Model Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut untuk Percepatan Ekonomi Pulau (Studi Kasus : Pulau Bawean)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut untuk Percepatan Ekonomi Pulau (Studi Kasus : Pulau Bawean)"

Transkripsi

1 Page of 5 Model Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut untuk Percepatan Ekonomi Pulau (Studi Kasus : Pulau Bawean) Adams Nur Oktalinov Fikri dan Tri Achmadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ada_okta@yahoo.co.id Abstrak Pertumbuhan ekonomi di Pulau Bawean dianggap masih kurang mengalami peningkatan yang cukup berarti. PDRB seringkali dijadikan ukuran pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi besaran tersebut tidak dapat mengukur percepatan ekonomi yang terjdai pada suatu wilayah secara menyeluruh, ada beberapa variabel yang mempengaruhi percepatan ekonomi diantaranya adalah tingkat ketersediaan Infrastruktur Transportasinya. Hasil analisis sektor ekonomi dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ) terhadap 3 sektor PDRB, sektor Pertanian memiliki LQ> yakni,3, dan menghasilkan rata-rata 35ton/tahun yang bisa diekspor. Sedangkan dengan analisis Shift Share sektor Pertanian mengalami pertumbuhan relatif pesat, dibandingkan dengan wilayah acuannya. Artinya sektor tersebut merupakan sektor unggulan bagi perekonomian Bawean pada periode 2-2. Kapasitas angkut kapal yang ada.368 ton/tahun, dalam operasional kondisi eksisting kapasitas angkut tersebut tidak bisa mengangkut beras sebanyak ton. Setelah diproyeksikan laju pertumbuhan penduduk dan produksi beras sampai tahun 25, laju produksi beras pertahunnya -,43%%. Sehingga kapasitas angkut kapal sampai tahun 25 cukup untuk mengangkut hasil produksi beras Pulau Bawean, tidak perlu adanya penambahan infrastruktur transportasi laut. Kata Kunci Sektor ekonomi, Location Quotient. Shift Share, kapasitas angkut kapal. I. PENDAHULUAN Pengembangan infrastrukur transportasi laut di wilayah PPulau Bawean belum maksimal, serta pengoptimalan mengeksploitasi sektor utama di Pulau Bawean masih belum tergarap secara serius. Hal ini dikarenakan jarak tempuh dari pelabuhan terdekat, yaitu Pelabuhan Gresik adalah sekitar 3,5 jam. Dan jadwal kapal yang menuju pulau ini adalah 2 kali seminggu. Dampak terburuk dari kondisi tersebut adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pulau Bawean pada 2 adalah Rp / tahun []. Secara umum, penduduk Pulau ini banyak mengandalkan kehidupan perekonomiannya pada pendapatan sebagai TKI (Tenega Kerja Indonesia), walaupun masih ada beberapa sektor yang diusahakan. Fenomena ini menimbulkan gelombang eksodus penduduk Pulau Bawean untuk beramairamai keluar wilayah dan memilih untuk menjadi TKI. Jika dilihat lebih lanjut lagi, perpindahan penduduk suatu daerah akan berakibat pada menurunnya PDRB daerah serta akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Karena pertumbuhan ekonomi juga berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat [2]. Berbagai upaya diusahakan untuk pengembangan wilayah Pulau Bawean agar menjadi layak untuk dikunjungi, diantaranya adalah pengembangan produk yang dapat dibanggakan, pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia yang berdomisili di sana, dan penjaringan wisatawan yang ingin berkunjung, serta pembangunan infrastrukur yang memadai. Pengusahaan pembangunan sektor tak terlepas dari yang adanya pertimbangan daya kapsitas maksimum sektor tersebut untuk dikembangkan, mengingat wilayah dari Pulau Bawean itu sendiri yang memiliki batas. Sehingga pada akhirnya sektor yang ada dapat dimaksimalkan eksplorasi dan pengembangan infrastrukur dapat di optimumkan. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan model pengembangan infrastuktur seperti apakah yang dapat mengoptimumkan sektor dan percepatan ekonomi di Pulau Bawean. II. METODE A. Tahap Identifikasi Permasalahan Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini. Permasalahan yang terjadi adalah terjadinya ketimpangan pertumbuhan ekonomi yang ada di wilayah kepulauan terutama Pulau Bawean dengan Kabupaten pendukungnya yaitu Kabupaten Gresik, sementara banyak kajian yang menyatakan bahwa sektor ekonomi yang ada di wilayah tersebut cukup berpotensi namun tak berkembang karena infrastruktur transportasi laut yang ada tidak bisa menunjang kegiatan perekonomian. Sehingga perlu adanya pencarian terhadap pemodelan dari perkembangan ekonomi yang ada kemudian dikorelasikan dengan infrastruktur transportasi laut yang ada. B. Tahap Studi Literatur Pada tahap ini dilakukan studi literatur yang terkait dengan permasalahan pada tugas akhir ini. Materi-materi yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka adalah analisis sektor

2 Page 2 of 5 ekonomi, perkembangan sektor ekonomi, dan kapasitas infrastruktur laut yang sudah ada. Studi literatur juga dilakukan terhadap beberapa hasil penelitian sebelumnya untuk lebih memahami permasalahan dan pengembangan penyelesaian yang dapat dilakukan. C. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengumpulan data secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data terkait dengan permasalahan dalam tugas akhir ini yaitu di Pulau Bawean, terutama data-data statistik di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak. Data yang telah dikumpulkan dari hasil studi lapangan kemudian diolah untuk mengetahui sektor ekonomi yang berpotensi di Pulau Bawean dan kuantitas produksi dari Bawean yang akan dikirim ke luar Bawean, serta kapasitas infrastruktur transportasi laut yang ada di Pulau Bawean. D. Tahap Analisis Sektor Ekonomi Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan sektor ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Pulau Bawean, dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan Shift-Share. Digunakan kedua analisis ini karena analisis ini merupakan perangkat analisis praktis untuk menentukan sektor ekonomi yang berpengaruh terhadap percepatan pengembangan ekonomi wilayah. Dalam perhitungan analisis, ditentukan dari tiga sektor ekonomi utama yakni sektor pertanian, pertambangan, dan transportasi [3], mana diantara ketiga sektor ekonomi tersebut yang paling berpengaruh pada PDRB Pulau Bawean. Dengan menggunakan analisis LQ, mencari LQ dari sektor ekonomi yang memiliki LQ>. Location Quotient (LQ) LQ adalah rasio dari peranan lokal tertentu terhadap sektor yang sama di tingkat ekonomi acuan yang lebih luas. Tingkat ekonomi acuan yang digunakan dalam hal ini dapat berupa perekonomian provinsi atau perekonomian provinsi atau perekonomian nasional, selanjutnya dalam bentuk aljabar hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan [4]: LQ i = (E il / E l ) / (E ia / E a ) () Dengan: LQi = Location Quotient sektor i perekonomian lokal Eil = produk ekonomi di sektor i dalam perekonomian lokal (rupiah) El = produk ekonomi total dalam perekonomian lokal (rupiah) Eia = produk ekonomi di sektor i dalam perekonomian acuan (rupiah) E a = produk ekonomi total dalam perekonomian acuan (rupiah) Hasil dari persamaan () adalah sektor ekonomi yang berpotensi maksimal jika dikembangakan. Pada perhitungan selanjutnya, sektor ekonomi yang memiliki nilai LQ>, dijadikan sebagai sektor ekonomi yang akan dihitung peran infrastruktur transportasi lautnya yang berpengaruh. Shift-Share Dengan menggunakan analisis Shift-Share, dilakukan disagregasi sektoral dengan menganalisis peran masingmasing sektor terhadap perekonomian lokal. Secara umum analisis ini menganalisis perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi wilayah lokal dalam kaitannya dengan ekonomi acuan tertentu yang lebih besar, pada periode waktu tertentu. Variabel analisis yang akan dikaji nantinya adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), dengan tingkat pertumbuhan PDRB sektor (i) dalam periode 2-2 di suatu lokal ekonomi maka model aljabar dari analisis shiftshare dapat dinyatakan dalam bentuk formula berikut : Δ (E-)i = [Ref / Ref ] share + [(Ei / Ei) (Ref / Ref)] proportional shift + [(Loki / Lok i) (Ei / Ei)] differential shift (2) Dengan : Δ (E-)i = tingkat pertumbuhan PDRB sektor ekonomi (i) di perekonomian lokal tahun 2-2 (rupiah) Ref = jumlah PDRB di perekonomian wilayah acuan tahun 2 (rupiah) Ref = jumlah PDRB di perekonomian wilayah acuan tahun 2 (rupiah) Ei = jumlah PDRB di sektor ekonomi (i) perekonomian wilayah acuan tahun 2 (rupiah) Ei = jumlah PDRB di sektor ekonomi (i) perekonomian lokal tahun 2 (rupiah) Loki = jumlah PDRB di sektor ekonomi (i) perekonomian wilayah acuan tahun 2 (rupiah) Loki = jumlah PDRB di sektor ekonomi (i) perekonomian wilayah acuan tahun 2 (rupiah) Hasil dari persamaan (2) adalah pertumbuhan sektoral lokal perekonomian Pulau Bawean. Ada 3 koreksi komponen untuk mengetahui pertumbuhan sektoral lokal, yakni komponen Faktor Share, Proportional Share, Differential Shift. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis LQ Dalam perhitungan analisis LQ, subyek yang akan digunakan adalah wilayah perekonomian lokal yakni Pulau Bawean, sedangkan untuk wilayah perekonomian acuannya adalah Kabupaten Gresik. Data yang digunakan adalah data PDRB Pulau Bawean (PDRB Kecamatan Sangkapura dan PDRB Kecamatan Tambak) [5] serta PDRB Kabupaten Gresik pada tahun 2-2 [6]. nilai LQ,5,,5, LQ antara Bawean dan Gresik Tahun Total Pertanian Pertambangan Transportasi Gambar. Perkembangan LQ Bawean dan Gresik selama 2-2 Dari hasil perhitungan tersebut terlihat 3 sektor yang memiliki LQ positif, dan hanya sektor ekonomi yang memiliki LQ lebih dari, yaitu sektor Total Pertanian. Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki LQ rendah adalah sektor pertambangan dan transportasi. Untuk sektor-sektor dari total pertanian yang memiliki LQ lebih dari satu secara

3 Page 3 of 5 berturut-turut adalah: sektor peternakan (4,56); sektor pertanian (,36), untuk sektor perikanan memiliki LQ yang kurang dari satu. Tabel. Penerapan perhitungan Analisis LQ Bawean dan Gresik 2-2 (rata-rata) Sektor Ekonomi PDRB BAWEAN (dalam juta rupiah) PDRB GRESIK (dalam juta rupiah) LQ Pulau Bawean dan Kabupaten Gresik Pertanian ,3648 Peternakan ,5588 Perikanan ,22 Total Pertanian ,3367 Pertambangan ,9567 Transportasi ,22329 TOTAL , B. Analisis Shift-share Variabel yang akan dianalisis dalam analisis Shift-Share adalah perkembangan PDRB di wilayah Pulau Bawean tahun 2-2 dengan harga konstan 2 sebagai wilayah ekonomi lokal. Sedangkan untuk wilayah ekonomi acuannya digunakan PDRB Kabupaten Gresik pada tahun 2-2 dengan harga konstan 2. Proses perhitungan yang digunakan analisis ini terdiri dari 4 tahap, yaitu menghitung pertumbuhan ekonomi acuan / factor share dahulu, Proportional Shift, lalu Differential Shift, kemudian pertumbuhan sektoral lokal. Dengan menggunakan persamaan (2) dihitung komponenkomponen Shift-share dalam pertumbuhan PDRB Bawean dengan tahun awalnya adalah 2 dan tahun akhirnya adalah 2. Tabel 3. Hasil perhitungan komponen pertumbuhan analisis shiftshare bawean 2-2 Sektor (Faktor Share) Proportio nal Shift Differenti al Shift Pertum buhan sektora l lokal Pertanian -,24343, ,47,563 Pertambangan -,24343, ,747,36552 Transportasi -,24343, ,7699,5928 TOTAL -,24343,,34655,62 Hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel 3 memperlihatkan pertumbuhan ekonomi sektoral dalam konteks lokal perekonomian Pulau Bawean. Dari seluruh sektor, terlihat bahwa sektor pertanian mengalami pertumbuhan,56%, sektor pertambangan 36,55%, dan sektor transportasi 5,92%. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa sektor pertambangan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.diikuti sektor pertanian lalu sektor transportasi. C. Analisis Pertumbuhan Sektoral Secara Grafis Posisi dari komponen Proportional Shift dan Differential Shift pada tabel 3 diplotting dalam bentuk diagram dan hasilnya disajikan pada Gambar 2. Dalam gambar tersebut Proportional Shift merupakan sumbu horizontal, sedangkan sumbu vertikalnya adalah Differential Shift. 2/2 proportional shift -,,2,4,6,8,2 -,2 -,3 Pertanian -,4 Pertambangan -,5 -,6 Transportasi -,7 -,8 -,9 differential shift Gambar 2. Posisi kuadran sektor ekonomi Pulau Bawean 2-2 Dari penyajian plotting tersebut, didapatkan bahwa sektor ekonomi yang ada di Pulau bawean terletak pada kuadran mixed lossers, dalam kuadran ini, PDRB memiliki tingkat pertumbuhan positif pada tingkat wilayah acuan, namun tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah lokal cenderung menurun. Differental shift negatif dan proportional shift positif, artinya di tingkat perekonomian acuan (Gresik) sektor ekonomi yang berada pada kuadaran ini cenderung semakin meningkat namun menurun ditingkat lokal (Bawean), sektor yang ada pada kuadran ini yakni Pertanian, Pertambangan, dan Transportasi, ketiga sektor tersebut tidak kompetitif. D. Perhitungan Kapasitas Angkut Kapal Dari hasil LQ didapatkan bahwa sektor ekonomi total pertanian adalah yang menjadi basis dengan nilai LQ>, namun dari analisi Shift-Share sektor pertanian tidak begitu menguntungkan. Sehingga untuk mengekspor hasil pertanian dibutuhkan infrastruktur transportasi laut yaitu kapal. Untuk dapat mengangkut hasil produksi pertanian, dihitung kapasitas angkut kapal. Perhitungan dilakukan dengan formulasi : Q = n x RTPa x payload x LF (3) Keterangan: n = jumlah kapal yang beroperasi (kapal) RTPa = frekuensi trip pertahun dari kapal (trip) Payload = kapasitas muatan yang dapat diangkut oleh kapal (ton) LF = Load factor, muatan maksimum yang diangkut oleh kapal (%) Dari perhitungan menggunakan persamaan (3) dengan input data adalah data kapal, didapatkan : Tabel 4. Perhitungan kuantitas kapal yang beroperasi di Puau Bawean NAMA KAPAL n RTPa payload (ton) Load Factor Q (ton/kapal/tahun) Purnama Indah % 288 Fadel indah % 288 Barokah Jaya % 234 Berkat utama % 234 Q total ton/4kapal/tahun 368

4 Page 4 of 5 E. Perhitungan Kuantitas Ekspor Kebutuhan akan produksi hasil pertanian tergantung dari jumlah penduduk yang ada. Untuk itu akan dibahas mengenai produksi beras yang dapt diahsilkan oleh Pulau Bawean, kemudian dicari kuantitas kebutuhan konsumsi beras. Setelah itu akan didapatkan kuantitas beras yang dapat di ekspor melalui transportasi laut (kapal). jumlah beras (ton) Kuantitas beras yang ada di Bawean Tahun selisih yang tersisa (ton) produksi padi (ton) konsumsi beras (ton) Populasi (orang) Gambar 3. Kuantitaas beras yang ada di Pulau Bawean 2-2 Dari hasil grafik didapatkan bahwa pada tahun 26 produksi padi menurun drastis hanya 8.25 ton dari tahun 25 yang mencapai ,9 ton. Ada selisih yang cukup tajam, hal ini bisa disebabkan karena kondisi cuaca yg tidak memungkinkan untuk panen sehingga mengakibatkan masyarakat mengalihkan mata pencaharian sebagai TKI, ataupun pekerjaan yang lainnya. Namun perlahan di tahun berikutnya produksi beras semakin meningkat. Proses menurunnya produksi beras juga mempengeruhi kuantitas beras yang di ekspor, yang juga semakin sedikit yang diekspor. F. Proyeksi Pertumbuhan Produksi Dengan Infrastruktur Transportasi Laut dan Laju Pertumbuhan Penduduk Pada suatu kondisi ada perhitungan yang kurang sesuai untuk diterapkan pada masa yang akan datang. Untuk itu perlu perhitungan analisis beberapa tahun ke depan. Perhitungan analisis ini memerlukan proyeksi dari laju pertumbuhan penduduk dan laju produksi beras ke depannya. Kedua proyeksi ini sangat penting, mengingat kuantitas ekspor didasarkan atas jumlah penduduk yang mengkonsumsi dan jumlah beras yang diproduksi. Untuk laju pertumbuhan penduduk beberapa tahun ke depan dihitung berdasarkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk yang terjadi di Pulau Bawean), begitu juga untuk laju produksi beras. Dari perhitungan laju tersebut didapatkan laju pertumbuhan penduduk sebesar,3%, dan laju produksi beras sebesar -,43%. ton (5.).) Kuantitas Angkutan Bawean tahun Kapasitas angkut kapal(ton/4ka pal/tahun) Kuantitas produksi sisa konsumsi regional (ton) sisa tidak terangkut (ton) Gambar 4. Perabandingan kuantitas ekspor dan kapasitas angkut tahun 2-25 Dari sini disimpulakan bahwa laju produksi yang tidak berimbang dengan laju pertumbuhan penduduk, dari yang diproduksi dan yang dikonsumsi tidak sesuai serta mengakibatkan kuantitas yang diekspor akan semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas angkutan kapal yang ada cukup untuk memenuhi kuantitas ekspor Pulau Bawean sampai tahun 25. G. Keterkaitan Antara Jumlah Populasi Dengan Hasil Produksi. Perhitungan ini dilakukan untuk mencari keterkaitan antara jumlah populasi dengan satuan orang dibandingkan dengan hasil produksi pertanian dengan satuan ton, dari tahun Karena satuannya yang tidak sama antara variabel produksi dan populasi, maka untuk menggabungkan kedua variabel tersebut dalam satu grafik disamakan besarannya menggunakan dua skala, yakni skala logaritma (Logarithm Scale) dan skala normalisasi (Normalized Scale). Hal ini untuk melihat seberapa pengaruhnya variabel satu dengan yang lain ketika mengalami kenaikan ataupun penurunan pertahunnya. logaritma populasi Skala Logaritma Antara Populasi (orang) dengan Produksi (ton) populasi produksi waktu (Tahun) logaritma produksi Gambar 5. Grafik Skala Logaritma (Logarithm Scale) antara Jumlah Populasi dengan Hasil Produksi Tahun 2-25 Dengan menggunakan menggunakan perbandingan skala normalisasi dari setiap variabel, dilakukan dengan menggunakan rumus normalisasi yaitu : (4)

5 Page 5 of 5 Keterangan : Ni = Normalisasi Variabel i di Tahun ke-t xi = Nilai variabel i di tahun ke-t xi = Rata-rata variabel i di tahun ke-t sdi = standar deviasi variabel i di tahun ke-t Skala Normalisasi Antara Populasi (orang) dengan normalisasi Produksi (ton) normalisasi populasi 2 populasi produksi produksi,5,5,5,5 -,5 -, ,5 waktu (Tahun) -,5 [5] BPS Kabupaten Gresik Kabupaten Gresik Dalam Angka. Gresik :BPS Kabupaten Gresik. [6] BPS Kabupaten Gresik Kecamatan Sangkapura Dalam Angka.Gresik :BPS Kabupaten Gresik [7] BPS Kabupaten Gresik Kecamatan Tambak Dalam Angka. Gresik :BPS Kabupaten Gresik Gambar 6. Grafik Skala Normalisasi (Normalized Scale) antara Jumlah Populasi dengan Hasil Produksi Tahun 2-25 IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Infrastruktur Transportasi Laut yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan ekspor Pulau Bawean, dan sudah mampu untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Pulau Bawean. Jadi tidak perlu adanya penambahan atau pengembangan infrastruktur transportasi laut yang sudah ada. Hanya perlu untuk pengoptimalan sektor produksi untuk pertanian. Kemudian antara populasi dan produksi adanya saling keterikatan dan mempengaruhi, karena produksi di Pulau Bawean semakin menurun dan populasi yang semakin meningkat. Dari uji korelasi tersebut menunjukkan, bahwa populasi yang semakin meningkat tersebut sebagian besar tidak bekerja sebagai petani, artinya PDRB Pulau Bawean kedepannya dapat meningkat maupun menurun namun bukan dari sektor ekonomi pertanian. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis A.N.O.F. menyampaikan terima kasih Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang telah memberi sarana dan prasarana untuk penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada Ir. Tri Achmadi, Ph.D. selaku dosen pembimbing, dosen pengajar Jurusan Teknik Perkapalan dan Transportasi Laut, serta teman-teman yang telah memberi support dan segala bantuan untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [] Media Bawean. 26 Januari 2 [2] Sukirno, Sadono.. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta :Rajawali Pers [3] Alson, Robby. 29. Analisis Investasi Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Surabaya: ITS [4] Setiono, Dedi NS. 2. Ekonomi Pengembangan Wilayah teori dan analisis. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI

Model Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut untuk Percepatan Ekonomi Pulau Studi Kasus : Pulau Bawean

Model Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut untuk Percepatan Ekonomi Pulau Studi Kasus : Pulau Bawean TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM STUDI TRANSPORTASI LAUT DAN LOGISTIK Model Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut untuk Percepatan Ekonomi Pulau Studi Kasus : Pulau Bawean Oleh Adams

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo Lampiran 2. Perhitungan Tipologi Klasen Pendekatan Sektoral Kabupaten Karo Tahun 2006 ADHK 2000 No Lapangan Usaha / Sektor Laju Pertumbuhan S 2006 2007

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur)

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur) UJIAN TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN BIDANG STUDI TRANSPORTASI LAUT DAN LOGISTIK MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur) Oleh Wahyu Putra Gantara

Lebih terperinci

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menghitung berbagai indikator pokok yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 19 24. ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Evi Julianti,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, dengan periode pengamatan tahun 2007-2011. Data yang digunakan antara lain: 1. Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilakukan di Pulau Lombok karena pulau ini memiliki banyak

Lebih terperinci

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat Analisis PDRB Kota Jambi Dr. Junaidi, SE, M.Si Dr. Tona Aurora Lubis, SE, MM Seminar: PDRB Kota Jambi Bappeda Kota Jambi, 17 Desember 2015 Pendahuluan Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota (Gambar 3.1) dengan menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

Sumber: Serang Dalam Angka (data diolah)

Sumber: Serang Dalam Angka (data diolah) 2.6. PROYEKSI POTENSI EKONOMI Berdasarkan Uraian tentang PDRB di atas, kita dapat memprediksikan besaran PDRB atas dasar harga berlaku atau atas dasar harga konstan dengan menggunakan regresi linier. Meskipun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua 42 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjul mengenai variable yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar belakang Rumusan Masalah... 6

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar belakang Rumusan Masalah... 6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv vii viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... 1 1.2.

Lebih terperinci

Analisis Shift share. Shift share. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

Analisis Shift share. Shift share. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember Analisis Shift share Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Shift share Analisis Shift Share juga membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam 28 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik karena Kabupaten Gresik mengalami pergeseran struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota setiap daerah dituntut untuk mampu melakukan rentang kendali dalam satu

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE 2012-2016 Isthafan Najmi Fakultas Ekonomi, Universitas Abulyatama Email: isthafan@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil analisis LQ dan DLQ dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di empat Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Gresik, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bojonegoro.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

RINGKASAN ANALISIS RINGKASAN HASIL ANALISIS SHIFT SHARE ANALISIS LQ PS DS PB

RINGKASAN ANALISIS RINGKASAN HASIL ANALISIS SHIFT SHARE ANALISIS LQ PS DS PB RINGKASAN ANALISIS ALAT ANALISIS RINGKASAN HASIL ANALISIS KATEGORI SEKTORAL NO SEKTOR LOCATION QUESTION SHIFT SHARE ANALISIS LQ PS DS PB KEUNGGULAN KEMPETITIF/ FAST GROWING DAYA SAING KELOMPOK PROGRESSIF

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKONOMI LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN ALOR TAHUN Skripsi

ANALISIS POTENSI EKONOMI LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN ALOR TAHUN Skripsi ANALISIS POTENSI EKONOMI LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN ALOR TAHUN 2009-2013 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1) Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan adalah suatu proses yang mengalami perkembangan secara cepat dan terus-merenus demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sampai

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus

Lebih terperinci

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM. ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM. 1306105035 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penjelasan dalam lokasi penelitian adalah sebagai berikut: paling besar di setiap Kecamatan. wilayah Kabupaten Pringsewu.

METODE PENELITIAN. Penjelasan dalam lokasi penelitian adalah sebagai berikut: paling besar di setiap Kecamatan. wilayah Kabupaten Pringsewu. III. METODE PENELITIAN A. Lingkup Wilayah Penelitian Penjelasan dalam lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 1. Dalam Penentuan sektor apa yang merupakan sektor basis yang menjadi kekuatan daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengembangan sumber daya mineral yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan dapat mendukung bagi perekonomian

Lebih terperinci

PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI

PENENTUAN WILAYAH POTENSIAL KOMODITAS JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Abstrak Tingginya produksi jagung di Kabupaten Kediri seharusnya bisa memaksimalkan kegiatan pengolahan jagung. Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan Kabupaten Kediri menyebutkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik

Lebih terperinci

ANALYSIS OF THE ROLE OF THE LEADING SECTORS OF THE ECONOMY STRUCTURE BASED ON SHIFT-SHARE APPROACH IN THE PROVINCEOF NORTH SUMATRA

ANALYSIS OF THE ROLE OF THE LEADING SECTORS OF THE ECONOMY STRUCTURE BASED ON SHIFT-SHARE APPROACH IN THE PROVINCEOF NORTH SUMATRA ANALYSIS OF THE ROLE OF THE LEADING SECTORS OF THE ECONOMY STRUCTURE BASED ON SHIFT-SHARE APPROACH IN THE PROVINCEOF NORTH SUMATRA 2008-2012 ANALISIS PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP STRUKTUR PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya sehingga dapat

Lebih terperinci

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU STUDY OF BASIS AND PRIORITY IN AGRICULTURAL SECTOR FOR COASTAL AREA DEVELOPMENT IN BENGKULU Melli Suryanty, Sriyoto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah penduduk yang besar, dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tentunya untuk memajukan perekonomian

Lebih terperinci

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG IVAN AGUSTA FARIZKHA (3609100035) TUGAS AKHIR PW09-1328 PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer.Reg.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah sektor-sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Magelang yang ditentukan berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN Muhammad Fajar Kasie Statistik Sosial BPS Kab. Waropen Abstraksi Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui deskripsi ekonomi Kabupaten Waropen secara

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.II, 17 Nopember 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2008 TUMBUH 1,1 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK Chanlis Nopriyandri, Syaiful Hadi, Novia dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 082390386798; Email: chanlisnopriyandri@gmail.com ABSTRACT This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekenomian masyarakat selalu mengalami pasang-surut sehingga berpengaruh pada tingkat kesejahteraan wilayahnya. Hal tersebut karena perekonomian masyarakat yang masih

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA TOMOHON TAHUN ( )

IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA TOMOHON TAHUN ( ) IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA TOMOHON TAHUN (2009-2013) Neltji Janis, Amran. T. Naukoko, Hanly F. Dj. Siwu Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Sam Ratulangi,

Lebih terperinci

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg Okto Dasa Matra Suharjo NRP 3610 100 050 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg BAB I - Pendahuluan Kondisi Perekonomian Provinsi Jawa Timur Permasalahan Perekonomian Timur di Jawa 1. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini Provinsi Sulawesi Utara dan kabupaten Bolaang Mongondow dan waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data ini

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS 804 TEKNIK PROYEKSI KOTA MEDAN DENGAN RUMUS SUTANTI *) *) Dosen Fakultas Ekonomi UNIVA MEDAN. NIDN : 0130128502 Email : sutanti_amrizal@yahoo.com ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolok ukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR Tri Azrul Disyamto 1, Syaiful Hadi 2,Fajar Restuhadi 2 Jurusan Agribisnis

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH Djarwadi dan Sunartono Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 E-mail : djarwadi@webmail.bppt.go.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai obyek penelitan adalah sektor ekonomi di kabupaten Banjarnegara yang menyusun Pendapatan Daerah Regional

Lebih terperinci

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN Yudi Hermawan N.R.P. 4106 100 062 Jurusan Teknik Perkapalan Bidang Studi Transportasi Laut Institut Teknologi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVII, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 4,69 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral, dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan

Lebih terperinci

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang C502 Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Chikita Yusuf Widhaswara dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 26/05/61/Th. XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2012 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 6,0 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci