UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT"

Transkripsi

1 UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT Tawalinuddin Haris, M.S. dan Dimas Seno Bismoko S.Hum Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,, Kampus UI, Depok ABSTRAK Masjid Cipari merupakan bangunan pada masa periode kolonial yang ada di kota Garut yang berasal dari awal abad 20 atau tepatnya tahun 1936 yang terelatak dikawasan Pesantren Cipari. Metode yang digunakan adalah membandingkan bangunan ini dengan bangunan yang memiliki arsitektur, fungsi dan masa yang sama. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa bangunan masjid ini memiliki berbagai macam bentuk gaya lokal dan asing yang ada pada bentuk bangunannya. Pengaruh unsur arsitektur kolonial pada bangunan ini lebih dominan dibandingkan dengan unsur lokalnya. Unsur arsitektur kolonial yang berpengaruh adalah nieuwe bouwen. Dengan demikian dari analisis diperoleh bahwa bangunan Masjid Cipari merupakan salah satu bangunan berarsitektur kolonial pada abad ke 20. Architectural Elements of Colonial At Masjid Cipari Garut Abstract Cipari mosque is a building during the colonial period in the city of Garut derived from the early 20th century, or rather the 1936 at Pesantren Cipari region. The method used is to compare this building with a building that has the architecture, functionality and the same period. Based on the results of the analysis can be seen that the building of this mosque has various forms of local and foreign styles that exist in the form of the building. Influenced by the colonial architecture in this building is more dominant than the local elements. Influential elements of colonial architecture is nieuwe bouwen. Thus from the analysis is that the building is a mosque Cipari buildings colonial architecture in the 20th century. Keywords: Cipari Mosque, Colonial Architectural Elements, Nieuwe Bouwen 1. Pendahuluan Di beberapa tempat di Nusantara, dapat kita temukan benda-benda tinggalan arkeologis yang telah ada sejak lama. Benda-benda tinggalan tersebut merupakan hasil budaya bangsa, salah satu hasil budaya bangsa tersebut terwujud dalam sebuah bangunan. Bentuk bangunan yang ada di Nusantara jenisnya beranekaragam, salah satunya adalah bangunan sakral atau bangunan yang digunakan sebagai tempat peribadahan masing-masing penganutnya yaitu masjid. Bangunan sakral yang akan di bahas pada tulisan ini adalah bangunan Masjid Cipari. 1.1 Latar Belakang Masjid Cipari merupakan salah satu bentuk bangunan dari periode Kolonial yang terletak di Kampung Cipari Desa Babakan Cipari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut. Secara keseluruhan masjid terbuat dari beton dan pada bagian bawah masjid terbuat dari batu kali. Memiliki denah persegi panjang. Pada bagian belakang masjid (timur) terdapat sebuah menara yang menempel langsung dengan bangunan induknya. Masjid ini menggunakan atap berbentuk limasan pada bangunan induknya, sedangkan pada menara masjid menggunakan atap 1

2 2 kubah. Pada bagian dalam bangunan, berbentuk memanjang seperti ruang kosong dan sebuah mimbar yang terdapat di bagian barat ruangan. Pada bagian dalam tidak terdapat tiang-tiang/kolom penyangga atap. Tidak terdapat pembatas ruang shalat antara pria dan wanita. Masjid tidak memiliki serambi di kanan dan kiri bangunan. Pada sisi Timur masjid terdapat ruang tambahan yang digunakan sebagai ruangan serbaguna. Di sebelah timur ruangan serbaguna, terdapat sebuah kelas Pondok Pesantren. Kedua ruangan yang berada di sebelah timur masjid, merupakan bangunan baru. Keunikan dari Masjid Cipari ini terletak pada bentuknya yang berbeda dari Masjid Jawa Kuno umumnya. Masjid Jawa kuno umumnya memiliki bentuk. Ciri-ciri tetap yang terdapat pada bangunan masjid adalah, Masjid itu memiliki bentuk dasar denah persegi; Tidak berdiri di atas tiang-tiang seperti langgar di Jawa, rumah tinggal di Indonesia yang kuno, tajug di daerah Sunda, dan bale di daerah Banten, tetapi berdiri diatas fondasi padat yang agak tinggi; mempunyai atap meruncing, yang terdiri dari 2 sampai 5 tingkat yang meruncing ke atas; Di sisi Barat atau Barat Laut ada bangunan menonjol untuk mihrab; Di bagian depan dan kadang-kadang di kedua sisinya, ada serambi yang terbuka atau tertutup; Halaman sekitar masjid dikelilingi oleh tembok dengan satu atau dua pintu gerbang. Sedangkan ciri khas bangunan masjid Jawa ialah bahwa masjid tersebut dibangun di sebelah Barat alun-alun, sebuah lapangan persegi. Salah satu dari enam ciri yang khas masjid Jawa adalah sebuah lapangan terbuka di sekeliling masjid yang dibatasi tembok, dengan pintu gebang di bagian depan. Temboknya selalu rendah, terkadang tidak lebih tinggi dari setengah meter, pada masjid baru pagar tembok biasanya diubah dengan menggunakan pagar besi atau batu (Pijper, 1984: 15-16). Alasan membandingkan Masjid Cipari dengan Masjid Jawa Kuno adalah karena pada umumnya masjid yang ada di Indonesia dibangun dengan mengacu kepada bentuk Masjid Jawa Kuno, namun berbeda halnya dengan Masjid Cipari yang tidak mengacu kepada bentuk Masjid Jawa Kuno. Masjid Cipari lebih mengacu kepada gaya bangunan kolonial dibandingkan dengan bangunan masjid umumnya. Masjid ini bukanlah sebuah bangunan alih fungsi dari bangunan lain, yang fungsinya benar-benar digunakan sebagai bangunan peribadatan masyarakat muslim yang memiliki bentuk yang berbeda. 1.2 Permasalahan Penelitian Dari penjelasan di atas mengenai perbedaan serta keunikan yang terkandung pada Masjid Cipari, dapat diambil sebuah permasalah penelitian mengenai bentuk dan gaya yang terdapat pada Masjid Cipari memperlihatkan adanya unsur asing pada bentuk bangunanya. Unsur-unsur tersebut tidak hanya terpaut oleh satu unsur bangunan saja, bahkan sebuah bangunan bisa memiiki lebih dari satu unsur bangunan. Unsur-unsur tersebut membentuk suatu kesatuan yang menjadikan sebuah bangunan menjadi terlihat indah. Dengan mengetahui bentuk Masjid Cipari secara keseluruhan, kita dapat melihat unsur-unsur yang berbeda dengan masjid pada umumnya. Masjid Cipari memiliki unsur kebudayaan eropa dengan bentuk dan material yang dimilikinya, maka dengan demikian dapat diambil permasalahan penelitian sebagai berikut: Apa saja pengaruh kebudayaan kolonial dan lokal yang ada di Masjid Cipari?. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh-pengaruh unsur-unsur arsitektur Kolonial yang terdapat pada bangunan Masjid Cipari ini. sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa Masjid Cipari lebih mengarah kepada kebudayaan kolonial atau lokal dengan unsur-unsur budaya yang terkandung di dalamnya dan bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan atau masukan ilmu pengetahuan baru mengenai Masjid Cipari serta unsur-unsur asing atau kolonial yang terdapat di dalam bangunan masjidnya dan juga dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis. 1.3 Metode Menurut Sharer dan Ashmore untuk mempelajari masa lalu, arkeologi mencoba untuk menjawab sebuah masalah penelitian dengan menggunakan beberapa tahapan metode yakni pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data dari rekaman data arkeologi yang digunakan untuk menjawab sebuah permasalahan arkeologi (Sharer, 2003: 15). Tahap pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melakukan studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data baik yang berhubungan langsung dengan objek maupun data yang tidak berhubungan langsung dengan objek. Melakukan studi lapangan dengan cara meninjau secara langsung bangunan masjid. dalam peninjauan secara langsung kelapangan dilakukan deskripsi secara menyeluruh. Pendeskripsian secara menyeluruh dimulai dengan mendeskripsikan bangunan induk serta komponen-komponen yang terdapat didalamnya. Langkah selanjutnya adalah tahap pengolahan data. Dalam tahap ini, seluruh data yang didapatkan dari data kepustakaan maupun data yang didapatkan dari studi lapangan disatukan. Dari data yang terkumpul ini dicoba untuk melakukan pendeskripsian secara menyeluruh dan lebih detail mengenai komponen-komponen bangunan yang ada pada Masjid

3 3 Cipari sehingga didapatkan data yang lebih akurat yang berupa denah, foto/gambar, ukuran dan kondisi. Setelah melakukan pendeskripsian dan penganalisisan tahap selanjutnya adalah tahap penafsiran. Penafsiran dilakukan dengan cara membandingkan bangunan Masjid Cipari dengan bangunan Masjid Agung Manojaya yang berada di Tasikmalaya yang sama-sama memiliki arsitektur kolonial. Sehingga dari persamaan-persamaan maupun perbedaan antara kedua bangunan tersebut dapat diketahui unsur-unsur budaya pada bangunan Masjid Cipari. Selain itu Masjid Cipari dibandingkan pula dengan bangunan kolonial, yaitu Gereja Santo Yosef. Gereja ini dipilih karena memiliki kemiripan bentuk dengan Masjid Cipari sehingga dapat diambil perbandingan. Setelah membandingkan Masjid Cipari dengan kedua bangunanan tersebut, tahap selanjutnya adalah melihat unsur lokal dan asing yang ada pada Masjid Cipari, sehingga dapat diketahui gaya yang membentuk Masjid Cipari. Alasan diambilnya kedua bangunan tersebut sebagai data pembanding adalah karena kedua bangunan tersebt memiliki zaman/periode yang sama yaitu pada awal abad ke-20, selain itu memiliki fungsi yang sama sebagai tempat peribadahan dan kedua bangunan ini memiliki komponen-komponen bangunan yang hampir serupa dengan Masjid Cipari. 2. Sejarah Masjid Cipari berdiri pada tahun 1936 dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda atas prakarsa K.H. Yusuf Taudziri, seorang ulama besar di daerah Garut. Didirikan oleh tokoh-tokoh Pesantren Cipari dan Syarikat Islam. Arsitek bangunan masjid ini adalah seorang Belanda yang tidak disebutkan namanya dan perancang bangunan ini adalah Ir. Abikoesno. Abikoesno merupakan salah satu anggota Syarikat Islam. Masjid ini didirikan sebagai pelengkap Pesantren Cipari yang sudah ada sejak Selain fungsi utamanya sebagai bangunan peribadatan, Masjid Cipari juga memiliki fungsi lainya. Masjid ini pernah dijadikan sebagai tempat pendidikan santri sebagai pejuang kemerdekaan. Masjid ini digunakan sebagai tempat berdirinya Partai Syarikat Islam (PSII) cabang Garut. Setelah berdirinya PSII masjid ini digunakan sebagai tempat latihan berperang dan pertahanan. Pada masa kemerdekaan, fungsi dari bangunan masjid ini digunakan sebagai basis latihan tentara pejuang. Pada zaman pembrontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) masjid ini dijadikan sebagai tempat perlindungan para pengungsi dan perawatan bagi pasukan yang terluka. Pada masa G30S/PKI masjid ini digunakan sebagai tempat perjuangan melawan PKI, pertahanan dan perlindungan dan dapur umum (Nuralia, 2008: 31-32). 3. Deskripsi Masjid Cipari Masjid Cipari terletak di Kampung Babakan Cipari Desa Cipari Kecamatan Pangatikan Kabupaten Garut. Secara astronomis terletak pada koordinat 07 09'10,3" dan '40,8" BT. Bangunan masjid tepatnya terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk. Kampung Cipari berbatasan dengan daerah-daerah lainya yaitu, pada sisi Utara berbatasan dengan Kampung Pinggirsari dan Kampung Tegalkiang Kecamatan Sukawening, Sebelah Selatan berbatsana dengan Kampung Babakan Cipari dan Kampung Cileuwi Kecamatan Pangatikan, Sisi Barat berbatasan dengan Pasar Karangsari Kampung Cimaragas dan persawahan Kecamatan Pangatikan dan sisi Timur berbatasan dengan Persawahan dan makam Kecamatan Sukawening (Nuralia, 2008: 23). Masjid ini dikelilingi oleh Rumah-rumah penduduk pada bagian Utara, Selatan dan Timurnya sedangkan pada sebelah Barat dengan bangunan Sekolah. Pintu gerbang atau pintu masuk Pesantren Cipari ini berada di sebelah barat. Lingkungan pesantren ini dibatasi dengan persawahan di sebelah Utara dan Selatanya, di sebelah Barat berbatasan dengan jalan. Letak Pesantren Cipari berada di sebelah Utara bangunan masjidnya sedangkan rumah para kiyai menyebar di sebelah Utara, Selatan dan Barat bangunan masjid. Gambar 1 Denah keletakan Masjid Cipari terhadap kompleks pesantren Kondisi masjid masih utuh, terdapat beberapa bagian yang telah diubah maupun ditambah sesuai dengan kebutuhan. Beberapa bangunan tambahan pada masjid ini, seperti tempat wudhu yang berada pada sisi Utara masjid, ruang serbaguna dan ruang kelas yang berada pada sisi Timur. Pintu masjid ini sudah di ubah karena pintu lamanya sudah lapuk. Kaca nako pada bagian menara yang terdapat di lantai dua pecah di

4 4 bagian bawahnya, selebihnya bangunan masjid ini masih sama. Perubahan atau perenofasian hanya sebatas pengecetan ulang bangunan, penggantian kaca jendela, penambahan kanopi pada jendela bagian bawah dan penggantian pintu. Namun beberapa bagian belun mendapatkan perbaikan seperti kaca nako yang terletak di menara lantai dua. Masjid ini memiliki beberpa bagian ruangan. Ruang utama atau ruang yang dipakai buat shalat, sebuah mimbar yang letaknya berada pada bagian Barat masjid yang menjorok keluar, tempat wudhu yang letaknya berada di bagian utara bangunan, letaknya menempel pada bagian luar bangunan induk.. Kemudian pada bagian menara yang letaknya menempel pada bagian Timur bangunan masjid, terdapat dua buah ruangan yang terletak di sebelah Utara dan Selatan menara, kedua bangunan ini menempel pada menara dan bangunan induk. Pada sisi Timur masjid terdapat bangunan serbaguna dan ruang kelas, namun kedua bangunan ini tidak akan dibahas dalam tulisan, sebab kedua bangunan ini merupakan bangunan yang baru, tidak sekuno bangunan masjidnya. belakang dengan Masjid Jawa Kuno yang menggunakan tembok sebagai pagar kelilingnya. Pada Masjid Cipari ini, terdapat tiga buah bangunan yang letaknya saling menempel. Bangunan masjid digunakan sebagai tempat untuk sarana beribadah dan kegiatan keagamaan lainya. Pada sisi Timur terdapat bangunan serbaguna. Sesuai dengan namanya bangunan ini hanya digunakan jika sewaktuwaktu ada acara maupun hal lainnya yang berhubungan dengan keagamaan. Di sisi Timur bangunan serbaguna terdapat sebuah kelas bagi para santri. Bangunan ini digunakan para santri untuk memperdalam ilmu agama. Bentuk bangunan induk ini berbeda dengan bentuk masjid pada umumnya. Bangunan ini menyerupai sebuah benteng pertahanan yang memanjang dari Barat ke Timur. Awalnya masjid ini dibangun sebagai sebuah bangunan pelengkap pesantren, namun pada kenyataanya bangunan ini dijadikan sebuah benteng pertahanan warga sekitar dari bangsa kolonial. Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan terbentuknya bangunan masjid yang memiliki bentuk yang berbeda. Foto 1 Bangunan Masjid Cipari Gambar 2 Denah Masjid Cipari Masjid ini tidak memiliki halaman atau pagar keliling yang melindunginya. Pagar keliling bangunan ini adalah perumahan penduduk yang berada di sebelah Utara, Selatan dan Timur sedangkan pada bagian Barat bangunan sekolah seperti yang terlihat pada gambar 1. Dengan kata lain halaman masjid ini langsung berhubungan dengan bangunan-bangunan yang mengelilinginya. Betuk pagar seperti ini bertolak Denah pada Masjid Cipari berbentuk persegi panjang yang memanjang dari Barat ke Timur. Bangunan masjid memiliki ukuran 30x10m dengan ketinggian 8m yang keseluruhan berupa tembok beton. Ruang shalat, memiliki bentuk yang memanjang tanpa sekat atau pawestern sebagai pembatas antara ruang shalat pria dan wanita. Pada sisi Barat terdapat bangunan yang menjorok keluar yang digunakan sebagai mihrab. Masjid ini menggunakan fondasi masif yang mengelilinginya. Atap masjid ini tidak ditopang dengan tiang-tiang melainkan dengan tembok-tembok keliling yang tinggi dan tebal. Fondasi masif pada masjid Cipari terbuat dari batu kali yang disusun yang mengelilingi seluruh bagian masjid. Susunan batu kali ini memiliki ketinggian dari permukaan tanah 170cm yang mengelilingi bangunan masjid. Kaki pada bagian Universitas Indonesia

5 5 Timur bangunan menempel langsung dengan ruang serbaguna, tinggi susunan batu kali pada bagia timur 70cm. pada bagian timur ini ketinggian masjid ditinggikan 1m. Di sekeliling tembok bangunan masjid terdapat pelipit geometris yang sangat banyak yang menyebar hampir di seluruh bagian bangunan. pada bagian atas dinding bangunan terdapat bagian-bagian yang ditinggikan dan direndahkan sebagai hiasan, yang diberi pelipit yang mengikuti naik turunya tembok seperti yang terlihat pada foto1. Ruang dalam pada masjid ini berbentuk persegi panjang yang berorientasi dari Barat-Timur. Tidak terdapat sekat pada ruangan ini, hanya berupa ruangan besar seperti ruangan kelas yang pada bagian Baratnya terdapat Mihrab sebagai tempat imam memimpin shalat. Ruangan ini dapat dimasuki dari tiga buah pintu yang terdapat pada masjid ini. Ruangan ini cukup luas yang dapat menampung banyak orang pada bagian dalamnya. Tidak terdapat tiang-tiang penopang langit-langit pada bangunan ini, bangunan ini hanya ditopang dengan tembok-tembok masjid yang mengelilinginya. Bentuk mihrab pada masjid ini sangat sederhana dan kecil berdenah persegi panjang yang memang hanya difungsikan sebagai tempat imam shalat. Mihrab pada bangunan masjid ini hanya berukuran 3x1,5m dengan ketinggian 3m. Pada bagian tengah dinding mihrab terdapat sebuah ventilasi kecil. Di bagian kiri mihrab terdapat mimbar berupa bangku dan meja yang terbuat dari kayu yang dapat dipindah sewaktu-waktu. Pada bagian bagian kanan dan kiri mihrab tidak terdapat ruangan yang biasanya digunakan sebagai tempat pengurus masjid beristirahat. Atap pada bangunan Masjid Cipari ini memiliki bentuk limasan. Atap limasan merupakan atap dengan empat bidang miring yang pada bagian atasnya saling bertemu. Bentuk seperti ini banyak digunakan pada rumah-rumah tinggal. Atap seperti sangat cocok digunakan pada wilayah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Dengan atap seperti ini, air hujan yang turun otomatis akan langsung turun kebawah dan tidak tertahan pada bagian atas. Atap masjid ini memiliki empat sisi, dengan sisi utara dan selatanya lebih panjang daripada sisi bagian barat dan timur. Atap masjid ini terbuat dari genteng berwarna oranye, dan disekeliling atap ini dikelilingi tembok beton. Atap seperti ini ditopang oleh kerangka atap membentuk kuda-kuda sebagai penahan atap yang terbuat dari kayu. Tembok beton tidak terlalu besar hanya terlihat sebagai penghalang air hujan. Hujan yang turun tidak langsung jatuh kebawah melalui genteng, air hujan akan tertahan diatas untuk selanjutnya mengalir melalui pipa pembuangan. Tinggi tembok beton 30cm dengan panjang temboknya sekitar 1,5m, yang bentuknya selang seling naik dan turun setiap 2m, yang membuat masjid ini terlihat seperti sebuah kastil. Kondisi atap pada bangunan masjid ini masih tampak bagus dan tidak terdapat kerusakan walaupun hanya terbuat dari genteng, sedangkan atap bagian menara memiliki bentuk kubah, yang terbuat dari beton dengan warna emas. Bentuk atap kubah pada menara masjid ini hampir sama dengan bentuk-bentuk atap kubah masjid lainya hanya terdapat sedikit tambahan ornamen pada bagian badanya. Salah satu masjid yang menggunakan atap kubah di Garut adalah Masjid Agung Garut. Pada bagian dalam atap kubah ini hanya berupa ruangan kosong yang terdapat tangga terbuat dari kayu untuk menuju lantai paling atas. Terdapat empat buah jenis jendela, jendela dengan bingkai kayu serta panil-panil kaca, fixed window, jendela tanpa kaca dan jendela nako. Pada bangunan induk secara keseluruhan terdapat 44 buah jendela, yang disetiap bagian Utara dan Selatannya terdapat 20 buah sedangkan pada bagian Barat terdapat 4 buah. Sedangkan untuk masing-masing barisnya terdapat 10 jendela. Beberapa jendela pada bagian bawah diberikan kanopi yang terbuat dari besi dengan atap asbes. Jendela bagian bawah memiliki ukuran 120x60 cm sedangkan pada bagian atas memiliki ukuran 100x60 cm. Jendela pada bangunan induk dan pada bangunan menara juga memiliki ukuran yang berbeda. Sedangkan pada menara, jendela pada masingmasing lantai memiliki ukuran dan jumlah yang berbeda-beda. Letak jendela pada bagian menara hanya berada di lantai satu hingga lima. Pada lantai satu terdapat dua buah Jendela yang bentuknya serupa dengan kaca pada bangunan induk dengan ukuran 120x60 cm dengan bingkai dan panil-panil kaca. Pada lantai dua terdapat tiga buah jendela. satu buah jendela nako pada bagian tengah yang mengarah kebagian Timur masjid yang terhalang oleh bangunan serbaguna dengan ukuran 132x80cm. Kondisi jendela nako ini sudah mengalami kerusakan yang pada beberapa bagian kacanya telah pecah. Pada ruang istirahat dan gudang lantai dua terdapat jendela kecil berukuran 60x50 cm, kedua kaca ini terbuat dari kaca dan kusen kayu serta dua panil horizontal pada bagian kacanya yang memiliki satu daun jendela. Pada lantai tiga terdapat tiga buah jendela, Jendela pada dinding Utara dan Selatan memiliki ukuran yang sama dengan ukuran 140x125cm namun tidak terdapat kaca pada jendela ini dan bagian luarnya tertutup oleh genteng, sedangkan jendela pada dinding Timur memiliki ukuran yang lebih kecil dan memiliki kaca dengan ukuran 132x80cm. Pada lantai empat terdapat empat buah jendela yang masing-masing memiliki ukuran yang sama dengan ukuran 132x80cm yang merupakan jendela mati. Jendela dinding Utara, Selatan dan Barat memiliki balkon kecil. Pada lantai kelima terdapat empat buah jendela yang memiliki ukuran yang sama dengan lantai empat, namun tidak terdapat balkon pada bagian luarnya. Bentuk lobang angin yang terdapat pada Masjid Cipari memiliki bentuk yang serupa dengan cara kedua. Bentuk lobang angin seperti ini terdapat

6 6 pada tiap deretan jendela bagian atas yang masingmasing jendela tersebut terdapat lubang angin yang berada pada bagian atasnya. Selain itu lubang angin seperti ini juga terlihat pada dinding sebelah timur yang posisinya berada di kanan dan kiri pintu masuk. Lubang angin ini juga terdapat pada lantai dua bangunan menara. Lubang angin pada bagian ini berhubungan langsung dengan bagian dalam bangunan masjid. Pada masjid ini, terdapat tiga buah pintu masuk. pintu utama letaknya terdapat pada bagian Utara dan Selatan bangunan, sedangkan pintu lainya berada pada bagian timur bangunan yang letaknya menempel dengan bangunan menara. Ketiga pintu terbuat dari kayu dan kaca. Ketiga pintu ini langsung berhubungan dengan ruangan utama masjid. Ketiga pintu memiliki ukuran yang sama dan letaknya menjorok kedalam. pintu masuk utama (Utara dan Selatan) diapit oleh dua buah pilar di bagian kanan dan kirinya yang terbuat dari beton. Pada bagian atas pintu terdapat plafon yang terbuat dari beton. Ketiga pintu ini terbuat dari bahan kayu dan kaca yang masing-masing memiliki ukuran 2x1m. Pintu pada bagian Timur berhubungan lansung atau menempel dengan menara. Pada ketiga pintu ini, tidak terdapat ornamen atau hiasan, ornamen garis-garis horizontal hanya terdapat pada tembok-tembok luar pintu. Untuk memasuki ruangan masjid melalui pintu Utara dan Selatan terdapat lima buah anak tangga yang terbuat dari tegel berwarna abu-abu. Lantai anak tangga memiliki bentuk yang serupa dengan lantai bagian dalam masjid dengan ukuran 20x20cm. Lantai pada bagian dalam dilapisi dengan karpet masjid. Pada Masjid Cipari lantai tidak memiliki motif hias. Kondisi keseluruhan lantai pada masjid ini tidak terlihat sepenuhnya karena tertutup oleh karpet masjid, yang terlihat hanya sebagian kecil di dekat pintu dan anak tangga. Plafon merupakan sebuah bagian langit-langit dari sebuah ruangan yang berhubungan langsung dengan atap. Plafon pada Masjid Cipari ini berbentuk datar dengan warna putih pada plafon ini terdapat ornamen berbentuk garis-garis tibul dengan pembagian yang simetris yang membentuk persegi merupakan ciri lokal. Pada plafon masjid tidak terdapat hiasan dan hanya terdapat dua buah lampu gantung. Plafon pada ruangan lain masjid ini hanya merupakan plafon biasa yang tidak terdapat motif hias. Ornamen yang menonjol pada Masjid Cipari lebih berbentuk pelipit pipih geometris. ornamenornamen seperti ini dapat dilihat pada bagian bangunan induk masjid pada sisi tembok luar, pada menara dan pada plafon ruang dalam. Pada bagian dinding elemen geometris ini sangat terlihat dominan karena ornamen ini hampir terdapat diseluruh bagian dinding yang bisa dilihat pada foto 1. Menara pada masjid ini terdiri dari tujuh lantai dan masing-masing lantai memiliki ruangan dan fungsi yang berbeda-beda. Menara berbentuk segi delapan yang tegak lurus ke atas. Pada setiap lantai terdapat tangga yang terbuat dari kayu, tangga ini berukuran kecil hanya dapat dilewati satu orang. Di setiap lantai dilapisi dengan karpet bewarna hijau. Beberapa lantai memiliki jendela yang memiliki ukuran yang berbedabeda. Pada menara terdapat atap berbentuk kubah yang terbuat dari beton dengan warna emas, seperti kubahkubah pada masjid lainya. pada bagian kemuncak diberi hiasan bulan sabit dan bintang yang terbuat dari aluminium, bertangkai besi berbentuk memanjang vertikal. Foto 2 Menara Masjid Cipari Lantai pertama hanya merupakan sebuah ruangan dengan lebar sebesar 4x3m dengan ketinggian sekitar 2,5m. pada ruangan ini terdapat sebuah tangga untuk menuju kelantai dua. Ruangan ini digunakan sebagai gudang, hampir sama dengan ruangan yang ada di sebelahnya namun ruangan yang satu tidak terdapat tangga untuk mencapai lantai selanjutnya. Gambar 3 Denah lantai satu Lantai kedua terdapat tiga ruangan, ruangan pertama adalah sebuah ruangan yang digunakan sebagai tempat barang, ruangan ini juga berhubungan langsung dengan ruangan di sebelahnya. Ruangan ini berukuran 3x2,5m dengan ketinggian 2m. Lantai pada ruangan ini lebih rendah ruangan disebelahnya.

7 7 Gambar 4 Denah lantai dua Lantai ketiga hanya berupa ruangan kosong dengan tangga untuk menuju lantai selanjutnya yang berukuran 3x4m. Pada lantai tiga ini terdapat tiga buah jendela. Dua buah jendela dengan ukuran yang cukup besar yang pada bagian Utara dan Selatannya yang pada bagian luarnya ditutupi oleh genteng atap masjid. Ukuran jendela ini 140x125cm, jendela dengan ukuran seperti ini hanya terdapat di lantai ketiga. Tidak terdapat kaca pada jendela ini, hanya kusennya saja yang terbuat dari kayu. Pada bagian Timur terdapat jendela yang memiliki ukuran lebih kecil yang terbuat dari kusen kayu dan kaca yang memiliki ukuran 132x80cm yang dapat dibuka maupun ditutup. Dari hasil wawancara dengan pengurus masjid, pada masa perjuangan jendela ini digunakan sebagai tempat untuk membidik musuh dari balik genteng yang menutupi jendela. Ruang pada lantai lima memiliki denah berukuran 2x2,5m. pada lantai ini terdapat tangga yang terbuat dari kayu untuk menuju lantai selanjutnya. lantai ini hanya merupakan ruangan kosong. Pada dinding lantai lima ini terdapat empat buah jendela berbentuk persegi panjang yang memiliki ukuran yang sama. Jendela pada dinding lantai ini sama dengan jendela pada ruang lantai empat yaitu 132x80cm yang terbuat dari kaca dan kusen beton yang merupakan jendela mati. Gambar 7 Denah lantai lima Lantai enam memiliki ukuran 2x2m. Pada lantai ini terdapat tangga naik yang terbuat dari bambu untuk menuju lantai tujuh. Lantai ini merupakan ruangan kubah. tidak terdapat apa-apa pada ruangan ini dan hanya merupakan ruangan kosong. Tidak terdapat jendela pada ruangan ini sebagai keluar masuknya cahaya, hanya terdapat fentilasi kecil pada bagian dinding-dindingnya. Gambar 5 Denah lantai tiga Lantai keempat hanya berupa ruangan kosong dengan tangga untuk menuju lantai berikutnya dengan 2,5x3m. terdapat empat buah jendela yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 132x80cm yang tidak dapat dibuka dan ditutup karena merupakan jendela mati. Letak jendela ini berada pada masing-masing tembok yang berbentuk persegi. Pada dinding lantai empat terdapat jendela yang memiliki balkon yang dibatasi pagar pembatas yang terbuat dari baja. ukuran balkon ini tidak terlalu besar dan tidak dapat dimasuki orang. Gambar 8 Denah lantai enam Lantai ketujuh merupakan puncak dari menara dengan ukuran kecil hanya muat untuk satu-dua orang dengan ukuran sekitar 1x1m. Untuk memasuki lantai ini terdapat sebuah pintu kecil yang terbuat dari baja, pintu ini bisa dibuka maupun ditutup agar pada musim hujan air tidak dapat masuk. Pada lantai tujuh, lantai/pijakan terbuat dari plat baja yang dikelilingi balkon untuk duduk yang terbuat dari plat baja. Pada lantai ini terdapat pengeras suara yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan maupun pemberitahuan mengenai sesuatu. Gambar 6 Denah lantai empat

8 8 Gambar 9 Denah lantai tujuh Hampir setiap ruangan yang terdapat pada masing-masing lantai tidak memiliki fungsi, hanya ruangan pada lantai satu dan ruangan pada lantai dua saja yang memiliki fungsi. Pada lantai satu terdapat dua buah ruangan yang fungsi dari masing-masing sebagai gudang. Pada lantai dua ruangan paling Selatan memiliki fungsi sebagai tempat beristirahat. Sedangkan fungsi ruangan pada lantai-lantai dan ruangan selanjutnya tidak jelas dan kebanyakan hanya digunakan sebagai ruangan kosong. Lantai pada menara terbuat dari kayu sehingga langit-langit pada menara berupa sebuah barisan kayu. Tangga naik terbuat dari kayu yang memiliki pegangan sedangkan pada tangga lantai enam menuju lantai tujuh tidak memiliki pegangan. 4. Analisis 4.1 Gaya Bangunan Asing Pada awal abad 20 di Hindia Belanda muncul berbagai gaya arsitektur modern yang di bawa dari Eropa diantaranya Imperium, Art Deco, Art Nouveau, De Stijl dan Amsterdam School. Gaya-gaya ini memiliki cirinya masing-masing. Imperium memiliki ciri gaya arsitektur Eropa yang dipadukan dengan arsitektur Yunani dan Romawi klasik. Bentuknya digambarkan dengan penggunaan tiang-tiang seperti ionik dan hiasan-hiasan yang rinci pada bangunanya (Nas, 2009: 173). Art Deco menunjukan kesan mewah dan romantisme pada bentuk bangunannya, pemakaian bahan dasar yang langka serta mahal yang jarang digunakan pada gaya lain, memiliki bentuk yang masif, kuat dan kokoh yang dapat bertahan lama, menggunakan atap datar dan lain-lain yang menggambarkan kemegahan dari sebuah bangunan. Art Nouveau ditandai dengan hiasan organik yang berbentuk sulur-suluran, tanaman maupun bunga yang menggambarkan bahwa seni menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Intinya seni ini lebih menekankan pada bentuk organik dengan dekorasi yang berlebihan (Calloway, 1996: 336). De Stijl memiliki bentuk yang sederhana yang menggunakan garis lurus horizontal maupun vertikal dan bentuk-bentuk persegi panjang pada arsitekturnya. Menggunakan teknologi-teknologi canggih yang menggunakan mesin sebagai penghasil karyanya. Para arsitek gaya ini menganggap hasil karya mereka sebagai estetika publik atau estetika universal yang siapa saja dapat memilikinya (Handinoto, 2007: 48). Selain itu ciri gaya bangunan ini berdiri di atas lahan luas terbuka, yang menerapkan konsep kesederhanaan, kemurnian, keseimbangan dan keselarasan (Sumalyo, 1997: 184). Pengaruh Amsterdam School bisa dibilang tidak terlalu besar di Nusantara. Amsterdam School menekankan kepada keorisinilan dari sebuah arsitektur, yang berarti ide atau pkiran seorang arsitek harus terlihat didalam bentuk bangunan. Selain itu mengekspresikan ide dari suatu gagasan lebih penting dibanding suatu studi rasional atas kebutuhan perumahan. Para arsitektur Amsterdam School juga lebih memperhatikan bentuk interior agar seimbang dengan bentuk eksteriornya. Bangunan jenis ini biasanya dibuat dari susunan bata yang dikerjakan dengan keahlian yang tinggi (Handinoto, 2007: 51-53). Selain gaya-gaya tersebut pada tahun 1920 muncul sebuah gaya yang disebut Nieuwe Bouwen. Gaya ini mencoba untuk memperlihatkan bentuk sederhana tanpa hiasan yang tidak seperti gaya-gaya bangunan yang ada sebelumnya yang menggunakan kemegahan dalam bentuk bangunan. Gaya ini mencoba untuk memperlihatkan bahwa dengan kesederhanaan dapat membentuk sebuah bangunan yang lebih baik. Karakteristik dari gaya bangunan ini adalah memiliki warna putih yang dominan diseluruh bagian, menggunakan atap datar, gevel horizontal dan volume bangunan berbentuk kubus (Hardinoto, 1993:13). Ciri-ciri dari bangunan Nieuwe Bouwen, memiliki bentuk bangunan yang masif dan kokoh yang dibangun dengan alat-alat modern, bentuk bangunan sederhana dengan keterbatasan lahan dan beradaptasi dengan gaya setempat, sekala yang digunakan lebih manusiawi dan tidak terlalu tinggi, dinding di plester dan di cat putih, detail bangunan diperhatikan, beratap datar, volume bangunan berbentuk kubus, penggunaan material modern seperti beton, baja dan lain-lain. Tidak seperti gaya-gaya bangunan sebelumnya yang memperlihatkan kemegahan dan keagungan sebuah bangunan yang terkesan pamer. Arsitektur Indis pada awal abad ke-20 menyatakan sebuah gambaran realitas, atas keterikatannya dengan adat istiadat "lokal" dan juga sebagai ungkapan status translokal. Gaya indis merupakan gaya percampuran antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan asing. Kebudayaan Indis mencangkup kehidupan sehari-hari masyarakat. Nieuwe Bouwen di sisi lain juga mengajukan penegasan yang sama dengan tradisi para pendukung modernisme yang lebih bersifat "formalistik", lebih "otonom" dan "Universal". Indis dan Nieuwe Bouwen sama-sama berusaha untuk menyingkirkan kebudayaan imperium (Nas, 2009:180).

9 9 Gaya-gaya tersebut merupakan gaya murni yang dibawa oleh arsitek-arsitek Belanda, dengan bercampurnya kebudayaan asing dengan kebudayaan lokal menghasilkan sebuah kebudayaan perkawinan atau kebudayaan campuran yang disebut dengan kebudayaan Indische. 4.2 Masjid Agung Manonjaya Masjid Manonjaya memiliki arsitektur kolonial namun dalam bentuk bangunanya tetap menggunakan ciri masjid kuno Jawa berbeda dengan Masjid Cipari yang hampir secara keseluruhan berbentuk bangunan kolonial. Gambar 10 Denah Masjid Agung Manonjaya Foto 3 Masjid Agung Manonjaya Perbandingan antara Masjid Cipari dengan Masjid Agung Manonjaya yang pertama terletak pada bentuk denah. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3, denah Masjid Cipari berbentuk persegi panjang dengan ukuran 30x10m yang pada tembok bagian Barat terdapat bangunan yang menjorok yang merupakan sebuah mihrab. Pagar keliling masjid ini berupa perumahan penduduk pada arah Utara, Selatan dan timurnya, sedangkan pada arah Barat pagar keliling berupa bangunan sekolah (lihat gambar 3.1). Sedangkan denah pada Masjid Agung Manonjaya berbentuk bujur sangkar berukuran 22,85x24,40 m yang pada tembok bagian Barat terdapat bangunan mihrab yang merupakan salah satu ciri penting bangunan masjid. Memiliki pagar tembok disekeliling masjid. Terdapat beberapa ruangan pada masjid ini yang terdiri dari ruang shalat, perpustakaan, serambi, gudang dan pawestern. Pada bagian sebelah Timur masjid terdapat bangunan tambahan yang terdiri dari penampil serambi Timur, koridor dan menara. Fondasi pada Masjid Cipari berbentuk persegi panjang yang mengikuti bentuk denahnya sedangkan pada Masjid Agung Manojaya berbentuk bujursangkar. Bentuk dari kedua fondasi ini mengikuti bentuk bangunan masjidnya. Kedua masjid ini menggunakan pondasi masif yang merupakan tembok pejal dengan tinggi 1 m di atas permukaan tanah. Ketinggian pondasi ini merata keseluruh komponen bangunan. Pada Masjid Cipari bagian kaki dilapisi dengan susunan batu kali sedangkan pada Masjid Agng Manonjaya hanya berupa tembok biasa. Masjid Cipari dan Masjid Agung Manonjaya menggunakan tegel pada lantainya. Pada Masjid Cipari lantai tegel berwarna abu-abu berukuran 20x20cm yang terdapat disemua sisi bangunan dan dilapisi oleh karpet masjid. Pada bagian menara, lantai satu dilapisi dengan tegel yang sama dengan yang ada di ruang shalat, sedangkan pada lantai dua hingga lantai enam menggunakan lantai kayu yang dilapisi dengan karpet berwarna hijau. Sedangkan pada lantai tujuh dilapisi dengan plat baja. Pada Masjid Agung Manonjaya Lantai permukaan dilapisi oleh tegel warna merah dengan ukuran 30x30. Pada lantai diruangan mihrab tegel dilapisi dengan karpet yang berwarna hijau. Dinding pada Masjid Cipari secara keseluruhan terbuat dari dinding beton. Selain dinding yang terbuat dari beton, dinding ini juga dilengkapi dengan motif hias berupa pelipit-pelipit yang ada diseluruh bagian tembok. Dinding juga dilengkapi dengan lubang angin dan berbagai macam bentuk jendela. Pada bagian menara secara keseluruhan terbuat dari beton yang dilengkapi dengan lubang angin dan jendela. Hampir sama dengan Masjid Cipari dinding pada Masjid Agung Manonjaya juga terbuat dari beton.

10 10 Penggunaan material beton pada dinding, membuat bangunan terlihat lebih kokoh. Ruangan pada Masjid Cipari memiliki ukuran 29x9 meter. Berdenah persegi panjang yang dibentuk oleh empat buah dinding berbentuk siku-siku. Dilapisi lantai tegel berwarna abu-abu dengan ukuran 20x20 cm yang dilapisi dengan karpet masjid. Tidak terdapat tiang-tiang sebagai penopang atap, atap hanya di tahan oleh tembok keliling bangunan. Pada Masjid Agung Manonjaya memiliki denah ruang shalat yang sama yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 22,8x16,70 meter yang dibentuk oleh sudut siku-siku. Pada masjid Agung Manonjaya dilapisi lantai tegel berwarna merah yang hampir keseluruhan lantai ditutupi dengan karpet masjid. Bentuk atap Masjid Cipari memiliki perbedaan bentuk dengan bentuk atap Masjid Agung Manojaya. Atap Masjid Cipari berbentuk limasan dengan sisi Utara dan Selatan lebih panjang dibandingkan sisi Barat dan Timur, berbahan tanah liat dengan warna oranye. Atap pada masjid ini di topang oleh susunan kuda-kuda yang terbuat dari kayu yang diperkuat dengan paku. Bentuk atap pada bagian menara Masjid Cipari berbentuk kubah. Sedangkan bentuk atap pada masjid Agung Manonjaya berbentuk tumpang, yang lazim digunakan pada masjid Kuno Jawa. Atap ini juga menggunakan kuda-kuda kayu sebagai penahan atap yang direkatkan dengan paku. Sedangkan bentuk atap pada bagian menara masjid memiliki bentuk meruncing. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab deskripsi sebelumnya, menara Masjid Cipari terletak pada bagian Timur masjid yang menempel dengan dinding masjid. Denah menara berbentuk segi delapan berjumlah satu yang terbuat dari tembok beton dan terdiri dari 7 lantai yang masing-masing lantai dihubungkan dengan tangga kayu. Pada setiap lantainya terdapat sebuah ruangan kosong, pada lantai satu dan dua ruangan tersebut memiliki fungsi yang jelas, yaitu lantai satu digunakan sebagai gudang sedangkan lantai dua digunakan sebagai tepat beristirahat pengurus masjid sedangkan pada lantai selanjutnya banyak ruangan yang tidak memiliki fungsi dan dibiarkan kosong. Atap menara masjid ini berbentuk kubah yang terbuat dari beton. Menara pada masjid Agung Manonjaya berjumlah dua buah yang terletak pada bagian Timur masjid yang berhubungan langsung dengan koridor, dengan kata lain letak menara ini menempel dengan bangunan masjidnya. Selain itu, menara pada masjid ini keseluruhan terbuat dari tembok beton dengan denah berbentuk segi delapan. Terdiri dari beberapa lantai, yang setiap lantai memiliki fungsi yang berbedabeda dan masing-masing lantai di hubungkan dengan tangga kayu. Atap menara berbentuk kerucut yang meruncing. Ragam hias pada Masjid Cipari hanya terdiri dari satu jenis saja. Jenis ornamen yang ada pada masjid ini berupa pelipit-pelipit geometris memanjang yang hampir terlihat diseluruh dinding masjid. Jenis seperti ini merupakan ciri khas dari ragam hias jenis Art Deco yang menunjukan kemegahan dan keindahan dari sebuah bangunan. Pada Masjid Agung Manonjaya terdapat berbagai macam bentuk ragam hias, seperti pelipit, pilaster, lengkungan, tunas, antefiks dan lainlain. Ragam hias yang diambil sebagai perbandingan adalah pelipit. Jenis pelipit yang terdapat pada Masjid Cipari merupakan jenis pelipit penyangga, sedangkan pada Masjid Agung Manonjaya terdapat dua jenis pelipit penyangga dan setengah lingkaran. Pagar keliling masjid ini terbentuk dari bangunan-bangunan pemukiman yang ada disekelilingnya sehingga membentuk pagar keliling (Lihat ganbar 1). Pada sisi Utara, Selatan dan Timur pagar masjid ini berupa perumahan penduduk sedangkan pada sisi Barat pagar masjid berupa bangunan sekolah. Pada Masjid Agung Manonjaya pagar keliling berupa tembok seperti pada masjid umumnya yang memiliki dua buah pintu untuk masuk kedalam lingkungan masjid.walaupun memiliki jenis bentuk pagar keliling yang berbeda, namun kedua masjid ini sma-sama dibatasi oleh pagar yang merupakan ciri khas dari masjid kuno yang ada di Jawa. Tabel 1 Persamaan dan perbedaan bentuk, bahan dan kondisi Masjid Cipari dan Masjid Agung Mannojaya

11 Gereja Santo Yosef Selain Masjid Agung Manojaya, data pembanding juga diambil dari bangunan kolonial lain yang memiliki bentuk yang sama. Data pembanding yang digunakan adalah Gereja Santo Yosef. Gereja ini terletak di Jalan Matraman Raya, Nomor 127, Jakarta Timur, yang berdiri pada tahun Gereja ini diambil sebagai data pembanding dengan Masjid Cipari karena memiliki kemiripan bentuk. Foto 4 Gereja Santo Yosef Jika dilihat secara langsung, Gereja Santo Yosef ini memiliki bentuk denah yang memanjang seperti bentuk persegi, namun kenyataanya gereja ini memiliki denah berbentuk salib. Bentuk salib tersebut tidak terlalu menonjol pada bentuk denahnya, sehingga bentuk denah pada gereja ini terlihat seperti bentuk persegi panjang. Fondasi pada Gereja Santo Yosef merupakan fondasi masif begitu juga dengan Masjid Cipari. Persamaan yang lebih mencolok terlihat pada susunan batu kali yang terletak pada bagian kaki bangunan. Kedua bangunan ini menggunakan susunan batu kali pada bangunanya. Dinding pada Gereja Santo Yosef ini secara keseluruhan terbuat dari dinding beton yang pada bagian kakinya terdiri atas susunan batu kali. Bentuk dinding gereja ini sama dengan bentuk dinding Masjid Cipari yang secara keseluruhan yang terbuat dari beton. Selain itu terdapat deretan jendela pada dinding bagian kanan dan kiri bangunan yang terdiri dari dua tingkat. Bentuk jendela pada bangunan gereja ini memiliki bentuk yang cukup besar yang menunjukan bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan sakral dengan gaya ghotic. Pada bangunan Gereja Santo Yosef terdapat tiga buah atap yang berbentuk limasan dengan genteng berwarna oranye yang terbuat dari tanah liat. Atap pada sisi kanan dan kiri sekarang ditinggikan dibandingkan dengan atap yang ada pada bagian tengah, bentuk ini berbeda dengan bentuk awal yang ketiganya memiliki ketinggian yang sama. Terdapat tiga buah menara pada Gereja Santo Yosef. Terdapat satu buah menara utama yang tinggi serta dua buah menara samping yang lebih pendek. Setiap menara ditutupi dengan atap kubah. Pada bagian puncak menara terdapat lambang salib. Terdapat hiasan dekoratif pada bagian menara berbentuk pelipit yang dipadukan dengan jendela bulat. Terdapat jendela kurus panjang pada bagian tengah menara (Heuken, 2002: ). Bentuk hiasan pelipit pada gereja ini memiliki bentuk hiasan yang hampir sama pada Masjid Cipari. Menara pada kedua bangunan ini lebih di dominasi dengan hiasan-hiasan pelipit pada bangunanya. Hiasan pelipit seperti ini merupakan ciri dari gaya art deco. Ragam hias pada Gereja Santo Yosef hanya berupa pelipit pada bagian menara dan dibeberapa kolom dinding bangunan. Bentuk pelipit seperti ini merupakan bentuk pelipit penyangga. Pelipit-pelipit ini terletak pada bagian pondasi pejal, siku luar kolom bangunan gereja serta pada bagian menara. Bentuk ragam hias pelipit ini memberikan kesan romantisme pada bangunan yang merupakan ciri khas dari gaya art deco, namun demikian bentuk ragam hias yang sederhana dan tidak berlebihan merupakan ciri dari gaya nieuwe bouwen Tabel 2 Persamaan dan perbedaan bentuk, bahan dan kondisi Masjid Cipari dan Gereja Santo Yosef

12 12 Denah pada bangunan Masjid Cipari ini berbentuk persegi panjang memanjang dari Barat ke Timur. Denah masjid seperti ini banyak digunakan pada masjid-masjid Kuno Jawa. Dengan denah berbentuk persegi panjang ini diharapkan masjid dapat menapung jumlah orang lebih banyak walaupun dengan ukuran yang kecil. Masjid Cipari menggunakan fondasi masif yang merupakan tembok pejal dengan tinggi satu meter di atas permukaan tanah. Namun pada bagian fondasi ini disusun oleh susunan batu kali yang umum digunakan pada bangunan pemukiman kolonial belanda. Hampir di seluruh Indonesia letak mihrab pada bangunan masjid memang terletak pada bagian Barat atau Barat Laut. Letak ini merupakan sebuah keharusan bagi setiap masjid yang ada di Indonesia untuk shalat menghadap ke ka'bah. Ketentuan itu berlaku bagi setiap warga muslim yang ada di dunia untuk shalat menghadap ka'bah. Dengan kata lain letak mihrab pada bangunan Masjid Cipari tidak di pengaruhi oleh faktor lain melainkan memang sebuah keharusan bangunan masjid. Sehingga ciri ini merupakan ciri khas bangunan masjid di Indonesia. Pada Masjid Cipari letak mihrab berada pada sisi bagian Barat masjid. Pada masjid Cipari pagar keliling bukan dibatasi dengan tembok, melainkan dengan perumahan penduduk pada sisi Utara, Selatan dan Timur bangunan sedangkan pada sisi Barat di batasi oleh sekolah. Pagar pada masjid ini tidak seperti masjid Kuno Jawa yang berbentuk tembok keliling, namun memanfaatkan bangunan sekitar menjadi tembok keliling masjid sehingga masjid tetap terlihat memiliki tembok keliling. 4.5 Unsur Bangunan Kolonial Tabel 3 Foto Persamaan dan perbedaan Masjid Cipari, Masjid Agung Manonjaya dan Gereja Santo Yosef 4.4 Unsur Bangunan Lokal Komponen bangunan yang menggambarkan ciri dari pengaruh lokal yang ada pada Masjid Cipari dapat dilihat pada komponen-komponen bangunan yaitu denah persegi panjang, pondasi masif, mihrab di sisi Barat atau Barat Laut dan pagar keliling. Komponen bangunan yang menujukan pengaruh asing atau kolonial yang bukan berasal dari kebudayaan tradisional atau lokal pada Masjid Cipari dapat dilihat dari komponen bangunan yaitu denah, fondasi, dinding, pintu, jendela, lantai, atap, menara dan komponen penunjang. Pembentukan denah biasanya dipilih menurut jenis dan fungsi dari sebuah bangunan. Sebagai contoh bangunan perumahan pada periode kolonial menggunakan denah persegi atau bujursangkar sedangkan pada bangunan perkantoran maupun sekolah yang membutuhkan kapasitas ruangan yang cukup besar menggunakan bentuk persegi panjang. Jadi dapat dikatakan bahwa bentuk denah mengikuti fungsi bangunan itu sendiri. Fondasi Masjid Cipari terdapat susunan batu kali yang merupakan ciri has dari bangunan kolonial. Bangunan kolonial dengan fondasi seperti ini dapat kita jumpai di rumah-rumah tinggal di sekitar kawasan Menteng. Penggunaan batu kali sangat cocok pada

13 13 bangunan yang berada pada iklim tropis yang berguna sebagai tampiasan air hujan. Dinding dengan material beton merupakan ciri dari bangunan kolonial. Selain itu dinding yang tebal dapat memperlihatkan kekokohan dan kemegahan dari bangunan itu sendiri. Pada dinding bangunan kolonial biasanya terdapat jenis-jenis ornamen yang menghiasinya. Jika dilihat dari bentuk dan jenisnya pintu pada Masjid Cipari ini merupakan pintu yang mendapat pengaruh asing atau kolonial dalam pembentukanya karena menggunakan material kaca. Jendela dikenal pada saat kedatangan bangsa kolonial. Jendela dapat berfungsi sebagai keluar masuknya udara maupun sebagai pencahayaan terhadap sebuah bangunan. Pada Masjid Cipari terdapat banyak jendela sehingga bangunan ini memperhatikan unsur pencahayaan dan udara pada waktu pembuatanya. Selain itu jenis kaca pada Masjid Cipari terdiri dari tiga jenis fixed window, casement window dan nako. Atap limasan terdapat pada bangunan inti masjid yang hampir menutupi seluruh bagian masjid. jenis atap seperti ini menggunakan struktur kuda-kuda pada bagian dalamnya sebagai penahan atap-atap tersebut. jenis konstruksi ini merupakan konstruksi modern. Atap berbentuk kubah berada pada bagian menara masjid. Kubah pada bangunan masjid ini terbuat dari material beton. Beton dan jenis atap seperti ini baru masuk ke Indonesia pada saat kedatangan oran-orang Eropa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menara pada Masjid Cipari terbuat dari beton. Selain itu pada menara ini dapat terlihat bentuk ornamen geometris seperti pelipit-pelipit pada bagian tembok masjid. Bentuk kokoh seperti ini merupakan ciri bangunan kolonial berjenis Art deco. Salah satu ciri dari art deco adalah, sebuah bangunan yang dibentuk mewah dengan kemegahan dari material-material modern yang terlihat kokoh. Bentuk lubang angin yang sederhana dan dengan hanya berbentuk garis mendatar yang panjang tanpa membentuk motif hias merupakan ciri dari gaya nieuwe bouwen yang memperlihatkan ciri kesederhanaan. Bentuk plafon langit-langit pada Masjid Cipari berwarna putih dengan motif pelipit yang membentuk kotak-kotak. Plafon yang memiliki pola hias mulai terlihat pada periode kolonial. Bentuk sederhana seperti ini merupakan ciri dari gaya nieuwe bouwen. Ragam hias pada masjid ini hanya satu jenis berbentuk pelipit geometris. Bentuk pelipit pada masjid ini cukup banyak terutama pada dinding luar bangunan masjid yang menunjukan kesederhanaan merupakan ciri dari gaya nieuwe bouwen. Tabel 4.6 Tabel analisis gaya pada bagian-bagian bangunan Masjid Cipari

14 14 Jika dilihat dari tabel diatas dapat dilihat gaya yang mempengaruhi pembentukan Masjid Cipari. Masing-masing elemen gaya tersebut mewakili bagianbagian bangunan masjid dari bentuk fisik hingga ornamen-ornamen yang melekat pada Masjid Cipari. 5. Kesimpulan Masjid Cipari merupakan bangunan masjid yang memiliki bentuk berbeda dengan bangunan masjid kuno pada umumnya. Bentuk yang berbeda tersebut terlihat dari bentuk bangunan yang memanjang dengan menara yang menempel pada bangunan induknya. Selain itu sebagai sebuah bangunan masjid, masjid ini tidak memiliki serambi pada bagian luarnya. Masjid ini juga tidak memiliki pagar keliling seperti masjid kuno yang ada di pulau Jawa, melainkan menggunakan bangunan di sekitarnya sebagai pagar keliling. Secara keseluruhan masjid ini dibangun dari material beton yang baru dikenal sejak kedatangan bangsa Eropa. Selain itu pada bangunan masjid ini juga terdapat motif hias berupa pelipit-pelipit horizontal yang mengelilingi bangunan masjid. Ciri atau ornamen seperti ini sangat banyak ditemukan pada bangunanbangunan Eropa yang pada umumnya menggunakan ornamen-ornamen sebagai hiasan bangunannya. Dengan menggunakan ornamen-ornamen seperti ini sebuah bangunan akan terlihat megah dan berbeda dengan bangunan lainya. Jenis ornamen-ornamen pada bangunan kolonial berbeda-beda, salah satunya art deco yang memiliki ciri hiasan berupa bentukanbentukan garis atau balok yang tersusun secara berulang terus menerus secara teratur. Selain itu ada gaya art nouveau yang memiliki ciri berbentuk sulur atau motif flora yang mengambil dari bentuk alam. Secara keseluruhan bentuk bangunan ini merupakan percampuran kebudayaan antara kebudayaan Eropa dengan kebudayaan lokal. Salah satu bentuk percampuran bentuk bangunan yang terlihat pada masjid ini adalah pada bagian atap bangunan. Atap bangunan pada masjid ini berbentuk limasan yang terbuat dari genteng tanah liat yang menyesuaikan dengan iklim yang ada disekitar. Selain itu bentuk dinding yang terbuat dari beton merupakan ciri bangunan kolonial yang ada di Indonesia. Selain itu bentuk menara yang menjulang tinggi dengan bentuk megah dan kokoh merupkan bentuk menara dari kebudayaan Eropa. Dari ketiga ciri yang terdapat pada bangunan Masjid Cipari ini dapat dijelaskan bahwa bangunan ini merupakan bangunan yang memiliki percampuran kebudayaan. Permasalahan yang terdapat pada penulisan ini adalah " Apa saja pengaruh kebudayaan lokal dan kolonial yang ada di Masjid Cipari?. Permasalahan tersebut dapat dijawab dengan melihat eterangan dan tabel 4.6 yang terdapat pada bab empat. Masjid Cipari dapat dibilang memiliki percampuran kebudayaan, percampuran kebudayaan tersebut dapat terlihat dari kebudayaan lokal dan asing yang apa pada bentuk bangunanya. Kebudayaan lokal memang tidak terlalu dominan pada bangunan masjidnya, hanya terletak pada bagian fisik bangunan yang berarah hadap ke Barat, fondasi masif, atap yang berbentuk limasan serta ubin yang tidak memiliki motif hias yang terlihat sederhana. Sedangkan kebudayaan kolonial atau asing yang terdapat pada masjid ini cukup banyak. Kebudayaan asing hampir mendominasi seluruh bagian masjid. Kebudayaan asing pada masjid ini tidak hanya satu, namun ada beberapa gaya kebudayaan asing seperti art deco yang meliputi, dinding, menara dan ornamen pelipit; adapula gaya Indo-Eropa yang meliputi, fondasi yang menggunakan batu kali dan atap limasan yang merupakan percampuran kebudayaan; selain itu terdapat gaya arsitektur modern yaitu nieuwe bouwen yang meliputi bentuk dari transparasi ruangan dengan deretan jendela, bentuk dinding yang tebal dengan material beton, bagian atap yang menggunakan kuda-kuda, jendela yang menggunakan aluminium dengan bentuk sederhana, pintu berupa material kaca, langit-langit yang menggunakan ornamen garis timbul dan bentuk lubang angin yang sederhana berbentuk balok. Dapat dikatakan bahwa gaya yang dominan pada Masjid Cipari merupakan gaya asing yaitu nieuwe bowen yang merupakan arsitektur modern. Gaya nieuwe bouwen berkembang pada awal abad ke 20, sehingga tepat bila gaya ini mempengaruhi bentuk Masjid Cipari yang dibangun pada awal abad ke 20. Walaupun demikian, terdapat pula unsur-unsur lokal yang mempengaruhi bentuk masjid ini sehingga lebih tepat bila bangunan ini disebut sebagai bangunan yang memiliki kebudayaan indisch. Daftar Pustaka Anggapradja, Soelaeman Sejarah Garut Dari Masa ke Masa dan Hari Jadi Garut, 17 Maret Garut Apipudin Penyebaran Islam Di Daerah Galuh Sampai Dengan Abad Ke-17. Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama RI Azyumardi Azra. Islam Nusantara: Jaringan Lokal dan Global. Bandung: Mizan, Calloway, Stephen The Element Of Style A Practical Encyclopedia Of Interior Architectural Details From 1485 To The Present. New York: Rockefeller Center. Deetz, James Invitation to Archaeology. New York: Garden City. Fanani, Achmad Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang Anggota IKAPI.

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pertemuan budaya, Mesjid Raya Cipaganti, Kolonial, Schoemaker. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Pertemuan budaya, Mesjid Raya Cipaganti, Kolonial, Schoemaker. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kota yang dahulunya merupakan bekas jajahan memang menyimpan peniggalan sejarah dan budaya yang pernah menguasainya pada saat itu, salah satunya adalah kota Bandung yang pernah dijajah Belanda.

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Ranggih Semeru 20308032 Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

EGYPTIAN ARCHITECTURE

EGYPTIAN ARCHITECTURE EGYPTIAN ARCHITECTURE - terdapat pada daerah iklim yang panas kering - material tanah liat atau bebatuan lokal dengan warna asli materialnya. - Monumen dengan gaya arsitektur ini cenderung terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok Alifah Laily Kurniati 1 dan Antariksa 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang

Lebih terperinci

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik 2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia 2.2.1 Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik Pada akhir zaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan norma arsitektur klasik, yang sudah merajai

Lebih terperinci

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance SEJARAH RENAISSANCE Masa Renaissance sering disebut juga masa pencerahan Atau masa kelahiran, karena menghidupkan kembali budaya-budaya klasik, hal ini disebabkan banyaknya pengaruh filsuf-filsuf dari

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM

ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM ARSITEKTUR ABAD PERTENGAHAN (MEDIAFAL) ARSITEKTUR BIZANTIUM Sejarah Singkat Byzantium Pada mulanya, daerah Eropa Timur yang disebut Byzantium adalah koloni bangsa Yunani sejak tahun 660 sebelum masehi,

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Karakter Visual Fasade Bangunan Kolonial Belanda Rumah Dinas Bakorwil Kota Madiun (Pipiet Gayatri Sukarno, Antariksa, Noviani Suryasari) KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka diperlukan adanya saran atau rekomendasi yang dibuat sebagai masukan dalam menyusun pedoman penataan fasade bangunan-bangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 149 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN GEREJA EMMANUEL DI KOTA KEDIRI SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB AR 3232 ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR,

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG Anisa Riyanto¹, Antariksa², Noviani Suryasari ² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya ²Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah usw ahsnh.10@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas

Lebih terperinci

BAB 2 GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI ) SUMUT MEDAN

BAB 2 GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI ) SUMUT MEDAN 10 BAB 2 GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI ) SUMUT MEDAN 2.1. Lokasi Gereja Kristen Indonesia di Kota Medan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Medan, Sumatra Utara, yang dulu bernama Gereja Gereformeerd Medan

Lebih terperinci

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Architecture. Home Diary #008 / 2015

Architecture. Home Diary #008 / 2015 Architecture 82 A View of White Teks : Widya Prawira Foto : Bambang Purwanto Sejurus mata memandang, palette putih mendominasi dalam kesederhanaan desain yang elegan, warm dan mewah. K lasik adalah abadi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS...

BAB II LANDASAN TEORITIS... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL DAN BAGAN... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG BANGUNAN UTAMA HOTEL TOEGOE SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA ENCLOSURE Volume 7 No. 2 Juni 2008 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA M. Sahid Indraswara ABSTRAKSI Gaya Arsitektur mediterania

Lebih terperinci

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Tugas AR2212 Perilaku dan Desain Arsitektur Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Teresa Zefanya / 15213035 Rumah Bagus 1 Gambar 1. Rumah Bagus 1 Rumah di atas berlokasi di Jalan Pager Gunung, Bandung.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

Jawa Timur secara umum

Jawa Timur secara umum Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Masjid merupakan tempat peribadatan umat muslim yang dapat kita temukan di mana-mana di seluruh dunia. Masjid selain sebgai tempat peribadatan juga telah menjadi

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.

Lebih terperinci

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD) PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD) Lina Mardiani 1, Antariksa 2, Abraham M. Ridjal 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.

Lebih terperinci

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan arsitektur di dunia maupun di Indonesia sendiri. Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo

Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo Shabrina Maharani 1, Antariksa 2, Rinawati Pudji Handajani 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Teknis Menggambar Desain Interior

Teknis Menggambar Desain Interior TEKNIK MEMBUAT GAMBAR KERJA DESAIN INTERIOR Pentingnya gambar teknik bagi orang yang bekerja di bidang teknik, dapat disamakan dengan pentingnya menulis bagi pengarang. Gambar teknik merupakan suatu media

Lebih terperinci

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan Gambar 40. Perletakan tiang, dinding, dan lantai Masjid Agung kasepuhan. (sumber, data survey lapangan). Perletakkan, pemilihan bahan, dan penerapan konstruksi untuk komponen bangunan masjid, disamping

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 148 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN MASJID BESAR AL-MUBAROK DI KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR

Lebih terperinci

ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG

ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG Wienty Triyuly Tenaga Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya

Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya Juan Antonio Koeswandi Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Widya Kartika Jl. Sutorejo Prima Utara II/1, Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim

Lebih terperinci

Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi

Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi Jeremy Meldika jeremy meldika@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER Prissilia Dwicitta Meykalinda, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya

Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING OMAH DHUWUR GALLERY Omah Dhuwur Gallery merupakan bangunan yang ada di Kawasan Cagar Budaya Kotagede. Revitalisasi merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bangunan

Lebih terperinci

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang Retno Ulvi Setiamurdi dan Herry Santosa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya Maulidinda Nabila maulidnda@gmail.com A rsitektur Islam, Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI KAWASAN POTROAGUNG. Muchlisiniyati Safeyah Staff Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur UPN Veteran Surabaya ABTRACT

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI KAWASAN POTROAGUNG. Muchlisiniyati Safeyah Staff Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur UPN Veteran Surabaya ABTRACT Muchlisiniyati Safeyah Staff Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur UPN Veteran Surabaya ABTRACT Colonial architecture is an architecture that combine West and East culture. This architecture presents trough

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi BAB III RENCANA PONDASI DAN DETAIL PONDASI Pengenalan Denah Pondasi Pondasi (Sub Structure/Foundation) sering disebut struktur bangunan bagian bawah, yaitu merupakan konstruksi yang terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak Mohhamad Kusyanto (1), Debagus Nandang (1), Erlin Timor Tiningsih (2), Bambang Supriyadi (3), Gagoek Hardiman (3) (1)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun

Lebih terperinci

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI AR 3232 - Arsitektur Indonesia Pasca Kemerdekaan Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE Nama / NIM : Teresa Zefanya / 152 13 035 DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI Sebuah bidang yang diangkat dapat membentuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR Teknologi PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR 1 PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGURANGI TINGKAT RESIKO KORBAN JIWA DI DALAM BANGUNAN Latar Belakang : Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cakupan pekerjaan I. Pekerjaan Awal II. Pekerjaan Galian dan urugan III. Pekerjaan Fondasi IV. Pekerjaan Beton

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang Gevi Vembrista Nirwana Permai Permadi dan Antariksa Sudikno Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA 3.1 Pendahuluan Batu bata adalah salah satu jenis bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat (lempung) dengan atau tanpa bahan lain, yang dibakar pada temperatur yang

Lebih terperinci

TUGAS 1 STRUKTUR BANGUNAN

TUGAS 1 STRUKTUR BANGUNAN TUGAS 1 STRUKTUR BANGUNAN KAJIAN STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR DAN STRUKTUR BANGUNAN TINGGI ( STUDI KASUS ROYAN MARKET HALL DAN LAKE POINT TOWER ) NAMA : I PUTU TRISNA WIBAWA 1504205073 JURUSAN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo Miryanti Putri Budiandari 1, Antariksa 2, Noviani Suryasari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian konsep perancangan

Lebih terperinci

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016 KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016 Rizka Pramita Kusumawardhani, Noviani Suryasari, Antariksa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan

Lebih terperinci

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci