HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Sifat-Sifat Tanah Dengan Peninggi Tegakan Acacia mangium Peninggi tegakan secara prinsip dipengaruhi faktor genetik, faktor sifat-sifat tanah dan sistim silvikultur. Hasil penelusuran di lapangan diperoleh untuk faktor genetik dan sistim silvikultur (sistim pengelolaan) relatif sama untuk semua lokasi. Sehingga yang mempengaruhi peninggi tegakan adalah sifat-sifat tanah. Pengumpulan data dilapangan meliputi umur, tebal horison A, kemiringan lereng. Data analisis tanah meliputi kadar liat tanah, kadar air tersedia, bobot isi, kandungan N, P, K, Ca, Mg, KTK, ph, C-Organik tanah. Untuk melihat peranan faktor tempat tumbuh terhadap pertumbuhan tegakan Acacia mangium dilakukan analisis regresi linear berganda yang menyertakan 14 peubah bebas tempat tumbuh. Hasil analisis stepwise dengan Program Minitab mendapatkan persamaan regresi terbaik yaitu log Y = 0,60 1,25 1/X 1 0,01 X 3 + 0,50 X ,21 X 7, dengan R 2 = 96,85%. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara peubah bebas X 1, X 3, X 7, dan X 13 dengan log Y. Persamaan terbaik tersebut dilakukan dengan cara penyusupan satu persatu peubah bebas yang mempunyai korelasi yang tinggi dengan log Y. Pada Tabel 2 disajikan nilai koefisien korelasi peubah bebas (X), koefisien dan nilai t hitung dari persamaan terbaik tersebut. Hasil analisis peranan sifat-sifat tanah terhadap peninggi tegakan didapatkan bahwa persamaan regresi yang bersifat positif yaitu kandungan K dan ph tanah, sedangkan umur tanaman dan kemiringan lereng berkorelasi negatif. Tabel 2 Peubah sifat-sifat tanah dan umur yang teruji berkorelasi dengan peninggi tegakan Acacia mangium No Variabel (X i ) Koefisien T hitung R 2 1 Umur pohon (1/X 1 ) -1,25-14,48 ** 96,85 2 Kelerengan (X 3 ) -0,01-2,97 * 94,97 3 K (X 13 ) 0,50 3,27 * 93,45 4 ph (X 7 ) 0,21 2,44 * 91,23

2 Setelah umur tanaman maka sifat kimia tanah merupakan faktor yang berkorelasi sangat erat terhadap peninggi tegakan Acacia mangium. Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kimia tanah lebih banyak mempengaruhi peninggi tegakan Acacia mangium. Hal ini disebabkan karena Acacia mangium merupakan tanaman cepat tumbuh yang memerlukan unsur hara yang banyak untuk pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara dari tanah akan cepat terkuras. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Latifah (2000) yang menunjukkan bahwa selain umur tanaman maka bahan organik tanah merupakan sifat tanah yang paling berkorelasi dengan peninggi tegakan Acacia mangium. Umur Berdasarkan nilai parsial masing-masing peubah bebas terhadap peninggi, faktor umur mempunyai korelasi terbesar terhadap peninggi hutan tanaman Acacia mangium yaitu sebesar -1,25. Faktor umur tanaman mempunyai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 96,85%, hal ini berarti sebagian besar peninggi ditentukan oleh umur. Korelasi yang bersifat negatif menerangkan bahwa semakin tua umur tanaman Acacia mangium maka sampai umur tertentu peninggi yang dihasilkan semakin tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Latifah (2000) bahwa faktor umur memberikan sumbangan terbesar dalam menerangkan keragaman peninggi. Umur tanaman Acacia mangium di lokasi penelitian berkisar antara dua tahun sampai dengan enam tahun dengan peninggi antara 10,0 sampai 28,8 m. Data peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Peninggi tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian No Umur (thn) Peninggi tegakan Peninggi tegakan Peninggi tegakan minimum (m) maksimum (m) rata-rata (m) ,5 11,4 11, ,1 14,3 14, ,9 18,3 18, ,5 21,3 21, ,4 28,8 27,6

3 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semakin bertambah umur tanaman maka peninggi yang dihasilkan semakin tinggi. Peningkatan peninggi ini menunjukkan bahwa tanaman masih mengalami percepatan pertumbuhan dari umur dua tahun sampai dengan umur enam tahun, sehingga tanaman masih produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya. Pada tahap awal, pertumbuhan tanaman berjalan lambat dan semakin cepat mengikuti pertambahan umur tanaman, kondisi ini berlansung hingga mencapai titik pertumbuhan maksimum. Setelah titik pertumbuhan maksimum dicapai maka pertumbuhan akan berjalan konstan (Bidwel 1979) diacu dalam Latifah (2000). Derajat kemiringan lahan Derajat kemiringan lahan di lokasi penelitian berkisar antara 2-9% dengan nilai rata-rata sebesar 6,2%. Derajat kemiringan lahan berkorelasi negatif dengan peninggi Acacia mangium sebesar -0,01. Korelasi negatif berarti tanaman Acacia mangium tumbuh lebih baik pada tempat-tempat yang lebih datar. Pada kondisi lereng yang tidak begitu curam mengakibatkan aliran permukaan yang terjadi tidak sampai berubah menjadi suatu kekuatan destruktif yang besar, sehingga daerah yang agak datar ini dapat menahan lebih lama muatan suspensi tanah dari daerah atasnya. Dengan demikian kenaikan persentase lereng sampai batas tertentu akan mengakibatkan terbentuknya drainase dan aerase yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, ini terbukti di lokasi penelitian disetiap petak ukur dalam setiap kelas umur menghasilkan volume yang lebih besar di daerah kemiringan rendah dibanding daerah yang kemiringanya lebih besar (Lampiran 3). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hafiziansyah (1997) pada tanaman Acacia mangium umur 4 tahun menunjukkan produksi tegakan yang ditanam pada lahan kemiringan 0 8% menghasilkan produksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditanam pada lahan dengan kemiringan 15-25%. Kandungan Kalium Nilai kandungan K di lokasi penelitian berkisar antara 0,10-0,36 me/100g dengan nilai rata-rata sebesar 0,25 me/100g. Dari analisis stepwise kandungan K berkorelasi positif terhadap peninggi tegakan Acacia mangium sebesar 0,50.

4 Korelasi positif artinya semakin banyak kandungan K dalam tanah akan meningkatkan nilai peninggi tanaman Acacia mangium. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Chaerudy (1994) bahwa hubungan kualitas tempat tumbuh dengan peninggi tegakan Acacia mangium menunjukan faktor yang paling mempengaruhi peninggi yaitu umur dan kandungan K. Hal ini juga didukung hasil penelitian Kusnadi (1998) diacu dalam Wasis (2006) pada hutan tanaman Acacia mangium secara tegas mendiagnosis unsur K dan P masingmasing sebagai hara yang paling defisien urutan pertama dan kedua sehingga direkomendasikan untuk memberikan imput baik berupa pupuk maupun pengapuran. Ketersediaan K di dalam tanah dipengaruhi oleh tinggi rendahya ph tanah (Hakim et al. 1986) diacu dalam Latifah (2000). Pada tanah yang masam kekurangan K akan semakin besar yang berarti ketersedian K dalam tanah semakin menurun. Pengaruh ph terhadap kehilangan K dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengaruh kehilangan kalium dapat dipertukarkan oleh pencucian dari tanah Creedmore Lempung Berpasir No ph tanah Kehilangan K (dari % total) 1 4, , , ,03 16 Sumber : (Hakim, et al., 1986) Kalium merupakan unsur hara terpenting yang dibutuhkan tanaman. Kalium diserap tanaman dalam bentuk K + dan merupakan unsur hara makro yang sangat penting bagi proses fisiologis tanaman. Bagian tanaman yang banyak mengandung K adalah batang, daun, buah dan akar. K bukan hara pembentuk organ tanaman, namun hara ini dapat terdapat di dalam semua sel yaitu sebagai ion dalam cairan sel. Inti sel juga mengandung K (Mengel dan Kirby 1982) diacu dalam Wasis (2006). Unsur kalium dalam tanaman mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme. Adanya kadar K tersedia yang cukup dalam tanah akan menjamin pertumbuhan tanaman dengan baik. Kalium dalam tanaman berguna untuk pembentukan hidrat arang dan translokasi gula, kalium juga diperlukan dalam

5 pembentukan klorofil. Kalium juga berfungsi sebagai katalisator proses fisiologis tanaman, mempengaruhi penyerapan unsur hara, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit serta membantu perkembangan akar. Kalium berfungsi mendorong aktifitas sebanyak 40 enzim dan membantu pembentukan protein dari asam amino (Meyer et al. 1960; Geus 1973, Mengel dan Kirby 1982) diacu dalam Wasis (2006). Pada lokasi penelitian pihak perusahaan tidak melakukan pemberian pupuk kalium, perusahaan hanya memberikan pupuk Urea dan SP36. Sehingga pada lokasi penelitian banyak pohon yang roboh. Supaya pohon tidak mudah roboh maka perusahaan harus melakukan pemberian pupuk kalium. Menurut Soepardi (1983) pemupukan kalium terhadap tanaman dipengaruhi berbagai faktor, terutama kemampuan tanah dalam menyediakan unsur kalium, jenis tanaman, tingkat produksi dan pengelolaan pertanian yang dilakukan. Sumber kalium dalam tanah yang utama adalah pupuk buatan, pupuk kandang, pupuk hijau, sisa tanaman dan senyawa alamiah baik senyawa organik maupun senyawa anorganik dari unsur tersebut yang terdapat di dalam tanah. Kehilangan kalium dalam tanah dapat berupa kehilangan karena pencucian atau terangkut oleh tanaman. Adanya kalium tersedia yang cukup dalam tanah menjamin ketegaran tanaman. Sehingga kalium membuat tanaman lebih tahan terhadap berbagai penyakit dan meransang pertumbuhan akar. Pada umur 2 tahun kandungan kalium di lokasi penelitian cukup tinggi (Lampiran 2). Tingginya kandungan kalium tanah pada umur dua tahun kemungkinan disebabkan karena sebagian besar dari total kalium tanah masih berada dalam bentuk relatif tidak tersedia, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Menurut Depdikbud (1991) diacu dalam Astuti (2004) bahwa sebanyak kurang lebih 90-98% dari seluruh kalium tanah berada dalam bentuk relatif tidak tersedia. Kalium berangsur-angsur tersedia disebabkan karena adanya pengaruh air yang mengandung karbonat dan adanya liat masam yang membantu proses penghancuran mineral-mineral primer. Kandungan kalium tanah kemudian mengalami penurunan pada umur 3 tahun, hal ini diduga disebabkan karena kalium terangkut oleh tanaman. Menurut Soepardi (1983) kehilangan kalium akibat terangkut oleh tanaman berjumlah

6 cukup besar, kadang-kadang bisa mencapai tiga atau empat kali lebih tinggi dari fosfor dan dapat pula menyamai nitrogen. Selain itu tanaman juga menyerap kalium jauh lebih banyak dari jumlah yang sebenarnya diperlukan, sehingga terjadi pemakaian yang berlebihan. Jumlah hara yang terangkut sangat tergantung kepada jenis, umur dan sifat tanaman itu sendiri (Depdikbud 1991) diacu dalam Astuti (2004). Kehilangan kalium juga dapat disebabkan oleh erosi, pencucian dan pemanenan unsur hara pada proses penebangan. Pada umur 4 tahun, 5 tahun dan 6 tahun kandungan kalium pada tanah mengalami peningkatan, hal ini dapat disebabkan karena adanya pengembalian hara-hara mineral dari serasah berupa daun-daun dan ranting yang gugur. Pernyataan ini diperkuat oleh Depdikbud (1991) diacu dalam Astuti (2004) bahwa pertambahan kalium dalam tanah dapat dari berbagai sumber, yaitu dari sisa-sisa tanaman dan hewan, dari pupuk perdagangan serta dari mineralisasi mineral kalium dan air irigasi. Pertambahan kalium dari sisa tanaman dan hewan (pupuk kandang) adalah sangat penting menjaga keseimbangan kadar kalium dalam tanah. Pertambahan kalium dari pupuk perdagangan sangat tergantung kebutuhan, sedangkan pertambahan dari mineral juga tergantung pada beberapa faktor, antara lain jumlah mineral dan tingkat pelapukan. Ketersedian kalium dalam tanah dapat diartikan sebagai kalium yang dibebaskan dari bentuk yang tidak dapat dipertukarkan ke bentuk yang dapat dipertukarkan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Menurut Soepardi (1983) ketersedian unsur hara kalium di dalam tanah dipengaruhi beberapa faktor yaitu tipe koloid tanah, suhu atau temperatur, pembasahan dan pengeringan, ph tanah dan tingkat pelapukan. Pemupukan pada hutan tanaman industri yang menanam spesies cepat tumbuh sangat disarankan karena dengan pemupukan ketersedian unsur hara bagi tanaman akan cukup untuk dipakai tanaman dalam proses pertumbuhan sehingga keberlanjutan hasil dapat dipertahankan. Pemupukan pada dasarnya adalah usaha untuk menjaga keseimbangan antara kandungan unsur hara yang diambil oleh tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Ginting et al. (1998) menyatakan bahwa secara umum jenis pupuk yang lazim diterapkan pada pengusahaan tanaman kehutanan adalah Urea, TSP dan

7 KCL dengan dosis masing-masing 100 gr per lubang tanaman sampai tanaman berumur 3 tahun. Derajat keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) berkorelasi positif dengan peninggi tegakan di lokasi penelitian sebesar (0,21), korelasi positif tersebut menerangkan bahwa semakin masam tanah maka nilai peninggi akan semakin kecil. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rukmini (1996) bahwa faktor yang mempengaruhi peninggi adalah umur, kandungan P, C organik, ph dan tebal horizon A. Kondisi ph tanah pada lokasi penelitian setiap kelas umur rendah, yaitu berkisar antara 4,4-4,8 dengan nilai rata-rata sebesar 4,5. Apabila kegiatan pengapuran dan pengelolaan secara intensif dilakukan maka ph tanah tidak akan rendah, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak melakukan kegiatan pengapuran. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ph melalui banyaknya ion + di dalam tanah. Semakin besar kadar ion H +, maka tanah semakin masam (Hardjowigeno 1987) diacu dalam Latifah (2000). Setiap vegetasi mempunyai kebutuhan ph yang berbeda, perbedaan ph disebabkan oleh perbedaan toleransi tanaman terhadap kepekatan ion H + atau ion beracun lainya (Hakim et al. 1986) diacu dalam Latifah (2000). Secara umum unsur hara tanah akan tersedia secara maksimal pada ph mendekati netral dengan nilai ph berkisar sekitar 6,5-7,0 (Killham 1999) diacu dalam Wasis (2006). Penelitian menunjukan bahwa tegakan hutan tanaman Acacia mangium masih dapat tumbuh pada ph berkisar antara 4,40-5,80 (Astuti 1998), sehingga tanaman Acacia mangium merupakan jenis yang toleran terhadap kondisi tanah yang masam. Penelitian Habish (1970) diacu dalam Wasis (2006) mengimformasikan bahwa pembentukan bintil akar terbaik pada Acacia sp diperoleh pada kondisi ph sekitar 6,5 7,0. Hal ini sesuai dengan penelitian Widiastuti (1998) yang menyatakan bahwa kemampuan isolat Rhizobium pada tanaman Acacia mangium dan Acacia crassicarpa tumbuh terbaik pada ph tanah sekitar 7. Sementara itu menurut Peoples et al. (1989) diacu dalam Wasis (2006), pembentukan bintil akar oleh akar tanaman dengan bakteri Rhizobium akan mengalami penurunan apabila

8 kondisi ph tanah di bawah 5,5 atau lebih besar dari 7. Menurut penelitian Wasis (1996) pemberian kapur dosis 1,5 x Al-dd pada tanaman sengon (Paraserianthes falcataria ) yang ditumbuhkan pada media tanah masam dapat meningkatan bobot bintil akar sebesar 152%, meningkatkan aktifitas spesifik nitrogenase sebesar 7,8510 mmol/g bobot kering bintil/jam dan meningkatkan serapan N tanaman sebesar 10%. Sanchez (1992) menyatakan bahwa ketidaksuburan tanah masam disebabkan oleh keracunan aluminium, kekurangan kalsium atau magnesium, dan keracunan mangan. Ginting et al. (1998) menyatakan bahwa untuk memperbaiki ph tanah dapat dilakukan dengan pemberian kapur atau pupuk organik ke dalam tanah. Pemberian kapur dengan dosis 2 6 ton/ha cukup untuk menetralisir Al dan Mn yang bersifat racun, sedangkan pemberian pupuk kandang berkisar antar 1-2 kg per lubang tanam. Menurut Soepardi (1983) kapur yang diberikan umumnya sebanyak 2, 4 dan 6 ton per hektar. Pemberian kapur dapat meningkatkan ph tanah karena adanya ion hidrogen yang dapat dipertukarkan. Guna terciptanya kelestarian hutan tanaman Acacia mangium maka pihak perusahaan PT Bukit Raya Mudisa perlu melakukan pengapuran dan input pupuk yang cukup dan berimbang serta aplikasi bioteknologi. Hal ini penting karena tanaman HTI untuk dipanen memerlukan waktu yang lama, sehingga apabila ada kesalahan maka kerugian dari segi waktu untuk investasi sangat besar. Menurut Soekotjo (1999) guna meningkatan pertumbuhan hutan tanaman dengan penerapan bioteknologi seperti teknik sterilisasi yaitu teknik menghambat perkembangan organ reproduksi dan mengalihkan enersi yang ada untuk memacu pertumbuhan vegetatif seperti hal yang sudah berhasil dicoba pada pohon Populus sp, dimana pohon ini dapat dipanen untuk bahan pulp pada umur 5 tahun dan dapat diterapkan untuk pembangunan hutan tanaman Acacia mangium. Pertumbuhan Dimensi Tegakan Hutan Tanaman Acacia mangium Diameter batang pohon Berdasarkan hasil analisis data diameter batang tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian diperoleh bentuk kurva Y = 0,14*exp((-(6,69-x) 2 ): (2*3,48 2 )) dengan R 2 = 0,98 dan dapat dilihat pada Gambar 2.

9 0.16 S = r = Diameter (m) Umur (Tahun) Gambar 2 Hubungan diameter batang pohon dengan umur tegakan. Gaussian Model: y=a*exp((-(b-x)^2)/(2*c^2)) Coefficient Data: a = 0,14 b = 6,69 c = 3,48 Pada gambar di atas (Gambar 2) dapat dilihat adanya hubungan antara diameter pohon dengan umur tegakan, semakin bertambah umur tegakan maka akan terjadi penambahan diameter pohon. Hal ini menunjukan bahwa diameter pohon masih mengalami peningkatan dari tahun kedua sampai umur enam tahun, sehingga tanaman masih produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya. Secara umum pertumbuhan riap diameter batang pohon tahun berjalan (MAI) mencapai maksimal pada umur 2 tahun yaitu sebesar 3,00 cm/tahun. Laju pertumbuhan riap diameter batang pohon tahun berjalan menunjukan adanya kecenderungan yang terus menurun sampai tanaman berumur 6 tahun (Tabel 5). Tabel 5 Pertumbuhan diameter batang tegakan Acacia mangium No Umur (thn) Diameter batang pohon (cm) MAI (cm/thn) 1 2 6,0 3, ,6 2, ,0 2, ,3 2, ,6 2,43

10 Tinggi total Berdasarkan hasil analisis data tinggi total pohon diperoleh bentuk kurva dengan persamaan Y = 27,14*exp((-(10,08-x) 2 ):(2*5,13 2 )) dengan R 2 = 0,99. Dari Gambar 3 bisa dilihat adanya hubungan antara umur tegakan dengan tinggi total tanaman, semakin bertambah umur tanaman maka akan terjadi peningkatan tinggi total tegakan. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi total tegakan masih mengalami peningkatan dari umur dua tahun sampai tanaman berumur enam tahun, sehingga tanaman masih produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya S = r = Tinggi (m) Umur (Tahun) Gambar 3 Hubungan tinggi total dengan umur tegakan. Gaussian Model: y=a*exp((-(b-x)^2)/(2*c^2)) Coefficient Data: a = 27,14 b = 10,08 c = 5,13 Pertumbuhan riap tinggi total tahun berjalan menunjukkan kecendrungan yang terus menurun sampai tanaman berumur 6 tahun. Pertumbuhan riap tinggi total tahun berjalan mencapai maksimal terjadi pada saat tanaman berumur 2 tahun yaitu 3,90 m/tahun dan pertumbuhan riap terkecil terjadi pada tegakan berumur enam tahun yaitu sebesar 3,29 m/tahun (Tabel 6).

11 Tabel 6 Pertumbuhan tinggi total tegakan Acacia mangium No Umur (thn) Tinggi total (m) MAI (m/thn) 1 2 7,81 3, ,53 3, ,36 3, ,63 3, ,76 3,29 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa laju pertumbuhan riap diameter batang dan tinggi total pohon terbesar terjadi pada tanaman berumur 2 tahun dan terjadi penurunan laju pertumbuhan sampai dengan tanaman berumur 6 tahun. Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan diameter batang pohon dan tinggi total pohon pada awal pertumbuhan merupakan hal yang harus dipertahankan pada tingkat pertumbuhan yang normal. Sehingga pertumbuhan tegakan pada tahun-tahun awal merupakan hal yang terpenting dari keseluruhan pertumbuhan pohon. Kehilangan pertumbuhan dimensi tegakan pada tahun awal sangat membahayakan kelestarian pengusahaan hutan tanaman dan koreksi terhadap kehilangan pertumbuhan pada tahun awal melalui pemberian input hara dan teknik silvikultur tahun berikutnya kurang banyak membantu untuk menghindari terjadinya kehilangan pertumbuhan tegakan. Hal ini disebabkan fase sensitif pertumbuhan organ vegetatif tanaman sudah dilampaui. Menurut Arisman dan Widyarsono (1999) hasil penelitian dari studi perlakuan pupuk pada tanaman Acacia mangium di PT MHP disimpulkan bahwa waktu pemupukan yang memberikan respon yang paling baik bagi percepatan pertumbuhan tanaman adalah saat penanaman sampai tanaman berumur 1 bulan dan semakin tua umur tanaman saat pemupukan dilaksanakan akan memberikan respon yang semakin berkurang. Penelitian tentang retranslokasi hara pada tanaman cepat tumbuh seperti Acacia mangium telah dilaporkan (Hardiyanto et al. 2004). Penelitian ini berusaha untuk memahami strategi pohon untuk mempertahankan pertumbuhan yang cepat sampai dengan akhir daur. Pada tanaman Acacia mangium berumur 2 tahun retranslokasi hara di dalam pohon ternyata cukup besar. Misalnya, pada plot yang kurang subur ketika daun sedang berkembang dari fase hijau-hidup ke fase senesen (senescent) kuning, persentase hara yang diretranslokasikan dari daun senesen adalah 26,8% N; 76,5% P; 30,8 % K, setara dengan (ha/th) 50 kg N;

12 5,2 kg P dan 18,3 kg K berdasarkan deposisi serasah sebesar 9,1 ton/ha/th. Pada plot yang lebih subur angka-angka ini adalah 30,3% N; 84,4% P; 34,5% K, setara dengan (ha/th) 56 kg N; 5,7 kg P; 20,3 kg K berdasarkan deposisi serasah sebesar 9,0 ton/ha/th. Pada tanah yang lebih subur ada kecenderungan dimana pohon tumbuh lebih cepat, retranslokasi hara terjadi dalam persentase yang lebih besar. Hubungan yang kuat antara besarnya hara yang diretranslokasi dan pertumbuhan juga telah dilaporkan juga pada species lain seperti Pinus radiata (Nambiar dan Fife 1991), Eucalyptus globulus (Saur et al. 2000) dan Eucalyptus grandis (Goncalves et al. 2004). Tegakan yang kecukupan hara pada fase awal (tahun pertama) pertumbuhannya, ketika tajuk berkembang, akan memiliki hara dalam kuantitas yang besar dalam biomassanya, dengan demikian tersedia hara dengan kuantitas yang cukup besar pula untuk proses pendauran. Ini memiliki implikasi praktis dalam silvikultur hutan tanaman, terutama untuk species cepat tumbuh, yaitu mengoptimalkan pertumbuhan awal yang yang cepat, antara lain dengan masukan hara melalui pemupukan, sehingga kanopi segera menutup sebelum akhir tahun pertama. Pertumbuhan yang cepat ini akan terbawa sampai akhir daur. Peninggi Hasil analisis data peninggi tegakan dengan umur tanaman dengan model terbaik diperoleh bentuk kurva dengan persamaan Y = -4,51+11,92x+- 2,61x 2 +0,25x 3 dengan R 2 = 0,98 (Gambar 4) S = r = Peninggi (m) Umur (Tahun) Gambar 4 Hubungan peninggi pohon dengan umur tegakan

13 3rd degree Polynomial Fit: y=a+bx+cx^2+dx^3 Coefficient Data: a = -4,51 b = 11,92 c = -2,61 d = 0,25 Dari Gambar 4 tersebut bisa dilihat adanya hubungan antara umur tanaman dengan peninggi tegakan, semakin bertambah umur tanaman maka akan terjadi peningkatan peninggi tegakan. Hal ini menunjukan bahwa peninggi tegakan masih mengalami peningkatan dari umur dua tahun sampai tanaman berumur enam tahun, sehingga tanaman masih produktif untuk dipelihara pada tahun berikutnya. Hasil pengamatan secara umum menunjukkan laju pertumbuhan peninggi tanaman cenderung mengalami penurunan mulai dari umur dua tahun sampai tanaman berumur lima tahun, tetapi pada umur enam tahun terjadi sedikit peningkatan peninggi. Pertumbuhan riap peninggi maksimal terjadi pada tegakan berumur dua tahun yaitu sebesar 5,5 m/thn dan pertumbuhan riap peninggi terkecil terjadi pada tegakan berumur lima tahun yaitu sebesar 4,2 m/thn (Tabel 7). Hal ini berarti laju pertumbuhan peninggi tegakan pada awal pertumbuhan merupakan hal yang harus dipertahankan pada tingkat pertumbuhan normal. Peningkatan peninggi pada umur enam tahun diduga dari pengembalian hara-hara mineral dari serasah berupa daun-daun dan ranting yang gugur. Serasah terurai menjadi unsur hara yang tersedia dalam tanah untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan pohon. Mindawati (2000) menyatakan bahwa penambahan hara terjadi melalui dekomposisi serasah, serta aliran hara dari air hujan yang terdiri dari aliran tajuk dan aliran batang. Tabel 7 Riap peninggi tegakan Acacia mangium No Umur (thn) Peninggi tegakan rata-rata (m) MAI (m/thn) ,0 5, ,2 4, ,1 4, ,0 4, ,6 4,6

14 Volume pohon Berdasarkan hasil analisis volume pohon diperoleh bentuk kurva dengan persamaan Y = 37,67 : ( ,66 * exp(-0,94)) dengan R 2 = 0,99 (Gambar 5). Dari Gambar 5 tersebut dapat dilihat kurva volume tegakan masih menunjukkan adanya peningkatan volume pohon. Fenomena tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena dalam penelitian ini pengukuran tegakan Acacia mangium dilakukan dari umur 2 tahun sampai dengan umur 6 tahun yang mana tanamannya masih relatif muda. Kurva pertumbuhan untuk dimensi volume tegakan Acacia mangium sampai umur 6 tahun masih mengalami peningkatan, hal ini berarti bahwa sampai umur 6 tahun Acacia mangium masih mengalami pertumbuhan yang cepat, belum mengalami pertumbuhan yang konstan S = r = Volume (m3) Umur (Tahun) Gambar 5 Hubungan volume pohon dengan umur tegakan Logistic Model: y=a/(1+b*exp(-cx)) Coefficient Data: a = 37,67 b = 107,66 c = 0,94 Dilihat dari data hasil setiap umur tanaman secara umum terjadi peningkatan volume tegakan Acacia mangium sejalan dengan bertambahnya umur tegakan (Tabel 8). Keadaan ini merupakan hal yang menggembirakan karena dengan

15 adanya peningkatan volume tegakan menunjukkan Acacia mangium mampu beradaptasi dengan kondisi tempat tumbuhnya. Hasil uji species di beberapa lokasi pengembangan HTI menunjukkan bahwa Acacia mangium merupakan jenis yang paling adaptif karena menduduki ranking tertinggi dibandingkan jenis-jenis cepat tumbuh lainya (Leksono dan Setiadi 2001). Tabel 8 Volume tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian No Umur (th) Volume (m 3 /ha) , , , , ,78 Produktifitas Lahan Produktifitas adalah banyaknya hasil tegakan yang dapat dipanen dan dikeluarkan pada jangka waktu tertentu. Hasil tegakan yang jadi perhatian utama dalam penelitian ini adalah berapa banyak volume tegakan yang dihasilkan oleh lahan hutan tanaman Acacia mangium di PT Bukit Raya Mudisa. Tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian tidak ada perlakuan penjarangan dan daur 7 tahun dengan luas keseluruhan adalah 4.023,2 ha. Hasil perhitungan volume dan riap tahunan dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil penelitian ini menunjukkan volume rata-rata/ha adalah 131,09 m 3 /ha dengan kisaran 22,89 m 3 /ha-276,78 m 3 /ha atau dengan riap volume (mean annual increment) berkisar antara 11,45 m 3 /ha/thn-46,13 m 3 /ha/thn dengan riap rata-rata sebesar 28,21 m 3 /ha/thn. Hasil penelitian ini lebih rendah dibanding hasil penelitian Siahaan dan Leksono (2004) di Sumatera Selatan terhadap uji provenan tanaman Acacia mangium dengan umur tanaman 5 tahun yang menghasilkan volume rata-rata 233,79 m 3 /ha atau riap volume sebesar 46,76 m 3 /ha/thn. Tetapi hasil penelitian ini lebih besar dari pada penelitian Herbagung (2004) pada tanaman Acacia mangium dengan umur yang sama yaitu umur 6 tahun menghasilkan volume 175,60 m 3 /ha dengan riap rata-rata sebesar 29,27 m 3 /ha/thn.

16 Tabel 9 Riap volume tegakan Acacia mangium di lokasi penelitian No Umur (thn) Volume (m 3 /ha) Riap (m 3 /ha/thn) MAI CAI ,89 11, ,08 16,69 27, ,94 27,99 61, ,76 38,76 81, ,78 46,13 83,02 Rata-rata 131,09 28,21 Pada tabel di atas terlihat bahwa riap volume terus mengalami peningkatan dari umur dua tahun sampai tegakan berumur enam tahun. Peningkatan riap volume menunjukkan bahwa tegakan masih mengalami percepatan pertumbuhan dari umur dua tahun sampai umur enam tahun, sehingga tanaman masih produktif untuk dipelihara untuk tahun-tahun berikutnya. Hasil perhitungan riap rata-rata tahunan tegakan Acacia mangium di PT Bukit Raya Mudisa adalah 28,21 m 3 /ha/tahun, sehingga produktifitas yang dihasilkan setelah akhir daur adalah sebesar 197,47 m 3 /ha. Jadi produksi hutan tanaman Acacia mangium PT Bukit Raya Mudisa adalah ,58 m 3. Hasil produktifitas ini termasuk kategori sedang (National Academic of Science, 1983) diacu dalam Wasis (2006). Perusahaan perlu memperhatikan beberapa hal yaitu penggunaan jenis dan provenan yang tepat, penggunaan bibit unggul, pengolahan lahan yang baik, pemeliharaan tanaman yang intensif dan pengendalian kebakaran hutan yang efektif guna peningkatan produktifitas hutan tanaman (Wahyuningtyas et al. 2003). Penggunaan bibit unggul yang telah diketahui identitasnya secara ekonomi akan menambah biaya produksi, namun penambahan biaya tidak melebihi 5% dari biaya total pembuatan hutan tanaman, sehingga pengaruhnya relatif kecil terhadap biaya keseluruhan. Penggunaan bibit unggul yang telah diketahui identitasnya dapat meningkatkan produksi dari 10%-25% dibanding benih biasa (Dirjen RRL 1994). Taksiran peningkatan genetik terhadap volume pohon dari kebun benih semai (KBS) generasi pertama (F-1) Pusat Litbang Hutan Tanaman yang telah produksi dari tahun 2000 di beberapa lokasi pengembangan HTI telah meningkatkan volume pohon sebesar 17%-26% (Leksono 2000).

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan hasil paduserasi TGHK - RTRWP pada tahun 1999, luas kawasan hutan alam diduga sekitar 120.353.104 ha (Purnama, 2003), dimana diperkirakan hutan alam yang terdegradasi,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis dalam mengatasi permasalahan kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu domestik di Indonesia. Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 63 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis Model PertumbuhanTegakan Hibrid E. urograndis Rotasi 1 dan 2 Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan dimensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan penyediaan kayu jati mendorong Perum Perhutani untuk menerapkan silvikultur intensif guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. KERANGKA PEMIKIRAN

METODOLOGI PENELITIAN. KERANGKA PEMIKIRAN METODOLOGI PENELITIAN. KERANGKA PEMIKIRAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka penjabaran permasalahan tersebut di atas maka diperlukan landasan berpikir yang sistematis terhadap tahapan-tahapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. 3 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam Secara teoritis lahan kering di Indonesia dibedakan menjadi dua kategori, yaitu lahan kering beriklim kering, yang banyak dijumpai di kawasan timur Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha pengembangan pertanian selayaknya dilakukan secara optimal tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha tersebut, maka produktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012). 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Manfaat yang dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada lokasi umur yang berbeda yaitu hutan tanaman akasia (A. crassicarpa) di tegakan berumur12 bulan dan di tegakan berumur 6 bulan. Jarak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp:

Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp: Manajemen Pemupukan untuk Pembuatan Hutan Tanaman Acacia mangium sebagai Pengalaman PT. Musi Hutan Persada dalam Pengelolaan Hutan Tanaman Industri, di Sumatera Selatan Oleh: Maydra Alen Inail *, Bambang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Biofisik Areal Perusahaan HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) merupakan pemegang IUPHHK-HTI dalam hutan tanaman No. 137/Kpts-II/1997 tanggal 10 Maret

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA). Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air merupakan berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kering tanur (BKT). Hasil perhitungan kadar air pohon jati disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci