IV. INVENTARISASI 4.1 Aspek Legal 4.2 Aspek Fisik dan Biofisik Luas, Letak, dan Batas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. INVENTARISASI 4.1 Aspek Legal 4.2 Aspek Fisik dan Biofisik Luas, Letak, dan Batas"

Transkripsi

1 24 IV. INVENTARISASI 4.1 Aspek Legal Menurut prasasti yang terdapat di lokasi air terjun Serasah Bunta, kawasan Lembah Harau dibuka pertama kali pada tanggal 14 Agustus 1926 oleh Asisten Residen 50 Kota yang bernama BO. Weirkein bersama dengan Tk. Laras Dt. Kuning Nan Hitam dan Asisten Damang Dt. Kondoh Nan Hitam. Kawasan ini dibangun berdasarkan Besluits Van Der Gouverneur General Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10 Januari 1933 dengan status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.478/Kpts/Um/8/1979 tanggal 02 Agustus 1979 sebagian kawasan Cagar Alam (CA) Lembah Harau dialihkan fungsinya menjadi Taman Wisata Alam (TWA) Lembah Harau. 4.2 Aspek Fisik dan Biofisik Luas, Letak, dan Batas Luas CA Lembah Harau adalah 270,5 ha, sedangkan luas TWA Lembah Harau adalah 27,5 ha (10,2%). TWA Lembah Harau berada dalam kawasan CA Lembah Harau. Secara geografis, CA Lembah Harau terletak pada koordinat 100 o BT o BT dan 00 o LS - 00 o LS. Dalam administrasi kehutanan, CA Lembah Harau termasuk dalam wilayah kerja BKPH Harau, RPH Harau, sedangkan menurut pembagian wilayah kerja unit Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) kawasan ini termasuk dalam wilayah kerja Sub Seksi KSDA Wilayah Pasaman. Dalam administrasi pemerintahan kawasan ini berada di dua desa, yaitu Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuk Limpato yang termasuk wilayah Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. CA Lembah Harau memiliki batas-batas berikut: a. bagian utara berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL) dan Desa Harau; b. bagian timur berbatasan dengan kawasan Hutan Lindung Mahat I; c. bagian selatan berbatasan dengan Desa Tarantang Lubuk Limpato;

2 25 d. bagian barat berbatasan dengan Dusun Padang Beringin, Desa Tarantang Lubuk Limpato. Kawasan TWA Lembah Harau terdiri dari dua lokasi, yaitu Aka Barayun dan Sarasah Bunta. Menurut hasil wawancara Pak Iwan, pegawai Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA), batas tersebut ditandai dengan pal beton dengan ketinggian 1,5 m. Namun, kondisi pal di lapangan sekarang, sudah tidak sesuai karena banyak yang rusak dan hilang. Pengecekan yang dilakukan selama setiap 5 tahun tidak menjangkau seluruh kawasan sehingga telah tertutupnya jalan di sekeliling kawasan. Hal ini telah mengakibatkan ketidakpastian batas CA sehingga masyarakat sering tanpa sengaja menggarap lahan di kawasan CA Aksesibilitas Kawasan CA Lembah Harau berbatasan langsung dengan ruas jalan negara Payakumbuh-Pekanbaru. Jalan menuju kawasan merupakan jalan beraspal yang dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat. Berdasarkan klasifikasi jalannya, kawasan ini dilalui jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan desa, dan jalan setapak. Jarak CA Lembah Harau ke ibukota kawasan lain dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jarak Desa Penyangga ke Ibukota Kecamatan, Kabupaten, dan Provinsi No Nama Desa Jarak ke Ibukota (km) Kecamatan Kabupaten Propinsi 1 Harau Tarantang Lb. Limpato Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan CA ini mempunyai iklim Tipe A. Pada tahun 1997 jumlah rata-rata bulan kering 4,92 dan jumlah ratarata bulan basah 1,17. Suhu suhu rata-rata maksimum C. Data curah hujan tahunan secara lengkap disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Data Curah Hujan Bulanan dan Intensitas Hujan 30 Tahun Terakhir di Sekitar Cagar Alam Lembah Harau

3 26 Bulan Stasiun klimatologi Payakumbuh Pangkalan P. Mangatas M. Paiti Rata-rata Januari X ,50 Y ,50 Februari X ,00 Y ,00 Maret X ,50 Y ,50 April X ,75 Y ,00 Mei X ,50 Y ,00 Juni X ,25 Y ,25 Juli X ,00 Y ,25 Agustus X ,00 Y ,25 September X ,75 Y ,25 Oktober X ,75 Y ,25 November X ,50 Y ,00 Desember X ,00 Y ,50 Jumlah (X) ,50 Jumlah (Y) ,25 Rata-rata (X) 184,17 253,75 177, ,79 Rata-rata (Y) 13 13,08 13,67 14,33 13,52 Keterangan : X=Curah hujan (mm), Y=Hari hujan (hari) Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, Topografi Kawasan CA Lembah Harau terletak pada ketinggian antara 400 m dpl sampai 850 m dpl. Topografi kawasan ini adalah berbukit (bergelombang), landai, dan terdapat tebing-tebing yang curam. Kawasan ini memiliki keunikan karena banyak terdapat tebing terjal dengan sudut 90 0, dengan ketinggian tebing m Hidrologi Kawasan CA Lembah Harau dialiri oleh 4 sungai, yaitu Batang Simolakama, Batang Air Putih, Sungai Air Tiris, dan Batang Harau. Sungaisungai dalam kawasan ini tidak begitu besar, tetapi mempunyai peranan penting bagi masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai tersebut, terutama untuk pengairan areal pertanian, budi daya ikan, dan kebutuhan hidup sehari-hari.

4 Fasilitas Kawasan TWA telah memiliki beberapa fasilitas yang telah dibangun, yaitu sebagai berikut (Gambar 4, 5, 6, 7, 8, dan 9). a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota telah membangun, gerbang masuk, pondok wisata, kolam renang, taman bermain anak, sepeda air, gazebo, kios makanan/souvenir, toilet/kamarganti, mushola, parker. Kios yang ada, disewakan oleh Dinas Pariwisata dengan membayar Rp ,- hingga Rp ,- per bulan. Namun, banyak penyewa yang tidak membayar dan beberapa masyarakat lain (bukan penyewa) membangun kios ilegal. Kondisi fasilitas kurang terpelihari akibat tidak adanya pengelolaan yang baik. b. BKSDA telah membangun kantor BKSDA dan mes. Semua fasilitas tidak berfungsi lagi. Hal ini diakibatkan adanya masalah antara BKSDA dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota dalam hal pengelolaan. c. Masyarakat membangun kios makanan/souvenir, toilet, camping ground, panjat tebing. Fasilitas yang dibangun merupakan bangunan ilegal kecuali yang menyewa, karena tidak adanya persetujuan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai pihak pengelola. d. Swasta membangun tempat penginapan. Masih kurangnya campur tangan dari pihak swasta sehingga belum ada eksploitasi yang merugikan. Gambar 4 Kios Makanan, Tanaman, dan Souvenir

5 28 Gambar 5 Toilet, Loket Tiket, dan Mushala Gambar 6 Taman Bermain Anak Gambar 7 Sepeda Air Gambar 8 Area Berkemah dan Area Parkir

6 29 Gambar 9 Kantor BKSDA dan Penginapan oleh Pihak Swasta Vegetasi Susunan vegetasi kawasan CA Lembah Harau merupakan tipe ekosistem hutan hujan campuran non-dipterocapaceae (Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000). Vegetasi hutan kawasan ini di didominasi oleh tumbuhan daratan tinggi. Spesies pohon yang terdapat CA Lembah Harau dapat dilihat pada Lampiran Fauna Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan petugas KSDA bersama penduduk, tercatat beberapa jenis mamalia yang terdapat pada kawasan (Tabel 12). Tabel 12 Jenis-Jenis Mamalia yang Ditemukan di Areal Pengamatan yang Dilindungi oleh UU No. 5/1990 No Famili Nama Jenis Nama Indonesia 1 Bovidae Capriconus sumatrensis Kambing hutan 2 Cervidae Cervus unicolor Rusa sambar 3 Felidae Panther tigris sumatrensis Harimau sumatra 4 Felidae Neofelis nebusula Harimau dahan 5 Hylobatidae Hylobates syndactilus Siamang 6 Tapiridae Tapirus indicus Tapir 7 Tragulidae Tragulus javanicus Kancil 8 Ursidae Helarctos malayanus Beruang madu Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000 Selain itu, terdapat beberapa jenis burung yang dijumpai (Tabel 13). Jenis burung pada kawasan ini umumnya merupakan jenis pemakan serangga, hanya sebagian kecil yang tergolong jenis pemakan buah, biji-bijian, dan nektar. TWA Lembah Harau telah membangun menara pengamatan untuk birdwaching di dekat Sarasah Murai, tetapi tidak ada pengembangun lebih lanjut.

7 30 Tabel 13 Jenis-Jenis burung yang Terdapat di Kawasan CA Lembah Harau No Famili Nama Jenis Nama Indonesia 1 Accipitridae Haliastur Indus Ictinaetus malayensis Elang bondol Elang hitam 2 Alcedinidae Alcedo althis Raja udang 3 Bucerotidae Berenicornis comatus Beceros rhinoceros Enggang Rangkong 4 Ciconidae Ciconia episscopus Bangau 5 Falconidae Falco tinnunculus Alap-alap curasia Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000 CA Lembah Harau juga memiliki jenis kupu-kupu yang cukup beragam. Potensi kupu-kupu ini menjadi daya tarik oleh wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Kegiatan ini dikembangkan oleh masyarakat setempat, belum ada pengembangan lebih lanjut oleh pihak pengelola. Jenis kupu-kupu komersial yang terdapat pada kawasan CA Lembah Harau dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Jenis-Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Kawasan CA Lembah Harau No Nama Jenis Tanaman Pakannya 1 Papilio memnon Jeruk (Citrus sp.) Papilio demoleus 2 Graphium sarpedon Kulit Manis (Cynamomun burmanii) 3 Polyura scheiber Rambutan (Nephelium lappaceum) 4 Papilio palinurus Sicerek (Glaucena excavata) Papilio polytes 5 Graphium agamemnon Sirsak (Anonna muricata) 6 Trogonoptera brooklana *) Tanaman Aka (Aristolochiae glaucifolia) Triode Helena *) Triodes amphrysus*) Pachilipta aristolochiae 7 Antrophaneura nox Tanaman Aka (Apama corymbosa) 8 Papilio karna Papilio demolion Ulam/Pauh-pauh (Evodia malayana) Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, Objek Wisata Lembah Harau memiliki objek wisata yang didominasi oleh air terjun dan tebing terjal (Gambar 10, 11, 12, 13 dan 14). Air terjun pada kawasan ini ditunjukkan dalam Tabel 15, Tabel 16, Tabel 17.

8 31 Tabel 15 Potensi Objek Wisata Kawasan Aka Barayun Tebing Goa Echo Liang Limbek Panorama Aka Barayun Ngalau Amu Area Objek Wisata Tebing, ngalau Tebing Tebing, ngalau atau lembah Tebing Tebing, air terjun Tebing Tabel 16 Potensi Objek Wisata Kawasan Sarasah Bunta Sarasah Rupih Air Lulus Sarasah Bunta Sarasah Murai Area Objek Wisata Air terjun Air terjun, tebing Air terjun, tebing Air terjun, tebing Tabel 17 Air Terjun yang Terdapat di Kawasan CA Lembah Harau No Nama Air Terjun Tinggi (m) 1 Akar Berayun 80 2 Sarasah Rupih 50 3 Sarasah Air Bulus 30 4 Sarasah Bunta 30 5 Sarasah Murai 60 Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000 Gambar 10 Air Terjun Aka Barayun dan Prasasti Aka Barayun Gambar 11 Air Terjun Air Lulus

9 32 Gambar 12 Air Terjun Sarasah Bunta dan Prasasti Sarasah Bunta Gambar 13 Air Terjun Sarasah Murai Akar Berayun dan Sarasah Bunta menjadi nama kawasan dari TWA Lembah Harau. Di kawasan Akar Berayun terdapat air terjun Akar Berayun, sedangkan kawasan Sarasah Bunta terdapat air terjun Sarasah Air Bulus, Sarasah Bunta, dan Sarasah Murai. Untuk Air Putih, Sarasah Gadang, dan Sarasah Rupih belum dikembangkan. Terdapat juga air terjun yang tidak boleh dikembangkan karena berada dalam kawasan CA Lembah Harau. Selain air terjun masih terdapat beberapa objek wisata lainnya (Gambar 14).

10 Gambar 14 Peta Lokasi Potensi Objek Wisata 33

11 Aktivitas Aktivitas kegiatan wisata yang ada pada saat ini adalah berpiknik, berenang, berkemah, dan panjat tebing. Untuk kegiatan berpiknik dan berenang telah dialokasikan pada kawasan Aka Barayun, Air Lulus, Sarasah Bunta, dan Sarasah Murai. Untuk kegiatan berkemah telah dialokasikan pada kawasan Sarasah Murai. Untuk kegiatan panjat tebing telah dialokasikan pada kawasan Aka Barayun dan titik echo. Aktivitas lainnya yaitu aktivitas pemerintahan dan pemukiman. Aktivitas ini terkonsentrasi pada kawasan pemukiman Desa Padang Baringin, yaitu terdapat Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Kantor Kepala Desa Tarantang. Selain itu, di depan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terdapat loket pembelian tiket. Aktivitas pemukiman yang berdekatan dengan TWA Lembah Harau, yaitu Desa Tarantang Lubuak Limpato dan Desa Padang Baringin. Persebaran pusat aktivitas dapat dilihat pada Gambar 15.

12 35 Gambar 15 Peta Pusat Kegiatan 35

13 Aspek Sosial Masyarakat Kawasan CA Lembah Harau terletak pada dua desa, yaitu Desa Tarantang Lubuak Limpato dan Desa Harau. Jumlah penduduk dari kedua desa dapat dilihat pada Tabel 18. Desa Tarantang memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada Desa Harau, yaitu 83 jiwa/ km 2. Tabel 18 Jumlah Penduduk Desa-Desa Penyangga Pada Tahun 2000 Desa Luas (km 2 Penduduk (jiwa) Kepadatan ) Laki-laki Perempuan Jumlah (jiwa/km 2 ) Harau 29,75 448(47%) 505(53%) 953(100%) 32 Tarantang Lubuak Limpato 22,63 916(49%) 953(51%) 1869(100%) 83 Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000 BKSDA telah melakukan survei pada tahun 2000 mengenai sosial ekonomi dari Desa Tarantang Lubuak Limpato dan Desa Harau. Responden berjumlah 60 orang terdiri dari 30 orang dari Desa Tarantang dan 30 orang Desa Harau. Responden yang dipilih telah mewakili satu rumah tangga. Hal ini dilakukan agar dapat menggambarkan kondisi dari kedua desa secara menyeluruh. Tingkat pendidikan dari responden dapat dilihat pada Tabel 19. Dari segi pendidikan di kedua desa dapat disimpulkan cukup rendah, sebagian besar responden lulus pada tingkat Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama. Namun, masyarakat telah memiliki kemampuan dalam membaca dan menulis, terlihat dari angka yang tidak sekolah hanya 1 orang dari 60 responden. Menurut data dari BKSDA (2000), terdapat satu Sekolah Dasar (SD) di Desa Harau, tiga Sekolah Dasar (SD), satu Sekolah Luar Biasa (SLB), dan satu Sekolah Mengengah Pertama (SMP) di Desa Tarantang Lubuk Limpato.

14 37 Tabel 19 Tingkat Pendidikan dan Jumlah Responden di Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuak Limpato Pendidikan Desa Jumlah Harau (%) Tarantang Lb. Limpato (%) (%) Tidak Sekolah Sekolah Dasar SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000 Mata pencaharian masyarakat dari kedua desa didominasi oleh bertani. Petani pada kedua desa adalah petani padi (sawah) dan gambir. Hal ini dikarenakan peruntukan lahan pada kedua kawasan dijadikan sebagai area pertanian (Tabel 20). Jenis Pekerjaan dari responden dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 20 Luas Peruntukan Lahan di Desa Harau Peruntukkan Lahan Luas (ha) Hutan 9,976 Sawah 563 Perkebunan 847 Permukiman 21 Rawa 10 Lahan Kritis 54 Lain-lain 130 Sumber: Kantor Wali Nagari Desa Harau, 2010 Tabel 21 Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuak Limpato Jenis Pekerjaan Desa Jumlah Harau (%) Tarantang Lb. Limpato (%) (%) Tani Tukang 3-3 Dagang Pegawai 2-2 Lainnya Jumlah Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000 Menurut data BKSDA pada tahun 2000, setiap petani sawah memiliki sawah sekitar 0,25-0,5 ha. Irigasi sawah menggunakan aliran sungai. Namun, menurut Pak Firdaus, Wali Nagari Harau, jumlah penghasilan beras (dalam kg) di Desa Harau lebih kecil daripada di desa yang lain. Hal inilah yang mendorong

15 38 masyarakat untuk menjadi petani gambir. Masalah dalam pertanian tanaman pangan adalah sulitnya mengalirkan air dari sungai ke kebun sehingga meningkatkan biaya pengolahan. Peternakan dan perikanan merupakan mata pencaharian sampingan. Jumlah penghasilan yang didapat dapat dilihat dalam Tabel 22, sedangkan biaya hidup dapat dilihat dalam Tabel 23. Dari kedua data terlihat bahwa masyarakat dari kedua desa memiliki pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan yang didapat. Hal ini ditunjukkan oleh data penghasilan yang didominasi oleh Rp ,00 hingga Rp ,00, sedangkan pengeluaran didominasi dengan pengeluaran sebesar Rp ,00 hingga Rp ,00. Akibat dari hal ini, masyarakat mencari penghasilan tambahan dengan cara berjualan di sekitar kawasan TWA Lembah Harau, seperti menjual makanan, minuman, dan souvenir. Tabel 22 Jumlah Responden Sesuai Kisaran Penghasilan di Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuak Limpato Penghasilan Desa Jumlah (x Rp 1000,-) Harau (%) Tarantang Lb. Limpato (%) (%) < > Jumlah Sumber : Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat, 2000 Tabel 23 Pengeluaran Biaya Hidup dari Responden di Desa Harau dan Desa Tarantang Lubuak Limpato Penghasilan (x Rp 1000,-) Harau (%) Desa Tarantang Lb. Limpato (%) Jumlah (%) < > Jumlah Sumber: Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau Propinsi Sumatera Barat, 2000

16 Pengunjung Jumlah pengunjung di kawasan TWA Lembah Harau cukup ramai, sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 16. Jumlah pengunjung terbesar terjadi pada musim libur seperti Januari (8.924 orang), Mei ( orang), dan Juni (18.416). Sifat musim yang insidental juga mempengaruhi jumlah pengunjung, seperti bulan ramadhan dan lebaran pada bulan Agustus sebanyak orang. Menurut data tahun 2004, 2005, dan 2006, jumlah pengunjung terus meningkat (Gambar 17). Hal ini menunjukkan bahwa CA Lembah Harau mulai dikenal oleh banyak masyarakat dalam dan luar negeri. Jumlah Pengunjung WISNU WISMAN WISNU : wisatawan nusantara WISMAN: wisatawan mancanegara Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota, 2009 Gambar 16 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke TWA Lembah Harau Tahun 2009

17 40 Jumlah Pengunjung WISNU WISMAN WISNU : wisatawan nusantara WISMAN: wisatawan mancanegara Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota, 2009 Gambar 17 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke TWA Lembah Harau Tahun 2004, 2005, dan Aspek Pengelolaan Kronologi Pengelolaan TWA Lembah Harau Pemerintah mulai membangun sarana dan prasarananya pada TWA Lembah Harau sejak tahun Pembangunan sarana dan prasarana pertama kali dilakukan oleh BAPPARDA Tingkat I Sumatera Barat yang kemudian berubah menjadi Kanwil Pariwisata Tingkat I Sumatera Barat. Sarana yang dibuat pada saat itu adalah gerbang pintu masuk, kupel, jalan setapak, area parkir, tempat bermain anak-anak, dan toilet. Setelah pembangunan selesai, BAPPARDA Tingkat I Sumatera Barat menyerahkan kawasan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Lima Puluh Kota. Pada tanggal 12 Desember 1990 keluarlah Surat Keputusan Bupati Lima Puluh Kota No.788/BLK/1990 tentang pembentukan Badan Pengelola Objek Wisata Alam Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada tahun 1992, Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam mengeluarkan buku kumpulan peraturan tentang pungutan dan iuran bidang Pariwisata Alam serta pungutan masuk kawasan pariwisata alam yang memuat surat-surat keputusan dari berbgagai instansi:

18 41 a. Kepmenhut No.878/Kpts-II/19992 tanggal 8 September 1992 tentang Tarif Pungutan Masuk ke Hutan Wiasata,Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Laut; b. Kepmenhut No.441/Kpts II /1990 tanggal 24 Agustus 1990 tentang Pengenaan Iuran dan Pungutan Usaha di Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Nasionl Hutan Laut; c. Kepmenhut No.688/Kpts-II/1989 tanggal 5 November 1989 tentang Tata cara Permohonn Izin Pengusahaan HutanWisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut; d. Kepmenhut No.687/Kpts-II/1989 tanggal 15 November 1989 tentang Pengusahaan Hutan Wiasata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut; e. Kepsekjend DepHut No.45/Kpts/II- KUM/92 tanggal 16 Juli 1992 tentang Tata Cara Pengenatan, Pemungutan, Pembagian, dan Tata Usaha Pungutan Usaha, dan Iuran Usaha Pariwisata Alam di Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut; f. Surat Menteri Keuangan No.S- 978/MK.03/1992 tanggal 12 Agustus 1992 perihal Persetujuan Tarif Pungutan Masuk ke Hutan Wisata; g. Kepdirjend PHPA No. 46/Kpts/ DJ- VI/1992 tanggal 1 Juli 1992 tentang Tarif Pungutan Usaha Pariwisata Alam di Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut; h. Kepdirjend PHPA No.77/ Kpts/ DJ-VI/1992 tanggal 1 Oktober 1992 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Penyetoran dan Penatausahaan Pungutan Masuk ke Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Laut. Buku ini kemudian direvisi kembali dengan PP No.18 Th 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Kawasan TWA Lembah Harau mengalami beberapa kali pergantian pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola kawasan. Pada tahun 1998, pihak pengelola diserahkan kepada Pd Gojong Limo Sakato dan pada tahun 2000, Dinas Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota membuat surat perjanjian kerja sama

19 42 dengan PT Trio Dhora Nusantara Tour and Travel sebagai badan pengelola. Akibat adanya beberapa kali perpindahan pihak pengelola, Subseksi Wilayah KSDA Pasaman dengan surat no.10/5-ssksda-i/2001 tanggal 06 Februari 2001 membuat surat kepada Kepala unit KSDA Sumatera Barat untuk meminta penjelasan tentang penyerahan kewenangan Pemerintah Pusat ke Pemeritah Daerah. Masalah pihak pengelola mereda dengan perpindahan pengelolaan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada 27 Februari 2007, Sekretaris Daerah Kabupaten Limapuluh Kota membuat surat kepada Kantor Pariwisata Lima Puluh Kota dengan No.500/132/Perek-PMD/2007 agar dapat memberikan informasi lengkap tentang ketentuan prosedur dan persyaratan pengelolaan kerjasama Lembah Harau oleh pihak swasta kepada Bupati Lima Puluh Kota. Sekda Kabupaten Lima Puluh Kota mengundang Kepala KSDA Sumatera Barat untuk rapat pembahasan pengelolaan Lembah Harau oleh pihak swasta. Hasil rapat tersebut adalah sebagai berikut. a. Pengelolaan TWA Lembah Harau oleh pihak ketiga izinnya dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan. b. KSDA Sumatera Barat akan mengundang Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota untuk rapat membahas pengelolaan TWA Lembah Harau. c. Masa transisi pengelolaaan TWA Lembah Harau untuk sementara akan dikelola oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lim Puluh Kota Rencana Pengembangan dan Pengelolaan TWA Lembah Harau Pemda dan BKSDA memiliki beberapa rencana, yaitu Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau Tahun 2000 oleh BKSDA dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Pariwisata Lembah Harau Tahun 2000 oleh Bappeda (Pemda). Kedua rencana ini dapat menjadi landasan dalam pembentukan konsep ekowisata. Di dalam Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau Tahun 2000 terdapat butir-butir berikut: a. pengukuhan dan pemeliharaan batas kawasan; b. penataan dan pengkajian kawasan; c. pembangunan sarana dan prasarana; d. pengembangan institusi dan sumber daya manusia;

20 43 e. pengelolaan potensi kawasan; f. perlindungan dan pengamanan kawasan; g. pengelolaan penelitian dan pendidikan; h. pembinaan daerah penyangga; i. pengembangan integrasi dan koordinasi. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengemdalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan. Di dalam RTBL Kawasan Pariwisata Lembah Harau Tahun 2000 terdapat butir-butir berikut: a. identifikasi dan apresiasi konteks lingkungan; b. program peran serta masyarakat; c. konsep umum perencanaan; d. panduan detail perancangan; e. program pembiayaan; f. program pengendalian pelaksanaan; g. program pengelolaan properti pasca pelaksanaan.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Status Kawasan Kawasan ini ditunjuk berdasarkan Besluit Van Der Gouverneur General Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10 Januari 1933 dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN LANSKAP BERBASIS EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM LEMBAH HARAU, SUMATERA BARAT YOGI ISMET

KONSEP PENGEMBANGAN LANSKAP BERBASIS EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM LEMBAH HARAU, SUMATERA BARAT YOGI ISMET KONSEP PENGEMBANGAN LANSKAP BERBASIS EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM LEMBAH HARAU, SUMATERA BARAT YOGI ISMET DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam dan Ekowisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam dan Ekowisata 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam dan Ekowisata Wisata merupakan perjalanan dan tinggal di suatu tempat (bukan tempat tinggal dan bekerja). Wisata memiliki beberapa jenis. Salah satunya adalah wisata

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dan bersifat multidimensi

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan pariwisata di Indonesia saat ini tumbuh sangat cepat dan memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang perekonomian Indonesia. Pencapaian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota)

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 55 BT dan 05 48 -

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 55 BT dan 05 48 - 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 55 BT dan 05 48-5 22 LS. Secara administrasif KPHL Batutegi, berada di empat Kabupaten,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan Luas Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi 05 33 LS dan 105 15 BT. Pantai Sari Ringgung termasuk dalam wilayah administrasi Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat dikunjungi. Salah satu objek wisata yang memiliki daya tarik dengan panorama alam yang indah

Lebih terperinci

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan KHDTK Carita Cakupan bahasan A. Status B. Progres C. Permasalahan status Landasan hukum : SK. Menhut No. 290/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003 Lokasi : Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis 19 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02 42,01 s/d 105⁰ 13 42,09 BT dan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KEPUTUSAN BUPATI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI Menimbang

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2009 SERI C NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TAMAN HUTAN KOTA MUHAMMAD SABKI Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Dalam rangka mengangkat derajat kehidupan petani serta mendukung penyediaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat 111 0 39 00-112

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dibuktikan dengan terdapat berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan endemik yang hanya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan potensi pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk meningkatkan kunjungan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obyek wisata adalah sebuah tempat pokok untuk berwisata atau darma wisata (kamus bahasa indonesia). Jadi Obyek Wisata adalah, sebuah tempat untuk rekreasi atau bisa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005

Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005 Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005 Lokasi : Desa Seneng, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat RPH Maribaya, BKPH Parung Panjang, KPH Bogor,

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Lokasi kawasan Gunung Endut secara administratif terletak pada wilayah Kecamatan Lebakgedong, Kecamatan Sajira, Kecamatan Sobang dan Kecamatan Muncang,

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administratif dan Geografis Secara geografis KHDTK Cikampek terletak di 06 0 25 00-06 0 25 48 LS dan 107 0 27 36-107 0 27 50 BT, kurang lebih 5 km sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 62 BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT 3.1.Letak Geografi 3.1.1. Luas Wilayah Kecamatan bungus teluk kabung merupakan salah satu kecamatan di kota padang,

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak objek pariwisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak objek pariwisata untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak objek pariwisata untuk dikunjungi, baik wisata alam maupun wisata buatannya. Tingginya minat masyarakat yang ingin berkunjung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora dan fauna serta kehidupan liar lain yang mengundang perhatian berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri. Tercatat lebih dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara)

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara) POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara) BALAI PENELITIAN KEHUTANAN AEK NAULI PENDAHULUAN Ekowisata berkembang seiringin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3.1.1. Letak dan Luas Luas Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah 5.445,0 km 2. Ibukota kabupaten berkedudukan di Muara Sabak.

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati dan memilki banyak kawasan konservasi. Cagar Alam (CA) termasuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 752, 2014 KEMENHUT. Penetapan Rayon. Taman Nasional. Taman Hutan Raya. Taman Wisata Alam. Taman Buru. PNBP. Pariwisata Alam. Penetapan Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Demografi Desa 1. Letak dan Luas wilayah Desa Talang Mulya merupakan salah satu desa pemekaran dari Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang terletak

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Sumber Agung adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Kemiling Kota Madya Bandar Lampung. Kelurahan Sumber Agung

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN RAYON DI TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, TAMAN WISATA ALAM DAN TAMAN BURU DALAM RANGKA PENGENAAN

Lebih terperinci