TINJAUAN PUSTAKA. golongan rumput berumpun dengan klasifikasi sebagai berikut: : ada 25 spesies, dua di antaranya adalah Oryza sativa L dan Oryza

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. golongan rumput berumpun dengan klasifikasi sebagai berikut: : ada 25 spesies, dua di antaranya adalah Oryza sativa L dan Oryza"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspek Teknis Komoditi Padi Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam golongan rumput berumpun dengan klasifikasi sebagai berikut: Genus Famili Spesies : Oryza Linn : Gramineae (Poaceae) : ada 25 spesies, dua di antaranya adalah Oryza sativa L dan Oryza glaberina Steund (AAK, 1990). Padi tergolong tanaman pertanian kuno yang berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zheziang (China) sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesa (India) sekitar 100 sampai dengan 800 SM (Purnamawati & Purwono, 2002 dalam Aulia, 2008). Tanaman padi memiliki ciri khusus pada bagian tubuhnya. Batang padi berbuku dan berongga, dari buku batang ini tumbuh anakan dan daun, bunga atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10 sampai dengan 20 cm. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi. Nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah kalori. Apabila kebutuhan tersebut disetarakan dengan dengan beras, maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg (AKK,1980).

2 Tanaman padi dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi kering yang tumbuh di lahan kering dan padi sawah yang memerlukan air menggenang dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Herawati, 2012). a. Padi sawah Ciri khusus padi sawah adalah adanya penggenangan selama pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah berstruktur lumpur. Tanah yang ideal untuk sawah harus memiliki kandungan liat minimal 20%. Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari empat minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan. Sebelum diolah lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar tujuh hari. b. Padi gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering, sumber air seluruhnya tergantung pada curah hujan. Tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan lebih dari 200 mm per bulan selama tidak kurang dari tiga bulan. Lahan kering yang digunakan untuk padi gogo di Indonesia umumnya adalah lahan marjinal yang sebenarnya kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Kebutuhan benih untuk padi gogo lebih banyak daripada padi sawah, yaitu sekitar 50 kg per ha. Hal ini disebabkan karena persentase pertumbuhan padi gogo lebih kecil. Padi gogo memiliki kelebihan yaitu tidak perlu disemai terlebih dahulu, benih dapat langsung ditanam dalam lubang. 2.2 Gerakan Pembangunan (Gerbang) Pangan Serasi Pemda Kabupaten Tabanan memiliki visi dan misi kerja berbasis pertanian dengan tujuan menyejahterakan warga masyarakat dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan, dan kemandirian masyarakat. Berbasis pertanian artinya

3 sektor pertanian mampu sebagai pembangkit ekonomi daerah yang dicirikan dengan produk pertanian mampu bersaing di pasar regional dan global serta terwujudnya masyarakat Tabanan Sejahtera Aman dan Berprestasi (Tabanan Serasi) (BP3K Kabupaten Tabanan, 2015). Sektor pertanian merupakan basis ekonomi Kabupaten Tabanan sehingga pemerintah menaruh perhatian khusus dengan terus menciptakan kebijakan dalam pengelolaan dan manajemen pembangunan pertanian dalam rangka terwujudnya pertanian berkelanjutan. Inovasi ini diwujudkan dengan melakukan langkahlangkah pembenahan melalui sinergi antar sektor hulu dengan sektor hilir (BP3K Kabupaten Tabanan, 2015). Program di bidang pertanian diluncurkan sebagai wujud komitmennya adalah program GPS. Program GPS diarahkan pada pertanian ramah lingkungan (go organic). Landasan berpikir dalam penciptaan program GPS adalah: (i) bahwa telah terjadi kecenderungan penurunan kesuburan tanah dan praktik penggunaan bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan dan lingkungan, (ii) bahwa petani sebagai penghasil produk pangan perlu dilindungi dan mendapat kepastian pasar agar program pemerintah yang ditujukan kepada petani mampu meningkatkan pendapatan petani, dan (iii) bahwa masyarakat luas umumnya dan jajaran pemerintah Kabupaten Tabanan khususnya perlu berkontribusi terhadap penyelamatan lahan pertanian dan lingkungan serta peningkatan pendapatan petani melalui mencintai produk yang dihasilkan oleh petani lokal (Peraturan Bupati Tabanan, 2014). Berdasarkan atas pertimbangan tersebut maka dibuatlah program GPS di tahun Program GPS pertamakali dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor

4 tahun 2012 tentang Program Gerbang Pangan Serasi. Tahun 2014 program ini dilanjutkan lagi seperti dalam Keputusan Bupati Nomor 49/02/HK & HAM/2014 tentang Penetapan Penerimaan Program Gerbang Pangan Serasi Tahun 2015 dan Lanjutan (BP3K Kabupaten Tabanan, 2015). Program GPS mengusung motto beras sehat Tabanan: untungkan petani, sehatkan konsumen, dan lestarikan lingkungan (Artana, 2014). Motto untungkan petani memiliki pengertian bahwa program GPS mampu menjamin kepastian harga gabah. Program GPS juga mampu mendidik petani untuk menyiapkan sendiri kompos dan pestisida nabati atau hayati sesuai kebutuhan karena semua bahan dapat diperoleh dari ternak dan dari lingkungan sekitarnya. Motto sehatkan konsumen memiliki pengertian bahwa produk hasil dari program GPS berupa beras diperoleh dari proses pertanian dengan tidak memanfaatkan bahan-bahan kimia sintetis sehingga residu logam berat pada pangan dipastikan lebih rendah dibandingkan dengan beras konvensional. Motto lestarikan lingkungan memiliki pengertian melalui sistem pertanian yang diterapkan pada program GPS akan mampu mengembalikan kesuburan tanah dan kehidupan ekosistem sawah berlangsung secara alami karena musuh-musuh alami hama atau penyakit tanaman tidak ikut terbunuh. Melalui sistem pertanian organik, air dan lingkungan tidak tercemar oleh bahan-bahan kimia berbahaya (Artana, 2014). Tujuan dari program GPS dalam jangka pendek adalah: (i) meningkatkan efektifitas program pertanian baik yang berasal dari program kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat, (ii) meningkatkan produktivitas pertanian, (iii) meningkatkan peran pemerintah dalam produksi, kelembagaan, maupun memfasilitasi pasar bagi petani, dan (iv) meningkatkan rasa memiliki oleh petani

5 terhadap program-program pembangunan. Tujuan jangka waktu tiga sampai dengan lima tahun kedepan adalah: (i) serapan lapangan pekerjaan di sektor pertanian on-farm dan off-farm meningkat, (ii) kawasan pertanian yang digarap berkembang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi pedesaan, (iii) pendapatan petani dan keluarga petani meningkat, serta (iv) alih fungsi lahan pertanian lebih terkendali (Bappeda Kabupaten Tabanan, 2013) 2.3 Konsep Usahatani Pertanian dapat didefiniskan sebagai suatu usaha produksi yang didasarkan pada proses biologis pertumbuhan tanaman dan hewan. Tingkat kemajuan usahatani seorang petani dapat diukur dari besarnya pengawasan dan campur tangan langsung terhadap pertumbuhan tanaman atau hewan dalam usahatani. Indonesia sebagai salah satu negara yang perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian selalu merupakan prioritas utama sejak Pelita I sampai saat ini dengan berbagai paket program seperti ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan guna meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan petani, dan pendapatan nasional (Tuwo, 2011). Definisi usahatani menurut Rifai (2000 dalam Tuwo 2011) adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian. Menurut Adiwilaga, ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan manusia dengan melakukan pertanian di atas tanah (Tuwo,2011). Definisi-definisi yang dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani adalah pengorganisasian alam, tenaga kerja, dan modal dengan teknik pengelolaan untuk memperoleh hasil dan keuntungan yang berkelanjutan. Makna luas usahatani identik dengan

6 agribisnis yang mencakup empat subsistem pengadaan sarana produksi, produksi usahatani, pengolahan hasil, dan pemasaran. Hernanto (1991 dalam Rachmiyanti, 2011) menyatakan bahwa unsur pokok yang ada dalam usahatani yang penting untuk diperhatikan adalah lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan (manajemen). Unsur-unsur tersebut dikenal dengan istilah faktor produksi yang mempunyai kedudukan satu sama lain. Kekurangan salah satu dari faktor tersebut menyebabkan hasil yang diperoleh kurang memuaskan, bahkan tidak ada hasil (Tuwo, 2011). Uraian penjelasan dari faktorfaktor produksi dalam usahatani adalah. a. Lahan Lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lainnya dan distribusi penguasaannya di masyarakat pun tidak merata. Lahan memiliki beberapa sifat, antara lain: luas relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat dipindahtangankan. Berdasarkan hal tersebut maka lahan dianggap sebagai salah satu faktor produksi usahatani meskipun di bagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atau unsur pokok dari modal usahatani. b. Tenaga kerja Terdapat tiga jenis tenaga kerja dalam usahatani yaitu manusia, ternak, dan mekanik. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga atau dari luar keluarga. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anakanak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya.

7 Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan untuk pengangkutan, sedangkan tenaga kerja mekanik bersifat substitusi pengganti ternak dan atau manusia. Jika kekurangan tenaga kerja, petani dapat memperkerjakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan memberi balas jasa berupa upah. c. Modal Menurut Banoewidjojo (1983) modal merupakan penyangga faktor-faktor lain dari usahatani yang telah disebutkan sebelumnya. Diantara empat faktor produksi yang terdapat dalam usahatani, modal merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kegiatan usahatani, terutama modal operasional. Hal ini karena modal operasional terkait langsung dengan aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usahatani. Modal operasional adalah modal dalam bentuk tunai yang dapat ditukarkan dengan barang modal lain seperti sarana produksi dan tenaga kerja, bahkan untuk membiayai pengelolaan (manajemen). d. Pengelolaan (manajemen). Pengelolaan atau manajemen usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisir, dan mengoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik mungkin serta mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. 2.4 Konsep Penelitian Usahatani. Penelitian usahatani adalah suatu tindakan sistematis dan teliti terhadap pengukuran keberhasilan usahatani atau bertujuan melihat keragaan kegiatan usahatani. Alat analisis yang digunakan untuk melihat keragaan kegiatan usahatani adalah analisis pendapatan usahatani dan analisis rasio penerimaan usahatani atas biaya (Soekartawi, 1986).

8 Kebutuhan terhadap penelitian usahatani terletak pada peran penting pertanian dalam mencukupi kebutuhan pangan nasional. Beberapa peran penelitian usahatani terhadap pembangunan pertanian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Rekomendasi Penelitian usahatani mempunyai peranan penting dalam penelitian terpadu dengan ahli biologi pertanian dalam mengembangkan, menguji, dan mengevaluasi teknik berproduksi yang baru. Penelitian mengenai teknologi baru, khususnya dari segi pengujian dan evaluasi, merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam penelitian usahatani. Setelah cukup evaluasi, barulah rekomendasi mengenai teknologi baru dapat dirumuskan untuk disebarkan kepada petani (Soekartawi, 1986). b. Kebijakan Pertanian Kebijakan pertanian diartikan sebagai perincian oleh pemerintah mengenai ketentuan dan peraturan yang harus ditaati dalam penyelenggaraan pertanian. Penelitian usahatani diperlukan untuk menilai dampak suatu kebijaksanaan terhadap petani dan masyarakat. Penelitian usahatani sering menunjukkan pengaruh sebaliknya yang muncul dari suatu kebijaksanaan. Penelitian usahatani dapat memberikan peringatan terhadap masalah semacam itu apabila penelitian dilakukan sebelumnya (Soekartawi, 1986).

9 2.5 Biaya Produksi Usahatani Biaya merupakan nilai unsur produksi yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. Biaya mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan oleh petani. Biaya produksi adalah keseluruhan nilai input yang diperlukan dalam menghasilkan produk tertentu dalam waktu dan satuan tertentu (Tuwo, 2011). Menurut Hernanto (1989 dalam Wulandari, 2011), terdapat empat kategori atau pengelompokkan biaya, yaitu biaya tetap, biaya variabel, biaya tunai, dan biaya diperhitungkan. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi seperti pajak, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan kerbau, pemeliharaan pompa air, dan traktor. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala produksi seperti biaya untuk pupuk, benih, pestisida, dan buruh atau tenaga kerja upahan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk keperluan usahatani. Besar kecilnya biaya tunai sangat mempengaruhi pengembangan usahatani. Biaya tunai terbagi atas biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunai tetap terdiri dari biaya pengairan dan pajak tanah, sedangkan biaya tunai variabel terdiri dari biaya pemakaian benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya diperhitungkan adalah biaya yang tidak dimasukkan ke dalam biaya tunai tetapi diperhitungkan dalam kegiatan usahatani. Biaya diperhitungkan terbagi atas biaya diperhitungkan tetap dan biaya diperhitungkan variabel. Biaya diperhitungkan tetap meliputi biaya untuk tenaga kerja keluarga, sedangkan biaya diperhitungkan variabel meliputi biaya panen dan pengolahan tanah dari keluarga dan jumlah pupuk kandang yang dipakai (Hernanto 1989 dalam Wulandari, 2011).

10 2.6 Pendapatan Usahatani Pendapatan merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Secara harfiah pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan (Aulia,2008). Pendapatan usahatani dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan usahatani. Tujuan melakukan analisis pendapatan usahatani adalah untuk mengetahui gambaran usahatani yang sedang atau sudah dilakukan sehingga dapat melakukan evaluasi untuk perencanaan maupun perbaikan usahatani pada masa mendatang. Soekartawi (1986) mengemukakan bahwa pendapatan usahatani dibedakan atas pendapatan kotor (gross farm income) dan pendapatan bersih (net farm income). Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor tidak tunai. Pendapatan kotor tunai merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani dan tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi. Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan digudang dan menerima pembayaran dalam bentuk benda. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor

11 produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Pendapatan juga dibedakan menjadi pendapatan tunai dan pendapatan tidak tunai. Pendapatan tunai merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan dan biaya tunai, sedangkan pendapatan tidak tunai merupakan pendapatan yang diperoleh dari penerimaan dan biaya total. Bentuk pendapatan tunai dapat menggambarkan tingkat kemajuan ekonomi usahatani dalam spesialisasi dan pembagian kerja. Besarnya pendapatan tunai atau proporsi penerimaan tunai dari total penerimaan yang masuk dapat digunakan untuk perbandingan keberhasilan petani satu dengan yang lainnya (Hernanto, 1991 dalam Wulandari, 2011). Penerimaan usahatani (farm receipts), yaitu penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, nilai penggunaan rumah dan barang yang dikonsumsi, sedangkan pengeluaran usahatani (farm expenses) adalah semua biaya operasional dengan tanpa memperhitungkan bunga dari modal usahatani dan nilai kerja pengelola usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai (current expenses), penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris, dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar. 2.7 Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Return Cost Ratio (R/C Rasio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya (Soekartawi, 1995 dalam Wulandari, 2011). Analisis R/C rasio digunakan untuk menunjukkan jumlah penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani tersebut. Semakin besar nilai R/C maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang akan

12 diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan atau usahatani tersebut layak untuk diusahakan. Usahatani dikatakan layak atau menguntungkan apabila nilai R/C lebih dari satu, artinya setiap tambahan satu rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dibandingkan tambahan biaya tersebut. Usahatani dikatakan tidak menguntungkan apabila nilai R/C kurang dari satu yang artinya setiap satu rupiah tambahan biaya yang dikeluarkan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dibandingkan tambahan biaya. Usahatani dikatakan berada pada keuntungan normal apabila nilai R/C sama dengan satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang nilainya sama dengan tambahan biaya. 2.8 Kerangka Pemikiran Sistem usahatani kini mulai kembali kepada cara lama yaitu bertani secara alami tanpa menggunakan masukan yang berbahan kimia sintetis. Kabupaten Tabanan sebagai pusat usahatani padi sawah di Provinsi Bali mulai menerapkan sistem pertanian organik dengan melaksanakan program GPS bersama 30 subak. Program GPS secara bertahap bertujuan meminimalisir dan menghapuskan ketergantungkan petani terhadap pemakaian masukan berbahan kimia sintetsi pada praktik usahatani padi sawah di Kabupaten Tabanan. Program ini mencoba menggeser praktik usahatani padi sawah konvensional yang telah lama dilakukan oleh petani. Petani beralih sistem pertanian dilatar belakangi oleh adanya peningkatan pendapatan dan dampak positif terhadap lingkungan. Keadaan tersebut menyebabkan perlu dilakukan penelitian secara lebih mendalam terhadap usahatani

13 yang sedang dikembangkan. Hal ini dilakukan agar petani dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai prospek dari usahatani yang dipilih, sehingga keputusan petani untuk melakukan perubahan dalam sistem usahatani tidak berdasarkan tren ikut-ikutan tetapi atas perhitungan yang matang. Hasil dari berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai padi organik menunjukkan bahwa dengan menerapkan sistem usahatani padi organik dapat meningkatkan pendapatan petani, namun penelitian mengenai usahatani program GPS belum dilakukan. Evaluasi program GPS oleh Pemda Kabupaten Tabanan sejauh ini hanya berupa evaluasi teknis dari pelaksanaan usahatani, belum menjangkau evaluasi ekonomi berupa biaya, pendapatan, dan R/C rasio usahatani padi sawah program GPS. Penelitian usahatani ini bermaksud untuk memenuhi kebutuhan terhadap penelitian usahatani kecil guna membantu dalam pembangunan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan evaluasi dari program GPS dalam posisinya menggantikan teknik berproduksi lama (konvensional). Evaluasi ini bermaksud agar petani dapat mengambil keputusan yang tepat dan Pemda Kabupaten Tabanan mendapat jawaban yang tepat mengenai program pembangunan pertanian di wilayahnya. Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani program GPS dengan usahatani konvensional yang meliputi analisis struktur biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C rasio usahatani untuk melihat usahatani mana yang lebih menguntungkan untuk dilakukan. Analisis biaya digunakan untuk mengetahui besarnya korbanan yang dilakukan petani untuk berproduksi. Biaya usahatani

14 diperoleh dengan menjumlahkan setiap biaya tunai dan tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani program GPS maupun konvensional. Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui kegiatan atau prospek usahatani padi sawah dalam kondisi riil sehingga diketahui bagaimana tingkat pendapatan yang diperoleh petani, menguntungkan atau tidak. Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih penerimaan dan biaya. Analisis pendapatan akan menghasilkan tingkat pendapatan dan R/C rasio yang diperoleh petani padi sawah program GPS maupun konvensional. Pada penelitian ini juga akan meninjau kelemahan dan keunggulan dari pelaksanaan program GPS di lapangan. Lebih jelasnya mengenai gambaran dari penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.1 Sistem pertanian organik Pelaksanaan program Gerbang Pangan Serasi di Kabupaten Tabanan Komparasi usahatani padi sawah program Gerbang Pangan Serasi dangan usahatani padi sawah konvensional Kelemahan dan keunggulan Struktur biaya usahatani Pendapatan dan R/C rasio Evaluasi usahatani padi sawah Program Gerbang Pangan Serasi Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran Operasional

15 2.9 Penelitian Terdahulu Inggit (2009) melakukan penelitian yang berjudul analisis perbandingan usahatani padi organik metode system of rice intensification (SRI) dengan padi konvensional di Desa Bojong Jawa Barat. Analisis yang dilakukan yaitu analisis perbandingan cara budidaya pertanian metode SRI dengan konvensional secara deskriptif. Analisis usahatani yang dilakukan adalah analisis pendapatan dan perbandingan pendapatan antara kedua metode usahatani dengan R/C rasio dan uji beda pendapatan dengan uji beda t. Hasil analisisnya menunjukkan sistem usahatani padi organik yang dikembangkan sama dengan sistem usahatani padi konvensional. Perbedaannya hanya terletak pada input yang digunakan saja yaitu pupuk dan pestisida. Hasil analisis pendapatan usahatani diperoleh kesimpulan bahwa pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh untuk petani padi organik metode SRI lebih besar dari pendapatan atas biaya tunai petani padi konvensional. Perhitungan uji beda t dapat disimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan tidak begitu berpengaruh nyata terhadap pendapatan atas biaya total petani padi organik, namun pendapatan atas biaya tunainya menunjukkan perubahan sistem usahatani berpengaruh nyata. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Indah (2011) mengenai analisis perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat menunjukkan bahwa biaya per hektar per musim tanam yang dikeluarkan oleh usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik. Dilihat dari status penguasaan lahan yang terdiri dari petani penggarap dan pemilik, maka biaya yang dikeluarkan petani

16 penggarap per hektar dan per kilogram output per musim tanam lebih besar dibandingkan petani pemilik. Hal ini karena petani pemilik tidak mengeluarkan biaya sewa lahan yang berupa bagi hasil ke pemilik tanah. Biaya total per hektar dan per kg output per musim tanam yang dikeluarkan petani penggarap usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik, namun dari sisi petani pemilik sebaliknya. Komponen biaya tunai petani penggarap usahatani padi organik dan padi anorganik yang memiliki nilai tertinggi adalah bagi hasil (sewa lahan), sedangkan komponen biaya tunai petani pemilik usahatani padi organik dan anorganik yang memiliki nilai tertinggi adalah biaya tenaga kerja luar keluarga untuk penanaman sampai pemanenan. Pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi organik lebih besar dibandingkan anorganik. Hal ini disebabkan produktivitas dan harga gabah kering panen (GKP) organik lebih besar dibandingkan anorganik. Apabila dibedakan antara petani penggarap dan pemilik, maka pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang diterima petani pemilik usahatani padi organik dan anorganik lebih besar dibandingkan petani penggarap. Usahatani yang dijalankan petani padi organik dan anorganik sama-sama menguntungkan, namun jika dilihat dari nilai R/C rasionya maka usahatani padi organik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi anorganik dan petani pemilik usahatani padi organik dan anorganik lebih menguntungkan dibandingkan petani penggarap. Secara statistik pendapatan atas biaya tunai dan biaya total usahatani padi organik berbeda nyata dengan anorganik yang diperoleh dari hasil uji beda dengan menggunakan SPSS 16. Hasil analisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan usahatani vanili pada ketinggian lahan m dpl di kabupaten Tasikmalaya oleh Aulia (2008)

17 menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi di Desa Cibongas memiliki nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 1,62 yang artinya setiap pengeluaran biaya total usahatani sebesar Rp 1 akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,62. Nilai R/C rasio atas biaya tunai sebesar 2,86 yang artinya setiap pengeluaran biaya tunai sebesar Rp 1 akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2,86 Analisis kedua yang dilakukan pada penelitian ini adalah kelayakan usahatani vanili di Desa Cibongas bersifat layak. Hal ini terlihat dari NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp ,85, IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga (30,56>16), nilai gross B/C sebesar 2,1 dan nilai payback periodnya adalah 5,71 tahun. Dilihat dari aspek finansial, analisis pendapatan usahatani padi menunjukkan bahwa usahatani tersebut mampu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petani yaitu sebesar Rp ,5 selama 10 tahun dibandingkan dengan usahatani vanili yang menghasilkan keuntungan pendapatan petani sebesar Rp ,1 selama 10 tahun umur proyek, tetapi apabila dilihat dari aspek lingkungan, komoditi vanili lebih ramah lingkungan karena lebih sedikit dalam penggunaan bahan-bahan kimia. Bila mempertimbangkan kedua aspek tersebut, tanaman vanili dipilih sebagai rekomendasi karena selain ramah lingkungan, usahatani vanili masih menguntungkan walaupun tingkat keuntungannya lebih rendah dibandingkan dengan usahatani padi. Tiga penelitian di atas merupakan penelitian yang dijadikan acuan untuk penelitian ini. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

18 Nama No Penyusun 1 Inggit Rachmiyanti 2 Indah Wulandari 3 Avenia Nur Aulia Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Judul penelitian Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Metode System Of Rice Intensification (SRI) Dengan Padi Konvensional Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Organik dengan Padi Anorganik Analisis Pendapatan Usahatani Padi Kelayakan Usahatani dan vanili pada Ketinggian Lahan m dpl di Kabupaten Tasikmalaya Persamaan a. Membahas perbandingan analisis pendapatan dan R/C ratio usahatani padi b. Melakukan analisis pada sistem usahatani yang baru diterapkan a. Menggunakan analisis perbandingan struktur biaya, pendapatan, dan R/C ratio b. Komoditi yang diteliti sama a. Menggunakan analisis perbandingan pendapatan dan R/C rasio usahatani Perbedaan a. Lokasi penelitian b. Penelitian ini tidak membahas mengenai struktur biaya usahatani serta kelemahan dan keunggulan sistem usahatani yang baru a. Lokasi penelitian b. Penelitian ini tidak membahas mengenai kelemahan dan keunggulan sistem usahatani yang baru a. Lokasi penelitian b. Penelitian ini tidak membahas mengenai struktur biaya dan kendala usahatani c. Penelitian ini kelayakan usahatani yang tidak dibahas pada penelitian kali ini. d. Penelitian ini membandingkan antara dua komoditi berbeda Hipotesis Penelitian Hipotesisi yang dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. H0 = biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani padi sawah program GPS dengan usahatani padi sawah konvensional adalah sama. H1 = biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani padi sawah program GPS lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi sawah konvensional.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik bertani di Indonesia saat ini masih serupa dengan praktik bertani saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik usahatani yang mengutamakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komparasi Komparasi adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, yang kemudian dilakukan analisis dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) PENDAHULUAN Latar belakang Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan pertanian organik. Menurut IFOAM (2008) prinsip-prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan pertanian organik. Menurut IFOAM (2008) prinsip-prinsip BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pertanian Organik Prinsip-prinsip pertanian organik menjadi dasar dalam penumbuhan dan pengembangan pertanian organik. Menurut IFOAM (2008) prinsip-prinsip

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Efektivitas Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output seharusnya dengan output realisasi atau sesungguhnya. Suatu kegiatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Organik Menurut Sutanto (2002a), pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI Endjang Sujitno, Kurnia, dan Taemi Fahmi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jalan Kayuambon No. 80 Lembang,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Menurut Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah pada Program Gerbang Pangan Serasi Kabupaten Tabanan

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah pada Program Gerbang Pangan Serasi Kabupaten Tabanan Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah pada Program Gerbang Pangan Serasi Kabupaten Tabanan NI LUH ADE PEBRIANTARI, I NYOMAN GEDE USTRIYANA, I MADE SUDARMA Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi Tanaman padi (Oryza sativa L) termasuk dalam golongan Gramineae yang memiliki ciri khas masing-masing dimana antara varietas yang satu dengan varietas yang lain

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia.

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM

SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa, L) DENGAN SISTEM POMPANISASI PADA KELOMPOK TANI NYI ENDANG DARMA DESA PENGANJANG KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU MUSIM TANAM 2015 Oleh: Iskandar dan Pandu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Padi (Oriza sativa) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan tanaman pokok di sawah karena merupakan tanaman pokok. Tanaman penghasil makanan pokok hampir sebagian penduduk dunia ini merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pemekaran Wilayah Pemekaran wilayah menurut Effendy (2008) merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kelapa Dalam Kelapa adalah jenis tanaman yang termasuk genus cocos dengan nama spesies cocos mucifer L. Tanaman kelapa dalam memiliki akar serabut dengan bentuk batang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani (Suratiyah, 2015).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani (Suratiyah, 2015). 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana seorang petani mengkoordinasi dan mengorganisasikan faktor produksi seefisien mungkin sehingga nantinya

Lebih terperinci