OPTIMASI PUPUK DOLOMIT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN UMUR SATU TAHUN FITRIYA A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PUPUK DOLOMIT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN UMUR SATU TAHUN FITRIYA A"

Transkripsi

1 OPTIMASI PUPUK DOLOMIT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN UMUR SATU TAHUN FITRIYA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pupuk Dolomit pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Fitriya NIM A

4

5 ABSTRAK FITRIYA. Optimasi Pupuk Dolomit pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun. Dibimbing oleh SUDRADJAT. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum pupuk dolomit pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargill, Jonggol, Bogor dari bulan Maret 2013 sampai Maret Rancangan lingkungan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan dan satu faktor yaitu dosis pupuk dolomit yang terdiri atas 0, 200, 400, dan 600 g tanaman -1. Setiap satuan percobaan terdiri atas 5 tanaman, sehingga jumlah tanaman sampel adalah 60 tanaman. Pupuk dolomit berpengaruh nyata terhadap peubah vegetatif dan fisiologi. Berdasarkan peubah tinggi tanaman maka dosis pupuk dolomit untuk tanaman kelapa sawit yang berumur satu tahun adalah g dolomit tanaman -1. Kata kunci: dolomit, dosis optimum, kelapa sawit, respons fisiologi, respons morfologi ABSTRACT FITRIYA. Optimizing of Dolomit Fertilizer on Young Plant Oil Palm Aged One Year. Supervised by SUDRADJAT. This research aims to determine the optimum rate of fertilizer dolomit on oil palm plant aged one year. This experiment was conducted at the IPB-Cargill Palm Oil Teaching Farm, Jonggol, Bogor from March 2013 to March The design used is randomized complete block design with three replications and one factor was dolomit fertilizer rates i.e. 0, 200, 400, and 600 g plant -1. Each experimental unit consisted of 5 plants, so the number of samples is 60 crop plants. Dolomit fertilizer affected vegetative and physiology variables. Based on the plant height the rates of dolomit fertilizer recommendations for plant oil aged one year is g dolomit plant -1. Keywords: dolomit, morphology response, physiology response, oil palm, optimizing fertilizer

6

7 OPTIMASI PUPUK DOLOMIT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) BELUM MENGHASILKAN UMUR SATU TAHUN FITRIYA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Optimasi Pupuk Dolomit pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun Nama : Fitriya NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Sudradjat, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah dengan judul Optimasi Pupuk Dolomit pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Maret 2014 berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, serta arahan selama penulis melaksanakan penelitian. Dr Ir Darda Efendi, Msi selaku dosen pembimbing akademik. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada bapak Mohammad Joni selaku manager kebun dan staff yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian, serta rekan-rekan penelitian S1 Hupudio Hutomo Widodo dan rekan penelitian S2 Feni Shintarika, Yan Sukmawan, Hidayat Saputra, serta Irwan Siallagan selaku Tim Riset Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit Jonggol IPB-Cargill. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura khususnya untuk angkatan 47 yang terlibat dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan semangat, dorongan doa, serta kasih sayang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2014 Fitriya

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani Kelapa Sawit 2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 Kadar Hara Tanah 3 Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit 3 Dolomit 5 METODE PENELITIAN 6 Tempat dan Waktu 6 Bahan dan Alat 6 Metode Percobaan 6 Prosedur Percobaan 7 Pengamatan 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Keadaan Umum 9 Respons Morfologi Tanaman terhadap Pemberian Dosis Pupuk Dolomit 9 Respons Fisiologi Tanaman terhadap Pemberian Dosis Pupuk Dolomit 16 Analisis Tanah 18 Penentuan Dosis Optimum 18 SIMPULAN DAN SARAN 19 Simpulan 19 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 28

14

15 DAFTAR TABEL 1 Dosis pemupukan dolomit 6 2 Laju pertumbuhan kelapa sawit belum menghasilkan 10 3 Respons tinggi tanaman terhadap dosis pupuk dolomit 11 4 Respons lingkar batang terhadap dosis pupuk dolomit 12 5 Respons jumlah pelepah terhadap dosis pupuk dolomit 12 6 Respons panjang pelepah terhadap dosis pupuk dolomit 13 7 Respons luas daun terhadap dosis pupuk dolomit 14 8 Respons kandungan klorofil terhadap dosis pupuk dolomit 16 9 Kandungan hara Mg dalam daun Dosis dolomit yang diberikan terhadap kandungan Mg dalam tanah Penentuan dosis optimum dolomit berdasarkan peubah tinggi tanaman 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (staf Pusat Penelitian Tanah. 2008) 22 2 Hasil analisis tanah awal di kebun tanaman kelapa sawit belum menghasilkan 23 3 Data iklim 23 4 Hasil analisis tanah akhir pada tanaman belum menghasilkan 24 5 Konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit pada kondisi defisiensi dan optimum 24 6 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pupuk dolomit terhadap tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah plepah, jumlah anak daun, panjang pelepah, luas daun, dan tingkat kehijauan daun 25

16

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditi perkebunan yang penting untuk dikembangkan di Indonesia sebagai sumber perolehan devisa negara. Hal ini terlihat dari posisi Indonesia yang menjadi negara produsen minyak sawit utama di dunia disusul oleh Malaysia, Thailand, Nigeria, Kolombia, dan negara lainnya (FAOSTAT 2013). Data luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Tahun 2008 luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah 7.4 juta ha dengan produksi minyak sawit sebesar 17.5 juta ton dan mengalami peningkatan luas areal menjadi 10 juta ha dengan produksi minyak sawit sebesar 27.7 juta ton pada tahun 2013 (Ditjenbun 2013). Produktivitas yang tinggi pada tanaman kelapa sawit tidak terlepas dari peran pemupukan yang baik. Kegiatan pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Tanaman kelapa sawit umumnya ditanam pada tanah bereaksi masam sampai agak masam. Tanah-tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah, walaupun umumnya memiliki kesuburan fisik yang cukup baik. Menurut Poeloengan (2000), pemupukan memiliki peranan yang baik terhadap produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit. Mengingat bahwa kelapa sawit merupakan tanaman yang tergolong sangat konsumtif. Kekurangan salah satu unsur hara saja akan menunjukkan gejala defisiensi dan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terhambat serta produksi menurun. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus seimbang, yaitu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Menurut Sastrosayono (2003), unsur hara yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah nitrogen (N), fosfor (F), kalium (K), magnesium (Mg), serta unsur hara mikro boron (B). Salah satu pupuk yang memiliki peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah adalah pupuk dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ). Dolomit tergolong mineral primer yang mengandung unsur Ca dan Mg. Pupuk ini sebagai bahan pengapur pada tanah-tanah masam untuk menaikkan ph, pupuk dolomit juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dengan tidak meninggalkan residu yang merugikan tanah sehngga apabila ph tanah telah meningkat, maka kation aluminium akan mengendap sebagai gibsit sehingga tidak lagi merugikan tanaman (Hasibuan 2008). Menurut Kuswandi (1993), pengapuran bertujuan mengurangi resiko keracunan aluminium, menambah ketersediaan unsur P tanah sebagai hasil pembebasan P dari ikatan Al-P dan Fe-P, meningkatkan fiksasi N dan mineralisasi N, meningkatkan KTK, dan membantu penyempurnaan perombakan dengan disertai pelepasan hara dari bahan-bahan organik dan tubuh mikroba. Penanganan yang seharusnya dilakukan agar pemupukan dolomit menjadi efektif yaitu dengan memberikan dosis pupuk dolomit secara berimbang serta penggunaan pupuk dolomit dengan mutu yang baik. Dosis pupuk yang digunakan bergantung pada kesuburan tanah dan jenis tanah. Realisasi pemupukan yang dilakukan pada perkebunan kelapa sawit masih belum sepenuhnya sesuai sasaran, yaitu tepat jenis, tepat dosis, waktu, dan cara,

18 2 sehingga hal ini dapat menurunkan tingkat efektivitas dan efisiensi pemupukan khususnya jika pemupukan dilakukan pada bulan kering atau bulan terlalu basah. Cara yang dilakukan untuk mengetahui optimasi pemupukan dolomit dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa dosis pupuk agar hasil yang didapatkan dapat optimal. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari tanggap pertumbuhan tanaman dan menentukan dosis optimum pupuk dolomit pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan yang berumur satu tahun. TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tumbuhan kelas Angiospermae, ordo Palmales, family Palmae, dan genus Elaeis (Hartley 1967). Menurut Sastrosayono (2003), ada beberapa spesies dalam genus ini antara lain Elaeis guineensis, Elaeis melanococca (Elaeis oleivera) dan Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia). Tanaman kelapa sawit terdiri atas bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri atas bunga dan buah. Menurut Fauzi et al. (2008), kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Jenis pertumbuhannya adalah jenis pertumbuhan primer. Lingkar batang mencapai 90 cm dengan ketinggian kurang dari 12 meter. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20 sampai 75 cm. Menurut Hartley (1967), pertumbuhan batang kelapa sawit sebesar 0.3 sampai 0.6 m/tahun. Pertumbuhan batang bergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat. Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Daun-daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 sampai 9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250 sampai 400 helai. Tanah yang subur dapat mempercepat membukanya daun sehingga semakin efektif untuk melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat (Fauzi et al. 2008).

19 3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada areal yang memiliki curah hujan di atas mm dan merata sepanjang tahun. Hujan tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penelitian menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih panjang mempunyai korelasi positif dengan produksi kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan (drainase baik). Tanahtanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit banyak terdapat di daerah tropis seperti latosol dan alluvial (Sastrosayono 2003). Kadar Hara Tanah Kadar (kandungan) hara tanah pada perkebunan kelapa sawit secara umum tergolong ke dalam tanah yang kesuburannya rendah. Kandungan P tersedia umumnya adalah sangat rendah berkisar 1 sampai 5 ppm, serta kation tertukarkan seperti K, Na, Ca, dan Mg juga tergolong rendah (Koedadiri et al. 1999). Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa efektifitas pemupukan N yang dilakukan kurang tepat sehingga kemungkinan pemberian pupuk N banyak tercuci atau menguap dan rendahnya ketersediaan pupuk P dalam tanah. Kondisi ini menyebabkan perlu adanya pemilihan jenis pupuk yang sesuai dengan kebutuhan jenis hara makro pada tanaman kelapa sawit. Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pada tanah di perkebunan kelapa sawit yaitu dengan pemberian pupuk yang tepat jenis, dosis, cara, waktu dan frekuensi, serta perlu adanya penyiapan lahan dengan penanaman tanaman penutup tanah dan aplikasi pembenah tanah dengan pemberian tandan kosong sawit atau limbah cair pabrik kelapa sawit (Hardjowigeno 1985). Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Pemupukan adalah suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup, guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Kondisi tanah yang subur dapat dicapai dengan mengkombinasikan pemakaian pupuk organik dan anorganik. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya (Sutarta et al. 2003). Pemupukan merupakan hal yang sangat penting bagi tanaman perkebunan khususnya kelapa sawit. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pemupukan sebesar 40 sampai 60% dari biaya pemeliharaan atau sekitar 30% dari total biaya produksi (Poeloengan et al. 2003). Menurut Hakim (2007) strategi dalam menentukan jenis pupuk terdiri atas pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah serta tempat yang akan diaplikasikan, akan sangat

20 4 menentukan efisiensi pemupukan. Sifat pupuk yang penting diketahui adalah kandungan unsur hara utama pupuk tersebut, kandungan unsur hara tambahan, reaksi kimia pupuk di dalam tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim. Pahan (2010) menambahkan bahwa strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep keefektifan dan efisiensi yang maksimum. Pemupukan yang ideal harus berprinsip pada 4 konsep tepat, yaitu tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat cara aplikasi, dan tepat waktu aplikasi (Sutarta 2002). Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap perkembangan tanaman, yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku, tahap TM yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor dasar serta konsep neraca hara. Pengamatan terhadap faktor lingkungan seperti iklim, topografi, sistem konservasi tanah dan air, drainase, dan kronologi terjadinya serangan hama dan penyakit, serta keakuratan data riwayat tanaman dan sistem perawatannya akan sangat membantu dalam penentuan rekomendasi pemupukan yang tepat (Pahan 2010). Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibagi atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Ada 6 unsur hara makro, yaitu nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit sehingga unsur hara ini harus selalu tersedia di dalam jaringan tanaman, sedangkan 7 unsur hara mikro, yaitu besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), boron (Bo), molibnedum (Mo), klorida (Cl), dan seng (Zn) (Pahan 2010). Nitrogen (N). Sebagian besar senyawa kimia tumbuhan mengandung nitrogen. Protein dan enzim tersusun atas asam amino yang mengandung nitrogen. Kekurangan nitrogen memberikan gejala perubahan warna daun-daun bawah menjadi kekuningan (Mangoensoekarjo dan Tojib 2005). Tanaman mengabsorpsi nitrogen dalam bentuk nitrat (NO 3ˉ), walaupun ternyata ammonium (NH 4 + ) dapat juga langsung diabsorpsi tanaman. Efisiensi relatif absorpsi ammonium dan nitrat dipengaruhi oleh ph tanah (Hakim 2007). Fosfor (P). Fosfor merupakan bagian dari senyawa yang mengatur pertumbuhan tanaman. Asam nukleat dan senyawa yang mengatur pernapasan dan pematangan juga mengandung fosfor. Kekurangan fosfor dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Unsur fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk H 2 PO 4ˉ (Mangoensoekarjo dan Tojib 2005). Kalium (K). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) kalium berfungsi sebagai katalisator (pendorong dan mempercepat reaksi-reaksi biokimia), sebagai pengatur kegiatan fotosintesis, transpirasi, serta reaksi biokimia dalam daun dan titik tumbuh. Kekurangan kalium dapat mengurangi produksi buah. Unsur kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk kation K +. Kalsium (Ca). Kalsium merupakan bagian dari dinding sel dan bagian kalsium terbesar terdapat pada daun. Kalsium berfungsi untuk menjaga membranmembran dalam sel tetap berfungsi, berperan dalam bagian-bagian meristem tanaman, dan mendorong pertumbuhan akar. Kalsium memiliki kemampuan menekan aktivitas kalium (K) dan mempengaruhi penyerapan unsur nitrogen (N). Unsur kalsium diserap oleh tanaman dalam bentuk kation Ca 2+ (Mangoensoekarjo dan Tojib 2005).

21 Magnesium (Mg). Hara Mg merupakan hara makro sekunder yang berperan penting sebagai bahan pembentuk molekul klorofil dan komponen enzim esensial, serta berperan dalam proses metabolisme P dan respirasi tanaman (Rankine dan Fairhurst 1999). Magnesium merupakan bagian dari molekul klorofil dan berasosiasi dengan fosfor (P) dalam proses pembentukan senyawa-senyawa fosfolipid yang merupakan bagian dari minyak yang diproduksi. Mg diserap oleh tanaman dalam bentuk kation Mg 2+ (Mangoensoekarjo dan Tojib 2005). Salah satu peranan penting unsur Mg yaitu untuk menentukan efisiensi fotosintesis, proses metabolisme fosfat, respirasi tanaman, dan mengaktifkan kegiatan enzim dalam tanaman. Unsur Mg merupakan titik sentral atau menjadi elemen pusat klorofil daun. Menurut Sutarta et al. (2001) kekurangan unsur Mg dapat disebabkan kurang tersedianya atau penyerapan unsur Mg yang kurang, namun dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hara antara unsur Mg dan unsur hara lainnya. Daun yang terkena sinar matahari langsung menunjukkan adanya gejala kekuningan merata pada anak daun. Gejala kekuningan tersebut terjadi pada pelepah yang tua atau pelepah yang terletak pada bagian tengah tajuk. Penyebabnya adalah unsur Mg terlalu sedikit atau unsur kalium (K) terlalu banyak (Darmosarkoro 2000). Mg juga diperlukan dalam transfer ATP, transfer energi dalam proses fotosintesis, glikolisis, siklus kreb, dan respirasi (Havlin et al. 2004). Belerang (S). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) belerang merupakan bagian dari protein, penelitian tentang belerang masih kurang sehingga kasus kekurangan belerang jarang ditemui. Unsur belerang sudah tersedia dalam pupuk lain seperti ZA (ammonium sulfat). Pahan (2010) menambahkan bahwa unsur belerang diserap oleh tanaman dalam bentuk anion SO 4 2ˉ. Defisiensi unsur belerang terjadi pada daun kelapa sawit yang termuda dengan gejala yang terjadi yaitu daun menjadi hijau kekuningan dengan tulang daun kekuning-kuningan. 5 Dolomit Dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ) merupakan kapur golongan karbonat yang pada umumnya digunakan untuk pertanian, apabila bahan kapur ini diberikan ke dalam tanah maka akan terjadi reaksi-reaksi sehingga terjadi keseimbangan baru. Menurut Kussow (1971), reaksi yang terjadi mula-mula peruraian kapur itu sendiri dari yang membentuk ion CO 3 dan ion Ca atau Mg. Ion CO 3 akan menarik ion H dari kompleks jerapan tanah sehingga terbentuk H 2 CO 3. Ion Ca atau Mg akan mengisi kompleks jerapan tanah yang ditinggalkan oleh ion H. Reaksi yang terjadi digambarkan sebagai berikut: (Ca, Mg) CO 3 (Ca, Mg) 2+ + CO 3 2- CO 3 2ˉ + H 2 x H 2 CO 3 + x 2- (Ca, Mg) 2+ + x 2- (Ca, Mg) x X= kompleks jerapan Reaksi dalam hal ini terlihat bahwa ion CO 3 2- yang berperan melepaskan ion H dari kompleks jerapan tanah, selanjutnya reaksi yang terjadi dalam menetralkan Al sebagai berikut: CO H 2 O H 2 CO OHˉ x- Al + 3 OHˉ x 3- + Al (OH) 3

22 6 Ion Ca atau Mg akan menempati kompleks jerapan tanah yang ditinggalkan oleh ion Al. Tisdale et al. (2005), mengemukakan bahwa reaksi kapur pertanian (CaCO 3 ) di dalam tanah sehubungan dengan penurunan ph sebagai berikut: CaCO 3 + H 2 O Ca 2+ + HCO 3ˉ + OHˉ H + + OHˉ H 2 O Ion H + yang terdapat dalam larutan, diikat oleh ion OHˉ sehingga ph tanah akan naik. Akibatnya ketersediaan unsur hara akan meningkat. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit IPB-Cargill, Jonggol, Bogor. Analisis kimia tanah dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Bogor. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret 2013 sampai dengan Maret Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit varietas Tenera Dami Mas umur 5 bulan setelah pindah tanam lapangan, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk Muriate of Potash (MoP), dan pupuk dolomit. Peralatan yang digunakan Special Products Analysis Division (SPAD), meteran, jangka sorong digital, dan timbangan digital. Metode Percobaan Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 1 faktor yaitu dosis pemupukan, dengan 4 taraf dosis pemupukan yang diulang sebanyak 3 kali dan masing-masing taraf terdiri atas 5 tanaman sehingga terdapat 20 satuan percobaan dengan demikian jumlah total tanaman seluruhnya sebanyak 60 tanaman. Tabel 1 Perlakuan pemupukan dolomit Perlakuan Dosis pupuk dolomit (g tanaman -1 )

23 Model linier yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: Y ijk = μ + α i + ß j +Ɛ ij ; j = 3 i = 4 ; Dengan : Y ijk : pengamatan pada perlakuan dosis pupuk dolomit ke-i, dan ulangan ke-k μ : nilai rata-rata umum : pengaruh perlakuan dosis pemupukan dolomit ke-i α i ß j ε ijk : pengaruh kelompok ke-j : pengaruh galat yang timbul dari taraf perlakuan dosis pemupukan dolomit ke-i dan kelompok ke-j Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Statistical Analysis Sistem (SAS). Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (uji F-hitung) pada taraf 5% jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan pemberian dosis pupuk dolomit. Dilanjutkan dengan uji Polinomial Ortogonal untuk mengetahui pola respons peubah terhadap perlakuan (Mattjik dan Sumertajaya 2006). 7 Prosedur Percobaan Persiapan Persiapan tanaman terdiri atas pengendalian gulma dan pelabelan. Tanaman kelapa sawit yang telah diberi label, dilakukan pengendalian gulma di piringan pokok (circle weeding) dengan jari-jari 1.0 sampai 1.5 m hingga kondisi W0. Kondisi W0 merupakan kondisi dimana piringan harus dalam keadaan bebas dari gulma. Pemupukan Perlakuan pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali aplikasi yaitu pada bulan ke-4 (Maret 2013) setelah penanaman dan selanjutnya dilakukan pada bulan ke-10 (Januari 2014) setelah pemupukan pertama. Sebelum pelaksanaan penelitian, pada setiap lubang tanam sebelum dilakukannya penanaman diberikan pupuk dasar. Pupuk dolomit diaplikasikan bersamaan dengan urea, SP-36, dan MoP dengan cara disebar merata di bawah tajuk tanaman pada daerah piringan. Dosis pupuk dasar, urea, SP-36, dan MoP sesuai dengan rekomendasi yang diberikan kebun pendidikan dan penelitian IPB-Cargill. Pupuk dasar yang digunakan sebelum penanaman adalah pupuk Rock Phosphate (RP) 500 g tanaman -1, pupuk dolomit 500 g tanaman -1, dan pupuk organik 60 kg tanaman -1. Pupuk anorganik lainnya (yang merupakan pupuk dasar kedua) diberikan 2 kali dalam setahun yaitu pada awal penelitian (Maret 2013) terdiri atas urea sebesar 200 g tanaman -1, SP-36 sebesar 250 g tanaman -1, dan MoP sebesar 200 g tanaman -1, serta pada bulan Januari 2014 sebanyak 225 g urea tanaman -1, 250 g SP-36 tanaman -1, dan 229 g MoP tanaman -1. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi kegiatan pengendalian gulma pada piringan, pengendalian hama dan penyakit, serta dilakukan kastrasi secara manual. Kastrasi dilakukan dengan membuang semua bakal bunga dan buah yang sudah muncul. Pengendalian gulma dilakukan dengan menanam tanaman legum cover crop

24 8 (LCC) yaitu Muccuna di gawangan tanaman pokok agar gulma yang tumbuh dapat dikendalikan. Pengamatan Peubah yang diamati terdiri atas peubah morfologi tanaman, peubah fisiologi tanaman, dan analisis tanah. 1. Peubah Morfologi Tanaman Pengamatan morfologi dilakuan setiap 1 bulan sekali pada 60 tanaman contoh dalam 1 blok tanaman percobaan. Pengamatan morfologi mencakup beberapa parameter yang diuraikan sebagai berikut: a. Laju pertumbuhan tanaman (cm/bulan). Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Laju pertumbuhan= b. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran dari permukaan tanah sampai daun tertinggi. c. Pertambahan jumlah pelepah (helai). Pertambahan jumlah pelepah dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna. d. Lingkar batang (cm). Pengukuran menggunakan meteran diukur ± 10 cm di atas permukaan tanah. e. Jumlah anak daun ke-9. Dihitung mulai dari pangkal hingga ujung pelepah. f. Panjang pelepah ke-9 (cm). Panjang pelepah diukur dari pangkal pelepah yang berduri sampai ujung pelepah menggunakan meteran. g. Panjang dan lebar anak daun ke-9 (cm). Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang helaian anak daun dan lebar helaian anak daun sebanyak 3 helai pada bagian ujung pelepah, tengah pelepah, dan pangkal pelepah. h. Luas daun (cm 2 ). Pengukuran luas daun dilakukan pada daun-daun tanaman contoh yaitu pada daun ke-9. Luas daun dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sutarta et al. 2007): Luas daun = Keterangan: p : panjang anak daun (cm) l : lebar anak daun (cm) n : jumlai helai anak daun sebelah kiri atau kanan k : konstanta (0.57 untuk TBM) 2. Peubah Fisiologi Tanaman a. Kandungan Klorofil. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat SPAD-502 plus chlorophyll meter pada bulan Juli 2013, November 2013, dan Maret Pengukuran dilakukan pada daun antara daun ke-9 dengan cara meletakkan daun pada titik alat pembaca, kemudian tombol pembaca ditekan. Pengukuran dilakukan pada 3 titik (pangkal, tengah, dan ujung). Nilai real kadar tingkat kehijauan daun dihitung dengan menggunakan rumus Y = x , dimana Y = kandungan

25 klorofil dan x = nilai hasil pengukuran SPAD-502 (Amir 1999; Farhana 2007). b. Analisis kandungan hara jaringan daun (Mg), dilakukan di laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor. Daun yang diambil sebagai sampel adalah daun ke-sembilan. Sampel daun yang digunakan merupakan anak daun bagian tengah sebanyak 3 helai sebelah kanan dan kiri. 3. Analisis Tanah a. Awal Penelitian. Analisis tanah yang dilakukan yaitu analisis rutin dengan mengambil sampel tanah secara komposit yang diperoleh pada tiga titik yang mewakili areal yang digunakan sebagai lokasi penelitian. Sampel tanah yang di analisis yaitu sampel tanah top soil dengan kedalaman ± 20 cm dengan berat sebesar 500 g yang sudah dibersihkan dari sisa-sisa akar yang menempel pada tanah. b. Akhir Penelitian. Pengambilan sampel tanah diambil dari semua perlakuan yang terdapat pada kedalaman ± 20 cm di piringan tanaman kelapa sawit. 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Hasil analisis sampel tanah awal menunjukkan, tanah pada lahan yang digunakan memiliki tekstur tanah yang terdiri atas debu 36%, pasir 32%, dan liat 32%. Tekstur tanah didominasi oleh debu. Berdasarkan kriteria pusat penelitian tanah (2008) (Lampiran 1), tanah yang digunakan dalam penelitian termasuk sangat masam dengan ph (H 2 O) 4.30, kandungan C-Organik rendah (1.69%), kadar N-Total rendah (0.18%), kadar Ca rendah (3.89 me 100 g -1 ), kadar Mg sedang (1.49 me 100 g -1 ), kadar K rendah (0.19 me 100 g -1 ), dan kadar P tersedia rendah (3.1 ppm). Kapasitas tukar kation tergolong rendah (13.43 me 100 g -1 ) dan kejenuhan basa tergolong sedang (42%). Hasil analisis sampel tanah awal disajikan pada Lampiran 2. Curah hujan bulanan di lokasi percobaan (April 2013 sampai Maret 2014) berkisar antara 60 sampai 606 mm per bulan, tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan September, dengan rata-rata mm per bulan, sedangkan suhu bulanan berkisar antara 28.5 sampai 31.0 C dengan rata-rata 30.0 C per bulan. Data iklim disajikan pada Lampiran 3. Respons Morfologi Tanaman terhadap Pemberian Dosis Pupuk Dolomit Laju pertumbuhan morfologi tanaman terhadap pemberian dosis pupuk dolomit dari umur 1 BSP (Bulan Setelah Perlakuan) sampai 12 BSP mengalami peningkatan. Rata-rata laju pertumbuhan pada peubah tinggi tanaman dari umur 1 sampai 12 BSP adalah 10.9 cm bulan -1. Rata-rata laju pertumbuhan lingkar batang

26 10 dari umur 1 sampai 12 BSP adalah 3.7 cm bulan -1. Rata-rata laju pertumbuhan jumlah pelepah dari umur 1 sampai 12 BSP adalah 2.0 helai bulan -1. Rata-rata laju pertumbuhan panjang pelepah dari umur 1 sampai 12 BSP adalah 2.7 cm bulan -1. Menurut Setyamidjaja (2006), laju kecepatan tumbuh tinggi pada tanaman kelapa sawit tergantung pada tipe dan varietasnya, namun kecepatan pertumbuhan pertambahan tinggi secara umum berkisar antara 25 sampai 40 cm. Pertumbuhan kelapa sawit juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu kondisi sekitar tanaman seperti iklim, kerapatan tanaman, dan pemeliharaan. Laju pertumbuhan kelapa sawit belum menghasilkan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Laju pertumbuhan kelapa sawit belum menghasilkan Umur (BSP) Tinggi Tanaman (cm) Lingkar Batang (cm) Jumlah Pelepah (Helai) Panjang Pelepah (cm) ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 12.4 Laju bulan ± ± ± ± 0.5 Tinggi Tanaman Pemberian pupuk dolomit berpengaruh nyata secara kuadratik setelah 6 bulan setelah perlakuan yaitu pada saat umur 7 sampai 10 BSP, sedangkan saat umur 11 sampai 12 BSP tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah tinggi tanaman. Hal itu diduga bahwa pupuk dolomit hanya berpengaruh selama 4 bulan karena kandungan unsur hara dalam tanaman sudah mulai berkurang sehingga pada bulan selanjutnya perlu dilakukan pemupukan dolomit kembali untuk meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah dan tanaman. Peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman saat umur 7 sampai 10 BSP dengan dosis pupuk dolomit 400 g tanaman -1 dibandingkan dengan 0 g tanaman -1 (kontrol) adalah 7.6%, 4.2% dengan dolomit 200 g tanaman -1, dan 9.9% dengan dolomit 600 g tanaman -1. Respons tinggi tanaman terhadap pupuk dolomit disajikan pada Tabel 3.

27 Tabel 3 Respons tinggi tanaman terhadap dosis pupuk dolomit Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Tinggi tanaman (cm) 1 BSP 2 BSP 3 BSP 4 BSP 5 BSP 6 BSP Pr Notasi tn tn tn tn tn tn Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Tinggi tanaman (cm) 7 BSP 8 BSP 9 BSP 10 BSP 11 BSP 12 BSP Pr Notasi * * * * tn tn Uji Kontras Q* Q* Q* Q* tn tn Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, Pr: Probability, Q: Quadratik, tn: Tidak nyata, : Uji kontras polinomial ortogonal, BSP: Bulan setelah perlakuan. 11 Lingkar Batang Pemberian pupuk dolomit berpengaruh nyata secara kuadratik setelah 6 bulan setelah perlakuan yaitu pada saat umur 7 BSP, sedangkan saat umur 8 sampai 12 BSP tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah lingkar batang kelapa sawit. Hal itu diduga bahwa pupuk dolomit hanya berpengaruh 1 bulan sehingga pada bulan selanjutnya perlu dilakukan pemupukan dolomit kembali agar memberikan pengaruh terhadap peubah lingkar batang. Peningkatan lingkar batang saat umur 7 BSP dengan dosis pupuk dolomit 400 g tanaman -1 dibandingkan dengan 0 g tanaman -1 (kontrol) adalah 6.4%, sedangkan perbedaan dolomit 400 g tanaman -1 dengan 200 g tanaman -1 sebesar 1.4% dan 8.5% dengan dolomit 600 g tanaman -1. Menurut Hartley (1967), pertumbuhan batang kelapa sawit sebesar m/tahun tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat. Respons lingkar batang terhadap dosis pupuk dolomit disajikan pada Tabel 4.

28 12 Tabel 4 Respons lingkar batang terhadap dosis pupuk dolomit Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Lingkar batang (cm) 1 BSP 2 BSP 3 BSP 4 BSP 5 BSP 6 BSP Pr Notasi tn tn tn tn tn tn Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Lingkar batang (cm) 7 BSP 8 BSP 9 BSP 10 BSP 11 BSP 12 BSP Pr Notasi * tn tn tn tn tn Uji Kontras Q* tn tn tn tn tn Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, Pr: Probability, Q: Quadratik, tn: Tidak nyata, : Uji kontras polinomial ortogonal, BSP: Bulan setelah perlakuan. Jumlah Pelepah Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk dolomit tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah jumlah pelepah saat umur 1 sampai 12 BSP. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh genetik yang lebih menonjol daripada pengaruh pemupukan dolomit, namun mampu meningkatkan jumlah pelepah daun dari umur 1 sampai 12 BSP. Menurut Lubis dan Widanarko (2011), jumlah daun dan bentuk daun sangat berpengaruh terhadap luas tangkapan sinar matahari. Respons jumlah pelepah terhadap dosis pupuk dolomit disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Respons jumlah pelepah terhadap dosis pupuk dolomit Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Jumlah pelepah (helai) 1 BSP 2 BSP 3 BSP 4 BSP 5 BSP 6 BSP Pr Notasi tn tn tn tn tn tn Keterangan : Pr: Probability, tn: Tidak nyata, BSP: Bulan setelah perlakuan.

29 Tabel 5 Respons jumlah pelepah terhadap dosis pupuk dolomit (lanjutan) Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Jumlah pelepah (helai) 7 BSP 8 BSP 9 BSP 10 BSP 11 BSP 12 BSP Pr Notasi tn tn tn tn tn tn Keterangan : Pr: Probability, tn: Tidak nyata, BSP: Bulan setelah perlakuan. 13 Panjang Pelepah Pemberian pupuk dolomit tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang pelepah pada umur 1 sampai 12 BSP. Respons panjang pelepah terhadap dosis pupuk dolomit disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Respons panjang pelepah terhadap dosis pupuk dolomit Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Panjang pelepah (cm) 1 BSP 2 BSP 3 BSP 4 BSP 5 BSP 6 BSP Pr Notasi tn tn tn tn tn tn Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Panjang pelepah (cm) 7 BSP 8 BSP 9 BSP 10 BSP 11 BSP 12 BSP Pr Notasi tn tn tn tn tn tn Keterangan : Pr: Probability, tn: Tidak nyata, BSP: Bulan setelah perlakuan.

30 14 Luas Daun Pemberian pupuk dolomit berpengaruh nyata secara linier setelah 6 bulan setelah perlakuan yaitu pada saat umur 7 BSP sedangkan pada umur 8 sampai 12 BSP tidak memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun. Hal itu diduga bahwa pupuk dolomit hanya berpengaruh 1 bulan terhadap luas daun sehingga pada bulan selanjutnya perlu dilakukan pemupukan dolomit kembali karena kandungan unsur hara dalam tanaman sudah mulai berkurang. Penurunan luas daun saat umur 7 BSP dengan dosis pupuk dolomit 0 g tanaman -1 dibandingkan dengan 200 g tanaman -1 adalah 1.3%, sedangkan perbedaan dolomit 400 g tanaman -1 dengan 200 g tanaman -1 sebesar 0.5% dan 14% dengan dolomit 600 g tanaman -1. Respons luas daun terhadap dosis pupuk dolomit disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Respons luas daun terhadap dosis pupuk dolomit Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Luas daun (cm 2 ) 1 BSP 2 BSP 3 BSP 4 BSP 5 BSP 6 BSP Pr Notasi tn tn tn tn tn tn Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Luas daun (cm 2 ) 7 BSP 8 BSP 9 BSP 10 BSP 11 BSP 12 BSP Pr Notasi * tn tn tn tn tn Uji Kontras L* tn tn tn tn tn Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, Pr: Probability, L: Linier, tn: Tidak nyata, : Uji kontras polinomial ortogonal, BSP: Bulan setelah perlakuan. Hasil sidik ragam menunjukkan terdapat respons nyata antara pupuk dolomit terhadap peubah morfologi tanaman. Respons linier yang diperoleh merupakan respons linier negatif yang artinya bahwa belum dapat ditentukan dosis optimum karena peubah yang diamati akan terus menurun seiring dengan penambahan dosis pupuk yang diberikan dan dapat juga dikarenakan dosis pupuk yang digunakan kurang tinggi, rentang dosis pupuk terlalu sedikit, sedangkan respons kuadratik positif menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin menurunkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit sehingga terbentuk pola parabola.

31 Respons tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah. Semakin besar respons tanaman, semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad et al. 2012). Menurut Pahan (2006), ada sifat sinergis dan antagonis serapan hara pada beberapa unsur. Pemberian N akan mengganggu serapan Mg walaupun Mg dalam tanah cukup, sehingga pada saat pemberian N, Mg juga perlu ditambahkan. Pada keadaan alami, unsur Mg kurang tersedia karena serapannya diganggu N, akibatnya juga proses serapan N juga akan terganggu. Menurut Uexkull dan Fairhurst (1991), unsur hara Mg merupakan unsur hara yang mobil dan lebih mudah hilang melalui pencucian. Unsur hara mobil adalah unsur hara yang dapat berpindah dari tempat unsur yang terakumulasi banyak menuju tempat yang membutuhkan unsur hara tersebut. Hasil pengamatan peubah morfologi secara keseluruhan, menunjukkan bahwa pemberian pupuk dolomit nyata meningkatkan tinggi tanaman, lingkar batang dan luas daun pada tanaman kelapa sawit, sedangkan peubah jumlah pelepah dan panjang pelepah tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga karena telah terpenuhinya kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman terutama unsur nitrogen melalui pemberian pupuk dasar yang terdiri atas pupuk organik, RP (rockphospate), dan dolomit pada saat penanaman. Menurut Suntoro (2003), bahan organik berperan sangat besar dalam meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan hara bagi tanaman. Selain itu, pengapuran meningkatkan efisiensi pemupukan P (RP) bahkan mengekstrak P tanah yang terikat oleh Al atau Fe (Subiksa et al. 1999), mampu menghambat pemasaman tanah (Hartatik et al 1999). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh status kesuburan tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah terutama sifat kimia tanah seperti Kapasitas Tukar Kation (KTK), P-total, K-total, dan kandungan bahan organik. KTK tanah menggambarkan kemampuan tanah dalam menahan/menjerap hara tanaman yang tersedia bagi tanaman. Semakin tinggi nilai KTK tanah semakin banyak hara yang dapat dijerapnya (Yudhi 2010). Pemberian pupuk dolomit berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit. Menurut Sastrosayono (2003) bahwa kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit pada setiap fase berbeda-beda. Penambahan dosis pupuk ada batasnya, di atas batas dosis tersebut akan berpengaruh negatif. Peran penting dari dolomit adalah sebagai bahan pengapur pada tanah-tanah masam untuk menaikkan ph sehingga unsur hara dalam tanah juga tersedia (Hasibuan 2008). Pemberian pupuk dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ) nyata meningkatkan tinggi tanaman, lingkar batang dan luas daun pada tanaman kelapa sawit rata-rata pada perlakuan dosis pupuk dolomit sebesar 400 g/tanaman. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara N, P, dan K yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit tersedia dalam jumlah cukup. pada dosis tersebut kandungan unsur hara sesuai bagi tanaman kelapa sawit terutama unsur nitrogen yang berperan dalam pembentukan bagian vegetatif tanaman. Pemupukan dolomit diharapkan dapat meningkatkan ph tanah sehingga unsur hara juga dapat tersedia bagi tanaman. Pertumbuhan tanaman pada 11 BSP dan 12 BSP terutama pada tinggi tanaman mengalami pengaruh yang tidak nyata. Kondisi tersebut diduga bahwa pada perlakuan kedua terjadi keterlambatan dalam pengaplikasian yang seharusnya diaplikasikan pada bulan ke-6 karena intensitas 15

32 16 curah hujan pada bulan tersebut mengalami penurunan sehingga pengaplikasian pemupukan tidak dilakukan. Akibatnya kandungan hara dalam tanah juga semakin berkurang dan menyebabkan tanaman tidak dapat menyerap hara dalam tanah. Curah hujan harus diperhatikan dalam aplikasi pemupukan. Menurut Pahan (2006), apabila curah hujan <100 mm perbulan maka tidak disarankan untuk aplikasi pemupukan karena berpotensi kehilangan tinggi melalui proses penguapan yang tinggi terutama untuk pupuk N. Pemupukan dengan curah hujan >250 mm perbulan juga tidak disarankan karena dapat mengakibatkan kehilangan pupuk yang sangat tinggi melalui proses pencucian oleh aliran permukaan dan erosi. Respons Fisiologi Tanaman terhadap Pemberian Dosis Pupuk Dolomit Kandungan Klorofil Pemberian pupuk dolomit berpengaruh nyata secara kuadratik setelah 12 bulan setelah perlakuan yaitu pada saat umur 12 BSP sedangkan pada umur 1 sampai 11 BSP tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan klorofil. Hal itu diduga bahwa pupuk berpengaruh terhadap kandungan klorofil dalam waktu 12 bulan setelah perlakuan pemupukan dolomit pada TBM 1. Namun respons yang dihasilkan merupakan respons kuadratik negatif yang artinya semakin rendah dosis yang diberikan maka semakin menurunkan kandungan klorofil pada daun kelapa sawit. Pemberian pupuk dolomit dapat menurunkan kandungan klorofil sebesar 1.3% pada dosis 200 g tanaman -1, 4.9% pada dosis 400 g tanaman -1, dan 1.5% pada dosis 600 g tanaman -1 dibandingkan dengan dosis 0 g tanaman -1 (kontrol). Respons kandungan klorofil terhadap dosis pupuk dolomit disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Respons kandungan klorofil terhadap dosis pupuk dolomit Dosis dolomit (g tanamanˉ¹) Kandungan klorofil (mg/cm 2 ) 4 BSP 8 BSP 12 BSP Pr Notasi tn tn * Uji Kontras tn tn Q* Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, Pr: Probability, Q: Quadratik, tn: Tidak nyata, : Uji kontras polinomial ortogonal, BSP: Bulan setelah perlakuan. Kandungan klorofil merupakan salah satu indikator terhadap proses fotosintesis pada tanaman. Namun kandungan klorofil yang diperoleh mengalami penurunan dengan meningkatnya dosis yang diberikan pada tanaman. Pemberian pupuk dolomit memberikan pengaruh nyata secara kuadratik negatif terhadap kandungan klorofil karena tanaman dalam kondisi kekurangan air

33 atau kekeringan sehingga terjadi gangguan penyerapan hara. Tanaman mengalami kekeringan jika kehilangan lebih dari 50% air dari jaringannya. Menurut Ai dan Banyo (2011), respons fisiologis tanaman terhadap kekurangan air adalah penurunan konsentrasi klorofil daun yang dapat disebabkan oleh pembentukan klorofil terhambat, penurunan enzim rubisco, dan terhambatnya penyerapan unsur hara, terutama nitrogen dan magnesium yang berperan penting dalam sintesis klorofil. 17 Analisis Kandungan Hara Jaringan Daun (Mg) Analisis kandungan hara jaringan daun dapat memberikan informasi tentang ketidakseimbangan hara. Dengan melihat status hara tersebut diperoleh gambaran jumlah pupuk yang harus ditambahkan di masa yang akan datang (umumnya dalam periode 1 tahun). Hasil analisis kandungan hara magnesium pada jaringan daun terhadap berbagai pemberian dosis dolomit disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Kandungan hara Mg dalam daun Dosis dolomit (g tanaman -1 ) Mg dalam daun (%) Pr 0.57 Notasi tn Keterangan : Pr: Probability, tn: Tidak nyata. Berdasarkan hasil analisis kandungan hara dalam daun, pemberian pupuk dolomit pada berbagai perlakuan dosis pupuk dolomit menghasilkan kandungan Mg dalam daun yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol. Kandungan Mg dalam daun terendah terdapat pada perlakuan dosis dolomit 200 g tanaman -1 sebesar 0.45% dan tertinggi pada dosis 400 g tanaman -1 dan 600 g tanaman -1 sebesar 0.50%. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kandungan hara magnesium dalam jaringan daun dengan pemberian pupuk dolomit rata-rata lebih tinggi tinggi dibandingkan kontrol. Kandungan hara magnesium pada jaringan daun pada percobaan ini berada pada kondisi optimum (zona cukup), jika dibandingkan dengan konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit menurut Uexkull (1992) yang disajikan pada Lampiran 5. Kandungan hara magnesium dalan jaringan daun pada percobaan ini menunjukkan batas yang cukup bagi unsur hara magnesium. Namun menurut Pahan (2008), walaupun status hara magnesium menunjukkan batas yang cukup tetapi sebaiknya diberikan juga pupuk yang mengandung unsur hara magnesium karena pada saat itu serapan Mg diganggu oleh N sehingga proses serapan N juga akan terganggu. Pemberian pupuk dengan unsur hara N dan Mg yang tidak seimbang akan menyebabkan sifat antagonis terhadap keduanya.

34 18 Analisis Tanah Hasil analisis tanah akhir diambil pada setiap ulangan dan perlakuan dari piringan tanaman sampel. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada bulan Maret 2014 (Lampiran 3). Hasil dari analisis statistik diperoleh pengaruh yang nyata pada berbagai perlakuan dosis pupuk dolomit yang diberikan. Pemberian pupuk dolomit dapat meningkatkan kandungan hara Mg dalam tanah sebesar 34.3 % pada dosis 200 g tanaman -1, 40.3 % pada dosis 400 g tanaman -1, dan 37.3 % pada dosis 600 g tanaman -1 dibandingkan dengan dosis 0 g tanaman -1. Hasil analisis kandungan Mg dalam tanah disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Kandungan Mg dalam tanah Dosis dolomit (g tanaman -1 ) Mg dalam tanah (mmol/100 g) Pr 0.02 Notasi * Uji kontras Q* Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%, Pr: Probability, Q: Quadratik, tn: Tidak nyata, : Uji kontras polinomial ortogonal. Penentuan Dosis Optimum Penentuan dosis optimum pupuk dolomit didasarkan pada peubah morfologi tanaman yang didasarkan pada persamaan regresi yang diperoleh dari pengukuran setiap bulan. Dosis optimum pupuk dolomit berdasarkan peubah tinggi tanaman dari umur 7 sampai 10 BSP adalah g dolomit tanaman -1. Penentuan dosis optimum dolomit disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Penentuan dosis optimum dolomit berdasarkan peubah tinggi tanaman Umur (BSP) Persamaan Regresi Dosis Optimum (g tanaman -1 tahun -1 ) 7 Y = x x Y = x x Y = x x Y = x x Rata-rata ± Tinggi tanaman responsif terhadap perlakuan dosis pupuk dolomit. Analisis regresi menunjukkan perlakuan dosis pupuk dolomit membentuk respons kuadratik yang disajikan pada Tabel 3. Tinggi tanaman menunjukkan hasil

35 tertinggi terdapat pada perlakuan 400 g dolomit sebesar cm. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) dari analisis regresi menunjukkan bahwa tinggi tanaman memiliki keragaman sebesar 0.40 sehingga dapat dikatakan bahwa keragaman dosis pupuk dolomit (sumbu x) dapat digambarkan oleh hasil tinggi tanaman (sumbu y) sebesar 40%. Nilai R 2 <80% memiliki arti bahwa tidak ada kesesuaian peningkatan tinggi tanaman dengan dosis pupuk dolomit, sedangkan R 2 >80% memiliki arti bahwa terdapat kesesuaian peningkatan peubah dengan perlakuan. Peubah lingkar batang, luas daun, dan kandungan klorofil kurang responsif terhadap perlakuan pupuk dolomit. Perhitungan dosis optimasi pupuk dolomit pada peubah lingkar batang, luas daun, dan kandungan klorofil tidak dapat ditentukan. 19 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk dolomit meningkatkan peubah morfologi tanaman yaitu tinggi tanaman, lingkar batang, luas daun serta menurunkan kandungan klorofil dan meningkatkan kandungan hara magnesium dalam daun. Kandungan hara magnesium dalam daun berada pada zona cukup atau dalam keadaan optimum. Dosis optimum pupuk dolomit selama 12 bulan pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan yang berumur 1 tahun adalah g dolomit tanaman -1 dengan aplikasi 2 kali dalam setahun. Saran Agar tanaman kelapa sawit dapat berpengaruh terhadap pupuk magnesium maka untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan pupuk kieserit agar diperoleh respons tanaman terhadap pupuk magnesium. DAFTAR PUSTAKA Ai NS, Banyo Y Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada tanaman. Jurnal Ilmiah Sains 11(2): Amir H Nitrogen fixation by diazotropic microorganism [disertasi]. Malaysia: Universitas Putra Malaysia. Arsyad AR, Junedi H, Farni Y Pemupukan kelapa sawit berdasarkan potensi produksi untuk meningkatkan hasil tandan buah segar (TBS) pada lahan marginal. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 14(1):

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

Peranan Pupuk Kalsium pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan

Peranan Pupuk Kalsium pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Peranan Pupuk pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Role of Calcium Fertilizer on Young Plant of Oil Palm (Elaeis guinensis Jacq.) Hupudio Hutomo Widodo 1, Sudradjat 1*

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 1 MARET 2015 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 1 MARET 2015 ISSN AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 1 MARET 2015 ISSN 1979 5777 1 Optimasi Dosis Pupuk Dolomit pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun Sudradjat 1*, Fitriya 2 1* Departemen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Agronomis Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Agronomis Kelapa Sawit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agronomis Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat ternyata budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sampai

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) NORI ASTIANA

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) NORI ASTIANA OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) NORI ASTIANA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi tanaman perkebunanyang penting di Indonesia. Berdasarkan klasifikasi tumbuhankelapa

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman penghasil minyak nabati terbesar dan paling efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya. Hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan dalam penelitian ini tersusun atas lima taraf perlakuan. Dalam setiap perlakuan terdapat lima kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam Secara teoritis lahan kering di Indonesia dibedakan menjadi dua kategori, yaitu lahan kering beriklim kering, yang banyak dijumpai di kawasan timur Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal mempunyai agregat yang kurang stabil dan permeabilitas rendah. Tanah ini

Lebih terperinci