Farmaka Suplemen Volume 4 Nomor 3 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Farmaka Suplemen Volume 4 Nomor 3 1"

Transkripsi

1 Suplemen Volume 4 Nomor 3 1 DISPERSI PADAT : TEKNOLOGI FARMASI UNTUK MENINGKATKAN KELARUTAN OBAT Susan Susanti Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinangor ABSTRAK Dispersi padat merupakan dispersi bahan aktif obat dalam matriks inert yang akan menjadi padatan. Tujuan diadakannya metode dispersi padat adalah untuk meningkatkan kelarutan obat oral. Adapun metode dari me-review artikel ini adalah dengan cara mengumpulkan beberapa artikel yang diterbitkan sepuluh tahun terakhir dari databese informasi ilmiah yang didapatkan dari link pubmed, medspace, dan lain-lain yang akan dijadikan sebagai referensi review. Hasil yang diperoleh dari review dispersi padat ini yakni dapat mengetahui definisi, tujuan, klasifikasi, kelebihan dan kekurangan, karakterisasi dan evaluasi, serta obat-obatan yang dibuat dengan menggunakan berbagai teknik dispersi padat sehingga dapat disimpulkan bahwa dispersi padat merupakan teknik yang memiliki banyak keuntungan terutama bagi meningkatnya bioavabilitas dari obat oral yang daya larut airnya rendah. Kata kunci: Dispersi padat, Kelarutan, Bioavabilitas ABSTRACT Solid dispersion can be defined as an active ingredient of the drug in an inert matrix that will be solid. The purpose of preparatin of the solid dispersion method is to increase the solubility of the oral drug. As for the method of reviewing this article is by way of gathering some articles published on the last ten years from databese of scientific information obtained from link pubmed, medspace, and others that will serve as the reference review. The results obtained from this solid dispersion review including the definition, purpose, classification, advantages and disadvantages, characterization and evaluation, as well as drugs made by various techniques of solid dispersion. So it can be concluded that the solid dispersion is the technique has many advantages especially for the increased bioavability of oral drugs that poor water solubility. Keywords: Solid dispersion, Solubility, Bioavability PENDAHULUAN Efektivitas terapi zat aktif tergantung pada kelarutan molekul obat. Beberapa zat aktif obat yang memiliki kelarutan rendah dapat menyebabkan bioavaibilitas yang rendah. 1. Pada umumnya, obat-obatan

2 Suplemen Volume 4 Nomor 3 2 mengalami disolusi ketika berada di dalam saluran cerna sehingga dapat mengurangi ukuran partikel dari obat-obatan tersebut. Pengurangan ukuran partikel obat sering mengarah ke agregasi dan aglomerasi medspace, pubmed, dan lain-lain dimana sebagian besar dari artikel yang penulis dapatkan adalah artikel-artikel dispersi padat yang diterbitkan dari 10 tahun terakhir (dari tahun 2006 hingga 2016). partikel yang menyebabkan meningkatnya kemampuan untuk disolusi. Dispersi padat dari obat-obatan oral yang memiliki daya kelarutan yang rendah dalam air telah dibuktikan dapat meningkatkan kelarutan obat-obatan dalam tubuh dan dapat meningkatkan disolusi di saluran cerna. Teknik dispersi padat telah diketahui dapat meningkatkan kelarutan suato obat berdasarkan berbagai penelitian. Review artikel ini ditujukan untuk mengetahui lebih dalam tentang metode dispersi padat hingga obat-obatan oral yang dibuat dengan metode dispersi padat. HASIL Definisi Dispersi Padat Pada tahun 1971, Chiou dan Reigelman telah mendefinisikan dispersi padat sebagai dispersi satu atau lebih bahan aktif obat yang bersifat inert dalam suatu matriks dimana bentuknya akan menjadi padatan yang dapat diperlakukan dengan metode peleburan, metode pelarutan, atau metode penggabungan peleburan pelarutan. 2 Dispersi padat merupakan campuran homogen dari satu atau lebih bahan aktif di dalam matriks inert dengan tujuan untuk METODE Review artikel dipersi padat ini diperoleh dari artikel-artikel mengenai meningkatkan bioavalibilitas oral dari bahan obat-obatan yang sukar larut. 3 Tujuan Dispersi Padat dispersi padat yang penulis dapatkan melalui databese infomasi ilmiah pada link

3 Suplemen Volume 4 Nomor 3 3 Tujuan dari dispersi untuk meningkatkan kelarutan obat-obatan yang mempunyai kelarutan rendah di dalam air. 4 Dispersi padat dapat digunakan dalam rute administrasi obat, termasuk oral, mukosa (vagina, anus, bukal, okular), subkutan, subdermal, dan transdermal. Klasifikasi Dispesi Solid Dispersi padat dapat digolongkan menurut susunan molekuler. Gambar 2. Klasifikasi Dispersi padat berdasarkan carrier yang digunakan. 6 Metode Preparasi Pembuatan Dispersi Padat Gambar 1. Diagram klasifikasi dispersi padat berdasarkan susunan molekularnya. 5 Dispersi padat juga dapat dikelompokkan berdasarkan pembawa yang digunakan, yaitu generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga. Gambar 3. Metode Preparasi Dispersi Padat. 7 Metode-metode yang umum adalah metode peleburan, metode pelarutan dan metode penggabungan peleburan dan pelarutan. Metode yang terbanyak untuk

4 Suplemen Volume 4 Nomor 3 4 preparasi dispersi padat adalah metode evaporasi pelarut dibuktikan dengan metode ini banyak digunakan untuk pembuatan dispersi padat pada beberapa obat yang sukses dibuat dengan teknik dispersi padat pada sub bab Obat-obat yang dibuat menggunakan Dispersi Padat dan Metodenya. Karakteristik dan Evaluasi Dispersi Padat Struktur molekul obat yang berbeda dalam matriks dapat ditemukan pada dispersi padat. Beberapa teknik telah membedakan susunan molekular dari dispersi padat dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. dilakukan untuk menentukan dan Tabel 1. Evaluasi Dispersi Padat untuk Mengetahui Karakterisasi 8 Spektrum obat murni dan obat yang telah Spektroskopi UV-Visibel didispersikan di scan. Dihitung ekstinsi Metode Spektroskopi Spektroskopi FTIR Spektroskopi Difraksi X-Ray molar untuk setiap dekomposisi. Studi infra merah dilakukan untuk menghilangkan interaksi antara obat dan pembawa yang digunakan dalam formulasi dispersi padat, dan hilangnya puncak menunjukkan interaksi antara dua senyawa dan degradasi obat. Intensitas difraksi sinar x dari sampel diukur sebagai fungsi sudut difraksi. Ini adalah alat yang efisien dalam mempelajari

5 Suplemen Volume 4 Nomor 3 5 sifat fisik dispersi padat. Digunakan untuk mempelajari konsentrasi senyawa kristal dalam campuran secara kuantitatif. Sangat berguna dalam mendeteksi senyawa atau bentuk kompleks spektrum yang sangat berbeda dari obat-obat yang murni. Kelemahan: Adanya ketidakmampuan untuk membedakan antara bentuk amorf dari molekul dispersi, karena hilangnya puncak dalam kedua peak. Merupakan suatu teknik thermoanalisis yang mana diperlukan perbedaan jumlah panas untuk meningkatkan suhu sampel, Differential Calorimetry (DSC) Scanning dan sebagai acuan suhu diukur sebagai fungsi temperatur. DSC juga dapat digunakan untuk mempelajari oksidasi Metode Thermal serta reaksi kimia lain. Hasil yang diperoleh dari DSC adalah titik lebur, Differential Analysis (DTA) Thermal entalpi lebur dan derajat bagian. Pada DTA, perbedaan suhu antara sampel dan bahan acuan yang inert diukur. Perubahan pada sampel yang menyebabkan penyerapan dan evolusi panas dapat dideteksi. Fase transisi dan

6 Suplemen Volume 4 Nomor 3 6 reaksi kimia dapat diikuti oleh penyerapan atau evolusi panas. Campuran fisika dipanaskan hingga Cooling curve Methods meleleh seluruhnya. Lalu, suhu campuran dicatat. Dibuat diagram kurva waktu terhadap suhu. Sampel dibekukan lalu dikonversi dari keadaan padat menjadi cair. Kerugian: Thaw Melting Methods Tergantung pada pengamatan secara subjektif, oleh karena itu tidak dapat dikembangkan. Titik cair dan titik lebur dapat dicantumkan. Dilakukan pada suhu fisiologis dengan menggunakan peralatan disolusi Studi Disolusi jenis II USP. Profil disolusi dispersi padat atau tablet terkompresi yang terbuat dari dispersi padat ditentukan oleh perbandingan antara disolusi profil obat murni, campuran fisik dan dispersi padat juga memberikan solusi tentang tingkat disolusi. Metode Mikroskopi Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan morfologi dispersi padat.

7 Suplemen Volume 4 Nomor 3 7 Kelebihan dan Kelemahan Dispersi Padat Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Dispersi Padat 9 Kelebihan Kelemahan Untuk mengurangi ukuran partikel. Metode persiapan mahal dan tidak praktis. Untuk meningkatkan wettability. Untuk meningkatkan porositas obat. Untuk mengurangi struktur kristal obat dalam bentuk amorf. Reproduktibilitas karakteristik secara fisikokimia. Kesulitan dalam memasukkan bentuk ke dalam perumusan dosis. Proses manufaktur skala-up. Untuk meningkatkan dissolvability dalam air dari obat tidak larut dalam air Stabilitas obat dan pembawa/carriers. pada bidang farmasi. Untuk menutupi rasa zat obat. Untuk mempersiapkan tablet oral dengan disintegrasi yang cepat. Untuk memperoleh distribusi homogen dari sejumlah kecil obat-obatan dalam bentuk padatan. Untuk menstabilkan obat-obatan yang tidak stabil. Untuk mengeluarkan senyawa cair atau gas.

8 Suplemen Volume 4 Nomor 3 8 Untuk merumuskan dosis priming rilis yang cepat dalam bentuk dosis berkelanjutan rilis. Untuk merumuskan dosis berkelanjutan rilis atau memperpanjang rilis rejimen obat-obatan yang larut menggunakan suatu pelarut. Obat-Obat yang dibuat menggunakan Dispersi Padat dan Metodenya Tabel 3. Beberapa Obat hasil Dispersi Padat beserta Metode Pembuatannya Obat Metode Pembuatan Glimepiride Metode Kneading. 10 Aceclofenac Metode Evaporasi Pelarut. 11 Itraconazole Metode Evaporasi Pelarut. 12 Furosemid Metode Fusi. 13 Glyburid Metode Kneading. 14 Ketoprofen Metode Pelarutan. 15 Paracetamol Metode Fusi dan Metode Fisika Gilingan Serbuk. 16 Terbinafin Hidroklorida Carvedilol Metode Penggabungan Peleburan dan Pelarutan.17 Metode Evaporasi Pelarut.18 PEMBAHASAN bioavabilitas obat oral, dan merupakan Dispersi padat merupakan teknik yang digunakan guna meningkatkan dispersi satu atau lebih bahan aktif yang terdapat dalam matriks inert yang berguna

9 Suplemen Volume 4 Nomor 3 9 untuk meningkatkan kelarutan obat-obatan tertentu. Kelarutan rendah ini menyebabkan obat-obatan sulit dan lambat diabsorpsi di dalam tubuh. Berikut penjabaran tentang berbagai metode preparasi yang digunakan dalam teknik dispersi padat: a. Metode Kneading Dalam metode ini, pembawa meresap ke dalam air dan berubah untuk penyisipan. Kemudian obat ditambahkan dan diremas untuk waktu tertentu. Campuran yang telah diremas kemudian dikeringkan disaring jika diperlukan. 19 b. Metode Fusi Juga disebut juga dengan metode mencair atau peleburan. Dikarenakan dalam metode ini digunakan metode penggunaan kristal sebagai bahan awal. Metode fusi atau peleburan pertama kali diperkenalkan oleh Sekiguchi pada tahun Obat-obat dibuat meleleh dalam pembawa & massa keringnya, ini diperoleh setelah pendinginan dan selanjutnya termasuk urea, mannitol, & PVP/VA-64. Metode ini tidak efektif untuk obat-obatan yang termolabil. c. Metode Evaporasi Pelarut Pada metode ini, pelarut organik yang memiliki obat dan pembawa dalam bentuk terlarut, dipisahkan dan dievaporasi. Langkah-langkah yang terlibat dalam metode adalah sebagai berikut: (1) Persiapan larutan yang mengandung pembawa dan obat, (2) penghilangan pelarut yang mengakibatkan pembentukan massa padat. d. Spray Drying Metode Spray Drying ini melakukan pensuspensian dari obat-obatan dan polimer ke dalam pelarut dan selanjutnya dikeringkan menjadi uap di dalam aliran udara panas untuk menghilangkan pelarut. Penguapan berlangsung sangat cepat karena luas permukaan tetesan besar. Hasilnya adalah obat-obatan berbentuk amorf namun kadang-kadang dapat mengkristal selama prosesnya masih disaring. Sarana perantara yang digunakan berlangsung.

10 Suplemen Volume 4 Nomor 3 10 e. Liofilisasi atau Pengeringan Beku Dalam metode Liofilisasi atau Pengeringan Beku, obat & pembawa dipisahkan dari pelarut dan dibekukan kemudian disublimasi untuk mendapatkan dispersi padat. Penyubliman dilakukan dengan tekanan di bawah 8-10 mmhg dan suhunya mencapai 75 o C. f. Hot Melt Extruction Pada metode Hot Melt Extruction, serat diproduksi oleh cairan ketika dimasukkan ke dalam medan listrik. Seratserat menjadi lebih keras setelah pendinginan, pengerasan kimia atau penguapan pelarut. g. Supercritical Fluid Technology Terdapat cairan superkritis, yaitu karbon dioksida yang mempunyai suhu kritis dan tekanan yang kritis pula. Teknik ini melibatkan pencampuran obat dengan carrier inert di dalam suatu pelarut untuk membentuk partikel Nozzle dengan karbon monoksida. Cairan superkritis lainnya adalah nitrat oksida, air, metanol, etanol, etana, propana, n-heksan dan amonia. 8 Terdapat beberapa keuntungan dari dispersi padat. Keuntungan-keuntungannya dapat dikatakan banyak, namun terdapat pula keterbatasan/kelemahan dari teknik dispersi padat ini. Dispersi padat tidak secara luas digunakan dalam produkproduk komersial karena terdapat masalah dalam komponen kristalisasi dari mulai kedaaan tak berbentuk selama pengolahan ataupun penyimpanan. 2 Klasifikasi dispersi padat dapat dibedakan berdasarkan susunan molekularnya dan berdasarkan pembawa yang digunakan. Pada gambar 1, dapat dilihat bahwa dispersi padat dikategorikan menjadi empat macam dispersi padat berdasarkan susunan molekularnya, yang pertama adalah Simple Eutentic Mixture, kemudian Solid Solutions, Glass Solutions dan Amorphous Precipitation in Crystalline. Simpel Eutentic Mixture terdiri dari dua senyawa yang benar-benar larut dalam keadaan cair (mencair) tetapi memperlihatkan miscibility yang terbatas dalam keadaan padat. Selanjutnya untuk

11 Suplemen Volume 4 Nomor 3 11 Solid Solutions ini terbentuk ketika zat terlarut nonstoichiometrically dimasukkan ke dalam kisi-kisi kristal pelarut. 20 Sedangkan Glass Solutions itu pembawanya amorf dan molekul zat terlarut tersebar secara molekuler di pembawa amorf. Glass solutions adalah homogen, sistem satu fase. Namun, karena viskositas glass solutions lebih tinggi dari pada liquid solutions, maka distribusi molekul zat terlarut pada pembawa mungkin menjadi tidak teratur. Dan yang terakhir adalah Amorphous Precipitation in Crystalline, ini merupakan dispersi padat yang memisahkan bentuk amorf dalam kristal-kristal. Pada gambar 2., untuk pembawa kristalin (gula dan urea) merupakan pembawa generasi pertama; pembawa polimerik adalah pembawa generasi kedua; serta surfaktan, polimer dan campuran surfaktan dan polimer merupakan pembawa generasi ketiga. Perbedaan dari ketiga generasi pembawa ini adalah jenis pembawa yang digunakannya. 21 Untuk sub bab Karakterisasi dan Evaluasi Dispersi Padat terdapat beberapa metode yang disebutkan dan telah dijelaskan dengan penjelasan secara umum pada Tabel 1. Keempat metode evaluasinya adalah Metode Spektroskopi, Metode Thermal, Studi Disolusi dan Metode Mikroskopi. Keempat metode ini berbeda-beda dalam cara menentukan karakterisasi dan kristalin dari dispersi padat. SIMPULAN Dispersi padat merupakan suatu teknik yang ddefinisikan sebagai dispersi satu atau lebih bahan aktif dalam matriks inert yang berbentuk padatan. Teknik dispersi padat ini memiliki banyak keuntungan terutama bagi meningkatnya bioavabilitas dari obat oral yang daya larut airnya rendah. Beberapa obat yang telah sukses dibuat dengan teknik dispersi padat adalah Glimepiride, Aceclofenac, Itraconazole, Furosemid, Glyburid, Ketoprofen, Paracetamol, Terbinafin Hidroklorida dan Carvedilol.

12 Suplemen Volume 4 Nomor 3 12 terbaik, serta tidak lupa terimakasih kepada UCAPAN TERIMA KASIH Review artikel ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian, Semeter VI Fakultas dua rekan seperjuangan, Amita Putri Afini dan Yunike Karunia Putri yang telah memberikan doa dan motivasi untuk menyelesaikan review artikel ini. Farmasi Universitas Padjadjaran. Dengan terselesainya review artikel ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang selalu membimbing ke jalan yang lurus dan meridhoi terselesainya review ini. Juga terimakasih kepada Bapak KONFLIK KEPENTINGAN Penulis tidak mempunyai potensi konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel ini. Taofik Rusdiana, Ph.D., M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan kesabarannya dalam membimbing. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Ajeng Diantini, M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rizky Abdullah, Ph.D., Apt. selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian. Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta yang selalu dan tak pernah bosan untuk mendoakan dan memberikan motivasi DAFTAR PUSTAKA 1. Budiman, A; Nurlatifah, E; Amin, S. Enhancement of Solubility and Dissolution Rate of Glibenclamide by Cocrystal Approach with Solvent Drop Grinding Method. International Journal of Current Pharmaceutical Review and Research;2016; 7(5); Chiou WL, Riegelman S. Pharmaceutical application of solid dispersion. J Pharm Sci. 1971; 60:

13 Suplemen Volume 4 Nomor Serajuddin, A. T. Solid dispersion of poorly water-soluble drug: early promises, subsequent problems and recent breakthroughs. J. Pharm. Sci. 1961; 88, Mittal Ankit, Yadav Manish, Choudhary Dinesh. Solid Dispersion: A Technique To Improve Solubility Of Poorly Water Soluble Drug. Indo American Journal of Pharmaceutical Research. 2014; 4(6): Kalia Anupama, Poddar Mayur. Solid Dispersions: An Approach Towards Enhancing Dissolution Rate. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 2011;3(4): Verma Surender, Rawat Aruna, Kaul Mahima, Saini Sapna. Solid Dispersion: A Strategy for Solubility Enhancement. International Journal of Pharmacy &Technology. June-2011; 3(2): Ruchi Tiwari, Gaurav Tiwari, Birendra Srivastava2 and Awani K. Rai1 Pranveer Singh. Solid Dispersions: An Overview To Modify Bioavailability Of Poorly Water Soluble Drugs. International Journal of PharmTech Research. 2009; Vol.1, No.4, pp Vidhya K.M, Saranya T.R, Sreelakshmy K.R, Aswathy S Nair, Sreeja C Nair. Pharmaceutical Solid Dispersion Technology: A Promising Tool to Enhance Oral Bioavability. Int. Res J Pharm. App Sci., 2013; 3(5): Mogal S. A, Gurjar P. N, Yamgar D. S and Kamod A.C.. Solid dispersion technique for improving solubility of some poorly soluble drugs. Scholars Research Library Der Pharmacia Lettre. 2012; 4 (5): Wagh V. T., Jagtap V.A., Shaikh T.J., Nandedkar S. Y. Formulation and Evaluation of Glimepiride Solid Dispersion Tablets for Their Solubility Enhancement. J Adv Sci Res. 2012; 3(4): 36-41

14 Suplemen Volume 4 Nomor Jani Rupal, Jani Kaushal, Setty C. Mallikarjuna, Patel Dipti. Preparation and Evaluation of Solid Dispersions of Aceclofenac. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug Research. 2009; 1(1): Manoj Goyal dan Narendra Prajapati. Preparation anda Characterization of Solid Dispersion of Itraconazole. Journal of Pharmaceutical and Scientiific Innovation. Sept-Oct 2013; Rajanikant C. Patel, Rajesh A. Keraliya, Madhabhai M. Patel, and Natvarlal M. Patel. Formulation of Furosemide Solid Dispersion with Micro Crystalline Cellulose for Achieve Rapid Dissolution. J Adv Pharm Technol Res. Apr-Jun 2010; 1(2): Shilpa Gupta dan M.S. Ranawat. Effect of Hydrophilic Polymers on Solubility Enhancement of Oral Antidiabetic Agent By Solid Dispersion Technique. Asian Journal of Biochemical and Pharmaceutical Research Issue. 2012; 2 (Vol. 2). 15. Nagar Gauri, Luhadiya Aditi, Agrawal Shikha, Dubey P. K. Solubility enhancement of a poorly aqueous soluble drug ketoprofen using solid dispersion technique. Der Pharmacia Sinica. 2011; 2 (4): Akiladevi, D., Shanmugapandiyan, P., Jebasingh, D., Basak, Sachinandhan. Preparation and Evaluation of Paracetamol by Solid Dispersion Technique. International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical Sciences. Jan 2011; Vol. 3 Issue 1, p K. Arun Prasad, N. Narayanan Preparation and Evaluation of solid dispersion of Terbinafine hydrochloride. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. 2011; 3: Y. Srinivasa Rao, L. Vijaya, TSNS.Varalakshmi, R. Chandana and KPR Chowdary. Formulation and

15 Suplemen Volume 4 Nomor 3 15 Evaluation of Carvedilol Solid Dispersions for Dissolution Rate Enhancement. International Journal of Advances in Pharmacy, Biology and Chemistry. Oct- Dec, 2012; Vol. 1(4). 19. Ladan Akbarpour Nikghalb, Gurinder Singh, Gaurav Singh and Kimia Fazaeli Kahkeshan. Solid Dispersion: Methods and Polymers to increase the solubility of poorly soluble drugs. Journal of Applied Pharmaceutical Science. October 2012; Vol. 2 (10), pp Michael D. Moore and Peter L. D. Wildfong. Aqueous Solubility Enhancement Through Engineering of Binary Solid Composites: Pharmaceutical Applications. Journal of Pharmaceutical Innovation. March 2009; Volume 4, Issue 1, pp Nuroniah Nuri Lestari dan Diki Zaelani, S.Farm., Apt.. Kajian Pustaka Peningkatan Kelarutan Obat Sukar Larut Dalam Air dengan Dispersi Padat. Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Peningkatan Disolusi Ibuprofen dengan Sistem Dispersi Padat Ibuprofen - PVP K90

Peningkatan Disolusi Ibuprofen dengan Sistem Dispersi Padat Ibuprofen - PVP K90 24 Majalah Farmasi Airlangga, Vol.8 No.1, April 2010 Dini Retnowati, et al Peningkatan Disolusi Ibuprofen dengan Sistem Dispersi Padat Ibuprofen - PVP K90 Dini Retnowati*, Dwi Setyawan Departemen Farmasetika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP Yulias Ninik Windriyati (1), Sugiyono (1), Widhi Astuti (1), Maria Faizatul Habibah (1) 1) Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi Majalah Yandi Syukri Farmasi Indonesia, 15 (1), 37 43, 2004 Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi Characterization

Lebih terperinci

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT GLIKLAZID MENGGUNAKAN UREA DAN TWEEN-80 WILLI PRATAMA

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT GLIKLAZID MENGGUNAKAN UREA DAN TWEEN-80 WILLI PRATAMA STUDI SISTEM DISPERSI PADAT GLIKLAZID MENGGUNAKAN UREA DAN TWEEN-80 SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh WILLI PRATAMA 0811012054 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012 Skripsi Ini Diajukan sebagai Salah

Lebih terperinci

PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT

PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT Majalah Farmasi Indonesia, 13(1), 50-54, 2002 PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT A Preformulation of a Water Soluble Furosemide Dosage Form Yandi Syukri *), Tedjo Yuwono **) dan Lukman Hakim **)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000

Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 Majalah Fikri Alatas Farmasi Indonesia, 17(2), 57 62, 2006 Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000 Influence of PEG 4000 concentration

Lebih terperinci

DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000

DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000 DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000 Yulias Ninik Windriyati (1), Sugiyono (1), Lies Sunarliawati (1) 1) Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim INTISARI Asam mefenamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibuprofen Ibuprofen atau asam 2-(-4-isobutilfenil) propionat dengan rumus molekul C 13 H 18 O 2 dan bobot molekul 206,28, Rumus bangun dari Ibuprofen adalah sebagai berikut (4)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi nonsteroidal turunan asam propionat yang mempunyai aktivitas kerja menghambat enzim siklooksigenase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga I. PENDAHULUAN Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari. Lambung merupakan tempat yang

Lebih terperinci

Pembentukan Sistem Dispersi Padat Amorf Azitromisin Dihidrat dengan Hikroksipropil Metilselulosa (HPMC)

Pembentukan Sistem Dispersi Padat Amorf Azitromisin Dihidrat dengan Hikroksipropil Metilselulosa (HPMC) Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 165-171 Jurnal Sains Farmasi & Klinis (p- ISSN: 2407-7062 e-issn: 2442-5435) diterbitkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia - Sumatera Barat homepage: http://jsfkonline.org

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI PEG 6000 TERHADAP LAJU PELARUTAN DISPERSI SOLIDA KETOPROFEN-PEG 6000 YANG DIPREPARASI DENGAN METODE PELARUTAN

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI PEG 6000 TERHADAP LAJU PELARUTAN DISPERSI SOLIDA KETOPROFEN-PEG 6000 YANG DIPREPARASI DENGAN METODE PELARUTAN PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI PEG 6000 TERHADAP LAJU PELARUTAN DISPERSI SOLIDA KETOPROFEN-PEG 6000 YANG DIPREPARASI DENGAN METODE PELARUTAN OLEH: GIVRINA WINDASARI 2443001138 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000 Disusun oleh : Meidiana Kusumawardani S. 2306 100 047 Belin Hardimas 2306 100 066 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PENGARUH ph MEDIUM TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ibuprofen merupakan salah satu obat yang sukar larut dalam air dan menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik (Bushra dan Aslam, 2010; Mansouri,

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Disolusi Kadar obat dalam darah pada sediaan peroral dipengaruhi oleh proses absorpsi dan kadar obat dalam darah ini menentukan efek sistemiknya. Obat dalam bentuk sediaan padat

Lebih terperinci

Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Glimepirid Menggunakan Metode Dispersi Padat dengan Matriks Polietilen Glikol 4000 (Peg-4000)

Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Glimepirid Menggunakan Metode Dispersi Padat dengan Matriks Polietilen Glikol 4000 (Peg-4000) Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 15 ISSN 24-6472 Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Glimepirid Menggunakan Metode Dispersi Padat dengan Matriks Polietilen Glikol (Peg-) 1 Evi Novitasari, 2 Fitrianti

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat

KATA PENGANTAR. kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahim Alhamdulillahirabbil alamin segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS)

LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS) LAPORAN AKHIR THESIS PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT-POLIMER DENGAN TEKNIK PARTICLE FROM GAS SATURATED SOLUTIONS (PGSS) PRIDA NOVARITA TRISANTI NRP. 2309 201 011 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. SUMARNO, M.Eng LABORATORIUM

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt LARUTAN Larutan sejati didefinisikan sebagai suatu campuran dari dua atau lebih komponen yang membentuk suatu dispersi molekul yang homogen,

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI STABILITAS DISPERSI SOLIDA MELOKSIKAM DALAM SEDIAAN GEL

FORMULASI DAN UJI STABILITAS DISPERSI SOLIDA MELOKSIKAM DALAM SEDIAAN GEL FORMULASI DAN UJI STABILITAS DISPERSI SOLIDA MELOKSIKAM DALAM SEDIAAN GEL Peneliti : Budipratiwi Wisudyaningsih, S.Farm., M.Sc., Apt. 1 Sumber Dana : Sumber Dana BOPTN Universitas Jember Tahun Anggaran

Lebih terperinci

TEKNIK DISPERSI SOLIDA UNTUK MENINGKATKAN KELARUTAN IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET DENGAN MENGGUNAKAN AVICEL PH102 SEBAGAI PENGISI

TEKNIK DISPERSI SOLIDA UNTUK MENINGKATKAN KELARUTAN IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET DENGAN MENGGUNAKAN AVICEL PH102 SEBAGAI PENGISI TEKNIK DISPERSI SOLIDA UNTUK MENINGKATKAN KELARUTAN IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET DENGAN MENGGUNAKAN AVICEL PH102 SEBAGAI PENGISI EFFERLIN MULYANTI 2443006038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

PENGARUH POLIVINIL PIROLIDON TERHADAP LAJU DISOLUSI FUROSEMID DALAM SISTEM DISPERSI PADAT

PENGARUH POLIVINIL PIROLIDON TERHADAP LAJU DISOLUSI FUROSEMID DALAM SISTEM DISPERSI PADAT Sutriyo, Rosmaladewi, Febrian Hevike Filosane Departemen Farmasi FMIPA-UI Depok ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.1, April 2005, 30-42 PENGARUH POLIVINIL PIROLIDON TERHADAP LAJU DISOLUSI

Lebih terperinci

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan Silika 1 Glass transition adalah transisi yang bersifat reversibel pada bahan amorphous dari keadaan keras/kaku menjadi bersifat cair/plastis. Temperature dimana terjadi

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN ANGGARAN 2007

ARTIKEL ILMIAH PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN ANGGARAN 2007 ARTIKEL ILMIAH PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN ANGGARAN 2007 KARAKTERISASI FISIKOKIMIA DAN LAJU DISOLUSI DISPERSI PADAT IBUPROFEN DENGAN PEMBAWA POLIETILENGLIKOL 6000 OLEH : ERIZAL, M.Si., Apt. Drs. SALMAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

FAHMI AZMI FORMULASI DISPERSI PADAT IBUPROFEN MENGGUNAKAN HPMC 6 cps PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

FAHMI AZMI FORMULASI DISPERSI PADAT IBUPROFEN MENGGUNAKAN HPMC 6 cps PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI FAHMI AZMI 10703066 FORMULASI DISPERSI PADAT IBUPROFEN MENGGUNAKAN HPMC 6 cps PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 Pada kutipan atau saduran skripsi ini harus tercantum

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK Subtitle PENGERTIAN ZAT DAN SIFAT-SIFAT FISIK ZAT Add your first bullet point here Add your second bullet point here Add your third bullet point here PENGERTIAN ZAT Zat adalah

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Glimepirid (GMP) GMP mempunyai nama kimia 1H pyrrole 1-carboxamide, 3 ethyl 2,5 dihydro 4 methyl N [2[4[[[[(4methylcyclohexyl) amino] carbonyl] amino] sulfonyl] phenyl] ethyl]

Lebih terperinci

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT KARBAMAZEPIN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMER PEG 6000 DAN HPMC DENGAN METODA PELARUTAN

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT KARBAMAZEPIN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMER PEG 6000 DAN HPMC DENGAN METODA PELARUTAN STUDI SISTEM DISPERSI PADAT KARBAMAZEPIN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMER PEG 6000 DAN HPMC DENGAN METODA PELARUTAN Rina Wahyuni 1, Auzal Halim 2, dan Siska Febronica 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan dengan berbagai macam rute pemberian obat lainnya karena pemberiannya mudah sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Karakterisasi Kompleks Inklusi Ibuprofen Beta Siklodekstrin dengan Menggunakan Teknik Penggilingan Bersama

Karakterisasi Kompleks Inklusi Ibuprofen Beta Siklodekstrin dengan Menggunakan Teknik Penggilingan Bersama Karakterisasi Kompleks Inklusi Ibuprofen Beta Siklodekstrin dengan Menggunakan Teknik Penggilingan Bersama (Characterization of Ibuprofen β Cyclodextrin Inclusion Complexes Using Cogrinding Technique)

Lebih terperinci

Pembentukan kompleks inklusi fenobarbital dengan hidroksipropil-β-siklodekstrin

Pembentukan kompleks inklusi fenobarbital dengan hidroksipropil-β-siklodekstrin Dewi Majalah Isadiartuti Farmasi Indonesia, 16 (1), 28 37, 2005 Pembentukan kompleks inklusi fenobarbital dengan hidroksipropil-β-siklodekstrin The formation of inclusion complex of phenobarbital with

Lebih terperinci

DIAN PERDANA DARMAWAN PENGEMBANGAN AWAL SISTEM PEMBAWA OBAT POLIMERIK BERBASIS NANOPARTIKEL PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

DIAN PERDANA DARMAWAN PENGEMBANGAN AWAL SISTEM PEMBAWA OBAT POLIMERIK BERBASIS NANOPARTIKEL PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI DIAN PERDANA DARMAWAN 10702037 PENGEMBANGAN AWAL SISTEM PEMBAWA OBAT POLIMERIK BERBASIS NANOPARTIKEL PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 0 7 Pada kutipan

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF FUROSEMIDA DALAM BENTUK DISPERSI PADAT

KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF FUROSEMIDA DALAM BENTUK DISPERSI PADAT Majalah Farmasi Indonesia, 12 (1), 28-32, 2001 KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF FUROSEMIDA DALAM BENTUK DISPERSI PADAT A COMPARATIVE BIOAVAILABILITY OF FUROSEMIDE IN SOLID DISPERSIONS FORMS Yandi Syukri *),

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

DISOLUSI ASAM FENOFIBRAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT PERMUKAAN DENGAN SODIUM STARCH GLYCOLATE SKRIPSI

DISOLUSI ASAM FENOFIBRAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT PERMUKAAN DENGAN SODIUM STARCH GLYCOLATE SKRIPSI DISOLUSI ASAM FENOFIBRAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT PERMUKAAN DENGAN SODIUM STARCH GLYCOLATE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai derajat Sarjana Farmasi Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Bahan Aktif dan Koformer 1.1.1 Glimepirid (GMP) GMP merupakan golongan sulfonilurea generasi ketiga yang digunakan dalam pengobatan diabetes melitus tipe II. Memiliki

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian oral adalah rute terapi yang paling umum dan nyaman (Griffin, et al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah sediaan tablet.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT IBUPROFEN PEG 6000 ABSTRACT ABSTRAK

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT IBUPROFEN PEG 6000 ABSTRACT ABSTRAK PENINGKATAN LAJU DISOLUSI SISTEM DISPERSI PADAT IBUPROFEN PEG 6000 Auzal Halim 1, Elvi Rahma Yulisman 2, dan Erizal Zaini 2 1 Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND) Padang 2 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meloksikam (MEL) merupakan salah satu obat golongan NSAID yang digunakan sebagai terapi penyakit osteoarthritis dan reumatoid arthritis (Mahrouk dkk., 2009).

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE

FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE HENDRIK 2443006006 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK FORMULASI TABLET LIKUISOLID

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Waktu Penggilingan pada Proses Co-Grinding terhadap Laju Disolusi Kompleks Inklusi Glimepirid-β- Siklodekstrin

Pengaruh Lama Waktu Penggilingan pada Proses Co-Grinding terhadap Laju Disolusi Kompleks Inklusi Glimepirid-β- Siklodekstrin Pengaruh Lama Waktu Penggilingan pada Proses Co-Grinding terhadap Laju Disolusi Kompleks Inklusi Glimepirid-β- Siklodekstrin (Milling Duration Time s Influence in Co-Grinding Process to Dissolution Rate

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLIETILEN GLIKOL 400 SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE LIEM AGNES KRISTANTY

FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLIETILEN GLIKOL 400 SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE LIEM AGNES KRISTANTY FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLIETILEN GLIKOL 400 SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE LIEM AGNES KRISTANTY 2443006056 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK

Lebih terperinci

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN POLIVINILPIROLIDON K-30 ABSTACT ABSTRAK

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN POLIVINILPIROLIDON K-30 ABSTACT ABSTRAK STUDI SISTEM DISPERSI PADAT ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN POLIVINILPIROLIDON K-30 Maria Dona Octavia 2), Erizal Zaini 1), Vina Oktavia 2) 1) Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND), Padang 2) Sekolah

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER NEHRU WIBOWO 2443007022 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN GLISERIN SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE

FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN GLISERIN SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE FORMULASI TABLET LIKUISOLID PIROKSIKAM MENGGUNAKAN GLISERIN SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE LILY KUSUMA DEWI 2443006018 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK FORMULASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KELARUTAN KETOKONAZOL DENGAN TEKNIK DISPERSI PADAT MENGGUNAKAN EUDRAGIT E 100 ABSTRACT

PENINGKATAN KELARUTAN KETOKONAZOL DENGAN TEKNIK DISPERSI PADAT MENGGUNAKAN EUDRAGIT E 100 ABSTRACT PENINGKATAN KELARUTAN KETOKONAZOL DENGAN TEKNIK DISPERSI PADAT MENGGUNAKAN EUDRAGIT E 100 Angga Cipta N Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. ABSTRACT Ketoconazole is an

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN POLIMER HIDROFILIK HPMC K4M DAN TWEEN 80 SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE MESSI

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN POLIMER HIDROFILIK HPMC K4M DAN TWEEN 80 SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE MESSI FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN POLIMER HIDROFILIK HPMC K4M DAN TWEEN 80 SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE MESSI 2443008005 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2012

Lebih terperinci

Kelompok B Pembimbing

Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester II 2007/2008 APLIKASI MEMBRAN CA/ZEOLIT UNTUK PEMISAHAN CAMPURAN ALKOHOL-AIR Kelompok B.67.3.13 Indria Gusmelli (13004106) Aziza Addina Permata (13004107) Pembimbing Dr. Irwan

Lebih terperinci

TESIS FORMULASI TABLET IBUPROFEN DENGAN SISTEM DISPERSI PADAT DIUJI SECARA IN VITRO DAN IN SITU OLEH: ANTETTI TAMPUBOLON NIM

TESIS FORMULASI TABLET IBUPROFEN DENGAN SISTEM DISPERSI PADAT DIUJI SECARA IN VITRO DAN IN SITU OLEH: ANTETTI TAMPUBOLON NIM TESIS FORMULASI TABLET IBUPROFEN DENGAN SISTEM DISPERSI PADAT DIUJI SECARA IN VITRO DAN IN SITU OLEH: ANTETTI TAMPUBOLON NIM 097014004 PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.8, No.2, April 2005, hal 53-60 Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux Indras Marhaendrajaya Laboratorium Fisika Zat Padat Jurusan Fisika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH) OLEH: NAMA : RAMLAH NIM : F1F1 12 071 KELOMPOK KELAS ASISTEN : III : B : FAISAL

Lebih terperinci

Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta

Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta dasar-dasar interpretasinya. Tujuan tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum BAB 1 PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, teknologi farmasi telah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai metode baru dalam industri farmasi yang memiliki tujuan akhir untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... i ii iii iv v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... x xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SECARA GRANULASI BASAH

FORMULASI TABLET HISAP NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SECARA GRANULASI BASAH FORMULASI TABLET HISAP NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SECARA GRANULASI BASAH SKRIPSI OLEH: VERONIKA DACHI NIM 091501169 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

TEKNIK LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

TEKNIK LABORATORIUM KIMIA ORGANIK TEKNIK LABORATORIUM KIMIA ORGANIK Penulis: : Prof. DR. H.M. Sanusi Ibrahim Dr. Marham Sitorus, M. Si Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam BAB 1 PENDAHULUAN Klorfeniramin maleat merupakan obat antihistamin H 1 Reseptor yang dapat menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos, serta bekerja dengan mengobati

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Peningkatan Stabilitas Asam dari Omeprazol dengan Teknik Kokristalisasi Menggunakan Koformer Natrium Karbonat

Peningkatan Stabilitas Asam dari Omeprazol dengan Teknik Kokristalisasi Menggunakan Koformer Natrium Karbonat Prosiding Farmasi ISSN: 246-6472 Peningkatan Stabilitas Asam dari Omeprazol dengan Teknik Kokristalisasi Menggunakan Koformer Natrium Karbonat Increased Stability Omeprazol Acid by Co-Crystaalization Technique

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIKOKIMIA DAN LAJU DISOLUSI DISPERSI PADAT IBUPROFEN DENGAN PEMBAWA POLIETILENGLIKOL 6000

KARAKTERISASI FISIKOKIMIA DAN LAJU DISOLUSI DISPERSI PADAT IBUPROFEN DENGAN PEMBAWA POLIETILENGLIKOL 6000 KARAKTERISASI FISIKOKIMIA DAN LAJU DISOLUSI DISPERSI PADAT IBUPROFEN DENGAN PEMBAWA POLIETILENGLIKOL 6000 Erizal Zaini, Rahmi Nofita, Salman, Irna Kurniati Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi,

Lebih terperinci