapasitasnya. - PROSES PRODUKSI Pemilihan proses produksi yang akan digunakan tentunya akan mempengaruhi pada jumlah peralatan yang digunakan. Sebuah produk yang dihasilkan dari proses yang rumit dengan peralatan yang banyak tentunya akan menambah beban produksi, dan hal ini tentunya tidak diinginkan oleh produsen. Jalur produksi yang pendek dengan tingkat kegagalan rendah dan hasil yang baik tentunya akan menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan proses produksi. Dengan jalur produksi yang oendek tentunya akan dapat memangkas biaya produksi yang diperlukan. 113

4 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN KAPASIT AS PRODUKSI Kapasitas produksi tentunya akan disesuaikan dengan kebutuhan, kapasitas terpasang dipergunakan untuk mengantisipasi perkembangan yang mungkin terjadi dengan bertambahnya jumlah pembangkit yang beroperasi dan memerlukan bahan bakar. Pemilihan kapasitas produksi tentunya juga juga akan berpengaruh terhadap luas bangunan yang diperlukan, karena peralatan yang digunakan tentunya juga akan berbeda dengan kapasitas yang lebih rendah. - SELEKSI PERALATAN Penggunaan peralatan yang mempunyai kemampuan tinggi tentunya akan membebani ongkos investasi, jika seleksi peralatan yang digunakan dapat memberikan hasil yang lebih baik terutama dalam kualitas dan tingkat kegagalan produksi yang rendah, tentunya dapat menjadi bahan pertimbangan. Peralatan dengan harga yang rendah dan menghasilkan kualitas produk yang tinggi, tentunya menjadi pilihan sehingga dapat menekan ongkos investasi. Kemudahan mendapatkan komponen pengganti juga menjadi pertimbangan dalam seleksi peralatan tersebut. ASPEK FINANSIAL DAN EKONOMI - TOTAL BIAYA INVESTASI PERMAN EN Total biaya investasi permanen merupakan modal yang harus disiapkan oleh produsen untuk. membangunpabrik elemen bakar tersebut. Dari 4 skenario yang disiapkan besarnya biaya investasi permanen, skenario nomor 3 lebih rendah dari skenario nomor 4 dengan total biaya investasi permanen sebesar US$ 149 juta, sedangkan scenario nomor 4 dengan pembangunan total pabrik baru sebesar US$ 167 juta. - BIAYA PRODUKSI Biaya produksi tentunya menjadi pertimbangan apakah sebuah pabrik tersebut layak dioperasikan atau tidak. Dengan biaya yang tinggi tentunya akan membebani sistim keuangan dari pabrik tersebut untuk dapat beroperasi. Dari 4 skenario yang disiapkan, scenario nomor 3 ternyata menghasilkan perhitungan biaya produksi yang paling rendah yaitu US$ 1257 juta. Diharapkan dengan biaya sebesar itu produksi masih dapat berjalan dan keuntungan yang diperoleh juga tinggi. - BIAYA DEKOMISIONING Biaya dekomisioning terntunya menjadi beban keuangan dalam setiap instalasi nuklir. Untuk peralatan yang sudah tidak digunakan lagi, maka perlu dilakukan dekomisioning hingga peralatan tersebut aman jika dilepas kelingkungan. Besarnya biaya dekomisioning untuk skenario 3 ternyata lebih rendah dari scenario lainnya untu lokasi gedung yang sama yaitu sebesar US$ 138 juta dan ini lebih rendah dari skenario 1 sebesar US$ 165 juta. - PERHITUNGAN BEP DSB Perhitungan pengembalian balik modal (BEP) merupakan salah satu parameter layak tidaknya sebuah pabrik tersebut dibangun. Untuk sebuah pabrik dengan kapasitas tertentu apabila dihitung dan menghasilkan BEP yang cukup jauh, maka perlu diperhitungkan kembali kelayakan pabrik tersebut. Dari perhitungan untuk skenario nomor 3 diperoleh angka BEP : 18,5 %, IRR : 22,23 %, ROI : 24,57 % dan NPV sebesar US$ 153 juta. Angka tersebut menunjukkan bahwa skenario nomor 3 masih layak untuk diaplikasikan dan pembangunan pabrik elemen bakar dapat diteruskan. - DAMPAK PADA PENDAPATAN NASIONAUDAERAH DAN KESEMPATANKERJA Dengan dibangunnya pabrik bahan bakar nuklir tersebut tentunya akan berdampak pad a pendapatan daerah terutama dari sektor pajak, penurunan tingkat pengangguran karena 114

5 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 terserapnya tenaga kerja ke dalam pabrik tersebut, serta berkembangnya sektor perekonomian lainnya yang menjadi pendukung operasi pabrik tersebut. Secara grafis roadmap pendirian pabrik bahan bakar nuklir ini seiring dengan pembangunan PLTN yang direncakan seperti pada gambar berikut : Dari gambar di atas terlihat bahwa roadmap pembangunan pabrik bahan bakar nuklir ini seiring dengan rencana pembangunan PLTN yang dimulai pad a tahun 2000 hingga tahun Dokumen pra-studi kelayakan pembangunan pabrik bahan bakar nuklir telah diterbitkan, tinggal menunggu kesiapan dari dokumen-dokumen berikutnya yang mendukung pembangunan tersebut. KESIMPULAN Mengacu pada dokumen pra-studi kelayakan pend irian pabrik bahan bakar nuklir, dan melihat beberapa spek yang berpengaruh, maka skenario nom or 3 dipandang layak untuk diaplikasikan serta jika mengikuti roadmap di atas, tentunya msih banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. DAFT AR PUST AKA [1] SUSANTO, B.G., Dokumen Pra-Studi Kelayakan Pabrik elemen Bakar Nuklir di Indonesia, PTBN,2009 [2] A.NUGROHO, et.al.,pltn: Faktor Pencemaran Lingkungan dan Gangguan Kesehatan, Internet,

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009 ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009 Sri Wahyuningsih ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009. Pemantauan radioaktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Asminar ABSTRAK ANALISIS KANDUNGAN PENGOTOR DALAM PELET U02 SINTER. Telah dilakukan analisis pengotor

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 800

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 800 ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 800 Noor Yudhi ABSTRAK PERBAIKAN DAN UJI FUNGSI SUB SISTEM SEKSI 800, telah dilakukan perbaikan alat tunggal

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES REDUKSI HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UOz

OPTIMASI PROSES REDUKSI HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UOz Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 OPTIMASI PROSES REDUKSI HASIL OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UOz Ratih Langenati, Ngatijo, Lilis Windaryati, Agus Sartono, Banawa Sri Galuh, Mahpudin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak menaiknya harga minyak mentah dunia maupun harga gas alam sebagai sumber bahan bakar, seluruh upaya dilakukan untuk mencari dan mengembangkan alternatif sumber

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia. Energi nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK Ngatijo, Rahmiati, Asminar, Pranjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK. Telah dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan energi listrik, seperti saat kita berangkat dari rumah untuk bekerja, kuliah, rekreasi, acara keluarga ataupun

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

INDUSTRI BAHAN BAKAR NUKLIR DI DUNIA

INDUSTRI BAHAN BAKAR NUKLIR DI DUNIA INDUSTRI BAHAN BAKAR NUKLIR DI DUNIA RINGKASAN Seiring dengan perubahan perencanaan pembangunan PLTN baru dan liberalisasi pasar pembangkit listrik di dunia, kecenderungan penggabungan industri-industri

Lebih terperinci

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS KETUK SERBUK URANIUM OKSIDA HASIL PROSES OKSIDASI REDUKSI PELET U02 SINTER

PENENTUAN DENSITAS KETUK SERBUK URANIUM OKSIDA HASIL PROSES OKSIDASI REDUKSI PELET U02 SINTER PENENTUAN DENSITAS KETUK SERBUK URANIUM OKSIDA HASIL PROSES OKSIDASI REDUKSI PELET U02 SINTER Banawa Sri Galuh, Asminar, Rahmiati ABSTRAK PENENTUAN DENSITAS KETUK SERBUK URANIUM OKSIDA HASIL PROSES OKSIDASI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir

Lebih terperinci

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri dan teknologi sangat menunjang kebijakan yang telah disusun pemerintah. Salah satu kebijakan

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 700

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 700 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 700 R. Suryadi ABSTRAK PERBAIKAN DAN UJI FUNGSI SUB SISTEM SEKSI 700. Merujuk pada program kerja B3N-PTBN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Premium merupakan jenis bahan bakar minyak yang digunakan pada sektor transportasi, khususnya transportasi darat baik itu digunakan pada kendaraan pribadi maupun kendaraan

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM Torowati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PENGARUH KANDUNGAN URANIUM

Lebih terperinci

EKSTRAKSI STRIPPING URANIUM MOLIBDENUM DARI GAGALAN PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET

EKSTRAKSI STRIPPING URANIUM MOLIBDENUM DARI GAGALAN PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET BATAN B-68 EKSTRAKSI STRIPPING URANIUM MOLIBDENUM DARI GAGALAN PRODUKSI BAHAN BAKAR REAKTOR RISET Ghaib Widodo PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR, Kawasan Puspiptek, Serpong 15314 Oktober 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM YELLOW CAKE DARI LIMBAH PUPUK FOSFAT SECARA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM Asminar, Rahmiati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 20 Serpong Tangerang

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan

Lebih terperinci

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT ISSN 1979-2409 Proses Re-Ekstraksi Uranium Hasil Ekstraksi Yellow Cake Menggunakan Air Hangat dan Asam Nitrat (Torowati, Pranjono, Rahmiati dan MM. Lilis Windaryati) PRSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Isu energi merupakan isu yang sedang hangat diperdebatkan. Topik dari perdebatan ini adalah berkurangnya persediaan sumber-sumber energi terutama sumber energi berbasis

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 600

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 600 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 600 Yatno Dwi AS, Aminhar ABSTRAK PERBAIKAN DAN UJI FUNGSI SUB SISTEM SEKSI 600. Telah dilakukan perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 2. Matriks SWOT Kearns

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 2. Matriks SWOT Kearns BAB IV PEMBAHASAN 4.1. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN Penelitian ini menggunakan studi kasus dari beberapa negara pengguna nuklir. Dimana negara-negara tersebut selain menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Oleh : Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kalimantan Barat Pada Acara Seminar dan Workshop MKI Wilayah Kalimantan Barat 2013 Pontianak. 13 Maret

Lebih terperinci

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 BUKU III Biro Peraturan Perundang-undangan, Humas dan Tata Usaha Pimpinan BKPM 2015 DAFTAR ISI 1. PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Posisi Energi Fosil Utama di Indonesia ( Dept ESDM, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Posisi Energi Fosil Utama di Indonesia ( Dept ESDM, 2005 ) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor energi memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan karena segala aktivitas manusia membutuhkan pasokan energi, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin berkembang menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat sehari-hari seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 62-68 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan Teguh Prayudi Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan energi nasional sebagai blue print bagi penggunaan berbagai macam energi pada tahun 2025 untuk mengamankan pasokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

PEMUNGUTAN URANIUM DARI LIMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN

PEMUNGUTAN URANIUM DARI LIMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN PEMUNGUTAN URANIUM DARI LIMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN Torowati ABSTRAK PEMUNGUTAN URANIUM DARI LlMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN. Dalam proses di laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat ini karena dapat menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin, minyak tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari BPPT (2013) dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk antara berupa aluminium sulfat. Aluminium sulfat termasuk dalam heavy chemical industy yang memegang

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk antara berupa aluminium sulfat. Aluminium sulfat termasuk dalam heavy chemical industy yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Proses industrialisasi ditandai dengan banyaknya pabrik yang berdiri disuatu tempat. Selain dapat menyerap tenaga kerja juga dapat menambah pendapatan

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi ABSTRAK Ketergantungan pembangkit listrik terhadap sumber energi seperti solar, gas alam dan batubara yang hampir mencapai 75%, mendorong dikembangkannya energi terbarukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pemanfaatan listrik telah demikian luas. Mulai dari aktifitas rumah tangga hingga aktifitas perindustrian, semuanya membutuhkan listrik. Kebutuhan ini, dalam kenyataannya,

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang ABSTRAK PENGUKURAN

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dry ice merupakan karbon dioksida padat yang mempunyai beberapa kegunaan, diantaranya yaitu pengganti es batu sebagai pengawet pada industri perikanan, untuk membersihkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sebuah negara besar yang sedang berkembang, konsumsi energi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk konsumsi energi listrik. Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perekonomian dalam negeri mengalami perbaikan pada tahun 2010 ini. Fenomena pertumbuhan ekonomi negara yang terus bergerak naik serta dukungan pemerintah terhadap iklim

Lebih terperinci

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU TUGAS AKHIR ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU Disusun : HENDRO DWI SAPTONO NIM : D 200 050 116 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MEI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan nasional mutlak dimiliki setiap negara yang berdaulat. Salah satu faktor penentu pencapaian ketahanan nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kebutuhan akan bahan bakar. Pentingnya bahan bakar minyak maupun bahan bakar yang berbentuk gas dalam kehidupan

Lebih terperinci

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian 12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Selama ini manusia bergantung pada energi yang berasal dari minyak bumi untuk menjalankan sistem transportasi

Lebih terperinci

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 TAHUN 2000 TANGGAL 18 DESEMBER 2000 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR JENIS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat ini sedang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat ini sedang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat ini sedang meningkatkan pembangunan di sektor industri. Industri kimia merupakan salah satu industri

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam pengembangan suatu kota, lahan memiliki peranan yang sangat penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas perkotaan yang kompleks. Karakter

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan bahan bakar fosil ini semakin meningkat

Lebih terperinci

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN ISOTOP CS-137 DALAM BAHAN BAKAR U3Sh PASCA IRRADIASI

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN ISOTOP CS-137 DALAM BAHAN BAKAR U3Sh PASCA IRRADIASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN ISOTOP CS-137 DALAM BAHAN BAKAR U3Sh PASCA IRRADIASI Dian Anggraini, Arif N., Noviarty ABSTRAK KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN ISOTOP CS-137 DALAM BAHAN BAKAR U3Si2 PASCA IRRADIASI.

Lebih terperinci

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : M. Taufik Adraen Sekretariat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 101 Kupang Telp/fax. (0380)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan harapan. Peluang yang cukup baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton) A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan bentuk pohon batang lurus. Bagian yang dipanen dari tanaman karet adalah getah atau lateks. Lateks tanaman karet banyak digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR ISSN 1979-2409 Analisis Unsur Pb, Ni Dan Cu Dalam Larutan Uranium Hasil Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar Nuklir (Torowati, Asminar, Rahmiati) ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, posisi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan serta sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam penelitian.

Lebih terperinci

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada) 1 Formatted: Font: 10 pt, Italic, FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR Formatted: Not Different first page Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI

STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING PEB U3Sh-AL TMU RENDAH - TINGGI PRA IRADIASI Martoyo, Nusin Samosir, Suparjo, dan U. Sudjadi ABSTRAK STUDI TENTANG KEKERASANCLADDING

Lebih terperinci