Sandy N sakati*, Odi. R. Pinontoan**, J. M. L Umboh**

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sandy N sakati*, Odi. R. Pinontoan**, J. M. L Umboh**"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO KESEHATA PARTIKEL DEBU TOTAL TERHADAP RISIKO PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI KOTA SALAKAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN Sandy N sakati*, Odi. R. Pinontoan**, J. M. L Umboh** *Pascasarjana Universitas Sam Ratulang Manado **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak Kejadian gangguan saluran pernafasan terjadi karena pencemaran kualitas udara diluar ruangan maupun di dalam ruangan. Sumber pencemaran udara di luar ruangan atau udara ambien antara lain pembakaran untuk pemanasan, pabrik-pabrik, transportasi, pembangkit tenaga listrik dan lain-lain kegiatan manusia di luar ruangan. Kota Salakan merupakan ibukota dari Kabupaten Banggai Kepulauan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Salakan. Berdasarkan laporan profil Puskesmas Salakan penderita penyakit ISPA pada tahun 2011 berjumlah 685 orang dan tahun 2013 berjumlah 342 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko pajanan partikel debu total terhadap kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan pendekatan Analisis risiko kesehatan lingkungan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Populasi adalah seluruh masyarakat Kota Salakan Kabupaten Banggai Kepualauan dengan Sampel berjumlah 95 orang. Cara penelitian dengan cara melakukan pengukuran partikel debu total di udara ambien dan wawancara menggunakan kuesionar. Kemudian dianalisis secara univariat, dan Penilaian Analisis risiko kesehatan melalui empat tahapan yaitu; Identifikasi Bahaya (Hazard Potential Identification), Analisis Pajanan (Exposure Assessment), Analisis Dosis Respon (Dose-Response Assessment) Karakteristik Risiko (Risk Quatient) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kosentrasi partikel debu total di udara ambien sebesar 79,70 µg/nm3, Intake partikel debu total melalui udara ambien sebesar 13,23 µg/kg-hari, dengan durasi pajanan masyarakat Kota Salakan rata-rata selama 27 tahun, berat badan masyarakat Kota Salakan rata-rata sebesar 63 kg, dan laju inhlasi sebesar 0,83 m3/hari dan lama pajanan sebesar 14 jam/hari. Hasil analisis risiko kesehatan nonkarsinogenik menunjukkan bahwa masyarakat Kota Salakan sudah berisiko terhadap gangguan kesehatan Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena nilai risk Qutient telah berada di atas 1 (RQ > 1) yaitu sebesar 5,5. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kota Salakan sudah berisiko terhadap gangguan kesehatan Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat pajanan partikel debu total (TSP) dengan waktu saat ini sampai dengan 30 tahun mendatang. Abstract The incidence of respiratory disorders occur due to pollution of air quality outdoors and indoors. Source of air pollution in outdoor or ambient air, among others, combustion for heating, factories, transportation, power generation and other human activities outside room. Kota Salakan is the capital of Banggai islands located in Public health center Salakan. Based on the report PHC profile Salakan respiratory disease patients in 2011 amounted to 685 people and in 2013 amounted to 342 people. This study aims to determine the level of risk exposure of dust particles in total on the incidence of acute respiratory infections (ARI) with environmental health risk analysis approach. This research is an descriptive study of analytic with Environmental Health Risk assesment design. The population is the entire people of Salakan Banggai Islands-with samples numbered 95 people. How to research by conducting measurements of total dust particles in the ambient air using questionnaires and interviews. Then analyzed by univariate and analysis of health risk assessment through four stages, namely; Hazard identification, exposure analysis, Analysis of Dose Response, Risk Characteristics. The results showed that the concentration of dust particles in the ambient air at µg/nm3, Intake total dust particles through the ambient air at 13,23 µg/kg-day, with a duration of exposure of people in Salakan on average for 27 years, weight City public bodies Salakan average of 63 kg, and inhalation rate of 0.83 m3/day and frequency of exposure of 14 hours/day. Noncarcinogenic health risk analysis results show that people in Salakan already at risk for health problems diseases acute respiratory infections (ARI) because the risk Qutient value is above 1 (RQ> 1) that is equal to 5,5.. 48

2 From these results we can conclude that the people of Salakan already at risk for health problems diseases acute respiratory infections (ARI) due to exposure to total dust particles (TSP) with the current time of up to 30 years. PENDAHULUAN Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di perkotaan dan pedesaan. Di banyak kota, terutama di negara negara sedang berkembang yang urbanisasinya tumbuh pesat, pencemaran udara telah merusak sistem pernapasan, khususnya bagi orang yang lebih tua, lebih muda, para perokok dan mereka yang menderita penyakit penyakit kronis saluran pernapasan. Menurut WHO, penyakit pernapasan dari akut sampai dengan kronis telah menyerang juta orang di negara berkembang (Wardana, 2001). Menurut WHO, setiap tahun terdapat sekitar 200 ribu kematian outdoor pollution yang menimpa daerah perkotaan, dimana 93 % terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2003). Faktor ekstrinsik yang pertama adalah keadaan bahan yang diinhalasi (gas, debu, uap). Ukuran dan bentuk berpengaruh dalam proses penimbunan debu, demikian pula dengan kelarutan dan nilai higroskopisnya. Komponen yang berpengaruh antara lain kecenderungan untuk bereaksi dengan jaringan di sekitarnya, keasaman atau tingkat alkalinitas (dapat berupa silia dan sistem enzim). Bahan tersebut dapat menimbulkan fibrosis yang luas di paru dan dapat bersifat antigen yang masuk paru. Faktor ekstrinsik lainnya adalah lamanya paparan, perilaku merokok, perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) terutama yang dapat melindungi sistem pernapasan dan kebiasaan berolah raga. Faktor instrinsik dari dalam diri manusia juga perlu diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan sistem pertahanan paru, baik secara anatomis maupun fisiologis, jenis kelamin, riwayat penyakit yang pernah diderita, indeks massa tubuh (IMT) penderita dan kerentanan individu. Berdasarkan Asian Development Bank 1997, Jakarta salah satu kota di Asia dengan cemaran Suspended Particulate Matter (SPM) yang serius (melebihi 100% dari standar WHO), (Jusuf., 2001). Menurut program lingkungan PBB, Jakarta merupakan kota besar paling tercemar ketiga sesudah Mexico dan Bangkok (Haryanto, 2007). Laporan World Health Organization Negara-negara Eropa (WHO-Europe, 2003) antara lain menyebutkan adanya hubungan antara partikel debu di udara dengan berbagai penyakit saluran pernafasan. Pencemaran udara tersebut juga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit paru-paru dan jantung. Selain itu, dipercaya partikel debu memberikan kontribusi dalam penurunan harapan hidup 1 tahun atau lebih bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar di Eropa. Penelitian Suhariyono (2002) terhadap pencemaran udara di pabrik semen Citeureup Bogor menunjukkan bahwa konsentrasi partikel debu PM10 dan PM2,5 di rumahrumah sekitar pabrik semen 0,4 sampai 0,7 μm; di dalam pabrik semen 0,4 sampai 2,1 μm dan di pinggir jalan 5,8 sampai 9 μm melebihi baku mutu udara ambien nasional yang ditetapkan oleh PP No.41/1999. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2002) terhadap kadar debu jatuh di kota Banda Aceh pada daerah yang terkena tsunami dan daerah yang tidak terkena tsunami. Ditemukan bahwa pengaruh sangat nyata dari kadar debu pada titik 3 minggu pertama yakni 0,5873 g/m 3 /hari yaitu melebihi ambang batas daerah pemukiman sebesar 0,333 g/m 3 /hari. Sedangkan kadar Pb tidak melebih ambang batas yang telah ditetapkan yakni sebesar 0,06 μg/m 3. Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tahun 2009 kosentrasi debu Kota Salakan Kabupaten Banggai Kepulauan sebesar 127,18 µg/nm³ dan pada laporan SLHD tahun 2014 kosentrasi debu total kota Salakan terjadi kenaikkan yang signifikan yaitu sebesar 408,62 µg/nm³ melebihi nilai baku mutu yang telah di tetapkan oleh PP No 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 230 μg/nm3. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Kepulauan mencatat bahwa penyakit ISPA dalam tiga tahun terakhir merupakan salah satu penyakit yang 49

3 termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yakni pada tahun 2011 menempati posisi ketiga dengan jumlah penderita orang, tahun 2012 menempati posisi kedua dengan jumlah penderita orang dan pada tahun 2013 masih tetap bertahan di posisi kedua dengan jumlah penderita orang. Kota Salakan merupakan ibukota dari Kabupaten Banggai Kepulauan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Salakan. Berdasarkan laporan profil Puskesmas Salakan penderita penyakit ISPA pada tahun 2011 berjumlah 685 orang dan tahun 2013 berjumlah 342 orang (Anonim, 2013). Penelitian yang di kemukakan oleh Arsyenda (2013), dengan judul pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja PNS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja dan disipin kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dimana dari hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa disiplin kerja lebih besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai BAPPEDA Kota Malang. Analisis risiko kesehatan (health risk assessment) adalah suatu proses memperkirakan masalah kesehatan yang mungkin timbul dan besarnya akibat yang ditimbulkannya pada suatu waktu tertentu. Analisis risiko terdiri dari empat tahap kajian, yaitu identifikasi bahaya (hazard potential identification), analisis dosis-respon (doseresponse assesment), analisis pemajanan (exposure assesment) dan karakterisasi risiko (risk characterization), yang kemudian dilanjutkan dengan manajemen risiko dan komunikasi risiko. Telah banyak penelitian yang mengemukakan tentang parameter pence-mar udara lainnya yang berlokasi di daerah lain. Hal ini mengindikasikan bahwa kuali-tas udara menjadi perhatian khusus. Untuk dibuatkan kajian analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode Penilaian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Penelitian dilaksanakan di Kota Salakan Kabupaten Banggai Kepulauan berlangsung selama 6 bulan, mulai dari bulan November 2014 sampai April Populasi Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh Masyarakat Kota Salakan dan Populasi Obyek adalah Partikel Debu Total Udara ambien Kota Salakan Sampel subyek dalam penelitian ini adalah 95 Responden dan sampel obyek adalah 8 titik lokasi pengukuran di Kota salakan Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah konsentrasi partikel debu total, durasi pajanan, berat badan, laju asupan partikel debu (Intake) dan besar risiko gangguan kesehatn penyakit ISPA. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis univariat untuk mendapatkan gambaran dari masingmasing variabel yang diteliti dan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) untuk mengetahui besar risiko gangguan kesehatan penyakit ISPA atau RQ>1 dan RQ<1. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Konsentrasi Partikel Debu Total Tabel 1 Hasil Pengukuran Partikel Debu Total (TSP) di Udara Ambien Kota Salakan Tahun 2015 Lokasi Pengukuran Satuan Konsentrasi Debu 1. Desa Tompudau I µg/nm3 153,15 2. Desa Tompudau II µg/nm3 50,92 3. Desa Bongganan III µg/nm3 278,41 4. Desa Bongganan IV µg/nm3 55,55 5. Desa Baka V µg/nm3 135,18 6. Desa Baka VI µg/nm3 27, Kelurahan Salakan VII Kelurahan Salakan VIII µg/nm3 µg/nm3 Dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan konsentrasi di udara ambien di Kota Salakan pada pengambilan 8 titik pengukuran diketahui bahwa konsentrasi yang paling tinggi terdapat pada Desa Bongganan Titik 3 dan konsentrasi yang paling rendah terdapat pada Desa Baka Titik 6. Konsentrasi Debu tertinggi di dapat pada Desa Bongganan titik 3 sebesar 278,41 µg/nm 3 dan terrendah 103,85 32,4 50

4 pada Desa Baka Titik 6 sebesar 27,22 µg/nm 3. b. Karakteristik Responden Tabel 2 Distribusi karakteristik responden analisis risiko pajanan debu di Kota Salakan tahun 2015 Karakteristik Responden Jumlah Presentase (%) 1 Jenis Kelamin a. Laki - Laki 74 77,9 b. Perempuan 21 22,1 2 Umur a ,2 b ,8 c ,7 d ,5 e. > ,8 3 Pendidikan a. SD 38 40,0 b. SMP 23 24,2 c. SMA 19 20,0 d. PT 15 15,8 4 Status Marital a. Menikah 90 94,7 b. Janda 5 5,3 Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 74 orang (77,9 %) dan 21 orang perempuan (22,1 %). Karakteristik umur responden berkisar antara 18 sampai 55 tahun, dengan persentase terbesar berusia diatas 38 tahun sebanyak 34 orang (35,8 %), usia tahun sebanyak 28 orang (29,5 %), usia tahun sebanyak 15 orang (15,8 %), usia tahun sebanyak 14 orang (14,7 %), usia orang sebanyak 4 orang (4,2 %). Karakteristik pendidikan responden tertinggi adalah tamat SD, sampai dengan terendah yaitu tamat perguruan tinggi. Responden dengan tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 38 orang (40,0 %), tamat SMP sebanyak 23 orang (24, 2 %), tamat SMA sebanyak 19 orang (20,0 %), tamat PT sebanyak 15 orang (15,8 %). Dari 95 responden sebagian besar sudah menikah sebanyak 90 orang (94,7 %), sisanya telah berstatus janda sebanyak 5 orang (5,3 %). c. Karakteristik Berat Badan Responden Tabel 3. Distribusi Berat Badan Responden Berat Badan (Kg) Min 42 Max 87 Mean 63,27 Median 63,00 Standar Deviasi 10,01 Varian 100,24 Berat badan merupakan salah satu faktor penting dalam proses analisis risiko kesehatan, hal ini disebabkan berat badan merupakan denominator dalam perhitungan dosis suatu agen pencemar yang masuk ke dalam tubuh. Gambaran distribusi berat badan responden dalam masyarakat bervariasi antara 42 kg sampai dengan 87 kg dengan varian > 0,50 yang berarti data terdistribusi tidak normal sehingga dipakai nilai median 63 kg untuk nilai perkiraan satu titiknya (single point estimated). d. Durasi Pajanan Debu Tabel 4 Frekuensi Lama Pajanan (t e), Durasi Pajanan (D t) Pajanan Debu Keterangan Lama Pajanan, te (Jam/Hari) Durasi Pajanan, Dt (Tahun) Min 4 3 Max Mean 14,62 27,75 Median 14,00 27,00 Standar deviasi 3,19 14,64 Varian 10,22 214,23 Tabel 4 menggambarkan distribusi deskriptif jumlah jam kerja per hari (te), dan lama tinggal responden tersebut (durasi pajanan, Dt). Di dapatkan bahwa pada lama pajanan yang berkisar antara 4 22 jam, karena varian > 0,50 berarti data berdistribusi tidak normal, sehingga diambil data nilai median, yaitu 14,00 jam/hari. Sementara untuk lama tinggal responden (Dt) di Kota Salakan tersebut bervariasi antara 3 Tahun hingga 65 tahun dengan varian > 0,50 yang berarti data berdistribusi tidak normal sehingga dipakai nilai median 27 tahun untuk nilai perkiraan satu titiknya (single point estimate). 51

5 e. Penilaian Analisis Kesehatan Risiko Lingkungan Penilaian Analisis Risiko Kesehatan Pajanan di lakukan dalam empat tahapan untuk dapat mengetahui besar risiko dari pajanan debu. 1. Identifikasi Bahaya Pajanan Debu Pencemaran udara oleh partikel debu dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarnya telah banyak. Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernafasan (ISPA). 2. Analisis Pemajanan Analisis Pemajanan dilakukan untuk menentukan risk agent partikel debu total yang diterima individu sebagai asupan intake (I), yang dihitung dengan persamaan : Perkiraan risiko kesehatan untuk keseluruhan responden dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif faktor pemajanan partikel debu total untuk menentukan single point estimate untuk perhitungan risiko kesehatan tersebut. Maka perhitungan asupan partikel debu total (TSP) di udara ambien proyeksi real time untuk seluruh responden di kota Salakan adalah dengan menggunakan data-data sebagai berikut ; Konsentrasi TSP (C) : 79,70 µg/m 3 Berat badan (Wb) : 63 kg Laju Inhalasi (R) : 20 m 3 /hari = 0,83 m 3 /jam Lama pajanan per hari (te) = 14 jam/hari Lama hari pertahun (fe) = 350 hari/tahun Lama pajanan real time (Dt) = 27 tahun Periode Waktu Rata Rata ( t avg) = 30 tahun x 365 hari/tahun Jadi asupan (intake) partikel debu total yang diterima per hari untuk keseluruhan responden adalah 13,23 µg/kg-hari. 3. Analisis Doses Respon Dosis respon Partikel Debu Total didapat dari Integrated Risk Information Sistem (IRIS) di mana nilai RfC TSP (Total Susspended Particulate yang pemajanannya melalui udara atau Inhalasi yaitu sebesar 2,42 µg/kg/hari (U.S. EPA, 2002). 4. Karakteristik Risiko Karakteristik risiko dilakukan untuk membandingkan hasil analisa pemaparan (Intake) dengan dosis acuan (RfC) yang dikenal dengan bilangan risiko atau Risk Quatient (RQ). RQ dihitung dengan persamaan. Besar risiko (RQ) keseluruhan Responden adalah 5,5 dan RQ berada di atas 1 (RQ > 1) menunjukkan bahwa paparan diatas batas normal dan penduduk yang menghirup udara ambien tersebut memiliki gangguan risiko kesehatan terhadap penyakit Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) oleh partikel debu total sepanjang hayatnya. Menurut Mahawati, 2006, umur seseorang akan mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap pajanan zat toksik/ bahan kimia. Dalam penelitian ini, responden berusia antara tahun Umur dapat berpengaruh terhadap toksisitas karena pada usia lanjut (>45 tahun) terjadi penurunan faal organ tubuh sehingga mempengaruhi metabolisme dan penurunan kerja otot (Mahawati, 2006). Pendidikan yang rendah juga menyebabkan risiko kesehatan meningkat, karena pengetahuan tentang bahaya zat-zat atau bahan pencemar di udara sangat kurang. Dalam penelitian ini responden rata-rata bependidikan tamat SD dengan persentasi 41,4%, hal ini ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa responden saat beraktivitas di luar rumah tidak memakai alat pelindung diri seperti masker. Melalui pengukuran kadar partikel debu total diudara ambien dalam sampel udara. Didapatkan gambaran mengenai kosentrasi partikel debu total diudara ambien kota Salakan berkisar antara 27,22 µg/nm 3-52

6 278,41 µg/ dengan nilai tengah sebesar 79,70 µg/nm 3. Konsentrasi partikel debu total ratarata pada titik 1 di (153,15 µg/n m 3 ), titik 2 (50,92 µg/nm 3 ), titik 3 (278,41 µg/ Nm 3 ), titik 4 (55,55 µg/ Nm 3 ), titik 5 (135,18 µg/nm 3 ), titik 6 (27,22 µg/nm 3 ), titik 7 (103,85 µg/nm 3 ), dan titik 8 (32,4 µg/nm 3 ). Bila dibandingkan dengan dengan ketetapan lainnya seperti PP 41 Tahun 1999 tetang Baku Mutu kualitas udara untuk partikel debu total (TSP) pengukuran 24 jam yaitu sebesar 230 µg/nm 3, maka pengukuran pada titik 1, titik 2, titik 4, titik 5, titik 6, titik 7, dan titik 8 masih berada di bawah nilai ambang batas dan hanya pada pengukuran pada titik 3 saja yang telah melebihi nilai ambang batas karena sudah berada pada nilai 278,41 µg/nm 3. Bervariasinya kadar debu hasil pengukuran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya aktifitas transportasi/lalu lintas yang tinggi, aktifitas perdagangan (pasar), kurangnya vegetasi atau pepohonan, arah angin, musim, dan kondisi tanah. Hal ini sejalan dengan pengukuran kadar partikel debu total di titik 3 sebagai titik yang hasil pengukurannya tertinggi dimana kondisi eksistingnya adalah perempatan jalan/poros, dekat dengan lokasi pasar, serta jumlah kendaraan bermotor yang berlalu lalang saat pengukuran serta kurangnya vegetasi disekitar pengukuran dimana fungsi dari pepohonan adalah untuk menjadi pelindung dari sebaran debu yang berterbangan sehingga tidak langsung terhirup oleh manusia. Selain itu hal yang mempengaruhi bervariasinya konsentrasi partikel debu total di kota Salakan adalah kondisi geografis di daerah tersebut yang mana kondisi tanah di kota Salakan pada umumnya adalah bersifat kapur sehingga pada saat tanah dalam keadaan kering akan mudah terbawa oleh angin. Pada penelitian ini rata-rata masyarakat Kota Salakan telah terpajan partikel debu total (TSP) melalui udara ambien 27 tahun. Responden yang paling lama bermukim adalah 65 tahun sedangkan yang paling singkat adalah 3 tahun. Nilai rata-rata bermukim masyarakat kota Salakan masih dibawah nilai default yang ditetapkan oleh US-EPA (2002) untuk risiko non kanker yaitu 30 tahun. Pada saat ini durasi pajanan rata-rata 27 tahun. Dari hasil penelitian asupan (Intake) partikel debu total keseluruhan responden yang masuk ke dalam tubuh masyarakat di Kota Salakan sebesar 13,23 µg/kg-hari. Hasil intake tergantung pada variabel konsentrasi partikel debu total (C), laju asupan (R), frekuensi pajanan (fe), berat badan responden (Wb) dan durasi pajanan. Hasil perhitungan intake menunjukkan bahwa intake semakin besar seiring dengan semakin besarnya konsentrasi partikel debu total di area tersebut. Dari hasil penelitian ini didapatkan besar risiko (RQ) rata-rata untuk keselurahan responden adalah sebesar 147,61 dan RQ berada di atas 1 (RQ>1) menunjukkan bahwa pajanan diatas batas normal dan penduduk yang menghirup udara ambien tersebut memiliki besar risiko gangguan kesehatan terhadap penyakit Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) oleh partikel debu total sepanjang hayatnya sehingga perlu adanya pengendalian terhadap partikel debu total (TSP). Laporan World Health Organization Negara-negara Eropa (WHO-Europe,2003) antara lain menyebutkan adanya hubungan antara partikel debu di udara dengan berbagai penyakit saluran pernafasan. Pencemaran udara tersebut juga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit paru-paru dan jantung. Selain itu, dipercaya partikel debu memberikan kontribusi dalam penurunan harapan hidup 1 tahun atau lebih bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar di Eropa. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Kepulauan mencatat bahwa penyakit ISPA dalam tiga tahun terakhir merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yakni pada tahun 2011 menempati posisi ketiga dengan jumlah penderita orang, tahun 2012 menempati posisi kedua dengan jumlah penderita orang dan pada tahun 2013 masih tetap bertahan di posisi kedua dengan jumlah penderita orang. Sehingga perlu dilakukannya Pengendalian partikel debu total di udara ambien Kota Salakan dengan melakukan penghijauan dan pengembangan ruang terbuka hijau atau penanaman pohon di kawasan terbuka dan permukiman masyarakat. Pohon secara alami dapat menyerap polutan yang ada di udara dan lebih efektif pada pohon-pohon berdaun lebar. Selain itu, setiap satu hektar ruang terbuka hijau dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen per harinya. Ini dapat mengurangi pekatnya konsentrasi partikel debu Total yang terlarut di udara. Peraturan pemerintah juga 53

7 perlu diperketat untuk menerapkan lokasi pemukiman pada area aman. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan yang dilakukan di Kota Salakan Kabupaten Banggai Kepulaun Provinsi Sulawesi Tengah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berkut : 1. Rata-rata konsentrasi partikel debu total (TSP) di udara ambien di Kota Salakan adalah sebesar 79,70 µg/. 2. Rata-rata durasi pajanan atau lama paparan masyarakat terhadap partikel debu total di udara ambien di Kota Salakan adalah 27 tahun. 3. Rata-rata asupan (Intake) partikel debu total di udara ambien yang masuk kedalam tubuh manusia melalui inhalasi adalah 13,23 µg/kg-hari. 4. Rata-rata berat badan badan keseluruhan responden masyarakat di Kota Salakan adalah 63 Kg. 5. Rata-rata besaran risiko (RQ) pajanan partikel debu total (TSP) terhadap gangguan kesehatan terhadap penyakit ISPA masyarakat di Kota Salakan adalah 5,5. SARAN Disarankan untuk membuat manajemen pengelolaan lingkungan dengan pemanfaatan lahan terbuka yang berada di kota Salakan dengan membuat Taman Kota serta penanaman pohon dan perluasan ruang terbuka hijau perlu ditingkatkan di sekitar lokasi permukiman masyarakat. Sehingga Pohonpohon tersebut dapat mengurangi konsentrasi partikulat yang terlarut di udara. Hendaknya lebih intesif dalam melakukan pemantauan kualitas udara di kota Salakan terhadap parameter-parameter pencemaran udara ambien secara berkala serta melakukan perencanaan dalam penanggulangan dampak. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penggendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak, Ditjen PP & PL, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, Bimbingan Keterampilan Tatalaksana Pneumonia Balita, Ditjen PP & PL, Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Kepulauan, Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Kepulauan. (IRIS), October 2002, U.S. Environmental Protection Agency Washington Haryanto, B., Blood-lead Monitoring Exposure to Leaded Gasoline Among School in Jakarta, Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume 1, No.4, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI, Jakarta. IRIS.2007,TSP.Integrated Risk Information System,Washington, DC : EPAhttp:// ex.html. May 1, 2007 Jusuf, A., Wahyu, A., Pengaruh Polusi Udara Terhadap Kesehatan. Makalah disampaikan pada loka karya Strategi Penurunan Emisi Kendaraan Terintergrasi, Jakarta. Junaidi. Analisis Kadar Debu Jatuh (Dust Fall) di Kota Banda Aceh Tahun Tesis, Medan: Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Laporan SLHD, 2009, Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah, BPLH Salakan Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Laporan SLHD, 2009, Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah, BPLH Salakan Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. WHO, Health A spect of Air Pollution Air Pollution. WHO Regional Office for Europe. Wardana, W.A., Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Penerbit Andi, Yogyakarta DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, Kajian Riset Operasional Intensifikasi Pemberatasan Penyakit Menular Tahun 1998/ , Ditjen PP & PL dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. 54

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Konsentrasi Partikulat yang Diukur Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi pertambangan Kapur Gunung Masigit, didapatkan bahwa total

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen lingkungan yang memiliki peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat berlangsung tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

Ahmad., et al, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan risk agent total suspended particulate...

Ahmad., et al, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan risk agent total suspended particulate... Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Dengan Risk Agent Total Suspended Particulate di Kawasan Industri Kota Probolinggo (Environmental Health Risk Assessment With Risk Agent Total Suspended Particulate

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat terutama pada pernafasan. Polutan di

Lebih terperinci

Tingkat Risiko Kesehatan Akibat Pajanan PM 10 pada Populasi Berisiko di Terminal Bus Pulogadung Jakarta Timur Tahun 2014

Tingkat Risiko Kesehatan Akibat Pajanan PM 10 pada Populasi Berisiko di Terminal Bus Pulogadung Jakarta Timur Tahun 2014 Tingkat Risiko Kesehatan Akibat Pajanan PM 10 pada Populasi Berisiko di Terminal Bus Pulogadung Jakarta Timur Tahun 2014 Nurilma Fauzia, Agustin Kusumayati Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran lingkungan terutama

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986) Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pencemaran udara didefinisikan sebagai hadirnya satu atau lebih substansi/ polutan di atmosfer (ambien) dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan atau mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan lingkungan di dunia yang utama adalah pencemaran udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Lingkungan menurut Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2014 adalah upaya pencegahan penyakit dan/ atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan penyakit pada manusia, salah satunya adalah terjadinya ketidakseimbangan antara hubungan tiga

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN CAR FREE DAY

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN CAR FREE DAY UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN CAR FREE DAY DI KAWASAN JALAN RAYA PUPUTAN NITI MANDALA RENON DENPASAR TAHUN 2016 FRANSISCA HELEN YUNIAR

Lebih terperinci

Bab IV Metodologi Penelitian

Bab IV Metodologi Penelitian Bab IV Metodologi Penelitian Alur penelitian yang dilakukan terdiri atas survei lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder, analisis partikulat, serta analisis paparan unsur-unsur kimia. Metodologi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pencemaran Udara yang Terjadi di Lokasi Penelitian 5.1.1 Potensi pencemaran yang terjadi di lokasi penelitian Kualitas udara dapat diketahui dengan membandingkan hasil

Lebih terperinci

Analisis Risiko Kesehatan Pajanan PM 10 dan SO 2 di Kelapa Gading Jakarta Utara Tahun 2014

Analisis Risiko Kesehatan Pajanan PM 10 dan SO 2 di Kelapa Gading Jakarta Utara Tahun 2014 Analisis Risiko Kesehatan Pajanan PM 10 dan SO 2 di Kelapa Gading Jakarta Utara Tahun 2014 Sukadi, Abdur Rahman Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia E-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM. ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : IRMAYANTI NIM. 081000069 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015) ANALISIS RISIKO CEMARAN TSP (TOTAL SUSPENDED PARTICULATE) PADA TAHAP PEMBANGUNAN GEDUNG TERHADAP KESEHATAN PEKERJA (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN PALTROW CITY SEMARANG, JAWA TENGAH) Putri Kharisma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

Keywords : PM 10, health risk, EHRA, Kaligawe, Semarang City Bibliography : 68,

Keywords : PM 10, health risk, EHRA, Kaligawe, Semarang City Bibliography : 68, ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN PARTICULATE MATTER (PM 10 ) PADA PEDAGANG KAKI LIMA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI (Studi Kasus : Jalan Kaligawe Kota Semarang) Astri Wulandari, Yusniar Hanani

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Definisi 2 Risiko: Ukuran dari probabilitas/kemungkinan. Penilaian Kuantitatif Risiko (Penilaian Risiko): Perkiraan risiko untuk berbagai fenomena lingkungan. Contoh: risiko dari badai, banjir,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebanyakan dihasilkan oleh industri-industri. Pada awalnya kegiatan industri

BAB I PENDAHULUAN. kebanyakan dihasilkan oleh industri-industri. Pada awalnya kegiatan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia perkembangan industri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Masalah pencemaran lingkungan selalu berkaitan erat dengan proses kegiatan industri.

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG LAPORANTUGAS AKHIR (EV -003)

STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG LAPORANTUGAS AKHIR (EV -003) STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG LAPORANTUGAS AKHIR (EV -003) Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program S-1 Program

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KUALITAS UDARA AMBIEN DI KOTA AMBON

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KUALITAS UDARA AMBIEN DI KOTA AMBON ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KUALITAS UDARA AMBIEN DI KOTA AMBON Environment Health Risk Assessment of Ambient Air Quality in Ambon Kornelis Urbanus Rumselly Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi saat ini sangat dibutuhkan bagi masyarakat yang melakukan aktivitas perjalanan di luar rumah. Kebutuhan sarana transportasi tersebut memacu laju pertambahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari

Lebih terperinci

Keywords: Carbon monoxide, Traders, Environmental Health Risk Analysis, Ambarawa. Literature: 9,

Keywords: Carbon monoxide, Traders, Environmental Health Risk Analysis, Ambarawa. Literature: 9, ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN (ARKL) AKIBAT PAPARAN KARBON MONOKSIDA (CO) MELALUI INHALASI PADA PEDAGANG DI SEPANJANG JALAN DEPAN PASAR PROJO AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG Rionaldo Elen Pamungkas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring tetapi kebanyakan

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016) ESTIMASI SEBARAN DAN ANALISIS RISIKO TSP DAN PB DI TERMINAL BIS TERHADAP KESEHATAN PENGGUNA TERMINAL (STUDI KASUS: TERMINAL MANGKANG DAN PENGGARON, SEMARANG) Gina Fita Prilila *), Irawan Wisnu Wardhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi makhluk hidup lainnya (UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG Wahyu Sekar Harjanti, Yusniar Hanani D., Nikie Astorina Y. D. Bagian Kesehatan Lingkungan,FakultasKesehatanMasyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai padanan istilah bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai padanan istilah bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Buku Ajar Respirologi Anak edisi pertama dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2010, telah menggunakan IRA sebagai istilah dalam pembahasannya tentang penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang bersih adalah kebutuhan dasar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Namun, polusi udara masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan di seluruh dunia.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM (Studi Pada Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya dan Peternakan Ayam Risky Layer Kabupaten Bone Bolango) Putri Rahayu H. Umar Nim. 811409003 ABSTRAK

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2010 Tanggal : 26 Maret 2010 I. PENDAHULUAN PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH Dalam Pasal 20 ayat (4) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen hidup yang sangat penting untuk manusia maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa hari, tanpa minum manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.000 hipertensi, menurunkan IQ dan juga mengurangi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berwawasan lingkungan telah diterima sebagai suatu prinsip Pembangunan Nasional dengan berbagai peraturan pelaksanaannya. Walaupun demikian, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja yang penuh oleh debu, uap dan gas dapat mengganggu produktivitas dan sering menyebabkan gangguan pernapasan serta dapat menyebabkan penyakit paru (Suma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah yang mempunyai tugas utama untuk menghantarkan oksigen ke paru-paru. Hemoglobin dapat meningkat ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan akan terpajan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan akan terpajan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penambangan kapur tradisional yang terletak secara administratif di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja, debu adalah

Lebih terperinci

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga

Lebih terperinci

Perbandingan Tigkat Risiko Pajanan PM 10 pada Jalan Raya Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi terhadap Kesehatan Penduduk

Perbandingan Tigkat Risiko Pajanan PM 10 pada Jalan Raya Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi terhadap Kesehatan Penduduk 1 Perbandingan Tigkat Risiko Pajanan PM 10 pada Jalan Raya Bervegetasi dan Tidak Bervegetasi terhadap Kesehatan Penduduk Zani Suhananto Departemen Kesehatan lingkungan FKM-UI zani.suhananto@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Jenny Rotua Batubara dan Abdur Rahman. Abstrak

Jenny Rotua Batubara dan Abdur Rahman.   Abstrak TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO 2, SO 2, TSP DAN Pb SERTA OPSI-OPSI PENGELOLAANNYA PADA POPULASI BERISIKO DI KAWASAN PERKANTORAN KUNINGAN PROVINSI DKI JAKARTA Jenny Rotua Batubara dan Abdur Rahman.

Lebih terperinci