BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Yanti Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana masih memiliki masalah-masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah kompleks yang mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi. Pengangguran yang tidak segera diatasi akan menimbulkan kerawanan sosial, dan berpotensi mengakibatkan kemiskinan (Badan Pusat Statistik, 2007).Berdasarkan yang dilansir oleh CNN Indonesia (05/05/2015) akibat melambatnya pergerakan ekonomi, pengangguran di Indonesia bertambah sebanyak 300 ribu jiwa. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kenaikan jumlah pengangguran di tahun 2015 ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yang julahnya 210 ribu jiwa (Sari, 2015). Pengangguran merpakan satu dari banyak permasalahan yang harus diselesaikan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan Indonesia. Indonesia sendiri diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun Bonus demografi adalah suatu keadaan dimana jumlah penduduk usia produktif kerja (15-64 tahun) melimpah atau meningkat pesat (Konadi & Iba, 2011). Jumlah tersebut diprediksi mencapai angka 60% atau sekitar juta jiwa, sementara 30% lainnya adalah penduduk pada usia tidak produktif (14 tahun kebawah dan 65 tahun keatas) (Konadi & Iba, 2011). Bonus demografi ini bisa menjadi harapan besar bagi Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju karena berpotensi meningkatkan keuntungan di segala bidang termasuk ekonomi, pembangunan, dan lain-lain. Hal ini dapat dimanfaatkan jika pemerintah dan seluruh masyarakat bekerja sama untuk melakukan usaha-usaha yang terkait dengan persiapan bonus demografi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah menekan angka pengangguran. Jika sumber daya manusia di Indonesia tidak dipersiapkan dengan baik dan pengangguran masih tinggi maka fenomena tersebut tidak akan membawa keuntungan bagi Indonesia. 1
2 2 Penanganan masalah seperti pengangguran tidak boleh hanya difokuskan pada kota besar seperti Jakarta saja, tetapi juga di kota-kota kecil lainnya sehingga terciptanya kesejahteraan masyarakat yang sama rata. Kota Bogor menjadi salah satu kota kecil yang harus lebih diperhatikan secara khusus. Karena walaupun terletak tidak jauh dari Jakarta, kota Bogor masih memiliki banyak masalah yang harus ditangani seperti pengangguran. Menurut Republika Online (25/11/2014), Bogor memiliki angka pengangguran paling tinggi di Jawa Barat dimana angkanya mencapai 230 ribu penganggur (Putri, 2014). Selain itu, pengangguran di Kota Bogor saat ini didominasi lulusan SMA. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa tidak memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA. Padahal lapangan pekerjaan yang semakin sempit tidak mampu menerima lulusan SMA karena mensyaratkan luluasan pendidikan minimal D3 (Simanungkalit, 2015). Hal ini sejalah dengan Greenbank dan Hepworth (2009) yang menyatakan tingginya angka pengangguran adalah salah satu indikator lemahnya perencanaan karir lulusan SMA, diploma maupun sarjana. Hal ini terjadi karena kurangnya persiapan dan perencanaan karir siswa. Padahal jika dipersiapkan dengan baik, bukannya tidak mungkin masalah pengangguran dapat diatasi. Selain itu hal ini akan mengoptimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia sehingga perekonomian dapat meningkat, angka pengangguran menurun, dan bonus demografi yang akan terjadi nanti dapat menjadi harapan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Selain tuntutan jaman, persiapan karir merupakan salah satu dari tugas perkembangan pada masa remaja. Persiapan karir yang baik adalah salah satu ciri bahwa siswa memiliki kematangan karir yang baik. Kematangan karir sendiri adalah teori perkembangan karir yang dijelaskan oleh Donald E Super (Naidoo, 1998). Menurut Super (Gonzalez, 2008) kematangan karir adalah : The maturity which a person shows relative to their developmental stage, that is, comparing the individual s stage of maturity with his or her chronological age Kematangan karir adalah proses kedewasaan yang diperlihatkan seseorang terkait dengan tahapan perkembangannya, yaitu membandingkan tahapan kematangan seseorang dengan usia kronologisnya (Gonzalez, 2008). Selain itu menurut Super
3 3 kematangan karir adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk menyelesaikan atau mengorganisir tugas-tugas khas yang terdapat dalam setiap tahapan perkembangan karir di usia mereka (Gonzalez, 2008). Kematangan karir juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membuat keputusan karir yang tepat, realistis, konsisten, dan kesadaran mengenai apa saja yang dibutuhkan untuk karir yang dipilihnya tersebut (Levinson, Ohler, Caswell, & Kiewra, 1998 dalam Patton & Creed, 2001). Dalam struktur atau dimensi kematangan karir, Super membaginya ke dalam 4 dimensi yaitu career planning, Career exploration, Career decision making, dan world of work information (Sharf, 2006). Penelitian ini mengambil remaja lebih tepatnya anak SMA sebagai subjek. Alasannya, peneliti memandang tingkat pendidikan SMA adalah tahap dimana kematangan karir menjadi issue yang penting untuk dibahas dibandingkan dengan tahapan lainnya. Karena pada tahapan ini individu sedang mengalami masa transisi menuju kedewasaan. Selain berdasarkan tahapan perkembangan karir, siswa SMA juga dihadapkan dengan keharusan untuk memilih jurusan di perkuliahan yang sesuai dengan minat karirnya nanti. Super menjelaskan terdapat lima tahap tugas perkembangan karir individu yaitu growth, exploration, establishment, maintenance, dan decline. Masing-masing tahapan dibagi lagi menjadi beberapa substage (Gladding, 2013). Tahapan yang menjadi fokus peneliti adalah tahap exploration. Dalam tahapan ini individu mengeksplorasi beragam jenis pekerjaan, menilai dirinya sendiri, dan sudah memikirkan berbagai alternatif karir yang sesuai dengan kemampuannya. Individu dalam tahapan ini adalah yang berusia tahun. Tahapan ini dibagi lagi menjadi 3 substages yaitu tentative,transisi, dan trial little commitment. Karena penelitian ini lebih difokuskan kepada remaja atau lebih tepatnya anak SMA, maka substages yang menjadi fokus penelitian adalah substages yang pertama yaitu tentative. Substages tentative ini dimulai dari usia tahun dimana individu mulai mempertimbangkan minat bakatanya dan mengkaitkannya dengan kesempatan pekerjaan yang dimilikinya. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor. Alasan yang mendasari peneliti selain dari tingginya angka pengangguran adalah karena asumsi bahwa Bogor adalah kota kecil dimana lapangan kerja yang tersedia tidak terlalu banyak dan beragam. Penelitian ini ingin melihat apakah siswa yang berdomisili di kota kecil seperti Bogor dengan
4 4 keterbatasan lapangan pekerjaan akan memiliki kematangan karir yang baik atau tidak. Selain juga karena adanya beberapa penelitian yang menyatakan masyarakat di kota kecil cenderung memiliki kematangan karir yang kurang (Pinasti,2011). Selain tingginya angka pengangguran, permasalahan sosial lain yang terjadi di kota Bogor adalah tingkat kemiskinanan yang tinggi. Berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang dilakukan oleh BPS tingkat kemiskinan di Bogor pada tahun 2010 mencapai 24,68% dimana angka kemiskinan ini tertinggi di Jawa Barat dibandingkan dengan kota atau kabupaten lainnya (Prima, 2010). Kemiskinan bisa menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengangguran. Secara garis besar individu yang berasal dari status sosial-ekonomi yang rendah biasanya memiliki cita-cita yang rendah pula. Hal ini disebabkan oleh kurangnya role model yang kuat, low self esteem, dan kurangnya ketersediaan informasi mengenai karir, dan lainlain. Inilah mengapa status sosial ekonoi yang rendah bisa menjadi alasan mengapa beberapa siswa memiliki kematangan karir yang rendah (Rojewski dalam Kerka, 1998 dalam Pinasti, 2011). Berangkat dari fenomena ini, peneliti melakukan wawancara pribadi ke salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bogor untuk mencari lebih dalam masalah dan faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan issue kematangan karir pada siswa SMA. Narasumber yang bersangkutan adalah salah seorang guru bimbingan konseling di SMAN 5 Bogor. Narasumber menyatakan kebanyakan anak biasanya sudah mengetahui dan merencanakan karir apa yang diinginkannya. Selain itu tidak sedikit juga yang menyesuaikan pilihan jurusan di perkuliahan dengan minat karirnya. Hal ini menunjukan bahwa beberapa anak memiliki kematangan karir karena sudah dapat memilih dan merencanakan langkah-langkah untuk mendapatkan karir yang mereka inginkan. Hambatan justru datang dari lingkungan sosial anak. Narasumber mengakui, beberapa anak menyatakan pilihan karir maupun jurusan di perkuliahan yang mereka pilih tidak didukung oleh orang tua. Selain itu banyak anak yang masih belum bisa menentukan pilihan yang tepat karena pengaruh dari lingkungan sosial mereka. Lingkungan sosial ikut mempengaruhi pilihan anak, terbukti dengan beberapa anak yang tidak memilih jurusan dan karir yang sesuai dengan minat bakatnya karena orang tua dan teman-temannya berpendapat bahwa pilihannya tidak bagus, atau dengan kata lain tidak mendapat dukungan sosial.
5 5 Setelah wawancara, peneliti melakukan survey langsung kepada 25 anak di sekolah yang sama dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan kematangan karir dan dukungan sosial. Dari hasil survey tersebut penulis menemukan 76% atau 19 anak sudah mengetahui minat dan bakat mereka, sementara 24% atau 6 anak sisanya belum mengetahui minat dan bakat mereka. Sejumlah 64% atau 16 anak sudah memiliki rencana dan menentukan karir yang akan mereka tekuni di masa depan selain itu, 76% atau 19 anak menyatakan karir yang mereka pilih sesuai dengan minat dan bakat mereka. Mereka juga mengakui perminatan atau jurusan yang mereka ambil di SMA (IPA,IPS) dipilih berdasarkan rencana jurusan di perkuliahan yang akan mereka ambil dan karir yang mereka impikan. Beberapa anak sudah mengetahui pasti jurusan apa yang akan mereka pilih nanti di Universitas. Tetapi, sejumlah anak mengakui mendapatkan sedikit kebingungan ketika saran dari lingkungan mengenai jurusan apa yang seharusnya mereka ambil tidak sejalan dengan minat dan bakat mereka. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hayadin (2006) mengenai pengambilan keputusan profesi pada siswa SMA di DKI Jakarta, didapatkan 72% dari 52 orangtua siswa tidak mengetahui cita-cita anaknya. Hal ini bisa disebabkan karena rata-rata orangtua sibuk bekerja sehingga kurang memiliki waktu luang untuk diskusi dan sharing dengan anaknya mengenai profesi yang diminati. Kurangnya waktu untuk berdialog mengenai rencana karir dengan orangtua juga membuat siswa kurang mendapat informasi mengenai karir itu sendiri. Selain itu Hayadin (2006) juga mengungkapkan sekolah belum memberikan wawasan yang cukup mengenai bimbingan karir kepada siswanya. Hal ini juga menjadikan siswa kurang mendapat arahan yang sistematis dari sekolah mengenai keputusan pengambilan profesi atau karir. Masalah lain yang tidak hanya dihadapi oleh pelajar di Bogor tetapi seluruh Indonesia adalah adanya Ujian Nasional (UN) yang menjadi syarat kelulusan siswa dan sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Hal ini membuat siswa tidak puya pilihan selain mempersiapkan diri untuk menghadapi UN dengan baik. Selain dampak yang ditimbulkan bagi siswa, secara tidak langsung UN juga mempengaruhi akreditasi sekolah,dimana akreditasi merupakan hal penting bagi sekolah.sehingga setiap tahunnya sekolah berusaha untuk meluluskan semua siswanya dan mendapatkan status akreditasi yang baik (Abduhzen, 2015). Akibatnya, Ujian Nasional dianggap memiliki
6 6 dampak disorientasi bagi sistem pengajaran di sekolah dimana fokus proses pembelajaran hanya ditekankan pada mata pelajaran yang di UN-kan (Hadi & Arwan, 2011). Mata pelajaran lain termasuk Bimbingan Konseling yang sedianya menjadi wadah bagi siswa untuk mempersiapkan kematangan karirnya di sekolah menjadi terdiskriminasi Selain UN, siswa juga dihadapi dengan ujian saringan masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Banyak siswa yang berusaha untuk lolos PTN walaupun tahu kuota penerimaannya terbatas. Hal ini disebabkan oleh persepsi masyarakat yang masih menganggap PTN lebih bagus dari PTS (Muhammad, 2011). Beberapa orang bahkan terkadang tidak terlalu memperdulikan jurusan yang dia pilih dan lebih mengutamakan nama besar perguruan tinggi. Tentunya ini dapat mempengaruhi kematangan karir siswa, dimana siswa terpaksa mengabil program studi yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini diperparah dengan beberapa siswa yang mendapat paksaan dari orangtuanya untuk masuk PTN dengan jurusan yang tidak diminatinya. Jika dibiarkan, ketika berlanjut ke lingkungan kerja, hal ini dapat mempengaruhi kinerja individu yang bersangkutan. Menurut Sukardi (1984) Karir seseorang bukanlah sekedar pekerjaan apa yang telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan yang benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi diri sehingga individu yang bersangkutan merasa senang, dan kemudian mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasinya dan mengembangkan potensinya (Marlina, Arifin, & Abdullah, 2015). Dari beberapa alasan ini, penulis mengasumsikan bahwa orang-orang terdekat siswa atau lingkungan sosial ikut bersumbangsih dalam penentuan karir siswa. Dukungan dan peran lingkungan sosial ini bisa disebut dengan dukungan sosial. Dukungan sosial diartikan oleh Uchino (2004, dalam Sarafino & Smith, 2012) sebagai hal yang mengacu pada kenyamanan, kepedulian, atau bantuan yang diterima oleh individu dari seseorang atau sekelompok orang. Menurut Winemiller terdapat 5 bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosi atau harga diri, dukungan instrumental, dan dukungan informasi, dukungan penghargaan, dan dukungan pertemanan (Noller, Feeney, & Peterson, 2007). Suatu penelitian mengenai dukungan sosial menyatakan orang-orang yag menerima dukungan sosial yang tinggi akan berpikiran lebih positif, memiliki selfesteem yang tinggi, dan lebih optimis dibandingkan orang-orang dengan dukungan
7 7 sosial yang rendah (Sarason, Levine, Basham, & Sarason, 1983). Menurut penelitian mengenai perencanaan dan eksplorasi karir, dukungan sosial yang tinggi akan meningkatkan kemampuan penetapan karir seseorang (Rogers, Creed, & Glendon, 2008). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hughey (2001, dalam Gallo, 2009) menemukan bahwa ada korelasi antara kasih sayang orang tua dengan perencanaan dan eksplorasi karir pada mahasiswa. Super menyatakan bahwa individu dengan kematangan karir tinggi cenderung mendapatkan informasi yang membantu dan mengarahkan mereka dalam memilih karir di masa depannya (Lau, Low, & Zakaria, 2013). Dengan melihat kondisi yang terrjadi pada masyarakat di Indonesia khususnya Kota Bogor saat inilah yang membuat penulis ingin melihat bagaimana hubungan antara dukungan sosial dengan kematangan karir siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA kelas XI reguler di Kota Bogor. Alasan diambilnya kelas XI adalah karena rentang usia siswa sesuai dengan substages tentative yaitu 15 sampai 17 tahun. Alasan lain adalah dari wawancara awal yang dilakukan peneliti pada salah satu guru SMA di Kota Bogor yang menyatakan bahwa topik kematangan karir lebih ditekankan pada siswa kelas XI. Karena siswa kelas X lebih diutamakan dengan pemilihan jurusan IPA dan IPS, sementara kelas XII sudah mematangkan rencana karir yang mereka pilih dengan fokus utama pada pengambilan jurusan dan universitas yang sesuai. Penelitian ini tidak mengambil siswa XI akselerasi sebagai subjek. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat tintelektualitasnya yang berbeda, menurut U.S Office of Education anak akselerasi membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan diluar jangkaun program sekolah pada umumnya untuk semakin mengoptimalkan kemampuan dan merealisasikan sumbangan terhadap dirinya dan masyarakat (Mangunsong, 2011). Sehingga walaupun tetap membahas perencanaan karir dalam kurikulum belajarnya, jangkauan pembahasannya berbeda dengan siswa reguler. Selain itu siswa akselerasi memiliki pengaturan diri (self regulation) yang lebih baik dalam belajar dan juga self efficacy yang lebih tinggi dibanding siswa reguler (Herkusumo,Munandar,dan Bonang, 2009). Penelitian Komandyahrini dan Hawadi (2008) pada siswa akselerasi menyatakan bahwa semakin tinggi self efficacy maka kematangan karir siswa akselerasi akan semakin tinggi juga. Sehingga dengan kemampuan yang diatas rata-rata dan self efficacy yang baik dapat dikatakan siswa kelas akselerasi pada umumnya sudah memiliki kematangan karir yang baik.
8 8 Berdasarkan fenomena dan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, peneliti mengasumsikan bahwa bentuk-bentuk dukungan sosial memiliki hubungan dengan kematangan karir pada siswa SMA. Semakin tinggi nilai dari bentuk-bentuk dukungan sosial yang di dapat siswa maka tingkat kematangan karir anak akan semakin tinggi pula. Hal ini mendasari peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Bentuk Dukungan Sosial Dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMA di Kota Bogor. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kematangan karir pada siswa SMA di Kota Bogor? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bagi siswa, orang tua, dan tenaga pelajar mengenai seperti apa hubungan atau keterkaitanantara dukungan sosial dengan kematangan karir pada siswa SMA di Kota Bogor.
9 9
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA DI KOTA BOGOR
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA DI KOTA BOGOR Ghanis Yusanti Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 Ghanisarsyhan17@gmail.com
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah bantuan yang diberikan orang-orang yang berada dalam lingkungan sosial individu seperti keluarga, teman,
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab terakhir ini akan dijelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja untuk memenuhi kebutuhan adalah hal penting yang dilakukan individu. Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang cocok dengan dirinya sendiri. Adanya keraguan seseorang yang muncul ketika memilih pekerjaan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai kematangan karir, motivasi berprestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja, dalam hal ini pelajar dipandang sebagai generasi muda yang memegang peranan penting sebagai generasi penerus dalam pembangunan masyarakat, bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkenaan dengan tahap-tahap perkembangan, Papalia (Pinasti,2011,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya sekedar untuk mencapai keberhasilan dalam bidang akademik saja, namun juga mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana manusia menghadapi tantangan dalam berkembang pesatnya globalisasi. Indonesia sebagai salah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu gerbang menuju dunia kerja untuk para pelajar yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurlela, 2015
BAB I PENDAHULUAN Bab satu membahas hal-hal yang berkenaan dengan inti dan keseluruhan arah penelitian. Pada bab ini dipaparkan empat hal yaitu pertama latar belakang penelitian, kedua rumusan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tolbert (dalam Suherman, 2000) mengatakan bahwa perkembangan karir merupakan proses jangka panjang untuk membuat keputusan-keputusan karir dari banyak pilihan, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa wajib dikembangkan dan dioptimalkan melalui pendidikan dan. atas (SMA) dan menengah kejuruan (SMK), dalam upaya mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia tergantung dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia sebagai aset bangsa wajib dikembangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kematangan karir. psikologi konseling dan karir bernama Donald Edwin Super. Dalam bahasa inggris istilah kematangan karir
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kematangan Karir A. Kematangan Karir Kematangan karir merupakan konstruk psikologis yang mengalami banyak perkembangan. Konstruk ini pertama kali di ungkapkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin bertambah, teknologi semakin canggih, serta ilmu pengetahuan semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil keputusan dalam berbagai hal (Santrock, 2002). Menurut Papalia dan Olds (2009:8), masa remaja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karir merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Bahkan karir bagi sebagian orang dianggap sebagai status yang dapat menghidupkan atau mematikan seseorang. Karir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, keadaan ekonomi di Indonesia sedang meningkat, pertumbuhan ekonomi di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan
Lebih terperinciGAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI
Gambaran Kematangan Karir Siswa di SMK Musik Perguruan Cikini 137 GAMBARAN KEMATANGAN KARIR SISWA DI SMK MUSIK PERGURUAN CIKINI Vika Rusmania 1 Dra. Indira Chanum Chalik, M.Psi. 2 Herdi, M.Pd. 3 Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh pekerjaan yang layak dan sesuai harapan, merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang kehidupan. Persaingan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi politik, menuntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas atau yang disebut SMA merupakan tahap akhir dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Atas atau yang disebut SMA merupakan tahap akhir dalam masa-masa sekolah sebelum melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Dalam melanjutkan jenjang perkuliahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu lembaga pendidikan yang memiliki tujuan untuk memberikan bekal keterampilan dan keahlian khusus pada siswa agar memiliki kesiapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah
Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG
1 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK AHMAD YANI JABUNG Muhammad Antos Riady Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa Sekolah Menengah Atas adalah siswa yang berada pada rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. (Winkel & Hastuti, 2006: 633) kematangan karir adalah keberhasilan seseorang
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritis 1.1.1 Makna Kematangan Karir Kematangan karir merupakan bagian terpenting yang harus dimiliki oleh siswa guna menunjang keberhasilan perencanaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana
BAB II LANDASAN TEORI A. Kematangan Karir 1. Pengertian kematangan karir Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya,
Lebih terperinciDonald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai
Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rentang kehidupan manusia, terdapat tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. Masa remaja merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Secara sosial, perkembangan ini
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bisa ditempuh oleh siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan merasa sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan hidup. Di dalam masyarakat secara luas terdapat berbagai jenis pekerjaan, tetapi pekerjaan-pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap siswa pasti ingin mempunyai masa depan yang baik, cerah dan sesuai dengan impian. Upaya untuk mewujudkan impian yang diinginkan harus mempunyai perencanaan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Uji Korelasi Hasil dari penelitian menunjukkan Ho ditolak sehingga ada hubungan antara self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (SMK) dikembangkan berdasarkan faktor-faktor tantangan ekternal dan internal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikembangkan berdasarkan faktor-faktor tantangan ekternal dan internal. Tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK TARUNA JAYA GRESIK. Atik Anjarwati
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMK TARUNA JAYA GRESIK. Atik Anjarwati Universitas Muhammadiyah Gresik Abstrak Kematangan karir adalah suatu kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi penelitian. A. Latar Belakang Masalah UU No. 20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Saat ini, hampir semua pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, pendidikan semakin menjadi suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Pendidikan memiliki
Lebih terperinciKEMATANGAN KARIR SISWA SMU BANDA ACEH DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN JENIS SEKOLAH
KEMATANGAN KARIR SISWA SMU BANDA ACEH DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN JENIS SEKOLAH Dina Naulina Marpaung 1, Nucke Yulandari 1 1 Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering muncul pada remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa SMA secara psikologis sedang memasuki perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Hurlock (2009: 207)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Vokasional 1. Definisi Kematangan Vokasional Dali Gulo (1982) mengemukakan bahwa kematangan adalah proses atau pertumbuhan dan perkembangan fisik yang disertai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Adanya kebutuhan tersebut dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil yang tepat sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini selain menimbulkan kemudahan dalam berinteraksi, juga berdampak pula terhadap perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Karir 1. Definisi Kematangan Karir Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) menyatakan bahwa kematangan karir adalah keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah, misalnya tentang hal hal yang berkaitan dengan tugas perkembangan remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti punya masalah. Masalah merupakan satu hal yang selalu mengiringi kehidupan setiap manusia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan (occupation, vocation, career) merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat
Lebih terperincidiri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah
Lebih terperinciremaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.
I. Pendahuluan Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada persiapan memenuhi tuntutan dan peran sebagai orang dewasa (Santrock, 2002). Hurlock (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan zaman kini, manusia dituntut untuk menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan zaman kini, manusia dituntut untuk menunjukkan dirinya dalam bidang yang dikuasainya. Menunjukkan diri dengan tampil didepan orang lain dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi dan Industrialisasi dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia telah banyak menimbulkan permasalahan, salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan dan modal untuk menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga erat kaitannya dengan bagimana
Lebih terperinciDUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS
DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : ARHAM
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian adalah sekolah SMK Negeri 1 Gorontalo, khususnya kelas X1 jurusan Administrasi Perkantoran Tahun Ajaran 2012/2013 dan waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial-budaya, dan tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya orang berpendapat bahwa IQ merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan performasi yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN KEMATANGAN KARIER PADA SISWA SMA
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN KEMATANGAN KARIER PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinci