PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN CIASEM, KABUPATEN SUBANG. Oleh : Febria Heidina A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN CIASEM, KABUPATEN SUBANG. Oleh : Febria Heidina A"

Transkripsi

1 PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN CIASEM, KABUPATEN SUBANG Oleh : Febria Heidina A PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN FEBRIA HEIDINA. Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Dibawah bimbingan DYAH RETNO PANUJU dan BAMBANG H. TRISASONGKO. Pangan khususnya beras merupakan komoditas penting bagi penduduk Indonesia. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan pangan khususnya beras adalah pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan per kapita. Data kebutuhan pangan menunjukkan peningkatan sebesar 2,5% - 4% per tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Wilayah perkotaan yang memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi cenderung memiliki konsumsi pangan per kapita lebih tinggi dari wilayah pedesaan. Salah satu lumbung beras Indonesia adalah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. Kabupaten Subang merupakan bagian dari Pantura Jawa Barat yang memproduksi padi ketiga terbesar setelah Indramayu dan Karawang. Salah satu komponen penting dari kontribusi Kabupaten Subang adalah wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang memberikan peluang masyarakat sekitar untuk terlibat dalam aktivitas produksinya. Pada areal PT. Sang Hyang Seri terdapat dua sistem usahatani yaitu sistem usahatani swakelola dan kerjasama. Sistem pengelolaan kerjasama merupakan suatu sistem pengelolaan yang dilakukan dengan cara menyewakan lahan kepada petani dengan biaya sewa 1,2 ton/ha dan sisa produksi dijual kepada perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah: 1) Perbandingan sistem usahatani kerjasama PT. Sang Hyang Seri dan sistem usahatani masyarakat Kecamatan Ciasem, 2) Pola mobilitas petani Kecamatan Ciasem, 3) Keterkaitan tingkat perkembangan wilayah dengan pola mobilitas petani, luas panen, dan produktivitas padi, 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas usahatani, 5) Luas panen dan produktivitas padi Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan, 6) Nilai NDVI dan EVI satu siklus pertumbuhan tanaman padi, dan 7) Korelasi nilai NDVI dan EVI dengan produktivitas padi. Sistem usahatani kerjasama dan non kerjasama memiliki perbedaan yang sangat nyata dilihat dari biaya tenaga kerja persiapan dan biaya traktor. Perbedaan nyata antara kedua sistem ini dapat dilihat dari biaya benih, biaya tenaga kerja pemeliharaan, dan biaya irigasi. Terdapat keragaman pola mobilitas petani padi di Kecamatan Ciasem ditinjau dari tempat pemenuhan kebutuhan sarana produksi tani dan tempat pemasaran hasil panen. Desa Ciasem Girang mampu memenuhi 90% dari kebutuhan sarana produksi tani dari desa sendiri, sedangkan desa Pinang Sari mampu memenuhi 65% dari kebutuhan sarana tani dari desa sendiri. Pola mobilitas untuk pemasaran hasil panen tidak ditemukan karena proses penjualan dilakukan dengan cara pembeli datang ke lahan petani. Penelitian ini menunjukkan sarana produksi tani dapat berasal dari desa manapun dan tidak tergantung pada struktur hirarki maupun indeks fasilitas pertanian. Desa Ciasem Girang memenuhi 10% kebutuhan sarana tani dari desa lain dengan indeks pertanian dan hirarki yang lebih rendah. Desa Pinang Sari memenuhi 35% kebutuhannya dari desa dengan hirarki lebih tinggi dan sama serta indeks fasilitas pertanian yang lebih tinggi. Selain itu tidak terdapat ii

3 keterkaitan antara hirarki wilayah dengan luas panen dan produktivitas padi di wilayah tersebut. Hasil analisis Hayashi II menunjukkan bahwa faktor-faktor yang secara umum mempengaruhi usahatani padi di Kecamatan Ciasem adalah jarak ke sarana tani, luas lahan, sistem, umur, harga pupuk urea, harga pupuk TSP, dan harga pupuk phonska. Pola mobilitas usahatani padi tidak dipengaruhi oleh jumlah penggunaan pupuk musim 1, jumlah penggunaan pupuk musim 2, status kepemilikan lahan, dan desa asal petani. Harga pupuk TSP, phonska, dan jarak ke sarana tani akan sangat mempengaruhi tempat pemenuhan kebutuhan sarana produksi tani. Produktivitas padi di Kabupaten Subang juga mengalami fluktuasi sepanjang tahun 1998 sampai Produktivitas padi tertinggi di Kabupaten Subang dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar ton per hektar, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada tahun 2000 (5,122 ton per hektar). Luas panen dan produktivitas padi di Kecamatan Ciasem, Blanakan dan Patokbeusi mengalami fluktuasi sepanjang tahun Kecamatan Ciasem memiliki luas panen terbesar dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya. Namun bila ditinjau dari produktivitas padi, Kecamatan Ciasem tidak memiliki tingkat produktivitas tertinggi. Produktivitas padi tertinggi di Kecamatan Ciasem tercapai pada tahun Produktivitas padi tertinggi di Kecamatan Blanakan dicapai pada tahun 1998, sedangkan di Kecamatan Patokbeusi tercapai pada tahun Luas panen tertinggi di Kecamatan Ciasem dicapai pada tahun 1999, sedangkan di Kecamatan Patokbeusi dan Blanakan luas panen tertinggi dicapai pada tahun 2007 dan Fase pertumbuhan tanaman diamati dengan menggunakan nilai NDVI dan EVI hasil analisis citra satelit. NDVI dan EVI meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman. Pada saat tanaman padi berada pada fase awal pertumbuhan, nilai NDVI dan EVI sangat rendah. Peningkatan drastis terjadi pada saat tanaman padi berada pada fase vegetatif. Nilai NDVI dan EVI maksimum tercapai pada saat tanaman berumur 91 hari yaitu pada masa vegetatif maksimum. Penurunan NDVI dan EVI terjadi seiring pengisian bulir tanaman padi karena daun tanaman mulai menguning/keemasan. Pada saat menjelang panen terjadi penurunan nilai NDVI dan EVI secara drastis karena secara morfologi tanaman padi telah bewarna kuning. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa produktivitas padi dapat dipantau dari nilai NDVI dan EVI. Pada selang umur hari korelasi bernilai negatif, sedangkan pada selang umur hari korelasi bernilai positif. Korelasi positif dapat digunakan untuk menduga produktivitas tanaman padi yang akan dipanen. Namun untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan NDVI dan EVI Aqua pada selang umur hari. Kata kunci: sistem usahatani, padi, Ciasem, mobilitas, Hayashi II, produktivitas, NDVI, EVI iii

4 SUMMARY FEBRIA HEIDINA. Rice Production and Producivity in Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Under supervision of DYAH RETNO PANUJU and BAMBANG H. TRISASONGKO. Food especially rice, is an important sector to Indonesian. There are many influencing issues to this sector, including population growth and income per capita levels. Indonesian has experienced an increasing food supply of 2.5 4% per annum to match the population growth. Urban inhabitants are known having high levels of income and tend to have higher food consumption per capita than those of rural areas. One of the important rice suppliers in Indonesia is the Northern Coast (Pantura) of West Java. Kabupaten Subang as one of the regencies in the region contributed the third largest after Indramayu and Karawang. An important component to the contribution is PT. Sang Hyang Seri which has been giving opportunities to the communities to engage in production activities. The company has two farming systems those are self-managed and cooperative farming system. Under the corporative farming, farmers are allowed to rent the company s land at cost of 1.2 tonnes per hectares and the remainder is sold to the company. This study attempts to examine: 1) Differences between the cooperative farming systems and common farming systems in Kecamatan Ciasem, 2) mobility pattern of farmers, 3) linkages between regional development level and farmer s mobility patterns, harvested area and rice productivity, 4) The factors affecting the mobility, 5) Harvested Area and productivity of paddy in Kecamatans Ciasem, Patokbeusi and Blanakan 6) The values of NDVI and EVI in rice growth cycle, and 7) Correlation of NDVI and EVI values with rice productivity. The study revealed that farming systems of cooperation and noncooperation had substantial differences, in particular for labor costs within preparation and charges for tractors. Significant difference between the two systems could be seen from seeds, labor costs, maintenance, and irrigation fees. Mobility of rice farmers in Kecamatan Ciasem was associated with the location of agricultural production facilities and also the marketing. Ciasem Girang Village was able to meet the needs of 90% of agricultural production facilities from the village itself, while Pinang Sari village had lower selfsustainability (about 65 %). Mobility patterns for the marketing did not exist because the buyer was generally present at the respective lands The result showed that farm supplies could be retrieved from any country and were independent to hierarchical structure and the index of agricultural facilities. Ciasem Girang met 10% of the needs from other villages with lower agricultural index and hierarchy. Pinang Sari endured 35% of the necessities from villages with a higher hierarchy and as well as higher the index of agricultural facilities. In addition, there was no relationship between the region s hierarchy and rice productivity in the region. Hayashi II analysis successfully identified factors affecting rice farming in Kecamatan Ciasem. Those were the distance to agricultural facilities acreage, farming system, age, prices of urea, TSP, and phonska. The mobility was not affected by the amount of fertilizer used in season 1 and season 2, the status of iv

5 land ownership, farmer s origin. TSP and phonska prices, and the distance to agricultural facilities were retained considerable effects to the location of agricultural production facilities. Rice producitivity in Kabupaten Subang was found fluctuated throughout the year of The highest productivity in Kabupaten Subang was reached in 2008 while the lowest productivity in Kabupaten Subang happened in Harvested area and rice productivity in Kecamatan Ciasem, Blanakan, and Blanakan was fluctuated throughout the year of Kecamatan Ciasem retained the largest harvested area compared to other two Kecamatans. However, Kecamatan Ciasem did not obtain the highest productivity in terms of rice productivity. The highest rice productivity in Kecamatan Ciasem was reached in Kecamatan Blanakan achieved the highest rice productivity in 1998, while Kecamatan Patokbeusi reached in Achievement to harvested area in Kecamatan Ciasem was obtained in 1999, while Kecamatan Patokbeusi and Blanakan attained it in 2007 and Various phases of plant growth were observed by using vegetative indices. NDVI and EVI increases in line with plant growth. At the early phase of growth, EVI and NDVI values were low. Drastic improvement occured during at the vegetative phase and continued at maximum in 91 days (generative phase). NDVI and EVI reduction took place when grain filled and leaves began to turn yellow / gold. On the eve of harvest, declining NDVI and EVI values were substantial since the leaves became yellowish. Productivity of rice was correlated to NDVI and EVI values. At the age interval of 27-74, the correlation was negative, while at the age interval of days positive correlation was found. This positive relationship could be used to predict the rice productivity in near-future harvesting. Nonetheless, a better result was obtained at the age interval of days. Keywords: farming systems, rice, Ciasem, mobility, Hayashi II, rice productivity, NDVI, and EVI. v

6 PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN CIASEM, KABUPATEN SUBANG Oleh: FEBRIA HEIDINA A Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTES PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

7 Judul Skripsi : Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang Nama Mahasiswa : Febria Heidina Nomor Pokok : A Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II (Dyah Retno Panuju, M.Si.) (Bambang H. Trisasongko, M. Sc.) NIP: NIP: Mengetahui, Ketua Departemen (Dr. Ir. Syaiful Anwar, M. Sc.) NIP Tanggal lulus:

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lubuk Sikaping pada tanggal 4 Februari 1987 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Z. Suhaidi dan Muharmiati. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis berawal dari SD Negeri 05 TanMalaka ( ). Selepas Sekolah Dasar, penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Padang ( ) dan SMA Negeri 1 Padang ( ). Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2006 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumbedaya Lahan. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan sebagai staf departemen sosial dan lingkungan lingkungan hidup dan kepanitiaan lain yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian dan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Penulis juga berkesempatan menjadi asisten peneliti pada dua penelitian yang didanai oleh Program Riset KKP3T-Departemen Pertanian dan Asdep Data dan Informasi, Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Sebagian dari penelitian tersebut telah menghasilkan beberapa publikasi yang melibatkan penulis sebagai berikut: F. Heidina, D.R. Panuju, B. Trisasongko Kualitas Basis Data MODIS untuk Pemantauan Sawah Sawah pada Skala Tinjau. Semiloka Geomatika-SAR Nasional. Bogor, April B. Tjahjono, A.H.A. Syafril, D.R. Panuju, A. Kasno, B. Trisasongko, F. Heidina. Pemantauan lahan sawah menggunakan citra ALOS AVNIR-2. Jurnal Ilmiah Geomatika (dalam telaah akhir) D.R. Panuju, F. Heidina, B. Trisasongko, A. Kasno, A.H.A. Syafril. Variasi nilai indeks vegetasi MODIS pada siklus pertumbuhan padi. Jurnal Ilmiah Geomatika (dalam telaah akhir) viii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penelitian ini berjudul Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang dan pengolahan data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Depertemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dyah Retno Panuju, M. Si selaku pembimbing I Bapak Bambang H. Trisasongko, M.Sc selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan meluangkan waktu untuk memberikan arahan, motivasi, masukan dan bimbingan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi. Selanjutnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Boedi Tjahjono selaku dosen penguji dan Kepala Peneliti KKP3T Deptan yang telah memberikan masukan bagi penulis dalam penulisan skripsi. 2. Orang tua tercinta Papa dan Mama, serta kedua adik Neo dan Adek yang senantiasa memberikan do a, restu, kasih sayang, kepercayaan, dan dukungan moral dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. 3. Ai, Aufa, Ari, Linda, Shanty, Rizma, Reni, dan Indri, terimakasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan. 4. Mba Dian dan Mba Ema, terimakasih atas bantuan yang diberikan. 5. Temen-temen Bangwil Swie, Eni, Widya, Topan, Fifi, Ava, Novem, Puput, dan Eka. 6. Semua pihak yang turut membantu kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. ix

10 Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Januari 2010 Penulis x

11 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... ii SUMMARY... iv RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi Citra MODIS dan Aplikasinya dalam Sektor Pertanian Citra ALOS dan Aplikasinya dalam Penutupan Lahan Peranan Indeks Vegetasi dalam Bidang Pertanian... 8 III. METODE PENELITAN Waktu dan Tempat Penelititan Bahan dan Alat Metode Penelitian Pengumpulan Data Analisis Data IV. KONDISI UMUM LOKASI Letak Geografis Sejarah Perusahaan Struktur Organisasi Bidang Usaha V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Usahatani Padi di Kecamatan Ciasem Pola Mobilitas Petani Padi di Kecamatan Ciasem xi

12 5.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Usahatani Keterkaitan Tingkat Perkembangan Wilayah dengan Pola Mobilitas Petani, Luas Panen dan Produktivitas Padi Keterkaitan Tingkat Perkembangan Wilayah dengan Pola Mobilitas Petani Padi Keterkaitan Tingkat Perkembangan Wilayah dengan Luas Panen dan Produktivitas Padi Luas Panen dan Produktivitas Padi di Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan Nilai Indeks Vegetasi dari Satu Siklus Pertumbuhan Tanaman Padi dan Keterkaitannya dengan Produktivitas Padi Nilai Indeks Vegetasi dari Satu Siklus Pertumbuhan Tanaman Padi Hubungan NDVI dan EVI dengan Produktivitas Padi VI. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 1. Spesifikasi MODIS Spesifikasi ALOS Citra MODIS Yang Digunakan Bahan, Sumber Data, Keluaran dan Tujuan Yang Digunakan pada Penelitian Komposisi Responden Peubah Perbandingan Kinerja Sistem Usahatani Peubah Analisis Diskriminan Kategori Analisis Box Plot Peubah Analisis Hayashi II Kriteria Hirarki I, Hirarki II, dan Hirarki III Peubah Yang Digunakan pada Analisis Korelasi Struktur Biaya Usahatani Padi (Rp/ha) Fungsi Diskriminan Fungsi Klasifikasi Pemenuhan Sarana Produksi Tani di Desa Contoh (%) Hasil Analisis Hayashi II Tabel Hirarki Wilayah Desa Mobilitas Usahatani Hasil Analisis Korelasi Tabel Lampiran 1. Data Kuesioner Setiap Sample Peubah Analisis Skalogram Peubah Analisis Hayashi II Data Produksi Padi Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan Luas Panen Padi Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan Data Analisis Korelasi Site Sample MODIS xiii

14 8. Nilai NDVI dan EVI MODIS Terra dan Aqua Satu Siklus Pertumbuhan Tanaman Nilai Korelasi Indeks Vegetasi dengan Produktivitas Padi xiv

15 DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Peta Lahan PT. Sang Hyang Seri Lokasi Penelitian Bagan Alir Teknik Analisis Data Perbandingan Biaya (a) Tenaga Kerja Persiapan, (b) Traktor, dan (c) Angkut di Empat Desa Perbandingan Biaya (a) Tenaga Kerja, (b) Traktor, dan (c) Angkut pada Dua Sistem Usahatani Pemenuhan Sarana Produksi Tani di Desa Contoh Box Plot Biaya Status Kepemilikan Lahan (Rp/ha) (a) Biaya Irigasi, (b) Biaya Traktor Indeks Fasilitas Wilayah Penelitian a). Luas Panen, b). Produktivitas Padi Produktivitas 4 Wilayah Contoh Selama Satu Siklus Tanam tahun Fase Pertumbuhan Tanaman Padi Nilai NDVI dan EVI Pada 1 Siklus Pertumbuhan Tanaman Padi Korelasi Produktivitas Padi dengan Indeks Vegetasi (VI) MODIS xv

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan khususnya beras merupakan komoditas penting bagi penduduk Indonesia. Hal ini terlihat dari konsumsi pangan per kapita yang sangat tinggi yaitu sekitar 139,15 kg/tahun (Nainggolan, 2008). Menurut Nuryanti (2005) dua diantara beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan pangan khususnya beras adalah pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan per kapita. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Malian, dkk (2004) di wilayah Indonesia menunjukkan bahwa kebutuhan pangan meningkat 2,5% - 4% per tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Disamping itu, kebutuhan pangan diduga terkait dengan tingkat pendapatan. Dugaan ini dapat diamati dari wilayah perkotaan yang memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi cenderung memiliki konsumsi pangan per kapita lebih tinggi dari wilayah pedesaan. Aspek lain yang mempengaruhi kebutuhan dan penyediaan pangan adalah kebijakan pemerintah. Salah satu contoh adalah kebijakan pemerintah yang mendukung dan memperluas konsumsi beras di Indonesia melalui tunjangan beras untuk PNS dalam bentuk natura yang berlaku dari tahun 1968 berdasarkan Keppres Nomor 272 Tahun 1967 yang merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 12/1967/PGPS-1968 sampai tahun 1994 berdasarkan Keppres Nomor 16 Tahun Salah satu lumbung beras Indonesia adalah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat. Pada tahun 2007 Pantura Jawa Barat yang merupakan bagian dari Pantura Jawa memberikan kontribusi sebesar 0,072% terhadap produksi beras nasional. Berdasarkan data BPS Jawa Barat, Kabupaten Subang merupakan bagian dari Pantura Jawa Barat yang memproduksi padi ketiga terbesar setelah Indramayu dan Karawang. Berdasarkan data BPS Jawa Barat tahun 2008, produksi padi Kabupaten Subang pada tahun 2006 adalah sebesar ton dan tahun 2007 meningkat menjadi ton. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan produksi padi sebesar 7,48% dari tahun 2006 sampai dengan tahun Salah satu komponen penting dari kontribusi Kabupaten Subang adalah wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang memberikan peluang kepada masyarakat sekitar untuk terlibat dalam aktivitas produksinya. 1

17 PT. Sang Hyang Seri merupakan salah satu persero pengusahaan benih pertanian yang berpusat di Jakarta dan terbagi menjadi 5 wilayah kerja (RM) yaitu RM 1 Sukamandi, RM 2 Malang, RM 3 Medan, RM 4 Lampung, dan RM 5 Sidrap. RM 1 Sukamandi terdapat di Kabupaten Subang yaitu di Kecamatan Ciasem, Kecamatan Blanakan, dan Kecamatan Patokbeusi, namun sebagian besar lahan PT. Sang Hyang Seri terdapat di Kecamatan Ciasem (Gambar 1). Benih pertanian yang dihasilkan utamanya adalah benih padi, jagung, dan kacangkacangan. Perusahaan bertugas melakukan kegiatan pengembangan dan penelitian untuk menghasilkan benih kelas dasar dan benih kelas pokok agar dapat memenuhi kebutuhan sendiri maupun institusi yang membutuhkan. 6 10'11" '35" Laut Jawa '42" 6 10'11" N 6 17'18" Kab. Karawang 6 17'18" Meters Keterangan: Jalan Lokal Jalan Tol Nasional 6 24'25" Kec. Pabuaran '35" Kec. Purwadadi '42" Kec. Binong 6 24'25" Lahan PT. Sang Hyang Seri KEC. BLANAKAN KEC. CIASEM KEC. PATOKBEUSI Gambar 1. Peta Lahan PT. Sang Hyang Seri Berdasarkan penelitian Andriarini (2007) terdapat dua sistem pengelolaan usahatani di PT. Sang Hyang Seri yaitu sistem pengelolaan swakelola dan sistem pengelolaan kerjasama. Sistem swakelola merupakan suatu sistem yang seluruh kegiatan produksinya mulai dari tanam sampai dengan pengelolaan dan pemasaran benih dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan. Sistem pengelolaan kerjasama merupakan suatu sistem pengelolaan yang dilakukan dengan cara 2

18 menyewakan lahan kepada petani dengan biaya sewa 1,2 ton/ha dan sisa produksi dijual kepada perusahaan dengan harga 5% diatas harga pasaran. Petani setiap sistem usahatani melakukan mobilitas untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi tani dan memasarkan hasil panen. Mobilitas petani dapat diamati untuk melihat keterkaitannya dengan tingkat perkembangan wilayah. Menurut teori pemusatan (central place theory) Christaller, aktivitas akan terpusat pada wilayah dengan tingkat perkembangan yang tinggi (hirarki tinggi) dan terdapat hubungan timbal balik antara setiap hirarki yang ada. Suatu wilayah dikatakan mempunyai tingkat perkembangan tinggi jika memiliki jumlah dan variasi fasilitas yang banyak. Selain itu dapat dilihat hubungan tingkat perkembangan wilayah dengan luas panen dan produktivitas padi di wilayah tersebut. Keterkaitan antara produksi padi hasil pengamatan lapang dengan indeks yang dibangun dari citra satelit sudah mulai dikaji. Pada penelitian Andriarini (2007), SPOT-4 Vegetation digunakan untuk mengetahui keterkaitan tersebut. Citra SPOT Vegetation tersebut memiliki resolusi temporal yang tinggi namun resolusi spasialnya relatif rendah yaitu 1,1 km x 1,1 km. Raimadoya, dkk. (2008) menggunakan ALOS PALSAR DualPol untuk pemantauan luas tanam dan produksi padi di wilayah Sukamandi Jawa Barat. Wahyunto, dkk. (2006) menggunakan Landsat Thematic Mapper (TM) untuk mengestimasi produktivitas tanaman padi sawah di wilayah Bekasi, Karawang, Subang Jawa Barat, dan Kabupaten Demak Jawa Tengah. Selain itu Fang et al. (1998) melakukan penelitian mengenai prediksi luas lahan sawah di Provinsi Hubei Cina dengan menggunakan citra Advanced Very High Resolution Radiometer (NOAA AVHRR). Sama halnya dengan SPOT-4 Vegetation, NOAA AVHRR memiliki resolusi temporal tinggi namun resolusi spasialnya relatif rendah yaitu 1 km x 1 km. Pada penelitian ini digunakan citra dengan resolusi spasial 500 meter yaitu citra Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) yang menghasilkan citra yang lebih detil dengan akurasi tinggi. MODIS dipilih karena memiliki kekerapan akuisisi citra yang tinggi (resolusi temporal tinggi) sehingga bisa digunakan untuk pemantauan yang kontinyu. Oleh karena itu database yang 3

19 dibangun dari citra MODIS dapat digunakan untuk mempelajari siklus pertumbuhan tanaman padi dan memantau produksi padi. Pemantauan dilakukan berdasarkan biomassa tanaman mulai dari masa tanam sampai dengan pemeliharaan dan produksi, sehingga produksi padi secara kualitas dan kuantitas dapat diprediksi dengan baik. Untuk menunjang kebutuhan pemantauan padi tersebut diperlukan informasi penutupan lahan yang tepat. Pada penelitian ini digunakan ALOS (Advanced Land Observing Satellite) PRISM untuk memperoleh informasi tersebut. ALOS PRISM memiliki resolusi spasial tinggi yaitu 2.5 m x 2.5 m sehingga tingkat ketepatan penetapan lokasi cukup akurat untuk mendelineasi piksel yang menjadi contoh dari citra MODIS Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mempelajari dua sistem usahatani padi di Kecamatan Ciasem 2. Mempelajari pola mobilitas petani padi di Kecamatan Ciasem 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas usahatani 4. Mempelajari keterkaitan tingkat perkembangan wilayah dengan pola mobilitas petani, luas panen, dan produktivitas padi 5. Mengidentifikasi luas panen dan produktivitas padi di Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokbeusi 6. Mempelajari nilai indeks vegetasi (VI) pada satu siklus pertumbuhan tanaman padi 7. Mengidentifikasi hubungan antara produktivitas padi dengan nilai indeks vegetasi (VI). 4

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi lapangan pertanian (Hernanto, 1995). Organisasi ini berjalan dengan sendirinya atau disengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang terikat sebagai pengelolanya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 unsur pokok usahatani. Unsur tersebut juga dikenal dengan istilah faktor-faktor produksi yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan pengelolaan. Pola usahatani padi yang dilakukan di Indonesia berbeda di setiap wilayah. Pola usahatani dilakukan berdasarkan ketersediaan air di wilayah tersebut. Berdasarkan penelitian Hantari, (2007) sebagian besar petani di Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul memanen padi sebanyak 2 kali setahun sehingga memiliki pola tanam padi-padi-palawija dan yang lainnya memanen padi 5 kali dua tahun sehingga memiliki pola tanam padi-padi-padi. Pola usahatani padi di Desa Purwoadi, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah ada 2 yaitu pola tanam polikultur (padi-padi-palawija) dan monokultur (padi-padi) (Damayanti, 2007). Palawija yang umumnya ditanam di daerah tersebut adalah cabai, terong, dan kedelai. Petani yang melakukan pola tanam monokultur akan memberakan sawahnya setelah Musim Tanam II (MT II). Biaya usahatani padi terbagi 2 yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (Hutauruk, 2008). Biaya tunai usahatani padi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani, sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan petani. Biaya yang diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga, dan penyusutan dari sarana produksi. Biaya tunai usahatani padi yaitu biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja luar keluarga, sewa traktor, dan pajak lahan. Produksi padi sawah dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Berdasarkan penelitian Damayanti (2007), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi 5

21 padi sawah di Desa Purwoadi, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah adalah luas lahan, benih, pupuk urea, dan tenaga kerja. Hasil panen usahatani padi dapat dipasarkan dengan berbagai cara. Pemasaran dilakukan agar hasil usahatani padi dapat sampai ke konsumen. Hasil penelitian Riyanto (2005) yang dilakukan petani di tujuh desa Kecamatan Salem Kabupaten Brebes Jawa Tengah menunjukkan bahwa terdapat dua jenis pola pemasaran yaitu pola 1 dan pola 2. Pola 1 merupakan proses penjualan hasil panen yang dilakukan dengan cara petani menjual hasil panen kepada pedagang besar kecamatan yang kemudian diolah menjadi beras dan dijual kepada pedagang pengecer. Pola 2 merupakan proses penjualan yang dilakukan dengan cara petani menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul kemudian dijual kepeda pedagang besar di luar kecamatan Citra MODIS dan Aplikasinya dalam Sektor Pertanian Sensor MODIS dibuat oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan ditempatkan pada 2 satelit pemantau bumi Earth Observation System (EOS) yaitu Aqua dan Terra. Satelit Aqua diluncurkan pada tanggal 4 Mei 2002, sedangkan Terra diluncurkan pada tanggal 18 Desember 1999 (Ichoku et al., 2003). Spesifikasi MODIS disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi MODIS No Tipe Spesifikasi 1 Ukuran 1.0 x 6 x 1.0 m 2 Bobot kg 3 Quantization 12 bits 4 Resolusi spasial 250 m (band 1-2) 500 m (band 3-7) 100 m (band 8-36) Sumber: NASA.php.htm (diakses 4 Agustus 2008) EOS Terra mengelilingi bumi dari utara ke selatan melewati equator pada pagi hari sedangkan EOS Aqua mengelilingi bumi dari selatan ke utara melewati ekuator pada sore hari. EOS Terra dan EOS Aqua merekam permukaan bumi sebanyak 4 kali dalam sehari yaitu 2 kali pada pagi hari dan 2 kali pada malam 6

22 hari (Ichoku et al., 2003). Kelebihan sensor MODIS dibandingkan dengan sensor meteorologi lainnya adalah adanya variasi resolusi spasial yaitu 250 m, 500 m, dan 1 km (Dirgahayu dan Parwati, 2004). Sensor MODIS memiliki total 36 kanal spektral, 7 diantaranya dibuat untuk mempelajari vegetasi dan permukaan daratan. Tujuh kanal spektral tersebut yaitu biru ( nm), hijau ( nm), merah ( nm), infra merah dekat (NIR 1 : nm, NIR 2 : nm), dan infra merah pendek (SWIR 1 : nm, SWIR 2 : nm) (Ichoku et al., 2003). Salah satu produk EOS Terra dan EOS Aqua adalah MOD09A1 dan MYD09A1 yang merupakan citra hasil komposit 8 hari. Citra ini memiliki 7 kanal spektral yaitu kanal spektral 1 sampai kanal spektral 7 dengan resolusi spasial 500 m x 500 m (Xiao et al., 2006). Produk MODIS memiliki proyeksi sinusoidal dan merekam area dengan luas 1200 km x 1200 km. Produk MOD09A1 telah dikoreksi atmosferik terhadap gas, awan tipis, dan aerosol (Vermote dan Vermeulen, 1999). Sampai saat ini MODIS Terra telah digunakan pada berbagai penelitian. Xiao et al (2005) melakukan pemetaan area sawah 13 provinsi di Cina dan Xiao et al. (2006) mengamati hutan tropis di Afrika Selatan menggunakan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), EVI (Enhanced Vegetation Index), dan LSWI (Land Surface Water Index) yang merupakan hasil analisis MODIS Terra 500 m. Selain itu Thenkabail et al. (2005) memetakan penggunaan lahan/penutupan lahan dan mengkelaskan lahan beririgasi di lembah Sungai Gangga dan Indus menggunakan MODIS Terra 500 m (MOD09A1). Patel et al. (2006) melakukan penelitian untuk memodelkan produksi gandum di wilayah Uttar Pradesh dengan menggunakan citra MODIS Terra hasil komposit 8 hari dengan resolusi spasial 250 m Citra ALOS dan Aplikasinya dalam Penutupan Lahan ALOS merupakan satelit yang diluncurkan oleh Jepang pada tanggal 24 Januari Nama Jepang satelit ini adalah DAICHI. Tabel berikut menyajikan spesifikasi satelit tersebut. 7

23 Tabel 2. Spesifikasi ALOS No Tipe Karakteristik 1 Bobot 4 ton 2 Jangka waktu 3-5 tahun 3 Orbit ketinggian m (di equator) 4 Perekam data Solid-state data recorder (90Gbytes) Sumber: (diakses 4 Agustus 2008) ALOS memiliki 3 sensor yaitu Panchromatic Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping (PRISM), Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type 2 (AVNIR-2), dan Phased Array type L-band Synthetic Aperture Radar (PALSAR). PRISM merupakan radiometer pankromatik dengan resolusi spasial 2,5 m x 2,5 m. AVNIR-2 merupakan radiometer spektrum gelombang tampak dan inframerah pendek yang memiliki resolusi spasial yang lebih rendah yaitu 10 m x 10 m. Sensor terakhir yaitu PALSAR merupakan sensor gelombang pendek aktif (radar, SAR) yang dapat memantau permukaan daratan siang serta malam dan pada setiap kondisi cuaca serta bebas awan dengan beberapa skema resolusi spasial ( ALOS sering digunakan pada berbagai penelitian. Dutra et al. (2009) menggunakan ALOS PALSAR untuk mengklasifikasikan penutupan lahan di wilayah Amazon. Selain itu Takada et al. (2009) menggunakan ALOS PALSAR untuk mengetahui komponen permukaan lahan gambut di bagian utara Hokkaido. Andayani et al. (2008) menggunakan ALOS AVNIR-2 untuk pemetaan klasifikasi lahan di wilayah Kebun Raya Bogor Jawa Barat dengan metode back-propagation neural network classifier. Penelitian lain oleh Raimadoya et al. (2008) melakukan pemantauan luas tanam dan produksi padi di wilayah Sukamandi Kabupaten Subang Jawa Barat dengan menggunakan ALOS PALSAR polarisasi ganda Peranan Indeks Vegetasi dalam Bidang Pertanian Indeks kehijauan tanaman (greeness index) merupakan ukuran kuantitatif yang digunakan untuk mengamati kondisi vegetasi tanaman dan aktivitas fotosintesis. Pada umumnya nilai ini dapat diperoleh dari analisis kombinasi dua atau lebih kanal spektral (Huete et al., 2002). Banyak metode yang dapat 8

24 digunakan untuk menghitung indeks vegetasi. Indeks vegetasi yang telah dikembangkan sampai saat ini antara lain NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan EVI (Enhanced Vegetation Index) (Huete et al., 1997), LSWI (Land Surface Water Index) (Ichoku et al., 2003), SAVI (Soil Adjusted Vegetation Index) (Huete et al., 1997), serta ARVI (Atmospherically Resistant Vegetation Index) dan SARVI (Soil and Atmospherically Resistant Vegetation Index) (Jensen, 2002). Dua indeks vegetasi yang paling banyak diaplikasikan pada data MODIS adalah NDVI dan EVI. NDVI dapat dihitung melalui rasio yang dibangun dari kanal spektral infra merah (Infra Red/IR) dan infra merah dekat (Near Infra Red/NIR). Persamaan umum dari NDVI adalah (Huete et al., 2002): NDVI = ρnir ρred ρnir + ρred Keterangan: ρnir = nilai reflektan kanal spektral infra merah dekat ρred = nilai reflektan kanal spektral merah Indeks vegetasi lain yang penting untuk data MODIS adalah Enhanced Vegetation Index (EVI). EVI merupakan indeks vegetasi yang dikembangkan dari NDVI. EVI telah diketahui lebih sensitif terhadap perubahan biomasa selama fase vegetatif yang lama, serta tahan terhadap efek atmosfer dan kanopi (Huete et al., 1997). Nilai EVI diperoleh dari nilai reflektansi kanal spektral merah (red), kanal infra merah dekat (NIR) dan kanal biru (blue). Kanal spektral biru sangat sensitif terhadap kondisi atmosfer dan digunakan untuk koreksi atmosferik (Xiao et al., 2006). Persamaan EVI (Huete et al., 1997) adalah sebagai berikut: EVI = 2.5* ρnir ρred ρnir C1* ρred C2* ρblue + L Keterangan : ρ= nilai reflektan kanal spektral 9

25 C= koefisien koreksi atmospheric aerosol scattering pada kanal spektral merah berdasarkan kanal spektral biru (C 1 = 6, C 2 = 7.5) L= soil effect adjustment factor (1) Menurut Murthy et al. (1995) dan Theruvengadachari et al. (1997) terdapat hubungan antara tingkat kehijauan tanaman (greenness) dengan produktivitas tanaman padi sawah (berdasarkan petak contoh/crop cutting experiment). Fase pertumbuhan tanaman yang diduga mempunyai hubungan erat dengan produktifitas tanaman padi adalah fase awal generatif (panicle initiation) yaitu pada saat tanaman padi sedang produksi. 10

26 III. METODE PENELITAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni di lokasi pengamatan lapang yaitu di wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang berlokasi di Kecamatan Ciasem (Gambar 2) serta beberapa desa di sekitar wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri. Analisis data penelitian ini dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. 6 11' 6 18' ' KAB. KARAWANG ' KEC. BLANAKAN KEC. CIASEM ' LAUT JAWA KEC. BINONG ' ' ' 6 11' 6 18' PETA WILAYAH PENELITIAN N 6 25' KEC. PATOKBEUSI KEC. PAMANUKAN 6 25' Meters 6 32' 6 39' KAB. PURWAKARTA KAB. INDRAMAYU 6 32' 6 39' Keterangan: Wilayah Penelitian Insert 6 46' KAB. SUMEDANG 6 46' ' ' ' ' ' 108 3' Gambar 2. Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta dijital administrasi Kabupaten Subang, Peta Lahan PT. Sang Hyang Seri, citra ALOS, serta citra MODIS Terra dan Aqua dengan resolusi 500 m x 500 m (MOD09A1 dan MYD09A1) Subang yang sudah dikoreksi geometri. Koreksi geometri adalah proses pengoreksian posisi objek pada citra yang tidak sama dengan posisi geografis permukaan bumi yang terjadi karena pengaruh distorsi geometrik 11

27 selama proses akuisisi citra. Pada citra tersebut terdapat nilai reflektan objek yang direkam dengan resolusi spasial 500 m x 500 m pada 7 kanal spektral utama (Band 1-Band 7). MOD09A1 dan MYD09A1 merupakan citra MODIS level 3 diproses dari MODIS level 2G yang telah dikalibrasi tingkat kecerahannya (koreksi radiometrik). Citra MODIS yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. Citra MODIS Yang Digunakan Terra Aqua No Kode Tanggal Akuisisi Kode Tanggal Akuisisi 1 MOD09A Mei 2008 MYD09A Mei MOD09A Mei 2008 MYD09A Mei MOD09A Juni 2008 MYD09A Juni MOD09A Juni 2008 MYD09A Juni MOD09A Juni 2008 MYD09A Juni MOD09A Juni 2008 MYD09A Juni MOD09A Juli 2008 MYD09A Juli MOD09A Juli 2008 MYD09A Juli MOD09A Juli 2008 MYD09A Juli MOD09A Juli 2008 MYD09A Juli MOD09A Agustus 2008 MYD09A Agustus MOD09A Agustus 2008 MYD09A Agustus MOD09A Agustus 2008 MYD09A Agustus MOD09A Agustus 2008 MYD09A Agustus MOD09A September 2008 MYD09A September 2008 Pada penelitian ini, citra ALOS digunakan untuk menganalisis penggunaan lahan yang ada di lokasi penelitian. Citra ALOS PRISM yang digunakan sebagai penyedia data dasar cakupan blok sawah diakuisisi pada dua waktu yang berbeda yaitu 24 Agustus 2006 serta 30 Juni Untuk aspek pemantauan, data utama yang digunakan adalah data BAKOSURTANAL dan citra ALOS AVNIR-2 tanggal akusisi 30 Juni

28 Selain itu juga dikumpulkan data masa tanam padi yang ditanam di lahan PT. Sang Hyang Seri tahun 2008, data PODES Kabupaten Subang tahun 2003 dan 2008, data produksi padi, data luas panen serta data sistem usahatani kerjasama PT. Sang Hyang Seri dan sistem usahatani masyarakat Kecamatan Ciasem (sistem usahatani non kerjasama). Data luas panen yang dikumpulkan adalah data luas panen Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan tahun Data produksi padi yang dikumpulkan yaitu produksi padi PT. Sang Hyang Seri serta produksi padi Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan tahun Perangkat utama yang digunakan pada penelitian ini adalah perangkat lunak Microsoft Excel, Visio, Arcview 3.3, ENVI 4.5, Statistica 8, dan Quick Basic 4.5. Perangkat lain yang digunakan dalam survei lapangan adalah seperangkat penerima sinyal GPS (Global Positioning System). Secara terinci bahan, sumber data, keluaran serta tujuan penelitian ini disajikan pada Tabel 4. 13

29 Tabel 4. Bahan, Sumber Data, Keluaran dan Tujuan Yang Digunakan pada Penelitian No Tujuan Data yang digunakan Sumber Data Teknik Analisis Keluaran 1 Mengidentifikasi dua sistem usahatani padi di Kecamatan Ciasem Sistem usahatani PT. sang Hyang Seri Sistem usahatani masyarakat Kec. Ciasem PT. Sang Hyang Seri Survei Lapang Karakteristik dua sistem usahatani padi Petani Kec. Ciasem Kuesioner Kecamatan Ciasem 2 Mempelajari pola mobilitas petani padi di Kecamatan Ciasem. Data tempat pembelian sarana produksi tani Data tempat pemasaran hasil panen Petani di Kecamatan Ciasem Metode Kuesioner Survei lapang Peta pola mobilitas petani padi Kecamatan Ciasem 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas petani padi Data tempat tinggal petani, tempat pembelian sarana produksi tani, dan variabel yang mempengaruhi Petani di Kecamatan Ciasem Analisis Hayashi II Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas petani padi 4 Mempelajari keterkaitan tingkat perkembangan wilayah dengan pola mobilitas petani, luas panen, dan produktivitas padi Data PODES Subang BPS Analisis Skalogram Struktur hirarki wilayah Kab. Subang 14

30 Tabel 4. Bahan, Sumber Data, Keluaran dan Tujuan Yang Digunakan pada Penelitian (lanjutan) No Tujuan Data yang digunakan Sumber Data Teknik Analisis Keluaran Struktur Hirarki Wilayah Kabupaten Subang Peta pola mobilitas petani Kecamatan Ciasem Hasil analisis pola mobilitas petani padi dan struktur hirarki wilayah Analisis Korelasi Keterkaitan tingkat perkembangan wilayah dengan pola mobilitas petani padi 5 Mengidentifikasi luas panen dan produktivitas padi Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokbeusi Struktur Hirarki Wilayah Kabupaten Subang Produktivitas padi Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokbeusi Luas panen padi Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokbeusi Data produksi padi Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan dan Luas panen padi Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokbeusi tahun Hasil analisis pola mobilitas petani padi Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Subang Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Subang Analisis Korelasi Analisis dinamika perubahan luas panen dan produktivitas padi Keterkaitan tingkat perkembangan wilayah dengan luas panen dan produktivitas padi Dinamika luas panen dan produktivitas padi Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokbeusi 15

31 Tabel 4. Bahan, Sumber Data, Keluaran dan Tujuan Yang Digunakan pada Penelitian (lanjutan) No Tujuan Data yang digunakan Sumber Data Teknik Analisis Keluaran 6 Mempelajari nilai indeks vegetasi (VI) pada 1 siklus pertumbuhan tanaman padi Peta Lahan PT. Sang Hyang Seri Peta penggunaan lahan sawah PT. Sang Hyang Seri Kajian pemetaan sawah BAKOSURTANAL Analisis nilai NDVI dan EVI - Citra NDVI dan EVI MODIS Terra dan Aqua Citra MODIS USGS 7 Mengindentifikasi hubungan antara produktivitas padi dengan nilai indeks vegetasi. Citra NDVI dan EVI MODIS Terra dan Aqua 2008 Produktivitas Padi Wilayah Contoh Hasil analisis citra MODIS Terra dan Aqua 2008 PT. Sang Hyang Seri Survei lapang Analisis korelasi Keterkaitan NDVI dan EVI dengan produktivitas padi 16

32 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan yang dilakukan adalah pengumpulan data, analisis data, dan penulisan hasil. Secara terinci tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terbagi 2 yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara terhadap 40 orang petani di Kecamatan Ciasem (Tabel 5), sedangkan data sekunder didapatkan dari berbagai instansi yang dapat dilihat pada Tabel 4. Survei lapang dilakukan pada tanggal 8-18 Juli 2009 yang mencakup aktivitas wawancara terhadap 40 orang petani di Kecamatan Ciasem (petani sistem usahatani padi kerjasama dan non kerjasama). Responden sistem usahatani non kerjasama ditetapkan petani yang memiliki lahan di sekitar lahan milik PT Sang Hyang Seri (PT SHS). Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya proses transfer teknologi antara petani yang bermitra dengan PT SHS dan petani yang tidak bermitra dengan PT SHS. Oleh karena itu penetapan petani tidak didasarkan dari daftar petani di desa, namun berdasarkan lokasi lahan. Proses wawancara dilakukan pada saat petani berada di lahan yang diolahnya. Sementara petani kerjasama ditetapkan berdasarkan data induk yang dimiliki oleh PT SHS. Namun induk data tersebut tidak dapat diperoleh secara lengkap, pihak SHS berkeberatan untuk memberikan daftar petani mitranya. Yang diperoleh adalah informasi kelompok petani di PT SHS. Kelompok tersebut diharapkan pada saat wawancara sedang melakukan tanam sehingga informasi terkait dengan produksi dan produktivitasnya masih diingat dengan baik. Berdasarkan informasi tersebut ditentukan secara acak 20 petani yang menjadi responden untuk memahami pola usahatani kerjasama dengan PT Sang Hyang Seri. Hal yang ingin diketahui dari setiap responden adalah mengenai identitas responden, luas lahan, status kepemilikan lahan, jarak rumah ke sarana produksi tani, input dan output usahatani, sumber modal usahatani dan aktivitas responden dalam berusaha tani secara lengkap paling tidak selama satu musim tanam. 17

33 No Desa Tabel 5. Komposisi Responden Kerjasama Sistem Usahatani Non Kerjasama 1 Pinang Sari Ciasem Girang Data primer yang dikumpulkan yaitu tempat pembelian sarana produksi tani, tempat pemasaran hasil panen, data sistem usahatani padi kerjasama PT. Sang Hyang Seri dan sistem usahatani padi masyarakat Kecamatan Ciasem (sistem usahatani padi non kerjasama). Data sekunder yang dikumpulkan adalah data masa tanam padi yang ditanam di lahan PT. Sang Hyang Seri tahun 2008, peta Lahan PT. Sang Hyang Seri, peta dasar, data produksi padi, data luas panen Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan tahun serta data PODES Kabupaten Subang tahun 2003 dan Data produksi padi yang dikumpulkan adalah data produksi padi PT. Sang Hyang Seri tahun 2008 dan data produksi padi Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan tahun Selain itu juga dikumpulkan data citra yaitu citra MODIS Terra Aqua (500 meter) tahun 2008 dan citra ALOS Analisis Data Secara umum, analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dibagi menjadi 7 tahap yaitu (1) mengidentifikasi dua sistem usahatani padi di Kecamatan Ciasem, (2) mempelajari mobilitas petani padi di Kecamatan Ciasem, (3) mempelajari keterkaitan tingkat perkembangan wilayah dengan pola mobilitas petani, luas panen, dan produktivitas padi, (4) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas usahatani padi Kecamatan Ciasem, (5) mengidentifikasi luas panen dan produktivitas tanaman padi Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokbeusi, (6) mempelajari nilai indeks vegetasi (VI) pada satu siklus pertumbuhan tanaman padi, dan (7) mengidentifikasi hubungan antara nilai indeks vegetasi (VI) dengan produktivitas padi. Secara terinci tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 18

34 Analisis Perbandingan Sistem Usahatani Padi di Kecamatan Ciasem Untuk melakukan analisis perbandingan sistem usahatani dipilih indikator perbandingan antara lain luas lahan, status kepemilikan lahan, jarak rumah ke sarana produksi tani, input dan output usahatani, sumber modal usahatani, dan aktivitas responden. Perbedaan sistem usahatani padi kerjasama dan non kerjasama dianalisis dengan Uji t dengan prinsip Beda Nyata Jujur (Honest Significant Difference). Perbedaan kedua sistem usahatani tersebut dilihat dari struktur biaya usahatani/ha yang dikeluarkan. Pada Uji t digunakan 2 kategori (Musim 1+ Musim 2 dan Musim 1 sistem usahatani kerjasama dan non kerjasama) dan 8 peubah. Peubah yang digunakan untuk Uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Peubah Perbandingan Kinerja Sistem Usahatani No Peubah Perbandingan Sistem Usahatani 1 Biaya benih/ha 2 Biaya pupuk/ha 3 Biaya tenaga kerja persiapan /ha 4 Biaya tenaga kerja pemeliharaan/ha 5 Biaya tenaga kerja panen/ha 6 Biaya irigasi/ha 7 Biaya traktor/ha 8 Biaya angkut/ha Selain uji, analisis lain digunakan untuk mengkonfirmasi hasil pengujian dengan prinsip BNJ tersebut. Analisis untuk mengkonfirmasi uji t tersebut adalah analisis diskriminan. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penciri/pembeda dari sistem usahatani kerjasama dan non kerjasama. Perbedaaan dari hasil analisis diskriminan dengan hasil uji t adalah prinsip uji t lebih bersifat parsial terhadap setiap peubah usahatani sementara analisis diskriminan mempertimbangkan keterkaitan antar peubah bebas yang menjadi indikator yang diduga mempengaruhi produktivitas. Uji ini dilakukan dengan metode forward stepwise dimana peubah yang terpilih umumnya sudah tidak saling berkorelasi. Peubah yang digunakan pada analisis diskriminan ini disajikan pada tabel berikut. 19

35 Tabel 7. Peubah Analisis Diskriminan No Kode Peubah Peubah Perbandingan Sistem Usahatani 1 X1 Luas lahan 2 X2 Status Lahan 3 X3a Biaya Benih 4 X3b Biaya Pupuk 5 X3c Biaya Irigasi 6 X3d Biaya Tenaga Kerja 7 X3e Biaya Traktor 8 X3f Biaya Angkut 9 X4 Sumber Modal 10 X5 Harga Jual Peubah biaya usahatani padi hasil Uji t yang berbeda sangat nyata ditampilkan dalam bentuk box plot. Peubah yang dianalisis dikelompokkan berdasarkan sistem usahatani setiap desa yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kategori Analisis Box Plot No Kategori 1 Sistem usahatani padi kerjasama Pinang Sari 2 Sistem usahatani padi non kerjasama Pinang Sari 3 Sistem usahatani padi kerjasama Ciasem Girang 4 Sistem usahatani padi non kerjasama Ciasem Girang Analisis Deskriptif Pola Mobilitas Usahatani Padi di Kecamatan Ciasem Pola mobilitas usahatani padi Kecamatan Ciasem didapatkan melalui wawancara dengan petani menggunakan kuesioner untuk mengetahui tempat pembelian sarana produksi tani dan tempat penjualan hasil panen. Hasil yang diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk peta dan tabel pola mobilitas usahatani padi serta disajikan secara deskriptif. 20

36 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Usahatani Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas usahatani ditetapkan berdasarkan hasil analisis Hayashi II. Analisis ini digunakan untuk menduga nilai koefisien keterkaitan antara peubah penjelas dengan suatu peubah tujuan tertentu yang bersifat kategorik (grouping variable). Hasil uji nyata dari nilai koefisien keterkaitan ini menunjukkan peubah penjelas yang paling signifikan mempengaruhi peubah tujuan tersebut. Peubah penjelas yang paling nyata mempengaruhi peubah tujuan ditetapkan dengan ketentuan: nilai korelasi parsial peubah > batas kritis (r). Batas kritis korelasi parsial peubah (r) didapatkan dengan persamaan: r = t 2 2 t + n 2, dimana r = nilai batas korelasi t = nilai t-tabel yang diidentifikasi berdasarkan derajat bebas (n-2) pada tingkat kepercayaan sebesar (1-α)x100%. n = jumlah pengamatan Peubah yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Peubah Analisis Hayashi II No Peubah Kode Peubah Kategori 1 Desa Tujuan Y 1: internal 2: eksternal 2 Jarak ke sarana tani X1 0-3: dekat 3-5: sedang 5-10: jauh 3 Luas lahan X2 0-2: sedikit 2-4: sedang 4-8: luas 4 Sistem X3 non kerjasama: 1 kerjasama: 2 5 Umur X4 0-30: muda 30-60: sedang 60-80: tua 6 Jumlah pupuk Musim 1 X5a 0-3: sedikit 3-5: sedang 5-8: banyak 21

37 Tabel 9. Peubah Analisis Hayashi II (lanjutan) No Peubah Kode Peubah Kategori 7 Jumlah pupuk Musim 2 X5b 0-3: sedikit 3-5: sedang 5-8: banyak 8 Desa Asal X6 Pinang Sari: 1 Ciasem Girang: 2 9 Status Lahan X7 garap: 1 sewa: 2 milik: 3 10 Harga Urea X8a : murah : sedang : mahal 11 Harga TSP X8b : sangat murah : murah : sedang : mahal 12 Harga Phonska X8c : murah : sedang : mahal 22

38 Analisis Keterkaitan Tingkat Perkembangan Wilayah Kabupaten Subang dengan Pola Mobilitas Petani, Luas Panen dan Produktivitas Padi Salah satu teknik analisis yang dapat digunakan untuk menentukan hirarki suatu wilayah adalah analisis skalogram. Hasil analisis skalogram digunakan untuk mengetahui keterkaitan struktur hirarki Kabupaten Subang dengan pola mobilitas petani padi, luas panen, dan produktivitas padi. Teknik analisis skalogram ini dilakukan dengan menginventarisasi fasilitas-fasilitas di suatu wilayah dan jarak ke fasilitas yang disusun pada satu tabel yang bersumber dari data PODES Subang 2003 dan Analisis tersebut dilakukan untuk menghasilkan indeks potensi daerah. Peubah yang digunakan pada analisis ini disajikan pada Tabel Lampiran 2. Indeks potensi daerah diolah untuk menentukan hirarki wilayah Kabupaten Subang. Penetapan wilayah perkembangan tinggi (Hirarki I), wilayah perkembangan sedang (Hirarki II), dan wilayah perkembangan rendah (Hirarki III) dilakukan dengan kriteria tertentu yang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Kriteria Hirarki I, Hirarki II, dan Hirarki III No Hirarki Wilayah Kriteria 1 Wilayah dengan tingkat perkembangan tinggi (Hirarki I) IPD> nilai tengah indeks + stdev 2 Wilayah dengan tingkat perkembangan sedang (Hirarki II) nilai tengah indeks < IPD < nilai tengah + stdev 3 Wilayah dengan tingkat perkembangan IPD< nilai indeks tengah rendah (Hirarki III) Analisis selanjutnya yaitu mengetahui (1) keterkaitan tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Subang dengan pola mobilitas petani padi dan (2) keterkaitan tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten Subang dengan produktivitas padi dan luas panen. Pada aspek pertama, hasil analisis akan disajikan secara deskriptif dengan menghubungkan tempat pemenuhan kebutuhan sarana tani desa contoh (Pinang Sari dan Ciasem Girang) dengan hirarki wilayah dan indeks fasilitas pertanian. Pada tujuan kedua, analisis dilakukan terhadap setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Subang. Analisis yang digunakan adalah 23

39 analisis korelasi. Peubah yang digunakan pada analisis ini disajikan pada tabel berikut. Tabel 11. Peubah Yang Digunakan pada Analisis Korelasi No Peubah yang digunakan 1 % Desa Hirarki I 2 % Desa Hirarki II 3 % Desa Hirarki III 4 Luas Panen 5 Produksi Padi 6 Produktivitas padi Analisis Luas Panen dan Produktivitas Padi di Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Kecamatan Blanakan Data yang dianalisis adalah data luas panen, produksi dan produktivitas padi di Kecamatan Ciasem, Blanakan, dan Patokeusi serta data produktivitas padi di wilayah contoh selama satu siklus tanam. Data tersebut didapatkan dari Dinas Tanaman Pangan dan PT. Sang Hyang Seri. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk grafik dan disajikan secara deskriptif Analisis Nilai Indeks Vegetasi (VI) Pada Satu Siklus Pertumbuhan Tanaman Padi Analisis ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu pengubahan proyeksi citra MODIS dari sinusoidal menjadi UTM, pemotongan citra MODIS Terra dan Aqua sesuai dengan wilayah penelitian, penetapan contoh lokasi penelitian, serta analisis NDVI dan EVI citra MODIS Terra dan Aqua. Analisis NDVI dan EVI dilakukan menggunakan sekumpulan citra MODIS Terra dan Aqua yang diakuisisi sekitar 1 musim tanam. Analisis pada tahapan ini yaitu analisis NDVI dan EVI citra MODIS Terra dan Aqua, penumpukan (layer stacking) NDVI citra MODIS Terra dan Aqua yang digunakan dan penumpukan (layer stacking) EVI citra MODIS Terra dan Aqua yang digunakan dengan menggunakan ENVI 4.5. Analisis tersebut menghasilkan 4 data baru yaitu NDVI MODIS Terra, NDVI MODIS Aqua, EVI MODIS Terra, 24

40 dan EVI MODIS Aqua. NDVI dan EVI MODIS Terra Aqua didapatkan dengan persamaan: NDVI = Band 2 Band1 Band 2 + Band1 EVI = 2.5 * Band 2 Band1 Band * Band1 7.5* Band3 + 1 Contoh dipilih dari data masa tanam PT. Sang Hyang Seri. Titik tengah contoh ditentukan dengan menggunakan Arcview 3.3. Data titik tengah contoh dirubah menjadi bentuk ROI dengan menggunakan ENVI 4.5. Agar data titik tengah contoh dapat dianalisis di ENVI 4.5 data harus diubah menjadi format berkas teks. Nilai NDVI dan EVI contoh diperoleh dari citra layer stacking NDVI MODIS Terra, NDVI MODIS Aqua, EVI MODIS Terra, dan EVI MODIS Aqua dengan menggunakan ENVI 4.5. Nilai NDVI dan EVI MODIS Terra Aqua 1 siklus pertumbuhan tanaman padi ditampilkan dalam bentuk grafik Analisis Korelasi Nilai Indeks Vegetasi (VI) dengan Produktivitas Padi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara produktivitas padi dengan nilai NDVI dan EVI siklus pertumbuhan tanaman padi. Menggunakan analisis korelasi sederhana, hubungan antara keduanya ditunjukkan oleh koefisien positif dan negatif. Jika peubah mempunyai hubungan yang searah, maka akan bekorelasi positif sedangkan bila memiliki hubungan berlawanan maka berkorelasi negatif. Namun jika keduanya tidak berkorelasi atau tidak ada hubungan sama sekali maka korelasi sama dengan nol atau jika berkorelasi sempurna positif maka koefisien korelasi akan sama dengan 1 dan sebaliknya jika berlawanan arah koefisien sama dengan -1. Secara ringkas tahapan penelitian tersebut disampaikan pada gambar berikut. 25

41 Gambar 3. Bagan Alir Teknik Analisis Data 26

42 IV. KONDISI UMUM LOKASI 4.1. Letak Geografis Kabupaten Subang secara geografis terletak di Bagian Utara Provinsi Jawa Barat yaitu antara BT dan LS dengan batas wilayah sebelah Selatan adalah Kabupaten Bandung, Sebelah Utara adalah Laut Jawa, Sebelah Barat adalah Kabupaten Purwakarta dan Karawang, dan sebelah Timur adalah Kabupaten Indramayu dan Karawang. Lokasi penelitian khususnya adalah wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang berlokasi di Kecamatan Ciasem serta beberapa desa di sekitar wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri Letak geografis PT. Sang Hyang Seri adalah antara LS dan BT dengan ketinggian 15 mdpl dan memiliki kemiringan 3%. Areal PT. Sang Hyang Seri berada di Kecamatan Ciasem, Kecamatan Patokbeusi, dan Kecamatan Blanakan Sejarah Perusahaan Pada awalnya PT. Sang Hyang Seri merupakan suatu perusahaan perkebunan terkenal dengan nama Pamanukan dan Tjiasem Lands (P & T Lands) yang dikuasai oleh orang Inggris. Tanaman yang diusahakan adalah sisal/agave dan singkong. Tanaman sisal/agave diambil seratnya untuk bahan baku pembuatan tambang kapal dan pembuatan bahan baku karung goni, sedangkan singkong diolah untuk menjadi tepung tapioka. Areal yang dikelola P & T Lands pada saat itu adalah seluas 9000 hektar. Pada tahun 1942 perusahaan ini diambil alih oleh Jepang. Pada masa ini perusahaan tetap memproduksi singkong dan agave/sisal. Pada tahun 1956, perusahaan dikuasai oleh Inggris. Namun pada tahun 1957, pemerintah Indonesia mengambil alih P & T Lands dan semua perusahaan asing di Indonesia. Pemerintah menyerahkan P & T Land kepada pemerintah daerah dibawah naungan Yayasan Pembangunan Djawa Barat (YYDB). Pada tahun 1964 YYDB mengalami kebangkrutan karena banyak lahan yang direbut oleh PKI. Departemen Pertanian tahun 1965 membentuk perusahaan yang bernama perusahaan Tapioka dan Rosella Sukamandi Jaya, kemudian tahun 1966 diubah 27

43 menjadi proyek produksi pangan Sukamandi Jaya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 9/2/1968 proyek pangan Sukamandi Jaya diubah menjadi Lembaga Sang Hyang Seri pada tahun Kemudian dengan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1971 dibentuk Perusahaan Umum (Perum) Sang Hyang Seri. Pada awalnya Perum Sang Hyang Seri berpusat di Sukamandi, tetapi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 169/KPTS/UM/3/1982 pada tanggal 15 Maret 1982 Pusat Pelaksanaan Administrasi dipindahkan ke Jakarta. Selanjutnya Sukamandi menjadi cabang khusus karena mempunyai lahan swakelola sendiri yang cukup luas. Jumlah tenaga yang besar dan memiliki pabrik pengelolaan benih yang modern, kemudian diadakan penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1985 dinilai dapat dijadikan persero sesuai yang tercantum dalam UU No. 9 tahun Akhirnya berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 18 tahun 1995 Perusahaan Umum Sang Hyang Seri Sukamandi diubah menjadi perusahaan perseroan (persero) Struktur Organisasi PT. Sang Hyang Seri terbagi menjadi 5 regional manager (RM) yaitu RM I Sukamandi, RM II Jawa Timur, RM III Medan, RM IV Lampung, dan RM V Sulawesi Selatan. Masing-masing RM membawahi beberapa UBD (Unit Bisnis Daerah). RM I terdiri dari beberapa UBD yaitu UBD khusus Sukamandi, UBD Serang, UBD Ciamis, UBD Garut, UBD Tegal, UBD Banyumas, dan UBD Cirebon. UBD khusus Sukamandi merupakan saru-satunya UBD di PT. Sang Hyang Seri yang mempunyai areal produksi, sehingga disebut UBD khusus yang dipimpin oleh seorang kepala RM yang dibantu oleh dua orang deputi. Masingmasing deputi membawahi beberapa orang kepala UBD. Seorang kepala bagian membawahi beberapa bagian dan sub bagian. Bagian-bagian yang ada di PT. Sang Hyang Seri RM I UBD khusus Sukamandi diantaranya adalah bagian produksi, bagian pengolahan benih, bagian usaha benih dan hortikultura dan kemitraan, bagian keuangan, bagian pemasaran, sub bagian pengadaan barang, sub bagian 28

44 irigasi dan jalan, sub bagian hama dan penyakit, sub bagian pembinaan mutu benih dan beberapa sub bagian lainnya. 4.4 Bidang Usaha Luas areal lahan PT. Sang Hyang Seri adalah sekitar 4300 ha, yang ditanam adalah sekitar ha sehingga sisanya merupakan areal yang tidak ditanam. Areal PT. Sang Hyang Seri pengelolaan produksi dilakukan dengan dua sistem yaitu sitem swakelola dan kerjasama. Sistem swakelola merupakan sistem produksi yang seluruh pengelolaannya mulai dari tanam sampai dengan pengolahan dan pemasaran benih dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri, sedangkan sistem kerjasama adalah petani menyewa lahan kepada PT. Sang Hyang Seri dengan biaya sewa 1.2 ton/ha dan sisa hasilnya dijual kepada PT. Sang Hyang Seri dengan harga 5% diatas harga pasaran. Bidang usaha PT. Sang Hyang Seri diatur dalam PP No. 18 tahun 1995 Bab II pasal 2 yaitu: 1. Produksi, pengolahan, penyimpanan, dan penyaluran serta pemasaran benih tanaman padi dan hortikultura. 2. Penelitian, pendidikan, dan penyuluhan dalam bidang perbenihan dan kegiatan lain yang langsung menunjang usaha penelitian. Kantor pemasaran cabang/daerah PT. Sang Hyang Seri cabang Jawa Barat dibentuk untuk pengawasan dan kelancaran yang tepat guna dalam distribusi yaitu: 1. KPD Sukamandi untuk wilayah pemasaran Subang, Karawang, Purwakarta, dan Bekasi. 2. KPD Cirebon untuk wilayah pemasaran Cirebon, Indramayu, Kuningan, dan Majalengka. 3. KPD Tasikmalaya untuk wilayah pemasaran Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dan Sumedang. 4. KPD Sukabumi untuk wilayah pemasaran Subumi, Bogor, Cianjur, dan Bandung. 5. KPD Serang untuk wilayah pemasaran Serang, Pandeglang, Tangerang, dan Lebak. 29

45 Selain itu KPD berfungsi sebagai bagian yang dapat memperluas jaringan distribusi dan merupakan pihak penghubung langsung perusahaan dengan pihak penyalur/konsumen terhadap keluhan atau klaim. 30

46 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sistem Usahatani Padi di Kecamatan Ciasem Pada Kecamatan Ciasem terdapat 2 sistem usahatani padi yaitu sistem usahatani padi kerjasama PT. Sang Hyang Seri dan sistem usahatani padi masyarakat (sistem usahatani padi non kerjasama). Pada pelaksanaannya terdapat perbedaan antara kedua sistem usahatani padi tersebut. Perbedaan kedua sistem usahatani padi tersebut pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan struktur biaya usahatani per hektar yang harus dikeluarkan oleh petani. Hasil analisis perbedaan sistem usahatani padi kerjasama dan non kerjasama selengkapnya disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Struktur Biaya Usahatani Padi (Rp/ha) No Struktur Biaya Kerjasama Non Kerjasama Hasil Uji t Musim 1 Musim 2 Musim 1 Musim 2 M1+M2 M1 1 Biaya Benih * 2 Sarana Tani Biaya Pupuk Tenaga Kerja 1. Persiapan ** * 2. Pemeliharaan * * 3. Panen Irigasi * 5 Biaya Traktor ** ** 6 Biaya Angkut ** keterangan: *= nyata, **= sangat nyata Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antara sistem usahatani padi kerjasama dan non kerjasama dilihat dari biaya tenaga kerja persiapan (Rp/ha) dan biaya traktor (Rp/ha). Petani di kecamatan ini mengolah sawah sebelum tanam menggunakan traktor yang umumnya disewa. Biaya sewa traktor sangat bervariasi tergantung dari pemilik. Namun dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata biaya sewa traktor sistem usahatani padi kerjasama lebih mahal dibandingkan dengan biaya sewa traktor sistem usahatani padi non kerjasama. Perbedaan biaya tenaga kerja persiapan antara sistem 31

47 usahatani padi kerjasama dan sistem usahatani padi non kerjasama disebabkan oleh perbedaan jumlah tenaga kerja yang dipakai dan upah tenaga kerja harian yang dibayarkan. Perbedaan nyata antara sistem usahatani padi kerjasama dan non kerjasama dapat dilihat dari biaya benih (Rp/ha), biaya tenaga kerja pemeliharaan (Rp/ha), dan biaya irigasi (Rp/ha). Jumlah benih yang digunakan petani sistem usahatani padi kerjasama adalah 25 kg/ha sedangkan jumlah benih yang digunakan petani sistem usahatani padi non kerjasama adalah sekitar kg/ha. Petani sistem usahatani padi non kerjasama biasanya menggunakan benih padi lokal dan harga setiap kilogram benih padi lebih murah dibandingkan dengan harga benih sistem usahatani padi kerjasama. Hal sangat signifikan yang dapat dilihat dari tabel di atas adalah biaya angkut antara kedua sistem usahatani padi. Biaya angkut antara kedua sistem usahatani padi ini sangat berbeda nyata. Dalam hal ini data yang dianalisis adalah biaya angkut musim 1 karena pada saat penelitian dilakukan tanaman padi musim 2 masih belum dipanen. Sistem usahatani padi non kerjasama tidak mengeluarkan biaya angkut karena ditanggung oleh pembeli, sedangkan biaya angkut sistem usahatani padi kerjasama ditanggung oleh petani dengan ketetapan biaya angkut sebesar Rp /ha dan biaya bersih-bersih padi Rp /ton. Petani Kecamatan Ciasem menanam padi dua kali setahun (Musim 1 dan Musim 2). Musim tanam 1 padi di desa Pinang Sari dan Ciasem Girang (musim rendeng) dilakukan sekitar akhir tahun sampai pertengahan tahun baru yaitu pada musim hujan, sedangkan musim tanam 2 padi (musim katigaan) dilakukan pada musim kemarau yaitu sekitar pertengahan tahun sampai akhir tahun. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh petani antara musim 1 dan musim 2 biasanya sama jika luas lahan yang digarap tetap sama. Panen di kedua desa tersebut ada yang dilakukan dengan sistem borongan dan pada umumnya upah tenaga kerja dibayar dengan padi yang dipanen (bawon) dengan ketentuan 1/7 atau 1/6 dari hasil panen. Hasil analisis lanjut yang dilakukan untuk memperkuat hasil Uji t didapatkan bahwa faktor penciri/pembeda antara kedua sistem usahatani padi tersebut adalah biaya angkut dengan total tingkat ketepatan pengklasifikasian 32

48 sebesar 95%. Penjelasan mengenai biaya angkut kedua sistem usahatani padi ini telah dipaparkan sebelumnya. Hasil analisis diskriminan selengkapnya disajikan pada kedua tabel berikut. Tabel 13. Fungsi Diskriminan N= 40 Biaya Angkut Status Lahan Wilks ' Lambda Partial Lambda F-remove (1.37) p-level Toler Toler (R-Sqr) Tabel 14. Fungsi Klasifikasi Kelas Persentase ketepatan klasifikasi (%) Non Kerjasama p= Kerjasama p= Non Kerjasama Kerjasama Total Pada Gambar 4 disajikan biaya usahatani di Desa Pinang Sari dan Ciasem Girang. Biaya traktor (Rp/ha) dari kedua sistem usahatani padi (sistem usahatani padi kerjasama dan non kerjasama) desa Pinang Sari dan Ciasem Girang ditunjukkan berbeda. Biaya traktor (Rp/ha) sistem usahatani non kerjasama Pinang Sari lebih bervariasi dibandingkan dengan sistem usahatani lainnya dan biaya traktor sistem usahatani padi non kerjasama Ciasem Girang ditemukan sangat seragam. Selain itu dari Gambar 4 diketahui bahwa biaya traktor usahatani padi non kerjasama Ciasem Girang dan non kerjasama Pinang Sari lebih murah dibandingkan dengan biaya traktor usahatani padi kerjasama Ciasem Girang dan kerjasama Pinang Sari. Biaya traktor paling murah terdapat pada usahatani padi non kerjasama Ciasem Girang. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan biaya sewa traktor yang harus dikeluarkan oleh petani untuk mengolah tanah sebelum penanaman benih. 33

49 Sistem usahatani padi (sistem usahatani kerjasama dan non kerjasama) desa Pinang Sari dan Ciasem Girang juga berbeda dilihat dari biaya tenaga kerja persiapan (Rp/ha). Biaya tenaga kerja persiapan sistem usahatani padi non kerjasama Pinang Sari diketahulebih bervariasi, sedangkan biaya tenaga kerja persiapan (Rp/ha) sistem usahatani padi non kerjasama Ciasem Girang sangat seragam. Nilai tengah biaya tenaga kerja persiapan usahatani non kerjasama Ciasem Girang dan kerjasama Ciasem Girang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani kerjasama Pinang Sari dan non kerjasama Pinang Sari. Hal ini merupakan pengaruh dari jumlah tenaga yang dipekerjakan pada pengolahan tanah sebelum penanaman benih dan upah harian tenaga kerja yang dibayarkan. 4E6 9E5 3.5E6 8E5 Biaya Tenaga Kerja (Rp/ha) 3E6 2.5E6 2E6 1.5E6 1E6 Biaya Traktor (Rp/ha) 7E5 6E5 5E5 4E5 3E5 2E5 Biaya Angkut (Rp/ha) 5E5 0-5E5 9E5 8E5 7E5 6E5 5E5 4E5 3E5 2E5 NC NP KC KP a Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes 1E5 0-1E5 NC NP KC KP keterangan: NC= Sistem Usahatani Padi Ciasem Girang NP= Sistem Usahatani Padi PinangSari KC= Sistem Usahatani Padi Ciasem Girang KP= Sistem Usahatani Padi PinangSari b Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes 1E5 0-1E5 NC NP KC KP Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes c Gambar 4. Perbandingan Biaya (a) Tenaga Kerja Persiapan, (b) Traktor, dan (c) Angkut di Empat Desa. Biaya traktor (Rp/ha) yang harus dikeluarkan dari sistem usahatani padi kerjasama dan non kerjasama ditunjukkan sangat berbeda. Pada sistem usahatani 34

50 padi kerjasama, biaya traktor yang dikeluarkan lebih bervariasi dibandingkan dengan biaya traktor sistem usahatani padi non kerjasama. Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa biaya traktor yang harus dikeluarkan oleh petani sistem usahatani padi kerjasama lebih mahal dibandingkan dengan sistem usahatani padi non kerjasama. 4E6 9E5 Biaya Tenaga Kerja Persiapan (Rp/ha) 3.5E6 3E6 2.5E6 2E6 1.5E6 1E6 5E5 Biaya Traktor (Rp/ha) 8E5 7E5 6E5 5E5 4E5 3E5 2E5 1E5 0-5E5 Non Kerjasama Status a Kerjasama Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes 0-1E5 Non Kerjasama Status b Kerjasama Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes 9E5 8E5 7E5 6E5 Biaya Angkut (Rp/ha) 5E5 4E5 3E5 2E5 1E5 0-1E5 Non Kerjasama Status Kerjasama Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes c Gambar 5. Perbandingan Biaya (a) Tenaga Kerja, (b) Traktor, dan (c) Angkut pada Dua Sistem Usahatani Biaya angkut sistem usahatani kerjasama dan non kerjasama sangat berbeda. Pada sistem usahatani kerjasama, biaya angkut terlihat sangat bervariasi, sedangkan biaya angkut sistem usahatani non kerjasama hampir sama. Biaya angkut sistem usahatani padi kerjasama lebih mahal dibandingkan dengan sistem usahatani padi non kerjasama. Hal tersebut sama halnya dengan biaya angkut sistem usahatani padi kerjasama Pinang Sari dan Ciasem Girang lebih mahal dibandingkan dengan 2 sistem lainnya. Jika dilihat dari sistem usahatani setiap 35

51 desa, biaya angkut sistem usahatani kerjasama Pinang Sari dan kerjasama Ciasem Girang sangat bervariasi. Pada umumnya tidak ada biaya angkut yang harus dikeluarkan pada sistem usahatani padi non kerjasama Ciasem Girang dan non kerjasama Pinang Sari Pola Mobilitas Petani Padi di Kecamatan Ciasem Pola mobilitas usahatani dapat dilihat dari tempat pemenuhan sarana produksi tani dan tempat pemasaran hasil panen. Tempat pemenuhan sarana produksi tani selengkapnya disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Pemenuhan Sarana Produksi Tani di Desa Contoh (%) No Desa Tujuan Desa Asal Pinang Sari Ciasem Girang 1 Kios Tani di Ciasem Girang Kios Tani di Mekar Sari 10 3 Kios Tani di Pinang Sari 65 4 Kios Tani di Desa Gempol Sari 5 5 Kios Tani di Cilamaya Girang 5 6 Kios Tani di Cilamaya Hilir 10 7 Kios Tani di Sukamandi Jaya 5 Hasil analisis menunjukkan bahwa Desa Ciasem Girang memenuhi hampir seluruh kebutuhan sarana produksi tani dari wilayahnya sendiri dan hanya menggantungkan 10% suplai dari desa lain yaitu Desa Gempol Sari (Kecamatan Patokbeusi) dan Sukamandi Jaya (Kecamatan Ciasem). Pada kasus Desa Pinang Sari, pemenuhan sendiri kebutuhan sarana produksi adalah sebesar 65% dan selebihnya berasal dari Desa Ciasem Girang (Kecamatan Ciasem), Mekar Sari (Kecamatan Binong), Cilamaya Girang (Kecamatan Blanakan), dan Cilamaya Hilir (Kecamatan Blanakan) yang lokasinya berada di sekitar Desa Pinang Sari. Jika dibandingkan dengan Desa Ciasem Girang, Desa Pinang Sari mempunyai kemampuan yang lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi tani desa sendiri. Hal lain yang diperhatikan untuk pola mobilitas usahatani adalah proses penjualan hasil tani. Petani sistem usahatani non kerjasama menjual hasil panen kepada tengkulak yang kemudian akan dijual kepada pengumpul yang berasal dari 36

52 kabupaten lain diantaranya Kabupaten Karawang. Tengulak tersebut berasal dari berbagai desa. Proses penjualan hasil panen dilakukan dengan cara pembeli datang ke sawah dan mengangkut hasil panen. Petani hanya mempersiapkan hasil panen di pinggir lahan sawah. Pada sistem usahatani ini biaya transportasi ditanggung oleh pembeli. Pada sistem usahatani kerjasama hasil panen pasti dijual kepada PT. Sang Hyang Seri. Proses penjualan hasil panen sistem usahatani kerjasama sama dengan sistem usahatani non kerjasama, namun perbedaannya terdapat pada biaya transportasi yang ditanggung oleh penjual. Proses penjualan dari kedua sistem usahatani padi tersebut menyebabkan mobilitas petani untuk memasarkan hasil panen menjadi tidak ada. Oleh karena itu pola mobilitas yang digambarkan pada penelitian ini hanya pola mobilitas pemenuhan kebutuhan sarana produksi tani (Gambar 6). Gambar 6. Pemenuhan Sarana Produksi Tani di Desa Contoh 37

53 5.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Usahatani Identifikasi faktor yang mempengaruhi mobilitas dibutuhkan untuk memahami faktor yang mempengaruhi orientasi petani untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi dan memasarkan hasil produksinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas usahatani dapat diketahui dari hasil analisis Kuantifikasi Hayashi II. Mobilitas usahatani yang dianalisis adalah mobilitas petani untuk memenuhi kebutuhan sarana tani. Hasil analisis Kuantifikasi Hayashi II selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16. Hasil analisis peubah-peubah yang mempengaruhi mobilitas usahatani menunjukkan bahwa ragam peubah-peubah yang mempengaruhi mobilitas usahatani di Kecamatan Ciasem adalah sebesar 70%. Peubah-peubah yang dianalisis pada penelitian ini telah mencerminkan 70% dari faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas usahatani dapat dijelaskan dari hasil analisis tersebut. Lebih lanjut masih terdapat kurang lebih 30% keragaman faktor-faktor lain yang belum dapat dijelaskan dari hasil analisis. Analisis uji t dengan tingkat kepercayaan 95% (0.05) menghasilkan nilai sebagai batas kritis. Secara umum ditunjukkan bahwa faktor-faktor yang nyata mempengaruhi mobilitas usahatani di Kecamatan Ciasem adalah jarak ke sarana tani, luas lahan, status, umur, harga pupuk urea, harga pupuk TSP, dan harga pupuk phonska. Pola mobilitas usahatani tidak dipengaruhi oleh jumlah pupuk musim 1, jumlah pupuk musim 1, status kepemilikan lahan, dan desa asal petani. Harga pupuk TSP, phonska, dan jarak ke sarana tani teridentifikasi sangat mempengaruhi tempat pemenuhan kebutuhan sarana produksi tani. Skor kategori pola mobilitas eksternal terlihat berbanding terbalik dengan pola mobilitas internal. Jika skor kategori peubah penjelas bernilai positif maka peubah penjelas tersebut akan menyebabkan peluang mobilitas eksternal. Sebaliknya apabila skor kategori peubah penjelas negatif, maka peubah penjelas tersebut akan menyebabkan peluang mobilitas internal. Berdasarkan skor kategori jarak ke sarana tani, jarak yang dekat (0-3 km) dan sedang (3-5 km) akan menyebabkan peluang mobilitas internal usahatani di Kecamatan Ciasem, sedangkan jarak ke sarana tani jauh (5-10 km) akan menyebabkan peluang mobilitas eksternal usahatani. 38

54 Pada skor kategori luas lahan, lahan dengan luasan kecil akan menyebabkan peluang mobilitas eskternal usahatani, sedangkan lahan dengan luasan sedang dan luas ditunjukkan menyebabkan peluang mobilitas internal usahatani. Tabel 16. Hasil Analisis Hayashi II No Peubah Kategori Frekuensi Skor Rentang Korelasi 1 Jarak ke sarana tani 0-3: dekat * 3-5: sedang : jauh Luas lahan 0-2: sedikit * 2-4: sedang : luas Sistem Usahatani non kerjasama: * kerjasama: Umur 0-30: muda * 30-60: sedang : tua Jumlah pupuk Musim 0-3: sedikit : sedang : banyak Jumlah pupuk Musim 0-3: sedikit : sedang : banyak Desa Asal Pinang Sari: Ciasem Girang: Status Kepemilikan milik: sewa: garap: Harga Urea : murah * : sedang : mahal Harga TSP : sangat * : murah : sedang : mahal Harga Phonska : murah * :sedang : mahal Outside variable 1. Internal Eksternal eta square axis Keterangan: faktor yang nyata mempengaruhi mobilitas usahatani pada taraf : 0.05 (95%) Berdasarkan skor kategori status, sistem usahatani non kerjasama menyebabkan peluang mobilitas internal usahatani, sedangkan sistem usahatani kerjasama menyebabkan peluang mobilitas eksternal usahatani. Terkait dengan usia petani, diperoleh hasil analisis bahwa umur muda dan tua akan menyebabkan peluang mobilitas eksternal usahatani di Kecamatan 39

55 Ciasem, sedangkan umur sedang akan meningkatkan peluang mobilitas internal usahatani. Berkaitan dengan harga sarana produksi khususnya pupuk ditunjukkan bahwa harga di satu lokasi mempengaruhi peluang mobilitas petani. Petani lebih tertarik membeli sarana tani di tempat dengan harga yang lebih rendah dan sedang karena dapat mengurangi atau menurunkan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Analisis skor kategori harga pupuk urea menunjukkan bahwa harga pupuk urea murah dan sedang menyebabkan peluang mobilitas internal usahatani, sedangkan harga pupuk urea mahal akan menyebabkan peluang mobilitas eksternal usahatani. Berdasarkan skor harga pupuk TSP, harga pupuk sangat murah, murah, dan mahal akan menyebabkan peluang mobilitas internal usahatani, sedangkan harga pupuk TSP sedang akan menyebabkan peluang mobilitas eksternal usahatani. Harga pupuk phonska yang tidak terlalu mahal menyebabkan peluang mobilitas internal usahatani, sedangkan harga pupuk rendah dan mahal akan menyebabkan peluang mobilitas eksternal usahatani. Jika dilihat berdasarkan status kepemilikan lahan, biaya irigasi setiap status kepemilikan lahan sangat berbeda. Biaya irigasi pada lahan garapan sangat bervariasi dibandingkan dengan lahan milik dan sewa. Nilai tengah biaya irigasi akan menurun berdasarkan status kepemilikan lahan garapan, lahan sewa, dan lahan milik. Berdasarkan Gambar 7a juga dapat diketahui bahwa lahan milik memiliki biaya irigasi yang paling rendah dibandingkan dengan lahan sewa dan garap. Lahan garap memiliki biaya irigasi yang paling mahal jika dibandingkan dengan lahan milik dan sewa. Berdasarkan Gambar 7b dapat diketahui bahwa biaya angkut pada lahan sewa sangat bervariasi, sedangkan biaya angkut pada lahan garap dan milik relatif seragam. Jika dilihat dari nilai tengah biaya angkut, lahan garap dan milik memiliki nilai tengah yang relatif sama. Dapat diketahui pula bahwa terdapat perbedaan biaya angkut yang sangat nyata antara status kepemilikan lahan sewa, milik, dan garap. Biaya angkut paling mahal terdapat pada status lahan garap dibandingkan 2 status kepemilikan lainnya. 40

56 Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers Extremes Biaya Irigasi Biaya Angkut garap sewa milik a Status Lahan garap sewa milik b Status Lahan Gambar 7. Box Plot Biaya Status Kepemilikan Lahan (Rp/ha) (a) Biaya Irigasi, (b) Biaya Traktor 5.4. Keterkaitan Tingkat Perkembangan Wilayah dengan Pola Mobilitas Petani, Luas Panen dan Produktivitas Padi Keterkaitan Tingkat Perkembangan Wilayah dengan Pola Mobilitas Petani Padi Wilayah yang berkembang menurut Rustiadi et al. (2009) dicirikan dengan semakin lengkapnya fasilitas pelayanan di wilayah tersebut. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dengan mengidentifikasi hirarki wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas pelayanan maka dapat diduga pola mobilitas masyarakat antar wilayah. Hasil analisis hirarki wilayah tahun 2003 dan 2008 menunjukkan bahwa Desa Ciasem Girang merupakan desa dengan hirarki paling tinggi. Hal tersebut menggambarkan bahwa Desa Ciasem Girang merupakan desa dengan tingkat perkembangan tertinggi. Sama halnya jika dilihat dari indeks potensi desa, Desa Ciasem Girang memiliki indeks tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan desa tersebut memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan beragam dibandingkan desa lainnya. Pada tahun 2008 terjadi penurunan hirarki wilayah Desa Cilamaya Girang dan Cilamaya Hilir menjadi hirarki III. Penurunan hirarki wilayah dapat disebabkan oleh perkembangan wilayah lainnya karena analisis dilakukan berdasarkan wilayah Kabupaten Subang. Dilihat dari IPD, nilai IPD Desa 41

57 Cilamaya Girang dan Cilamaya Hilir mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah dan variasi fasilitas di wilayah lainnya. Indeks pertanian tertinggi pada tahun 2003 ditunjukkan oleh Desa Cilamaya Hilir, sedangkan tahun 2008 ditunjukkan oleh Desa Ciasem Girang. Pada tahun 2008 nilai indeks fasilitas pertanian Desa Sukamandi Jaya, Pinang Sari, Ciasem Girang dan Mekar Sari mengalami peningkatan, sedangkan Desa Gempol Sari, Cilamaya Hilir dan Cilamaya Girang mengalami penurunan nilai indeks fasilitas pertanian. Indeks fasilitas pertanian tinggi menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki fasilitas pertanian yang lebih lengkap dan bervariasi dibandingkan dengan desa lainnya. Hasil analisis skalogram selengkapnya disajikan pada Tabel 17 dan Gambar 8. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan sarana produksi tani dapat berasal dari desa manapun tidak tergantung pada struktur hirarki maupun indeks fasilitas pertanian. Tingkat perkembangan desa dan indeks fasilitas pertanian tinggi belum tentu menyebabkan pemenuhan kebutuhan berasal dari desa sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari pemenuhan sarana produksi tani Desa Ciasem Girang. Desa ini memenuhi kebutuhan sarana produksi tani dari desa sendiri dan desa lainnya meskipun Desa Ciasem Girang merupakan desa hirarki I. Sama halnya jika dilihat dari indeks fasilitas pertanian, Desa Ciasem Girang memenuhi kebutuhan dari desa dengan indeks fasilitas pertanian yang lebih rendah. Namun hampir seluruh kebutuhan desa Ciasem Girang terpenuhi dari desa sendiri. Desa Pinang Sari memenuhi kebutuhan sarana produksi tani dari desa sendiri dan desa lain yang berada pada hirarki yang sama dan lebih tinggi. Namun jika dilihat dari indeks fasilitas pertanian, desa Pinang Sari dapat memenuhi kebutuhan dari desa lain yang memiliki indeks fasilitas pertanian yang lebih tinggi. 42

58 a). Indeks Fasilitas Sosial b). Indeks Pendidikan c). Indeks Perekonomian d). Indeks Fasilitas Pertanian e). Indeks Kesehatan f). Indeks Pemerintahan Gambar 8. Indeks Fasilitas Wilayah Penelitian 43

59 Tabel 17. Tabel Hirarki Wilayah Desa Mobilitas Usahatani No Nama Desa IPD Hirarki Wilayah Sukamandi Jaya Hirarki III Hirarki III 2 Pinang Sari Hirarki III Hirarki III 3 Ciasem Girang Hirarki I Hirarki I 4 Mekar Sari Hirarki III Hirarki III 5 Gempol Sari Hirarki III Hirarki III 6 Cilamaya Hilir Hirarki II Hirarki III 7 Cilamaya Girang Hirarki II Hirarki III Keterkaitan Tingkat Perkembangan Wilayah dengan Luas Panen dan Produktivitas Padi Wilayah dengan tingkat perkembangan tinggi memiliki jumlah dan variasi fasilitas yang banyak dan sebaliknya. Sementara, wilayah yang menjadi hinterland berfungsi memasok produksi pertanian termasuk diantaranya padi sawah. Pada penelitian ini diidentifikasi pengaruh tingkat perkembangan wilayah terhadap luas panen sawah dan produktivitas padi yang ada di wilayah tersebut. Hasil analisis korelasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Hasil analisis tahun 2003 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara luas panen dengan produksi dan produktivitas padi serta produksi dengan produktivitas padi. Besarnya tingkat produksi dan produktivitas padi suatu wilayah tergantung dengan luas panen di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis tahun 2008 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara % desa hirarki II dengan produktivitas padi dan luas panen dengan produksi padi. Tingkat produksi padi di suatu wilayah tergantung dari luas panen yang ada di wilayah tersebut. Pada penelitian ini belum dapat disimpulkan keterkaitan tingkat perkembangan wilayah dengan luas panen dan produktivitas padi karena nilai korelasi tidak konstan. 44

60 Variabel Tabel 18. Hasil Analisis Korelasi Luas Panen Produksi Produktivitas Tahun 2003 % Desa Hirarki I % Desa Hirarki II % Desa Hirarki III Luas Panen Produksi Produktivitas Tahun 2008 % Desa Hirarki I % Desa Hirarki II % Desa Hirarki III Luas Panen Produksi Produktivitas Keterangan: Nilai bertanda merah: nyata pada selang kepercayaan 95% 5.5. Luas Panen dan Produktivitas Padi di Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan Produksi pangan khususnya beras merupakan komoditas penting di Kabupaten Subang yang menempatkan kabupaten ini sebagai kabupaten penghasil beras ketiga terbesar di Jawa Barat setelah Karawang dan Indramayu. Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan merupakan wilayah administratif yang membawahi wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri. Dinamika luas panen dan produktivitas padi di Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9a menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi luas panen di Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan. Kecamatan Ciasem memiliki luas panen paling tinggi dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh hampir sebagian besar area sawah PT. Sang Hyang Seri berada di kecamatan tersebut. Perubahan luas panen di Kecamatan Ciasem sangat sedikit setiap tahunnya. Luas panen tertinggi di Kecamatan Ciasem dicapai pada tahun Luas panen di Kecamatan Blanakan sama sepanjang tahun 2000 sampai 45

61 2002 dan sepanjang tahun 2004 sampai Luas panen tertinggi di Kecamatan Blanakan dicapai pada tahun 1999 sebesar hektar, sedangkan luas panen terendah terjadi pada tahun Luas Panen di Kecamatan Patokbeusi mengalami penurunan pada tahun 2000 (10706 hektar) dan tertinggi (12922 hektar) dicapai pada tahun a b Gambar 9. a). Luas Panen, b). Produktivitas Padi 46

62 Sama halnya jika dilihat dari produktivitas padi, Gambar 9b menunjukkan adanya fluktuasi produktivitas di ketiga kecamatan tersebut. Jika dilihat secara keseluruhan diantara ketiga kecamatan tersebut tidak ada yang memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Produktivitas terendah di Kecamatan Patokbeusi terjadi pada tahun 2004 (5,336 ton per hektar), sedangkan produktivitas tertinggi dicapai pada tahun Produktivitas padi tertinggi di Kecamatan Blanakan dicapai pada tahun 1998 sebesar 7,318 ton per hektar. Pada tahun 2006 terjadi penurunan produktivitas padi yang sangat besar di Kecamatan Blanakan (4,227 ton per hektar). Kecamatan Ciasem memiliki luas panen yang lebih luas dibandingkan dengan Kecamatan Patokbeusi dan Blanakan. Namun jika dilihat dari produktivitas padi, Kecamatan Ciasem tidak memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya. Berdasarkan analisis korelasi diketahui bahwa terdapat hubungan antara luas panen dengan produksi dan produktivitas padi, namun tidak sama halnya pada kasus di Kecamatan Ciasem. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya hama yang menyerang sehingga mempengaruhi tingkat produksi dan produktivitas padi yang dihasilkan. Produktivitas padi di Kecamatan Ciasem mengalami fluktuasi sepanjang tahun 1998 sampai tahun Pada tahun 1998 sampai 2000 terjadi penurunan produktivitas padi, kemudian akan meningkat kembali sampai tahun Produktivitas terendah di Kecamatan Ciasem terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 4,397 ton per hektar sepanjang tahun 1999 sampai Produktivitas padi tertinggi di Kecamatan Ciasem tercapai pada tahun 2004 yaitu sebesar 7,411 ton per hektar. Namun terjadi penurunan produktivitas padi sepanjang tahun 2005 sampai tahun Sama halnya dengan produktivitas padi di Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan, produktivitas padi di Kabupaten Subang juga mengalami fluktuasi sepanjang tahun 1998 sampai Produktivitas padi tertinggi di Kabupaten Subang dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 6,049 ton per hektar, sedangkan produktivitas padi terendah terjadi pada tahun 2000 (5,122 ton per hektar). 47

63 Pada Gambar 10 disajikan produktivitas di 4 wilayah contoh yang terdapat di Kecamatan selama satu siklus tanam. Wilayah contoh 1 dan 2 berada di Kecamatan Ciasem, sedangkan wilayah contoh 3 dan 4 berada di Kecamatan Patokbeusi. Wilayah contoh 1 memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan dengan wilayah contoh lainnya, sedangkan wilayah contoh 3 memiliki produktivitas padi terendah dibandingkan dengan wilayah contoh lainnya. Gambar 10. Produktivitas 4 Wilayah Contoh Selama Satu Siklus Tanam tahun Nilai Indeks Vegetasi dari Satu Siklus Pertumbuhan Tanaman Padi dan Keterkaitannya dengan Produktivitas Padi Nilai Indeks Vegetasi dari Satu Siklus Pertumbuhan Tanaman Padi Pada saat ini telah berkembang pemanfaatan data citra untuk pemantauan produksi dan produktivitas padi. Hasil pemantauan tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi produktivitas padi yang akan dihasilkan pada saat panen. Pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan nilai indeks vegetasi/tingkat kehijauan tanaman (VI) hasil analisis citra. Tanaman padi sawah merupakan tanaman dengan siklus pertumbuhan yang unik. Tanaman ini hidup dengan keadaan air tergenang. Siklus pertumbuhan padi sawah terbagi 3 yaitu a). kondisi air tergenang (flooding) dan fase awal 48

64 pertumbuhan (transplanting), b). fase pertumbuhan (fase vegetatif, fase generatif, dan fase pematangan) c). kondisi bera setelah panen (Le Toan et al., 1997). Pada fase awal pertumbuhan tanaman padi (transplanting), lahan sawah selalu digenangi air. Hal tersebut menyebabkan kenampakan dominan yang tampak pada citra adalah kenampakan air (fase air). Pada fase bera lahan sawah dapat berupa lahan kering pada saat musim kemarau atau lahan basah pada musim hujan. Berbagai fase pertumbuhan padi yang dapat ditemui di wilayah studi disajikan pada Gambar 11. a). Fase Bera b). Fase Awal Pertumbuhan (Transplanting) c). Fase Vegetatif Gambar 11. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi d). Fase Generatif Nilai indeks vegetasi khusus untuk padi sawah dapat diukur setelah tanaman padi kira-kira berumur 3-4 MST. Hal ini karena sebelum umur tersebut kenampakan padi diarea sawah masih didominasi oleh kenampakan genangan air (Malingreau, 1981). Nilai indeks vegetasi rendah menunjukkan bahwa tingkat 49

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi lapangan pertanian (Hernanto, 1995). Organisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2. III. METODE PENELITAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni di lokasi pengamatan lapang yaitu di wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang berlokasi di Kecamatan

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN CIASEM, KABUPATEN SUBANG. Oleh : Febria Heidina A

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN CIASEM, KABUPATEN SUBANG. Oleh : Febria Heidina A PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN CIASEM, KABUPATEN SUBANG Oleh : Febria Heidina A14053357 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang 17 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2010 dan berakhir pada bulan Juni 2011. Wilayah penelitian berlokasi di Kabupaten Subang, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

VARIASI NILAI INDEKS VEGETASI MODIS PADA SIKLUS PERTUMBUHAN PADI

VARIASI NILAI INDEKS VEGETASI MODIS PADA SIKLUS PERTUMBUHAN PADI VARIASI NILAI INDEKS VEGETASI MODIS PADA SIKLUS PERTUMBUHAN PADI Dyah R. Panuju 1,3, Febria Heidina 1, Bambang H. Trisasongko 1,3, Boedi Tjahjono 1, A. Kasno 2, Aufa H.A. Syafril 1 1 Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian 10 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2011 dan berakhir pada bulan Oktober 2011. Penelitian ini terdiri atas pengamatan di lapang dan analisis

Lebih terperinci

EKSPLORASI ALOS PALSAR MENGGUNAKAN POLSARPRO V3.0 DENGAN AREAL KAJIAN PT. SANG HYANG SERI, SUBANG, JAWA BARAT. Oleh : DERY RIANSYAH A

EKSPLORASI ALOS PALSAR MENGGUNAKAN POLSARPRO V3.0 DENGAN AREAL KAJIAN PT. SANG HYANG SERI, SUBANG, JAWA BARAT. Oleh : DERY RIANSYAH A EKSPLORASI ALOS PALSAR MENGGUNAKAN POLSARPRO V3.0 DENGAN AREAL KAJIAN PT. SANG HYANG SERI, SUBANG, JAWA BARAT Oleh : DERY RIANSYAH A24103087 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Variasi NDVI Citra AVNIR- Citra AVNIR- yang digunakan pada penelitian ini diakuisisi pada tanggal Desember 008 dan 0 Juni 009. Pada citra AVNIR- yang diakuisisi tanggal Desember

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

DETEKSI EKOSISTEM MANGROVE DI CILACAP, JAWA TENGAH DENGAN CITRA SATELIT ALOS

DETEKSI EKOSISTEM MANGROVE DI CILACAP, JAWA TENGAH DENGAN CITRA SATELIT ALOS DETEKSI EKOSISTEM MANGROVE DI CILACAP, JAWA TENGAH DENGAN CITRA SATELIT ALOS Oleh : Tresna Sukmawati Suhartini C64104020 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEM ( Digital Elevation Model

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEM ( Digital Elevation Model 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEM (Digital Elevation Model) Digital Elevation Model (DEM) merupakan bentuk 3 dimensi dari permukaan bumi yang memberikan data berbagai morfologi permukaan bumi, seperti kemiringan

Lebih terperinci

ANALISIS CITRA ALOS AVNIR-2 UNTUK PEMANTAUAN LAHAN SAWAH PT. SANG HYANG SERI, KABUPATEN SUBANG AUFA HILLIYUN AIDHA SYAFRIL A

ANALISIS CITRA ALOS AVNIR-2 UNTUK PEMANTAUAN LAHAN SAWAH PT. SANG HYANG SERI, KABUPATEN SUBANG AUFA HILLIYUN AIDHA SYAFRIL A ANALISIS CITRA ALOS AVNIR-2 UNTUK PEMANTAUAN LAHAN SAWAH PT. SANG HYANG SERI, KABUPATEN SUBANG AUFA HILLIYUN AIDHA SYAFRIL A14053633 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN KELEMBAGAAN LAHAN DI DUKUH SRIBIT LOR DESA SRIBIT KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN Skripsi Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet ESTIMASI PRODUKTIVITAS PADI MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil sensus jumlah penduduk di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 1.904.569 km 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk, dari tahun 2010 jumlah penduduknya

Lebih terperinci

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD SENSOR DAN PLATFORM Kuliah ketiga ICD SENSOR Sensor adalah : alat perekam obyek bumi. Dipasang pada wahana (platform) Bertugas untuk merekam radiasi elektromagnetik yang merupakan hasil interaksi antara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o

Lebih terperinci

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan) Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan) Ardiawan Jati, Hepi Hapsari H, Udiana Wahyu D Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo) xviii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo) Evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia, dengan kondisi iklim basa yang peluang tutupan awannya sepanjang tahun cukup tinggi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ESTIMASI PRODUKTIVITAS PADI MENGGUNAKAN TEKNIKPENGINDERAAN JAUH DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA PANGAN Ahmad Yazidun

Lebih terperinci

Perbandingan beberapa Algoritma Suhu Permukaan Tanah dengan Indeks Vegetasi menggunakan Terra MODIS di Jawa

Perbandingan beberapa Algoritma Suhu Permukaan Tanah dengan Indeks Vegetasi menggunakan Terra MODIS di Jawa Perbandingan beberapa Suhu Permukaan Tanah dengan Indeks Vegetasi menggunakan Terra MODIS di Jawa Oktavianto Gustin, M.T ) ) Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 2946, email: oktavianto@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh : Hernandi Kustandyo (3508100001) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Ekosistem mangrove adalah salah satu obyek yang bisa diidentifikasi

Lebih terperinci

G ~ QJ\Y~~\-rJl<~\ Vol. 15 No.2, Desember 2009

G ~ QJ\Y~~\-rJl<~\ Vol. 15 No.2, Desember 2009 ISSN: 0854-2759 Jurr1CJJ JJrrdCJ(-l G ~ QJ\Y~~\-rJl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teh merupakan salah satu komoditi subsektor perkebunan yang memiliki berbagai peranan dan manfaat. Teh dikenal memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS. Oleh ZURIANI

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS. Oleh ZURIANI ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS Oleh ZURIANI 107039001 PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Judul : Analisis Produksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penginderaan Jauh, Citra Landsat 8, Indeks Vegetasi (NDVI, MSAVI2 dan WDRVI) vii

ABSTRAK. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penginderaan Jauh, Citra Landsat 8, Indeks Vegetasi (NDVI, MSAVI2 dan WDRVI) vii ABSTRAK Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan berbagai jenis Vegetasi lainnya. Keanekaragaman suatu Vegetasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta memberikan beberapa rekomendasi baik rekomendasi secara

Lebih terperinci

ANALISIS LUAS LAHAN SAWAH BERBASIS CITRA MODIS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN WILONA OCTORA

ANALISIS LUAS LAHAN SAWAH BERBASIS CITRA MODIS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN WILONA OCTORA ANALISIS LUAS LAHAN SAWAH BERBASIS CITRA MODIS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2002-2012 WILONA OCTORA DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN Rahayu *), Danang Surya Candra **) *) Universitas Jendral Soedirman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. Pada tanggal 18 Desember 1999, NASA (National Aeronautica and Space Administration) meluncurkan Earth Observing System (EOS) Terra satellite untuk mengamati,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia

Lebih terperinci

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA Atriyon Julzarika Alumni Teknik Geodesi dan Geomatika, FT-Universitas Gadjah Mada, Angkatan 2003 Lembaga Penerbangan

Lebih terperinci

SKRIPSI PENILAIAN KUALITAS TANAH SAWAH BERBASIS PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN DEMAK. Oleh : Nadhifah H

SKRIPSI PENILAIAN KUALITAS TANAH SAWAH BERBASIS PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN DEMAK. Oleh : Nadhifah H SKRIPSI PENILAIAN KUALITAS TANAH SAWAH BERBASIS PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN DEMAK Oleh : Nadhifah H0712132 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 PENILAIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ALOS PRISM Pemetaan baku sawah pada penelitian ini menggunakan citra ALOS PRISM dan citra radar ALOS PALSAR pada daerah kajian Kabupaten Subang bagian Barat. ALOS PRISM adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI. Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI. Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI DI INDONESIA SKRIPSI Oleh Fitria Ika Puspita Sari NIM. 051510201086 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2010 ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan April 2011 dengan daerah penelitian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN digilib.uns.ac.id ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas kawasan hutan Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan kawasan hutan dan perairan provinsi adalah 133.300.543,98 ha (Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu

Lebih terperinci

Pemantauan Pertumbuhan Tanaman Padi dengan SPOT Vegetation

Pemantauan Pertumbuhan Tanaman Padi dengan SPOT Vegetation Pemantauan Pertumbuhan Tanaman Padi dengan SPOT Vegetation Marina C.G. Frederik 1, Retno A. Ambarini 1, Fanny Meliani 1,Yoke F.A. Oktofan 1 1 Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA), BPPT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Citra ALOS PRISM dan Seri Citra ALOS PALSAR 4.1.1 Pengolahan Citra ALOS PRISM Citra ALOS PRISM (Panchromatik Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping) dirancang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1 KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1 1. Pendahuluan Penginderaan jarak jauh merupakan salah satu teknologi penunjang pengelolaan sumber daya alam yang paling banyak digunakan saat ini. Teknologi

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sawah merupakan media atau sarana untuk memproduksi padi. Sawah yang subur akan menghasilkan padi yang baik. Indonesia termasuk Negara agraris yang sebagian wilayahnya

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA

MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA MODEL PENDUGA BIOMASSA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HARLYN HARLINDA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan penggunaan lahan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan penggunaan lahan dalam sektor permukiman dan industri mengakibatkan

Lebih terperinci

Perbandingan Pengaruh Koreksi Radiometrik Citra Landsat 8 Terhadap Indeks Vegetasi Pada Tanaman Padi

Perbandingan Pengaruh Koreksi Radiometrik Citra Landsat 8 Terhadap Indeks Vegetasi Pada Tanaman Padi Perbandingan Pengaruh Koreksi Radiometrik Citra Landsat 8 Terhadap Indeks Vegetasi Pada Tanaman Padi Vivi Diannita Sari, Muhammad Taufik, Lalu Muhamad Jaelani Program Magister Teknik Geomatika FTSP ITS,

Lebih terperinci

KAJIAN KORELASI ANTARA KELEMBABAN TANAH DENGAN TATA GUNA LAHAN BERBASIS CITRA SATELIT. (Studi Kasus Daerah Bandung dan Sekitarnya) IRLAND FARDANI

KAJIAN KORELASI ANTARA KELEMBABAN TANAH DENGAN TATA GUNA LAHAN BERBASIS CITRA SATELIT. (Studi Kasus Daerah Bandung dan Sekitarnya) IRLAND FARDANI KAJIAN KORELASI ANTARA KELEMBABAN TANAH DENGAN TATA GUNA LAHAN BERBASIS CITRA SATELIT (Studi Kasus Daerah Bandung dan Sekitarnya) TUGAS AKHIR Disusun untuk Memenuhi Syarat Kurikuler Program Sarjana di

Lebih terperinci

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS Firman Ramansyah C64104010 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI JAKARTA SELATAN. Oleh : WIDYA AURELIA A

ANALISIS PERUBAHAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI JAKARTA SELATAN. Oleh : WIDYA AURELIA A ANALISIS PERUBAHAN LUAS RUANG TERBUKA HIJAU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI JAKARTA SELATAN Oleh : WIDYA AURELIA A14050615 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Analisis Band Optimal Enhanced Vegetation Index (EVI) Pada Citra Hiperspektral Untuk Mengestimasi Fase Tumbuh dan Produktifitas Padi

Analisis Band Optimal Enhanced Vegetation Index (EVI) Pada Citra Hiperspektral Untuk Mengestimasi Fase Tumbuh dan Produktifitas Padi Analisis Band Optimal Enhanced Vegetation Index (EVI) Pada Citra Hiperspektral Untuk Mengestimasi Tumbuh dan Produktifitas Padi Achmad Rival Setyawan 1), Bangun Mulyo Sukojo 1), Arief Darmawan 2) 1) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 sebanyak 237.641.326 juta jiwa, hal ini juga menempatkan Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KABUPATEN BOJONEGORO DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DIAJUKAN

Lebih terperinci

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur) Agneszia Anggi Ashazy dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo) Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo) Nurul Aini Dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN Rahayu *), Danang Surya Candra **) *) Universitas Jendral Soedirman

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM BAB II DASAR TEORI 2.1 DEM (Digital elevation Model) 2.1.1 Definisi DEM Digital Elevation Model (DEM) merupakan bentuk penyajian ketinggian permukaan bumi secara digital. Dilihat dari distribusi titik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. . iii PRAKATA DAFTAR ISI. . vii DAFTAR TABEL. xii DAFTAR GAMBAR. xvii DAFTAR LAMPIRAN. xxii DAFTAR SINGKATAN.

DAFTAR ISI. . iii PRAKATA DAFTAR ISI. . vii DAFTAR TABEL. xii DAFTAR GAMBAR. xvii DAFTAR LAMPIRAN. xxii DAFTAR SINGKATAN. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PENGESAHAN DISERTASI. ii PERNYATAAN. iii PRAKATA. iv DAFTAR ISI. vii DAFTAR TABEL. xii DAFTAR GAMBAR. xvii DAFTAR LAMPIRAN. xxii DAFTAR SINGKATAN. xxiii INTISARI. xxiv

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia berada di daerah tropis mengakibatkan hampir sepanjang tahun selalu diliputi awan. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan citra optik untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Jawa Barat) RANI YUDARWATI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Di zaman modern seperti sekarang ini, semakin sering. DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari AKTUALITA

Di zaman modern seperti sekarang ini, semakin sering. DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari AKTUALITA AKTUALITA DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari Anneke KS Manoppo dan Yenni Marini Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh e-mail: anneke_manoppo@yahoo.co.id Potret kenampakan bumi di malam hari (Sumber: NASA)

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E14101043 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN LUKMANUL HAKIM.

Lebih terperinci

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Deli Serdang) Faoeza Hafiz Saragih* Khairul Saleh Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI MENANAM BAWANG MERAH DI DESA CINTA DAME KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR TESIS.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI MENANAM BAWANG MERAH DI DESA CINTA DAME KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR TESIS. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI MENANAM BAWANG MERAH DI DESA CINTA DAME KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR TESIS Oleh AFLAHUN FADHLY SIREGAR 157039005/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

Lebih terperinci

G ~ QJ\Y~~\-rJl<~\ Vol. 15 No.2, Desember 2009

G ~ QJ\Y~~\-rJl<~\ Vol. 15 No.2, Desember 2009 ISSN: 0854-2759 Jurr1CJJ JJrrdCJ(-l G ~ QJ\Y~~\-rJl

Lebih terperinci

PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA Inggriyana Risa Damayanti 1, Nirmalasari Idha Wijaya 2, Ety Patwati 3 1 Mahasiswa Jurusan Oseanografi, Universitas Hang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandungan air kanopi (Canopy Water Content) sangat erat kaitannya dalam kajian untuk mengetahui kondisi vegetasi maupun kondisi ekosistem terestrial pada umumnya. Pada

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH:

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH: RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH: BERLIAN LIMBONG 070307037 BDP PEMULIAAN TANAMAN Hasil Penelitian Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG KURNIAWAN RIAU PRATOMO A14053169 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN SKRIPSI Oleh : WARREN CHRISTHOPER MELIALA 121201031 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan masyarakat Indonesia. Peningkatan produksi tanaman pangan perlu dilakukan untuk mencapai

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PEMETAAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN DAN HUBUNGANNYA TERHADAP PENUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT LANDSAT TM 5 (Studi Kasus: Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh : EDEN DESMOND

Lebih terperinci

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar RUNIA CHRISTINA GULTOM INDAYATI LANYA*) I WAYAN NUARSA Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI Oleh : Ardiansyah Putra 101201018 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAERAH PINGGIRAN DKI JAKARTA (Studi Kasus Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur) Oleh: Okta Marliza A

DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAERAH PINGGIRAN DKI JAKARTA (Studi Kasus Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur) Oleh: Okta Marliza A DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAERAH PINGGIRAN DKI JAKARTA (Studi Kasus Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur) Oleh: Okta Marliza A24104069 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI POLA TANAM SATU TAHUN PADA SISTEM IRIGASI TEKNIS DI DESA GUDO KECAMATAN GUDO KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS USAHATANI POLA TANAM SATU TAHUN PADA SISTEM IRIGASI TEKNIS DI DESA GUDO KECAMATAN GUDO KABUPATEN JOMBANG ANALISIS USAHATANI POLA TANAM SATU TAHUN PADA SISTEM IRIGASI TEKNIS DI DESA GUDO KECAMATAN GUDO KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI Oleh: Siswo Agus Widodo NIM. 051510201124 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH

PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321 PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH Any Zubaidah, Dede Dirgahayu, Junita Monika Pasaribu Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana-LAPAN E-mail: baidah_any@yahoo.com

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 17 Lampiran 2. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 2006 18 Lampiran 3. Peta sebaran suhu permukaan Kodya Bogor tahun

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 3.1 Data BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Citra Landsat-5 TM, path 122 row 065, wilayah Jawa Barat yang direkam pada 2 Juli 2005 (sumber: LAPAN). Band yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6.

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6. ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI NENENG LASMANAWATI PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN PRINGSEWU

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN PRINGSEWU ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN PRINGSEWU Zahara, Rahadian Mawardi dan Arfi Irawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung

Lebih terperinci

PEMODELAN DINAMIS PRODUKSI PADI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE KOYCK DAN ALMON

PEMODELAN DINAMIS PRODUKSI PADI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE KOYCK DAN ALMON PEMODELAN DINAMIS PRODUKSI PADI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE KOYCK DAN ALMON SKRIPSI Disusun Oleh : FIRDHA RAHMATIKA PRATAMI 24010211130046 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA 1 ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : EDRA SEPTIAN S 121201046 MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumberdaya alam ialah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya. Hutan termasuk kedalam sumber daya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemantauan Padi dengan SAR Polarisasi Tunggal Pada awal perkembangannya, sensor SAR hanya menyediakan satu pilihan polarisasi saja. Masalah daya di satelit, kapasitas pengiriman

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Sumber Energi Resolusi (Spasial, Spektral, Radiometrik, Temporal) Wahana Metode (visual, digital, otomatisasi) Penginderaan jauh adalah ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMILIHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN

TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMILIHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN J. Tanah Lingk., 14 (2) Oktober 2012: 56-65 ISSN 1410-7333 TEKNIK PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMILIHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN Selection For Sustainable Rice Field Agricultural Land Using

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MODEL PENDUGAAN DAN PEMETAAN BIOMASSA PERMUKAAN PADA TEGAKAN JATI

PENYUSUNAN MODEL PENDUGAAN DAN PEMETAAN BIOMASSA PERMUKAAN PADA TEGAKAN JATI PENYUSUNAN MODEL PENDUGAAN DAN PEMETAAN BIOMASSA PERMUKAAN PADA TEGAKAN JATI (Tectona grandis Linn.F) MENGGUNAKAN CITRA ALOS PALSAR RESOLUSI 50 M DAN 12,5 M (Studi Kasus : KPH Kebonharjo Perhutani Unit

Lebih terperinci

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission A. Satelit Landsat 8 Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Landsat 8 merupakan kelanjutan dari misi Landsat yang untuk pertama kali menjadi

Lebih terperinci