BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penambangan kapur tradisional yang terletak secara administratif di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat. Kegiatan penambangan yang sejak berdiri pada tahun 1950 menjadi penopang hidup bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pekerja tambang kapur tradisional. Di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat yang memiliki luas 43,4 Ha, memiliki area kegiatan penambangan yang terbagi di tiga lokasi. Dua diantaranya terdapat di area penambangan kapur Jln. Uskap dan Jln. Kancil yang mendominasi kegiatan penambangan aktif sampai pada masa sekarang. Berikut ini batas-batas lokasi penambangan kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat : 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Loji. 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk Desa Bongo 3) Sebelah Timur berbatasan dengan pemukiman penduduk Kel. Tenilo 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Pangi Penambangan kapur tradisional yang sudah puluhan tahun berdiri dapat memproduksi kapur asli selama 1 hari dengan menggunakan bahan baku alami yakni batu kapur dan batang kelapa yang siap untuk di olah menjadi produksi pasar yang bernilai tinggi. Hasil produksi yang di hasilkan di pasarkan baik dalam lokal maupun luar daerah terbukti dengan permintaan secara rutin dari pabrik Gula yang berada di Desa Lakeya Kecamatan Paguyaman sampai masuk di daerah 63

2 64 Kotamobagu. Dengan mempekerjakan kurang lebih 35 orang pekerja para pemilik usaha penambangan kapur memilih tetap bertahan walaupun pernah mengalami pasang surutnya kegiatan penambangan kapur tradisional yang sempat berhenti karena himpitan modal dan hasil produksi yang berkecukupan. Area penambangan kapur tradisional yang terletak di hamparan Jalan Uskap dan Jalan Kancil termasuk dalam kategori bahan galian C yang bukan bahan galian strategis dan vital salah satunya adalah batu kapur yang dapat memberikan dampak baik dari segi kesehatan lingkungan maupun keselamatan bagi para pekerjanya sebab semakin tinggi aktivitas penambangan kapur maka semakin tinggi pula tingkat pencemaran udara yang dapat mempengaruhi kualitas udara dan berakibat pada kerusakan lingkungan sekitar terlebih kepada efek paparan debu yang berangsur lama bisa menyebabkan gangguan kesehatan bagi pekerja, belum lagi permasalahan beban kerja setiap hari yang dapat memberikan dampak negatif bagi keselamatan pekerja yang setiap harinya bekerja > dari 8 jam/hari. dalam undang-undang nomor 43 tahun 1996 di terangkan bahwa kegiatan penambangan kapur termasuk dalam kriteria kerusakan lingkungan bagi usaha atau kegiatan penambangan bahan galian golongan C jenis lepas di daratan. Walaupun sudah diberlakukan aturan oleh pemerintah yang mengatur kegiatan penambangan bahan galian golongan C, tidak menjadi penghambat bagi para pekerja tambang kapur untuk tetap bertahan sampai pada saat ini.

3 Hasil Penelitian Hasil Analisa Univariat Hasil analisa univariat yakni melihat serta mengamati karakteristik responden yang menjadi pendukung dalam variabel yang diteliti. Hasil dari analisis ini sesuai dengan hasil akhir dari akumulasi jawaban responden pada lembar kuisioner Distribusi Umur Reponden Berdasarkan Kapasitas Paru Distribusi umur responden berdasarkan kapasitas paru dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Distribusi Umur Reponden Berdasarkan Kapasitas Paru Kelompok Umur (Tahun) Kapasitas Paru Normal Tidak Normal Jumlah n % n % n % ,3 0 0,0 5 14, ,0 4 11,4 4 11, , , , ,0 3 8,6 3 8, ,0 6 17,1 6 17, ,0 2 5,7 2 5, ,0 2 5,7 2 5, ,0 2 5,7 2 5,7 Jumlah 5 14, , Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa paling banyak responden yang kapasitas parunya tidak normal pada kelompok umur tahun dengan jumlah 11 responden (31,4%) dan terdapat 5 responden (14,3%) yang kapasitas parunya normal yakni pada kelompok umur tahun.

4 Distribusi Tinggi Badan Reponden Berdasarkan Kapasitas Paru Distribusi tinggi badan responden berdasarkan kapasitas paru dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Tinggi Badan Kelompok Tinggi Badan (Cm) Kapasitas Paru Normal Tidak Normal Jumlah n % n % N % ,9 1 2, ,9 1 2, ,9 3 8,6 4 11, ,9 9 25, , , , , ,6 3 8, ,9 1 2,9 Jumlah 5 14, , Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa paling banyak responden yang kapasitas parunya tidak normal pada kelompok tinggi badan cm dengan jumlah 12 responden (34,3%) dan terdapat 5 responden (14,3%) yang kapasitas parunya normal yakni masing-masing pada kelompok tinggi badan cm 1 responden (2,9%), cm 1 responden (2,9%) dan 3 responden (8,6%) pada kelompok tinggi badan cm.

5 Distribusi Keluhan Penyakit Reponden Berdasarkan Kapasitas Paru Distribusi keluhan penyakit saluran pernapasan reponden berdasarkan kapasitas paru dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Distribusi Keluhan Penyakit Reponden Berdasarkan Kapasitas Paru Keluhan Penyakit Responden Kapasitas Paru Jumlah Normal Tidak Normal n % n % n % Pernah 1 2,9 7 20,0 8 22,9 Tidak Pernah 4 11, , ,1 Jumlah 5 14, , Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa pada responden yang tidak pernah mengalami keluhan penyakit saluran pernapasan sebanyak 23 responden (65,7%) yang kapasitas parunya tidak normal dan terdapat 1 responden (2,9%) yang pernah mengalami keluhan penyakit saluran pernapasan tetapi kapasitas parunya tetap normal. Ada beberapa keluhan penyakit saluran pernapasan yang di alami oleh responden diantaranya sesak napas dan sakit dada hal ini diketahui dari alasan yang mereka utarakan lewat lembar kuisioner.

6 Distribusi Kebiasaan Merokok Reponden Berdasarkan Kapasitas Paru Distribusi kebiasaan merokok responden berdasarkan kapasitas paru dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Distribusi Kebiasaan Merokok Responden Berdasarkan Kapasitas Paru Perokok Kapasitas Paru Jumlah Normal Tidak Normal n % N % n % Ya 3 8, , ,1 Tidak 2 5,7 6 17,1 8 22,9 Jumlah 5 14, , Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa masing-masing terdapat 24 responden (68,6%) perokok dan 6 responden (17,1%) yang tidak merokok termasuk dalam kategori kapasitas paru tidak normal sebaliknya terdapat 3 responden (8,6%) perokok dan 2 responden (5,7%) yang tidak merokok termasuk dalam kategori kapasitas paru normal Hasil Pengukuran Kadar Debu Pengukuran kadar debu di udara ambient pada saat rutinitas pekerja tambang kapur tradisional yang di peroleh menggambarkan keterpaparan debu yang dialami oleh pekerja tambang kapur dalam melakukan aktifitas setiap harinya. Dalam pengukuran kadar debu yang dilakukan oleh peneliti didampingi oleh team ahli/analisis dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Manado. Pengukuran kadar debu dengan menggunakan alat Environmental Particle Air Monitor EPAM-5000

7 69 dilakukan selama satu jam (pengukuran sesaat) yang mengacu pada PP. No. 41 Tahun 1999 dengan titik yang dijadikan sebagai sampel terbagi atas dua letak pengukuran yakni di kawasan penambangan kapur yang terdapat di Jln. Uskap dan Jln. Kancil Kelurahan Buliide Kecamatan Kota Barat. Pengukuran kadar debu ini pula memperhatikan faktor yang mempengaruhi kontaminasi paparan debu yang ada di lingkungan kerja dengan mengukur suhu, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara dan arah angin. Adapun hasil pengukuran dicantumkan dalam tabel berikut : Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Kadar Debu Di Kawasan Penambangan Kapur Tradisional Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat Lokasi S ( 0 C) K (%) K.A (m/s) T.U (mmhg) A.A TSP µg/nm 3 Baku Mutu Lokasi Jln. 39,5 40,7 1,6 760 T-B 380 Uskap Lokasi Jln ,5 0,8 760 T-B 335 Kancil Sumber : Data Primer Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa dari kedua tempat pengukuran diperoleh nilai TSP meningkat yakni di Jln. Uskap (380 µg/nm 3 ) dan di Jln. Kancil (335µg/Nm 3 ). Rata rata suhu yang terukur 39 dan 39,5 0 C, kelembaban 40,5 dan 40,7%, kecepatan angin 0,8 dan 1,6, tekanan udara 760 mmhg, arah angin berhembus dari timur ke barat dan keadaan cuaca pada saat pengukuran cerah. Dua titik pengukuran tersebut diambil untuk mewakili

8 70 beberapa responden. Pengambilan titik dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa titik/lokasi pengukuran dapat mewakili hasil paparan kadar debu yang diterima responden pada waktu pengukuran Hasil Pengukuran Kapasitas Paru Kapasitas paru terdiri dari kategori normal dan tidak normal (restriksi, obstruksi dan kombinasi), namun pada analisis yang dilakukan hanya menitiberatkan pada keadaan ataupun kondisi kapasitas paru secara umum yakni terbagi atas kapasitas paru normal dan tidak normal pada responden yang dijadikan sebagai objek penelitian Dari hasil pengukuran kapasitas paru pekerja tambang kapur dengan menggunakan alat ukur Spirometer Tkk dan Mouthpiece adalah sebagai berikut : Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Kapasitas Paru Responden Di Kawasan Penambangan Kapur Tradisional Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat Kapasitas Paru Jumlah Responden N % Normal 5 14,3 Restriksi 5 14,3 Obstruksi 4 11,4 Kombinasi Jumlah Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 35 responden (100%) diperoleh responden yang termasuk dalam kategori kapasitas parunya tidak normal yang terbagi atas Kombinasi adalah 21 responden (60%), Restriksi adalah 5 responden (14,3%), dan Obstruksi adalah 4

9 71 responden (11,4%) sedangkan yang termasuk dalam kategori normal hanya ada 5 responden (14,3%) Hasil Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mencari pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat yang di jadikan sebagai variabel yang diteliti. Pengujian ini menggunakan uji fisher s exact test. Dikatakan ada pengaruh yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0, Pengaruh Kadar Debu terhadap Kapasitas Paru Hasil analisis pengaruh kadar debu terhadap kapasitas paru menunjukkan bahwa dari 35 responden (100%) dengan kadar debu yang telah melebihi nilai baku mutu yang disyaratkan yakni (230µg/Nm 3 ), diperoleh sebanyak 5 responden (14,3%) yang termasuk dalam kategori kapasitas paru normal dan terdapat 30 responden (85,7%) yang termasuk dalam kategori kapasitas parunya tidak normal. Hal ini di pengaruhi oleh hasil pengukuran yang terbagi didua titik pengambilan sampel yang berada di kawasan penambangan kapur tradisional menunjukkan bahwa kadar debu yang terdapat dilingkungan kerja telah melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan. Dalam analisis dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0 yang bertujuan untuk mengetahui signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil analisis tidak terbaca oleh karena pengukuran kadar debu hanya memfokuskan pada lingkungan kerja di kawasan penambangan kapur. Peneliti tidak meneliti langsung beberapa konsentrasi debu yang masuk kedalam tubuh masing-masing pekerja. Peneliti hanya mengukur TSP yang ada di udara ambien. Hal ini dikarenakan oleh adanya keterbatasan dana, alat dan waktu untuk

10 72 mengukur konsentrasi yang masuk bagi masing-masing orang, dibutuhkan alat yang khusus dan dipakai kepada setiap responden satu persatu. Dengan dilakukannya pengukuran kadar debu dikawasan penambangan kapur membuktikan bahwa lingkungan penambangan kapur tradisional mengalami keterpaparan debu yang dapat berakibat pada pekerja yang sudah sekian lama melakukan aktifitas penambangan. Maka dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara kadar debu terhadap kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat Pengaruh Lama Paparan terhadap Kapasitas Paru Hasil analisis pengaruh Lama Paparan terhadap kapasitas paru dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.7. Distribusi Kapasitas Paru Responden Menurut Lama Paparan Di Kawasan Penambangan Kapur Tradisional Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat Kapasitas Paru Lama Tidak Normal Total Paparan Normal ρ value n % n % n % 8 Jam/Hari 2 5,7 0 0,0 2 5,7 0,017 > 8 Jam/Hari 3 8, , ,3 Jumlah 5 14, , Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 35 responden (100%) dengan lama paparan yang di lihat dari jam kerja setiap hari menunjukkan bahwa terdapat 30 responden (85,7%) yakni dengan jam kerja > 8 jam/hari termasuk dalam kategori kapasitas paru tidak normal dan 3 responden (8,6%) termasuk dalam kategori kapasitas paru normal, selanjutnya terdapat 2 responden (5,7%)

11 73 dengan jam kerja < 8 jam/hari termasuk dalam kategori kapasitas parunya normal. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar responden yang jam kerjanya telah melebihi jam kerja normal yang di syaratkan (< 8 jam/hari) sehingga dapat berpengaruh terhadap kondisi kapasitas paru responden. Dari hasil analisis fisher s exact test diperoleh nilai p value 0,017 < 0,05, maka dengan demikian H 0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara lama paparan terhadap kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat Pengaruh Penggunaan APD (Masker) terhadap Kapasitas Paru Hasil analisis pengaruh Penggunaan APD (Masker) terhadap kapasitas paru dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8. Distribusi Kapasitas Paru Responden Menurut Penggunaan APD (Masker) Di Kawasan Penambangan Kapur Tradisional Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat Kapasitas Paru Penggunaan Tidak APD Normal Total Normal ρ value (Masker) n % n % n % Ya 1 2,9 4 11,4 5 14,3 0,561 Tidak 4 11, , ,7 Jumlah 5 14, , Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 35 responden (100%) dengan kebiasaan menggunakan APD (masker) yang dikaitkan dengan kondisi kapasitas paru responden menunjukkan bahwa terdapat 26 responden (74,3%) yang tidak menggunakan alat pelindung diri (masker) termasuk dalam kategori kapasitas paru tidak normal selanjutnya terdapat 1 responden (2,9%) yang menggunakan APD (masker) termasuk dalam kategori kapasitas paru normal,

12 74 diperoleh juga terdapat 4 responden (11,4%) yang tidak menggunakan APD masker dengan kapasitas paru normal dan sebaliknya terdapat 4 responden (11,4%) yang menggunakan APD masker tetapi kapasitas parunya tidak normal. Dari hasil analisis diatas dapat terlihat jelas bahwa kebiasaan tidak menggunakan APD masker dapat berpengaruh terhadap kondisi kapasitas paru responden. Untuk membuktikan ada/tidak ada pengaruh antara kebiasaan menggunakan APD masker dengan kondisi kapasitas paru maka dapat dilihat dari hasil analisis fisher s exact test yang diperoleh nilai p value 0,561 > 0,05, maka dengan demikian H 0 diterima sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara penggunaan APD masker terhadap kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat Pengaruh Masa Kerja terhadap Kapasitas Paru Hasil analisis pengaruh masa kerja terhadap kapasitas paru responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.9. Distribusi Kapasitas Paru Responden Menurut Masa Kerja Di Kawasan Penambangan Kapur Tradisional Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat Kapasitas Paru Tidak Masa Kerja Normal Total Normal ρ value n % n % n % < 5 Tahun 5 14,3 6 17, ,4 0,001 5 Tahun 0 0, , ,6 Jumlah 5 14, , Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 35 responden (100%) menunjukkan bahwa terdapat 24 responden (68,6%) yakni dengan masa kerja 5 tahun termasuk dalam kategori kapasitas paru tidak normal, selanjutnya responden

13 75 yang masa kerjanya < 5 tahun terdapat 5 responden (14,3%) yang termasuk dalam kategori kapasitas paru normal dan terdapat 6 responden (17,1%) yang termasuk dalam kategori kapasitas paru tidak normal. Dari hasil analisis fisher s exact test diperoleh nilai p value 0,001 < 0,05, maka dengan demikian H 0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara masa kerja terhadap kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat. 4.3 Pembahasan Paparan Debu Paparan debu adalah suatu keadaan dimana seseorang berada dalam lingkungan yang selalu terpapar dengan debu khususnya yang berada di kawasan yang tingkat keterpaparannya tinggi serta di pengaruhi oleh aktivitas pekerja yang selalu bernaung dengan debu. Dari hasil penelitian, paparan debu terbagi dalam tiga indikator yang manjadi variabel penelitian yakni sebagai berikut : Kadar Debu Hasil pengukuran kadar debu yang diperoleh menunjukkan bahwa kawasan penambangan kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat diketahui melebihi Nilai Baku Mutu yang di tetapkan (230µɡ/Nm 3 ). Baku mutu udara ambien mengatur batas kadar yang di perbolehkan bagi zat atau bahan pencemar yang terdapat di udara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap mahluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan atau benda (Mulia, 2005). Letak koordinat sampel penelitian pertama yakni di Jln. Usaha Kapur (Uskap) dengan hasil pengukuran Total Suspended Partikulat (TSP) di peroleh (380µɡ/Nm 3 ), lebih tinggi dari hasil pengukuran di Jln. Kancil dengan nilai TSP

14 76 (335µɡ/Nm 3 ). Artinya dari kedua titik pengukuran mengalami peningkatan TSP yang telah melebihi Nilai Baku Mutu. Pengukuran ini dilakukan selama satu jam pada saat pekerja tambang kapur sedang beraktifitas. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran terkait dengan peningkatan kadar debu di kawasan penambangan kapur tradisional yang dapat mempengaruhi produktifitas kerja dan gangguan kesehatan yang di alami oleh responden. Selain Total Suspended Partikulat (TSP) yang di ukur peneliti memperhatikan pula faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan TSP di udara ambien, diantaranya pengukuran parameter suhu, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, arah angin dan keadaan cuaca. Pada saat pengukuran dilakukan, keadaan cuaca cerah, arah angin berhembus dari timur ke barat, suhu berkisar antara 39-39,5 0 C, kelembaban 40,5-40,7 % kecepatan angin 0,8-1,6 m/s dan tekanan udara berada pada 760 mmhg. Hal ini perlu dilakukan agar hasil pengukuran yang di dapatkan sesuai dengan keadaan yang semestinya di lingkungan kerja. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Edy Sucipto menunjukkan bahwa nilai TSP yang di peroleh telah jauh melebihi Baku Mutu yang di tetapkan. Dari 4 titik pengukuran di dapatkan hasil yang berbeda yakni di titik pertama nilai TSP 1.050µg/Nm 3, dititik kedua nilai TSP 1.283µg/Nm 3, dititik ketiga nilai TSP 950µg/Nm 3, dan di titik keempat nilai TSP di peroleh 1.383µg/Nm 3. Hal ini memperkuat bahwa kadar debu yang telah di ukur membuktikan adanya peningkatan tingkat pencemaran udara yang dapat berdampak negatif bagi lingkungan sekitar maupun aktifitas pekerja tambang kapur.

15 Lama Paparan (Jam Kerja) Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis diperoleh lebih banyak pekerja yang waktu kerjanya lebih dari waktu kerja yang di tetapkan (< 8 jam/hari). Dari 35 responden, sebanyak 30 responden (85,7%) yang waktu kerjanya > dari 8 jam/hari. Rata-rata pekerja memulai aktivitas kerjanya pada jam Dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Suma mur dalam Lazim, 2012). Lama paparan berkaitan dengan waktu keterpaparan debu yang telah berangsur lama di lokasi penambangan kapur. Olehnya itu semakin lama seseorang berada dalam lingkungan berdebu maka semakin berbahaya untuk kondisi kapasitas paru yang dapat bersifat kronis akibat dari rutinitas pekerja setiap hari Penggunaan APD (Masker) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden ada sebanyak 30 responden (85,7%) yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri Masker pada saat bekerja. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa alasan yang di utarakan oleh pekerja tambang kapur tradisional, diantaranya pekerja yang sudah resisten/terbiasa dengan keadaan yang ada di lingkungan kerja. Sehingga perilaku untuk membiasakan diri menggunakan APD (Masker) kurang di perhatikan oleh pekerja. Keadaan seperti ini sudah berlangsung lama dan dapat berdampak negatif pada kondisi kesehatan pekerja tambang kapur. Disisi lain Alat ini digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari

16 78 lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Sugeng dalam Budiono, 2007). Penggunaan APD (Masker) sangat berkaitan dengan kondisi kapasitas paru pekerja tambang kapur, di karenakan apabila kebiasaan ini berangsur lama maka akan terjadi penimbunan debu di dalam paru-paru dan dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi paru seseorang terlebih pada pekerja yang selalu terkontaminasi dengan debu. Kebiasaan menggunakan APD (Masker) merupakan langkah awal pencegahan serta dapat memberikan perlindungan bagi seseorang yang berada di lingkungan kerja dengan tingkat keterpaparannya tinggi khususnya yang berhubungan dengan faktor lingkungan fisik khususnya paparan debu Masa Kerja Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 35 responden ada sebanyak 24 responden (68,6%) yang masa kerjanya melebihi masa kerja yang telah ditetapkan yakni < 5 tahun. Dari hasil pengamatan dan analisis yang di dapatkan di ketahui pekerja tambang kapur tradisional yang berada di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat didominasi oleh pekerja yang sudah sekian lama berprofesi sebagai pekerja tambang kapur. Beberapa responden menyebutkan bahwa usaha kapur yang sudah turun temurun diwariskan menjadi ujuk tombak mata pencaharian pekerja untuk memperoleh penghasilan. Berdasarkan teori menyatakan bahwa Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (dalam Yulaekah, 2007).

17 Kapasitas Paru Berdasarkan hasil pengukuran kapasitas paru pada pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat di ketahui lebih dari 85 % responden dengan kapasitas paru tidak normal baik yang termasuk pada kategori restriksi, obstruksi dan kombinasi. Dari 35 responden, 21 responden (60,0%) termasuk dalam kategori kapasitas paru tidak normal/ mengalami gangguan kombinasi dan masing-masing 5 responden (14,3%), 4 responden (11,4%) yang mengalami ganguan kapasitas paru restriksi dan obstruksi. Rata-rata pekerja tambang kapur tradisional mengalami penurunan kapasitas paru yang bersifat kombinasi. Hal ini di picu oleh faktor usia, masa kerja dan lama paparan di lingkungan kerja. Untuk mengetahui kondisi kapasitas paru pekerja maka dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat spirometer. Pemeriksaan kondisi kapasitas paru yang dilakukan, sebelumnya dikonsultasikan dengan dosen pendidikan olahraga, dalam hal ini Bapak Edi Putra Dharma Duhe S.Pd, M.Pd. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan bimbingan awal sebelum melakukan pemeriksaan dan hasil yang akurat serta dapat mewakili variabel yang diteliti. Pemeriksaan kapasitas paru dengan menggunakan alat spirometer ini tidak secara akurat menentukan derajat sebenarnya dari kondisi kapasitas paru yang terjadi apabila dilakukan dengan tidak seksama dan hati-hati untuk menghindari kesalahan dalam memberikan hasil dari pengukuran. Banyak faktor yang mempengaruhi pengukuran yang dilakukan seperti lingkungan tempat dilakukannya pemeriksaan, perhitungan manual sementara dari hasil pengukuran

18 80 yang di dapatkan, serta dapat pula permasalahan individual mengenai kebersihan alat ukur yang di gunakan dapat memicu ketidak seriusan responden pada saat melakukan pengukuran. Responden diperiksa dua kali untuk mendapatkan data awal, dan diberi petunjuk yang jelas dalam pengukuran agar hasil yang didapatkan akurat. Selain itu responden di minta untuk mengikuti setiap petunjuk yang di sampaikan oleh peneliti agar hasil akhir sesuai dengan yang di harapkan. Pengukuran kapasitas paru terhadap responden dengan melihat data awal yang di dapatkan menunjukkan adanya penurunan kapasitas paru. Hal ini di tandai dengan nilai FVC (Force Vital Capasity)/ nilai prediksi tidak dicapai sepenuhnya oleh para pekerja, paling banyak pekerja hanya mencapai hasil yang mendekati nilai FVC yang seharusnya di peroleh. Kemudian untuk nilai FEV1 yang di capai oleh responden hanya berada pada kisaran 1-2 L. Terjadinya penurunan kapasitas paru bersifat lama dan kronis, sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh responden, bahwa adanya penurunan kapasitas paru yang nantinya akan di alami oleh responden. Sesuai dengan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti responden mengutarakan adanya keluhan di saluran pernapasan, diantaranya batuk-batuk, sesak nafas dan sakit dada. Selain pemeriksaan kapasitas paru, dilakukan pemeriksaan fisik kepada responden dengan mengamati tinggi badan responden yang menjadi salah satu prasyarat perhitungan kapasitas paru Pengaruh Paparan Debu terhadap Kapasitas Paru Dalam lingkungan kerja faktor lingkungan fisik merupakan salah satu efek yang dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bagi para pekerjanya. Setiap kegiatan industri selalu menggunakan teknologi, baik teknologi yang canggih

19 81 ataupun sederhana. Efek samping penggunaan teknologi dapat mengganggu tatanan kehidupan dan lingkungan hidup, khususnya penggunaan teknologi yang dapat berdampak negatif pada tenaga kerja. Pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan kadar debu tinggi dalam waktu lama memiliki risiko tinggi terkena obstruksi paru (Yulaekah,2007). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di dua titik pengambilan sampel yakni di Jalan Uskap dan Jalan Kancil menunjukkan bahwa adanya peningkatan kadar debu yang telah melebihi nilai baku mutu kualitas udara. Berdasarkan hasil uji statistik pengaruh antara paparan debu terhadap kapasitas paru, yang dilihat dari tiga indikator variabel yang di teliti untuk kadar debu diperoleh hasil pengukuran (> 230µg/Nm 3 ) masing-masing di area Jln. Uskap (380 µg/nm 3 ) dan di area Jln. Kancil (335µg/Nm 3 ). Dengan hasil yang diperoleh membuktikan bahwa tingkat kadar debu di kawasan penambangan kapur tradisional mengalami peningkatan pencemaran kualitas udara dan produktifitas kerja serta menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kondisi kapasitas paru pekerja tambang kapur. hal ini juga sejalan dengan hasil dari pengukuran kapasitas paru yang diketahui terdapat 30 responden (85,7%) yang kapasitas parunya tidak normal sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kadar debu terhadap kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Yulaekah yang mengukur paparan debu terhirup dengan gangguan fungsi paru pada pekerja industri batu kapur di Desa Mrisi Kecamatan Tanggung Harjo Kabupaten

20 82 Grobogan, dengan hasil analisis hubungan antara paparan debu terhirup dengan gangguan fungsi paru menunjukkan responden yang terpapar debu kapur di atas NAB mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 28 orang (46,67%) dan 9 orang (15%) yang di bawah NAB tidak mengalami ganguan fungsi paru. Uji statistik dengan Chi Square Test menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paparan debu terhirup dengan gangguan fungsi paru dengan nilai p value (0,02). Selanjutnya untuk lama paparan yang lebih memfokuskan kepada jam kerja setiap hari didapat hasil nilai p value < 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H 0 di tolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara lama paparan dalam jam kerja setiap hari dengan kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat. Adanya pengaruh yang di dapatkan dari hasil uji statistik membuktikan bahwa jam kerja yang telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan dapat menimbulkan gangguan ataupun berkurangnya fungsi dari kapasitas paru responden, hal ini pula di perjelas dengan rutinitas responden yang memulai aktifitas kegiatan penambangan pada jam sampai pada pukul yang hanya beristirahat 1 kali pada siang hari itupun waktu yang digunakan sekitar 30 menit dan melanjutkan kegiatan kembali di penambangan kapur tradisional. Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan

21 83 biasanya terlihat penurunan produktifitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan (Suma mur, 1996). Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulaekah yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paparan debu terhirup (respirable) dengan gangguan fungsi paru pada kelompok responden dengan lama paparan > 8 jam (nilai p = 0,032). Sedangkan pada kelompok responden dengan lama paparan 8 jam tidak ada hubungan antara paparan debu terhirup (respirable) dengan gangguan fungsi paru (nilai p = 0,114). Dengan penjelasan tersebut dapat membuktikan bahwa semakin lama seseorang berada dalam lingkungan kerja maka dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja khususnya yang berada di kawasan pertambangan kapur tradisional. Kemudian untuk indikator penenitian yang ketiga yakni penggunaan APD (masker) hasil yang di dapatkan menunjukkan bahwa nilai p value > 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H 0 di terima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan APD (masker) dengan kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat. APD untuk pekerja adalah alat pelindung untuk pekerja agar aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan suatu pekerjaannya. APD untuk pekerja di Indonesia sangat banyak sekali permasalahannya dan masih dirasakan banyak kekurangannya. Sedangkan APD yang baik adalah yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi pekerja (Safety and Acceptation). Apabila pekerja memakai APD merasa kurang nyaman dan penggunaannya kurang bermanfaat bagi pekerja. Pekerja tersebut akan enggan memakainya, walaupun

22 84 memakai karena terpaksa / hanya berpura - pura sebagai syarat agar masih diperbolehkan untuk bekerja atau menghindari sanksi perusahaan (Yulaekah, 2007). Sesuai dengan akumulasi jawaban pertanyaan responden pada saat turun penelitian paling banyak responden mengutarakan bahwa mereka sudah terbiasa untuk tidak menggnakan APD (masker) hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan responden tentang manfaat penggunaan masker dan juga kebiasaan untuk tidak menggunakan yang sudah berangsur lama sehingga bagi responden tidak begitu penting untuk mengantisipasi paparan debu yang dapat terhirup oleh responden. peningkatan pemahaman tentang pemanfaatan penggunaan APD (masker) walaupun dalam bentuk sederhana seperti penggunaan kain bekas yang bersih merupakan alternative yang bisa di tegakkan oleh pekerja tambang kapur hal ini sangat penting untuk meminimalisir dampak paparan debu yang secara tidak langsung mempengaruhi kondisi kapasitas paru dalam jangka waktu yang lama. Dampak pemaparan debu yang melebihi ambang batas dan terus menerus dapat menurunkan fungsi faal paru berupa obstruktif. Akibat penumpukan debu yang tinggi di paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru yang berarti. Penyakit akibat penumpukan debu pada paru disebut pneumoconiosis. Efek utama debu kapur terhadap manusia berupa kelainan paru baik bersifat akut dan kronis, terganggunya fungsi fisiologis, iritasi mata, iritasi sensorik serta penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh. Efek terhadap saluran pernafasan adalah terjadinya iritasi saluran pernafasan, peningkatan produksi lendir, penyempitan saluran

23 85 pernafasan, lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir serta kesulitan bernafas (Sucipto, 2007). Secara garis besar bahwa dampak paparan debu dapat mempengaruhi kondisi kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional. Diperoleh dari jumlah responden 35 orang hanya ada 5 responden yang kapasitas parunya normal dan 30 responden lainnya mengalami gangguan/tidak normal. Rata-rata responden yang telah di ukur kapasitas parunya tidak normal di dominasi oleh golongan umur tahun. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya paparan debu di lingkungan kerja yang di lihat dari kadar debu yang setiap harinya terkontaminasi dengan pekerja, lama paparan, dan kebiasaan tidak menggunakan APD (masker). Variabel yang telah di teliti dapat menggambarkan keberadaan faktor lingkungan fisik khususnya debu dan kebiasaan yang seharusnya di minimalisir oleh responden untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat merugikan responden Pengaruh Masa Kerja terhadap Kapasitas Paru Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan responden selama melakukan aktiiftas kerja dalam jangka waktu yang lama. Dari hasil yang di peroleh menunjukkan bahwa paling banyak responden yang masa kerjanya telah melebihi kategori masa kerja yang di tetapkan. Hal ini selaras dengan penyampaian responden yang mengatakan bahwa sudah berprofesi menjadi pekerja tambang kapur dari kecil sampai sekarang dan usaha kapur yang sudah turun temurun di wariskan telah menjadi penopang hidup bagi responden yang bertempat dikawasan penambangan kapur tradisional ini. Kategori masa kerja yang terbagi atas dua yakni masa kerja yang < 5 tahun dan > 5 tahun

24 86 diambil mengingat kurangnya pekerja yang masa kerjanya kurang dari 1-5 tahun bekerja di penambangan kapur, olehnya itu kategori masa kerja ini digunakan untuk membuktikan bahwa benar pekerja yang masa kerjanya di dominasi yang masa kerjanya > dari 5 tahun. Dari hasil uji statistik pengaruh antara masa kerja terhadap kapasitas paru, didapat nilai p value < 0,05, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah H 0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara masa kerja terhadap kapasitas paru pekerja tambang kapur tradisional di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat. Berdasarkan studi menunjukkan bahwa masa kerja lebih dari 10 tahun mempunyai risiko terjadinya obstruksi paru pada pekerja industri yang berdebu (Yulaekah, 2007). Hasil uji statistik dapat menggambarkan bahwa responden bekerja sudah melebihi kategori yang di tetapkan sehingga secara langsung dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan paru untuk berfungsi secara normal atau berkurangnya kapasitas paru. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Budi Utomo, di peroleh hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara masa kerja tahun dengan penurunan kapasitas paru (p value = 0,003). Artinya pekerja dengan masa kerja tahun mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya penurunan kapasitas paru dari ke empat kategori yang di lihat. Penjelasan ini telah meperlihatkan bahwa semakin lama responden melakukan aktifitas kerjanya maka semakin besar pula dampak negatif yang akan dialami terlebih kepada kondisi kapasitas paru responden.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan penambangan kapur

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan penambangan kapur BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Peneitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan penambangan kapur sederhana Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat. Adapun

Lebih terperinci

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah. 1 2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KAPASITAS PARU TENAGA KERJA PENGANGKUT SAMPAH DI KABUPATEN GORONTALO Novalia Abdullah, Herlina Jusuf, Lia Amalaia novaliaabdullah@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja yang penuh oleh debu, uap dan gas dapat mengganggu produktivitas dan sering menyebabkan gangguan pernapasan serta dapat menyebabkan penyakit paru (Suma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM (Studi Pada Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya dan Peternakan Ayam Risky Layer Kabupaten Bone Bolango) Putri Rahayu H. Umar Nim. 811409003 ABSTRAK

Lebih terperinci

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1 KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1 Olvina Lusianty Dagong. 811410088. Kapasitas Faal Paru Pada Pedagang Kaki Lima. Jurusan Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen hidup yang sangat penting untuk manusia maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa hari, tanpa minum manusia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Konsentrasi Partikulat yang Diukur Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi pertambangan Kapur Gunung Masigit, didapatkan bahwa total

Lebih terperinci

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058 Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengampelasan Di Industri Mebel X Wonogiri Rimba Putra Bintara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dengan kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan akan terpajan dengan berbagai

Lebih terperinci

JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 11, Issue 1: (2013) ISSN

JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 11, Issue 1: (2013) ISSN JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 11, Issue 1: 16-22 (2013) ISSN 1829-8907 PENGARUH EMISI UDARA PADA SENTRA PENGOLAHAN BATU KAPUR TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PEKERJA DAN MASYARAKAT DI DESA KARAS KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek kehidupan yang bisa memberikan pengaruh dan dampak penting terhadap kehidupan manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa Lokasi penambangan Desa Hulawa merupakan lokasi penambangan yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berwawasan lingkungan telah diterima sebagai suatu prinsip Pembangunan Nasional dengan berbagai peraturan pelaksanaannya. Walaupun demikian, dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April 2013. Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam 09.00-

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April 2013. Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam 09.00- BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian akan dilakukan di peternakan ayam CV. Malu o Jaya Desa Ulanta, Kecamatan Suwawa dan peternakan ayam Risky Layer Desa Bulango

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Banyak industri kecil dan menengah baik formal maupun informal mampu menyerap

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen lingkungan yang memiliki peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat berlangsung tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015 ABSTRAK Reza Eka Putra, Dwita Anastasia Deo, Dyah Gita Rambu Kareri Bekerja di industry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen (O 2 ) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme dalam tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor industri informal dan formal. Banyak industri kecil dan menengah harus bersaing dengan industri besar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Usaha peternakan adalah kegiatan yang menghasilkan produk peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia dewasa ini maju sangat pesat, seiring dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk. Penerapan teknologi berbagai bidang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat kerja merupakan tempat dimana setiap orang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun keluarga yang sebagian besar waktu pekerja dihabiskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2) Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang menyebabkan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki AFTA, WTO dan menghadapi era globalisasi seperti saat ini pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan sektor industri,pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI GAMBARAB ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PAKASA PARU PEKERJA BAGIAN PRODUKSI

LAMPIRAN 1 KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI GAMBARAB ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PAKASA PARU PEKERJA BAGIAN PRODUKSI LAMPIRAN 1 KUESIONER WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI GAMBARAB ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PAKASA PARU PEKERJA BAGIAN PRODUKSI ASPAL HOTMIX PT SABARITHA PERKASA ABADI TAHUN 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan kapasitas teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya volume dan kapasitas paru-paru manusia hanya dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Tetapi selain itu, faktor penyakit dan aktifitas seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat terutama pada pernafasan. Polutan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, pembangunan, industri, dan transportasi. Pesatnya

Lebih terperinci

DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C PADA KONDISI LINGKUNGAN MASYARAKAT DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C PADA KONDISI LINGKUNGAN MASYARAKAT DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C PADA KONDISI LINGKUNGAN MASYARAKAT DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO SUMARRY Amelia Niode Nim : 811409023 Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pekerja merupakan faktor yang sangat dominan dalam suatu industri, karena majunya suatu industri sangatlah dipengaruhi pula adanya suatu jaminan keselamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran terhadap nilai kapasitas vital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO. Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1

GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO. Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1 GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional baik di sektor tradisional maupun modern, khususnya pada masyarakat yang

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN BATU PT.SINAR KARYA CAHAYA TAHUN 2013 DI DESA BOTUBULOWE KECAMATAN DUNGALIYO

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN BATU PT.SINAR KARYA CAHAYA TAHUN 2013 DI DESA BOTUBULOWE KECAMATAN DUNGALIYO SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN BATU PT.SINAR KARYA CAHAYA TAHUN 2013 DI DESA BOTUBULOWE KECAMATAN DUNGALIYO Yulita Pau. 811409101. Gambaran Kapasitas Paru Pada Tenaga Kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok umumnya terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, Seluruh Negara dituntut untuk memasuki perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Menurut International Labor Organisasion (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Ada

Lebih terperinci

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Hubungan Antara Lama Paparan dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung Donald J.W.M Kumendong*, Joy A.M Rattu*, Paul A.T Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya dapat ditimbulkan dari aktivitas kegiatan di tempat kerja setiap

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal Amilatun Nazikhah 1*, Binti Mualifatul R. 2, Am Maisarah Disrinama 3 1 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan (inhalasi). Pneumokoniosis membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. Industri menimbulkan polusi udara baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era industrialisasi di Indonesia kini telah memasuki masa dimana upaya swasembada bahan pokok sangat diupayakan agar tidak melulu mengimpor dari luar negeri. Hal

Lebih terperinci

Kata Kunci: Debu Kapur, Keluhan Gangguan Pernafasan

Kata Kunci: Debu Kapur, Keluhan Gangguan Pernafasan HUBUNGAN PARTIKEL DEBU KAPUR TULIS TERHIRUP DENGAN KELUHAN GANGGUAN PERNAFASAN PADA GURU SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DI DESA SUNGAI KABUPATEN KUBU RAYA Cici Nurhana Septiyaningsih, Aryanto Purnomo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Status Gizi Kebiasaan Merokok Kapasitas Vital Paru Masa Kerja Penggunaan Masker Posisi Kerja Gambar 3.1 Kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

Arsih, Ratna Dian Kurniawati, Inggrid Dirgahayu ABSTRAK

Arsih, Ratna Dian Kurniawati, Inggrid Dirgahayu ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK PEKERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEMBUAT KASUR LANTAI DI PT TAWAKAL WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGSIANG KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011 ABSTRAK Arsih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru-paru merupakan alat ventilasi dalam sistem respirasi bagi tubuh, fungsi kerja paru dapat menurun akibat adanya gangguan pada proses mekanisme faal yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja, debu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keperawatan komunitas merupakan bagian dari pelayanan terhadap masyarakat yang sasaran dan tujuan perawatannya bukan hanya individu melainkan juga masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNDIP ABSTRAK Pasar Johar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

Petunjuk : Pilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden.

Petunjuk : Pilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden. LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG, DAN PENGUAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN PENCEGAHAN PNEUMOKONIOSIS PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan sektor industri di Indonesia semakin meningkat dan berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini sejalan dengan peningkatan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri mengubah pola penyakit yang ada di masyarakat khususnya bagi pekerja. Pekerja menghabiskan sepertiga waktunya tiap hari di tempat kerja dimana

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG http://ejournal-sundip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG Ellita Ersa Afiani*), dr. Siswi Jayanti,

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR 346/S1-TL/1011-P ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR Oleh: DHONA MARLINDRA 07 174 024 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING DI PT. BINTANG MAKMUR SENTOSA TEKSTIL INDUSTRI SRAGEN Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

Lebih terperinci

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang Oleh Rr. Vita Nur Latif (Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan rr.vitanurlatif@yahoo.com ABSTRAK Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

Kadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen

Kadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen Kadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen Reni Wijayanti D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja, FK UNS

Lebih terperinci

Novie E. Mauliku. (Kata Kunci : lama kerja, APD (masker), Kapsitas Vital Paksa paru). Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 70

Novie E. Mauliku. (Kata Kunci : lama kerja, APD (masker), Kapsitas Vital Paksa paru). Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 70 HUBUNGAN ANTARA LAMA KERJA DAN PEMAKIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN KAPASITAS VITAL PAKSA PARU TENAGA KERJA PADA UNIT SPINNING PT.VONEX INDONESIA Novie E. Mauliku ABSTRAK Debu kapas yang mencemari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL (Survei pada Mebel Sektor Informal di Kampung Sindanggalih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2014) Indri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini juga telah terjadi trend dan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini juga telah terjadi trend dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan diantara perusahaan baik di dalam maupun luar negeri semakin ketat dan keras. Disamping itu juga terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci