HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN STRES DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR CUT FARAH ALDIRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN STRES DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR CUT FARAH ALDIRA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN STRES DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR CUT FARAH ALDIRA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 ABSTRAK CUT FARAH ALDIRA. Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMA Bina Insani Bogor. Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI. Sindrom pramenstruasi terjadi pada 75-80% wanita di dunia pada usia reproduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri di SMA Bina Insani Bogor. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia tahun yang masih duduk di kelas 10 dan 11 sebanyak 59 orang. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah proportionale stratified random sampling. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (r= 0.289, p>0.05) dan banyaknya jenis keluhan menstruasi (r= 0.252, p>0.05). Terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan tingkat keluhan (r= 0.437, p<0.05) dan jenis keluhan sindrom pramenstruasi (r= 0.426, p<0.05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat stress maka semakin tinggi pula tingkat keluhan dan jenis keluhan menstruasi. Kata kunci: aktivitas fisik, remaja putri, sindrom pramenstruasi, stres ABSTRACT CUT FARAH ALDIRA. The relationship between physical activity and stress with premenstrual syndrome of adolescent school girls at Bina Insani Senior High School Bogor. Supervised by IKEU EKAYANTI. Premenstrual syndrome occurs in 75-80% of reproductive woman age in the world. The purpose of this study was to determine the relationship of physical activity and stress with the occurrence of premenstrual syndrome of adolescent girls in Bina Insani high school Bogor. The research used crosssectional study design. Subjects in this research were adolescent girls between years old who are still in grade 10 and 11 as much as 59 people. The sampling method used was proportionale stratified random sampling. There was no relationship between physical activity and premenstrual syndrome complaints levels (r= 0.289, p>0.05) and many types of menstrual complaints (r= 0.252, p>0.05). There is relationship between stress and types of complaints levels (r= 0.437, p<0.05) and complaints of premenstrual syndrome (r= 0.426, p<0.05). This showed that as stress level increased, the level and type of menstrual complaints also increased. Keywords: adolescent girls, physical activity, premenstruasi syndrome, stress

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMA Bina Insani Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014 Cut Farah Aldira NIM I

5 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN STRES DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR CUT FARAH ALDIRA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMA Bina Insani Bogor Nama : Cut Farah Aldira NIM : I Disetujui oleh Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes Pembimbing Diketahui oleh Dr. Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan cinta-nya, sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMA Bina Insani Bogor dapat diselesaikan dengan baik. Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1 Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, kritik, dan saran, serta dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi. 2 Dr. TiurmaSinaga, MFSA selaku dosen penguji pada sidang skripsi. 3 dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membimbing selama ini. 4 Seluruh guru, siswi, dan satpam SMA Bina Insani atas keramahan, kesediaan dan kerjasama dalam membantu kelancaran penelitian. 5 Ayah, mama, adik-adikku (Haiqal, Sasya, Abrar), nenek, kakek, om dan tante atas kasih sayang, motivasi, semangat dan doanya. 6 Teman satu tim penelitian: Diah dan Niken atas kebersamaan dan kerjasamanya. 7 Teman-teman IMTR Bogor dan HIMAGIZI atas ilmu, doa dan semangatnya. 8 Teman-teman sekelompok KKP: Juli, Ela, Nadhiroh, Tika dan Yudi atas keceriaan, kebersamaan, kekeluargaan dan semangatnya. 9 Teman-teman seperjuangan ID di RSUD Cibinong: Diah, Siti, Ronald dan Yohanes atas kebersamaannya. 10 Teman-teman yang telah membantu dalam penelitian: Fithri, Ilya, Dyta, Icha, Yunita, Dian, dan yang lainnya. 11 Keluarga Gizi Masyarakat angkatan 46 (Coconuters): Milda, Dini, Fithri, Uthu, Ruroh, Liza, Ajan, Dita, Irul, Bimo, Ali dan teman seperjuangan di GM 46 untuk kebersamaan dan semangatnya selama 3 tahun ini. 12 Keluarga Asrama Putri Aceh Pocut Baren: Rani, Dewi, Tami, Ayu dan Icha untuk keceriaan, semangat dan kebersamaannya. 13 Sahabat di Asrama TPB IPB: Indri, Sarah dan Alifya untuk kebersamaan dan semangatnya selama ini. 14 Keluarga Gizi Masyarakat 45, 46, dan 47, serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, April 2014 Cut Farah Aldira

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE PENELITIAN 4 Desain, Tempat dan Waktu 4 Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Penelitian 5 Jenis dan Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Gambaran Umum Sekolah 10 Karakteristik Subjek Penelitian 10 Karakteristik Menstruasi Subjek Penelitian 11 Sindrom Pramenstruasi Subjek Penelitian 13 Aktivitas Fisik 15 Kategori Stres menurut Perceived Stress Scale 18 Analisis Variabel Jenis Keluhan Sindrom Pramenstruasi yang Berhubungan dengan Aktivitas Fisik dan Stres 19 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi 19 Hubungan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi 20 SIMPULAN DAN SARAN 21 Simpulan 21 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 31

11 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data 5 2 Skor keluhan menstruasi 6 3 Klasifikasi tingkat keluhan sindrom pramenstruasi 7 4 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT/U 7 5 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR 7 6 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL 8 7 Kategori stres berdasarkan skor PSS 9 8 Sebaran subjek penelitian berdasarkan umur 11 9 Sebaran status gizi subjek penelitian berdasarkan umur Sebaran subjek penelitian berdasarkan usia menarche Sebaran subjek penelitian berdasarkan lama menstruasi Sebaran subjek penelitian berdasarkan lama siklus menstruasi Sebaran subjek penelitian berdasarkan keteraturan menstruasi Sebaran subjek penelitian berdasarkan gangguan keluhan menstruasi terhadap aktivitas Sebaran subjek penelitian berdasarkan keluhan menstruasi Sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan sindrom pramenstruasi Sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Sebaran subjek penelitian berdasarkan aktivitas fisik berat Sebaran subjek penelitian berdasarkan aktivitas fisik sedang Sebaran subjek penelitian berdasarkan kebiasaan berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh Sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat aktivitas fisik Sebaran subjek penelitian berdasarkan kebiasaan olahraga Sebaran subjek penelitian berdasarkan penggunaan sarana atau alat olahraga Sebaran subjek penelitian menurut alat transportasi yang dimiliki atau digunakan setiap hari Sebaran subjek penelitian berdasarkan alat transportasi yang digunakan ke sekolah Sebaran subjek penelitian berdasarkan kategori tingkat stres Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan aktivitas fisik dan stres 19 DAFTAR GAMBAR 1 Skema Kerangka Pemikiran: Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri 4

12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner hubungan aktivitas fisik dan stres dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri di SMA Bina Insani Bogor 25

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting karena masa ini adalah masa peralihan ke masa dewasa. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial (Pardede 2002). Pada masa remaja, seorang anak perempuan akan mengalami pubertas yang ditandai dengan konsepsi yaitu menarche. Setiap bulannya, wanita usia subur akan mengalami menstruasi. Sebelum terjadinya menstruasi, selama 7-10 hari seorang wanita akan mengalami gejala-gejala perubahan emosional maupun fisik atau yang sering disebut sindrom pramenstruasi dan akan mereda ketika menstruasi dimulai. Berbagai faktor gaya hidup menjadikan gejala-gejala dari sindrom pramenstuasi ini semakin buruk, namun durasi dan gejalanya bervariasi pada setiap wanita. Menstruasi adalah pendarahan yang berasal dari uterus, terjadi setiap bulan secara teratur pada seorang wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil. Menstruasi merupakan ciri khas seorang wanita dimana terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan kehamilan (Depkes RI 1998). Peristiwa menstruasi sering disertai gangguan fisik dan mental. Jeffcoate (1987) menyatakan bahwa hanya kira-kira 20% diantara para wanita yang sama sekali tidak mengalami gangguan apapun (Affandi dan Danukusumo 1990). Sindrom ini terjadi pada 75-80% wanita di dunia pada usia reproduksi. Diagnosis sindrom pramenstruasi dibuat berdasarkan gejala harian yang tidak disebabkan penyakit lain. Penyebab sindrom pramenstruasi masih belum diketahui secara pasti, tetapi sangat berhubungan dengan respon tubuh terhadap fluktuasi hormon selama siklus menstruasi (Zaafrane et al. 2007). Salah satu penyebabnya adalah penurunan kadar endorfin selama fase luteal. Olahraga dapat meningkatkan produksi endorfin, sehingga olahraga direkomendasikan sebagai salah satu treatment untuk mengurangi sindrom pramenstruasi. Menurut Hardinsyah (2004) keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah dan lesu, lebih emosional dan timbulnya jerawat. Keluhan menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual, jarang kencing, dan berat badan meningkat. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi tingkat aktivitas fisik yang rendah pada usia 10 tahun keatas mencapai sekitar 48.2%. Gejala-gejala yang timbul menjelang menstruasiakan menjadi gangguan terhadap aktivitas sehari-hari remaja putri hingga saat menstruasi berlangsung. Sekitar 5-10% wanita menderita sindrom pramenstruasi dengan kategori berat menyatakan mengganggu kegiatan sehari-harinya. Penelitian yang dilakukan oleh Silva (2005) dan Nurlaela et al. (2008) juga menyatakan bahwa peningkatan aktivitas fisik dan olahraga yang teratur menurunkan resiko terjadinya sindrom menstruasi.

14 2 Stres merupakan suatu respon fisiologis dan psikologis manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Pinel 2009). Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya adalah dapat menyebabkan gangguan pada menstruasi (Kaplan dan Manuck 2004; Wang et al. 2004). Beberapa studi menyatakan bahwa wanita usia reproduksi memiliki masalah dengan menstruasi yang abnormal, seperti sindrom premenstruasi dan menstruasi yang tidak teratur (Caulter 1991; Johnson 2004). Beberapa fakta yang mengungkapkan hubungan antara stres dengan menstruasi yang merupakan masalah kesehatan bagi wanita (Kaplan dan Manuck, 2004; Wang et al. 2004). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa siklus menstruasi yang abnormal ini berhubungan dengan stres psikologi (Hatch 1999; Fenster et al. 1999; Newton et al. 2006; Nepomnaschy 2007). Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara aktivitas fisik dan stres terhadap kejadian sindrom pramenstruasi remaja putri. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis hubungan aktivitas fisik dan stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri di SMA Bina Insani Bogor. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1 Mengidentifikasi karakteristik subjek meliputi usia dan status gizi. 2 Menghitung usia menarche, lama menstruasi, dan siklus menstruasi subjek. 3 Mengidentifikasi karakteristik sindrom pramenstruasi yang dialami subjek. 4 Menilai aktivitas fisik subjek. 5 Menilai tingkat stres yang dialami subjek. 6 Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan stres dengan sindrom pramenstruasi subjek. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: 1 Bagi masyarakat: penelitian ini sebagai informasi mengenai hubungan antara aktivitas fisik dan stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri. 2 Bagi pemerintah: penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan gizi kepada siswi sekolah. 3 Bagi akademisi: penelitian ini sebagai bahan referensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai sindrom pramenstruasi.

15 3 KERANGKA PEMIKIRAN Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Selain itu pada usia remaja aktivitas fisik cenderung tergolong tinggi, sehingga remaja memerlukan kondisi kesehatan fisik dan emosional yang maksimal agar mampu melakukan aktivitas yang padat. Sindrom pramenstruasi banyak terjadi pada wanita di usia reproduksi. Menurut Dickerson et al. (2005), sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi. Gejala-gejala sindrom pramenstruasi ini apabila tidak dicegah atau diatasi akan mengganggu aktivitas remaja sehari-hari. Keluhan saat sindrom pramenstruasi juga dikhawatirkan dapat mengganggu proses belajar dan perkembangan remaja. Etiologi dan patofisiologi sindrom pramenstruasi masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa menyatakan disebabkan karena faktor hormonal (Ismail dan O Brien 2006). Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya sindrom pramenstruasi adalah estrogen dan progesteron. Estrogen berfungsi mengatur siklus menstruasi, sedangkan progesteron berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi kontraksi selama siklus haid. Upaya untuk meminimalkan gangguan atau keluhan menstruasi dari segi makanan adalah dengan memenuhi kebutuhan zat gizi makro seperti energi dan protein. Selain itu wanita yang terbiasa mengonsumsi makanan rendah kandungan vitamin, mineral besi, kalsium, dan magnesium memiliki resiko terkena sindrom pramenstruasi lebih tinggi dibandingkan yang mengkonsumsi cukup (London 1991). Usia menarche ditandai oleh meningkatnya frekuensi pengeluaran Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang mempengaruhi hipotalamus (Batubara 2010). Keseimbangan hormon setelah terjadinya menarche akan mempengaruhi menstruasi-menstruasi berikutnya. Kondisi keteraturan dan kesehatan tubuh saat menstruasi juga sangat mempengaruhi terjadinya sindrom pramenstruasi. Peningkatan aktivitas fisik diketahui mengurangi rasa tegang, emosi, depresi dan gejala sindrom premenstruasi lainnya. Aktivitas fisik juga dipercaya dapat meningkatkan sistem imunitas sehingga dapat meningkatkan ketahanan tubuh terhadap stres (Choi dan Salmon 1995). Mekanisme biologis dari pengaruh aktivitas fisik terhadap pengurangan keluhan menstruasi dijelaskan melalui beberapa cara. Olahraga meningkatkan produksi endorfin, menurunkan kadar estrogen dan hormon steroid lainnya, memperlancar transpor oksigen di otot, menurunkan kadar kortisol, dan meningkatkan perilaku psikologis. Selain itu, aktivitas fisik secara tidak signifikan menurunkan resiko perubahan nafsu makan, hipersensitivitas emosi, dan sakit kepala (Kroll 2010). Stres mempengaruhi fungsi normal menstruasi, (Ferin 1999; Fenster et al. 1999; Sanders dan Bruce 1999; Atemus et al. 2001; Breen dan Karsch 2004; Meczekaski et al. 2007; Yamamoto et al. 2009). Pada keadaan stres terjadi pengaktifan Hypotalamic Pituitary Axis (HPA) aksis, mengakibatkan hipotalamus

16 4 mensekresikan Corticotropic Releasing Hormone (CRH). CRH mempunyai pengaruh negatif terhadap pengaturan sekresi GnRH, ketidakseimbangan CRH memiliki pengaruh terhadap penekanan fungsi reproduksi manusia sewaktu stres (Chrous 1998; Jeong 1999; Breen dan Karsch 2004; Nakamura et al. 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi sindrom pramenstruasi dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Konsumsi Pangan Karakteristik Responden - Usia responden - Usia menarche - Siklus menstruasi - Lama menstruasi Status Gizi (IMT/U) Sindrom Premenstruasi Stres Aktivitas Fisik dan Olahraga Gambar 1 Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja Putri Keterangan : = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di SMA Bina Insani Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian berlangsung selama beberapa hari pada bulan Mei 2013.

17 5 Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Penelitian Contoh dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia tahun yang didapatkan dari siswi kelas 10 dan 11. Contoh diambil secara proportionale stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata (kelas) yang ada, artinya setiap kelas terwakili sesuai proporsinya. Berdasarkan perhitunga, didapatkan jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 58 orang dari siswi kelas 10 dan 11. Perhitungan sampel didapatkan dari rumus sebagai berikut: n = N Z 2 pq = N Z 2 p(1-p) N d 2 + Z 2 pq N d 2 + Z 2 p(1-p) (Lemeshow S dan David WH 1997) Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan N = jumlah populasi siswi kelas 10 dan kelas 11 (83 siswa) Z1-α/2 = 1,96 p = proporsi remaja putri yang mengalami sindrom premenstruasi (85%) q = 1-p d = batas eror (0,05) Jenis dan Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer meliputi data umur, berat badan, tinggi badan, usia menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, keluhan menjelang menstruasi, status gizi, konsumsi pangan, aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik, kebiasaan berolahraga, sarana olahraga, transportasi dan tingkat stres. Sedangkan data sekunder meliputi profil tempat penelitian dan jumlah siswa kelas 10 dan 11. No Variabel 1 Karakteristik responden : - Umur - Berat badan - Tinggi badan 2 Menstruasi : - Usia menarche - Siklus menstruasi - Lama menstruasi Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis Data Primer Cara Pengumpulan Data Wawancara, penimbangan dan pengukuran Primer Wawancara Kuesioner 3 Keluhan menstruasi Primer Wawancara Kuesioner 4 Tingkat aktivitas fisik sehari-hari Alat Ukur Timbangan injak dan microtoise Kuesioner Primer Wawancara Recall aktivitas 3 x 24 jam

18 6 Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data (lanjutan) Jenis Cara No Variabel Data Pengumpulan Data Alat Ukur 5 Sarana yang Primer Wawancara Kuesioner dimiliki 6 Tingkat stress Primer Wawancara Perceived Stress Scale (PSS) 7 Profil sekolah Sekunder Wawancara Buku profil SMA Bina Insani Bogor Data tentang sarana olahraga dan transportasi yang dimiliki didapat dengan menanyakan sarana dan prasarana olahraga yang dapat diakses oleh contoh dan frekuensi penggunaannya, yang dapat membantu dalam meningkatkan aktivitas fisiknya. Selain itu juga ditanyakan alat transportasi yang dimiliki dan yang sering digunakan sehari-hari oleh contoh. Pengolahan dan Analisis Data Tahap pengolahan data dilakukan dengan kegiatan-kegiatan seperti, pemberian kode, pengeditan data, entri data, skoring data, dan cleaning data. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Penyimpanan data menggunakan sistem komputerisasi Microsoft Excel, sedangkan analisis data menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 for Windows. Data yang diolah dan dianalisis secara statistik deskriptif, yaitu usia, tinggi badan, berat badan, Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U), usia pertama mendapatkan menstruasi (menarche), siklus menstruasi, lama menstruasi, status gizi, keluhan menjelang menstruasi, tingkat aktivitas fisik, sarana olahraga yang dimiliki, dan tingkat stres. Analisis statistik inferensia digunakan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri dan hubungan antara stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi. Tabel 2 Skor keluhan menstruasi No Jenis Keluhan Skor 1 Sakit kram di bawah perut 3 2 Sakit kepala/pusing 3 3 Mual 3 4 Muntah 3 5 Sakit pada payudara 2 6 Sakit pinggang 2 7 Lesu 2 8 Jerawat 1 9 Lebih emosional 1 10 Lain-lain 1 Total 21 Sumber: Jones et al. (1996)

19 Keluhan sebelum menstruasi dapat digolongkan menjadi keluhan berat diberi skor 3 (kram di bawah perut, sakit kepala, mual, dan muntah), keluhan sedang diberi skor 2 (sakit pada payudara, sakit pinggang, dan lesu) dan keluhan ringan diberi skor 1 (jerawat, lebih emosional, dan keluhan lainnya). Total skor keluhan menstruasi sebesar 21 baik menjelang maupun saat menstruasi (Jones et al. 1996). Skor keluhan menstruasi ditunjukkan pada Tabel 2. Skor keluhan didapatkan dengan cara menjumlahkan skor keluhan berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan oleh sampel. Kategori skor nol (0) diberikan kepada sampel yang tidak memiliki keluhan, kategori skor ringan diberikan kepada sampel dengan skor keluhan menstruasi 1 sampai 4, kategori skor sedang diberikan kepada sampel dengan skor keluhan 5 sampai 12 dan kategori skor berat diberikan kepada sampel dengan skor keluhan lebih besar dari 12. Kategori skor keluhan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Tingkat Kategori 0 Tidak ada keluhan 1-4 Ringan 6-12 Sedang >12 Berat Sumber: Jones et al. (1996) Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Berdasarkan Kemenkes (2010), pengukuran status gizi pada anak usia 5-18 tahun menggunakan IMT/U. Kategori IMT/U dapat dilihat pada Tabel 4. Kategori Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Sumber: Kemenkes (2010) Tabel 4 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT/U Ambang Batas Z-score <-3 SD -3 SD sampai dengan <-2 SD -2 SD sampai dengan 1 SD >1 SD sampai dengan 2 SD >2 SD Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik adalah besarnya energi yang dikeluarkan dalam 24 jam. Physical Activity Ratio (PAR) adalah jumlah energi yang dikeluarkan untuk setiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu. Jenis aktivitas fisik yang dilakukan contoh dikategorikan menjadi 18 jenis kategori berdasarkan PAR seperti dijelaskan pada Tabel 5 berikut. 7 Tabel 5 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR Kategori Keterangan PAR PAL 1 PAL 2 PAL 3 PAL 4 PAL 5 Tidur (tidur siang dan tidur malam) Tidur-tiduran (tidak tidur, duduk diam, dan membaca) Duduk sambil menonton TV Berdiam diri, beribadah, menunggu (berdiri), dan berhias Makan dan minum

20 8 Tabel 5 Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR (lanjutan) Kategori Keterangan PAR PAL 6 PAL 7 PAL 8 PAL 9 PAL 10 PAL 11 PAL 12 PAL 13 PAL 14 PAL 15 PAL 16 Jalan santai Berbelanja (membawa beban) Mengendarai kendaraan Menjaga anak Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih dan lain-lain) Setrika pakaian (duduk) Kegiatan berkebun Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) Office worker (berjalan mondar-mandir sambil membawa arsip) Exercise (badminton) Exercise (jogging, lari jarak jauh) Sumber: FAO/WHO/UNU (2001) Data aktivitas fisik diolah dengan mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam tingkat aktivitas fisik atau PAL (Physical Activity Level) yang ditentukan dengan rumus menurut FAO/WHO/UNU (2001) dalam Riyadi (2003) sebagai berikut: Keterangan: PAL = (PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam PAL = Physical Activity Level PAR = Physical Activity Ratio Kategori aktivitas fisik yang sudah dijumlahkan akan menghasilkan nilai PAL, yang akan dikategorikan menjadi tiga kategori seperti yang disajikan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Kategori tingkat aktivitas berdasarkan nilai PAL Kategori Nilai PAL Aktivitas ringan (sedentary) Aktivitas sedang (moderate) Aktivitas berat (vigorous) Sumber: FAO/WHO/UNU (2001) Tingkat stres diukur dengan menggunakan Perceived Stress Scale (PSS). PSS telah terstandar dan memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik. PSS mengukur seberapa jauh responden merasakan bahwa diri mereka dalam keadaan tidak dapat diprediksi (unpredictable), tidak terkontrol (uncontrolable), dan kelebihan beban (overloading) dalam satu bulan terakhir. Skala ini termasuk jenis summarize rating scale dimana skor diperoleh dengan menjumlahkan seluruh butir item yang terdiri dari 10 pertanyaan. Dalam skala ini terdapat 5 interval jawaban dengan nilai 0-4. Item-item pertanyaan bersifat negatif, namun untuk item pertanyaan yang positif skornya dibalik. Kelima alternatif jawaban dalam skala ini yaitu: 0 = tidak pernah 1 = hampir tidak pernah 2 = kadang-kadang

21 9 3 = cukup sering 4 = sangat sering Tabel 7 Kategori tingkat stres berdasarkan skor PSS Rentang Skor Kategori 0 13 Stres rendah (low stress) Stres sedang (moderate stress) Stres tinggi (high perceived stress) Sumber: Cohen dan Williamson (1988) Korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis 1) hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi; 2) hubungan antara stres dengan kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi. Definisi Operasional Aktivitas fisik adalah seluruh jenis dan lama kegiatan melibatkan fisik yang dilakukan dalam satu hari dari waktu bangun tidur hingga tidur kembali. IMT/U adalah indeks massa tubuh yang diukur menurut umur menurut umur 5-18 tahun dengan kategori sangat kurus (<-3 SD), kurus (-3 SD s/d <-2 SD), normal (-2 SD s/d 1 SD), gemuk (>1 SD s/d 2 SD) dan obesitas (>2 SD). Lama menstruasi adalah lamanya menstruasi pada satu periode. Menarche adalah usia responden ketika pertama kali mengalami menstruasi. Menstruasi adalah perdarahan dari uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif. Perceived Stress Scale adalah suatu alat untuk mengukur tingkat stres responden dan seberapa jauh responden merasakan bahwa diri mereka dalam keadaan tidak dapat diprediksi, tidak terkontrol, dan merasa kelebihan beban (mental/pikiran). Sarana olahraga dan transportasi adalah sejumlah peralatan yang dimiliki dan digunakan dalam beraktivitas fisik atau berolahraga serta transportasi sehari-hari. Stres adalah suatu respon fisiologis, psikologis manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Siklus menstruasi adalah lamanya periode menstruasi yang dihitung dari awal menstruasi sampai menjelang menstruasi berikutnya, biasanya berlangsung ± 28 hari. Sindrom pramenstruasi adalah sekumpulan besar gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Olahraga adalah sebuah aktivitas fisik yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan dapat meningkatkan kebugaran.

22 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah SMA Bina Insani sebagai salah satu unit pendidikan di Bina Insani School yang berdiri tahun 1995 dan berada di bawah naungan Yayasan Bina Insani yang berkantor pusat di Jakarta. Saat ini, SMA Bina Insani berada di bawah naungan Yayasan Bosowa Bina Insani dengan Ketua Dewan Pembina Bapak H. Aksa Mahmud. Sebagai salah satu SMA unggulan di Kota Bogor, SMA Bina Insani telah banyak menorehkan berbagai prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Sekolah ini berada di lokasi yang cukup strategis dan kondusif untuk proses pembelajaran siswa. SMA Bina Insani telah memberi bukti konsep pengembangan pendidikan yang mencerdaskan secara intelektual, emosional, dan spiritual. SMA Bina Insani juga ditunjang dengan tenaga-tenaga pendidik yang profesional dalam bidangnya turut mempercepat optimalisasi konsep pengembangan pendidikan tersebut. Saat ini SMA Bina Insani dipercaya oleh pemerintah menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN) dengan model Sekolah Pusat Sumber Belajar (PSB) yang tampil dengan berbagai karakteristik dan bukti keunggulan yang dijalankan. Jumlah siswa di masing-masing kelas sebanyak 25 siswa. Masing-masing tingkatan kelas terdapat 4 kelas paralel. Sekolah ini memiliki sistem fullday school dengan program 5 hari belajar (Senin-Jumat). Waktu sekolah dalam satu hari dimulai dari pukul WIB. Peningkatan mutu kualitas akademik bagi siswa dilakukan melalui program matrikulasi, remedical teaching and test, enrichment, konsultasi mata pelajaran dan Program Peningkatan Prestasi Akademik (P3A). Peningkatan mutu kualitas non akademik bagi siswa dilakukan dengan ekstrakurikuler wajib dan pilihan, baik keilmuan, seni, olahraga maupun kreativitas. Peningkatan mutu kualitas berbahasa Inggris bagi siswa dilakukan program English club sebagai ekstrakurikuler wajib, English day and English area, English competititon, dan bilingual sebagai bahasa pengantar mata pelajaran MIPA. Pembinaan spiritual yang terpadu dengan program belajar siswa, seperti pembiasaan tadarrus Al-Quran dan sholat berjamaah, sholat Dhuha, malam bina Iman dan Taqwa, pesantren Ramadhan, bimbingan tartil dan tahfidz Al-Quran serta kajian islam. Karakteristik Subjek Penelitian Umur Remaja merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa sebagai titik awal proses reproduksi (Romauli 2009). Subjek yang dijadikan penelitian adalah siswa putri SMA Bina Insani kelas 10 dan 11 yang berjumlah 59 orang. Sebaran umur subjek penelitian adalah remaja putri yang berumur tahun (Tabel 8). Hal ini sesuai menurut Hurlock (2004), bahwa usia tahun merupakan umur masa remaja awal. Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar subjek berumur 15 tahun (45.8%) dan 16 tahun (40.7%).

23 11 Tabel 8 Sebaran subjek penelitian berdasarkan umur Umur (tahun) n Persentase (%) Total Status Gizi Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi. Status gizi secara parsial dapat diukur dengan antropometri (pengukuran bagian tertentu dari tubuh atau biokimia atau secara klinis) (Persagi 2009). Pengukuran status gizi pada subjek penelitian dihitung menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Kemenkes 2010). Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar subjek memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 38 orang (64.4%). Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya, serta berpengaruh terhadap usia menarche dan keadaan menstruasi pada remaja putri. Semakin bagus status gizi seorang remaja putri, maka usia menarche juga menjadi semakin awal (Riyadi 2003). Tabel 9 Sebaran status gizi subjek penelitian berdasarkan kategori IMT/U Kategori status gizi (IMT/U) n Persentase (%) Kurus Normal Gemuk Obesitas Total Karakteristik Menstruasi Subjek Penelitian Usia awal menstruasi (menarche) Usia awal menstruasi (menarche) adalah usia ketika menstruasi pertama terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya hari menarche. Secara psikologis wanita remaja yang pertama kali mengalami menstruasiakan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah (Paath 2005). Berdasarkan Tabel 10, sebagian besar subjek usia awal menstruasinya berada pada usia 11.9 sampai 13.3 tahun yaitu sebanyak 27 orang (45.8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Batubara et al. (2010) yang menyatakan bahwa remaja putri di Indonesia mengalami menarche pada usia tahun.

24 12 Tabel 10 Sebaran subjek penelitian berdasarkan menarche Usia Awal Menstruasi (tahun) n Persentase (%) < > Total Usia menarche seseorang dipegaruhi oleh konsumsi pangannya. Semakin baik konsumsi pangannya, maka usia menarche semakin awal (Lusiana dan Cecilia 2007). Semakin baik konsumsi pangan seorang anak perempuan dalam diet dan pemenuhan energi serta protein tercukupi akan mendorong pencapaian berat badan dan lemak tubuh, sehingga memiliki kadar leptin yang cukup untuk mendukung terjadinya menarche (Rahayu 2012). Lama Menstruasi Lama menstruasi merupakan lama hari selama fase menstruasi dalam siklus menstruasi. Menurut Manuaba et al. (2009) perdarahan saat menstruasi berlangsung 3-7 hari. Berdasarkan Tabel 11, sebaran subjek penelitian berdasarkan lama menstruasi sebagian besar selama 3-9 hari, yaitu sebanyak 57 orang (96.6%). Terdapat 2 orang (3.4%) yang lama menstruasinya lebih dari 9 hari dan tidak ada subjek yang mengalami lama menstruasi kurang dari 3 hari. Tabel 11 Sebaran subjek penelitian berdasarkan lama menstruasi Lama Menstruasi (hari) n Persentase (%) < > Total Menurut Simanjuntak (2007), subjek penelitian yang memiliki lama menstruasi di atas normal diduga mengalami hipermenorea (menoragia), yaitu perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama dari waktu normalnya. Lama Siklus dan Keteraturan Menstruasi Lama siklus menstruasi adalah jarak antara dua periode menstruasi (jarak hari pertama menstruasi ke satu ke hari pertama menstruasi berikutnya). Lama setiap siklus menstruasi adalah sekitar 28 hari, namun setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang tidak sama, antara 21 hari sampai 35 hari (Hadipranoto 1997). Berdasarkan Tabel 12, sebagian besar subjek memiliki lama siklus menstruasi hari, yaitu sebanyak 40 orang (67.8%). Hal ini sesuai menurut Hadipranoto (1997) yang menyatakan bahwa panjang siklus haid yang normal adalah sekitar 28 hari.

25 Tabel 12 Sebaran subjek penelitian berdasarkan lama siklus menstruasi Lama siklus menstruasi (hari) n Persentase (%) < > Total Ketidakteraturan siklus menstruasi adalah suatu proses fisiologis wanita yang menyangkut organ, hormon, dan susunan syaraf pusat (Affandi dan Danukusumo 1999). Berdasarkan Tabel 13, sebagian besar subjek penelitian yaitu sebanyak 52 orang (88.1%) menyatakan menstruasi mereka datang tidak teratur setiap bulannya. Hanya 7 orang (11.9%) subjek penelitian yang menyatakan menstruasinya datang teratur. Tabel 13 Sebaran subjek penelitian berdasarkan keteraturan menstruasi Keteraturan menstruasi n Persentase (%) Selalu tepat waktu Datang lebih awal dari biasanya Datang terlambat Total Siklus menstruasi yang tidak teratur merupakan sesuatu hal yang sering dijumpai pada wanita usia reproduksi (Affandi dan Danukusumo 1990). Seseorang yang memiliki periode menstruasi lebih dari 35 hari dan mengalami haid yang tidak teratur atau haid yang sedikit sekali, hal tersebut menandakan bahwa wanita tersebut mengalami oligomenore. Beberapa penyebab oligomenore antara lain stres, penyakit kronik, adanya tumor yang meningkatkan produksi estrogen, asupan gizi yang kurang, dan gangguan pola makan (anoreksia nervosa dan bulimia) (Waryana 2010). Sindrom Pramenstruasi Subjek Penelitian Keluhan Menstruasi Sindrom pramenstruasi merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita usia muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, dan terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi (Saryono dan Sejati 2009). Sindrom pramenstruasi juga sekumpulan gejala yang muncul akibat perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh perempuan menjelang menstruasi (Andira 2010). Tabel 14 Sebaran subjek penelitian berdasarkan gangguan keluhan menstruasi terhadap aktivitas Gangguan keluhan menstruasi terhadap aktivitas n Persentase (%) Ya Tidak Kadang-kadang Total

26 14 Sebagian besar subjek penelitian menyatakan keluhan menstruasi mengganggu atau terkadang mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. Terdapat 9 orang (15.2%) yang menyatakan keluhan menstruasi tidak mengganggu aktivitas mereka. Jenis Keluhan Sindrom Pramenstruasi Menurut Hardinsyah (2004) keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah dan lesu, lebih emosional dan timbulnya jerawat. Menurut Jones et al. (1996), keluhan menstruasi dibagi menjadi 10 jenis yaitu sakit kram di bawah perut, sakit kepala atau pusing, mual, muntah, sakit pada payudara, sakit pinggang, lesu, jerawat, lebih emosional dan lain-lain. Berikut adalah sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan menstruasi yang biasa dialami. Tabel 15 Sebaran subjek penelitian berdasarkan keluhan menstruasi No Jenis keluhan menstruasi n Persentase (%) 1 Sakit kram di bawah perut Sakit kepala/pusing Mual Muntah Sakit pada payudara Sakit pinggang Lesu Jerawat Lebih emosional Lainnya Keluhan menstruasi yang paling banyak dikeluhkan oleh subjek penelitian adalah sakit kram di bawah perut (74.6%), jerawat (55.9%), dan lebih emosional (54.2%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardinsyah (2004) bahwa keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat menstruasi adalah kram di bawah perut. Lutfiah (2007) juga menambahkan bahwa keluhan menstruasi yang banyak dialami selain kram di bawah perut adalah lebih emosional. Rasa sakit ketika datangnya menstruasi biasanya berupa kejang yang terasa pada perut bagian bawah. Biasanya ini mulai terasa kurang lebih 24 jam sebelum terjadinya menstruasi dan berlangsung selama kurang lebih 12 jam sejak terjadi pendarahan, setelah itu biasanya tidak terasa lagi. Gejala ini tidak sama pada setiap individu, bahkan ada yang merasa sakit sepanjang waktu menstruasi. Penyebab rasa sakit ini belum diketahui secara jelas. Kategori Jenis Keluhan Sindrom Pramenstruasi Pada penelitian ini sebanyak 38 orang (64.4%) subjek penelitian mengalami jenis keluhan sedang, dimana subjek mengalami 3-6 jenis keluhan. Tidak ada subjek penelitian yang tidak mengalami keluhan.

27 Tabel 16 Sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan sindrom pramenstruasi Kategori jenis keluhan n Persentase (%) Tidak ada keluhan Ringan Sedang Berat Total Kategori tingkat keluhan menstruasi merupakan penjumlahan skor keluhan sindrom pramenstruasi yang kemudian dikategorikan menjadi tidak ada keluhan, ringan, sedang dan berat (Jones et al. 1996). Secara umum, sebanyak 39 orang (66.1%) subjek penelitian mengalami keluhan sedang dengan skor Hal ini sesuai dengan penelitian Utami (2003) yang menyatakan bahwa pada remaja putri sebagian besar mengalami jenis keluhan sindrom pramenstruasi tingkat sedang dengan menggunakan metode pengukuran tingkat keluhan yang sama. Tabel 17 Sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Kategori tingkat keluhan n Persentase (%) Tidak ada keluhan Ringan Sedang Berat Total Aktivitas Fisik Menurut Riskesdas (2007) kegiatan aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila kegiatan dilakukan terus-menerus minimal 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara komulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Berdasarkan Tabel 18, 71.2% subjek penelitian yaitu sebanyak 42 orang menyatakan tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik berat yang dilakukan terus menerus selama 10 menit, hanya 17 orang (28.8%) subjek penelitian yang menyatakan terbiasa melakukannya. Aktivitas fisik berat yang dilakukan oleh subjek penelitian biasanya adalah olahraga seperti berenang dengan lama aktivitas sekitar satu jam. Tabel 18 Sebaran subjek penelitian berdasarkan aktivitas fisik berat Aktivitas fisik berat n Persentase (%) Ya Tidak Total

28 16 Sebagian besar subjek penelitian (50.8%) menyatakan tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik sedang yang dilakukan secara terus menerus selama 10 menit. Jenis aktivitas fisik sedang yang biasa dilakukan subjek penelitian antara lain pekerjaan rumah (menyapu lantai, mencuci piring dan menyetrika pakaian) dengan frekuensi satu sampai tujuh kali dalam satu minggu. Tabel 19 Sebaran subjek penelitian berdasarkan aktivitas fisik sedang Aktivitas fisik sedang n Persentase (%) Ya Tidak Total Sebanyak 44 orang (74.6%) subjek penelitian menyatakan terbiasa berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh dengan frekuensi satu sampai tujuh kali dalam satu minggu. Dan sisanya 15 orang (25.4%) menyatakan tidak terbiasa berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh (Tabel 20). Tabel 20 Sebaran subjek penelitian berdasarkan kebiasaan berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh Kebiasaan berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh n Persentase (%) Ya Tidak Total Tingkat Aktivitas Fisik Recall aktivitas fisik dilakukan sebanyak 3x24 jam pada hari libur, hari sekolah, dan hari sekolah yang ada jam pelajaran olahraga. Berdasarkan Tabel 21, sebagian besar yaitu 39 orang (66.1%) subjek penelitian berada pada tingkat aktivitas fisik ringan, hanya 5 orang (8.5%) subjek penelitian yang berada pada tingkat aktivitas fisik berat. Tabel 21 Sebaran subjek penelitian berdasarkan tingkat aktivitas fisik Tingkat aktivitas fisik n Persentase (%) Verysedentary Sedentary Moderate Vigorous Total Hal ini disebabkan sebagian besar aktivitas fisik subjek penelitian ketika di sekolah adalah belajar yaitu duduk sambil menulis atau membaca. Pada hari libur subjek penelitian juga kebanyakan menghabiskan waktu untuk beristirahat disebabkan kegiatan sekolah yang sudah padat dari hari Senin sampai Sabtu.

29 Kebiasaan Olahraga Kebiasaan olahraga subjek penelitian dalam satu bulan terakhir dapat dilihat pada Tabel 22. Sebagian besar subjek penelitian 49 orang (83.1%) menyatakan terbiasa melakukan olahraga dalam satu bulan terakhir ini dan 10 orang (16.9%) subjek penelitian menyatakan tidak terbiasa berolahraga dalam satu bulan terakhir ini. Menurut Aipassa (2006) olahraga dapat memberi kebugaran, meningkatkan kesehatan, dan mengurangi stres. Tabel 22 Sebaran subjek penelitian berdasarkan kebiasaan berolahraga Kebiasaan berolahraga n Persentase % Ya Tidak Total Sarana Olahraga dan Transportasi Akses sarana olahraga dan transportasi dapat dikaitkan dengan tingkat aktivitas fisik. Dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RANPG) , Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) menyatakan bahwa pola hidup generasi muda saat ini mengalami perubahan karena pengaruh lingkungan, infrastruktur dan gaya hidup, misalnya kebiasaan berjalan kaki digantikan dengan keberadaan alat transportasi dan fasilitas infrastruktur yang lebih baik. Terbatasnya fasilitas untuk aktivitas fisik menyebabkan makin berkurangnya aktivitas fisik yang dilakukan. Sebanyak 45 orang (76.3%) subjek penelitian menyatakan memiliki sarana olahraga atau alat olahraga dan 14 orang (23.7%) subjek penelitian menyatakan tidak memiliki sarana atau alat olahraga. Analisis deskripstif juga dilakukan terhadap jenis sarana olahraga dan transportasi yang dimiliki. Alat olahraga yang dimiliki oleh responden seperti sepatu olahraga, raket, bola tenis, cock, sepeda, skipping, dll. Tabel 23 Sebaran subjek penelitian berdasarkan penggunaan sarana atau alat olahraga Penggunaan sarana atau alat olahraga n Persentase (%) Ya Tidak Total Sebagian besar subjek penelitian yaitu 35 orang (59.3%) memiliki dan menggunakan kendaraan roda empat (mobil, angkot, bis) sebagai alat transportasi sehari-hari. Hanya 7 orang (11.9%) yang memiliki dan menggunakan sepeda kayuh sebagai alat transportasi sehari-hari. 17

30 18 Tabel 24 Sebaran subjek penelitian menurut alat transportasi yang dimiliki atau digunakan setiap hari Alat transportasi yang dimiliki atau digunakan setiap hari n Persentase (%) Sepeda Kendaraan roda dua (motor atau ojek) Kendaraan roda empat (mobil, angkot, bis) Total Sebagian besar subjek penelitian yaitu 48 orang (81.4%) menggunakan kendaraan roda empat (mobil, angkot dan bis) sebagai alat transportasi yang digunakan untuk pergi ke sekolah. Hanya satu orang (1.7%) subjek penelitian yang menggunakan sepeda ke sekolah. Tabel 25 Sebaran subjek penelitian berdasarkan alat transportasi yang digunakan ke sekolah Alat transportasi yang digunakan ke sekolah n Persentase (%) Sepeda Kendaraan roda dua (motor atau ojek) Kendaraan roda empat (mobil, angkot, bis) Total Kategori Stres menurut Perceived Stress Scale Perceived Stress Scale (PSS) adalah alat ukur psikologis yang paling banyak digunakan untuk mengukur persepi stres seseorang. Alat ukur ini mengukur derajat situasi dalam kehidupan seseorang yang dinilai sebagai stres. Item pertanyaan yang dirancang untuk mengetahui sejauh mana keadaan tidak terduga, tidak terkendali, dan kelebihan beban dalam kehidupan responden. Skala yang dipakai juga mencakup sejumlah pertanyaan langsung mengenai pengalaman tingkat stres. PSS didesain untuk digunakan oleh sampel yang berada pada tingkat sekolah menengah. Setiap item pertanyaan mudah dimengerti, dan alternatif respon yang disediakan juga simpel untuk dipahami. Selain itu, pertanyaannya juga bersifat umum. Pertanyaan dalam PSS bertanya mengenai perasaan dan pikiran yang dirasakan selama satu bulan terakhir. Dalam setiap kasus, responden akan ditanya seberapa sering mereka merasa yakin dalam hal tertentu. Terhadap empat item pernyataan positif, penilaian skor PSS diperoleh dengan cara membalik respon pernyataan negatif, dan kemudian dijumlahkan seluruh skor. Tabel 26 Sebaran subjek penelitian berdasarkan kategori tingkat stres Kategori tingkat stress n Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Total

31 Sebagian besar subjek penelitian yaitu 45 orang (76.3%) berada pada kategori stres tingkat sedang. Hanya 6 orang (10.2%) subjek penelitian yang berada pada kategori stres tingkat ringan dan 8 orang (13.6%) subjek yang berada pada kategori stres tingkat tinggi. Stres sering terjadi pada remaja. Hal ini disebabkan karena kondisi pikiran seorang remaja yang masih labil dan belum sepenuhnya kuat secara mental dan psikologis. Menurut Walker (2002) secara umum penyebab stres pada remaja adalah putus dengan pacar, perbedaan pendapat dengan orang tua, bertengkar dengan saudara di rumah, adanya masalah dengan teman sebaya dan orang tua di rumah. Analisis Variabel Jenis Keluhan Sindrom Pramenstrasi yang Berhubungan dengan Aktivitas Fisik dan Stres Variabel jenis keluhan menstruasi yang diduga berhubungan dengan sindrom pramenstruasi antara lain adalah sakit kram di bawah perut, sakit kepala, mual, muntah, sakit pada payudara, sakit pinggang, lesu, jerawat, lebih emosional, dan lainnya. Berdasarkan uji hubungan variabel jenis keluhan sindrom pramenstruasi dengan aktivitas fisik dan stres disajikan pada Tabel 20. Tabel 27 Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan aktivitas fisik dan stres Variabel Aktivitas Fisik Stres r p r p Sakit kram di bawah perut Sakit kepala Mual Muntah Sakit pada payudara Sakit pinggang Lesu Jerawat Lebih emosional Lainnya *Signifikan pada p<0.05 Hasil uji hubungan dengan korelasi Spearman diperoleh sebagian besar variabel tidak berhubungan signifikan dengan jenis keluhan sindrom pramenstruasi. Keluhan sakit kram di bawah perut dan sakit pinggang mempunyai hubungan yang cukup erat dengan aktivitas fisik, sedangkan keluhan mual mempunyai hubungan erat yang negatif dengan aktivitas fisik. Variabel keluhan yang berhubungan cukup erat dengan stres adalah sakit kram di bawah perut, sakit kepala, mual, lesu dan lebih emosional. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi Gejala sindrom pramenstruasi pada setiap wanita berbeda-beda, beberapa wanita mengalaminya tidak secara terus menerus, ada juga yang bulan berikutnya tidak terasa gejalanya. Sindrom pramenstruasi ini akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari wanita. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa derajat 19

32 20 sindrom pramenstruasi yang semakin tinggi akan sangat mempengaruhi aktivitas fisik terutama kegiatan sehari-hari wanita. Hasil uji hubungan (korelasi Spearman) menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat antara aktivitas fisik dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi dan jenis keluhan mentruasi dengan r= dan r= Tetapi hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan karena p>0.05. Hubungan antara dua variabel tersebut cukup erat dan bersifat searah. Nurlaela et al. (2008) menyatakan aktivitas olahraga yang teratur dan berkelanjutan berkontribusi untuk meningkatkan produksi dan pelepasan endorfin. Endorfin adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh ketika kita merasa bahagia. Endorfin berperan dalam kekebalan tubuh dan pengendalian terhadap stres. Wanita yang mengalami kejadian sindrom pramenstruasi terjadi karena kelebihan estrogen, kelebihan estrogen dapat dicegah dengan meningkatnya endorfin. Pada wanita yang jarang melakukan olahraga secara teratur hormon estrogen akan lebih tinggi sehingga kemungkinan terjadinya sindrom pramenstruasi lebih besar. Hal ini membuktikan olahraga yang teratur dapat menurunkan resiko sindrom pramenstruasi. Hubungan Stres dengan Sindrom Pramenstruasi Stres merupakan suatu respon fisiologis dan psikologis manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (Pinel 2009). Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya adalah dapat menyebabkan gangguan pada menstruasi (Kaplan dan Manuck 2004; Wang et al. (2004). Hasil uji hubungan (korelasi Spearman) menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat antara stres dengan tingkat keluhan dan jenis keluhan sindrom pramenstruasi dengan r= dan r= Hubungan antara skor keluhan menstruasi dan jenis keluhan menstruasi dengan stres signifikan karena p<0.05. Korelasi antara dua variabel tersebut cukup erat dan bersifat searah. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi pula tingkat keluhan dan jenis keluhan menstruasi. Kehidupan SMA yang penuh dengan tuntutan akademik dapat ditemui di berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA), salah satunya di SMA Bina Insani, Bogor. Rutinitas dan tuntutan akademik yang tinggi membuat siswi-siswi rentan mengalami stres. Aktivitas yang banyak dan tuntutan yang tinggi ini menyebabkan siswi mengalami stres, ditambah dengan ketidaktahuan siswi dalam meminimalkan dan menanggulangi stres. Stres yang dialami oleh siswi ini diakibatkan oleh banyaknya kegiatan yang banyak membuat siswi lelah dan letih. Hal ini sesuaidengan pendapat Chox (1978) dalam Niven (2002) yang menyatakan bahwa kelelahan merupakan stimulus dari stres. Peristiwa yang dianggap sebagai pemicu stres terjadi jika sudah berada diluar kendali, tidak dapat diprediksi dan menantang batas-batas kemampuan manusia sehingga menimbulkan konflik dalam diri sesorang. Menurut teori psikoanalisa setiap manusia memilki konflik bawah sadar, dan beberapa orang menganggap konflik tersebut lebih berat dan banyak jumlahnya sehingga menganggap konfliktersebut sebagai stres. Apabila konflik tersebut tidak dapat ditangani maka akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam diri individu dan memicu timbulnya stres.

33 Pada keadaan stres terjadi pengaktifan Hypotalamic Pituitary Axis (HPA) aksis yang mengakibatkan hipotalamus mensekresikan Corticotropic Releasing Hormone (CRH). CRH mempunyai pengaruh negatif terhadap pengaturan sekresi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), ketidakseimbangan CRH memiliki pengaruh terhadap penekanan fungsi reproduksi manusia sewaktu stres (Chrous 1998; Jeong 1999; Breen dan Karsch 2004; Nakamura et al. 2008). Sekresi CRH ini akan merangsang pelepasan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) oleh hipofisis anterior, selanjutnya ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresikan kortisol. Kortisol menekan pulsatil Luteinizing Hormone (LH) dengan cara menghambat respon hipofisis anterior terhadap GnRH (Breen dan Karsch 2004). Selama siklus menstruasi, peran hormon LH sangat dibutuhkan dalam menghasilakan hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini memiliki peranan yang penting selama siklus mentruasi yang secara normal terjadi pada wanita setiap bulannya (Wknjosastro 1994; Sherwood 1997; Ganong 2001; Speroff dan Fritz 2005; Guyton 2006). Pengaruh hormon kortisol ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormon yang mengakibatkan terjadinya sindrom pramenstruasi (Chrous 1998; Breen and Karsch 2004; Guyton 2006). 21 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Subjek pada penelitian ini adalah remaja putri yang berusia tahun yang masih duduk di kelas 10 dan 11 di SMA Bina Insani Bogor. Sebagian besar subjek memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 38 orang (64.4%). Terdapat 3 orang (5.1%) subjek yang memiliki status gizi obesitas. Usia menarche subjek penelitian pada usia 11.9 sampai 13.3 tahun yaitu sebanyak 27 orang (45.8%). Sebanyak 25 orang (42.4%) subjek menyatakan keluhan menstruasi mengganggu aktivitas mereka. Keluhan menstruasi yang paling banyak dikeluhkan oleh subjek penelitian adalah sakit kram di bawah perut (74.6%), jerawat (55.9%), dan lebih emosional (54.2%). Sebanyak 38 orang (64.4%) subjek penelitian mengalami jenis keluhan sedang, dimana subjek mengalami 3-6 jenis keluhan. Sebanyak 42 orang (71.2%) subjek penelitian menyatakan tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik berat yang dilakukan terus-menerus selama 10 menit dan 30 orang (50.8%) subjek penelitian menyatakan tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik sedang yang dilakukan terus menerus selama 10 menit. Sebanyak 44 orang (74.6%) subjek penelitian menyatakan terbiasa berjalan kaki atau menggunakan sepeda kayuh dengan frekuensi satu sampai tujuh kali dalam satu minggu. Sebagian besar yaitu 39 orang (66.1%) subjek penelitian berada pada tingkat aktivitas fisik ringan. Sebagian besar subjek penelitian yaitu 49 orang (83.1%) menyatakan terbiasa melakukan olahraga satu bulan terakhir ini. Sebanyak 45 orang (76.3%) subjek penelitian menyatakan memiliki sarana olahraga atau alat olahraga. Sebagian besar subjek penelitian yaitu 35 orang

34 22 (59.3%) memiliki dan menggunakan kendaraan roda empat (mobil, angkot, bis) sebagai alat transportasi sehari-hari. Sebagian besar subjek penelitian yaitu 48 orang (81.4%) menggunakan kendaraan roda empat (mobil, angkot dan bis) sebagai alat transportasi yang digunakan untuk pergi ke sekolah. Sebagian besar subjek penelitian yaitu 45 orang (76.3%) berada pada kategori stres tingkat sedang. Hasil uji hubungan (korelasi Spearman) menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat dan tidak signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi dan jenis keluhan mentruasi dengan r= dan r= (p>0.05). Hasil uji hubungan (korelasi Spearrman) juga menunjukkan bahwa adanya hubungan yang cukup erat dan signifikan antara stres dengan tingkat keluhan dan jenis keluhan sindrom pramenstruasi dengan r= dan r= (p<0.05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi pula tingkat keluhan dan jenis keluhan sindrom pramenstruasi juga meningkat. Saran Perlunya pemberian edukasi mengenai sindrom pramenstruasi, aktivitas fisik dan olahraga yang seimbang serta peningkatan dan pengendalian stres yang berlebih bagi remaja putri. Selain itu, hasil penelitian disarankan sebagai bahan referensi tambahan edukasi kesehatan kepada para remaja putri. Pihak sekolah sebaiknya mengontrol murid ketika jam olahraga sehingga waktu olahraga benar-benar dimanfaatkan untuk olahraga dan aktivitas olahraga remaja putri dapat meningkat. Remaja putri yang tempat tinggalnya tidak jauh dari sekolah disarankan untuk berjalan kaki ke sekolah atau menggunakan sepeda kayuh agar aktivitas fisik mereka meningkat. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi lebih jelas mengenai aktivitas fisik dan stres pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi, dan dapat dilakukan perbandingan dengan subjek yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi. DAFTAR PUSTAKA Affandi B, Danakusumo D Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Jakarta: FKUI. Andira D Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A Plus Books. Batubara JRL Adolescent development (perkembangan remaja). Sari Pediatri: 12 (1). Breen KM, and Karsch FJ Does Cortisol Inhibit Pulsatile Luteinizing Hormone Secretion at the Hypothalamic or Pituitary Level?. Endocrinology. 145 (2): Choi PY, Salmon P Symptom changes across the menstrual cycle in competitive sportswomen, exercisers and sedentary women. Journal Clinical Psychology Vol 34:

35 Cohen S, Kamarck T, Mermelstein R A global measure of perceived stress. Journal of Health and Social Behavior. 24: Cohen S, Williamson G Perceived Stress in a Probability Sample of the United States. Spacapan, S. and Oskamp, S. (Eds.) The Social Psychology of Health. Newbury Park, CA: Sage. [DEPKES RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia Membina Keluarga Sadar Gizi, Ditjen Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyarakat. Dickerson LM, Pharm D, Pamela J, Mazyck, Melissa H Premenstrual syndrome. American Family Physicians. 67: Ferin M Stress and the Reproductive Cycle. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. 84 (6): Fenster L, Waller K, Chen J, Hubbard AE, Windham GC, Elkin E, et.al, Psychological stress in the workplacand menstrual function. Am J Epidemiol. 149: Guyton AC, Hall JE Textbook of Medical Physiologi 11 th Edition.USA: Elsevier Saunders. Hardinsyah Kiat Meminimalkan Keluhan Menstruasi. Bogor (ID): Klinik Konsultasi Gizi dan Klub Diet Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor. Hurlock Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Yogyakarta (ID): Erlangga. Ismail KMK, O Brien S Premenstrual Syndrome [ulas balik]. Women s Health Medicine. 3: 6. Jeong K, Jacobson L, Widmaier EP Normal Suppression of the Reproductive Axis Following Stress in Corticotropin-Releasing Hormone- Deficient Mice. Endocrinology. 140 (4): Johnson SR Premenstrual syndrome, premenstrual dysphoric disorder, and beyond: a clinical primer for practitioners. Obstet Gynecol. 104: Jones L, Derek, Abraham, Suzane Every Girl. London: Oxford University Press. Kaplan JR, Manuck SB Ovarian dysfunction, stress, and disease: a primate continuum. ILAR J. 45: [Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia(ID) Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta (ID): Departemen Bina Gizi. Lemeshow S, David WH Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Luthfiah V Hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi pada remaja. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. London RS, Bradley, Chiamori Effect of nutritional supplement on premenstrual symptomatology in women with premenstrual syndrome: a double-blind study. Journal American College Nutrition; 10 (5) : Lusiana SA, Cecilia MD Usia Menarche, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi Anak Perempuan Sekolah Dasar di Bogor. JGP. 2(3): Manuaba IBG Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi Ke-2. Jakarta (ID): EGC. 23

36 24 Nepomnaschy PA, Sheiner E, Mastorakos G, Arck PC Stress, immune function, and women s reproduction. Ann. NY. Acad Sci. 1113: Niven, N Psikologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nurlaela E, Widyawati, Prabowo T Hubungan aktivitas olahraga dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 3(1): 1-5. Paath et al Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Pardede N Masa Remaja dalam Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto. [Persagi] Persatuan Ahli Gizi Indonesia (ID) Kamus Gizi. Atmarita S, editor. Jakarta (ID): PT. Kompas Media Nusantara. Pinel JPJ Biopsikologi Edisi 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riyadi H Metode Penilaian Status Gizi secaraantropometri [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Romauli Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika. Saryono, Sejati W Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta: Nuna Medika. Silva DP Menarche and Lifestyle. Winconsin: Gunderesen Lutheran Medical Center. Wincousin Medical Journal. Vol 104 (7). Simanjuntak, P Gangguan Haid dan Siklusnya. Jakarta (ID): Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Utami NH Hubungan gizi dengan keluhan menstruasi pada remaja. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wang L, Wang X, Wang W, Chen C, Ronnennberg A.G, Guang W, et al Stress and Dysmenorrhoea: A population based prospective study. Occup. Environ. Med. 61: Waryana Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Yamamoto K, Okazaki A, Sakamoto Y, Funatso M, The Relationship between Premenstrual Symptoms, Menstrual Pain, Irregular Menstrual Cycles, and Psychosocial Stress among Japanese College Students. Journal of Physiological Anthropology. 28 (3): Zaafrane F, Faleh R, Melki W, Sakouhi M, Gaha L An Overview of Premenstrual Syndrome. Paris: J. Gynecol. Obstet. Biol. Reprod. 36 (7):

37 25 Lampiran 1 Kuesioner hubungan aktivitas fisik dan stres dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri di SMA Bina Insani Bogor KUESIONER HUBUNGAN GIZI DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR No. Responden : Nama Responden : Alamat : Enumerator :... Tanggal Wawancara :... DEPARTEMEN GIZI MASYRAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWA IPB AVIANI HARFIKA

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWA IPB AVIANI HARFIKA HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWA IPB AVIANI HARFIKA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami dalam kehidupan perempuan sejak masa pubertas dan akan berakhir saat menopause. Perdarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini terjadi proses perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Pada fase ini ditandai dengan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Reproduksi normal pada wanita dikarakteristikan dengan perubahan ritme bulanan pada sekresi hormon dan perubahan fisik di ovarium dan organ seksual lainya. Pola ritme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut The Health Resource and Services Administration Guideline Amerika Serikat tahun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan pengolahan hasil data yang terkumpul diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan premenstrual syndrome dan emotion focused

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist. HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MELAKUKAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI STIKES PAGUWARMAS MAOS CILACAP Eka Mei Susanti, Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN PERSEN LEMAK TUBUH DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR NIKEN RIZKI AMALIA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN PERSEN LEMAK TUBUH DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR NIKEN RIZKI AMALIA HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN PERSEN LEMAK TUBUH DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BINA INSANI BOGOR NIKEN RIZKI AMALIA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan lima belas studi utama yang diterbitkan antara tahun 2002 dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu masalah yang paling umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X Ida Susila* *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No 53 A Lamongan ABSTRAKS Premenstension

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE Nita Monica Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK Menarche adalah menstruasi pertama di tengah masa pubertas yang terjadi di awal masa remaja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangsa akan maju dan mandiri jika manusianya berkualitas. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas antara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa ini remaja mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Seseorang yang berada

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan 0 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya berkembang dalam sisi psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahanperubahan fisik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 3 Teknik penarikan contoh. Bogor (Purposive) Kota Bogor (n = 11) Kabupaten Bogor (n = 54)

METODE PENELITIAN. Gambar 3 Teknik penarikan contoh. Bogor (Purposive) Kota Bogor (n = 11) Kabupaten Bogor (n = 54) 28 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah dengan retrospective, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan penelusuran ke belakang. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWA SMP PHYSICAL ACTIVITY IN STUDENTS WITH PREMENSTRUAL SYNDROME

AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWA SMP PHYSICAL ACTIVITY IN STUDENTS WITH PREMENSTRUAL SYNDROME JURNAL ILMU KESEHATAN AISYAH STIKES AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: 2502-4825 E-ISSN: 2502-9495 AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWA SMP PHYSICAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu pondok pesantren. Sebagian besar dari jumlah santri merupakan usia remaja. Menurut Soetjiningsih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menstruasi dan gangguan menstruasi sering terjadi (Lee dkk, 2006) dengan menstruasi yang abnormal, seperti sindrom premenstruasi dan

I. PENDAHULUAN. menstruasi dan gangguan menstruasi sering terjadi (Lee dkk, 2006) dengan menstruasi yang abnormal, seperti sindrom premenstruasi dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri khas kedewasaan seorang perempuan adalah menstruasi. Menstruasi merupakan proses yang kompleks dan harmonis dari serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, sedangkan menurut Depkes RI 2006 jumlah remaja meningkat yaitu 43 juta jiwa, dan menurut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada BAB V PEMBAHASAN Data yang terkumpul dari penelitian telah dilakukan pengolahan yang diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan atau storm and stress, suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dari beberapa masa yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat lebih dari 70 juta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci