BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua Definisi Pola Asuh Orang Tua Baumrind (dalam Marini & Andriani, 2005) mengatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan sikap - sikap yang ditunjukan orang tua kepada anak yang bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Menurut Santrock (2011) pola asuh merupakan gabungan dari penerimaan, respon, aturan serta tuntutan yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Kohn (dalam Sipahutar, 2010) mengatakan bahwa pola asuh merupakan prilaku yang ditampilkan orang tua saat berhubungan dengan anak mereka. Perilaku perilaku tersebut antara lain seperti cara orang tua menunjukan kekuasaannya dengan memberikan aturan dan hukuman, serta cara cara orang tua memberikan perhatian seperti menunjukan kasih sayang, dukungan dan juga pujian untuk anak. Dari definisi definisi yang telah disebutkan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan cara orang tua membentuk kepribadian dan mengkontrol prilaku anak yang ditunjukan melalui sikap-sikap yang diberikan oleh anak.

2 2.1.2 Pola Asuh Oang Tua Menurut Baumrind Menurut Baumrind (Papila, Olds & Feldman, 2009) terdapat 3 jenis pola asuh orang tua yaitu: otoritarian, permisif dan otoritatif. a. Pola asuh otoritarian merupakan jenis pola asuh dimana orang tua memberikan peraturan peraturan yang harus dipenuhi tanpa adanya negosiasi dengan anak. Orang tua yang melakukan pola asuh otoritatif juga tidak akan segan memberikan hukuman yang keras sebagai cara mendisiplinkan anak. Menurut Santrock (2011) Anak dengan pola asuh otoritarian akan membentuk sikap hormat dan taat pada anak, namun sisi negatif dari pola asuh otoritarian ini adalah anak akan membangun perasaan takut, cemas, tidak bahagia, inisiatif tidak terbentuk dan juga kurang dapat membangun komunikasi dengan baik. b. Pola asuh permisif merupakan jenis pola asuh dimana orang tua memberikan segala sesuatu yang diminta oleh anak. Orang tua juga kurang memberikan batasan dan kendali yang jelas pada anak. Menurut Santrock (2011) Anak dengan pola asuh permisif akan lebih kreatif dan percaya diri, namun disamping itu anak dengan pola asuh ini cenderung kurang memiliki kontrol diri yang baik, mendominasi, kurang dapat menghormati dan tidak dapat menjalin hubungan yang baik dengan temannya. c. Pola asuh otoritatif, memberikan batasan dan juga kontrol terhadap anak, namun masih memberikan kesempatan bagi anak untuk dapat mandiri dan juga memiliki tanggung jawab pribadi. Orang tua dengan pola asuh otoritatif sangat menghargai minat dan pendapat dari anak dan juga anak merasakan kasih sayang yang diberikan orang tuanya kepada mereka. Menurut Santrock (2011) anak dengan pola asuh otoritatif lebih percaya diri, memiliki pengendalian diri yang baik, mampu mengelola stress dan dapat bekerja sama dengan teman sebaya maupun orang orang yang lebih tua.

3 2.2 Remaja Definisi Remaja Adolescene atau remaja berasal dari bahasa latin yang memiliki arti tumbuh menjadi dewasa, dan dengan artian yang lebih luas lagi merupakan kematangan mental, sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Menurut Santrock (2011) remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa anak anak menuju masa dewasa yang dimulai dari usia 10 tahun dan berakhir pada usia 22 tahun serta ditandai dengan perubahan dan perkembangan dari segi fisik, kognitif dan sosioemosi. Dari definisi definisi di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa remaja merupakan suatu usia dimana anak anak tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, ditandai dengan perubahan serta perkembangan pada area fisik, kognitif, sosioemosi dan melakukan usaha untuk menemukan identitas yang sesuai dengan dirinya sendiri untuk dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dewasa Perkembangan Fisik Remaja Perkembangan fisik pada usia remaja berlangsung dengan cepat dan perubahan hormonal juga terjadi pada usia ini. Perkembangan fisik yang dialami oleh remaja pria antara lain seperti: bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, perubahan pada suara, meningkatnya ukuran testis dan penis, mengalami ejakulasi pertama serta tumbuhnya rambut pada bagian bagian tubuh. Sedangkan pada remaja wanita perubahan - perubahan fisik yang terjadi seperti: bertambahnya tinggi dan berat badan, ukuran pinggul melebihi ukuran bahu, mengalami menstruasi pertama kali, bertambahnya ukuran payudara serta tumbuhnya rambut pada bagian bagian tubuh (Santrock, 2011). Pertumbuhan fisik yang dialami oleh pria lebih lambat dibandingkan dengan remaja wanita namun saat memasuki usia dewasa otot dan kekuatan pada pria akan lebih besar dibandingkan dengan wanita (Hurlock, 1992). Perubahan fisik yang terjadi pada usia remaja ini menimbulkan ketidakpuasan pada remaja wanita. Remaja

4 wanita merasa kurang puas pada citra tubuh mereka karena meningkatnya lemak pada tubuh, sedangkan pada remaja pria merasa lebih puas karena bertambahnya massa otot (Santrock, 2011) Perkembangan Kognitif Remaja Perkembangan kognitif pada usia remaja ditandai dengan kemampuan untuk dapat menjalankan fungsi eksekutif seperti penalaran, berpikir logis, berpikir kritis, membuat keputusan, memecahkan masalah dan memahami kognitif orang lain Kuhn (dalam Santrock, 2011). Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Santrock, 2003) tahap operasional formal terjadi pada usia remaja. Pada tahap ini pemikiran remaja akan menjadi lebih abstrak, mereka sudah dapat membuat suatu kemungkinan kemungkinan sementara yang kemudian akan diolah melalui pemikiran logis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Apabila anak terbiasa menggunakan pemikiran abstrak, logis dan konkret maka mereka akan membentuk suatu pemikiran yang idealistis. Pemikiran idealis ini merupakan perbandingan antara karakteristik serta keinginan yang dimiliki oleh remaja dengan karakteristik - karakteristik yang dimiliki oleh orang lain, sehingga remaja akan mendapatkan suatu gambaran yang ideal/sesuai pada dirinya sendiri. Namun terdapat juga resiko pada pemikiran idealis remaja yang terbentuk pada tahap operasional formal ini. Piaget (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa pemikiran idealistis yang terbentuk karena keyakinan akan kekuatan pikiran seolah-olah membuat dunia akan takluk pada kekuatan remaja tersebut Perkembangan Sosioemosi Remaja Erikson (dalam Santrock, 2011) usia remaja berada pada tahap identity vs identity confusion atau disebut juga sebagai fase pencarian jati diri. Pada tahap ini remaja berusaha menemukan gambaran diri yang ideal dengan melakukan berbagai macam peran dan juga kepribadian. Apabila remaja gagal dalam pencarian identias

5 maka mereka akan menarik diri dari lingkungan teman sebaya dan peer grup serta hilangnya identitas diri pada remaja tersebut. Dalam proses peralihan dari masa anak anak menuju masa dewasa, remaja mulai mencoba untuk melepaskan diri dari orang tua dikarenakan mereka memiliki keinginan untuk mandiri dan memiliki tanggung jawab pribadi (Santrock, 2011). Pada usia remaja ini peran dari orang tua digantikan oleh peer group atau sahabat. Sullivan (dalam Santrock, 2011) mengatakan peer group dibutuhkan oleh remaja untuk dapat memenuhi kebutuhan remaja akan intimasi dan kebersamaan. Kebutuhan remaja akan intimasi membuat remaja berusaha melakukan sesuatu agar dapat diterima oleh kelompoknya. Prinstein (dalam Santrock, 2011) mengatakan bawa remaja cenderung akan menyesuaikan diri dengan kelompok pergaulannya apabila mereka tidak memiliki keyakinan terhadap identitas sosialnya. Rasa kesepian dan juga penilaian diri yang rendah akan didapatkan remaja apabila kebutuhan intimasi mereka tidak terpenuhi Sullivan (dalam Santrock, 2011). 2.3 Narkoba Definisi Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya (BNN, 2006). Joewana dan Martono (2006) mendefinisikan narkoba sebagai bahan atau zat zat tertentu yang apabila dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi kerja otak dan saraf pada tubuh serta mengakibatkan ketergantungan. Indrawan (2007) mendefinisikan narkoba sebagai narkotik, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap kerja saraf pusat dan memiliki ketergantungan dalam jangka panjang. Dari definisi tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa narkoba merupakan suatu zat yang berupa senyawa kimia maupun non kimia yang dapat mempengaruhi kerja saraf serta organ organ vital tubuh dan akan menjadi berbahaya

6 apabila digunakan dengan tujuan non medis serta dapat menimbulkan ketergantungan dalam waktu yang lama Jenis Jenis Narkoba Di Indonesia terdapat 3 jenis Narkoba yang dilarang untuk dimiliki dan juga digunakan secara bebas BNN (2006) yaitu: 1. Narkotika golongan I Narkotika yang digunakan hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk proses terapi serta mengakibatkan pengaruh ketergantungan yang tinggi. Contoh : heroin, kokain, ganja 2. Narkotika golongan II Narkotika yang memiliki khasiat pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir untuk digunakan dalam terapi serta digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi tinggi ketergantungan, contoh; morfin, petidin, turunan/garam dalam golongan tersebut. 3. Narkotika golongan III Narkotika yang memiliki khasiat pengobatan dan sering digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan juga mempunyai potensi ringan ketergantungan. Contoh : kodein, garam garam narkotika dalam golongan tersebut. Sedangkan jenis jenis psikotropika yang dilarang untuk dimiliki dan juga digunakan dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1. Psikotropika golongan I Psikotroika yang digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, mempunyai potensi sangat kuat untuk menjadi ketergantungan. Contoh: MDMA, ekstasi, LSD, STP

7 2. Psikotropika golongan II Psikotropika yang bertujuan untuk pengobatan dan dipakai untuk proses terapi, pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat untuk menjadi ketergantungan. Contoh: Amfetamin, Fensiklidin, Sekobartial. 3. Psikotropika golongan III Psikotropika yang bertujuan untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi serta untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan mempunyai potensi sedang menjadi ketergantungan. Contoh : fenobarbital, flunitrazepam 4. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang bertujuan untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi juga bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menjadi ketergantungan. Contoh; diazepam, nitrazepam Pola Pemakaian Narkoba Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba yang dilakukan bukan untuk tujuan pengobatan namun karena ingin merasakan sensasi dari zat tersebut. Karena zat zat tersebut menimbulkan suatu sensasi maka menjadi disalahgunakan. Berikut ini terdapat beberapa pola pemakaian narkoba, yaitu (Joewana & Martono, 2006): a. Pola coba coba: pemakaian narkoba yang tujuannya untuk memenuhi rasa ingin tahu dan juga bisa disebabkan karena pengaruh dari kelompok teman sebaya atau dari orang lain yang menawarkan b. Pola pemakaian sosial / rekreasi: yaitu pemakaian narkoba dengan tujuan hiburan dan juga digunakan agar dapat diterima dan diakui oleh kelompoknya

8 c. Pola pemakaian situasional: yaitu pemakaian narkoba pada situasi tertentu seperti saat mengalami stress, kesepian dan kesedihan. Pada tahap ini seorang pemakai berusaha untuk mendapatkan narkoba secara aktif. d. Pola habituasi: yaitu pemakaian narkoba yang dilakukan secara teratur atau sering. Pada tahap ini telah terjadi perubahan pada fungsi tubuh serta gaya hidup. e. Pola ketergantungan: Pada tahap ini pemakai hampir setiap waktu menggunakan narkoba. Jumlah dan jenis yang dibutuhkan menjadi semakin dan tinggi. Pada tahap ini juga seorang pemakai akan melakukan apapun untuk mendapatkan narkoba meskipun sampai melakukan kriminalitas Adiksi Soetjipto (2007) mendefinisikan adiksi sebagai penggunaan suatu zat secara berlebihan sehingga seseorang tidak dapat mengkontrol lagi pola pemakaian zat tersebut. BNN (2006) mengatakan bahwa adiksi merupakan penggunaan obat atau zat psikoatif yang tidak terkontrol atau berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan menurut Joewana & Martono (2006) mendefinisikan adiksi sebagai gejala yang berlangsung secara terus menerus meliputi gangguan fisik, psikologis dan juga sosial, disebabkan karena penggunaan suatu zat secara berlebihan. Dari beberapa definisi tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa adiksi merupakan gejala-gejala baik secara fisik, psikologis dan juga sosial yang disebabkan karena penggunaan zat psikoatif secara berlebihan dalam jangka waktu tertentu Efek Efek Penggunaan Narkoba Pada awalnya pemakaian narkoba akan menghadirkan perasaan perasaan senang dan juga kebebasan, namun efek tersebut akan berubah menjadi negatif apabila pemakiannya dilakukan terus menerus dan menjadi ketergantungan (Gordon dkk, 2004). Ketergantungan narkoba ini akan menimbulkan efek efek negatif pada fisik dan juga

9 psikologis jika pemakaiannya dihentikan, contohnya seperti: rasa nyeri pada badan, kejang kejang, gelisah, sulit tidur, takut air, cemas, mudah tersinggung, melakukan kekerasan dan cenderung untuk bunuh diri (Joewana & Martono, 2006). Efek yang paling berbahaya dalam penyalahgunaan narkoba adalah menurunnya sistem kekebalan tubuh yang akan meningkatkan kemungkinan terjangkit virus HIV, hepatitis C bahkan sampai menyebabkan kematian (Anonymous,2005). Kring dkk (2006) menyebutkan efek efek yang ditimbulkan dari jenis jenis narkoba yang umumnya banyak disalahgunakan antara lain: a. Marijuana Pemakaian narkoba jenis ini akan menyebabkan seseorang menjadi tenang dan ramah dengan orang lain. Namun pemakaian marijuana ini juga akan mengakibatkan pikiran menjadi tumpul, emosi yang berubah dengan cepat, mengurangi fungsi memori dan juga membuat waktu berjalan dengan lambat. Sedangkan efek negatif yang terjadi pada fisik adalah seperti mempengaruhi fungsi hati dan paru paru serta berpotensi mengakibatkan kanker. b. Opium Heroin dan barbiturat juga merupakan turunan dari opium. Efek yang dihasilkan dari opium dan barbiturat adalah euforia, sering mengantuk, sering melamun dan kurangnya koordinasi tubuh. Sedangkan efek pada heroin adalah tidak muculnya rasa takut dan juga meningkatkan rasa percaya diri pada beberapa jam saja. Sedangkan efek negatif yang ditimbulkan dari pemakaian zat ini adalah seperti kecelakaan, meninggal karena overdosis, bunuh diri, membunuh orang (dalam Anglin & Powers, 2003) c. Stimulan Amfetamin dan kokain masuk ke dalam golongan tersebut. Efek yang ditimbulkan dari kokain dan amfetamin adalah meningkatkan gairah seksual, meningkatkan rasa percaya diri, merasa bahagia dan tidak merasakan lelah.

10 Sedangkan efek negatif yang dapat ditimbulkan jika melebihi dosis adalah seperti rasa ketakutan yang berlebihan, insomnia, halusinasi yang kuat, mual mual dan menggigil. d. Ecstasy Efek yang ditimbulkan dari penggunaan ecstacy adalah dapat meningkatkan hubungan dengan orang lain, membuat mood menjadi lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri serta meningkatkan kesadaran estetika. Sedangkan efek negatif yang dapat ditimbulkan antara lain seperti: bola mata bergerak dengan cepat, munculnya kecemasan yang berlebihan, depresi, serta menjadi sering bingung. 2.4 Kerangka Berpikir Pola Asuh Orang Tua Remaja Narkoba Terdapat pola hubungan antara narkoba, individu dan lingkungan yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkoba. Penggunaan narkoba berkaitan dengan jenis, dosis, cara pakai, efek pada tubuh, ketersediaan dan pengendalian peredarannya. Dari faktor individu yang meliputi kepribadian, prilaku serta keyakinan keyakinan akan diri sendiri dan orang lain dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan narkoba. Sedangkan lingkungan memiliki hubungannya dengan teman sebaya dan keluarga.

11 Pengasuhan orang tua kepada anak telah dibangun sejak tahun pertama kehidupan. Pengasuhan yang diberikan oleh orang tua kepada anak akan membentuk kepribadian, rasa kepercayaan, keterampilan dan juga penilaian diri yang nantinya atribut atribut tersebut akan membantu remaja untuk dapat beradaptasi dengan dunia orang dewasa. Apabila seorang anak mendapatkan pengasuhan yang buruk dari orang tua mereka maka perkembangan diri yang negatif juga akan dibentuk oleh anak. Perkembangan diri yang negatif inilah yang dapat memungkinkan bagi seorang remaja yang sedang berada pada tahap pencarian identitas diri untuk melakukan penyalahgunaan narkoba. 2.5 Hipotesis Bagaimana gambaran pengasuhan / pola asuh yang diberikan oleh orang tua kepada remaja yang menyalahgunakan narkoba.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini ingin mengetahui gambaran pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada remaja yang melakukan penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan permasalahan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 1. Amfetamin bagi tubuh manusia berfungsi sebagai... SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 Sebagai zat adikitif Sebagai stimulan Pencegah rasa sakit Sebagai obat penenang

Lebih terperinci

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : 15061143 Prodi Akuntansi Tugas Aplikom 1 Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 SAY NO TO DRUGS SEJAK Anak bisa berkomunikasi, mereka mulai menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP KONDISI PSIKIS (MANTAN) PECANDU Tri Wahyu Blok Elektif: Drug Abuse Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta 2010 Latar belakang Narkoba (NAPZA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA DAN PERILAKU PENCEGAHAN NARKOBA PADA MAHASISWA FAKULTAS KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun.

Lebih terperinci

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif NARKOBA Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Narkotika Obat atau zat dari bahan alami, sintetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Narkoba 1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk

Lebih terperinci

Zat Adiktif dan Psikotropika

Zat Adiktif dan Psikotropika Bab 11 Zat Adiktif dan Psikotropika Sumber: image.google.com Gambar 11.1 Berbagai jenis zat adiktif dan psikotropika Di era modern ini banyak sekali kasus penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA C.02 STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA Rilla Sovitriana Fakultas Psikologi, UPI YAI rilla.sovitriana@gmail.com Abstraksi. Subjek (A) adalah seorang remaja putri

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

Efektivitas Undang Undang No 35 Tahun 2009 Untuk Menekan Penyalahgunaan Narkotika

Efektivitas Undang Undang No 35 Tahun 2009 Untuk Menekan Penyalahgunaan Narkotika Efektivitas Undang Undang No 35 Tahun 2009 Untuk Menekan Penyalahgunaan Narkotika MH. Sri Rahayu Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Jl. Letjend

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini, masalah penyalahgunaan narkoba meningkat luas, tidak hanya di kota besar namun juga di kota-kota kecil dan pedesaan di Indonesia.

Lebih terperinci

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

GAMBARAN POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA GAMBARAN POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Jeffrey Jonathan Psikologi, Jl. Damai No.19 RT 002/005 Petukangan Selatan, 087783283107, joeyjonathan23@gmail.com (Jeffrey

Lebih terperinci

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA)

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) GOLONGAN NARKOTIKA 1. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA. NAPZA Priya PKBI Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA. Berdasarkan proses pembuatannya di bagi ke dalam 3 Golongan : 1. Alami yaitu jenis ata zat yang diambil langsung

Lebih terperinci

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat terbatas. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba itulah yang mendorong terjadinya penyalahgunaan terhadap

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Bab 31 Mengenal narkoba

Bab 31 Mengenal narkoba Banyak pengguna obat terlarang, dalam keingintahuan, mencari sensasi, melarikan diri dari tekanan dan frustasi, ditindas oleh orang lain dan penyebab lainnya mulai mencoba obat terlarang. Jika menjadi

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Rahmi Sofah, Harlina, Rani Mega Putri, Vira Afriyanti Universitas Sriwijaya E-mail: rani@konselor.org ABSTRAK Narkoba adalah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan digunakan untuk pengobatan dan digunakan secara illegal, atau barang haram yang dinamakan narkoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini banyak sekali kita mendengar kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN

INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN By Zulkarnain Masalah Kesehatan Mental Kecemasan Depresi Kecemasan Kecemasan merupakan suatu gangguan yang biasa didapati pada pekerja. Dilaporkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak (JIPA), Vol. II, No. 2, Juni - Nopember 2017

Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak (JIPA), Vol. II, No. 2, Juni - Nopember 2017 UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NARKOBA (Suatu Penelitian di Polresta Banda Aceh) MUHAMMAD IQBAL STKIP AN-NUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM iqbalyoga89@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. lainnya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

1. PENDAHULUAN. lainnya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan 1 1. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Banyak tindak pidana yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu tindak pidana yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA. Oleh : Rosita Endang Kusmaryani

MENGENAL BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA. Oleh : Rosita Endang Kusmaryani MENGENAL BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA Oleh : Rosita Endang Kusmaryani Permasalahan Narkoba Saat ini masalah narkoba atau napza sudah menjadi masalah yang menggejala di lingkungan kita, terutama remaja. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang rentan dalam fase pertumbuhan dan perkembangan manusia. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan secara lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan secara lebih jauh mengenai teori-teori yang 10 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan secara lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan pengertian copingstress dan stress, bentuk-bentuk coping, faktor-faktor penyebab stress, dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol bagi remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat dan mempengaruhi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Menurut BNN (Badan Narkotika Nasional) data mengenai individu yang menyalahgunakan narkoba di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 5,1 juta orang. Setiap tahunnya data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Corah Julianti/105102061 adalah mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia 14 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini semakin banyak masalah yang dihadapi oleh negara, baik negara maju maupun negara berkembang, tak terkecuali dengan negara kita. Salah satu

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika dan obat berbahaya (Narkoba) menurut UU RI. No. 22/1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika dan obat berbahaya (Narkoba) menurut UU RI. No. 22/1997 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika dan obat berbahaya (Narkoba) menurut UU RI. No. 22/1997 adalah zat atau obat baik yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman, baik sintesis maupun

Lebih terperinci

PERANAN KELUARGA TERHADAP KEBERHASILAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOBA

PERANAN KELUARGA TERHADAP KEBERHASILAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOBA PERANAN KELUARGA TERHADAP KEBERHASILAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOBA Oleh: ARIF RAHMAN 04 192 032 JURUSAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ABSTRAK Arif

Lebih terperinci

PERIODISASI MASA REMAJA DAN CIRI KHASNYA; PUBERTAS, REMAJA AWAL DAN REMAJA AKHIR

PERIODISASI MASA REMAJA DAN CIRI KHASNYA; PUBERTAS, REMAJA AWAL DAN REMAJA AKHIR PERIODISASI MASA REMAJA DAN CIRI KHASNYA; PUBERTAS, REMAJA AWAL DAN REMAJA AKHIR Tugas Perkembangan Perkembangan Fisik Periodisasi Masa Remaja dan Ciri Khasnya Perkembangan Intelektual Perkembangan Emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan nakotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NARKOBA) dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukan kecenderungan peningkatan yang

Lebih terperinci

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGGUNA DAN POLA PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja dengan perubahan yang mengacu pada perkembangan kognitif, biologis, dan sosioemosional (Santrock, 2012).

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id Bahaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat termasuk penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lain (NAPZA), tetapi juga meliputi berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga banyak membutuhkan potensi sumber daya manusia. Tidak terkecuali remaja sebagai penerus bangsapun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S -1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang untuk melepaskan ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima

Lebih terperinci

Addiction.

Addiction. Addiction imanf_dr@yahoo.com Iman Firmansyah National Narcotic Board ( Head of Medical Rehabilitation ) Psychiatrist, University of Indonesia Faculty of Law Trainer Of Trainer Education and Training Leadership

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN PEMBINAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DAN SEX BEBAS DIKALANGAN REMAJA DI KECAMATAN PRAMBANAN KLATEN Tim Pengabdi: Erwin Setyo Kriswanto,

Lebih terperinci

Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal

Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal PENYALAHGUNAAN ZAT Penyalahgunaan zat adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, memori,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. digunakan oleh penegak hukum dan masyarakat. yang dimaksud dengan bahan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. digunakan oleh penegak hukum dan masyarakat. yang dimaksud dengan bahan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Narkoba 2.1.1 Definisi Narkoba Narkoba adalah (narkotika dan obat/bahan berbahaya) adalah istilah yang digunakan oleh penegak hukum dan masyarakat. yang dimaksud dengan bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 I. INFORMASI WAWANCARA 1. Nomor Urut Responden... 2. Nama Responden...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk pribadi mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikologis. Mulai dari masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku menurut Chaplin (2005) memiliki beberapa arti yaitu (a) sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang diakukan organisme, (b) bagian dari satu

Lebih terperinci

B. Kegiatan Ceramah tentang Narkoba Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media & Alat

B. Kegiatan Ceramah tentang Narkoba Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media & Alat Lampiran 1 Judul : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI SMU NEGRI5 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013 Topik : Pendidikan Kesehatan Tentang Narkoba Waktu : 90

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran

Lebih terperinci

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito NAPZA Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito POST TEST Apa yang dimaksud dengan Napza? Apa kerugian yang disebabkan oleh pemakaian Napza? Bagaimana cara pencegahan penyalahgunaan narkoba? SAY NO TO NAPZA!

Lebih terperinci

MENGENAL NAPZA KONSEP DASAR KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN NAPZA 05/02/2016 JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN. MASYKUR KHAIR, S.Kep., Ns.

MENGENAL NAPZA KONSEP DASAR KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN NAPZA 05/02/2016 JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN. MASYKUR KHAIR, S.Kep., Ns. KONSEP DASAR KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN NAPZA By: MASYKUR KHAIR, S.Kep., Ns. MENGENAL NAPZA Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat / bahan adiktif lainnya adalah

Lebih terperinci

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini stres menjadi problematika yang cukup menggejala di kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KLIEN REHABILITASI NARKOBA DI POLI NAPZA RSJ SAMBANG LIHUM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KLIEN REHABILITASI NARKOBA DI POLI NAPZA RSJ SAMBANG LIHUM FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KLIEN REHABILITASI NARKOBA DI POLI NAPZA RSJ SAMBANG LIHUM Syaifullah Kholik 1, Evi Risa Mariana 2, Zainab 3 ABSTRAK Narkoba adalah suatu zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Indramayu disebabkan banyak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

MAKALAH BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA

MAKALAH BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA MAKALAH BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA 1/1/2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, sehingga kami bisa menyelesaikan

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H A. Pendahuluan Perkembangan peredaran dan penyalahgunaan narkoba akhir-akhir ini, telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penyalahgunaan NARKOBA atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia belasan sampai puluhan tahun, ekonomi

Lebih terperinci

SMP Negeri 9 Purwokerto jl. Jatisari Nomor 25 Purwokerto Silakan klik tombol edit di kanan untuk mengubah header.

SMP Negeri 9 Purwokerto jl. Jatisari Nomor 25 Purwokerto Silakan klik tombol edit di kanan untuk mengubah header. SMP Negeri 9 Purwokerto jl. Jatisari Nomor 25 Purwokerto Silakan klik tombol edit di kanan untuk mengubah header. Mata Pelajaran : Kelas : Nama Siswa : Nomor Urut : Soal Pilihan Ganda Pilihlah salah satu

Lebih terperinci

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap

Lebih terperinci