BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Dalam dunia bisnis akhir-akhir ini semakin sering digunakannya istilah supply chain. Supply chain ini muncul seiring dengan perkembangan dunia usaha yang dituntut untuk semakin efisien dan responsif terhadap perubahan yang terjadi, terutama dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Efisien dalam arti meminimalkan biaya dalam rangka pengadaan barang maupun jasa. Sedangkan responsif maksudnya adalah cepat dan tanggap dalam menyediakan barang dan jasa tersebut, sehingga pelanggan dapat memperolehnya tepat di saat mereka membutuhkannya atau sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan sebelumnya. Dalam kenyataannya, untuk dapat melakukan efisiensi dan sekaligus responsif itu tidak mudah, seringkali keduanya justru bertentangan. Sebagai contoh, untuk dapat efisien, maka suatu perusahaan harus mempunyai tingkat persediaan (inventory level) yang serendah mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya persediaan seperti sewa gudang dan pekerja. Sedangkan untuk dapat bersikap responsif, perusahaan tersebut harus mampu memenuhi kebutuhan pelanggannya secara cepat. Salah satu caranya adalah dengan mempunyai jumlah persediaan barang yang cukup sehingga perusahaan tersebut akan dapat memenuhi permintaan pelanggannya tanpa harus menunggu proses produksi ataupun pemesanan dari supplier lainnya. Seringkali suatu perusahaan menimbun jumlah persediaan yang cukup besar, karena permintaan 6

2 7 dari pelanggan seringkali yang tidak menentu dan tidak sesuai dengan prediksi (forecasting) yang telah dilakukan sebelumnya. Contoh lainnya adalah dalam hal distribusi barang dari gudang utama (central warehouse) ke gudang-gudang lebih kecil yang tersebar di daerah-daerah. Suatu perusahaan dapat melakukan efisiensi biaya transportasi dengan cara melakukan pengiriman yang seminim mungkin. Barang dalam kuantitas yang kecil disimpan terlebih dulu di gudang utama sambil menunggu kedatangan barang-barang lainnya untuk selanjutnya dikirimkan secara bersamaan ke gudang-gudang di daerah. Dengan cara ini maka perusahaan tersebut dapat menghemat biaya transportasi karena tidak perlu melakukan pengiriman barang secara berkali-kali untuk kuantitas yang kecil. Namun di lain pihak, untuk dapat bersikap responsif terhadap kebutuhan para pelanggannya, perusahaan tersebut dituntut untuk melakukan pengiriman barang sesegera mungkin, walaupun barang yang akan dikirim itu hanya dalam kuantitas yang sedikit. Hal ini tentunya akan meningkatkan biaya transportasi bagi perusahaan tersebut. Dari kedua contoh di atas, dapat terlihat bahwa untuk melakukan efisiensi sekaligus bersikap responsif seringkali bertolak belakang. Strategi supply chain (forecasting)yang akan dibahas kemudian dapat menjadi sebuah kerangka kerja (framework) untuk memberikan solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah tersebut.

3 Supply Chain Supply chain yang juga berarti sebagai jaringan logistik (logistics networks) seperti yang ditulis oleh Chopra dan Meindl (2006) dalam bukunya Supply Chain Management, pada dasarnya melibatkan semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan kebutuhan pelanggan. Supply chain tidak hanya meliputi principal (manufacturers) dan supplier saja, tetapi juga penyedia jasa transportasi, gudang, distributor, agen, pengecer, dan pelanggan itu sendiri. Dalam setiap organisasi, seperti principal, supply chain meliputi semua proses dan fungsi yang terlibat dalam hal menerima pesanan dan memenuhi kebutuhan pelanggannya. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: pengadaan produk baru, marketing, operasional, distribusi, keuangan, dan pelayanan pelanggan. Namun juga tidak hanya terbatas pada hal-hal tersebut. Dalam sistem supply chain yang kompleks, produk yang sudah dibeli oleh end user dapat masuk kembali kedalam supply chain. Contoh dari suatu supply chain terlihat pada gambar dibawah ini.

4 9 Gambar 2.1 Supply Chain Network (Sumber: Bagian paling penting dari supply chain sering sekali tidak diperhatikan. Bagian tersebut adalah pelanggan (customer). Pada kenyataannya, pelanggan merupakan komponen paling utama dalam suatu supply chain. Tujuan paling utama dari supply chain adalah pemenuhan demand. Dengan kata lain supply chain harus memenuhi kebutuhan pelanggan. Aktivitas suatu supply chain berawal dari pelanggan (pesanan pelanggan), berlanjut ke proses produksi, distribusi dan berakhir pada pelanggan. Pada proses pelaksanaan supply chain, tidak hanya barang saja yang mengalir, pada kenyataannya ada 4 arus yang mengalir bersamaan, yaitu arus barang, arus jasa, arus uang, dan arus informasi Forecasting Forecasting adalah suatu proses estimasi/perkiraan dari suatu situasi yang tidak diketahui. Estimasi yang dilakukan bisa berdasarkan time-series, crosssectional, atau longitudinal data. Yang dimaksud dengan data time-series adalah data-data yang diperoleh dari kejadian masa lampau, sebagai contoh data penjualan, data produksi, dll. Data cross sectional merupakan data yang dikumpulkan dengan melakukan observasi pada waktu yang sama. Sebagai

5 10 contoh, kita ingin mengetahui tingkat obesitas pada suatu wilayah dengan cara menyebarkan angket kepada beberapa orang sampel. Data yang diperoleh merupakan data pada saat itu, kita tidak tahu apakah data tersebut naik atau turun jumlahnya. Data longitudinal adalah data observasi yang dilakukan pada rentang waktu yang lebih panjang. Berbeda dengan cross sectional, data longitudinal memakai sampel yang sama pada rentang waktu tersebut Karakteristik Forecasting Perusahaan harus berhati-hati terhadap beberapa karakteristik dari forecasting berikut ini: 1. Forecast selalu salah. Oleh karena itu untuk meminimalkan angka kesalahan yang terjadi perlu dimasukkan dalam perhitungannya angka yang ingin dicapai pada forecast dan presentase kesalahan dari forecast. 2. Long term forecast (forecast untuk jangka waktu yang lebih lama) biasanya lebih tidak akurat dibandingkan short term forecast. Hal ini dikarenakan long-term forecast memiliki standard deviation error yang lebih lebar.

6 Komponen dan Metode Dalam Melakukan Forecasting Pengetahuan yang dibutuhkan dalam melakukan demand forecast : 1. Demand pada masa lampau 2. Lead time dari proses produksi 3. Planned advertising 4. Keadaan ekonomi 5. Plan Price discount 6. Hal/aksi yang dilakukan oleh kompetitor Klasifikasi dari metode Forecasting : 1. Qualitative Biasa disebut juga Judgemental Menthod. Pada metode ini forecasting dilakukan berdastkan pendapat subjektif atau berdasarkan keputusan dari seseorang yang memiliki pengetahuan tentang pasar. 2. Time Series Pada metode ini forecasting didasari dari data hasil permintaan dan penjualan pada tahun-tahun sebelumnya, metode ini memiliki asumsi kalau data terdahulu merupakan indikator penentu yang baik untuk forecast masa yang akan datang.

7 12 3. Casual Pada metode ini forecast terhadap permintaan dihubungkan dengan faktor yang ada pada saat ini seperti keadaan ekonomi suatu negara saat ini, tingkat suku bunga, dll. 4. Simulation Metode ini dapat dikatakan sebagai gabungan dari metode time series dengan metode casual Pendekatan Dasar Dalam Melakukan Demand Forecasting 6 langkah pendekatan yang membatu perusahaan dalam melakukan forecasting yang efektif : 1. Mengerti objective dari forecasting Setiap keputusan pendukung forecast harus berdasarkan forecast, maka keputusan yang dibuat harus benar-benar jelas. 2. Mengintegrasikan demang planning dan forecasting disepanjang supply chain. Suatu perusahaan harus menghubungkan forecast mereka ke seluruh aktivitas mereka sepanjang jalur supply chain. Jalur ini meliputi capacity planning, production planning, promotion planning dan juga purchasing.

8 13 Untuk melakukan integrasi ini, alangkah baiknya untuk suatu perusahaan melakukan cross-functional team, dengan anggota yang berasal dari seluruh fungsi yang berhubungan dengan forecasting demand. 3. Mengerti dan mengidentifikasi segmen pelanggan Perusahaan harus mengerti segmentasi pelanggan. Pelanggan dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan pada service, volume demand, frekuensi order, demand volatility, seasonality, dan lain-lain. Pengelompokan-pengelompokan ini menyebabkan berbedanya metode dalam melakukan forecasting demand. 4. Mengidentifikasi faktor utama yang mempengaruhi demand forecast Pada saat menentukan atau membuat suatu demand forecast, ada banyak factor yang mempengaruhi yaitu demand, supply dan product-related. Demand Pada sisi demand perusahaan harus mengetahui dengan pasti apakah demand bertambah atau berkurang atau memiliki pola seasonal. Hal yang paling penting adalah estimasi harus berdasarkan demand, bukan sales data.

9 14 Supply Pada sisi supply perusahaan harus mempertimbangkan sumber-sumber supply yang ada untuk meningkatkan akurasi dari forecasting. Ketersediaan supply ini berkaitan erat dengan lead-time. Jika memiliki supplier yang mampu memberikan lead-time yang pendek maka tingkat keakurasian forecast tidak terlalu dipentingkan. Namun jika perushaan hanya memiliki 1 supplier maka akurasi dari forecast amat sangat diperlukan. Product related Pada sisi produk, perusahaan harus mengetahui jumlah variasi produk yang dijual, apakah produk ini produk substitusi atau komplemen. 5. Menentukan teknik forecasting yang tepat Dalam menentukan teknik forecasting yang tepat, perusahaan harus mengerti dimensi yang paling relevan untuk forecast. Dimensi yang dimaksud termasuk area geografis, grup produk, dan grup customer. Setiap dimensi memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri sehingga melakukan forecasting untuk seluruh

10 15 area tersebut dan menggabungkannya merupakan pilihan yang baik. Ada 4 metode untuk melakukan forecast yaitu qualitative, time series, casual atau simulation 6. Membuat pengukuran terhadap keakuratan dan eror dari forecast. Perushaan harus membuat suatu kebijakan untuk mengukur akurasi dari forecast. Kebijakan ini harus berkaitan dengan tujuan bisnis perusahan Metode Time Series Forecasting Tujuan dari metode forecasting adalah untuk memperkirakan komponen demand yang sistematik dan memperkirakan random komponen. Pada umumnya komponen sistematik dari demand terdiri dari level, trend dan seasonal factor. Rumus untuk menghitung systematic component berbeda-beda, antara lain: o Multiplicative: Systematic component = level x trend x seasonal factor o Additive: Systematic component = level + trend + seasonal factor o Mixed: Systematic component = (level + trend) x seasonal factor

11 Metode Static Forecasting Metode static menggunakan asumsi bahwa estimasi level, trend dan seasonality pada systematic component tidak berubah sepanjang demand. Metode ini menggunakan historical data dan menggunakan data tersebut untuk melakuakan forecast. Pada forecasting menggunakan metode static, forecast pada periode t untuk demand pada periode t+l adalah: Dimana: Metode Adaptive Forecasting Pada metode adaptive estimasi level, trend dan seasonality terus di ubah seiring dengan pengamatan demand yang ada.

12 17 Diasumsikan bahwa kita memiliki historical data untuk periode n dan demannya seasonal dengan periodicity p. pada metode adaptive, forecast untuk periode t+l pada periode t adalah: Dimana: 4 langkah pada metode forecasting adaptive: 1. Initialize Lakukan perhitungan awal untuk Level, trend dan seasonal factor dari data yang ada. 2. Forecast Lakukan perhitungan forecast untuk periode t+1 dengan menggunakan rumus diatas. 3. Estimate Error

13 18 Catat demand aktual Dt+1 untuk periode t+1 dan lakukan perhitungan error Et+1 pada forecast untuk periode t+1. Perbedaan antara forecast dan demand aktual akan menyebabkan error. Error tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 4. Modify Estimates Ada 4 metoda perhitungan forecast untuk Adaptive forecasting yaitu: Moving Average Metoda ini digunakan ketika demand tidak memiliki trend ataupun kecenderungan pada musim tertentu (seasonality) Pada model ini, level pada perioda t di estimasikan sebagai rata-rata demand pada perioda N.

14 19 Forecast untuk perioda selanjutnya adalah sama dan berdasarkan pada estimasi level pada saat ini. Seperti pada rumus dibawah ini dan Sehingga rumus pada persamaan diatas menjadi Simple Exponential Smoothing Metoda ini sangat cocok digunakan ketika demand tidak memiliki trend maupun kecenderungan musim (seasonality) Nilai Level pertama, L0, didapat dari rata-rata dari seluruh data historis. Sehingga dapat ditulis, L0 untuk data demand dari period 1 sampai n adalah: Forecast untuk perioda selanjutnya adalah sama dan berdasarkan pada estimasi level pada saat ini. Seperti pada rumus dibawah ini dan Setelah melihat Demand,, untuk period t+1, maka rumus diatas dapat diturunkan menjadi

15 20 Trend-Corrected Exponential Smoothing (Holt s Model) Holt s Model cocok digunakan ketika demand diasumsikan untuk memiliki level dan trend pada komponen yang sistematis, namun tanpa seasonality. Kita dapat mencari estimasi nilai awal dari level dan trend dengan mengunakan regresi linear antara demand Dt dan perioda waktu t dengan bentuk Konstanta b mengukur estimasi dari demand pada period t=0 dan estimasi untuk level 0. Slope a mengukur nilai perubahan pada deman per period dan estimasi untuk trend 0. Forecast untuk perioda selanjutnya adalah sama dan berdasarkan pada estimasi level pada saat ini. Seperti pada rumus dibawah ini dan

16 21 Trend- and Seasonality-Corrected Exponential Smoothing (Winter s Model) Metoda ini cocok ketika komponen dari demand memiliki level, trend dan faktor seasonal. Untuk mencari estimasi Level, trend dan seasonal awal kita perlu mencari dengan menggunakan pendekatan static method seperti dibawah ini. Forecast selanjutnya pada perioda t, jika diketahui level, Lt, trend, Tt, dan faktor seasonal, St,,St+p- 1 adalah dan Pengukuran Kesalahan dalam Forecasting Forecasting harus mengandung 2 komponen: systematic dan random. Komponen random dalam hal ini biasa dinyatakan dengan forecast error. Forecast error pada kenyataannya perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk 2 tujuan:

17 22 1. Untuk menentukan apakah forecasting yang digunakan benarbenar menunjukkan komponen systematic dengan akurat. Sebagai contoh jika hasil forecasting terus menunjukkan positive error, berarti forecast yang dilakukan terlalu tinggi dan harus diperbaiki. 2. Semua rencana harus dihubungkan dengan forecast error. Sebagai contoh: ada 2 supplier, lokal dan luar negeri. Supplier lokal memiliki harga yang lebih tinggi namun dengan lead time yang lebih pendek. Supplier luar negeri memilikki harga lebih rendah, dengan lead time yang lebih panjang. Perusahaan ingin melakukan kontrak dengan supplier lokal untuk digunakan pada saat demand melebihi jumlah yang disiapkan oleh supplier dalam negeri. Keputusan yang berhubungan dengan jumlah yang harus disiapkan oleh supplier lokal amat sangat berhubungan dengan nilai dari forecast error Aggregate Planning Aggregate planning adalah proses yang dilakukan perusahaan untuk menentukan level ideal dari kapsitas, produksi, sub-kontrak, inventori, stockout, dan bahkan harga untuk waktu tertentu. Tujuan dari aggregate planning adalah untuk memenuhi demand dan juga untuk memperbesar profit.

18 23 Secara tradisional, banyak dari aggregate planning fokus pada perusahaan dan banyak yang tidak melihat sebagai bagian dari supply chain management. Bagaimanapun juga aggregate planning adalah bagian dari supply chain. Tujuan utama dari aggregate palanning adalah untuk mengidentifikasi parameter operasional berikut ini pada satuan waktu tertentu: 1. Production Rate 2. Workforce 3. Overtime 4. Machine Capacity level 5. Subcontracting 6. Backlog 7. Inventory on Hand Aggregate plan menyediakan blueprint yang jelas bagi operasi dan menciptakan parameter yang dibutuhkan untuk produksi dan distribusi. Aggregate plan juga memungkinkan supply chain untuk merubah alokasi kapasitas dan merubah kontrak supply Permasalahan Dalam Aggregate Planning Tujuan dari aggregate plan adalah untuk memenuhi demand dan juga memperbesar profit bagi perusahaan. Umumnya permsalahan dalam aggregate planning adalah:

19 24 Diberikan forecast dari demand untuk setiap periode pada planning horizon, menentukan level produksi, level inventory, dan level kapasitas (internal dan external) untuk setiap periode yang menambah profit perusahaan pada periode planning. Untuk membuat aggregate plan, perusahaan harus menetapkan planning horizon. Planning horizon adalah periode waktu dimana aggregate plan harus menghasilkan solusi umumnya diantara 3 sampai 18 bulan. Perusahaan harus menetapkan durasi dari setiap periode dalam planning horizon (contoh: minggu, bulan atau 4 bulanan). Perusahaan juga menetapkan informasi utara yang dibutuhkan untuk menetapkan aggregate plan dan membuat keputusan dimana atau kapan aggregate planning akan menghasilkan rekomendasi. Suatu aggregate planner membutuhkan informasi dibawah ini: 1. Forecast demand Ft untuk setiap Periode t pada planning horizon yang berada disepanjang periode T 2. Biaya Produksi a. gaji pegawai, regular time dan biaya overtime b. biaya untuk melakukan produksi diluar. c. biaya untuk merubah kapasitas d. pekerja/mesin jam dibutuhkan per unit e. biaya inventory

20 25 f. biaya stockout g. constrain limit overtime limit pemecatan limit Dengan informasi-informasi diatas, perusahaan dapat menentukan: 1. Jumlah produksi dari regulat time, overtime dan subcontract. 2. Jumlah inventory 3. Jumlah backlog/stockout 4. Jumlah pekerja yang dibutuhkan atau dipecat. 5. Kapasitas mesin Strategi Aggregate Planning 3 elemen penting dalam mengatur strategi aggregate planning adalah o Capacity o Inventory o Stock-out Dalam menciptakan aggregate planning umumnya perusahaan akan mencari gabungan dari ketiga elemen diatas yang biayanya paling sedikit. Strategi untuk mencari biaya paling sesuai ada 3: 1. Chase strategy

21 26 Angka produksi disesuaikan dengan angka demand dengan cara melakukan penyesuaian kapasitas mesin atau menambah dan memecat pekerja ketika angka demand berubah 2. Time flexibility Strategi ini digunakan juga ada kelebihan kapasitas mesin. Sebagai contoh adalah mesin yang tidak digunakan 24x7 hours. 3. Level strategy Kapasitas mesin dan jumlah pekerja secara terus menerus dijaga jumlahnya agar selalu konstan. Stock-out dan overstock selalu berfluktuasi pada level inventory setiap saat. Pada strategi ini produksi tidak disesuaikan dengan demand Aggregate Planning Costs Aggregate planning cost digunakan untuk meminimalisir cost. Metode aggregate planning ini menganggap demand tetap (konstan). Elemen-elemen biaya pada aggregate planning terdiri atas: Biaya perekrutan dan pemberhentian pegawai Biaya perekrutan pegawai meliputi proses rekrutment, screening, dan biaya pelatihan yang dipakai untuk melakukan

22 27 prekrutan. Sedangkan biaya pemberhentian pegawai meliputi uang pesangon, dan lain-lain. Biaya lembur Biaya lembur umumnya adalah upah dasar ditambah dengan biaya lembur yang besarnya 50 sampai 100 persen dari upah dasarnya. Biaya subcontract Biaya subcontract adalah biaya yang ada apabila pekerjaan dalam memproduksi barang atau jasa diberikan kepada pihak lain untuk memproduksi barang atau jasa tersebut. Biaya subcontract ini bisa lebih tinggi atau bahkan lebih rendah daripada biaya jika dikerjakan sendiri. Biaya pekerja paruh waktu Pada umumnya biaya untuk pekerja paruh ada sedikit perbedaan dengan pekerja regular atau tetap, selain itu juga pekerja paruh waktu tidak menerima benefit seperti pada pekerja tetap atau regular. Kecenderungan suatu perusahaan untuk menggunakan pekerja paruh waktu memang dimungkinkan, namun pekerja regular

23 28 tetap dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan operasional perusahaan dan juga untuk memberikan pelatihan bagi pekerja paruh waktu. Biaya inventory Nilai dari inventori carrying ini biasanya berkisar % per tahun dari unit cost barang yang bersangkutan, cost ini merupakan bagian dari biaya perwatan terhadap suatu produk seperti cost penyimpanan, cost dari barang yang sudah kuno atau ketinggalan zaman dan juga merupakan biaya dari pembusukan suatu produk. Biaya untuk barang kosong Cost yang diakibatkan karena penurunan dari pelayanan kepada pelanggan dan nilai dari cost ini paling sulit untuk diukur Managing Supply Untuk mengatasi masalah persediaan(supply) yang bervariasi kita dapat Mengontrol Kombinasi dari 2 faktor ini : 1. Kapasitas produksi 2. Inventori

24 29 Beberapa pendekatan yang spesifik dalam mengatur kapasitas dan inventori dalam memaksimalkan profit antara lain : 1. Managing Capacity a. Time flexibility from workforce : Maksudnya perusahaan menggunakan waktu yang flexibel dalam produksi dalam memenuhi permintaan. (intinya manfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin dan jangan biarkan ada operasi yang idle, kalau permintaa terus meningkat perusahaan harus melakukan penambahan perkerja) b. Use Of Seasonal Workforce, maksudnya perusahaan menggunakan pekerja sementara untuk memenuhi permintaan yang sedang meningkat. c. Use of subcontracting (meng outsource) d. Use Dual Facilities specialized & flexible e. Design Product flexibility into production processes (barang complementary) 2. Managing Inventory a. Using common components accros multiple produk (intinya satu mesin dapat dipakai untuk produksi beberapa produk) b. Build predictable demand product (buat produk yang mudah diprediksi penjualannya)

25 Managing Demand Supply chain dapat menjadi pendorong untuk demand dengan menggunakan pricing dan bentuk lain dari promosi. Keputusan untuk berpromosi umumnya dilakukan oleh retailer tanpa melihat dampak bagi supply chain. Ketika promosi berjalan dalam periode waktu tertentu, demand pada periode tersebut cenderung untuk naik sebagai kombinasi dari 3 faktor dibawah ini: 1. Market growth Kenaikan angka konsumsi dari suatu produk baik dari pelanggan baru maupun dari pelanggan lama. 2. Stealing share Pelanggan berpindah dari suatu merek ke merek yang lain tanpa merubah total keseluruhan market. 3. Forward buying Akibat dari promosi ini, pelanggan yang seharusnya membeli produk beberapa bulan kedepan, membeli produk tersebut sekarang. Melakukan promosi pada saat periode tinggi (peak period) mengakibatkan forward buying sehingga membuat demand semakin tinggi daripada sebelum promosi.

26 Bill of Materials (BOM) Bill of materials adalah suatu daftar lengkap bahan pembuat suatu produk, daftar BOM tidak hanya bahan pembuat, parts, dan komponen tetapi juga termasuk alur bagaimana produk tersebut dibuat. BOM biasa disebut sebagai product structure file atau product tree karena BOM menunjukkan bagaimana bahan-bahan terbsebut dapat menjadi suatu produk. BOM dapat dianalogikan sebagai buku resep yang digunakan sebagai acuan dalam memasak. Didalam buku masak dituliskan dengan jelas bahan-bahan pembuat dan juga komposisinya, selain itu juga dituliskan bagaimana memproses masakan tersebut menjadi masakan siap saji. Demikian pula dengan BOM. Sebagai contoh dalam pembuatan sebuah meja, dibutuhkan BOM seperti pada gambar 2.2 dibawah ini. Gambar 2.2 BOM Meja (Sumber: Schroeder, Roger G., 2007, Operations Management: Contemporary Concepts and Cases, 3 rd ed., McGraw-Hill, New York.)

27 32 Pada gambar BOM diatas, bagian paling atas adalah barang jadi, dalam hal ini adalah Table (Meja) meja disusun atas bagian Short Rails (2 buah), Long Rails (2 buah ) dan Legs (4 buah), masing-masing bagian membutuhkan waktu pengerjaan selama 1 minggu. Ketiga bagian itu akan disusun selama 1 minggu menjadi Leg Assembly. Selain itu bagian Top (1 buah) membutuhkan waktu 2 minggu pengerjaan, dan dibutuhkan waktu 1 minggu lagi untuk menggabungkan Leg Assembly dengan Top. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membuat 1 meja adalah 7 minggu. Dengan demikian selain bahan baku yang dibutuhkan untuk pembuatan suatu produk, BOM juga dapat menampilkan bagaimana proses dan alur kegiatan produksi, dan juga lead-time yang dibutuhkan Inventory Cost Structures Inventory cost structures menggabungkan 4 tipe biaya: a. Item Cost Adalah biaya yang dibutuhkan untuk membeli atau memproduksi suatu barang inventory. Item cost umumnya dinyatakan dengan biaya per unit dikali dengan jumlah yang dibeli atau diproduksi.

28 33 b. Ordering (Setup) Cost Ordering cost adalah biaya yang timbul akibat kegiatan membeli 1 batch barang. Biaya ini meliputi penulisan purchase order, pengiriman order, biaya transportasi, biaya penerimaan dan lain-lain. Pada perusahaan yang memproduksi barang setup cost adalah biaya yang timbul akibat kegiatan memproduksi barang. Setup cost meliputi biaya penulisan PO dan lain-lain ditambah dengan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan set-up mesin produksi. c. Carrying (Holding) Cost Nilai dari inventori carrying ini biasanya berkisar % per tahun dari unit cost barang yang bersangkutan. Pada umumnya carrying atau holding cost, terdiri atas 3 komponen, yaitu: Cost of Capital Ketika barang masuk kedalam inventory, modal yang diinvestasikan untuk barang tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan lain. Hal ini menggambarkan biaya dari membatalkan kesempatan untuk berinvestasi dilain tempat. Cost of Storage Biaya ini meliputi biaya tempat, asuransi, dan pajak.

29 34 Cost of obsolescence, deterioration, and loss Biaya obsolescence adalah biaya yang harus ditambahkan kedalam barang yang memiliki resiko tinggi untuk menjadi using atau tidak bisa digunakan. Biaya deterioration adalah biaya yang harus ditambahkan kedalam produk yang memiliki resiko untuk mengalami kemunduran fungsi. Sebagai contoh: makanan dan darah. Biaya loss adalah biaya yang harus ditambahkan apabila barang tersebut memiliki kemungkinan untuk hilang pada saat berada pada inventory. d. Stockout Cost Biaya stockout menggambarkan akibat ekonomis akibat kehabisan stok Activity Based Costing (ABC) Sebelum munculnya konsep Aactivity Based Costing (ABC) digunakan konsep Traditional costing dalam menentukan biaya suatu produk. Traditional costing menggunakan dasar biaya tenaga kerja untuk menentukan harga suatu barang. ABC didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemberdayaan karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership strategy. cost objek adalah seluruh item

30 35 seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktifitas, dan lain-lain dimana untuk itu biaya diukur dan dibebankan. ABC merupakan sebuah system yang dilandasi oleh empat paradigma manajemen berikut (Mulyadi, 1999) : Pertama, Customer Value memfokuskan ABC pada penciptaan Value bagi pelanggan dengan proses yang cost effective. Cost effective merupakan sebuah kondisi dimana biaya yang timbul sedapat mungkin dikarenakan sebagai akibat dari proses yang mengandung nilai tambah. Kedua, paradigma continuous improvement menjadikan ABC sebagai system informasi yang memacu personel melakukan peningkatan secara berkelanjutan para proses yang dilakukan oleh perusahaan dalam menciptakan value untuk pelanggan. Ketiga, paradigma corss functional menjadikan ABC sebagai sebuah system informasi yang menunjang keterpaduan antara fungsi dalam menciptakan value bagi pelanggan. Paradigma ini mengisyaratkan bahwa perusahaan yang sesuai mengguanakan ABC adalah perusahaan yang menerapkan cross functional organization. Keempat, paradigma employee empowerment menjadikan ABC sebagai sistem informasi yang memberdayakan para karyawan untuk

31 36 melakukan pengambilan keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggungjawab mereka Analysis of Variance Analysis of Variance biasa disingkat ANOVA. Teknik ANOVA pertama kali diperkenalkan oleh R. A. Fisher pada tahun 1920-an. ANOVA merupakan metode untuk melakukan pengujian hipotesis, biasanya digunakan untuk mengevaluasi perbedaan dua atau lebih rata-rata (mean) dari suatu group Ada beberapa jenis ANOVA: a. One-Way ANOVA, b. One-Way ANOVA for repeated Measure. c. Factorial ANOVA, d. Mixed-Design ANOVA, e. MANOVA Pada penelitian ini kami akan menggunakan One-Way ANOVA. One-Way ANOVA biasanya digunakan untuk menguji rata-rata/pengaruh perlakuan dari suatu percobaan yang menggunakan 1 faktor,dimana 1 faktor tersebut memiliki 2 atau lebih level. Disebut 1-arah (one-way) karena peneliti dalam penelitiannya hanya berkepentingan dengan 1 faktor saja.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN AGGREGATE PLANNING DALAM MENGATASI OVER STOCK DAN OUT OFF STOCK PADA PT. PERTIWI AGUNG ABSTRAK

ANALISIS DAN PERANCANGAN AGGREGATE PLANNING DALAM MENGATASI OVER STOCK DAN OUT OFF STOCK PADA PT. PERTIWI AGUNG ABSTRAK ANALISIS DAN PERANCANGAN AGGREGATE PLANNING DALAM MENGATASI OVER STOCK DAN OUT OFF STOCK PADA PT. PERTIWI AGUNG ABSTRAK Ditengah tekanan yang begitu besar di pasar global dan juga pada era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui transformasi dari masukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 5 Outline: Aggregate Planning Referensi: Smith, Spencer B., Computer-Based Production and Inventory Control, Prentice-Hall, 1989. Tersine, Richard

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management MANAJEMEN OPERASI 1 POKOK BAHASAN Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Inventori Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 BAB III MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persediaan adalah merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Operasi Kegiatan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen, beikut adalah beberapa pengertian Manajemen

Lebih terperinci

Membuat keputusan yang baik

Membuat keputusan yang baik Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1

PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 PROSES PERENCANAAN PRODUKSI #1 Materi #6 Perencanaan Produksi 2 Perencana produksi adalah karyawan yang berinteraksi dengan sistem persediaan dan sales forecast untuk menentukan berapa banyak yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Inventory Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Apa yang dimaksud inventory? Inventory adalah bahan baku. Suku cadang, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

Bab 5-6. Perencanaan Kapasitas

Bab 5-6. Perencanaan Kapasitas Bab 5-6 Perencanaan Kapasitas Capacity Planning Menetapkan tingkat keseluruhan sumber daya produktif Mempengaruhi respon lead time, biaya & daya saing Menentukan kapan dan berapa banyak untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 6 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Value Chain Setiap perusahaan merupakan sekumpulan aktivitas yang dipergunakan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN #14 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN #12 MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan adalah bahan atau barang yang dismpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Persediaan merupakan penyimpanan dari setiap item atau sumber daya yang digunakan dalam sebuah organisasi 1. Dalam pengertian lain bahwa inventory merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi Perlunya mengelola permintaan Permintaan thdp barang atau jasa adalah awal dari semua kegiatan SC Pada hampir semua situasi riil, besar dan waktu permintaan

Lebih terperinci

Material Requirements Planning (MRP)

Material Requirements Planning (MRP) Material Requirements Planning (MRP) Pokok Bahasan: I. Tujuan MRP II. Input & Output MRP III. Contoh Logika MRP & Struktur Produk IV. Contoh MRP Kereta Dorong V. Sistem Informasi MR Kuliah ke-4: Rabu,

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Komatsu Reman Indonesia (KRI) merupakan salah satu perusahaan remanufacturing Komponen alat-alat berat

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT. Sebastian Citra Indonesia terkait dengan jumlah penjualan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan seluruh proses dalam perencanaan serta pelaksanaan suatu penelitian. Dan menurut Murti Sumarmi dan Salamah Wahyuni (2005, p47),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di dalam pasar bebas ini sudah tidak ada lagi batas-batas atau juga ketentuanketentuan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dari dokumen perusahaan. Data yang di perlukan meliputi data penjualan produk Jamur Shiitake,

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi. Pengendalian inventory merupakan salah satu cara dalam mengendalikan proses produksi

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing)

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 1 Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Persediaan Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 3 Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Strategi Bisnis, Jurnal Management Strategic, Aug 2015 PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Ardiz Sebastian ardiz.sebastian@gmail.com Mulyono,

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 6 & 7 Outline: Independent Demand Inventory Models: Probabilistik (Penentuan SS), Shortage Aggregate Planning Referensi: Smith, Spencer B., Computer-Based

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel Penelitian di sini merupakan suatu atribut atau nilai atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Sebenarnya perusahaan sudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. yang overstock, koordinasi dari marketing service dan pabrik dinilai kurang

BAB III METODOLOGI. yang overstock, koordinasi dari marketing service dan pabrik dinilai kurang BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir P.T. Pertiwi Agung menghadapi permasalahan bahwa setiap bulannya sering terjadi stock out untuk beberapa produk dan juga ada beberapa produk yang overstock, koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri retail dan chain store telah berkembang pesat dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan customer, baik dalam skala internasional, nasional, bahkan lokal. Walmart

Lebih terperinci

Peramalan Memprediksi peristiwa masa depan Biasanya memerlukan kebiasaan selama jangka waktu tertentu metode kualitatif

Peramalan Memprediksi peristiwa masa depan Biasanya memerlukan kebiasaan selama jangka waktu tertentu metode kualitatif Bab 3-4 Peramalan Peramalan Memprediksi peristiwa masa depan Biasanya memerlukan kebiasaan selama jangka waktu tertentu metode kualitatif Berdasarkan metode yang subjektif Metode kuantitatif Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Isu Konseptual Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan layanan purna jual dalam rangka meningkatkan penjualan. Nilai dan kepuasan

Lebih terperinci

Stok yang disimpan untuk. mendatang. Pertanyaan: barang atau jasa?

Stok yang disimpan untuk. mendatang. Pertanyaan: barang atau jasa? Apa itu inventori? Stok yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang Pertanyaan: barang atau jasa? Inventori dan manajemen kualitas Pelanggan biasanya mempersepsikan kualitas layanan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Definisi dasar dari Manajemen Menurut buku Management Robbins & Coulter (2012:22), Manajemen juga meliputi koordinasi dan mengawasi

Lebih terperinci

EMA302 Manajemen Operasional

EMA302 Manajemen Operasional 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information that is available now. (Peramalan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Pada saat ini perekonomian Indonesia memburuk dilihat dari kurs dolar yang merosot terus.

Bab 1 Pendahuluan. Pada saat ini perekonomian Indonesia memburuk dilihat dari kurs dolar yang merosot terus. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian Indonesia memburuk dilihat dari kurs dolar yang merosot terus. Sebagai akibat kondisi tersebut, yang paling dikhawatirkan adalah

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN MAKANAN RINGAN DENGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING

PERAMALAN PENJUALAN MAKANAN RINGAN DENGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING PERAMALAN PENJUALAN MAKANAN RINGAN DENGAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mukti Qamal * *Dosen Teknik Informatika Universitas Malikussaleh Email: mukti.qamal@gmail.com Abstract The developments of

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa. sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya dana serta

BAB I PENDAHULUAN. mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa. sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya dana serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen operasi adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam,

Lebih terperinci

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI PROPOSISI Logistics Value Creation Dari perspektif konsumen, logistik merupakan kegiatan untuk menyampai kan produk ke konsumen secara tepat, yang memenuhi tujuh kriteria tepat. Dikenal dengan tujuh tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : fluctuating demand, aggregate planning, strategy. Universitas Kristen Maranatha

Abstract. Keywords : fluctuating demand, aggregate planning, strategy. Universitas Kristen Maranatha Abstract Setia Bakery Company is a private company engaged in the field of home industry. The type of products manufactured and sales are fresh bread. Increasing number of companies engaged in the food

Lebih terperinci

Salesmanship. - Manajemen Wilayah (Territory Management) - Manajemen Waktu. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis

Salesmanship. - Manajemen Wilayah (Territory Management) - Manajemen Waktu. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: Salesmanship - Manajemen Wilayah (Territory Management) - Manajemen Waktu Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST., MM Manajemen Wilayah (Territory

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam melaksanakan aktivitas produksi suatu barang, setiap perusahaan, baik perusahaan jasa atau pun perusahaan perdagangan serta perusahaan manufaktur pasti mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Untuk membantu penelitian ini maka diperlukan acuan atau perbandingan dalam perencanaan agregat maka diperlukan penelitian terdahulu. Dapat dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Gambar 3.1 di bawah ini merupakan alur dari metodologi penelitian dan pemecahan masalah produksi webbing setengah jadi pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci