IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS 4.1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Secara geografis, Kabupaten Kudus terletak pada koordinat 110 o 36 dan 110 o 50 Bujur Timur dan antara 6 o 51 dan 7 o 16 Lintang Selatan. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah16 km dan dari utara ke selatan 22 km Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 kecamatan dan 123 desa serta 9 kelurahan. Kabupaten Kudus terletak diantara 4 (empat) kabupaten yaitu : Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Pati Sebelah selatan : berbatasan dengan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati Gambar 7 Peta Administrasi Kabupaten Kudus Topografi Kabupaten Kudus berketinggian rata-rata ± 55 m dpl, dengan ketinggian antara 12 m dpl 700 m dpl. Tanah dengan kemiringan (0-2) o atau datar sebanyak

2 Luas (Ha) ,90 ha, tanah dengan kemiringan (3-15) o atau landai seluas 6.665,27 ha, tanah dengan kemiringan (16-40) o atau agak curam sebanyak 3.046,98 ha tanah dengan kemiringan (> 40) o atau sangat curam 3.939,51 ha. Ditinjau dari topografi, Kabupaten Kudus memiliki ketinggian terendah 5 meter di atas permukaan air laut yang berada di Kecamatan Undaan dan ketinggian tertinggi 1600 meter di atas permukaan air laut berada di Kecamatan Dawe (Kudus dalam angka) Jenis Tanah Sebagian besar jenis tanah di Kabupaten Kudus adalah aluvial coklat tua sebesar 32,12% dari luas tanah di Kabupaten Kudus. Dimana sebagian besar tanahnya memiliki kemiringan 0-2 dan kedalaman efektif lebih dari 90 cm. Sedangkan jenis tanah dan penyebarannya per kecamatan dapat dilihat pada Gambar Iklim Kaliwungu Kota Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Kudus Jati Undaan Mejobo Jekulo Kecamatan Bae Gebog Dawe Gambar 8 Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Kudus. Aluvial Coklat Tua Flomosal Coklat Kelabu dan Asosiasi Mediteran Coklat Tua dan Mediteran Coklat kemerahan Asosiasi Grumusol kelabu tua dan Mediteran Coklat kemerahan Andosol Latosol Coklat Asosiasi Latosol dan Grumusol Kelabu Tua Latosol Merah Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus, Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Pebruari 2008 yaitu 22 hari dan curah hujan tertinggi juga terjadi pada bulan Pebruari yaitu 722 mm. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Kudus tahun 2008 berkisar antara 19,9 o C sampai dengan 27,6 o C. Dibandingkan dengan tahun 2007, suhu udara di Kabupaten Kudus Hampir sama dengan tahun Sedangkan untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 71,7% sampai dengan 81,7% selama tahun 2008 ini.

3 mm Hari Hujan 35 Banyaknya Hari Hujan (Hari) Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Bulan Gambar 9 Banyaknya hari hujan dirinci perbulan di Kabupaten Kudus. tahun Sedangkan data curah hujan tahun dapat dilihat pada grafik berikut : Banyaknya Curah Hujan (mm) Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Bulan Gambar 10 Banyaknya curah hujan dirinci perbulan di Kabupaten Kudus tahun (mm) Luas Penggunaan Lahan Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 Kecamatan dan 123 Desa serta 9 Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kudus tecatat sebesar hektar atau sekitar 1,31 persen dari luas Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu Ha (20,19 persen), sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kota seluas Ha (2,46 persen) dari luas Kabupaten Kudus. Penggunaan Lahan di Kabupaten Kudus sesuai dengan hasil interpretasi citra GE 2009/2010 untuk penggunaan sawah irigasi sebesar ,71 ha atau 31,66%, untuk sawah irigasi setengah teknis seluas 3.376,71 atau 7,94%, sawah tadah hujan sebesar ha atau 2%.

4 36 Gambar 11 Penggunaan Lahan Kabupaten Kudus tahun 2009/2010.

5 37 Tabel 4. Prosentase Luasan Penggunaan Lahan di Kabupaten Kudus Tahun 2009/2010 No. PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) PROSENTASE 1 Belukar Fasilitas Umum/Bangunan Hutan Kebun Campur Lahan Terbuka Permukiman Sawah Irigasi Sawah Irigasi Setengah Teknis Sawah Tadah Hujan Sawah Tebu Irigasi Setengah Teknis Sawah Tebu Tadah Hujan Sungai Tegalan/Ladang LUAS Untuk tanaman tebu di sawah irigasi teknis seluas 3436,48 ha atau 8,08%, dan sawah tebu tadah hujan seluas 3160,21 atau 7,43 ha. Belukar seluas 1202,78 ha atau 2,83%, dan hutan seluas atau 2,4%. Kebun campur seluas 3419,45 atau 8,04%. Tegalan/ladang seluas ha atau8.49 ha, lahan terbuka dan sungai berturut-turut 57,25 atau 0,13% dan 288,66 atau 0,68%. Sedangkan untuk pemukiman seluas 8278,99 ha atau 19,47% Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Kudus tahun 2008 adalah jiwa dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Kota yaitu 8730/km 2 dan kepadatan penduduk terendah di Kecamatan Undaan dengan kepadatan 946/km 2. Jumlah dan kepadatan penduduk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5. Untuk kepadatan agraris dapat dilihat pada Gambar 12, dimana kepadatan agraris berturut-turut adalah Kecamatan Kota (1,45 jiwa/ha), Jati (0,1 jiwa/ha), Undaan 0,21 jiwa/ha, Mejobo 0,2 jiwa/ha, Jekulo 0,35 jiwa/ha, Bae 0,22 jiwa/ha,

6 38 Gebog 0,17 jiwa/ha, Dawe 0,1 jiwa /Ha. Sedangkan untuk rata-rata kabupaten adalah 0,19 jiwa/ha. Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Kepadatan penduduk, Luas Wilayah Dan Kepadatan Per Kecamatan Luas No. Kecamatan Jumlah wilayah Kepadatan (km2) jiwa/km2 1 Kaliwungu Kota Jati Undaan Mejobo Jekulo Bae Gebog Dawe JUMLAH KEPADATAN AGRARIS (JIWA/HA) Kaliwungu Kota Jati Undaan Mejobo jekulo bae Gebog Dawe 4.7. Pendidikan Gambar 12 Diagram Kepadatan Agraris di Kabupaten Kudus, diolah dari data Kudus dalam Angka (2008). Tingkat pendidikan di Kabupaten Kudus untuk Lulusan Perguruan Tinggi/ Akademi sebanyak orang atau 3,59%, tamatan SMTA sebesar atau

7 PENDIDIKAN TERAKHIR 39 18,87%, tamatan SMTP sejumlah atau 18,92%, tamatan SD sejumlah atau 34,5%, Tdk/Blm tamat SD atau 15,88%, dan tidak sekolah sejumlah orang atau 8,25%. Sedangkan jumlah pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 13. TINGKAT PENDIDIKAN AK/PT SMTA SMTP SD Tdk/Blm Tamat SD Tidak sekolah Kaliwungu Kota Jati Undaan Mejobo Jekulo Bae Gebog Dawe KECAMATAN Gambar 13 Banyaknya penduduk (10 tahun keatas) menurut Pendidikan yang ditamatkan Per Kecamatan di Kabupaten Kudus, diolah dari Kudus Dalam Angka Perekonomian Secara umum kondisi perekonomian di kabupaten Kudus banyak didominasi sektor industri pengolahan, dengan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor ini sebesar 42,05%. Hal ini tidak lepas dari banyaknya industri pengolahan khususnya rokok yang ada di Kabupaten Kudus. Sedangkan sektor kedua adalah sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan dengan prosentase rata-rata sebesar 15,89%. Diikuti dengan sektor perdagangan (14,46%) dan sektor bangunan (9,32%) ( Sebagai salah satu ukuran untuk menilai keberhasilan perekonomian di suatu daerah, dapat dilihat dari nilai PDRB di daerah tersebut. PDRB merupakan salah satu indikator dalam menilik keberhasilan pembangunan. Walaupun tolak ukur ini mulai bergeser pada tolak ukur penduduk miskin, akan tetapi pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan erat dengan pemerataan pembangunan yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap jumlah penduduk miskin. PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Kudus pada tahun 2008 sebesar 27,14 trilyun rupiah naik sebesar

8 Dalam Jutaan (Rp) 40 13,1%. Sedangkan untuk nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 11,66 trilyun rupiah, naik sebesar 4,53% dari tahun sebelumnya. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya Sektor Industri masih menjadi kontributor utama, sebagai pemberi andil terbesar dalam PDRB tahun Kontribusi sektor Industri Pengolahan untuk PDRB tahun 2008 atas dasar harga berlaku sebesar 63,84%, diikuti oleh komoditas perdagangan, hotel dan restoran sebesar 26,31%. Sedangkan kontribusi dari sektor pertanian dan sektor yang lain masih di bawah 10%, yakni sektor pertanian sebesar 2,46%, sektor jasa 2,22%, sektor keuangan sebesar 2,04%, sektor pengangkutan dan komunikasi 1,45% dst. Dari tahun 2003 kontribusi dari sektor industri pengolahan terlihat fluktuatif stabil. Hal ini menunjukkan kemajuan dalam proses industrialisasi. Proses industrialisasi merupakan proses dimana perkembangan sektor industri pada umumnya akan diikuti berkembangnya transaksi perdagangan dan menurunnya aktivitas pertanian. Terlihat bahwa selama beberapa dekade ini sektor perdagangan selalu memberikan kontribusi terbesar. Berikut ini data PDRB selama 5 tahun terakhir. PDRB Tahun ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Harga Berlaku ( Jutaan Rp) Harga Konstan 2000 ( Jutaan Rp). 5,000, Tahun Gambar 14 Perkembangan PDRB dari tahun , diolah dari Kudus Dalam Angka 2008.

9 Prosentase 41 Laju Pertumbuhan PDRB r harga berlaku r harga konstan Tahun Gambar 15 Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB dari tahun , diolah dari Kudus Dalam Angka PDRB KAB KUDUS HARGA BERLAKU 2008 PDRB KAB KUDUS 2008 ATAS DASAR HARGA KONSTAN % 1.28% 0.37% 2.04% 2.22% 0.03% Pertanian 1.45% 2.46% Penggalian Industri Pengolahan 63.84% Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdag, Hotel & Rest Angkutan&Komunikasi Lemb. Keuangan Jasa-jasa 27.74% 1.50% 0.34% 2.15% 3.16% Pertanian 1.97% 2.14% 0.04% 60.96% Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdag, Hotel & Rest Angkutan&Komunikasi Lemb. Keuangan Jasa-jasa Gambar 16 PDRB Kab Kudus Per Sektor tahun 2008, diolah dari dari Kudus Dalam Angka Sementara itu Rencana Anggaran Belanja Daerah dan Realisasi Belanja Daerah pada tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18. RENCANA ANGGARAN KAB KUDUS % 0.00% 1.10% 0.14% 1.60% 0.04% 7.17% 2.45% 12.34% 0.14% 0.14% 0.01% 1.98% 2.58% 27.24% 0.10% 42.98% Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prop Kab/Kota Belanja Bantuan Keuangan Kpd prop Belanja Tak Terduga Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan &Mesin Belanja Gedung & Bangunan Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap lainnya Belanja Aset Lainnya Gambar 17 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Kudus 2008 (Juta Rp.)

10 % 0.00% 12.71% 0.06% 0.15% 1.18% 0.01% 0.98% 1.87% 2.42% 1.53% 28.32% REALISASI ANGGARAN KAB KUDUS % 0.00% 7.58% 0.10% 42.97% Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kpd Prop Kab/Kota Belanja Bantuan Keuangan Kpd prop Belanja Tak Terduga Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan &Mesin Belanja Gedung & Bangunan Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap lainnya Belanja Aset Lainnya Gambar 18 Realisasi Belanja Daerah Kabuptaen Kudus 2008 (Juta Rp). Sumber : Dinas Pendapatan Daerah, Kab Kudus Dalam Angka Tahun 2008 Adapun pelaksanaan proyek yang merupakan bagian dari Belanja Operasional Dalam APBD 2008, senilai Rp , dengan 1328 kegiatan, sedangkan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kudus menjalankan 51 kegiatan dengan nilai anggaran sebesar Rp ,- atau sebesar 3,5% dari belanja operasional APBD Kabupaten Kudus (Diolah dari Kudus dalam Angka 2008) Gambaran Mengenai Tenaga Kerja Di Kabupaten Kudus Gambaran umum ketenagaan kerjaan di Kabupaten Kudus dijelaskan dalam Tabel 6. Dimana sektor industri merupakan lapangan usaha utama, diikuti pertanian, perdagangan hotel dan restoran, jasa-jasa dan bangunan. Tabel 6. Proporsi Penduduk (10 tahun ketas) yang bekerja menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Kudus Tahun (BPS Kab. Kudus. 2009) No. Lapangan Usaha Utama Pertanian Pertambangan/Penggalian Industri Listrik, Gas, Air Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Transportasi/Komunikasi Keuangan Jasa-jasa Jumlah

11 Orang Orang 43 Untuk Kecamatan Jekulo, proporsi tenaga kerja pertanian sebagaimana gambaran dibawah ini. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kecamatan Jekulo adalah pedagang, petani, angkutan dan buruh industri/bangunan, dimana jumlah pedagang tertinggi ada di Desa Jekulo dan Bulungcangkring (Kecamatan Jekulo Dalam Angka, BPS Kab. Kudus, 2009). Tenaga Kerja Kec. Jekulo ,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Sadang Bulungcangkring Bulungkulon Sidomulyo Gondoharum Terban Pladen Klaling Jekulo Hadipolo Tanjungrejo Honggosoco Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri / Bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Jasa Pensiunan Lain-lain Desa Gambar 19 Tenaga Kerja Kec. Jekulo Tahun 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka Untuk Kecamatan Mejobo sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah buruh industri, diikuti oleh petani, buruh tani dan buruh bangunan dimana jumlah buruh industri tertinggi ada di Desa Gulang dan Temulus (Kec. Mejobo Dalam Angka, 2009). Tenaga Kerja Kec. Mejobo ,000 2,500 2,000 1,500 1, Gulang Jepang Payaman Kirig Temulus Kesambi Desa Jojo Hadiwarno Mejobo Golantepus Tenggeles Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Jasa Pensiunan Lain-lain Gambar 20 Tenaga Kerja Kec Mejobo 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kecamatan Undaan adalah petani dan buruh tani. Kemudian diikuti oleh buruh industri dan buruh bangunan. Untuk jumlah penduduk bermata pencaharian petani, tertinggi ada di Desa Kutuk dan Karangrowo.

12 Orang Orang Orang Tenaga Kerja Kecamatan Undaan Wonosoco Lambangan Kalirejo Medini Sambung Glagahwaru Kutuk Undaan Kidul Undaan Tengah Karangrowo Desa Larikrejo Undaan Lor Wates Ngemplak Terangmas Berugenjang Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Jasa Pensiunan Lain-lain Gambar 21 Tenaga Kerja Kecamatan Undaan 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka Untuk wilayah Kecamatan Bae, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh industri/bangunan, pengusaha, pedagang buruh tani dan PNS, dimana jumlah buruh industri/bangunan tertinggi ada di Desa Dersalam dan Bae Peganjaran Panjang Purworejo Bacin Pedawang Tenaga Kerja Kec. Bae 2008 Dersalam Desa Ngembalrejo Karangbener Gondangmanis Bae Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri / Bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Jasa Pensiunan Lain-lain Gambar 22 Tenaga Kerja Kecamatan Bae 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Gebog sebagian besar adalah buruh industri diikuti petani, buruh tani, buruh bangunan dan pedagang dimana jumlah buruh industri tertinggi ada di Desa Gondosari dan Karangmalang Getasrabi Klumpit Gribig Karangmalang Tenaga Kerja Kec. Gebog 2008 Padurenan Besito Jurang Gondosari Kedungsari Menawan Rahtawu Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Jasa Pensiunan Lain-lain Desa Gambar 23 Tenaga Kerja Kecamatan Gebog 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka 2009.

13 Orang Orang 45 Di Kecamatan Dawe, sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah buruh tani dan buruh industri dan bangunan, dimana yang tertinggi masing-masing ada di Desa Lau dan Kandangmas Samirejo Cendono Margorejo Rejosari Kandang Mas Lau Tenaga Kerja Kec Dawe 2008 Piji Puyoh Soco Ternadi Kajar Desa Cranggang Tergo Glagah Kulon Dukuh Waringin Kuwukan Colo Japan Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri/ bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Jasa Pensiunan Lain-lain Gambar 24 Tenaga Kerja Kecamatan Dawe 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kaliwungu adalah buruh industri diikuti oleh petani, buruh tani, buruh bangunan dan pedagang, dimana jumlah petani tertinggi ada di Desa Kaliwungu dan Kedungdowo. Tenaga Kerja Kec. Kaliwungu Banget Setrokalangan Garung Kidul Kedungdowo Gamong Sidorekso Papringan Kaliwungu Mijen Karangampel Garung Lor Prambatan Lor Prambatan Kidul Bakalan Krapyak Desa Petani Sendiri 122 Buruh Tani 87 Pengusaha - Buruh Industri 282 Buruh Bangunan 91 Pedagang 37 Angkutan 16 PNS/ABRI 17 Jasa 6 Pensiunan - Lain-lain - Gambar 25 Tenaga Kerja Kecamatan Kaliwungu 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka Di Kecamatan Jati, sebagian besar penduduk bermata pencaharian buruh indsutri, pedagang dan buruh bangunan, dimana buruh industri tertinggi ada di Desa Jati Wetan, sedangkan jumlah pedagang tertinggi ada di Desa Pasuruhan Lor.

14 Orang Orang Tenaga Kerja Kec. Jati 2008 Tanjungkarang Jetis Kapuan Loram Kulon Jati Wetan Jati Kulon Pasuruan Lor Pasuruan Kidul Ploso Getas Pejaten Loram Wetan Jepang Pakis Megawon Tumpang Krasak Ngembal Kulon Desa Gambar 26 Tenaga Kerja Kec. Jati 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Jasa Pensiunan Lain-lain Purwosari Demangan Panjunan Wergu Wetan Mlati Norowito Tenaga Kerja Kec. Kota 2008 Nganguk Demaan Kauman Desa Kerjasan Krandon Glantengan Kaliputu Rendeng Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Bangunan /Industri Pedagang Angkutan PNS/ABRI Jasa Pensiunan Lain-lain Gambar 27 Tenaga Kerja Kec. Kota 2008, diolah dari Kudus Dalam Angka Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kota adalah buruh industri/bangunan dimana tertinggi masing-masing di Desa Purwosari dan Kramat (Kecamatan dalam Angka, BPS Kab. Kudus, 2009).

15 V. DISTRIBUSI TENAGA KERJA PERTANIAN 5.1. Tenaga Kerja Pertanian Tiap Penggunaan Lahan Penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya di kabupaten diketahui sebagai berikut : Sawah irigasi 31,66%, sawah irigasi setengah teknis 7,94%, sawah tadah hujan 2%, sawah tebu irigasi setengah teknis 8,08%, sawah tebu tadah hujan 7,43%, tegalan/ladang 8,49% (Gambar 28). PENGGUNAAN LAHAN DI KAB KUDUS 2010 ( HA ) Belukar Fasilitas Umum / Bangunan Hutan Kebun Campur Lahan Terbuka Permukiman Saw ah Irigasi Saw ah Irigasi Setengah Teknis Saw ah Tadah Hujan Saw ah Tebu Irigasi Setengah Teknis Saw ah Tebu Tadah Hujan Gambar 28 Penggunaan Lahan di Kabupaten Kudus. Kebutuhan tenaga kerja masing-masing tipe penggunaan lahan pertanian tiap hektarnya adalah merata sepanjang tahun. Secara mikro (per hektar lahan) diketahui bahwa masa tanam tidak dilakukan bersamaan; untuk sawah irigasi, puncak pemakaian tenaga kerja diketahui bulan Januari, Maret, Juli dan Oktober; untuk kebun campur puncak pemakaian tenaga kerja bulan April dan Oktober; untuk sawah irigasi setengah teknis, puncaknya bulan Pebruari dan Oktober; untuk sawah tadah hujan puncak penggunaan tenaga kerja adalah bulan Maret dan September. Sedangkan untuk sawah tebu irigasi setengah teknis puncak penggunaan tenaga kerja adalah bulan Mei dan Agustus; untuk sawah tebu tadah hujan puncaknya terjadi pada

16 jumlah tenaga kerja (hok) JUMLAH TENAGA KERJA ( HOK ) 48 Januari, April, Mei, Juni, Oktober. Untuk tegalan/ladang puncaknya terjadi pada bulan Januari dan Oktober (Gambar 29). KEBUTUHAN TENAGA KERJA TIAP PENGGUNAAN LAHAN PER BULAN PER HA Kebun Campur BULAN Sawah Irigasi Sawah Irigasi Setengah Teknis Sawah Tadah Hujan Sawah Tebu Irigasi Setengah Teknis Sawah Tebu Tadah Hujan Tegalan / Ladang Gambar 29 Kebutuhan Tenaga Kerja Tiap Penggunan Lahan Per Bulan Per Ha. Untuk kebutuhan tenaga kerja tiap penggunaan lahan di Kabupaten Kudus, sangat dipengaruhi oleh luasan tiap penggunaan lahan. Untuk sawah irigasi, dengan jumlah 31,66%, pemakaian tenaga kerja terbesar terjadi pada Januari, Maret dan Oktober, sedangkan untuk luasan terkecil yaitu sawah tadah hujan, bulan Januari dan Oktober merupakan puncak pemakaian tenaga kerja (Gambar 29) KEBUTUHAN TENAGA KERJA TIAP PENGGUNAAN LAHAN PER BULAN KABUPATEN KUDUS bulan Gambar 30 Kebutuhan Tenaga Kerja Tiap Penggunan Lahan Per Bulan. Kebun Campur Saw ah Irigasi Saw ah Irigasi Setengah Teknis Saw ah Tadah Hujan Saw ah Tebu Irigasi Setengah Teknis Saw ah Tebu Tadah Hujan Tegalan / Ladang

17 JUMLAH PETANI (HOK) JUMLAH PETANI (HOK) Tenaga Kerja Pertanian Per Kecamatan Ketersediaan tenaga kerja pertanian, yang dihitung dari jumlah petani berdasarkan data Kudus Dalam Angka tahun 2008 yang dikalikan hari kerja, diketahui bahwa ketersediaan tertinggi terjadi di Kecamatan Dawe, dan terendah di Kecamatan Kota (Gambar 31). KETERSEDIAAN TENAGA KERJA PERTANIAN PER KECAMATAN KAB. KUDUS BULAN BAE DAWE GEBOG JATI JEKULO KALIWUNGU KOTA MEJOBO UNDAAN Gambar 31 Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian Per Kecamatan Kab. Kudus Sedangkan kebutuhan tenaga kerja tertinggi terjadi di Kecamatan Undaan, dan terendah di Kecamatan Kota (Gambar 32) KEBUTUHAN TENAGA KERJA PERTANIAN PERKECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS BULAN BAE DAWE GEBOG JATI JEKULO KALIWUNGU KOTA MEJOBO UNDAAN Gambar 32 Kebutuhan Tenaga Kerja Pertanian Per Kecamatan Kabupaten Kudus 2008.

18 JUMLAH PETANI (HOK) 50 SELISIH KEBUTUHAN TENAGA KERJA PERTANIAN PER KECAMATAN TAHUN BULAN BAE DAWE GEBOG JATI JEKULO KALIWUNGU KOTA MEJOBO UNDAAN Gambar 33 Selisih Kebutuhan Tenaga Kerja Pertanian Per Kecamatan Kabupaten Kudus. Selisih kebutuhan tenaga kerja tertinggi terjadi di Kecamatan Dawe dan terendah di Kecamatan Jekulo (Gambar 33). Dari sini diketahui, bahwa Kecamatan Jekulo, Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Kota terdapat kekurangan tenaga kerja pertanian pada bulan-bulan tertentu. Kekurangan tenaga kerja pertanian pada puncak masa tanam, di bulan Pebruari dan Oktober pada Kecamatan Kaliwungu, Kota dan Jekulo, dipenuhi dari kecamatan yang lain. Kekurangan tenaga kerja pada bulan-bulan tersebut dipenuhi dari kecamatan-kecamatan disekitarnya, sehingga terjadi arus perpindahan tenaga kerja pertanian menuju tiga kecamatan tersebut. Kekurangan tenaga kerja pertanian ini juga diantisipasi dengan penggunaan traktor tangan pada saat penanaman (34,6% atau 17 dari 49 dari responden) untuk mengurangi pemakaian tenaga kerja pertanian. Daerah-daerah dengan status tenaga kerja pertanian surplus, dapat dikatakan bahwa ada tenaga kerja yang tidak terserap pada bulan-bulan tertentu. Di bulan Desember ada delapan kecamatan dengan status surplus artinya, ada tenaga kerja yang tidak terserap di bidang pertanian. Secara sosial, tenaga kerja pertanian yang tidak terserap ini akan menimbulkan pengangguran, dan tidak adanya pendapatan dari usahatani. Usahatani menjadi strategis karena merupakan sektor yang menyediakan makanan pokok bagi sebagian masyarakat. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam sistem usahatani padi, dimana kebutuhan selalu berfluktuasi dan seringkali

19 51 sulit dipenuhi oleh petani. Pengalaman beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa penggunaan tenaga manusia untuk mengisi kekurangan tenaga kerja pada saat puncak kegiatan usahatani mendorong bertambahnya populasi penduduk. Kondisi ini akan menghambat penerimaan teknologi baru dan menurunnya produktifitas tenaga kerja. Hal ini juga akan membatasi petani untuk memilih sumber tenaga selain harus menggunakan anggota keluarganya sebagai sumber tenaga yang murah. Untuk itu diperlukan alternatif, salah satunya adalah mekanisasi pertanian melalui teknologi alsintan (Ananto dan Alimansyah, 2009). Dari pengamatan data primer diketahui bahwa 34,6% (17 dari 49 responden) dari responden menggunakan traktor tangan yang dapat disewa untuk pengolahan tanah. Dalam hal ini, efisiensi pemakaian tenaga kerja pertanian telah dilakukan. Dari hasil perhitungan antara kebutuhan tenaga kerja pertanian dan ketersediaan tenaga kerja pertanian di Kabupaten Kudus tahun 2008, dapat diketahui bahwa dalam satu tahun, di Kecamatan Kota dan Kecamatan Jekulo terjadi defisit tenaga kerja pertanian. Sedangkan dinamika kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja pertanian dapat dilihat bahwa pada bulan Januari sampai dengan September serta bulan Nopember. Dari data yang diperoleh bahwa Kecamatan Kota dan Jekulo mengalami defisit tenaga kerja pertanian pada waktu tersebut. Pada bulan Oktober, Kecamatan Kota, Kaliwungu dan Jekulo mengalami defisit tenaga kerja pertanian dimana pada bulan ini terjadi puncak masa tanam. Pada bulan Desember, hanya Kecamatan Kota yang mengalami defisit tenaga kerja pertanian. Gambar 32 menyajikan pola penggunaan tenaga kerja di daerah pengamatan yang sangat dipengaruhi oleh musim, karena data menunjukkan adanya kelebihan atau kekurangan tenaga kerja pada bulan tertentu. Musim tanam di wilayah pengamatan adalah tiga kali masa tanam: dua kali masa tanam serta satu kali masa tanam untuk tanaman tahunan tebu. Dapat dikatakan bahwa tenaga kerja pertanian di wilayah pengamatan secara umum masih terpenuhi karena pada bulan-bulan tertentu dimana terjadi masa tanam serentak, masih bisa diantisipasi dengan memakai tenaga kerja dari kecamatan lain. Kecamatan lain yang

20 52 tenaga kerjanya tidak mengalami defisit juga terjadi ketidak seragaman permulaan musim tanam untuk memenuhi tenaga kerja pertanian di kecamatan tersebut. Dari data primer juga diketahui bahwa sebagian besar responden (79%) memiliki pekerjaan selain sebagai petani. Artinya curahan waktu yang dipergunakan untuk bertani sebenarnya tidak dominan, karena diluar musim tanam dan perawatan, masih ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan sehingga memberikan nilai tambah secara ekonomi. Menurut Ananto et al. (1994), perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke nonpertanian merupakan hal yang wajar. Hal ini sejalan dengan preferensi generasi muda di pedesaan yang berbeda. Di Indonesia, berkembangnya sektor nonpertanian yang dibarengi dengan tingkat pendidikan telah mendorong keluarnya tenaga kerja muda di pedesaan dari pertanian ke non pertanian. Hai ini dirangsang oleh tingkat upah yang lebih baik dan keterjaminan pendapatan, dibandingkan di sektor pertanian yang bersifat musiman. Data primer yang diperoleh menunjukkan bahwa usia responden 71% dibawah 56 tahun. Artinya tenaga kerja pertanian di Kabupaten Kudus adalah tenaga kerja dalam usia produktif. Hal ini berbeda dengan kasus di enam kecamatan di Jawa Barat yang dilakukan oleh Ananto et al. (1990). Penelitian ini menunjukkan tenaga kerja yang tinggal di desa adalah tenaga kerja yang relatif sudah tua dengan pendidikan yang rendah, karena tidak mampu bersaing di luar. Hal ini tercermin dari rendahnya mobilitas, 93% dari tenaga yang tinggal tersebut hanya bekerja di desa, 6,9% di luar desa dan 0,1% di luar kecamatan, dan hampir tidak ada yang bekerja di luar kabupaten. Dari tingkat partisipasi tenaga kerja di desa sebagian besar dalam usahatani, namun tidak diikuti oleh curahan hari kerja yang tinggi. Sebagai contoh, curahan hari kerja untuk pengolahan tanah hanya hari per tahun, panen dan pasca panen 21 hari, sedangkan hari kerja efektif di sektor industri dan jasa berkisar antara hari pertahun. Kekurangan tenaga kerja untuk usahatani padi, khususnya pengolahan tanah, semula dapat dipenuhi oleh tenaga kerja musiman dari luar daerah, tetapi sekarang tenaga kerja migran makin langka karena terbukanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian dan perbaikan usahatani melalui intensifikasi dan ekstensifikasi di daerah

21 53 asal. Hal ini sejalan dengan penelitian Colter (1981) dalam Ananto (1990). Upaya mencukupi kekurangan tenaga dengan meningkatkan mobilitas mengalami kesulitan karena tingkat upah pengolahan tanah tidak menarik (Ananto et al., 1990). Keadaan ini menyebabkan petani mencari alternatif untuk menekan biaya produksi. Salah satunya adalah pemakaian traktor untuk pengolahan tanah. Dengan pemakaian traktor maka terjadi efisiensi dalam pemakaian tenaga kerja pertanian. Dan hal ini pula yang terlihat di wilayah pengamatan. Meskipun dalam kenyataannnya petani di wilayah tertentu sudah kesulitan untuk mendapatkan buruh tani, namun dari penelitian diketahui bahwa hanya Kecamatan Kota, Kaliwungu dan Jekulo yang secara akumulatif mengalami kekurangan tenaga kerja per bulannya. Bila dilihat Kecamatan Kota, dengan jumlah petani yang sedikit (121 orang yang terdiri dari 72 petani sendiri dan 49 buruh tani sesuai data dari Kudus Dalam Angka 2009), dengan luas sawah 176 ha dan lahan pertanian non sawah 46 ha, maka total kebutuhan tenaga kerja adalah HOK per tahun. Dengan asumsi rata-rata kebutuhan tenaga kerja pada sawah padi untuk dua kali masa tanam adalah 422 HOK per ha, dan kebutuhan lahan pertanian non sawah untuk budidaya ubikayu 107 HOK per tahun. Asumsi lainnya sesuai dari pengamatan data primer adalah hanya 30% dari petani sendiri yang tidak mempunyai pekerjaan lain dan bertani penuh waktu serta mencurahkan waktunya untuk pertanian dan tidak mempunyai pekerjaan selain bertani. Sehingga dapat diketahui bahwa jumlah hari kerja yang dimiliki oleh petani Kecamatan Kota dalam satu tahun (365 hari) adalah hari sehingga diperlukan HOK tambahan tenaga kerja dari luar daerah atau diperlukan alternatif pengganti dengan penggunaan alsintan. Apabila asumsi 30% petani sendiri tidak digunakan dan dianggap semua petani mencurahkan waktunya untuk pertanian, maka jumlah hari kerja selama setahun adalah hari atau terjadi akumulasi kekurangan tenaga kerja pertanian adalah sebesar HOK. Demikian pula perhitungan yang terjadi pada kecamatan lain sehingga dinamika ketersediaan tenaga kerja selama satu tahun dari Bulan Januari sampai dengan Desember 2008 dapat dilihat pada Gambar 33.

22 54 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Gambar 34 Kartogram Dinamika Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian di Kabupaten Kudus Tahun Antisipasi kekurangan tenaga kerja dilakukan dengan permulaan masa tanam yang tidak bersamaan, sehingga tenaga kerja pertanian dapat bekerja secara bergiliran. Hal ini dapat dijumpai pada pengamatan data primer, dimana fluktuasi rata-rata kebutuhan tenaga kerja per bulannya tidak terlalu tajam. Daerah-daerah dengan status tenaga kerja pertanian surplus, atau lebih dari kebutuhan, dapat dikatakan bahwa ada tenaga kerja yang tidak terserap pada bulanbulan tertentu. Masalah yang terjadi adalah pada saat off-season. Pada masa onseason penganggur ini dibutuhkan lagi sehingga mereka tidak perlu meninggalkan tempat tinggalnya jauh-jauh secara permanen. Salah satu pemecahannya berupa

23 55 migrasi musiman ke daerah lain, namun tindakan seperti ini mahal bila ditinjau dari biaya sosial. Salah satu alternatifnya adalah mengembangkan jenis-jenis kegiatan offfarm atau non-farm di daerah pedesaan, yang disesuaikan dengan irama musiman. Menurut Sumarsono (2003), keuntungan dari kegiatan ini dapat mengikat mereka untuk tetap tinggal di desa sehingga kemajuan dan keberhasilan mereka juga akan membawa dampak positif bagi pengembangan desa. Dari data primer diketahui bahwa 79% petani memiliki pekerjaan selain sebagai petani. Artinya curahan waktu yang dipergunakan untuk bertani sebenarnya tidak dominan, karena diluar musim tanam dan perawatan, masih ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan sehingga memberikan nilai tambah secara ekonomi. Secara sosial ini akan menjadi permasalahan bagi 21% dari petani yang hanya menggantungkan kehidupannya dari bertani, karena tidak adanya kegiatan usahatani, dan berimplikasi pada tidak adanya tambahan pendapatan yang menyebabkan rendahnya pendapatan petani. Untuk itu pengembangan usaha kecil menengah yang berbasis komoditas, untuk memberi nilai tambah perlu mendapat perhatian khusus agar sektor pertanian dapat seiring sejalan dengan perkembangan sektor lainnya, tanpa harus meninggalkan daerahnya. Bila dilihat dari produktivitasnya, maka pemakaian alat mesin pertanian akan meningkatkan efisiensi serta menambah produktivitas petani dalam berusahatani. Produktivitas sendiri didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil yang didapat dengan dengan keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan persatuan waktu (Simanjuntak, 1997). Pemakaian alat mesin pertanian dapat mempersingkat waktu pengerjaan kegiatan usahatani sehingga dapat meningkatkan efisiensi usahatani. Selisih kebutuhan tenaga kerja di Kabupaten Kudus tanpa memperhitungkan batas kecamatan, dapat dilihat pada Gambar 35. Ketersediaan tenaga kerja ini ternyata masih surplus bila dilihat dalam satu kabupaten. Masalah tenaga kerja pertanian, apabila dilihat dalam ruang yang lebih luas (kabupaten) maka tampak seperti tidak bermasalah. Namun bila diamati pada wilayah kecamatan, maka defisit tenaga kerja pertanian dapat teramati.

24 JUMLAH PETANI (HOK) 56 SELISIH KEBUTUHAN TENAGA KERJA PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TIAP BULAN BULAN Gambar 35 Selisih Kebutuhan Tenaga Kerja Pertanian di Kabupaten Kudus per Bulan. Dinamika pergerakan tenaga kerja pertanian ini dapat dilihat pada ruang dan waktu yang lebih kecil lagi, misalnya wilayah desa, dengan pengamatan penggunaan tenaga kerja secara mingguan, dan hal ini disarankan untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai dinamika tenaga kerja pertanian. Permasalahan umum yang terjadi pada masyarakat yang sedang berkembang dari dari corak agraris ke ekonomi industri juga makin memperburuk pilihan bagi petani yang berpendidikan rendah. Disatu pihak akan terjadi pengangguran tenaga di sektor pertanian karena adanya penggunaan alat mesin pertanian, dan dilain pihak terjadi permintaan kebutuhan tenaga kerja industri, tetapi tenaga yang berlebih di sektor pertanian tersebut tidak bisa diserap oleh sektor industri karena memerlukan tenaga dengan keterampilan tertentu. Menurut Sumarsono (2009), keadaan ini menyebabkan terjadinya pengangguran pekerja akibat penggunaan alat dan teknologi maju. Sehingga kebijakan mekanisasi dan penggunaan alat dan mesin pertanian di suatu wilayah juga harus mempertimbangkan status ketersediaan tenaga kerja pertanian. Penggunaan alat mesin pertanian yang tepat dapat meningkatkan produktivitas dan bukannya menciptakan pengangguran.

25 Hubungan antara Tingkat Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian dengan Pendapatan Usahatani di Kabupaten Kudus Untuk melihat hubungan antara ketersediaan tenaga kerja pertanian dengan pendapatan usahatani, dipergunakan Analisis Kuantifikasi Hayasi I. Ketersediaan tenaga kerja pertanian diamati dari asal tenaga kerja, apakah dari desa setempat ataukah dari luar desa/kecamatan. Disamping ketersediaan tenaga kerja pertanian juga diamati faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan usahatani. Dengan analisis ini dapat diketahui nyata atau tidaknya setiap variabel yang diamati terhadap pendapatan usahatani di Kabupaten Kudus. Nyata atau tidaknya pengaruh suatu variabel terhadap pendapatan usaha tani diketahui dengan cara menetapkan batas r kritis yang dihitung berdasarkan nilai t pada tabel Sebaran t dengan selang kepercayaan 95%. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 7. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui nilai r kritis adalah 0,24. Variabel pengamatan dinyatakan berpengaruh nyata apabila memiliki korelasi parsial yang nilainya lebih tinggi dari batas r kritis yang telah ditetapkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola irigasi, keuntungan, serta pola tanam yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Sedangkan asal tenaga kerja dari desa setempat atau dari luar wilayah tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha tani. Selama tenaga kerja terpenuhi pada saat diperlukan, hal ini tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani pada wilayah pengamatan. Pola irigasi menentukan ketersediaan air yang juga mempengaruhi pola tanam dalam berusaha tani. Dengan curah hujan yang relatif sama karena wilayah berada dalam satu wilayah iklim, sehingga ketersediaan air disebabkan oleh perbedaan infrastruktur pengairan yaitu irigasi teknis, setengah teknis maupun tadah hujan yang mempengaruhi pendapatan usahatani di wilayah pengamatan. Pola tanam dengan pemilihan tanaman tahunan atau tanaman padi juga mempengaruhi pendapatan usahatani. Hal ini dikarenakan harga komoditas masing-masing tanaman yang diusahakan berbeda. dari

26 58 Tabel 7 Hasil Analisis Hayasi I Hubungan Antara Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian Dan Variabel Lainnya Dalam Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Skor Korelasi Variabel Kategori Kategori Rentang Parsial Usia 1 > < Tanggungan Keluarga 1 > < Pekerjaan Lain 1 Tanpa pekerjaan lain Dengan pekerjaan lain Luas Lahan 1 <1 Ha > 2 Ha Status Kepemilikan 1 Sewa Bengkok Milik sendiri Pola irigasi 1 Tadah Hujan Setengah teknis Teknis Keuntungan 1 Tidak menguntungkan menguntungkan Pola Tanam 1 Padi tan lain Padi - tan lain tan lain Padi - padi Padi padi tan lain Padi padi - padi Tebu Asal tenaga kerja 1 Dari luar desa/kab Desa setempat Konstanta R Dari skor kategorikal dapat diketahui bahwa tanaman tebu menghasilkan skor kategorikal tertinggi karena harga panen tebu per hektarnya menghasilkan

27 59 keuntungan lebih tinggi dalam satu tahun dibanding tanaman lainnya. Disamping itu perawatannya relatif mudah dan tidak banyak memerlukan tenaga kerja sehingga pendapatan untuk usahataninya juga lebih baik. Variabel keuntungan juga memberikan hasil yang berbeda nyata. Perhitungan keuntungan disini adalah pendapatan usahatani dikurangi kebutuhan hidup. Untuk meringkas ulasan yang terkait dengan dinamika tenaga kerja pertanian, yang selanjutnya akan dikaitkan dengan daya dukung lahan pada bab selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Kudus mengalami defisit tertinggi pada bulan Pebruari dan Oktober, dimana pada bulan ini terjadi puncak masa tanam. Sedangkan pada bulan Desember, terjadi surplus tenaga kerja pertanian tertinggi. Keadaan defisit dan surplus tenaga kerja pertanian ini membawa permasalahan baik dalam usahatani maupun dari sisi sosial. Kegiatan off-season pada saat terjadi surplus tenaga kerja pertanian serta pemakaian alat mesin pertanian pada saat terjadi defisit tenaga kerja pertanian dapat dipertimbangkan selama penggunaan alat mesin pertanian dapat meningkatkan produktivitas usahatani. Secara mikro, ketersediaan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, selama pada waktu yang diperlukan tenaga kerja yang diperlukan dapat dipenuhi apakah dari desa setempat atau dari luar wilayah.

28 VI. DAYA DUKUNG LAHAN, BASIS EKONOMI, SEKTOR KOMPETITIF DAN TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH Daya Dukung Lahan Ditinjau dari sisi ketenagakerjaannya maka suatu wilayah akan terancam keberlanjutan usahataninya bila tenaga kerja yang bekerja di wilayah tersebut, relatif sudah tua dan tidak berpendidikan. Semakin lama semakin sulit memperoleh tenaga kerja (buruh pertanian). Ditambah lagi daya tarik kota, serta ibukota yang sangat tinggi dalam menarik tenaga kerja dari pedesaan. Dalam dua atau tiga generasi ke depan, maka hal ini akan menjadi sesuatu yang sangat serius, bila ditinjau dari aspek daya dukung lahan di suatu wilayah. Daya dukung lahan dihitung dari total nilai produksi biohayati aktual yang ada pada lahan di wilayah tertentu, dibandingkan dengan kebutuhan lahan per hektar yang diperlukan oleh sejumlah penduduk yang tinggal di suatu wilayah tersebut yang diasumsikan setara dengan luas lahan untuk menghasilkan satu ton setara beras per tahun. Menurunnya tenaga kerja di suatu wilayah, akan menurunkan produktifitas aktual di suatu wilayah. Lebih ekstrim lagi apabila tidak ada yang mau menggarap lahan pertanian, sehingga suatu wilayah tidak mempunyai produksi biohayati aktual. Dapat dipastikan semua kebutuhan akan kebutuhan pangan harus diimpor dari daerah lain. Meskipun secara alami terkadang ada perbedaan sumberdaya alam yang membuat suatu wilayah tidak dapat memproduksi suatu komoditas biohayati tertentu, namun apabila pembangunan yang dilaksanakan di suatu wilayah tidak mempertimbangkan kemampuan sumberdaya alam lokal dan bijaksana pada akhirnya keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri akan terancam. Apabila hal ini terjadi di wilayah yang lebih luas, misalnya negara, maka dapat dihitung berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, serta berdampak pada kedaulatan pangan di suatu wilayah. Disinilah peran penilaian daya dukung lahan dalam suatu wilayah sangat menentukan. Tenaga kerja

29 62 pertanian adalah aspek strategis yang harus dijaga keberadaannya di sekitar lahan pertanian, agar produktifitas dan produksi pertanian dapat terus terjaga. STATUS DAYA DUKUNG LAHAN HA 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000-70, , , , , , , , , , , , , , , , , , Kaliwungu Kota Jati Undaan Mejobo Jekulo Bae Gebog Dawe KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN LAHAN Gambar 36 Status Daya Dukung Lahan. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa daya dukung lahan di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus mengalami surplus, sedangkan delapan kecamatan lainnya terjadi defisit daya dukung lahan (Gambar 36). Artinya total produksi aktual di delapan kecamatan tersebut yang kemudian disetarakan dengan ketersediaan lahan lebih kecil dibandingkan kebutuhan lahan yang diasumsikan setara luas lahan untuk menghasilkan satu ton setara beras per tahun dari jumlah populasi di delapan kecamatan tersebut. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kaliwungu, Kota, Jati, Undaan, Mejobo, Jekulo, Bae, dan Gebog. Status daya dukung lahan total untuk Kabupaten Kudus adalah defisit. Kecamatan Undaan yang merupakan sentra pengembangan komoditas padi juga termasuk dalam kategori defisit karena keragaman produksi biohayatinya rendah. Sehingga meskipun mempunyai produksi dan produktifitas padi yang tinggi namun Daya Dukung Lahan terhadap penduduk yang tinggal di Kecamatan Undaan adalah Defisit. Hanya satu kecamatan yaitu Kecamatan Dawe yang mempunyai Daya Dukung Lahan Surplus terhadap penduduk yang tinggal di Kecamatan Dawe. Hal ini disebabkan keragaman produksi biohayati di kecamatan ini relatif tinggi, tanaman

30 63 disini selain padi dan tebu, beraneka hortikultura juga diusahakan antara lain mangga, jeruk pamelo, kopi dan tanaman lain yang berproduksi pada ketinggian tertentu,. Kemungkinan penyebabnya terkait dengan potensi fisik wilayah, karena kecamatan ini terdapat ketinggian di atas 700 mdpl, sedangkan yang lain lebih rendah. Secara umum, Kabupaten Kudus mempunyai Daya Dukung Lahan Defisit terhadap penduduk yang tinggal di Kabupaten Kudus ini. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan lahan di Kabupaten Kudus lebih besar dari Ketersediaan Lahan di Kabupaten Kudus. Luas wilayah kecamatan juga mempengaruhi status daya dukung lahan di Kabupaten Kudus. Gambar 37 Peta Daya Dukung Lahan Kabupaten Kudus Dari penelitian ini diketahui bahwa semakin beragam komoditas di unit pengamatan (kecamatan Dawe) maka daya dukung lahan juga surplus. Sedangkan untuk kecamatan Undaan yang merupakan penghasil beras, daya dukung lahannya ternyata defisit. Kecamatan Undaan memiliki 30 jenis komoditas, sedangkan kecamatan Dawe memiliki 47 jenis komoditas. Jenis komoditas di Kecamatan Undaan yang lebih sedikit berpengaruh terhadap daya dukung lahan yang dihitung berdasarkan produksi biohayati di suatu wilayah. Untuk itulah konsep

31 64 Bioecoregional Plan yang mendukung penganekaragaman hayati juga akan meningkatkan daya dukung lahan di suatu wilayah. Menurut Sugandhy dan Hakim (2009), konsep pengembangan bioekoregional memandang lahan pertanian sebagai salah satu bagian dari kawasan yang lebih luas, yang terpadu dengan daerah tangkapan air, dan daerah yang berbatasan dengan lautan, yang masing-masing mempunyai tata guna lahan yang bertujuan melindungi kawasan dalam jangka panjang, sehingga lahan pertanian dikelola untuk mengoptimalkan produktivitas jangka panjang dan ikut melestarikan keanekaragaman hayati dengan mengurangi bahan kimiawi sintesis dan pengendalian hama penyakit, memanfaatkan sebesar mungkin jenis-jenis unggulan lokal untuk pembatas lahan, perindang jalan dan hutan masyarakat dalam membentuk lansekap kawasan pertanian. Sehingga untuk Kabupaten Kudus, peningkatan daya dukung lahan dapat dilakukan dengan menambah jenis komoditas melalui diversifikasi vertikal, rotasi, tumpangsari, dan penggunaan tanaman sela untuk meningkatkan keaneragaman tanaman serta meningkatkan produksi tanaman untuk meningkatkan daya dukung lahan. Disamping itu pemilihan komoditas dengan harga tinggi juga akan meningkatkan daya dukung lahan. Dari hasil perhitungan daya dukung dengan menggunakan konsep perhitungan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009, dengan mengasumsikan kebutuhan lahan dengan 1 ha lahan yang dipergunakan untuk menghasilkan 1 ton beras per tahun, untuk hidup layak per penduduk, Kabupaten Kudus mempunyai status daya dukung lahan yang Defisit. Harus disadari bahwa pola konsumsi, minat konsumsi, tidak selamanya sesuai dengan asumsi dasar yang dipergunakan oleh konsep ini. Status daya dukung lahan ini tidak dapat dibaca secara mentah namun perlu dilihat juga data mengenai kebutuhan dan ketersediaan pangan pokok (beras) untuk melihat kemandirian pemenuhan pangan di wilayah pengamatan agar tidak terjadi kekeliruan dalam melihat permasalahan daya dukung lahan di wilayah pengamatan. Data dari Kantor Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten Kudus tahun 2008 mengenai kebutuhan serta ketersediaan pangan utama ditampilkan pada Tabel 8.

32 65 Tabel 8 Kebutuhan dan Ketersediaan Pangan di Kabupaten Kudus Tahun 2008 SUMBER PANGAN KEBUTUHAN /KAPITA/ TAHUN*) TOTAL KEBUTUHAN PENDUDUK**) SAT UAN KETERSEDIAAN (TON) PADI ,643, Kg 85, JAGUNG ,380, Kg 5, KEDELE ,949, Kg KC. TANAH ,519, Kg 1132 KC. HIJAU , Kg 4749 UBI KAYU ,219, Kg UBI JALAR ,799, Kg 1368 DAGING ,521, Kg 2, SUSU ,699, Lt 61,1262 TELUR ,392, Kg 1, IKAN ,634, Kg GULA PASIR ,349, Kg 15, CABE MERAH ,999, Kg 8174 BAWANG MERAH ,449, Kg - Keterangan : *) Berdasarkan Susenas **) Jumlah penduduk jiwa. Dari data sekunder ini dapat diketahui bahwa sebenarnya, untuk kebutuhan tanaman pangan pokok (padi dan gula pasir) Kabupaten Kudus sudah dapat memenuhi kebutuhan akan pangan pokok dari wilayah Kabupaten Kudus. Sedangkan kebutuhan akan jagung, kedelai, daging, susu, telur masih harus dipenuhi dari kabupaten lain. Komoditas-komoditas inilah yang menyebabkan rendahnya perhitungan daya dukung lahan di Kabupaten Kudus. Rustiadi el al. (2010) juga menyebutkan bahwa konsep perhitungan daya dukung lahan yang digunakan ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah asumsi bahwa suatu wilayah memenuhi kebutuhannya sendiri, dan tidak berinteraksi dengan wilayah lain dalam memenuhi kebutuhan pangan. Belum adanya pemilahan kebutuhan akan biohayati pokok maupun yang bisa disubstitusikan, serta pola konsumsi yang berbeda di tiap kelompok masyarakat menyebabkan konsep perhitungan daya dukung lahan berdasarkan neraca bioproduk harus disesuaikan dengan masing-masing tipologi wilayahnya.

33 66 Untuk itu dalam menjelaskan daya dukung lahan dengan konsep perhitungan ini diperlukan data pendukung lainnya untuk melihat apakah kebutuhan pokok pangan sudah dapat disediakan oleh wilayah tersebut, dan komoditas mana yang belum dapat dipenuhi oleh wilayah tersebut agar tidak salah dalam memahami konsep daya dukung lahan ini Status Daya Dukung Lahan dan Status Tenaga Kerja Pertanian Secara umum, daya dukung lahan kabupaten Kudus adalah defisit, dengan kebutuhan lahan seluas ,70 ha dan ketersediaan lahan seluas ,22 ha, atau defisit ,52 ha lahan. Sedangkan selama tahun 2008, status tenaga kerja pertanian di Kabupaten adalah surplus HOK. Namun bila dilihat berdasarkan ruang yang lebih kecil yaitu per wilayah kecamatan per bulannya, dapat diketahui defisit tenaga kerja pertanian pada bulan Pebruari dan Oktober terjadi di Kecamatan Kaliwungu, Kota dan Jekulo, sedangkan pada bulan Desember terjadi surplus tenaga kerja pertanian di 8 Kecamatan (Mejobo, Jekulo, Kaliwungu, Undaan, Gebog, Dawe, Jati, Kaliwungu) kecuali Kecamatan Kota dengan status tenaga kerja defisit. Dari Gambar 37 dan 38, dapat kita perhatikan pola ketersediaan tenaga kerja pertanian dengan pola status daya dukung lahan, dimana pada kecamatan dengan surplus daya dukung lahan, mempunyai ketersediaan tenaga kerja pertanian yang paling tinggi. Dapat dikatakan bahwa di wilayah dengan jumlah tenaga kerja yang surplus, maka usahatani pertanian dapat dimaksimalkan dan dilaksanakan secara intensif. Perhitungan daya dukung lahan yang dilakukan per wilayah kecamatan, dapat digunakan untuk melihat gambaran tidak langsung kondisi fisik lahan, dimana di kecamatan yang surplus daya dukung lahannya, terdapat keragaman kondisi topografi dan keragaman komoditas yang hidup diatasnya. Sedangkan untuk daerah dengan kondisi fisik yang homogen dengan komoditas yang tidak terlalu bervariasi daya dukung lahannya defisit.

34 67 Gambar 38 Peta Status Daya Dukung Lahan Berdasarkan Ketersediaan dan Kebutuhan Lahan Tahun Gambar 39 Peta Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian dan Jumlah Tenaga Kerja Pertanian Kabupaten Kudus Tahun 2008.

35 JUMLAH TENAGA KERJA PERTANIAN (HOK) KETERSEDIAAN LAHAN (HA) 68 STATUS DAYA DUKUNG LAHAN 60,000 55,000 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 (5,000) - (10,000) (15,000) BAE DAWE GEBOG JATI JEKULO KALIWUNGU KECAMATAN KOTA MEJOBO UNDAAN Gambar 40 Grafik Status Daya Dukung Lahan Per Kecamatan. STATUS TENAGA KERJA PERTANIAN 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 - (1,000,000) BAE DAWE GEBOG JATI JEKULO KALIWUNGU KECAMATAN KOTA MEJOBO UNDAAN Gambar 41 Status Tenaga Kerja Pertanian Per Kecamatan. Dari dua grafik yang ditampilkan di Gambar 40 dan 41 dapat terlihat dengan jelas bahwa pola status dukung lahan dan pola ketersediaan tenaga kerja pertanian dapat dikatakan mirip. Untuk kecamatan Dawe status daya dukung lahan yang surplus ha, status tenaga kerja pertanian juga surplus HOK. Pola tersebut tidak ditemui disemua kecamatan. Di beberapa kecatamatan, untuk tenaga kerja surplus, daya dukung lahan justru defisit. Konsep perhitungan daya dukung lahan yang berbasis produktivitas ini selain dipengaruhi tenaga kerja pertanian, juga dipengaruhi faktor-faktor lain, diantaranya penggunaan bibit, pemakaian pupuk,

36 69 penggunaan pestisida serta sarana produksi yang lain. Hal inilah yang menyebabkan tidak selamanya tenaga kerja yang surplus, menunjukkan daya dukung lahan yang surplus pula. Ada faktor-faktor selain tenaga kerja pertanian yang berperan. Dari hasil analisis regresi sederhana yang dilakukan, tingkat ketersedediaan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap daya dukung lahan, R 2 yang diperoleh adalah 0,16 dengan selang kepercayaan 95%, artinya keterkaitan antara variabel daya dukung lahan dan ketersediaan tenaga kerja pertaanian, adalah sebesar 16% sedangkan 84% disebabkan variabel diluar variabel yang diamatai tersebut. Untuk daya dukung lahan defisit antara Ha Kecamatan Gebog mempunyai tingkat ketersediaan tenaga kerja pertanian HOK. Kecamatan Mejobo surplus HOK, Kecamatan Bae surplus HOK, Kecamatan Jati surplus HOK. Untuk Kecamatan Kota, tenaga kerja pertanian defisit HOK. Sedangkan pada kecamatan Jekulo, status tenaga kerja pertanian pada Kecamatan Jekulo yang defisit HOK. Untuk kecamatan Kaliwungu dengan status daya dukung lahannya defisit lebih dari ha, status tenaga kerja defisit pada musim tanam. Sehingga asumsi status ketersediaan tenaga kerja pertanian yang defisit akan mempengaruhi daya dukung lahan dapat dilihat pada kecamatan ini. Untuk Kecamatan Undaan, dengan status daya dukung lahan defisit kurang dari 5000 ha, status tenaga kerja pertanian adalah surplus HOK. Secara umum dapat dikatakan bahwa Daya dukung lahan yang defisit, juga menyebabkan ketersediaan tenaga kerja yang yang defisit, atau sebaliknya defisit tenaga kerja pertanian akan menyebabkan berkurangnya produksi biohayati sehingga daya dukung lahan meskipun tidak secara linier. Daya dukung lahan pada kecamatan dengan status daya dukung lahan yang defisit tetapi dengan ketersediaan tenaga kerja pertanian yang surplus masih dapat ditingkatkan dengan meningkatkan curahan tenaga kerja pertanian, instensifikasi pertanian, diversifikasi pertanian secara horisontal dengan rotasi tanaman, tanaman tumpangsari serta penggunaan tanaman sela.

37 70 Bila dilihat pada daerah tengah (Kecamatan Gebog, Jekulo, Mejobo, Bae, Kota, dan Jati) dengan topografi menengah pada wilayah ini, umumnya mempunyai pola irigasi tadah hujan serta setengah teknis, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas, sehingga dapat dikatakan daya dukung lahan sudah maksimal pada wilayah tersebut dan tidak dapat ditingkatkan dengan penambahan input tenaga kerja pertanian. Pada kondisi demikian, pemilihan komoditas tebu banyak dilakukan mengingat kebutuhan akan air tidak terlalu tinggi serta kebutuhan akan tenaga kerja pertanian juga tidak terlalu banyak, sehingga lahan tetap dapat diusahakan. Artinya ketersediaan tenaga kerja pertanian memang tidak terserap oleh lahan. Berbeda dengan daerah Utara (Kecamatan Dawe), dengan kondisi topografi yang beragam, dan komoditas yang beragam pula, maka ketersediaan tenaga kerja akan meningkatkan daya dukung lahan di wilayah tersebut. Untuk daerah utara (Kecamatan Undaan), dengan pola irigasi teknis, dan jenis tanah aluvial yangs sesuai untuk tanaman padi, ketersediaan tenaga kerja, ternyata tidak mempengaruhi status daya dukung lahan. Komoditas tanaman yang diusahakan relatif sedikit dibandingkan kecamatan lain, sehingga daya dukung lahan defisit. Dari ulasan sebelumnya dapat disimpulkan hubungan antara daya dukung lahan dengan tenaga kerja pertanian, dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung ketersediaan tenaga kerja pertanian meningkatkan daya dukung lahan. Dari hasil penelitian hubungan ini tidak linier, artinya ada kemungkinan variabel pengamatan lain yang belum diamati dalam penelitian yang berperan dalam menjelaskan hubungan antara status daya dukung lahan dan tenaga kerja pertanian. Hal ini menjadi bahan penelitian yang menarik untuk melihat fakror-faktor yang mempengaruhi daya dukung lahan selain tenaga kerja pada penelitian-penelitian selanjutnya mengenai daya dukung lahan berdasarkan produksi biohayati Basis Ekonomi Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan bukan basis dipergunakan metode LQ (Location Quetional). Konsep basis ekonomi teruatama dipengaruhi oleh pemilikan masa depan terhadap pembangunan daerah. Teori basis ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya

38 71 dapat meningkat melalui permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non basis (lokal). Permintaan terhadap produksi sektor lokal hanya dapat meningkat bila pendapatan lokal meningkat. Tetapi peningkatan pendapatan ini hanya terjadi bila sektor basis (ekspor) meningkat. Oleh karena itu menurut teori basis ekonomi, ekspor daerah merupakan faktor penentu dalam pembangunan ekonomi. Locational Quetional dihitung berdasarkan PDRB sektor di kecamatan dan dibandingkan dengan PDRB sektor tersebut di tingkat kabupaten. Apabila nilai LQ > 1, maka dapat dikatakan sektor tersebut merupakan sektor basis di kecamatan tersebut. Dari hasil perhitungan LQ dengan menggunakan data PDRB Kabupaten Kudus tahun 2008 di 9 sektor, dapat diketahui bahwa Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Gebog dan Dawe merupakan wilayah basis pertanian. Dimana nilai LQ >1. Selengkapnya dapat dilihat di Lampiran. Gambar 34 memperlihatkan sektor-sektor basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Kudus secara ruang. Pada daerah pengamatan, sektor basis pertanian terdapat didaerah Utara (Kecamatan Gebog, Dawe), daerah tengah (Kecamatan Jekulo, Mejobo) serta daerah selatan (Kecamatan Undaan). Bila diamati kondisi topografi di Kabupaten Kudus, dapat dibagi menjadi 3 daerah utara dengan ketinggian diatas 150 m dpl, daerah tengah dengan ketinggian diatas 100 m dpl dan daerah selatan dibawah ketinggian 50 m dpl (Kudus Dalam Angka, 2009). Pusat pelayanan di Kecamatan Kota (daerah tengah) menarik wilayahwilayah sekitarnya untuk menjadi wilayah pusat-pusat pelayanan pula, sektor industri pengolahan lebih mudah berkembang di kecamatan sekitar Kecamatan Kota. Seperti Kecamatan Jati, Bae, serta Kecamatan Kaliwungu. Pengembangan kecamatan kota sebagai pusat pelayanan dan permukiman, akan mengambil wilayah di sekitar kecamatan kota. Dari Tabel 11 di lampiran 1 dapat diketahui bahwa kecamatan dengan sektor basis industri pengolahan adalah Kecamatan Kota, Kaliwungu, Jekulo, Bae dan Gebog. Hanya Kecamatan Gebog yang terletak di kudus bagian utara, sedangkan kecamatan lainnya terdapat di Kudus bagian tengah. Daerah basis pertanian berkembang karena kondisi topografi yang sesuai, dan secara ekonomi

39 72 berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Daerah pertanian yang berbatasan langsung dengan pusat industri dan pemukiman mempunyai beberapa konsekuensi. Konsekuensi pertama adalah meningkatnya nilai lahan menyebabkan alihfungsi lahan terus terjadi, sehingga dikhawatirkan lahan untuk pertanian terus menurun. Konsekuensi kedua adalah meningkatnya ekonomi di wilayah tersebut juga akan meningkatkan daya beli masyarakat serta meningkatkan harga komoditas pertanian, dan akan meningkatkan pendapatan sektor pertanian di wilayah tersebut. Pengembangan wilayah yang baik akan mempertimbangkan konsekuensikonsekuensi tersebut sehingga dapat meminimalkan pengaruh dari berkurangnya lahan pertanian dengan meningkatkan nilai tambah bagi sektor pertanian, sehingga secara umum dapat meningkatkan pendapatan wilayah. Daerah utara, secara topografis, memang sesuai untuk daerah pertanian lahan kering, sehingga Kecamatan Dawe dan Gebog merupakan daerah basis tanaman lahan kering termasuk tanaman tebu. Sementara itu daerah tengah, (Kecamatan Kaliwungu, Mejobo dan Jekulo) merupakan daerah dengan irigasi setengah teknis, dan banyak diusahakan untuk tanaman padi pada saat ketersediaan air memenuhi, serta tanaman tebu. Sementara itu Kecamatan Undaan (daerah selatan) dengan kondisi topografi landai, dan berpengairan teknis, merupakan daerah pertanian dengan komoditas utama beras. Kelima kecamatan tersebut merupakan basis sektor pertanian yang mampu mengekspor hasil sumberdaya pertanian ke kecamatan lainnya. Bila dilihat dari kelima kecamatan tersebut, yang terjadi adalah Kecamatan Jekulo, dengan pertanian sebagai sektor basis tetapi tenaga kerja pertanian di kecamatan ini dalam tahun 2008 secara akumulatif mengalami defisit. Dilihat dari sektor basis lainnya di Kecamatan Jekulo terlihat bahwa sektor penggalian, industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih juga merupakan sektor basis di kecamatan ini. Sektor industri pengolahan yang memberikan kepastian pendapatan, dengan jumlah jam kerja pertahun yang jelas, berhasil menarik tenaga kerja yang mempunyai pendidikan lebih baik, untuk masuk di sektor Industri Pengolahan. Sehingga meskipun lahan pertanian

40 73 relatif tersedia, tetapi tenaga kerja pertanian secara akumulatif mengalami kekurangan/defisit. Gambar 42 Peta Locational Quotien dan Shift Share Analisys Kabupaten Kudus Tahun Kecamatan Kota, karena lahan pertanian memang kecil dan di kecamatan ini pertanian merupakan sektor non basis maka wajar jika kekurangan tenaga kerja pertanian secara akumulatif selama setahun terjadi. Pilihan pekerjaan yang lebih banyak, serta minat masyarakat yang rendah di sektor ini menyebabkan tenaga kerja pertanian harus didatangkan dari kecamatan lain. Pemakaian traktor tangan, mesin perontok serta operatornya memang didatangkan dari kecamatan lainnya SSA (Shift Share Analysis) SSA merupakan teknik untuk menganalisis perubahan dalam struktur ekonomi dalam dua titik waktu. SSA dapat melihat sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan tumbuh lebih cepat dari rata-rata wilayah. Dari hasil perhitungan data PDRB per sektor tahun 2004 dan tahun 2008, dapat diketahui bahwa sektor pertanian mengalami pertumbuhan secara aktual di Kecamatan Mejobo. Hal ini dapat dilihat

41 74 dari nilai differential shift nya yang positif. Nilai differential shift yaitu nilai yang menggambarkan perbedaan antara pertumbuhan sektor pertanian di Kecamatan Mejobo, dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian Kabupaten Kudus. Dari nilai LQ diketahui bahwa sektor basis pertanian berada di Kecamatan Jekulo, Mejobo, Dawe, Gebog dan Undaan, tetapi ternyata dalam rentang tahun antara 2004 dan 2008, yang menunjukkan keunggulan kompetitif hanya di Kecamatan Mejobo. Meskipun 4 kecamatan lain juga menunjukkan pertumbuhan yang positif dari PDRB sektor pertanian, namun nilai differential shiftnya negatif sehingga petumbuhan tidak disebabkan oleh kondisi internal di kecamatan tersebut tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB kabupaten sektor pertanian. Perhitungan SSA di masing-masing kecamatan dapat dilihat selengkapnya di tabel 12 lampiran Tingkat Perkembangan Wilayah Untuk melihat tingkat perkembangan wilayah dipergunakan skalogram. Dari data podes Kabupaten Kudus 2008 dihitung Indeks Pembangunan Desa yang menggambarkan jumlah dan jenis fasilitas umum dan industri. Semakin tinggi nilai IPD maka desa tersebut berhierarki lebih tinggi. Wilayah dengan hierarki lebih tinggi Gambar 43 Peta Hierarki Kecamatan di Kabupaten Kudus.

42 75 Gambar 44 Hierarki Wilayah Desa Kabupaten Kudus Tahun dapat dikatakan merupakan wilayah yang lebih maju, lebih berkembang infrastruktur serta sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut di banding wilayah lainnya. Disamping Indeks pembangunan Desa, juga dihitung Indeks Pembangunan Kecamatan. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa wilayah dengan Hierarki I adalah Kecamatan Kota. Hierarki II adalah Kecamatan Bae dan Jati, sedangkan kecamatan dengan Hierarki III adalah Dawe, Gebog, Jekulo, Kaliwungu, Mejobo dan Undaan. Dari Gambar 35 dan 36 dapat diketahui, Kecamatan Kota yang merupakan Kecamatan dengan Hierarki I. Dalam teori lokasi hierarki yang lebih tinggi merupakan lokasi pusat dalam melayani wilayah yang berhierarki lebih rendah. Sarana dan prasarana yang ada di hierarki I ini lebih baik dan merupakan pusat dalam aktifitas ekonomi di wilayah pengamatanuntuk mencapai tingkat perkembangan yang tinggi seringkali suatu wilayah memacu pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana dengan tujuan meningkatkan perekonomian dan meningkatkan PDRB serta

43 76 pendapatan daerah. Seringkali pembangunan ini tidak mempertimbangkan daya dukung wilayah tersebut, dan pada akhirnya pembangunan menjadi tidak berkelanjutan. Hubungan mengenai tingkat perkembangan wilayah dengan status ketersediaan tenaga kerja pertanian dan status daya dukung lahan terhadap pendapatan sektor pertanian serta pengembangan wilayah akan dibahas pada bab selanjutnya.

44 VII. HUBUNGAN ANTARA VARIABEL PENGAMATAN DENGAN PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH 7.1. Hubungan Antara Tingkat Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian, Daya Dukung Lahan dan Hierarki terhadap Pendapatan Wilayah Sektor Pertanian di Kabupaten Kudus. Untuk melihat pengaruh ketersediaan tenaga kerja di suatu wilayah kabupaten serta mengetahui pengaruh Daya Dukung Lahan dan Hierarki Wilayah terhadap pendapatan sektor pertanian di wilayah tertentu, juga digunakan analisis kuantifikasi Hayasi I disajikan pada Tabel 9. Untuk pendapatan wilayah digunakan data PDRB Sektor Pertanian Per Kecamatan tahun Tabel 9 Hasil Analisis Kuantifikasi Hayasi I untuk melihat hubungan antara PDRB Pertanian Kecamatan tingkat Ketersediaan Tenaga Kerja Pertanian, Daya Dukung Lahan dan Hierarki Wilayah Variabel Kategori Skor kategori Rentang Korelasi Parsial Ketersediaan Tenaga kerja 1 Defisit Tersedia Daya Dukung Lahan 1 Defisit Tersedia Hierarki Wilayah 1 Hierarki I Hierarki II Hierarki III Konstanta 7,4150 R2 0,3062 Batas r kritis dari hasil perhitungan adalah 0,569 sehingga diketahui bahwa untuk variabel tujuan pendapatan wilayah sektor pertanian, ketiga variabel baik ketersediaan tenaga kerja pertanian, daya dukung lahan maupun hierarki wilayah tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pendapatan wilayah sektor pertanian; dalam hal ini PDRB sektor pertanian tiap kecamatan. Namun dari skor kategorikal dapat diketahui bahwa kondisi defisit pada tenaga kerja pertanian justru memberikan skor kategori positif terhadap PDRB sektor

45 78 pertanian. Artinya kekurangan tenaga kerja pertanian pada suatu wilayah memberikan tambahan pada PDRB kecamatan, karena menarik tenaga kerja dari luar kecamatan ke kecamatan yang mengalami defisit tenaga kerja tersebut. Secara umum, daerah dengan status tenaga kerja pertanian yang defisit, merupakan gambaran banyaknya preferensi pekerjaan di luar pertanian, serta tingkat perkembangan wilayah yang lebih tinggi, sehingga pendapatan wilayahnya relatif tinggi, dan pendapatan sektor pertanian juga baik. Pengelolaan usahatani dilakukan lebih intensif, sehingga pendapatan sektor ini lebih tinggi. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa wilayah yang berstatus surplus Daya Dukung Lahannya memberikan skor kategorikal positif terhadap PDRB sektor pertanian. Artinya, daya dukung lahan secara umum mendukung usahatani. Daya dukung lahan yang rendah, juga memberikan PDRB sektor pertanian yang rendah pula. Untuk itulah perencanaan pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan daya dukung lahan, karena daya dukung lahan dapat mempengaruhi pendapatan sektor pertanian dalam jangka panjang. Perencanaan pembangunan pertanian dengan tidak memperhatikan Daya Dukung Lahan, mungkin saja memberikan pendapatan sektor yang tinggi saat ini, namun terganggunya lingkungan serta terlampauinya daya dukung lahan pada akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan dan menurunkan pendapatan sektor pertanian. Untuk melihat hubungan antara hierarki wilayah dengan pendapatan sektor pertanian, dapat diketahui bahwa hierarki wilayah III menunjukkan skor kategorikal yang positif. Wilayah dengan hierarki III, umumnya masih berupa wilayah pertanian, sehingga pendapatan sektor pertanian di wilayah ini meningkat. Perencanaan pengembangan wilayah yang baik, diharapkan dapat memadukan antara kepentingan pembangunan sarana, prasarana dan infrasrtuktur dengan meminimalkan konversi lahan pertanian produktif, sehingga pendapatan sektor pertanian tidak terus menurun. Peranan sektor pertanian dalam meningkatkan daya dukung lahan serta penyedia pangan, menjadi pertimbangan yang harus diperhitungkan dengan baik.

46 Ketersediaan Tenaga Kerja, Daya Dukung dan Hubungannya dengan Pengembangan Wilayah. Wilayah, Hierarki Wilayah pertanian di Kabupaten Kudus sebagaiman tertuang dalam RTRW Kabupaten Kudus yang berlaku tahun dan tercantum dalam RPJMD yang termasuk kawasan Budidaya adalah : 1. Kawasan Pertanian Lahan Basah : Kec.Undaan dan sebagian Kec. Jekulo, Kec. Mejobo dan Kec. Kaliwungu. 2. Kawasan Pertanian Lahan kering : Sebagian Kec. Gebog, Kec. Dawe dan Kec. Jekulo. 3. Kawasan Perkebunan Rakyat : Sebagian Kec. Gebog dan Dawe 4. Kawasan Hutan Produksi : Gondoharum Kecamatan Jekulo dan Desa Wonosoco Kec. Undaan. 5. Kawasan peternakan dan perikanan : Tersebar di semua wilayah kecamatan, kecuali Kecamatan Kota. PETA KAWASAN BUDIDAYA U DES A RAHTAWU KM DES A COLO JAPAN DES A TERNADI KABUPATEN PATI DES A KUWUKAN DUKUHWARINGIN KAJAR Pertanian Lahan Basah SOCO KABUPATEN JEPARA TERGO DES A MENAWAN Pertanian Lahan Kering DES A CR ANGGANG GLAGAH KULON PUYOH Kawasan Perkebunan Rakyat DES A LAU GONDOSARI KECAMATAN DAWE S AM IR EJO KECAMATAN GEBOG Kawasan Hutan Produksi P IJI DES A KANDANGMAS K. Pelang DES A KEDUNGSARI DES A CENDONO JUR ANG K. Jatipasekan Kawasan Permukiman MARGOREJO. Tu REJOS ARI K. Bacin K.S erep DES A BESITO K nggul K.G ajah K. Dombo DES A PADURENAN o DES A GETASRABI K. N geto DES A KARANGMALANG BAE KARANGBENER K. Sa laman mbak K. Ta KARANGAM PEL K.S D ESA KA LIPITU DES A GONDOHARUM. Lusi DES A PLADEN K. Mrisen K ELUR AHAN M LA TI KIDUL DES A MEGAWON GETAS PEJATEN JATI KULON DES A JEKULO K ELUR AHAN M LA TINO RO WITO K ELUR AHAN WER GU WETAN P LOSO JEP ANGP AKIS DES A GOLANTEPUS DES A SIDOMULYO DES A BULUNG KULON KECAMATAN MEJOBO MEJOBO K. Po cenu LORAM WETAN DES A JATI WETAN DES A SADANG DES A KESAMBI JOJO DES A GULANG KECAMATAN JATI DES A BULUNGCANGKRING DES A HADIWARNO DES A JEPANG LORAM KULON Kawasan Campuran (Perumahan, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa) bing K DES A TENGGELES NGEM BAL KULON K. Blim h Bawa D ESA M LA TI LOR K ELUR AHAN WER GU K ULON P AS UR UHAN KIDUL DES A PASURUHAN LOR. Beji lan D ESA D EMA NGAN KECAMATAN JEKULO DES A TUMP ANGKRASAK D ESA D ESA K RA MAT N GAN GUK K ELUR AHAN PANJUNAN DES A KLALING D ESA B ARO NGAN KECAMATAN KOTA K ELUR AHAN SUNG GIN GAN DES A HADIPOLO NGEMB ALR EJO D ESA G LA NTEN GAN D ESA LAN GG AR DALEM D ESA DEMAAN K ELUR AH AN PUR WOSARI DERS ALAM D ESA RENDENG K. Wu D ESA BU RIKAN D ESA K AU MAN D ESA K ERJASAN bungan D ESA K AJEK SAN D ESA D AMA RAN P RAMB ATAN KIDUL D ESA JA NG GALAN Kawasan Campuran eger TERBAN K. Biji D ESA KR ANDON P EDAWANG P RAMB ATAN LOR GAR UNG KIDUL K. Piji K Kawasan Pariwisata K. Pasekan K. S rabi B AC IN B AKALAN KRAP YAK GARUNG LOR KEDUNGDOWO KECAMATAN KALIWUNGU DES A SETR OKALANGAN K. Madat TANJUNGREJO D ESA SING OC ANDI DES A MIJEN DES A BANGET K. Plum gotuo K. Jo P ANJANG DES A GR IBIG K. Ba nget Sindo K. Tu K. g Tumpan nggul P UR WOREJO P EGANJARAN K. Logung DES A GONDANGM ANIS Gelis K. K. Jember DES A GAMONG DES A BLIM BING KIDUL Kawasan Peruntukan Industri Non Polutan DES A HONGGOSOCO D awe Kawasan Peruntukan Industri K. KECAMATAN BAE K. DES A KLUMPIT K. S etro. Domb K. Ked ungmas K DES A KALIWUNGU K. Kreteg waru DES A PAPR INGAN DES A SIDOREKSO K. K ajar Kawasan Pertambangan o gongg K DES A PAYAMAN TANJUNGKARANG. Silu DES A KIRIG Barat K. Piji KABUPATEN PATI K. Logung NGEMP LAK K. Piji DES A JETISKAPUAN KABUPATEN DEMAK Timur K. Praholo TEMULUS K. Silu gonggo WATES K. Juwana DES A UNDAAN LOR K. K. Juwana Ta nipa DES A KARANGROWO DES A UNDAAN TENGAH DES A LARIKREJO KABUPATEN KUDUS PROP. JAWA TENGAH K. Pa tusan KECAMATAN KOTA KECAMATAN UNDAAN K. Wulan DES A UNDAAN KIDUL K. Pa tusan K. Ga tet SAMBUNG SINGOCANDI TERANGMAS DES A MEDINI Iriga si Jratun DES A GLAGAHWARU K.Juwana KRANDON a KALIPITU K. Juwan DES A KALIREJO DES A KUTUK KAJEKSAN DAMARAN K. Serang KABUPATEN PATI BURIKAN KECAMATAN KOTA KAUMAN KERJASAN DES A LAMB ANGAN RENDENG GLANTENGAN BARONGAN LANGGARDALEM DEMAAN JANGGALAN KRAMAT DEMANGAN NGANGUK MLATI LOR KELURAHAN PURWOSARI KELURAHAN SUNGGINGAN KELURAHAN PANJUNAN KELURAHAN WERGU KULON KELURAHAN MLATINOROWITO KELURAHAN MLATI KIDUL KABUPATEN GROBOGAN KELURAHAN WERGU WETAN WONOS OCO Gambar 45 Peta Kawasan Budidaya RTRW Kabupaten Kudus ( Sumber : Bappeda Kabupaten Kudus)

47 80 Sedangkan untuk kawasan lindung, sebagai kawasan penyangga di kabupaten ini adalah Kawasan Lindung yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Pembagian Kawasan Lindung tersebut adalah sebagai berikut 1. Kawasan yang melindungi kawasan bawahannya, adalah kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan yang ada di bawahnya. Daerah dengan kemiringan lereng diatas 40%, akan ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Lindung. Kawasan desanya meliputi : Desa Rahtawu dan Desa Menawan di Kecamatan Gebog, Desa Ternadi, Desa Kajar, Desa Colo, Desa Japan di Kecamatan Dawe. 2. Kawasan perlindungan setempat, adalah kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap daerah setempat yang meliputi : Kawasan Sempadan Sungai : Sungai Gelis, Sungai Piji, Sungai Logung, Sungai Wulan, dan Sungai Juana Kawasan Sekitar Mata Air : Mata Air di Kecamatan Gebog dan Dawe Kawasan Sekitar Waduk : Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe 3. Kawasan Cagar Budaya, adalah kawasan yang berfungsi untuk pelestarian peninggalan purbakala, budaya dan sejarah, yang terdapat di daerah kawasan sekitar Makam Sunan Muria Desa Colo di Kecamatan Dawe dan sekitar Makam Sunan Kudus Desa Kauman di Kecamatan Kota. 4. Kawasan Rawan Bencana Alam, adalah kawasan yang berfungsi memberikan perlindungan dan pengendalian terhadap terjadinya bencana alam. Kawasan ini terdiri dari 2 jenis bencana yaitu : Bencana alam tanah longsor, yang terdapat di Desa Rahtawu, Desa Menawan di Kec. Gebog dan Desa Terban di Kec. Jekulo. Bencana Alam Banjir yang terdapat di Kecamatan Undaan, Jekulo bagian selatan, Mejobo bagian Selatan, Jati Bagian Selatan dan Kaliwungu Selatan.

48 BLIMBING KIDUL K. Tu nggul SIDOREKSO K. Ba nget K. Serang PAPRINGAN GAMONG K. S rabi BANGET K. Lusi K. Jember LAMBANGAN K. Tu nggul KALIWUNGU KEDUNGDOWO KECAMATAN KALIWUNGU SETROKALANGAN K. Wulan K. Dombo KALIREJO K. Jo gotuo MEDINI MIJEN GARUNG KIDUL SAMBUNG Iriga si Jratun K.Juwana GETASRABI KARANGAMPEL WONOSOCO GARUNG LOR PASURUHAN LOR GLAGAHWARU K. Dombo UNDAAN TENGAH PADURENAN KLUMPIT KABUPATEN KUDUS KECAMATAN UNDAAN UNDAAN KIDUL K. Ta mbak PRAMBATAN LOR PRAMBATAN KIDUL WATES KUTUK KECAMATAN GEBOG KELUR AHAN PUR WOSARI KECAMATAN KOTA KECAMATAN JATI K. Ga tet TERANGMAS UNDAAN LOR KEDUNGSARI GRIBIG BAKALAN KRAPYAK PASURUHAN KIDUL JATI WETAN K. Pa tusan KARANGMALANG JANGGALAN DEMANGAN K. Juwana DAMARAN JATI KULON KAUMAN KERJASAN LANGGAR DALEM K. Ta nipa KELUR AHAN SUNGGINGAN PLOSO PEGANJARAN NGEMPLAK MENAWAN BESITO KR ANDON KAJEKSAN DEMAAN TANJUNGKARANG GONDOSARI SINGOC ANDI GLANTENGAN GETASPEJATEN LORAM KULON JETISKAPUAN K. Gelis JURANG KECAMATAN BAE PANJANG B ARONGAN KELUR AHAN KELUR AHAN WER GU PANJUNAN KULON KALIPITU PURWOREJO BURIKAN KRAMAT KELUR AHAN WER GU WETAN LORAM WETAN NGANGUK MLATI LOR SAMIREJO K. S erep GULANG LARIKREJO RAHTAWU CENDONO BAE BACIN KELUR AHAN MLATI KIDUL RENDENG SOCO PUYOH PEDAWANG KELUR AHAN MLATINOROWITO K. Bacin K. Tumpang JEPANGPAKIS DERSALAM KARANGROWO KECAMATAN DAWE PIJI TUMPANGKRASAK MEGAWON JEPANG PAYAMAN TERNADI LAU MARGOREJO K. Dawe GONDANGMANIS KARANGBENER NGEMBALREJO NGEMBAL KULON KAJAR KECAMATAN MEJOBO K. Juwana K. Pa tusan K. Biji HONGGOSOCO GOLANTEPUS MEJOBO KIRIG K. Silu gonggo K. Mrisen K. Pelang K. Po cenu HADIPOLO TENGGELES TEMULUS COLO KUWUKAN CRANGGANG REJOSARI K. Sindo K. Jatipasekan K. Piji HADIWARNO KESAMBI K. Juwana K. Piji Barat K. Piji Timur K. Pasekan K. N geto TANJUNGREJO JOJO JAPAN DUKUHWARINGIN KANDANGMAS K. K ajar JEKULO SADANG TERGO KELURAHAN PURWOSARI K. Logung K. Logung KLALING BULUNGCANGKRING K. Praholo K. Beji DAMARAN KERJASAN JANGGALAN K. Gajah K. Sa laman GLAGAH KULON KAUMAN LANGGARDALEM DEMANGAN KELURAHAN SUNGGINGAN K. Ked ungmas K. Kreteg waru BULUNG KULON KRANDON KAJEKSAN TERBAN KECAMATAN JEKULO PLADEN K. S etro DEMAAN KELURAHAN PANJUNAN K. Madat SIDOMULYO KECAMATAN KOTA SINGOCANDI GLANTENGAN K. Blimbing BARONGAN KELURAHAN WERGU KULON K. S eger GONDOHARUM KALIPITU KRAMAT KELURAHAN WERGU WETAN BURIKAN NGANGUK MLATI LOR K. Silu gonggo KELURAHAN MLATI KIDUL RENDENG KELURAHAN MLATINOROWITO 81 PETA KAWASAN LINDUNG KABUPATEN PATI U SKALA 1 : KABUPATEN JEPARA KM Batas Kabupaten Batas Kecamatan Jalan Sungai Kawasan Hutan Lindung Kawasan Sempadan Sungai Kawasan Sekitar Mata Air K. Wu lan Bawah K. Plumbungan Kawasan Sekitar Waduk Kawasan Cagar Budaya Kawasan Rawan Longsor KABUPATEN DEMAK KABUPATEN PATI Kawasan Rawan Banjir PROP. JAWA TENGAH KABUPATEN PATI KECAMATAN KOTA KABUPATEN GROBOGAN Gambar 46 Peta Kawasan Lindung RTRW Kabupaten (Sumber : Bappeda Kabupaten Kudus). Bila diamati antara perbandingan antara penggunaan lahan serta dokumen RTRW yang ada, dapat diketahui bahwa jumlah penggunaan lahan untuk hutan seluas ha atau 2.4% dari luas Kabupaten Kudus, yang di RTRW disebut sebagai kawasan untuk perlindungan dibawahnya dengan kemiringan lereng lebih dari 40%, jumlahnya sangat sedikit sehingga apabila terjadi curah hujan yang sedikit lebih tinggi dari normal rawan untuk menimbulkan bencana banjir. Dapat dikatakan bahwa Daya Dukung Lingkungan sudah terganggu. Dari perhitungan Daya Dukung Lahan juga diketahui bahwa secara umum Daya Dukung Lahan di Kabupaten Kudus adalah Defisit. Artinya jumlah kebutuhan lahan lebih besar dari ketersediaan lahan yang ada. Meskipun dari hasil analisis sebaran tenaga kerja pertanian pada daerah berbasis pertanian hanya Kecamatan Jekulo serta Kecamatan Kaliwungu yang mengalami defisit tenaga kerja, namun dalam jangka panjang dengan bertambahnya preferensi dalam memilih pekerjaan, seiring dengan perbaikan sarana dan prasarana di Kabupaten Kudus dan peningkatan industrialisasi, keberadaan tenaga kerja pertanian perlu menjadi perhatian dalam meningkatkan daya dukung lahan di Kabupaten

49 82 Kudus. Dengan ketersediaan tenaga kerja yang seperti sekarang pun, hanya satu kecamatan yaitu Kecamatan Dawe yang mengalami surplus Daya Dukung Lahan. Berkembangnya jumlah penduduk, pemanfaatan lahan untuk permukiman, sarana dan prasarana serta infrasturkur akan meningkatkan kebutuhan akan lahan, sehingga alihfungsi lahan tidak dapat dihindari. Perencanaan yang baik akan meminimalkan penggunaan lahan pertanian produktif untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut. Dengan tetap mempertahankan lahan pertanian produktif, diharapkan Daya Dukung Lahan dapat terjaga. Peran sektor pertanian sebagimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah Sebagai penyedia pangan. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang sebagian besar masih menggantungkan pada konsumsi beras sebagai sumber karbohidrat menyebabkan tingginya tekanan terhadap peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi pangan itu sendiri ditentukan oleh intensifikasi, ekstensifikasi dan ketersediaan lahan. Secara umum lahan pertanian produktif mengalami penyusutan sebagai konsekuensi berkembangnya aktivitas sektor perekonomian yang menuntut ketersediaan lahan dan infrastruktur yang memadai. Konflik antar sektor ekonomi atas penggunaan lahan masih terus berlangsung seiring dengan pelaksanaan pembangunan. Fenomena ini kebanyakan menempatkan sektor pertanian pada posisi yang relatif kurang menguntungkan, sehingga akan menyebabkan pengalihan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian. Sedangkan isu strategis yang tertuang dalam RPJMD yang menyangkut sektor pertanian adalah sebagai berikut : Petani sebagai salah satu komponen penting yang harus diperhatikan dan harus diperhatikan dan diberdayakan agar diperoleh hasil yang maksimal. Upaya permberdayaan petani mulai terlihat dari paradigma baru program pertanian, bukan hal yang mudah untuk dilakukan, akan tetapi merupakan suatu hal yang sudah selayaknya untuk dilakukan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Pemerdayaan petani meliputi akses sumber daya (lahan, hutan) modernisasi pertanian (teknologi, sumber daya manusia), sistem usaha pertanian (pertanian, industri, kelembagaan), pembiayaan pertanian (kegiatan pemerintah), pengembangan

50 83 lembaga keuangan pedesaan (KUD) dan pembentukan model pemberdayaan petani (PUAP). Revitalisasi Pertanian merupakan salah misi yang tertuang dalam Arah Kebijakan Umum RPJMD tahun Bersama sektor-sektor lainnya diharapkan sektor ini disamping sektor-sektor lainnya menciptakan pemerataan serta meningkatkan aktifitas ekonomi di Kabupaten Kudus. Oleh karena Kabupaten Kudus secara umum mempunyai sektor basis non pertanian (industri pengolahan) maka preferensi maupun minat untuk bekerja di sektor pertanian dikhawatirkan akan semakin menurun, dan akan menurunkan ketersediaan pangan dan produksi biohayati yang akan mempengaruhi daya dukung lahan di Kabupaten Kudus. Program Peningkatan kesejahteraan petani, sangat diperlukan untuk menyeimbangkan perkembangan sektor lainnya. Didalam dokumen RPJMD program ini merupakan prioritas keempat dalam program perluasan kesempatan kerja, yang tertuang dalam kegiatan-kegiatan yang mencakup pengembangan agribisnis, pengembangan sarpras, revitalisasi pertanian, pembinaan, pelatihan, pemadasan jalan usaha tani, jaringan irigasi serta pengembangan tanaman. Pengembangan sektor pertanian dengan luasan wilayah hampir setengah dari wilayah Kabupaten Kudus juga memerlukan tantangan tersendiri. Kegiatan keproyekan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan pada tahun 2008, sejumlah 3,5% dari total kegiatan keproyekan juga menjadi catatan tersendiri. Dengan tingkat pemasukan PDRB di sektor pertanian sejumlah 2,6% dari total PDRB Kabupaten Kudus, sepertinya harus lebih ditingkatkan untuk menggerakkan masyarakat agar bergiat di sektor pertanian. Meskipun bila dilihat dari prosentase inputnya sebenarnya lebih besar dari prosentase outputnya. Karena peran sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan serta peranannya dalam mendukung daya dukung lahan, sudah selayaknya sektor ini mendapat lebih banyak subsidi yang bisa dirasakan langsung oleh petani, sekaligus merupakan insentif untuk penduduk yang mau bekerja langsung di sektor pertanian. Hal ini juga perlu dikuatkan dengan kebijakan pertanian makro pada pemerintah pusat, yang lebih menekankan perlunya menjaga keseimbangan pembangunan yang tidak hanya

51 84 mementingkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sekaligus mempertahankan daya dukung lahan, sehingga pembangunan berkelanjutan untuk beberapa generasi mendatang dapat dilaksanakan. Disamping itu pengamanan ketahanan pangan juga sekaligus dapat diraih. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani pengaturan pola tanam yang tepat, dapat meningkatkan pendapatan. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa pola tanam padi-padi-tananam lain serta pola tanaman tahunan tebu, memberikan hasil yang signifikan terhadap pendapatan usahatani. Peningkatan pendapatan di sektor ini akan mengimbangi laju alihguna lahan, yang diperlukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Untuk masing-masing wilayah kecamatan yang merupakan wilayah pertanian sesuai dengan RTRW Kabupaten Kudus, maka dapat dibuat arahan pengembangan berdasarkan fakta penelitian yang sudah didapatkan untuk masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut : Kecamatan Undaan Sebagai kecamatan penghasil beras untuk Kabupaten Kudus, kecamatan ini mempunyai peranan penting dalam ketahanan pangan dan penyediaan pangan beras bagi Kabupaten Kudus. Sebagai basis pertanian, ternyata kecamatan ini mempunyai daya dukung lahan yang defisit, sedangkan tenaga kerja pertanian di kecamatan ini masih dalam kategori tersedia. Arahan pengembangan yang sesuai adalah : Diversifikasi pertanian, dengan melakukan tumpang sari, rotasi, pengusahaan mina tani serta dengan meningkatkan peternakan serta pengelolaan lahan terpadu untuk meningkatkan kualitas lingkungan serta meningkatkan daya dukung lahan, agar kualitas lahan di wilayah ini tetap terjaga sebagai daerah sentra beras di Kabupaten Kudus. Diversifikasi pertanian yang dimaksud adalah diversifikasi vertikal dengan mengoptimalkan penggunaan lahan yang ada untuk meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan daya dukung lahan. Untuk mempertahankan daya dukung lahan juga perlu memperhatikan daya dukung lahan di daerah penyangga, dan tidak hanya

52 Tipe Penggunaan Lahan 85 diwilayah pengelolaan setempat. Pengelolaan dengan memperhatikan bioecoregional akan sangat mendukung keberlanjutan kawasan budidaya pertanian. Penggunaan Lahan Kecamatan Undaan Tegalan / Ladang Sungai Saw ah Irigasi Permukiman Lahan Terbuka Kebun Campur Fasilitas Umum / Bangunan Belukar Luas ( Ha ) Gambar 47 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Undaan. Gambar 48 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Undaan.

53 Tipe Penggunaan Lahan Kecamatan Mejobo Penggunaan Lahan Kecamatan Mejobo Tegalan / Ladang Sungai Saw ah Tebu Tadah Hujan Saw ah Tebu Irigasi Setengah Teknis Saw ah Tadah Hujan Saw ah Irigasi Permukiman Kebun Campur Fasilitas Umum / Bangunan Luas ( Ha ) Gambar 49 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Mejobo. Gambar 50 Luas Penggunaan Lahan dan Penggunaan Lahan di Kecamatan Mejobo.

54 Tipe Penggunaan Lahan 87 Kecamatan Mejobo, yang merupakan basis pertanian yang kompetitif, daya dukung lahan defisit serta tenaga kerja pertanian tersedia maka arahan pengembangan yang sesuai adalah 1) Diversifikasi tanaman, yang dimaksudkan untuk menambah keragaman produksi biohayati di kecamatan ini, dengan tanaman tumpangsari, tanaman sela serta rotasi tanaman, usaha mina padi, peternakan serta pengelolaan lahan terpadu untuk memaksimalkan daya dukung lahan serta meningkatkan pendapatan usahatani. 2) Mempertahankan competitiveness dengan pengembangan sektor pengolahan hasil pertanian Kecamatan Kaliwungu Kecamatan kaliwungu mempunyai luasan sawah yang cukup luas, namun dari hasil perhitungan LQ, sektor pertanian bukan merupakan sektor basis di wilayah ini. Bila dilihat dari sektor basis yang dominan adalah sektor industri pengolahan. Daya dukung lahan yang defisit serta tenaga kerja pertanian yang defisit pada puncak musim tanam yaitu pebruari dan Nopember. Arahan pengembangan yang sesuai adalah : 1) Pengaturan pola tanam untuk mengoptimalkan pendapatan di sektor ini. Dari hasil analisis statsitika dapat diketahui bahwa pola tanam padi-padi-tan lain memberikan hasil yang positif, demikian juga pola tanam dengan tanaman tahunan memberikan hasil yang juga positif/menguntungkan. Penggunaan Lahan Kec Kaliwungu Luas ( Ha ) Tegalan / Ladang Sungai Saw ah Tebu Irigasi Setengah Teknis Saw ah Irigasi Setengah Teknis Saw ah Irigasi Permukiman Lahan Terbuka Kebun Campur Fasilitas Umum / Bangunan Belukar Gambar 51 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Kaliwungu.

55 88 Gambar 52 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Kaliwungu. 2) Diversifikasi pertanian untuk meningkatkan daya dukung lahan dengan menggunakan tanaman sela, rotasi tanaman, pengelolaan pertanian terpadu dengan peternakan maupun perikanan akan meningkatkan pendapatan sekaligus meningkatkan daya dukung lahan, karena produksi biohayati di wilayah tersebut juga meningkat. 3) Mekanisasi pertanian yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja pertanian pada musim tanam Kecamatan Jekulo Kecamatan Jekulo juga merupakan kecamatan sebagai basis pertanian, mempunyai daya dukung lahan yang defisit serta status tenaga kerja pertanian yang defisit, kecuali bulan Desember. Secara umum terjadi kekurangan tenaga pertanian

56 Tipe Penggunaan Lahan 89 di Kecamatan Jekulo. Arahan pengembangan wilayah di sektor pertanian yang sesuai adalah sebagai berikut : 1) Intensifikasi Pertanian untuk meningkatkan sektor pertanian agar lebih kompetitif. 2) Mekanisasi Pertanian, untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja pertanian yang terjadi hampir disepanjang tahun. Penggunaan Lahan Kecamatan Jekulo Luas ( Ha ) Tegalan / Ladang Sungai Saw ah Tebu Tadah Hujan Saw ah Tebu Irigasi Setengah Teknis Saw ah Tadah Hujan Saw ah Irigasi Permukiman Lahan Terbuka Kebun Campur Fasilitas Umum / Bangunan Belukar Gambar 53 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jekulo. Gambar 54 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Jekulo.

57 Tipe Penggunaan Lahan Kecamatan Dawe Kecamatan Dawe Sebagai kecamatan dengan basis Pertanian, Daya Dukung lahan yang surplus, Tenaga Kerja Pertanian yang tersedia maka arahan pengembangan yang sesuai untuk kecamatan ini adalah : Meningkatkan intensifikasi pertanian untuk mendorong sektor pertanian agar lebih kompetitif. Disamping itu perlu memperhatikan daya dukung lahan dengan tetap mengusahakan diversifikasi pertanian. Kecamatan Dawe Sebagai kecamatan dengan basis Pertanian, Daya Dukung lahan yang surplus, Tenaga Kerja Pertanian yang tersedia maka arahan pengembangan yang sesuai untuk kecamatan ini adalah : Meningkatkan intensifikasi pertanian untuk mendorong sektor pertanian agar lebih kompetitif. Disamping itu perlu memperhatikan daya dukung lahan dengan tetap mengusahakan diversifikasi pertaniankecamatan Dawe Sebagai kecamatan dengan basis Pertanian, Daya Dukung lahan yang surplus, Tenaga Kerja Pertanian yang tersedia maka arahan pengembangan yang sesuai untuk kecamatan ini adalah : Meningkatkan intensifikasi pertanian untuk mendorong sektor pertanian agar lebih kompetitif. Disamping itu perlu memperhatikan daya dukung lahan dengan tetap mengusahakan diversifikasi pertanian. Kecamatan Dawe Sebagai kecamatan dengan basis Pertanian, Daya Dukung lahan yang surplus, Tenaga Kerja Pertanian yang tersedia maka arahan pengembangan yang sesuai untuk kecamatan ini adalah : Meningkatkan intensifikasi pertanian untuk mendorong sektor pertanian agar lebih kompetitif. Disamping itu perlu memperhatikan daya dukung lahan dengan tetap mengusahakan diversifikasi pertanian Penggunaan Lahan Kecamatan Dawe Luas ( Ha ) Tegalan / Ladang Sungai Saw ah Tebu Tadah Hujan Saw ah Tebu Irigasi Setengah Teknis Saw ah Tadah Hujan Saw ah Irigasi Permukiman Kebun Campur Hutan Fasilitas Umum / Bangunan Belukar Gambar 55 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Dawe.

58 Tipe Penggunaan Lahan Kecamatan Gebog Gambar 56 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Dawe. Penggunaan Lahan Kecamatan Gebog Luas ( Ha ) Tegalan / Ladang Sungai Saw ah Tebu Tadah Hujan Saw ah Tebu Irigasi Setengah Teknis Saw ah Tadah Hujan Saw ah Irigasi Setengah Teknis Saw ah Irigasi Permukiman Lahan Terbuka Kebun Campur Hutan Fasilitas Umum / Bangunan Belukar Gambar 57 Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Gebog.

59 92 Gambar 58 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Gebog. Untuk Kecamatan Gebog sebagai basis pertanian dengan daya status daya dukung lahan yang defisit, Tenaga Kerja Pertanian yang tersedia maka arahan pengembangan yang sesuai adalah 1) Meningkatkan Intensifikasi Pertanian Masih tersedianya tenaga kerja pertanian yang memadai dapat diarahkan untuk lebih mengintensifkan pengelolaan lahan pertanian untuk meningkatkan pendapatan sektor pertanian di kecamatan ini agar lebih kompetitif.

60 93 2) Diversifikasi Pertanian Diversifikasi pertanian ditujuan untuk lebih meningkatkan keragaman bioproduksi hayati baik untuk pertanian, perikanan maupun peternakan. Keragaman bioproduksi hayati akan meningkatkan daya dukung lahan Arahan Pengembangan Wilayah (Pertanian) Kabupaten Kudus. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam satu tahun, secara akumulasi terjadi defisit tenaga kerja pertanian di dua wilayah dari 9 kecamatan yang diamati yaitu Kecamatan Kota dan Jekulo. Daya Dukung Lahan di dua wilayah tersebut adalah defisit, sedangkan sektor basis di Kecamatan Kota adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi serta lembaga keuangan. Sedangkan Kecamatan Jekulo mempunyai sektor basis pertanian, penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih. Kedua kecamatan tersebut dengan perhitungan SSA tidak menunjukan differential shift yang positif dalam sektor pertanian. Dari hirarki wilayahnya, Kecamatan Kota merupakan hirarki I sedang Kecamatan Jekulo berhirarki III. Dari hasil penelitian dapat diketahui fakta penelitian yang dirangkum dalam Tabel 9. Tabel 10Matrik Status Tenaga Kerja, Daya Dukung Lahan, LQ Sektor Pertanian, SSA, Tingkat Perkembangan Wilayah dan Wilayah Pertanian Menurut RTRW Tiap Kecamatan No. KECAMATAN Status Tenaga Kerja DDL LQ Sektor Pertanian SSA Tingkat Perkemba ngan Wilayah Wilayah Pertanian Menurut RTRW 1 Undaan Surplus Defisit Basis Pertanian Non Kompetitif III Pertanian 2 Mejobo Surplus Defisit Basis Pertanian Kompetitif III Pertanian 3 Jati Surplus Defisit Non Basis Pertanian - II Non Pertanian 4 Kota Defisit Defisit Non Basis Pertanian - I Non Pertanian 5 Kaliwungu Surplus Defisit Non Basis Pertanian - III Pertanian 6 Bae Surplus Defisit Non Basis Pertanian - II Non Pertanian 7 Jekulo Defisit Defisit Basis Pertanian Non Kompetitif III Pertanian 8 Dawe Surplus Surplus Basis Pertanian Non Kompetitif III Pertanian 9 Gebog Surplus Defisit Basis Pertanian Non Kompetitif III Pertanian

61 94 Dari matrik yang disajikan pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa kondisi umum wilayah pertanian merupakan sektor basis yang tidak kompetitif artinya, pertumbuhan sektor pertanian antara tahun 2004 dengan 2008 tidak disebabkan oleh kondisi internal sektor pertanian di kecamatan tersebut, tetapi lebih banyak disebabkan pertumbuhan sektor pertanian di tingkat kabupaten. Diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan sektor pertanian agar menjadi sektor yang kompetitif, antara lain dengan meningkatkan intensifikasi pertanian, meningkatkan tenaga kerja yang surplus dan tersedia di wilayah tersebut, serta meningkatkan pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Ditinjau dari daya dukung lahannya, hanya Kecamatan Dawe yang surplus sedangkan delapan kecamatan lainnya defisit daya dukung lahannya. Daya dukung lahan yang defisit ini diketahui berasal dari komoditas diluar pangan pokok, sehingga peningkatan daya dukung lahan dapat dilakukan dengan meningkatkan diversifikasi vertikal, rotasi tanaman, penggunaan tanaman sela, mina padi, untuk meningkatkan pendapatan petani serta meningkatkan pendapatan sektor pertanian, sekaligus meningkatkan daya dukung lahan yang dihitung berdasarkan bioproduksi wilayah. Pengelolaan lahan pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan daya dukung lahan yang berkelanjutan juga tidak bias dilepaskan dari upaya untuk membangun petani serta penduduk yang tinggal diatas lahan tersebut. Peningkatan kapasitas kelembagaan, bonding strategi, serta pengembangan sosial dari masyarakat yang tinggal di atasnya dapat mendorong tercapainya tujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan. Perencanaan pengembangan wilayah yang didasarkan pada community based development dengan menggunakan kajian komunitas sosial untuk mengenali permasalahan, menganalisis dan menentukan prioritas permasalahan dilingkungan usahatani, serta memilih alternatif kegiatan, pada akhirnya juga akan meningkatan kapasitas dari kelompok masyarakat atau petani, sebagai pelaku dari usahatani yang diharapkan mampu meningkatkan daya dukung lahan serta meningkatkan usahataninya.

62 Gambar 59 Peta Arahan Pengembangan Wilayah (Pertanian) di Kabupaten Kudus 95

BUPATI KUDUS KEPUTUSAN BUPATI KUDUS NOMOR : 488 / / / 554 TENTANG

BUPATI KUDUS KEPUTUSAN BUPATI KUDUS NOMOR : 488 / / / 554 TENTANG BUPATI KUDUS KEPUTUSAN BUPATI KUDUS NOMOR : 488 / 116.1 / 2012 842.2 / 554 TENTANG PENETAPAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMBANTU DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Bab II Profil Sanitasi Saat Ini

Bab II Profil Sanitasi Saat Ini 2.1. GAMBARAN WILAYAH 2.1.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF Bab II Secara geografis, Kabupaten Kudus terletak pada koordinat 6 0 51 7 0 16 Lintang Selatan dan 110 0 36 110 0 50 Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN, DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN ATAU KELURAHAN MENJADI

Lebih terperinci

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Bab III 3.1. VISI DAN MISI SANITASI Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi secara bertahap. Misi

Lebih terperinci

3 belanja modal pengadaan pompa air Pengadaan pompa air APBD Kab.

3 belanja modal pengadaan pompa air Pengadaan pompa air APBD Kab. Lampiran : Nomor : 050/1/PPBJ.PL/12 Tanggal : 04 September 2012 LAMPIRAN PENGUMUMAN PENGADAAN LANGSUNG PAKET PEKERJAAN KONSTRUKSI/ PENGADAAN BARANG PEJABAT PENGADAAN DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

KABUPATEN KUDUS INDUSTRI BORDIR / SULAMAN INDUSTRI PAKAIAN JADI

KABUPATEN KUDUS INDUSTRI BORDIR / SULAMAN INDUSTRI PAKAIAN JADI KABUPATEN KUDUS INDUSTRI BORDIR / SULAMAN 1. Kajeksan Kota mukena, kerudung 1.258.263 2. Janggalan Kota bordir kebaya sutra, bordir kebaya hicon, bordir 750.000 taplak, bordir selendang, bordir mukena

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Kabupaten Kudus Kondisi Fisik

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Kabupaten Kudus Kondisi Fisik BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Kabupaten Kudus 4.1.1 Kondisi Fisik Kabupaten Kudus merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil di Jawa Tengah, yaitu sebesar 42.516 Ha, yang terdiri dari 9 kecamatan,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS TAHUN

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS TAHUN BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN... TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS TAHUN

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN... TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS TAHUN RANCANGAN BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN... TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. atau kota dengan luas wilayah terkecil di Propinsi Jawa diantara tengah yakni

BAB II GAMBARAN UMUM. atau kota dengan luas wilayah terkecil di Propinsi Jawa diantara tengah yakni 63 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kudus Kabupaten Kudus merupakan salah satu dari tiga puluh lima kabupaten atau kota dengan luas wilayah terkecil di Propinsi Jawa diantara tengah

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

DAFTAR NAMA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA (PPS) PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUDUS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUDUS NOMOR : 23 /PP.05.1-Kpt/3319/KPU-Kab/III/2018 TENTANG PENETAPAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA PANITIA PEMUNGUTAN SUARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2012

RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2012 RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2012 No Paket Kegiatan Metode 1 2 3 4 5 Paket Jasa Konsultansi Perencanaan Fisik DBH CHT Paket Jasa Konsultansi Pengawasan Fisik DBH

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS. kondisi umum geografis, demografis, ekonomi, dan juga Satuan Kerja Perangkat

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS. kondisi umum geografis, demografis, ekonomi, dan juga Satuan Kerja Perangkat BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS Bab ini menggambarkan kondisi Daerah Kabupaten Kudus dan aktor pemerintahanya sebagai lokasi penelitian dari skripsi ini. Gambaran ini meliputi kondisi umum geografis,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

Tabel 2.1. Luas wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus

Tabel 2.1. Luas wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus BAB 2 GAMBARAN WILAYAH STUDI 2.1. Kondisi Kabupaten Kudus Kondisi dari Kabupaten Kudus meliputi kondisi fisik daratan, kondisi administrasi dan geografis, kondisi topografi, kondisi klimatologi, kondisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30 Lintang Selatan dan antara 108 30 dan 111 30 Bujur Timur (temasuk Pulau Karimunjawa). Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO

ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 1 ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO ABSTRAK Ir. H. Cholil Hasyim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 59 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Bidang Pemerintahan : 1. 01 Pendidikan Unit Organisasi : 1. 01. 01 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA 1 PENDAPATAN DAERAH 110.228.000,00 87.384.000,00 (22.844.000,00) 79,28 1. 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor produksi utama dalam produksi pertanian adalah lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya. Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci