Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Jl. Veteran-Malang *
|
|
- Sonny Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengaruh Bahan Fiksasi terhadap Ketahanan Luntur dan Intensitas Warna Kain Mori Batik Hasil Pewarnaan Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacg.) Susinggih Wijana *), Beauty Suestining Diyah D *) dan Muhammad Adam M**) Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Jl. Veteran-Malang * susinggihwijana@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi dan bahan fiksasi terhadap intensitas dan ketahanan luntur warna kainmori batik menggunakan pewarna alami kulit kayu mahoni. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah bahan fiksasi yaitu tawas, tunjung dan kapur tohor, sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi bahan fiksasi yaitu 10%, 25% dan 40% (b/v) dengan ulangan 3 kali. Analisis data menggunakan Multiple Attribute dan uji DMRT. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan bahan fiksasi kapur tohor (CaO) 40% (b/v) dengan nilai pada gosokan kering sebesar 6.4 (cukup baik), gosokan basah sebesar 10.2 (cukup), pencucian dengan uji Stanning scale sebesar 4 (baik) dan pencucian dengan menggunakan Grey scalle sebesar 2.1 (cukup baik). Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan pencucian menunjukkan hasil terendah sampai terbesar yakni kapur tohor, tunjung, dan tawas. Semakin rendah (nilai GS dan SS) semakin bagus, ketahanan luntur warnanya tidak mudah pudar. Pada uji DMRT diperoleh rerata nilai L* paling baguspadafiksatortunjung dengan konsentrasi 25%, nilai a* terbaik pada tunjung 25%dannilai b* pada tunjung 25%. Kata kunci : fiksasi; pewarnaan batik,; ekstrakkulitmaho PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya. Berdasarkan data Departemen Perdagangan (2010), sejak tahun 2006, nilai ekspor batik Indonesia ke mancanegara sudah cukup besar mencapai USD 74,23 juta dan pada 2008, nilai hampir menyentuh USD 100 juta. Namun karena pengaruh krisis global ekspor batik turun di 2009 menjadi hanya USD 76,01 juta. Semula batik hanya dikenal di lingkungan keraton di Jawa dan dibuat dengan sistem tulis sedangkan pewarna yang digunakan berasal dari alam baik tumbuhan maupun binatang (Atikasari, 2005). Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain klorofil, karotenoid, tanin, dan antosianin. Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan ph tertentu (Kwartiningsih dkk, 2009).Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai zat warna alami adalah kulit kayu mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq). Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Dari uraian tersebut, penelitian mengkaji pengikatan pewarna alami menggunakan bahan fiksasi berupa tawas, kapur dan tunjung dengan konsentrasi dibawah 50 g/l. Pemilihan bahan fiksasi tersebut didasarkan pada sifat zat yang relatif tidak membahayakan lingkungan dan sering digunakan pada penelitian-penelitian di BBKB (Balai Besar Batik dan Kerajinan) Yogyakarta. Fiksasi merupakan tahapan paling penting setelah proses pencelupan warna, karena fiksasi merupakan suatu tahapan untuk mengunci warna. Penggunaan larutan fiksatif dalam proses pewarnaan kain akan membuat warna menjadi tidak mudah pudar serta tahan terhadap gosokan (Ruwana, 2008). Pada tahapan fiksasi pewarna digunakan variasi bahan diantaranya tunjung (FeSO4), tawas (KAI(SO4)2.12H2O), dan kapur tohor (CaO). Penggunaan bahan B-202
2 fiksasi tersebut dikarenakan harganya yang terjangkau dan mudah didapatkan dipasaran. Oleh karena itu, perlu diketahui pengaruh variasi dan konsentrasi bahan fiksasi terhadap ketahanan luntur dan intensitas warna hasil pewarnaan kulit kayu mahoni pada kain batik. METODE Bahan Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit kayu mahoni yang diperoleh dari UKM batik tie poek di trenggalek. Bahan tambahan yang digunakan adalah tawas, tunjung dan kapur tohor dengan konsentrasi 10%, 25% dan 40%. Kain mori primissima untuk proses pembuatan batik. Alat Alat yang digunakan pada proses pembuatan batik adalah nampan, gelas ukur, kain saring, pengaduk, panci, kompor, timbangan, canting, gawangan dan pengaduk. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAK dengan 2 faktor, faktor pertama adalah jenis fiksator (tawas, tunjung dan kapur tohor) yang masing-masing terdiri dari 3 level yaitu konsentrasi (10%, 25%, dan 40%). Parameter penilaian yaitu ketahanan luntur dan intensitas warna. Data yang diperoleh diolah dengan ANOVA, lalu dilanjutkan dengan DMRT. Analisis Data Hasil data yang diperoleh kemudian dilakukan uji dengan menggunakan analisis ragam (Analysis of Varian atau ANNOVA). Jika terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan BNT (Beda Nyata Terkecildan DMRT (Duncan s Multiple Range Test) dengan selang kepercayaan (α=0,05). Penentuan Perlakuan Terbaik Penentuan perlakuan terbaik untuk menentukan pilihan terbaik dari sejumlah analisis data yang diteliti terhadap parameter yang dikaji sesuai tujuan penelitian. Pemilihan alternatif terbaik dilakukan dengan menggunakan metode Multiple Attribute (Zelany,1982). Hasil pemilihan perlakuan terbaik yang telah diteliti akan dipilih perlakuan yang terbaik berdasarkan hasil nilai rata-rata uji yang terbaik, baik berdasarkan intensitas warna maupun ketahanan luntur warna dari hasil tujuan yang diteliti. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian berdasarkan diagram alir yang disusun bertahap. Diagram alir pembuatan larutan zat warna alami kulit kayu mahoni dapat dilihat pada Gambar 1. Diagram alir pembuatan larutan fiksasi pewarnaan kulit kayu mahoni dapat dilihat pada Gambar 2. Diagram alir pembuatan batik tulis dapat dilihat pada Gambar g kulit kayu mahoni kering Air 2500ml Dicampur dan diaduk merata Direbus pada suhu C selama 90 menit Disaring dengan ukuran 120 mesh residu Larutan pewarna kulit kayu mahoni Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Larutan Zat Warna Alami Kulit Kayu Mahoni B-203
3 Diagram alir pembuatan larutan fiksasi pewarnaan kulit kayu mahoni dapat dilihat pada Gambar 2. Bahan fiksasi (tawas (KAl(SO 4 ) 2.12H 2 O), tunjung(feso 4 ), dan kapur tohor(cao) Air 500ml Ditimbang sesuai perlakuan masing-masing (10%, 25%, 40%) (b/v) Diaduk merata Didiamkan 12jam residu Diambil larutan beningnya dan disaring Bahan fiksasi siap digunakan Gambar 2. Diagram Alir Persiapan Larutan Fiksasi Diagram alir pembuatan batik tulis dapat dilihat pada Gambar 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3. Diagram alir pembuatan batik tulis A. Intensitas Warna Nilai L* Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan perbedaan bahan fiksasi dengan tingkat rasio 15% memberikan pengaruh terhadap nilai(l*). Perlakuan dengan B-203
4 konsentrasi bahan fiksasi yang berbeda dengantingkat kesalahan 5% memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai L*. Interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang berbeda, maka dilakukan uji DMRT pada tara fuji 5% pada masing-masing perlakuan. Rerata nilai L* yang dihasilkan dari perbedaan bahan dan konsentrasi bahan fiksasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata Nilai L*pada berbagai Perlakuan Fiksasi BahanFiksasi Konsentrasi Bahan Fiksasi Rerata Nilai L* JNT Notasi Tawas (KAl(SO 4 ) 2.12H 2 O) 10% 42,45 1,34 d 25% 32,85 1,30 b 40% 41,25 1,33 bc Tunjung (FeSO 4 ) 10% 41,45 1,34 c 25% 32,25 1,22 a 40% 41,1 1,32 bc Kapur tohor(cao) 10% 42,15 1,34 cd 25% 32,5 1,28 ab 40% 46,25 1,34 e Rerata nilai L* yang dihasilkan dari penguncian warna dengan konsentrasi dan bahan fiksasi yang berbeda menghasilkan nilai antara 32,25 sampai 46,25. Rerata nilai L* tertinggi dihasilkan dari perlakuan A 3 B 3 (bahan fiksasi kapur tohor (CaO) dengan konsentrasi40%). Rerata nilai (L*) terendah dihasilkan dari perlakuan A 2 B 2 (bahan fiksasi tunjung (FeSO 4 ) dengan konsentrasi 25%). Menurut Pomeranz dan Meloans (1994) nilai L* menyatakan tingkat gelap terang dengan kisaran dimana nilai 0 menyatakan kecenderungan warna hitam atau sangat gelap, sedangkan nilai 100 menyatakan kecenderungan warna terang/putih. Hasil rerata nilai L* menunjukkan bahwa bahan fiksasi tawas akan mengarahkan warna paling terang, dilanjutkan kapur tohor dan tunjung yang paling gelap. konsentrasi Gambar 4. Grafik rerata nilai L* Pada Gambar 4 terlihat bahwa rerata nilai L* yang dihasilkan nilainya yang tidak stabil dimana pada konsentrasi 25% menghasilkan nilai yang paling kecil, kecuali pada kapur tohor yang mengalami kenaikan pada konsentrasi 40%. Berdasarkan Gambar 1 kenaikan nilai L* pada kapur tohor berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi bahan fiksasi yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan fiksasi yang digunakan, maka warna kain akan semakin gelap (nilai L* semakin besar). Tingkat kecerahan yang tinggi menunjukkan semakin pudarnya warna pada ekstrak,begitu juga sebaliknya tingkat kecerahan yang rendah menunjukkan sumbangan warna yang tinggi (Saati, 2004). B-204
5 Nilai a* Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan perbedaan bahan fiksasi dengan tingkat rasio 15% memberikan pengaruh terhadap nilai(a*). Perlakuan dengan konsentrasi bahan fiksasi yang berbeda dengan tingkat kesalahan 5% memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilaia*. Interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang berbeda, maka dilakukan uji DMRT pada tara fuji 5% pada masing-masing perlakuan. Rerata nilai L* yang dihasilkan dari perbedaan bahan dan konsentrasi bahan fiksasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata Nilai a*pada Berbagai Perlakuan Fiksasi BahanFiksasi Konsentrasi Bahan Fiksasi Rerata nilai a* JNT Notasi Tawas (KAl(SO 4 ) 2.12H 2 O) 10% 23,95 0,17 e 25% 11,30 0,16 bc 40% 23,40 0,17 cd Tunjung (FeSO 4 ) 10% 23,55 0,17 cd 25% 10, a 40% 21,55 0,17 bc Kapur tohor(cao) 10% 22,80 0,17 c 25% 10,55 0,16 b 40% 23,70 0,17 d Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jika dalam pembuatan kain batik atau pewarnaan alami menggunakan bahan fiksasi akan mengalami perbedaan, hal ini ditunjukkan oleh perbedaaan pada masing-masing faktor. Urutan nilai a* yang dihasilkan mulai dari nilai tertinggi yaitu tawas 10% (23,95) dan terendah tunjung 25% (10,45). Hal ini diduga penggunaan bahan fiksasi yang berbeda-beda akan mengarahkan warna kain yang berbeda. Penggunaan konsentrasi pada bahan tersebut perlu diperhatikan agar hasil yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Artinya berdasarkan urutan rerata nilai +a*, bahan fiksasi kapur tohor akan menghasilkan arah warna merah paling tua, dilanjutkan tawas menghasilkan arah warna merah agak muda dan tunjung menghasilkan arah warna merah paling muda. Konsentrasi Gambar 5. Grafik rerata nilai +a* Nilai b* Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan perbedaan bahan fiksasi dengan tingkat rasio 15% memberikan pengaruh terhadap nilai(b*). Perlakuan dengan konsentrasi bahan fiksasi yang berbeda dengan tingkat kesalahan 5% memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilai b*. Interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang berbeda, maka dilakukan uji DMRT pada tarafuji 5% pada masing-masing perlakuan. Rerata nilai b* yang dihasilkan dari perbedaan bahan dan konsentrasi bahan fiksasi dapat dilihat pada Tabel 3. B-205
6 Tabel 3. Rerata Nilai b*pada Berbagai Perlakuan Fiksasi Bahan Fiksasi Konsentrasi Bahan Fiksasi Rerata nilai b* JNT Notasi Tawas (KAl(SO 4 ) 2.12H 2 O) 10% de 25% bc 40% cd Tunjung (FeSO 4 ) 10% e 25% a 40% bc Kapur tohor(cao) 10% d 25% b 40% c Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kain primissima berwarna yang difiksasi dengan bahan dan konsentrasi yang berbeda tawas menghasilkan rerata nilai a* tertinggi, dan tunjung mengahasilkan rerata nilai a* terendah. Hal ini dikarenakan saat penguncian warna pada kulit kayu mahoni masing-masing bahan fiksasi memiliki kekuatan mengikat bahan yang berbedabeda. Hal itu ditunjukkan dengan hasil nilai a* mulai dari tawas, tunjung, dan kapur tohor yang mengalami perbedaan. Artinya bahan fiksasi tawas mempunyai kekuatan yang paling kuat untuk mengikat axis nilai a* pada pewarna kulit kayu mahoni. konsentrasi Gambar 6. Grafik rerata nilai +b* Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kain primissima berwarna yang difiksasi dengan bahan dan konsentrasi yang berbeda, tawas menghasilkan rerata nilai b* tertinggi, dilanjutkan oleh kapur tohor dan tunjung dengan nilai b* terendah. Hal ini diduga pada saat penguncian warna, masing-masing bahan fiksasi dapat mengikat axis nilai b* pada pewarna kulit kayu mahoni dengan kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai b* tertinggi sampai terendah yaitu mulai dari tawas, kapur tohor dan tunjung. Artinya bahan fiksasi kapur tohor mempunyai kekuatan yang paling kuat untuk mengikat axis nilai b* pada pewarna kulit kayu mahoni. B. Ketahanan Luntur Warna Terhadap Gosokan Hasil pengujian ketahanan luntur terhadap gosokan dilakukan secara visual dengan melihat nilai perubahan warna menggunakan alat Stainning Scale (standar skala penodaan). Ketahanan luntur terhadap gosokan terdapat dua perlakuan yakni secara basah dan kering. Nilai tahan luntur warna (data deskriptif) yang dihasilkan akan dikonversikan dalam suatu CD (Color Different). Stainning Scale digunakan sebagai standar penilaian, sebab kain yang diuji adalah kain putih yang telah ternodai oleh bahan uji (kain batik) hasil dari uji gosokan kering dan gosokan basah menggunakan Crockmeter. Semakin rendah nilai SS dari uji gosok, maka penilaian ketahanan luntur warnanya semakin baik. B-206
7 C. Ketahanan Kelunturan Terhadap Gosokan Basah Gambar 7. Grafik Uji Ketahanan Gosok Basah Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan fiksasi, maka nilai SS yang dihasilkan semakin rendah. Semakin rendahnya nilai SS mempengaruhi ketahanan luntur warna kain batik terhadap gosokan basah. Ketahanan luntur zat warna terhadap gosokan basah mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan gosokan kering. Medium air maka molekul zat warna akan ikut terbawa oleh air, atau dapat dikatakan disini terjadi proses imbibisi (Herlina, 2007). D. Ketahanan Kelunturan Terhadap Gosokan Kering Gambar 8.Grafik Uji Ketahanan Gosok Kering Pada Gambar 8 menunjukkan semakin tinggi konsentrasi bahan fiksasi, maka nilai CD yang didapat semakin rendah. Semakin rendahnya nilai CD mempengaruhi ketahanan luntur warna kain batik terhadap gosokan kering. Moerdoko dkk, (1975) menyatakan semakin rendah nilai CD maka kualitas ketahan luntur warnanya semakin baik. Jika dievaluasi nilai dari rerata ketahanan luntur warna sudah baik dan sesuai dengan apa yang akan dgunakan. E. KetahananKelunturan Terhadap Pencucian Hasil pengujian ketahanan luntur terhadap pencucian dilakukan secara visual dengan melihat nilai dari perubahan warna kain yang dinodai dengan menggunakan alat Stainning Scale (standar skala penodaan) dan standar skala abu abu (Grey Scale). Nilai tahan luntur warna yang dihasilkan akan dikonversikan dalam suatu CD (Color Different). Standar skala abu-abu (Grey Scale) digunakan sebagai standar penilaian bertujuan untuk menunjukkan perbedaan warna sebelum dan sesudah diuji. Sedangkan Standar skala penodaan (Stainning Scale) digunakan untuk menguji kain putih yang telah ternodai oleh bahan uji (kain batik) hasil dari uji pencucian menggunakan Laundrymeter. F. Uji Berdasarkan Nilai Standar Skala Penodaan (Stainning Scale) Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa diantara konsentrasi yang baik adalah terdapat pada kapur tohor. Pada kapur tohor yang baik adalah pada nilai 4 dimana semakin kecil nilai CD, B-207
8 maka semakin bagus. Menurut Hasanudin dan Widjiati (2002) yang menyatakan bahwa sifat tahan luntur warna pencucian ditentukan oleh kuat lemahnya ikatan yang terjadi antara serat dan zat warna. Gambar 9.Grafik Rerata Nilai Stainning Scale G. Uji Berdasarkan Nilai Standar Skala Abu-abu (Grey Scale) Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi yang baik terdapat pada kapur tohor 40% dimana nilai CD semakin kecil yakni 2,1. Hal ini diduga dikarenakan berhubungan dengan kuat lemahnya ikatan antara serat dan zat warna. (Ruwana, 2008) menyatakan bahwa reaksi bahan fiksasi kapur dan tawas tersebut tidak menghasilkan garam maka ikatan antara serat kain dan tanin (asam tanat atau galotannat) kurang kuat. Berbeda dengan tunjung, kedua reaksi terakhir ini (kapur dan tawas tidak menghasilkan garam kompleks, tetapi senyawa - senyawa berikatan ionik). Gambar10. GrafikRerataNilaiGrey Scale Perlakuan Terbaik Hasil perlakuan terbaik yang dipilih yaitu pada uji L* yang dipilih adalah tunjung dengan konsentrasi bahan 25%. Sedangkan pada uji a* yang dipilih adalah tunjung dengan konsentrasi 25%. Pada uji b* yang dipilih adalah tunjung dengan konsentrasi 25%. Hasil uji L*, a*, dan b* dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perlakuan Terbaik Berdasarkan Uji Ketahanan Luntur Warna Parameter Perlakuan Keterangan FeSO 4 25% (A 2 B 2 ) L* Belum ada standar uji ketahanan luntur a* warna hasil penguncian warna (fiksasi) b* 7.45 B-208
9 Moerdoko dkk. (1975), menyatakan bahwa semakin rendah nilai CD maka kualitas tahan luntur warnanya semakin baik.herlina (2007), menyatakan bahwa hasil penguncian warna (fiksasi) ketahanan lunturnya minimal cukup dengan nilai CD sebesar Pada Tabel 4 uji ketahanan luntur warna perlakuan A 3 B 3 menunjukkan hasil yang cukup baik. Pada uji ketahanan gosokan kering didapatkan antara bahan fiksasi kapur tohor dengan tanpa bahan fiksasi selisihnya sebesar 3.8. Nilai SS pada uji ketahanan pencucian selisihnya sebesar 0, sedangkan nilai GS selisihnyasebesar 0.6. Tabel 5.HasilUji Ketahanan Luntur Warna Batik yang Dihasilkan Parameter Perlakuan Keterangan CaO40% (A 3 B 3 ) Tanpa bahan fiksasi Gosokan kering (SS) 6.4 (cukup baik) 10.2 (cukup) Belum ada standar Gosokan basah (SS) 10.2 (cukup) 22.6 (kurang) uji ketahanan luntur Pencucian (SS) 4 (baik) 4 (baik) warna hasil penguncian warna Pencucian (GS) 2.1 (cukup baik) 2,7(cukup) (fiksasi) KESIMPULAN Hasil uji intensitas warna menunjukkan bahan fiksasi tunjung dengan konsentrasi 25% dapat mengikat reratanilai L*, a*, b* dengan kuat, sehingga dihasilkan nilai yang paling kecil. Sedangkan bahan fiksasi kapur tohor sangat lemah dalam mengikat reratanilai L*, a*, b*, sehingga dihasilkan nilai yang besar dan warna yang dihasilkan kurang bagus. Bahan fiksasi tawas akan menghasilkan warna yang sangat tua, tunjung menghasilkan warna kemerahan, dan kapur tohor menghasilkan warna muda. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan pencucian menunjukkan hasil yang terendah sampai dengan yang terbesar yakni kapur tohor, tunjung, dan tawas. Semakin rendah (nilai GS dan SS) maka akan semakin bagus, ketahanan luntur warnanya tidak akan mudah memudar. Perlakuan terbaik yang dipilih pada penelitian ini adalah pada perlakuan bahan fiksasi kapur tohor dengan konsentrasi 40%. DAFTAR PUSTAKA Anonim Balai Besar Batik dan Kerajinan Yogyakarta.Dilihat 18 maret Atikasari, A Kualitas Tahan luntur Warna Batik Cap di Griya Batik Larissa Pekalongan.Universitas Negeri Semarang Press. Semarang. Chang, L.C. and Kinghorn, A.D Flavonoid as Cancer Chemopreventive Agents. in : Trigali, C, Bioactive Compounds from Natural Sources, Isolation, Characterisation and Biological Properties. Taylor and Francis. New York. Hasanudin, et al., Penelitian Penerapan Zat Warna Alam dan Kombinasinya pada produk Batik dan Tekstil Kerajinan Yogyakarta.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik. Yogyakarta. Herlina, S Fiksasi Bahan Alami Buah Markisa dan Jeruk Nipis dalam Proses Pewarnaan Batik dengan Zat Warna Indigisol.Seni dan Budaya Yogyakarta. Yogyakarta. Kasmudjo, Panji, PS, Titis BW. Pemanfaatan Limbah Serbuk Kayu Mahoni Sebagai Pewarna Alami Batik. Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. B-209
10 Kristijanto, A., Soetjipto H Pengaruh Jenis Fiksatif Terhadap Ketuaan dan Ketahanan Luntur Kain Mori Batik Hasil Pewarnaan Limbah Teh Hijau. Jurnal MIPA. Vol 4. No.1. Fakultas Sains dan Matematika. Salatiga. Kwartiningsih, D.A., Setyawardhani, A., Wiyatno, dan Triyono, A Zat Pewarna Alami Tekstil dari Kulit Buah Manggis. Jurnal Teknik Kimia. VIII (1) : Universitas Negeri Semarang. Semarang. Moerdoko, W Evaluasi Tekstil Bagian Kimia.Institut Teknologi Tekstil Bandung. Prasetyo, A Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia. PuraPustaka.Yogyakarta. Ruwana, L Pengaruh Zat Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur Warna Pada Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Menggunakan Zat Warna dari Limbah Kayu Jati (Tectona grandis). Universitas Negeri Semarang. Semarang. Saati, E. A Studi Efektivitas Ekstrak Pigmen Antosianin Bunga Mawar (Rosa sp.) terhadap Sumbangan Warna dan Daya Antioksidan pada Produk Makanan. Penelitian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang. Sulaeman Peningkatan Ketahanan Luntur Warna Alam Dengan Cara Pengerjaan Iring. Laporan Kegiatan Penelitian Balai Besar Kerajinan dan Batik. Yogyakarta. Zelleny, M Multiple Criteria Decision Making. McGraw-Hill Co. New York. B-210
Pengaruh Bahan Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur dan Intensitas Warna Kain Mori Batik Hasil Pewarnaan Daun Alpukat (Persea americana Mill.
Pengaruh Bahan Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur dan Intensitas Warna Kain Mori Batik Hasil Pewarnaan Daun Alpukat (Persea americana Mill.) The Influence of Fixation To The Fastness And Color Intensity
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR DAN INTENSITAS WARNA KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL
PENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR DAN INTENSITAS WARNA KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL Pengaruh Bahan Fiksasi Terhadap Ketahanan Luntur dan Intensitas
Lebih terperinciPengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik
Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik Beauty Suestining Diyah D. *), Susinggih Wijana,Danang Priambodho Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU
PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU A.Ign. Kristijanto 1 dan Hartati Soetjipto 1 Prodi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW
Lebih terperinciPENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.
2 PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya. Semula batik hanya dikenal di lingkungan keraton di Jawa
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)
MAKALAH PENDAMPING KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02) ISBN : 978-979-1533-85-0 LIMBAH GERGAJI KAYU SUREN (Toona sureni Merr.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK TULIS (PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP INTENSITAS WARNA DAN KETAHANAN LUNTUR PEWARNAAN KULIT CRUST IKAN PARI DENGAN PEWARNA SECANG (Caesalpinia sappan L)
PENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP INTENSITAS WARNA DAN KETAHANAN LUNTUR PEWARNAAN KULIT CRUST IKAN PARI DENGAN PEWARNA SECANG (Caesalpinia sappan L) Entin Darmawati 1) 1) Staf pengajar Politeknik ATK Yogyakarta
Lebih terperinciDian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.
PENGARUH PERBEDAAN CARA EKSTRAKSI dan BAHAN FIKSASI BAHAN PEWARNA LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BATIK Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S Bagian
Lebih terperinciIndustria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 3: 132-139 132 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri 5(3): 132-139 (2016) ISSN 2252-7877 (Print) ISSN 2549-3892 (Online)
Lebih terperinciBAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL
digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa Disusun Oleh : 1. Asrina Nurul Aini (I8311005) 2. Vaykotul Chusnayni (I8311062) PROGRAM STUDI DIPLOMA
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK
PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK Kasmudjo, Panji Probo S, Titis Budi Widowati Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No. 1 Bulaksumur,
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan
BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik
Lebih terperinciPENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR
PKMP-3-10-1 PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR Kharomi Trismawati, Very Setyabakti, Cahyaning Wuri Rosetyo Program
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BAHAN BAKU Analisis bahan baku bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan pada penelitian utama. Parameter yang digunakan untuk analisis mutu
Lebih terperinciALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 1:
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 1: 30-38 30 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri 5(1): 30-38 (2016) ISSN 2252-7877 (Print) ISSN 2549-3892 (Online)
Lebih terperinciBayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu
EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.
Lebih terperinciPENGARUH LARUTAN FIXER TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BIOPIGMEN RUMPUT LAUT Eucheuma sp. SEBAGAI PENGGANTI PEWARNA SINTETIS PADA TEKSTIL
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2, November 2015 PENGARUH LARUTAN FIXER TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BIOPIGMEN RUMPUT LAUT Eucheuma sp. SEBAGAI PENGGANTI PEWARNA SINTETIS PADA TEKSTIL THE
Lebih terperinciPENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT
372 PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT Zahra Fona 1, Syafruddin 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe,
Lebih terperinciTEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY
TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY Pendahuluan Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan
Lebih terperinciKUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN)
KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN) Oleh: Rini Pujiarti, Dessy Puspita Sari, Kasmudjo, dan Titis
Lebih terperinciPENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN
PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN Enggar Kartikasari enggar.kartikasari@yahoo.com Dosen Prodi PKK JPTK UST Abstrak Penelitian ini secara umum untuk mengetahui pengaruh
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciDosen Program Studi Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan 2) Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan
85 STUDI PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ZAT FIKSASI TERHADAP KUALITAS WARNA KAIN BATIK DENGAN PEWARNA ALAM LIMBAH KULIT BUAH RAMBUTAN (Nephelium lappaceum) Study on Effect of Fixation Substance Types and
Lebih terperinciEmy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)
KUALITAS ACASIA NILOTICA L (DAUN ONCIT) SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY) ABSTRAK Tujuan penelitian ini antara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan batik di Indonesia sangat pesat hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri batik yang ada di Indonesia. Saat ini di Indonesia terdapat 19 daerah sentra
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI ph DAN FIKSASI PADA PEWARNAAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI KAYU NANGKA TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAANNYA
PENGARUH VARIASI ph DAN FIKSASI PADA PEWARNAAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI KAYU NANGKA TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAANNYA Ainur Rosyida Prodi Kimia Tekstil, Akademi Teknologi Warga Surakarta
Lebih terperinciPEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA
PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA Oleh: Widihastuti Staf Pengajar Prodi Teknik Busana FT UNY widihastuti@uny.ac.id Pendahuluan Tanaman alpukat
Lebih terperinciAgus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta
93 PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGEMBAN PADA PEWARNAAN ALAM BATIK KAIN CAMPURAN CHIEF VALUE OF COTTON (CVC) Carrier Concentration Effect on Natural Color Batik Mixed Fabric Chief Value of Cotton (CVC) Agus
Lebih terperinciPENGARUH FIKSASI TERHADAP KETUAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI BATIK DARI LIMBAH MANGROVE
PENGARUH FIKSASI TERHADAP KETUAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI BATIK DARI LIMBAH MANGROVE FIXATION INFLUENCE OF COLOR USE NATURAL COLORS BATIK WITH THE WASTE MANGROVE Ahmad Shafwan S. Pulungan
Lebih terperinciPEMANFAATAN TANAMAN KEMBANG TELEKAN SEBAGAI PEWARNA ALAM BATIK PADA KAIN MORI PRIMA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
PEMANFAATAN TANAMAN KEMBANG TELEKAN SEBAGAI PEWARNA ALAM BATIK PADA KAIN MORI PRIMA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil
Lebih terperinciPEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK
PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK Kasmudjo dan Panji Probo Saktianggi Bagian Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No.1 Bulaksumur, Yogyakarta
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SERBUK ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI DAUN JATI DENGAN METODE SPRAY DRYER
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SERBUK ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI DAUN JATI DENGAN METODE SPRAY DRYER Disusun Oleh : A. PADMITASARI K.A I 8307006 DEWI NOVITASARI I 8307011 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan
Lebih terperinciKata Kunci :Kulit, Daun, Mangrove (Rhizophoramucronata), Pewarna, Batik.
PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN KULIT MANGROVE (Rhizophora mucronata) SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN BATIK DI PESISIR SEMARANG Utilization Leaf and Mangrove Bark (Rhizophora mucronata) For Natural Dye
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Eksperimen) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas piala, neraca analitik, gelas ukur, penangas air, wadah (baskom), dan sudip. Alat-alat yang digunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari
Lebih terperinciAgus Haerudin dan Farida Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta
43 LIMBAH SERUTAN KAYU MATOA (Pometia pinnata) SEBAGAI ZAT WARNA ALAM PADA KAIN BATIK KATUN Matoa (Pometia Pinnata) Wood Shavings as The Natural Color Substance of Cotton Fiber Batik Agus Haerudin dan
Lebih terperinciTitiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta
53 OPTIMASI PENCELUPAN KAIN BATIK KATUN DENGAN PEWARNA ALAM TINGI (Ceriops tagal) DAN INDIGOFERA Sp. Batik Fabric Dyeing Process Optimization Using Natural Dyes Tingi (Ceriops tagal) and Indigofera Sp.
Lebih terperinciKAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL SKRIPSI
KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Kriya Seni/Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit jagung dan bulu ayam merupakan contoh limbah hasil pertanian dan peternakan yang jumlahnya sangat melimpah. Tanaman jagung dapat tumbuh hampir diseluruh daratan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Studi literatur merupakan input dari penelitian ini. Langkah kerja peneliti yang akan dilakukan meliputi pengambilan data potensi, teknik pemanenan
Lebih terperinciTitiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta
25 PENGARUH SUHU EKSTRAKSI WARNA ALAM KAYU SECANG (Caesalpinia sappan Linn) DAN GAMBIR (Uncaria gambir) TERHADAP KUALITAS WARNA BATIK Extraction Temperature Effect of Secang (Caesalpinia sappan Linn) and
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : 1. Lita Indriyani (I ) 2. Widak Asrianing (I )
LAPORAN TUGAS AKHIR APLIKASI ZAT PEWARNA ALAMI PADA BATIK DENGAN MENGGUNAKAN KULIT KAYU MAHONI (SWIETENIA MAHOGANI), KULIT KAYU SOGA JAMBAL (PELTHOPHORUM FERRUGINUM), DAN KULIT KAYU SOGA TINGI (CERIOPS
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 4, Tahun 2009
PEWARNAAN SERAT DAUN SUJI (Pleomele Angustifolia) MENGGUNAKAN ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) Widihastuti Jurusan PTBB Fakultas Teknik UNY widihastuti@uny.ac.id; twidihastutiftuny@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian
Lebih terperinciPEMBUATAN ALAT PENCELUPAN DAN FIKSASI ZAT WARNA ALAMI MANGROVE JENIS RHIZOPORA STYLOSA, MAHONI, DAN INDIGOFERA
Pembuatan Alat Pencelupan dan Fiksasi Zat Warna Alami Mangrove... (Paryanto dkk) PEMBUATAN ALAT PENCELUPAN DAN FIKSASI ZAT WARNA ALAMI MANGROVE JENIS RHIZOPORA STYLOSA, MAHONI, DAN INDIGOFERA Paryanto
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pembuatan nata dari umbi ubi jalar ungu oleh bakteri Acetobacter xylinum ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Marshmallow merupakan salah satu produk aerated confectionary yang dalam pembuatannya ada pemerangkapan udara sehingga menghasilkan tekstur yang lembut dan ringan. Marshmallow
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas merupakan bahan industri yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Tekstur kertas biasanya tipis dan rata yang terbuat dari kayu,berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas merupakan benda yang sering kita temukan sehari-hari dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia. Kertas didefinisikan sebagai lembaran yang relatif tipis
Lebih terperinciOPTIMASI SERBUK PEWARNA ALAMI INSTANDAUN SIRSAK (AnnonamuricataL.)DITELAAH DARIWAKTU PEMANASAN DAN PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian
Lebih terperinciDiterima: 19 Oktober 2016, revisi akhir: 8 Desember 2016 dan disetujui untuk diterbitkan: 10 Desember 2016
Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai Pewarna Alam...(Sofyan dan Failisnur) GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI PEWARNA ALAM KAIN BATIK SUTERA, KATUN, DAN RAYON Gambier (Uncaria gambir Roxb) as a Natural
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Jatisrono berwirausaha sebagai pedagang ayam, para pedagang tersebut menjualnya dalam bentuk daging mentah dan ada pula yang matang.
Lebih terperinciEkstraksi Tannin dari Daun Sirsak (Annona muricata L.) sebagai Pewarna Alami Tekstil
Ekstraksi Tannin dari Daun Sirsak (Annona muricata L.) sebagai Pewarna Alami Tekstil Nana Chintya dan Budi Utami Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta nanachintya37@gmail.com
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisa Sampel
Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang
Lebih terperinciKata kunci: Kulit buah siwalan, Zat warna alam, Pre-mordating, Kain katun. ISBN
Pengembangan Optimalisasi Ekstraksi Antosianin Kulit Buah Siwalan (Artiningsih, dkk.) PENGEMBANGAN OPTIMALISASI EKSTRAKSI ANTOSIANIN KULIT BUAH SIWALAN WARNA UNGU DAN DIIMPLEMENTASIKAN SEBAGAI PEWARNA
Lebih terperinciZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL DARI KULIT BUAH MANGGIS
ZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL DARI KULIT BUAH MANGGIS Endang Kwartiningsih 1, Dwi Ardiana Setyawardhani 1, Agus Wiyatno 2, Adi Triyono 2 1 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS 2 ) Mahasiswa
Lebih terperinciPemanfaatan Bagian Cabang dan Pucuk Cabang Dalbergia latifolia sebagai Pewarna Alami Kain Batik
Pemanfaatan Bagian Cabang dan Pucuk Cabang Dalbergia latifolia sebagai Pewarna Alami Kain Batik Titis Budi Widowati 1,Gentur Sutapa 2 1&2 ) Staf Pengajar BagianTeknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI BIJI BUAH MAHKOTADEWA
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI BIJI BUAH MAHKOTADEWA Disusun Oleh : FITRIA KURNIASTUTI I 8305020 E. LIA DWI SUSANTI I 8306056 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual
4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fikosianin dari spirulina yang digunakan sebagai pewarna alami pada minuman. Fikosianin ini memberikan warna biru alami, sehingga tidak memberikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KETAHANAN TARIK DAN KETAHANAN SOBEK KERTAS SENI Hasil penelitian tentang kertas yang terbuat dari bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan
Lebih terperinciFIKSASI GARAM SCARLET R PADA PEWARNAAN KAIN SONGKET PALEMBANG BERBASIS ZAT WARNA ALAM DAUN HENNA
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 28 Nomor 1 Tahun 2017 Hal. 51-60 FIKSASI GARAM SCARLET R PADA PEWARNAAN KAIN SONGKET PALEMBANG BERBASIS ZAT WARNA ALAM DAUN HENNA (Lawsonia inermis L.) SCARLET
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI TAWAS TERHADAP PEWARNAAN KAIN MENGGUNAKAN EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH
PENGARUH KONSENTRASI TAWAS TERHADAP PEWARNAAN KAIN MENGGUNAKAN EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH Made Diah Angendari Universitas Pendidikan Ganesha dekdiahku@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada bulan Mei 2016 hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tepat Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Lebih terperinciSTABILISASI LIMBAH CAIR HASIL PENGOLAHAN GAMBIR DAN APLIKASINYA SEBAGAI PEWARNA PADA KAIN SUTERA
Stabilisasi Limbah Cair Hasil Pengolahan Gambir dan Aplikasinya Sebagai Pewarna pada Kain Sutera (Failisnur) STABILISASI LIMBAH CAIR HASIL PENGOLAHAN GAMBIR DAN APLIKASINYA SEBAGAI PEWARNA PADA KAIN SUTERA
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pada bulan September 2017. B. Bahan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan dimulai bulan April
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk proses
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam karya tulis ini adalah jenis penelitian eksperimen yang didukung dengan studi pustaka. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat
Lebih terperinciPEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut
4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) Cangkang kijing lokal yang diperoleh dari danau Teratai yang terdapat di Kec. Mananggu Kab. Boalemo
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN RISET UNGGULAN KEMITRAAN (RUK) TAHUN ANGGARAN 2005 PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA 1
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco
21 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan, terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN
31 PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN The Effect Extraction Method and Fixation of Natural Dyes to Color Fastness on Cotton Fabric Titiek
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh dengan
Lebih terperinci2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil, maka semakin
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN
P u j i l e s t a r i, P e n g a r u h E k s t r a k s i Z a t W a r n a A l a m... 1 PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN The Effect Extraction
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciKUALITAS BAGIAN CABANG DAN PUCUK CABANG Manilkara kauki SEBAGAI PEWARNA ALAMI KAIN BATIK
KUALITAS BAGIAN CABANG DAN PUCUK CABANG Manilkara kauki SEBAGAI PEWARNA ALAMI KAIN BATIK Titis Budi Widowati dan J.P Gentur Sutapa Staf Pengajar BagianTeknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM Fakultas
Lebih terperinciAhmad Kamil 1), Arfan Bakhtiar 2), Sriyanto 3)
Pemilihan Bahan Pewarna Alam Batik Tulis di Usaha Kecil dan Menengah Semarang Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus UKM Batik Semarang) Ahmad Kamil 1), Arfan Bakhtiar 2), Sriyanto
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).
0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang
Lebih terperinci