Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN TEMATIS DI SEKOLAH TINGKAT AWAL BERBASIS SENI (Studi Kasus di Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang) Oleh: Uus Karwati ABSTRAKSI Kegiatan pendidikan seni budaya dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pewarisan nilainilai luhur budaya bangsa sejak dini kepada generasi penerusnya agar mereka tidak tercerabut dari akar-akar budayanya. Agar proses pembelajaran dapat dimaknai siswa didik, maka guru harus menyusun program pembelajaran sesuai keadaan psikologis siswa didik dengan strategi pembelajaran yang tepat agar kegiatan pembelajaran dirasakan bermakna oleh siswa didik. Salah satu kegiatan pembelajaran seni budaya secara non formal pada siswa didik tingkat awal yakni di sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang dengan menerapkan pendekatan tematik dan model terpadu, dengan memadukan tiga materi pembelajaran yakni seni musik, seni tari dan seni kerajinan. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yakni secara kualitatif dan kuantitatif yang disebut sebagai mixed methode (Creswell: 2009). Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh kesimpulan bahwa berdasarkan hasil penghitungan skor preetest dan posttest, diketahui bahwa aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor siswa didik setelah mengikuti pembelajaran dengan model terpadu menunjukan kenaikan yang signifikan. Proses ini ditunjukan dengan kemampuan praktek siswa didik dalam menunjukan kemampuan seninya melalui proses belajar seni budaya di sanggar tersebut secara lebih bermakna. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan hidup manusia yang berbudaya. Melalui kegiatannya pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pewarisan nilai-nilai luhur budaya bangsa kepada generasi penerusnya agar mereka tidak tercerabut dari akar-akar budayanya. Nilai-nilai budaya akan mengkristal menjadi sistem nilai yang menjadi dasar tingkah laku dan menentukan sikap perilaku kehidupan manusia. Pemahaman dan kesadaran terhadap akar-akar budaya dan nilai-nilainya pada anak didik, diharapkan mampu mengembangkan kepribadian yang kreatif dan mampu menempatkan dirinya di berbagai lingkungannya. Menurut Tilaar (1999:63) nilai-nilai dan norma budaya yang berkembang di suatu lingkungan masyarakat itu harus hidup, menghidupi, dan mengarahkan kehidupan masyarakatnya kini dan masa depan guna memperkuat jati diri demi ketahanan bangsa. Sikap dan kemampuan serta pemahamannya terhadap nilai-nilai budaya, kelak akan dapat membimbing hidup manusia dalam menghadapi nilai-nilai global. Dibagian lain Tilaar menekankan bahwa pembangunan pendidikan di Indonesia harus diupayakan berbasis pada nilai-nilai budaya yang hidup di lingkungan masyarakat agar membentuk individu yang menjadi bagian dari komunitasnya. Agar dapat dipahami siswa didik, maka pengenalan nilainilai budaya dapat dikenalkan sejak dini melalui kegiatan pembelajaran. 86 ISSN X

2 Kegiatan belajar mengajar pada siswa didik di tingkat usia awal merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Agar proses pembelajaran dapat dimaknai siswa didik, maka guru harus menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan keberadaan peserta didik terutama berhubungan dengan kondisi psikologisnya. Guru juga dituntut agar dapat mencari dan menyusun strategi pembelajaran yang tepat sehingga kegiatan belajar mengajar tidak mengalami kejenuhan namun sesuai dengan tujuan akhir yang hendak dicapai dalam program pembelajaran. Guru harus berupaya untuk dapat melaksanakan tujuan pembelajaran berdasarkan tuntutan kurikulum di sekolah. Khususnya untuk pembelajaran seni budaya, beberapa sekolah telah dapat melaksanakan proses pendidikan sesuai harapan tersebut, namun kebanyakan guru belum dapat memenuhinya dan salah satu penyebabnya adalah akibat terkendala oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran. Akibat dari kendala tersebut proses pembelajaran hanya dapat dilaksanakan di kelas, lebih berpusat pada teori dan kurang mengkaitkannya dengan lingkungan kehidupan siswa secara nyata. Akibat lain, hasil pembelajaran kurang dimaknai secara baik oleh siswa didik, proses pembelajaran berjalan secara pasif dan aktivitas pembelajarannya kurang memotivasi siswa didik untuk kreatif mengingat materi yang diberikan cenderung bahkan lebih bersifat teoretis. Untuk mengatasi kendala sarana dan prasarana pembelajaran, maka guru dapat memilih proses pembelajaran yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas secara formal, melainkan dilakukan secara non formal di luar lingkungan kelas seperti halnya melalui kunjungan di sanggar seni. Salah satu sanggar yang menyediakan layanan tujuan kunjungan pembelajaran seni yakni sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang yang berlokasi di Ujung Berung Kabupaten Bandung yang dikenal dengan sebutan Kampung Seni. Sebagai sanggar seni budaya, salah satu kegiatan di Kampung Seni yakni menawarkan layanan pembelajaran seni budaya dengan mengembangkan model terpadu dan pendekatan tematis berbasis seni khususnya bagi siswa didik tingkat usia awal yakni anakanak usia dini dan anak-anak usia sekolah dasar kelas rendah (kelas 1-3). Materi pembelajaran yang dikembangkan yakni berbasis seni pada budaya lokal daerah setempat. Namun demikian pelaksanaan pembelajaran tersebut masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian tujuan pembelajaran masih dilakukan sesuai kajian masing-masing secara tidak terkait. Hal itu tentu saja sedikitnya akan menghambat ketercapaian tujuan itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena-fenomena kehidupan yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek-aspek cabang ilmu. Oleh karena itu pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa didik, baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Untuk itu maka 87 ISSN X

3 peneliti mencoba melakukan langkah eksperimen pembelajaran dengan memadukan tema tertentu dalam proses kegiatan belajarannya. Penulis berasumsi bahwa penerapan pendekatan tematik berbasis seni yang diterapkan kepada siswa didik tingkat awal di sanggar Kampung Seni akan membantu meningkatkan efektrivitas sanggar dalam memberikan layanan pembelajaran kepada siswa didik agar siswa didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik serta pembelajaran yang lebih bermakna. Latar belakang tersebut sangat menarik perhatian penulis, terutama untuk mengetahui bagaimana pengembangan pembelajaran model terpadu dengan pendekatan tematis berbasis seni yang diterapkan pada usia tingkat awal di sanggar tersebut. KERANGKA PIKIR Sanggar Kampung Seni & Wisata Manglayang, dipimpin oleh Kawi dan dibina bersama-sama dengan istrinya Ria. Sanggar itu menerima layanan belajar seni untuk sekolah tingkat usia awal yang bertujuan mengenalkan seni dan budaya masyarakat secara kontekstual dengan pendekatan terpadu. Untuk itu sanggar menyediakan pelayanan seni melalui paketpaket yang diminati pengunjungnya. Untuk anak usia tingkat awal (TK dan SD tingkat rendah), pelayanan pembelajaran memadukan antara apresiasi dan pengetahuan seni serta budaya tradisi masyarakat Sunda. Pelaksanaan pembelajaran senantiasa menghadirkan proses apresiasi, diskusi, dan praktek berpengalaman seni sesuai tingkatannya. Kawi dan Ria secara khusus mengembangkan konsep pembelajaran tematis dengan pendekatan terpadu khususnya pada tingkat usia anak-anak dengan menekankan perhatian untuk mengajak siswa didik berkreativitas seni dalam bentuk memadukan pembelajaran seni tari, pembelajaran seni musik dan pembelajaran seni rupa/kerajinan. Strategi pembelajar seni di sanggar Kawi mampu mewujudkan konsep empat pilar pendidikan sepanjang hayat (Sutaryat: 2002, dan Sudjana: 2007) yakni learning to know, learning to do, learning to be, and learning to life together (UNESCO: 2004). Pendekatan tematis merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran terpadu. Menurut Trianto (2010:vii) model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dalam suatu tema tertentu. Melalui pembelajaran terpadu, siswa didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, autentik dan aktif. Cara merancang pembelajaran tersebut sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan 88 ISSN X

4 pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsure-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian ilmu-ilmu yang relevan akan membentuk skema kognitif sehingga siswa didik memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena kehidupan hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Melalui kegiatan mempelajari ke tiga rumpun seni tersebut maka diharapkan siswa didik lebih memiliki kedalaman wawasan maupun tingkat keterampilan dan pengetahuan yang beragam dan kompleks (multiplekenowledge) mengenai pengetahuan seni serta tidak terpecah-pecah. Pembelajaran terpadu dibedakan berdasarkan pola pengintegrasian materi atau tema. Salah satu model yang telah dikenal dalam pembelajaran terpadu yang mengembangkan pengintegrasian tema yaitu model Webbed. Menurut Trianto (2010) model Webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema ditentukan kemudian dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang studi. Dari sub-sub tema tersebut kemudian dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengamati proses pembelajaran di sanggar Kampung Seni secara mendalam, dan guna membuktikan keefektifan hasil pelaksanaan pembelajarannya penulis melakukan langkah-langkah penelitian dengan memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif atau disebut dengan pendekatan mixed method seperti yang dimaksudkan dalam Creswell ( 2009) dalam Achmad Fawaid (2010). Pengamatan dilakukan terhadap salah satu kunjungan pembelajaran siswa didik TK Nur Fauzan yang beralamat di Ujung Berung Bandung. Pada prosesnya penulis berupaya mendeskripsikan keberadaan sanggar Kampung Seni yang menunjang pelaksanaan pembelajaran serta mengamati efektifitas penerapan model pembelajaran tematis yang diaplikasikan dalam kegiatannya. Untuk mengetahui hasil belajar, peneliti menggunakan eksperimen dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai model pembelajaran terpadu (before after) dengan membandingkan system pembelajaran antara kelompok pembelajaran sebelumnya yang masih menggunakan system lama dengan kelompok pembelajaran yang sudah menggunakan system baru yakni penerapan model terpadu. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu kegiatan pembelajaran yang diamati dalam kunjungan di sanggar Kampung Seni & Wisata yakni TK Nur Fauzan. Jumlah siswa didik yang berkunjung yakni sekitar ISSN X

5 orang. Untuk menyiapkan layanan pembelajaran terpadu di sanggar Kampung Seni, Kawi dan Ria menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran tersebut antara lain: arena wisata berbasis lingkungan budaya masyarakat Sunda, terdapat bentuk-bentuk bangunan yang merefleksikan bangunan tradisi masyarakat Sunda, lingkungan yang alamiah yakni terdapat kebun pepohonan dengan lingkungan sawah dan kolam-kolam ikan, lingkungan yang ramah dan adanya tempat belajar yang memadai yang ditata secara artistik dalam bentuk bangunan Sunda yang disebut bangunan bale riung. Tema materi pembelajaran yang diaplikasikan yakni mengenal lingkungan sekitar, adapun materi pembelajaran yakni tari, musik dan kerajinan. Sub tema yang dipelajari yakni mengenal binatang pelaiharaan yakni ayam. Materi yang dipelajari yakni: materi tari dengan stimulus gerak binatang yang terdapat disekitar siswa seperti gerak ayam, materi musik yakni membuat kreativitas bunyi dengan stimulus bunyi binatang ayam. Sementara itu untuk seni rupa mengembangkan karya seni ekspresi tentang binatang. Berdasarkan prosesnya tahaptahap pemberian materi dalam kunjungan pembelajaran TK Nur Fauzan disusun kompetensi belajar dan indikator sebagai berikut. Tema pembelajaran TK: mengenal lingkungan dengan tema binatang a. Pembelajaran musik: Kompetensi Hasil belajar Indikator : menciptakan warna bunyi khas dari binatang ayam, mengenal ketukan dasar berbirama 4/4 dengan tempo sedang : siswa mampu membunyikan minimal tiga warna bunyi tertentu dari kesan gerak ayam dengan tempo sedang : menyajikan bunyi: petok-petok, kukuruyuk, kepak-kepak sesuai dengan hitungan sederhana. b. Pembelajaran tari Kompetensi : anak mempraktekan bentuk gerak dengan stimulus gerak binatang ayam. Hasil belajar : siswa mampu membuat gerak lokomotor dan non lokomotor dengan hitungan sederhana: gerak tangan, kepala dan badan. Indikator : gerak tangan ke samping, gerak tangan ke depan, gerak tangan ke bawah. c. Pembelajaran seni rupa/kerajinan: Kompetensi : membuat property tari Hasil belajar : siswa dapat membuat property tari: gelang, kilat bagu, siger dan ikat pinggang. Indikator : membuat bentuk rangkaian dari bahan daun dengan bentuk melingkar, dan berdiri tegak Tahap-tahap pembelajaran TK Nur- Fauzan adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Pada proses persiapan instruktur mempersiapkan kesiapan alat, tempat/fasilitas, media, materi dan instrument pembelajaran. Alat-alat yang disediakan disesuaikan dengan tema pembelajaran yakni mengenal lingkungan alam. Ria berperan sebagai instruktur pembelajaran 90 ISSN X

6 dibantu oleh instruktur binaan Ujang Setiadi, Yogi, dan Hesti. Pelaksanaan proses pembelajaran ini melalui tahap perencanaan, proses, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan hal-hal yang disiapkan meliputi pemilihan: tema pembelajaran, materi pembelajaran, metoda pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, penyiapan alat-alat dan media, penyiapan tempat atau arena wisata, koordinasi pelaksana: anggota diklat dan seniman, pelatihan materi pertunjukkan seni. 2. Proses Pembelajaran a) Tahap pertama Kunjungan TK Nur Fauzan berjumlah 70 orang. Awal kunjungan siswa didik disambut dibagian depan sanggar dengan sambutan instruktur Ria dan seni pangbage. Ria juga menyediakan alat-alat untuk kreativitas seni ritmis yakni terbuat dari bahan batok. Para siswa didik masing-masing dibagi alat batok, kemudian dengan instruksi Ria, para siswa membunyikan alat batok secara bersama-sama dalam berbagai motif. Selanjutnya dengan ritme sederhana bunyi batok disatukan dengan musik pangbage, kemudian bersama-sama pangbage para siswa dipersilahkan menuju ke bale riung. Bagian awal kunjungan para siswa dibagi alat musik batok. Dengan bimbingan pemandu para siswa mempraktekan motif music batok sederhana. Tabuhan musik batok kemudian disesuaikan dengan musik pangbage. Setelah ritme musik dikuasai kemudian siswa didik memasuki arena, bersama dengan pangbage. Pada tahap tersebut para siswa didik berada dibarisan paling belakang, sementara musik pangbage berada di depan iring-iringannya. Seni pangbage meliputi: dog-dog, angklung, iring-iringan penari kunang-kunang, penari kupu-kupu, penari kijang, dan pemain angklung. Mereka telah mengenakan kostum lengkap sesuai dengan perannya masingmasing. Iring-iringan rombongan penyambutan siswa TK Nur-Fauzan tampak meriah seperti halnya suasana pawai keramaian seni. Ria dan anggota diklat memandu iring-iringan tersebut menuju bale riung. Sementara itu di bale riung telah disediakan media pembelajaran untuk digunakan dalam praktek kunjungan wisata tersebut. Lokasi pembelajaran berpusat di bale riung. Para peserta didik duduk berderet menghadap ke depan dalam susunan setengah lingkaran. Bentuk bale riung yang terbuka lebih memungkinkan terjadi interaksi dari berbagai sisi bahkan dari bagian lain di luar bangunannya. Penyusunan tempat duduk tersebut sangat efisien, mereka dapat melihat satu sama lain. Di bagian tengah yang lowong telah memudahkan semua peserta didik dapat langsung berinteraksi baik dalam memperhatikan maupun praktek seni. situasi tersebut dapat memungkinkan terjadi situasi belajar yang berpusat pada peserta didik (participant centre). Di tempat tersebut telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pembelajaran (alat atau media pembelajaran). 91 ISSN X

7 Alat musik batok kemudian disimpan dengan bantuan para anggota diklat sebagai pemandu wisatanya. Pada tahap awal pembelajaran Ria menyambut para siswa dengan sapaan bahasa Sunda yakni sampurasun, mereka tidak mengenal sapaan tersebut. Ria menyambut kehadiran mereka, kemudian memberitahu mengenai maksud kata sapaan sebagai salah satu kebiasaan masyarakat Sunda apabila berkunjung di suatu tempat. Tanya jawab berlangsung dalam proses yang menyenangkan, Ria kemudian memberitahukan mengenai situasi lingkungan sanggar Kampung Seni sebagai tempat untuk belajar dan mengenal seni budaya dengan cara berceloteh. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa juga dibimbing oleh guru binaan sanggar yakni Ujang Setyadi, dan Yogi serta dibantu Hesty untuk memandu kegiatannya. b) Tahap ke dua Tahap selanjutnya guru binaan yang melakukan interaksi dengan siswa didik. Tanya jawab pun berlangsung membahas mengenai kehidupan sekitar peserta didik misalnya: tanya jawab mengenai pohon dan geraknya, atau binatang dengan bunyi dan geraknya. Siswa didik menyebut nama binatang ayam. Guru binaan menstimulus siswa untuk mengucapkan kesan bunyi binatang itu secara variatif dan mempraktekan gerak yang biasa dilakukan binatang tersebut. Secara spontan siswa mempraktekan gerak tertentu sambil membunyikan suaranya bersama-sama. Dari respon siswa kemudian guru menetapkan tiga ragam bunyi dengan geraknya yakni: kotek-kotek, kapak-kapak, dan kukuruyuk dengan gerak yang berbeda. Ragam bunyi tersebut kemudian disepakati untuk diingat dan dipraktekan oleh semua siswa, bahkan guru pengajar TK yang turut serta mendampingi turut mempraktekan geraknya. Kegiatan pembelajaran tersebut dimulai dengan Tanya jawab, guru memberi stimulus mengenali gerak dan bunyi yang ada disekitar siswa. Siswa didik merespon dengan mencontohkan gerak dan bunyi binatang seperti: bebek, ayam, burung, dan kodok. Guru binaan berperan sebagai instruktur mengarahkan gerak dan bunyi yang dipilih siswa yakni binatang ayam. Stimulus gerak dan bunyi ayam sebelumnya telah direncanakan dan dilatihkan Ria kepada guru binaannya. Guru kemudian membimbing gerak siswa dengan menentukan cara-cara menghitung geraknya secara sederhana dengan hitungan: tu, wa, ga, pat. Guru menentukan arah dan bentuk gerak yakni: kotek-kotek untuk gerak tangan membentuk moncong di gerakkan kearah depan layaknya ayam mematuk makanannya. Kapak-kapak untuk bentuk gerak sayap yang sedang terbang diperagakan dengan ke dua tangan setengah membentang ke samping. Kukuruyuk yakni masing-masing tangan kiri kanan membentuk moncong dan menirukan gerak kepala ayam sedang kukuruyuk. Setelah materi tersebut dikuasai, kemudian guru mengarahkan para siswa didik semuanya serta penonton untuk bersama-sama mempraktekan gerak tersebut secara berulangulang. Keserasian antara gerak dengan bunyi serta hitungan menjadi salah satu syarat yang 92 ISSN X

8 perlu ditekankan. Selanjutnya siswa TK tersebut dibagi kelompok dan dibimbing untuk mempraktekan di depan arena atas bimbingan guru Pembina. Suasana pembelajaran materi pertama sangat mengesankan yang mana semua anak dapat berpengalaman mempraktekkan materi tersebut dengan baik. Kegiatan tersebut memadukan aspek gerak, dan aspek musik yakni berbentuk gerak dan bunyi mimesis (tiruan) dari lingkungan sekitar siswa didik.bentuk gerak yang dihasilkan yakni keindahan gerak binatang ayam dan keindahan suara ayam. Acara tersebut berlangsung selama 15 menit. Berikut salah satu gerak ayam dengan bunyi kukuruyuk dan kapak-kapak. Setelah gerak tersebut dikuasai kemudian siswa secara berkelompok diarahkan untuk membuat kerajinan melukis bertema binatang yang memiliki sayap. Lukisan siswa menggunakan bahan pewarna alam seperti: merah dari bahan helaian kelopak bunga, kuning dari bahan kunir, warna hijau dari bahan daun dan warna coklat dari warna kulit pohon. Adapun bahan-bahannya telah disediakan oleh sanggar. Acara tersebut diikuti anak-anak dengan arahan Ria sebagai instruktur dan guru pembina. Anak-anak pun membuat kelompok kerja, masing-masing melukis dengan bimbingan guru-gurunya. Hasil kerja siswa didik ternyata diluar dugaan, sebagian kelompok membuat lukisan dengan tema binatang bersayap, namun ada pula yang membuat lukisan binatang lain seperti gajah, monyet bahkan harimau. Kendati demikian hasil siswa didik kemudian diperlihatkan untuk dievaluasi secara bersamasama antara instruktur dan siswa didik serta para guru. Berikut kegiatan pembelajaran yang dilakukan para siswa TK Nur Fauzan. (a) (b) Foto(a) Siswa TK Nur Fauzan mempraktekan gerak tari meniru kepakan sayap ayam. (b) hasil karya lukis anak-anak TK Nur Fauzan dalam kegiatan pembelajaran di Kampung Seni. (dok. Karwati, April 2010) Pada bagian selanjutnya yakni memberikan materi berupa kerajinan tangan membuat property tari yang menggunakan bahan dasar dari lingkungan sekitar sanggar. Sanggar seni menyediakan bahan berupa daun- daun nangka yang memiliki permukaan lebar, untuk dirangkai menjadi bentuk siger atau hiasan tutup kepala, hiasan gelang lengan. Daun nangka kemudian di rangkai dengan semat yang terbuat dari lidi. Property tari tersebut kemudian dikenakan dengan mempraktekan gerak tari ayam yang telah dikuasai siswa. Berikut foto 93 ISSN X

9 kegiatan merangkai daun sebagai bagian dari kerja kelompok membuat kerajinan property tari sederhana. (a) (b) Foto(a) siswa TK Nur Fauzan merangkai property tari dari bahan daun nangka, (b) siswa didik mencoba property hasil karyanya. (dok. Karwati, April 2010) c) Tahap evaluasi Tahap evaluasi dalam hal ini dilakukan dengan menilai hasil kerja siswa didik. Evaluasi ini dilakukan dengan cara tiap kelompok memperlihatkan hasil kerjanya. Gambar hasil kerja kelompok diperlihatkan, kemudian siswa didik ditanya mengenai ide pembuatan gambar tersebut dan alasannya. Keterkaitan dengan materi pembelajaran gerak dan musik adalah tentang binatang yang memiliki sayap atau sebangsa unggas. Ria melakukan tanya jawab mengenai: bentuk gambar binatang apa, warna unggas, jenis makanan dan cara-cara makannya, tempat binatang hidup, dan perlunya menyayangi binatang sebagai salah satu wujud sikap harus saling menyayangi sesama mahkluk ciptaan Tuhan. Bagian ini diakhiri dengan pesan pentingnya menyayangi binatang dan sesama teman, hormat terhadap ibu guru, dan ibu bapak serta saudara. d) Tahap akhir pembelajaran Pada bagian ini siswa didik dipersilahkan duduk di tempat semula yakni didepan bale riung. Siswa dipersilahkan untuk menyaksikan penyajian hiburan pertunjukan kreasi seni antara lain: tari kunang-kunang hasil pelatihan guru Rina dari SDN Cangkuang I, tari kupukupu hasil binaan sanggar Pustada pimpinan Iwan, tari kijang hasil binaan guru Hesty dari sanggar Bertis desa Sayang Kecamatan Cileunyi, dan musik angklung dari SDN Cileunyi III hasil binaan guru Euis, yang semuanya merupakan binaan sanggar Kampung Seni. Setelah apresiasi tari, siswa didik dipersilahkan untuk menikmati makan siang. Dalam kegiatan tersebut siswa didik masing-masing diberi sebutir telur rebus oleh pihak sanggar Kampung Seni. Pemberian telur terkait dengan tema pembelajaran gerak tari dan musik yang mengambil stimulus dari binatang ayam/unggas, bahwa telur merupakan bagian yang 94 ISSN X

10 dihasilkan dari unggas ayam betina yang bermanfaat bagi kesehatan. Setelah acara makan siang, siswa didik diajak berdoa bersama mengucapkan rasa syukur dan berterimakasih atas kehadiran di sanggar Kampung Seni. Acara tersebut kemudian diakhiri dengan pengucapan kesan dan pesan baik dari guru maupun siswa didik. Siswa didik merasa senang karena dapat belajar sambil bermain, bisa menari, dan menyaksikan kesenian yang disuguhkan oleh sanggar. Siswa didik menjawab bahwa pembelajarannya tidak susah dan dapat diikutinya. Guru terkesan bahwa pembelajaran tersebut bermanfaat karena menunjang materi pembelajaran disekolah. Melalui pembelajaran tersebut siswa didik mendapatkan pengalaman yang lebih bermakna. Setelah acara tersebut, bagian ini diakhiri dengan ucapan terimakasih dan doa bersama atas kelancaran kegiatan kunjungan pariwisata di Kampung Seni dan Wisata Manglayang serta pengisian instrument evaluasi penelitian. Untuk mengetahui efektivitas model terpadu dengan pendekatan tematik pada TK Nur Fauzan adalah sebagai berikut. a. Aspek Kognitif Berdasarkan hasil penghitungan skor preetest dan posttest, diketahui bahwa pengetahuan siswa didik setelah mengikuti pembelajaran dengan model terpadu menunjukan kenaikan. Skor hasil pembelajaran aspek kognitif pada TK Nur Fauzan sebelum diterapkan model terpadu mencapai rata-rata dengan simpang baku= Setelah mengikuti pembelajaran mencapai rata-rata= 66.14, dengan simpang baku = 6,21. Hal ini memberikan arti bahwa terjadi perubahan yang sangat sinifikan antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengetahuan akhir setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan tematis dan model terpadu. b. Aspek Afektif Berdasarkan hasil perhitungan skor pre-test dan post-test, diketahui bahwa sikap siswa didik setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan tematik menunjukan kenaikan berarti. Skor yang dicapai oleh siswa didik TK Nur Fauzan sebelum mengikuti pembelajaran mencapai rata-rata 54,03 dengan simpangan baku= 4,95. Setelah mengikuti pembelajaran mencapai rata-rata 71,03 dengan simpangan baku = 8,21. Hal ini memberikan arti bahwa terjadi perubahan yang signifikan antara sikap awal peserta dengan sikap akhir setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan tematik dan terpadu bagi siswa didik TK Nur Fauzan. c. Aspek Psikomotor Berdasarkan skor hasil pembelajaran aspek psikomotor pada TK Nur Fauzan sebelum diterapkan model terpadu mencapai rata-rata= 52,11, dengan simpang baku=5,39. Setelah mengikuti pembelajaran mencapai rata-rata = 72,20 dengan simpang baku = 6,74. Hal ini memberikan arti bahwa terjadi perubahan yang signifikan antara sikap awal peserta dengan 95 ISSN X

11 sikap akhir setelah mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan CTL dan model terpadu. Berdasarkan pengamatan pada praktek pembelajarannya, Ria mengembangkan konsep pembelajaran yang humanis, yang menurut konsep Landsman (1962) dalam Sudjana. D (2001) menekankan pada pentingnya sasaran (objek) kognitif dan afektif pada diri seseorang dan pada lingkungannya. Peserta didik diharapkan akan mampu mempersepsi pengalamannya termasuk pengalaman belajarnya, dan mampu menginternalisasi pengalamannya secara aktif dalam kehidupannya. KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan pada praktek pembelajarannya, Ria mengembangkan konsep pembelajaran yang humanis, yang menurut konsep Landsman (1962) dalam Sudjana. D (2001) menekankan pada pentingnya sasaran (objek) kognitif dan afektif pada diri seseorang dan pada lingkungannya. Peserta didik mampu mempersepsi pengalamannya termasuk pengalaman belajarnya, dan mampu menginternalisasi pengalamannya secara aktif dalam kehidupannya. Pembelajaran tersebut telah memberikan kebebasan yang luas kepada peserta didik (siswa maupun instruktur) dalam memilih dan memutuskan apa yang ingin dipelajari, bagaimana cara mempelajari, dan dimana serta kapan mereka akan belajar sesuai dengan sumber belajar yang disediakan oleh sanggar. Langkah pembelajaran sesuai dengan konsep Sudjana (2001:21) yakni: memperlihatkan (to show) yakni dengan memperlihatkan atau mencontohkan materi seni misalnya: bentuk gerak, dan teknik gerak, menjelaskan (to tell) yakni setiap ragam gerak yang diajarkan dijelaskan mengenai struktur, bentuk dan detailnya, kemudian mengerjakan (to do), setelah detail atau bentuk dijelaskan dan difahami peserta didik kemudian mereka berlatih berulang-ulang (drill), bagian selanjutnya yakni memeriksa atau mengevaluasinya (to chek). Teknik evaluasi yakni diberikan dalam bentuk pengarahan di akhir pembelajaran. Teknik tersebut dipandang sesuai diterapkan mengingat latar belakang peserta yang variatif dalam menerima informasi pengetahuannya. Tujuan akhir dari keterampilan belajar seni budaya adalah dimilikinya kemampuan seni budaya baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor, mampu mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dan dapat berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya, mengekspresikan dan menyatakan diri sepenuhnya/seutuhnya dengan cara menjadi dirinya sendiri. Proses ini ditunjukan dengan kemampuan praktek siswa didik dalam menunjukan kemampuan seninya melalui proses belajar seni budaya di sanggar tersebut secara lebih bermakna. 96 ISSN X

12 DAFTAR PUSTAKA Sudjana. Djudju. (2000). Managemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production (2004). Pendidikan Non Formal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Azas. Bandung: Falah Production (2005). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Falah Production. Trisnamansyah, Sutaryat Peranan Pendidikan Luar Sekolah Dalam Membangun Masyarakat Creswell, John W. ( ). Research Design. Second Edition. Thousand Oak London, New Delhi: Sage Publication Inc.to Theori and Methods; Allyn and Bacon. Creswell, John W (2009) Research Design. Second Edition. Thousand Oak London, New Delhi: Sage Publication Inc. Moleong, Lexy J. (1995/2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. Trianto (2010) Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Bumi Aksara. BIODATA SINGKAT Nama penulis Stap Pengajar Jurusan Musik FPBS UPI, Pasca Sarjana Strata-3 dan mencoba merumuskan konsep sanggar seni pariwisata pendidikan seni dengan mengambil judul: Kampung Seni dan Wisata Manglayang, sebagai pusat pariwisata pendidikan seni. 97 ISSN X

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN 361 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan, dan saran-saran yang diajukan sebagai temuan penelitian ini. A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II : LANDASAN TEORITIS.. 38 A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah dan Strategi

DAFTAR ISI. BAB II : LANDASAN TEORITIS.. 38 A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah dan Strategi DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL.. I LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv ABSTRAK.. v ABSTRACT vi UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... xi DAFTAR BAGAN.... xiv DAFTAR TABEL.. xvi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan dan kebermaknaan kurikulum akan terwujud apabila ada proses pembelajaran

Lebih terperinci

Aplikasi Model Pembelajaran Sinektik (Synectic Model)

Aplikasi Model Pembelajaran Sinektik (Synectic Model) Aplikasi Model Pembelajaran Sinektik (Synectic Model) 147 Uus Karwati Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Jalan Dr. Setiabudi No. 229 Bandung ABSTRACT The title of this article is Application

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain dalam pendidikan, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berhasilnya suatu proses kegiatan belajar mengajar itu dapat tercermin salah satunya dari minat belajar siswa mengikuti proses kegiatan tersebut. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari di sekolah, antara lain disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membangun pembelajaran kreatif dalam sebuah proses pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1 1 Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni rupa SENI RUPA 1.1 Menjelaskan makna seni rupa terapan - Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah sejak lama dikenal sejak dahulu sampai saat ini. Pentingnya pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal berkenaan dengan bentuk, simbol serta sekilas tentang pertunjukan dari topeng Bangbarongan Ujungberung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan kurikulum yang digunakan pada saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya seni tari terkadang tidak sesuai dengan harapan. Pembelajaran seni tari di sekolah mengalami

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 5/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran yang sama, meskipun implementasi pembelajarannya berbeda. Hal ini dapat

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah suatu tempat atau wilayah tertentu yang dijadikan objek penelitian. Adapun lokasi yang dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan hidup manusia yang berbudaya. Melalui kegiatannya pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP Negeri 1 Lembang SMP Negeri 1 Lembang yang sudah terakreditasi A ini beralamat di Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang tua, keluarga, masyarakatnya tetapi juga bagi keberlangsungan sebuah peradaban, sehingga anak juga disebut

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Seni Budaya Dan Keterampilan Kelas/Semester : III (tiga)/ii (dua) Pertemuan Ke : Alokasi Waktu : x 35 Standar Kompetensi SENI RUPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni musik sebagai bagian dari budaya dalam rangka menggali serta

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni musik sebagai bagian dari budaya dalam rangka menggali serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Musik dewasa ini menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Pada beberapa refrensi, musik dianggap sebagai penyeimbang kemampuan otak kanan dan otak kiri. Musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) Ciri khas musik Rarak Godang Rarak Godang mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Siska Novalian Kelana, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu komponen dalam sistem masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi cukup besar untuk mempersiapkan sumber daya manusia handal dimasa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MUSIK YANG MENYENANGKAN. Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn. Pembelajaran musik di sekolah di sekolah dapat dijadikan media untuk

PEMBELAJARAN MUSIK YANG MENYENANGKAN. Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn. Pembelajaran musik di sekolah di sekolah dapat dijadikan media untuk PEMBELAJARAN MUSIK YANG MENYENANGKAN Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn Abstrak Pembelajaran musik di sekolah di sekolah dapat dijadikan media untuk pembentukan sikap dan watak yang baik. Pembelajaran musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini dirasakan merupakan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam masa pembangunan dan era

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1 1 MATA PELAJARAN : SBK Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi karya seni rupa PROGRAM SEMESTER SENI RUPA Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber Silabus SBK SD 15 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. 9.1. Mengidentifikasi jenis pada karya seni Jenis motif hias motif hias rupa nusantara pada karya daerah lain. seni rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fikhi Frasethian,2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fikhi Frasethian,2013 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seni Budaya dan Keterampilan merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pendidikan SD. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan peserta didik akan mempelajari

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 6/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sunda. Alat musik ini terbuat dari bahan baku tanaman bambu. Namun tidak semua

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 2/1 Tema : Aku Standar Kompetensi : Seni Rupa 1. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 2/2 Tema : Peristiwa yang Mengesankan Standar Kompetensi : Seni Rupa 8. Mengapresiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, juga merupakan senjata yang paling ampuh untuk meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tiap penelitian memerlukan suatu desain yang direncanakan salah satunya menggunakan metode penelitian. Metode memiliki arti yaitu cara yang teratur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

2015 KAULINAN BUDAK SEBAGAI BAHAN AJAR UNTUK MENSTIMULUS MINAT TARI SISWA DI SD LABSCHOOL UPI BANDUNG

2015 KAULINAN BUDAK SEBAGAI BAHAN AJAR UNTUK MENSTIMULUS MINAT TARI SISWA DI SD LABSCHOOL UPI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hak bagi setiap manusia dalam hidupnya. Dalam proses mendapatkan pendidikan, manusia akan meningkatkan perkembangan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap manusia memiliki potensi kreatif yang berbeda-beda. Potensi kreatif merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran seni khususnya seni tari pada saat ini sudah banyak dipelajari diberbagai lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti sekolah negri atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, sebagian wrisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah turun temurun sejak jaman dahulu, dan dipandang perlu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN Seni Rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Rudat merupakan jenis seni pertunjukan yang terdiri dari seni gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu karya seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, musik salah satu cabang kesenian yang merupakan sarana dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Seni Budaya (Seni Rupa) Kelas / Semester : VII (tujuh) / (satu) Standar Kompetensi :. Mengapresiasikan Karya Seni Rupa Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilik. Menurut. Suryonosubroto (2009; 286) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilik. Menurut. Suryonosubroto (2009; 286) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran dengan bertujuan memberikan bekal dan pengalaman bagi siswa untuk mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kepribadian anak yang perlu dikembangkan adalah kreativitas. Maslow & Roger (dalam Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 40) memandang bahwa kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era globalisasi pada berbagai aspek kehidupan kian merebak. Persaingan tersebut terjadi dalam aspek

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa fundamental anak ditentukan dari 0-6 tahun (masa anak usia dini). Menurut Sujiono (2009, hlm. 6) anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku dan pola pikir seseorang. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih kepekaan dan keterampilan melalui media suara. Unsur-unsur musik menurut Jamalus (1998 :

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tari Jaipong telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, terlihat dari tarian yang ditampilkan oleh penari wanita, gerak yang semula hadir dengan gerak-gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian masyarakat. Adalah hal yang sangat diharapkan bahwa budaya mesti tumbuh dan terus hidup dalam

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas siswa menjadi yang lebih baik. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai memaknai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber Silabus SBK SD 17 SILABUS Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 5/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi seni rupa 9.1.Mengidentifikasi jenis motif hias pada seni rupa

Lebih terperinci

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan globalisasi, kreativitas bangsa sangat berpengaruh didalam perkembangan bangsa terutama bangsa Indonesia yang dapat mempercepat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandeglang adalah sebuah Kabupaten bagian dari Provinsi Banten yang dinyatakan berdiri pada tahun 1874, secara administratif kabupaten ini terbagi atas 35

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN Asti Destiana 1, D. Suryatman 2, Nur Eka Setiowati 3 1, 2, 3

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan pemikiran yang tepat, dimana dalam memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Manusia yang tidak kreatif akan mudah tersisihkan oleh orang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari 1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya, peneliti merumuskan beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER Suparmini 31 Abstrak. Hasil belajar IPS siswa kelas 4 A SDN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENGEMBANGAN DIRI DI BIDANG TARI DI SMA NEGERI I LUBUK ALUNG

PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENGEMBANGAN DIRI DI BIDANG TARI DI SMA NEGERI I LUBUK ALUNG PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK DALAM PENGEMBANGAN DIRI DI BIDANG TARI DI SMA NEGERI I LUBUK ALUNG Novila Hesti 1, Susmiarti 2, Darmawati 3 Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS ANALISIS DAN SINTESIS Analisis KTSP sebagai Bentuk Penyempurnaan dari KBK Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang diberlakukan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini berbasis

Lebih terperinci