HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY"

Transkripsi

1 HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMAN 3 Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Maulidya Ayu Hidayanty NIM I

3 ABSTRAK MAULIDYA AYU HIDAYANTY. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMAN 3 Sukabumi. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN Sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi pada remaja di SMAN 3 Sukabumi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah remaja putri berusia 15 sampai 17 tahun yang masih duduk di kelas 10 dan 11 sebanyak 52 orang. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah purposive sampling. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata (p<0.05) antara asupan energi dan protein dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi. Tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0.05) antara frekuensi konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi dan antara aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi. Kata kunci: aktivitas fisik, konsumsi fast food, remaja putri, sindrom pramenstruasi ABSTRACT MAULIDYA AYU HIDAYANTY. The correlation between fast food consumption habits and physical activity with premenstrual syndrome in adolescent girls at SMAN 3 Sukabumi. Supervised by BUDI SETIAWAN. About 85% of young women who are still getting the menstrual cycle, experiencing one or more symptoms of premenstrual syndrome. The objective of this study was to determine the correlation between fast food consumption habits and physical activity with premenstrual syndrome in adolescents at SMAN 3 Sukabumi. This research utilized cross sectional study design. Total samples in this research was 52 people, samples was adolescent girls aged 15 to 17 years and still in grade 10 and 11. Samples were selected by purposive sampling. The results showed that there was significat correlation (p<0.05) beetwen energy and protein intake wtih premenstrual syndrome. However, there were no significant correlation (p>0.05) between frequency of fast food consumption with premenstrual syndrome and between physical activity with premenstrual syndrome. Keywords: adolescents girl, fast food consumption, physical activity, premenstrual syndrome

4 HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 3 SUKABUMI MAULIDYA AYU HIDAYANTY Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

5

6 PRAKATA Bismillahirahmanirahim. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Aktivitas Fisik dengan Sindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri di SMAN 3 Sukabumi dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan, masukan serta saran selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Dr. Katrin Roosita, SP, MSi selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan ulasan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 3. Kepala Sekolah, guru-guru, serta siswi SMA Negeri 3 Sukabumi atas keramahan, kesediaan, dan kerjasama dalam membantu kelancaran penelitian. 4. Ayah dan ibu, Bapak Dadang Hidayat dan Ibu Nina Rahmawati, adikadik, Nurkholifah Rahimi Putri dan Muhammad Satria Ghaly, serta saudara-saudara dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan moril dan materil, serta doa yang tak hentihentinya. 5. David Yusuf Bakhtiar, S.T yang selalu memberikan semangat, doa, dan memberikan motivasi. 6. Meisya Eadyana M, Fika Rafika N, dan Yolandina Nurrohma P untuk doa dan semangat yang diberikan serta kebersamaan dan kekeluargaannya. 7. Sharrah, Dwikani, Diva, Dini, Hanifah, Andi, Bli Agus, Lutfi, Wilda, Nuzul, Sari, Ririn, Jeallyza, Aulia, Novia dan seluruh teman-teman Gizi Masyarakat 49 yang selalu membantu, memberikan semangat, doa, dan motivasi selama masa kuliah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan penulisan. Semoga hasil penelitian penulis dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Agustus 2016 Maulidya Ayu Hidayanty

7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 7 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 7 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 7 Jenis dan Cara Pengumpulan data 8 Pengolahan dan Analisis Data 8 Definisi Operasional 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 12 Karakteristik Contoh 13 Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 14 Karakteristik Menstruasi Contoh 15 Keluhan Sindrom Pramenstruasi 16 Asupan Energi dan Zat Gizi 17 Kebiasaan Konsumsi Fast Food 18 Aktivitas Fisik 19 Hubungan Antar Variabel 20 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 29 RIWAYAT HIDUP 34

8 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data 8 2 Jenis variabel dan kategori variabel penelitian 9 3 Skor keluhan menstruasi 10 4 Kategori tingkat keluhan menjelang menstruasi 10 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL 11 6 Sebaran contoh penelitian berdasarkan usia, status gizi, dan uang saku 13 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua 14 dan pendapatan keluarga 8 Sebaran contoh penelitian berdasarkan menarche 15 9 Sebaran contoh penelitian berdasarkan lama menstruasi Sebaran contoh berdasarkan lama siklus menstruasi Sebaran contoh penelitian berdasarkan keteraturan jadwal menstruasi Sebaran contoh berdasarkan keluhan PMS yang dialami Sebaran contoh berdasarkan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi Sebaran contoh penelitian berdasarkan frekuensi konsumsi fast food 19 satu bulan lalu 16 Sebaran contoh penelitian berdasarkan tingkat aktivitas fisik Hasil uji hubungan antar variabel asupan dengan tingkat keluhan 20 sindrom pramenstruasi 18 Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan frekuensi 22 konsumsi fast food 19 Hasil uji hubungan antar variabel jenis keluhan dengan aktivitas fisik Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR Frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya 30 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian hubungan kebiasaan konsumsi 6 fast food dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR 30 2 Tabel frekuensi konsumsi fast food berdasarkan jenisnya 30 3 Uji korelasi Spearman antara frekuensi konsumsi fast food dengan PMS 32 4 Uji korelasi Spearman antara tingkat aktivitas fisik dengan PMS 33

9 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa dimana terjadi perubahan secara fisik maupun psikologis (Hurlock 2004). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi perubahan intelektual, emosi, dan kehidupan sosial, sedangkan perubahan fisik yang terjadi seperti perubahan pada organ seksual yaitu alat reproduksi yang mulai mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik. Semua aspek perkembangan pada masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Tahapan remaja terbagi menjadi tiga kategori, usia tahun merupakan masa remaja awal, usia tahun adalah masa remaja pertengahan, dan usia tahun merupakan masa remaja akhir (Monks et al. 2000). Seluruh remaja umumnya akan mengalami pubertas. Pubertas pada remaja wanita salah satunya ditandai dengan menstruasi. Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10 sampai 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status gizi, berat badan relatif terhadap tinggi badan, serta gaya hidup. Menstruasi normal berlangsung rutin satu kali dalam sebulan sampai wanita mencapai usia tahun, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh kesehatan. Panjang rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari atau berkisar antara 21 hingga 35 hari. Lamanya siklus menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita selama saatsaat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan asupan gizi wanita tersebut (Simon 2003). Smith dan Shimp (2000) mengatakan bahwa wanita seringkali mengalami berbagai gejala sebelum terjadinya menstruasi. Salah satu gejala yang sering dialami adalah sindrom pramenstruasi. Sindrom pramenstruasi adalah gejalagejala yang disebabkan perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi wanita serta berhubungan dengan turun naiknya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Gejala tersebut dirasakan pada waktu antara saat ovulasi dan menstruasi, kemudian menghilang pada saat menstruasi hingga beberapa hari setelah menstruasi. Gejala-gejala tersebut meliputi tingkah laku seperti kegelisahan, depresi, iritabilitas/sensitif, lekas marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, dan kadang-kadang perubahan suasana hati yang sangat cepat. Selain itu juga keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut kembung atau nyeri, sakit kepala, dan nyeri pada sendi. Penyebab sindrom pramenstruasi menurut beberapa teori adalah karena adanya ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Seperti halnya yang dikatakan oleh Wyatt et al. (2001), bahwa defisiensi hormon progesteron adalah sebagai penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi. Survei menunjukkan bahwa sindrom pramenstruasi merupakan masalah kesehatan umum yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia subur (WUS). Studi epidemiologi menunjukkan kurang lebih 20% dari wanita usia subur (WUS) mengalami gejala sindrom pramenstruasi sedang hingga berat (Freeman 2007). Menurut Sylvia (2010), beberapa hal dapat dilakukan untuk menangani permasalahan sindrom pramenstruasi yaitu dengan terapi obat, psikoterapi dan

10 2 perubahan gaya hidup terutama memperhatikan faktor gizi. Sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi (Dickerson et al. 2003). Penelitian Ruhana (2005) juga menunjukkan bahwa sebesar 87.2% mahasiswi putri TPB IPB mengalami sindrom pramenstruasi, dan keluhan menstruasi ini mempengaruhi kegiatan sehari-hari. Hasil survei di Amerika Utara, sindrom pramenstruasi dialami oleh hampir 75% wanita dan sekitar 5% mengalami gejala sindrom pramenstruasi yang parah (Macdougall 2000). Perilaku remaja pada umumnya seringkali mengonsumsi pangan dengan kadar zat gizi rendah. Kesibukan yang dialami oleh remaja juga umumnya menyebabkan para remaja kurang memperhatikan dan melakukan aktivitas fisik yang cukup. Kebiasaan makan yang tidak tepat pada remaja dapat menyebabkan kurangnya asupan zat gizi yang dibutuhkan dan menyebabkan terjadinya berbagai gejala sindrom pramenstruasi, seperti halnya konsumsi makanan cepat saji (fast food). Pada era globalisasi ini, fast food semakin marak ditawarkan kepada masyarakat. Fast food merupakan makanan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak tetapi miskin zat gizi lainnya (Wirakusumah 2007). Memperhatikan asupan gizi serta aktivitas fisik yang cukup untuk mengatasi permasalahan sindrom pramenstruasi dapat membantu mencegah gejala-gejala yang terjadi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan gejala sindrom pramenstruasi pada remaja sehingga dapat berguna dalam menghadapi sindrom pramenstruasi secara dini. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik usia, status gizi, dan uang saku contoh? 2. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh? 3. Bagaimana karakteristik menstruasi contoh? 4. Bagaimana keluhan sindrom pramenstruasi contoh? 5. Bagaimana asupan energi dan zat gizi contoh? 6. Bagaimana kebiasaan konsumsi fast food contoh? 7. Bagaimana tingkat aktivitas fisik contoh? 8. Apakah terdapat hubungan antara asupan energi dan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi? 9. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi? 10. Apakah terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi?

11 3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik usia, status gizi, dan uang saku. 2. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga. 3. Mengidentifikasi karakteristik menstruasi. 4. Menganalisis keluhan sindrom pramenstruasi. 5. Menilai asupan energi dan zat gizi. 6. Menilai kebiasaan konsumsi fast food. 7. Menilai tingkat aktivitas fisik. 8. Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi. 9. Menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi. 10. Menganalisis hubungan tingkat aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara asupan energi dan zat gizi dengan sindrom pramenstruasi. 2. Terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi. 3. Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gejala-gejala yang timbul pada sindrom pramenstruasi serta cara mengatasi masalah tersebut, di samping itu juga diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kebiasaan makan yang baik dan juga mengaplikasikan aktivitas fisik yang cukup khususnya dalam mengatasi keluhan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan konstribusi yang berarti bagi penelitian yang akan datang khususnya yang terkait dengan penelitian sindrom pramenstruasi.

12 4 KERANGKA PEMIKIRAN Dickerson et al. (2003) menyatakan bahwa sebanyak 85% remaja putri yang masih mendapatkan siklus menstruasi mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi. Gejala-gejala yang timbul menjelang masa menstruasi diperkirakan akan menjadi gangguan terhadap aktivitas pada remaja pada saat menstruasi. Beberapa gejala yang timbul pada saat menstruasi atau disebut juga sindrom pramenstruasi penyebabnya dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Menstruasi yang terjadi pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hormon, kesehatan wanita, dan status gizi. Bobak (2004) menyatakan bahwa ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu siklus endomentrium, siklus ovulasi, dan siklus hipofisishipotalamus. Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu fase menstruasi, fase poliferasi, fase sekresi/luteal, dan fase iskemi/premenstrual. Pada fase menstruasi endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Kadar estrogen, progesteron, dan LH (Luteinizing Hormon) pada awal fase menstruasi menurun atau pada kadar terendahnya sedangkan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai. Siklus selanjutnya adalah siklus ovulasi. Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofisis mengeluarkan LH (luteinizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari

13 5 setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh. Siklus terakhir adalah sklus hipofisis-hipotalamus. Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (GnRH). Sebaliknya, GnRH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan luteinizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi. Kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan juga dikaitkan dengan frekuensi, pemilihan, konsumsi, dan penggunaan makanan yang tersedia berdasarkan faktor psikologi, fisiologi, sosial, dan budaya dimana seseorang hidup (Suhardjo 2003). Pertumbuhan remaja, meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktivitas remaja sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut. Remaja mulai dapat membeli dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri, dan biasanya remaja lebih suka makanan serba instan yang berasal dari luar rumah seperti fast food (Robert 2000). Fast Food merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh anak-anak, kaum muda sampai orang dewasa. Makanan ini merupakan makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak (Wirakusumah 2007). Asupan tinggi kalori dan tinggi lemak dapat meningkatkan gejala pada penderita sindrom pramenstruasi. Aktivitas fisik merupakan kegiatan sehari-hari dan olahraga yang dilakukan. Kategori aktivitas fisik dibagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Pengelompokkan aktivitas fisik didasarkan pada beban kerja masingmasing. Beban kerja ringan meliputi aktivitas sekolah dan aktivitas lain yang tidak menguras tenaga, beban kerja sedang meliputi aktivitas sekolah disertai dengan pekerjaan rumah tangga dan olahraga, dan beban kerja berat meliputi pekerjaan di lapangan. Peningkatan aktivitas fisik berkontribusi untuk meningkatkan dan pelepasan hormon endorfin dan diketahui dapat mengurangi rasa tegang, emosi, depresi dan gejala sindrom premenstruasi lainnya (Nurlaela et al. 2008). Kerangka penelitian ini digambarkan dalam skema berikut:

14 6 Karakteristik responden: Usia = tahun Usia menarche Lama menstruasi Lama siklus menstruasi Keteraturan menstruasi Konsumsi pangan non fast food Konsumsi fast food Asupan Gizi Tingkat Kecukupan Gizi Status Gizi (IMT/U) Aktivitas Fisik Sindrom Pramenstruasi Perubahan Hormonal Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian hubungan kebiasaan konsumsi fast food dan aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi pada remaja putri Keterangan : = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti

15 7 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah crosssectional study, yaitu mengamati seluruh variabel secara bersamaan pada waktu penelitian tersebut berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sukabumi. Pemilihan lokasi dipilih berdasarkan kemudahan akses peneliti yang berasal dari daerah tersebut dan juga sebagai tambahan informasi untuk pengentasan masalah sindrom pramenstruasi di lokasi tersebut. Penelitian berlangsung pada bulan Maret Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi contoh pada penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 3 Sukabumi. Kriteria contoh pada penelitian ini adalah remaja putri berusia 13 sampai 17 tahun (Hurlock 2004). Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara non-probability sampling yaitu purposive sampling. Perhitungan sampel didapat menggunakan rumus Lemeshow dan David (1997) dan menggunakan prevalensi remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: n = [Z (1- ) 2 p (1 p)] d 2 n = [(1.96) (1 0.85) (0.1) 2 n = Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan Z = 1.96 p = prevalensi remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi (85%) = derajat kepercayaan (95%) d = presisi (10% atau 0.1) Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 49 orang. Total contoh penelitian ini adalah 52 orang. Kriteria inklusi contoh yang mengikuti penelitian, yaitu: 1) Siswi SMA Negeri 3 Sukabumi kelas 10 dan 11; 2) Berusia antara tahun yang sudah mengalami menstruasi dan mengalami sindrom pramenstruasi; dan 3) Bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga akhir pengambilan data.

16 8 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data usia, berat badan, tinggi badan, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, usia menarche, lama menstruasi, siklus menstruasi, keteraturan menstruasi, keluhan sindrom pramenstruasi, asupan energi dan zat gizi, frekuensi konsumsi fast food, dan aktivitas fisik. Sedangkan data sekunder meliputi profil sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik contoh Rasio Pengisian kuesioner, Usia penimbangan berat badan Berat badan Tinggi badan menggunakan timbangan digital (ketelitian 0.1 kg), pengukuran tinggi badan menggunakan stature meter (ketelitian 1 cm). 2 Karakteristik keluarga Ordinal Pengisian kuesioner Pendidikan terkahir ayah Pendidikan terakhir ibu Pendapatan keluarga 3 Menstruasi Usia menarche Lama menstruasi Siklus menstruasi Keteraturan menstruasi Rasio Ordinal Ordinal Nominal Pengisian kuesioner 4 Keluhan menstruasi Rasio Pengisian kuesioner 5 Tingkat keluhan menstruasi Ordinal Pengisian kuesioner 6 Asupan energi dan zat gizi Rasio Food Recall 1x24 jam sebanyak 2 kali 7 Frekuensi konsumsi fast food Ordinal FFQ (Food Frequency Quesionaire) 8 Aktivitas Fisik Ordinal Recall aktivitas 1x24 jam sebanyak 2 kali Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 for Windows. Tahap pengolahan data yang dilakukan berupa pemberian kode, entri data, edit data dan cleaning data. Data diolah secara statistik deskriptif dan inferensia. Data yang diolah dengan statistik deskriptif meliputi usia, status gizi, usia pertama mendapatkan menstruasi (menarche), lama menstruasi, siklus menstruasi, keteraturan menstruasi, keluhan sindrom pramenstruasi, asupan energi dan zat gizi, frekuensi konsumsi fast food, dan aktivitas fisik. Analisis statistik inferensia

17 9 digunakan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan sindrom pramenstruasi dan hubungan antara aktivitas fisik dengan sindrom pramenstruasi. Sebelum dilakukan uji lanjut untuk menganalisis hubungan, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Selanjutnya uji hubungan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Sprearman. Tabel 2 Jenis variabel dan kategori variabel penelitian No Jenis variable Kategori 1 Status gizi Sangat kurus (<-3 SD) Kurus ( -3 SD s/d <-2 SD) Normal (-2 SD s/d 1 SD) Gemuk (>1 SD s/d 2 SD) Obesitas (>2 SD) (Kemenkes 2010) 2 Lama menstruasi <3 hari 3-9 hari >9 hari 3 Lama siklus menstruasi <25 hari hari >30 hari 4 Tingkat keluhan menstruasi Tidak ada keluhan (skor 0) Ringan (skor 1-4) Sedang (skor 6-12) Berat (skor >12) (Jones et al. 1996) 5 Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat Defisit berat (<70% AKG) Defisit sedang (70-79% AKG) Defisit Ringan (<90% AKG) Normal (90-119% AKG) Lebih ( 120% AKG) (Depkes RI 1996) 6 Asupan kalsium dan zat besi Kurang (<77% AKG) Cukup ( 77% AKG) (Gibson 2005) 7 Frekuensi konsumsi fast food >1 kali/hari 1 kali/hari 3-6 kali/minggu 1-2 kali/minggu 2 kali/bulan Tidak pernah (Gibson 2005) 8 Tingkat aktivitas fisik Aktivitas ringan Aktivitas sedang Aktivitas berat (FAO/WHO/UNU 2001)

18 10 Data status gizi contoh didapatkan berdasarkan data yang diperoleh yaitu usia, berat badan, dan tinggi badan. Status gizi dihitung dengan parameter Indeks Masa Tubuh menurut umur (IMT/U). Pengukuran dilakukan menggunakan software WHO anthroplus Keluhan sindrom pramenstruasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis keluhan, yaitu keluhan berat diberi skor 3 (kram di bawah perut, sakit kepala, mual, dan muntah), keluhan sedang diberi skor 2 (sakit pada payudara, sakit pinggang, dan lesu) dan keluhan ringan diberi skor 1 (jerawat, lebih emosional, dan keluhan lainnya). Total skor keluhan sindrom pramenstruasi sebesar 21 (Tabel 3). Sumber: Jones et al Tabel 3 Skor keluhan menstruasi No Jenis keluhan Skor 1 Sakit kram dibawah perut 3 2 Sakit kepala/pusing 3 3 Mual 3 4 Muntah 3 5 Sakit pada payudara 2 6 Sakit pinggang 2 7 Lesu 2 8 Jerawat 1 9 Lebih emosional 1 10 Lain-lain 1 Total 21 Tingkat keluhan sindrom pramenstruasi didapatkan dengan cara menjumlahkan skor masing-masing keluhan berdasarkan jenis keluhan yang dirasakan oleh contoh. Kategori tingkat keluhan 0 diberikan kepada contoh yang tidak memiliki keluhan, kategori ringan diberikan kepada contoh dengan skor keluhan menstruasi 1 sampai 4, kategori sedang diberikan kepada contoh dengan skor keluhan 5 sampai 12, dan kategori berat diberikan kepada contoh dengan skor keluhan lebih besar dari 12 (Tabel 4). Sumber: Jones et al Tabel 4 Kategori tingkat keluhan menjelang menstruasi Skor keluhan menjelang menstruasi Kategori 0 Tidak ada keluhan 1-4 Ringan 5-12 Sedang >12 Berat Data konsumsi pangan diperoleh dari Food Recall 1x24 jam sebanyak dua kali yaitu pada hari libur dan hari sekolah, sedangkan data kebiasaan konsumsi fast food direkap berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi selama satu bulan terakhir dengan menggunakan Food Frequency Quesionaire (FFQ). Data konsumsi pangan dari Food Recall direkap untuk diidentifikasi jenis makanan

19 11 yang dikonsumsi dan ukurannya. Data konsumsi pangan yang telah diperoleh kemudian dikonversi ke dalam zat gizi menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) tahun Untuk menghitung kecukupan energi dan zat gizi, dibagi menjadi dua kelompok remaja putri, yaitu usia tahun dan tahun berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun Berikut merupakan rumus perhitungan kandungan energi dan zat gizi dan tingkat kecukupannya. Kandungan gizi = Tingkat kecukupan = gram konsumsi 100 BDD 100 energi zat gizi berdasarkan DKBM energi zat gizi aktual energi zat gizi berdasarkan AKG 100% Data aktivitas fisik diperoleh melalui metode recall 1x24 jam pada hari sekolah dan hari libur. Selanjutnya hasil diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas dikalikan dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut: PAL = Σ (PAR x Alokasi Waktu Tiap Aktifitas) 24 Jam Keterangan: PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu) Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi beberapa jenis kategori berdasarkan nilai PAR seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya PAL dikategorikan menjadi kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001) seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Nilai PAL Aktivitas Ringan Aktivitas Sedang Aktivitas Berat Sumber: FAO/WHO/UNU (2001) Definisi Operasional Contoh penelitian adalah remaja putri berusia (15-17 tahun) kelas 10 dan 11 di SMAN 3 Sukabumi, mengalami sindrom pramenstruasi dan bersedia mengikuti penelitian. Status gizi adalah keadaan kesehatan seorang individu maupun kelompok yang diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan parameter IMT/U.

20 12 Kebiasaan konsumsi fast food adalah jumlah konsumsi fast food dalam rentan waktu satu bulan terakhir yang diukur dengan FFQ. Asupan gizi adalah jumlah asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium dan besi yang diukur dengan Food Recall. FFQ fast food adalah kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengkonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman dalam satu bulan. Food Recall 1x24 jam adalah mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam. Dilakukan selama 2 hari, yaitu hari libur dan hari sekolah. Aktivitas Fisik adalah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik pada remaja digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu, aktivitas ringan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat. Sindrom Pramenstruasi (PMS) adalah gejala yang timbul pada fase folikular (5 sampai 10 hari) pada siklus menstruasi yang diukur pada fase pramenstruasi (6 hari sebelum menstruasi). Menarche adalah usia sampel penelitian ketika pertama kali mengalami menstruasi. Lama menstruasi adalah jumlah hari menstruasi pada satu periode. Lama siklus menstruasi yaitu jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (hari). Panjang siklus menstruasi normal yaitu 24 sampai 35 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Sukabumi yang merupakan salah satu sekolah favorit yang berada di Jalan Ciaul Baru No. 21, Sukabumi, Jawa Barat. Sekolah ini didirikan pada bulan Oktober 1974 dengan luas lahan sebesar m 2. Jumlah tenaga pendidik di sekolah ini berjumlah 88 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 27 orang. Pada tahun ajaran 2015/2016 siswa di SMA Negeri 3 Sukabumi berjumlah orang. Siswa kelas 10 berjumlah 576 orang dan siswa kelas 11 berjumlah 432 orang. Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah diantaranya adalah ruang kelas sebanyak 35 kelas, laboratorium IPA meliputi: laboratorium fisika, kimia, dan biologi, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, laboratorium multimedia, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, tempat ibadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, tempat bermain/olahraga, auditorium, dan kantin. Kantin sekolah menjual berbagai macam jenis makanan, termasuk di dalamnya adalah fast food seperti fried chicken, spaghetti, dan french fries atau kentang goreng. Lokasi sekolah berada dekat dengan pusat kota dan pusat perbelanjaan atau mall dimana di tempat-tempat tersebut banyak terdapat restoran fast food.

21 13 Karakteristik Contoh Karakteristik contoh yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data usia, status gizi, dan uang saku. Usia yang diambil pada penelitian ini termasuk kategori remaja yaitu antara tahun (Hurlock 2004). Contoh dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 3 Sukabumi kelas 10 dan 11 yang berjumlah 52 orang. Kisaran usia contoh dalam penelitian ini adalah tahun, persentase terbesar berada pada usia 16 tahun (46.15%). Contoh termasuk dalam kategori remaja pertengahan dengan usia tahun dan remaja akhir dengan usia tahun (Widyastuti et al. 2009). Status gizi contoh sebagian besar (86.54%) adalah normal. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya, serta berpengaruh terhadap usia menarche dan keadaan menstruasi pada remaja putri. Semakin baik status gizi seorang remaja putri, maka usia menarche juga menjadi semakin awal (Riyadi 2003). Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan untuk anak pada jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan (Napitu 1994). Uang saku dalam penelitian ini merupakan uang saku per hari yang digunakan contoh untuk jajan di sekolah. Uang saku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi pangan. Ratarata uang saku contoh berada pada kisaran Rp sampai Rp Tabel 6 menunjukkan sebaran contoh penelitian berdasarkan usia, status gizi, dan uang saku. Tabel 6 Sebaran contoh penelitian berdasarkan usia, status gizi, dan uang saku Variabel n % Usia (tahun) Total Rata-rata±SD 16.08±0.74 Status gizi Sangat kurus 0 0 Kurus Normal Gemuk Obesitas 0 0 Total Rata-rata±SD -0.06±0.91 Uang saku < > Total

22 14 Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Tingkat pendidikan orang tua diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal dari ayah dan ibu. Sebagian besar pendidikan ayah (50.00%) dan ibu (53.85%) adalah SMA. Hasil penelitian Ernawati (2006) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin baik pertumbuhan anaknya. Setidaknya ada lima upaya yang merupakan imbas dari pendidikan ibu dan ayah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu pendidikan akan meningkatkan sumberdaya keluarga, pendapatan keluarga, alokasi waktu untuk pemeliharaan kesehatan anak, produktivitas dan efektivitas pemeliharaan kesehatan, dan referensi kehidupan keluarga. Pendapatan keluarga merupakan penghasilan yang diperoleh keluarga setiap bulannya. Sebagian besar (40.38%) tingkat pendapatan orang tua contoh berkisar antara Rp sampai Rp Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan dalam suatu keluarga. Jika tingkat pendapatan naik maka jumlah dan jenis makanan yang dapat dikonsumsi pun semakin meningkat serta beragam (Elisa dan Sofwan 2012). Tabel 7 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan pendapatan keluarga Karakteristik sosial ekonomi keluarga n % Pendidikan Ayah SD SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma S S S Total Pendidikan Ibu SD SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma S S S Total Pendapatan Keluarga < > Total

23 15 Karakteristik Mentsruasi Contoh Menarche Menarche adalah usia pertama seorang wanita mendapatkan menstruasi. Menarche contoh pada penelitian ini rata-rata berada pada usia 12.56±0.85 tahun (Tabel 8). Sebaran usia menarche contoh keseluruhan dengan jumlah persentase terbesar yaitu pada usia 12 tahun sebesar 42.31%. Berbeda dengan penelitian Carwill et al. (2015) yang menyatakan bahwa rata-rata usia menarche adalah 13.1 tahun. Umumnya usia menarche paling sering terjadi pada usia 13 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada usia 10 sampai 16 tahun (Rajikin 2007). Sama halnya dengan penelitian Devi (2009) bahwa usia menarche sebanyak 80% berada pada kelompok usia antara 12 sampai 15 tahun. Tabel 8 Sebaran contoh penelitian berdasarkan menarche Usia menarche (tahun) n % Total Rata-rata 12.56±0.85 Usia menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi di antaranya adalah kelainan pada organ reproduksi, faktor hormonal, dan penyakit, sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal adalah gizi, pengetahuan diri dan orang tua, serta gaya hidup. Semakin baik konsumsi pangan seseorang, maka usia menarche semakin awal (Lusiana dan Dwiriani 2007). Semakin baik konsumsi pangan seorang anak perempuan dalam diet dan pemenuhan energi serta protein tercukupi akan mendorong pencapaian berat badan dan lemak tubuh, sehingga memiliki kadar leptin yang cukup untuk mendukung terjadinya menarche (Rahayu 2012). Lama Menstruasi Baziad (2005) berpendapat bahwa lama menstruasi pada umumnya berkisar antara 3 sampai 5 hari, dan ada sebagian antara 7 sampai 8 hari, apabila lebih dari 9 hari dianggap tidak normal. Berdasarkan Tabel 9, lama menstruasi contoh penelitian berada pada kisaran 3-9 hari sebanyak 96.15% dan sebesar 3.85% contoh mengalami lama menstruasi tidak normal yaitu lebih dari 9 hari. Lamanya menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lingkungan, lamanya menstruasi ibu, usia, dan ovulasi (Lusiana dan Dwiriani 2007). Contoh penelitian yang memiliki lama menstruasi di atas normal diduga mengalami hipermenorea (menoragia), yaitu perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama dari waktu normalnya (Simanjuntak 2007).

24 16 Tabel 9 Sebaran contoh penelitian berdasarkan lama menstruasi Lama menstruasi (hari) n % < > Total Lama Siklus dan Keteraturan Menstruasi Menstruasi berulang setiap bulan dan akhirnya membentuk siklus menstruasi. Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat satu hari sebelum menstruasi bulan berikutnya. Berdasarkan Tabel 10 contoh penelitian memiliki lama siklus menstruasi antara 25 sampai 30 hari (69.23%). Umumnya siklus menstruasi pada wanita berbeda-beda, dengan varians normal antara 26 sampai 32 hari atau 28 sampai 35 hari (Sarwono 2008). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan lama siklus menstruasi Lama siklus menstruasi (hari) n % < > Total Siklus menstruasi yang tidak teratur merupakan sesuatu hal yang sering dijumpai pada wanita usia reproduksi. Sebanyak 63.46% contoh penelitian menyatakan bahwa menstruasi mereka datang tidak teratur (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran contoh penelitian berdasarkan keteraturan jadwal menstruasi Keteraturan jadwal menstruasi n % Tepat Waktu Datang Lebih Awal Datang Terlambat Total Wanita yang memiliki periode menstruasi lebih dari 35 hari dan mengalami haid yang tidak teratur atau haid yang sedikit sekali, menandakan bahwa wanita tersebut mengalami oligomenore. Menurut Waryana (2010), oligomenore dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain stres, penyakit kronik, adanya tumor yang meningkatkan produksi estrogen, asupan gizi yang kurang, dan gangguan pola makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia. Keluhan Sindrom Pramenstruasi Menstruasi tidak hanya keluarnya darah dari vagina, terkadang disertai dengan keluhan atau disebut juga sindrom pramentsruasi (PMS). Sindrom pramenstruasi merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan hilang setelah

25 17 terjadinya menstruasi, tetapi kadang-kadang berlangsung terus hingga menstruasi selesai. Gejala sindrom pramenstruasi pada setiap wanita berbeda-beda, beberapa wanita mengalaminya tidak secara terus menerus, ada juga yang bulan berikutnya tidak terasa gejalanya (Indusekhar et al. 2007). Berdasarkan suatu studi, jenis keluhan sindrom pramenstruasi yang paling umum terjadi adalah nyeri payudara, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah, dan emosi (Stephenson 2001). Hasil identifikasi keluhan yang banyak dialami remaja putri pada penelitian ini sebanyak 86.54% mengalami sakit kram dibawah perut, 84.62% mengalami lebih emosional, 78.85% mengalami sakit pinggang, dan 73.08% mengalami timbul jerawat. Hasil identifikasi jenis-jenis keluhan yang dialami remaja putri dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan keluhan PMS yang dialami Jenis keluhan n = 52 n % Sakit kram dibawah perut Sakit kepala/pusing Mual Muntah Sakit pada payudara Sakit pinggang Lesu Jerawat Lebih emosional Tingkat keluhan sindrom pramenstruasi digolongkan menjadi 4 kategori, yaitu tidak ada keluhan, ringan, sedang, dan berat (Jones et al. 1996). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 86.54% contoh (Tabel 13) mengalami keluhan sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Utari (2013) dan Luthfiah (2007) bahwa pada remaja putri sebagian besar mengalami jenis keluhan sindrom pramenstruasi tingkat sedang dengan menggunakan metode pengukuran tingkat keluhan yang sama. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Kategori tingkat keluhan n % Tidak ada keluhan Ringan Sedang Berat Total Asupan Energi dan Zat Gizi Rata-rata total asupan energi dan zat gizi contoh dihitung dari konsumsi pangan harian. Asupan energi dan zat gizi rata-rata contoh penelitian masih berada dibawah angka kecukupan yang dianjurkan per hari. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk

26 18 contoh (perempuan usia 15 sampai 17 tahun) adalah sebesar kkal per hari. Angka kecukupan protein yang dianjurkan adalah 69 gram dan 59 gram untuk perempuan dengan usia 13 sampai 15 tahun dan 16 sampai 18 tahun. Angka kecukupan lemak yang dianjurkan adalah 71 gram. Angka kecukupan karbohidrat yang dianjurkan adalah 292 gram. Angka kecukupan kalsium yang dianjurkan yaitu mg per hari dan untuk angka kecukupan besi yaitu 26 mg per hari. Rata-rata asupan energi per hari pada contoh penelitian adalah sebesar kkal, protein gram, lemak 39.9 gram, karbohidrat gram, kalsium mg, dan zat besi 7.62 mg. Angka tersebut masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan, nenurut Depkes RI (1996) rata-rata tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contoh penelitian berada dalam kategori defisit berat (<70% AKG). Asupan kalsium dan zat besi juga masih kurang dari angka yang dianjurkan dan termasuk dalam kategori kurang (<77% AKG) (Gibson 2005). Asupan energi dan zat gizi contoh yang termasuk dalam kategori defisit berat dapat disebabkan oleh ketidakterarutan frekuensi makan, masih banyak contoh yang makan hanya satu atau dua kali saja dalam satu hari. Kualitas dan kuantitas makanannya pun kurang baik. Frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari. Menurut Khomsan (2004), apabila kita makan hanya satu atau dua kali per hari, secara kuantitas dan kualitas sulit untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi. Defisiensi juga terjadi diduga disebabkan oleh underestimate yang mungkin terjadi dalam penelitian ini. Banyak contoh dengan daya ingat rendah untuk mengingat kembali makanan yang dikonsumsinya. Hal tersebut merupakan kekurangan dari penilaian konsumsi pangan dengan menggunakan metode food recall. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dan zat gizi Energi dan zat gizi Rata-rata Asupan Tingkat kecukupan (%) Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Kebiasaan Konsumsi Fast Food Fast food adalah makanan yang dapat disajikan dalam waktu sesingkat mungkin atau dapat dikonsumsi secara cepat. Menurut Khomsan (2004), fast food adalah makanan yang cukup mempunyai gizi tinggi. Akan tetapi pada umumnya, fast food yang terdapat di pasaran hanya tinggi kalori, lemak, dan natrium, miskin akan sayuran yang mengandung banyak vitamin dan serat. Fast food yang dimaksud adalah fast food modern, seperti fried chicken, french fries, burger, spaghetti, pizza dan lain-lain. Sebagian besar contoh penelitian yaitu 53.85% mengonsumsi fast food dengan frekuensi 1-2 kali/minggu (Tabel 15).

27 19 Tabel 15 Sebaran contoh penelitian berdasarkan frekuensi konsumsi fast food satu bulan lalu Frekuensi n % >1 kali/hari kali/hari kali/minggu kali/minggu kali/bulan Tidak pernah Total Hasil penelitian menunjukkan frekuensi konsumsi fast food terbanyak adalah pada fried chicken dengan frekuensi 2 kali/bulan sebanyak 57.69%. Rahmadi (2003) menyatakan bahwa jenis fast food yang biasa dikonsumsi oleh konsumen adalah fried chicken, burger, spaghetti, dan french fries (fried chicken adalah menu yang paling diminati konsumen). Ketidakseimbangan zat gizi di dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan setiap hari. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi di dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit dan juga berhubungan dengan terjadinya sindrom pramenstruasi (Nagata et al. 2004). Jenis fast food yang dikonsumsi contoh selama satu bulan terakhir dapat dilihat pada Lampiran 2. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier 2004). Rata-rata PAL pada hari sekolah dan hari libur yang dilakukan oleh contoh masing-masing yaitu 1.39 dan 1.50 atau dikategorikan aktivitas ringan. Aktivitas fisik yang rendah pada hari sekolah dikarenakan sebagian besar contoh pergi kesekolah dengan menggunakan transportasi umum seperti angkot atau ojek, olahraga juga jarang dilakukan ketika hari sekolah. Kegiatan di sekolah tidak berat yakni hanya duduk, menulis dan mendengarkan guru mengajar. Ketika istirahat contoh menghabiskan waktu dengan makan bekal yang dibawa dari rumah atau membeli jajanan di kantin sekolah. Sepulang sekolah contoh lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan tidur-tiduran sambil bermain handphone. Rata-rata PAL pada hari libur sedikit lebih tinggi daripada pada hari sekolah. Hal ini terjadi karena pada hari libur, terdapat beberapa contoh yang melakukan aktivitas olahraga seperti badminton dan jogging. Sebagian besar aktivitas fisik contoh yaitu 94.23% termasuk pada kategori ringan dengan rata-rata nilai PAL 1.44±0.18, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kiess et al. (2004) yang menunjukkan bahwa terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas fisik, seperti pergi ke sekolah dengan naik kendaraan, kurangnya aktivitas bermain dengan teman, serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan untuk bermain diluar rumah, sehingga seseorang menjadi lebih senang bermain komputer/games, menonton televisi atau video dibanding

28 20 melakukan aktivitas fisik. Tabel 16 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik. Tabel 16 Sebaran contoh penelitian berdasarkan tingkat aktivitas fisik Aktivitas fisik Hari sekolah Hari libur Rata-rata n % n % n % Ringan Sedang Berat Total Hubungan Antar Variabel Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi dengan Sindrom Pramenstruasi Analisis hubungan variabel-variabel seperti asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan zat besi dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Terdapat hubungan yang nyata antara energi dan protein dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p<0.05). Variabel lain menurut hasil uji korelasi tidak memiliki hubungan yang nyata (Tabel 17). Tabel 17 Hasil uji hubungan antar variabel asupan dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi Variabel Tingkat keluhan r p Energi (kkal) * Protein (g) * Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Besi (mg) *Signifikan pada p<0.05 Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara asupan energi dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p<0.05). Berbeda dengan penelitian Utari (2013), bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara asupan energi dengan sindrom pramenstruasi. Penelitian lain menunjukkan bahwa asupan energi dan derajat sindrom pramenstruasi memiliki hubungan, yaitu asupan energi yang tinggi terjadi pada wanita dengan sindrom pramenstruasi berat (Giannini et al. 1985). Perubahan aktivitas selama siklus menstruasi menyebabkan pengeluaran energi pada fase luteal sebagai akibat dari perubahan hormon, sehingga dibutuhkan peningkatan asupan energi. Meningkatnya asupan energi selama fase luteal disebabkan respon dari meningkatnya metabolisme hormon pada fase ini. Asupan protein contoh memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi (p<0.05). Berbeda dengan penelitian Utari (2013) bahwa antara asupan protein dengan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini terjadi proses perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Pada fase ini ditandai dengan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden menurut Usia Karakteristik usia responden menunjukan distribusi tertinggi adalah usia 9-11 tahun sebanyak 16 responden (53%) dan sisanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan 0 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya berkembang dalam sisi psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahanperubahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE Nita Monica Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK Menarche adalah menstruasi pertama di tengah masa pubertas yang terjadi di awal masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan lima belas studi utama yang diterbitkan antara tahun 2002 dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu masalah yang paling umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga senam sudah sedemikian maju, khususnya senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota besar maupun di kota-kota

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah di mulai. Datangnya menstruasi pertama

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI Bertha Melisa Purba, 2011 Pembimbing : I. Winsa Husin, dr., M.Sc., M.Kes., PA(K)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dari beberapa masa yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat lebih dari 70 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Wanita yang mulai memasuki usia pubertas normalnya dalam perjalanan hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah pengeluaran darah yang berasal

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWA IPB AVIANI HARFIKA

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWA IPB AVIANI HARFIKA HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA MAHASISWA IPB AVIANI HARFIKA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci