PERDAGANGAN BEBAS, PARIWISATA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN DI KABUPATEN GIANYAR PROVINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERDAGANGAN BEBAS, PARIWISATA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN DI KABUPATEN GIANYAR PROVINSI BALI"

Transkripsi

1 PERDAGANGAN BEBAS, PARIWISATA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN DI KABUPATEN GIANYAR PROVINSI BALI Ni Made Tisnawati Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana com Abstrak Sebagai negara yang tergabung dalam organisasi perdagangan internasional, Indonesia harus menerima dampak perdagangan internasional. Siap atau tidak, harus dihadapi bersama. Persaingan dengan negara lain di berbagai sektor ekonomi, harus dihadapi, termasuk pariwisata. Dalam tatanan konsep, sektor pariwisata diharapkan menjadi sektor pemimpin dalam perekonomian di Provinsi Bali. Konsekuensinya, terjadi alih fungsi lahan pertanian yang tidak terbendung seiring meningkatnya pembangunan akomodasi wisata. Pariwisata telah memberikan banyak kesempatan kerja, tidak hanya bagi masyarakat lokal. Dampak multipliernya terlihat dari meningkatnya produksi sektor industri yang berskala kecil dan digerakkan masyarakat lokal. Tahun 2002 misalnya, di beberapa daerah di Kabupaten Gianyar merasakan peningkatan pendapatan. Banyak wisatawan yang datang langsung ke desa-desa yang merupakan sentra industri kerajinan. Setelah adanya perdagangan bebas, terjadi beberapa perubahan kebijakan. Antara lain, kemudahan bagi PMA/PMDN berskala besar yang mendirikan mal-mal produk kerajinan. Para wisatawan jarang ada yang mendatangi langsung sentra industri kerajinan, karena perubahan distribusi barang dan jasa akibat kebijakan yang mengutamakan kepentingan investor skala besar. Dampaknya secara langsung pada penurunan jumlah tenaga kerja, dan kemiskinan di masyarakat lokal. Konsep pariwisata berlanjut menjadi semakin jauh untuk diwujudkan.tulisan ini menjadi penting untuk dilakukan untuk melihat dampak ekonomi global dan pariwisata terhadap perkembangan industri kecil di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Kata kunci: kebijakan perdagangan bebas, pariwisata berlanjut, industri kecil dan kerajinan Abstract As a member of many international trade organization, Indonesia should obey and accept the impact of the international trade. Ready or not, we must face it. The competitiveness among other countries, in all economic sector, including tourism industry. In regional planning, tourism industry is design to be a leading sector. The impact of this design are; the decreasing of farming area, the large number of tourism accommodation, and the labour. Tourism sector also has multiplier effect to other sector, such as local and small industry. In 2002, in many village in Gianyar regency have the increasing of income, In that year, many tourist, come to village to buy directly the souvenir from them. But the free trade area, together with the technology development, brings many policy that focus on private with the large investment than small investment. The big market more increasing, which can be burden the small industry. Many local community change their job, from industry to many sector such as farming. Many of them in poverty line. That is the reason of this research is made. To analyze what is the impact of free trade policy, tourism to the small industry in Gianyar regency. Ke words: Free trade policy, sustainable tourism, handcraft and small industry

2 Pendahuluan Sebagai daerah tujuan wisata utama Indonesia, Provinsi Bali memperoleh manfaat ekonomis. Terlihat nyata pada beberapa indikator ekonomi seperti dominannya kontribusi sektor pariwisata terhadap output daerah, yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Provinsi Bali yang terdiri dari delapan kabupaten dan satu kota, berada di persimpangan jalan. Antara mempertahankan keberadaan pertanian dengan segudang kearifan lokalnya dan sektor pariwisata dengan segala dampak keterkaitannya dengan sektor ekonomi yang lainnya. Dari kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, Kabupaten Gianyar memiliki ciri khas yang menjadikannya relatif lebih lengkap dibandingkan daerah lain di Provinsi Bali. Kabupaten Gianyar terkenal sebagai pusat seni kerajinan yang berorientasi ekspor. Interaksi masyarakat dengan wisatawan asing yang sangat tinggi (terutama di Kecamatan Ubud) membuat kreatifitas masyarakatnya bertemu dengan konsumen luar negeri (wisatawan) yang membuat industri kerajinan menjadi salah satu sektor ekonomi sangat penting peranannya. Tidak hanya dilihat dari sumbangannya terhadap nilai PDRB, namun juga pada tingginya kemampuan sektor ini dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil Sakernas yang dipublikasikan BPS Kabupaten Gianyar tahun 2012, tahun 2011 mencatat terjadi kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Gianyar yang bekerja di sektor industri (18,21%). Peningkatan juga terjadi pada sektor peerdagangan, hotel dan restoran (32,09%). Menurunnya peranan sektor pertanian terlihat dari jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dari 30,87% menjadi 16,89%. Sebagai daerah yang terkenal dengan pusat seni kerajinan di Provinsi Bali, sektor industri kerajinan hingga saat ini masih menjadi andalan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Gianyar. Masih tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor industri membutuhkan begitu pentingnya sektor ini bagi sumber pendapatan masyarakat di Kabupaten Gianyar. Terutama bagi industri yang tergolong industri kecil dan kerajinan. Industri jenis ini memiliki peran strategis, tidak hanya menyerap tenaga kerja juga mengurangi ketimpangan pendapatan. Mengingat kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan di sektor ini adalah tenaga kerja terlatih dengan persyaratan pendidikan formal yang rendah. Berikut beberapa jenis industri kecil yang terdapat di Kabupaten Gianyar (Tabel 1).

3 Tabel 1. Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan di Kabupaten Gianyar, 2011 Jenis Industri Unit Usaha Tenaga kerja Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri kayu dan barang dari kayu (alat-alat rumah tangga dari kayu) Industri kertas dan barang dari kertas (percetakan dan penerbitan) Industri kimia, bahan-bahan dari plastik Indutri barang galian non logam Industri logam dasar Industri barang-barang galian logam mesin Industri lain-lain JUMLAH Sumber : BPS Gianyar, 2012 Tabel 1 menunjukkan industri kayu dan tekstil merupakan jenis industri yang paling banyak terdapat di Kabupaten Gianyar. Hasil kerajinan berupa kerajinan bahkan sudah menjadi andalan ekspor Provinsi Bali. Dalam kurun Januari sampai Agustus 2010, nilai ekspor barang kerajinan mencapai 158,2 juta dolar AS atau 42,65 persen dari total keseluruhan komoditas ekspor Bali. (Kompas, 2013). Sementara sebagian besar barang kerajinan tersebut dihasilkan di Kabupaten Gianyar. Keunggulan industri kerajinan berorientasi ekspor yang dikembangkan di Kabupaten Gianyar ternyata masih rentan berbagai gejolak akibat perubahan kebijakan perdagangan internasional. Mulai dari membanjirnya tekstil dari cina, persyaratan ekspor kerajinan kayu yang sulit dipenuhi pengrajin kayu, teknologi desain yang mulai menggeser pengrajin lokal hingga pada menurunnya peran pasar seni tradisional. Kemajuan teknologi terutama penggunaan internet memberikan dampak negatif bagi keberlanjutan sentra industri kecil dan kerajinan di Kabupaten Gianyar. Minimnya pemanfaatan teknologi yang merupakan ciri umum industri ini, membuat keberadaannya tidak lagi sepopuler dulu. Wisatawan asing yang merupakan konsumen potensial ini lebih banyak yang tergiring ke pasar modern sejenis supermarket yang dipromosikan paket wisata lewat internet tinimbang menyapa langsung pengrajinnya di sentra industri yang terdapat di desa-desa Kabupaten Gianyar. Sentra industri yang tersebar di desa-desa Kabupaten Gianyar seperti Kecamatan Celuk dan Peliatan kini meranggas sepi. Ironisnya, untuk memperoleh pendapatan keluarga, banyak pengrajin yang beralih ke sektor lain. Ada yang kembali ke sektor pertanian, beberapa ikut mencoba keberuntungan menjadi pekerja seni di sektor pariwisata

4 (menjadi penari, penabuh), atau tiba-tiba menjadi guide liar terutama bagi wisatawan sekelas backpacker. Peralihan profesi tersebut tidak hanya berimbas pada penurunan pendapatan pengrajin, namun pada dampak negatifnya terhadap kemampuan kreativitas pengrajin yang sangat tinggi di Kabupaten Gianyar. Padahal untuk Kabupaten Gianyar yang lahan pertanian dan sumber daya alamnya terbatas, pengembangan industri yang berbasis seni dan kreatifitas adalah satu keharusan dan memberikan banyak keunggulan bagi kabupaten ini. Tulisan ini mencoba untuk mengidentifikasikan secara sederhana mengenai keterkaitan perdagangan bebas, pariwisata dan industri kecil kerajinan di Kabupaten Gianyar. Tujuan penulisan makalah ini adalah menawarkan upaya peningkatan kembali peran sentra industri kecil dan kerajinan di Kabupaten Gianyar sebagai bagian dari pembangunan pariwisata berkelanjutan. Tinjauan Teoritis Todaro (2000) menyimpulkan beberapa hal penting terkait dengan dampak perdagangan internasional bagi negara berkembang. Perdagangan internasional bisa merupakan suatu kekuatan pendorong bagi negara berkembang untuk tampil sebagai kekuatan industri baru seperti Korea Selatan, Singapura dan negara pengekspor minyak. Namun satu catatan, strategi yang bertumpu pada ekspor, jika yang menikmati sebagian besar hasilnya adalah pihak-pihak asing, maka akibatnya akan mengacaukan struktur ekonomi domestik, tidak melayani kebutuhan masyarakat banyak serta hanya menguntungkan kelompok tertentu. Beberapa keuntungan perdagangan bebas antara lain; memacu pertumbuhan ekonomi, peningkatan efisiensi dan peningkatan kualitas produk, menghasilkan devisa, mempromosikan pemerataan akses ke setiap sumber daya yang langka, menghapuskan setiap distorsi harga yang diakibatkan oleh intervensi pemerintah yang salah arah serta memperbaiki kualitas alokasi sumber daya secara keseluruhan. Sedangkan para pengritik perdagangan bebas menegaskan kelemahan perdagangan bebas dilihat dari; terbatasnya laju pertumbuhan permintaan dunia terhadap ekspor primer dari negara dunia ketiga, kemerosotan dasar-dasar pertukaran atau nilai tukar perdagangan sepihak yang diderita Negara-negara berkembang penghasil komoditi primer serta terus meningkatnya new

5 protectionism di kalangan negara-negara maju terhadap ekspor produk manufaktur dan produk pertanian olahan dari negara-negara berkembang. Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan implementasi dari pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai bentuk integrasi dari pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata. Penyatuan tiga komponen ini dimaksudkan untuk menjamin terpeliharanya sumber daya alam dan budaya,lingkungan, sosial dan ekonomi untuk kesejahteraan berkelanjutan (Federation of Nature and National Parks). Keberadaan bentuk pariwisata alternatif semakin populer dan layak untuk dikembangkan, seiring dengan kelemahan yang muncul akibat pariwisata masal. Meningkatnya kesadaran pada tanggung jawab lingkungan dan pelestarian lingkungan dibuktikan dengan keberadaan beberapa LSM internasional seperti WWF dan Greenpeace (Wight dalam Wearing, 1999). Tulisan ini mempergunakan istilah batasan industri yang dipergunakan BPS. Industri Pengolahan yang digunakan BPS, mempergunakan pendekatan tenaga kerja. Industri dikelompokkan menjadi 4 (empat). Yang terdiri dari; Industri kerajinan rumahtangga tenaga kerjanya (1 4) orang, Industri kecil tenaga kerjanya (5 19) orang, Industri sedang tenaga kerjanya (20 99) orang, Industri besar tenaga kerjanya 100 orang ke atas. Populasi industri besar/ sedang kondisinya sangat labil terutama subsektor industri kayu (patung). Faktor utamanya adalah produksi yang dihasilkan tergantung pada sistem order (pesanan). Metodologi Penelitian Tulisan dalam makalah ilmiah ini mempergunakan metode riset deskripsi kualitatif. Data yang dipergunakan dalam tulisan diperoleh dari data sekunder (BPS, Disperindag, media massa, tulisan lain). Data primer diperoleh dari wawancara mendalam penulis dengan beberapa pengrajin yang terdapat di sentra industri di Kabupaten Gianyar. Hasil / Implikasi Kabupaten Gianyar adalah salah satu kabupaten yang terkenal tidak hanya karena keindahan alam saja, namun juga karena kabupaten ini merupakan pusat industri kecil dan kerajinan di Provinsi Bali. Industri kecil dan kerajinan menyatu dengan religiusitas sektor pertanian. Kreativitas

6 pengrajin senantiasa terinspirasi dari kearifan lokal, tradisi dan budaya agraris serta alam. Meningkatnya peran industri kecil dan kerajinan ini seiring dengan berkurangnya keberadaan lahan sawah yang diakibatkan alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan pariwisata maupun perumahan. Gambar 1 menunjukkan pada ketujuh kecamatan di Kabupaten Gianyar, luas lahannya sebagian besar berupa non sawah. Gambar 1. Luas Kabupaten Gianyar menurut Kecamatan, 2011 Produk barang industri kecil dan kerajinan pada awalnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Mulai dari pendukung produksi pertanian, budaya, adat istiadat dan agama. Misalnya terlihat pada beberapa ornamen bangunan di Pura, tempat suci lainnya, peralatan pertanian, peralatan dapur, peralatan upacara, hingga ke bangunan rumah. Produk yang dihasilkan tidak hanya fungsional, namun juga mengandung seni. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka berkembanglah berbagai produk kerajinan sesuai dengan potensi daerah masing-masing pada sentra industri (Tabel 2). Jenis kerajinan Kayu Bambu Garmen Lukisan Furniture Batu padas Rajutan, Anyaman Perak Pande Besi Lontar Tenun Batik Wayang Kulit Tabel 2. Sentra kerajinan di Kabupaten Gianyar Lokasi Kerta, Buklan, Tegallalang, Kedewatan, Ubud, Peliatan, Mas, Batubulan, Manukaya, Tampaksiring, Tengkulak, Kemenuh, Batuan, Sukawati Kerta, Belega, Bona Kedewatan, Tampaksiring, Kedewatan, Ubud, Peliatan, Batuan Singapadu Singapadu, Batubulan Manukaya, Bona Singapadu, Celuk Sidan Bona Batubulan, Keramas Sukawati Sukawati Sumber : Disperindag Gianyar,

7 Sebelum tahun 2002, sentra-sentra industri yang tersebar di beberapa desa di Kabupaten Gianyar, mengalami booming. Wisatawan asing langsung berkunjung ke sentra industri sesuai keinginannya. Desa Nyuh Kuning Ubud, misalnya. Produk kerajinan terkenalnya berupa patung kayu lumba-lumba yang melingkar menjadi andalan ekspor. Desa Celuk dengan sentra industri peraknya tercatat sebagai desa terkaya di Indonesia. Hampir semua art shop milik masyarakat lokal tidak pernah sepi dari pengunjung. Masyarakat sebagian besar memilih bekerja di sektor kerajinan dibandingkan di sektor pertanian. Anak-anak usia sekolah dasar, diwajibkan untuk membantu keluarga atau tetangganya yang memiliki usaha kerajinan. Selain untuk mendidik mereka mandiri, juga belajar proses pembuatan produksi barang kerajinan. Mulai dari desain hingga pemasaran. Pemasaran hasil produksi industri kecil dan kerajinan juga sangat memperhatikan peran pengrajin dan masyarakat lokal. Disediakan tempat penjualan yang terpusat seperti pendirian pasar seni di beberapa lokasi di Kabupaten Gianyar. Seperti di Ubud, Goa Gajah, Sukawati, Guwang, Cemenggaon, Tirta Empul, dan Gunung Kawi. Pemerintah daerah memberikan kesempatan kepada pengrajin untuk bertemu langsung dengan buyers melalui even tahunan seperti Pesta Kesenian Bali (PKB) yang hingga kini menjadi ajang promosi pariwisata Bali. Gambar 2. Contoh Hasil industri kerajinan di Kabupaten Gianyar Setelah tahun 2002, berbagai perubahan terkait dengan kebijakan perdagangan internasional dan sosial politik terjadi. Kesepakatan NAFTA yang kini mulai diterapkan memberikan konsekuensi tidak hanya pada membanjirnya produk luar negeri, namun juga pada bermunculannya produsen dan pengusaha modal besar yang ikut bermain dalam pemasaran produk kerajinan di Kabupaten Gianyar. Sebagaimana dialami beberapa pengrajin berikut ini. Perajin perak asal Desa Singapadu, Nengah Rukun, mengatakan kondisi para perajin perak di sentra kerajinan perak terus mengalami keterpurukan. Kondisi ini dirasakan sejak Bahkan telah terjadi alih profesi dari pengrajin menjadi buruh

8 bangunan, petani, pekerja serabutan, buruh angkut, pedagang dan lainnya. Para perajin ini mengandalkan permintaan dari artshop sekitar. Namun dari tahun 2011 hingga sekarang, permintaan menjadi berkurang. Sebagai contoh, di Banjar Seseh, Desa Singapadu, ada 180 perajin yang terlibat, sekarang tidak sampai 50. Produksi kerajinan perak kini lebih dominan dimonopoli pemodal besar yang mengedepankan teknologi tanpa sentuhan tangan. Desain dilakukan dengan komputer. Banyak kebijakan pemerintah yang dulu melibatkan pengrajin kecil di PKB, mempertemukan perajin dengan pembeli (buyers) dan investor. Kini yang ikut PKB justru pengusaha dengan modal besar (Bali Post, 2013). Adanya serbuan pasar oleh-oleh, pusat pembelian oleh-oleh khas Bali mulai dari kerajinan tangan hingga tekstil juga memberikan dampak negatif bagi keberadaan sentra industri. Made Supartika, seorang pengrajin asal Banjar Pujung Kaja, Kecamatan Tegallalang menilai jumlah perajin kayu yang ada di desa, merosot, akibat serbuan pasar oleh-oleh yang memonopoli pasar kerajinan. Para wisatawan langsung pergi ke pasar oleholeh. Terutama wisatawan asing dan domestik yang datang dengan mempergunakan biro wisata. Para pemandu wisata akan menggiring mereka untuk berbelanja di pasar oleholeh atau tempat berbelanja lain yang memberikan fee (komisi) besar untuk mereka. Sangat sedikit wisatawan asing yang mau datang ke sentra industri. Terkecuali wisatawan yang memiliki kesadaran untuk berkontribusi langsung pada pemberdayaan masyarakat lokal, wisatawan yang menghargai proses produksi, dan pencinta lingkungan. Made Suci, perajin perak mengaku terpaksa berhenti menjadi perajin perak dan emas, karena keterbatasan modal dan minim pesanan. Saya takut membeli emas dan perak, karena sepi order. Sementara kalau jadi buruh di perusahaan perak terbatas waktu karena harus mengurus anak dan kesibukan upacara. Kini Made hanya membuat perhiasan emas dan perak pesanan tetangga dan kenalan terdekat saja. Untuk menambah penghasilan, ibu muda yang terampil membuat desain kerajinan perak ini kini membuat jajanan untuk keperluan upacara dan menjadi guide free lance. Suramnya sentra industri juga terjadi di Desa Peliatan. Kejayaan kerajinan buah dari kayu, patung garuda kini hanya tinggal kenangan. Banyak art shop yang dulunya milik masyarakat lokal beralih ke pemilik luar yang memiliki modal besar. Pemilik art shop yang tadinya merangkap sebagai pengrajin, banyak yang beralih menjadi pedagang kerajinan produk luar Bali, yang lebih murah sehingga lebih mudah untuk dipasarkan.

9 Kondisi serupa juga terjadi pada industri tekstil. Ketergantungan pengrajin kecil pada pesanan pengusaha berskala besar membuat mereka terpuruk. Kebijakan negara tahun 2005 yang bertujuan untuk merangsang pasar domestik ternyata justru mempersulit industri pakaian jadi di Bali. Terjadi penurunan jumlah perusahaan pakaian jadi di Bali. Banyak pengusaha pakaian jadi di Bali mulai menekuni bisnis baru seperti keuangan dan properti sebagai respon terhadap dampak ACFTA. Krisis finansial global tahun 2009, menguatnya nilai tukar rupiah, semua memiliki dampak negatif terhadap keberadaan perusahaan domestik (Achwan, Rachman, 2013). Industri tekstil dan kerajinan kecil kini bertahan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal terutama terkait dengan tradisi dan keperluan upacara setempat. Kesimpulan Perdagangan bebas ternyata memiliki implikasi pada perkembangan industri kecil dan kerajinan di Kabupaten Gianyar. Banyak pengrajin yang kehilangan pesanan, ketika art shop mulai kehilangan pengunjung. Pengrajin kecil yang hanya mengandakan ketrampilan tangan harus tergantikan dengan produksi hasil teknologi yang lebih bersifat masal. Sentra industri kini banyak yang merana. Keberadaan pasar seni tradisional perlahan mulai digantikan perannya oleh menjamurnya keberadaan sejenis supermarket yang menjual aneka kerajinan khas Bali. Pariwisata berkelanjutan sebagai pariwisata alternatif sebenarnya dapat mulai dipergunakan sebagai solusi untuk menjamin keberlanjutan industri kecil dan kerajinan di Kabupaten Gianyar. Peran pemerintah daerah sangat diperlukan untuk merancang model pariwisata berkelanjutan yang membuat wisatawan asing dan domestik kembali mengunjungi sentra industri yang ada di desa. Semangat kebersamaan dan menghargai keterlibatan masyarakat lokal adalah solusi untuk menghadapi persaingan bebas. Informasi mengenai proses produksi, kreatifitas pengrajin, jumlah tenaga kerja yang terserap, dan kearifan lokal yang tersimpan di balik hasil karya pengrajin kecil ini perlu disosialisasikan secara fair kepada wisatawan asing dan domestik. Tentu perlu komitmen bersama untuk mewujudkannya. Tidak hanya pemerintah dan, yang terpenting adalah pelaku pariwisata. Pelestarian lingkungan tidak hanya alam namun juga kreatifitas masyarakat lokal adalah isu yang paling ampuh untuk menaikkan citra pariwisata Indonesia.

10 Daftar Pustaka Achwan, Rachman. Hidup bersama Oligarki Bisnis Pakaian Jadi di Daerah. Prisma Vol 32 No.1, LP3ES. Jakarta. BPS Gianyar, Gianyar dalam Angka BPS, Gianyar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2013, Gianyar Pengembangan Sentra IKM Kmb 27, Bali Post, 16 September Terpuruknya Industri Kecil di Gianyar. Kebijakan Nyaplir, perajin jatuh miskin. Kompas, Ekspor Kerajinan Bali Masih Tertinggi. Kompas.com, 22 Oktober Todaro, Michael P, Pem bangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga Jakarta. Wearing, Stephen dan John Neil, Ecotourism Impact, Potentials and Possibilities. Reed Educational and Professional Publishing Ltd. Britain.

Disampaikan oleh : Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar pada Acara RAKER Kementrian Perindustrian Tahun 2010 Balikpapan, 2 5

Disampaikan oleh : Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar pada Acara RAKER Kementrian Perindustrian Tahun 2010 Balikpapan, 2 5 DHARMA RAKSATA RAKSITA 1 Disampaikan oleh : Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar pada Acara RAKER Kementrian Perindustrian Tahun 2010 Balikpapan, 2 5 Maret 2010 2 POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah hakekatnya adalah serangkaian kebijakan sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menciptakan pembangunan yang seimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan sebagai negara manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan

Lebih terperinci

Kata kunci: industri, modal, tenaga kerja, lama usaha, pendapatan.

Kata kunci: industri, modal, tenaga kerja, lama usaha, pendapatan. Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja dan Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pengrajin Industri Kerajinan Anyaman di Desa Bona Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar Nama : Anak Agung Ratih Wulandari NIM : 1306105031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai salah satunya adalah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi luas tanah yang semakin menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan kerajinan rumah tangga.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan ekonomi saat ini, setiap Negara berupaya seoptimal mungkin menggali potensi perekonomian yang memiliki keunggulan daya saing, sehingga mampu membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, yang tidak terlepas dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa keterbukaan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor informal digambarkan sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada di luar pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI... Judul : Analisis Pengaruh Modal dan Tingkat Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Produksi Industri Kerajinan Patung Batu Padas Di Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Nama : Gede Herry Adie Perdana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 54/08/21/Th. VIII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta penggerak ekonomi masyarakat. Pada tahun 2010, pariwisata internasional tumbuh sebesar 7% dari 119

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 73/11/51/Th. VII, 1 November PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN IV TAHUN 2016 No. 11/02/51/Th. VIII, 1 Februari 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN IV TAHUN Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar Seni Sukawati terletak di kabupaten Gianyar, Bali yang berada di jalan raya Desa Sukawati, pada dimana di awal tahun 1983 beberapa pengerajin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

INDUSTRI.

INDUSTRI. INDUSTRI INDUSTRI Istilah industri mempunyai 2 arti: Himpunan perusahaan2 sejenis Suatu sektor ekonomi yg didalamnya terdapat kegiatan produktif yg mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau ½ jadi.

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI

PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI Muhammad Hasan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar Email : hasdiansa@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG(IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG(IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2014 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG(IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2014 Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 No. 24/05/51/Th. V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011 Pada Triwulan I 2011, PDRB Bali tumbuh sebesar 0,75 persen dibanding Triwulan IV - 2010 (quarter to quarter/q-to-q). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kerajinan merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berkembang dalam kehidupan manusia. Di Indonesia industri kerajinan terus mengalami perkembangan dan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi masing-masing dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya dapat menentukan prioritas

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan perekonomin Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 75/11/51/Th. VI, 2 November PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN III TAHUN Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. 1. Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting terhadap perekonomian Jawa Barat periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu globalisasi ekonomi dunia yang terkait dengan sektor industri telah berkembangan dengan sangat cepat. Dalam upaya menangani isu-isu globalisasi dan dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pengembangan potensi pariwisata telah terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk 2.483.977 jiwa (Data BPS tahun 2013) memiliki potensi perekonomian luar biasa. Kota Bandung memiliki

Lebih terperinci

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2016

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. 66/08/64/TA XIX, 1 AGUSTUS 2016 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2016 Produksi Industri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 53/08/51/Th. VII, 1 Agustus PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN II TAHUN Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan mengarahkan pendapatan secara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 33/05/51/Th. VI, 4 Mei 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2015 Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. IX, 2 Mei 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro Kecil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVI, 3 Februari 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 26/05/34/Th.XV, 2 Mei 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2014 Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata di Indonesia saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan devisa maupun lapangan kerja. Sektor pariwisata juga membawa dampak sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 30/05/51/Th. XI, 2 Mei PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN Penyajian ( release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dijabarkan mengenai latar belakang Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sektor industri merupakan sektor yang sedang dikembangkan untuk membantu meningkatkan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam.

1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional semakin besar. Ini terasa saat perekonomian nasional menghadapi krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan berbagai potensi besar yang dimilikinya baik potensi alam, sumberdaya manusia, maupun teknologi tentunya memiliki berbagai

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu wilayah yang terdiri dari berbagai kegiatan didalamnya. Berbagai kegiatan tersebut memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari beberapa pulau dengan potensi alam dan budaya yang berbeda-beda antara satu pulau dengan pulau lainnya. Namun

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI Putu Adi Suprapto 1), Kadek Cahya Dewi 2), Ni Wayan Dewinta Ayuni 3} 1) Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali Email: putuadisuprapto@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 31/05/21/Th.VIII, 1 Mei 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN 2016 No. 31/05/51/Th. X, 2 Mei PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN I TAHUN Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia kini sudah semakin berkembang sangat pesat, terutama pertumbuhan di sektor industri.sektor industri diyakini

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN II TAHUN 2013 No. 44/08/51/Th. IV, 1 Agustus PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI BALI TRIWULAN II TAHUN Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Mikro

Lebih terperinci

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2016

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. 36/05/64/TA XIX, 2 MEI 2016 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2016 Produksi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah adalah serangkaian kebijakan sebagai usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat, untuk menciptakan keseimbangan pembangunan diberbagai daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011 No.59/11/33/Th. V, 01 November 2011 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011 PERTUMBUHAN PRODUKSI MIKRO DAN KECIL TRW-III TH 2011 NAIK 2,44 PERSEN DARI TRW-II TH

Lebih terperinci