PENGARUH Pb-ASETAT DALAM AIR MINUM TERHADAP LEMAK DAN PROTEIN DAGING PUYUH (Coturnix coturnix japonica) FASE GROWER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH Pb-ASETAT DALAM AIR MINUM TERHADAP LEMAK DAN PROTEIN DAGING PUYUH (Coturnix coturnix japonica) FASE GROWER"

Transkripsi

1 PENGARUH Pb-ASETAT DALAM AIR MINUM TERHADAP LEMAK DAN PROTEIN DAGING PUYUH (Coturnix coturnix japonica) FASE GROWER THE EFFECT OF Pb-ACETATE IN DRINKING WATER ON THE FAT AND PROTEIN IN MEAT OF GROWING QUAIL (Coturnix coturnix japonica) Eko Kurniawan 1, Diding Latipudin 2, dan Andi Mushawwir 3 1 Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2 Staff Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3 Staff Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1 eko_kurniawan15@yahoo.co.id Abstract A research to determine the effect of Pb-Acetate in the drinking water on fat and protein in meat of growing quail was conducted from 3 rd december 2014 until 1 st January 2015 at the poultry house, Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. The data was analyzed in Laboratory of Animal Physiologi and Biochemistry, Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. The purpose of research was to find out about the effect of Pb-acetate in drinking water on concentration of fat and protein in meat of growing quail. This research used an experimental method specifically a Completely Randomized Design (CRD) with three treatment, P0 = 0 ppm (without Pb-acetate in 4 liter drinking water), P1 = 50 ppm (0,36 g Pb in 4 liter drinking water), P2 = 100 ppm (0,73 g Pb in 4 liter drinking water) and eight replications. The results of statistical analysis showed that Pb-Acetat at 0 ppm, 50 ppm, and 100 ppm in drinking water does not influence (P > 0,05) the content of fat and protein in meat of growing quail. Keywords: Japanese quail, Pb, Fat, Protein, Meat Abstrak Penelitian mengenai pengaruh pemberian Pb-Asetat dalam air minum terhadap lemak dan protein daging puyuh fase grower telah dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2014 sampai 1 Januari 2015 di Kandang Kelompok Profesi Ternak Unggas (KPTU), Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran dan telah dianalisis di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Pb-Asetat dalam air minum terhadap kadar lemak dan protein daging Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1

2 puyuh fase grower. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan analisis statistika Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga macam perlakuan, P0 = 0 ppm (0 gram Pb dalam 4 liter air minum), P1 = 50 ppm (0,36 gram Pb dalam 4 liter air minum), P2 = 100 ppm (0,73 gram Pb dalam 4 liter air minum) dan delapan kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Pb- Asetat dalam air minum memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar lemak dan protein daging puyuh. Kata Kunci : Puyuh Jepang, Pb, Lemak, Protein, Daging Pendahuluan Aktivitas manusia dalam bidang industri, seperti pertambangan batu bara, pemurnian minyak, pembangkit listrik energi minyak, pengecoran logam, peleburan besi dan baja, pengabuan sampah, semen, tekstil, pestisida, gelas, dan yang banyak menghasilkan cemaran limbah terutama logam yang mudah menguap dan larut dalam air seperti Pb. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa bahan pakan tepung ikan mengandung cemaran Pb yang cukup tinggi, demikian pula untuk air tawar yang digunakan sebagai air minum ternak dapat tercemar Pb karena tercampur dengan buangan air limbah, pestisida, dan dari udara secara langsung. Pb merupakan salah satu pencemar yang dipermasalahkan karena bersifat sangat toksik dan tergolong sebagai bahan buangan beracun dan berbahaya (Purnomo dan Muchyiddin, 2007). Pb bisa terkandung di dalam air, makanan, dan udara. Pb di atmosfer berasal dari senyawa hasil pembakaran bensin reguler dan premium yang tidak sempurna (Charlena, 2004). Logam berat Pb bila kadarnya dalam tubuh melebihi ambang batas yang diperbolehkan akan menimbulkan bahaya bagi tubuh, biasanya kadar Pb dalam tanah berkisar 5-25 ppm, dalam air tanah 1-60 ppm dan agak lebih rendah dalam Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2

3 air permukaan. Air minum dapat tercemar cukup tinggi oleh Pb karena penggunaan pipa berlapis Pb, cemaran dari penggunaan pestisida merupakan sumber Pb yang lain (Charlena, 2004). Tanaman dapat menyerap Pb pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman. Pb merupakan logam berat yang beracun, dapat dideteksi pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis. Sejumlah sumber makanan yang berasal dari laut seperti ikan, kerang, serta dari tanaman dan produk turunannya dapat terkontaminasi Pb kemudian memasuki tubuh dan mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril, sehingga fungsi enzim pada jaringan tubuh akan terganggu kerjanya. Pb juga dapat berikatan dengan enzim pada siklus Krebs, sehingga proses oksidasi fosforilasi tidak terjadi. Namun yang paling berbahaya adalah dengan efek langsung, yaitu menyebabkan nekrosis pada lambung dan saluran pencernaan, kerusakan pembuluh darah, perubahan degenerasi pada hati dan ginjal. Tubuh dapat menyerap Pb melalui permukaan kulit dan mukosa, saluran pencernaan dan saluran nafas. Akumulasi pada jaringan tubuh dapat menimbulkan keracunan bagi ternak apabila melebihi batas toleransi (Wardyahyani, 2006). Batas normal penggunaan Pb pada pakan unggas adalah sebesar 1-10 ppm, sedangkan batas ambang tinggi sebesar ppm dan batas ambang toksik sebesar lebih dari 200 ppm (Underwood dan Suttle, 1999). Tingkat maksimum pemberian mineral Pb dalam ransum sebesar 30 ppm (National Research Counil (NRC)). Pb yang disuplementasi sebesar 10 ppm dalam bentuk yang larut dalam Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3

4 air diberikan pada unggas dalam waktu panjang tidak memberikan pengaruh buruk sedangkan suplementasi sebanyak 100 ppm akan mengakibatkan peningkatan kadar Pb secara nyata dalam jaringan (Piliang, 2000). Konsentrasi Pb yang berlebih dalam tubuh dapat mengganggu kerja enzim oksidase sebagai akibatnya akan menghambat sistem metabolisme sel, yaitu menghambat sintesis protein (Darmono, 1995). Toksisitas Pb mempengaruhi kandungan logam esensial seperti besi (Fe), kalsium (Ca), seng (Zn), selenium (Se), tembaga (Cu), dan khrom (Cr). Pada umumnya, defisiensi mineral esensial tersebut akan dapat meningkatkan absorpsi Pb sehingga dapat menyebabkan keracunan. Sebaliknya bila kelebihan mineral esensial, akan dapat mencegah toksisitas Pb (Darmono, 1999) Secara langsung Pb dapat menghambat kerja enzim, kemudian Pb juga dapat menghambat penyerapan mineral oleh tubuh (Yushui, 2012), selain itu Pb dapat menurunkan kadar antioksidan dan meningkatkan produksi radikal bebas. Ketidakseimbangan antara serangan oksidan dan pertahanan antioksidan pada jaringan dan sel mengarah pada terjadinya kerusakan organ (Wang Lin, 2010). Materi dan Metode Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Ternak Unggas dan dianalisis di Laboratorium Fisologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Materi Penelitian Ternak yang diamati pada penilitian ini adalah ternak puyuh usia 2 minggu dengan bobot badan relatif sama (koefisien variasi <10%). Puyuh diperoleh dari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4

5 Jua Jua Quail Farm Kampung Kubangsari Ds. Tenjolaut RT 03 RW 05, Kec. Cikalong Wetan, Kab. Bandung Barat. Puyuh diberikan 3 perlakuan dengan 8 ulangan, dengan cara ditempatkan secara acak ke dalam masing-masing kandang, yang terdiri dari 24 unit kandang dengan masing-masing kandang berisi 5 ekor puyuh. Sehingga jumlah total keseluruhan puyuh adalah 120 ekor. Pemeliharaan puyuh dilakukan selama 31 hari yang terdiri dari 10 hari adaptasi dan 21 hari perlakuan. Rancangan Percobaan Perlakuan dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengujian pengaruh perlakuan digunakan analisis ragam (Uji F) dilanjutkan dengan uji lanjut Orthogonal Polynomial. Adapun masing-masing perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : P 0 = Pemberian ransum + Pemberian air minum P 1 = Pemberian ransum + Pemberian Pb asetat 50 ppm dalam air minum P 2 = Pemberian ransum + Pemberian Pb asetat 100 ppm dalam air minum Ransum yang Digunakan Ransum yang diberikan adalah konsentrat dengan kode BR-1 berupa crumble yang dibeli dari PT. Shinta Prima Feedmill, dengan komposisi bahanbahan zat makanan terdiri dari Jagung, Dedak, Gluten, Pollard, Tepung Ikan, Bungkil Kedelai, Bungkil Kelapa, Tepung Daging dan Tulang, Bungkil Kacang Tanah, Minyak, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat, Natrium Klorida, Asam Amino, Trace Mineral, Phospor, Vitamin, Antioksidan. Susunan dan komposisi zat makanan sebagai berikut : Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5

6 Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Pakan Penelitian Nutrisi Kandungan Ransum Penelitian * Kebutuhan Puyuh (Fase Grower) ** EM (KKal/Kg) 2800 Min PK (%) Min. 17 Ca (%) 0,9 1,2 0,9 1,2 Phospor (%) 0,7 1,0 0,6 1,0 Serat Kasar 4 Maks. 7,00 Lemak Kasar 4 8 Maks. 7,00 *Sumber : *PT. Shinta Prima Feedmill ** SNI Hasil dan Pembahasan Pengaruh Pemberian Pb-Asetat dalam Air Minum terhadap Kadar Lemak Daging Puuh Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan lemak daging puyuh dengan pemberian Pb dalam air minum yang diberikan selama 3 minggu adalah sebagai berikut: Tabel 2. Pengaruh Pemberian Pb dalam Air Minum terhadap Kadar Lemak Daging Puyuh Ulangan Kadar Lemak Daging Puyuh Total Ket: P0 P1 P % ,891 20,603 22, ,188 19,845 21, ,224 25,160 22, ,844 25,439 24, ,270 19,624 23, ,513 21,571 21, ,064 25,729 20, ,473 24,811 24,192 Jumlah 188, , , ,882 Rataan 23,558 22,848 22,579 P0 : Tanpa Pb-Asetat dalam air minum. P1 : 50 ppm Pb-Asetat dalam air minum. P2 : 100 ppm Pb-Asetat dalam air minum. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6

7 Rataan Kadar Lemak Daging (%) Tabel 2 menunjukkan rataan kadar lemak dalam daging puyuh yang diberi Pb-Asetat dalam air minum, yaitu P0 sebesar 23,558 persen, P1 sebesar 22,848 persen dan P2 sebesar 22,579 persen. Rataan kadar lemak daging puyuh tertinggi didapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 23,558 persen sedangkan yang terendah pada perlakuan P2 yaitu 22,579 persen. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian Pb-Asetat dalam air minum selama 3 minggu pemeliharaan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05), walau demikian telah terjadi penurunan kadar lemak pada daging. Menurut Hariono (2005) Pb yang terdapat pada makanan dan minuman akan ikut dimetabolisme oleh tubuh dan sebagian lainnya akan diekskresikan melalui ginjal dan usus besar. Dengan kata lain Pb yang dikonsumsi ternak setiap harinya akan terakumulasi dalam tubuh, kemudian didistribusikan ke organ dan jaringan tubuh. Rataan kadar lemak daging diilustrasikan ke dalam sebuah grafik yang tampak seperti pada Ilustrasi 1. 23,800 23,600 23,400 23,200 23,000 22,800 22,600 22,400 22,200 22, Perlakuan Pemberian Pb-Asetat dalam Air Minum (ppm) Ilustrasi 1. Grafik Persentase Kadar Lemak dalam Daging Puyuh. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7

8 Ilustrasi 1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar lemak dalam daging, hal ini disebabkan oleh terganggunya sistem metabolisme lemak yang terjadi. Berkurangnya daya kerja dari enzim pemecah lemak bisa menjadi salah satu penyebab terjadi penurunan kadar lemak daging, hal tersebut dapat terjadi diantaranya apabila ternak mengalami defisiensi mineral, salah satunya mineral magnesium yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim pemecah lemak. Seperti yang dikatakan Darmono (1999) Toksisitas Pb akan mempengaruhi kandungan logam esensial, dimana magnesium merupakan mineral esensial yang sangat diperlukan tubuh sebagai kofaktor dalam metabolisme lemak. Menurut Wardhayani (2006) Pb mempunyai kemampuan untuk menggantikan gugus logam yang berfungsi sebagai ko-faktor enzim, oleh karena itu ketika ternak mengkonsumsi Pb secara berlebih akan menurunkan absorbsi gugus logam lain yang berperan penting sebagai ko-faktor enzim. Defisiensi mineral juga dapat disebabkan oleh menurunnya absorbsi vitamin, seperti vitamin A, B2, B6, C, dan vitamin D yang berperan penting dalam metabolisme lemak, asam lemak, dan penyerapan mineral-mineral seperti besi, tembaga, kalsium, dan fosfor (Almatsier, 2007). Menurut Lehninger (1995) pada permukaan luar sel-sel lemak terdapat lipoprotein lipase, enzim ini berfungsi untuk menghidrolisis satu atau lebih asam lemak dari triasilgliserol pada kilomikron yang terdapat pada jaringan adiposa. Lipoprotein lipase membebaskan asam lemak bebas yang kemudian diserap dalam adiposit untuk diubah menjadi triasilgliserol untuk disimpan. Pb bila terkonsumsi dalam jumlah banyak akan berikatan dengan protein, dimana protein itu salahsatunya terdiri dari enzim lipase yang berperan penting dalam metabolisme lemak, ketika Pb berikatan dengan enzim tersebut maka kerja enzim tersebut ekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8

9 terganggu, sehingga berpengaruh terhadap proses pemecahan lemak. Jika lemak yang dihasilkan semakin menurun, maka vitamin larut lemak yang berfungsi dalam penyerapan mineral esensial yang terlibat sebagai kofaktor enzim dalam proses metabolisme lemak akan terganggu juga, hal tersebut akan menurunkan kadar lemak daging ternak. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan kadar lemak pada puyuh yang diberi perlakuan Pb-Asetat dalam air minum, hal ini dapat disebabkan salah satu diantaranya adalah karena masuknya Pb ke dalam tubuh kemudian menggantikan sebagian penyerapan molekul anorganik yang berfungsi sebagai kofaktor enzim lipoprotein lipase, hal ini menyebabkan kerja enzim menjadi tidak optimum dalam menghidrolisis asam lemak dari triasilgliserol pada kilomikron yang terdapat pada jaringan adiposa, sehingga menurunkan produksi triasilgliserol. Ternak mengalami penurunan kadar lemak meski penurunan tersebut berbeda tidak nyata. Hal ini juga disebabkan oleh Pb yang terkonsumsi ternak yang ada pada reseptor tertentu telah habis, sehingga reseptor tersebut kembali ke kedudukan normal, hal ini berhubungan erat dengan fungsi homeostasis tubuh ternak, dimana homeostasis ini terjadi apabila ternak mengalami stres dan zona homeostasis terganggu, kemudian tubuh akan berusaha mengembalikan ke kondisi sebelum terjadi karena pengaruh gangguan Pb. Oleh karena itu, pemberian Pb-Asetat pada penelitian ini memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar lemak daging puyuh. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9

10 Pengaruh Pemberian Pb-Asetat dalam Air Minum terhadap Kadar Protein Daging Puyuh Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein daging puyuh dengan pemberian Pb dalam air minum yang diberikan selama 3 minggu adalah sebagai berikut : Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pb dalam Air Minum terhadap Kadar Protein Daging Puyuh Ulangan Jum lah Protein Daging Puyuh Total P0 P1 P % ,20 12,98 16, ,47 17,25 16, ,10 18,51 17, ,76 14,12 11, ,29 12,78 16, ,29 17,42 16, ,04 10,33 14, ,06 18,24 16,95 Jumlah 142,21 121,63 126,36 390,20 Rataan 17,78 15,20 15,80 Ket: P0 : Tanpa Pb-Asetat dalam air minum. P1 : 50 ppm Pb-Asetat dalam air minum. P2 : 100 ppm Pb-Asetat dalam air minum. Tabel 3 menunjukkan rataan kadar protein dalam daging puyuh yang diberi Pb-Asetat dalam air minum, yaitu P0 sebesar 17,78 persen, P1 sebesar 15,20 persen dan P2 sebesar 15,80 persen. Rataan kadar lemak daging puyuh tertinggi didapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 17,78 persen sedangkan yang terendah pada perlakuan P1 yaitu 15,20 persen. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian Pb-Asetat dalam air minum selama 3 minggu pemeliharaan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05), walau demikian telah terjadi penurunan kadar lemak pada daging. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10

11 Rataan Kadar Protein Daging (%) Rataan kadar protein daging diilustrasikan ke dalam sebuah grafik yang tampak seperti pada Ilustrasi 2. 18,00 17,50 17,00 16,50 16,00 15,50 15,00 14,50 14,00 13, Perlakuan Pemberian Pb-Asetat dalam Air Minum (ppm) Ilustrasi 2. Grafik Persentase Kadar Protein dalam Daging Puyuh Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar protein dalam daging, hal ini disebabkan oleh terganggunya sistem metabolisme protein yang terjadi. Berkurangnya daya kerja dari enzim pendegradasi asam amino dan pengangkut asam amino yang berhubungan langsung dengan proses sintesis protein ini bisa menjadi salah satu penyebab terjadi penurunan kadar protein daging, hal tersebut dapat terjadi apabila ternak mengalami defisiensi mineral yang disebabkan mineral tersebut berikatan dengan Pb, salah satunya Mg yang berfungsi dalam metabolisme protein terutama sintesis protein. Menurut Wardhayani (2006) Pb mempunyai kemampuan untuk menggantikan gugus logam yang berfungsi sebagai kofaktor enzim, oleh karena itu ketika ternak mengkonsumsi Pb secara berlebih akan menurunkan absorbsi gugus logam lain yang berperan penting sebagai kofaktor enzim. Defisiensi mineral juga dapat disebabkan oleh menurunnya absorbsi vitamin, seperti vitamin Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 11

12 A, B2, B6, C, dan vitamin D yang berperan penting dalam metabolisme protein, asam amino, serta penyerapan mineral-mineral seperti besi, tembaga, kalsium, dan fosfor (Almatsier, 2007). Menurut Linder (2006) asam amino bebas masuk ke dalam darah portal untuk didistribusi, dan juga masuk ke dalam hati sebgai prosesor asam amino utama untuk degradasi asam amino berlebih. Ketika Pb telah berikatan dengan protein akan ikut didistribusikan juga ke hati, akumulasi Pb di hati akan menyebabkan nekrosis atau kerusakan sel, hal tersebut akan mengganggu kerja hati dalam dalam melakukan metabolisme protein, hal tersebut akan menurunkan produksi enzim pendegradasi asam amino yang ada dalam hati seperti oksigenasetriptofan dan amino transferase-tirosin, mempunyai respon terhadap asam amino yang masuk dengan jalan berakumulasi sampai level substratnya kembali normal. Asam amino juga merangsang pengeluaran glukagon pankreas. Insulin akan mempercepat pengangkutan asam amino tertentu. Menurut (Abbas, 2009) protein berfungsi sebagai pengatur fungsi-fungsi tubuh diantaranya dalam fisiologis dan metabolisme, salah satunya contohnya karena memiliki zat-zat kekebalan tubuh. Ketika Pb masuk ke dalam tubuh dan beredar sebagai senyawa toksik yang kemudian terlibat dalam proses metabolisme protein, saat itulah protein berfungsi sebagai zat-zat kekebalan tubuh. Ternak dalam penelitian ini mendapat konsumsi protein lebih dari kebutuhan, artinya ternak tidak mengalami kekurangan protein Pb yang masuk ke dalam tubuh akan merusak organ-organ seperti hati dan ginjal, dimana organ-organ tersebut memiliki peranan penting dalam proses metabolisme protein. apabila organ-organ tersebut rusak, maka persentase protein yang terbentuk akan mengalami penurunan, disinilah peran protein sebagai zat-zat Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 12

13 kekebalan tubuh bekerja, terkait fungsi protein untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Jaringan tubuh yang rusak akan diperbaiki oleh protein yang terkandung dalam tubuh, sebagaimana telah dikatakan bahwa ransum dalam penilitian ini mengandung protein lebih dari yang dibutuhkan oleh ternak pada fase pertumbuhan, protein tersebut dimanfaatkan tubuh untuk memperbaiki jaringan yang rusak yang diakibatkan karena mengkonsumsi Pb-Asetat. Oleh karena itu, pemberian Pb-Asetat pada 0, 50, 100 ppm pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar protein daging puyuh. Kesimpulan 1. Pemberian Pb Asetat dalam air minum selama 3 minggu pemeliharaan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar lemak dan protein daging puyuh. 2. Pemberian tingkat konsentrasi Pb-Asetat sebesar 0, 50, dan 100 ppm dalam air minum selama 3 minggu pemeliharaan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kadar lemak dan protein daging puyuh. Daftar Pustaka Abbas, M Hafil Fisiologi Pertumbuhan Ternak. Andalas University Press : Padang Almatsier, Sunita Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Charlena Pencemaran logam berat timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada sayur sayuran[translation: Lead contamination on vegetables in Indonesia] [IN INDONESIAN] Falsafah sains Institute Pertanian Bogor Jawa Barat, Thesis, 30th April 2004, ipb/09145/charlena.pdf Darmono Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidu. Universitas Indonesia. Jakarta 63 : 71, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 13

14 Interaksi Logam Toksik dengan Logam Esensial dalam Sistem Biologik dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Ternak. Balai Penelitian Veteriner, Bogor. Hariono, Bambang. Efek Pemberian Plumbum (Timah Hitam) Anorganik pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Bagian Patologik Klinik FKH UGM, Lehninger, 1995, Dasar-dasar Biokimia, Jilid I, II, dan III diterjemahkan oleh Maggy Thenajaya, Erlangga, Jakarta. Linder, Maria C. 2006, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, Universitas Indonesia, Jakarta. National Reaserch Council (NRC) Nutrient Requirement of Poultry. 9 th Revised Ed. National Academy Press, Washington D. C. Piliang, G. W Nutrisi Mineral, Edisi ke-3. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. SNI , Pakan Puyuh Dara (Quail Grower) Underwood, E.J. dan F.F. Suttle The Mineral Nutrition of Livestock. 3rdEdition. CABI Publishing. UK. Yushui M, Fu Da, Liu Zongping, Effect of lead an apoptosis in cultured rat primary osteoblast.toxicology and Industrial Health. 28(2) : Wang Lin, Wang Zengyong, Liu Jianzhu, Protective effect of N- acetilcysteine on experimental chronic lead nephrpotoxicity in immature famale rats.human and Experimental Toxicology. 29(7) : Wardhayani, Sutji, Analisis Risiko Pencemaran Bahan Toksik Timbal (Pb) Pada Sapi Potong Di Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Jatibarang Semarang. Magister Kesehatan Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Konsentrasi Kesehatan Lingkungan Industri. Semarang. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 14

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BUAH MENGKUDU (Morinda Citrifolia L.) DALAM RANSUM TERHADAP RETENSI KALSIUM DAN FOSFOR PADA PUYUH PETELUR (Coturnix Coturnix Japonica) Trisno Marojahan Aruan*, Handi Burhanuddin,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat

PENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat membawa dampak bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif dari industriindustri salah satunya yaitu terbukanya

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Penelitian Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang berumur 2 minggu. Puyuh diberi 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran lingkungan oleh logam berat merupakan suatu proses yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Tampubolon, Bintang, P.P. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : ktgmusical@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral Mikro Organik Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makluk hidup. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu sebagai senyawa

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb Rata-rata kadar Besi (Fe) darah puyuh hasil penelitian pengaruh pemberian kitosan dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang baik di bidang peternakan, seperti halnya peternakan sapi potong. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2011, bertempat di kandang C dan Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N. EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM S.N. Rumerung* Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK

Lebih terperinci

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler Abstrak Oleh Sri Rikani Natalia Br Sitepu, Rd. HerySupratman, Abun FakultasPeternakanUniversitasPadjajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Limba B Kecamatan Kota selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan November

Lebih terperinci

Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum. Ferry Faisal

Pengaruh Pb-Asetat dalam Air Minum. Ferry Faisal PENGARUH Pb-ASETAT DALAM AIR MINUM TERHADAP KONSENTRASI PLUMBUM (Pb) DAN KALSIUM (Ca) PADA GINJAL PUYUH (Coturnix-coturnix Japonica) FASE GROWER EFFECT OF PLUMBUM (Pb) IN DRINKING WATER ON CONCENTRATION

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Teoung Limbah Rumput Laut Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix japonica) Jantan Umur 10 Minggu.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) banyak diternakkan untuk diambil telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 250 300 butir/ekor/tahun. Disamping produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL THE EFFECT OF TOFU WASTE MEAL IN RATIONS ON SLAUGHTER WEIGHTS, CARCASS WEIGHTS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang penaruh pemberian limbah bandeng terhadap karkas dan kadar lemak ayam pedaging ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica) PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica) INFLUENCE GRANTING OF LEVEL PROTEIN RATIONS AT PHASE GROWER IN THE GROWTH OF QUAIL (Coturnix

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Potong Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan populasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower berumur 4 bulan yang memliki simpangan baku bobot badannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 1--23 April 2014, di peternakan Varia Agung Jaya Farm, Desa Varia, Kecamatan Seputih

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus 18 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) dalam ransum terhadap persentase potongan komersial karkas, kulit dan meat bone ratio dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 14 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 September sampai 20 Oktober 2015 di Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh Jantan aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, sub ordo Phasianoide, famili Phasianidae, sub famili Phasianinae, genus Coturnix,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking dikategorikan sebagai tipe pedaging yang paling disukai baik di Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kisaran rataan temperatur kandang hasil pengukuran di lokasi selama penelitian adalah pada pagi hari 26 C, siang hari 32 C, dan sore hari 30 C dengan rataan kelembaban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase grower berumur 4 bulan dengan simpangan baku bobot badan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi

Lebih terperinci

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005) III. MATERI METODE A. Materi Penelitian Penelitian ini menggunakan 240 ekor puyuh betina umur 3 hari yang dibagi dalam lima macam perlakuan dan empat ulangan, setiap ulangan terdiri dari 12 ekor puyuh

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 1 11 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di Kandang Digesti Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, dan di Laboratorium Teknologi dan Rekayasa Pangan,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN EFFECT OF PROTEIN LEVEL IN THE DIET ON SLAUGHTER WEIGHT, CARCASS AND ABDOMINAL FAT PERCENTAGE OF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu 28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengaruh penambahan level protein dan probiotik pada ransum itik magelang jantan periode grower terhadap kecernaan lemak kasar dan energi metabolis dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulan ayam petelur yaitu memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb PADA GINJAL DAN DAGING PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) FASE GROWER

PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb PADA GINJAL DAN DAGING PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) FASE GROWER PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb PADA GINJAL DAN DAGING PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) FASE GROWER EFFECT OF CHITOSAN ON Pb CONTENT IN KIDNEY AND MEAT OF GROWING QUAIL (Coturnix-Coturnix

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc Kinerja Pencernaan dan Efisiensi Penggunaan Energi Pada Sapi Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Pakan Limbah Kobis dengan Suplemen Mineral Zn dan Alginat Tyas Widhiastuti Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang dikembangkan dan memiliki prospek yang bagus serta memiliki kandungan gizi yang berfungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali. berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas manusia yang

I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali. berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan seringkali menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN Jurnal Peternakan Vol 13 No 2 September 2016 (48 53) ISSN 1829 8729 PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN E. IRAWATI 1, MIRZAH 2, DAN G.CIPTAAN 2 1 Fakultas

Lebih terperinci

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM SENTUL THE EFFECT OF TOFU WASTE MEAL IN RATIONS ON PERFORMANCES OF SENTUL CHICKENS Dede Yusuf Kadarsyah*, Wiwin Tanwiriah **, Indrawati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan pembangunan di bidang industri banyak memberikan keuntungan bagi manusia, akan tetapi pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan peternakan dimasa mendatang bertujuan untuk mewujudkan peternakan yang modern, efisien, mandiri mampu bersaing dan berkelanjutan sekaligus dapat memberdayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) sudah sejak lama dikenal masyarakat dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh mempunyai potensi besar karena

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Mineral 2.1.1. Kalsium Kalsium merupakan golongan mineral yang dibutuhkan oleh ayam petelur untuk pembentukan kerabang telur dan pemenuhan akan zat ini tidak cukup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN

ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN ANALISIS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) YANG DIBUDIDAYAKAN DI KOTA PEKALONGAN Metha Anung Anindhita 1), Siska Rusmalina 2), Hayati Soeprapto 3) 1), 2) Prodi D III Farmasi Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa merupakan indikasi

Lebih terperinci