BAB 2 GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI ) SUMUT MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI ) SUMUT MEDAN"

Transkripsi

1 10 BAB 2 GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI ) SUMUT MEDAN 2.1. Lokasi Gereja Kristen Indonesia di Kota Medan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Medan, Sumatra Utara, yang dulu bernama Gereja Gereformeerd Medan Sumatra-Utara terletak di Jl. Zainul Arifin 126, Medan. Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sumut Medan berada satu kompleks dengan rumah pendeta yang berada pada halaman sebelah timur, gedung serbaguna GKI Sumut Medan di sebelah timur laut, dan bangunan kantor di sebelah utara. Halaman di sekeliling bangunan gereja ditanami oleh pohon palem, cemara dan pinang merah. Di sebelah utara dan barat kompleks GKI Sumut Medan terdapat perumahan penduduk. Di sebelah timur berbatasan dengan Jl. Candi Biara dan sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Zainul Arifin. Kompleks GKI Sumut Medan dikelilingi oleh pagar keliling yang terbuat dari besi. Halaman selatan gereja berjarak 4,8 m diukur dari pintu masuk utama sampai gerbang gereja. Di halaman ini terdapat 4 buah tiang yang menopang tenda berwarna hijau. Halaman ini digunakan untuk menampung jemaat yang beribadah karena jumlah jemaat terlalu banyak dan ruang ibadah utama tidak memadai lagi. Secara keseluruhan GKI Medan terdiri atas dua bangunan, yaitu bangunan depan (utama) yang terletak di selatan dan bangunan belakang yang terletak di sebelah utara. Bangunan utama merupakan bangunan gereja yang digunakan untuk ibadah. Bangunan ini berdenah persegi panjang dengan ukuran panjang 17 m dan lebar 8 m, serta tinggi 12 m dengan orientasi selatan-utara. Bagian utara bangunan gereja berbentuk segi delapan yang digunakan untuk meletakkan mimbar. Bangunan belakang merupakan bangunan baru yang terdapat di bagian belakang dan digunakan untuk keperluan kesekretariatan gereja. Bangunan ini berbentuk persegi panjang dan berorientasi barat-timur. Bangunan ini memiliki tiga ruang yang digunakan sebagai ruang kantor gereja, ruang pertemuan Majelis Gereja, dan gudang. Bangunan utama gereja dan bangunan belakang ini dihubungkan oleh dua buah koridor. Dari empat buah bangunan di dalam

2 11 kompleks GKI Sumut Medan, yang dijadikan data penelitian adalah bangunan gereja karena bangunan ini yang digunakan untuk beribadah. Keterangan: A. Gereja Kristen Indonesia Sumut Medan B. Lokasi Gereja Kristen Indonesia di Kota Medan C. Lokasi di sekitar kompleks Gereja Kristen Indonesia Medan

3 12 Gambar 2.4. Sketsa Denah Kompleks GKI Sumut Medan 2.2. Deskripsi Bangunan Gereja Kristen Indonesia Medan Pada bagian ini diuraikan deskripsi bangunan GKI Sumut Medan secara rinci. Pendeskripsian ini dilakukan secara sistematika sebagai berikut: bangunan GKI Sumut Medan dibagi menjadi dua bagian secara vertikal, yaitu bangunan ibadah dan menara. Bangunan ibadah dibagi menjadi tiga bagian secara horizontal, yaitu ruang jemaat, narthex 3, dan ruang mimbar. Menara dibagi menjadi dua bagian secara vertikal, yaitu bagian bawah menara dan bagian atas menara. 3 Narthex adalah sebuah ruang tertutup yang menjadi ruang peralihan antara luar dan dalam dari sebuah bangunan (Sumalyo, 2003:544).

4 13 B A Foto 2.1. Bangunan GKI Sumut Medan Tampak Keseluruhan Keterangan: A : Bangunan ibadah B : Menara Bangunan Ibadah Bangunan ibadah GKI Sumut Medan digunakan sebagai ruang jemaat dan ruang mimbar. Ada lima buah pintu dan 14 (empat belas) buah jendela pada bangunan ibadah. Pintu masuk utama berada di depan (selatan) bangunan, dua buah berada di samping (timur dan barat) bangunan, dan dua buah lagi berada di belakang (utara) bangunan (lihat Gambar 2.1).

5 14 Keterangan: Gambar 2.2. Denah Bangunan Ibadah (Koleksi: Ivonne, 2009) A : Pintu Utama B : Pintu Samping C : Pintu Belakang : Jendela : Tiang yang membentuk pelengkung : Tangga

6 15 Foto 2.2. Bangunan GKI Sumut Medan Tampak Samping Narthex Narthex berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang 3,38 m dan lebar 2,74 m. Sebuah lemari untuk menyimpan buku kidung pujian diletakkan pada ruangan ini. Lantai pada ruangan ini terbuat dari bahan ubin dengan motif abstrak berukuran 32 x 32 cm. Pintu masuk utama terletak di dinsing selatan nathex dan dua buah pintu masuk terletak masing-masing di dinding samping narthex. Pintu masuk utama berukuran tinggi 2,25 m dan lebar 1,92 m merupakan pintu berdaun ganda terbuat dari bilah kayu-kayu kecil berwarna coklat dan disusun sejajar. Di atas pintu utama terdapat jendela yang dibingkai kerangka kayu berbentuk setengah lingkaran. Pintu masuk utama diapit oleh dua pasang pilaster setinggi 178 cm. Di sisi kiri dan kanannya terdapat sebuah jendela berbentuk persegi panjang yang ujung atasnya melengkung (lihat Foto 2.3).

7 16 Foto 2.3. Pintu masuk utama tampak dalam (kiri) dan tampak luar (kanan) Pada ruangan ini terdapat sebuah tangga menuju balkon (ruangan pemain musik dan paduan suara) yang berada di lantai 2 dan dibuat dari kayu. Tangga membelok sehingga membentuk huruf S dan memiliki 15 anak tangga yang masing-masing anak tangganya berukuran panjang 68 cm serta jarak tiap-tiap anak tangga yang satu dengan anak tangga yang di atasnya adalah 17 cm. Foto 2.4. Tangga menuju Balkon

8 17 Pintu di dinding samping ukurannya tidak sama dengan pintu masuk utama, yaitu tinggi 2,15 m dan lebar 1,25 m. Pintu dinding samping ini terdiri dari satu daun pintu yang terbuat dari kayu jati yang dibuat dari bilah kayu-kayu dan disusun sejajar. Ambang atas pintu berbentuk melengkung. Di atas pintu terdapat sebuah hiasan bermotif lingkaran berdiameter 28 cm dan hiasan bermotif setengah lingkaran. Di atas pintu juga terdapat sebuah ventilasi berbentuk lingkaran yang berisi tiga lingkaran lebih kecil. Foto 2.5. Pintu dinding samping Ruang Jemaat Ruang jemaat berdenah persegi panjang dengan ukuran panjang 17 m dan lebar 8 m. Ruang jemaat terdiri dari nave 4 (badan gereja) dan aisle 5 yang digunakan untuk tempat duduk jemaat. Antara nave dan aisle dipisahkan oleh 4 Nave adalah bagian tengah memanjang dari belakang hingga altar, tempat untuk umat dari sebuah gereja (Yulianto Sumalyo, 2003:544). 5 Aisle adalah ruang memanjang pada gereja paralel di kiri dan kanan dari nave. Biasanya antara nave dan aisle dipisahkan oleh deretan kolom. Kadang aisle untuk sirkulasi atau gang di dalam gereja, kadang juga untuk tempat duduk umat (Yulianto Sumalyo, 2003:539).

9 18 deretan tiang berbentuk balok. Jarak antara deretan tiang ini membentuk lengkungan. Langit-langit di atas ruangan jemaat ini berbentuk setengah lingkaran terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu dua menaungi aisle dan satu menaungi nave. Lantai yang terdapat pada ruang ibadah terbuat dari marmer berbintik-bintik hitam berukuran 20 x 20 cm. Di dinding timur dan barat terdapat masing-masing empat buah jendela. Pada dinding ini juga terdapat ventilasi berbentuk persegi panjang. Di dinding utara terdapat dua buah pintu masuk yang disebut pintu belakang, karena terletak di belakang bangunan. Pintu belakang di sisi kanan dan kiri dinding belakang (sisi utara) memiliki ukuran yang lebih kecil, yaitu tinggi 2,25 m dan lebar 1,05 m. Pintu terdiri dari satu daun pintu berbentuk persegi panjang dan ujung atasnya berbentuk melengkung. Kedua buah pintu ini terletak berdampingan mengapit ruang mimbar yang berbentuk segi delapan. Pintu ini menghubungkan koridor serta ruang persiapan di belakang bangunan utama gereja. Foto 2.6. Pintu Belakang

10 Ruang Mimbar Ruang mimbar berdenah segi enam terdapat di sisi utara bangunan gereja dan ditinggikan 20 cm dari permukaan lantai. Pada ruangan ini diletakkan mimbar berbentuk setengah lingkaran terbuat dari kayu. Lantai mimbar terbuat dari kayu yang dilapisi karpet hijau. Langit-langit di atas mimbar berbentuk setengah kubah. Di dinding ruang mimbar ini terdapat empat buah jendela. Semua jendela pada bangunan ibadah ini bentuk dan ukurannya sama yaitu tinggi 1,73 m dan lebar 0,8 m. Jendela berbentuk persegi panjang dengan ujung atasnya melengkung. Daun jendela dibingkai oleh kerangka kayu berwarna coklat. Di atas dan bawah jendela terdapat hiasan geometris. Foto 2.7. Jendela Menara Menara terletak di bagian depan (selatan) dan tengah bangunan bangunan gereja. Tiap sisi menara berbentuk persegi empat.

11 20 Gambar 2.3. Denah Menara (Koleksi: Ivonne, 2009) Keterangan: : Jendela berderet (clere-story) Menara dibagi secara vertikal menjadi dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas menara. Bagian bawah menara merupakan sebuah ruangan yang menempel di dalam menara. Ruangan yang disebut balkon ini merupakan tempat para pemain musik dan para anggota paduan suara (choir) gereja (lihat Foto 2.8.). Di dinding atas menara terdapat masing-masing 2 (dua) buah jendela bertipe nako yang berbentuk empat persegi dengan ujung atasnya melengkung. Di bagian atas jendela ini terdapat hiasan geometris yang mengikuti bentuk ujung

12 21 atas jendela. Atap menara berbentuk pelana dengan penutup atap berupa genteng berwarna coklat tua. Foto 2.8. Menara GKI Sumut Medan Balkon berbentuk persegi panjang dan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu kanan, tengah, dan kiri. Bagian kiri dan kanan merupakan tempat para anggota paduan suara duduk sedangkan pada bagian tengah yang berukuran 9,73 x 4,3 m diletakkan organ dan alat musik lainnya. Pada bagian tengah terdapat bagian seperti teras yang membentuk segi enam. Lantai pada ruangan ini terbuat dari susunan balok kayu berwarna coklat. Lebar balok kayu ini adalah 10 cm.

13 22 Foto 2.9. Balkon Pada dinding selatan balkon terdapat 3 (tiga) buah jendela berbentuk persegi panjang dengan ujung atas melengkung yang berderet (clerestory 6 ). Jendela terbuat dari kaca bening dan dibingkai oleh kayu berwarna coklat. Ketiga jendela ini berada di dinding depan (selatan) bangunan. Langit-langit balkon ini berupa bidang miring yang terbuat dari susunan papan-papan berwarna coklat. Foto Clerestory 6 Clerestory adalah bagian di atas dari dinding utama gereja, di mana terdapat jendela berderet untuk memasukkan cahaya alami (Sumalyo, 2003:541)

14 Atap Atap merupakan salah satu unsur utama pembentuk ruang dari suatu bangunan (Ching, 2000:117). Atap dibangun sebagai penutup bangunan yang paling atas dan melindungi bangunan dari pengaruh atmosfir (angin, hujan, panas). Atap terdiri dari penopang dan kulit atap yang terpasang. Bagian yang dipasang tergantung dari bahan-bahan (kayu, baja, beton baja) dan kemiringan atap (Neufert, 1996:72). Atap pelana Atap limas Foto Atap berbentuk limas dan atap berbentuk pelana Atap pada bangunan gereja merupakan atap campuran (kombinasi) dari atap limas, atap pelana, dan bentuk segi enam (Neufert, 2002:36). Atap bentuk limas berorientasi utara-selatan dan merupakan atap yang menaungi ruangan ibadah/bangunan utama. Atap bentuk pelana terdapat pada menara dan pada atap di dinding samping (barat-timur) bangunan utama. Sedangkan atap bentuk poligonal (segi enam) merupakan atap yang menaungi ruang mimbar (utara) (lihat Foto 2.11). Atap ini mengikuti bentuk ruang mimbar yang berdenah segi enam.

15 24 Penutup seluruh atap bangunan gereja terbuat dari bahan genteng berwarna coklat tua. Foto Atap bentuk poligonal 2.3. Deskripsi Ornamental Bangunan GKI Sumut Medan Pada bangunan GKI Sumut Medan terdapat beberapa macam ornamen. Ornamen-ornamen ini ada yang berada di dalam bangunan, pada dinding bangunan dan pada komponen pelengkap bangunan. Ornamen yang berada di dalam bangunan adalah tangga dan pelengkung (arch). Ornamen yang berada pada dinding dan komponen pelengkap bangunan berupa pilaster, lubang angin (ventilasi), relung semu, dan motif-motif geometris dan floral. Lokasi penempatan ornamen-ornamen ini dapat dilihat pada Tabel Pelengkung (Arch) Pelengkung pada arsitektur Romawi menjadi salah satu bagian yang penting karena dapat berfungsi untuk menggantikan kolom dan balok dalam membangun bangunan-bangunan yang tinggi dan besar (Sumalyo, 2003:46).

16 25 Pelengkung atau arch merupakan bentuk lengkung yang juga terdapat pada pintu atau jendela (Brett, 1989:24). Pada bangunan GKI Medan bentuk lengkung ini mendominasi semua pintu dan jendela baik itu di tingkat I maupun di tingkat II. Sedangkan pelengkung yang berfungsi menggantikan kolom dan balok berada di tingkat I dengan bentuk yang sama. Pelengkung-pelengkung ini juga berfungsi sebagai pembatas ruangruang. Misalnya saja tiga buah pelengkung yang memisahkan narthex dengan ruang di kiri-kanannya dan memisahkannya dengan nave. Selain itu masih terdapat 10 (sepuluh) pelengkung lain yang terletak di sisi kiri dan kanan ruang ibadah sebagai pemisah antara nave dan aisle. Kesepuluh pelengkung ini dibentuk oleh tiang-tiang balok yang berderet (lihat Gambar 2.1). Foto Pelengkung antara aisle dan nave Pilaster Pilaster adalah ragam hias arsitektur yang berbentuk pilar/tiang tetapi menempel pada dinding. Pilaster dapat ditemukan di kanan dan kiri pintu masuk utama serta pada jendela berderet di tingkat II. Pilaster yang terletak di kanan dan kiri pintu masuk utama berjumlah empat buah dan pilaster pada jendela berderet di tingkat II berjumlah dua buah. Kolom dari pilaster berbentuk silindris, berdiri di atas sebuah alas berbentuk balok dan bagian atas yang menopang bagian pintu

17 26 yang melengkung berbentuk trapesium. Pilaster pada jendela berderet di tingkat II juga memiliki bentuk yang sama dengan pilaster pada pintu masuk utama. Foto Pilaster pada pintu masuk utama dan clerestory Relung Semu Relung semu merupakan hiasan berupa cekungan yang dibentuk pada dinding. Relung semu pada bangunan utama terletak di masing-masing dinding samping bangunan sebanyak 4 (empat) buah, yaitu 3 (tiga) buah berada pada bidang pediment 7 (lihat Foto 2.15) dan sebuah lagi berada di antara jendela di bawah pediment (lihat Foto 2.16). Bentuk semua relung semu ini hampir sama, yaitu persegi panjang dengan ujung atas yang melengkung. Perbedaannya hanya terdapat pada motif yang menghiasi ujung atas relung semu. Ujung atas relung semu yang berada pada bidang pediment lebih menonjol keluar tapi tidak diberi motif seperti pada relung semu yang berada di antara jendela. Motif pada ujung atas relung semu yang berada di antara dua jendela berbentuk deretan setengah lingkaran. 7 Pediment adalah konstruksi berbentuk segi tiga di ujung atap yang berbentuk pelana (Sumalyo, 2003:544).

18 27 Foto Relung semu pada pediment Foto Relung semu di antara dua jendela Lubang Angin/Ventilasi Lubang angin/ventilasi adalah sebuah komponen yang membantu sirkulasi udara di dalam bangunan. Lubang angin/ventilasi terdapat pada hampir seluruh bagian atas pintu dan jendela. Ada dua jenis lubang angin yang terdapat pada bangunan Gereja Kristen Indonesia Medan, yaitu: 1. Berbentuk deretan persegipanjang, ada lima buah dan hanya dijumpai di dinding samping bangunan (barat-timur) yaitu di bagian bawah dinding.

19 28 2. Berbentuk tiga lingkaran, dua buah di dinding depan bangunan (selatan) dan tiga buah di dinding samping bangunan (barat - timur) yang terletak di atas jendela. Foto 2.17 dan Lubang angin berbentuk deretan persegi panjang (atas) dan berbentuk tiga lingkaran (bawah) Motif Geometris Motif geometris adalah motif yang dibentuk dari bidang-bidang datar seperti, lingkaran, persegi empat, segitiga dan lain-lain. Motif geometris yang terdapat dalam bangunan GKI adalah: a. Motif Segi Empat Hiasan berbentuk persegi empat terdapat pada dinding balkon yang menghadap mimbar. Bentuk hiasan ini adalah tiga buah persegi empat yang disusun berurutan mulai dari ukuran paling kecil di bagian tengah sampai ukuran paling besar di bagian luar. Hiasan berbentuk persegi empat juga terdapat pada sisi kiri dan kanan dinding mimbar serta sisi atas sandaran mimbar. Motif berbentuk persegi panjang dapat juga ditemukan pada semua sisi permukaan kaki mimbar dan pada penutup bangku majelis.

20 29 Foto 2.19 dan Motif berbentuk persegi pada balkon (kiri) dan pada sandaran mimbar (kanan) Motif berbentuk bidang persegi panjang dengan pelengkung di atasnya terdapat pada sisi sandaran atas bangku majelis. Foto Bidang persegi panjang dengan pelengkung di atasnya b. Kotak-kotak kecil persegi dan segi tiga Hiasan yang dimaksud adalah kotak-kotak kecil berbentuk persegi dan segi tiga yang disusun menjadi sebuah kumpulan yang beraturan. Hiasan seperti ini dapat ditemukan pada bagian kepala tiang yang memisahkan aisle dan nave (lihat Foto 2.22).

21 30 Foto Kotak-kotak kecil yang menghiasi bagian atas tiang c. Setengah lingkaran Hiasan berbentuk setengah lingkaran dapat ditemukan di atas lengkungan jendela (lihat Foto 2.22) dan di atas lengkungan pintu masuk samping. Foto 2.23 dan Garis berbentuk setengah lingkaran di atas jendela dan di atas pintu samping d. Garis berbentuk zig-zag Garis berbentuk zig-zag adalah sebuah garis yang membentuk sudut-sudut lancip. Hiasan garis seperti ini dapat ditemukan pada bagian atas pintu masuk utama yang melengkung (lihat Foto 2.25) dan pada pelengkung yang memisahkan aisle dan nave (lihat Foto 2.26).

22 31 Foto 2.25 dan Garis-garis yang membentuk zig-zag pada bagian atas pintu masuk utama dan pada pelengkung e. Lingkaran Hiasan berbentuk lingkaran hanya terdapat di atas kedua pintu masuk samping di dalam sebuah bingkai berbentuk setengah lingkaran. Foto Bidang lingkaran di atas pintu masuk samping f. Spiral Hiasan berupa spiral dapat ditemukan pada ujung kanan-kiri bagian atas dan bawah alas untuk bersujud (lihat Foto 2.28), ujung kanan-kiri balustrade altar (lihat Foto 2.29) dan pada ujung bawah tangan tangga mimbar (lihat Foto 2.30).

23 32 Foto 2.28 dan Motif berbentuk spiral pada alas untuk berlutut (kiri) dan pada balustrade altar (kanan) Foto Motif berbentuk spiral pada tangan tangga mimbar g. Deretan Kotak-kotak Persegi Hiasan ini berupa persegi empat membentuk kotak-kotak kecil dan menonjol ke luar dinding. Hiasan ini terdapat pada tepian kedua anak atap dinding samping (lihat Foto 2.31) dan tepian atap segi enam yang menaungi ruang mimbar (lihat Foto 2.32). Hiasan yang sama juga terdapat di bagian bawah jendela dinding depan (lihat Foto 2.33) dan dinding samping bangunan serta di bagian atas jendela berderet di tingkat II (lihat Foto 2.34).

24 33 Foto 2.31 dan Hiasan deretan kotak-kotak persegi pada tepian anak atap dinding samping dan pada atap yang menaungi ruang mimbar Foto 2.33 dan Hiasan deretan kotak-kotak persegi di bagian bawah jendela dan di bagian atasjendela berderet di tingkat II Motif Floral Motif floral adalah motif berupa tumbuh-tumbuhan seperti bunga, daun, tangkai, dan buah yang dipahatkan pada sebuah sisi bangunan atau pada sebuah permukaan benda. Motif floral ini biasanya mengandung makna simbolik pada beberapa kepercayaan tertentu. Motif floral yang terdapat dalam bangunan GKI adalah: a. Bunga Hiasan menyerupai bunga ini terdiri dari empat buah kelopak bunga yang setiap ujung kelopaknya menghadap empat penjuru mata angin. Hiasan ini terlihat pada sisi atas balustrade altar (lihat Foto 2.35).

25 34 Foto Hiasan menyerupai bunga b. Daun Ada dua jenis motif daun yang ada pada bangunan GKI yaitu daun Achantus yang menghiasi kepala penyangga atap sandaran bangku majelis dan sandaran mimbar. Satu lagi adalah hiasan dengan berdaun tiga yang terdapat pada bagian bawah pintu masuk utama yang melengkung. Foto Hiasan berbentuk daun pada bagian bawah pelengkung pintu utama

26 35 Tabel 2.1. Lokasi Penempatan Ornamen pada Bangunan GKI Sumut Medan KOMPONEN Pelengkung (arch) Pilaster LOKASI Pada ruang jemaat yang memisahkan aisle dan nave Kanan dan kiri pintu masuk utama, jendela berderet di tingkat II Relung semu Lubang angin Motif Segi empat Motif kotak dan segi tiga Motif setengah lingkaran Motif Zig-zag Motif lingkaran Motif Spiral Deretan kotak persegi Motif Bunga Motif Daun Dinding samping Berbentuk 3 lingkaran dan persegi panjang Dinding dalam balkon, permukaan tubuh dan kaki mimbar, sandaran bangku majelis Bagian atas tiang dalam bangunan Dinding atas pintu masuk samping dan jendela Dinding atas pintu masuk utama, dinding pelengkung pemisah nave dan aisle Dinding atas pintu masuk samping Alas bersujud, tangga mimbar, balustrade mimbar Tepian anak atap berbentuk pelana, bawah jendela tingkat I, atas jendela berderet tingkat II, tepian atap yang menaungi mimbar Balustrade mimbar Dinding atas pintu masuk utama 2.4. Deskripsi Kelengkapan Bangunan GKI Sumut Medan Ada beberapa komponen pelengkap yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah bangunan gereja. Komponen pelengkap ini berupa beberapa furniture di dalam gereja, seperti mimbar, bangku majelis, bangku jemaat, bangku pendeta, alas untuk bersujud, papan pengumuman, dan lampu gantung. Berdasarkan wawancara dengan Pendeta Teguh Haryanto, STh., selaku pendeta yang melayani

27 36 di Gereja Kristen Indonesia Medan, furniture di dalam bangunan masih furniture yang asli, artinya belum pernah diganti sejak awal bangunan ini berdiri. Ruangan Ibadah Balkon Gambar 2.4. Denah Keletakan Kelengkapan Bangunan Pada Ruang Bangunan Ibadah dan Balkon Keterangan: A : Mimbar B : Bangku Majelis C : Bangku Jemaat (Individu) D : Bangku Jemaat (Panjang) E : Bangku Pendeta F : Alas Bersujud G : Papan Pujian

28 37 Beberapa komponen pelengkap yang ada di dalam bangunan GKI Sumut Medan adalah: Mimbar Mimbar gereja Kristen Indonesia Medan berada di atas sebuah altar yang berada setinggi 20 cm dari permukaan ruang jemaat (bangunan ibadah). Peninggian lantai ini menjadi pembeda antara area tempat umat dan area pemimpin ibadah. Di sisi paling depan mimbar terdapat sebuah balustrade berwarna coklat dan terbuat dari kayu yang sebagai pembatas area ini. Mimbar terbuat dari bahan kayu jati setinggi 2,15 m dan bentuk dasarnya adalah segi enam. Mimbar ini terbagi menjadi dua susun, dan antara susunan pertama serta kedua dibedakan atas dasar bentuk pola hias yang dibentuk pada masing-masing dinding mimbar tersebut. Foto Mimbar Gereja

29 38 Di kedua sisi mimbar terdapat tangga yang bentuknya agak melingkar mengikuti bentuk mimbar dan memiliki enam buah anak tangga. Di bagian dalam mimbar diletakkan sebuah meja berbentuk persegi empat sebagai tempat Alkitab Pendeta. Di bagian paling belakang mimbar terdapat sebuah sandaran yang terbuat dari bahan kayu jati dan menempel di dinding dan memanjang ke atas. Di atas sandaran ini terdapat pahatan ayat Alkitab yang berbahasa Belanda yang isinya Uw woord is geen lamp voor myn pad. Tangga untuk naik ke atas mimbar dilengkapi oleh pegangan yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan mimbar, yaitu kayu jati. Hampir di seluruh sisi mimbar, mulai dari sandaran mimbar sampai ke kaki mimbar terdapat hiasan. Pada sandaran mimbar hiasan berupa motif persegi empat dan persegi panjang. Pada tubuh mimbar terdapat hiasan berupa motif persegi empat yang di dalamnya terdapat motif persegi panjang berukuran kecil. Hiasan seperti ini terdapat di keempat sisi tubuh mimbar kecuali sisi bagian tengah. Foto Hiasan pada bagian atas sisi mimbar Pada sisi bagian tengah ini terdapat hiasan dua tangkai daun/bulir padi, hiasan berupa huruf (P dan X), lambang (Α dan Ω), dan hiasan berupa spiral. Di depan hiasan ini terdapat dua buah penyangga berbentuk pilaster setinggi 1,15 m yang menopang meja Alkitab Pendeta (lihat Foto 2.37). Motif P dan X ini dikenal dengan istilah Labarum atau Chi-Rho (Gambar 2.5). Motif ini melambangkan

30 39 CHRESTON, sesuatu yang baik atau pertanda baik, dan digunakan di Yunani sebagai penanda bagian yang penting. Dalam kekeristenan, Labarum dianggap sebagai Chi-Rho, dua huruf pertama dari Christ. Lambang ini juga biasanya digambarkan pada jubah tentara perang sebagai tanda mereka di bawah perlindungan Kristus. Lambang ini juga biasanya digambarkan bersama-sama dengan lambang Alpha dan Omega (Cooper, 1978:92). Lambang Alpha diartikan sebagai permulaan atau awal. Lambang Omega diartikan sebagai akhir. Kedua lambang ini apabila digambarkan bersama maka menggambarkan kesempurnaan; awal dan akhir dari segalanya. Α dan Ω terkadang dilukiskan sebagai rajawali dan burung hantu, siang dan malam, dan pada kekeristenan mereka muncul sebagai salib dan Chi-Rho (Cooper, 1978:10,122). Gambar 2.5. Labarum (Sumber: Cooper, 1978) Foto Hiasan pada bagian tengah mimbar Pada kaki mimbar terdapat hiasan berupa motif persegi panjang yang di dalamnya juga terdapat motif persegi panjang lainnya dengan ukuran yang lebih kecil. Hiasan pada ujung atas dan bawah tangan tangga berbeda, yaitu di ujung atas tangan tangga hiasannya berupa bunga sedangkan di bagian bawah tangan tangga hiasannya hanya berupa spiral.

31 Bangku Majelis Bangku majelis yang terdapat di bangunan GKI Sumut Medan ada dua buah. Di sisi kiri maupun kanan ruang jemaat (bangunan ibadah) terletak masingmasing sebuah bangku yang saling berhadapan. Bangku-bangku ini hanya diperuntukkan bagi anggota majelis, apabila diadakan kebaktian di gereja ini. Bangku majelis sepanjang 3,74 m ini dibuat dari bahan kayu jati berwarna coklat. Bangku majelis ini memiliki sandaran di belakang, juga memiliki meja sepanjang ukuran bangku tersebut yang menjadi satu dengan tempat duduknya. Meja panjang ini berfungsi untuk meletakkan Alkitab. Bangku majelis ini terdiri dari tiga bagian dan disusun berjajar. Bagian terdepan adalah batas bangku majelis, berbentuk persegi panjang dengan hiasan enam buah motif segi empat di permukaan bagian luarnya. Di bagian dalam pembatas bangku majelis ini terdapat meja memanjang yang digunakan untuk meletakkan Alkitab. Bagian tengah adalah bangku pertama yang bagian belakangnya juga menyatu dengan meja memanjang untuk meletakkan Alkitab. Bagian paling belakang adalah bangku kedua yang menyatu dengan sebuah sandaran yang tinggi. Sandaran ini memanjang ke atas setinggi 2,12 m dan di bagian atasnya ada sebuah pelindung mirip atap yang ditopang oleh dua buah pilaster. Pada bagian pelindung atau atap ini diberi lampu yang memberi pencahayaan ke arah bangku majelis. Pada permukaan sandaran ini terdapat hiasan berupa motif persegi panjang yang melengkung bagian atasnya sebanyak enam buah dan berderet. Data ukuran bangku majelis: Lebar : 16 cm, 48 cm, 48 cm Panjang : 3,74 m Tinggi bagian muka : 1,03 m Tinggi bagian belakang : 1,09 m Foto Bangku majelis

32 Bangku Jemaat Bangku jemaat adalah bangku yang digunakan para jemaat selama ibadah berlangsung dan diletakkan pada nave. Bangku jemaat yang berada di dalam bangunan utama gereja sudah pernah mengalami pergantian. Namun demikian bentuk bangku yang masih terlihat kekunoannya masih terdapat di dalam gereja ini. Ada dua jenis bangku jemaat, yaitu: (1) Bangku panjang, terbuat dari kayu jati sepanjang 2,52 m dan memiliki sebuah sandaran di belakangnya. Ada 18 buah bangku panjang yang dapat diduduki oleh sekitar 10 jemaat. Data ukuran: Tinggi : 83 cm Panjang : 2,52 m Lebar : 49 cm Foto Bangku jemaat tipe panjang (2) Bangku individual, kerangkanya terbuat dari kayu berwarna coklat dan alas duduknya terbuat dari bahan rotan. Ada 58 buah bangku individual yang seperti hanya dapat diduduki oleh satu orang jemaat dan terdapat dalam bangunan utama. Data ukuran : Tinggi : 83 cm Panjang : 57 cm Lebar : 54 cm Foto Bangku jemaat tipe individual

33 Bangku Pendeta Bangku pendeta adalah bangku yang diletakkan tepat di belakang meja mimbar dan digunakan oleh pendeta pada saat memimpin ibadah. Di dalam bangunan gereja hanya ada satu bangku seperti ini. Bentuknya hampir sama dengan bangku jemaat tipe individual, hanya saja warna bangku ini lebih terang dan tangan bangku ini diberi hiasan kisi-kisi yang tidak dimiliki bangku-bangku lainnya. Pada ujung kanan-kiri atas sandaran bangku juga terdapat sebuah hiasan berupa spiral. Data ukuran: Tinggi : 84 cm Panjang : 59 cm Lebar : 48 cm Foto Bangku pendeta Alas untuk Bersujud Benda ini bentuknya seperti bangku karena memiliki sandaran, alas duduk, dan kaki, hanya saja kaki dan alas duduknya sangat pendek (lihat Foto 2.44). Alas yang digunakan untuk menumpu lutut dan meletakkan tangan saat berdoa dilapisi oleh busa berwarna merah muda. Di ujung kiri-kanan bagian atas dan bawahnya berupa hiasan berbentuk spiral. Apabila benda ini tidak digunakan maka benda ini diletakkan di belakang mimbar.

34 43 Data ukuran: Tinggi : 74 cm Panjang : 1,2 m Lebar : 40 cm Foto Alas untuk berlutut Papan Pujian dan Bacaan Papan Pujian dan Bacaan ini digunakan untuk menuliskan nomor-nomor lagu pujian dan ayat-ayat Alkitab yang menjadi khotbah pada saat ibadah berlangsung. Papan ini terbuat dari kayu berwarna coklat tua dan diletakkan di kedua sisi dinding bagian utara ruang jemaat dan menghadap jemaat. Papan Pujian dan Bacaan ini berbentuk persegi panjang dengan bagian atasnya melebar ke depan menyerupai atap. Data ukuran: Panjang : 110 cm Lebar : 58 cm Lebar bagian atas : 64 cm Foto Papan pujian dan bacaan

35 Lampu Gantung Ada tiga buah lampu gantung yang indah di dalam gereja. Ketiga lampu gantung ini bentuk dan warnanya sama. Lampu ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas yang dikelilingi oleh lampu kecil menyerupai lilin dan bagian bawah tempat dipasang bola lampu yang berbentuk jajaran genjang. Foto Lampu gantung

36 45 BAB 3 ANALISIS ARSITEKTURAL DAN ORNAMENTAL Dengan masuknya Kristen ke Indonesia, tentunya memberikan suatu perubahan terhadap kebudayaan lokal yang ada sebelum Kristen masuk. Salah satunya adalah perubahan religi dan kepercayaan lokal masyarakat setempat menjadi pemeluk agama Kristen. Di samping itu, juga terjadi proses pencampuran budaya yang dapat terlihat dari kebudayaan materi yaitu berupa peninggalan Kristen yang ada di Indonesia, seperti gereja. Pencampuran budaya ini dikenal dengan istilah akulturasi. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan latar belakang budaya sendiri dihadapkan oleh unsur-unsur kebudayaan yang berbeda dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur budaya yang berbeda itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan setempat tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat, 1990: ). Dalam proses tersebut umumnya kebudayaan yang ada sebelum kebudayaan asing masuk tetap dipertahankan sehingga proses akulturasi ini sama sekali tidak menghilangkan kebudayaan setempat. Kemampuan kebudayaan setempat dalam mempertahankan diri dikenal dengan istilah Local Genius. Istilah Local Genius pertama kali dikenalkan oleh Quaritch Wales dalam karangannya yang berjudul Culture Change in the Greater India dalam Journal of the Royal Asiatic Society (1948). Pengertian Local Genius menurutnya adalah kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan tersebut berhubungan. Sarjana lain yang mengembangkan konsep ini adalah F.D.K. Bosch. Berbeda dengan pendapat yang pertama, Bosch lebih menitikberatkan perhatiannya pada pelaku penerima kebudayaan itu (Magetsari, 1986:56). Kedudukan Local Genius ini sentral, karena merupakan kekuatan yang mampu bertahan terhadap unsur-unsur yang datang dari luar dan yang mampu pula berkembang untuk masa-masa mendatang (Puspawardoyo, 1986:33). Sebagai suatu konsekuensi logis dari hal di atas menyebabkan di dalam pembangunan bangunan gereja ditentukan oleh kreasi dari pembuat gereja yang

37 46 tentunya dilatarbelakangi oleh faktor lingkungan dan faktor sosial budaya di mana gereja tersebut didirikan. Hal ini memperlihatkan bahwa bangunan gereja sebagai bangunan sakral umat Kristiani menunjukkan keberadaan konsep Local Genius. Local Genius di sini mengacu kepada adanya pemakaian atau pun usaha untuk mempertahankan elemen-elemen dari unsur kebudayaan yang telah ada sebelum Kristen masuk, seperti elemen dari kebudayaan pra kristen atau elemen-elemen dari kebudayaan tradisional suatu daerah. Untuk dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka pada bab ini dilakukan studi perbandingan antara GKI Sumut Medan dengan bangunan-bangunan yang memiliki kesamaan arsitektural dan ornamental. Perbandingan ini meliputi perbandingan arsitektur dan ragam hias. Tujuan dari studi perbandingan ini adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan unsurunsur arsitektural dan ornamental pada bangunan GKI Sumut Medan dengan bangunan-bangunan yang dibandingkan sehingga untuk selanjutnya dapat diketahui unsur mana yang merupakan komponen asli daerah Sumatra Utara dan mana yang merupakan unsur dari luar daerah Sumatra Utara serta keunikan atau khas yang ada di bangunan GKI Sumut Medan. 3.1 Analisis Arsitektural Komponen arsitektural merupakan komponen bangunan yang cara pengerjaannya dilakukan bersamaan dengan pengerjaan bangunan secara keseluruhan. Komponen yang bersifat arsitektural ini berupa komponenkomponen bangunan yang secara tekhnis merupakan struktur yang menerima beban konstruksi tertentu atau kontruksi bangunan secara keseluruhan. Dapat juga berupa komponen bangunan yang menjadi faktor terbentuknya bangunan (Snyder & Catanese, 1984: ) Bangunan peninggalan dari masa lampau sangat beragam jenis bahan, bentuk, ukuran maupun fungsinya. Penelitian ini membahas peninggalan bangsa Eropa yang berfungsi sebagai bangunan peribadatan, yaitu gereja. Peninggalan berupa gereja cukup banyak ditemukan di Indonesia. Melihat banyaknya peninggalan gereja, tampaknya peranan objek tersebut sangat penting. Dengan

38 47 kata lain, gereja mempunyai arti dan nilai tersendiri dalam kehidupan masyarakat pada masanya. Gereja merupakan suatu karya arsitektur karena memenuhi syarat-syarat untuk suatu karya arsitektur, yaitu dapat digunakan untuk menjalankan aktifitasaktifitas, mengkomunikasikan pengalaman dan alam pikiran melalui bentuk, serta konstruksinya stabil dan tahan lama (Hendraningsih, 1982:46). Arsitektur dipengaruhi oleh banyak hal, yang paling berpengaruh adalah letak geografis, geologi, iklim, keadaan sosial dan kepercayaan (Atmadi, 1988:52). Geografi dan iklim di Eropa adalah dingin, sedangkan keadaan geografi dan iklim di Indonesia adalah tropis lembab. Karena perbedaan iklim dan udara di Eropa berbeda dengan di Indonesia maka tidak semua unsur bentuk arsitektur Eropa sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Perlu adanya adaptasi atau penyesuaian dengan iklim dan keadaan alam di Indonesia Denah dan Fondasi Bangunan utama GKI Sumut Medan memiliki denah berbentuk persegi panjang dan simetris. Bagian tengah adalah nave yang diapit oleh aisle tunggal (satu lajur) di kiri dan kanan (lihat Gambar 3.1). Bentuk ini banyak digunakan oleh gereja-gereja Protestan di Medan dan di Jakarta seperti Gereja Sion dan Gereja Anglikan (Heuken, 2003:60, 178). Denah gereja seperti ini mengikuti bentuk denah gereja pada zaman Kristen Awal. Pada zaman inilah pertama kali dikenal bentuk ini karena pada zaman inilah agama Kristen mulai diakui menjadi agama Negara. Bangunan Basilika yang berdenah persegi panjang menjadi pilihan model bangunan ibadah karena tata ibadah agama Kristen menekankan pada prosesi yang berlangsung melalui ruang jemaat menuju ke altar sebagai klimaksnya (Raeburn, 1988:83).

39 48 Gambar 3.1. Perbandingan Denah GKI Medan dengan gereja Anglikan (kanan atas), gereja Sion (kiri bawah) dan bangunan basilika (kanan bawah)

40 49 Sedangkan ruang mimbar bangunan GKI Sumut Medan berdenah poligonal (segi banyak), yaitu segi delapan. Bentuk poligonal ini tidak banyak ditemukan pada gereja-gereja Protestan di Indonesia. Kebanyakan denah ruang mimbar yang digunakan adalah berbentuk persegi empat, sedangkan bentuk poligonal biasanya digunakan untuk ruang kapel. Contohnya adalah kapel tertua di Indonesia yaitu kapel Kasteel yang dibangun pada tahun 1644 (Heuken, 2003:17). Bangunan GKI Sumut Medan yang berorientasi utara-selatan ini juga dipengaruhi oleh keadaan tropis di Indonesia. Apabila fasade bangunan berada di bagian selatan atau utara maka akan menerima lebih sedikit panas dan cahaya matahari. Tetapi apabila fasade bangunan berada di bagian barat atau timur maka akan sebaliknya (Lippsmeier, 1994:101). Oleh karena itu faktor orientasi bangunan ini ikut mempengaruhi kenyamanan di dalam bangunan. Pengertian fondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan gereja dengan tanah tempat di mana bangunan didirikan. Fondasi bangunan GKI Sumut Medan berfungsi sebagai struktur yang menerima dan mengalihkan beban bangunan ke tanah. Teknik pembuatan fondasi bangunan ini adalah teknik tidak langsung, yaitu teknik pembuatan fondasi yang sebagian tubuh fondasi dipendam di dalam tanah. Secara teknis fungsi fondasi ini adalah agar beban bangunan tidak langsung diterima atau disangga oleh permukaan tanah, melainkan penerimaan atau penyanggaan beban akan dibantu oleh bagian fondasi yang diperkeras di dalam tanah (Surjomihardjo, 1977:25). Selain peran teknis tersebut, fondasi ini juga mempunyai peran non-teknis, yaitu struktur fondasi masif yang tebal, tinggi dan padat memberi kesan suatu kemegahan dan kekuatan bagi dindingnya. Pada umumnya bangunan-bangunan yang didirikan pada masa kolonial mempunyai fondasi masif (kokoh). Kesan kokoh dapat dilihat dari bentuknya yang tinggi (dari permukaan tanah), ketebalan dan kepadatan bahannya. Kesan kokoh ini terlihat pada bangunan GKI Sumut Medan dan bangunan-bangunan lain yang dibuat pada zaman Kolonial.

41 Tiang Bentuk-bentuk tiang pada suatu bangunan sangat tergantung kepada gaya seni bangunan yang diterapkan. Struktur tiang-tiang bergaya seni bangunan Eropa disebut order, yaitu komponen bangunan yang terdiri dari dasar (base), batang tiang, mahkota tiang dan penghubung antar tiang (entablature) (Wolf, 1951:248). Tiang-tiang pada GKI Medan berbentuk balok, yaitu berbentuk empat persegi pada dasarnya. Tiang-tiang ini terdapat pada ruang utama. Tiang-tiang ini secara teknis berfungsi sebagai struktur yang menopang konstruksi atap pada ruang nave. Fungsi non-teknis tiang-tiang ini adalah sebagai pembatas, nave dan aisle. Bidang yang menghubungkan antar tiang-tiang balok berbentuk lengkung. Di dalam sejarah gaya seni bangunan Eropa, bentuk lengkung pertama kali digunakan sebagai unsur bentuk bangunan pada masa Romawi Kuno (gaya seni bangunan Romawi). Pada masa kekaisaran Romawi, bentuk lengkung ini pada mulanya dipakai pada bangunan pintu gerbang kerajaan, yaitu tempat berlalu lalangnya para pasukan lengkap dengan kuda-kuda dan kereta perang mereka (Sumalyo, 2003:46-47). Bentuk tiang pada bangunan GKI Sumut Medan berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tiang-tiang pada bangunan Eropa. Hal ini disebabkan ukuran bangunan GKI Sumut Medan juga tidak sebesar bangunan-bangunan yang dibangun pada zaman Kolonial. Dari perbandingan tersebut dapat diambil suatu gambaran bahwa arsitek atau perancang bangunan GKI Sumut Medan hanya ingin menonjolkan pengaruh (dominasi) gaya seni bangunannya melalui tiang-tiangnya yang disusun berderet di bagian samping kanan dan kiri bangunan GKI Sumut Medan. Pemakaian gaya seni bangunan yang ditunjukkan melalui tiang-tiang itu lebih ditekankan kepada unsur bentuk, tetapi tidak ditampilkan pada segi (faktor) ukurannya. Jumlah tiang disesuaikan dengan berat beban yang ditopang agar tidak terlalu berat, sehingga setiap tiang menopang beban berat yang sama atau merata. Dipakainya kembali unsur-usur gaya seni bangunan Romawi, seperti bentuk lengkung menunjukkan bahwa arsitek atau perancang bangunan GKI Sumut Medan berusaha menampilkan gaya seni bangunan neo-klasik romawi pada bangunan GKI Sumut Medan ini (lihat Foto 3.1).

42 51 Foto 3.1. Tiang-tiang balok dan bentuk lengkung pada bidang di atasnya Dinding Bagian badan bangunan memiliki hubungan yang erat dengan struktur penyangga beban di atasnya. Ada dinding yang berfungsi struktural sebagai penopang bagian atas dan ada juga dinding yang hanya berfungsi sebagai pembentuk dan penutup ruangan. Pada bangunan GKI Sumut Medan hanya terdapat dinding yang secara struktural berfungsi sebagai penyangga bagian atas, yaitu penyangga langit-langit dan atap. Langit-langit bangunan GKI Sumut Medan yang berbentuk lengkungan menyebabkan dinding bagian dalam bangunan ada yang mempunyai bentuk melengkung. Dinding bangunan GKI Sumut Medan yang tingigi dengan ketebalan ± 20 cm menjadikan bangunan GKI Sumut Medan tetap nampak kokoh dan mampu bertahan dalam waktu cukup lama. Dinding yang tebal dan padat ini juga dimaksudkan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang berasal dari luar bangunan. Dengan tingkat kebisingan yang kecil akan mengurangi pengaruh

43 52 buruk terhadap suara-suara di dalam ruangan, terutama bila sedang berlangsung ibadah. Struktur dinding GKI Sumut Medan yang tebal dan tinggi memungkinkan untuk menunjang komponen-komponen bangunan lainnya yang juga terdapat (ditempatkan) di dinding, seperti struktur-struktur pintu dan jendela yang masingmasing berukuran besar. Kadang-kadang terdapat pula bentuk jendela dan pintu semu, yaitu berupa suatu pahatan atau bagian dari hiasan dan bukan merupakan lubang dari dinding. Balkon yang terdapat di bagian depan (selatan) bangunan GKI Sumut Medan sebagian bebannya juga disangga oleh struktur dinding. Dinding yang tebal ini juga sangat mendukung kenyamanan di dalam bangunan. Dinding tebal mempunyai sifat lamban menjadi panas, sehingga pada siang hari udara di dalam bangunan tidak langsung menjadi panas. Ketika dinding ini panas maka udara di luar sudah menjadi dingin akibat pergantian siang hari ke malam hari (Mangunwijaya, 1981:125). Hal ini menyebabkan ruangan di dalam bangunan tidak terganggu oleh dinginnya udara luar ketika malam hari Atap Bangunan GKI Sumut Medan merupakan salah satu bangunan yang memakai konstruksi atap tradisional Indonesia, yaitu konstruksi atap miring. Konsepsi konstruksi atap tradisional (miring) adalah bentuk atap yang dilapisi rumbia atau sirap (Frick, 1980:37). Kemudian bahan rumbia atau sirap ini digantikan oleh orang-orang pendatang dari Eropa, khususnya orang-orang Belanda, dengan menggunakan bahan genteng. Atap miring juga dimaksudkan agar ketika hujan maka air hujan langsung turun ke bawah. Pembuatan atap pada bangunan GKI Sumut Medan juga mengikuti prinsip atap dingin yang digunakan pada daerah-daerah tropis. Prinsip ini adalah pembuatan atap dua lapis (lapisan struktur penutup atap dan lapisan langit-langit) yang membentuk ruang sehingga terdapat rongga atau bantalan udara di antara kedua lapisan tersebut. Prinsip ini yang akan mendinginkan udara pada ruangan di bawahnya (Lippsmeier, 1994:83). Konstruksi atap bangunan GKI Sumut Medan merupakan atap kombinasi yang terdiri dari atap limas, atap pelana, dan bentuk poligonal.

44 53 Gambar 3.2. Atap Kombinasi tampak atas (Sumber: Dep. Pendidikan, 1997) Konstruksi atap limas terdapat pada bangunan utama dan menaungi ruang ibadah. Konstruksi atap limas terbentuk dari empat jurai yang saling membentuk bidang dua segi tiga pada sisi depan dan belakang dan dua bidang segi empat pada sisi kanan dan kiri. Kemiringan bentuk atap yang relatif curam dimaksudkan agar dapat mengalirkan curahan air hujan dan agar memungkinkan mendapatkan cahaya dari sinar matahari setiap waktu. Selain itu, bidang-bidang segi tiga juga dihubungkan dengan sebuah kerangka lurus yang dibentangkan dari depan ke belakang atau sebaliknya, sehingga keseluruhan konstruksi atap dapat berdiri tegak dan kuat. Bagian terbawah konstruksi atap dan bagian puncak dindingdinding terdapat langit-langit yang berfungsi sebagai komponen yang menahan panas matahari yang datang dari konstruksi atap.

45 54 Gambar 3.3. Atap Limas (Sumber: Neufert, 1996) Konstruksi atap pelana berada di dinding samping (barat-timur) bangunan utama. Konstruksi atap pelana terbentuk dari susunan kerangka segi tiga yang juga disusun berjajar. Secara teknis pembuatan konstruksi atap pelana (atap kampung) tidak berbeda dengan konstruksi atap limas, yang membedakan keduanya hanya pada konstruksi bidang penutup atap, dimana konstruksi atap pelana hanya ada dua yang berbentuk persegi empat. Langit-langit pada bangunan GKI Sumut Medan berbentuk lengkungan. Pada ruang mimbar langit-langitnya berbentuk kubah (dome). Ada beberapa teori yang menyatakan bentuk kubah ini menambah kesan suci pada ruang mimbar, yaitu: a) Kubah dianggap sebagai bola langit yang menggambarkan pergerakan melingkar dari bintang-bintang. Apabila bentuk kubah ini dipadukan dengan denah yang berbentuk empat persegi maka akan menjadi prinsip yang saling melengkapi dan berhubungan dengan timbulnya dunia (Andrian, 1990:60). b) Hubungan antara kubah dengan dasarnya, secara simbolis dinyatakan dengan sumbu sebagai penyatuan dari esensi universal dan substansi

46 55 universal. Bentuk kubah yang seperti bola ini dapat dianggap langit (heaven), kesempurnaan dan keabadian. Sedangkan bentuk empat persegi menggambarkan simbol pemikiran manusia yang jamak dan tidak mencapai kesempurnaan (Cirlot, 1971:47). c) Dalam bahasa Yunani, rumah adalah domos; dan dalam bahasa Latin domus atau dome (kubah). Mereka mempercayai bahwa rumah adalah kubah langit, yang perwujudannya adalah bahwa sebuah daerah kekuasaan selalu ditandai dengan sebuah kubah (Andrian, 1990:266). Bentuk kubah pada langit-langit ruang mimbar bangunan GKI Sumut Medan dan dipadukan dengan denah ruang ibadah yang berbentuk empat persegi panjang sesuai dengan ketiga teori di atas, yang intinya adalah bentuk kubah dianggap lebih suci dibandingkan bentuk empat persegi. Oleh karena itu ruang mimbar diberi langit-langit berbentuk kubah. Dari hasil analisis ini diketahui bahwa pada arsitektur atau konstruksi bangunan GKI Sumut Medan dapat ditemukan unsur-unsur lokal dan luar, seperti: Unsur lokal terlihat pada atapnya yang berbentuk limas dan pelana. Penggunaan atap limas dan pelana agar dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan gangguan-gangguan yang terjadi akibat iklim tropis di Indonesia, seperti hujan ke bawah dan tidak terjadi penggenangan pada atap. Sehingga kegiatan ibadah di dalam bangunan dapat berlangsung dengan nyaman. Unsur luar terlihat pada denah, pondasi, tiang dan dinding. Denah berbentuk segi empat berasal dari bentuk bangunan Basilica di Eropa. Pondasi masif yang kokoh juga digunakan untuk menopang bangunan besar dengan dinding-dinding tebal di atasnya. Deretan tiang di dalam bangunan juga menunjukkan ciri khas pada masa Romawi. Sedangkan bangunan tradisional Melayu hanya menggunakan bahan kayu sebagai fondasi, tiang, dan dinding (lihat Gambar 3.5).

47 56 Gambar 3.4. Rumah Tradisional Melayu (Sumber: Sinar, 1993) 3.2 Analisis Ornamental Berbagai ornamen pada bangunan GKI Sumut Medan yang digunakan sebagai pelengkap atau penghias terdapat pada bagian dalam bangunan, pada dinding bangunan, dan pada komponen pelengkap bangunan. Ornamen-ornamen ini tidak mempunyai pengaruh langsung pada konstruksi bangunan. Artinya, ada atau tidaknya ornamen tersebut tidak akan berpengaruh langsung pada keseluruhan konstruksi. Ornamen-ornamen ini biasanya terdapat pada bidangbidang yang terbentuk oleh sistem arsitektur Pintu Pintu adalah komponen yang dapat digerakkan dan merupakan penutup bagian yang terbuka pada suatu bangunan. Kegunaan atau fungsi utama pintu bangunan adalah jalan masuk atau keluar bangunan, sedangkan fungsi lainnya adalah sebagai pelindung, terutama ruang dalam bangunan (interior) dari cuaca buruk dan sebagainya (Brett, 1989).

48 57 Dari keseluruhan jumlah pintu yang ada, pintu pada bangunan GKI Medan hanya sejenis, yaitu pintu berdaun pintu papan kayu. Pintu ini terdiri dari dua macam, yaitu: a. berdaun pintu ganda ( lihat Foto 2.3), dan b. berdaun pintu tunggal (lihat Foto 2.4 dan 2.5). Pintu-pintu ini memiliki tingkat kerapatan yang cukup memadai untuk menahan dan mengurangi kebisingan dari luar ruangan, karena daun-daun pintunya terbuat dari papan kayu yang tebal. Secara non-teknis, pintu besar dan tebal yang dipadukan dengan bentuk kusen pintu yang tebal dan besar juga untuk mengimbangi formasi dinding-dinding bangunan GKI Medan yang tebal, tinggi dan kokoh Jendela Jendela bangunan GKI Medan terdiri dari jendela-jendela yang berukuran besar dan berbentuk persegi panjang dengan ambang atas melengkung. Keseluruhan bentuk jendela dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu: a. jendela berdaun jendela kaca gelap (lihat Foto 2.6), dan b. jendela yang berdaun jendela kaca-kaca bening (lihat Foto 2.7). Jendela berdaun jendela kaca gelap diletakkan di setiap sisi bangunan utama, sedangkan jendela berdaun jendela kaca bening merupakan clerestory yang diletakkan di dinding balkon. Penggunaan kaca gelap dimaksudkan untuk sedapat mungkin mengurangi intensitas panas sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan. Tetapi cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam bangunan melalui jendela berderet yang berdaun kaca bening. Penempatan jendela berderet di sisi selatan pada bagian balkon, dimaksudkan agar cahaya matahari yang menembus masuk memberikan siluet indah di sisi dalam. Tiga jendela berderet seperti ini dapat juga ditemui pada Gereja Kwitang Jakarta, yaitu jendela yang berada di atas pintu masuknya (Gambar h). Menurut Heuken, tiga buah jendela seperti ini mempunyai pengertian menunjuk kepada Allah Tri Tunggal (Heuken, 2003:194). Selain itu juga memberi makna bahwa Kristus sebagai Sang Matahari rohani yang menerangi umat Kristiani (Mangunwijaya, 1988:159).

49 58 Gambar 3.5. Gereja Kwitang Jakarta (Sumber: Heuken, 2003) Jendela berderet Foto 3.2. Clere-story GKI Sumut Medan Pelengkung (Arch) Pelengkung (arch) pada bangunan GKI Sumut Medan dapat ditemukan di beberapa bagian, yaitu: a) pelengkung yang dibentuk oleh tiang-tiang di dalam ruang ibadah b) pelengkung pada dinding dalam yang membatasi ruang-ruang c) pelengkung yang membentuk bagian atas pintu, jendela dan relung semu

50 59 Pelengkung muncul pada masa Romawi dan awalnya digunakan untuk pintu gerbang. Pelengkung merupakan konstruksi berbentuk melengkung yang dapat dibuat dari bahan kayu dan batu. Pelengkung biasanya dibentuk oleh dua buah tiang yang menopang sesuatu di atasnya (Curl, 2003:175). Bangunan-bangunan gereja yang dibangun pada masa Kolonial biasanya selalu menggunakan pelengkung. Bangunan gereja memiliki beberapa ruang seperti nave, aisle, narthex dan capel pada gereja Katolik. Oleh karena itu digunakan pelengkung untuk memberi batas antara ruang-ruang tersebut. Pelengkung yang ada di dalam bangunan GKI Sumut Medan digunakan sebagai pemisah ruangan, misalnya pada dinding yang memisahkan narthex dan ruang ibadah, serta pelengkung pada deretan tiang yang memisahkan aisle dan nave (lihat Foto 2.14). Sedangkan pelengkung yang digunakan sebagai penghias terdapat di atas pintu masuk utama (lihat Foto 2.3) dan di atas jendela (lihat Foto 2.6) Lubang angin (Ventilasi) Untuk menjaga kenyamanan di dalam bangunan, selain penggunaan jendela juga diperlukan lubang angin (ventilasi). Agar udara di dalam bangunan tidak lembab dan diam, maka diperlukan ventilasi silang (Lippsmeier, 1994:101). Untuk mendukung terjadinya ventilasi silang diperlukan adanya bukaan-bukaan besar yang diletakkan pada permukaan yang berhadapan. Karena itulah pada bangunan GKI Sumut Medan dibuat lubang angin (ventilasi) di setiap dinding sehingga lubang angin (ventilasi) ini saling berhadapan. Lubang angin (ventilasi) pada bangunan GKI Sumut Medan memiliki dua bentuk. Salah satu bentuk yang cukup unik adalah lubang angin berbentuk tiga lingkaran. Lubang angin ini mirip dengan bentuk hiasan pada abad ke-14 yang disebut Ball-flower dan Guilloche. Hiasan Ball-flower (lihat Gambar 3.6) menggambarkan kelopak bunga dan biasa ditemukan pada gereja-gereja. Sedangkan hiasan Guilloche (lihat Gambar 3.7) menyerupai jalinan tiga cincin berlian dan biasanya diukir pada batu (Mollet, 1966:31).

51 60 Foto 3.3. Lubang Angin bentuk tiga lingkaran Gambar 3.6 dan 3.7 Hiasan Ball-Flower dan hiasan Tiga Cincin (Sumber: Mollet, 1966) Hiasan Bermotif Zig Zag Hiasan ini berbentuk garis-garis yang disusun zig zag. Hiasan ini terdapat pada dinding pelengkung di antara tiang-tiang yang memisahkan nave dan aisle. Motif seperti ini disebut Siku Keluang (lihat Gambar 3.10) pada Rumah Tradisional Melayu. Motif Siku Keluang juga biasanya digunakan dalam tenunantenunan Melayu (Sinar, 1993:20-24, 46). Selain pada hiasan Melayu, motif seperti ini juga mirip dengan hiasan Opus Spicatum (lihat Gambar 3.9). Berbeda dengan Siku Keluang yang digunakan pada rumah tradisional Melayu dan tenunantenunan, Opus Spicatum biasanya dipahatkan pada batu (Mollet, 1966:301).

52 61 Foto 3.4. Hiasan pada pelengkung (Siku Keluang) Gambar 3.8. Hiasan Opus Spicatum (Sumber: Mollet, 1966) Gambar 3.9. Hiasan Siku Keluang (Sumber: Sinar, 1993) Hiasan Bermotif Huruf S Hiasan ini berbentuk huruf S yang saling menyambung. Hiasan ini hanya ditemukan di dinding luar pemisah tingkat 1 dan tingkat 2. Pada Rumah Tradisional Melayu motif-motif berbentuk S dan berderet cenderung menyerupai itik-itik yang sedang berbaris sehingga disebut Itik Pulang Petang. Hiasan ini artinya teladan bagi manusia supaya se-ia sekata dalam mencari kehidupannya seperti itik. Itik adalah lambang kerukunan dan ketertiban. Di pagi hari mereka akan bersama-sama keluar dan di senja hari mereka akan serentak ke kandang (Al Mudra, 2003;96). Sedangkan pada zaman Yunani dan Bisantin hiasan seperti ini disebut Vitruvian Fret, yaitu hiasan berupa rangkaian ombak. Hiasan ini juga dikenal dengan nama Running Dog dan diukir pada dinding (Risebero, 2001:221).

53 62 \ Foto 3.5. Hiasan pemisah tingkat I dan II (Itik Pulang Petang) Gambar Hiasan Itik Pulang Petang (Sumber: Sinar, 1993) Gambar Vitruvian Fret (Sumber: Mollet, 1966) Hiasan Bermotif Daun Hiasan ini digambarkan pada lengkungan pintu masuk utama. Hiasan ini berupa daun yang berada di dalam persegi dan disusun berderet mengikuti bentuk lengkungan pintu. Pada rumah tradisional batak Toba ada hiasan yang juga berupa motif daun dan disusun berderet. Bentuk daun hiasan Ipon-ipon tidak sama dengan bangunan GKI Sumut Medan karena pada GKI Sumut Medan hiasannya berdaun tiga sedangkan Ipon-ipon berdaun lima. Hiasan Ipon-ipon juga tidak digambarkan di dalam sebuah persegi tapi mengikuti bentuk daunnya. Kesamaannya adalah kedua hiasan ini ditempatkan sebagai hiasan tepian dimana pada rumah tradisional Batak Toba artinya sebagai pelambang kemajuan, karena setiap orang mengharapkan agar generasi atau keturunannya lebih maju dari orangtuanya (Departemen P&K, 1997:90). Foto 3.6. Motif Ipon-ipon pada pelengkung pintu masuk utama

54 63 Gambar Hiasan Ipon-ipon (Sumber: Dep. Pendidikan, 1997) Hiasan Bermotif Bunga Hiasan motif bunga ini diukirkan pada balustrade mimbar. Pada rumah tradisional Melayu di Sumatera Utara hiasan berupa ceplok bunga yang memiliki 4 (empat) kelopak dikenal dengan nama Bunga Sekaki dan biasanya dijadikan ukiran pada jerejak/kisi-kisi rumah (Sinar, 1993:15-20). Hiasan bunga pada bangunan GKI Sumut Medan memiliki pola yang sama dengan hiasan Bunga Sekaki, yaitu terdiri dari empat buah kelopak. Sedangkan bentuk kelopaknya sendiri tidaklah sama. Kelopak bunga pada balustrade mimbar GKI Sumut Medan dibuat berlapis dan di tiap ujung kelopak terdapat dua buah sulur. Sedangkan kelopak pada Bunga Sekaki bertingkat dan mengecil di bagian atasnya. Foto 3.7. Hiasan menyerupai bunga Gambar Hiasan Bunga Sekaki (Sumber: Sinar, 1993) Hiasan Pilaster Pilaster adalah ragam hias arsitektur yang berbentuk pilar/tiang tetapi menempel pada dinding. Pilaster dapat ditemukan di kanan dan kiri pintu masuk utama serta pada jendela berderet di tingkat II. Pilaster yang terletak di kanan dan

55 64 kiri pintu masuk utama berjumlah empat buah dan pilaster pada jendela berderet di tingkat II berjumlah dua buah. Kolom dari pilaster berbentuk silindris, berdiri di atas sebuah alas berbentuk balok dan bagian atas yang menopang bagian pintu yang melengkung berbentuk trapesium. Pilaster pada jendela berderet di tingkat II juga memiliki bentuk yang sama dengan pilaster pada pintu masuk utama. Bentuk pilaster seperti ini mirip dengan order-tuscan pada jaman Romawi (Watterson, 1968:44). Column berbentuk Tuscan Foto 3.8. Column pilaster berbentuk Tuscan Adanya deretan tiang di dalam ruang ibadah dan digunakannya pelengkung Romawi, pilaster berbentuk order Tuscan pada masa Romawi ini

56 65 semakin menunjukkan bahwa arsitek bangunan GKI Sumut Medan seolah-olah ingin menonjolkan unsur Romawi pada bangunan ini. Tuscan Dorik Romawi Komposit Gambar Tipe-tipe order Romawi (Sumber: Watterson, 1968)

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua

Lebih terperinci

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB AR 3232 ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR,

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI RANGKA ATAP

KONSTRUKSI RANGKA ATAP KONSTRUKSI RANGKA ATAP 2. URAIAN MATERI ATAP Atap merupakan bagian dari bangunan gedung ( rumah ) yang letaknya berada dibagian paling atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan

Lebih terperinci

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance SEJARAH RENAISSANCE Masa Renaissance sering disebut juga masa pencerahan Atau masa kelahiran, karena menghidupkan kembali budaya-budaya klasik, hal ini disebabkan banyaknya pengaruh filsuf-filsuf dari

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR GHOTIC

KAJIAN ARSITEKTUR GHOTIC SEJARAH ARSITEKTUR KAJIAN ARSITEKTUR GHOTIC Masa Arsitektur Gothic (XII-XVI) yang mewarnai era awal dan akhir dari periode pertengahan evolusi dari Arsiktektur Romawi. Gaya Gothic dimulai di Perancis dikenal

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 3.1 Tema perancangan Tema perancangan yang di ambil dalam membangun fasilitas ibadat ini adalah Keimanan Kepada Yesus Kristus, dalam pengertian penciptaan suasana transendental

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang Benda Cagar Budaya tahun 1992 nomor 5, secara eksplisit dikemukakan bahwa syarat sebuah Benda Cagar Budaya adalah baik secara keseluruhan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak gereja yang didirikan. Gereja digunakan sebagai sarana untuk memperdalam rohani dan menjalin hubungan dengan sang pencipta maupun sesama

Lebih terperinci

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan BAB V KONSEP PERANCANGAN Setelah melakukan pengamatan dan analisa pada bab sebelumnya, maka bangunan gereja St. Monika BSD memerlukan suatu peremajaan pada bagian interior berupa pengembangan komposisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS...

BAB II LANDASAN TEORITIS... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL DAN BAGAN... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika, Indonesia juga banyak memiliki ragam seni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang cepat seperti pada saat sekarang ini, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik 2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia 2.2.1 Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik Pada akhir zaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan norma arsitektur klasik, yang sudah merajai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya

Lebih terperinci

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya

Lebih terperinci

Teknis Menggambar Desain Interior

Teknis Menggambar Desain Interior TEKNIK MEMBUAT GAMBAR KERJA DESAIN INTERIOR Pentingnya gambar teknik bagi orang yang bekerja di bidang teknik, dapat disamakan dengan pentingnya menulis bagi pengarang. Gambar teknik merupakan suatu media

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Masjid merupakan tempat peribadatan umat muslim yang dapat kita temukan di mana-mana di seluruh dunia. Masjid selain sebgai tempat peribadatan juga telah menjadi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 149 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN GEREJA EMMANUEL DI KOTA KEDIRI SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN AR 2111 APRESIASI ARSITEKTUR MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN (SOLID DAN VOID DALAM ARSITEKTUR GEDUNG BPI ITB) DOSEN : DR. IR. BASKORO TEDJO, MSEB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

A. Pasangan Dinding Batu Bata

A. Pasangan Dinding Batu Bata Perspektif dua titik lenyap digunakan karena bangunan biasanya mempunyai arah yang membentuk sudut 90. Sehubungan dengan itu, maka kedua garis proyeksi titik mata dari titik berdiri (Station Point = SP)

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap Gambar 12.1 Rencana Atap Rumah Tinggal 12.2 Menggambar Ditail Potongan Kuda-kuda dan Setengah Kuda- Kuda Gambar 12.2 Potongan Kuda-kuda dan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : YUNI DIZI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Tugas AR2212 Perilaku dan Desain Arsitektur Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Teresa Zefanya / 15213035 Rumah Bagus 1 Gambar 1. Rumah Bagus 1 Rumah di atas berlokasi di Jalan Pager Gunung, Bandung.

Lebih terperinci

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan Pintu dan Jendela 1. Pendahuluan Pintu dan jendela pada dasarnya terdiri dari: kusen (ibu pintu/jendela ) dan daun (pintu/jendela) Kusen adalah merupakan rangka pintu atau jendela yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT

UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT UNSUR-UNSUR ARSITEKTUR KOLONIAL PADA MASJID CIPARI GARUT Tawalinuddin Haris, M.S. dan Dimas Seno Bismoko S.Hum Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,, Kampus UI, Depok 16424 nosenoo@yahoo.com, tawalinuddin.haris@ui.ac.id

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER MATA GAMBAR ARSITEKTUR TR-221 DISUSUN OLEH : NURYANTO, S.PD., M. T. NIP. : 19761305 2006041010 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR PERUMAHAN-D3 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER MATA KULIAH KONSTRUKSI BANGUNAN TA. 251 DISUSUN OLEH : NURYANTO, S.PD., M. T. NIP. : 132 321 678 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERPADUAN GAYA ARSITEKTUR PADA GEREJA KATOLIK DI BALI

PERPADUAN GAYA ARSITEKTUR PADA GEREJA KATOLIK DI BALI PERPADUAN GAYA ARSITEKTUR PADA GEREJA KATOLIK DI BALI Putu Lirishati Soethama 0890161027 SCHOOL OF POSTGRADUATE STUDIES TRANSLATION PROGRAM UNIVERSITY OF UDAYANA 2015 1 1. Latar Belakang Bangunan megah,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Tapak 5.1.1 Pemilihan Tapak Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini dipilih karena dapat meningkatkan perasaan kembali ke alam dan menyepi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS III.1 TROPIS Iklim tropis merupakan iklim yang terjadi pada daerah yang berada pada 23,5 lintang utara hingga 23,5 lintang selatan.

Lebih terperinci

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu: Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu: 1. Joglo (atap joglo) 2. Limasan (atap limas) 3. Kampung (atap pelana)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH OLEH : SANDRA REZITHA KEMALASARI Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: sandrarezitha@hotmail.com ABSTRAK Karakteristik

Lebih terperinci

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983 Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara Pembebanan Khusus dengan, M H A G K = Beban Mati, DL (Dead Load) = Beban Hidup, LL

Lebih terperinci

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Fasilitas Fisik Aktual 6.1.1.1 Kursi Kursi aktual yang digunakan dalam aktifitas jemaat di GMS Bandung berbahan pipa besi sebagai kaki dan penyangganya sedangkan

Lebih terperinci

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO Ramadhani Puspa Pratami Putri¹, Antariksa², Noviani Suryasari² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah usw ahsnh.10@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN GEREJA BLENDUK (GPIB IMMANUEL) SEMARANG

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN GEREJA BLENDUK (GPIB IMMANUEL) SEMARANG KARAKTER SPASIAL BANGUNAN GEREJA BLENDUK (GPIB IMMANUEL) SEMARANG Cyndhy Aisya T 1, Antariksa 2 dan Noviani Suryasari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR PLAT LIPAT AZRATIH HAIRUN FRILYA YOLANDA EFRIDA UMBU NDAKULARAK AGRIAN RIZKY RINTO HARI MOHAMMAD GIFARI A. PENGERTIAN STRUKTUR PLAT LIPAT Pelat adalah struktur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA ENCLOSURE Volume 7 No. 2 Juni 2008 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA M. Sahid Indraswara ABSTRAKSI Gaya Arsitektur mediterania

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.

Lebih terperinci

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Ranggih Semeru 20308032 Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam

Lebih terperinci

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan

Lebih terperinci

MODUL KONSTRUKSI BANGUNAN SEDERHANA. Oleh : Erna Krisnanto, ST. MT.

MODUL KONSTRUKSI BANGUNAN SEDERHANA. Oleh : Erna Krisnanto, ST. MT. MODUL KONSTRUKSI BANGUNAN SEDERHANA Oleh : Erna Krisnanto, ST. MT. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI & KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2008 1 DAFTAR ISI A. Pendalaman

Lebih terperinci

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR :

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR : STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR : STADION NASIONAL BEIJING Nama : Stadion Nasional Lokasi : Area Olimpiade Hijau, Beijing, China Mulai pembangunan : 24 Desember 2003 Pembukaan : 28 Juni 2008 Permukaan

Lebih terperinci

Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi

Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Desain Fasad Depan dan Ornamen pada Societeit Voor Officieren dan Stasiun KAI di Kota Cimahi Jeremy Meldika jeremy meldika@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Karakter Visual Fasade Bangunan Kolonial Belanda Rumah Dinas Bakorwil Kota Madiun (Pipiet Gayatri Sukarno, Antariksa, Noviani Suryasari) KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL

Lebih terperinci