BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Ari Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi makhluk hidup lainnya (UU 23 Tahun 1997). Lingku ngan sekitar manusia dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:1) lingkungan fisik, termasuk di dalamnya air, tanah, dan udara; 2) lingkungan biologi, yang termasuk di dalamnya semua organisme hidup, baik binatang maupun tumbuh-tumbuhan kecuali manusia itu sendiri; 3) lingkungan sosial, yaitu interaksi sesama manusia meliputi faktorfaktor sosial, ekonomi dan kebudayaan serta kesehatan masyarakat. Udara merupakan sumber daya yang penting bagi kehidupan, oleh sebab itu kualitasnya harus dijaga. Udara yang dihirup dalam-dalam saat manusia bernafas, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan oksigen. Manusia juga menghisap gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa diantara gas yang sangat sedikit tersebut diidentifikasi sebagai pencemar. Di daerah perkotaaan yang ramai, gas pencemar yang berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik, pembangkit tenaga listrik, asap rokok, larutan pembersih dan sebagaimana yang berhubungan erat dengan aktifitas manusia (Darmono, 2001 dalam Irwansyah, 2003) Udara yang dihirup sebaiknya udara yang bersih, tidak berisi komponen lain yang mempengaruhi kesehatan manusia (Dawud, 2004). Jika udara telah dimasuki zat atau komponen lain hasil kegiatan manusia atau alam yang menyebabkan mutu udara turun sampai ke tingkat yang mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia, maka udara tersebut telah tercemar (Dawud, 2004;Mukono 2003). Bahan pencemar udara (polutan) tersebut dapat berupa gas: gas senyawa karbon monoksida (CO), senyawa sulfur dioksida (SO 2 ), senyawa nitrogen dioksida (NO 2 ), senyawa logam (Pb), senyawa oksigen dalam bentuk Ozon (O 3 ); atau berupa partikel (asap, debu, uap, kabut). Masing-masing bahan pencemar tersebut 1
2 2 mempunyai karakteristik sendiri, yaitu meningkatkan risiko yang membahayakan kesehatan, baik sifat-sifat fisik maupun kimia (Dawud, 2004). Biasanya gas dan zat pencemar ini berkaitan dengan aktivitasnya sebagai oksidan di dalam tubuh (Yunus, 1996). Sumber polutan yang terbesar antara lain dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Asap kendaraan bermotor banyak menghasilkan timbal (Pb) yang merupakan hasil pembakaran timbal dalam bentuk tetra etil lead ( TEL). TEL ini merupakan oksidan yang sangat kuat di dalam tubuh manusia. Dampaknya adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, hipertensi, gangguan fungsi ginjal dan fungsi reproduksi, keguguran, serta menurunkan kecerdasan anak usia dini ( balita). Bahan lain yang terdapat dalam asap kendaraan bermotor adalah sulfur. Sulfur merupakan bahan yang terdapat dalam solar yang dapat menyebabkan bronkitis, radang paru, koma dan kelumpuhan pusat pernapasan. Ozon (O 3 ) merupakan oksidan yang sangat kuat karena mampu mengoksidasi substansi lain sehingga mengiritasi sistem pernapasan. CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor juga menyebabkan hipoksia pada jaringan sehingga produksi radikal bebas dalam tubuh menjadi bertambah. Debu (PM 10 ) berhubungan dengan penurunan dan perkembangan fungsi paru pada anak- anak (Kelly, 2003 dalam Afriyanti, 2006). Dari penelitian yang dilakukan di Salamanca, Meksiko diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara SO 2 dengan gejala penyakit pernapasan yaitu wheezing (OR=1,0213) dan ISPA(OR=1,0521) setiap kenaikan konsentrasi sebanyak 10µg/m 3. Sedangkan NO 2 terlihat signifikan pengaruhnya pada penurunan fungsi saluran pernapasan (Linares et.al. 2010). Penelitian di Palemo, Italia juga membuktikan bahwa polutan meningkatkan risiko kesehatan terutama pada saluran pernapasan, sebesar 2,2% (95% CI:1,3-3,1) pada PM 10, 4,4% (95% CI:0,3-8,6) pada SO 2, 2,3% (95% CI:0,1-4,7) pada CO, dan 1,5% (95% CI:0,4-2,6) pada NO 2 (Tramuto, et.al., 2011). Hasil penelitian efek polutan PM 10, SO 2, dan NO 2 di Beijing adalah PM 10 memiliki efek pada penyakit kardiovaskuler dan pernapasan meskipun lebih besar efeknya terhadap kardiovaskuler, SO 2 memiliki efek yang sama besar pada penyakit pernapasan dan kardiovaskuler, sedangkan
3 3 NO 2 memiliki efek terbesar pada penyakit pernapasan daripada kardiovaskuler (Zhang, et.al., 2011). Penelitian yang dilakukan di Shanghai menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketiga polutan yaitu PM 10, sulfurdioxide (SO 2 ), dan nitrogendioxide (NO 2 ) dalam penelitian single pollutan model dengan konsentrasi rata-rata harian pada masing-masing polutan adalah 102,0 µg/m 3, 44,7 µg/m 3 dan 66,6 µg/m 3 terhadap peningkatan angka kematian per hari terutama yang diakibatkan oleh penyakit pernapasan (Chen,et al.,2008). Sedangkan penelitian di 10 kota di Italia menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada setiap peningkatan NO 2 sebesar 10 µg/m 3 dengan kematian biasa (2,63% for lag 0-5; 95% CI, 1,53-3,75), kematian yang disebabkan penyakit jantung (2,63% for lag 0-5;95% CI, 1,53-3,75) dan kematian yang disebabkan gangguan pernapasan (3,48% for lag 1-5; 95% CI, 075-6,29). Efek NO 2 sehingga menyebabkan kematian terlepas dari pengaruh PM 10 dan O 3 (Chiusolo, et al., 2011). Sedangkan penelitian di Beijing selama 6 tahun (Januari Desember 2008) menunjukkan bahwa tingkat kematian karena penyakit kardiovaskuler atau gangguan pernapasan berhubungan secara signifikan dengan konsentrasi polutan udara ( particulate matter, SO 2, NO 2 ). SO 2 memiliki efek yang sama besar terhadap penyakit pernapasan dan kardiovaskuler, sedangkan NO 2 memiliki pengaruh terbesar pada pernapasan daripada penyakit kardiovaskuler (Zhang, et al,.2011). Berdasarkan laporan Laboratorium Udara Kota Pekanbaru tahun 2012 terdapat 124 hari paramater PM 10 dengan kategori kritis, SO 2 sebanyak 54 hari, O 3 sebanyak 95 hari dan NO 2 sebanyak 2 hari, serta terdapat 91 hari yang tidak terdata. Khususnya untuk Kota Pekanbaru tingginya konsentrasi PM 10 lebih disebabkan oleh asap kebakaran hutan/lahan yang terjadi di Kota Pekanbaru maupun disekitar wilayah Pekanbaru. Nilai ISPU tertinggi untuk PM 10 adalah 111 (kategori TIDAK SEHAT) yaitu pada bulan Agustus Nilai ISPU tertinggi untuk SO 2 adalah 56 (kategori SEDANG) yaitu pada bulan Januari 2012 (Laporan Tahunan Laboratorium Udara Kota Pekanbaru, 2012).
4 4 Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah salah satu penyebab utama kematian balita di dunia. ISPA diartikan sebagai suatu penyakit dengan gejala batuk bernapas cepat, dan pendek, kesulitan dalam bernapas yang bukan disebabkan hidung tersumbat. ISPA diklasifikasikan menjadi infeksi saluran pernapasan akut atas dan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Infeksi saluran pernapasan atas meliputi rhinitis, sinusitis, infeksi telinga, faringitis akut, epiglotis, dan laringitis. Infeksi saluran pernapasan atas sebagian besar disebabkan oleh virus yaitu Respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza, influenza virus dan lain-lain. Infeksi saluran pernapasan bawah yang biasanya terjadi adalah pneumonia dan bronkiolitis. Biasanya infeksi disebabkan oleh virus dan bakteri. Laporan WHO (1999) dan WHO (2007) yang dikutip dalam Ditjen Bina Kafarmasian menyebutkan bahwa ISPA merupakan penyebab kematian tertinggi akibat infeksi. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahunnya. Menurut WHO pada tahun 2000 terdapat 1,9 juta (95%) anak -anak di seluruh dunia meninggal karena ISPA, 20% diantaranya ditemukan di Negara India (Shobha, 2007) dan 70% ditemukan di Afrika dan Asia Tenggara (WHO, 2002). Sedangkan tahun 2002 terdapat kasus ISPA baru dengan jumlah kematian sebanyak 3,9 juta jiwa di dunia. Tingkat keparahan ISPA tersebut lebih tinggi ditemui di negara-negara berkembang (Simoes, 2009). Insiden kejadian ISPA di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada 13 juta anak balita di dunia golongan usia balita (Anonim dikutif dalam Widowati, 2014). Data Kemenkes Indonesia, kasus ISPA pada tahun 2007 hingga 2011 mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 terdapat 7,2 juta kasus ISPA dan tahun 2011 menjadi 18,79 juta kasus ISPA. Berdasarkan hasil survei demografi kesehatan Indonesia, Angka Kematian Anak dan Balita (AKAB) 1-4 pada tahun 2007 sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup, 15,5% atau sebesar kematian pada balita usia 1-5 tahun disebabkan oleh ISPA. Ini secara rata-rata di Indonesia 83 orang balita meninggal setiap harinya karena ISPA (Iptek Kesehatan, 2012).
5 5 Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 terdapat lima Provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%). Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Me nurut jenis kelamin, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk dengan ekonomi indeks kepemilikan terbawah dan menengah kebawah (Riskesdas, 2013). Provinsi Riau merupakan jumlah penderita ISPA cukup meningkat dari tahun ketahun. Tingginya kejadian ISPA di Provinsi Riau disebabkan oleh kabut asap. Pada tahun 2014 selama bulan Januari 2014 terdapat warga terserang ISPA. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru jumlah penderita ISPA sebanyak orang sejak ditetapkannya status tanggap darurat kabut asap. Sedangkan pada tahun 2015, laporan data Dinas Kesehatan secara online dilaporkan bahwa selama periode 29 Juni sampai dengan 18 Oktober 2015 jumlah penderita ISPA sebanyak orang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas mengenai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Pekanbaru dan tingginya kejadian kasus ISPA setiap tahunnya maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : Hubungan Indeks Standar Pencemar Udara dan Faktor Meteorologi dengan Kejadian ISPA di Kota Pekanbaru Tahun
6 6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menjelaskan hubungan antara Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan faktor meteorologi dengan kejadian ISPA di Kota Pekanbaru mulai Januari 2011 sampai bulan Desember Tujuan Khusus Tujuan umum dapat dijabarkan secara lebih spesifik menjadi tujuan khusus sebagai berikut: a. Untuk menjelaskan gambaran kualitas udara ambien (ISPU) meliputi konsentrasi PM 10, SO 2, CO, NO 2, dan O 3 menurut bulan dan menurut tahun di Kota Pekanbaru tahun b. Untuk menjelaskan gambaran faktor meteorologi meliputi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari menurut bulan dan menurut tahun di Kota Pekanbaru tahun c. Untuk menjelaskan gambaran jumlah kejadian ISPA menurut bulan dan menurut tahun di Kota Pekanbaru tahun d. Untuk menjelaskan hubungan secara statistik dan grafik/time-trend antara kualitas udara ambien (ISPU) dan kejadian ISPA di Kota Pekanbaru tahun e. Untuk menjelaskan hubungan secara statistik dan grafik/time-trend antara meteorologi dengan kejadian ISPA di KotaPekanbaru tahun f. Untuk menjelaskan pengaruh ISPU dan meteorologi terhadap kejadian ISPA di Kota Pekanbaru tahun
7 7 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Instansi Terkait a. sebagai informasi tentang hubungan kualitas udara ambien (ISPU ), faktor meteorologi dan kejadian ISPA b. sebagai bahan evaluasi bagi pihak pemerintah untuk pemantauan pencemaran udara ambien dan penanganan kasus pneumonia 2. Bagi Masyarakat a. Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang gangguan saluran pernapasan khususnya ISPA dan pengaruh kualitas udara ambien (ISPU) b. Memberikan informasi baru mengenai gangguan saluran pernapasan akibat adanya pengaruh kualitas udara ambien (ISPU), faktor meteorologi sehingga masyarakat dapat mempersiapkan langkah pencegahan sederhana.
8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Hasil Perbedaan 1 Widowati (2014) Hubungan Antara Tingkat Konsentrasi NO 2, SO 2, dan PM 10 di Udara Ambient dengan Kejadian ISPA Penduduk Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat Tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat konsentrasi SO 2 (nilai p=0,002) dan PM 10 (nilai p=0,031), dengan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 8,2% jumlah kasus ISPA disebabkan konsentrasi SO 2 dan 1,5% jumlah kasus ISPA disebabkan konsentrasi PM 10. Sedangkan antara konsentrasi NO 2 dengan jumlah kejadian ISPA tidak ada hubungan yang bermakna (nilai p=0,194). Tingkat konsentrasi PM 10 dan SO 2 dapat mempengaruhi kejadian ISPA. Perbedaan dengan penelitian yang sudah dilakukan adalah rentang waktu yang digunakan, beberapa variabel ada yang berbeda seperti CO dan O 3, dan juga penambahan variabel faktor meteorologi. Selain itu perbedaan lokasi dan waktu penelitian 2 Agustin (2004) Hubungan Kualitas Udara Ambien dengan Kasus ISPA, Bronkhitis dan Asma di DKI Jakarta Tahun (Studi Ekologi di 15 Kecamatan) Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan terjadi di beberapa kecamatan. Parameter yang signifikan di beberapa kecamatan adalah SO 2 dengan ISPA, SO 2 dengan bronkhitis, NO dengan bronkhitis, NO dengan asma, Nox dengan ISPA Perbedaan dengan penelitian yang sudah dilakukan adalah rentang waktu yang digunakan, lokasi dan waktu penelitian 8
9 No Peneliti Judul Hasil Perbedaan 3 Dewi Utami Iriani (2004) Hubungan Iklim, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Kejadian Serangan Asma/Bronkhitis di DKI Jakarta Tahun (Studi Ekologi Time Trend pada 5 Rumah Sakit Umum di DKI Jakarta) Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari mempunyai korelasi positif dengan O 3 dan ISPU. Kelembaban mempunyai korelasi negatif dengan PM 10, SO 2, O 3, NO 2 dan ISPU. Suhu mempunyai korelasi positif dengan PM 10, SO 2, O 3, NO 2 dan ISPU. Arah angin mempunyai korelasi negatif dengan PM 10, SO 2, O 3, NO 2 dan ISPU. Kecepatan angin berkorelasi positif dengan NO 2 dan berkorelasi negatif dengan PM 10, SO 2, dan O 3. Asma dan bronkhitis mempunyai korelasi positif dengan NO 2 dan berkorelasi negatif dengan O 3. Hasil analisi time trend dalam periode tiga bulanan didapatkan pola kunjungan asma dan bronkhitis tidak mengikuti pola konsentrasi kualitas udara ambien dan ISPU Perbedaan dengan penelitian yang sudah dilakukan adalah rentang waktu yang digunakan, variabel dependen yang diteliti, lokasi dan waktu penelitian 9
10 No Peneliti Judul Hasil Perbedaan 4 Budi Pramono (2002) 5 Eram Tunggul Pawenang (2002) Analisis Kualitas Udara Ambien dan Faktor Meteorologi Terhadap Kejadian Penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat, September Mei 2002 Hubungan Faktor Meteorologi, Kualitas Udara Ambien, dan Kejadian Gangguan Saluran Pernapasan di Kecamatan Pedurungan Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu rata-rata 27,63 o C, kelembaban relatif ratarata 81,9%, arah angin 185,77 o, kecepatan angin rata-rata 1,35 m/s, PM 10 rata-rata 71,52 µg/m3, SO 2 rata-rata 26,72 µg/m3, CO rata-rata 1,62 µg/m3, O 3 rata-rata 41,74 µg/m3, NO 2 rata-rata 42,26 µg/m3 dan jumlah kasus ISPA rata-rata 180,34. Dari uji korelasi diketahui hubungan antara suhu udara dengan SO 2, O 3, dan NO 2, kelembaban relatif dengan O 3, kecepatan angin dengan PM 10 dan CO, arah angin dengan PM 10, SO 2, CO, O 3, dan NO 2, SO 2 dengan ISPA, dan O 3 dengan ISPA Hasil penelitian menunjukkan rata-rata mingguan suhu 27,37 C, kelembaban 75,08%, arah angin 165,72º, kecepatan angin 4,49 m/s, radiasi global W/m 2, rata-rata kualitas udara untuk PM10 61,71 µg/m 3, SO 2 10,15 µg/m 3, SO 1,20 mg/m 3, O 3 33,37 µg/m 3, NO 2 18,75 µg/m 3. Jumlah gangguan saluran pernapasan rata-rata 246,84 kasus. Hasil korelasi menunjukkan suhu udara bernakna dengan NO 2, kelembaban bermakna dengan CO, PM 10, NO 2, O 3, arah angin bermakna dengan SO 2 dan O 3. Kecepatan angin bermakna dengan PM 10, CO dan O 3, radiasi global bermakna dengan PM 10 dan O 3. Uji korelasi kualitas udaran dengan gangguan saluran pernapasan menunjukan hubungan dengan PM 10, SO 2, O 3. Perbedaan dengan penelitian yang sudah dilakukan adalah rentang waktu yang digunakan, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian Perbedaan dengan penelitian yang sudah dilakukan adalah rentang waktu yang digunakan, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran lingkungan terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Namun pembangunan industri dengan berbagai macam jenisnya tentunya memiliki dampak positif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross sectional study) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika hubungan atau korelasi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk mendukung kehidupannya secara
Lebih terperinciB A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN SERTA INFORMASI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA B A P E D A L Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini dan sering terjadi pada anak - anak. Insidens menurut kelompok umur
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana transportasi saat ini sangat dibutuhkan bagi masyarakat yang melakukan aktivitas perjalanan di luar rumah. Kebutuhan sarana transportasi tersebut memacu laju pertambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan
Lebih terperinciPENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua makhluk hidup memerlukan udara, udara merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan. Udara yang ada disekitar kita tidak sepenuhnya bersih. Pada saat ini,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungkinkan terjadinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2010 Tanggal : 26 Maret 2010 I. PENDAHULUAN PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH Dalam Pasal 20 ayat (4) Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah kendaraan di kota besar menyebabkan polusi udara yang meningkat akibat pengeluaran emisi gas kendaraan. Banyak faktor seperti tuntutan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan
Lebih terperinciPROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA
PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan penyakit pada manusia, salah satunya adalah terjadinya ketidakseimbangan antara hubungan tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang merupakan hak dasar dan tidak bisa diganggu gugat dalam keadaan apapun. Namun dalam kenyataannya keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat terutama pada pernafasan. Polutan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan akan terpajan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit ISPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan ekonomi yang semakin pesat mendorong semakin tingginya kebutuhan akan transportasi, dalam hal lain lingkungan alam yang mendukung kehidupan manusia semakin
Lebih terperinciSUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO
SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciPenilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan
Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan Kuliah Minggu V Laboratorium Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim (LPUPI) Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Host of Urban Problems Problem
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pencemaran udara didefinisikan sebagai hadirnya satu atau lebih substansi/ polutan di atmosfer (ambien) dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan atau mengganggu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)
32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut 2.1.1 Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Lebih terperinciPERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT
PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT Satriya Ary Hapsara 1,2*, Umi Muflihatun Nurul Azizah 2, Yodhi Anggara P 2, Yospina Reru 1,2 1 Program Studi Fisika,Fakultas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSENTRASI NO 2, SO 2 DAN PM 10 DI UDARA AMBIENT DENGAN KEJADIAN ISPA PENDUDUK KECAMATAN TAMAN SARI JAKARTA BARAT
1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSENTRASI NO 2, SO 2 DAN PM 10 DI UDARA AMBIENT DENGAN KEJADIAN ISPA PENDUDUK KECAMATAN TAMAN SARI JAKARTA BARAT 2006-2013 Ruri Widowati, Budi Haryanto Program Studi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan
5 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Transportasi secara umum diartikan sebagai perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan menurut Sukarto (2006), transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang bersih adalah kebutuhan dasar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Namun, polusi udara masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan di seluruh dunia.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semburan lumpur panas yang terletak di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur adalah salah satu dari akibat ekplorasi di bidang perminyakan
Lebih terperinciABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA
ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA Ema Mayasari Stikes Surya Mitra Husada Kediri Email: eyasa@ymail.com Penyakit ISPA terjadi bukan hanya karena infeksi
Lebih terperinciDampak Kabut Asap Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan
Dampak Kabut Asap Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan Pekanbaru, 29 Maret, 2013 1 Tujuan Setelah mengikuti presentasi ini, peserta mampu : Mengetahui kondisi terkini hotspot kebakaran hutan di Sumatra Mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat
Lebih terperinciPENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.
1 PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT. Pencemaran Udara 2 3 Regulasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara 4 Pencemaran Udara Masuknya atau
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit akut saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan spektrum penyakit yang berkisar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Manusia perlu suplai udara, makanan, minuman, tempat untuk bernaung, tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada
Lebih terperinciTINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)
TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota
Lebih terperinci