Optimisasi Penempatan Turbin Angin di Area Ladang Angin Menggunakan Algoritma Genetika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Optimisasi Penempatan Turbin Angin di Area Ladang Angin Menggunakan Algoritma Genetika"

Transkripsi

1 Optimisasi Penempatan Turbin Angin di Area Ladang Angin Menggunakan Algoritma Genetika Azimatul Khulaifah, Heri Suryoatmojo, ST, MT, Ph.D, Vita Lystianingrum Budiharto Putri, ST, M.Sc Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak-- Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam kehidupannya. Hampir semua kegiatan manusia di setiap harinya memerlukan listrik dan sampai saat ini permintaan akan listrik semakin meningkat. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi pembangkit listrik berbahan bakar minyak yang semakin menurun akibat mahalnya harga bahan bakar. Oleh karena itu, perlu dicari semacam solusi terhadap pemenuhan listrik dengan pemanfaatan energi alternatif terbarukan yang cukup berpotensi di Indonesia. Salah satu energi alternatif terbarukan yang saat ini adalah penggunaan teknologi turbin angin dimana energi angin yang diperoleh bebas dari alam ini akan diubah sedemikian rupa hingga menjadi energi listrik. Meskipun bahan baku energinya tak terbatas sehingga dari segi bahan baku lebih murah dari PLT yang lain, akan tetapi biaya intalasi pembangkit listrik yang menggunakan teknologi turbin angin masih tergolong mahal. Oleh karena itu diharapkan sistem pembangkit yang digunakan seefisien mungkin, yaitu dengan biaya yang relatif murah mampu menghasilkan energi listrik yang maksimum. Hal ini dapat diperoleh dari penempatan turbin angin yang tepat pada suatu lahan angin (wind farm). Pada tugas akhir ini disimulasikan penentuan konfigurasi letak turbin angin yang optimum menggunakan metode algoritma genetika, sehingga diperoleh biaya yang minimum dan pembangkitan daya yang maksimum. Hasil dari simulasi ini berupa suatu konfigurasi letak turbin angin yang memberikan harga pembangkitan paling minimum. Kata kunci : Turbin Angin, Konfigurasi Letak Turbin Angin, Optimasi, Algoritma Genetika I. PENDAHULUAN Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam kehidupannya. Hampir semua kegiatan manusia di setiap harinya memerlukan listrik. Pembangkit listrik yang ada saat ini masih banyak yang menggunakan bahan bakar minyak. Sedangkan kondisi yang terjadi saat ini adalah menipisnya cadangan sumber-sumber bahan bakar tersebut dan efek buruknya terhadap lingkungan. Sebagai konsekuensi atas kebutuhan manusia akan listrik, maka harus dicari semacam solusi terhadap pemenuhan listrik dengan pemanfaatan energi alternatif terbarukan yang cukup berpotensi di Indonesia. Salah satunya adalah penggunaan teknologi turbin angin yang memanfaatkan energi angin sebagai penggeraknya. Meskipun bahan baku energinya tak terbatas sehingga dari segi bahan baku lebih murah dari PLT yang lain, akan tetapi biaya intalasi pembangkit listrik yang menggunakan teknologi turbin angin masih tergolong mahal. Oleh karena itu diharapkan sistem pembangkit yang digunakan seefisien mungkin, yaitu dengan biaya yang relatif murah mampu menghasilkan energi listrik yang maksimum. 1 Hal ini dapat diperoleh dari penempatan turbin angin yang tepat pada suatu ladang angin (wind farm). Pada suatu ladang angin yang telah ditentukan luasnya terdapat berbagai macam peluang konfigurasi untuk menempatkan turbin-turbin tersebut yang nantinya dapat dihitung besar biaya per pembangkitan daya dari tiap-tiap konfigurasi tersebut. Sehingga, permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah apakah metode algoritma genetika dapat diimplementasikan untuk memilih dan menentukan konfigurasi penempatan turbin-turbin angin yang tepat dalam suatu ladang angin agar dihasilkan daya yang maksimum dan biaya yang minimum dari tiap-tiap pembangkitan dayanya Tugas akhir ini bertujuan untuk memperoleh suatu metode guna menentukan konfigurasi letak turbin-turbin angin yang optimum pada suatu ladang angin sehingga dapat diperoleh besarnya daya yang maksimum dan biaya yang minimum. Agar Tugas Akhir ini tidak menyimpang dari ketentuan yang digariskan maka diambil batasan dan asumsi sebagai berikut: 1. Kondisi angin diasumsikan memiliki kecepatan yang sama (konstan) dan arah angin diabaikan. 2. Besar diameter rotor setiap turbin dianggap sama. 3. Daya yang digunakan masih berupa daya turbin (P w ). 4. Biaya yang diperhitungkan hanya biaya investasi. 5. Simulasi dilakukan menggunakan software MATLAB 7.6. II. TEORI PENUNJANG 2.1 Turbin Angin Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu udara akibat pemanasan atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari. Karena bergerak angin memiliki energi kinetik. Energi angin dapat dikonversi atau ditransfer ke dalam bentuk energi lain seperti listrik atau mekanik dengan menggunakan kincir atau turbin angin. Oleh karena itu, kincir atau turbin angin sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) [1].

2 Turbin angin adalah sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik. Prinsip kerja dasar dari turbin angin adalah dengan energi angin yang menyebabkan kincir (blade) berputar menghasilkan energi mekanik, lalu energi mekanik pada putaran kincir digunakan untuk memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik. Ada 2 gaya yang bekerja pada batang kincir yaitu gaya lift dan drag. Ketika angin bertiup melalui bilah tersebut, maka akan timbul udara bertekanan rendah di bagian bawah dari sudu, tekanan udara yang rendah akan menarik sudu bergerak ke area tersebut. Gaya yang ditimbulkan dinamakan gaya angkat. Besarnya gaya angkat biasanya lebih kuat dari tekanan pada sisi depan bilah, atau yang biasa disebut tarik. Kombinasi antara gaya angkat dan tarik menyebabkan rotor berputar seperti propeler dan memutar generator. Dengan menghubungkan poros (shaft) rotor ke generator maka akan didapatkan energi listrik yang dapat disimpan dalam accu atau langsung digunakan untuk memenuhi beban alat listrik rumah tangga. Ketersediaan angin dengan kecepatan yang memadai menjadi faktor utama dalam implementasi teknologi kincir angin. diperhitungkan untuk mengoptimalkan energi yang diperoleh setiap tahunnya. Jarak ini tergantung pada medan, arah angin, kecepatan angin dan ukuran turbin. Dari penelitian yang telah dilakukan, untuk daerah yang datar ditemukan jarak optimum antar menara sebesar 1,5-3 rotor diameter untuk posisi turbin yang melawan arah angin (crosswind) dan 8-12 diameter rotor untuk posisi turbin yang searah dengan datangnya angin, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Posisi turbin tersebut dapat mempengaruhi kecepatan turbin yang lain, terutama turbin yang ada di belakangnya akan mengalami penurunan kecepatan menjadi 1/3-nya. Gambar 2.3 Skema wake model [3] Selain kecepatan, besar jari-jari rotor di sisi hilir (downstream) juga akan dipengaruhi oleh jarak (x) yang memisahkan turbin yang satu dengan turbin yang ada di belakangnya. Gambar 2.1 Komponen dasar turbin angin Jarak Turbin Sebelum membuat suatu PLTB, masalah yang biasanya ditemui adalah lahan untuk tempat pemasangan turbin angin terbatas atau harga lahan yang cukup tinggi. Jika digunakan turbin dengan ukuran yang besar, dengan tujuan agar diperoleh daya ekstraksi yang besar memiliki biaya investasi cukup mahal. Sedangkan, jika digunakan turbin yang berukuran kecil untuk menekan biaya investasi, daya yang dihasilkan kecil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan perhitungan baik dari jumlah turbin yang digunakan, ukuran turbin, dan jarak antar turbin yang mampu mengekstraksi daya secara maksimum. Gambar 2.4 Perbedaan jari-jari rotor di sisi hulu dan hilir [4] Biaya Cost of Energy (COE) didefinisikan sebagai biaya rata-rata per kwh produksi energi listrik. Untuk menghitung COE, biaya produksi energi listrik tahunan dibagi dengan total energi listrik yang digunakan, dengan persamaan berikut [5] : = + & (2.1) Gambar 2.2 Jarak menara turbin optimum pada daerah datar [2] Ketika mendirikan turbin angin pada suatu ladang angin, jarak antara menara yang satu dengan yang lain 2 dengan : C I = Modal awal ($) FCR = Cadangan Biaya (%/tahun) C R = Biaya penggantian ($/tahun) C O&M = Biaya perawatan dan operasi ($/kwh) AEP = Produksi daya tahunan (kwh/tahun)

3 2.1.3 Energi Angin Menurut ilmu fisika klasik energi kinetik dari sebuah benda dengan massa m dan kecepatan v dengan asumsi bahwa kecepatan v tidak mendekati kecepatan cahaya. Energi kinetik yang dimiliki oleh angin dapat didapat dari persamaan [2] : E k m v E = mv (2.2) = Energi kinetik (Joule) = Massa (kg) = Kecepatan(m/detik) Bila suatu blok udara yang mempunyai penampang A dalam m 2, dan bergerak dengan kecepatan v (m/detik), maka jumlah massa yang melewati suatu tempat adalah : m=ρav (2.3) ρ = Kerapatan udara (kg/m 3 ) A = Luas area penangkapan angin (m 2 ) Dengan dua persamaan (2.2) dan (2.3), besar daya yang dihasilkan dari energi angin sebagai berikut : P w P = ρav v = ρav (2.4) = Energi angin (Watt) Baling-baling tidak dapat mengekstrak semua kecepatan angin yang ada pada sisi hulu (upstream) sehingga kecepatan angin pada hilir (downstream) berkurang. Daya aktual yang diekstraksi oleh rotor baling- baling merupakan perbedaan antara kekuatan angin hulu dan hilir. Karena kecepatan angin dari v ke v o tidak kontinyu, maka diambil kecepatan rata-ratanya sehingga daya yang diekstraksi oleh rotor sebesar : P = ρa v v = ρav C (2.5) Cp merupakan koefisien daya dari ekstraksi angin pada hulu oleh rotor yang kemudian diumpankan ke generator listrik. Dari persamaan (2.5) Dapat dilihat bahwa Cp sangat tergantung pada rasio v d /v. Secara teori, nilai maksimum dari Cp adalah 0,59 ( 0,6). 2.2 Algoritma Genetika untuk Optimasi Algoritma genetika adalah suatu algoritma pencarian yang didasarkan pada mekanisme seleksi alamiah dan genetika alamiah. Langkah-langkah algoritma genetika dapat ditulis sebagai pseducode berikut [6] : Inisialisasipopulasi, N kromosom Loop Loop untuk N kromosom Dekodekankromosom Evaluasikromosom 3 End End Buat satu atau dua kopi kromosom terbaik Loop sampai didapatkan N kromosom baru Pilih dua kromosom Pindahsilang Mutasi End Pada algoritma di atas digunakan skema penggantian populasi yang disebut sebagai generational replacement. Artinya, N kromosom dari suatu generasi digantikan sekaligus oleh N kromosom baru hasil pindah silang dan mutasi. III OPTIMASI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA 3.1 Parameter Turbin Angin [3] Pada proses optimasi penempatan turbin angin ini memiliki fungsi objektif yang terdiri dari fungsi biaya (cost) dan fungsi daya (P tot ), dimana hasil dari proses optimasi ini adalah suatu nilai biaya minimum dari setiap daya yang terbangkitkan. Fungsi objektif= (3.1) Berdasarkan persamaan fungsi objektif tersebut, terdapat dua fungsi di dalamnya, yaitu : a. Fungsi Daya Fungsi daya ini digunakan untuk mencari besar daya yang terbangkitkan dari seluruh jumlah turbin yang digunakan pada setiap solusi konfigurasi letak turbin. Parameter dari turbin angin yang digunakan antara lain rotor turbin, kecepatan, dan daya total. Sesuai dengan Gambar 2.3 yang menjelaskan tentang wake model, dimana pada area penangkapan angin terjadi perbedaan antara jari-jari rotor pada hulu dan hilir. Perbedaan jarijari ini akan menyebabkan kecepatan di hulu dan di hilir juga berbeda. Dengan persamaan luas area penangkapan angin suatu tubin (A r ) dan turbin dibelakangnya (A 1 ) adalah : A = πr dan A = πr (3.2) r r = jari-jari rotor downstream turbin di depan (m) r 1 = jari-jari rotor downstream turbin dibelakang (m) Dari persamaan 3.2 dan mengacu pada skema wake model pada Gambar 2.3, diperoleh pula persamaan hubungan jari-jari rotor di sisi hulu (downstream) suatu turbin terhadap turbin dibelakangnya yaitu : = + (3.3) x = Jarak antar turbin (m)

4 α = Faktor induksi aksial Faktor induksi aksial (α) adalah faktor yang diperoleh dari tinggi menara turbin (z) dan kekasaran permukaan tanah (z 0 ) dengan persamaan : α=. / (3.4) Secara teori nilai maksimum Cp adalah 0,59 ( 0,6). Pada proses optimasi ini, nilai tersebut yang akan dipergunakan sebagai koefisien dayanya. Diagram alir metode algoritma genetika untuk menentukan konfigurasi yang optimum dari penempatan turbin angin ditunjukkan oleh Gambar 3.1. P= Av C = Av 0.6=0.3Av (3.5) Sehingga diperoleh rumus sederhana untuk total daya yang dihasilkan yaitu : P = 0.3v (3.6) N = Jumlah tubin yang digunakan. v i = Kecepatan angin (m/s) Suatu turbin akan mengalami penurunan kecepatan jika di depannnya terdapat turbin yang lain, dan dengan mensubstitusi persamaan (3.2), (3.3) dan (3.5) diperoleh persamaan kecepatan suatu turbin akibat pengaruh turbin di depannya yaitu : v= v 1 (3.7) Daya total yang dihasilkan masih berupa daya turbin, dengan kata lain belum dikonversi menjadi daya elektrik sehingga efisiensi dari mekanik transmisi (η m ) dan efisiensi dari konversi elektrik (η g ) diabaikan. b. Fungsi Biaya Biaya dari suatu pembangkit secara umum dapat dilihat pada persamaan (2.1). Tetapi dalam proses optimasi kali ini biaya yang digunakan hanya biaya investasi sebagai variabel dari fungsi biaya. Persamaan untuk fungsi yaitu : cost=n + exp, (3.8) N = Jumlah tubin yang digunakan c. Efisiensi Efisiensi dari suatu konfigurasi penempatan turbin dapat diperoleh dari daya total (P tot ) yang dihasilkan dibanding dengan daya dari tiap-tiap turbin (N) dengan kecepatan normal (u 0 ). Sehingga dapat dibuatpersamaan : E isiensi= (. ) P tot = Total daya yang dihasilkan (W) N = Jumlah turbin yang digunakan v o = kecepatan rata-rata angin (m/s) (3.9) 3.2 Penempatan Turbin Angin Menggunakan Algoritma Genetika 4 Gambar 3.1 Flowchart optimasi penempatan turbin angin optimal menggunakan algoritma genetika Ladang angin yang digunakan pada simulasi ini terdiri dari 100 lokasi turbin angin yang dibuat berukuran 10x10 lokasi, dengan tiap-tiap kotak berukuran 200 meter, sehingga total ladang angin yang terbentuk adalah 2 km x 2 km [3]. Gambar 3.2 Konfigurasi penempatan turbin angin Pada Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa ukuran tiap kotak sebasar 200m x 200 m atau 5r r x 5r r. Turbin-turbin akan dipasang pada titik tengah dari kotak tersebut. Jarak aman antar menara dengan posisi turbin melawan arah angin sebesar 1,5-3 rotor diameter atau sekitar 160 sampai 320 meter, maka turbin pada suatu kolom tidak akan mempengaruhi turbin pada kolom di sampingnya. Sehingga yang diperhitungkan nanti hanyalah pengaruh antara suatu turbin dengan turbin-turbin di belakangnya. Parameter-parameter yang digunakan pada algoritma genetika dalam tugas akhir ini tersebut antara lain : - Luas ladang angin = 2 km x 2 km - Jari-jari rotor (r r ) = 40 meter - Jarak antar turbin (x) = 200 meter - Kecepatan awal (u 0 ) = 12 m/d - Tinggi menara (z) = 60 meter - Kekasaran permukaan tanah (z 0 )= 1

5 - Jumlah gen (Nbit) = 10 - Jumlah variabel (Nvar) = 10 - Jumlah populasi (UkPop) = 50 - Probabilitas pindah silang (P c ) = 0,8 - Probabilitas mutasi (P m ) = 0,05 - Generasi maksimum (MaxG) = 500 Inisialisasi Populasi Tujuan dari fungsi ini adalah membangkitkan populasi awal yang berisi sejumlah kromosom dan setiap kromosom berisi sejumlah gen. Masukan untuk fungsi tersebut adalah UkPop yang menyatakan ukuran populasi (jumlah kromosom dalam populasi), dan JumGen yang menyatakan jumlah gen dalam suatu kromosom dan juga merupakan perkalian antara banyaknya jumlah gen (Nbit) dan jumlah variabel (Nvar). Sedangkan keluaran dari fungsi ini adalah variable populasi awal berupa matriks berukuran UkPop x JumGen. Setiap kromosom memiliki nilai berupa bilangan biner acak yaitu 0 dan 1. Bilangan 1 mewakili ada turbin angin dan bilangan 0 mewakili tidak ada turbin yang dipasang pada kotak tersebut. Pada proses awal inisialisasi populasi dibangkitkan populasi sebanyak 50 sebagai populasi generasi pertama, dimana setiap kromosomnya terdiri dari bilangan biner berbentuk vektor baris berukuran 1x100, sehingga populasi yang terbentuk seolah-olah berupa matriks biner dengan ukuran 50x100. Bentuk dari sebuah populasi hasil inisialisasi populasi dapat berbentuk matriks biner atau vektor baris. Pada proses kali ini dibangkitkan populasi berupa vektor baris agar lebih mudah saat melakukan proses algoritma genetika berikutnya. Hasil dari proses inisialisasi ini merupakan generasi pertama yang akan diuji nilai fitness setiap kromosomnya pada tahap berikutnya. Pengkodean Kromosom Fungsi ini bertujuan untuk mengkodekan sebuah kromosom yang berisi bilangan biner menjadi individu x yang bernilai real sesuai dengan jumlah variabel penyelesaiannya. Setiap kromosom dari 50 populasi tersebut akan diproses menggunakan fungsi dekode kromosom. Setiap kromosom yang berisi bilangan biner dalam populasi tersebut dikodekan menjadi individu x yang bernilai real. Sehingga hasil dari fungsi ini adalah individu x yang terdiri dari x(1) sampai x(10) dengan x(1) adalah hasil dekode dari Kromosom(1) sampai Kromosom(10) yang merepresentasikan banyaknya turbin yang digunakan pada tiap baris dalam satu konfigurasi, begitupun untuk individu x selanjutnya. Kromosom yang telah dikodekan menjadi individu x tersebut menjadi masukan pada analisis penentuan besar daya dan biaya yang kemudian ditentukan nilai fitnessnya, yaitu pada proses evaluasi individu. Gambar 3.3 Dekode satu buah kromosom Evaluasi Individu Fungsi ini bertujuan untuk menghitung nilai fitness dari suatu individu x. nilai fitness diperoleh dari fungsi objektif pada persamaan 3.1. Fungsi objektif ini sendiri terdiri dari fungsi daya, fungsi biaya, dan efisiensi. Masukan dari fungsi ini adalah individu x dari tiap-tiap kromomosom yang telah dilakukan evaluasi pada fungsi objektifnya untuk memperoleh nilai fitness. Setelah ditemukan nilai fitnessnya, nilai fitness dari tiap-tiap kromosom akan dibandingkan agar diperoleh nilai fitness dari individu mana yang paling maksimum (MaxF) dan minimum (MinF). Indeks dari individu yang memeiliki nilai fitness maksimum atau terbaik disimpan pada variabel IndeksIndividuTerbaik. Untuk menjaga agar individu bernilai fitness tertinggi tidak hilang selama proses evolusi, maka perlu dilakukan prosedur elitisme, dengan cara membuat satu atau dua dua kopi dari individu bernilai fitness tertinggi tersebut dan disimpan pada variabel TempPopulasi. Kromosom terbaik yang telah dikopi ini akan tetap dipilih sebagai salah satu kandidat induk yang akan dipindahsilangkan. Nilai fitness terbaik ini akan dibandingkan dengan nilai fitness kromosomkromosom generasi berikutnya hasil pindah silang dan mutasi. kromosom hasil pengkopian ini pastinya akan disertakan lagi pada generasi berikutnya. Penskalaan Nilai Fitness (Linier Fitness Ranking) Untuk menghindari kecenderungan konvergen pada optimum lokal, maka digunakan penskalaan nilai fitness seperti pada persamaan : f(i =fmax fmax fmin (3.11) sehingga diperoleh nilai fitness baru yang lebih baik, yaitu yang memiliki variansi tinggi. Pada fungsi ini digunakan perintah sort untuk mengurutkan nilai fitness dari kecil ke besar (ascending). Hasil akhir dari prosedur ini adalah nilai fitness baru hasil penskalaan yang akan dijadikan input pada proses-proses selanjutnya. Seleksi Pada proses seleksi dilakukan menggunakan metode roulette whell. Proses ini dilakukan dengan sistem pemilih acak berbobot. Input yang diperlukan pada prosedur ini adalah nilai fitness yang telah mengalami penskalaan. Nilai-nilai fitness yang sudah diurutkan pada proses linier fitness ranking digunakan untuk memilih kromosom mana yang akan megalami proses perkawinan atau pindah silang. Dari semua kromosom dengan nilai fitnessnya masing-masing, kemudian dibuat sistem pemilih acak berbobot sesuai dengan nilai fitnessnya. Kromosom dengan nilai fitness besar mempunyai bobot yang besar, sedangkan kromosom dengan nilai fitness kecil mempunyai bobot yang kecil. Karena kromosom dengan nilai fitness yang besar, bobotnya menjadi besar sehingga sektornya akan lebih lebar pada Roulette Wheel. Sehingga probabilitas terpilihnya menjadi lebih besar. Proses roulette wheel diputar sebanyak ukuran populalsi (UkPop). 5

6 Proses roulette wheel ini dikendalikan oleh sebuah bilangan random (acak) RN yang dibangkitkan oleh program pada interval [0,1). Apabila nilai kumulatif lebih besar dari bilangan random yang dibangkitkan (KumulatifFitness> RN), maka kromosom dengan indeks-i akan terpilih sebagai induk. Indeks dari kromosom yang terpilih ini disimpan pada sebuah variabel Pindex yang merupakan nama fungsinya. Keluaran dari fungsi ini adalah Pindex yaitu indeks dari individu yang terpilih sebagai orang tua. Pindah Silang Pindah silang adalah prosedur untuk mengkawinkan dua induk yang telah dipilih pada proses roulette wheel, namun tidak semua induk akan mengalami pindah silang karena proses pindah silang ini banyak dikendalikan oleh beberapa bilangan random. Pindah silang pada permasalahan ini dapat diimplementasikan dengan skema pindah silang satu titik potong (one point crossover) dimana suatu titik potong dipilih secara acak, kemudian bagian pertama dari orang tua 1 digabungkan dengan bagian kedua dari orangtua 2. Titik potong (TP) diperoleh secara random, gen-gen yang terletak diantara dua titik potong akan saling dipertukarkan antar induk. Jumlah kromosom yang akan dipindahsilangkan juga dipengaruhi probabilitas pindah silang (Pc) yang besarnya telah ditentukan pada tahap inisialisai populasi. Dari hasil pindah silang tersebut akan dihasilkan dua buah kromosom baru yang menjadi anak yaitu Anak (1,:) dan anak A(2,:). Anak A(1,:) merupakan anak pertama yang kolom bagian depan berisi gen bapak dan kolom bagian belakang berisi gen ibu. Sedangkan anak A(2,:) adalah anak kedua yang kolom bagian depan berisi gen ibu dan kolom bagian belakang berisi gen bapak. Setelah mengalami proses pindah silang maka akan dihasilkan satu populasi baru hasil pindah silang termasuk di dalamnya kromosom terbaik hasil pengkopian pada prosedur elitisme. Gen-gen pada populasi ini akan diseleksi lagi pada proses berikutnya yakni proses mutasi. Mutasi Pada kasus ini skema mutasi yang digunakan adalah skema swap mutation. Dengan skema swap mutation ini muatasi dilakukan dengan cara menukarkan gen-gen yang dipilih secara acak dengan gen yang dipilih secarak acak juga. Mutasi ini mengubah gen 0 menjadi 1 dan sebaliknya secara acak. Jika suatu bilangan random [0,1] yang dibangkitkan oleh perintah rand kurang dari probabilitas mutasi (P m ), maka gen yang bersesuaian akan diganti dengan nilai kebalikannya (nilai 0 dirubah 1 dan 1 dirubah 0). Keluaran dari fungsi ini adalah kromosom hasil mutasi MutKrom. Penggantian Populasi Untuk pergantian populasi dalam suatu generasi digunakan general replacement yaitu pergantian populasi secara keseluruhan. Populasi pada generasi sebelumnya yang merupakan parent diganti seluruhnya dengan populasi baru yang merupakan anak atau turunannya (offspring). Populasi pada generasi berikutnya adalah kromosom bentukan baru hasil pindah silang dan mutasi serta ditambah kromosom hasil elitisme. Prosedur yang sama akan berlaku untuk populasi baru, yakni akan mengalami tahapan yang sama dengan populasi sebelumnya. Apabila perhitungan dilanjutkan sampai 6 generasi ke MaxG maka akan didapatkan nilai fitness tertinggi dari seluruh genersi yang menunjukkan kromosom terbaik yang akan diambil sebagai solusi. IV SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil dan Analisa Simulasi Matlab Pada simulasi ini dilakukan running program sebanyak 10 kali. Dari simulasi yang dilakukan diperoleh hasil berupa konfigurasi letak turbin, banyaknya turbin yang digunakan, daya total, biaya total, dan efisiensi. Tabel 4.1 Hasil simulasi dengan 10 kali running No. Jumlah Total Daya Total Efisiensi Turbin (MW) Biaya (%) ,60 30, ,33 28, , ,42 31, ,97 28, ,30 26, ,05 31, ,91 27, ,15 29, ,93 32,29 88 Dari data hasil simulasi pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat, jumlah turbin yang digunakan menunjukkan angka yang berbeda yaitu berkisar 39 sampai 53 buah turbin. Total daya yang dihasilkan berkisar pada 85,908 MW sampai 115,05 MW dengan total biaya antara sampai Efisiensi yang diperoleh berkisar antara 68% sampai 88%. Dari hasil-hasil tersebut dapat dianalisa bahwa solusi yang diperoleh dari setiap kali running berbedabeda. Hal ini dikarenakan adanya fungsi random pada setiap fungsi yang terdapat pada algoritma genetika, mulai dari inisialisasi individu, seleksi, pindah silang dan mutasi. Jumlah turbin yang banyak tidak selalu menghasilkan daya yang lebih besar. Hal ini dikarenakan terjadi pengurangan kecepatan pada turbin-turbin tertentu akibat turbin di depannya. Total biaya yang dihasilkan tergantung dari banyaknnya turbin yang digunakan. Semakin banyak turbin yang digunakan maka total biaya akan lebih banyak mengalami pengurangan.

7 terdapat proses-prosess yang dapat mencari nilai-nilai yang lebih baik. Sehingga terbukti dengan menggunakan metode algoritma genetika dapat memperoleh konfigurasi letak turbin yang lebih baik, dengan biaya per pembangkitannya yang minimum. Di samping itu, menggunakan algoritma genetika dapat mempercepat proses penentuan konfigurasi beserta besar biayanya dengan lebih cepat. Gambar 4.1 Hasil simulasi Matlab dengan jumlah turbin sebanyak Hasil Perhitungan Manual Dari hasil simulasi di atas, untuk membuktikan apakah daya dan biaya yang dihasilkan optimum, maka akan dibandingkan dengan perhitungan manual menggunakan persamaan yang sama, jumlah turbin yang sama tetapi dengan berbagai peluang posisi yang berbeda. Untuk perhitungan manual ini, data yang dipergunakan hanya jumlah turbin sebanyak 46. Konfigurasi dan hasil perhitungannya sebagai berikut : Gambar 4.2 Konfigurasi manual Tabel 4.2 Perbandingan hasil simulasi dan perhitungan manual Percobaan Jumlah Turbin Total Daya (MW) Total Biaya Efisiensi (%) Simulasi ,05 31,05 87 Manual 46 57,94 31,05 48 Dari data hasil simulasi dan perhitungan manual diperoleh hasil yang sedikit berbeda. Dengan jumlah turbin yang sama, hasil simulasi menunjukkan baik daya, biaya, dan efisiensi menunjukkan nilai yang lebih baik. Hasil simulasi menunjukkan daya yang lebih besar yaitu 115,05 MW dibandingkan dengan hasil perhitungan manual sebesar 57,94 MW. Sedangkan untuk biayanya, hasil simulasi dan perhitungan manual menunjukkan angka yang sama yaitu 31,05. Hal ini dikarenakan untuk menghitung biaya hanya dipengaruhi oleh banyaknya turbin yang digunakan. Karena jumlah turbin yang digunakan pada simulasi dan perhitungan manual adalah sama maka biaya yang dihasilkan juga bernilai sama. Untuk efisiensi daya, hasil simulasi menunjukkan efisiensi yang lebih baik dibanding perhitungan manual, yaitu 87% dibandingkan dengan 48%. Hasil yang diperoleh dari proses algoritma genetika memiliki nilai-nilai yang lebih baik dari pada perhitungan manual, hal ini dikarenakan pada preoses algoritma genetika 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Hasil simulasi dan pengujian menunjukkan bahwa metode algoritma genetika dapat digunakan sebagai salah satu solusi dalam menentukan konfigurasi penempatan turbin angin dalam suatu lahan angin secara optimum. 2. Dengan jumlah turbin yang sama tetapi dengan konfigurasi yang berbeda, dari simulasi dan perhitungan manual menunjukkan hasil yang berbeda untuk total daya dan efisiensi. Hasil dari simulasi menggunakan algoritma genetika lebih optimum dibanding dengan perhitungan manual. 3. Sedangkan untuk biaya, hasil simulasi dan perhitungan manual menunjukkan hasil yang sama karena biaya hanya dipengaruhi oleh banyaknnya turbin yang digunakan. 4. Hasil simulasi menunjukkan daya yang lebih besar yaitu 115,05 MW dibandingkan dengan hasil perhitungan manual sebesar 57,94 MW. Sedangkan untuk biayanya, hasil simulasi dengan perhitungan manual menunjukkan nilai yang sama, yaitu biaya sebesar 31,05. Untuk efisiensi, hasil simulasi menunjukkan nilai efisiensi yang paling baik, yaitu sebesar 87 % dibandingkan dengan hasil perhitungan manual sebesar 48%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil optimasi penempatan turbin angin menggunakan algoritma genetika lebih baik. 5.2 Saran 1. Penentuan konfigurasi penempatan turbin menggunakan algoritma genetika yang digunakan dalam tugas akhir ini hanya menggunakan satu kondisi yaitu kecepatan angin yang sama dan mengabaikan arah angin. Sehingga diharapkan hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya digunakan pula kondisi kecepatan angin yang berbeda dan memperhatikan arah angin. 2. Metode algoritma genetika yang digunakan dalam tugas akhir ini masih menggunakan metode algoritma standar, sehingga untuk penelitian selanjutnya penyelesaian permasalahan ini dapat dikembangkan dengan menggunakan metode algoritma genetika lanjut atau metode lain seperti metode Monte Carlo. DAFTAR PUSTAKA [1] Saiful, M., Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin pada Stasiun Pengisian Accu Mobil Listrik, PENS, Surabaya, [2] Patel, M. R., Wind and Solar Power System Design, Analysis, and Operation, U.S. Merchant Marine Academy Kings Point, New York, U.S.A.,

8 [3] Emami, A., dan Noghreh, P., New Approach on Optimization in Placement of Wind Turbines within Wind Farm by Genetic Algorithms, ELSEVIER Conference Papers, paper 1559, [4] Master, G. M., Renewable and Efficient Electric Power Systems, Stanford University, 2004 [5] Kusiak, A., dan Song Zhe., Design of Wind Farm Layout for Maximum Wind Energy Capture, ELSEVIER Conference Papers, paper 685, [6] Suyanto, Algoritma Genetika dalam MATLAB, ANDI, Yogyakarta, RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis lahir di Gresik pada tanggal 26 Januari 1998 dengan nama Azimatul Khulaifah sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan yang pernah ditempuh adalah TK Ibnaul Wathon, Duduk Spy-Gresik, MI Infarul Ghoyyi Duduk Spy-Gresik, SLTP Negeri 1 Lamongan dan SMA Negeri 6 Surabaya. Setelah lulus dari SMA Negeri 6 Surabaya pada tahun 2006, penulis diterima di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya di Jurusan D3Teknik Elektro FTI-ITS. Setelah lulus pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikannya di tingkat S1Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Penulis dapat dihubungi di alamat zie_anda@yahoo.co.id. 8

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN

OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN OPTIMISASI PENEMPATAN TURBIN ANGIN DI AREA LAHAN ANGIN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Azimatul Khulaifah 2209 105 040 Bidang Studi Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Dosen Pembimbing : Dosen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10: BAB III PERANCANGAN Pada bagian perancangan ini akan dipaparkan mengenai bagaimana mencari solusi pada persoalan pencarian rute terpendek dari n buah node dengan menggunakan algoritma genetika (AG). Dari

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah Leonard Tambunan AMIK Mitra Gama Jl. Kayangan No. 99, Duri-Riau e-mail : leo.itcom@gmail.com Abstrak Pada saat ini proses penjadwalan kuliah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A TABEL KONSTANTA UNTUK MOMEN DISTRIBUSI

LAMPIRAN A TABEL KONSTANTA UNTUK MOMEN DISTRIBUSI 71 LAMPIRAN A TABEL KONSTANTA UNTUK MOMEN DISTRIBUSI 72 73 74 LAMPIRAN B PROGRAM ALGORITMA CONTOH SEDERHANA 75 == Algoritma Genetika Standar (dengan grafis 2D) terdiri dari: 1. Satu populasi dengan UkPop

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teka-Teki Silang Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan yang mengharuskan penggunanya untuk mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian

BAB III PEMBAHASAN. menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian BAB III PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembentukan portofolio optimum menggunakan model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD) dan penyelesaian model Fuzzy Mean Absolute Deviation (FMAD)

Lebih terperinci

Lampiran 1 Matriks jarak tempuh awal dan tujuan distribusi surat kabar Kedaulatan Rakyat di wilayah Kabupaten Sleman (satuan km)

Lampiran 1 Matriks jarak tempuh awal dan tujuan distribusi surat kabar Kedaulatan Rakyat di wilayah Kabupaten Sleman (satuan km) LAMPIRAN 83 Lampiran 1 Matriks jarak tempuh awal dan tujuan distribusi surat kabar Kedaulatan Rakyat di wilayah Kabupaten Sleman (satuan km) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0 0 11.9

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3. 29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Lebih terperinci

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika Zainal Akbar 1), Muh. Fajri Raharjo 2), Eddy Tungadi 3) CAIR, Politeknik Negeri Ujung Pandang Jl. Perintis Kemerdekaan km. 10, Tamalanrea Makassar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Umum Optimasi Optimasi merupakan suatu cara untuk menghasilkan suatu bentuk struktur yang aman dalam segi perencanaan dan menghasilkan struktur yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Travelling Salesman Problem (TSP) Travelling Salesmen Problem (TSP) termasuk ke dalam kelas NP hard yang pada umumnya menggunakan pendekatan heuristik untuk mencari solusinya.

Lebih terperinci

Tabel Data Pendistribusian Raskin di Wilayah Kota Yogyakarta. No Kecamatan Kelurahan Banyak Keluarga

Tabel Data Pendistribusian Raskin di Wilayah Kota Yogyakarta. No Kecamatan Kelurahan Banyak Keluarga Lampiran 1 Tabel Data Pistribusian Raskin di Wilayah Kota Yogyakarta Raskin No Kecamatan Kelurahan Banyak Keluarga Jumlah Beras (kg) 1 Tegalrejo Bener 266 3.990 2 Kricak 750 11.250 3 Karangwaru 377 5.655

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka (Samuel, Toni & Willi 2005) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Algoritma Genetika untuk Traveling Salesman Problem Dengan Menggunakan Metode Order Crossover

Lebih terperinci

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA LAPORAN TUGAS BESAR ARTIFICIAL INTELLEGENCE KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA Disusun Oleh : Bayu Kusumo Hapsoro (113050220) Barkah Nur Anita (113050228) Radityo Basith (113050252) Ilmi Hayyu

Lebih terperinci

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi Rahman Aulia Universitas Sumatera Utara Pasca sarjana Fakultas Ilmu Komputer Medan, Indonesia Rahmanaulia50@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) menggunakan Switch Mode Rectifier (SMR) Armaditya T.M.S. 2210 105 019 Dosen

Lebih terperinci

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN Studi Pustaka Pembentukan Data

8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Perumusan Masalah METODE PENELITIAN  Studi Pustaka Pembentukan Data Gambar 4 Proses Swap Mutation. 8. Evaluasi Solusi dan Kriteria Berhenti Proses evaluasi solusi ini akan mengevaluasi setiap populasi dengan menghitung nilai fitness setiap kromosom sampai terpenuhi kriteria

Lebih terperinci

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

Genetic Algorithme. Perbedaan GA Genetic Algorithme Algoritma ini bekerja dengan sebuah populasi yang terdiri atas individu-individu (kromosom). Individu dilambangkan dengan sebuah nilai kebugaran (fitness) yang akan digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 265 274. ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR Abdul Azis, Bayu Prihandono, Ilhamsyah INTISARI Optimasi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T Abstrak : Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan atas mekanisme evolusi

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Matriks jarak antara simpul dengan depot dan antar simpul. Lampiran 2 Iterasi Clarke and Wright Savings pada hari Senin

Lampiran 1 Matriks jarak antara simpul dengan depot dan antar simpul. Lampiran 2 Iterasi Clarke and Wright Savings pada hari Senin LAMPIRAN 1 Lampiran 1 Matriks jarak antara simpul dengan depot dan antar simpul Tabel 1 Matriks jarak antara simpul dengan depot dan antar simpul Lampiran 2 Iterasi Clarke and Wright Savings pada hari

Lebih terperinci

TESIS FIRMAN YUDIANTO S2 TEKNIK ELEKTRO

TESIS FIRMAN YUDIANTO S2 TEKNIK ELEKTRO TESIS Pulau Rote Merupakan daerah terpencil dan belum dialiri listrik oleh PLN serta apabila dialiri listrik oleh PLN maka akan sering terjadi pemadaman, sehingga energi terbarukan merupakan solusi untuk

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA Muhammad Arief Nugroho 1, Galih Hermawan, S.Kom., M.T. 2 1, 2 Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur No. 112-116, Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN Eva Desiana, M.Kom Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara, SMP Negeri 5 Pematangsianta Jl. Universitas Medan, Jl.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. 5 Mulai HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom P = rand [0,1] Ya P < Pm R = random Gen(r) dimutasi Selesai Tidak Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru yang terbentuk akan dievaluasi kembali dan

Lebih terperinci

OPTIMISASI KONSUMSI DAYA MULTI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PENGGERAK POMPA AIR MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMISASI KONSUMSI DAYA MULTI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PENGGERAK POMPA AIR MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMISASI KONSUMSI DAYA MULTI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PENGGERAK POMPA AIR MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA ACHMAD SYAHID 220920 1 0 03 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Mochamad Ashari, M. Eng, PhD. Heri Suryoatmojo,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan algoritma pencarian heuristik ysng didasarkan atas mekanisme seleksi alami dan genetika alami (Suyanto, 2014). Adapun konsep dasar

Lebih terperinci

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Mike Susmikanti Pusat Pengembangan Informatika Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS

Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Tugas Mata Kuliah E-Bisnis REVIEW TESIS Desain Algoritma Genetika Untuk Optimasi Penjadwalan Produksi Meuble Kayu Studi Kasus Pada PT. Sinar Bakti Utama (oleh Fransiska Sidharta dibawah bimbingan Prof.Kudang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle Kun Siwi Trilestari [1], Ade Andri Hendriadi [2] Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Singaperbanga Karawang

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum diagram alir algoritma genetika dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. pada Algoritma genetik memberikan suatu pilihan bagi penentuan

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka. Penelitian serupa mengenai penjadwalan matakuliah pernah dilakukan oleh penelliti yang sebelumnya dengan metode yang berbeda-neda. Berikut

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika Nia Kurnia Mawaddah Wayan Firdaus Mahmudy, (wayanfm@ub.ac.id) Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Brawijaya, Malang 65145 Abstrak Penjadwalan

Lebih terperinci

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN Optimasi Penjadwalan Mata Kuliah Dengan Algoritma Genetika Andysah Putera Utama Siahaan Universitas Pembangunan Pancabudi Jl. Gatot Subroto Km. 4,5, Medan, Sumatra Utara, Indonesia andiesiahaan@gmail.com

Lebih terperinci

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 98 106 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL YOSI PUTRI, NARWEN

Lebih terperinci

Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika

Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika Ferman Hakiki 1, Indra Adji Sulistijono 2 1 Jurusan Teknik Elektornika, Politeknik Elekronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

L1-1 Universitas Kristen Maranatha

L1-1 Universitas Kristen Maranatha Langkah-langkah dalam Algoritma Genetika: 1. Buka Program Matlab. 2. Pada Command Window, ketik edit. 3. Pada Matlab Editor masukkan Inisialisasi Populasi dengan mengetikkan: %-----------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 27 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terkait Penelitian terkait yang menggunakan algoritma genetika untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan kuliah telah banyak dilakukan.

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SISTEM SENSOR GAS. Muthmainnah

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI TRANSFER DAYA PADA SISTEM SENSOR GAS. Muthmainnah TESIS PENEAPAN ALGOITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI TANSFE DAYA PADA SISTEM SENSO GAS Muthmainnah 1108201008 DOSEN PEMBIMBING Dr. Melania Suweni Muntini, MT PENDAHULUAN Sensor gas yang sering ditemui dipasaran

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika M. Syafrizal, Luh Kesuma Wardhani, M. Irsyad Jurusan Teknik Informatika - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

Denny Hermawanto

Denny Hermawanto Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya Denny Hermawanto d_3_nny@yahoo.com http://dennyhermawanto.webhop.org Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan

Lebih terperinci

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN 1907-5022 OPTIMASI QUERY DATABASE MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Manahan Siallagan, Mira Kania Sabariah, Malanita Sontya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial Muhammad Abdy* 1, Maya Sari Wahyuni* 2, Nur Ilmi* 3 1,2,3 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Makassar e-mail: * 1 m.abdy@unm.ac.id,

Lebih terperinci

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM DEFINISI ALGEN adalah algoritma yang memanfaatkan proses seleksi alamiah yang dikenal dengan evolusi Dalam evolusi, individu terus menerus mengalami perubahan gen untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION Samuel Lukas 1, Toni Anwar 1, Willi Yuliani 2 1) Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Genetika Algoritma genetika merupakan metode pencarian yang disesuaikan dengan proses genetika dari organisme-organisme biologi yang berdasarkan pada teori evolusi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Tabel 3.5 Kapasitas Aliran Air Q rata-rata setiap hari dari jam 00 sampai dengan jam05[pdam].

Tabel 3.5 Kapasitas Aliran Air Q rata-rata setiap hari dari jam 00 sampai dengan jam05[pdam]. Tabel 3.5 Kapasitas Aliran Air Q rata-rata setiap hari dari jam 00 sampai dengan jam05[pdam]. Gambar 3.2 Panel Kontrol Pompa Air PDAM Karang Pilang II Surabaya. Formulasi Matematika Optimisasi Konsumsi

Lebih terperinci

PENGATURAN POSISI MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS GENETIK ALGORITMA (GA)

PENGATURAN POSISI MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS GENETIK ALGORITMA (GA) PENGATURAN POSISI MOTOR DC MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS GENETIK ALGORITMA (GA) Nama mahasiswa : Bambang Siswanto NRP : 2208202004 Pembimbing : Dr. Ir. Mochammad Rameli ABSTRAK Kontroler Proportional-Integral-Diferensial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

ALGORITMA GENETIKA. Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning Disusun oleh: Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, PENS ITS Surabaya 2003 Algoritma

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMBINASI OPTIMUM JUMLAH, BERAT, DAN WAKTU TAMBAT KAPAL DI PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III GRESIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENENTUAN KOMBINASI OPTIMUM JUMLAH, BERAT, DAN WAKTU TAMBAT KAPAL DI PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III GRESIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA LOGO PENENTUAN KOMBINASI OPTIMUM JUMLAH, BERAT, DAN WAKTU TAMBAT KAPAL DI PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III GRESIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Oleh : Aris Saputro 1206100714 Pembimbing : Dr. M. Isa

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X)

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) Ria Krisnanti 1, Andi Sudiarso 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) G-0 Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat Agus Suhartoko, Tony Bambang Musriyadi, Irfan Syarif Arief Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Dengan Optimasi Konfigurasi

Peningkatan Kualitas Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Dengan Optimasi Konfigurasi Peningkatan Kualitas Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Dengan Optimasi Konfigurasi Rizky Jefry Naibaho*, Dian Yayan Sukma** Program Studi Teknik Elektro S1, Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Kartina Diah KW1), Mardhiah Fadhli2), Charly Sutanto3) 1,2) Jurusan Teknik Komputer Politeknik Caltex Riau Pekanbaru Jl. Umban Sari No.1 Rumbai-Pekanbaru-Riau

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Pengantar 2. Struktur Algoritma Genetika 3. Studi Kasus: Maksimasi Fungsi Sederhana 4. Studi

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal

Lebih terperinci

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Vol. 14, No. 1, 19-27, Juli 2017 Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika Jusmawati Massalesse dan Muh. Ali Imran Abstrak Tulisan ini

Lebih terperinci

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA) Imam Cholissodin imam.cholissodin@gmail.com Pokok Bahasan 1. Siklus RCGA 2. Alternatif Operator Reproduksi pada Pengkodean Real 3. Alternatif Operator Seleksi 4.

Lebih terperinci

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS Hafid Hazaki 1, Joko Lianto Buliali 2, Anny Yuniarti 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Valuta Asing Valuta asing dapat diartikan sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Di dalam hukum ekonomi bila terdapat

Lebih terperinci

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Bab II Konsep Algoritma Genetik Bab II Konsep Algoritma Genetik II. Algoritma Genetik Metoda algoritma genetik adalah salah satu teknik optimasi global yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam untuk menghasilkan individu atau solusi

Lebih terperinci

OPTIMASI HASIL PREDIKSI KETERSEDIAAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI HASIL PREDIKSI KETERSEDIAAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI HASIL PREDIKSI KETERSEDIAAN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Eka Handayani 1, Jondri,Drs.,M.T. 2, Siti Sa adah,s.t.,m.t. 3 1,2,3 ProdiS1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik di Indonesia pada umumnya merupakan pembangkit listrik thermal. Kebutuhan pembangkit thermal terhadap bahan bakar fosil dengan jumlah ketersediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perkuliahan Penjadwalan memiliki pengertian durasi dari waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian untuk melakukan aktivitas kerja[10]. Penjadwalan juga

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM Anies Hannawati, Thiang, Eleazar Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

Metode Taguchi dan Optimasi Multi Respons

Metode Taguchi dan Optimasi Multi Respons Metode Taguchi dan Optimasi Multi Respons Dr. Ir. Eko Pujiyanto, S.Si.,M.T. Materi Taguchi Multi Response Metode PCR-TOPSIS Metode Algoritma-Genetika Taguchi Multi Respon Dalam dunia nyata produk memiliki

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Bagus Priambodo Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana e- mail : bagus.priambodo@mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Disusun Oleh : Nama : Mochammad Brananta Arya Lasmono NPM : 34412653

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG Adnan Buyung Nasution 1 1,2 Sistem Infomasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Penjadwalan kegiatan belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan biasanya merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah dan menyita waktu. Pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT

SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT SIMULASI OPTIMASI PENEMPATAN KAPASITOR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM TEGANGAN MENENGAH REGION JAWA BARAT Gahara Nur Eka Putra NRP : 1022045 E-mail : bb.201smg@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic

BAB II KAJIAN TEORI. berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori pada bab ini membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan optimasi, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, quadratic programming dan algoritma genetika.

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG Oleh : Ellys Kumala P (1107100040) Dosen Pembimbing Dr. Melania Suweni Muntini, MT JURUSAN

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. diketahui bahwa jumlahnya terus menipis dan menghasilkan polusi yang cukup

1. Pendahuluan. diketahui bahwa jumlahnya terus menipis dan menghasilkan polusi yang cukup 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik terus mengalami kenaikan. Saat ini kebutuhan akan tenaga listrik masih sangat bergantung pada energi fosil. Energi

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH)

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) Dinamika Teknik Mesin, Volume No. Juli 01 Kade Wiratama, Mara, Edsona: Pengaruh PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) I Kade Wiratama,

Lebih terperinci

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561) APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENGGUNAKANALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Pontianak) [1] Putri Yuli Utami, [2] Cucu Suhery, [3] Ilhamsyah

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN Hari Purnomo, Sri Kusumadewi Teknik Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 4,5 Yogyakarta ha_purnomo@fti.uii.ac.id,

Lebih terperinci

Meilinda Ayundyahrini Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendie A. K, MT Nurlita Gamayanti, ST., MT

Meilinda Ayundyahrini Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendie A. K, MT Nurlita Gamayanti, ST., MT Meilinda Ayundyahrini Pembimbing: Ir. Rusdhianto Effendie A. K, MT Nurlita Gamayanti, ST., MT Teknik Sistem Pengaturan JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) SKALA KECIL ( Citra Resmi, Ir.Sarwono, MM, Ridho Hantoro, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika

Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika 1 Rancang Bangun Aplikasi Prediksi Jumlah Penumpang Kereta Api Menggunakan Algoritma Genetika Annisti Nurul Fajriyah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Abstrak PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP) Aulia Fitrah 1, Achmad Zaky 2, Fitrasani 3 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci