BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Susanti Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teh merupakan salah satu komoditi subsektor perkebunan yang memiliki berbagai peranan dan manfaat. Teh dikenal memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) yang sangat tinggi pada daun teh segar hingga 31% dari seluruh berat kering daun (Towaha, 2013). Teh secara umum bermanfaat untuk menurunkan tingkat depresi dan mengobati osteoporosis. Teh dengan jenis tertentu seperti teh hijau bermanfaat untuk menurunkan kolesterol tinggi dan risiko penyakit jantung, melawan sel kanker, mencegah diabetes, menurunkan berat badan, menstabilkan tekanan darah, melindungi hati, dan lain lain (Judarwanto, 2016). Selain itu teh juga memiliki peluang ekspor yang tinggi sebagai penghasil devisa non migas bagi negara. Indonesia merupakan produsen teh terbesar ketujuh di dunia dimana produsen teh terbesar dunia adalah Cina kemudian India (Indonesia-investment, 2015). Ekspor teh Indonesia secara umum berupa teh hijau (green tea) dan teh hitam (black tea). Menurut Badan Pusat Statistik (2014) pasar teh Indonesia di mancanegara pada tahun 2014 tercatat mencapai 78 negara dengan lima negara pengimpor teh Indonesia terbesar berturut-turut adalah Malaysia, Russia Federation, Pakistan, United Stated, dan Germany. Akan tetapi, perkembangan ekspor teh Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2010 hingga Pada tahun 2010 total penurunan volume ekspor sebesar 5,64% atau total volume ton dengan nilai US$ 178,5 juta, sedangkan pada tahun 2014 total ekspor teh Indonesia mengalami penurunan kembali sebesar 6,69% dari tahun 2013 atau total volume ekspor 66,399 ton dengan nilai US$ 134,6 juta (Badan Statistik Indonesia, 2014). Penurunan nilai ekspor teh di Indonesia masih berlangsung hingga tahun 2016 dimana pada periode Januari-September 2016 kinerja ekspor teh senilai US$ 86,32 juta (Tempo, 2016). Penurunan nilai ekspor teh tersebut seiring dengan penurunan luas areal perkebunan teh sehingga mengakibatkan penurunan produksi teh di Indonesia. Penurunan luas areal perkebunan teh di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2014) yang tercantum pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa luas areal perkebunan teh di Indonesia senantiasa mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2010 hingga Pada tahun 2010 jumlah luas areal perkebunan teh di Indonesia sebesar Ha dan pada 1
2 tahun 2015 diperkirakan mengalami penurunan jumlah areal perkebunan teh sebesar Ha sehingga luas areal perkebunan teh pada tahun tersebut sekitar Ha. Penurunan luas areal perkebunan teh ini diiringi oleh penurunan jumlah produksi teh dimana pada tahun 2010 jumlah produksi teh di Indonesia sebesar ton dan mengalami penurunan jumlah produksi sebesar ton hingga tahun Dengan demikian jumlah produksi teh pada tahun 2015 sekitar ton. Namun besar luas areal perkebunan teh dan jumlah produksi teh dari Direktorat Jendral Perkebunan (2014) memiliki selisih yang cukup besar dengan hasil perhitungan dari Badan Pusat Statistik (2014). Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa data dari Badan Pusat Statistik (2014), pada tahun 2010 jumlah produksi teh Indonesia sebesar ton dan tahun 2015 diperkirakan jumlah produksi teh Indonesia sekitar Nilai tersebut memiliki selisih produksi teh sebesar ton pada tahun 2010 dan 604 ton pada tahun 2015 (Dirjen Perkebunan, 2014; BPS, 2014). Ketidaksinkronan data yang cukup besar hingga mencapai lebih dari ton pada tahun 2010 dapat menyebabkan kebijakan semu oleh pemerintah. Oleh karena itu diperlukan upaya perbaikan sistem perhitungan hasil produksi sehingga dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya di lapangan. Tabel 1. 1 Luas Areal dan Produksi TEH Menurut Status Pengusahaan Tahun * Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Tahun PR/ PBN/ PBS/ Jumlah PR/ PBN/ PBS/ Jumlah * * Angka Prediksi Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2014 Hlm: 3 Tabel 1. 2 Luas Areal dan Pengembangan Produksi Perkebunan Teh Indonesia menurut Status Pengusahaan Tahun * Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Tahun PR/ PBN/ PBS/ Jumlah PR/ PBN/ PBS/ Jumlah * * Angka Prediksi Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 Hlm: 3 2
3 Keterangan: - PR : Perkebunan Rakyat - PBN : Perkebunan Besar Negara - PBS : Perkebunan Besar Swasta Badan Pusat Statistik dan Departemen Pertanian Republik Indonesia berupaya memperbaiki sistem perhitungan produksi tanaman pertanian nasional melalui pendekatan teknologi modern untuk meminimalisir kesalahan estimasi produksi tanaman pertanian pada masa mendatang (Murti, 2014). Menurut Prabowo (2006, dalam Murti, 2014) BPS bersama dengan Departemen Pertanian dan Kantor Menko Perekonomian akan menggunakan teknologi penginderaan jauh melalui data dari citra satelit sebagai alternatif dalam perhitungan produksi tanaman pertanian nasional. Penginderaan jauh merupakan alat bantu dalam memecahkan suatu masalah dan kerangka kerja dalam menyelesaikan berbagai macam masalah yang terkait dengan ruang (lokasi, area), lingkungan (ekologis), dan kewilayahan (regional). Penginderaan Jauh memiliki beberapa keunggulan seperti data yang diperoleh tanpa harus melakukan kontak langsung dengan objek kajian, mampu mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi dengan lebih cepat dan murah, serta dapat digunakan untuk memperbarui database dalam berbagai bidang (Fauziana, 2016). Menurut Danoedoro (2012) pada awal perkembangannya penginderaan jauh berasosiasi dengan kegiatan kemiliteran seperti membedakan kenampakan kamuflase objek militer dari objek alami (pepohonan) menggunakan kamera dengan film yang peka sinar inframerah dekat. Penggunaan teknologi inframerah dekat ini kemudian dimanfaatkan dalam bidang pertanian khususnya dalam hal perkiraan kerapatan vegetasi, biomassa, dan aktivitas fotosintesis. Aplikasi penginderaan jauh untuk estimasi produksi khususnya dalam kajian pertanian maupun subsektor perkebunan sebagai salah satu sumber data perhitungan estimasi produksi sudah banyak dilakukan. Adapun data penginderaan jauh yang umumnya digunakan adalah citra Landsat 7 ETM+, ALOS AVNIR, dan ASTER VNIR untuk kajian padi dan tembakau (Murti, 2014); citra Landsat 8 ETM+ untuk kajian jati (Prana, 2014); citra SPOT 7 dan ALOS AVNIR-2 untuk kajian teh (Fauziana, 2016 dan Hardjo, 2014) dan lain sebagainya. Setiap citra memiliki karakteristik yang berbeda- 3
4 beda sehingga memberikan hasil pemodelan dan analisis yang berbeda pula untuk setiap jenis citra. Karakteristik citra satelit terkait dengan resolusinya baik resolusi spektral, spasial, temporal, maupun radiometrik. Dalam kajian ini citra yang digunakan adalah citra Landsat 8 OLI, Sentinel-2B, dan SPOT-7. Resolusi spektral citra Landsat 8 OLI terdiri atas 6 band VNIR dan 3 band SWIR; citra Sentinel-2B terdiri atas 4 band VIR, 6 band SWIR, dan 3 band TIR; serta citra SPOT-7 terdiri atas 5 band VIR. Resolusi spasial untuk band VIR citra Landsat 8 OLI 30 meter, citra Sentinel-2B 10 meter, dan citra SPOT-7 sebesar 6 meter. Resolusi temporal citra Landsat 8 OLI selama 6 hari, citra Sentinel-2B selama 5 hari, dan citra SPOT-7 sebesar 3 hari. Resolusi radiometrik Landsat 8 OLI sebesar 8 bit, sedangkan citra Sentinel-2B dan SPOT-7 sebesar 12 bit. Diantara resolusi tersebut, perbedaan paling menonjol pada resolusi spasial masing-masing citra dimana resolusi spasial terendah adalah citra Landsat 8 OLI dan resolusi spasial tertinggi adalah SPOT-7. Perbedaan resolusi spasial ini tentu saja berdampak pada hasil perhitungan estimasi produksi. Resolusi spasial menengah memiliki piksel campuran yang lebih banyak dibandingkan dengan resolusi spasial tinggi dimana setiap piksel dapat terdiri atas pantulan beberapa objek. Akan tetapi resolusi spasial tinggi juga belum tentu memiliki hasil estimasi produksi yang lebih akurat, hal ini terkait dengan ukuran pohon yang dapat lebih besar dari ukuran piksel sehingga mengakibatkan kesalahan estimasi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian estimasi produksi untuk beberapa resolusi spasial sehingga dapat diketahui citra dengan resolusi spasial yang memiliki tingkat akurasi terbaik untuk kajian estimasi produksi khususnya tanaman teh. Perhitungan estimasi produksi teh dilakukan dengan beberapa pendekatan. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan adalah kerapatan vegetasi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semakin rapat tajuk tanaman teh mengindikasikan semakin banyak pucuk teh yang terbentuk sehingga produksi teh pun semakin besar. Kerapatan tajuk tanaman teh dapat diperoleh dari citra penginderaan jauh melalui proses transformasi vegetasi. Adapun jenis transformasi yang digunakan dalam hal ini adalah Soil-adjusted Vegetation Index (SAVI) yang memanfaatkan citra dengan band merah dan band inframerah. Nilai kerapatan tajuk dan nilai produksi tanaman teh pada citra penginderaan jauh dapat dilihat melalui nilai piksel citra satelit yang digunakan. Setiap citra memiliki karkateristik yang berbeda sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan bentuk hubungan antara nilai piksel citra satelit terhadap nilai kerapatan dan produksi pucuk 4
5 teh. Bentuk hubungan antara nilai piksel citra satelit terhadap nilai kerapatan dan produksi pucuk teh dapat diketahui melalui analisis statistik berupa analisis korelasi. Selain itu, melalui analisis korelasi juga dapat diketahui kekuatan hubungan antara nilai piksel citra satelit terhadap nilai kerapatan dan produksi pucuk teh (Sarwono, 2013). Kabupaten Batang merupakan salah satu daerah penghasil teh di Jawa Tengah. Kabupaten Batang memiliki perkebunan teh dengan luas area terbesar di Provinsi Jawa Tengah yang dikelola oleh salah satu perusahaan swasta yaitu Perkebunan Teh PT Pagilaran. Adapun luas area perkebunan teh tersebut sebesar ha (Direktorat Jendral Perkebunan, 2014). Perkebunan teh tersebut terdapat pada ketinggian mdpl. Area perkebunan teh tersebut cukup luas untuk dilakukan penelitian ini dimana data yang digunakan memiliki resolusi spasial yang bervariasi sehingga membutuhkan lokasi yang cocok untuk seluruh ukuran spasial data Rumusan Masalah Citra penginderaan jauh memiliki keunggulan dalam hal biaya, waktu, dan tenaga sehingga banyak digunakan dalam berbagai macam bidang kajian salah satunya dalam bidang pertanian. Pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia sehingga data pertanian menjadi suatu hal yang krusial. Hal ini disebabkan data pertanian merupakan salah satu dasar pengambilan kebijakan oleh pemerintah. Pemanfaatan citra penginderaan jauh dalam bidang pertanian dapat berupa perhitungan luas areal maupun pemetaan spasial areal pertanian. Selain itu, citra penginderaan jauh juga berpotensi untuk perhitungan estimasi produksi yang dalam hal ini berupa komoditas pertanian subsektor perkebunan (teh) (Rajapakse, 2000; Fauziana, 2016). Perhitungan estimasi produksi pucuk teh dengan citra penginderaan jauh pada umumnya menggunakan pendekatan semi-empiris yaitu dengan menghubungkan nilai piksel citra yang digunakan dengan nilai hasil survei lapangan. Namun setiap citra memungkinkan memiliki bentuk hubungan antara nilai piksel dan nilai lapangan yang berbeda karena karakteristik citra yang berbeda. Oleh karena itu, dibutuhkan kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui bentuk hubungan antara nilai piksel citra penginderaan jauh terhadap nilai kerapatan dan produksi pucuk teh di lapangan. 5
6 Citra penginderaan jauh terus mengalami pembaruan dari waktu ke waktu mengakibatkan bervariasinya jenis citra yang ada dimana setiap satelit membawa sensor yang berbeda-beda dengan resolusi yang berbeda-beda pula khususnya resolusi spasial. Pemahaman karakteristik citra sangat dibutuhkan dalam pemilihan jenis citra yang akan digunakan khususnya dalam perhitungan estimasi produksi pucuk teh. Karakteristik citra sangat terkait dengan resolusi dimana setiap citra memiliki nilai resolusi yang berbeda-beda baik resolusi spasial, spektral, temporal, dan radiometrik. Salah satu resolusi yang harus diperhatikan dalam pemilihan citra penginderaan jauh adalah resolusi spasial. Menurut Kamal, dkk (2015) ukuran piksel dapat mempengaruhi akurasi hasil estimasi menggunakan citra penginderaan jauh. Dengan demikian dapat diketahui bahwa resolusi spasial memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kebenaran atau akurasi estimasi khususnya produksi pucuk teh. Hal ini dikarenakan rerata diameter kanopi berpengaruh terhadap pemilihan ukuran piksel citra yang akan digunakan. Ukuran piksel yang terlalu besar akan menyebabkan kanopi teragregasi ke satu nilai piksel, sedangkan ukuran piksel yang terlalu kecil menyebabkan bervariasinya nilai piksel internal pada satu luasan kanopi pohon terlalu besar. Kedua kondisi tersebut memberikan hasil estimasi yang kurang tepat dengan tingkat akurasi yang cenderung rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai cara suatu citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang berbeda dapat memecahkan suatu masalah yang dalam hal ini adalah perhitungan estimasi produksi pucuk teh dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. Berdasarkan uraian di atas, maka didapatkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk hubungan antara nilai piksel Landsat 8 OLI, Sentinel-2B, dan SPOT-7 terhadap nilai kerapatan dan produksi teh di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah? 2. Bagaimana citra Landsat 8 OLI, Sentinel-2B, dan SPOT-7 dapat digunakan untuk pemodelan estimasi produksi teh di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah? 3. Apa pengaruh resolusi spasial citra Landsat 8 OLI, Sentinel-2B, dan SPOT-7 terhadap tingkat akurasi hasil estimasi produksi tanaman teh di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah? 6
7 1.3. Tujuan 1. Mengetahui bentuk hubungan antara nilai piksel Landsat 8 OLI, Sentinel-2B, dan SPOT-7 terhadap nilai kerapatan dan produksi teh di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah. 2. Pemodelan estimasi produksi teh menggunakan citra Landsat 8 OLI, Sentinel- 2B, dan SPOT-7 di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah. 3. Mengetahui pengaruh resolusi spasial citra Landsat 8 OLI, Sentinel-2B, dan SPOT-7 terhadap tingkat akurasi estimasi produksi tanaman teh di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui bentuk hubungan antara nilai piksel citra penginderaan jauh dengan nilai kerapatan serta produksi teh di lapangan dan mengetahui pengaruh resolusi spasial citra penginderaan jauh terhadap tingkat akurasi hasil estimasi produksi tanaham teh di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan dalam mengevaluasi, menganalisis perkembangan produksi teh, dan merumuskan kebijakan pengelolaan tanaman teh di perkebunan Teh PT Pagilaran Kabupaten Batang, Jawa Tengah sehingga produktifitas teh dapat terus meningkat sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memenuhi kebutuhan teh di dalam maupun luar negeri. 7
DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.
DAFTAR ISI Halaman Judul... No Hal. Intisari... i ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 sebanyak 237.641.326 juta jiwa, hal ini juga menempatkan Negara Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditas unggulan Negara Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jendral Perkebunan (2014), perkebunan teh di Indonesia mencapai 121.034 Ha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk yang bermata pencaharian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Tanaman kelapa sawit awalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumberdaya alam ialah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya. Hutan termasuk kedalam sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman komersial di daerah tropis yang terdapat di Pantai Barat Afrika, wilayah tropis Amerika Latin, Pasifik Selatan, dan Asia Tenggara serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya alam yang bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat. Alih fungsi lahan pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit menjadi komoditas penting dikarenakan mampu memiliki rendemen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga akhir tahun 2000 yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandungan air kanopi (Canopy Water Content) sangat erat kaitannya dalam kajian untuk mengetahui kondisi vegetasi maupun kondisi ekosistem terestrial pada umumnya. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ancaman perubahan iklim sangat menjadi perhatian masyarakat dibelahan dunia manapun. Ancaman dan isu-isu yang terkait mengenai perubahan iklim terimplikasi dalam Protokol
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciGambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting sebagai penyedia
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pada saat ini teknologi penginderaan jauh (PJ) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin beragamnya jenis wahana, sensor dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan organik merupakan komponen tanah yang terbentuk dari jasad hidup (flora dan fauna) di tanah, perakaran tanaman hidup maupun mati yang sebagian terdekomposisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika kebumian memang menarik untuk dipelajari, dikenali dan dikaji. Kajian yang sering dilakukan terutama oleh bidang ilmu kebumian antara lain kajian tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
Lebih terperinciix
DAFTAR ISI viii ix x DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Emisivitas dari permukaan benda yang berbeda pada panjang gelombang 8 14 μm. 12 Tabel 1.2. Kesalahan suhu yang disebabkan oleh emisivitas objek pada suhu 288
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu penginderaan jauh berkembang sangat pesat dari masa ke masa. Teknologi sistem sensor satelit dan berbagai algoritma pemrosesan sinyal digital memudahkan pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dengan definisi hutan adalah suatu ekosistem hamparan lahan berisi sumber daya
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi di dunia. Menurut salah satu lembaga riset (AC Nielsen) tahun 2005
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh (Camellia sinensis) menghasilkan minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Menurut salah satu lembaga riset (AC Nielsen) tahun 2005 menyatakan tahun 1999
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRACT... xiii
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan penggunaan lahan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan penggunaan lahan dalam sektor permukiman dan industri mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat di negara lain. Indonesia termasuk salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) dengan teknik back filling. Sistem ini merupakan metode konvensional
Lebih terperinciSENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD
SENSOR DAN PLATFORM Kuliah ketiga ICD SENSOR Sensor adalah : alat perekam obyek bumi. Dipasang pada wahana (platform) Bertugas untuk merekam radiasi elektromagnetik yang merupakan hasil interaksi antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi primadona untuk membangun perekonomian negara. Kinerja ekspor komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik
Lebih terperinciIndeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada
Lebih terperinciPEMANFAATAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK ESTIMASI STOK KARBON HUTAN MANGROVE DI KAWASAN SEGARA ANAKAN CILACAP JAWA TENGAH
PEMANFAATAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK ESTIMASI STOK KARBON HUTAN MANGROVE DI KAWASAN SEGARA ANAKAN CILACAP JAWA TENGAH Hernandea Frieda Forestriko hernanda@gmail.com Hartono hartono_ge@ugm.ac.id ABSTRACT This
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perubahan suatu kawasan. Perubahan lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.
54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Teknologi merupakan era dimana informasi serta data dapat didapatkan dan ditransfer secara lebih efektif. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil sensus jumlah penduduk di Indonesia, dengan luas wilayah kurang lebih 1.904.569 km 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk, dari tahun 2010 jumlah penduduknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciGambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinci3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei
3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei sampai September 2010. Lokasi penelitian di sekitar Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu,
Lebih terperinci5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik
5. PEMBAHASAN Penginderaan jauh mempunyai peran penting dalam inventarisasi sumberdaya alam. Berbagai kekurangan dan kelebihan yang dimiliki penginderaan jauh mampu memberikan informasi yang cepat khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan materi yang terdiri dari agregat (butiran) padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain serta dari bahan bahan organik yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki iklim tropis, serta tidak lepas dari pengaruh angin muson barat maupun angin muson timur. Dalam kondisi normal, angin muson barat
Lebih terperinciAPLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK ESTIMASI PRODUKSI TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis) DI KOTA SALATIGA, JAWA TENGAH
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK ESTIMASI PRODUKSI TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis) DI KOTA SALATIGA, JAWA TENGAH Wenang Anurogo wenanganurogo@gmail.com Sigit Heru Murti BS sigit.heru.murti@ugm.ac.id
Lebih terperinciPemanfaatan Citra Sentinel-2A untuk Estimasi Produksi Pucuk Teh di Sebagian Kabupaten Karanganyar. Intansania Nurmalasari
Pemanfaatan Citra Sentinel-2A untuk Estimasi Produksi Pucuk Teh di Sebagian Kabupaten Karanganyar Intansania Nurmalasari intansania14@gmail.com Sigit Heru Murti Budi Santosa sigit@geo.ugm.ac.id Abstract
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN
BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi
Lebih terperinciPEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy
PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO Risma Fadhilla Arsy Abstrak : Penelitian di Daerah Aliran Sungai Oyo ini bertujuan mengesktrak parameter
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan teknologi tertentu di bidang komunikasi dan informasi telah mengakibatkan menyatunya pasar
Lebih terperinciNilai Io diasumsikan sebagai nilai R s
11 Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s, dan nilai I diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai radiasi yang transmisikan oleh kanopi tumbuhan, sedangkan nilai koefisien pemadaman berkisar antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan posisi geografis diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian khususnya di sektor perkebunan. Sektor perkebunan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciGeo Image 6 (1) (2017) Geo Image.
Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage KAJIAN KERAPATAN VEGETASI HUTAN LINDUNG GUNUNG UNGARAN JAWA TENGAH TAHUN 2016 MENGGUNAKAN METODE INDEKS VEGETASI Nuansa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan semakin sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia dengan pola dan
Lebih terperinciISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015
OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT
27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Variasi NDVI Citra AVNIR- Citra AVNIR- yang digunakan pada penelitian ini diakuisisi pada tanggal Desember 008 dan 0 Juni 009. Pada citra AVNIR- yang diakuisisi tanggal Desember
Lebih terperinciJURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian
JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet ESTIMASI PRODUKTIVITAS PADI MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang
Lebih terperinciPERBANDINGAN RESOLUSI SPASIAL, TEMPORAL DAN RADIOMETRIK SERTA KENDALANYA
PERBANDINGAN RESOLUSI SPASIAL, TEMPORAL DAN RADIOMETRIK SERTA KENDALANYA Oleh : Amelia Oktaviani dan Yarjohan Prodi Ilmu Kelautan Mahasiwa Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu *E-mail : ameliaoktaviani049@gmail.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu dari tipe ekosistem yang ada di dunia dan dicirikan melalui suatu liputan hutan yang cenderung selalu hijau disepanjang musim.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyokong utama perekonomian rakyat. Sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Teh merupakan komoditas perkebunan unggulan di Indonesia, apalagi pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor enam di
Lebih terperinciESTIMASI PRODUKSI PADI BERBASIS PEMROSESAN CITRA LANDSAT 8 OLI DI KABUPATEN PONOROGO
ESTIMASI PRODUKSI PADI BERBASIS PEMROSESAN CITRA LANDSAT 8 OLI DI KABUPATEN PONOROGO M. Randy Aswin mrandyaswin@gmail.com Sigit Heru Murti B. S. sigit@geo.ugm.ac.id Abstract This study aims to: 1) Determine
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) Besitang Sekilas Tentang DAS Besitang Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o 45 04 o 22 44 LU dan 97 o 51 99 o 17 56 BT. Kawasan DAS Besitang melintasi
Lebih terperinciA JW Hatulesila. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk Penanganan Perubahan Iklim di Kota Ambon. Abstrak
A123-04-1-JW Hatulesila Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk Penanganan Perubahan Iklim di Kota Ambon Jan Willem Hatulesila 1), Gun Mardiatmoko 1), Jusuph Wattimury 2) 1) Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas
BAB I PENDAHULUAN Bab I menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan yang menjadi dasar dari Perbandingan Penggunaan
Lebih terperinciAPLIKASI CITRA ALOS AVNIR-2 UNTUK ESTIMASI VOLUME TEGAKAN PINUS DI WILAYAH KOPENG. Hanafiah Yusuf
APLIKASI CITRA ALOS AVNIR-2 UNTUK ESTIMASI VOLUME TEGAKAN PINUS DI WILAYAH KOPENG Hanafiah Yusuf yusuf@gmail.com Sigit Heru Murti BS sigit@geo.ugm.ac.id ABSTRACT Remote sensoring with spatial and spectral
Lebih terperinciJENIS CITRA
JENIS CITRA PJ SENSOR Tenaga yang dipantulkan dari obyek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh SENSOR. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kepekaannya
Lebih terperinciPeranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian
Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Disusun Oleh : Adhi Ginanjar Santoso (K3513002) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia berada di daerah tropis mengakibatkan hampir sepanjang tahun selalu diliputi awan. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan citra optik untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi
Lebih terperinciIV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi
31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi
Lebih terperinci