TOKSIKOLOGI. Ika Puspita Dewi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TOKSIKOLOGI. Ika Puspita Dewi"

Transkripsi

1 TOKSIKOLOGI Ika Puspita Dewi

2 TOKSIKOLOGI Toksikologi digunakan untuk membedakan makanan yg aman dan yg beracun

3 Senyawa toksin diproduksi oleh tanaman, hewan dan bakteria Phytotoxins Zootoxins Bacteriotoxin Xenobiotik senyawa alami ataupun buatan manusia yang tidak secara normal berada dlm tubuh Zat toksik merupakan senyawa kimia tertentu yang memang bersifat toksik

4 Sejarah Ilmu Toksikologi PARACELCUS ( ) semua zat adalah racun, tidak ada satupun yg bukan racun. Dosis yg tepat membedakan antara racun dan obat MJB ORFILLA Bapak Toksikologi modern toksikologi sebagai disiplin ilmu tersendiri tata cara terapi atas toksisitas zat kimia metodologi kuantitatif utk mempelajari aksi toksikologi zat kimia pada hewan prinsip eliminasi obat/zat kimia tertentu dari tubuh

5 Perkembangan Definisi Toksikologi Loomis (1978) Toksikologi adalah ilmu yg mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem biologi tertentu Doull & Bruce (1986) Toksikologi adalah ilmu yg mempelajari berbagai pengaruh zat kimia yg merugikan atas sistem biologi Timbrell (1989) Toksikologi adalah ilmu yg mempelajari antaraksi zat kimia dengan sistem biologi Toksikologi ilmu yg mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem biologi

6 Why Toxicology? Antisipasi pengaruh toksik Pencegahan aksi toksik Terapi keracunan yg mungkin tjd karena pemejanan suatu senyawa

7 Peristiwa timbulnya efek toksik racun atas makhluk hidup Racun Pemejanan (exposure) Antaraksi Sel atau jaringan sasaran Tempat aksi Kondisi Pengaruh (efek) berbahaya Wujud Sifat

8 KONDISI PEMEJANAN (jenis zat toksik, jalur pemberian, frekuensi) KONDISI MAKHLUK HIDUP (usia, BB, jenis kelamin, kondisi fisiologi & patologi) ASAS UMUM TOKSIKOLOGI MEKANISME AKSI WUJUD & SIFAT EFEK TOKSIK

9 Hubungan Kausal Asas Utama Toksikologi SEBAB KONDISI PEMEJANAN PERANTARA MEKANISME AKSI AKIBAT WUJUD EFEK TOKSIK Jenis: akut/ subkronis/ kronis Lama, kekerapan, saat, takaran UBAHAN BEBAS KONDISI MAKHLUK HIDUP: Keadaan fisiologi Keadaan patologi UBAHAN MODERATOR/ UBAHAN TERKENDALI Perubahan: biokimia/ fungsional/ struktural SIFAT EFEK TOKSIK: - Terbalikkan - Tak terbalikkan UBAHAN TERGANTUNG

10 Yg akan dipelajari Ruang lingkup toksikologi Faktor-faktor yg mempengaruhi ketoksikan racun Tolak ukur ketoksikan Antidot Uji Toksikologi

11 TOLAK UKUR KETOKSIKAN

12 Mekanisme efek toksik Kualitatif Jenis wujud efek toksik Sifat efek toksik Tolak Ukur Ketoksikan Gejala klinis Kuantitatif Kekerabatan takaran-respon

13 TOLAK UKUR KUALITATIF

14 Mekanisme Aksi Efek Toksik Dasar : sifat & tempat kejadian Mekanisme : Luka intrasel Aksi langsung (primer) Terjadi di dalam sel Luka ekstrasel Aksi tak langsung (sekunder) Beraksi di lingkungan luar sel Ada respon perbaikan Perubahan fungsi / struktur

15 Wujud Efek Toksik PERUBAHAN BIO KIMIA Hambatan respirasi sel Perubahan keseimbanga n cairan elektrolit Gangguan pasok energi SIANIDA FUNGSIO NAL Anoksia Pernapasan Sistem saraf Hiper/hipoten si Hiper/ hipoglikemi Kontraksi/ relaksasi otot MALATION STRUKTU RAL Degenerasi Nekrosis Karsinogen esis Mutagenesi s Teratogene sis TETRASIKLI N

16 Sifat Efek Toksik Terbalikkan Aksi khas pd reseptor, neurotransmiter, tempat aktif enzim dll Kadar racun habis, reseptor kembali Efek toksik cepat kembali ke normal Ketoksikan tergantung takaran, kec abs, distr, elimns Toksin botulinus, alkaloid ergot, pestisida organofosfat & karbamat Tak terbalikkan Kerusakan menetap Pembentukan ikatan kovalen luka kimia toksik Aktivitas enzim pemblokan enzim redoks & penghambatan enzim Penumpukan efek toksik Pemejanan takaran kecil jangka panjang = takaran besar jangka pendek Senyawa pengalkil, radiasi nuklear, sinar X, benzo(a) piren, aflatoksin B1

17 Gejala klinis Gejala yang menandai wujud efek toksik yang tampak secara makroskopi setelah subjek terpejani dengan racun Misal : denyut jantung, warna kulit, pernapasan, besar pupil dsb

18 Tolok ukur kualitatif Ditegaskan dg uji ketoksikan racun Misal : keracunan Sodium nitrit Wujud efek toksik : anoksia Mekanisme aksi ekstra sel : nitrit menyebabkan berkurangnya pasok oksigen ke dalam sel atau jaringan mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin Gejala klinis : sianosis, takikardi, sesak napas & gelisah Sifat efek toksik : terbalikkan, jika tak terganggulangi perubahan struktural (nekrosis sel) tak terbalikkan kematian

19 TOLAK UKUR KUANTITATIF

20 Tolak ukur kuantitatif What is there that is not poison? All things are poison and nothing (is)without poison. Solely the dose determines that a thing is not a poison. Paracelsus ( ) Kekerabatan antara takaran (dosis) pemejanan dan ketoksikan suatu xenobiotika Ketoksikan xenobiotika mrpk efek bertingkat, berhubungan langsung dg takaran pemejanannya

21 Kekerabatan takaran dan efek (takaran-efek) Mengetahui kondisi pemejanan & INTENSITAS efek toksik yg timbul pada satu atau sekelompok subjek Jenis Kekerabatan antara kondisi pemejanan & wujud efek toksik Kegunaan Kekerabatan waktu dan efek (waktu-efek) Mengetahui FREKUENSI atau angka kejadian timbulnya efek toksik pada sekelompok populasi subjek uji

22 Tolak Ukur Kuantitatif KEKERABATAN TAKARAN/DOSIS-RESPON & WAKTU- RESPON Tujuan evaluasi ketoksikan : RISIKO PEMEJANAN (Ukuran kemungkinan timbulnya efek berbahaya racun pada sekelompok tertentu) Misal : nilai masukan harian racun yang dapat diterima manusia

23 Kekerabatan takaran respon Asumsi : Efek toksik mrpk fungsi kadar racun di tempat aksinya Kadar racun di tempat aksi berhubungan dengan takaran pemejanan Respon toksik menunjukkan hubungan sebab akibat dengan racun yg dipejankan Takaran pemejanan jumlah subjek yg menunjukkan efek toksik

24 Kekerabatan takaran respon Tolok ukur potensi ketoksikan racun : TD 50 (toxic dose) jika efek toksik berupa perubahan biokimia, fungsional & struktural LD 50 (lethal dose) jika efek toksik berupa kematian Takaran ambang pemejanan racun : takaran pemejanan di bawah mana individu tidak menunjukkan efek atau respon toksik yang dapat terukur atau teramati KETT (Kadar Efek Toksik yang Tak Teramati) batas aman ketoksikan racun

25 Kekerabatan Waktu-Respons Evaluasi ketoksikan racun lazimnya Subkronis (10% masa hidup subjek) Kronis (85% masa hidup subjek) Mekanisme antaraksi pada pemejanan kronis: Terbalikkan Tak terbalikkan Sekuestrasi fisik (penumpukan)

26 Mekanisme Antaraksi t ½ Eliminasi Terbalikkan t ½ eliminasi relatif pendek Eliminasi racun sebanding dengan perubahan kadar Tak terbalikkan t ½ eliminasi relatif lama Penumpukkan efek toksik pada pemejanan berulang Pada dosis rendah, efek toksik sudah terlihat nyata Sekuestrasi fisik t ½ eliminasi paling lama Penumpukan racun di tempat aksi

27 Kekerabatan Waktu-Respons Tolok ukur kuantitatif MHDD (Masukan Harian yang Dapat Diterima) acceptable daily intake MHMD (Masukan Harian Maksimum yang Diperbolehkan)

28

29 KETT Takaran ambang pemejanan racun Adalah takaran pemejanan di bawah mana individu tidak menunjukkan efek atau respon toksik yang dapat terukur atau teramati Merupakan batas aman ketoksikan racun Lazim disebut : Kadar Efek Toksik Tak Teramati (KETT) Atau No Observed Effect Level (NOEL)

30 KETT KETT menggambarkan takaran pemejanan tertinggi yang tidak menyebabkan timbulnya efek toksik atau kematian pada diri subjek uji Diperoleh dari uji ketoksikan sub kronis

31 MHDD (Masukan Harian yang Dapat Diterima) ADI (Acceptable Daily Intake) Merupakan takaran harian maksimum (mg/kgbb) racun pangan (zat tambahan makanan, senyawa pencemar, residu dsb) yg dapat diterima manusia pada pemejanan jangka pendek MHMD (Masukan Harian Maksimum yang Diperbolehkan) Merupakan kadar maksimum bahan pangan yang diperbolehkan

32 KETT MHDD MHMD

33 MHDD ( mg ) kgbbmanusia KETT ( mg ) kgbbhewan faktor aman( biasanya100) Faktor aman tetapan yg menggantikan berbagai faktor yang tidak diketahui dlam mengekstrapolasikan data hasil uji hewan ke manusia (misalnya kondisi fisiologi dan patologi, faktor perbedan jumlah subjek yg terlibat dalam ekstrapolasi)

34 Contoh nilai MHDD beberapa senyawa SENYAWA KETT (TIKUS) FAKTOR AMAN Heksaklorobe nzena Dieldrin (1970) MHDD (MANUSIA) 1,25 mg/kg tikus/hari ,6 mcg 0,025 mg/kg tikus/hari 200 0,1 mcg DDT 0,05 mg/kg tikus/hari 1 5,0 mcg MHMD = MHDD x 60 (mg/kg)

35 LD50

36 Definisi LD 50 merupakan dosis yang menyebabkan kematian pada 50% populasi/subyek coba. LD 50 menunjukkan besarnya potensi ketoksikan dari suatu racun. Diperkenalkan pada 1927 oleh J.W. Trevan

37

38 LD50 Diperoleh dari uji ketoksikan akut Pemejanan sekali, diamati selama 24 jam Kadang kala selama 7-24 jam Hanya menggambarkan potensi ketoksikan racun relatif terhadap racun yg lain (potensi relatif) tidak menggambarkan batas aman takaran pemejanan Berguna untuk mengetahui indeks terapi suatu obat indeks terapi (IT)= LD50/ED50

39 Kegunaan Data LD 50 Melihat potensi ketoksikan Klasifikasi zat kimia berdasarkan potensi ketoksikan Evaluasi dampak keracunan yang tidak disengaja Perencanaan penelitian subkronis dan kronis

40 Kriteria/ Kategori Ketoksikan Akut Berdasarkan Loomis (1978) KRITERIA LD 50 (mg/kg subjek) 1 Luar biasa toksik 1 atau kurang 2 Sangat toksik Cukup toksik Sedikit toksik Praktis tidak toksik Relatif kurang berbahaya Lebih dari 15000

41 Kriteria/ Kategori Ketoksikan Akut Berdasarkan Lu (1995) KRITERIA Super-toksik LD 50 (mg/kg subjek) 5 atau kurang Amat sangat toksik 5 50 Sangat toksik Toksik sedang Toksik ringan Praktis tidak toksik Lebih dari 15000

42 Metode Perhitungan/ Penetapan LD 50 Paling lazim/ konvensional: Metode grafik Litchifield dan Wilcoxon (1949) Metode kertas grafik logaritmik Miller dan Tainter (1944) ANALISIS PROBIT Tata cara menemukan kisaran Weil (1952) Kontemporer (untuk senyawa sintetis) LD 50 cutoff: Up-and-Down Procedure Acute Toxic Class Method Fixed-Dose Procedure

43

44 ANALISIS PROBIT 2 1

45 ANALISIS PROBIT 4 3

46

47 Langkah-langkah 1. Hitung log dosis (basis 10) 2. Hitung persentase kematian (%) Lakukan perhitungan normalisasi jika terdapat 0% dan atau 100% kematian 3. Tentukan nilai probit berdasarkan persentase kematian dan lakukan koreksi atau normalisasi jika perlu LIHAT TABEL PROBIT 4. Buat persamaan regresi linier y = mx+b (manual atau menggunakan piranti lunak) Nilai probit sebagai y Log dosis sebagai x 5. Tentukan log LD 50 menggunakan: nilai probit 5, manual/grafik pada kertas grafik atau memakai persamaan regresi linier 6. Hitung anti-log-nya Nilai LD 50 ditemukan 7. Tentukan SE kira-kira berdasarkan nilai probit 84 dan LD 50 ± SE dengan taraf kepercayaan 95%

48 CONTOH SOAL Penentuan LD 50 akut parasetamol thd 10 tikus putih jantan adl sbb : Kelp Dosis (mg/kg) tikus yg mati tikus yg hdp ,

49 1. Hitung log dosis Kelp Dosis Log dosis tikus tikus (mg/kg) yg mati yg hdp , , , ,5 1,

50 2. Hitung presentase kematian Kelp Dosis (mg/kg) Log dosis tikus yg mati tikus yg hdp % kematian , , , ,5 1,

51 Faktor Koreksi Faktor koreksi hanya khusus untuk % kematian 0 dan 100 u/0% kematian, % koreksi = 100 (0,25/n) u/ 100% kematian, % koreksi = (100n-25)/n

52 3. Tentukan nilai probit & koreksi Krn semua tikus pd kelp 4 tetap hidup, mk klp 5 diabaikan. Hitung % koreksi u/ % kematian 0 dan 100% u/ 0 % kematian : % koreksi = 100 (0,25/n) = 100 (0,25/10) = 2,5 u/ 100% kematian : % koreksi= (100n-25)/n = (100x10-25)/10 = 97,5

53 Penentuan % koreksi Kelp Dosis (mg/kg) Log dosis tikus yg mati tikus yg hdp % kematian % koreksi , , , , ,5

54 Jika ada selisih probit... Tentukan probit lihat pd tabel probit Misal % koreksi 2,5; mk liat tabel probit u/ % koreksi 2 dan 3 2 2,95 3 3,12 2,95 + 0,5(selisih)

55 Harga probit u/ % koreksi = 97,5 lihat harga probit u/ 97 % dan 98% 97% = 6,88 98% = 7,05 97,5% = 6,88 + 0,5 (7,05-6,88) =.. Harga probit u/ % koreksi = 2,5 lihat harga probit u/ 2% dan 3% 2% = 2,95 3% = 3,12 2,5% = 2,95 + 0,5 (3,12-2,95) =..

56 Penentuan harga probit Lihat pada tabel probit Kelp Dosis (mg/kg) Log dosis tikus yg mati tikus yg hdp % kematian % koreksi Nilai probit ,5 6, , , , , , ,5 3,04

57 4. Buat persamaan regresi linier log dosis vs probit Kelp Dosis (mg/kg) Log dosis Nilai probit , ,69 5,25 y = 4,05x - 5, ,39 4, ,09 3,04

58 5 & 6. Penentuan harga LD50 Masukkan nilai probit 5 pada persamaan y = 4,05x - 5,31 5 = 4,05x 5,31 x = 2,55 Dapatkan nilai LD50 dari antilog nya antilog2,55 = 354, 81 LD50 = 354, 81 mg/kg

59 7. Penentuan SE (standard error) Nilai probit u/ 84% kematian = 5,99, masukkan ke persamaan 5,99 = 4,05x 5,31 x = 2,79 antilog 2,79 = 616,59 mg/kg Nilai probit u/ 16% kematian = 4,01, masukkan ke persamaan 4,01 = 4,05x 5,31 x = 2,30 antilog 2,30 = 199,53 mg/kg

60 SE LD ,59 199,53 2 x10 SE LD50 = 93,25 8. Tentukan nilai LD50 + SE LD50 + SE = (354, ,25) mg/kg

61 Soal Latihan Dilakukan sebuah penelitian toksisitas akut thymoquinone menggunakan tikus dalam 5 kelompok peringkat dosis (masing-masing n = 10). Didapatkan data sbb: Kelomp ok Dosis (mg/kg BB) Subjek mati/total subjek / / / / /10

62 SPSS

63

64

65

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50 TOKSIKOMETRIK TOKSIKOMETRIK Toksikologi erat hubungannya dengan penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek toksik sehubungan dengan terpaparnya mahluk hidup. Sifat spesifik dan efek suatu paparan

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50)

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) 1. Tujuan percobaan Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah : a. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari hewan percobaan. b. Untuk

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI. RUANG LINGKUP Far. Arti Penting Toksikologi Woolf 13/9/20 10 時 45 分 FM 1. Batas Keamanan. Kondisi Mekanisme Wujud Sifat

TOKSIKOLOGI. RUANG LINGKUP Far. Arti Penting Toksikologi Woolf 13/9/20 10 時 45 分 FM 1. Batas Keamanan. Kondisi Mekanisme Wujud Sifat TOKSIKOLOGI Arief Nurrochmad, M.Si, M.Sc., Ph.D., Apt Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM 2013 Arti Penting Toksikologi Kondisi Mekanisme

Lebih terperinci

Uji Toksisitas UJI TOKSISITAS AKUT. Macam Uji Toksisitas. Beda antara jenis uji toksisitas umum

Uji Toksisitas UJI TOKSISITAS AKUT. Macam Uji Toksisitas. Beda antara jenis uji toksisitas umum Uji Toksisitas UJI TOKSISITAS AKUT Merupakan uji keamanan pra-klinis Untuk penapisan spektrum efek toksik Hewan roden dan non-roden Dripa Sjabana, dr., M.Kes. Mata kuliah Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Ringkasan Uji Toksisitas Akut. e-assignment

Ringkasan Uji Toksisitas Akut. e-assignment Ringkasan Uji Toksisitas Akut Toksisitas: umum-khusus, tunggalberulang, akut (beda) Minimum LD, No ED LD 50 potensi toksisitas (kelas) Konversi, kapasitas maksimum Aplikasi & makna uji toksisitas akut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai obat. Masyarakat sudah sejak lama menggunakan obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai obat. Masyarakat sudah sejak lama menggunakan obat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi kekayaan hayati Indonesia sangat besar termasuk yang dapat digunakan sebagai obat. Masyarakat sudah sejak lama menggunakan obat tradisional secara turun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alam merupakan sumber bahan baku obat selama ribuan tahun yang mengandung banyak senyawa berkhasiat. Berbagai tanaman obat sudah dimanfaatkan oleh kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan penelitian dengan menggunakan bahan alam yang digunakan sebagai salah satu cara untuk menanggulangi berbagai macam penyakit semakin

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) TOKSIKOLOGI DASAR. Oleh: Dra, Nurlaila, MSi., Apt Purwantiningsih, MSi, Apt

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) TOKSIKOLOGI DASAR. Oleh: Dra, Nurlaila, MSi., Apt Purwantiningsih, MSi, Apt RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) TOKSIKOLOGI DASAR Oleh: Dra, Nurlaila, MSi., Apt Purwantiningsih, MSi, Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2008 A.IDENTITAS MATA

Lebih terperinci

Soal Toksikologi Lingkungan

Soal Toksikologi Lingkungan Soal Toksikologi Lingkungan (Dampak bahan toksik bagi kesehatan) Kelompok : Pestisida Nama anggota : - Elsa Suyetriana 10101001047 - Herma Brawijaya 10111001047 - Afri Yanti Sirait 10111001048 - Tri Ardiana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk pengobatan adalah tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk pengobatan adalah tumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk pengobatan adalah tumbuhan sarang semut atau Myrmecodia tuberosa (M. tuberosa) yang salah satu penyebarannya terdapat di Papua.

Lebih terperinci

Perkembangan pengujian toksisitas akut oral

Perkembangan pengujian toksisitas akut oral Perkembangan pengujian toksisitas akut oral Oleh : Katharina Oginawati 1) dan Toro Adriantoro 2) 1) Institut Teknologi Bandung 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Laboratorium Kualitas Lingkungan PP 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan kesehatan, namun penggunaan obat tradisional tetap mendapat tempat yang penting bahkan terus berkembang

Lebih terperinci

Bahasan PENDAHULUAN DAN RUANG LINGKUP TOKSIKOLOGI

Bahasan PENDAHULUAN DAN RUANG LINGKUP TOKSIKOLOGI Bahasan PENDAHULUAN DAN RUANG LINGKUP TOKSIKOLOGI I M.A. Gelgel Wirasuta Perkembangan Awal Toksikologi Cakupan dan Subdisiplin Toksikologi Perkembangan Mutahir Toksikologi 1 2 Secara tradisi Makanan Bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita Analisis Hayati UJI TOKSISITAS Oleh : Dr. Harmita Pendahuluan Sebelum percobaan toksisitas dilakukan sebaiknya telah ada data mengenai identifikasi, sifat obat dan rencana penggunaannya Pengujian toksisitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manfaat berbagai macam tanaman sebagai obat sudah dikenal luas di negara berkembang maupun negara maju. 70-80% masyarakat Asia dan Afrika masih menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup suatu organisme. Setiap obat pada dasarnya merupakan racun, tergantung dosis dan cara pemberian, karena dosis

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya mempertahankan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat saat ini berkembang pesat. Oleh karena bahannya yang mudah diperoleh dan diolah sehingga obat tradisional lebih banyak digunakan.

Lebih terperinci

EFEK TOKSIK XENOBIOTIK Nasruddin Syam, SKM, M.Kes

EFEK TOKSIK XENOBIOTIK Nasruddin Syam, SKM, M.Kes EFEK TOKSIK XENOBIOTIK Nasruddin Syam, SKM, M.Kes Tujuan Istruksional Umum : Dapat Menjelaskan Efek Toksik Xenobiotik Pokok Bahasan ; Efek Toksik Xenobiotik Sub. Pokok bahasan ; 1. Prinsip Umum Efek Tokdik

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI DETAM 1 DAN DAUN JATI BELANDA PADA MENCIT SWISS WEBSTER

UJI TOKSISITAS AKUT PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI DETAM 1 DAN DAUN JATI BELANDA PADA MENCIT SWISS WEBSTER ABSTRAK UJI TOKSISITAS AKUT PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BIJI KEDELAI DETAM 1 DAN DAUN JATI BELANDA PADA MENCIT SWISS WEBSTER (Dosis Letal 50 dan Pengaruh terhadap Perilaku, Berat Badan, Bobot Organ,

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI

BAB 1 PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Pengantar Toksikologi 1 BAB 1 PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan definisi toksikologi industri dan istilah-istilah yang berkaitan dengan toksikologi 2. Menjelaskan tujuan toksikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Boraks pada saat ini sering sekali diberitakan melalui media cetak maupun elektronik karena penyalahgunaannya dalam bahan tambahan makanan. Berdasarkan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini, dimana kehidupan masyarakat semakin dimudahkan dengan perkembangan teknologi, secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup yang serba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, penyakit dan infeksi yang menyerang pada manusia semakin berkembang dan menjadi salah satu ancaman terbesar dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jamur telah menjadi bahan pengobatan tradisional di daerah oriental, seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Asia lainnya sejak berabad-abad lalu, (Ooi,

Lebih terperinci

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada

pudica L.) pada bagian herba yaitu insomnia (susah tidur), radang mata akut, radang lambung, radang usus, batu saluran kencing, panas tinggi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sangat bergantung dengan alam untuk memenuhi kebutuhannya dari dulu sampai sekarang ini. Kebutuhan paling utama yang berasal dari alam merupakan kebutuhan makanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di dunia kafein banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein terdapat dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Data Hasil Penelitian Uji perbandingan antara keempat kelompok sebelum perlakuan menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok kontrol adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tunggal. Tujuan utama dilakukan uji toksisitas akut adalah untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tunggal. Tujuan utama dilakukan uji toksisitas akut adalah untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengetahuan tentang khasiat dan keamanan tanaman obat di Indonesia selama ini berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun dan belum teruji

Lebih terperinci

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya taraf hidup manusia dewasa ini, maka kebutuhan akan berbagai hal juga mengalami peningkatan seperti kebutuhan akan sandang, papan, pangan, kesehatan,

Lebih terperinci

EFEK DAN MEKANISME TOKSIK

EFEK DAN MEKANISME TOKSIK EFEK DAN MEKANISME TOKSIK Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Pengertian yang mendalam mengenai ciri-cirinya berguna untuk menilai bahayanya bagi kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat dari alam yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN JUDUL... ii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN JUDUL... ii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERNYATAAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari EFEK TOKSISITS SUBKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT BTNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR* Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sri.adi@unpad.ac.id Intisari

Lebih terperinci

PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Pengertian Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu zat/bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu tentang racun. Bahan toksik atau racun adalah

Lebih terperinci

BAHAN PENCEMAR MAKANAN LAINNYA. Modul 4

BAHAN PENCEMAR MAKANAN LAINNYA. Modul 4 BAHAN PENCEMAR MAKANAN LAINNYA Modul 4 PENDAHULUAN Makanan selain mengandung nilai gizi juga merupakan media berkembang biaknya mikroba/kuman, terutama yg mengandung kadar air dan protein tinggi Menyebabkan

Lebih terperinci

Hubungan Kualitatif Struktur- Aktivitas

Hubungan Kualitatif Struktur- Aktivitas Hubungan Kualitatif Struktur- Aktivitas Fase Farmakokinetik Efek Fase-fase manakah yg dapat dilakukan modifikasi untuk rancangan obat? Hubungan Struktur Aktivitas Faktor yang mendukung hubungan struktur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI DAYA TERAPI ANTIDOTUM NATRIUM NITRIT DAN NATRIUM THIOSULFAT. Dosen Pengampu: Yane Dila Keswara, M.Sc.

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI DAYA TERAPI ANTIDOTUM NATRIUM NITRIT DAN NATRIUM THIOSULFAT. Dosen Pengampu: Yane Dila Keswara, M.Sc. LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI DAYA TERAPI ANTIDOTUM NATRIUM NITRIT DAN NATRIUM THIOSULFAT Dosen Pengampu: Yane Dila Keswara, M.Sc.,Apt DISUSUN OLEH KELOMPOK B 1. Rostika I.M (20144203A) 2. M. Nur Azwadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Toksikologi : ilmu tentang racun-racun

PENDAHULUAN. Toksikologi : ilmu tentang racun-racun PENDAHULUAN Toksikologi : ilmu tentang racun-racun Toksikologi industri : ilmu tentang racunracun yang dipergunakan, diolah, dihasilkan atau diproduksi dalam perusahaan Racun : bahan kimia yang dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi prima adalah modal yang penting dalam menjalani

I. PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi prima adalah modal yang penting dalam menjalani I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan atau kondisi prima adalah modal yang penting dalam menjalani berbagai aktivitas untuk memenuhi segala kebutuhan manusia guna memperoleh kehidupan yang lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan di sekitar manusia banyak mengandung berbagai jenis patogen, misalnya bakteri, virus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Secara umum nyeri dibedakan menjadi

Lebih terperinci

Bab 21. Bahan Tambahan Makanan (BTM), Keamanan Pangan dan Perlindungan Konsumen

Bab 21. Bahan Tambahan Makanan (BTM), Keamanan Pangan dan Perlindungan Konsumen Bab 21. Bahan Tambahan Makanan (BTM), Keamanan Pangan dan Perlindungan Konsumen 21. 1. Pendahuluan Pangan Masyarakat - Aman untuk Kesehatan -Murni (halal komposisi sesuai label) - Nilai Ekonomi Wajar

Lebih terperinci

Toksisitas Akut dan Penentuan DL 50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster

Toksisitas Akut dan Penentuan DL 50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster Jurnal Matematika dan Sains Vol. 7 No. 2, Oktober 2002, hal 57 62 Toksisitas Akut dan Penentuan DL 50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster Andreanus

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp tanggal upload : 23 April 2009 FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari EFEK TOKSISITS SUKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT TNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sumiwi@yahoo.co.id Intisari

Lebih terperinci

PENGANTAR FARMAKOLOGI

PENGANTAR FARMAKOLOGI PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan kerusakan jaringan (Tan dan Rahardja, 2007). Rasa nyeri merupakan suatu

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu pengorganisasian biologis sel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir- akhir ini sering dibicarakan tentang boraks yang terdapat pada beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran beberapa bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang pertanian tetapi dapat memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Residu pestisida

Lebih terperinci

BAB 5 FAKTOR PENENTU RISIKO DALAM LINGKUNGAN ZAT BERBAHAYA

BAB 5 FAKTOR PENENTU RISIKO DALAM LINGKUNGAN ZAT BERBAHAYA Faktor Penentu Risiko 54 BAB 5 FAKTOR PENENTU RISIKO DALAM LINGKUNGAN ZAT BERBAHAYA Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan faktor penentu risiko pada fase eksposisi 2. Menjelaskan faktor penentu risiko pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat dan kegunaan tanaman obat hanya berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI PRAKTIKUM IV MENENTUKAN LD 50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS

FARMAKOLOGI PRAKTIKUM IV MENENTUKAN LD 50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS FARMAKOLOGI PRAKTIKUM IV MENENTUKAN LD 50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 : 1. Naniek Dwi Okvitasari (201310410311106) 2. Chotijah Verial Virdaus (201310410311129)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsumtif membawa akibat timbulnya faktor-faktor resiko yang membahayakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsumtif membawa akibat timbulnya faktor-faktor resiko yang membahayakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup masyarakat di Indonesia saat ini yang cenderung modern dan konsumtif membawa akibat timbulnya faktor-faktor resiko yang membahayakan kesehatan seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai hasil alam yang berlimpah dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Salah satu dari hasil alam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di Indonesia. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di Indonesia. Di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini penelitian mengenai obat herbal telah banyak dikembangkan di dunia kefarmasian. Hal ini didukung dengan keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia.

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp, M.Biomed PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kortikosteroid bukan merupakan obat baru bagi masyarakat. Di dunia kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat kortikosteroid mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuhan. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan diperkirakan terdapat di dalam hutan tropis Indonesia. Dari jumlah tersebut, 9.600 jenis

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PENDAHULUAN TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN Interaksi manusia dan lingkungan Bahan kimia baru dibuat Limbah dibuang Kualitas lingkungan? Meningkatkan kesejahteraan manusia? Toksikologi lingkungan Pengaruh racun

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Ruang Lingkup Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Fisika medik, Kimia medik, Biologi medik, Fisika Medik Aplikasi konsep, prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KREATININ SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK SKRIPSI Oleh Tita Swastiana Adi NIM 102010101098 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada periode perkembangan obat telah banyak diberikan perhatian untuk mencari kemungkinan adanya hubungan antara struktur kimia, sifat-sifat kimia fisika

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI. Disusun oleh: Sukiya Rizka Apriani Putri

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI. Disusun oleh: Sukiya Rizka Apriani Putri PETUNJUK PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI Disusun oleh: Sukiya Rizka Apriani Putri PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan

I. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan I. PENDAHULUAN Stamina adalah kemampuan daya tahan lama organisme manusia untuk melawan kelelahan dalam batas waktu tertentu, dimana aktivitas dilakukan dengan intensitas tinggi (tempo tinggi, frekuensi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian paparan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada mencit galur DDY selama 90 hari adalah sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan selama tiga bulan di Kandang Hewan Coba MIPA-Fakultas Biologi Universitas Negeri Semarang meliputi pemeliharaan

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Analgetika, didefinisikan menurut Purwanto dan Susilowati (2000) adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengembangan turunan asam salisilat dilakukan karena asam salisilat populer di masyarakat namun memiliki efek samping yang berbahaya. Dalam penggunaannya,

Lebih terperinci

STANDAR PEDOMAN REKOMENDASI INTERNASIONAL

STANDAR PEDOMAN REKOMENDASI INTERNASIONAL KEAMANAN PANGAN Jaminan ; jaminan bahwa pangan tidak akan menimbulkan bahaya atau masalah bila dikonsumsi semestinya Keamanan pangan; berkaitan erat dengan bahan berbahaya yang terkandung dalam pangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Jumlah Ikan (ekor)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Jumlah Ikan (ekor) A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Pendahuluan Variasi Kadar Limbah (% vol.) Uji pendahuluan dilakukan untuk memperoleh kadar ambang atas (LC 100-24 jam) dan ambang bawah

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT SIRUP ZINK EKSTRAK IKAN BILIH (Mystacoleuseus padangensis) TERHADAP MENCIT GALUR SWISS

UJI TOKSISITAS AKUT SIRUP ZINK EKSTRAK IKAN BILIH (Mystacoleuseus padangensis) TERHADAP MENCIT GALUR SWISS UJI TOKSISITAS AKUT SIRUP ZINK EKSTRAK IKAN BILIH (Mystacoleuseus padangensis) TERHADAP MENCIT GALUR SWISS Eva Yuniritha Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Jalan Raya Siteba Pondok Kopi Padang Email

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara agraris. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida

Lebih terperinci

BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN

BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN BIOTRANSFORMASI (METABOLISME) TOKSIKAN / XENOBIOTIK PROSES ENZIMATIS METABOLIT Adalah perubahan xenobiotika menjadi Metabolit melalui proses enzimatis Beberapa penting untuk kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Nyeri, demam dan radang merupakan gejala penyakit yang sering dialami manusia. Adanya rasa nyeri merupakan pertanda dimana terjadi kerusakan jaringan yang

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Alpha-Cypermethrin 100 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Ken-Fas 100 EC Nama Kimia : (S)-α-cyano-3-phenoxy

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci