PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA PADA KADAR ASAM LEMAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA PADA KADAR ASAM LEMAK"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA PADA KADAR ASAM LEMAK n-3 DAN n-6 TETAP (1:3) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI IKAN ZEBRA (Brachydanio rerio) PRASALIN Oleh : Ela Ratna Mustika C PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA PADA KADAR ASAM LEMAK n-3 DAN n-6 TETAP (1:3) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI IKAN ZEBRA (Brachydanio rerio) PRASALIN Adalah benar merupakan hasil yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, September 2005 ELA RATNA MUSTIKA C

3 RINGKASAN Ela Ratna Mustika. C Pengaruh Pemberian Dosis Vitamin E Berbeda pada Kadar Asam Lemak n-3 dan n-6 Tetap (1:3) dalam Pakan Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra (Brachydanio rerio) Prasalin. Di bawah bimbingan Nur Bambang Priyo Utomo dan Mia Setiawati Penampilan reproduksi ikan antara lain dipengaruhi oleh kandungan gizi yang terdapat dalam pakan induk. Kandungan lemak dan asam lemak esensial menjadi salah satu penentu keberhasilan budidaya. Kandungan asam lemak dalam pakan mempengaruhi tingkat kematangan gonad, kualitas telur dan larva dari induk, khususnya asam lemak n-3 dan n-6. Namun asam lemak tidak jenuh mudah mengalami kerusakan, oleh karena itu perlu penambahan vitamin E sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis vitamin E berbeda dengan rasio kadar asam lemak n-3 dan n-6 tetap (1:3) pada pakan induk terhadap penampilan reproduksi induk ikan zebra (Brachydanio rerio) prasalin. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2005 dan bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pakan uji yang digunakan mempunyai kadar protein, lemak dan asam lemak n-3 dan n-6 yang sama dengan penambahan vitamin E yang berbeda. Induk yang digunakan adalah calon induk ikan zebra (Brachydanio rerio) berumur 28 hari. Calon induk tersebut selanjutnya dipelihara dalam 12 buah akuarium berukuran 50x35x40 cm dengan kepadatan awal 60 ekor per akuarium. Frekuensi pemberian pakan perlakuan sebanyak empat kali sehari yaitu pukul 07.00; 11.00; dan WIB. Pakan diberikan secara at satiation. Pemeliharaan dilakukan selama 42 hari. Parameter yang diuji yaitu gonado somatik indeks (GSI), fekunditas, derajat pembuahan telur (DPT), derajat penetasan telur (DTT), laju pertumbuhan harian (LPH), gonado somatik indeks mingguan, tingkat perkembangan gonad, proses embryogenesis, gonado somatik indeks salin (GSIs) dan tingkat kelangsungan hidup larva (SR 5 ). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu perlakuan terhadap calon induk zebra dengan kadar asam lemak n-3 dan n-6 1:3 dengan penambahan dosis vitamin E dengan kadar berbeda dari tiap perlakuan yaitu 325, 375, 425 dan 475 mg/kg pakan. Hasil penelitian menghasilkan nilai GSI yang memberikan perbedaan nyata antar perlakuan sedangkan untuk nilai rata-rata GSIs, F, DPT, DTT dan SR 5 tidak memberikan perbedaan nyata antar perlakuan (P>0,05). Nilai rata-rata GSI berada pada kisaran 12,96 % - 16,96 %. Nilai rata-rata GSIs berada pada kisaran 18,99 % - 28,14 %. Nilai rata-rata F berada pada kisaran 499,68 butir/g induk 707,81 butir/g induk. Nilai rata-rata DPT berada pada kisaran 89,26 % - 98,79 %. Nilai rata-rata DTT berada pada kisaran 10,97 % - 31,92 % dan nilai rata-rata SR 5 berada pada kisaran 86,67 % - 98,33 %. Gonado somatik indeks dari induk yang belum dan telah mengalami masa salin memperlihatkan hasil yang berbeda bila dibandingkan dengan kadar vitamin

4 E yang ditambahkan. Nilai GSI semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kadar vitamin E dalam pakan dan nilai rata-rata GSI tertinggi berada pada perlakuan dengan dosis vitamin E 475 mg/kg pakan sebesar 16,96 %. Sedangkan pada GSIs berlaku sebaliknya, nilai GSIs semakin menurun sejalan dengan bertambahnya kadar vitamin E dalam pakan. Penambahan vitamin E dalam pakan mempengaruhi tingkat penyerapan asam lemak esensial dalam pakan. Sehingga mempengaruhi komposisi proksimat tubuh induk dan telur. Kandungan protein tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan IV (Vitamin E 475 mg/ kg pakan). Sedangkan kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan I (Vitamin E 325 mg/kg pakan). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis vitamin E sebesar 475 mg/kg pakan dalam kadar asam lemak n-3 dan n-6 tetap memberikan pengaruh terhadap penampilan reproduksi prasalin ikan zebra (Brachydanio rerio) yaitu GSI sebesar 16,96 % dan kandungan lemak telur sebesar 24,18 %.

5 PENGARUH PEMBERIAN DOSIS VITAMIN E BERBEDA PADA KADAR ASAM LEMAK n-3 DAN n-6 TETAP (1:3) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI IKAN ZEBRA (Brachydanio rerio) PRASALIN SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Oleh : Ela Ratna Mustika C PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Pengaruh Penambahan DosisVitamin E Berbeda pada Rasio Kadar Asam Lemak n-3 dan n-6 Tetap (1:3) dalam Pakan Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra (Brachydanio rerio) Prasalin : Ela Ratna Mustika : C Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Nur Bambang Priyo Utomo, M. Si. Mia Setiawati, M. Si. NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Dr. Kadarwan Soewardi NIP Tanggal Lulus : 25 Oktober 2005

7 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-nya yang telah melimpahkan nikmat dan kelancaran serta pertolongan- Nya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Atas terselesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Nur Bambang Priyo Utomo M. Si. dan Ibu Mia Setiawati M. Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran dan bantuan selama penelitian. 2. Bapak Ir. Dadang Syafruddin, M. Si yang telah memberikan kesediaannya sebagai dosen penguji tamu, atas masukannya untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Bapak, Ibu dan adikku yang telah memberikan dukungan baik do a, motivasi, materi, semangat, nasehat dan semua kebaikan yang telah diberikan 5. Pak Wasjan, Pak Ranta, Pak Jajang, Mbak Lina, Kak Syamsuddin dan Kang Ade atas bantuannya selama penelitian. 6. Tim Zebra 2, Tim Zebra 1, temen-teman di Lab. Nutrisi, teman-teman BDP 38, kakak-kakak BDP 37, BDP 39, teman-teman Senior Resident Asrama TPB IPB, teman-teman di Wisma Marhamah, adik-adik angkatan 40, 41 dan 42 dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas do a, bantuan dan dukungannya. Penulis hanyalah hamba Allah yang banyak kekurangan dan kesalahan. Begitu pula dengan skripsi ini yang masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis menerima saran dan kritik dari semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi bermanfaat bagi yang membacanya dan menjadi amalan yang berarti bagi penulis selamanya. Bogor, September 2005 Ela Ratna Mustika

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ponorogo pada tanggal 20 September 1983 sebagai putri pertama dari dua bersaudara, dari pasangan bapak Drs. Tulus Widodo dan ibu Siti Muslimatun Chomisah. Penulis memasuki jenjang pendidikan di TK Raudhatul Athfal Sanggau ( ), MIN Teladan 1 Sanggau ( ), SMPN 2 Sanggau ( ), SMUN 2 Sanggau ( ) dan SMU Muhammadiyah 1 Ponorogo ( ). Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai pengurus di Forum Komunikasi Muslim Perikanan, FKM-C ( ), anggota di Ikatan Mahasiswa IPB Ponorogo (Menggolo Putro), Senior Resident Asrama Putri TPB IPB (2003-sekarang). Penulis juga pernah aktif sebagai asisten mata kuliah Fisiologi Hewan Air ( ) dan mata kuliah Pendidikan Agama Islam ( ). Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penambahan Dosis Vitamin E Berbeda pada Kadar Asam Lemak n-3 dan n- 6 Tetap (1:3) dalam Pakan Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra (Brachydanio rerio) Prasalin.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL. iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Zebra Kebutuhan Nutrisi Induk Vitamin E Asam Lemak Omega 3 dan Omega Kualitas Air... 7 III. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pakan Perlakuan Pemeliharaan Induk dan Pengumpulan Data Parameter Uji Analisa Statistik Ananlisa Kimia IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan 16 V. KESIMPULAN. 22 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. 26

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Kebutuhan nutrisi ikan cyprinid Komposisi pakan penelitian ikan zebra (g/kg pakan) Hasil analisa proksimat pakan Rata-rata Gonado Somatik Indeks (GSI), Gonado Somatik Indeks salin (GSIs), Fekunditas (F), Derajat Pembuahan Telur (DPT), Derajat Tetas Telur (DTT), Laju Penyerapan Kuning Telur (LPKT) dan Tingkat Kelangsungan Hidup Larva 5 Hari (SR 5 ) ikan zebra Kadar protein dan lemak tubuh ikan zebra pada awal dan akhir penelitian (% bobot kering *) Kadar lemak telur ikan zebra (% bobot kering *). 15

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hubungan antara waktu pemeliharaan dengan Laju Pertumbuhan Harian Hubungan antara masa pemeliharaan dengan Gonado Somatik Indeks (%). 14

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Komposisi campuran vitamin dan mineral Hasil analisa proksimat bahan baku pakan (% bobot kering) Sumbangan asam lemak n-3 dan n-6 dari bahan pakan Prosedur analisa proksimat Hasil analisa kualitas air selama pemeliharaan ikan zebra Data Laju Pertumbuhan Harian (á) ikan zebra (Brachydanio rerio) Data Gonado Somatik Indeks (%) mingguan ikan zebra (Brachydanio rerio) Data Gonado Somatik Indeks Salin (%) ikan zebra (Brachydanio rerio) Gambar perkembangan telur ikan zebra Nilai Fekunditas (F), Derajat Pembuahan Telur (DPT), Derajat Tetas Telur (DTT) dan Tingkat Kelangsungan Hidup Larva 5 Hari (SR 5 ) ikan zebra Hasil analisa statistik terhadap berbagai parameter uji. 38

13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya perikanan di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Baik ikan hias maupun ikan konsumsi. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk dapat memperoleh hasil budidaya yang memuaskan. Usaha-usaha tersebut di antaranya adalah usaha untuk mendapatkan induk yang unggul dan berkualitas tinggi. Pengaruh pakan yang diberikan sangat mempengaruhi kualitas telur dan larva yang dihasilkan. Kandungan asam lemak dalam pakan mempengaruhi tingkat kematangan gonad dan kualitas telur dari induk, khususnya asam lemak n- 3 dan n-6 (Collins, 2005). Selanjutnya dikatakan bahwa kedua asam lemak ini bersifat essensial karena struktur kimia dari keduanya, maka n-3 dan n-6 dapat digunakan untuk membentuk hormon, diantaranya prostaglandins. Hormon ini membantu dalam proses regulasi aspek-aspek tertentu dari metabolisme, seperti kekentalan (viskositas) darah, proses penyebab terjadinya peradangan, kolesterol darah dan keseimbangan kandungan air dalam tubuh Vitamin E berperan dalam meningkatkan reproduksi karena salah satu fungsi dari vitamin ini adalah sebagai antioksidan, terutama untuk melindungi asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel dan dapat menetralisir radikal bebas di dalam tubuh (Houghton Mifflin Company, 2003). Sehingga vitamin ini akan dapat membantu penyerapan dan menjaga keberadaan asam lemak n-3 dan n-6 dalam tubuh. Kajian yang mendalam tentang peranan vitamin E dan asam lemak esensial dalam tampilan reproduksi ikan zebra prasalin belum banyak dilakukan. Penelitian ini menggunakan ikan prasalin karena kebutuhan nutrisinya berbeda dengan ikan pascasalin. Oleh karena itu, diperlukan kajian tersebut untuk mengetahui seberapa besar peranan vitamin E dan asam lemak dalam proses reproduksi ikan prasalin. Dipilihnya ikan zebra (Brachydanio rerio) sebagai ikan uji dalam penelitian ini karena ikan ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki siklus hidup yang pendek, dapat dirangsang untuk berkembangbiak sepanjang tahun dan hanya membutuhkan waktu sekitar 3 4 bulan untuk

14 berkembang dari fase larva sampai fase siap memijah serta memiliki telur yang transparan (Maack dan Segner, 2004) dan mudah dalam pemberian pakan buatan. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis vitamin E berbeda (325, 375, 425 dan 475 mg/kg pakan) dengan kadar asam lemak n-3 dan n-6 (1:3) pada pakan induk terhadap penampilan reproduksi induk ikan zebra (Brachydanio rerio) prasalin.

15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Zebra Ikan zebra (Brachydanio rerio) umum ditemukan tumbuh dan berkembang pada perairan yang mengalir. Klasifikasi ikan zebra menurut Eschmeyer (1997) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actynopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Brachydanio Spesies : Brachydanio rerio Pada tubuh ikan ini ditutupi oleh garis-garis berwarna putih kekuningan dan hitam yang berawal dari pangkal ekor sampai operkulum. Garis horizontal ini memperlihatkan kesan langsing pada ikan jantan. Warna pada ikan jantan terlihat lebih cerah dan menarik dibandingkan dengan ikan betina. Bentuk tubuh pipih dengan perut sedikit membundar. Pada betina yang sudah matang gonad, perut akan tampak sangat membundar. Zebra danio tersebar dari India sampai Asia Tenggara terutama Indonesia dan menyukai daerah yang bersuhu dingin (Axelrod, 1997). Ikan ini memiliki dua pasang sungut yang mengelilingi bagian mulutnya. Sungut tersebut berfungsi sebagai alat peraba, karena ikan ini adalah ikan yang mencari makan di dasar perairan. 2.2 Kebutuhan Nutrisi Induk Ikan induk memerlukan nutrisi untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangannya. Bila ikan sudah masuk ke stadia induk, ikan tidak akan mengalami proses pertumbuhan yang signifikan, namun proses tumbuh akan tetap berjalan. Nutrisi yang masuk akan digunakan dalam proses reproduksi dan pertahanan tubuh. Pasokan nutrisi diperoleh dari pakan yang dimakan. Dalam pakan dibutuhkan zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin (NRC, 1977). Untuk mendapatkan kualitas gonad yang bagus dibutuhkan nutrisi yang cukup memadai pula. Kualitas gonad sangat ditentukan oleh kualitas pakan.

16 Kebutuhan nutrisi pada induk selama perkembangan gonad sangat mungkin berbeda dari kebutuhan nutrisi pada ikan muda. Menurut Schaeperclaus dalam Hepher (1988) menerangkan bahwa pada saat pematangan gonad, pertumbuhan pada ikan mas jantan terhambat karena pakan yang diperoleh selain digunakan untuk pertumbuhan fisik sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan gonadnya. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan pembakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur (Budiyanto, 2002). Menurut Martoharsono (1988), protein mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai biokatalisator (enzim), protein cadangan, biomol pentranspor bahan, struktural dan protektif. Umumnya, kebutuhan protein untuk ikan berkisar pada % (Hepher, 1988). Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh selain dari karbohidrat dan protein. Lemak berfungsi sebagai penghasil energi, pembangun atau pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh, penghasil asam lemak esensial dan sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K (Budiyanto, 2002). Martoharsono (1988) mengatakan bahwa lemak mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai komponen struktural membran, bahan bakar, lapisan pelindung, vitamin dan hormon. Lemak adalah komponen kedua setelah protein sebagai komponen esensial yang dibutuhkan untuk pematangan gonad (Tang dan Affandi, 2001) Vitamin mempunyai fungsi yang spesifik sesuai dengan fungsi spesifik sebagai biokatalisator atau sebagai koenzim. Sebagai contoh adalah sebagai koenzim metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan lain-lain (Budiyanto, 2002). Kebutuhan nutrisi ikan cyprinid untuk pematangan gonad dan telur tercantum dalam Tabel 1.

17 Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ikan cyprinid Bahan terkandung Unit Kebutuhan Sumber Protein (%) Takeuchi et al., 1981 Lipid (%) 2 Watanabe et al., 1977 Karbohidrat (%) Watanabe, 1988 Vitamin E (mg/kg pakan) Watanabe, 1988 Zn (ì g/g) Watanabe, 1988 Fe (ì g/g) 150 Watanabe, 1988 Fosfor (ì g/g) 0,60-0,70 Watanabe, Vitamin E Kebutuhan akan vitamin dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bervariasi seperti ukuran, umur dan tingkat pertumbuhan dari ikan, suhu air serta komposisi dari pakan yang diberikan. Dalam hal ini, kebutuhan akan vitamin E dapat bertambah seiring dengan pertambahan jumlah asam lemak dalam pakan. Semakin tinggi kandungan asam lemak, kebutuhan akan vitamin E juga semakin tinggi (Watanabe et al., 1991). Vitamin E terdapat dalam empat bentuk, alfa, beta, gamma dan delta tokoferol yang merupakan antioksidan yang paling utama dalam lemak dan minyak yang dapat mencegah ketengikan (Budiyanto, 2002). Fungsi vitamin E sebagai antioksidan inter dan intra-seluler untuk mempertahankan homeostasis dari proses metabolis yang labil dalam sel dan plasma jaringan telah diketahui dengan baik (Izquierdo, 2001). Penambahan vitamin E telah menjadi nutrien penting untuk proses reproduksi ikan. Kekurangan vitamin ini diperlihatkan dari gonad yang lama berkembang menuju ke arah matang gonad pada ikan mas dan ayu serta mengurangi nilai derajat penetasan tingkat ketahanan hidup dari anak-anak ikan ayu (Watanabe, 1990 dalam Izquierdo, 2001). Kekurangan vi tamin E (átocopherol) pada hewan dapat menyebabkan lemah otot, pertumbuhan terhambat, degenerasi embrio, tingkat penetasan telur yang rendah, degenerasi dan pelepasan sel epitel germinatif dari testis dan terjadinya kemandulan, menurunkan produksi prostaglandin oleh mikrosom dari testis, otot dan limpa, menurunkan permeabilitas sel, memacu kematian dan kerusakan syaraf (Lehninger, 1982). Vitamin E adalah vitamin yang berperan penting untuk perkembangan gonad yaitu untuk proses fertilisasi dan memperngaruhi fekunditas (Izquierdo et al., 2001) Vitamin E dapat ditambahkan ke dalam pakan untuk mempercepat fase

18 pembentukan folikel (Verakunpiya dalam Tang dan Affandi, 2001). Vitamin E diangkut dari jaringan periferal selama vitelogenesis berlangsung walaupun kandungan plasma vitelogenin tidak dipengaruhi, diduga bahwa lipoprotein mungkin terlibat dalam pengangkutan vitamin E selama masa vitelogenesis tersebut (Izquierdo, 2001). Vitamin ini merupakan salah satu faktor yang larut dalam lemak dan diperlukan dalam proses reproduksi oleh tikus. Oleh karena itu, vitamin E juga disebut suatu senyawa antisterilitas (Budiyanto, 2002). 2.4 Asam Lemak Omega 3 dan Omega 6 Omega 3 biasa disebut dengan asam lemak linolenat dan omega 6 biasa disebut dengan asam lemak linoleat. Kedua asam lemak ini termasuk ke dalam asam lemak esensial, essential fatty acids (EFAs). EFA ditemukan dalam lemak tak jenuh rantai banyak (Martoharsono, 1988). Di dalam tubuh, EFA yang merupakan komponen fosfolipid berperan penting sebagai struktur membran sel yang akan mempengaruhi fluiditasnya ( Hepher et al., 1990, dalam Yanto, 2000) yang kemudian akan mempengaruhi pula aktivitas enzim-enzim tertentu pada membran sel. Asam lemak essensial juga sebagai bahan dasar dalam produksi senyawa-senyawa prostanoid seperti prostaglandin (Ibeas et al., 1994a dalam Yanto, 2000). Selanjutnya, prostanoid tersebut berperan pada fungsi fisiologis tubuh, termasuk reproduksi. Pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah (Tang dan Affandi, 2001). Induk yang mendapatkan makanan yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan telur dengan derajat tetas telur yang rendah dan sebagai larva yang dihasilkan abnormal (Watanabe et al., 1984 dalam Watanabe, 1988). Kebutuhan akan asam lemak essensial omega 3 dalam tubuh sedikit. Keseimbangan komposisi asam lemak, dalam hal ini jumlah yang tinggi dari asam lemak tak jenuh rantai banyak n-6 dan jumlah yang rendah dari asam lemak n-3 bersama-sama dengan tersedianya jumlah fosfor yang sedikit dalam makanan induk yang berdasarkan pada tepung kacang kedelai, dapat juga secara langsung mengurangi kualitas pemijahan (Watanabe et al., 1995 dalam Izquierdo, 2001).

19 Asam lemak esensial dapat bersumber dari lemak nabati dan hewani pada pakan ikan. Pada pembuatan pakan ikan, minyak ikan biasanya digunakan sebagai sumber asam lemak n-3, minyak jagung sebagai sumber asam lemak n-6 dan minyak kelapa sebagai sumber asam lemak jenuh (Yanto, 2000). Kebutuhan ikan air tawar dan di daerah panas adalah dari jenis asam lemak n-6 atau campuran asam lemak n-6 dan n-3 (Steffans, 1997 dalam Yanto, 2000). 2.5 Kualitas Air Kualitas air di lingkungan tempat hidup ikan dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut di antaranya adalah suhu, kandungan oksigen, ph, alkalinitas dan kadar amonia terlarut. Menurut Piper et al.(1982), suhu dapat mempengaruhi laju metabolisme. Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Menurut Welch (1980), kelarutan oksigen dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara dan air. Makin tinggi suhu, kadar garam dan tekanan gas-gas yang terlarut dalam air, kandungan oksigen akan semakin berkurang. Kandungan oksigen terlarut berkisar 0,3 1,0 ppm masih dapat ditolerir oleh sebagian ikan., tetapi pada waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Pada kandungan oksigen terlarut 1,0 5,0 ppm, ikan dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya terganggu. Kisaran nilai optimal oksigen terlarut bagi semua organisme akuatik adalah >5,0 ppm. Kisaran ph yang sesuai untuk kehidupan ikan adalah sekitar 6,50 9,00 (Boyd, 1990). Amonia merupakan zat yang sangat beracun bagi ikan. Batas toleransi amonia bagi ikan mas Cyprinus carpio adalah 2 ppm (Zonneveld et al., 1991).

20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2005 dan bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Pakan Perlakuan Ada empat macam pakan perlakuan dengan komposisi kadar vitamin E yang berbeda dengan kadar n-3 dan n-6 tetap dalam setiap pakan perlakuan yaitu 1:3. Komposisi pakan penelitian disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Komposisi pakan penelitian untuk ikan zebra (Brachydanio rerio) prasalin (g/kg pakan) Bahan Pakan Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3 I (325) II (375) III (425) IV (475) Tepung Ikan 25, , , ,0000 Tepung Kedelai 23, , , ,3231 Tepung Pollard 34, , , ,2262 Minyak Ikan 1,7500 1,7500 1,7500 1,7500 Minyak Jagung 5,2032 5,2032 5,2032 5,2032 Minyak Kelapa 0,4500 0,4500 0,4500 0,4500 Vitamin Mix* 1,5000 1,5000 1,5000 1,5000 Vitamin E 0,0325 0,0375 0,0425 0,0475 Mineral Mix* 3,0000 3,0000 3,0000 3,0000 Tepung Tapioka 5,0150 5,0100 5,0050 5,0000 Chlorine Cloride 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 Total 100, , , ,0000 Keterangan : * Komposisi vitamin mix dan mineral mix dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebelum pakan dibuat, bahan penyusun pakan seperti tepung ikan, tepung kedelai dan tepung pollard dianalisa proksimat terlebih dahulu. Begitu juga pakan yang telah dibuat kemudian dianalisa proksimat pula dan hasil analisa proksimat pakan dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk hasil analisa proksimat bahan pakan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 2. Hasil perhitungan sumbangan n-3 dan n-6 dari bahan pakan dapat dilihat pada Lampiran 3.

21 Tabel 3. Hasil Analisa Proksimat Pakan Perlakuan (% bobot kering) Komposisi prosimat Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3 (%) I (325) II (375) III (425) IV (475) Kadar Air Lemak Abu Serat Kasar Protein BETN Pemeliharaan Induk dan Pengumpulan Data Induk yang digunakan adalah calon induk ikan zebra (Brachydanio rerio) yang berasal dari petani ikan hias Depok, Jawa Barat. Ikan ini berumur 28 hari dengan bobot tubuh awal ± 0,1881 gram. Calon induk tersebut selanjutnya dipelihara dalam 12 buah akuarium berukuran 50x35x40 cm dengan kepadatan awal 60 ekor per akuarium. Setelah dua minggu masa pemeliharaan, dilakukan seleksi ikan jantan dan betina sehingga menjadi 25 ekor betina di setiap akuariumnya. Agar suhu air konstan maka dipasang heater pada tandon. Selama masa pemeliharaan, calon induk ikan zebra tersebut diberi pakan perlakuan sebanyak empat kali sehari yaitu pukul 07.00; 11.00; dan WIB. Pakan diberikan secara at satiation. Selama pemeliharaan, dilakukan pengamatan tingkat perkembangan gonad masing-masing perlakuan melalui penimbangan bobot tubuh, bobot gonad pada tiap ulangan 1 ekor ikan dan histologi gonad sebanyak 1 ekor ikan di tiap perlakuan. Pengamatan ini dilakukan setiap 14 hari sekali selama enam minggu masa pemeliharaan. Untuk mencegah berkembangnya parasit pengganggu, di setiap minggunya akuarium dan tandon ditaburi garam secukupnya. Setelah 42 hari calon induk diberi pakan perlakuan, dilakukan pemindahan induk ke akuarium lain untuk dipijahkan. Induk yang telah siap memijah dapat dilihat secara visual dengan memperhatikan bagian urogenital yang terlihat memerah. Akuarium yang digunakan untuk memijahkan berukuran 15x15x20 cm. Calon induk ikan dipijahkan secara berpasangan dengan perbandingan antara jantan dan betina yaitu 1:1. Ikan yang dipijahkan sebanyak tiga ekor per ulangan. Pemijahan biasanya berlangsung menjelang dini hari dan telur-telur akan

22 dikeluarkan pada pagi harinya. Setelah telur dikeluarkan, pasangan induk baru tersebut dipindahkan ke akuarium lain untuk mencegah pemangsaan terhadap telur. Selanjutnya telur dari setiap induk yang memijah dan sudah diovulasikan maupun yang gagal dibuahi tersebut dihitung untuk mengetahui fekunditasnya. Telur diambil sebanyak dua butir per perlakuan sebagai sampel untuk pengamatan embryogenesis. Telur yang abnormal diambil untuk difoto. Air di dalam akuarium diberi Methylen Blue untuk mencegah timbulnya jamur pada telur. Setelah 7-10 jam dari saat telur dikeluarkan, antara telur yang dibuahi dan tidak dibuahi dihitung untuk mengetahui fekunditas dan derajat pembuahan. Larva yang baru menetas dihitung sehingga dapat diketahui derajat tetas telur. Sebanyak ekor larva dipelihara sampai lima hari tanpa diberi pakan untuk mendapatkan nilai kelangsungan hidupnya. 3.4 Parameter Uji Parameter yang diuji tersebut adalah : 1. Tingkat Perkembangan Gonad Pengamatan dilakuakn dari awal pemeliharaan hingga ikan mencapai masa matang gonad dan siap memijah. Pengamatan dilakukan terhadap berat gonad dan stadia perkembangan gonad secara histologis setiap dua minggu sekali. 2. Gonado somatik indeks sebelum dan sesudah salin. Gonado somatik indeks dihitung dengan menggunakan rumus Shreck dan Moyle (1990) dalam Syahrizal (1998) : Bobot gonad GSI (%) = x100 Bobot tubuh 3. Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian ikan uji dihitung berdasarkan rumus berikut (Huisman, 1976 dalam Zakaria, 2005) : t = o + (t + 0,01 á ) t Berdasarkan persamaan di atas dapat dihitung laju pertumbuhan harian : á = (( t/ o) 1/t -1) x 100

23 Keterangan : t = rata-rata bobot individu pada akhir percobaan (g) o = rata-rata bobot individu pada awal percobaan (g) t = waktu percobaan (hari) á = laju pertumbuhan harian 4. Fekunditas Fekunditas adalah jumlah telur yang dikeluarkan induk perbobot tubuh induk (g) atau dapat dihitung dengan rumus : F ( telur per g i nduk) = telur yang dikeluarkaninduk ( butir) bobot induk ( g) Sumber : Effendie (1979) 5. Derajat Pembuahan Telur (DPT) DPT (%) = telur yang dibuahi ( butir) x100 telur yang dikeluarkan ( butir) Sumber : Effendie (1979) 6. Derajat Tetas telur (DTT) telur yang DTT (%) = telur yang menetas ( butir) x100 dibuahi ( butir) Sumber : Effendie (1979) 7. Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) = Keterangan : SR Nt No Sumber : Effendie (1979) Nt No = Tingkat Kelangsungan Hidup x100 = jumlah individu ikan uji pada akhir percobaan (ekor) = jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)

24 3.5 Analisa Statistik Penelitian ini menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Beberapa parameter yang diuji yaitu gonado somatik indeks, fekunditas, derajat pembuahan telur, derajat penetasan telur, laju pertumbuhan harian, gonado somatik indeks mingguan, tingkat perkembangan gonad, proses embryogenesis, gonado somatik indeks salin dan tingkat kelangsungan hidup larva. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap parameter uji digunakan analisis ragam. Analisis ragam dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 11.0 for Windows. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. 3.6 Analisa Kimia Analisa proksimat dilakukan pada bahan pakan dan pakan perlakuan. Prosedur analisa proksimat dapat dilihat pada Lampiran 4. Analisa protein, lemak dan air dilakukan pada tubuh ikan zebra di awal dan akhir pemeliharaan. Sedangkan pada telur dilakukan analisa lemak dan air. Analisa kualitas air dilakukan di awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Hasil analisa kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 5. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

25 4.1 Hasil Hasil pengamatan yang diperoleh dari perlakuan penambahan dosis vitamin E yang berbeda pada kadar asam lemak n-3 dan n-6 dengan perbandingan 1:3 terhadap penampilan reproduksi prasalin ikan zebra (Brachydanio rerio) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Gonado Somatik Indeks (GSI), Gonado Somatik Indeks salin (GSIs), Fekunditas (F), Derajat Pembuahan Telur (DPT), Derajat Tetas Telur (DTT) dan Tingkat Kelangsungan Hidup Larva 5 Hari (SR 5 ) ikan zebra (Brachydanio rerio) Parameter Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3 I (325) II (375) III (425) IV (475) GSI (%) 12,96 ± 1,23 a 13,88 ± 0,93 a 14,23 ± 1,23 a 16,96 ± 1,35 b GSIs (%) 28,14 ± 3,85 a 26,01 ± 10,73 a 20,87 ± 1,52 a 18,99 ± 1,99 a F (butir/g induk) 499,68 ± 169,23 a 645,56 ± 10,10 a 558,79 ± 72,89 a 707,81 ± 92,82 a DPT (%) 89,26 ± 9,35 a 92,14 ± 6,87 a 98,79 ± 0,81 a 92,66 ± 4,63 a DTT (%) 17,38 ± 18,89 a 10,97 ± 5,17 a 21,07 ± 15,81 a 31,92 ± 20,61 a SR 5 (%) 93,33 ± 5,77 a 86,67 ± 2,89 a 88,33 ± 7,64 a 98,33 ± 2,89 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh hurup superscript yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan (P > 0,05) Berdasarkan hasil uji lanjut statistik, nilai GSI menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05). Nilai tertinggi didapat pada pakan perlakuan dengan kadar vitamin E 475 mg/kg pakan sebesar 16,96 %. Sedangkan untuk nilai GSIs, F, DPT, DTT dan SR 5 sama antar perlakuan (P>0,05). u Pertumbuhan Harian (%) M-2 M-4 M-6

26 Gambar 1. Hubungan antara waktu pemeliharaan dengan Laju Pertumbuhan Harian Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa seiring dengan bertambahnya masa pemeliharaan, laju pertumbuhan harian mengalami penurunan di akhir masa pemeliharaan yaitu pada minggu ke enam. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Gonado Somatik Indeks (%) M-2 M-4 M-6 Minggu Ke- I (Vit E 325 mg/kg pakan) II (Vit E 375 mg/kg pakan) III (Vit E 425 mg/kg pakan) IV (Vit E 475 mg/kg pakan) Gambar 2. Hubungan antara masa pemeliharaan dengan Gonado Somatik Indeks (%) Gambar 2 memperlihatkan bahwa seiring bertambahnya usia, nilai Gonado Somatik Indeks ikan dari masing-masing perlakuan mengalami kenaikan di tengah masa pemeliharaan, kemudian menurun ketika berada di akhir masa pemeliharaan. Nilai GSI rata-rata tertinggi didapat pada ikan yang diberi perlakuan vitamin E 475 mg/kg pakan dengan perbandingan kadar asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1 : 3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Untuk melihat pengaruh dari pakan perlakuan terhadap komposisi proksimat tubuh ikan dan telur dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

27 Tabel 5. Kadar protein dan lemak tubuh ikan zebra pada awal dan akhir penelitian (% bobot kering *) Komposisi Proksimat (%) Tubuh Awal Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3 I (325) II (375) III (425) IV (475) Kadar Air* 78, , , , ,6247 Protein 54, , , , ,3689 Lemak 18, , , , ,4058 Dari Tabel 5 tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kadar protein serta kadar lemak tubuh ikan pada akhir perlakuan dibandingkan dengan awal perlakuan. Pada akhir perlakuan kadar lemak tertinggi dihasilkan oleh pakan perlakuan I yang memiliki kadar vitamin E sebesar 325 mg/kg pakan dengan kadar protein yang paling rendah. Kadar lemak menurun seiring dengan pertambahan kadar vitamin E yang diberikan. Sedangkan untuk kadar protein, jumlahnya meningkat seiring dengan pertambahan kadar vitamin E dalam pakan. Tabel 6. Kadar lemak telur ikan zebra (% bobot kering *) Komposisi prosimat (%) Pakan Perlakuan/Kadar Vitamin E (mg/kg pakan)dalam perbandingan asam lemak n-3 dan n-6 sebesar 1:3 I (325) II (375) III (425) IV (475) Kadar Air * 60, , , ,8037 Lemak 17, , , ,1774 Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa kadar lemak dari telur mengalami kenaikan seiring dengan penambahan kadar vitamin E dalam pakan. Pengaruh pemberian dosis vitamin E yang berbeda pada rasio kadar asam lemak n-3 dan n-6 (1:3) terhadap proses embriologis dari telur setelah pembuahan sampai penetasan disajikan pada Lampiran Pembahasan

28 Nilai gonado somatik indeks (GSI) didapat dari perbandingan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan zebra (Brachydanio rerio). Nilai gonado somatik indeks prasalin untuk masing-masing perlakuan mengalami kenaikan seiring bertambahnya kadar vitamin E yang diberikan (Tabel 4 dan Gambar 2). Berdasarkan hasil uji lanjut (P<0,05), nilai GSI menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Nilai GSI tertinggi sebesar 16,96 % terdapat pada perlakuan pemberian kadar vitamin E 475 mg/kg pakan. Vitamin E berperan penting dalam proses perkembangan gonad karena vitamin ini mempercepat biosintesis vitelogenin di hati. Vitelogenin itu sendiri berupa glycoposphoprotein yang mengandung kira-kira 20 % lemak, terutama phospholopid, triglyserida dan kolesterol (Tang dan Affandi, 2000). Berbeda dengan kandungan fosfat dalam vitelogenin ikan yang lebih rendah dibandingkan pada vertebrata ovipar lainnya, jumlah material lipida pada molekul vitelogenin biasanya sekitar dua kali lebih banyak dibandingkan pada kelompok vertebrata lain. Material lipida yang kemudian membentuk lipovitelin kuning telur ini dapat digolongkan sebagai polar lipid/lipida kutup (Hori et al., dalam Mommsem dan Walsh, 1988 dalam Tang dan Affandi, 2001). Kemudian disebutkan bahwa salah satu fungsi dari vitamin E yang paling nyata adalah untuk melindungi asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel. Pertambahan jumlah vitelogenin akan mengakibatkan bertambahnya nilai GSI karena bobot gonad dalam tubuh ikan akan semakin bertambah.. Menurut Lie et al., (1994) dalam Mokoginta et al.(2000), pada ikan salmon diketahui bahwa á-tocopherol (vitamin E) diangkut dari jaringan periferal ke gonad melalui hati bersama lipoprotein plasma. Seperti halnya dengan vitamin larut dalam lemak lainnya, penyerapan vitamin E ini membutuhkan lemak dalam pakan dan aktivitas asam empedu (Linder, 1992 dalam Zakaria, 2005), karena salah satu dari fungsi lemak adalah melarutkan vitamin A, D, E dan K (Budiyanto, 2002). Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa pada perlakuan pemberian vitamin E 325 mg/kg pakan, 425 mg/kg pakan dan 475 mg/kg pakan mengalami kenaikan nilai gonado somatik indeks di tengah masa pemeliharaan kemudian terjadi penurunan nilai di akhir pemeliharaan. Sedangkan untuk perlakuan

29 pemberian vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan mengalami peningkatan nilai GSI rata-rata seiring dengan bertambahnya masa pemeliharaan. Peningkatan nilai GSI rata-rata pada pelakuan pemberian dosis vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan memiliki nilai yang paling besar mencapai 33,58 % dari minggu ke dua hingga ke minggu ke empat pemeliharaan. Meningkatnya GSI antara lain disebabkan oleh aktivitas vitelogenin. Vitelogenin sendiri merupakan komponen utama dari oosit yang sudah tumbuh dan dihasilkan di hati. Aktivitas vitelogenin ini menyebabkan nilai GSI ikan meningkat (Schultzt, 1984; Cerda et al., 1996 dalam Tang dan Affandi, 2001). GSI mengalami penurunan di akhir penelitian, keadaan ini terjadi karena diduga gonad dari ikan-ikan yang diberi perlakuan telah melewati masa matang gonad dan telah mengalami peluruhan sel telur yang akhirnya diserap kembali oleh tubuh. Sehingga bobot gonad mulai berkurang. Nilai GSI sendiri dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan tingkat kematangan gonad ikan. Oleh karena itu, setelah diketahui terjadinya penurunan nilai GSI ini, pemijahan segera dilakukan. Di alam, ikan zebra membutuhkan waktu 3 4 bulan untuk berkembang dari fase larva sampai fase siap memijah. Namun, dalam penelitian ini tidak lebih dari 2,5 bulan ikan sudah siap memijah. Hal ini dibuktikan dari menurunnya nilai gonado somatik indeks di akhir pemeliharaan pada setiap perlakuan. Keadaan ini diduga disebabkan oleh pengaruh keberadaan vitamin E dalam pakan yang berperan dalam perkembangan gonad. Dosis vitamin E yang diberikan dalam pakan bersama dengan asam lemak n-3 dan n-6 mempengaruhi besarnya kadar lemak telur. Berdasarkan nilai kadar lemak yang diperoleh dari hasil analisa proksimat terhadap telur ikan zebra yang tercantum pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa penambahan vitamin E efektif sampai pada kadar vitamin E sebesar 425 mg/kg pakan saja. Nilai kadar lemak telur terus meningkat seiring bertambahnya kadar vitamin E dalam pakan, namun peningkatan hanya sampai pada kadar vitamin E sebesar 425 mg/kg pakan. Setelah itu penambahan dosis vitamin E lebih lanjut sampai 475 mg/kg pakan nilainya mendatar. Tang dan Affandi (2001) menyebutkan bahwa lemak merupakan aspek nutrisi pakan yang paling penting dan sangat essensial dalam meningkatkan mutu telur, karena asam lemak telur merupakan cadangan makanan

30 dengan konversi energi yang paling tinggi dan juga berfungsi dalam permeabilitas membran telur maupun membran kulit larva. Untuk laju pertumbuhan harian ikan zebra dapat dilihat pada Gambar 2. Laju pertumbuhan harian mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Effendie (1979) menyatakan bahwa kematangan gonad untuk pertama kalinya akan mempengaruhi pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit lambat. Ikan masih dalam tahap adaptasi untuk bisa membagi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh untuk proses reproduksi dan pertumbuhan. Pada awalnya, nutrisi yang masuk semuanya diarahkan untuk proses pertumbuhan. Tetapi, ketika masa reproduksi datang dan untuk pertama kalinya, proses fisiologi tubuh otomatis membagi pasokan energi tersebut. Nilai gonado somatik indeks salin (GSIs) dapat dilihat pada Tabel 4 yang memperlihatkan bahwa semua perlakuan (325 mg vitamin E/kg pakan, 375 mg vitamin E/kg pakan, 425 mg vitamin E/kg pakan dan 475 mg vitamin E/kg pakan) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan GSI prasalin. Nilai GSIs berada pada kisaran 18,99 % - 28,14 % (P>0,05). Sedangkan untuk nilai GSI prasalin berada pada kisaran 12,96 % - 16,96 %, tertinggi pada perlakuan dengan kadar vitamin E sebesar 475 mg/kg pakan yaitu 16,96 %. Keadaan ini menunjukkan bahwa vitamin E yang diberikan pada saat ikan belum memijah menghasilkan nilai GSI yang lebih kecil bila dibandingkan dengan GSI sesudah salin. Pada penelitian ini, vitamin E lebih efektif digunakan oleh ikan setelah masa salin pertama. Data selengkapnya untuk GSIs dapat dilihat pada Lampiran 8. Fekunditas merupakan perbandingan dari jumlah telur yang dikeluarkan dengan bobot telur induk ikan. Fekunditas dari semua perlakuan cukup besar yaitu berada diantara 499,68 707,81 butir/g induk. Semua perlakuan memiliki fekunditas cukup besar dari fekunditas ikan zebra biasanya. Menurut Axelrod et al. (1971), total telur yang dikeluarkan pada saat memijah biasanya berkisar antara butir. Namun penambahan vitamin E pada pakan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada fekunditas yang dihasilkan. Begitu pula pada gonado somatik indeks salin (GSIs), derajat pembuahan telur (DPT), derajat tetas telur (DTT) dan tingkat ketahanan hidup larva 5 hari (SR 5 ), penambahan vitamin E tidak memberikan pengaruh nyata pada keempat parameter di atas. Hal ini

31 dapat dikatakan bahwa jumlah vitamin E sebesar 325 mg/kg pakan sudah cukup memenuhi kebutuhan akan vitamin E dalam mencegah terjadinya reaksi oksidasi pada lemak. Pakan dengan jumlah vitamin E sebesar 425 mg/kg pakan menghasilkan derajat pembuahan telur (DPT) tertinggi yaitu % diikuti dengan perlakuan III dan IV sebesar 92,14 % dan 92,66 % yang bernilai sama kemudian perlakuan I dengan nilai terkecil yaitu sebesar 89,26 (P>0,05). Proses pembuahan merupakan proses bergabungnya inti sperma dengan inti sel telur dalam sitoplasma sehingga membentuk zigot. Terjadi proses ganda di dalam pembuahan yaitu aspek embriologi berupa pengaktifan ovum oleh sperma dan aspek genetik yang berupa pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan ke dalam ovum. Derajat pembuahan telur ditentukan dari kualitas sperma induk jantan. Dalam proses penggabungan gamet, sel telur akan mengeluarkan bahan yang dapat merangsang spermatozoa untuk berenang berusaha mencapai telur yang disebut fertilizin. Spermatozoa memiliki reseptor yang dapat menangkap spermiphilic dari fertilizin. Dari sisi lain cincin ovofilik akan bergantung pada reseptor-reseptor yang ada pada telur sehingga terjadi penggabungan sperma dengan telur (Tang dan Affandi, 2001). Bila kualitas telur tidak bagus, keadaan tersebut tidak bisa berlangsung dengan baik dan dapat mengurangi nilai derajat pembuahan telur. Penetasan merupakan saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya. Derajat penetasan telur disemua perlakuan memiliki nilai yang cukup kecil. Proses embriologis terjadi sebelum larva dapat menetas keluar dari cangkang telurnya. Proses ini membutuhkan asam lemak essensial. Asam lemak essensial ini berfungsi sebagai prekursor dari senyawa prostaglandin yang berperan sebagai hormon. Proses pengenalan antar sel dalam telur dipengaruhi oleh prostaglandin. Pembentukan prostaglandin diawali dari asam lemak essensial asam linoleat yang kemudian diubah menjadi asam arakhidonat (Martoharsono, 1990). Rendahnya asam lemak n-3 yang diberikan diduga dapat menyebabkan gagalnya pembelahan sel dalam proses embriologis dan akhirnya menghasilkan derajat tetas telur yang rendah.

32 Selain itu, proses penetasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, oksigen terlarut, ph, salinitas dan intensitas cahaya (Tang dan Affandi, 2001) dan kualitas sperma dari ikan jantan. Pada proses pembuahan, sperma dari induk jantan akan menyumbangkan faktor hereditas dan memasukkannya ke dalam sel telur (Tang dan Affandi, 2001). Bila kualitas dari sperma tidak bagus, maka akan mempengaruhi proses pembelahan sel hingga terbentuknya embrio di dalam telur. Induk jantan yang digunakan tidak mengalami perlakuan. Hal ini diduga mempengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan. Proses perkembangan embrio yang dapat diabadikan dapat dilihat pada Lampiran 9. Pemberian kadar vitamin E yang berbeda pada perbandingan kadar asam lemak n-3 dan n-6 tetap sebesar 1 : 3 tidak memberikan pengaruh nyata pada tingkat kelangsungan hidup larva yang dipelihara selama lima hari tanpa pemberian pakan. Proses perkembangan dan pertumbuhan larva mengandalkan kuning telur yang dimilikinya. Nilai dari masing-masing perlakuan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah 98,33 % untuk perlakuan vitamin E sebesar 475 mg/kg pakan, 93,33 % untuk perlakuan vitamin E sebesar 325 mg/kg pakan; 88,33 % untuk perlakuan vitamin E sebesar 425 mg/kg pakan dan 86,67 % untuk perlakuan vitamin E sebesar 375 mg/kg pakan. Tingkat ketahanan hidup untuk semua perlakuan memiliki nilai yang cukup baik, berada di atas 80 %. Larva masih dapat bertahan hidup hingga hari ke lima pemeliharaan tanpa pemberian pakan. Umumnya, kuning telur ikan sudah terserap habis di hari ketiga setelah larva keluar dari cangkangnya. Salah satunya seperti disebutkan oleh Amornsakun dan Hassan (1997) dalam Tang dan Affandi (2001) bahwa kuning telur ikan baung habis terserap pada hari ke tiga (70-72 jam setelah menetas). Begitu pula pada ikan bawal air tawar, Colossoma macropomum (Affandi dan Tang, 1999 dalam Tang dan Affandi, 2001), ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis (Slamet et al., 1999 dalam Tang dan Affandi, 2001).

33 Kualitas air selama masa pemeliharaan masih dalam batas kisaran optimum untuk berlangsungnya kehidupan ikan cyprinid. Ikan dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak di dalamnya, karena selama masa pemeliharaan digunakan sistem resirkulasi. Nilai kualitas air ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

34 V. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dosis vitamin E sebesar 475 mg/kg pakan dalam kadar asam lemak n-3 dan n-6 tetap, memberikan pengaruh terhadap penampilan reproduksi prasalin ikan zebra (Brachydanio rerio) yaitu GSI sebesar 16,96 % dan kandungan lemak telur sebesar 24,18 %, dibandingkan dengan penambahan kadar vitamin E sebesar 325 mg/kg; 375 mg/kg maupun 425 mg/kg pakan.

35 DAFTAR PUSTAKA Axelrod H. R., Burgess W. E., Pronek N. and Walls J. G Dr. Axelrod s atlas of freshwater aquarium fishes. Ninth edition. T. F. H. Publications. Inc. USA. 305 p. Bell M. V., Henderson R. J. and Sargent J. R The role of polyunsaturated fatty acids in fish. Mini Review. Comp. Bichem. Physiology.83B: Boyd C. T Water quality in pond for aquaculture. Birmingham Publishing Co. Birmingham. Alabama. 359 pp. Budiyanto. K. A. M. H Dasar-dasar ilmu gizi. UMM Press. Malang. Collins A. Omega-3-fat-efas Juni Effendie M. I Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.. Eschmeyer W. N Catalog of genera of recent fishes. California Academy of Sciences. San Fransisco. 697 p. Hepher B Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press. England. Houghton Mifflin Company The american heritage dictionary of english language September Izquierdo M. S., Fernandez-Palacios H., Tacon A. G. J Effect of broodstock nutrition on reproductive performance of fish. Aquaculture. 197 : Kamler E Early life history of fish. An energetics approach. Chapman and Hall. London. 267 pp. Lehninger A. L dasar-dasar biokimia. Jilid 1. (Alih bahasa oleh: M. Thenawidjaja). Erlangga, Jakarta. 369 hal. Martoharsono S Biokimia Jilid I.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

36 Martoharsono S Biokimia Jilid II.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Maack G. and Segner H. The gonadal development of the zebrafish (Danio rerio) Januari 2005 Mokoginta. I., Jusadi D., Setiawati M.dan Suprayudi M. A Kebutuhan asam lemak esensial, vitamin dan mineral dalam pakan induk Pangasius sutchi untuk reproduksi. Hibah Bersaing VII/1-2 Perguruan Tinggi/Tahun Anggaran 1998/2000. Institut Pertanian Bogor. Laporan Akhir. 54 hal. National Research Council Nutrient requirement of warmwater fishes. National Academy of Sciences Washington D. C. 102 p. Piper R. G., Mc Elwain I. B., Orme E., Mc Carren J. P., Powler L. G., and Leonard J. R Fish hatchery management. United States Development of The Interior of Fisheries and Wildlife Service. Washington, D. C. 517 p. Syahrizal Kadar Optimum Vi tami n E (á-tocopherol) dalam Pakan Induk Ikan Lele (Clarias batrachus Linn.). Tesis, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.69 hal. Takeuchi T., Watanabe T., Ogino C., Saito M., Nishimura K. and Nose T Effects of low protein high calorie and deletion of trace elements from a fish meal diet on reproduction of rainbow trout. Bull. Japan Soc. Sci. Fish. 47 (%) : Tang U. M. dan Affandi R Biologi reproduksi ikan. Pusat Peneliti Kawasan Pantai dan Perairan Universitas Riau.Pekanbaru. 110pp. Tang U. M dan Affandi R Fisiologi hewan air. Unri Press. Pekanbaru Zonneveld, N., Huisman, E. A. dan Boor, J. H. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Gramedia. Jakarta. 317 hal. Watanabe T., Takeuchi T., Origino C. & Kawabata T. (1977). Effect of á- tocopherol deficiency on carp-vii. The relationship between dietary levels of linoleate and á-tocopherol requirement. Bull. Japan soc. Fish. 43, Watanabe T Fish nutrition and mariculture. JICA Textbook The General Aquaculture Course. Department of Aquatic Biosciences. Tokyo university of fisheries. Tokyo. 232 pp.

37 Watanabe. T., Fujimura T., Lee M. J., Fukusho K., Satoh S. and Takeuchi T Effect of polar and non polar lipids from krill on quality of eggs of red seabream Pagrus major. Nippon Suisan Gakkaishi. 57 (4) : Welch E. B Ecological Effects of Waste water. Cambridge University Press. Cambridge. 337 p. Yanto H Pengaruh kombinasi kadar minyak ikan, minyak kelapa dan minyak jagung dalam pakan terhadap komposisi asam lemak tubuh dan pertumbuhan ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr.). Tesis, Program PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Zakaria A Pengaruh pemberian vitamin E (á-tokopherol) yang berbeda pada pakan induk terhadap penampilan reproduksi ikan zebra (Brachydanio rerio). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

38 LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi campuran vitamin dan mineral Komposisi campuran vitamin (mg/100 g pakan) Vitamin B 1 60 Vitamin B Vitamin B 6 40 Vitamin B Vitamin C 5000 Niacin 400 Ca-pantothenate 100 Inositol 2000 Biotin 6 Folic acid 15 p-amino-benzoic acid 50 Vitamin K 3 50 Vitamin A 4000 IU Vitamin D IU Sumber : Watanabe, Komposisi campuran mineral (g/100 g pakan) MgSO. 4 7H 2 O 1.0 Komponen Trace element miv (g/100g pakan) NaCl 15.0 ZnSO.. 4 7H 2 O 35.3 NaH 2 PO. 4 2H 2 O 25.0 MnSO. 4 4H 2 O 16.2 KH 2 PO CuSO. 4 5H 2 O 3.1 Ca 2 (PO 4 ) CoCl. 2 6H 2 O 0.1 Fe-Citrate 2.5 KIO Trace element mix 1.0 Cellulosa 45.0 Ca-lactate 3.5 Sumber : Takeuchi (1988) dalam Watanabe, 1988.

39 Lampiran 2. Hasil analisa proksimat bahan baku pakan (% bobot kering) Bahan Protein Lemak Abu Serat Kasar BETN Tepung Ikan 76,7462 6, ,9197 0,0000 0,0542 Tepung Kedelai 51,9438 1,5374 9,2027 9, ,1243 Pollard 19,6551 3,8941 4,5341 7, ,9094 Tapioka 0,0000 0,3929 0,4042 0, ,1580

40 Lampiran 3. Sumbangan asam lemak n-3 dan n-6 dari bahan pakan Bahan n-3 n-6 Lemak n-3 n-6 Tepung 23,3 3,6 1,5699 0,3658 0,0565 Ikan Minyak 36,4 3,3 1,75 0,637 0,0578 Ikan Minyak 0 56,3 3, ,9294 Jagung Minyak 0 3,8 0,45 0 0,0171 Sawit Total 1,0028 3,0608

41 Lampiran 4. Prosedur Analisa Proksimat Prosedur Analisa Kadar Abu 1. Cawan dipanaskan pada suhu ºC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator menit dan ditimbang (X 1 ). 2. Timbang bahan 2-3 gram (A). 3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 600ºC sampai bahan menjadi putih semua atau telah menjadi abu, kemudian dimasukkan ke dalam oven (suhu ºC) kurang lebih 15 menit untuk menurunkan suhu. 4. Cawan didinginkan dalam eksikator selama menit dan ditimbang (X 2 ). Kadar Abu = ((X 2 X 1 ) / A) x 100 % Prosedur Analisa Protein Tahap Oksidasi 1. Bahan ditimbang sebanyak 0,5 gram (A). 2. Masukkan bahan, katalis, H 2 SO 4 pekat sebanyak 10 ml ke dalam labu kjeldahl. 3. Labu Kjeldahl dipanaskan pada suhu 400ºC hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau bening, kemudian didinginkan dan encerkan dalam erlenmeyer hingga 100 ml. Tahap Destilasi 1. Sebanyak 5 ml larutan hasil oksidasi dimasukkan ke dalam labu destilasi. 2. Tambahkan 10 ml NaOH 0,05 N. 3. Masukkan H 2 SO 4 0,05 N sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 2-3 tetes MnSO 4, destruksi selama 10 menit. Tahap Titrasi 1. Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH 0,05 N. 2. Catat hasil titran 3. Lakukan prosedur yang sama pada blanko. 0,0007 x6,25 x( ml blanko ml titran) x20 Kadar Pr otein = A x100%

42 Prosedur Analisa Lemak (metode Soxhlet) 1. Labu dioven pada suhu ºC selama 1 jam, didinginkan dan ditimbang (X 1 ). 2. Bahan ditimbang sebanyak 3-5 gram (A), masukkan ke dalam selongsong dan soxhlet, letakkan pemberat di atasnya. 3. Masukkan N-Hexan ml ke dalam Soxhlet samapai selongsong terendam dan N-Hexan dimasukkan ke dalam labu. 4. Panaskan labu yang telah dihubungkan dengan Soxhlet di atas hotplate sampai cairan yang merendam bahan dalam Soxhlet berwarna bening. 5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-Hexan menguap semua. 6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama menit, kemudian didinginkan dalam eksikator selama menit dan ditimbang (X 2 ). Kadar Lemak ( X 2 X1) = A x 100% Prosedur Analisa Lemak (metode Folsch) 1. Timbang bahan sebanyak A gram dan tambahkan C ml (20 x A) Chloromethanol perbandingan 2:1. 2. Dihomogenkan selama 5 menit. 3. Hasilnya disaring dengan menggunakan vacuum pump dan kertas saring. 4. Hasil penyaringan dimasukkan (dengan cara disaring dnegan menggunakan kertas saring) ke dalam labu, dimaan di dalamnya telah dimasukkan MgCl 2 sebanyak (0,2 x C) ml. 5. Kocok perlahan selama 1 menit dan siamkan selama 1 malam. 6. Setelah semalam, kemudian diambil lemaknya (cairan endapan yang di bagian bawah) dan dievaporasi, lalu ditimbang (D gram). D Kadar Lemak = A x100%

43 Prosedur Analisa Serat Kasar 1. bahan ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. 2. Tambahkan 50 ml H 2 SO 4 0,3 N, lalu dipanaskan di atas pembakar bunsen selama 30 menit. 3. Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N kemudian panaskan kembali selama 30 menit. 4. Kertas saring dipanaskan dalam oven, lalu dinginkan dan ditimbang (X 1 ), kemudian pasang pada corong Buchner dan hubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat penyaringan. 5. Larutan dan bahan yang dipanaskan tadi dituangkan ke dalam corong buchler, kemudian bilas berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H 2 SO 4 0,3 N, 50 ml air panas lagi dan 25 ml aceton. 6. Siapkan cawan porselen yang telah dipanaskan dalam oven bersuhu ºC selama 1 jam. 7. Kertas saring dimasukkan ke dalam cawan, panaskan dalam oven bersuhu ºC selama 1 jam, lalu dinginkan dalam eksikator selama menit dan ditimbang (X 2 ). 8. Selanjutnya panaskan cawan tadi dalam tanur (600ºC) hingga berwarna putih atau menjadi abu (4 jam), lalu dimasukkan dalam oven bersuhu º selama 15 menit, dinginkan dalam eksokator selama menit dan ditimbang (X 3 ). Kadar Serat ( X 2 X1 X 3) Kasar = A x 100%

44 Lampiran 5. Hasil analisa kualitas air selama pemeliharaan Kualitas DO ph TAN Air Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir Akuarium 7,30 6,14 4,34 6,80 6,48 7,38 0,18 0,02 0,11 Tandon 7,40 6,25 4,44 6,79 6,48 7,38 0,16 0,02 0,15 Outlet 7,38 6,31 4,50 6,78 6,49 7,43 0,32 0,02 0,09

45 Lampiran 6. Data L aj u Pertumbuhan Hari an (á) ikan zebra (Brachydanio rerio) Perlakuan I (Vit E 325 mg/kg pakan) II (Vit E 375 mg/kg pakan) III (Vit E 425 mg/kg pakan) IV (Vit E 475 mg/kg pakan) Ulangan Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Wt Wo á Wt Wo á Wt Wo á Ratarata Ratarata Ratarata Ratarata

46 Lampiran 7. Data Gonado Somatik Indeks (%) Mingguan ikan zebra (Brachydanio rerio) II (Vit E 375 mg/kg pakan) III (Vit E 425 mg/kg pakan) IV (Vit E 475 mg/kg pakan) Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Perlakuan Ulangan GSI GSI GSI Tubuh Gonad Tubuh Gonad Tubuh Gonad (%) (%) (%) I (Vit E mg/kg pakan) Ratarata Ratarata Ratarata Ratarata Lampiran 8. Data Gonado Somatik Indeks Salin (%) ikan zebra (Brachydanio rerio) Perlakuan Ulangan Tubuh (g) Gonad (g) GSIs (%) I (Vit E 325 mg/kg pakan) Rata-rata II (Vit E 375 mg/kg pakan) Rata-rata III (vit E 425 mg/kg pakan) Rata-rata IV (Vit E 475 mg/kg pakan) Rata-rata

47 Lampiran 9. Gambar Perkembangan Telur Pembelahan 8 Sel Stadia Morula I (325 mg/kg pakan) : (060505) I (325 mg/kg pakan) : II (375 mg/kg pakan) : - II (375 mg/kg pakan) : III (425 mg/kg pakan) : (060505) III (425 mg/kg pakan) : IV (475 mg/kg pakan) : - IV (475 mg/kg pakan) : Stadia Blastula Stadia Gastrula I (325 mg/kg pakan) : I (325 mg/kg pakan) : II (375 mg/kg pakan) : II (375 mg/kg pakan) : III (425 mg/kg pakan) : III (425 mg/kg pakan) : IV (475 mg/kg pakan) : IV (475 mg/kg pakan) : Stadia Perisai Embrio Stadia Organogenesis I (325 mg/kg pakan) : I (325 mg/kg pakan) : II (375 mg/kg pakan) : II (375 mg/kg pakan) : III (425 mg/kg pakan) : III (425 mg/kg pakan) : IV (475 mg/kg pakan) : IV (475 mg/kg pakan) : 23.25

48 Sambungan Lampiran 9. Stadia Embrio Embrio Berpigmen I (325 mg/kg pakan) : (070505) I (325 mg/kg pakan) : (080505) II (375 mg/kg pakan) : (070505) II (375 mg/kg pakan) : (080505) III (425 mg/kg pakan) : (070505) III (425 mg/kg pakan) : (080505) IV (475 mg/kg pakan) : (070505) IV (475 mg/kg pakan) : (080505).Larva Telur Mati I (325 mg/kg pakan) : II (375 mg/kg pakan) : III (425 mg/kg pakan) : IV (475 mg/kg pakan) : 20.00

Effect of Enriched Feed by n-3 fatty acids and 2% of n-6 fatty acid on Danio rerio Reproduction. N. B. P. Utomo, L. Nurmalia, dan I.

Effect of Enriched Feed by n-3 fatty acids and 2% of n-6 fatty acid on Danio rerio Reproduction. N. B. P. Utomo, L. Nurmalia, dan I. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 171 18 (25) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 171 PENGARUH PEMBERIAN KADAR ASAM LEMAK n-3 YANG BERBEDA PADA

Lebih terperinci

Effect of Enriched Feed by Different n-6 Fatty Acids Levels at 0% of n-3 on Danio rerio Reproductive Performance

Effect of Enriched Feed by Different n-6 Fatty Acids Levels at 0% of n-3 on Danio rerio Reproductive Performance Pengaruh Jurnal Akuakultur pemberian Indonesia, kadar asam 5(1): lemak 51-56 n-6 (2006) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 51 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH PEMBERIAN

Lebih terperinci

N.B.P. Utomo, N. Nurjanah dan M. Setiawati

N.B.P. Utomo, N. Nurjanah dan M. Setiawati Pengaruh Jurnal Akuakultur pemberian Indonesia, pakan dengan 5(1): 31-39 kadar (2006) vitamin E Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 31 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH

Lebih terperinci

3.KUALITAS TELUR IKAN

3.KUALITAS TELUR IKAN 3.KUALITAS TELUR IKAN Kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: umur induk, ukuran induk dan genetik. Faktor eksternal meliputi: pakan,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus DYAH KESWARA MULYANING TYAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya ikan ini belum diimbangi dengan tingkat produksi yang tinggi karena tidak didukung oleh produksi

Lebih terperinci

Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Fakultas Pertanian Universitas Batanghari, Jambi, Indonesia ABSTRACT

Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Fakultas Pertanian Universitas Batanghari, Jambi, Indonesia ABSTRACT Jurnal Akuakultur Indonesia Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH KADAR VITAMIN E ( TOCOPHEROL) PAKAN TERHADAP KADAR LEMAK, ASAM LEMAK ESENSIAL

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN E PADA PAKAN BERBASIS TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP KEMATANGAN GONAD IKAN NILA MERAH

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG Oleh : Asep Permana C01400003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ASAM LEMAK N-6 DAN N-3 DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.)

KEBUTUHAN ASAM LEMAK N-6 DAN N-3 DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.) Kebutuhan Jurnal Akuakultur asam lemak Indonesia, induk 6(1): ikan baung 7 15 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 7 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id KEBUTUHAN ASAM LEMAK

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet kering berbasis sumber protein nabati yang berjenis tenggelam dengan campuran crude enzim dari rumen domba. Pakan uji yang diberikan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii) 697 Evaluasi penggunaan pakan dengan kadar protein berbeda... (Reza Samsudin) EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii) ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Berdasarkan tingkat keberhasilan ikan lele Sangkuriang memijah, maka dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok perlakuan yang tidak menyebabkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis

Lebih terperinci

PADA PAKAN INDUK TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK BETINA IKAN ZEBRA

PADA PAKAN INDUK TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK BETINA IKAN ZEBRA KOMBINASI ASAM LEMAK n-3/n-6 (1:3) DAN VITAMIN E (a-tokoferol) PADA PAKAN INDUK TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK BETINA IKAN ZEBRA Brachydanio rerio Oleh : Siti Murniasih C14101008 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV Nur Asiah 1, Indra Suharman 1, Siska Wulandari 2 1 Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Percobaan tahap pertama mengkaji keterkaitan asam lemak tak jenuh n-6 dan n-3 yang ditambahkan dalam pakan buatan dari sumber alami

Lebih terperinci

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 99 204 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 99 PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin TINJAUAN PUSTAKA Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin dalam Rahman (2012), sistematika ikan black ghost adalah sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari protein. Bahan ini berfungsi untuk membangun otot, sel-sel, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari protein. Bahan ini berfungsi untuk membangun otot, sel-sel, dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Baung Nutrisi yang harus ada pada ikan adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Sekitar 50 % dari kebutuhan kalori yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh pada penelitian ini meliputi persentase jenis kelamin jantan rata-rata, derajat kelangsungan hidup (SR) rata-rata setelah perlakuan perendaman dan

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus. e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Penelitian Pakan penelitian terbagi menjadi dua yaitu pakan untuk pengujian kecernaan dan pakan untuk pengujian pertumbuhan. Pakan untuk pengujian kecernaan dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Protein Pakan Protein adalah salah satu nutrien yang sangat diperlukan oleh ikan. Protein dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh

Lebih terperinci

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr. PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.) Ediwarman SEKOLAH PASACASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Tahap I Pemberian pakan uji yang mengandung asam lemak esensial berbeda terhadap induk ikan baung yang dipelihara dalam jaring apung, telah menghasilkan data yang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pertumbuhan induk ikan lele tanpa perlakuan Spirulina sp. lebih rendah dibanding induk ikan yang diberi perlakuan Spirulina sp. 2%

Lebih terperinci

Suplementasi vitamin E dengan dosis berbeda pada pakan terhadap kinerja reproduksi induk betina ikan komet Carassius auratus auratus

Suplementasi vitamin E dengan dosis berbeda pada pakan terhadap kinerja reproduksi induk betina ikan komet Carassius auratus auratus Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 14 18 (213) Suplementasi vitamin E dengan dosis berbeda pada pakan terhadap kinerja reproduksi induk betina ikan komet Carassius auratus auratus Dietary vitamin E of

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus Oleh : Noor Fajar Sidiq C14103061 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BELINGKA (Puntius belinka Blkr)

PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BELINGKA (Puntius belinka Blkr) PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BELINGKA (Puntius belinka Blkr) YUNEIDI BASRI Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 22 III. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT), Depok, Jawa Barat. Penelitian ini dimulai sejak Juni sampai Desember

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio

PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio Oleh: NUR BAMBANG PRIYO UTOMO B661020011 SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

3 METODE 3.1 Pakan Uji

3 METODE 3.1 Pakan Uji 19 3 METODE 3.1 Pakan Uji Pakan perlakuan yang digunakan dalam penelitian adalah empat jenis pakan dengan formulasi yang berbeda dan kesemuanya mengandung protein kasar (CP) 35%. Penggunaan sumber lemak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu usaha yang mutlak dibutuhkan untuk mengembangkan budi daya ikan adalah penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat. Selama ini

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Budidj^a Ikan, Fakultas Perikanan dan Iknu Kelautan Umvendtas Riau, dari bulan Juli san^ai dengan Desember 2001. 4.1. Pakan Percobaan

Lebih terperinci

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens 9 3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus 2012, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Nutrisi Ikan, serta di kolam percobaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 103 108 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 103 PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang 16 PENDAHULUAN Latar belakang Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Beberapa kelebihan yang dimiliki ikan ini adalah mudah dipelihara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015), 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan komoditas bahan pangan yang bergizi tinggi dan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015), konsumsi produk

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Hasil percobaan perkembangan bobot dan telur ikan patin siam disajikan pada Tabel 2. Bobot rata-rata antara kontrol dan perlakuan dosis tidak berbeda nyata. Sementara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LEMAK PATIN DALAM PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus. Utilization of Catfish Body Fat in the Diet of Tilapia Oreochromis niloticus

PENGGUNAAN LEMAK PATIN DALAM PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus. Utilization of Catfish Body Fat in the Diet of Tilapia Oreochromis niloticus Penggunaan Jurnal Akuakultur lemak Indonesia, patin dalam 6(1): pakan 89 95 ikan (2007) nila Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 89 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id Bulan Ke-2

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan 17 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Lapang Pusat Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (PSIK IPB) Ancol Jakarta Utara pada bulan Juli Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila berdaging padat, tidak mempunyai banyak duri, mudah disajikan dan mudah didapatkan di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. 3.2 Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

RETENSI ENERGI PADA IKAN

RETENSI ENERGI PADA IKAN RETENSI ENERGI PADA IKAN Oleh : Nama : Devi Olivia Muliawati NIM : B1J009088 Rombongan : II Kelompok : 5 Asisten : Yudi Novianto LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik ikan nila merah Oreochromis sp. Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil (Mesir) dan danaudanau yang berhubungan dengan aliran sungai itu. Ikan nila

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2012, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2012, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2012, hlm 66 79 ISSN 0126-4265 Vol. 40. No.1 66 Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2012, hlm 66 79 ISSN 0126-4265 Vol. 40. No.1 Penambahan Asam Lemak Linoleat (n-6)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN POTENSI REPRODUKSI INDUK IKAN SEPAT HIAS ( Trichogaster sp )

PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN POTENSI REPRODUKSI INDUK IKAN SEPAT HIAS ( Trichogaster sp ) 1 PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN POTENSI REPRODUKSI INDUK IKAN SEPAT HIAS ( Trichogaster sp ) Puji Kurniawan 1, Yuneidi Basri 2, Elfrida 2 1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan E-mail

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) Oleh: Budi Utomo C14101048 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa 17 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahap 1 adalah uji efektivitas enzim cairan rumen domba terhadap penurunan kandungan serat kasar bungkil kelapa. Uji Tahap 2 adalah mengevaluasi

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI

GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS MUDA DAN DEWASA PADA IKAN MAS Cyprinus carpio.l RAHMAT HIDAYAT SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011-Juni 2012. Pemeliharaan ikan dilakukan di Pusat Studi Ilmu Kelautan (PSIK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus) Oleh Adi Hardiyanto, Marwa dan Narulitta Ely ABSTRAK Induk ikan mandarin memanfaatkan pakan untuk reproduksi. Salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV Indra Suharman 1, Nur Asiah 1, Helmy Syaripah Nasution 2 1 Staf Pengajar Jurusan Budidaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan metabolisme di dalam tubuh, protein menyumbang paling besar kalori di dalam tubuh dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

EFEK SUPLEMENTASI Spirulina platensis PADA PAKAN INDUK TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TELUR IKAN NILA Oreochromis niloticus

EFEK SUPLEMENTASI Spirulina platensis PADA PAKAN INDUK TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TELUR IKAN NILA Oreochromis niloticus EFEK SUPLEMENTASI Spirulina platensis PADA PAKAN INDUK TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TELUR IKAN NILA Oreochromis niloticus Firsty Rahmatia 1, Yudha Lestira Dhewantara 1 Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perikanan,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERHORMON 17a-METILTESTOSTERON PADA DOSIS 30, 40, DAN 50 mg/kg PAKAN TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN LUO HAN (Cichlasoma spp.

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERHORMON 17a-METILTESTOSTERON PADA DOSIS 30, 40, DAN 50 mg/kg PAKAN TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN LUO HAN (Cichlasoma spp. PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERHORMON 17a-METILTESTOSTERON PADA DOSIS 30, 40, DAN 50 mg/kg PAKAN TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN LUO HAN (Cichlasoma spp.) Oleh : M. Fauzan Adam C01400049 SKRIPSI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil pengamatan kelangsungan hidup larva ikan Nilem selama 15 hari dengan pemberian Artemia yang diperkaya dengan susu bubuk afkir 0,3 g/l, 0,5 g/l,

Lebih terperinci

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK 417 Siklus reproduksi tahunan ikan ringan... (Lili Solichah) SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK ABSTRAK Lili Solichah,

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Lukito (2002), adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)

Lebih terperinci

KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) YANG DIBERI PAKAN DENGAN KANDUNGAN KROMIUM BERBEDA

KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) YANG DIBERI PAKAN DENGAN KANDUNGAN KROMIUM BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 171 176 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 171 KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini meliputi tahap bahan dan alat, persiapan wadah pemeliharaan, ikan uji, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 2 Ekologi, Habitat Manusia & Perubahan Persekitaran 53 PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC IDASARY

Lebih terperinci

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dian Puspitasari Program studi Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas Asahan Email: di_dianri@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan 33 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pemeliharaan ikan dilakukan di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya, IPB. Histologi gonad dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan (LKI), uji glukosa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pemberian pakan buatan di BBAP Situbondo dilakukan bulan Oktober sampai Desember 2008. Sedangkan untuk pada bulan Agustus-September induk diberi perlakuan pakan rucah

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perlakuan penyuntikan hormon PMSG menyebabkan 100% ikan patin menjadi bunting, sedangkan ikan patin kontrol tanpa penyuntikan PMSG tidak ada yang bunting (Tabel 2).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci