BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerja yang dibutuhkan. Berdasarkan data statistik, jumlah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerja yang dibutuhkan. Berdasarkan data statistik, jumlah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persaingan di dunia industri semakin lama semakin banyak, begitu pula dengan pekerja yang dibutuhkan. Berdasarkan data statistik, jumlah perusahaan industri manufaktur mengalami kenaikan sekitar 35,32% dari tahun 1990 hingga tahun Kenaikan tersebut secara kelompok industri, 71,49% berasal dari kelompok industri sedang dan 28,51% berasal dari kelompok industri besar. Masih dari laporan yang sama, jumlah perusahaan industri manufaktur yang bertambah diikuti pula dengan pertambahan jumlah pekerja yang meningkat sebanyak 3x lipat dari tahun 1990 hingga tahun 2014 dengan prosentase pekerja yang mendominasi adalah pekerja yang bekerja di pulau jawa sebanyak 83,49% (BPS, 2015). Sebuah industri harus mampu memproduksi suatu produk yang maksimal dan berkualitas, tetapi kadang kala kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan pekerja kurang diperhatikan, oleh karena itu perlu diupayakan adanya perlindungan kepada pekerja terhadap timbulnya bahaya-bahaya akibat pekerjaan atau bahaya yang akan ditimbulkan (Suma mur, 2009). Perlindungan kepada pekerja terhadap timbulnya bahaya-bahaya akibat pekerjaan diatur dalam aturan hukum Undang-Undang Republik Indonesia No. 13. Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menegaskan bahwasanya setiap buruh/pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal (Depnakertrans, 2013). Konsep keselamatan 1

2 2 kerja dalam aspek K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut ILO (1995) yang disadur dalam Setyawati (2013) lebih berhubungan dengan teknologi yang digunakan, proses produksi, dan manajemen sehari-hari dalam melaksanakan pekerjaan, sedangkan konsep kesehatan kerja lebih menitikberatkan pada hubungan antara pekerjaan dan kesehatan terutama aspek lingkungan kerja, aspek ergonomi dan faktor manusia yang masuk dalam aspek kesehatan pekerja. Bentuk penerapan K3 sebagai upaya perlindungan kepada pekerja dari risiko akibat faktor yang dapat mengganggu kesehatan diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Upaya yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan kerja meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dimana aspek gizi menjadi salah satu upaya promotif dan preventif dalam kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja (Depnakertrans, 2008). Buchari (2007) menambahkan, kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja. Kapasitas kerja yang baik diikuti oleh status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Status gizi merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam konteks K3 sebagai bagian dari pencapaian kapasitas kerja yang baik guna mencapai efisiensi dan produktivitas kerja. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai akan lebih dimiliki oleh individu dengan status gizi dan status yang baik (Widiastuti dan Dieny, 2011). Sebagai salah satu industri manufaktur lampu ternama di Indonesia, PT. X telah berupaya menerapkan

3 3 konsep K3 sesuai dengan peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku yang menjamin keselamatan serta kesehatan kerja pekerjanya. Bentuk pelayanan kesehatan kerja yang telah dilakukan berupa terbentuknya unit/bagian EHS (Environment Health Safety) dan Poliklinik kesehatan dengan berbagai program kerja yang terarah, terkoordinasi dengan baik guna memelihara dan meningkatkan status kesehatan pekerja di industri tersebut. Berdasarkan studi pendahuluan, PT. X telah memberlakukan pengecekan kesehatan berkala setiap 3 bulan sekali, pengecekan awal yang dilakukan di awal tahun, dan pengecekan khusus. Bila ditemukan pekerja yang memiliki status kesehatan tidak baik maka akan dilakukan pemanggilan untuk diintervensi secara kuratif dan diberi motivasi agar selalu meningkatkan status kesehatannya. Upaya pelayanan kesehatan kesehatan kerja terkait gizi yang dilakukan bersifat promotif dan preventif, seperti terpasangnya poster-poster terkait kesehatan di poliklinik, poster-poster dan food model terkait gizi (konsep pedoman gizi seimbang), selain itu terpasang pula papan/poster yang memuat konten K3 berupa peringatan hazard di tempat kerja yang disetiap lokasi yang berpotensi menimbulkan hazard pada pekerja. Disamping itu, staff klinik selalu melakukan quality control terhadap penyelenggaraan makan pada pekerja setiap harinya dengan cara pengamatan langsung (berkunjung ke dalam kantin perusahaan) maupun secara tidak langsung (menimbang makanan katering dan menghitung kalori pekerja). Penghitungan kalori menjadi hal yang penting dilakukan mengingat bahwa energi bagi pekerja diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan produktivitas kerja yang optimal. Seperti yang telah kita ketahui, bekerja memerlukan energi yang

4 4 menghasilkan panas untuk melakukan pekerjaan (Ginting, 2013). Energi didapati dari konsumsi karbohidrat, lemak dan protein dalam diit sehari. Jika asupan energi tidak adekuat, tidak menutup kemungkinan tubuh akan memecah protein sebagai pengganti energi. Sementara itu, protein diperlukan oleh tubuh untuk membangun sel dan jaringan. Dengan demikian, kekurangan asupan protein akan sangat mempengaruhi berbagai kondisi tubuh yang diperlukan untuk tetap sehat optimal. Penelitian Widiastuti bersama dengan Dieny (2011) melihat faktor determinan produktivitas kerja pada pekerja wanita di suatu perusahan garmen di Indonesia, dalam penelitiannya dinyatakan bahwa 45% subyek yang tergolong dalam asupan energi kurang memiliki produktivitas kerja yang kurang dibandingkan dengan subyek yang tergolong dalam asupan energi cukup. Asupan energi dan protein yang kurang dapat menyebabkan tenaga kerja menjadi lambat berpikir, lambat bertindak dan cepat lelah (Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita (2005) dalam Widiastuti dan Dieny (2011)). Asupan energi dan protein diketahui memiliki hubungan dengan kadar hemoglobin pekerja, seperti pada penelitian yang dilakukan Mantika (2014) yang melihat hubungan asupan energi, protein, zat besi dan aktivitas fisik dengan kadar hemoglobin tenaga kerja wanita di pabrik pengolahan rambut PT. Won Jin Indonesia. Dalam penelitian tersebut, didapati hubungan antara asupan energi (r=0,418) dan asupan protein (r=0,611) serta asupan zat besi (r=0,547) dengan kadar hemoglobin. Asupan protein yang inadekuat dapat mengakibatkan gangguan pada metabolisme besi sehingga dapat mempengaruhi pembentukan hemoglobin dan berdampak pada munculnya anemia.

5 5 Di Indonesia prevalensi anemia pada kelompok umur wanita produktif relatif besar yaitu berkisar 40-57% (Depkes RI, 2003). Pekerja perempuan di Indonesia yang berada dalam rentang usia reproduksi mempunyai permasalahan kesehatan. Kementrian Kesehatan RI (2015) melaporkan situasi kesehatan kerja berdasarkan hasil penelitian di beberapa industri di Tangerang, Jakarta dan Depok yang memperlihatkan bahwa anemia pada pekerja perempuan menunjukkan besaran antara 24-42%. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) Tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada wanita usia subur (WUS) sebesar 24,6%. Padahal, anemia gizi besi dapat mengakibatkan pekerja menjadi rentan sakit dan rentan mengalami kecelakaan kerja yang dapat meningkatkan angka absentisme (Kemenkes RI, 2015). Kurangnya konsumsi zat besi pada masyarakat Indonesia disebabkan lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang lebih rendah kandungan zat besinya daripada makanan hewani yang tinggi kandungan zat besi, sehingga sangat beresiko terhadap terjadinya anemia. Haas (2001) dalam Khatun et al. (2013) mengungkapkan bahwa kekurangan zat besi pada pekerja yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin memiliki output kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang memiliki kadar hemoglobin normal. Aspek kesejahteraan pekerja yang sering dirasa kurang diperhatikan namun memegang peranan penting terhadap kinerja pekerja yaitu kecukupan cairan. Air minum menjadi hal yang sangat dibutuhkan bagi pekerja sebagai pengganti cairan tubuh. Maka dari itu, akses mendapatkan air minum di semua tempat kerja menjadi hal yang perlu diperhatikan. Dampak dari luputnya perhatian pekerja terhadap asupan cairan ialah dehidrasi. Dehidrasi

6 6 pada pekerja dapat berakibat pada gangguan kesehatan seperti kram, lelah, pingsan dan mengalami kecelakaan kerja yang dapat menurukan angka produktivitas kerja (ILO, 2013). Dehidrasi pada pekerja sangat memungkinkan terjadi pada pekerja yang terpapar panas setiap harinya. Menurut Alim (2014), tubuh menghasilkan panas guna memelihara kelangsungan fungsi organ tubuh. Panas tubuh tersebut tergantung dari beberapa faktor diantaranya aktivitas, tempat beraktivitas, dan lama bekerja yang kemudian dapat menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak, dan kekurangan cairan eksternal (dehidrasi). The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) menyatakan bahwa 42,5% orang dewasa mengalami kurang air tingkat ringan (Hardinsyah, 2010). Sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa asupan cairan berpengaruh terhadap status hidrasi yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bates dan Parker (2001) yang meneliti status hidrasi pada 31 penebang kayu hutan di New Zealand yang berjenis kelamin laki-laki ini menunjukkan bahwa pekerja bekerja dengan kondisi hipohidrasi dan mengonsumi cairan yang tidak mencukupi untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui keringat yang ditunjukkan dengan hasil rerata berat jenis urin 1,022 dengan rerata asupan cairan yang dikonsumsi sebanyak 1124 ml. Bates dan Parker (2001) menambahkan bahwa hidrasi yang buruk pada pekerja penebang kayu hutan dapat menggambarkan risiko kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. Dehidrasi diketahui dapat mempengaruhi fungsi kognitif terkait produktivitas kerja seperti konsentrasi pekerja, keterampilan/performa kerja dan kewaspadaan (Brake, 2001). PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur lampu yang mempekerjakan sebanyak 450 pekerja yang dibagi

7 7 menjadi 3 shift kerja yaitu shift pagi yang bekerja pada pukul WIB, shift siang bekerja pada pukul WIB, dan shift malam bekerja pukul WIB. Tiap shift bekerja selama 8 jam dan setiap 4 jam sekali, pekerja diberikan waktu untuk istirahat. Menurut ILO (2013), penyediaan ruang makan atau kantin akan menunjang gizi kerja yang data berdampak pada kapasitas kerja. Pada praktiknya, perusahaan ini telah berupaya menjamin kesehatan dan keselamatan kerja dilihat dari penyediaan makan bagi karyawan di kantin/ruang makan dengan sistem outsourcing dalam penyelenggaran makannya. Namun demikian, asupan saja belum bisa menjamin status kesehatan pekerja, seperti aspek berat/beban pekerjaan yang dapat mempengaruhi status kesehatan pekerja (Sandi, 2008). Selain aspek gizi kerja, beberapa kondisi penting lainnya juga perlu untuk diperhatikan seperti lingkungan kerja, kebosanan di tempat kerja, monotoni pekerjaan, beban mental dan beban fisik di tempat kerja agar selalu dipertimbangkan guna meningkatkan produktivitas pekerja (Appley & Trumbull, 1967 dalam Setyawati, 2013) Secara garis besar pekerjaan dapat menjadi suatu beban fisik, psikis maupun sosial bagi pekerja. Kurniawan (1977) dalam Setyawati (2013) mengkategorikan pekerjaan menjadi tiga sesuai dengan bebannya, yaitu pekerjaan yang memerlukan tenaga pikiran, pekerjaan yang memerlukan tenaga fisik dan pekerjaan yang memerlukan keduanya. BPS (2002) mempublikasikan KBJI (Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan) tentang pengelompokan jenis pekerjaan berdasarkan spesialisasi keahlian yang spesifik. Sementara itu, OSHA (2011) (Occupational Safety & Health Administration) mengkategorikan jenis pekerjaan kedalam tiga golongan, yaitu jenis pekerjaan ringan, sedang dan berat. Jenis pekerjaan

8 8 ringan merupakan jenis pekerjaan yang sangat sedikit menggunakan otot dalam melakukan suatu pekerjaan. Jenis pekerjaan sedang yaitu jenis pekerjaan yang menggunakan otot lengan dan tangan saat bekerja dan jenis pekerjaan berat adalah jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot dan tubuh saat bekerja seperti mengangkut dan memindahkan barang. Jenis pekerjaan yang terdapat pada penelitian yang berlangsung di PT.X terbagi menjadi jenis pekerjaan kantor, operator dan mekanik yang telah dikategorikan berdasarkan kegiatan/aktifitas yang dilakukan oleh pekerja di tiap jenis pekerjaan. Gambaran mengenai kondisi pekerja di PT. X sebelumnya telah dilakukan oleh Wambrauw dan Setyawati (2010) dalam studi pendahuluannya mengenai Stress Kerja Ditinjau dari Shift Kerja dan Beban Kerja pada Pekerja Wanita di PT. X, didapati bahwa pekerja PT.X mengeluhkan bahwa mereka merasa lelah meskipun belum melakukan pekerjaan apapun, dalam melakukan pekerjaan sering sekali melakukan kekeliruan, merasa sulit tidur jika sedang mempunyai masalah di tempat kerja serta merasa belum puas dengan pekerjaan yang telah dilakukannya. Keluhan ini mengarah pada stress kerja yang dialami pekerja yang ditunjukkan dengan gejala psikologis, fisiologis dan perilaku. Disamping itu, Wambrauw dan Setyawati (2010) menambahkan, pekerjaan yang dilakukan pekerja termasuk kedalam golongan pekerjaan dengan beban kerja sedang. Pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja tersebut sangat bervariasi dan terdapat beberapa jenis pekerjaan yang monoton ditambah dengan beban mental berupa tuntutan untuk dapat memroduksi produk dalam jumlah tertentu. Hal ini diperparah dengan posisi kerja dari pekerja yang paling lama

9 9 dalam melakukan pekerjaan yakni duduk dan berjalan sehingga menimbulkan kebosanan dan penurunan semangat kerja dari pekerja. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman akan mempengaruhi pekerja untuk meningkatkan kapasitas kerjaya menjadi lebih optimal. Lingkungan kerja secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik (Intanghina, 2001 dalam Nurmalinda, 2008). Yang termasuk dalam lingkungan kerja fisik yaitu seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna dan lain-lain. Sementara lingkungan kerja nonfisik adalah semua yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan kerja sesama rekan kerja, hubungan dengan atasan maupun dengan bawahan. Tarwaka (2004) mengkategorikan lingkungan kerja fisik menjadi mikroklimat (unsur suhu udara, kelembaban nisbi, panas radiasi dan gerakan udara), kebisingan dan penerangan yang dapat berdampak pada status kesehatan pekerja. Seperti halnya pengaruh fisiologis akibat tekanan panas yaitu dapat mengakibatkan vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperature kulit meningkat, dehidrasi, dan kelelahan. Maka dari itu, kondisi lingkungan kerja dapat menjadi beban tambahan bagi pekerja yang berakibat pada timbulnya gangguan/penyakit akibat kerja (Buchari, 2007). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, PT.X memberlakukan sistem kerja bergilir/shift kerja sebanyak 3 shift untuk memenuhi permintaan lampu oleh konsumen yang terus meningkat. Pekerja yang dipekerjakan dalam bagian produksi (dalam penelitian ini yaitu pekerja operator) didominasi oleh pekerja wanita. Pekerja operator lebih membutuhkan pekerja wanita dikarenakan sifat pekerjaan pada jenis pekerjaan ini adalah pekerjaan yang

10 10 membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Sementara itu, untuk pekerja mekanik lebih didominasi oleh pekerja laki-laki dikarenakan sifat pekerjaannya yang leih membutuhkan strength dibandingkan dengan ketelitian. Beban kerja semakin berat apabila tenaga kerja juga dituntut untuk bekerja dengan ritme pekerjaan yang lebih cepat dan target produksi yang lebih tinggi. Sedangkan berat ringannya dampak potensi bahaya tergantung dari jenis, besar potensi bahaya dan tingkat risikonya. Beban kerja yang terlalu berat yang dibebankan kepada pekerja akan mengarah kepada kelelahan kerja. Kelelahan kerja pada pekerja berujung pada penurunan produktivitas kerja yang ditandai dengan menurunnya kualitas hasil produksi (Depnakertrans, 2008). Sehingga, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pekerja, namun kerugian juga dirasakan oleh perusahaan. Kelelahan yang dialami pekerja dapat berupa kelelahan fisik, mental dan reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah (Manuaba, 2000 dalam Ulfah, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Model Kuantitatif Manajemen Kelelahan dan beban Kerja untuk Peningkatan Produktivitas Pekerja Penggilingan Padi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dan beban kerja terhadap produktivitas kerja dimana setiap kenaikan 1 mili/detik kelelahan kerja akan meningkatkan produktivitas kerja sebesar 1 ton/hari dan setiap penurunan 1 kali/menit beban kerja maka akan meningkatkan produktivitas kerja sebanyak 1 ton/hari. Permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas menjadi alasan perlunya penelitian ini dilakukan. Penelitian ini akan dilakukan di PT. X yang bergerak di bidang manufaktur lampu di Sleman, Yogyakarta.

11 11 B. Perumusan masalah 1. Apakah terdapat perbedaan status hidrasi pada setiap kategori jenis pekerjaan dan asupan minum pekerja PT. X? 2. Apakah terdapat perbedaan kadar Hb pada setiap kategori jenis pekerjaan, asupan energi dan protein pekerja PT. X? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum a. Mengetahui perbedaan status hidrasi pada setiap kategori jenis pekerjaan dan asupan minum pekerja PT. X b. Mengetahui perbedaan kadar Hb pada setiap kategori jenis pekerjaan, asupan energi dan protein pekerja PT. X 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui prevalensi dehidrasi pada pekerja PT. X b. Mengetahui prevalensi anemia pada pekerja PT. X c. Mengetahui perbedaan status hidrasi pada setiap kategori jenis pekerjaan pekerja PT.X d. Mengetahui perbedaan status hidrasi pada setiap kategori asupan minum pekerja PT.X e. Mengetahui perbedaan kadar Hb pada setiap kategori jenis pekerjaan pekerja PT.X f. Mengetahui perbedaan kadar Hb pada setiap kategori asupan energi dan protein pekerja PT.X

12 12 D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan, mengaplikasikan teori dalam melakukan penelitian dan juga untuk menambah pengalaman dalam melakukan observasi di lapangan. 2. Bagi pekerja adalah sebagai motivasi untuk meningkatkan status hidrasi, meningkatkan asupan zat besi untuk memelihara kadar hemoglobin yang normal, dan untuk meningkatkan performa kerja sehingga tercipta pelayanan yang optimal. 3. Bagi perusahaan adalah sebagai bahan informasi mengenasi keadaan kesehatan pekerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam pemberian intervensi kesehatan pekerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja. E. Keaslian penelitian 1. Penelitian yang dilakukan oleh Khatun et al. (2013) di kota Dhaka, Bangladesh. mengenai Anemia among Garment Factory Workers in Bangladesh dengan metode cross sectional mengambil sample penelitian sebanyak 106 pekerja garmen yang telah memiliki pengalaman kerja di perusahaan garmen selama 6 bulan di perusahaan yang menjadi tempat pengambilan sampel. Kadar hemoglobin diukur sesuai dengan metode standar sianmethemoglobin dimana seorang pekerja dikatakan anemia apabila kadar hemoglobinnya <12g/dl untuk wanita dan <13g/dl untuk pria. Status anemia untuk wanita juga diklasifikaskan menjadi anemia ringan (11-11,99g/dl), sedang (8-10,99g/dl) dan berat (<8g/dl). Sementara untuk pria juga sama, hanya saja untuk kategori ringan kisarannya adalah 11-12,99g/dl. Hasil penelitiannya kemudian

13 13 menunjukan bahwa anemia lebih banyak ditemukan pada responden wanita sebesar 77% dibandingkan dengan responden pria yang hanya mencapai 17% dari total responden. Dan ada hubungan yang signifikan antara BMI (Body Mass Index) dengan kadar hemoglobin pada pekerja garmen di Bangladesh (r = 0,23, p<0,02). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah desain penelitiannya, dan variabel terikatnya, sementara perbedaannya terletak pada variabel bebasnya, subjek, dan lokasi penelitian. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (2013) adalah mengenai Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status Hidrasi pada Pekerja Industri Laki-laki dengan desain cross sectional bertempat di PT Komatsu Indonesia Jakarta dengan jumlah sampel 73 subjek yang dipilih dengan metode simple random sampling. Penelitian yang bersifat observasional ini mengukur status hidrasi dengan pemeriksaan berat jenis urin, konsumsi cairan yang diukur dengan recall selama 3x24 jam, dan gejala dehidrasi yang diukur dengan kuesioner. Kemudian, pada penelitian tersebut ditemukan bahwa hanya 28,8% pekerja yang memiliki status hidrasi baik dan ditemukan adanya hubungan antara konsumsi cairan dengan status hidrasi (r= -0,319 dan p= 0,006). Persamaan dengan penelitian ini adalah profil urin setelah bekerja diukur sebagai penilaian status hidrasi sementara perbedaannya adalah terletak pada variasi variabel bebas, subjek serta lokasi penelitiannya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Tiarasari dan Setyawati (2014) adalah sebuah penelitian observasional dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim kerja dengan asupan

14 14 cairan dan status hidrasi tenaga pemasak katering di Yogyakarta. Pengukuran iklim kerja meggunakan Indeks Suhu Basah dan bola (ISBB) questemp 36. Sedangkan asupan cairan diperoleh dari pencatatan pada formulir 3-days fluid specific dairy. Serta status hidrasi diukur dengan penilaian warna dan berat jenis urin setelah bekerja. Kemudian dari penelitian tersebut, terdapat hubungan antara iklim kerja dengan asupan cairan dan antara asupan cairan dengan status hidrasi dengan p>0,05. Persamaan penelitian ini adalah desain penelitiannya sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas dan terikatnya, subjek, serta lokasi penelitiannya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan gaya hidup masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga mempengaruhi jumlah pesanan pada katering (Tristar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. Pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak hanya bergantung pada makanan tetapi juga minuman, karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup beminggu minggu tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin maju memacu perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Dibutuhkan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenenagakerjaan adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran transportasi di Indonesia kini semakin mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja yang sehat dan aman merupakan hal yang diinginkan oleh pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja dalam setiap pekerjaan apapun jenisnya yang memerlukan kekuatan otot atau pemikiran merupakan beban bagi yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan masalah dunia, dengan prevalensi tertinggi di negara sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang pekerja. 1 Di dalam lingkungan kerja terdapat faktor-faktor yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini responden berjenis kelamin perempuan dikarenakan hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah perempuan. Rata-rata responden berusia produktif

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan potensi di bidang industri. Salah satu bidang industri itu adalah industri manufaktur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desain stasiun kerja yang ergonomis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pencapaian suatu produktivitas kerja yang tinggi. Desain stasiun kerja akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan hal yang menentukan tingkat daya saing, baik pada tingkat individu, perusahaan, industri, maupun pada tingkat negara (Sumbodo, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA) PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA) Adhitomo Wirawan 1, Denny Dermawan 2 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah keadaan sekitar baik secara fisik dan non fisik yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi keadaan lingkungan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan. PERBEDAAN KEBUTUHAN AIR MINUM DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI BAGIAN PENGECORAN LOGAM DAN FINISHING PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetetif, termasuk bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki dua masalah gizi utama yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kelebihan gizi menyebabkan obesitas yang banyak terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser (2009), tercapainya keseimbangan asupan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengabaikan pentingnya kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja karyawan disamping sarana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong munculnya industri baik industri berskala besar, menengah ataupun industri kecil. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 Resa Valentri*, Dessy Hertati, Nobella Kristia Angelina Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah studi di Portugal mengenai lingkungan dingin menunjukkan prosentase yang signifikan dari pekerja yang berulang kali terpajan pada kondisi ekstrim dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada. Manusia dapat mencukupi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN E. Hipotesis Ada hubungan antara tekanan panas dengan tingkat kelelahan tenaga kerja pada industri tahu di RW 04 Kelurahan Mijen Kecamatan Candi Mulyo Kabupaten Magelang Tahun 2007. BAB III METODE PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan status kesehatannya. Melalui perbaikan gizi dan kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa, maka

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dan tubuh adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. air adalah unsur penting dalam pembentukan sel bagi setiap makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, dan manusia. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci