BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. memulai kegiatannya pada tahun 1984 sebagai produsen dan pemasar chip poliester, serat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. memulai kegiatannya pada tahun 1984 sebagai produsen dan pemasar chip poliester, serat"

Transkripsi

1 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian PT. Asia Pasific Fibers Tbk Sejarah Singkat PT. Asia Pasific Fibers Tbk Asia Pacific Fibers, yang sebelumnya dikenal sebagai Polysindo Eka Perkasa memulai kegiatannya pada tahun 1984 sebagai produsen dan pemasar chip poliester, serat dan benang filamen dengan mendirikan pabrik benang filamen manufaktur di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Dalam tahun-tahun berikutnya, perbaikan terus menerus dibuat dalam infrastruktur perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan dengan portofolio produk yang ditingkatkan permintaan untuk produk perusahaan di pasar domestik dan ekspor terus tumbuh dengan mantap. Pada 90-an, perusahaan memulai ekspansi pabrik hulu dengan mendirikan sebuah pabrik manufaktur PTA dan serat poliester pabrik di Karawang di Jawa Barat, Indonesia. Pada tahun 1997, perusahaan ini tegas ditetapkan sebagai produsen poliester terkemuka di Indonesia. Sejak itu, perusahaan telah menambahkan kapasitas, terapan teknologi, inovasi proses dan produk, dan memiliki pasar yang dilayani di seluruh dunia. Namun, perjalanan dilanjutkan. Pada 2 Desember 2009, dalam upaya untuk meningkatkan semua aspek kinerja perusahaan selangkah lebih maju diambil untuk mengubah nama perusahaan dari PT Polysindo Eka Perkasa Tbk menjadi PT Asia Pacific Fibers Tbk. Nama baru ini terutama dirancang untuk mencerminkan jangkauan pasar yang meningkat dari perusahaan di seluruh dunia dan konsisten dengan prospek peningkatan dalam hal pemulihan kuat dari pangsa pasar dan kinerja perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.

2 49 Asia Pacific Fibers akan terus berusaha untuk keunggulan dalam semua kegiatan dan sedang penuh percaya diri ke masa depan, siap menghadapi tantangan terbentang di depan. Dasar dari strategi Asia Pacific Fibers untuk masa depan akan terus menjadi integrasi vertikal, peningkatan kapasitas dan inovasi produk untuk memenuhi kebutuhan pasar yang beragam. Manajemen berkomitmen untuk norma-norma internasional Tata Kelola Perusahaan. Asia Pacific Fibers mengikuti praktek mendasar berikut tata pemerintahan yang baik: Kepatuhan dengan semua peraturan perundang-undangan dan hukum negara. Transparansi dalam pemerintahan. Relevan dan tepat waktu arus informasi kepada para pemangku kepentingan, lembaga hukum, Direksi dan Komisaris. 4. Audit internal secara berkala oleh tim Audit khusus internal dipimpin oleh seorang akuntan yang berkualitas. 5. Audit eksternal oleh auditor terkenal untuk memverifikasi rekening perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Sebagai perusahaan penghasil polyester terbesar, PT. Asia Pasific Fibers, Tbk memiliki visi dan misi yang diintegrasikan kepada seluruh lapisan karyawannya mulai dari level tertinggi sampai dengan level terendah. Penetapan visi dan misi perusahaan berhubungan dengan strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk bersaing di level lokal maupun internasional.

3 50 Adapun visi dari PT. Asia Pasific Fibers, Tbk adalah : Menjadi salah satu perseroan kelas dunia dengan penciptaan produk terbaik dengan secara konsisten menyediakan produk-produk yang senantiasa memuaskan pelanggan. Sedangkan misi dari PT. Asia Pasific Fibers, Tbk adalah : Untuk menciptakan keunggulan bersaing berupa penciptaan produk yang berkualitas prima dengan biaya yang kompetitif dan upaya penyerahan tepat waktu serta inovasi produk yang berkesinambungan Struktur Organisasi Adapun susunan Dewan Direksi PT. Asia Pasific Fibers, Tbk adalah sebagai berikut : 1. Presiden Direktur : Vasudevan Ravi Shankar 2. Direktur : Drs. Masjhud Ali, MBA 3. Direktur : Seeniappa Jegatheesan 4. Direktur : Peter Vinzenz Merkle Sedangkan susunan Dewam Komisaris PT. Asia Pasific Fibers, Tbk adalah sebagai berikut : 1. Presiden Komisaris : Robert Clive Appleby 2. Komisaris : Kamun Cheong (Zhang Jiawen) 3. Komisaris : Christopher Robert Botsford 4. Komisaris : Robert McCarthy 5. Komisaris Independen : Timbul Thomas Lubis SH, LLM 6. Komisaris Independen : Dono Iskandar Djoyosubroto 7. Sekretaris Perusahaan : Tunaryo

4 Produk-produk PT. Asia Pasific Fibers, Tbk PT. Asia Pasific Fibers, Tbk memiliki produk utama berupa benang polyester dan telah menjadi produsen polyester terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki banyak produk yang keseluruhannya berbahan dasar polyester. Adapun produk-produk yang dimiliki oleh PT. Asia Pasific Fibers diantaranya adalah : 1. Polyester Staple Fiber for Spinning (semi dull raw white, semi dull optical bright, bright) Aplikasi : a. Semua bahan yang berasal dari katun seperti outerwear, shirting dan suiting b. Bedding dan table linen c. Bahan berwarna putih dan bahan berwarna d. Bahan berdasar printed e. Benang jahit Fitur : a. Cocok digunakan untuk ring spinning dan open end spinning sistem b. Dapat digunakan untuk memproduksi 100% poly yarn, blended yarn seperti poly/viscose atau poly/cotton yarns 2. Polyester Dyed Black Fiber Aplikasi : a. Padding, non woven felts, linings b. Insulator Fitur a. Dope dyed black fiber

5 52 b. Diproduksi dari virgin polimer c. Dapat digunakan untuk non woven end uses d. Dapat digunakan untuk dry laid non woven process 3. Round Cross Section standar solid fiber with coarse deniers and more crimps Aplikasi : Padding, non woven felt, quilting, insulation, linings Fitur : Dapat digunakan untuk needle punching, thermo bonding, chemical bonding process of non woven manufactur. 4. Dan lain-lain Ketiga produk yang disebutkan di atas hanya sebagai dari produk yang dimiliki oleh PT. Asia Pasific Fibers, Tbk. Bahkan ketiga produk di atas memiliki banyak macam dan tipe yang keseluruhannya memiliki keunggulan masing-masing. Seluruh produk yang dibuat oleh Asia Pasific Fibers, berbahan dasar polyester dan dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Perusahaan terus melakukan inovasi agar produk yang telah ada semakin memilik keunggulan serta membuat terobosan atau inovasi untuk menciptakan produk baru yang sesuai dengan keinginan pelanggan. 4.2 Analisis dan Pembahasan Bagi perusahaan yang telah go public, penilaian kinerja merupakan salah satu wujud pembuktian bahwa perusahaan layak menjadi perusahaan publik, karena sebagai perusahaan terbuka, masyarakat dengan mudah dapat mengakses atau mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Tujuan lain dari penilaian kinerja adalah untuk

6 53 membuktikan bahwa perusahaan mampu menjalankan aktivitasnya baik aktivitas operasionalnya maupun aktivitas administrasinya secara terintegrasi dengan baik. Salah satu bentuk pengukuran kinerja yang saat ini mulai banyak digunakan oleh perusahaanperusahaan terutama perusahaan terbuka adalah penilaian kinerja menggunakan Balanced Scorecard. Pada konsep balanced scorecard penilaian kinerja tidak terhenti hanya pada penilaian keuangan perusahaan saja, akan tetapi mencakup seluruh kegiatan perusahaan termasuk di dalamnya terdapat pelanggan, kegiatan proses bisnis internal dan pertumbuhan serta pembelajaran. Konsep balanced scorecard sendiri diawali dengan menetapkan visi dan misi perusahaan yang selanjutnya akan diintegrasikan kepada seluruh lapisan karyawan mulai tingkat tertinggi sampai dengan terendah. PT. Asia Pasific Fibers, Tbk menerapkan konsep balanced scorecard untuk melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Adapun konsep balanced scorecard yang dapat diterapkan oleh PT. Asia Pasific Fibers, Tbk dapat dilihat pada gambar di bawah ini Perspektif Finansial dalam Balanced Scorecard Balance Score Card (BSC) memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Tolak ukur keuangan saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000). Balanced Scorecard adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada keseimbangan antara keuangan dan nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan. BSC dapat

7 54 menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut sebagai berikut: 1. Peningkatan customer yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan revenue). 2. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan cost effectiveness). 3. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi. Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran finansial mempunyai dua peranan penting, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada pengukuran finansial yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan dan yang kedua adalah akan memberi dorongan kepada 3 perspektif yang lainnya tentang target yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Kaplan dan Norton, siklus bisnis terbagi 3 tahap, yaitu: bertumbuh (growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus tersebut mempunyai tujuan fmansial yang berbeda. Growth merupakan tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada tahap ini diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat potensial bagi bisnis tersebut. Untuk itu, maka pada tahap growth perlu dipertimbangkan mengenai sumber daya untuk mengembangkan produk baru dan meningkatkan layanan, membangun serta mengembangkan fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung terbentuknya hubungan kerja secara

8 55 menyeluruh dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan. Secara keseluruhan tujuan fmansial pada tahap ini adalah mengukur persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di pasar sasaran. Tahap selanjutnya adalah sustain (bertahan), di mana pada tahap ini timbul pertanyaan mengenai akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan. Pada tahap ini tujuan fmansial yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh keuntungan. Berikutnya suatu usaha akan mengalami suatu tahap yang dinamakan harvest (menuai), di mana suatu organisasi atau badan usaha akan berusaha untuk mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial dari tahap ini adalah untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran dana. Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa pada perspektif finansial (keuangan) ukuran yang digunakan adalah Return On Investment (ROI), Cash Ratio (CR), Current Ratio, Collection Periode, perputaran persediaan, perputaran total aktiva dan rasio modal sendiri terhadap aktiva. Rasio-rasio keuangan tersebut mencerminkan kondisi likuiditas, kondisi profitabilitas dan kondisi aktivitas perusahaan. Pada penelitian ini kinerja finansial akan diukur berdasarkan kondisi keuangan selama dua tahun yaitu tahun 2009 dan Tabel 4.1 Kinerja Keuangan PT. Asia Pasific Fibers, Tbk Periode Indikator Kinerja ROI 25.90% 8.40% CR 53.16% 78.33% Current 19.02% 18.93% Collect Period 0.05% 0.44% Perput. Persediaan % 36.25% Perput. TA 62.50% 11.59% Modal/aset 49.97% 57.25%

9 56 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai Return on Investment PT. Asia Pasific Fibers, Tbk mengalami penurunan. Bila pada tahun 2009 nilai ROI adalah sebesar 25.90% maka pada tahun 2010 nilai ROI hanya sebesar 8.40%. Kondisi tersebut menunjukkan terjadinya penurunan kemampuan memperoleh return atau penghasilan atas investasi yang telah ditanamkan. Hasil tersebut bila ditampilkan dalam bentuk grafik akan tampak seperti gambar di bawah ini. Gambar 4.2 Perbandingan Kinerja Return On Investment Rasio kedua yang digunakan sebagai alat ukur kinerja keuangan adalah cash ratio. Cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya menggunakan kas atau setara kas. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2009 nilai cash ratio adalah sebesar 53.16% dan pada tahun 2010 adalah sebesar 78.33%. Hal tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya mengalami peningkatan. Nilai cash ratio yang meningkat menandakan peningkatan kemampuan likuiditas perusahaan. Bila ditampilkan dalam bentuk grafik akan tampak seperti gambar di bawah ini.

10 57 Gambar 4.3 Perbandingan Cash Ratio Selanjutnya adalah current ratio yang masih masuk ke dalam rasio likuiditas. Pada rasio ini terjadi penurunan nilai yaitu pada tahun 2009 nilai current ratio adalah sebesar 19.02% akan tetapi pada tahun 2010 nilai current ratio adalah sebesar 18.93%. Penurunan ini menunjukkan penurunan kemampuan aktiva lancar dalam melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan. Gambar 4.4 Perbandingan Current Ratio

11 58 Pada rasio aktivitas perusahaan, rasio pertama yang digunakan sebagai alat ukur adalah rasio collection period. Rasio ini mengukur perputaran penagihan piutang dagang yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada tahun 2009 nilai collection period adalah sebesar 0.05% dan pada tahun 2010 adalah sebesar 0.44%. Hasilnya dalam bentuk grafik akan tampak seperti gambar di bawah ini. Gambar 4.5 Perbandingan Collection Period Rasio selanjutnya adalah perputaran persediaan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaannya. Hasilnya adalah pada tahun 2009 perputaran persediaan perusahaan adalah sebesar %, sedangkan pada tahun 2010 nilai perputaran persediaan perusahaan adalah sebesar 36.25%. Hasilnya bila ditampilkan dalam bentuk grafik akan tampak seperti gambar di bawah ini.

12 59 Gambar 4.6 Perbandingan Perputaran Persediaan Pada rasio aktivitas terdapat rasio perputaran total aktiva yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan bila dibandingkan dengan jumlah sumber daya manusia yang ada. Hasilnya adalah pada tahun 2009 perusahaan memiliki nilai rasio perputaran total aktiva sebesar 62.50% dan pada tahun 2010 memiliki nilai rasio sebesar 11.59%. Gambar 4.7 Perbandingan Perputaran Total Aktiva

13 60 Rasio terakhir yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada Balanced Scorecard adalah rasio modal per total aktiva. Rasio ini digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam penyediaan modal dengan total aktivanya. Hasilnya adalah pada tahun 2009 perusahaan memiliki rasio modal per total aktiva adalah sebesar 49.97% dan pada tahun 2010 adalah sebesar 57.25%. Gambar 4.8 Perbandingan Modal Per Total Aktiva Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan PT. Asia Pasific Fibers, Tbk selama periode 2009 sampai dengan 2010 adalah cukup baik. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan dari beberapa rasio yang digunakan sebagai indikator Perspektif Non Finansial dalam Balance Scorecard Perspektif Pelanggan Pengukuran kinerja berdasarkan perspektif balanced scorecard selanjutnya adalah mengenai perspektif pelanggan. Pelanggan merupakan pihak luar yang sangat erat kaitannya dengan perusahaan terutama dalam urusan memperoleh pendapatan. Kepuasan

14 61 pelanggan merupakan hal yang mutlak dicapai oleh perusahaan karena dengan kepuasan yang dicapai oleh pelanggan akan memberikan nilai positif bagi perusahaan. Salah satu ukuran kepuasan pelanggan adalah apabila mereka memperoleh pelayanan yang baik, terutama dalam hal pemesanan/order barang. Untuk mengetahui kepuasan pelanggan adalah dengan mengukur pelayanan yang diberikan oleh perusahaan berdasarkan kecepatan dan ketepatan penyelesaian pemesanan barang. Perusahaan menjadikan konsistensi dan kualitas sebagai prinsip utama dalam menjalankan produksi barang. Standar kualitas yang tinggi selama proses manufaktur, telah memberikan hasil berupa produk yang berkualitas tinggi dan memberikan tingkat kepuasan konsumen yang tinggi. Pada tahun 1999, PT. Asia Pasific Fibers, Tbk menerima sertifikat ISO 9002 untuk pabrik yang berada di Karawang dan Semarang. Perusahaan juga menerapkan Six Sigma yaitu sebuah metode yang diterapkan dalam bidang manufaktur untuk memperoleh kualitas yang sesuai dengan permintaan konsumen. Hal tersebut memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengorganisasikan semua permintaan dari konsumen. Asia Pasific Fibers memiliki strategi Proximity to the Market dan Customer Centric sebagai bagian dari strategi pemasarannya. Kedekatan dengan pasar merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk dekat dengan pelanggan. Dekat dengan pasar memberikan keuntungan berupa kemampuan untuk mengetahui secara lebih lengkap mengenai keinginan para pelanggan. Ketepatan dan kecepatan penyelesaian order barang yang diminta oleh pelanggan merupakan salah satu nilai lebih yang dimiliki perusahaan terutama dalam memberikan pelayanan prima kepada pelanggan.

15 62 Ukuran kepuasan pelanggan yang didasarkan pada ketepatan dan kecepatan penyelesaian order menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya secara professional. Pelanggan yang telah memesan barang di Asia Pasifif Fibers dimintai keterangannya seputar kepuasan mereka terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Pengumpulan keterangan dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dikirimkan kepada para pelanggan melalui surat elektronik ( ). Kuesioner yang dikirimkan adalah sebanyak 30 buah dan keseluruhannya kembali sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Adapun hasil kuesioner yang dikirimkan oleh pihak perusahaan kepada para pelanggannya telah diolah dan disajikan sepert tampak pada tabel di bawah ini. Tabel 4.9 Rekapitulasi Jawaban Responden No Pernyataan STP TP R P SP 1 Saya membeli produk PT. Asia Pasific Fibers demi memperoleh produk yang berkualitas 2 Produk yang dimiliki oleh PT. Asia Pasific Fibers sangat beragam 3 Sebagai pelanggan saya selalu menceritakan kepada teman teman mengenai produk-produk yang diproduksi oleh perusahaan ini 4 PT. Asia Pasific Fibers selalu menerapkan kebijakan yang cukup memihak pada pelanggan 5 Saya tidak akan beralih ke perusahaan lain untuk mendapatkan produk yang sama yang diberikan oleh PT. Asia Pasific Fibers 6 Saya selalu menyatakan bahwa saya senang dengan cara PT. Asia Pasific Fibers menangani pesanan saya

16 63 7 Sebagai pelanggan saya merasa bahwa perusahaan telah memberikan pelayanan yang baik 8 Bagi saya PT. Asia Pasific Fibers merupakan pilihan terbaik dalam memperoleh produk polyester 9 Bagi saya perusahaan telah memberikan inspirasi mengenai sistem pelayanan yang baik pada pelanggan. 10 Para karyawan PT. Asia Pasific Fibers memiliki pengetahuan yang memadai dalam melayani pelanggan yang memesan produk 11 PT. Asia Pasific Fibers menjamin produk yang dibeli pelanggan adalah sesuai permintaan dan pesanan 12 Penggunaan fasilitas internet dalam melakukan pemesanan dan keluhan sangat membantu pelanggan 13 PT. Asia Pasific Fibers selalu memenuhi pesanan pelanggan sesuai waktu yang ditetapkan dan sesuai permintaan 14 Kualitas produk PT. Asia Pasific Fibers selalu terjaga dengan baik 15 Bila ada komplain dari pelanggan, petugas yang menerima komplain akan tetap bersikap sopan dan ramah Total jawaban Persentase 1.11% 4.67% 7.33% 38.67% 48.22% Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa mayoritas responden memberikan jawaban sangat puas terhadap kualitas pelayanan dan produk yang dihasilkan oleh PT. Asia Pasific Fibers. Rekapitulasi jawaban responden di atas menunjukkan bahwa 48,22% responden memberikan jawaban puas terhadap pelayanan dan produk yang

17 64 dihasilkan oleh PT. Asia Pasific Fibers dan sebanyak 38,67% memberikan jawaban puas. Terdapat 7,33% responden yang memberikan jawaban ragu-ragu, sebanyak 4,67% responden memberikan jawaban tidak puas dan hanya sebanyak 1,11% yang memberikan jawaban sangat tidak puas. Hasil tersebut membuktikan bahwa dari segi pelayanan kepada pelanggan, pihak manajemen PT. Asia Pasific Fibers telah mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan memberikan kepuasan kepada para pengguna jasanya. Para pelanggan PT. Asia Pasific Fibers tidak hanya puas karena mendapatkan pelayanan yang maksimal, akan tetapi juga dikarenakan produk-produk yang dibuat oleh PT. Asia Pasific Fibers memiliki kualitas yang sangat bagus, sesuai dengan kebutuhan para pelanggannya. Gambar 4.10 Kepuasan Pelanggan Perspektif Proses Bisnis Internal Seperti telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa perusahaan memiliki banyak sekali ragam produk yang ditawarkan, hal tersebut menunjukkan bahwa

18 65 perusahaan tidak berhenti dalam berinovasi dan menciptakan produk baru yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Perusahaan memiliki berbagai jenis produk yang keseluruhannya memiliki keunggulan masing-masing. Produk-produk yang ditawarkan keseluruhannya memiliki daya saing yang tinggi di pasar, karena memiliki kualitas yang tinggi. Dalam melaksanakan operasionalnya perusahaan telah menunjukkan kemampuannya bersaing secara internasional dengan memperoleh sertifikat ISO 9002 pada tahun 1999 untuk pabrik yang berada di Karawang dan Semarang. Dalam menjalankan proses produksi perusahaan menerapkan sistem proses kontrol online dengan menggunakan QUALCON (Quality Control System). Program tersebut digunakan untuk memastikan konsistensi dari kualitas produk selama proses manufaktur. Selain itu perusahaan juga mengimplementasikan program MMS (Maintenance Management System), MM (Materials Management System), SOM (Sales Order Management System) dan lain-lain. Program-program yang digunakan oleh perusahaan sangat membantu perusahaan agar tetap focus dalam memberikan kualitas barang yang tinggi dan efisiensi selama proses produksi. Kegiatan produksi yang hampir keseluruhannya dijalankan secara otomatis oleh perusahaan memberikan kemampuan pada perusahaan untuk menjaga kualitas produk dan mengerjakan pesanan pelanggan sesuai dengan permintaan. Dengan membuat proses produksi berjalan secara online memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk focus memberikan pelayanan prima. Salah satu layanan yang diberikan oleh perusahaan adalah layanan purna jual.

19 66 Bila pada masa lalu strategi pemasaran hanya mengutamakan cara menjual barang dengan cepat, akan tetapi saat ini banyak perusahaan yang juga membuat layanan purna jual sebagai bagian dari strategi pemasarannya. Tujuan dari kegiatan pelayanan purna jual adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang telah diberikan. Layanan purna jual juga dapat berfungsi sebagai pemasar karena dapat menerima repeat order dari pelanggan yang merasa puas dan menginginkan untuk membeli kembali. Bagi perusahaan besar seperti PT. Asia Pasific Fibers, pelayanan purna jual memberikan akses untuk lebih dekat dengan pelanggan dan mengetahui kekurangan dan kelebihan produk berdasarkan persepsi pelanggan. Selain itu pelayanan purna jual juga memberikan umpan balik atas pelayanan yang telah diberikan perusahaan kepada pelanggan. Untuk lebih meningkatkan pencapaian atas kepuasan pelanggan yang telah berhasil di capai oleh perusahaan, maka pihak manajemen perlu meningkat kegiatan proses bisnis internalnya agar lebih baik lagi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Bagi PT. Asia Pasific Fibers, sumber daya manusia merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk memelihara posisi pemimpin dan kelangsungan pertumbuhan, perusahaan melakukan investasi terhadap sumber daya manusia yang dimilikinya. PT. Asia Pasific Fibers secara tetap dan kontinu menjadikan perusahaan sebagai tempat yang memberikan penghargaan dan lingkungan kerja yang sangat nyaman kepada para pegawainya.

20 67 Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perusahaan melihat 3 faktor utama, yaitu Orang, Sistem, dan Prosedur organisasi yang berperan dalam pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Hasil pengukuran ke 3 perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang handal. Untuk memperkecil kesenjangan ini perusahaan harus melakukan investasi kedalam 3 faktor tersebut untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan jangka panjang. Balance Scorecard mengembangkan tujuan dan ukuran untuk mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Tujuan yang ditetapkan dalam perspektif keuangan, pelanggan dan proses bisnis intern mengidentifikasikan dimana organisasi harus unggul untuk mencapai kinerja yang handal. Tujuan di dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menyediakan infrastruktur untuk mencapai tujuan dari ke 3 perspektif Balance Scorecard lainnya, dan merupakan pendorong untuk mencapai hasil yang baik sekaligus mendorong perusahaan menjadi Learning Organization dan memicu pertumbuhannya. Balance Scorecard tidak hanya menekankan investasi untuk perlengkapan baru atau penelitian dan pengembangan produk baru saja tetapi organisasi harus melakukan investasi di dalam infrastruktur perusahaan itu sendiri yang terdiri dari orang, sistem dan prosedur. Umumnya organisasi perusahaan di lapangan menunjukkan adanya suatu kecenderungan untuk mengaplikasikan struktur organisasi desentralisasi berikut jenis kepemimpinannya dan ini akan berlanjut terus di kemudian hari. Sistem desentralisasi ini dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia menurut para pelaku ekonom dapat diarahkan

21 68 untuk meningkatkan efektifitas dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan, meskipun manajemen akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi visi strateginya dan mengeleminir conflik of interest yang mengarah pada keselarasan tujuan (gool congruence). Menurut pendapat Kaplan dan Norton (1996) dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ada tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu : Kemampuan pekerja ( Employee capabilities ) Kemampuan sistem informasi ( Information system capabilities ) Motivasi, Pemberdayaan, Penyetaraan (Motivation, empowerment, and alignment ) Konsep hubungan sebab-akibat memegang peranan yang sangat penting dalam Balance Scorecard, terutama dalam penjabaran tujuan dan pengukuran masing-masing perspektif. Unsur sebab-akibat tersebut akan berkaitan antara keempat perspektif yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya pertama-tama ditetapkan tujuan perspektif keuangan, yaitu Return On Capital Employed (ROCE). Pemicu kinerja tersebut adalah tingkat penjualan yang tinggi pada pelanggan, yang merupakan hasil dar loyalitas pelanggan. Sehingga loyalitas pelanggan akan dimasukkan dalam Balance Scorecard yaitu dalam kategori perspektif pelanggan karena dianggap mempunyai pengaruh kuat terhadap besarnya ROCE. Dengan analisa preferensi pelanggan disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan dapat diperoleh melalui pengiriman tepat waktu. Sehingga perbaikan dalam hal pengiriman tepat waktu, akan menambah loyalitas pelanggan yang akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan. Loyalitas pelanggan dan pengiriman tepat waktu akan dimasukkan dalam perspektif pelanggan. Selanjutnya harus dilihat proses bisnis internal apakah yang perlu dilakukan sebaik mungkin oleh perusahaan apabila ingin

22 69 memperoleh pengiriman tepat waktu. Faktor waktu siklus produksi yang singkat dan kualitas proses internal yang tinggi merupakan faktor-faktor yang akan dimasukkan dalam proses bisnis internal Balance Scorecard karena dianggap merupakan faktor yang menentukan pengiriman yang tepat waktu. Dan akhirnya, penurunan waktu siklus produksi dan proses internal yang berkwalitas tinggi dapat diperoleh dengan melatih dan meningkatkan kemampuan pegawai operasional, sehingga faktor pelatihan dan peningkatan kemampuan pegawai akan dimasukkan dalam perspetif proses Pembelajaran dan pertumbuhan dalam Balance Scorecard. Dengan demikian, suatu unit usaha perusahaan, dan setiap pengukuran dalam Balance Scorecard harus merupakan elemen dari rantai hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat dari keempat perspektif dalam Balance Scorecard diperlihatkan dalam gambar berikut : Perspektif Keuangan Pengukuran Kinerja Tingkat pengembalian Investas ( ROI ) Pelanggan Loyalitas Pelanggan Pengiriman tepat waktu Proses Peningkatan Kualitas Penurunan Waktu Internal produksi Bisnis Pembelajaran Dan Perumbuhan Keahlian Pekerja Gambar 4.11 Hubungan keempat perspektif dalam Balance Scorecard

23 70 Balance Scorecard yang baik juga harus mencerminkan bauran antara pengukuran hasil yang diperoleh dan pengukuran terhadap pemicu kinerja. Pengukuran atas hasil yang diperoleh tidak menunjukkan bagaimana hasil tersebut diperoleh dan tidak memberikan indikasi awal apakah strategi perusahaan dilaksanakan dengan sukses atau tidak. Sebaliknya, pengukuran atas pemicu kinerja, misalnya waktu siklus produksi atau tingkat kerusakan dalam produksi, hanya memberikan informasi apakah perusahaan dapat mencapai perbaikan operasional jangka pendek, tetapi tidak mengungkapkan apakah perbaikan operasional tersebut berdampak pada peningkatan usaha dan kinerja keuangan. Idealnya suatu organisasi tidak hanya mempertahankan kinerja relatif yang ada, tapi memperbaiki secara terus menerus. Ini dapat dicapai apabila perusahaan melibatkan mereka yang langsung terkait dalam proses bisnis internal. Gambarnya adalah berikut : Core Measurement Result Employee Retention Employee Productivity Employee Satifaction Enablers Staff Technology Climate for Competencies Infrastructure Action Gambar 4.12 Rerangka pengukuran Pembelajaran dan pertumbuhan

24 71 Perusahaan mempromosikan karyawan yang memiliki potensi dengan cara mengikutsertakan karyawan tersebut dalam program incentive programs and career development programs. Pusat pelatihan dan program pelatihan yang dibuat oleh Asia Pasific Fibers secara konstan mampu meningkatkan keterampilan dan produktivitas dari para pekerja. Program pelatihan yang dibuat oleh manajemen sesuai dengan standar internasional dan disusun untuk seluruh level pekerja. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) memiliki peralatan dan pusat training yang mampu memberikan kursus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dari para ahli teknik perusahaan. PPSDM mengasah kemampuan manajer dalam hal kepemimpinan dan teknik. Pusat pelatihan juga memberikan kemampuan bagi para pekerja untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh perusahan. Informasi nonfinansial merupakan salah satu faktor kunci untuk menentapkan strategi yang dipilih guna pelaksanaan tujuan yang telah ditetapkan, hal ini dapat dihubungkan dengan informasi finansial dalam merancang sistem pengukuran kinerja. Informasi ini hanya untuk meningkatkan pelaksanaan operasi perusahaan dan kinerja organisasi agar lebih berhasil. Sistem penggabungan infromasi finansial dan nonfinansial ini telah dilaksanakan dan diterapkan di perusahaan-perusahaan di Amerika sekitar 64 %. Kecendungan menggunakan informasi nonfinansial meningkat untuk penggunakan pada tingkat yang lebih rendah dan sebaliknya informasi finansial digunakan untuk kontrol oleh manajemen yang lebih tinggi. Melalui sistem pengukuran kinerja, merupakan gabungan pengukuran finansial dan nonfinansial digunakan untuk berbagai tingkatan manajemen. Dengan demikian manjemen tingkat atas tidak saja menggunakan informasi finansial tetapi juga

25 72 nonfinansial, demikian juga manajemen tingkat bawah, harus mengerti informasi finansial untuk pelaksanaan keputusan mereka. Informasi-informasi ini, finansial dan nonfinansial, disajikan sedemikain rupa sehingga merupakan suatu set seri informasi atau suatu panel informasi yang lebih banyak memberikan alternatif informasi yang relevan bagi manjemen dalam melaksanakan tugasnya. Informasi nonfinasial menjadi sesuatu yang penting, untuk menghasilkan infromasi kinerja perusahaan. Pedayagunaan pegawai tidak hanya difokuskan kepada pengurangan biaya tenaga kerja, tetapi juga kepada bagaimana meningkatkan kualitas, mengurangi siklus waktu produksi, dan kebutuhan pemuasan pelanggan. Untuk kegiatan ini, Pegawai membutuhkan data untuk kinerja mereka, misalnya ; produk rusak, pengerjaan kembali produk cacat, sisa bahan, pengiriman tepat waktu, waktu pelayanan langganan, dan produk yang dikembalikan oleh konsumen. Jika ingin mendorong pegawai,manager, dan eksekutif melakukan pekerjaan yang efektif, maka harus disupply dengan data yang terus menerus. Manajer harus mendorong agar pegawai berkerja dengan efektif untuk dapat bersaing di pasar global. Kaitannya dengan mutu pegawai Atkinson (1997) menyebutkan siklus kualitas ( the cycle of quality ) untuk mendorong proses kinerja, yaitu : 1. Indentifikai masalah ( indentifying the problem) 2. Memantau masalah untuk tetap pada kondisi sesungguhnya (monitoring the problem to asses its severity ) 3. Analisis masalah untuk menemukan kasusnya (analyzing the problem to find its causes ) 4. Mengoreksi masalah ( correcting the problem )

26 73 Kajian yang dilakukan Linge dan Schimann (1996), terhadap perusahaan tentang pengukuran perusahaan, menyatakan bahwa 76 % meliputi pengukuran finansial, pelaksanaan dan kepuasan pelanggan., sedangkan sisanya 23 % merupakan pengukuran innovasi dan perubahan manajemen. Pengukuran kinerja finansial masih dianggap yang paling penting, hal ini dapat mendorong innovasi dan perubahan, akan terkait dengan kompensasi penting, sebesar 25 %. Tetapi kepuasan pelanggan merupakan prioritas, sebesar 79 %, dan perusahaan memberi respon yang serius dan mengangap informasi ini sangat berharga. Simon (1996), Memberikan istilah Pengendalian interaktif (Interactive control) yang mendifinisaikan terlebih dahulu faktor kritis yang menjadi fokus untuk perencanaan dan pelaksanaan pengendalian, hasil akhir yang dipilih adalah yang paling baik dalam menghadapi perubahan lingkungan yang sangat cepat, informasi ini juga menyediakan landasan berfikir untuk strategi baru. Dalam lingkungan dinamis yang cepat berubah menyebabkan mendorong terciptanya organisasi pembelajaran (learning organization). Dengan organisasi pembelajaran perusahaan dapat memacu kapasitas kepada pegawai, untuk mempelajari dan menanggulangi perubahan dalam lingkungan yang terus menerus. Suatu organisasi pembelajaran yang efektif adalah organisasi dimana pegawai pada semua tingkatan organisasi secara terus menerus mengamati perubahan lingkungan. Mengindentifikasi masalah-masalah yang potensial dan peluang-peluang, saling bertukar informasi, dan melakukan percobaan model bisnis agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang muncul.

27 74 Faktor-faktor kritis dalam pengendalian adalah penting dalam perencanaan pengendalian, ketidakpastian strategi pengendalian menunutut suatu set seri informasi pengendalian yang secara interaktif dalam pengembangan strategi baru. Ketidak pastian startegi pengendalian, mengacu kepada perubahan lingkungan, misalnya preferensi pelanggan, teknologi, pesaing, gaya hidup, produk substitusi dan sebaginya. Hal ni secara potensial akan menggangu tatakerja/sistem suatu organisasi, Pengendalian interaktif mengisyaratakan manajemen akan ketidakpastian srategi pengendalian. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perusahaan melihat 3 faktor utama, yaitu Orang, Sistem, dan Prosedur organisasi yang berperan dalam pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Hasil pengukuran ke 3 perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang handal. Untuk memperkecil kesenjangan ini perusahaan harus melakukan investasi kedalam 3 faktor tersebut untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan jangka panjang. Balance Scorecard mengembangkan tujuan dan ukuran untuk mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Tujuan yang ditetapkan dalam perspektif keuangan, pelanggan dan proses bisnis intern mengidentifikasikan dimana organisasi harus unggul untuk mencapai kinerja yang handal. Tujuan di dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menyediakan infrastruktur untuk mencapai tujuan dari ke 3 perspektif Balance Scorecard lainnya, dan merupakan pendorong untuk mencapai hasil yang baik sekaligus mendorong perusahaan menjadi Learning Organization dan memicu pertumbuhannya.

28 75 Balance Scorecard tidak hanya menekankan investasi untuk perlengkapan baru atau penelitian dan pengembangan produk baru saja tetapi organisasi harus melakukan investasi di dalam infrastruktur perusahaan itu sendiri yang terdiri dari orang, sistem dan prosedur. Umumnya organisasi perusahaan di lapangan menunjukkan adanya suatu kecenderungan untuk mengaplikasikan struktur organisasi desentralisasi berikut jenis kepemimpinannya dan ini akan berlanjut terus di kemudian hari. Sistem desentralisasi ini dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia menurut para pelaku ekonom dapat diarahkan untuk meningkatkan efektifitas dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan, meskipun manajemen akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi visi strateginya dan mengeleminir conflik of interest yang mengarah pada keselarasan tujuan (gool congruence). Menurut pendapat Kaplan dan Norton (1996) dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ada tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu : Kemampuan pekerja ( Employee capabilities ) Kemampuan sistem informasi ( Information system capabilities ) Motivasi, Pemberdayaan dan Penyetaraan (Motivation, empowerment, and alignment) Konsep hubungan sebab-akibat memegang peranan yang sangat penting dalam Balance Scorecard, terutama dalam penjabaran tujuan dan pengukuran masing-masing perspektif. Unsur sebab-akibat tersebut akan berkaitan antara keempat perspektif yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya pertama-tama ditetapkan tujuan perspektif keuangan, yaitu Return On Capital Employed (ROCE). Pemicu kinerja tersebut adalah tingkat penjualan yang tinggi pada pelanggan, yang merupakan hasil dar loyalitas

29 76 pelanggan. Sehingga loyalitas pelanggan akan dimasukkan dalam Balance Scorecard yaitu dalam kategori perspektif pelanggan karena dianggap mempunyai pengaruh kuat terhadap besarnya ROCE. Dengan analisa preferensi pelanggan disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan dapat diperoleh melalui pengiriman tepat waktu. Sehingga perbaikan dalam hal pengiriman tepat waktu, akan menambah loyalitas pelanggan yang akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan. Loyalitas pelanggan dan pengiriman tepat waktu akan dimasukkan dalam perspektif pelanggan. Selanjutnya harus dilihat proses bisnis internal apakah yang perlu dilakukan sebaik mungkin oleh perusahaan apabila ingin memperoleh pengiriman tepat waktu. Faktor waktu siklus produksi yang singkat dan kualitas proses internal yang tinggi merupakan faktor-faktor yang akan dimasukkan dalam proses bisnis internal Balance Scorecard karena dianggap merupakan faktor yang menentukan pengiriman yang tepat waktu. Dan akhirnya, penurunan waktu siklus produksi dan proses internal yang berkwalitas tinggi dapat diperoleh dengan melatih dan meningkatkan kemampuan pegawai operasional, sehingga faktor pelatihan dan peningkatan kemampuan pegawai akan dimasukkan dalam perspetif proses Pembelajaran dan pertumbuhan dalam Balance Scorecard. Dengan demikian, suatu unit usaha perusahaan, dan setiap pengukuran dalam Balance Scorecard harus merupakan elemen dari rantai hubungan sebab-akibat.

BAB III METODE PENELITIAN. Perkasa Tbk), yaitu salah satu perusahaan penghasil polyester terkemuka di Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. Perkasa Tbk), yaitu salah satu perusahaan penghasil polyester terkemuka di Indonesia. 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Obyek penelitian ini adalah PT Pacific Fibers Tbk (dahulu PT Polysindo Eka Perkasa Tbk), yaitu salah satu perusahaan penghasil polyester terkemuka di Indonesia.

Lebih terperinci

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut: Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode tertentu. Dengan laba ini dapat digunakan perusahaan untuk tambahan

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode tertentu. Dengan laba ini dapat digunakan perusahaan untuk tambahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang menguntungkan atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997:419) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD FOKUS PENGUKURAN BSC Fokus pengukuran BSC untuk melaksanakan proses manajemen sbb: Mengklarifikasi dan menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN 2.1 Konsep Dasar Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2008:2), audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisien dan efektivitas operasi perusahaan.

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15

DAFTAR TABEL. Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15 DAFTAR TABEL Tabel1.1: Konsep manajemen terpopuler...3 Tabel 2.1 : Faktor pendorong pencapaian tujuan keuangan...15 Tabel 2.2 : Perbedaan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional dengan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan pada sisi keuangan (financial perspective). Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata

Lebih terperinci

UKURAN KINERJA. Apa yang penting, diukur STRATEGI. Apa yang diselesaikan, diberi imbalan

UKURAN KINERJA. Apa yang penting, diukur STRATEGI. Apa yang diselesaikan, diberi imbalan 1 UKURAN KINERJA Laporan kinerja keuangan meskipun penting tetapi hanya merupakan salah satu aspek dari kinerja suatu organisasi. Ada aspek-aspek lain yang juga merupakan ukuran kinerja suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghipun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana terbsebut kepada

Lebih terperinci

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value. Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang meyakini bahwa jika perusahaan memiliki orang-orang dengan kemampuan yang tepat dan sikap yang baik akan dapat melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan penerapan Balance Scorecard terhadap pengukuran kinerja perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat konsitensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja merupakan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh semua perusahaan di era globalisasi saat ini. Kunci untuk memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1995) koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan sehingga dapat dijadikan sebagai suatu perbandingan. Pertama, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan yang luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia bisnis banyak mengalami perkembangan sehingga tercipta kondisi persaingan yang semakin kompetitif. Keadaan ini menuntut perusahaan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja 2.1.1. Definisi Pengukuran Kinerja Kaplan, dan Norton (1996) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai : the activity of measuring the performance of an activity

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program ataupun kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan, perubahan dan ketidakpastian akan semakin mewarnai kehidupan lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial). 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA Kinerja merupakan kontribusi yang dapat diberikan oleh seseorang atau devisi untuk pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi. Kinerja dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap

BAB IV ANALISIS DATA. Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap BAB IV ANALISIS DATA A. Pengukuran Kinerja PT Nindya Karya (Persero) Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap sebagai fokus utama pengendalian manajemen tradisional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan Strategik

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Organisasi Menurut Stephen P. Robbins dalam buku Teori Organisasi, teori organisasi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Kinerja Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang

Lebih terperinci

Analisis Balanced Scorecard Pada Bank X

Analisis Balanced Scorecard Pada Bank X Analisis Balanced Scorecard Pada Bank X Andris Setiawan andrissetiawan507@gmail.com Abstract Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif pada Bank X dengan judul Analisis Balanced Scorecard pada Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Untuk menghadapi tantangan persaingan tersebut, perusahaan harus mempunyai daya

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Untuk menghadapi tantangan persaingan tersebut, perusahaan harus mempunyai daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor ekonomi yaitu bidang industri merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling utama di Indonesia. Perkembangan jaman membuat tingkat persaingan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembangan sedemikian rupa sehingga melewati batas-batas wilayah dan antar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja. seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan- kegiatan utama dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kinerja Dan Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak- pihak tertentu untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Metode pengukuran kinerja di PT Tera Data Indonusa Selama ini PT. Tera Data Indonusa mengukur kinerja dengan melakukan analisis terhadap laporang keuangannya dan membandingkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Dalam era globalisasi peluang pasar produk dari

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN : STUDI KASUS PADA PT. HOTEL X DI SEMARANG

IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN : STUDI KASUS PADA PT. HOTEL X DI SEMARANG Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2014, Hal. 161-167 JURNAL AKUNTANSI INDONESIA IMPLEMENTASI BALANCE SCORECARD PADA PERUSAHAAN JASA PERHOTELAN : STUDI KASUS PADA PT. HOTEL X DI SEMARANG Abstract

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Atas Pengukuran Kinerja Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk

BAB I PENDAHULUAN. termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya, maka

Lebih terperinci

Jurnal Sains & Teknologi

Jurnal Sains & Teknologi JUS TEKNO Jurnal Sains & Teknologi ISSN 2580-2801 BALANCE SCORE CARD (BSC), SEBAGAI ALAT PENGUKUR KINERJA Wastam Wahyu Hidayat Abstrak Tujuan penulisan ini untuk mengetahui bagaimana mengukur kinerja organisasi/pusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk

BAB I PENDAHULUAN. termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya, maka

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PDAM DELTA TIRTA KABUPATEN SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN PERSPEKTIF KEUANGAN DAN NON KEUANGAN

ANALISIS KINERJA PDAM DELTA TIRTA KABUPATEN SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN PERSPEKTIF KEUANGAN DAN NON KEUANGAN ANALISIS KINERJA PDAM DELTA TIRTA KABUPATEN SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN PERSPEKTIF KEUANGAN DAN NON KEUANGAN AMI PRASETYA PRIBADI ABSTRACT Generally, performance is measured utilize a financial perspective,

Lebih terperinci

UKURAN KINERJA. Endang Sri Utami, S.E., M.Si., AK., CA

UKURAN KINERJA. Endang Sri Utami, S.E., M.Si., AK., CA UKURAN KINERJA Endang Sri Utami, S.E., M.Si., AK., CA Definisi Sistem Ukuran Kinerja Sistem ukuran kinerja merupakan suatu mekanisme yang memungkinkan organisasi mengimplementasikan strategi dengan berhasil

Lebih terperinci

Farah Esa B

Farah Esa B ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENILAIAN KINERJA (Studi Kasus pada RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Kab. Wonogiri) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rias Andriati dalam artikel majalah SWA,16 Agustus 2010 menyatakan bahwa seringkali perusahaan hanya berorientasi pada laba, yaitu keuntungan yang didapat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Balanced Scorecard Dalam era industri, penciptaan nilai tambah bagi perusahaan dilakukan dengan cara diversifikasi produk. Di sini, pada dasarnya, perusahaan sedang

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara NERACA KONSOLIDASI PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA KETERANGAN 2006 2007 2008 AKTIVA AKTIVA TETAP (NETTO) 2,482,713,066,583 2,518,816,537,493 2,492,265,069,386 Aktiva Tetap (Bruto) 3,348,544,604,735

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak negatif bagi perusahaan. memilih pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard

BAB I PENDAHULUAN. berdampak negatif bagi perusahaan. memilih pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT Kereta Api Indonesia (KAI) merupakan perusahan yang bergerak di bidang pelayanan jasa angkutan darat khususnya di bidang pelayanan jasa penumpang. Fenomena mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran 22 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini mengalami perubahan lingkungan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini mengalami perubahan lingkungan yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini mengalami perubahan lingkungan yang sangat cepat. Keinginan publik yang semakin meningkat, kompetisi yang semakin banyak, tingkat inflasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang ISO 9000 ISO merupakan suatu rangkaian dari lima standar mutu internasional yang dikembangkan oleh The International Organization for Standarization (ISO) di Geneva,

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT INDOSAT Tbk

ALTERNATIF PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT INDOSAT Tbk ALTERNATIF PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT INDOSAT Tbk Disusun oleh: SITI KARINA HAFSARI Niaga Pratama 1 BC/3 17116, 081287847957, sitikarinahafsari@hotmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan perusahaan di abad ke-21 ini semakin ketat sejalan dengan diberlakukannya era perdagangan bebas. Hal ini tentu juga mempengaruhi persaingan di dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan kriteria penting dalam menilai suatu perusahaan. Pengukuran ini memperlihatkan hubungan antara perencanaan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut telah tercapai. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek keuangannya saja. Masalah tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penilaian Kinerja Melihat aktifitas perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya sehari - hari maka akan menghasilkan penilaian yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk

Lebih terperinci

Efektifitas Kinerja. Materi 3

Efektifitas Kinerja. Materi 3 Materi 3 Efektifitas Kinerja Subpokok bahasan : Manajemen kinerja yang efektif Kriteria Efektifitas Pemahaman tentang Balanced Scorecard dan Penerapannya pada perusahaan. 1) Manajemen kinerja yang efektif

Lebih terperinci

Strategi E-Commerce. Fauziah mayasari

Strategi E-Commerce. Fauziah mayasari Strategi E-Commerce 1. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) Yaitu metode yang meninjau peluang dan ancaman dari luar dan menghubungkannya dengan kekuatan dan kelemahan internal. Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Singkat Balanced Scorecard Konsep Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK 3 ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK strategik Visi Misi Corporate Strategy Tujuan tujuan yang ingin dicapai di masa depan jalan pilihan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan seperangkat

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM

ABSTRAKSI. Kata kunci: sektor publik, kinerja, balance scorecard, PDAM NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD (Studi Kasus PDAM TirtaDharmaKabupaten Klaten ) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan. informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan. informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (http://pasca-unsoed.or.id/adm/data/256,3,pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang komunikasi, informasi, dan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Indah Pratiwi, Herrizqi Shinta, Dessy Riyasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk menempuh langkah-langkah strategik dalam bersaing pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk menempuh langkah-langkah strategik dalam bersaing pada kondisi 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam era persaingan bisnis yang pesat seperti sekarang ini, perusahaan dituntut untuk menempuh langkah-langkah strategik dalam bersaing pada kondisi apapun. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi semua manusia karena setiap aktivitas manusia pasti memerlukan air bersih. Tersedianya air

Lebih terperinci

Nama : Rindy Agustin NPM : Kelas : 3 EB 21

Nama : Rindy Agustin NPM : Kelas : 3 EB 21 PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD (BSC) PADA PT. MATAHARI PUTRA PRIMA. TBK Nama : Rindy Agustin NPM : 25210987 Kelas : 3 EB 21 PENDAHULUAN Persaingan antar pelaku

Lebih terperinci

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia

Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia Implementasi Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Perguruan Tinggi Studi Kasus Universitas Komputer Indonesia Oleh: Taryana Suryana NPM:2006210007 1 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Visi Menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penguatan struktur perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. penguatan struktur perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan kompetitif dalam dunia bisnis menuntut organisasi maupun perusahaan untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan. Setiap perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai laba yang maksimal. Maka, manajemen perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai laba yang maksimal. Maka, manajemen perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi persaingan yang terus meningkat pada masa sekarang ini, untuk mencapai tujuan perusahaan menciptakan kinerja yang unggul dan mencapai laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rizal melakukan penelitian pengukuran kinerja menggunakan Balanced

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rizal melakukan penelitian pengukuran kinerja menggunakan Balanced BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Rizal Effendi (2012) Rizal melakukan penelitian pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard pada sektor publik Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KONSEP BALANCED SCORECARD (Studi Kasus Pada CV. Duta Sarana Edutainment (DSE) )

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KONSEP BALANCED SCORECARD (Studi Kasus Pada CV. Duta Sarana Edutainment (DSE) ) PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KONSEP BALANCED SCORECARD (Studi Kasus Pada CV. Duta Sarana Edutainment (DSE) ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti perkembangan dunia usaha saat ini agar tetap hidup dan berkembang. Semakin tingginya

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD

BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan daerah atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya faktor ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, teknologi, dan lain-lain. Dengan

Lebih terperinci

The Balanced Scorecard. Amalia

The Balanced Scorecard. Amalia The Balanced Scorecard Amalia Sistem Penilaian Kinerja [Performance Measurement Systems] Merupakan mekanisme untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan organisasi dalam menerapkan strategi Tujuan SPK

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA PENDAHULUAN Manajemen biaya Manajemen strategik Perencanaan dan pembuatan keputusan Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional Penyajian laporan keuangan Organisasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengambil simpulan atas masalah yang telah diidentifikasi sebagai berikut: 1. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya teknologi telekomunikasi di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara telekomunikasi

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan

I. PENDAHULUAN. kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jatuhnya nilai rupiah beberapa tahun belakangan ini menjadi hal kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Pendekatan Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2%

BAB V ANALISA DATA. Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2% BAB V ANALISA DATA 5.1 Perspektif Keuangan Perspektif keuangan memiliki bobot criteria sebesar 25,2% yang diperoleh dari kuesioner perbandingan berpasangan untuk mencari tingkat kepentingan dari perspektif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis manfaat implementasi balanced scorecard terhadap pelaksanaan proses manajemen strategik, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia, banyak berdiri berbagai bentuk perusahaan baik yang bergerak dibidang perdagangan, jasa maupun

Lebih terperinci

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm. 51-59 BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS ISNIAR BUDIARTI

Lebih terperinci