Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala"

Transkripsi

1 70 BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KENDALA DAN PETA KENDALA 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model penilaian kendala yang akan digunakan sebagai alat untuk menilai kendala-kendala yang ada dalam penerapan PBC pada proyek penanganan pemeliharaan jalan serta peta kendala (alat untuk mempermudah melihat kendala yang ada yang ditampilkan secara grafis). Model penilaian dan peta kendala yang dikembangkan bersifat khusus untuk proyek penanganan pemeliharaan jalan. Pengembangan model penilaian faktor-faktor kendala penerapan Kontrak Bernbasis Kinerja (PBC) dilakukan melalui 5 (lima) tahapan, yaitu: (1) Penentuan dasar penilaian, (2) identifikasi indikator penilaian, (3) penentuan parameter penilaian, (4) penetapan ukuran penilaian, dan (5) pengembangan model. Tahapan pengembangan model penilaian kendala dapat digambarkan seperti pada gambar 4.1. TAHAP I Penentuan Dasar Penilaian Kendala TAHAP II Identifikasi Indikator Penilaian TAHAP III Penentuan Parameter Penilaian TAHAP IV Penentuan Ukuran Penilaian TAHAP V Pengembangan Model Penilaian Kendala Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala 70

2 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR KENDALA PENERAPAN PBC Penentuan Dasar Penilaian Penelitian ini akan difokuskan terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan PBC pada penanganan pemeliharaan jalan dari sudut pandang pemilik jalan. Penentuan dasar penilaian kendala didasarkan atas hasil studi literature, adapun faktor-faktor yeng menjadi kendala dalam menerapkan PBC di Indonesia, dan akan menjadi dasar penilaian kendala dalam model yang akan dikembangkan berdasarkan studi-studi terdahulu selengkapnya dapat dilihat pada table 4.1. Tabel 4. 1 Faktor-faktor kendala penerapan PBC berdasarkan studi terdahulu Tim Pelaksana Studi Puslitbang Jalan dan Jembatan Bandung, Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak, Pusjatan, Bandung 1. Aspek resiko pekerjaan; 2. Aspek hukum; 3. Spesifikasi kinerja; Ir.Purnomo, Prakondisi dan Konsekuensi terhadap Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja, Lokakarya KRTJ-10, Surabaya, Aspek hukum; 2. Aspek kelembagaan; 3. Aspek teknis; 4. Aspek pendanaan Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah Dan Kontraktor Indonesia Dalam Penerapan Metode Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) oleh Bayu Kania (2006) 1. Tim solusi yang terintegrasi (peraturan tugas dan fungsi tim; pengelolaan knowledge base). 2. Mempelajari solusi dari sektor swasta dan sektor pemerintah (riset pasar, informasi yang dikumpulkan; dokumentasi hasil riset pasar). 3. Mengembangkan spesifikasi berbasis kinerja (analisis kebutuhan, penyusunan PRS). 4. Menentukan tata cara mengukur dan mengelola kinerja (mengembangkan quality assurance surveillance plan, QASP). 5. Memilih kontraktor yang tepat (solusi terbaik, presentasi secara lisan) 6. Mengelola kinerja (mengevaluasi kinerja kontraktor melalui QASP dan Quality Control Plan).

3 72 Untuk menyederhanakan model penilaian yang akan dikembangkan faktorfaktor kendala yang teridentifikasi dari penelitian terdahulu akan dikelompokkan menjadi 5 (lima) aspek kendala, yaitu: a. Aspek hukum; b. Aspek resiko; c. Aspek teknis; d. Aspek organisasi; e. Aspek pendanaan. Penjelasan dari masing-masing aspek kendala yang ada adalah sebagai berikut: Aspek Hukum Aspek hukum merupakan kendala yang ada dalam penerapan PBC akibat dari peraturan dan kebijakan yang ada saat ini belum mengakomodasi seluruh kebutuhan PBC. Dalam aspek hukum, yang ditinjau adalah bagaimana bentuk pengaturan dari: kontrak, seleksi penyedia jasa, spesifikasi teknis, dan penyelesaian perselisihan. Kendala dari pengaturan kontrak akan dianalisa dari jenis kontrak dan tipe kontrak. Kendala dari pengaturan seleksi penyedia jasa akan dianalisa dari metode seleksi dan penilaian kualifikasi. Kendala pengaturan spesifikasi teknis akan ditinjau dari penyusun spesifikasi teknis dan cakupan dari spesifikasi. Dan yang terakhir adalah kendala pengaturan penyelesaian perselisihan. Adapun untuk menilai kendala yang ada, berdasarkan hasil studi literatur, konsep dasar dari PBC yang ditinjau dari kendala aspek hukum dapat dilihat pada tabel 4.2..

4 73 Tabel 4. 2 Kendala aspek hukum dan konsep dasar PBC No. Kendala Aspek Hukum yang Konsep Dasar PBC Ditinjau 1 Kontrak a. Jenis kontrak Building Team Contract, Turnkey Contract, Design&Build Contract dan Alliance Contract b. Tipe kontrak Kontrak lifecycle; Tahun jamak; Pembayaran dengan sistem lumpsum. c. Bentuk layanan Perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu kontrak 2 Seleksi penyedia jasa a. Metode seleksi Pelelangan terbatas b. Penilaian kualifikasi 3 Spesifikasi teknis a. Bentuk spesifikasi b. Komponen spesifikasi 4 Penyelesaian perselisihan Kriteria evaluasi kontraktor: biaya, financial, quality control plan, kemampuan teknikal, manajemen perusahaan, dan kinerja kontraktor dimasa lalu. Best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik) Orientasi terhadap output yang diinginkan Jenis pekerjaan, indikator, tingkatan kinerja yang dapat diterima. Litigasi dihindari Aspek Resiko Alokasi resiko antara pemilik proyek dan penyedia jasa merupakan salah satu kendala dalam penerapan PBC. Apabila penyedia jasa menanggung resiko pekerjaan yang seharusnya ditanggung oleh pemilik proyek akan menimbulkan kondisi yang tidak baik seperti: tingginya harga penawaran lelang dari penyedia jasa; mundurnya penyedia jasa akibat bank (pemberi modal) bagi penyedia jasa menolak untuk mengambil resiko; pemutusan hubungan kerja dari penyedia jasa dalam masa kontrak dengan kemungkinan terburuk bangkrutnya penyedia jasa tersebut. Untuk mengantisipasi kendala dari segi resiko dibutuhukan analisi resiko detail sebelum dilaksanakannya proyek dan melakukan manajemen resiko selama proyek berlangsung. Jenis-jenis resiko yang harus dianalisis dapat dikelompokkan menjadi tujuh aspek, yaitu: aspek legal, aspek organisasi, aspek teknis, aspek spasial, aspek keuangan, dan aspek politik.

5 74 Resiko ini sebaiknya dialokasikan pada pihak yang mamupu mengatur resiko tersebut. Peyedia jasa merupakan pihak yang tepat untuk memikul resiko dengan syarat resiko tersebut berkaitan dengan keahliannya dan insentif yang akan diterima sesuai dengan tingkat resiko yang diberikan Aspek Teknis Kendala aspek teknis akan dilihat dari siklus proyek pemeliharaan jalan (PPJ) yang terkait dengan PBC, yaitu: kontrak PPJ, spesifikasi teknis PPJ, penyelesesaian perselisihan PPJ, seleksi penyedia jasa PPJ, Pengawasan PPJ, pembayaran PPJ, dan masa pemeliharaan PPJ. Konsep dasar PBC yang terkait dengan kendala aspek teknis, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4. 3 Kendala aspek teknis dan konsep dasar PBC No. Kendala Aspek Teknis yang Ditinjau Konsep Dasar PBC 1 Kontrak PPJ a. Jenis kontrak Building Team Contract, Turnkey Contract, Design&Build Contract dan Alliance Contract b. Tipe kontrak Kontrak lifecycle; Tahun jamak; Pembayaran dengan sistem lumpsum. c. Bentuk layanan Perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu kontrak 2 Seleksi penyedia jasa a. Metode seleksi Pelelangan terbatas b. Penilaian kualifikasi Kriteria evaluasi kontraktor: biaya, financial, quality control plan, kemampuan teknikal, manajemen perusahaan, dan kinerja kontraktor dimasa lalu. Best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik) 3 Spesifikasi teknis a. Bentuk spesifikasi Orientasi terhadap output yang diinginkan b. Komponen spesifikasi Jenis pekerjaan, indikator, tingkatan kinerja yang dapat diterima. 4 Penyelesaian perselisihan Non litigasi 5 Pengawasan PPJ a. Pihak yang bertanggung jawab Pengawasan terhadap pelaksanaan diserahkan sepenuhnya kepada kontraktor b. Mekanisme pengawasan Kontraktor menyusun Quality assurance surveillance plan 6 Pembayaran PPJ a. Sistem pembayaran Pembayaran dilakukan atas kinerja yang memenuhi standar kinerja dengan sistem lumpsum b. Dasar pembayaran Kinerja yang memenuhi standar kinerja 7 Masa pemeliharaan PPJ a. Pihak yang bertanggung Kontraktor/penyedia jasa jawab b. Jangka waktu masa pemeliharaan Lebih dari 1 tahun

6 Aspek Organisasi Aspek organisasi terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengetahui dan memahami konsep Performance Based Contract (PBC) serta bagaimana infromasi mengenai Performance Based Contract (PBC) ini disebarluaskan di lingkungan kerjanya Aspek Pendanaan Aspek pendanaan terkait dengan kepastian mengenai ketersediaan dana untuk pelaksanaan kontrak dalam jangka waktu tertentu pada kontrak multi-yeas. PBC merupakan kontrak tahun jamak, sehingga perlu adanya kepastian mengenai ketersediaan dana untuk pelaksanaan kontrak dalam jangka waktu tersebut, karena PBC akan lebih effektif dan effisien jika dilakukan dalam skala besar dan skala waktu yang lebih dari 3 (tiga) tahun Indikator dan Parameter Penilaian Kendala Aspek Hukum Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek hukum, adalah yang terkait dengan pengaturan dari: kontrak, spesifikasi teknis, seleksi penyedia jasa, dan penyelesaian perselisihan. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator dari kendala aspek hukum adalah: 1. Kontrak Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator kontrak adalah: jenis kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan. 2. Spesifikasi Teknis Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator spesifikasi teknis adalah: orientasi spesifikasi dan komponen spesifikasi. 3. Seleksi Penyedia Jasa Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator seleksi penyedia jasa adalah: metode seleksi dan penilaian kualifikasi. 4. Penyelesaian Perselisihan Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator penyelesaian perselisihan adalah metode penyelesaian perselisihan.

7 Aspek Resiko Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek resiko, adalah yang terkait dengan: analisis dan manajemen resiko, serta alokasi resiko. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator dari kendala aspek resiko adalah: 1. Analisis dan Manajemen Resiko Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator analisis dan manajemen resiko adalah: analisis resiko awal proyek, manajemen resiko selama proyek berlangsung, dan jenis resiko yang dianalisis. 2. Alokasi Resiko Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator analisis dan manajemen resiko adalah siapa pihak yang mengelola resiko Aspek Teknis Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek teknis, adalah yang terkait dengan: kontrak proyek pemeliharaan jalan (PPJ), spesifikasi teknis PPJ, penyelesaian perselisihan PPJ, seleksi penyedia jasa PPJ, pengawasan PPJ, pembayaran PPJ, dan masa pemeliharaan PPJ. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator dari kendala aspek teknis adalah: 1. Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ) Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ) adalah: jenis kontrak PPJ, tipe kontrak PPJ, dan bentuk layanan PPJ. 2. Spesifikasi Teknis PPJ Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Spesifikasi Teknis PPJ adalah: orientasi spesifikasi teknis PPJ dan komponen spesifikasi teknis PPJ. 3. Penyelesesaian Perselisihan PPJ Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Penyelesesaian Perselisihan PPJ adalah metode penyelesaian perselisihan PPJ. 4. Seleksi Penyedia Jasa PPJ

8 77 Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Seleksi Penyedia Jasa PPJ adalah: metode seleksi penyedia jasa PPJ dan penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ. 5. Pengawasan PPJ Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Pengawasan PPJ adalah: pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ dan mekanisme pengawasan PPJ. 6. Pembayaran PPJ Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Pembayaran PPJ adalah: sistem pembayaran PPJ dan dasar pembayaran PPJ. 7. Masa Pemeliharaan PPJ Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator Masa Pemeliharaan PPJ adalah: pihak yang bertanggungjawab pada masa pemeliharaan dan jangka waktu pemeliharaan Aspek Organisasi Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek organisasi adalah yang terkait dengan: Sumber Daya Manusia (SDM) dan penyebaran informasi KBK/PBC. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai setiap indikator kendala aspek organisasi adalah: 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator SDM adalah kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ. 2. Penyebaran Informasi PBC Parameter penilaian yang digunakan untuk menilai indikator penyebaran informasi PBC adalah mekanisme penyebaran informasi mengenai PBC Aspek Pendanaan Indikator yang digunakan untuk menilai kendala aspek pendanaan, adalah yang terkait dengan: ketersediaan dana proyek multiyears. Adapun parameter penilaian yang akan digunakan untuk menilai indikator ketersediaan dana proyek multiyears adalah kepastian ketersediaan dana proyek multiyears:

9 78 Indikator dan parameter penilaian dari kendala-kendala yang ada selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4. 4 Indikator dan parameter penilaian No Aspek Dasar Penilaian 1 Aspek Hukum 2 Aspek Resiko 3 Aspek Teknis 4 Aspek Organisasi 5 Aspek Pendanaan Indikator Parameter Penilaian Jenis kontrak a. Kontrak Tipe kontrak Bentuk layanan b. Spesifikasi teknis Orientasi spesifikasi Komponen spesifikasi c. Seleksi penyedia jasa Metode seleksi Penilaian kualifikasi d. Penyelesaian perselisihan Metode penyelesaian perselisihan a. Analisis resiko Analisis resiko awal proyek dan Manajemen resiko selama proyek manajemen berlangsung resiko Jenis resiko yang dianalisis b. Alokasi resiko Pihak yang mengelola resiko Jenis kontrak PPJ a. Kontrak PPJ Tipe kontrak PPJ Bentuk layanan PPJ b. Spesifikasi Orientasi spesifikasi teknis PPJ teknis PPJ Komponen spesifikasi teknis PPJ c. Penyelesaian Metode penyelesaian perselisihan perselisihan PPJ PPJ d. Seleksi penyedia jasa PPJ e. Pengawasan PPJ f. Pembayaran PPJ g. Masa pemeliharaan a. Sumber Daya Manusia b. Penyebaran Informasi KBK a. Ketersediaan dana proyek multiyears Metode seleksi penyedia jasa PPJ Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ Mekanisme pengawasan PPJ Sistem pembayaran PPJ Dasar pembayaran PPJ Pihak yang bertanggungjawab Jangka waktu masa pemeliharaan Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ Mekanisme penyebaran informasi PBC Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears

10 79 Setelah parameter-parameter dari kendala yang ada dikelompokkan, selanjutnya akan diberikan kode untuk setiap parameter yang ada, seperti pada tabel 4.5. Tabel 4. 5 Pemberian kode penilaian kendala No Aspek Dasar Penilaian Indikator Parameter Penilaian Kode a. Jenis kontrak A1a 1. Kontrak b. Tipe kontrak A1b c. Bentuk layanan A1c A B Aspek Hukum Aspek Resiko 2. Spesifikasi teknis 3. Seleksi penyedia jasa 4. Penyelesaian perselisihan 1. Analisis resiko dan manajemen resiko a. Orientasi spesifikasi A2a b. Komponen spesifikasi A2b a. Metode seleksi A3a b. Penilaian kualifikasi A3b a. Metode penyelesaian perselisihan A4a a. Analisis resiko awal proyek B1a b. Manajemen resiko selama proyek berlangsung B1b c. Jenis resiko yang dianalisis B1c 2. Alokasi resiko 1. Kontrak PPJ a. Pihak yang mengelola resiko B2a a. Jenis kontrak PPJ C1a b. Tipe kontrak PPJ C1b c. Bentuk layanan PPJ C1c C D E Aspek Teknis Aspek Organisasi Aspek Pendanaan 2. Spesifikasi teknis PPJ 3. Penyelesaian perselisihan PPJ 4. Seleksi penyedia jasa PPJ 5. Pengawasan PPJ 6. Pembayaran PPJ 7. Masa pemeliharaan 1. Sumber Daya Manusia 2. Penyebaran Informasi KBK 1. Ketersediaan dana proyek multiyears a. Orientasi spesifikasi teknis PPJ C2a b. Komponen spesifikasi teknis PPJ C2b a. Metode penyelesaian perselisihan PPJ C3a a. Metode seleksi penyedia jasa PPJ C4a b. Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ C4b a. Pihak yang bertanggungjawab dalam C5a pengawasan PPJ b. Mekanisme pengawasan PPJ C5b a. Sistem pembayaran PPJ C6a b. Dasar pembayaran PPJ C6b a. Pihak yang bertanggungjawab C7a b. Jangka waktu masa pemeliharaan C7b a. Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ D1a a. Mekanisme penyebaran informasi PBC D2a a. Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears E1a

11 Model Penilaian Setelah parameter dan ukuran penilian diidentifikasi, selanjutnya akan dikembangkan bagaimana menilai parameter tersebut. Dasar penilaiannya akan dibedakan atas 2 (dua) bagian, bagian pertama adalah penilaian terhadap hasil wawancara tentang bagaimana sebetulnya kendala yang ada telah diakomodasi oleh pengelola jalan dan kontraktor pemeliharaan jalan. Bagian kedua adalah penilaian terhadap hasil kuesioner tingkat kepentingan dari kendala yang dinilai oleh para ahli KBK. Metode penilaian yang digunakan dalam model ini adalah metode rating. Dengan metode rating, obyek yang ditetapkan sebagai kategori penilaian dapat dibandingkan relative dengan obyek yang lain, dan dapat diurutkan secara terstruktur, misalnya dari kendala yang telah diakomodasi sampai pada kendala yang betul-betul belum diakomodasi atau diperhatikan. Metode rating yang digunakan dalam model ini adalah suatu model yang menggunakan ukuran-ukuran yang dinyatakan secara kualitatif, yaitu melalui pertanyaan-pertanyaan yang dapat menunjukkan gradasi dari obyek yang dinilai. Nilai kualitatif yang digunakan adalah nilai kualitatif yang dinyatakan dengan angka numerik dalam skala Likert 58, yaitu skala 1 sampai 5. Dengan ketentuan skala sebagai berikut: 1. Skala 1 : kategori Sangat Baik (Tidak ada kendala/kendala 0%) 2. Skala 2 : Kategori Baik (Kendala sebesar 25%) 3. Skala 3 : Kategori Sedang (Kendala sebesar 50%) 4. Skala 4 : Kategori Buruk (Kendala sebesar 75%) 5. Skala 5 : Kategori Buruk Sekali (Kendala sebesar 100%) 58 Drs. Riduwan, M.B.A, 2005, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta, Bandung.

12 81 Penilaian untuk setiap level akan dilakukan melalui ketentuan sebagai berikut 59 : 1. Perhitungan Level 4 Level 4 merupakan nilai dari parameter-parameter penilaian yang dinilai dalam skala Likert 1 sampai 5. Nilai yang diberikan dipengaruhi hasil wawancara yang dilakukan. Dari parameter penilaian yang telah dikembangkan, dasar penilaian dapat dilihat pada Lampiran Perhitungan Level 3 Pada level 3 akan dilakukan perhitungan dari tingkat kendala dari parameter penilaian. Tingkat kendala dari parameter penilaian ini menggunakan persamaan: (3.1) Mengacu pada persamaan di atas, maka persamaan untuk menghitung level 3 adalah sebagai berikut: (3.2) (3.3) (3.4) (3.5) (3.6) 59 Bayu Kania, (2006). Pengembangan Model Penilaian Kesiapan Internal Pemerintah dan Kontraktor Indonesia dalam Penerapan Metoda Kontrak Berbasis Kinerja (KBK), ITB.

13 82 Dimana notasi-notasi tersebut adalah: adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek hukum. adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek resiko. adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek teknis. adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek organisasi. adalah berturut-turut adalah nilai dari parameter parameter penilaian dalam rating 1 sampai 5 yang terdapat dalam aspek pendanaan. 5n adalah nilai maksimum yang bisa dicapai, karena rating skala maksimum adalah 5, dan n adalah parameter penilaian ke n. 3. Perhitungan Level 2 Nilai pada Level 2 (3.7) (3.8) (3.9) (3.10) (3.11)

14 83 Dimana notasi-notasi tersebut adalah: adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek hukum. adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek resiko. adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek teknis. adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek organisasi. adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam parameter penilaian aspek pendanaan. W menyatakan tingkat kepentingan dari setiap parameter penilaian. 4. Perhitungan Level 1 (3.12) (3.13) (3.14) (3.15) (3.16)

15 84 Dimana notasi-notasi tersebut adalah: adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek hukum. adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek resiko. adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek teknis. adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek organisasi. adalah berturut-turut besarnya tingkat kemampuan pengelola jalan untuk mengakomodasi kendala penerapan KBK yang terdapat dalam aspek pendanaan. W menyatakan tingkat kepentingan dari setiap parameter penilaian. 5. Perhitungan Level 0 K o = (W AH x P AH ) + (W AR x P AR ) + (W AT x P AT ) + (W AO x P AO ) + (W AP x P AP ) (3.16) Dimana notasi-notasi tersebut adalah: K o adalah besarnya tingkat kendala dalam penerapan KBK pada penanganan pemeliharaan jalan. P AH, P AR, P AK, P AT, P AP berturut-turut adalah besarnya tingkat kendala penerapan PBC dalam proyek pemeliharaan jalan. W menyatakan tingkat kepentingan dari setiap parameter penilaian.

16 85 Jika model matematis tersebut diatas dibuatkan dalam bentuk ilustrasi model penilaian, maka dapat diperlihatkan melalui gambar 4.2. Dari gambar 4.2 terlihat bahwa perhitungan dimulai dengan menggunakan persamaan 4 (empat) yaitu dengan memasukan nilai N dari hasil wawancara. Nilai N merupakan nilai kuantitatif yang digunakan untuk megkategorikan parameter penilaian, yaitu 1 5. Selanjutnya nilai pada persamaan 4 (empat) menjadi input bagi persamaan 3 (tiga) sehingga diperoleh nilai probabilitas dari parameter penilaian. Nilai persamaan 3 (tiga) akan menjadi input persamaan 2 (dua) sehingga diperoleh nilai probabilitas dari indikator dan nilai persamaan 2 (dua) akan menjadi input persamaan 1 (satu) sehingga diperoleh probabilitas dari dasar penilaian. Perhitungan akhir dilakukan dengan input persamaan 1 (satu) ke dalam persamaan 0 (nol) sehingga diperoleh nilai kendala dari penerapan PBC dalam pemeliharaan jalan.

17 86 Gambar 4. 2 Model penilaian faktor-faktor kendala penerapan PBC

18 Hirarki Tingkatan Parameter Penilaian Hirarki yang dikembangkan dalam Proses Hirarki Analisis (PHA) sama dengan tingkatan level dari model penilaian kendala. Pada gambar 4.3, diilustrasikan hirarki parameter penilaian kendala penerapan PBC dari pihak pengelola pemeliharn jalan (owner). A.1.a Jenis kontrak A.1 Kontrak A.2 Spesifikasi teknis A.1.b Tipe kontrak A.1.c Bentuk layanan A.2.a Orientasi spesifikasi A.2.b Komponen spesifikasi A. Aspek Hukum A.3 Seleksi Penyedia Jasa A.3.a Metode seleksi A.3.b Penilaian kualifikasi A.4 Penyelesaian perselisihan A.4.a Metode penyelesaian perselisihan B. Aspek Resiko B.1 Analisis resiko dan manajemen resiko B.1.a Analisis resiko awal proyek B.1.b Manajemen resiko selama proyek berlangsung B.1.c Jenis resiko yang dianalisis B.2 Alokasi resiko B.2.a Pihak yang mengelola resiko C.1 Kontrak PPJ (proyek pemel. Jalan) C.1.a Jenis kontrak PPJ C.1.b Tipe kontrak PPJ C.1.c Bentuk layanan PPJ Kendala Penerapan KBK pada Pemeliharaan Infrastruktur Jalan C. Aspek Teknis C.2 Spesifikasi teknis PPJ C.3 Penyelesaian perselisihan PPJ C.2.a Orientasi spesifikasi teknis PPJ C.2.b Komponen spesifikasi teknis PPJ C.3.a Metode penyelesaian perselisihan PPJ C.4 Seleksi penyedia jasa PPJ C.4.a Metode seleksi penyedia jasa PPJ C.4.b Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ C.5 Pengawasan PPJ C.6 Pembayaran PPJ C.5.a Pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan PPJ C.5.b Mekanisme pelaksanaan pengawasan PPJ C.6.a Sistem pembayaran PPJ C.6.b Dasar pembayaran PPJ C.7 Masa pemeliharaan D.1 SDM C.7.a Pihak yang bertanggungjawab C.7.b Jangka waktu masa pemeliharaan D.1.a Kualifiaksi SDM pengelola kontrak PPJ (1) D. Aspek Organisasi D.2 Penyebaran Informasi KBK D.2.a Mekanisme penyebaran informasi PBC (1) E. Aspek Pendanaan E.1 Ketersediaan dana proyek multiyears (1) E.1.a Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears (1) Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Gambar 4. 3 Hirarki tingkatan parameter penilaian

19 PENGEMBANGAN PETA FAKTOR-FAKTOR KENDALA PENERAPAN PBC Setelah dilakukan pengembangan model untuk menilai kendala yang ada, maka selanjutnya akan diuraikan tentang pengembangan peta kendala yang ada dalam penerapan PBC di pemeliharaan jalan. Peta keterkaitan kendala ini merupakan penjabaran dari model penilaian kendala yang telah dikembangkan sebelumnya. Peta kendala ini dikembangkan untuk tujuan untuk memudahkan analisa terhadap hasi penilaian dari model penilaian kendala, karena setelah diketahui nilai kendala dari masing-masing level indikator penilaian, selanjutnya nilai tersebut akan di-mapping-kan dengan peta kendala. Sehingga dapat diketahui dengan secara cepat dan jelas kendala-kendala mana saja yang sebenarnya telah diakomodasi oleh pengelola jalan dan kontraktor dan mana saja kendala yang belum diakomodasi. Dalam peta akan diberikan arsir sesuai dengan tingkatan kendala, seperti pada tabel 4.6. Tabel 4. 6 Kategori kendala dalam peta keterkaitan No Arsir/Warna Keterangan 1 Kendala kuat (83% - 100%) 2 Kendala agak kuat (66.6% %) 3 Kendala sedang (49.98% %) 4 Kendala lemah (33.3% %) 5 Kendala Kurang (16.65%- 33.3%) 6 Kendala kurang sekali (0%-16.65%)

20 89 BAB 5 PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 5.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan dan dibahas mengenai karakteristik proyek pemeliharaan jalan, serta pengumpulan data dan analisis data. Pengumpulan data dimulai dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada para pakar untuk analisa tingkat kepentingan kendala. Bersamaan dengan penyebaran kuesioner dilakukan wawancara kepada pihak pengelola pemeliharaan jalan yang dalam wawancara ini diwakili oleh Kepala Bidang Pemeliharaan Dinas Bina Marga Provinsi Banten untuk mengetahui karakteristik pengelolaan pemeliharaan jalan khususnya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Data hasil penyebaran kuesioner akan dianalisa dengan Analythical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan tingkat kepentingan/prioritas dari masing-masing kendala yang ada dari penerapan Performance Based Contract (PBC) dalam penanganan pemeliharaan jalan dari sudut pandang pengelola jalan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus pengelolaan pemeliharaan jalan oleh Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. 5.2 STUDI KASUS IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN KENDALA PENERAPAN PBC DALAM PENANGANAN PEMELIHARAAN JALAN Praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam Penanganan Pemeliharaan Jalan Pembahasan mengenai praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam penanganan pemeliharaan jalan merupakan temuan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. 89

21 90 Pembahasan mengenai praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam proyek penanganan pemeliharaan jalan (PPJ) akan diuraikan dalam struktur pembahasan berikut ini, yaitu: 1. Jenis kontrak; 2. Tipe kontrak; 3. Bentuk layanan; 4. Orientasi spesifikasi; 5. Komponen spesifikasi; 6. Metode seleksi; 7. Penilaian kualifikasi; 8. Metode penyelesaian perselisihan; 9. Manajemen resiko selama proyek berlangsung; 10. Jenis resiko yang dianalisis; 11. Pihak yang mengelola resiko; 12. Jenis kontrak PPJ; 13. Tipe kontrak PPJ; 14. Bentuk layanan PPJ; 15. Orientasi spesifikasi teknis PPJ; 16. Komponen spesifikasi teknis PPJ; 17. Metode penyelesaian perselisihan PPJ; 18. Metode seleksi penyedia jasa PPJ; 19. Penilaian kualifikasi penyedia jasa PPJ; 20. Pihak yang bertanggungjawab dalam pengawasan PPJ; 21. Mekanisme pengawasan PPJ; 22. Sistem pembayaran PPJ; 23. Dasar pembayaran PPJ; 24. Pihak yang bertanggungjawab; 25. Jangka waktu masa pemeliharaan; 26. Kualifikasi SDM pengelola kontrak PPJ; 27. Mekanisme penyebaran informasi konsep PBC; 28. Kepastian ketersediaan dana proyek multiyears;

22 Pembahasan Praktek Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten dalam Penanganan Pemeliharaan Jalan Aspek Hukum A. Kontrak Indikator penilaian kontrak akan ditinjau dari pengaturan perundangundangan mengenai jenis kontrak, tipe kontrak, dan bentuk layanan berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Adapun penjelasan dari masing-masing praktek yang terkait dengan kontrak adalah sebagai berikut: 1. Jenis Kontrak Pengaturan mengenai jenis kontrak di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, diatur secara formal melalui Pasal 30 Keppres No.80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan penjelasannya sebagai berikut: a. Berdasarkan bentuk imbalan: Menurut pasal 30 ayat (1) huruf a, jenis kontrak berdasarkan bentuk imbalan terdiri dari: 1) Lumpsum, adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa. 2) Harga satuan, adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran

23 92 bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa. 3) Gabungan lump sum dan harga satuan, adalah kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan. 4) Terima jadi (turn key), adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan. 5) Persentase, adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi di bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/ pemborongan tersebut. Jika ditinjau berdasarkan jenis kontrak, PBC merupakan kontrak yang menggunakan sistem lumpsum dan kontrak terima jadi. Berdasarkan Penjelasan Pasal 30 ayat (2) Keppres 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dijelaskan bahwa kontrak lumpsum dibolehkan untuk diterapkan di Indonesia untuk jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya sudah diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis. Akan tetapi dalam PBC yang menjadi acuan pembayaran adalah kinerja dari suatu hasil konstruksi dan bukan volume pekerjaan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya peraturan perundangan yang mengatur pembayaran lumpsum untuk PBC. Kontrak PBC yang bersifat lumpsum akan menghindarkan terjadinya klaim atau perubahan order kontrak sehingga pemilik proyek mempunyai estimasi biaya yang pasti. Dengan mengacu pada peraturan yang ada, dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari segi jenis kontrak berdasarkan bentuk imbalan,

24 93 secara hukum PBC dapat diterapkan di Indonsia. Akan tetapi pengaturan pembayaran harus diatur lebih lanjut oleh peraturan perundang-undangan, sehingga penerapan kontrak ini tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.. b. Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan Menurut pasal 30 ayat (1) huruf b, jenis kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksanaan terdiri dari: 1) Tahun tunggal, adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran. 2) Tahun jamak kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota. Berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya, PBC merupakan kontrak jenis tahun jamak (multiyears), atau lebih dari 1 (satu) tahun anggaran). Dengan mengacu pada peraturan yang ada, dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari jenis kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksanaan, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan. 2. Tipe Kontrak Tipe kontrak dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu: a. Tradisional: memisahkan perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan. b. Terintegrasi: perencanaan dan konstruksi digabung. c. Lifecycle: perencanaan, konstruksi, dan pemeliharaan digabung. Tipe kontrak yang sesuai untuk PBC adalah tipe kontrak terintegrasi dan kontrak lifecycle, yaitu: kontrak tim pembangunan; kontrak perencanaan dan pembangunan; kontrak terima jadi; kontrak umum;

25 94 kontrak perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan; kontrak pembangunan, pengoperasian dan transfer; dan kontrak aliansi. Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat (3). Dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari tipe kontrak, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di Indonesia, dimana perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dimungkinkan untuk dilakukan oleh satu penyedia jasa. 3. Bentuk Layanan Menurut UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat (1), bentuk layanan jasa konstruksi terdiri dari: perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi. Pada pasal 16 ayat (2), layanan jasa yang dilakukan oleh penyedia jasa dilakukan oleh tiap-tiap penyedia jasa secara terpisah dalam pekerjaan konstruksi. Dan pada pasal 16 ayat (3) layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan besaran pekerjaan atau biaya, penggunaan teknologi canggih, serta resiko besar bagi para pihak ataupun kepentingan umum dalam satu pekerjaan konstruksi. Dapat disimpulkan bahwa bentuk layanan jasa konstruksi adalah: a. Perencana konstruksi; b. Pelaksana konstruksi; c. Pengawas konstruksi; d. Terintegrasi (perencana, pelaksana, dan pengawas). Berdasarkan bentuk layanan, PBC merupakan jenis kontrak yang memiliki karakteristik perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan terintegrasi dalam satu kontrak (dilakukan oleh satu penyedia jasa). Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat (3). Dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari bentuk layanan yang diberikan, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di Indonesia, dimana perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dimungkinkan untuk dilakukan oleh satu penyedia jasa.

26 95 B. Spesifikasi Teknis 1. Orientasi Spesifikasi Indikator penilaian spesifikasi teknis akan ditinjau dari orientasi spesifikasi dan komponen spesifikasi. Kepmen Praswil No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, Standar Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Bab VI, disebutkan bahwa: Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan dilelangkan, dengan ketentuan: a. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya produksi dalam negeri; b. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional; c. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan; d. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan; e. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan; f. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan; g. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk; h. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan; i. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran. Hal yang perlu dipahami dalam pengelolaan PBC adalah tidak membuat spesifikasi yang sangat mengikat dan berorientasi kepada hasil akhir, sehingga kontraktor diberikan kesempatan untuk menawarkan solusi terbaik yang mereka miliki. Dalam beberapa persyaratan yang terdapat dalam spesifikasi teknis kontrak PBC terdapat beberapa persyaratan yang menggunakan pendekatan kontrak tradisional seperti kategori tenaga kerja, kebutuhan pendidikan yang harus dipenuhi dari tenaga ahli, jumlah waktu yang dibutuhkan. Pengelola jalan akan mengevaluasi proposal berdasarkan kualitas dari solusi yang dijukan serta pengalaman dari tenaga ahli yang ditawarkan.

27 96 Dari pengaturan kebijakan mengenai orientasi spesifikasi, terlihat bahwa orientasi spesifikasi adalah input oriented mengingat masih adanya batasan/syarat-syarat tertentu, serta metoda pelaksanaan pekerjaan yang dibatasi. 2. Komponen Spesifikasi Komponen spesifikasi yang diatur dalam Kepmen Praswil No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, Standar Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan), Bab VI, adalah: a. Metoda pelaksanaan; b. Jadual waktu pelaksanaan; c. Macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan; d. Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan; e. Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk; f. Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan; g. Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran. Tidak ada standar untuk menulis spesifikasi berbasis kinerja, hanya dibutuhkan gambaran kebutuhan dalam bentuk hasil akhir bukan proses, menggunakan ukuran standar kinerja dan quality assurance surveillance plan, menetapkan pengurangan biaya, dan insentif yang tepat. Komponen spesifikasi dari PBC adalah hasil akhir yang diinginkan, jasa yang dibutuhkan, standar kinerja, level kinerja yang dapat diterima, metoda pengawasan, insentif/disinsentif. Keseluruhan komponen spesifikasi dalam PBC dimasukan dalam matriks kinerja.

28 97 C. Seleksi Penyedia Jasa Indikator penilaian seleksi penyedia jasa akan ditinjau dari metode seleksi dan penilaian kualifikasi berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. 1. Metode Seleksi Pasal 17 UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi secara umum mengatur mengenai metode pemilihan penyedia jasa, yaitu: pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung dan penunjukan langsung. Dengan pelelangan umum penyedia jasa dapat melakukan prakualifikasi dan pascakualifikasi. Adapun pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang lolos prakualifikasi. Prakualifikasi adalah penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia jasa sebelum memasukkan penawaran. Kontrak PBC diterapkan untuk kontrak terintegrasi. Dengan adanya pasal 16, ayat 3 UU No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi yang mengatur terintegrasinya perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dalam satu kontrak, secara hukum kontrak PBC dapat diterapkan di Indonesia. Dimana dalam PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 13 ayat 1, disebutkan bahwa pemilihan penyedia jasa terintegrasi dapat dilakukan dengan cara pelelangan terbatas. Selain itu pada ayat 3 disebutkan bahwa pemilihan penyedia jasa terintegrasi salah satunya dilakukan dengan syarat: melalui proses prakualifikasi. Metoda pelelangan terbatasa dapat dilakukan apabila jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan kompleks. 2. Penilaian Kualifikasi Pada Kontrak Berbasis Kinerja evaluasi penilaian penawaran berdasarkan best value (penawar yang memiliki kemampuan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memiliki informasi kinerja dimasa lalu yang baik).

29 98 D. Penyelesaian Perselisihan Indikator penilaian penyelesaian perselisihan akan ditinjau dari metode penyelesaian perselisihan berdasarkan praktek hukum di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Pengaturan mengenai penyelesaian perselisihan/sengketa konstruksi di Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, diatur secara formal melalui Pasal 38 ayat 1 Keppres No.80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yaitu: Bila terjadi perselisihan antara pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa maka kedua belah pihak menyelesaikan perselisihan di Indonesia dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau melalui pengadilan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrak menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Selain itu penyelesaian perselisihan jasa konstruksi juga diatur dalam pasal 49 PP 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, yaitu: penyelsaian sengketa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara: 1. Melalui pihak ketiga, yaitu: (a) mediasa (yang ditunjuk oleh para pihak atau lembaga Arbitrase dan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa); (b) konsiliasi, atau; 2. Arbitrase melalui Lembaga Arbitrase atau Arbitrase Ad Hoc. Dalam PBC Dalam kontrak PBC jalur litigasi sebagai alat untuk penyelesaian sengketa dihindari. Dengan adanya pengaturan UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi, pasal 38 ayat (1). Dapat disimpulkan bahwa pengaturan yang ada di Indonesia membuka kesempatan adanya penyelesaian perselisihan melalui litigasi/pengadilan, sehingga perlu pengaturan secara khusus mengenai penyelesaian sengketa untuk kontrak PBC.

30 Aspek Resiko A. Analisis dan Manajemen Resiko Indikator penilaian analisis dan manajemen resiko akan ditinjau dari analisis resiko awal proyek, manajemen resiko selama proyek berlangsung, dan jenis resiko yang dianalisis berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. 1. Analisis Resiko Awal Proyek Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan pemeliharaan jalan tidak dilakukan analisis resiko di awal proyek. 2. Manajemen Resiko Selama Proyek Berlangsung Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan pemeliharaan jalan tidak dilakukan manajemen resiko selama proyek berlangsung. Dalam PBC karena kontraktor diberikan kebebasan untuk menyelesaikan permasalahan melalui solusi yang mereka ajukan, maka kontraktor bertanggungjawab penuh atas segala resiko yang mungkin timbul dari solusi yang mereka berikan. Dalam PBC, kemampuan kontraktor dalam menganalisa kemungkinan resiko yang muncul akibat solusi yang mereka berikan, merupakan salah satu faktor kriteria evaluasi proposal penawaran kontraktor. 3. Jenis Resiko yang Dianalisis Jenis resiko yang harus dianalisis terdiri dari: aspek legal, aspek organisasi, aspek teknis, aspek spasil, aspek keuaangan, dan aspek politik. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dalam penanganan pemeliharaan jalan, tidak ada jenis resiko yang dianalisis. B. Alokasi Resiko Indikator penilaian alokasi resiko akan ditinjau dari pihak yang mengelola resiko berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Resiko sebaiknya dialokasikan pada pihak yang paling mampu mengatur resiko tesebut. Dalam kontrak PBC penyedia jasa merupakan pihak yang mengelola resiko berkaitan dengan keahliannyadan

31 100 insentif yang akan mereka terima sesuai dengan tingkat resiko yang diberikan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pihak yang mengelola resiko dalam penanganan pemeliharaan jalan adalah kontraktor/penyedia jasa Aspek Teknis A. Kontrak Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ) Indikator penilaian kontrak proyek pemeliharaan jalan akan ditinjau dari jenis kontrak PPJ dan tipe kontrak PPJ berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. 1. Jenis Kontrak PPJ a. Berdasarkan Bentuk Imbalan Berdasarkan hasil wawancara jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan karena kebanyakan volume pekerjaan yang ada tidak dapat terukur dengan pasti. Dengan bentuk kontrak ini seringkali terjadi pembengkakan biaya akibat adanya pekerjaan-pekerjaan tambahan yang belum teridentifikasi dalam tahap perencanaan. Jadi dalam hal ini resiko meningkatnya biaya pemeliharaan jalan sepenuhnya dipikul oleh pemilik proyek. Jika melihat bentuk pekerjaan yang ada maka terlihat adanya kendala penerapan PBC dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan. b. Jangka Waktu Pelaksanaan Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa jangka waktu pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan adalah tahun tunggal yaitu: 6 bulan masa pelaksanaan. 2. Tipe Kontrak PPJ Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pada saat ini tipe kontrak yang biasa digunakan dalam pemeliharaan jalan masih memisahkan tahap perencanaan dan pemeliharaan jalan atau merupakan kontrak tradisional bukan kontrak terintegrasi. Jika mengacu pada PP

32 101 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pasal 13, pekerjaan yang dapat dilakukan dengan layanan jasa konstruksi terintegrasi adalah pekerjaan yang: bersifat kompleks, memerlukan teknologi tinggi, mempunyai resiko tinggi, dan memiliki biaya yang besar. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau bernilai di atas Rp ,00 (lima puluh miliar rupiah). Kriteria teknologi tinggi adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang menggunakan banyak peralatan berat dan banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga terampil. Kriteria resiko tinggi adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, hart benda, jiwa manusia dan lingkungan. Jika melihat bentuk pekerjaan pemeliharaan jalan, dengan melihat aspek hukum, proyek pemeliharaan jalan tidak masuk dalam jenis kontrak yang terintegrasi. 3. Bentuk Layanan Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa bentuk layanan yang diberikan adalah terpisah dan tidak terintegrasi. B. Spesifikasi Teknis Proyek Pemeliharaan Jalan (PPJ) Indikator penilaian spesifikasi teknis PPJ akan ditinjau dari orientasi spek. teknis PPJ dan komponen spek. Teknis PPJ berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa orientasi spesifikasi teknis dalam proyek pemeliharaan jalan bersifat input oriented (orientasi terhadap input) dimana komponen dalam spesifikasi masih mensyaratkan metoda pelaksanaan, tenaga ahli, material, dsb yang harus digunakan oleh penyedia jasa. Pada metode Kontrak Tradisional spesifikasi yang digunakan adalah menjelaskan secara detail tata cara pelaksanaan pekerjaan yang harus

33 102 dilakukan oleh Penyedia Jasa (Kontraktor), sedangkan Kontrak Berbasis Kinerja menggunakan spesifikasi yang bersifat output-oriented dimana owner tidak memaparkan secara detail bagaimana tata cara pelaksanaan pekerjaan akan tetapi hanya menjelaskan output yang diinginkan. Dengan spesifikasi kinerja yang digunakan dalam skema PBC, akan tercipta inovasi-inovasi teknologi karena penyedia jasa memilih alternative-alternatif teknologi selama dapat memenuhi spesifikasi kinerjanya. C. Penyelesaian Perselisihan Proyek Pemeliharaan Jalan Indikator penilaian penyelesaian perselisihan PPJ akan ditinjau dari metode penyelesaian perselisihan berdasarkan praktek di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa penyelesaian sengketa konstruksi dalam pemeliharaan jalan kebanyakan diselesaikan melalui arbitrase. D. Seleksi Penyedia Jasa Proyek Pemeliharaan Jalan Indikator penilaian seleksi penyedia jasa PPJ akan ditinjau metode seleksi PPJ dan penilaian kualifikasi PPJ berdasarkan prakteknya di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten. 1. Metode Seleksi PPJ Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa metoda seleksi penyedia jasa dalam proyek pemeliharaan jalan adalah melalui pelelangan umum. 2. Penilaian Kualifikasi PPJ Dari hasil wawancara diperoleh informasi penilaian kualifikasi penyedia jasa proyek pemeliharaan jalan didasarkan atas penawar terendah. Dalam PBC terdapat beberapa konsep dasar memilih kontraktor yang tepat, yaitu: a. Persaingan dengan menggunakan down selection dan due diligence.

34 103 Kunci utama untuk memilih kontraktor yang tepat adalah dengan menyusun permasalahan yang perlu diselesaikan oleh pihak pengelola, dan nantinya pihak kontraktor akan bersaing dengan mengajukan solusi terbaik. Kualitas dari solusi yang diajukan menjadi penilaian dalam evaluasi. Pengelola kontrak dalam PBC mempertimbangkan pembatasan perserta pelalngan (downselection), sehingga hanya kontraktor yang memiliki kemungkinan besar untuk memenangkan proyek yang akan mengikuti pelelangan. Setelah batasan dari peserta pelelangan ditetapkan, kontraktor memasuki periode due diligence yaitu dimana kontraktor mengetahui kebutuhan dari pengelola sehingga dapat menawarkan solusi terbaik, termasuk didalamnya proses site visit, pertemuan dengan pihak pengelola, serta melakukan riset dan analisis untuk mengembangkan solusi yang akan diajukan. b. Menerapkan presentasi secara lisan (oral presentation) dan metoda lainnya sebagai alat untuk komunikasi. Salah satu metoda/alat yang dapat memudahkan evaluasi kontraktor adalah dengan melakukan presentasi secara lisan. Presentasi secara lisan ini akan memberikan informasi tentang pendekatan teknikal yang diajukan kontraktor serta kondisi manajemen kontraktor yang akan menjadi bahan evaluasi, memilih, dan menentukan pemenang. Pernyataan dalam presentasi secara lisan tidak akan mengikat selama hal tersebut tidak tertulis dalam kontrak. Komunikasi antara pengelola dan kontraktor merupakan hal yang penting untuk mendapatkan kontraktor yang tepat. c. Mengutamakan kinerja masa lalu (past performance) dalam evaluasi kontraktor. Catatan kinerja kontraktor dimasa lalu merupakan parameter kunci dari gambaran kinerja kontraktor dimasa depan. Menggunakan informasi kinerja kontraktor dimasa lalu sebagai kriteria evaluasi akan memberikan banyak manfaat bagi pengelola dikemudian hari. Informasi kinerja kontraktor dimasa lalu diperoleh dapat diperoleh dengan menggunakan 2 (dua) metoda, yaitu: membuat pertanyaan sebagai referensi dan mencari informasi dari database kinerja yang dimiliki kontraktor, atau dengan cara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: Keppres 80-2003 lihat: Perpres 32-2005::Perpres 8-2006 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang)

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang) PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang) Pasal 51 Perpres nomor 54 tahun 2010 mengatur tentang ketentuan kontrak lump sum dengan ketentuan kontrak lump sum

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keputusan dan Pengambilan Keputusan Suatu masalah keputusan memiliki suatu lingkup yang berbeda dengan masalah lainnya. Perbedaan ini menonjol terutama karena adanya

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA

PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA Ada berbagai macam jenis kontrak yang digunakan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah seperti kontrak lump sum, kontrak harga satuan, kontrak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN

PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA INSTANSI PEMERINTAH PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten selaku pembina dan pengelola jalan provinsi di wilayah Provinsi Banten dalam melaksanakan pemeliharaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA INSTANSI PEMERINTAH

PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA INSTANSI PEMERINTAH PENJELASAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA INSTANSI PEMERINTAH PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrak Kontrak merupakan kesepakatan antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa untuk melakukan transaksi berupa kesanggupan antara pihak penyedia jasa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI

PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI 1 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Pemilihan Jenis Kontrak Agar diperhatikan dalam hal pemilihan jenis kontrak yang akan digunakan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Lebih terperinci

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi PROSES TENDER KONTRAKTOR Kontrak kerja konstruksi dibuat sebagai dasar hukum dan pedoman pelaksanaan bagi kontraktor yang diberikan oleh pemilik proyek, kontrak kerja konstruksi juga dapat berfungsi sebagai

Lebih terperinci

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (UU 2/2017 & PP 29/2000 Jo PP 54/2016) admikon2@gmail.com MODUL BIMBINGAN TEKNIS ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI Modul 1 : Kebijakan Penyusunan Dok. Kontrak

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL NOVEMBER MANAJEMEN KLAIM PROYEK KONSTRUKSI Construction Claim Management

SEMINAR NASIONAL NOVEMBER MANAJEMEN KLAIM PROYEK KONSTRUKSI Construction Claim Management SEMINAR NASIONAL 2014 6 NOVEMBER 2014 MANAJEMEN KLAIM PROYEK KONSTRUKSI Construction Claim Management PERMASALAHAN LUMP SUM KONTRAK DARI SISI PANDANG SEKTOR SWASTA/PENGUNA JASA KONSTRUKSI PEMBAHASAN PENYEBAB

Lebih terperinci

1 JDIH Kementerian PUPR

1 JDIH Kementerian PUPR PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31 /PRT/M/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2011

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 15/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi seringkali ditentukan oleh suatu keputusan penting dalam rangka mengambil peluang (opportunity) yang jarang terjadi

Lebih terperinci

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat mengkritisi issu issue aktual tentang proses

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Pemilihan Kontraktor Dalam industri konstruksi, ada dua pihak yang sangat berperanan penting, yaitu owner dan kontraktor. Dimana owner adalah orang atau badan hukum

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1285, 2015 KEMEN-PUPR. Pekerjaan Kontruksi. Jasa Konsultasi. Pengadaan. Pedoman. Standar. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 31/PRT/M/2015

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, judul yang diambil beserta alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, metode yang dipakai dalam pemecahan

Lebih terperinci

PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp50.000.000,- (lima puluh

Lebih terperinci

LAMPIRAN. SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG

LAMPIRAN. SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG LAMPIRAN SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2011 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Lampiran Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Lampiran I Peraturan Menteri PU Nomor : 06/PRT/M/2008 Tanggal : 27 Juni 2008 PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM J l. P a t t i m u r a N o. 2 0, K e b a

Lebih terperinci

STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000

STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000 STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000 HANS CHRISTIAN S. P. Nrp : 9521008 Nirm : 41077011951269 Pembimbing : YOHANES LIM D. A, Ir, M.T. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN

KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN Betty Susanti 1 dan Reini D. Wirahadikusumah 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI Mukhamad Afif Salim, Agus Bambang Siswanto Program Studi Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email : afifsalim@untagsmg.ac.id 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth, Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta Perihal: Pengadaan Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1 1 PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN 2010 Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1 A. PELAKSANAAN, OBJEK DAN PARA PIHAK DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Pengadaan

Lebih terperinci

KONFRENSI REGIONAL TEKNIK JALAN ( KRTJ 10 ) Wilayah Barat dan Tengah DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI LAMPUNG DPD HPJI PROVINSI LAMPUNG

KONFRENSI REGIONAL TEKNIK JALAN ( KRTJ 10 ) Wilayah Barat dan Tengah DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI LAMPUNG DPD HPJI PROVINSI LAMPUNG KONFRENSI REGIONAL TEKNIK JALAN ( KRTJ 10 ) Wilayah Barat dan Tengah DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI LAMPUNG DPD HPJI PROVINSI LAMPUNG Novie Winarny, ST, MM Ir. Kamal Abdul Nasser, MM, MT Background Perhitungan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN NOMOR : 03/SE/IJ/2006

SURAT EDARAN NOMOR : 03/SE/IJ/2006 Jakarta, 26 Juni 2006 Kepada yang terhormat : Para Pejabat Eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum Perihal : Tata Cara Pemeriksaan Pemilihan Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi/

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH... 367 D. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencana dengan nilai Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sebuah proyek konstruksi diperlukan suatu bentuk perikatan tertulis antara pengguna jasa (pemilik proyek/pemberi

Lebih terperinci

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 A. Kerja Sama Antar Daerah URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa agar pengadaan barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 A. Kerja Sama Antar Daerah URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN STRATEGIS PROVINSI DENGAN POLA PEMBIAYAAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SPESIFIKASI, HPS DAN KONTRAK

SPESIFIKASI, HPS DAN KONTRAK SPESIFIKASI, HPS DAN KONTRAK SPESIFIKASI Elemen Spesifikasi MUTU/KUALITAS JUMLAH SPESIFIKASI WAKTU TINGKAT LAYANAN Informasi lainnyayang Relevan Mutu Barang 1 3 MERK STANDAR INDUSTRI 2 SAMPEL SPESIFIKASI

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA A. Kerja Sama Antar Daerah 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami : 1 TUJUAN PELATIHAN Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami : 1. Tahapan persiapan swakelola 2. Persiapan PBJ melalui Penyedia penetapan spesifikasi/kak, HPS, jenis

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003 KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339 /KPTS/M/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI OLEH INSTANSI PEMERINTAH MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MENIMBANG

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN

Lebih terperinci

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah); 1 Tujuan Untuk menjamin bahwa pelaksanaan proses Pemilihan Langsung sesuai dengan peraturan per undang-undangan yang berlaku, harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 2 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

LARANGAN PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DENGAN CARA DUA TAHAP DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

LARANGAN PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DENGAN CARA DUA TAHAP DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI LARANGAN PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DENGAN CARA DUA TAHAP DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI (Abu Sopian Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak. Cara penyampaian dokumen penawaran

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) 419 I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI PERENCANAAN Nomor :.. Nama Kegiatan :.. Nama Pekerjaan

Lebih terperinci

PENJELASAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PASAL DEMI PASAL

PENJELASAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PASAL DEMI PASAL PENJELASAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Yang dimaksud dengan dilaksanakan secara

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH ABSTRAK

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH ABSTRAK MEDIA ILMIAH TEKNIK SIPIL Volume 5 Nomor 2 Juni 2017 Hal. 1-8 PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Yusri Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XI Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003 KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Nomor: 339/KPTS/M/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI OLEH INSTANSI PEMERINTAH MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MENIMBANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1001, 2014 KEMENHUB. Dokumen Pengadaan. Barang. Pedoman. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 28 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN I. Pendahuluan Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya volume pembangunan bangunan gedung negara, serta terbatasnya sumber daya yang tersedia, semakin dirasakan perlu adanya standarisasi yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 UMUM Bagian ini akan menjelaskan hasil pengolahan data yang didapat melalui survey kuisioner maupun survey wawancara, beserta analisis perbandingan hasil pengolahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PRESERVASI INFRASTRUKTUR JALAN PROVINSI MELALUI HIBAH

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam Pembangunan Nasional. Perum Perumnas adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk Perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI. Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

DAFTAR REFERENSI. Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009 132 DAFTAR REFERENSI Bapekin (2001). Struktur Spesifikasi Pengendalian Mutu (QC) Yang Baku, Buletin Bapekin No. 03 / 2001 Bambang Susantono & Taufik Mulyono, Jalan Rusak dan Good Governance, 2008 Bayu

Lebih terperinci

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSTRUKSI Pengadaan barang/ jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG a. Setiap bangunan Gedung harus diwujudkan dan dilengkapi dengan peningkatan Mutu atau Kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya, dan dapat

Lebih terperinci

KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA. Oleh : Rusdian Rasih Hendrato, S.H. Surakarta, 2005

KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA. Oleh : Rusdian Rasih Hendrato, S.H. Surakarta, 2005 KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA Oleh : Rusdian Rasih Hendrato, S.H. Surakarta, 2005 BAGIAN PERLENGKAPAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2005 Yang dimaksud dengan KONTRAK PENGADAAN BARANG / JASA adalah:

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK Menimbang : SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa kondisi infrastruktur

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BIDANG KONSTRUKSI Saifoe El Unas Fakultas Teknik Universitas Brawijaya PRESTASI INDONESIA Menurut PERC (Political & Economic Risk Consultancy) tentang Indonesia : Peringkat

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal :

PROSEDUR PENGADAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN CARA PENUNJUKAN LANGSUNG NoDokumen :BRR NIAS/SOP/DRAFT Revisi ke : R-00 Tgl. Berlaku : Maret 2007 Tanggal : 1 Tujuan Untuk menjamin bahwa pelaksanaan proses Penunjukan Langsung sesuai dengan peraturan per undang-undangan yang berlaku, harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 2 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT)

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) 1. Ruang Lingkup 2. Metode Pemilihan Penyedia 3. Proses Lelang RUANG LINGKUP Pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD,,

Lebih terperinci

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN. Modul : DCE 03 DOKUMEN KONTRAK

PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN. Modul : DCE 03 DOKUMEN KONTRAK PELATIHAN PELAKSANA BENDUNGAN Modul : DCE 03 DOKUMEN KONTRAK DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya manusia Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi DAFTAR MODUL

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR JALAN PROVINSI DENGAN POLA PEMBIAYAAN TAHUN JAMAK

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 135 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2010 SERI. E CANN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR :_3 TAHUN 2010 TAHUN TENTANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN KONTRAK LKPP

RANCANGAN KONTRAK LKPP RANCANGAN KONTRAK LKPP Nama Lengkap : Mudjisantosa, Alamat Kantor : Kompleks Rasuna Epicentrum Jl. Epicentrum Tengah Lot 11 B, Jakarta Selatan, DKI Jakarta - 12940 Riwayat Pekerjaan : Kasi Ditjen Perbendaharaan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RANCANGAN REVISI PERATURAN PRESIDEN NO 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

RANCANGAN REVISI PERATURAN PRESIDEN NO 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH RANCANGAN REVISI PERATURAN PRESIDEN NO 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Balikpapan, 28 Juli 2017 Bimtek PBJ Kementerian PU-PR Disampaikan oleh : Ir. Hardi Afriansyah, MSi Kasubdit

Lebih terperinci

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN CARA E-TENDERING

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN CARA E-TENDERING Lampiran Peraturan Gubernur Banten Nomor : 3 Tahun 2012 Tanggal : 3 Februari 2012 TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN CARA E-TENDERING A. RUANG LINGKUP : Ruang lingkup pengadaan

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK

Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri #6 & 7 MANAJEMEN PROYEK Manfaat Penjadwalan Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batas-batas waktu dari masing-masing

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAAN KEGIATAN KONTRAK TAHUN JAMAK (MULTIYEARS CONTRACT) PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA PEMUDA KABUPATEN PENAJAM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2011 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGIKATAN DANA ANGGARAN TAHUN JAMAK KEGIATAN PENINGKATAN/PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA KABUPATEN BELITUNG TIMUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu I Nyoman Iwan Surya (2011) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Kualitas Pekerjaan Proyek Konstruksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH A. Kerja Sama Daerah dengan Pemerintah Daerah Lain 1. Persiapan a. Pembentukan TKKSD. b. TKKSD membentuk Tim Teknis

Lebih terperinci