BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan. Subyek penelitian ini meliputi ketua kelompok kerja prakerin, guru pembimbing, dan instruktur di instusi pasangan yang semuanya berjumlah 29 orang. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) kesiapan pelaksanaan prakerin yang meliputi kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing, 2) kesiapan fasilitas praktik di dunia usaha/industri, 3) pelaksanaan Prakerin di dunia usaha/industri, 4) pelaksanaan monitoring, 5) pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi, dan 6) pelaksanaan evaluasi. Kesiapan pelaksanaan prakerin yang meliputi kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan hal pokok penggerak utama berjalannya program. Organisasi dalam prakerin sebagai penggerak utama berjalannnya program. Organisasi dibentuk oleh kepala sekolah selaku pemimpin utama. Organisasi prakerin biasanya diisi oleh guru produktif atau beberapa guru yang lain. Administrasi dalam prakerin diperlukan sebagai suatu penunjang utama dalam proses kegiatan. 74

2 75 Administrasi ini dapat berupa perizinan, pembuatan surat tugas, buku panduan, surat pengantar, pengarsipan, dll. Kesiapan biaya merupakan salah satu hal pokok yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan prakerin. Biaya ini digunakan untuk operasional pelaksanaan program, monitoring, pembuatan buku panduan, pembuatan kenang-kenangan industri, dll. Selain bersumber dari alokasi dana sekolah hendaknya pembiayaan prakerin juga dapat dialokasikan dari sponsor atau pihak lain yang tidak terikat. Program kerja merupakan salah satu hal pokok yang perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi dalam pelaksanaannya. Dalam sebuah kegiatan, program kerja memuat apa saja hal yang akan dilaksanakan dalm kegiatan tersebut. Prakerin merupakan salah satu kegiatan untuk siswa dalam rangka beberapa tujuan tertentu. Guru pembimbing merupakan salah satu unsur dalam prakerin yang ikut mempengaruhi keberhasilan prakerin. Guru pembimbing gharus dapat membimbing siswanya di industri berkaitan dengan pencapaian tujuan prakerin, penyelesaian hambatan yang dialami, penyelesaian penugasan, dll. Berkaitan dengan tugas guru pembimbing tersebut tentunya guru pembimbing harus menguasai konsep prakerin, mempunyai pengetahuan yang luas tentang iklim di DU/DI, dan mempunyai jadwal bimbingan pada siswanya. Selain itu faktor pengalaman dan kualifikasi pendidikan juga turut mempengaruhinya. Fasilitas praktik di DU/DI yang memadai sesuai yang dibutuhkan di DU/DI akan memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembentukan karakter calon tenaga kerja yang profesional di bidangnya akan

3 76 semakin mudah, begitu juga sebaliknya apabila fasilitas yang terdapat dalam DU/DI kurang memadai maka siswa akan terhambat dalam menguasai kompetensi yang disyaratkan. Kegiatan di DU/DI yang dilaksanakan oleh siswa pada dasarnya merupakan keahlian kompetensi industri yang belum didapatkan di sekolah. Pokok dari pelaksanaan prakerin adalah membentuk iklim kerja pada peserta didik melalui berbagai ketrampilan tambahan di industri sehingga ketika lulus nanti sudah memiliki gambaran tentang iklim kerja di DU/DI. Monitoring merupakan salah satu upaya untuk mengetahui proses pelaksanaan prakerin di DU/DI diantaranya adalah keterlaksanaan program, sikap dan perilaku siswa, hambatan yang ada, sarana dan prasarana di DU/DI, dll. Monitoring dilaksanakan pada saat siswa melaksanakan PSG di dunia usaha/industri oleh guru pembimbing secara periodik. Hasil dari pelaksanaan monitoring sebagai salah satu bahan dalam pelaksaanaan evaluasi pelaksanaan prakerin. Uji kompetensi merupakan salah satu media untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi tertentu. Uji kompetensi ini perlu dilaksanakan oleh industri sebagai pihak yang telah mengetahui kemampuan siswa selama prakerin. Sedangkan sertifikasi diberikan pada siswa yang telah dinyatakan lulus uji kompetensi sebagai pengakuan tertulias atas kompetensi yang telah dikuasainya. Pada dasarnya evaluasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dan perlu dilakukan dalam setiap program kerja. Evaluasi merupakan

4 77 suatu langkah untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program dengan yang telah direncanakan, hambatan yang ada, masukan atau saran, dan tindak lanjutnya. Deskripsi data hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kesiapan pelaksanaan prakerin Pelaksanaan prakerin menuntut dipersiapkannya kondisi-kondisi yang memungkinkan prakerin dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya di DU/DI. Kesiapan yang diperlukan diantaranya adalah kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing. a. Kesiapan administrasi dan organisasi Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan hal pokok penggerak utama berjalannya program. Administrasi yang tertib dan sesuai dengan petunjuk yang ada akan memperlancar dalam proses persiapan pelaksanaan Prakerin. Begitu juga dengan pengorganisasian dalam menempatkan sumber daya manusia (SDM) yang tepat dan kompeten di bidangnya masing-masing akan meningkatkan kualitas program yang dibuat. Variabel kesiapan administrasi dan organisasi terdiri dari 18 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek pembentukan organisasi dan penunjukan personil, aspek pelaksanaan surat menyurat, dan aspek

5 78 pemetaan DU/DI. Hasil pengisian instrumen oleh ketua pokja prakerin dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Hasil Penelitian Kesiapan Administrasi dan Organisasi Variabel Aspek Kesiapan Jumlah Butir Nomor Butir pada Instrumen 1-3, 5-8 Prosen -tase (%) Kesiapan 1. Pembentukan 7 100% administrasi organisasi dan dan organisasi penunjukan personil pengelola Prakerin 2. Pelaksanaan surat ,5% menyurat/kesekretari atan 3. Pemetaan DU/DI 3 4, % Rata-rata 87,5% Tabel 5. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan administrasi dan organisasi prakerin mencapai rata-rata 87,5% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dari beberapa aspek kesiapan administrasi dan organisasi, dua aspek diantaranya telah memenuhi kesiapan 100% yaitu aspek pembentukan organisasi dan administrasi dan aspek pemetaan DU/DI. Sedangkan untuk aspek pelaksanaan surat menyurat baru mencapai tingkat kesiapan 62,5% masuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dan data instrumen terbuka dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut : 1) Personil kelompok kerja prakerin terdiri dari WKS 4 bidang Humas selaku penanggung jawab program, Ketua Pokja, sekretaris, bendahara dari unsur guru, dan semua Ketua

6 79 Kompetensi Keahlian (K3). Sedangkan pembimbing siswa berasal dari guru produktif yang direkomendasikan oleh K3. Untuk pembimbing tidak masuk dalam kelompok kerja. 2) Tidak diterbitkan buku panduan untuk pembimbing dikarenakan peserta sudah diberikan buku panduan agenda kegiatan, sehingga penduan pembimbingan, penilaian, dan agenda kegiatan terintegrasi menjadi satu dengan buku panduan siswa. 3) Pelaksanaan surat menyurat tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya dikarenakan ada beberapa DU/DI yang dikategorikan berskala kecil. 4) Pemilihan lokasi DU/DI sebagian besar berada di sekitar SMK 3 Pacitan dalam hal ini area Kabupaten Pacitan, sedangkan yang berada di luar Pacitan hanya terdapat beberapa saja. Dari 27 lokasi DU/DI yang digunakan, 16 lokasi berada di dalam Pacitan, sedangkan 11 lokasi tersebar di luar Pacitan yaitu Ponorogo 2 lokasi, Sukoharjo 5 lokasi, Wonogiri 2 lokasi, Yogyakarta 1 lokasi, dan Tangerang 1 lokasi. Persebaran lokasi yang sebagian besar berada di dalam Pacitan dikarenakan sebagian besar siswa memilih untuk mencari lokasi di dalam Pacitan. Selain itu faktor kesiapan mental untuk mencari tantangan baru di luar Pacitan juga masih sangat rendah. Padahal lokasi DU/DI di area Pacitan yang termasuk menengah keatas sangat sedikit bahkan hanya beberapa saja.

7 80 5) Sekolah menetapkan kriteria untuk lokasi yang akan digunakan untuk prakerin, diantaranya adalah surat balasan kesanggupan dari DU/DI, bergerak dalam bidang jasa/produksi sesuai program keahlian, memiliki fasilitas sarana dan prasaranaa yang memadai, jumlah siswa yang berada dalam satu DU/DI tidak terlalu banyak. Semua kriteria tersebut akan disurvei oleh guru pembimbing atau koordinator wilayah. Hasil kategori penilaian kesiapan admnistrasii dan organisasi yang disajikan pada tabel 5. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Prosentase 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 100% 62,50% 100% Aspek-aspek Kesiapan Administrasi dan Organisasi Aspek Pembentukan Organisasi dan Penunjukan Personil Prakerin Aspek Surat- an menyurat/kesekretariat Pemetaan DU/DI Gambar 2. Diagram Batang Kesiapan Administrasi dan Organisasi

8 81 b. Kesiapan biaya Variabel kesiapan biaya terdiri dari 5 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek sumber biaya, aspek pengelolaan biaya, dan aspek pelaporan. Data kesiapan biaya diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 6. Hasil Penelitian Kesiapan Biaya Variabel Aspek penilaian Jumlah Butir Kesiapan Biaya 1. Sumber biaya pelaksanaan Prakerin 2. Pengelolaan biaya Prakerin 3. Pelaporan Nomor Butir pada Instrumen Prosentase (%) 50% 100% 100% Rata-rata 83,33% Tabel 6. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan pembiayaan prakerin mencapai rata-rata 83,33% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Aspek pengelolaan biaya dan pelaporan mencapai tingkat kesian sangat tinggi yaitu 100%, sedangkan aspek sumber pembiayaan baru mencapai tingkat sedang (50%). Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut : 1) Biaya operasional untuk pelaksanaan Prakerin ini diambilkan dari dana Komite dan dana BOS yang meliputi pembuatan buku

9 82 agenda, surat menyurat, monitoring, evaluasi, pemetaan DU/DI, pelaporan, pembuatan kenang-kenangan untuk DU/DI. Sedangkan biaya yang menyangkut dengan kebutuhan siswa seperti biaya hidup, biaya transportasi, dll ditanggung sepenuhnya oleh siswa. Namun apabila ada siswa yang kurang mampu ekonominya akan dibantu yang teknisnya dibahas bersama dengan bendahara sekolah dan bendahara pokja. 2) Sumber biaya masih dari dana BOS dan Komite, untuk pencarian sponsor dalam bentuk uang belum dilakukan karena kerjasama sponsor biasanya langsung pada DU/DI terkait yang termasuk dalam DU/DI menengah keatas. Biasanya DU/DI tersebut berani memberikan fasilitas lebih pada siswa yang melaksanakan prakerin di tempatnya. 3) Pelaporan hanya disampaikan pada Kepala Sekolah selaku pimpinan UPT SMK 3 Pacitan karena sumber pembiayaan berasal dari sekolah. Hasil kategori penilaian kesiapan biaya yang disajikan pada tabel 6. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

10 83 100% 80% 100% 100% Aspek Sumber Biaya Pelaksanaan Prakerin Prosentase 60% 40% 50% Aspek Pengelolaan Biaya 20% Aspek Pelaporan 0% Aspek-aspek Kesiapan Biaya Gambar 3. Diagram Batang Kesiapan Biaya c. Kesiapan pengelolaan program Variabel kesiapan pengelolaan program terdiri dari 8 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek pembekalan siswa, aspek koordinasi pelaksanaan program, dan aspek sosialisasi pada peserta. Data kesiapan pengelolaan program diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 7. Hasil penelitian kesiapan pengelolaan program Variabel Aspek penilaian Jumla h Butir Kesiapan Pengelolaan Program Rata-rataa 1. Pembekalan siswa 2. Koordinasi pelaksanaan Prakerin 3. Sosialisasi kepada siswa peserta Prakerin Nomor Butir padaa Instrumen 1, ,4,7-8 Prosentase (%) 50% 50% 100% 66,66%

11 84 Tabel 7. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan pengelolaan program prakerin mencapai rata-rata 66,66% termasuk dalam kategori tinggi. Aspek sosialisasi pada peserta mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%, sedangkan aspek pembekalan peserta dan koordinasi pelaksanaan baru mencapai tingkat sedang (50%). Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut : 1) Peserta diberikan pembekalan sebelum penerjunan ke DU/DI. Dalam pembekalan disampaikan mengenai gambaran umum prakerin, agenda kegiatan, sistem penilaian, dan pelaporan. Di samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara umum disampaikan oleh ketua pokja dan K3. Namun dalam pelaksanaan pembekalan ini belum dapat menghadirkan perwakilan dari pihak DU/DI untuk memberikan penjelasan singkat mengenai gambaran iklim kerja, tata tertib, hak dan kewajiban, dll di DU/DI. 2) Dalam pelaksanaan rapat koordinasi baru dilaksanakan intern pokja dan belum mengundang pihak DU/DI secara langsung untuk dapat memberikan saran dan masukan pelaksanaan prakerin. 3) Pembekalan secara teknis diserahkan pada masing-masing pembimbing siswa.

12 85 Hasil kategori penilaian kesiapan pengelolaann program yang disajikan pada tabel 7. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: 100% 100% Prosentase 80% 60% 40% 50% 50% Aspek Pembekalan Siswa Aspek Koordinasi Pelaksanaan Prakerin Aspek Sosialisasi pada Peserta 20% 0% Aspek-aspek Kesiapan Pengelolaan Program Gambar 4. Diagram Batang Kesiapan Pengelolaann Program d. Kesiapan Guru Pembimbing Variabel kesiapan guru pembimbing terdiri dari 15 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek informasi prakerin, konsep prakerin, pengalaman industri, keterlibatan dengan organisasi pokja maupun kegiatan kesiswaan, dan prosedur program bimbingan. Data pelaksanaan kesiapan guru pembimbing diperoleh dari pembimbing prakerin program keahlian Teknologi Kendaraan Ringan (TKR) sebanyak 7 orang. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan dataa lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

13 86 Aspek penilaian 1. Mendapatkan informasi tentang Prakerin 2. Mengetahui konsep Prakerin 3. Pengalaman industri 4. Keterlibatan dalam organisasi Prakerin maupun kegiatan kesiswaan 5. Prosedur belajar mengajar pada Prakerin Tabel 8. Hasil Penelitian Kesiapan Pembimbing Prosentase (%) Res-1 Res-2 Res-3 Res-4 Res-5 Res ,67 66, , ,33 33,33 66, ,67 66, , ,67 66, Res Rata-rata tiap Aspek % ,43 76,19 95,24 Rata-rata tiap Responden 86,67 93,33 66,67 93,33 93,33 86, Rata-rata 88,57% Tabel 8. menunjukkan data kesiapan pembimbing dalam pelaksanaan Prakerin di SMK 3 Pacitan. Rata-rata mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 88,57%. Sedangkan dari rata-rata masing-masing pembimbing diperoleh tingkat kesiapan mencapai tingkat sangat tinggi yaitu di atas 80%. Untuk masing-masing aspek kesiapan, pada aspek mendapatkan informasi tentang prakerin semua pembimbing telah mendapatkan informasi tersebut. Dari hasil wawancara dan instrumen terbuka informasi didapatkan dari ketua pokja, K3, kepala sekolah, dan Humas. Pada aspek mengetahui konsep prakerin semua pembimbing juga telah mengetahui konsep tersebut. Hal itu ditunjukkan dengan

14 87 mendapatkan tingkat kesiapan sangat tinggi (100%). Berdasarkan wawancara dan pengisian angket, disebutkan konsep prakerin diantaranya adalah sebagai latihan siswa untuk mengetahui iklim kerja di DU/DI, sistem pembelajaran ganda selain disekolah, mengaplikasikan ketrampilan yang sudah didapatkan di sekolah dalam kerja nyata, menanamkan sikap dan mental kerja, dan melatih diri untuk bersiap menghadapi persaingan global. Pada aspek pengalaman industri, baru mencapai tingkat kesiapan 71,43% yaitu kategori tinggi. Namun dari data yang diperoleh, ada beberapa pembimbing yang belum pernah magang di industri karena setelah lulus sarjana langsung menjadi guru. Ada juga yang sebelum menjadi guru menjadi salah satu bagian di dunia industri. Selain itu ada beberapa pembimbing juga yang belum pernah mengadakan kunjungan industri. Industri yang dimaksud adalah industri berskala menengah ke atas sehingga dapat belajar untuk masalah manajemennya. Pada aspek keterlibatan di pokja maupun kegiatan kesiswaan mencapai tingkat kesiapan tinggi yaitu 76,19%. Sebagian besar terlibat dalam pokja meskipun tidak masuk di dalam SK Pokja. Keterlibatan yang dimaksud adalah dalam hal rapat koordinasi. Ada beberapa pembimbing yang selain menjadi guru pembimbing prakerin juga menjadi pembimbing kesiswaan seperti Pramuka, OSIS, Futsal, dan PMR. Pada aspek prosedur pembelajaran mencapai

15 88 tingkat kesiapan 95,24% masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari tujuh pembimbing yang ada hanya 1 pembimbing yang tingkat kesiapannya baru mencapai 66,67%. Hal yang belum terlaksana adalah melakukan pertemuan dengan siswa sebelum pelaksanaan prakerin. Hasil kategori penilaian kesiapan guru pembimbing pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 8. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: 100% 90% 80% 70% 100% 100% 76,19% 71,43% 95,24% Aspek Mendapatkan Informasi tetang Prakerin Aspek Mengetahui Konsep Prakerin Prosentase 60% 50% 40% Pengalaman Industri 30% 20% 10% 0% Aspek-aspek Kesiapan Guru Pembimbing Keterlibatan dalam pokja maupun kegiatan kemahasiswaaan Prosedur Bimbingan Prakerin Gambar 5. Diagram Batang Kesiapan Guru Pembimbing tiap Aspek 2. Kesiapan Fasilitas Praktik di Dunia Usaha/Industri Variabel kesiapan fasilitas praktik di DU/DI terdiri dari 14 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

16 89 ketersediaan ruangan, kondisi ruangan, ketersediaan bahan praktik, ketersediaan alat praktik, dan ketersediaan penunjang keselamatan kerja. Data kesiapan fasilitas praktik di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Rangkuman data kesiapan fasilitas praktik di industri dapat dilihat pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 9. Hasil Penelitian Kesiapan Fasilitas Praktik di DU/DI No Aspek Kesiapan Rata-rata Tingkat Kesiapan (%) 1 Ketersediaan ruang praktik dan ruang 66,7 pendukung lainnya 2 Keadaan ruang praktik 84,7 3 Ketersediaan alat praktik 91,7 4 Ketersediaan bahan praktik 87,5 5 Ketersediaan sarana keselamatan kerja 50,8 Rata-rata 76,28 Berdasarkan data pada tabel 9. diketahui bahwa rata-rata dari 24 DU/DI ditinjau dari aspek kesiapan ketersediaan ruang praktik dan ruang pendukung lainnya baru mencapai tingkat kesiapan 66,7 % yaitu tingkat kesiapan tinggi. Apabila dilihat dari kesiapan masing-masing DU/DI ada 5 lokasi yang mencapai tingkat kesiapan 100 % yaitu kategori sangat tinggi. DU/DI tersebut merupakan industri yang berskala besar sehingga mempunyai beberapa ruangan dengan fungsi masing-masing seperti ruang praktik, ruang ganti/istirahat, ruang bahan, ruang alat, kantor, dll. Sepuluh DU/DI memiliki tingkat kesiapan 75% (tinggi). Dari data yang ada juga dapat dilihat bahwa masih ada 2 DU/Di yang memiliki tingkat kesiapan yang baru mencapai 25% (rendah).

17 90 Berdasarkan hasil wawancara, industri tersebut memang merupakan industri berskala kecil yang belum mempunyai bangunan sendiri dan masih meminjam atau kontrak sehingga ruangan yang dimiliki pun masih sangat terbatas. Ruangan yang dimiliki hanya sebatas ruangan yang digunakan untuk menyimpan peralatan saja. Sedangkan apabila ditinjau dari aspek keadaan ruangan praktik rata-rata dari DU/DI yang digunakan untuk prakerin memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 84,7 %. Indikator yang termasuk dalam aspek ini meliputi penataan ruangan, pembersihan, pengecatan, dan keadaan ruangan. Dari 24 lokasi yang digunakan untuk prakerin, rata-rata memiliki tingkat kesiapan di atas 66,67 % bahkan 14 diantaranya memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Hanya satu DU/DI yang memiliki tingkat kesiapan baru mencapai 33,3 %. Hal itu dikarenakan karena hanya mempunyai sebuah ruangan yang berisi peralatan, bahan, dan lainnya sehingga pengaturannya cukup susah. Selain itu ruangan yang digunakan untuk praktik juga hanya sebatas ruangan terbuka. Tingkat kesiapan fasilitas apaila ditinjau dari aspek ketersediaan peralatan praktik seperti kompresor, toolkit, dongkrak memiliki rata-rata tingkat kesiapan 91,7 % (kategori sangat tinggi). Tiap DU/DI juga memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Hanya dua lokasi yang memiliki kesiapan peralatan 0%. Peralatan yang dimiliki oleh DU/DI rata-rata juga menyesuaikan dengan skala industri tersebut.

18 91 DU/DI yang berskala besar juga memiliki peralatan yang lengkap pula, begitu juga sebaliknya. Apabila ditinjau dari aspek ketersediaan bahan praktik seperti spare part, oli, dan bahan penunjang lainnya rata-rata memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 87,5%. Rata-rata masing-masing DU/DI mencapai tingkat kesiapan 100% dan hanya 3 DU/DI yang memiliki kesiapan 0%. Menurut hasil wawancara meskipun sebagian besar industri memiliki tingkat kesiapan 100% namun untuk bahan penunjang mereka masih mencari di toko yang menyediakan spare part. Industri tersebut biasanya hanya menyediakan spare part yang umum dipakai seperti kampas rem, oli, busi, dan minyak rem. Itupun hanya beberapa pack saja. Namun ada juga beberapa DU/DI yang berskala besar yang juga memiliki toko atau gudang bahan sendiri. Mereka memiliki persediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan di lokasi bengkel. Tingkat kesiapan fasilitas ditinjau dari ketersediaan penunjang sarana keselamatan kerja baru mencapai 50,8 % yaitu kategori sedang. Sarana yang dimaksud adalah ketersediaan kotak P3K dan isinya, ketersediaan rambu-rambu K3, adanya APAR, dan peralatan keselamatan kerja seperti masker, helm, earphone, sarung tangan, dan kaca mata. DU/DI yang memiliki tingkat kesiapan 100% baru ada tujuh lokasi yang juga merupakan DU/DI berskala menengah ke atas. Tiga DU/DI memiliki tingkat kesiapan 80% (sangat tinggi), enam DU/DI memiliki

19 92 tingkat kesiapan 40 % (sedang), dua DU/DI memilki kesiapan 20% (rendah), dan enam DU/DI lainnya mencapai kesiapan 0% (sangat rendah). Berdasarkan wawancara dengan pihak industri sebagian besar industri yang berskala menengah ke bawah tidak memilki sarana yang disebutkan di atas dikarenakan industri mereka hanya industri kecil sehingga belum mampu untuk melengkapi segala sarana tersebut. Sedangkan industri yang lain yang berskala besar sudah memilki ketersediaan sarana keselamatan kerja karena memang hal tersebut merupakan salah satu standar operational procedure (SOP) yang ada. Apabila ditinjau dari rata-rata kesiapan seluruh aspek dari setiap DU/DI yang ada tingkat kesiapan sangat tinggi dicapai lima DU/DI yaitu 100%, sedangkan satu DU/DI masih memiliki tingkat kesiapan paling rendah yaitu 35,7 % (rendah). Hasil kategori penilaian kesiapan fasilitas praktik di industri pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 9. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

20 93 Prosentase 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 66,67% 91,70% 87,50% 84,70% 50,80% Aspek-aspek Fasilitas Sarana dan Prasarana di DU/DI Ketersediaan Ruang Praktik Keadaan Ruang Praktik Ketersediaan Alat Praktik Ketersediaan Bahan Praktik Ketersediaan Sarana K3 Gambar 6. Diagram Batang Fasilitas Sarana dan Prasarana di DU/DI tiap Aspek 3. Pelaksanaann Prakerin di Dunia Usaha/Industri Variabel pelaksanaan prakerin di DU/DI terdiri dari 22 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 2 aspek yaitu aspek komponen keahlian praktek industri dan aspek sikap dan perilaku siswa. Data pelaksanaan pelaksanaan prakerin di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Data lengkap angket yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 10. Hasil Penelitian Pelaksanaan Prakerin di DU/DI No Aspek Pelaksanaan 1 Komponen Keahlian Praktik Kejuruan/praktik industri 2 Sikap dan perilaku kerja Rata-rata Rata-rata Tingkat Pelaksanaan (%) 88,69 83,89 86,29

21 94 Berdasarkan data pada tabel 10. ditinjau dari aspek pelaksanaan komponen keahlian praktik industri rata-rata mencapai tingkat pelaksanaan dalam kategori sangat tinggi yaitu 88,69%. Aspek pelaksanaan ini meliputi kegiatan yang dilaksanakan di industri, kesesuaian materi yang diberikan di sekolah dengan di industri, tingkat pemahaman siswa, dan pendampingan dari instruktur. Sedangkan apabila ditinjau dari pelaksanaan masing-masing industri tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100% dimilki oleh 10 DU/DI. Lima DU/DI memilki tingkat pelaksanaan 71,43% (tinggi) dan industri yang lainnya kisaran 85%. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak industri, sebagian besar siswa sudah mempunyai bekal yang cukup sebelum melaksanakan prakerin namun dirasa masih kurang karena pelaksanaan prakerin dilaksanakan pada tahun kedua semester pertama sehingga bekal yang didapatkan tentang kompetensi keahlian masih sedikit. Selain itu pada industri yang berskala besar siswa yang melaksanakan prakerin terdapat instruktur yang mendampingi siswa tersebut sehingga apabila ada pemasalahan atau pertanyaan dapat dikonsultasikan dengan pembimbingnya langsung. Pemilik perusahaan tidak menjadi pembimbing langsung namun menunjuk staff atau karyawannya, sedangkan pada industri kecil pemilik bengkel yang juga sebagai mekanik juga bertindak langsung sebagai pembimbing siswa. Evaluasi kegiatan oleh pembimbing industri pada siswa dilakukan setiap apel sore,

22 95 setiap minggu, atau bahkan pada saat setiap selesai melaksanakan pekerjaan. Apabila ditinjau dari aspek perilaku siswa, rata-rata perilaku siswa di DU/DI menunjukkan tingkat perilaku mencapai 83,89% (kategori sangat tinggi). Aspek perilaku siswa meliputi kedisiplinan, tanggung jawab, kualitas kerja, kerja sama, dan keselamatan kerja atau penggunaan SOP yang berlaku. Apabila ditinjau dari perilaku siswa di masing-masing DU/DI, tingkat perilaku siswa tertinggi mencapai 100% (sangat tinggi) yang terdapat di lima DU/DI. Sedangkan aspek perilaku terendah yaitu 60% (kategori tinggi). Berdasarkan wawancara dengan industri, kedisiplinan siswa masih kurang diantaranya adalah keterlambatan siswa dalam masuk kerja dan kehadirannya. Selain itu siswa dalam melaksanakan pekerjaannya juga masih kurang memperhatikan SOP yang berlaku. Berdasarkan data lampiran, apabila ditinjau dari rata-rata setiap aspek di DU/DI, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat pelaksanaan tiap-tiap lokasi memperlihatkan perbedaaan yang tidak terlalu signifikan. Ada empat DU/DI yang menunjukkan pelaksanaan prakerin mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100% sedangkan tingkat pelaksanaan terendah yaitu 62,4 % (tinggi). Hasil kategori penilaian pelaksanaan Prakerin di DU/DI pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 10. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

23 96 Prosentase 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 88,69% 83,89% Aspek-aspek Pelaksanaan Prakerin di DU/DI Komponen Keahlian Praktik Kejuruan Sikap dan Perilaku Kerja Gambar 7. Diagram Batang Pelaksanaan Prakerin di DU/DI 4. Pelaksanaann Monitoring Variabel pelaksanaan monitoring terdiri dari 8 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek keterlaksanaann program, aspek materi monitoring, dan aspek intensitas monitoring. Data pelaksanaan monitoring diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 11. Hasil Penelitian Pelaksanaan Monitoring Variabel Monitoring Rata-rata Aspek penilaian 1. Keterlaksanaan Program 2. Materi monitoring 3. Intensitas monitoring Jumlah Butir Nomor Butir pada Instrumen Prosentase (%) 100% 100% 100% 100%

24 97 Tabel 11. menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan monitoring mencapai rata-rata 100% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Ketiga aspek menunjukkan tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut : a. Monitoring dilaksanakan oleh pokja bersama dengan pembimbing selama 3 kali yaitu pada saat penyerahan siswa, pertengahan periode, dan penarikan sisswa. Namun apabila pihak DU/DI membutuhkan pembimbing diluar jadwal tersebut maka dapat menyesuaikan. b. Materi monitoring meliputi presensi kehadiran, sikap, kinerja, hambatan-hambatan siswa, ketercapaian ketrampilan di buku panduan, masukan dari instruktur di DU/DI dan kondisi dari DU/DI sendiri. c. Apabila lokasi DU/DI berada di dalam wilayah Pacitan maka sewaktu-waktu dapat dilakukan monitoring tambahan di luar jadwal tersebut oleh pembimbing. d. Pada kegiatan monitoring, yang ditemui adalah pimpinan DU/DI, pembimbing industri, dan siswa prakerin. Hasil kategori pelaksanaan monitoring pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 11. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

25 98 100,00% 90,00% 84,70% 91,70% 80,00% Prosentase 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 66,67% Keterlaksanaan Program Materi Monitoring Intensitas Monitoring 20,00% 10,00% 0,00% Aspek-aspek Pelaksanaan Monitoring Gambar 8. Diagram Batang Pelaksanaan Monitoring 5. Pelaksanaann Uji Kompetensi dan Sertifikasi Variabel pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi terdiri dari 10 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen keterlaksanaan uji kompetensi, materi, pemberian sertifikat, sarana, dan pembiayaan. Data pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Rangkuman data pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 3.

26 99 Tabel 12. Hasil penelitian pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi No Aspek Pelaksanaan Rata-rata Tingkat Pelaksanaan (%) 1 Keterlaksanaan 19,4 2 Materi uji kompetensi 39,6 3 Sertifikasi 51,4 4 Sarana dan prasarana 29,2 5 Biaya 25 Rata-rata 32,92 Berdasarkan tabel 12. pada aspek keterlaksanaan uji kompetensi rata-rata DU/DI mendapat presentase 19,4% dan masuk dalam kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari masing-masing industri masih banyak yang mendapatkan prosentase 0%. DU/DI yang menunjukkan tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100% ada tiga. Sedangkan tiga industri menunjukkan pelaksanaan 33,33% (rendah) dan satu industri memiliki tingkat kesiapan sedang yaitu 66,67%. Berdasarkan data wawancara yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa sebagian besar DU/DI tidak melaksanakan uji kompetensi bagi peserta prakerin. Alasan yang disampaikan beragama diantaranya adalah tidak adanya waktu untuk melaksanakan uji kompetensi, kekurangan tenaga penguji karena pemilik bengkel juga sebagai mekanik dan pembimbing, dan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Penilaian kompetensi dilakukan selama siswa masuk pertama kali hingga selesai prakerin. Namun ada juga DU/DI yang melaksanakan uji kompetensi dengan membentuk tim penguji di akhir prakerin. Penilaian dilakukan berdasarkan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, kehadiran, kedisiplinan,

27 100 perilaku, kualitas kerja, dan aspek ketrampilan. Pihak bengkel tinggal mengisi buku agenda yang sudah dibawakan dari sekolah. Ditinjau dari aspek materi uji kompetensi, rata-rata industri mendapat prosentase 39,6% (kategori rendah). Sebagian besar DU/DI menunjukkan tingkat pelaksanaan masih sangat rendah yaitu 0%. Namun ada juga industri yang menunjukkan tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100%, dan satu industri 50% (sedang). Berdasarkan hasil wawancara, meskipun sebagian besar tidak melaksanakan uji kompetensi namun untuk materi yang disusun untuk menilai siswa diambilkan dari jenis ketrampilan yang sering dilaksanakan di lapangan seperti servis ringan yang meliputi pengecekan busi, roda, sistem rem, kelistrikan, dan pelumasan. Karena sebagian besar lokasi yang digunakan untuk prakerin adalah bengkel dengan skala menengah ke bawah maka kegiatan yang ada di dalamnya juga sebatas kegiatan ringan saja. Ditinjau dari aspek sertifikasi, dapat diketahui bahwa tingkat pelaksanaan sertifikasi rata-rata adalah 51,4% (kategori sedang). Apabila dilihat dari masing-masing industri hampir semuanya sudah melaksanakan sertifikasi, meskipun sebagian besar tingkat pelaksanaannya rata-rata masuk kategori rendah (33,33%) dan hanya dua industri saja yang belum (0%). Dari data wawancara dan instrumen terbuka diketahui bahwa sebagian besar insdutri tidak menerbitkan sertifikat untuk diberikan kepada siswa yang telah lulus uji kompetensi.

28 101 Format isian nilai sudah masuk dalam buku agenda dari sekolah dan pihak industri tinggal memberikan paraf dan stempel industri saja. Dari aspek sarana dan prasarana, diketahui rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 29,2% (kategori rendah). DU/DI yang melaksanakan uji kompetensi maupun penilaian menggunakan sarana dan prasarana yang ada di bengkel tersebut. Dapat dilihat bahwa ada tujuh industri yang memiliki tingkat pelaksanaan 100% sedangkan yang lainnya masih 0% (sangat rendah). Dari data wawancara diperoleh beberapa informasi tambahan diantaranya adalah bahwa sarana dan prasarana yang ada di bengkel digunakan untuk menunjang sistem penilaian, sehingga uji kompetensi atau penilaian disesuaikan dengan sarana yang ada. Jenis ketrampilan yang ada sedangkan pihak bengkel tidak mempunyai sarana maka tidak dilaksanakan penilaian. Apabila ditinjau dari aspek pembiayaan, dapat dilihat bahwa ratarata mencapai tingkat pelaksanaan 25% (kategori rendah). Hal tersebut dikarenakan rata-rata sebagian besar tidak mengeluarkan biaya untuk uji kompetensi atau tidak melaksanakan uji kompetensi sehingga tidak mengeluarkan biaya. Dari 24 bengkel yang ada, 18 bengkel menunjukkan tingkat pelaksanaan 0% (sangat rendah) namun ada 6 bengkel yang mencapai tingkat pelaksanaan 100% (sangat tinggi). Dari hasil wawancara dengan pihak industri yang melaksanakan uji kompetensi, pembiayaan yang ada tidak terlalu besar hanya untuk penerbitan sertifikat bagi yang menerbitkan. Selain itu karena uji kompetensi atau penilaian

29 102 dilaksanakann terintegrasi dengan aktivitas sehari-hari maka tidak memerlukan biaya yang cukup besar bahkan tidak memerlukan biaya sepeserpun. Hasil kategori pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 12. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Prosentase 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 19,40% 39,60% 51,40% 29,20% 25,00% Aspek-aspek Pelaksanaan Uji Komptetensi dan Sertifikasi Keterlaksanaan Materi Uji Kompetensi Sertifikasi Sarana dan Prasarana Pembiayaan Gambar 9. Diagram Batang Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi 6. Pelaksanaann evaluasi Variabel pelaksanaan evaluasi terdiri dari 7 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 6 aspek yaitu aspek tim evaluasi, pelaksanaan evaluasi, komponen yang dievaluasi, pengolahan evaluasi, pelaporan hasil evaluasi, dan tindak lanjut. Data pelaksanaan evaluasi diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

30 103 Tabel 13. Hasil Penelitian Pelaksanaan Evaluasi Variabel Aspek penilaian Jumlah Butir Evaluasi 1. tim evaluasi 2. pelaksanaan evaluasi 3. komponen yang dievaluasi 4. pengolahan evaluasi 5. pelaporan hasil evaluasi 6. tindak lanjut Nomor Butir pada Instrumen Prosentase (%) % Rata-rata 91,67% % 100% 100% 100% 100% Tabel 13. menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan evaluasi mencapai rata-rata 91,67% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Enam aspek menunjukkan tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Sedangkan aspek tim evaluasi baru mencapai tingkat kesiapan sedang yaitu 50%. Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut : a. Tim evaluasi terdiri dari Kepala Sekolah, pokja, pembimbing, guru BP/BK, dan wali kelas. Untuk saat ini belum bisa menghadirkan perwakilan dari pihak DU/DI secara langsung untuk evalusi. Masukan dari pihak DU/DI disampaikan melalui pembimbing pada saat monitoring. Hal itu sudah dianggap cukup sebagai salah satu bahan evaluasi. Materi evaluasi meliputi hasil monitoring, pembiayaan, kondisi siswa, tujuan program, dan hambatan-hambatan yang ada.

31 104 b. Laporan oleh siswa ada pada buku agenda kegiatan prakerin yang berisi catatan kegiatan yang dilakukan setiap hari selama melaksanakan prakerin yang diketahui oleh pembimbing dari industri. c. Sumber evaluasi berasal dari guru pembimbing, tim monitoring, pembimbing dari DU/DI, buku agenda kegiatan prakerin siswa, dan dari data-data penunjang lainnya. d. Hambatan yang terjadi diantaranya adalah : 1) Pada saat awal-awal pekan pelaksanaan prakerin banyak siswa yang kurang sesuai dengan tempat DU/DI. 2) Banyak ketrampilan yang tidak dapat dilaksanakan di lokasi DU/DI dikarenakan kondisi DU/DI yang berskala kecil sehingga sepi kegiatan 3) Ada beberapa lokasi DU/DI yang memberlakukan sistem shift pada peserta dikarenakan terlalu banyaknya siswa yang melaksanakan prakerin di tempat tersebut. 4) Ada beberapa DU/DI yang memberikan masukan bahwa siswa yang melaksanakan prakerin di lokasi tersebut belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan keahlian yang cukup sehingga dalam melaksanakan suatu kegiatan banyak kekurangpahaman. 5) Banyak lokasi DU/DI yang berskala kecil sehingga menghambat proses pembelajaran di dunia kerja

32 105 e. Evaluasi baru disampaikan pada Kepala Sekolah selaku top management dan wali murid sebagai laporan pelaksanaan program. Hasil kategori pelaksanaan evaluasi pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 13. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Prosentase 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 50,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Aspek-aspek Pelaksanaan Evaluasi Tim Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Komponenn yang Dievaluasi Pengolahan Hasil Evaluasi Pelaporan Evaluasi Hasil Tindak Lanjut Gambar 10. Diagram Batang Pelaksanaan Evaluasi B. Pembahasan 1. Kesiapan Pelaksanaan Prakerin Kesiapan ini berkaitan dengan kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing. a. Kesiapan Administrasi dan Organisasi Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan

33 106 hal pokok penggerak utama berjalannya program. Organisasi dalam prakerin sebagai penggerak utama berjalannnya program. Organisasi dibentuk oleh kepala sekolah selaku pemimpin utama. Organisasi prakerin biasanya diisi oleh guru produktif atau beberapa guru yang lain. Administrasi dalam prakerin diperlukan sebagai suatu penunjang utama dalam proses kegiatan. Administrasi ini dapat berupa perizinan, pembuatan surat tugas, buku panduan, surat pengantar, pengarsipan, dll. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kesiapan administrasi dan organisasi rata-rata mencapai 87,5% yaitu masuk dalam kategori sangat tinggi. Apabila ditinjau dari masing-masing aspek kesiapan, dua aspek mendapatkan kategori sangat tinggi yaitu 100% sedangkan satu aspek baru mencapai 62,55 (kategori tinggi). Dalam pelaksanaan aspek tersebut tim pokja prakerin sudah melaksanakan sistem admninistrasi dengan baik dan terstruktur diantaranya adalah pembentukan tim pokja di awal tahun ajaran baru, pemetaan lokasi prakerin yang dimulai dengan survei lokasi baik dilakukan oleh guru produktif atau oleh siswa sendiri, memberikan surat permohonan tempat dan surat balasan kesanggupan industri, dan penerbitan surat perizinan. Susunan tim pokja meliputi Kepala sekolah, Waka bidang Humas, dan dewan guru. Susunan ini sudah cukup homogen karena menurut Ahmad Sonhaji (1998) dalam penelitiannya yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Sistem ganda di Suatu Sekolah Menegah

34 107 Kejuruan menyimpulkan bahwa tentang pembentukan pokja prakerin belum ada petunjuk pelaksanaan sehingga kemungkinan bentuk organisasinya bervariasi antar SMK satu dengan yang lain. Kegiatan administrasi dan organisasi dalam sebuah kegiatan atau program merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Aspek administrasi dan manajemen perencanaan juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A, yaitu mulai dari menyusun program pemantauan, membuat jurnal kegiatan siswa, menyusun daftar pemetaan siswa dan surat menyurat. Akan tetapi pelaksanaan surat menyurat belum sepenuhnya optimal dikarenakan kondisi dari masing-masing DU/DI yang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua pokja yang belum dilakukan secara sepenuhnya adalah surat menyurat balasan dari DU/DI. Ada beberapa DU/DI yang secara administratif tidak dapat memberikan surat balasan kesanggupan untuk menjadi mitra pasangan dikarenakan keterbatasan dari DU/Di itu sendiri. Biasanya DU/DI itu merupakan bengkel kecil milik perseorangan yang volume kegiataanya juga tidak terlalu ramai, tidak mempunyai banyak karyawan administratif, dan juga tidak mempunyai komputer atau sejenisnya sehingga balasan kesanggupan untuk menjadi mitra hanya sebatas lisan saja pada tim survei. Meskipun aspek kesiapan pemetaan DU/DI sudah mencapai tingkat sangat tinggi yaitu 100% namun dari hasil wawancara diketahui beberapa hal diantaranya

35 108 lokasi yang digunakan untuk prakerin mayoritas berada di dalam daerah Pacitan, padahal DU/DI lokal sebagian besar yang dipilih oleh siswa merupakan bengkel kecil milik perseorangan. Alasan pemilihan di dalam daerah mayoritas karena faktor ekonomi dan kesiapan mental. Adapun syarat utama yang ditetapkan oleh sekolah mengenai tempat yang dapat dijadikan lokasi prakerin diantaranya adalah DU/DI tersebut dapat menerima siswa prakerin yang dibuktikan dengan surat balasan permohonan prakerin, sedangkan untuk kriteria yang lain seperti kelengkapan fasilitas praktik, besar/kecilnya bengkel, jarak/lokasi dapat disesuaikan. Hal inilah yang sebenarnya juga masih diupayakan oleh pihak sekolah dalam menentukan kriteria tempat, sehingga siswa dapat mendapatkan tempat yang benar-benar dapat menempa diri siswa pada dunia kerja. Dari segi ekonomi, orang tua merasa keberatan apabila putranya melaksanakan prakerin di luar Pacitan karena akan menambah biaya transportasi, biaya hidup, dan biaya kebutuhan lainnya. Sedangkan dari segi kesiapan mental lebih condong pada siswa. Siswa tidak siap mental apabila jauh dari orang tua, melaksanakan prakerin di luar daerah apalagi di DU/DI yang bonafit karena siswa sudah terbiasa dengan sesuatu yang santai dan kurang nyaman dengan iklim kerja yang disiplin dan tertib. Kedua faktor tersebut harusnya dapat dicarikan solusinya oleh pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab penuh terhadap kualitas lulusannya. Dari

36 109 segi ekonomi dapat dicari solusi misalkan siswa yang dari keluarga kurang mampu diberikan beasiswa atau keringanan biaya yang diperoleh dari dana sekolah atau sponsor sehingga dapat melaksanakan prakerin di luar daerah. Sedangkan dari faktor kesiapan mental sekolah dapat melakukan pendekatan dengan orang tua. Selain itu tim pokja juga bisa memperketat syarat-syarat kriteria DU/DI yang akan digunakan untuk melaksanakan prakerin sehingga apabila DU/Di di dalam daerah tidak ada yang sesuai dengan kriteria dapat mencari di luar daerah. Hal tersebut perlu dilakukan karena tujuan prakerin adalah untuk memberikan pengalaman siswa yang tidak diperoleh di sekolah dan untuk meningkatkan mental iklim kerja sehingga dapat bersaing di lapangan kerja. b. Kesiapan Biaya Kesiapan biaya merupakan salah satu hal pokok yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan prakerin. Biaya ini digunakan untuk operasional pelaksanaan program, monitoring, pembuatan buku panduan, pembuatan kenang-kenangan industri, dll. Selain bersumber dari alokasi dana sekolah hendaknya pembiayaan prakerin juga dapat dialokasikan dari sponsor atau pihak lain yang tidak terikat. Berdasarkan tabel hasil penelitian, rata-rata kesiapan biaya mencapai tingkat sangat tinggi yaitu 83,33%. Sedangkan apabila ditinjau dari segi beberapa aspek, ada dua aspek yang sudah mencapai tingkat kesiapan 100% sedangkan satu aspek masih mencapai 50%.

37 110 Kesiapan biaya dalam melaksanakan kegiatan terutama prakerin sangat perlu diperhatikan. Biaya disini untuk menunjang kegaiatan operasional dan kebutuhan yang berkaitan dengan prakerin mulai dari surat menyurat, pembuatan buku agenda, monitoring, survei, pembuatan kenang-kenangan, dan pengadaan lainnya. Perlu diperhatikan juga hendaknya dalam pelaksanaannya segala biaya yang berkaitan dengan operasional tidak menarik iuran dari siswa. Sumber biaya diupayakan dari dana sekolah atau bisa juga berasal dari sponsor. Sumber biaya yang ada di SMK 3 masih berasal dari dana sekolah dan komite sedangkan tim pokja sendiri belum bisa bekerjasama dengan pihak sponsor. Pengelolaan biaya oleh tim pokja juga sudah dilakukan secara transparan dan dikelola untuk beberapa pos dalam prakerin seperti untuk keperluan yang disebutkan di atas. Pelaporan juga dilaksanakan dan dilaporkan pada kepala sekolah dan bendahara sekolah untuk selanjutnya disampaikan pada Dinas terkait oleh sekolah. Dalam hal pembiayaan, usaha yang telah dilakukan oleh pokja prakerin juga sesuai dengan yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri No 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya, bahwa negara wajib membiayai sistem pendidikan bagi setiap warga negara yang dialokasikan 20% dari APBN maupun APBD. Secara terperinci anggaran untuk pelaksanaan prakerin dapat dianggarkan melalui dan BOS setiap tahunnya.

38 111 c. Kesiapan Pengelolaan Program Program kerja merupakan salah satu hal pokok yang perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi dalam pelaksanaannya. Dalam sebuah kegiatan, program kerja memuat apa saja hal yang akan dilaksanakan dalm kegiatan tersebut. Prakerin merupakan salah satu kegiatan untuk siswa dalam rangka beberapa tujuan tertentu. Berdasarkan data hasil penelitian, kesiapan pengelolaan program baru mencapai rata-rata 66,66% yaitu tingkat tinggi. Beberapa aspek yang mempengaruhi dalam kesiapan ini masih sangat perlu ditingkatkan lagi. Dari aspek pembekalan siswa, tim pokja sudah melakukan pembekalan pada siswa mengenai gambaran prakerin, agenda kegiatan, tata tertib, pengisian buku agenda, pelaporan, dan hal lain terkait prakerin. Namun dari tim pokja belum menghadirkan dari pihak DU/DI yang nantinya akan bertindak sebagai pembimbing di industri. Selain itu perwakilan dari industri juga dapat menyampaikan gambaran iklim kerja di industri, tata tertib, aktivitas, dll. Diharapkan uraian yang disampaikan dapat memberikan gambaran pada siswa sehingga akan meningkatkan kesiapan fisik dan mental serta ketrampilannya. Tentunya perwakilan yang dihadirkan berasal dari DU/DI yang berskala menengah ke atas sehingga dapat memberikan kesan tersendiri pada peserta. Selain dalam pembekalan siswa, pihak industri hendaknya juga perlu dihadirkan dalam koordinasi persiapan pelaksanaan. Hal itu mengingat perlunya berkoordinasi dalam setiap

39 112 hal dengan pihak DU/DI. Diharapkan koordinasi ini bisa terwujud mulai dari penerimaan siswa baru. Ini berkaitan dengan lulusan yang nantinya dapat diserap oleh DU/DI tersebut sehingga konsep kebijakan link and match yang telah dicetuskan mulai tahun 1994 dapat terealisasikan. Hal ini didasari pemikiran bahwa kebijakan tersebut mengharapkan perbaikan yang mendasar dan menyeluruh tentang perbaikan konsep, program, dan perilaku operasionalnya, membuka dan mendorong hubungan kemitraan antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha/industri yang pada dasarnya mendekatkan supply dan demand. Dalam penelitian evaluasi implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda di sekolah kejuruan yang dilakukan oleh Wahyu Nurhadjadmo (2008) menyatakan bahwa salah satu tahap persiapan prakerin adalah pembekalan siswa yang materinya meliputi orientasi DU/DI, tugas dan kewajiban siswa selama di DU/DI, petunjuk pengisian buku jurnal, pembenahan sikap, dan latihan kesemaptaan. Sedangkan petugas yang memberikan pembekalan terdiri dari guru sekolah, instruktur dari DU/DI, TNI/Polri, dan Majelis Sekolah. Melihat salah satu realita di SMK ini semakin dirasa perlu bahwa untuk pembekalan siswa memang harus menghadirkan perwakilan dari DU/DI atau pihak lain untuk meningkatkan pengetahuan, kedisiplinan, dan etos kerja siswa. Sehingga ketika sudah berada di dunia kerja siswa sudah memilki bekal yang sangat cukup.

40 113 Program yang telah disusun dan dibuat bersama dengan pihak industri selanjutnya dapat menjadi sebuah program yang nantinya dapat menunjang tujuan prakerin itu sendiri. Sehingga setelah selesai melaksanakan prakerin siswa benar-benar memahami iklim kerja ketika sudah di dunia industri. Sosialisasi kepada siswa juga sangat penting seperti jadwal pelaksanaan, penugasan, kegiatan di industri, bimbingan, dll mengingat salah satu tujuan prakerin adalah untuk meningkatkan ketrampilan siswa yang tidak dapat diperoleh di sekolah. Dalam hal ini Depdiknas (2008) juga mengungkapkan bahwa perancangan program prakerin tidak terlepas dari implementasi silabus ke dalam pembelajaran, yang membutuhkan metode, strategi dan evaluasi pelaksanaan yang sesuai. Rancangan prakerin sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan Dunia Kerja mitra dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaannya, penempatan peserta didik untuk prakerin tepat sasaran sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari. d. Kesiapan Guru Pembimbing Guru pembimbing merupakan salah satu unsur dalam prakerin yang ikut mempengaruhi keberhasilan prakerin. Guru pembimbing gharus dapat membimbing siswanya di industri berkaitan dengan pencapaian tujuan prakerin, penyelesaian hambatan yang dialami,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan administrasi dan organisasi Prakerin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (00: ) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat digolongkan sebagai berikut:. Penelitian deskriptif Penelitian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 3 PACITAN TAHUN 2013/2014

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 3 PACITAN TAHUN 2013/2014 Pelaksanaan Praktek Kerja... (Herdi Bangkit Pandu P.P. ) 1 PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 3 PACITAN TAHUN 2013/2014 IMPLEMENTATION OF THE PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis sesuai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNOLOGI KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 3 PACITAN TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNOLOGI KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 3 PACITAN TAHUN 2013/2014 SKRIPSI PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNOLOGI KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 3 PACITAN TAHUN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi Yayasan Pendidikan Karya (YP Karya) yaitu Yayasan yang bergerak dalam Bidang Pendidikan yang berdiri tepatnya pada Tanggal 10 Februari 1976,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan 161 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pelaksanaan pendidikan di SMK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran DUDI terhadap implementasi pendidikan sistem ganda di SMKN 1 Salatiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) Kesimpulan, 2) Implikasi, dan 3) Saran. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan hingga akhir hayatnya. Pendidikan merupakan elemen yang penting bagi berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenis pendidikan yang mempunyai tugas mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja guna

Lebih terperinci

ADMNISTRATOR SEKOLAH

ADMNISTRATOR SEKOLAH ADMNISTRATOR SEKOLAH Nila Isti Khoeriyah (702010059) Kartikaning Endah (702010061) Diah Oktie Utami (702010062) Bayu Sedono (702012601) FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2013

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI

JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI EVALUASI PELAKSANAAN PRAKTIK INDUSTRI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SMK COKROAMINOTO PANDAK TAHUN AJARAN 2011/2012 Diajukan kepada Fakultas Teknik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting di dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, dimana perkembangan

Lebih terperinci

1. Kompetensi sebagai Peneliti 2. Kompetensi sebagai Perancang 3. Kompetensi sebagai Fasilitator 4. Kompetensi sebagai Networker/ Pembangun

1. Kompetensi sebagai Peneliti 2. Kompetensi sebagai Perancang 3. Kompetensi sebagai Fasilitator 4. Kompetensi sebagai Networker/ Pembangun BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu lembaga perguruan tinggi negeri yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta mempunyai tujuan untuk mendidik

Lebih terperinci

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono 1. MASIH BANYAK YANG BELUM MELIHAT PENTINGNYA REVITALISASI SMK DALAM PENINGKATAN SEKTOR EKONOMI. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu, sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

Tugas Administrasi Pendidikan. Tugas Pokok Administrasi Pendidikan di SMK NEGERI 1 TENGARAN :

Tugas Administrasi Pendidikan. Tugas Pokok Administrasi Pendidikan di SMK NEGERI 1 TENGARAN : Tugas Administrasi Pendidikan Nama Kelompok : 1. Dhana Eriyana/702010033 2. Munari/702010049 3. Rian Kustito/702010141 4. Elisa Kristiani/702010157 Tugas Pokok Administrasi Pendidikan di SMK NEGERI 1 TENGARAN

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) A. Persiapan Sebelum melaksanakan kegiatan PPL hal yang penting untuk dilakukan adalah rapat koordinasi dengan teman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KERJA

BAB III AKUNTABILITAS KERJA BAB III AKUNTABILITAS KERJA Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Perhubungan Kota Malang Tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Profil Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan adalah

Lebih terperinci

Kode Dok Tanggal Berlaku No.Revisi Halaman 1 dari 8 PROSES BELAJAR MENGAJAR

Kode Dok Tanggal Berlaku No.Revisi Halaman 1 dari 8 PROSES BELAJAR MENGAJAR Halaman 1 dari 8 1. Tujuan: Prosedur ini disusun untuk menguraikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian proses pendidikan dan pelatihan di SMK Negeri 3 Kota Tangerang. 2. Ruang Lingkup: Prosedur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.57/LATTAS/IV/2014 TENTANG KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 51 Lt. VI A. Telp. : 021-52901142 Fax. 021-52900925 Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten

Lebih terperinci

Rancangan Program Kerja Dan Action Plan Pokja Prakerin PROGRAM KERJA POKJA PRAKERIN TAHUN KERJA

Rancangan Program Kerja Dan Action Plan Pokja Prakerin PROGRAM KERJA POKJA PRAKERIN TAHUN KERJA Rancangan Program Kerja Dan Action Plan 2012 - PROGRAM KERJA POKJA PRAKERIN TAHUN KERJA 2012 - No. Program dan Jenis Kegiatan Hasil yang diharapkan Waktu pelaksana 1 2 3 4 TAHAP PERSIAPAN 1 Inventarisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung

Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 293 STUDI TENTANG KETERSEDIAAN FASILITAS WORKSHOP OTOMOTIF SMKN 8 BANDUNG BERDASARKAN STANDARSARANA PRASARANA PENDIDIKAN NASIONAL UNTUK MEMENUHI STANDAR UJI KOMPETENSI Tanggu M. Habeahan 1, Inu H. Kusumah

Lebih terperinci

STUDI KETERLAKSANAAN PRAKERIN TERHADAP KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SISWA SMK

STUDI KETERLAKSANAAN PRAKERIN TERHADAP KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SISWA SMK 268 STUDI KETERLAKSANAAN PRAKERIN TERHADAP KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SISWA SMK Rian O. Firmansyah 1, Inu H. Kusumah 2, Nana Sumarna 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, melalui

Lebih terperinci

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan RINGKASAN EKSEKUTIF Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri merupakan salah satu prioritas pembangunan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, dimana yang menjadi fokusnya

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S1 UNY program kependidikan karena orientasi utamanya

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dilaksanakan kurang lebih selama 1 bulan, dimana mahasiswa PPL harus benar-benar menyiapkan diri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 121 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang Implementasi manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI Nanik Susana SMK N 1 Ketahun, Jl Poros Pasar Ketahun, Bengkulu Utara e-mail: naniksusana81@gmail.com Abstract: The purpose of the research is to describe the plan, realization

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI LAMPIRAN 2 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Dalam Tri Dharma perguruan tinggi yang ketiga disebutkan tentang pengabdian kepada masyarakat. Hal tersebut dapat diartikan jika mahasiswa yang telah menyelesaikan tugas belajarnya di

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Praktek Kerja Industri (Prakerin) a. Pengertian Praktik Kerja Industri Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses

Lebih terperinci

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi, menuntut kemampuan kompetitif dalam berbagai aspek, termasuk dalam Sumberdaya Manusia (SDM). Sehubungan dengan itu, upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif, berkualitas, dan berdaya guna. Karena pendidikan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. produktif, berkualitas, dan berdaya guna. Karena pendidikan merupakan sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang, saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan segala bidang. Bidang pendidikan merupakan prioritas utama, hal itu

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 26 s.d 28 Februari 2012 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001: 2008 DI SMK NEGERI 2 PENGASIH KULON PROGO TAHUN 2014

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001: 2008 DI SMK NEGERI 2 PENGASIH KULON PROGO TAHUN 2014 ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.02/Januari 2015 PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001: 2008 DI SMK NEGERI 2 PENGASIH KULON PROGO TAHUN 2014 Oleh: Sujad Purnama Aji e-mail: sujadpurnamaaji@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia kerja saat ini dan masa mendatang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya memiliki kemampuan teoritis saja, tetapi juga harus memiliki

Lebih terperinci

MODEL KERJA SAMA ANTARA SMK DENGAN INDUSTRI DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG)

MODEL KERJA SAMA ANTARA SMK DENGAN INDUSTRI DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG) 32 Aris Tri Wibowo, Solichin, Yoto, Model Kerjasama Antara SMK dengan Industri... MODEL KERJA SAMA ANTARA SMK DENGAN INDUSTRI DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan memberikan peningkatan kualitas dalam persaingan di dunia kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga Pendidikan tingkat menengah, diselenggarakan untuk menghasilkan tamatan calon tenaga kelas kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka. mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus mengantisipasi tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebijakan pembangunan dibidang pendidikan diarahkan untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam rangka mewujudkan tujuan yang dimaksud dan sekaligus

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PRAKTIK PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN

KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PRAKTIK PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN 121 KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PRAKTIK PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN Yusro 1, Nana Sumarna 2, Ridwan A. M. Noor 3 Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asean Free Trade Area (AFTA) adalah sebuah kesepakatan perdagangan bebas dimana hanya akan ada satu pasar dan basis produksi dengan lima elemen utama yaitu aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 Depdiknas (2006: 8) menyebutkan bahwa Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN PPL Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) akan berjalan dengan baik maka diperlukan berbagai hal yang harus dipersiapkan, baik berupa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN. Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN. Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W 2601409102 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i LEMBAR

Lebih terperinci

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia PPL BLOK WAKTU Oleh: 1. Pendahuluan a) Latar Belakang Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bagi mahasiswa LPTK merupakan salah satu mata kuliah wajib dari kelompok MKPBM dengan bobot 4 SKS. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Praktik pengalaman lapangan dilaksanakan kurang lebih selama dua setengah bulan, dimana mahasiswa PPL harus benar-benar mempersiapkan diri

Lebih terperinci

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Magang DU/DI Magang Dunia Usaha/Dunia

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. KEGIATAN PPL 1. Persiapan PPL Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan PPL baik yang dipersiapkan berupa persiapan fisik maupun mentalnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana dalam upaya meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana dalam upaya meningkatkan kualitas sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat menjadikan diri seseorang untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka Implementasi model pembelajaran TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NGUDI WALUYO NOMOR:015/B-SK/UNW/I/2017 Tanggal 31 Januari 2017

SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NGUDI WALUYO NOMOR:015/B-SK/UNW/I/2017 Tanggal 31 Januari 2017 SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NGUDI WALUYO NOMOR:015/B-SK/UNW/I/2017 Tanggal 31 Januari 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO REKTOR UNIVERSITAS NGUDI WALUYO, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI MUARA KELINGI

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI MUARA KELINGI LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI MUARA KELINGI Disusun Oleh: Nama : Wahyu Indarwanto NIM : 5201409005 Prodi : Pendidikan Teknik Mesin FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Lebih terperinci

1. Responden : Stakeholder inti Program Studi 2. Hari/ Tanggal/ Waktu : 3. Tempat : 4. Proses Wawancara :

1. Responden : Stakeholder inti Program Studi 2. Hari/ Tanggal/ Waktu : 3. Tempat : 4. Proses Wawancara : LAMPIRAN INSTRUMEN WAWANCARA 1. Responden : Stakeholder inti Program Studi 2. Hari/ Tanggal/ Waktu : 3. Tempat : 4. Proses Wawancara : I. STANDAR ISI PENDIDIKAN PROGRAM KEAHLIAN TEHNIK KENDARAAN RINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

LAMPIRAN 1 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI LAMPIRAN 158 LAMPIRAN 1 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI 159 160 161 LAMPIRAN 2 SURAT IJIN PENELITIAN 162 163 164 165 166 167 168 169 170 LAMPIRAN 3 SURAT KETERANGAN VALIDASI 171 172 173 174 LAMPIRAN 4 INSTRUMEN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Menimbang DENGAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Tentang Sekolah 3.1.1 Sejarah Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan Malaka berdiri sejak Tahun 1985 yang berada di bawah naungan Yayasan Budi Utomo. Sekolah ini

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan, dimana mahasiswa PPL harus benar-benar menyiapkan diri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Setelah melalui proses analisis data beserta pembahasannya, maka

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Setelah melalui proses analisis data beserta pembahasannya, maka 179 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah melalui proses analisis data beserta pembahasannya, maka akhirnya penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan

BABI PENDAHULUAN. kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan BABI PENDAHULUAN A. Latar Beiakang Masalah Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah disusun berdasarkan kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan kurikulum berbasis

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MATARAM NOMOR 1333/UN18/LK.00.04/2012 Tanggal 31 Januari 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA UNIVERSITAS MATARAM

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MATARAM NOMOR 1333/UN18/LK.00.04/2012 Tanggal 31 Januari 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA UNIVERSITAS MATARAM PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS MATARAM NOMOR 1333/UN18/LK.00.04/2012 Tanggal 31 Januari 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA UNIVERSITAS MATARAM REKTOR UNIVERSITAS MATARAM, Menimbang: a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Esti imaniatun NIM : 7101409296 Prodi : Pend. Ekonomi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK TEUKU UMAR SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK TEUKU UMAR SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK TEUKU UMAR SEMARANG Disusun oleh : Nama : Mega Eriska R.P. NIM : 4101409069 Prodi : Pendidikan Matematika, S1 FAKULTAS MATEMTAIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal menengah yang secara khusus mempersiapkan peserta didiknya untuk siap bekerja di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan pembelajaran Bahasa Jawa di SMK ABDI NEGARA Muntilan menurut praktikan sudah berjalan dengan baik, akan tetapi kegiatan mengajar tersebut akan lebih bagus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 1 Kendal Dalam penelitian ini gambaran umum yang disajikan secara rinci sebagai berikut : Visi, Misi, dan Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membawa dampak bagi segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan membawa persaingan yang semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fasilitas yang dimiliki SMK N 1 Ngawen, antara lain sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fasilitas yang dimiliki SMK N 1 Ngawen, antara lain sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Praktek pengalaman lapangan (PPL) merupakan kegiatan individu yang bersifat intrakulikuler yang dilaksanakan setiap mahasiswa dalam suatu bidang studi kependidikan. Praktek pengalaman

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PERKANTORAN

ADMINISTRASI PERKANTORAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK Al Hafidz pada Tahun Pelajaran 2014/2015 telah membuka jurusan baru yaitu Administrasi Perkantoran. Jurusan ini telah menerima 41 siswa didik. Sebagai jurusan baru tentunya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SEKOLAH. Danar Dana (YDD) Bank BNI. Yayasan Danar Dana (YDD) BNI adalah tempat. Perumahan Karyawan BNI, Pesing Jakarta Barat.

BAB II DESKRIPSI SEKOLAH. Danar Dana (YDD) Bank BNI. Yayasan Danar Dana (YDD) BNI adalah tempat. Perumahan Karyawan BNI, Pesing Jakarta Barat. 11 BAB II DESKRIPSI SEKOLAH 2.1 Sejarah Singkat Sekolah SMA Tunas Harapan dan SMK Tunas Harapan adalah sekolah yang berada di bawah pengelolaan Yayasan Perguruan Tunas Harapan. SMA Tunas Harapan berdiri

Lebih terperinci

Laporan PPL UNY 2014 Page 1

Laporan PPL UNY 2014 Page 1 BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis situasi diperlukan untuk memperoleh data mengenai kondisi baik fisik maupun non fisik yang ada di SMP N 1 Prambanan Klaten sebelum melaksanakan kegiatan KKN-PPL.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK

STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK 265 STUDI TENTANG KETERCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PADA MATERI PENGISIAN REFRIGERAN DI UNIT TATA UDARA DOMESTIK Yulan E. Pramudita 1, Kamin Sumardi 2, Ega T. Berman 3 Universitas Pendidikan Indonesia JL.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang kesiapan proses

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang kesiapan proses BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang kesiapan proses pembelajaran SMK bidang studi keahlian Teknologi dan Rekayasa se-kota Lubuklinggau dalam implementasi

Lebih terperinci