BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 A. Padi (Oriza sativa) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan tanaman pokok di sawah karena merupakan tanaman pokok. Tanaman penghasil makanan pokok hampir sebagian penduduk dunia ini merupakan tanaman yang unik. Tanaman ini dapat hidup pada dua ekosistem, yaitu ekosistem darat dan air. Padi dapat hidup baik di sawah maupun di darat (tanpa air tergenang) sehingga berdasarkan tempat tumbuhnya dikenal dua jenis padi : padi sawah dan padi gogo. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa padi merupakan tanaman peralihan antara ekosistem darat dan air. Tanaman padi memiliki alat khusus berupa tabung pada akar, batang, dan daun sehingga memungkinkan hidup dalam genangan air. Tabung ini berfungsi untuk mengalirkan udara dari daun dan batang sampai ke akar. Dengan demikian akar memiliki persediaan udara yang cukup untuk melakukan respirasi walaupun dalam keadaan terendam air. Ketinggian air yang cocok untuk pertumbuhan padi adalah sekitar 15 cm. Namun, tanaman ini masih dapat tumbuh di rawarawa yang ketinggian airnya mencapai beberapa meter. Sifat padi yang dapat tumbuh di sawah (lahan tergenang air) inilah yang menyebabkan tanaman itu dapat di tanam bersama ikan. Secara garis besar tanaman padi dapat digolongkan menjadi dua bagian utama, yaitu bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif berupa malai, bunga, dan buah padi (Sudirman, 2003:7). Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Menurut sejarah, padi telah dikenal dan ditanam orang sejak zaman hindu bahkan sebelumnya. Pada umumnya masing-masing daerah mempunyai jenis padi sendirisendiri. Jenis padi itu berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaanya antara lain terletak pada umur tanaman, banyaknya hasil, mutu beras, dan tahan tidaknya terhadap gangguan hama maupun penyakit. Secara keseluruhan kualitas padi yang terdapat di masing-masing daerah itu sangat rendah, mungkin hasilnya sedikit, mudah diserang hama atau penyakit dan lain-lain. Namun masih banyak orang di daerah yang menanamnya. Luas lahan sawah Indonesia mencapai 8.3 juta Ha. Kontribusi padi sawah pada produksi padi nasional mencapai kurang lebih 95 persen. Dari total luas lahan sawah tersebut, 40 persen ada di Pulau Jawa. Secara umum, kondisi persawahan di Jawa lebih baik di bandingkan dengan di luar Jawa. Sarana dan prasarana di Jawa lebih maju dan lengkap, misalnya sarana jalan atau

2 transportasi, irigasi, ketersediaan saprodi, peralatan teknologi, dan sumberdaya manusia atau petaninya (Prasetio, 2002:9). B. Usahatani Padi Sawah Definisi usahatani adalah seluruh organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, baik yang terkait secara genealogis, politis maupun teritorial. Dalam hal ini usahatani mencakup pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan (Hernanto, 1989:4). Menurut Soekartawi (1986:2), usahatani adalah sistem organisasi produksi dilapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang mampu bertumpu pada anggota keluarga tani. Terdapat unsur modal yang beranekaragam jenisnya salah satunya adalah unsur pengelolaan atau menajemen yang peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Tipe unsur mempunyai kedudukan yang sama penting dalam usahatani dan tak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut Kadarsan (1993:4), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan ada orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Dilanjutkan oleh Abdulrachman et al, (2012:16), bahwa dalam pelaku usahatani padi yaitu petani padi sawah yang langsung menangani dan melakukan pekerjaan budidaya padi. Bagi petani pemilik lahan sawah yang bertindak sebagai manajer dan tidak secara langsung mengelola pekerjaan budidaya padi. Ditambahkan oleh Rahim dan Hastuti (2007:158), bahwa usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelolah input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usahatani padi sawah adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan ada orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti sebagai berikut :

3 1. Faktor-Faktor Produksi 1.1 Alam Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk dimanfaatkan dalam proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita dan sejak dulu dimanfaatkan untuk produksi, maka sumberdaya alam ini termasuk faktor produksi yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan sebagainya. Kekayaan alam yang besar belum tentu menjamin tingkat kemakmuran yang tinggi, alam sebagai faktor produksi hanya menyediakan bahan-bahan atau kemungkinan-kemungkinan untuk berproduksi, jika kemungkinan-kemungkinan yang tersedia di dalam lingkungan alam itu tidak dimanfaatkan, maka kemungkinan-kemungkinan itu tinggal potensi belaka (Sukirmo, 2006:6). Menurut Soekartawi (1990:5), salah satu sumberdaya alam yaitu tanah. Dalam banyak kenyataan, lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan, sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan tanah pertanian. Dengan demikian luas tanah pertanian selalu lebih luas dari pada lahan pertanian. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tambah juga perlu diperhatikan, keadaan seperti ini berlaku di pedesaan dan nilainya akan berubah karena beberapa hal antara lain : a). Tingkat kesuburan Tanah, b). Lokasi, c). Topografi, d). Status lahan, dan e). Faktor lingkungan. 1.2 Tenaga Kerja Menurut Daniel (2002:86), yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan termasuk faktor tenaga kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan tenaga kerja. Menurut Suratiyah (2006:20), tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produksi. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu

4 mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. Baik pada usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian peranan tenaga kerja belum sepenuhnya dapat diatasi dengan teknologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan. Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup yang tersedianya tenaga kerja tetapi juga memiliki kualitas dan tenaga kerja perlu diperhatikan. Pembahasan agro-industri baru misalnya, selalu dihadapkan pada kendala kurangnya tenaga kerja sementara itu pembukaan agro-industri baru yang relatif memiliki banyak tenaga kerja (Soekartawi, 1990:10). 1.3 Modal Menururt Daniel (2002:74), modal atau kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya. Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang dimiliki seseorang yaitu semua harta berupa uang, tanah, mobil, dan lain sebagainya. Arti modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagai kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan ini yang disebut modal masyarakat atau modal sosial. Menurut Vink (1984:33), dalam usahatani yang dimaksud modal adalah benda ekonomi yang dipergunakan untuk memperoleh keuntungan atau untuk mendapatkan pendapatan. Tanah jika ditinjau dari segi jumlahnya sudah sangat terbatas, maka dapat dikatakan modal. Sebenarnya modal dalam pertanian ditunjukan untuk mencari substitusi dari pada tanah atau tenaga kerja, di mana untuk substitusi tanah diartikan sebagai penghemat terhadap penggunaan tanah (land saving) sedang substitusi tenaga kerja (labor saving). Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tidak bergerak (biasanya disebut dengan modal tidak tetap atau modal variabel). Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu relatif pendek (short tem) dan tidak berlaku untuk jangka panjang (long term). Sebaliknya modal tidak tetap atau modal variabel, modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam

5 proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk tenaga kerja (Soekartawi, 1990:12). 1.4 Pengelolaan Pengelolaan usahatani meliputi kemampuan petani dalam menentukan dan mengkordinasikan faktor-faktor produksi yang bermacam-macam seefektif mungkin sehingga produksi pertanian memberikan hasil yang lebih baik. Dengan demikian pengelolaan usahatani bukan hanya menyangkut cara memperoleh hasil semaksimal mungkin dari cabang usahatani tetapi juga mempertinggi pendapatan dari suatu cabang usahatani (Soehardjo, 1979:53). Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dan strategis. Manajemen dapat diartikan sebagai seni dalam merencanakan mengorganisasian, dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkat maka menajemen berarti bagai mana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkat atau dalam tahapan proses produksi (Soekartawi, 1990:7). 2. Biaya Produksi Menurut Soeharjo (1973:127), pengeluaran usahatani adalah pengorbanan yang dilakukan oleh produsen dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Ditambahkan oleh Rahim dan Hastuti (2007:10), pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variable. Biaya terbagi atas Biaya tetap (Fixed Cost), Biaya variabel (Variable Cost), dan Biaya total (Total Cost), sebagai berikut : a) Biaya tetap (Fixed Coxt) yaitu biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan proses produksi (usahatani) sifatnya tidak tetap dan tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi, contoh : sewa tanah, pajak lahan, penyusutan alat, tenaga kerja dalam keluarga. b) Biaya variabel (Variable Cost), yaitu biaya yang hanya dikeluarkan jika ada proses produksi sifatnya berubah-ubah dan besar kecilnya dipengaruhi produksi contoh : bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja luar keluarga (sewa tenaga kerja), upah panen. c) Biaya total (Total Cost) yaitu jumlah seluruh biaya dalam kegiatan produksi. Menurut Soekartawi (1995:56), biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (a) biaya tetap (fixed cost) dan (b) biaya tidak tetap (varibel cost). Biaya tetap ini umumnya

6 didefinisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun pruksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Maka besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar atau gagal. Dwi dan kawan-kawan (2011:28), menambahkan pengertian biaya tetap dapat menjadi biaya variabel karena sewa tanah dapat berubah sejalan dengan meningkatnya nilai tanah, alatalat pertanian harus ditambah karena telah melampaui umur ekonomisnya, serta bangunan gudang harus diperluas dan diperbaiki karena sudah tidak layak lagi menampung dan menyimpan hasil produksi. Menurut Hanafi (2010:199), biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi. Biaya produksi dibagi menjadi dua, yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunai (misalnya, untuk upah kerja, serta biaya-biaya untuk membeli pupuk dan obatobatan), serta biaya-biaya yang dibayarkan dalam bentuk in-natura misalnya, biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan-sumbangan, dan pajak. Besar-kecilnya biaya berupa uang tunai ini sangat mempengaruhi pengembangan usahatani. Terbatasnya jumlah uang tunai yang dimiliki petani, apalagi ketika fasilitas perkreditan belum ada, sangat menentukan berhasil tindaknya pembangun pertanian. C. Penerimaan Usahatani Penerimaan adalah hasil penjualan dari sejumlah barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang kepada pihak lain. Jumlah penerimaan didefinisikan sebagai penerimaan dan penjualan barang tertentu yang diperoleh dari jumlah barang yang terjual dikalikan dengan harga penjualan setiap satuan (Soedarsono, 1995:12). Sedangkan menurut Budiono (2002:28), penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan outputnya. Menurut Soekartawi (2003:32) penerimaan adalah banyaknya produksi total dikalikan harga atau biaya produksi (banyaknya input dikalikan harga). Menurut Suratiyah (2006:65), Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan. Untuk menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: (a) Analisis parsial usahatani, dan (b) Analisis keseluruhan usahatani. Jadi kalau sebidang lahan ditanami tiga (3) tanaman secara monokultur (misalnya tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila

7 tanaman yang akan diteliti adalah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung penerimaan usahatani: 1. Tidak semua produksi pertanian dapat di panen secara serentak. 2. Produksi mungkin dijual beberapa kali sebagai diperlukan data frekuensi penjualan dan harga jual berbeda. 3. Dalam penelitian usahatani, diperlukan teknik wawancara dengan baik untuk membantu responden petani. Penerimaan petani dipengaruhi oleh hasil produksi. Petani akan menambah hasil produksi bila setiap tambahan produksi tersebut akan menaikkan jumlah penerimaan yang akan diperoleh. Menurut Soeharjo dan Patong (1973:137), penerimaan usahatani berwujud 3 hal seperti: a) Hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual, b) Produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan, c) Kenaikan hasil inventarsi nilai berbeda-beda inventaris yang dimiliki petani, berubah tiap tahun, dengan demikian ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan akhir tahun perhitungan. D. Pendapatan Usahatani Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai antara total penerimaan yang diperoleh dan semua biaya yang dikeluarkan. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Dalam kegiatan ini yang bertindak sebagai pekerja, pengelola, dan penanam modal adalah petani, maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi (Soeharjo dan Patong, 1973:129). Bentuk dan jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan hidup sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan juga untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian pendapatan yang diterima petani akan dialokasikan pada berbagai kebutuhan, jumlah pendapatan dan cara menggunakan inilah yang menentukan tingkat hidup (DPTP, 1994:18).

8 Pendapatan petani akan berbeda apabila lingkungan petani berbeda. pendapatan petani yang didataran rendah yang umumnya menanam padi tidak sama dengan pendapatan petani yang didataran tinggi yang umumnya menanam palawija sebagai sumber utama pendapatan (Soekartawi et al, 2011:7). Ditambahkan oleh Rahim dan Hastuti (2007:170), bahwa sumber pendapatan masyarakat petani berasal dari berbagai kegiatan yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi industri, pengrajin, dan jasa angkutan. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman, yang diinvestasikan kedalam usahatani (Soekartawi et al., 2011:80). Menurut Soekartawi (1995:5),bahwa pendapatan menjadi dua bagian yaitu : 1. Pendapatan Kotor (penerimaan) usahatani adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah tanga petani, dan disimpan di gudang pada akhir tahun. 2. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih pendapatan antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi seperti upah buruh, pembelian bibit, obat-obatan, dan pupuk yang digunakan oleh usahatani. Oleh karena itu, setiap kali melakukan analisis, perlu disebutkan analisis apa yang digunakan. Untuk menggali data yang dipergunakan untuk keperluan analisis cash-flow, maka seperangkat pertanyaan diajukan dan disusun meliputi 5 komponen yaitu: 1) Pengenalan Tempat 2) Keterangan Pencacahan 3) Produksi 4) Biaya atau pengeluaran usahatani dan 5) Keterangan Umum. Soeharjo dan Patong (1973:135), analisis pendapatan mempunyai tujuan dan kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. E. Analisis Usahatani

9 Analisis Usahatani adalah suatu alat analisis yang bertujuan untuk melihat keadaan finansial suatu proyek usahatani. Sementara proyek usahatani merupakan suatu kegiatan investasi usahatani yang dilakukan pada suatu lahan tertentu, pada periode tertentu (umumnya di evaluasi dalam kurun waktu satu tahun) dan dengan mengunakan paket input tertentu. Melalui analisis usahatani, akan diperoleh gambaran mengenai efisien dan profitabilitas dari proyek usahatani tersebut. Pada dasarnya analisis usahatani, didasarkan pada ada perbedaan antara manfaat yang diperoleh dengan pengorbanan yang di curahkan selama usia ekonomi proyek tersebut (Soekartawi, 1995:23). Berbagai kriteria investasi dapat dipertanggungjawabkan dan sering digunakan untuk menilai kelayakan usahatani tersebut adalah Revenue/Cost Ratio (R/C Ratio), dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Dalam penelitian ini digunakan menghitung kelayakan usahatani padi sawah adalah Analisis R/C Ratio (Revenue/Cost Ratio) adalah untuk melihat tingkat keuntungan suatu cabang usahatani dalam mengelolah dan menganalisis berbagai kriteria investasi. Menurut Soekartawi (1995:3), keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan analisis R/C ratio untuk mengetahui apakah usahatani tersebut menguntungkan atau tidak dan analisis fungsi keuntungan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh, analisis biaya per unit untuk mengetahui keuntungan setiap unitnya (Kg). bahwa dalam melakukan usaha pertanian seorang pengusaha atau petani dapat memaksimumkan keuntungan dengan Profit Maximization dan Cost Minimization. Profit Maximization adalah mengalopkasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh output yang maksimal. Sedangkan Cost Minimization adalah menekankan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kedua pendekatan tersebut merupakan hubungan antara input dan output produksi yang tidak lain adalah fungsi produksi. Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak juga dianalisa nilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisien adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan R/C rasio (Revenue cost ratio). Dalam analisis R/C rasio akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Dengan kata lain analisis rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Selanjutnya Soeharjo dan Patong (1973:130) menjelaskan bahwa usahatani dikatakan

10 menguntungkan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari 1 dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan apabila nilai R/C rasio kurang dari 1. Menurut Andri (2002:18), Analisis R/C Rasio adalah analisis ini menunjukan besar penerimaan usahatani yang diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan utunk kegiatan usahatani, semakin besar nilai R/C rasio maka akan semakin besar pula penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Kegiatan usahatani yang dikategorikan layak jika memiliki nilai R/C rasio > 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usahatani menguntungkan. Sebaliknya dikategorikan tidak layak jika memiliki nilai R/C rasio < 1 yang berarti untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan biaya atau kegiatan usahatani merugikan.sedangkan untuk kegiatan usahatani yang memiliki nilai R/C rasio = 1 berarti kegiatan usahatani berada pada keuntungan normal (normal profit). F. Penelitian Terdahulu Andri (2002), melakukan penelitian di Kecamatan Tempurang, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat, tujuan penelitian ini menganalisis keragaan usahatani padi input rendah di kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, dan menganalisis pendapatan usahatani dan kelayakan finansial usahatani padi input rendah dibandingkan dengan usahatani padi konvensional. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan mengunakan analisis pendapatan usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio Analisis), analisis ekonomimetrika (econometric Analysis). Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu, Usahatani padi input rendah menerima pendapatan setara dengan usahatani padi konvesional. Hal ini disebabkan karena usahatani padi input rendah mengeluarkan biaya tunai lebih kecil dibandingkan dengan usahatani padi konvesional. Henri (2005), melakukan penelitian di Kabupaten Karawang, tujuan penelitian ini menganalisis penyebab rendahnya produktivitas padi ladang. metode anilisis data mengunakan analisis pendapatan usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio), pendugaan fungsi produksi, dan analisis efisiensi ekonomi. Hasil yang diperoleh adalah pendapatan atas

11 biaya tunai adalah Rp ,- sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp ,- bahwa cabang usahatani padi ladang di Desa Wanajaya tidak menguntungkan bagi petani. Maka analisis imbangan penerimaan dan biaya diperoleh nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 0.76 (lebih kecil dari satu). Dan dimana faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi ladang adalah tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga, yang nyata pada taraf kepercayaan 99 persen. Ambarwati (2002), melakukan penelitian di Kabupaten Donggala. tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola kelayakan finansial usahatani padi sawah berdasarkan kesesuian lahannya, analisis data menggunakan Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate Of Return (IRR), Selain itu juga dilakukan perhitungan titik impas (Break Event Poin/BEP) dengan tujuan untuk mengetahui jumlah hasil penjualan produk agar tidak mengalami kerugian ataupun tidak memproleh laba. Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah pada dua ordo kesesuaian lahan yaitu ordo kesesuaian lahan N (tidak sesuai) dan ordo kesesuaian lahan S (sesuai) memiliki besaran input output yang berbeda. Jika biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan dalam aliran kas dana serta tanpa menggunakan asumsi rataan produktifitas perordo, Maka usahatani padi sawah di Kabupaten Donggala dilihat berdasarkan ordo kesesuaian lahan yaitu ordo N dan ordo S serta secara agregat memiliki pendapatan yang positif. Avenia (2008), melakukan penelitian di Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan penelitian ini menganalisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan finansial usahatani vanili di Kabupaten TasikMalaya. Analisis data mengunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis kriteria kelayakan usaha, hasil diperoleh pendapatan usahatani padi di Desa Cibongas menunjukan bahwa komoditi tersebut menguntungkan terlihat dari nilai biaya total sebesar 1,62 yang artinya setiap pengeluaran biaya usahatani sebesar Rp 1 akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,62. Sedangkan atas biaya tunai sebesar 2,86 yang artinya setiap pengeluaran biaya tunai sebesar Rp 1 akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 2,86. Tetapi apabila dilihat dari aspek lingkugan, komoditi vanili lebih ramah lingkungan karena lebih sedikit dalam penggunaan bahan-bahan kimia. Sehingga apabila pertimbangan kedua aspek tersebut, tanaman vinili dipilih sebagai rekomendasi karena selain ramah lingkungan, usahatani vanili masih menguntungkan walaupun tingkat keuntungannya lebih rendah dibandingkan dengan usahatani padi. Yoshie (2010), melakukan penelitian di Desa Sidomulyo Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara. Tujuan penelitian ini tingkat pendapatan petani padi sawah di Desa

12 Sidomulyo Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara. mengunakan metode tingkat pendapatan usahatani padi sawah, dan pengaruh benih, pupuk, tenaga kerja dan sistem terhadap penerimaan usahatani padi sawah. Dimana hasil analisis menunjukan bahwa secara besama-sama variabel bebas meliput biaya benih, pupuk, tenaga kerja dan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap penerimaan. secara parsial, variabel biaya, pupuk, tenaga kerja dan sistem tanam berpengaruh nyata terhadap penerimaan, sedangkan biaya benih tidak berpengaruh nyata. Pendapatan yang diiperoleh petani sistem tanam pindah rata-rata sebesar Rp ,33 hadan petani sistem tanam benih langsung rata-rata sebesar Rp ,87 hektar. Azwar (2012), melakukan penelitian di Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani padi ciherang pada sistem tanam jajar legowo dan non jojor legowo di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Analisis data mengunakan metode Analisis Revenue Cost Ratio, Analisis Break Event Point, Benefit Analisis Biaya. Hasil yang diperoleh adalah kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang pada sistem tanam jajar legowo dan jajar legowo di Kabupaten Hulu Sungai Utara, pada sistem tanam jajar legowo. Kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang yang di terima petani adalah sebesar 1,12/usahatani, jadi usahatani pada sistem tanam jajar legowo layak di usahakan. Pada sistem tanam non jajar legowo. Kelayakan rata-rata pada usahatani padi Ciherang yang di terima petani adalah sebesar petani adalah 0,97 artinya usahatani tersebut tidak layak untuk di usahakan.

13 G. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian dibawah maka kerangka pikir dalam penulisan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Pembangunan Pertanian Sub sektor dan pangan Usahatani padi Penerimaan Biaya Produksi Produksi Harga Biaya Tetap Biaya Variabel Keuntungan kelayakan Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Pendapatan Usahatani Padi di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana kota Gorontalo. Berdasarkan Gambar 1 dapat di jelaskan bahwa pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, yang penting dan dapat membawah ke arah kebijakan pembangunan pertanian dalam pengembangan subsektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan.

14 Usahatani padi sawah adalah organisasi alam, modal dan tenaga kerja yang ditujukan pada produksi padi sawah di lapangan pertanian. Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contoh : pajak lahan, penyusutan alat, dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya variabel merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi besarnya produksi yang diperoleh contoh : pembelian sarana produksi diantaranya bibit, pupuk, obat-obatan dan sewa tenaga kerja dan upah panen. Penerimaan usahatani padi sawah adalah jumlah produksi padi sawah dikali dengan harga. Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih penerimaan dengan total biaya usahatani. Dari perbandingan penerimaan usahatani dan biaya usahatani maka akan diketahui apakah usahatani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki layak atau tidak untuk diusahakan. Untuk menganalisis kelayakan usahatani padi sawah ini dianalisis dengan metode analisis R/C. Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan (Revenue) dengan total biaya produksi (Cost) dengan menggunakan kriteria, bila nilai R/C > 1, maka usahatani ini layak, bila nilai R/C = 1, maka usahatani ini berada pada titik impas dan bila nilai R/C < 1, maka usahatani ini tidak layak. Agar lebih jelas kerangka pikir penelitian di sajikan pada gambar 1. H. Hipotesis Setelah melihat uraian di atas maka peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga struktur biaya usahatani padi sawah terdiri atas biaya tetap, biaya variabel. 2. Diduga usahatani padi sawah masih menguntungkan dan layak dikembangkan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usahatani Kacang Panjang Usahatani adalah mengorganisasikan (mengelola) asset dan acara dalam pertanian, atau lebih tepatnya adalah kegiatan mengorganisasiakan sarana produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efisiensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soeharjo dan Patong (1973:135-137) kemungkinan ada pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, karena itu analisa pendapatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Menurut Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kelapa Dalam Kelapa adalah jenis tanaman yang termasuk genus cocos dengan nama spesies cocos mucifer L. Tanaman kelapa dalam memiliki akar serabut dengan bentuk batang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu atau Manihot esculenta termasuk familia Euphorbiaceae, genus Manihot yang terdiri dari 100 spesies. Ada dua tipe tanaman ubi kayu yaitu tegak (bercabang

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. golongan rumput berumpun dengan klasifikasi sebagai berikut: : ada 25 spesies, dua di antaranya adalah Oryza sativa L dan Oryza

TINJAUAN PUSTAKA. golongan rumput berumpun dengan klasifikasi sebagai berikut: : ada 25 spesies, dua di antaranya adalah Oryza sativa L dan Oryza II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspek Teknis Komoditi Padi Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam golongan rumput berumpun dengan klasifikasi sebagai berikut: Genus Famili Spesies : Oryza

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Alam Indonesia sangat kaya akan aneka tanaman yang cocok dibonsaikan. Bahan bonsai sebaiknya berupa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Tanaman Jagung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jagung termasuk tanaman yang familiar bagi masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung dan setiap varietasnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Teori Usahatani Menurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 1-7 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) Surel: untari_83@yahoo.com

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani I. Pendahuluan Setiap kegiatan pada proses produksi dalam usahatani menimbulkan pengorbanan hasil yg diperoleh Korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komparasi Komparasi adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, yang kemudian dilakukan analisis dengan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian usahatani gandum lokal ini menggunakan empat konsep utama, yaitu usahatani, pendapatan usahatani, anggaran parsial, dan sistem agribisnis.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah sangat luas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah sangat luas, yaitu luas daratan Indonesia mencapai 1.922.570 km 2 dan luas perairannya 3.257.483

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ilmu usaha tani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Warisno (2010) tanaman jagung termasuk dalam famili graminae, dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG 7.1. Profitabilitas Privat dan Sosial Analisis finansial dan ekonomi usahatani jagung memberikan gambaran umum dan sederhana mengenai tingkat kelayakan usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Istilah mina padi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu mina yang berarti ikan.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Istilah mina padi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu mina yang berarti ikan. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Mina Padi Istilah mina padi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu mina yang berarti ikan. Mina padi dikenal sebagai kegiatan usaha pemeliharaan ikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekarangan Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan.

karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan. I. PENDAHULUAN. Bagian terbesar dari penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalori pada karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan. Tiap orang rata-rata memerlukan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Analisis biaya dan Pendapatan Pendekatan nominal (nominal approach) Pendekatan nilai yang akan datang (Future value approach)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci