HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DAN KEPUASAN SEKSUAL PADA WANITA YANG MELAKUKAN HISTEREKTOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DAN KEPUASAN SEKSUAL PADA WANITA YANG MELAKUKAN HISTEREKTOMI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DAN KEPUASAN SEKSUAL PADA WANITA YANG MELAKUKAN HISTEREKTOMI OLEH MARIA AGUSTINA THEODORA TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

2

3

4

5 HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DAN KEPUASAN SEKSUAL PADA WANITA YANG MELAKUKAN HISTEREKTOMI Maria Agustina Theodora Aloysius L. S. Soesilo Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

6 1 PENDAHULUAN Pada saat ini banyak terjadi gangguan kesehatan salah satunya yaitu gangguan pada sistem reproduksi yang sering dialami oleh wanita. Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium, gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba, 2009). Dalam penanganan dapat dengan obat ataupun membutuhkan proses dengan terapi, dan ada juga yang harus melalui operasi. Salah satu penanganan yang dilakukan dengan operasi yaitu histerektomi, menurut kamus kesehatan histerektomi adalah bedah pengangkatan rahim. Robert B. Cooper (dalam Triana, 2012) menyatakan histerektomi suatu tindakan media yang sangat tidak diharapkan terutama bagi wanita yang masih mendambakan seorang anak. Seringkali dokter tidak memiliki pilihan lain untuk menangani penyakit secara permanen selain mengangkat rahim. Rock dan Jones III (dalam Afiyah, 2010) menyatakan bahwa beberapa negara menunjukkan angka kejadian histerektomi yang bervariasi yaitu, di California pada tahun 2003 rata rata 3,14 per 1000 perempuan. Di Minnesota dari tahun rata rata 4,7 per 1000 perempuan. Di Amerika Serikat tahun 1997 rata-rata 5,6 per Menurut Gozali & Santoso (2002) di Indonesia prevalensi histerektomi belum diketahui secara pasti. Data dari bagian Obstetri Ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan bahwa setiap tahun kurang lebih 230 tindakan histerektomi dilakukan dengan bermacam macam tujuan seperti mengatasi pendarahan dan kanker serviks. Histerektomi terbanyak biasa dilakukan pada mioma uteri. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari keseluruhan kasus (Hadibroto, 2005).

7 2 Meningkatnya kejadian histerektomi dikarenakan kondisi akut meliputi: kehamilan, infeksi, komplikasi dari tindakan operasi; penyakit jinak meliputi: leiomyomas, endometriosis, adenomiosis, infeksi kronis, tumor adneksa; kanker dan penyakit premalignan meliputi kanker invasive, penyakit preinvasive, distant kanker; ketidaknyamanan meliputi nyeri panggul kronik, relaksasi panggul, inkontinensia saluran kencing; dan paliatif meliputi steril, propilaksis kanker, dan lainya (Berek, 1996). Menurut Rock & Jones III, Lumsden & Hickey dan Andalas (dalam Afiyah 2010) ada 4 macam jenis histerektomi, yaitu histerektomi total/lengkap adalah pengangkatan uterus dan serviks tanpa ovarium dan tuba fallopi. Histerektomi subtotal/parsial adalah pengangkatan bagian atas uterus dengan meninggalkan bagian segmen bawah rahim. Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, serviks, bagian atas vagina serta jaringan jaringan penyangga disekitarnya. Sedangkan histerektomi eksenterasi pelvik adalah pengangkatan semua jaringan dalam rongga panggul. Tindakan ini dilakukan pada kasus kanker yang bermetastase ke daerah sekitar panggul. Afiyah (2010) menyatakan beberapa dampak yang timbul setelah histerektomi yaitu dampak fisik, psikis dan sosial. Secara umum dampak fisik akibat tindakan histerektomi pada perempuan adalah hemorarghi, hematoma pasca operasi infeksi dan reaksi abnormal terhadap anestesi, selain itu terjadi perubahan sensasi pada saat berhubungan seksual dikarenakan pengangkatan serviks. Perubahan sensasi pada saat berhubungan seksual dikarenakan berkurangnya produksi hormon estrogen dan prosgesteron yang menyebabkan kekeringan pada vagina (Baziad, Katz, Bayram, Beji dalam Afiyah, 2010). Sedangkan dampak psikologis pada umumnya merasakan sesuatu kehilangan yang diikuti reaksi kesedihan. Gejala gangguan psikologi yang sering terjadi

8 3 depresi dan stres, karena beberapa perempuan beranggapan uterus adalah sumber perasaan dan anggapan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mental (Katz dalam Afiyah, 2010). Bayram dan Beji (dalam Afiyah, 2010), ada banyak faktor yang mempengaruhi masalah psikologis pasca histerektomi salah satunya yaitu ketakutan kehilangan gairah seksual. Lalu dampak sosial terjadi tergantung pemahaman dan pandangan perempuan terhadap pentingnya uterus untuk kehidupannya. Pengangkatan uterus pada perempuan akan mengakibatkan timbulnya masalah pada hubungan sosialnya seperti merasa lemah, cemas akan kehilangan daya tarik, dan identitas seksual, kehilangan harapan dan depresi yang dapat mempengaruhi bagaimana menjalankan kehidupannya (Naughton & Mcbee dalam Afiyah, 2010). Histerektomi terbanyak dialami oleh wanita usia produktif. Umumnya, usia wanita yang mengalami histerektomi berada dalam rentang usia tahun (Berek, 1996). Lanjut Triana (2012), adanya tumor lebih sering ditemukan dengan rentan usia tahun (40%) dan usia 40 tahun keatas (60%). Seorang wanita yang mengalami histerektomi memiliki masalah yang berkaitan dengan harga diri terutama merasa harga dirinya rendah, banyak perubahan fisik yang berubah, yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari antar lain tidak menerima keadaan yang dialami, tidak percaya diri, merasa tidak berguna sebagai istri, perasaan tidak mampu, merasa bersalah, mudah tersinggung, dan menarik diri. Di Indonesia ada anggapan dari pasangan, keluarga dan masyarakat bahwa perempuan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh rahimnya adalah perempuan tidak sempurna (Angsar dalam Afiyah, 2010). Namun Suhartono (dalam Rachmah, 2004) menyatakan sebenarnya pengangkatan rahim tidak mempengaruhi kehidupan sehari hari walaupun dari sisi reproduksi tentu saja ada perubahan. Nunuk, dkk (dalam Rachmah, 2004) menyatakan seorang perempuan yang

9 4 mengadopsi mitos mitos secara berlebihan dapat merasakan dampak dampak psikologis seperti rasa tidak percaya diri, perasaan kurang, rendah, tidak bisa menghargai diri sendiri, stres, kurang tenang, kurang bahagia. Menurut Santrock (1999) harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi ini memperhatikan bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Sedangkan menurut Branden (2001) harga diri adalah apa yang individu pikirkan dan rasakan tentang dirinya, bukan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain tentang siapa dirinya sebenarnya. Heatherton dan Wyland (2003) self-esteem dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu kinerja (performance self-esteem) mengacu pada perasaan seseorang atas kompetensi secara umum dan termasuk kemampuan intelektual, kinerja sekolah, kapasitas pengaturan diri, efikasi dan agensi. Sosial (social self-esteem) mengacu pada bagaimana orang percaya tentang perspektif orang lain atas diri mereka. Lebih pada persepsi daripada realitas yang lebih kritis. Fisik (physical self-esteem) mengacu pada bagaimana orang memandang fisik mereka, termasuk berbagai hal seperti skills, kemenarikan fisik, gambaran diri. Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu penghargaan dan penerimaan dari orang-orang yang signifikan, kelas sosial dan kesuksesan, nilai dan inspirasi individu dalam menginterpretasi pengalaman, dan yang terakhir cara individu dalam menghadapi evaluasi.

10 5 Terdapat faktor yang menghambat perkembangan harga diri yaitu kekhawatiran atau ketakutan (Dariussky dalam Triana, 2012). Wanita yang melakukan histerektomi merasa khawatir apabila tidak dapat mencapai kepuasan seksual saat melakukan hubungan seks. Panduan lengkap menghadapi kanker serviks (2010) untuk beberapa wanita, histerektomi bisa mempengaruhi keintiman seksual dan mungkin memiliki perasaan kehilangan yang membantu keintiman menjadi sulit. Hal ini di dukung juga penelitian Rachmah (2004) yang menyatakan bahwa kekhawatiran melakukan hubungan seks dan adanya perasaan hilang selama melakukan hubungan seks merupakan dampak psikologis dan mitos yang dianut seolah olah vagina dan rahim adalah organ yang menyatu. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga diri dapat memberi dampak pada pencapaian kepuasan seksual. Hal ini didukung pendapat Purnawan (2004), terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan seksual salah satunya faktor harga diri. Jika harga diri seksual tidak di pelihara dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual aktivitas seksual mungkin menyebabkan perasaan negatif atau tekanan perasaan seksual. Susilo (dalam Widyaningrum, 2005) menyebutkan bahwa kepuasan seksual adalah sebagai puncak kenikmatan seksual. Sedangkan Kartono (dalam Wijayanti, 2011) menyatakan bahwa kepuasan seksual terjadi jika ada kesatuan fisik (hubungan seksual) dan psikologis (rasa mencintai dan dicintai) yang dicapai oleh kedua belah pihak sebagai suatu kesatuan suami istri menjadi lebih erat. Berkaitan dengan hal tersebut Wijayanti (2011) menyimpulkan bahwa kepuasan seksual merupakan respon puncak dari hubungan seksual yang ciri-cirinya dapat dilihat dari dua segi yaitu segi fisik meliputi foreplay, plateau, orgasme, dan relaksasi, sedangkan segi psikis meliputi perasaan semakin cinta serta rasa dekat dan bahagia pada masing-masing individu.

11 6 Pangkahila (dalam Widyaningrum, 2005), mengemukakan bahwa faktor faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan seksual seseorang adalah komunikasi pribadi pasangan suami istri, sikap suami istri dalam melakukan hubungan seks dan rangsangan seksual. Selain itu dalam Wijayanti (2011) terdapat faktor lain yang mempengaruhi kepuasan seksual yaitu faktor fisiologi dimana kesegaran fisik sangat berperan dalam menunjang perolehan kenikmatan dalam hubungan seksual. Menurunnya kekuatan fisik dan kekuatan organ seksual dapat mengganggu kualitas hubungan seksual (Pangkahila dalam Wijayanti, 2011), selain itu faktor psikologis juga berpengaruh dimana ketidaknyamanan dalam diri perempuan juga dapat menggangu tercapainya kepuasan seksual. Perempuan cenderung untuk memiliki persepsi negatif tentang tubuh mereka, akibat adanya persepsi tersebut dapat menimbulkan distorsi persepsi mengenai diri serta akan mengganggu kenyaman ketika melakukan hubungan seksual (Wiederman dalam Wijayanti, 2011). Terdapat pula faktor sosial dimana hubungan seksual yang baik sangat bergantung pada komunikasi yang baik pula. Hubungan seksual ini akan berhasil bila kedua belah pihak saling membantu untuk memahami apa yang disukai masing masing (Pujols dalam Wijayanti, 2011). Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik yang sekaligus psikologis, yang mana kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi, sehingga apa yang terjadi dengan kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologisnya, dengan kata lain setiap penyakit fisik yang dialami seseorang tidak hanya menyerang manusia secara fisik saja, tetapi juga dapat membawa masalah-masalah bagi kondisi psikologisnya (Aziz dalam Hajarrahma., dkk, 2013). Wanita yang melakukan histerektomi dapat memberi pengaruh kepada harga dirinya yang menganggap bahwa rahim merupakan hal yang penting dalam

12 7 pencapaian kepuasan seksual. Penelitian Afiyah (2010) efek lanjutan pada psikologi pasca histerektomi menyatakan bahwa sampai saat ini partisipan masih minder, rendah diri, kadang sedih kalau mengingat kejadian histerektomi yang telah dialami. Cuttler (dalam Rachmah, 2004) menyimpulkan bahwa perempuan yang mengalami histerektomi kehilangan paling tidak sebagian dari perasaan seksualnya setelah operasi walaupun mereka mengalami orgasme. Ditambahkan Rachmah (2004) kepuasan seksual tidak dipengaruhi oleh fisiologi organ reproduksi semata tetapi juga faktor lain seperti psikis dan budaya. Dalam penelitiannya menunjukkan beberapa perempuan merasa organ keperempuanannya tidak lengkap, perasaan ini menyebabkan gangguan psikologis walaupun mereka memahami alasan medis dan operasi tersebut. Jika perasaan menetap, hal ini dapat menimbulkan efek yang merusak relasi seksualnya maupun perkawinannya (Barker dalam Rachmah, 2004). Meskipun begitu dalam penelitian Afiyah (2010) tujuan utama dilakukan histerektomi pada perempuan dengan indikasi suatu penyakit yang prognosenya kurang baik adalah untuk memberikan kenyamanan, keselamatan serta meningkatkan kualitas hidup pada perempuan yang mengalaminya. Dalam penelitian Thakar, dkk (dalam Afiyah, 2010) semua perempuan yang mengalami histerektomi baik histerektomi sub total dan total menunjukkan peningkatan kesehatan psikologi yaitu tidak merasakan kecemasan, depresi, gejala somatik dan disfungsi sosial. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat lebih dalam hubungan antara harga diri dan kepuasan seksual pada wanita yang melakukan histerektomi.

13 8 Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan kepuasan seksual pada wanita pasca histerektomi.

14 9 METODE PENELITIAN Partisipan Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 41 partisipan yang terdiri dari 13 partisipan di Rumah Sakit Ansari Saleh, 20 partisipan di RSUD Ulin Banjarmasin, dan 8 wanita lainnya merupakan partisipan dari luar Rumah Sakit di Banjarmasin, yang dilakukan pada Desember 2015 hingga Januari 2016 dengan karakteristik usia tahun, melakukan histerektomi dalam waktu 1 tahun yang memiliki status menikah dan masih memiliki suami serta bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling. Alat Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua buah skala yaitu : Pertama, State Self-Esteem Scale (SSES) disusun oleh Heatherton & Polivy (1991) yang berdasarkan pada aspek kinerja, sosial, dan penampilan/ fisik. Skala ini terdiri dari 20 item dengan koefisien alpha 0,920 menggunakan skala Likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban dari Sangat Tidak Setuju hingga Sangat Setuju. Instrument kedua adalah skala kepuasan seksual yang disusun menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban dari Sangat Tidak Setuju hingga Sangat Setuju. Skala terdiri dari 34 item yang dimodifikasi dari skala milik Nirmalawati (1998) berdasarkan pada aspek puas, rileks, nikmat, rasa diterima, hilang ketegangan, rasa hangat, dan rasa senang dengan koefisien alpha sebesar 0,964.

15 10 HASIL Analisis Aitem Uji reliabilitas pada instrumen State Self-Esteem Scale (SSES) dilakukan dua kali dengan standar koefisien korelasi 0,30. Pertama menyeleksi butir item dimana dari 20 item diperoleh sebanyak 3 item gugur dengan koefisien reliabilitas 0,900. Selanjutnya dilakukan uji dengan 17 item tersisa dan didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,920. Pada uji reliabilitas pada skala kepuasan seksual dilakukan dua kali. Pertama, menyeleksi butir item dimana dari 34 item diperoleh 1 item gugur dengan koefisien reliabilitas 0,959. Selanjutnya dilakukan uji kedua dengan 33 item tersisa dan didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,961. Analisis Deskriptif Peneliti membagi skor dari setiap skala menjadi 5 kategori mulai dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Tabel 1 dan 2 menunjukkan kategori skor untuk setiap variabel. Tabel 1. Kriteria skor untuk harga diri No. Interval Kategori F Persentase Mean 1. 57,8 x < 68 Sangat tinggi 6 14,6 % 2. 47,6 x < 57,8 Tinggi 12 29,3 % 3. 37,4 x < 47,6 Cukup 18 43,9 % 46, ,2 x < 37,4 Rendah 5 12,2 % x < 27,2 Sangat rendah - 0 % Total Min : 29 Max: 63 Std: 8,806 Mean: 46,27

16 11 Tabel 2. Kriteria skor kepuasan seksual No. Interval Kategori F Persentase Mean ,2 x < 132 Sangat tinggi 9 22 % 2. 92,4 x < 112,2 Tinggi 14 34,1 % 95, ,6 x < 92,4 Cukup % 4. 52,8 x < 72,6 Rendah 2 4,9 % x < 52,8 Sangat rendah - 0 % Total Min : 69 Max: 124 Std: 16,128 Mean: 95,68 Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji Normalitas dalam penelitian ini memakai uji Kolmogrov-Smirnov (K-S-Z). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov (Asymp.Sig 2-tailed) harga diri menyatakan nilai signifikan 0,414 (p > 0,05) dan uji normalitas kepuasan seksual memiliki nilai signifikansi 0,602 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan data tersebut memenuhi syarat yaitu berdistribusi normal. 2. Uji Linearitas Hasil uji linearitas pada variabel harga diri dan kepuasan seksual diketahui bahwa nilai signifikan 0,237 (p > 0,05) dengan F (1,20) = 1,393, sehingga hal ini menunjukkan ada hubungan antara harga diri dan kepuasan seksual yang linear.

17 12 Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan kepuasan seksual pada wanita yang melakukan histerektomi. Hasil tersebut diketahui berada pada derajat yang tergolong kuat dengan besar nilai r = 0,847 (p < 0,05). Untuk melihat hubungan dari variabel harga diri dan kepuasan seksual wanita yang melakukan histerektomi, maka liat tabel 4. Tabel 4 Harga Diri Kepuasan Seksual Harga Diri Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).000 N Kepuasan Seksual Pearson Correlation.847 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N PEMBAHASAN Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa koefisien korelasi r = 0,847 dengan p = 0,001 (p < 0,05), hal ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara harga diri (self-esteem) dan kepuasan seksual pada wanita pasca histerektomi. Rachmah (2004) berpendapat apabila terjadi gangguan seksual pada mereka yang melakukan histerektomi pada aspek psikologis, seperti kecemasan, turunnya harga diri dan budaya yang timpang genderlah, yang paling banyak berpengaruh. Partisipan merasa rahim merupakan sumber identitasnya sebagai seorang wanita dan histerektomi menyebabkan kepercayaan dirinya terganggu dan mempengaruhi kepuasan seksual. Menurut Gilbert dan Harmon (2003) perubahan fisik dan psikologis sebagai penyebab

18 13 masalah pada hubungan seksual disebabkan oleh kehamilan dan tindakan pengangkatan uterus. Dalam Rachmah (2004) menyatakan kepuasan seksual tidak hanya dipengaruhi oleh fisiologi organ reproduksi semata tetapi juga oleh faktor lain, seperti psikis dan budaya. Perempuan pasca histerektomi dapat menunjukkan peningkatan atau penurunan kemampuan seksual bergantung pada kombinasi berbagai faktor fisik, psikis, dan budaya yang terjadi pada diri mereka. Hal itu sesuai dengan penelitian ini, dimana partisipan yang memiliki harga diri yang baik mampu merasakan kepuasan seksual setelah melakukan histerektomi dan sebaliknya wanita yang memiliki harga diri yang rendah membuatnya tidak mampu mencapai kepuasan seksual setelah melakukan histerektomi. Penelitian ini menunjukkan jumlah partisipan dengan harga diri yang tergolong tinggi sebanyak 14,6% dan 29,3% memiliki tingkat harga diri sangat tinggi. Kondisi ini dimungkinkan karena partisipan merasa dengan tindakan histerektomi memberi kesembuhan pada dirinya sehingga mampu melakukan aktivitas sehari hari dengan keadaan sehat. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian dari Afiyah (2010) yang menunjukkan bahwa histerektomi yang dialami partisipan meningkatkan status kesehatan dan menghilangkan keluhan utama. Sejalan dengan Silverstein (2002) yang berpendapat bahwa histerektomi meningkatkan kenyaman hidup pasien dan Satrawinata (2009) menyatakan tidak adanya pembatasan emosi meningkat dari praoperasi dan pasca operasi dikarenakan pasien merasakan hilangnya gejala nyeri, pendarahan yang dialami praoperasi sehingga rasa percaya diri pasien bertambah. Selain itu, 43,9% partisipan tergolong memiliki harga diri cukup dan 12,2% tergolong rendah. Partisipan yang memiliki harga diri rendah menyatakan dengan diangkatnya rahim menjadikannya sosok wanita yang kurang, menganggap dirinya tidak mampu, dan merasa malu bila

19 14 ditanya tentang pengangkatan rahimnya. Hasil penelitian Rachmah (2004) menyatakan dua dari tiga partisipan merasa tidak bahagia dan menyalahkan dirinya, selain itu partisipan mengalami krisis percaya diri karena menganggap rahim adalah organ vital seksual yang memberikan kebanggaan dan rasa percaya diri dalam berhubungan intim. Kepercayaan diri partisipan dalam penelitian ini berbeda dalam menanggapi histerektomi yang dilakukan tergantung dari kualitas individu yang berbeda dalam menyelesaikan masalah hidupnya dan respon seseorang terhadap proses kehilangan sangat bervariasi, bersifat dinamis, dan sangat individual maka efek psikologis dari histerektomi yang terjadi pada setiap perempuan adalah tidak sama (Baziad dan Rannestad dalam Afiyah, 2010) Hasil penelitian ini juga menunjukkan partisipan merasakan kepuasan seksual pada kategori bervarian yaitu 22% pada kategori sangat tinggi, 34,1% pada kategori tinggi, 39% pada kategori cukup dan 4,9% pada kategori rendah. Hal ini disebabkan partisipan memiliki pandangan berbeda terhadap kepuasan seksual yang didapatkan setelah melakukan histerektomi. Beberapa partisipan merasa hubungan seksual setelah histerektomi terasa nyaman karena tidak terjadi pendarahan seperti sebelumnya, namun ada juga partisipan yang merasa bahwa hubungan seksual setelah histerektomi terasa kurang memuaskan karena tanpa adanya rahim. Berdasarkan hasil penelitian Rachmah (2004) menunjukkan bahwa satu dari tiga partisipan yang menganggap histerektomi tidak perlu mengganggu aktivitas seksual karena partisipan mengalami reaksi emosi yang relatif positif setelah operasi dan dua dari tiga partisipan mengaku kehidupan seksualnya mengalami perubahan yang menimbulkan kekhawatiran karena partisipan mengalami reaksi emosi yang negatif setelah operasi. Perubahan dalam hubungan seksual sering terjadi pada wanita yang melakukan histerektomi karena operasi yang

20 15 dijalani memiliki efek yang beragam terhadap kondisi fisiknya. Menurut pendapat Yongkin & Davis (2004) penurunan respon seksual karena bekas luka pada jaringan saat operasi dapat mengganggu aliran darah ke organ genital dan banyak syaraf disekitar organ genital mengalami kerusakan saat operasi sehingga mengakibatkan gangguan pada saat berhubungan seksual. Besarnya kontribusi harga diri secara silmutan terhadap kepuasan seksual wanita pasca histerektomi ditunjukkan dengan nilai R = 0,847 dengan (r 2 ) sebesar 71,7%, sedangkan sisanya 28,9% sumbangan dari faktor faktor lain yaitu faktor internal berupa komitmen dan sikap dan faktor eksternal berupa dukungan sosial (Afiyah, 2010). Kesadaran diri untuk memiliki komitmen dan sikap optimis oleh partisipan pasca histerektomi walaupun tidak mempunyai rahim lagi partisipan menyadari bahwa hidupnya saat ini harus lebih bermanfaat untuk semua orang termasuk keluarganya. Selain itu Taylor (dalam Afiyah 2010) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicinta dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Lanjutnya dukungan sosial akan meningkatkan pemahaman partisipan terhadap histerektomi serta meningkatkan pemahan bagaimana menjalankan kehidupan dengan baik pasca histerektomi.

21 16 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara harga diri dan kepuasan seksual wanita pasca histerektomi. Dimana harga diri memiliki peran yang sangat penting dan berkontribusi besar terhadap kepuasan seksual wanita pasca histerektomi. Selain itu terdapat faktor lain yang memberikan sumbangan yaitu faktor internal misalnya komitmen dan sikap optimis, dan faktor eksternal yaitu dukungan sosial baik dari suami, keluarga ataupun lingkungan. SARAN Dari penelitian ini sebagian besar wanita pasca histerektomi masih terdapat harga diri yang cukup dan rendah sehingga diharapkan bagi suami dan keluarga memberi dukungan dan semangat supaya wanita pasca histerektomi dapat merasa diterima dan dicintai dan bagi wanita pasca histerektomi perlu mengetahui informasi dan memahami tentang histerektomi sehingga mampu mengembangkan perasaan positif untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan menghargai kelebihan diri tanpa merasa kurang puas dengan fisiknya. Lembaga atau rumah sakit perlu memberi perhatian lebih bagi wanita, baik sebelum melakukan histerektomi dan pasca histerektomi. Untuk peneliti selanjutnya, dapat lebih meminimalisir pengaruh keluarga saat partisipan mengisi kuesioner, menggunakan lebih banyak partisipan dan jangka waktu histerektomi yang lebih lama, selain itu penelitian ini dapat dijadikan referensi dengan menggunakan penelitian kualitatif agar lebih memahami keadaan partisipan dan dapat juga menggunakan aspek lain misalnya citra diri, kualitas hidup, sikap, atau dukungan sosial dan meneliti kepuasan seksual pada pasangannya.

22 17 Daftar Pustaka Afiyah, R. K. (2010). Kualitas hidup perempuan yang mengalami histerektomi serta faktor faktor yang mempengaruhinya di wilayah Jakarta : study grounded theory. Tesis diterbitkan. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Depok. Baziad, A. (2001). Menopause and hormone replacement therapy. Jakarta : Medical Journal Indonesia. Berek, J.S. (1996). Novak s Gynecology (12th ed). Pennsylvania : Pierce Graphic Services, Ins. Branden, N. (2001). Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri. Jakarta : Dela Pratasa Publishing Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self-esteem. San Fransisco: W. H. Freeman & Company. Gilbert & Harmon. (2003). Manual of High Risk Pregnancy and Delivery. (3 rd ) Ed. St. Louis : Mosby Inc. Hadibroto, B. R. (2005). Mioma uteri. USU e-jurnals 38(3), Hajarrahma, A., Supriyono, Y., dan Herani, I. (2013). Pengungkapan diri pada penderita kanker serviks. Skripsi diterbitkan. Malang : Fakultas psikologi, Universitas Brawijaya Malang. Heatherton, T. F & Polivy, J. (1991). Development and validation of a scale for measuring state self-esteem. Journal of Personality and Social Psychology, 60(6), Heatherton, T. F & Wyland, C. L. (2003). Assessing Self-Esteem. Dalam Lopez, Shane J & Snyder, C. R. (ed). (2003). Positive psychological Aassesment : A handbook of models and measures. Washington D.C: American Psychological Association. Manuaba, A. C, dkk. (2009). Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: EGC. Nirmala, R. D. (1998). Hubungan antara depresi postpartum dengan kepuasan seksual pada ibu primipara. Skripsi diterbitkan. Surabaya : Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya. us=ada Purnawan, I. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada anak jalanan di stasiun kereta api Lempuyangan Jogjakarta. Jogjakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Madha.

23 18 Rachmah, E. N. (2004). Tinjauan psikologis dan budaya pasien pasca operasi histerektomi terhadap kehidupan seksual. Skripsi diterbitkan. Surabaya : Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya, Jawa Timur. us=ada Santrock, J. W. (1999). Life Span Development. (7th edition). Boston: McGraw. Sastrawinata, U. S. (2009). Perubahan kualitas hidup ditinjau dari aspek psikoseksual pasca histerektomi total abdominal. Jurnal Kedokteran Maranatha, 8(2) Silverstein, D K. (2002). Hysterectomy status and life satisfaction in older women. Journal of womens health & gender-based medicine, 11(2). Tim Kanker-Serviks.net. (2010). E-book panduan lengkap menghadapi bahaya kanker serviks. Di akses pada tanggal 23 Juli 2015 Triana, N.P. W. (2012). Gambaran harga diri pada pasien yang dilakukan histerektomi. E-journal stikes William Booth 1(1). Widyaningrum, A. (2005). Perbedaan kepuasan seksual antara akseptor KB IUD dengan akseptor KB kondom di desa Patemon. Skripsi. Salatiga : Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Wijayanti, A. (2010). Hubungan antara komunikasi seksual dan citra tubuh dengan kepuasan seksual pada perempuan dewasa madya. Skripsi diterbitkan. Surabaya : Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya. us=ada Yongkin, E Q. & Davis, M.S. (2004). Womens Health a Primary Care Clinical Guide. New Jersey : Pearson. diakses tanggal 7 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan. Terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga dapat membantu keluarga untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga membutuhkan terciptanya keharmonisan agar tujuan-tujuan dalam pembentukan keluarga dapat tercipta. Keharmonisan keluarga terbentuk ketika nilai-nilai dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini

Lebih terperinci

KUALITAS HIDUP PEREMPUAN YANG MENGALAMI HISTEREKTOMI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI WILAYAH DKI JAKARTA: STUDY GROUNDED THEORY TESIS

KUALITAS HIDUP PEREMPUAN YANG MENGALAMI HISTEREKTOMI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI WILAYAH DKI JAKARTA: STUDY GROUNDED THEORY TESIS UNIVERSITAS INDONESIA KUALITAS HIDUP PEREMPUAN YANG MENGALAMI HISTEREKTOMI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI WILAYAH DKI JAKARTA: STUDY GROUNDED THEORY TESIS R. KHAIRIYATUL AFIYAH 0806446725

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan tersebut tetapi alasan yang membuat seseorang. merasa bahagia. Hal itu karena ketika seseorang menemukan

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan tersebut tetapi alasan yang membuat seseorang. merasa bahagia. Hal itu karena ketika seseorang menemukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap manusia di dunia ini pasti ingin merasa bahagia dalam hidupnya. Kebahagiaan selalu dianggap segalagalanya bagi seseorang. Padahal yang terpenting

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadi tua merupakan suatu proses bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan hingga berlangsung terus sepanjang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, namun biasanya tidak dapat disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia, mulai dalam kandungan sampai mati, tampaklah manusia itu akan mengalami suatu proses yang sama, yaitu semuanya adalah selalu dalam perubahan. Pada

Lebih terperinci

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea berturut-turut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Hubungan seksual yang dilakukan terutama bersama pasangan

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut Hawari (dalam Mahledi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada penderita

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. suami istri adalah hubungan seks yang sehat. Dalam hubungan suami istri

BABI PENDAHULUAN. suami istri adalah hubungan seks yang sehat. Dalam hubungan suami istri BAB l PENDAHULU~ BABI PENDAHULUAN tl. Latar Belakang Permasalahan Salah satu kunci kepuasan hubungan yang harmonis antara pasangan suami istri adalah hubungan seks yang sehat. Dalam hubungan suami istri

Lebih terperinci

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES LAELATUL MUBASYIROH INTISARI Kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi kodrat seorang wanita untuk mengandung kemudian melahirkan, yang tentunya akan sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Kehamilan dan kelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ganggungan kesehatan yang sering terjadi pada system reproduksi wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium, gangguan menstruasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur adalah timbulnya mioma uteri (20-25%). Biasanya penyakit ini ditemukan secara tidak sengaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI Dewi Utami, Annisa Andriyani, Siti Fatmawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami suatu tahap perkembangan dalam kehidupannya, dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa dalam tahap-tahap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi ada beberapa kasus dapat menjadi momen yang menakutkan hal

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia 2010).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, 1994, yang diadakan oleh WHO dan lembaga dunia lainnya, diperoleh kesepakatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih terperinci

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal seorang wanita dan suatu proses alamiah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (555-563) HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA Ricka, Wahyuni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Abstrack:

Lebih terperinci

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir maupun batin. Bagian tubuh ini memainkan peran dalam identitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan) (Peter & Yeni, 1991). Saat ini, peran wanita telah bergeser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kesehatan, Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Universitas

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kesehatan, Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Universitas 97 Lampiran 1. Angket Penelitian SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri atau kanker jinak yang terdapat di uterus adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam istilah kedokteranya disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya tingkat perbedaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat dan tidak terkendali, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan

BAB I PENDAHULUAN. Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan merupakan suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus (rahim) ke dalam atau keluar melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu muda yang baru saja menjalani proses persalinan dan memeriksakan diri di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas. dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga meliputi sejahtera secara fisik, mental, dan sosial (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan persalinan adalah suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan persalinan adalah suatu peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan dan persalinan adalah suatu peristiwa yang normal terjadi dalam hidup seorang wanita dan juga merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan. Persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika presentase kejadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit ganas pada serviks uterus yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan 18.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Mioma uteri sering disebut juga leiomioma atau fibroid uterus, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos. Mioma yang berasal dari sel-sel otot polos miometrium disebut mioma uteri (Achadiat, 2004). Mioma uteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi kodratnya akan mengalami proses kehamilan,

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah Semarang. Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012 Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem Pada Dewasa Awal Tuna Daksa Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012 Abstrak. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh body image

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan wanita sebagai makhluk yang terlahir dengan keindahan dan kelembutan. Setiap wanita akan menjaga keindahan yang telah dikaruniakan Tuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Melahirkan merupakan fungsi yang bersifat fisiologis. Wajar apabila para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka pertimbangkan paling tepat. Anggapan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PENELITIAN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL Ade Septia Lumban Gaol*, Hernawilly**, Gustop Amatiria ** Penyakit menular seksual (PMS) adalah salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

FIRMAN FARADISI J

FIRMAN FARADISI J PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUROTAL DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT Dr.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker Payudara Di Masa Dewasa Tengah Qotrin Nida Rahmata Sari Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan dampak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

Rina Setya Utami F

Rina Setya Utami F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA MENOPAUSE NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. awal dari usaha menjaga kesehatan wanita. Organ seksual/ reproduksi wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. awal dari usaha menjaga kesehatan wanita. Organ seksual/ reproduksi wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa wanita menganggap masa tua sebagai momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan pemberian gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci