PENGANTAR. Manggar, November 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR. Ir. SYAIFUL BAKHRI.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGANTAR. Manggar, November 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR. Ir. SYAIFUL BAKHRI."

Transkripsi

1 i

2 PENGANTAR Kemiskinan merupakan tantangan pembangunan yang terdapat di negara berkembang termasuk Indonesia. Tantangan ini membuat pemerintah berkepentingan untuk lebih serius memformulasikan kebijakan yang utuh dalam penanggulangan kemiskinan. Pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Belitung Timur tahun telah dirumuskan pondasi kebijakan yang secara eksplisit bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan sekaligus memberikan kontribusi dalam mengurangi jumlah penduduk miskin nasional. Bersama-sama dengan pihak DPRD, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur juga telah menyusun Peraturan Daerah nomor 18 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Kemiskinan. Hal ini menunjukan perhatian yang besar bagi terwujudnya percepataan penanggulangan kemiskinan dan tercapainya kesejahteraan masyarakat. untuk mendorong percepatan penanggulangan kemiskinan agar selaras dengan target pencapaian penanggulangan kemiskinan ditingkat nasional yang ditetapkan pada dokumen Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) , pemerintah pusat melalui Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 mengamanatkan kepada Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten untuk menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Dokumen SPKD akan digunakan sebagai rancangan kebijakan pembangunan daerah dibidang penanggulangan kemiskinan yang akan diintegrasikan pada proses penyusunan RPJMD. Dokumen ini penting disusun secara mandiri oleh sumberdaya TKPK agar bersifat implementatif dan menjadi payung bagi rencana aksi daerah dalam percepatan penanggulangan kemiskinan. Sebagai sekretariat TKPK Kabupaten, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah bertanggungjawab dalam mendorong keberhasilan TKPK untuk mengkoordinasikan penyusunan SPKD. Melalui dokumen ini, diharapkan akan memudahkan pengarusutamaan kebijakan (mainstreaming of policy) terhadap dokumen teknokratik lainnya yaitu RPJMD, Renstra-SPKD, RKPD, dan RENJA SKPD ditingkat kabupaten. Pada akhirnya, Kami menyampaikan terimakasih atas kerjasama semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya dokumen SPKD ini. Melalui dokumen ini, kita berharap agar mampu mewujudkan cita-cita percepatan penanggulangan kemiskinan dan pencapaian kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Belitung Timur. Manggar, November 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR Ir. SYAIFUL BAKHRI. ii

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Tingkat kemiskinan Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2010 berada diangka 10.36%. Jika menggunakan standar target yang termuat pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) , angka kemiskinan nasional ditargetkan turun menjadi sebesar 8% (target ideal) sampai dengan 10% (target konservatif). Dengan tolok ukur tersebut dan mengacu pada capaian tingkat kemiskinan di tahun 2010, Kab. Belitung Timur masih memungkinkan untuk mengejar target ideal nasional yakni 8%. Salah satu pertimbangan dari optimisme itu adalah kemungkinan besar publikasi tingkat kemiskinan oleh BPS pada tahun 2011 dan 2012 akan kembali menurun. Disisi lain, masih terdapat cukup waktu yakni 2 tahun sebelum 2014 untuk mewujudkan target tersebut. Indikator kemiskinan lain seperti indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan berkembang relevan dengan dinamika indikator ditingkat nasional dan provinsi. Oleh karenanya, meskipun tingkat kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur merupakan yang paling tinggi diantara 7 kabupaten/kota lainnya, perkembangan proses penanggulangan kemiskinan dari waktu ke waktu masih menunjukan intervensi kebijakan berlangsung efektif. Pada saat yang sama, indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menunjukan capaian menggembirakan. Dari tahun ketahun, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Belitung Timur selalu berada dilevel yang semakin baik. Pada tahun 2011, TPT berada pada angka 2.3% sementara capaian nasional masih diangka 4%. RPJMN menargetkan angka tingkat pengangguran di 5.4% pada tahun ini berarti capain Kabupaten Belitung Timur relevan terhadap kebijakan nasional dan intervensi kebijakan disektor tersebut berjalan efektif. Analisis pada 13 indikator kesehatan menunjukan perkembangan positif. Analisis efektifitas intervensi kebijakan menampilkan mayoritas kebijakan yang dijalankan berdampak positif terhadap perkembangan indikator. Hanya terdapat 3 indikator yakni Angka kematian balita, prevelansi balita gizi buruk, dan penduduk dengan keluhan kesehatan yang memerlukan pengkajian ulang kebijakan mengingat pada masing-masing indikator terdapat kecenderungan peningkatan temuan kasus. Disektor pendidikan, beberapa indikator yang garis kecenderungan (trendline) menampilkan pola menurun dari hasil simulasi data deret waktu adalah Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs, Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs, Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA, Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs, Rasio Siswa/Kelas SMA/MA, Rasio Guru/Kelas SMP/MTs, Rasio Guru/Kelas SMA/MA, Rasio Siswa/Guru SD/MI, Rasio Siswa/Guru SMP/MTs, dan Rasio Siswa/Guru SMA/MA penting untuk mendapatkan penanganan khusus dari sektor yang terkait. Sedangkan isu infrastruktur dasar, satu-satunya indikator dari 3 indikator utama yang dianalisis dan berada pada posisi yang kurang baik adalah indikator Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak. Capaian indikator lain seperti proporsi tangga rumah sanitasi layak dan Proporsi rumah tangga dengan akses listrik secara kumulatif bergerak naik. Indikator ekonomi makro daerah yakni pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi berkembang baik. Sampai pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi bergerak positif dan secara kumulatif inflasi bergerak turun. Akan tetapi, pada indikator ketahanan pangan yakni Perkembangan Harga Beras dan Perkembangan harga Kebutuhan Kebutuhan Pokok Utama masih merangkak naik. Dalam kajian kemiskinan, perkembangan harga beras dan harga kebutuhan pokok yang tidak terkendali berpotensi menyebabkan pelemahan daya beli masyarakat miskin yang disebabkan oleh terlalu besarnya porsi pendapatan yang digunakan mereka untuk membiayai kebutuhan tersebut. Hal ini akan sangat berdampak langsung pada pergerakan indikator utama kemiskinan lainnya. Oleh karenanya perlu mendapatkan perhatian khusus oleh penanggung jawab sektor terkait. iii

4 Dalam melakukan analisis kondisi kemiskinan, terdapat beberapa kendala diantaranya, ketersediaan data yang masih belum sampai pada level kecamatan dan desa. Ini menyebabkan, analisis prioritas kewilayahan tidak bisa dilakukan. Masalah lain adalah rentang waktu dari data yang tersedia relatif beragam. Pada sektor kesehatan misalnya, terdapat indikator yang tersedia hanya dalam durasi 2 tahun. Sementara itu, untuk memperoleh kesimpulan yang baik, diperlukan series data yang lebih panjang sehingga mampu mencerminkan kecenderungan dari capaian indikator yang sebenarnya. Pada analisis proporsi belanja, besaran belanja untuk kebutuhan perlindungan sosial, kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Belitung Timur berada dalam komposisi yang cukup. Untuk kebutuhan masa depan, analisis anggaran ini perlu dilakukan secara mendalam dengan melibatkan instansi tekhnis terkait untuk mengidentifikasi gap of budgeting antara kebutuhan pembiyaan dengan ketersediaan dana bagi program-program penanggulangan kemiskinan. Pengembangan kebijakan dan program pemerintah Kabupaten Belitung Timur khusus diisu penanggulangan kemiskinan pada tahu 2012 semakin baik. Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Permendagri Nomor 42 tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota, maka fungsi dan peran TKPK di Kabupaten Belitung Timur terus ditingkatkan. Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan Kemiskinan, penanggulangan kemiskinan dipertajam arah kebijakannya, sekaligus memberikan payung hukum bagi proses integrasi dan harmonisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan. Pada perda ini, didefinisikan hak dan kewajiban pemangku kepentingan, diatur mekanisme perencanaan dan pemanfatan data, penyusunan strategi dan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan, pemantauan, dan aspek pembiyaan. Secara khusus, perda ini merekomendasikan agar kebijakan nasional yakni penetapan sasaran berdasarkan database terpadu penanggulangan kemiskinan, serta penyusunan program unggulan daerah yang merupakan best practise dari program nasional seperti Program Keluarga Pelangi yang merupakan modifikasi program nasional yaitu Program Keluarga Harapan, Program Masyarakat Berdayaguna Terpadu Pelangi sebagai program pemberdayaan lokal untuk menjadi exit strategy PNPM di tahun Hal lain yang penting untuk mendapatkan perhatian adalah isu penguatan kapasitas SDM baik SDM di TKPK, maupun SDM ditingkat SKPD pelaksana. Pada tahun 2012, penguatan kapasitas dilakukan masih secara sektoral. Masing-masing SKPD melakukan penguatan kapasitas pelaksana program/kegiatan sesuai kebutuhan sektoral. Paradigma baru tentang percepatan penanggulangan kemiskinan yang menekankan keterpaduan mensyaratkan kesamaan cara pandang terhadap pentingnya koordinasi dari pelaksana kegiatan. Oleh karenanya, dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari kegiaatn penguatan kapasitas yang selama ini berjalan. Isu lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan adalah mendorong sinergi yang lebih baik terhadap sektor swasta. Koordinasi yang lebih intensif perlu didorong untuk memastikan program-program sosial yang dilakukan oleh perusahaan memiliki keselarasan dengan berbagai program yang dilakuakn oleh pemerintah daerah. Melalui identifikasi permasalahan yang ada diatas, maka dirumuskan rancangan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) yang diharapkan pada agenda Tinjau Ulang (review) RPJMD Tahun 2013 bisa diintegrasikan kedalam dokumen RPJMD Integrasi ini menjadi penting untuk menjamin agar masalah penanggulangan kemiskinan mendapatkan dukungan yang memadai dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan dan menjadi bagian yang utuh dari dokumen perencanaan pembangunan reguler. iv

5 DAFTAR SINGKATAN AKB Angka Kematian Bayi PKH Program Keluarga Harapan AKABA Angka Kematian Balita PISEW Pembangunan Infrastruktursosial Ekonomi Wilayah AKI Angka Kematian Ibu PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat APBD Angka Pendapatan Dan Posyandu Pos Pelayanan Terpadu Belanja Daerah Angka Pendapatan Dan Belanja Negara APBN PPLS08 Pendataan Program Perlindungan Socialtahun 2008 APM Angka Partisipasi Murni PSE05 Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk,Tahun 2005 Pusat Kesehatan Masyarakat Beras Miskin BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Puskesmas BPMD Badan Pembangunan Raskin Masyarakat Desa BPS Badan Pusat Statistik RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah BRI Bank Rakyat Indonesia RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah CSR Corporate Social Responcibility RPJMD Rencana Pembngunan Jangka Menengah Daerah DIPA Daftar Isian Pelaksanaan RSUD Rumah Sakit Umum Daerah Anggaran DPRD Dewan Perwakilan Rakyat RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin K/L Kementrian Atau Lembaga SD/MI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah KB Keluarga Berencana SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah KIA Kesehatan Ibu Dan Anak SKTM Surat Keterangan Tidak Mampu Km Kilometer SMA/MA Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah KUR Kredit Usaha Rakyat SMP/MTs Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah LP2KD LSM MDGS Musrenbang PDRB Permendagri Permendiknas Laporan Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan Daerah Lembaga Swadaya Masyarakat Millenium Development Goals Musyawarah Perencanaan Pembangunan Produk Domestik Regional Bruto Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional SPKD SPM SUSENAS TKPK TNP2K UMK UU Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Standar Pelayanan Minimum Survei Sosial Ekonomi Nasional Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Usaha Mikro Dan Kecil Undang-Undang v

6 DAFTAR ISI PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF... iii DAFTAR SINGKATAN...v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Landasan Hukum Sistematika Penulisan... 4 BAB II KONDISI KEMISKINAN Kondisi Umum Kemiskinan Analisis Antar Wilayah Analisis Antar Waktu Bidang Ketenagakerjaan Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program Bidang Kesehatan Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program Bidang Pendidikan Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program Bidang Infrastruktur Dasar Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program Bidang Ketahanan Pangan Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Relevansi dan Efektivitas Program BAB III PENENTUAN WILAYAH PRIORITAS DAN INTERVENSI Kesimpulan Analisis Relevansi dan Efektivitas Prioritas Bidang/Sektor Bidang Ketenagakerjaan Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan vi

7 3.2.4 Bidang Infrastruktur Dasar Bidang Ketahanan Pangan BAB IV ANALISIS PENGANGGARAN Komposisi Anggaran Belanja Analisis Anggaran Belanja Sektoral Bidang Kemiskinan Bidang Ketenagakerjaan Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Bidang Kemiskinan Bidang Ketenagakerjaan Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan BAB V TARGET DAN PRIORITAS PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH Target Intervensi Bidang/Sektoral Prioritas Intervensi Bidang/Sektoral BAB VI RENCANA AKSI DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN PRINSIP UTAMA STRATEGI KEBIJAKAN Kebijakan Umum Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar Kebijakan Peningkatan Keadilan Dan Kesetaraan Gender Kebijakan Pengembangan Wilayah RENCANA AKSI DAERAH Kelompok Program Cluster 1 : Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga Kelompok Program Cluster 2 : Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Program Cluster 3 : Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro Dan Kecil Kelompok Program Cluster 4 : Program Penanggulangan Kemiskinan Sektoral BAB VII PENGUATAN KELEMBAGAAN DALAM PELAKSANAAN SPKD Tinjauan Kelembagaan yang Berjalan Format Kelembagaan Pelaksanaan Koordinasi Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan Penyesuaian Struktur Kelembagaan vii

8 7.2.2 Penguatan Pelaksanaan Tugas Kesekretariatan Pengutaan Kinerja Kelompok Program BAB VIII KAJI ULANG DAN INTEGRASI KEBIJAKAN Potret Kebijakan berjalan Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Fokus Penyesuaian Anggaran Belanja Kaji Ulang Kebijakan dan Integrasi kebijakan KAJI ULANG KEBIJAKAN INTEGRASI KEBIJAKAN BAB IX PENUTUP viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar Target Pencapaian Tingkat Kemiskinan... 1 Gambar Tingkat Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Indeks keparahan (P2) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Perkembangan Tingka Kemiskinan Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Gambar Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Tingkat Kemiskinan Nasional, Provinsi Kep. Bangka Belitung & Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektivitas Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingka Kemiskinan Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Dinamika Pertumbuhan Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan (%) Gambar Analisis Efektivitas Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Dinamika Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Analsisis Efektivitas Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Dinamika Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun Gambar Angka Kematian Bayi Tahun Gambar Angka Kematian Balita (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun Gambar Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup)Kab. Belitung TimurTahun Gambar Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Rasio Bidan (per Penduduk ) Kab. Belitung TimurTahun Gambar Rasio Bidan Tahun Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Rasio Dokter (per Penduduk ) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Rasio Dokter Tahun Gambar Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Penduduk Dengan Keluahan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitun Timur Tahun Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun ix

10 Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Morbiditas (%) Propinis Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Morbiditas (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Angka Morbiditas Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Kematian Balita (AKABA) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Kematian Balita (AKABA) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Gambar Relevansi Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Gambar Relevansi Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Bidan (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Bidan (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Dokter (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Dokter (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Partisipas Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar SMP/MTS Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar SMA/MA Tahun x

11 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni SD/MI Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni SMP/MTS Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Angka Partisipasi Murni SMA/MA Tahun Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung xi

12 Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun xii

13 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung TimurTahun Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Relevansi Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Perkembangan Harga Beras (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Perkembangan Harga Beras (Rp) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Kecenderungan pergerakan harga kebutuhan pokok Tahun Gambar Relevansi Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun xiii

14 Gambar Analisis Efektivitas Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Efektivitas Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Gambar Prioritas Intervensi Wilayah TingkatPengangguran Terbuka (%) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKB Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKABA Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Angka Kematian Ibu Melahirkan Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Prevalensi Balita Kekuangan Gizi (%) Tahun Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Angka Morbiditas (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Terhadap Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Infrastruktur DasarKepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Terhadap Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kepulauan Bangka Belitung Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Ketahanan PanganKepulauan Bangka Belitung Tahun Gambar Analisis Komposisi Penerimaan Daerah Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Analisis Komposisi Belanja Daerah menurut Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Perbandingan Persentase Alokasi Belanja Berdasarkan Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun Gambar Komposisi Belanja Anggaran Sosial Tahun Anggaran Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran Gambar Komposisi Belanja Anggaran ketenagakerjaan Tahun Anggaran Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran xiv

15 Gambar Komposisi Belanja Anggaran Kesehatan Tahun Anggaran Gambar Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran Gambar Komposisi Belanja Anggaran Pendidikan Tahun Gambar Belanja Pendidikan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran Gambar Belanja Pendidikan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Sosial Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Ketenagakerjaan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kesehatan Tahun Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APK Tahun Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APM Tahun Gambar Analisis Prioritas Indikator Kemiskinan Terhadap Capaian Tingkat Kemiskinan Gambar Analisis Prioritas Bidang Kesehatan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Gambar Analisis Prioritas Bidang Pendidikan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Gambar Analisis Prioritas Bidang Infrasturktur Dasar Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Gambar Analisis Prioritas Bidang Ekonomi Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Gambar Struktur Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kab. Belitung Timur Tahun Anggaran Gambar Alur Penanganan Pengaduan Masyarakat Gambar 8.3.1Komposisi Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Desil Kesejahteraan Gambar 8.3.2Penyebaran Rumah Tangga berdasarkan Tingkat Kesejahteraan xv

16 DAFTAR TABEL Tabel Pertumbuhan Ekonomi (%) Indonesia Tahun Tabel Nilai Indeks Komponen IPM Kabupaten Belitung Timur... 6 Tabel Garis Kemiskinan (GK) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Tabel Kesimpulan Analisis Relevansi dan Efektivitas Indikator Tabel Target beberapa indikator utama Sektoral dengan acuan Nasional Tabel Target beberapa indikator utama Sektoral dengan acuan RPJMD dan Kebijakan Bupati Tabel Mekanisme Penanganan Pengaduan Masyarakat Tabel Program Penanggulangan Kemiskinan 4 Klaster Berdasarkan APBD xvi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkahlangkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Millenium Development Goals (MDG s) mempunyai target pengurangan angka kemiskinan pada tahun 2015 yaitu setengah dari angka kemiskinan tahun Target MDG s disikapi dengan kebijakan RPJMN yang mencanangkan target penurunan tingkat kemiskinan menjadi 8-10 persen pada akhir Skenario optimis penurunan tingkat kemiskinan berkisar pada angka 8 persen, sedangkan skenario moderat terdapat pada kisaran angka 10 persen dengan pertimbangan terjadi faktor-faktor eksternal seperti krisis ekonomi dunia yang berpengaruh pada kenaikan tingkat kemiskinan. Gambar Target Pencapaian Tingkat Kemiskinan Dalam rangka pencapaian target penurunan tingkat kemiskinan RPJMN dan MDG s maka pada tahun 2010 telah diterbitkan kebijakan operasional berupa Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan memuat 4 (empat) pokok strategi yaitu (1) perbaikan program perlindungan sosial; (2) peningkatan akses terhadap pelayanan dasar; (3) pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; dan (4) pembangunan inklusif; yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi daerah. Tujuan Perpres No. 15 Tahun 2010 adalah meningkatkan efektivitas upaya pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dan sektor swasta dalam penanggulangan kemiskinan. Efektivitas tersebut berjalan melalui penguatan kapasitas pemerintah dan peran masyarakat oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Implikasi kelembagaan penanggulangan kemiskinan didaerah adalah pembentukan TKPK (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan) yang dilegitimasi dengan Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sistem kelembagaan bekerja untuk mencapai target pengurangan angka kemiskinan di daerah sebagaimana direncanakan dalam RPJMD, sekaligus memantau relevansi arah kebijakan pembangunan daerah dalam RPJMD terhadap pemenuhan target pengurangan angka kemiskinan nasional dan MDG s. 1

18 Kinerja TKPK Kabupaten salah satunya diukur dengan mengkoordinasikan penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Dokumen SPKD adalah dokumen strategi penanggulangan kemiskinan daerah yang selanjutnya digunakan sebagai rancangan kebijakan pembangunan dibidang penanggulangan kemiskinan dalam proses penyusunan RPJMD dengan masa berlaku selama 1 periode kepemimpinan daerah. Oleh karena itu, dokumen SPKD penting sekali untuk disusun secara mandiri oleh sumberdaya TKPK sendiri (bukan pihak ketiga), bersifat evaluatif dan menjadi payung bagi program penanggulangan kemiskinan selanjutnya. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Dokumen Strategi Penanggulangan kemiskinan Daerah (SPKD) adalah untuk menyediakan acuan kebijakan bagi pemangku kepentingan dalam sinergi pelaksanaan upaya penanggulangan kemiskinan. Sedangkan tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut: a. Mempertegas komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam memecahkan isu kemiskinan b. Membangun konsensus bersama untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui pendekatan hak-hak dasar dan pendekatan partisipatif dalam perumusan strategi dan kebijakan c. Menyelaraskan dan membentuk sinergitas lintas sekotral dan lintas pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan 1.3 Landasan Hukum Penyusunan SPKD didasarkan pada dasar hukum dan acuan kebijakan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Aturan perundangan tentang RPJPN memuat tujuan pembangunan nasional jangka panjang termasuk didalamnya mengamanatkan penanggulangan kemiskinan berbasis hak. Presiden terpilih menghasilkan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang merencanakan kebijakan penanggulangan kemiskinan dalam skala lima tahunan. 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Aturan perundangan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memuat manajemen pembangunan nasional secara teknokratik, demokratis, partisipatif serta top down dan bottom up. Kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan secara substantif diletakkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Kerja Pemerintah, dan dokumen teknokratik lainnya. Dalam lingkup kebijakan nasional ini, Pemerintah Daerah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan mengacu kepada kebijakan RPJMN yang memuat kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Aturan perundangan Keuangan Negara menjadi dasar bagi analisis penganggaran percepatan penanggulangan kemiskinan. 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Aturan perundangan ini menjadi dasar bagi peran TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bagian dari kinerja kelembagaan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam paradigma desentralisasi dan otonomi daerah. 2

19 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Economic, Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya). Aturan perundangan yang berisi tentang sejumlah hak-hak yang dikategorikan ke dalam hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, antara lain hak atas kehidupan yang layak, hak atas pangan dan sebagainya. Prinsip-prinsip hak ekonomi, sosial dan budaya menjadi dasar implementasi kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan. 6. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun Aturan perundangan tentang RPJMD memuat tujuan pembangunan jangka menengah daerah yang didalamnya mengamanatkan peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas pembangunan. Bupati terpilih telah menyusun misi pembangunan daerah yang diterjemahkan kedalam kebijakan dan strategi sektoral melalui rencana stratgis 5 (lima) tahunan dan rencana kerja pemerintah daerah 1 (satu) tahunan. 7. Peraturan daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 18 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan perundangan daerah khusus mengenai penangulangan kemiskinan. Bersama-sama legislatif, pemerintah daerah Kabupaten Belitung Timur telah merumuskan pendekatan pembangunan yang memberikan prioritas terhadap penanggulangan kemiskinan berbasis hak. Dalam peraturan daerah ini dimuat hak dan kewajiban bagi pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama mensinergikan peran dalam usaha mempercepat penanggulangan kemiskinan didaerah. Kebijakan operasional sebagai basis legitimasi penyusunan SPKD adalah: 1. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang mendelegasikan pembentukan, tugas pokok dan fungsi TKPK di daerah. 2. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan sebagai arah implementasi program-program percepatan penanggulangan kemiskinan. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mengatur fungsi TKPK dalam koordinasi dan pengendalian. 4. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan Perluasan Program Pro-Rakyat. Kebijakan operasional ini tidak langsung terkait dengan SPKD namun dapat dirujuk secara konvergen khususnya dalam hal penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperluas program Pemerintah yang bersifat pro-rakyat, yang meliputi rancangan produk, tindakan, sasaran, target penyelesaian, sumber pembiayaan dan penanggung jawab. 3

20 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Belitung Timur menyesuaikan dengan format yang disusun oleh Kementrian Dalam Negeri yakni disusun sebagai berikut: RINGKASAN EKSEKUTIF TKPK Provinsi dan Kabupaten menulis narasi singkat terhadap materi analisis kondisi kemiskinan sampai dengan bagian kaji ulang dan integrasi kebijakan SPKD. BAB I PENDAHULUAN Uraian singkat tentang Mengapa SPKD penting bagi daerah, dasar hukum dan kebijakan operasional tentang penanggulangan kemiskinan, tujuan dan manfaat SPKD bagi daerah. BAB II KONDISI KEMISKINAN Uraian yang menjelaskan data-data terkait dengan kondisi kemiskinan di daerah dan hasil analisis kondisi kemiskinan yang bertujuan untuk merumuskan prioritas bidang dan prioritas wilayah. Perumusan prioritas dilakukan dengan analisis tren, analisis relevansi dan efektivitas, dan analisis keterkaitan. BAB III PENENTUAN WILAYAH PRIORITAS DAN INTERVENSI Uraian tentang analisis penentuan wilayah prioritas yang berhasil menentukan wilayah mana yang segera memerlukan intervensi berdasarkan pengamatan terhadap indikator utama dan indikator pendukung. BAB IV ANALISIS ANGGARAN Uraian yang menjelaskan hasil analisis terhadap alokasi anggaran. Sumber data tentang anggaran di daerah harus mencantumkan sumber data yang valid dan dianalisis dengan mengikuti Panduan Penyusunan SPKD. Analisis penganggaran yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan terdiri dari: a. Komposisi Anggaran Belanja; b. Analisis Anggaran Belanja Sektoral; c. Analisis Relevansi dan Efektivitas Anggaran. BAB V TARGET DAN PRIORITAS PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH Uraian yang menjelaskan singkat tentang target dan prioritas yang direkomendasikan oleh Kabupaten bagi perumusan RPJMD, RAPBD dan dokumen pembangunan lainnya. BAB VI RENCANA AKSI DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN Strategi-strategi berdasarkan hasil analisis kondisi kemiskinan dan analisis lainnya. Termasuk pula diantaranya adalah kapasitas dalam melakukan kaji ulang (review) dan integrasi dengan dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran di daerah, yaitu RPJMD sampai dengan RAPBD. Rencana Aksi Daerah dioperasionalkan dalam Matriks Rencana Aksi Daerah yang berisikan kebijakan unggulan, program, kegiatan, SKPD pengelola, dan pagu indikatif. 4

21 BAB VII PENGUATAN KELEMBAGAAN DALAM PELAKSANAAN SPKD Koordinasi yang bersifat substansial dan sistem kelembagaan TKPK Kabupaten yang sedikitnya terlaksana 3 (tiga) kali dalam setahun dengan hasil yang bermanfaat pada publik. Materi pengendalian terarah pada mekanisme kelembagaan yang tepat dalam mengkoreksi implementasi SPKD. BAB VIII KAJI ULANG DAN INTEGRASI KEBIJAKAN Kaji ulang dan integrasi kebijakan antara hasil analisis kebijakan dalam SPKD dengan (1) RPJMD yang telah ditetapkan atau rancangan RPJMD yang masih dibahas dalam Musrenbang tingkat desa, kecamatan, kabupaten; dan (2) dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya. BAB IX PENUTUP Kesimpulan terhadap seluruh hasil analisis dan rekomendasi bagi penyusunan/penyempurnaan RPJMD, RAPBD dan dokumen pembangunan lainnya agar terkonsolidasi untuk mencapai penurunan angka kemiskinan dalam skala nasional (8-10 persen). 5

22 BAB II KONDISI KEMISKINAN 2.1 Kondisi Umum Kemiskinan Pada masa lalu, pembangunan lebih diorientasikan pada usaha pemerintah untuk mengejar dan mewujudkan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara menambah jumlah investasi-investasi baru yang pada akhirnya akan menyerap banyak tenaga kerja. Dengan cara ini, diharapkan akan terjadi "Trickle Down Effects" atau efek tetesan. Kesejahteraan diasumsikan akan menetes sampai kesemua level sosial ekonomi masyarakat. Tabel Pertumbuhan Ekonomi (%) Indonesia Tahun Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Namun pendekatan yang hanya terpusat pada pertumbuhan ekonomi ternyata memiliki dampak yang kurang baik. Peningkatan pendapatan nasional tidak otomatis berarti kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik. Yang terjadi kemudian adalah pendapatan terdistribusi secara tidak merata, sehingga meskipun secara nasional perhitungan pendapatan lebih tinggi, mayoritas rumah tangga tetap berada pada keadaan sosial ekonomi yang buruk. Oleh karena itu, banyak kritik yang terlontar dan mengatakan bahwa pembangunan yang lebih menekankan pada sisi peningkatan PDB akan berorientasi materialis dan mendorong masyarakat untuk terus memproduksi barang-barang tak berguna. Belajar dari pengalaman serta perkembangan pemikiran mengenai pengukuran keberhasilan pembangunan, maka United Nation Development Programme (UNDP) menyusun paradigma baru yang tidak hanya menonjolkan sisi material tetapi juga kemajuan-kemajuan yang terkait dengan sisi harkat kesejahteraan manusia. Kemudian dikenalkanlah paradigma pembangunan yang lebih berorientasi kepada human development center.undp mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan tersebut. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Tabel Nilai Indeks Komponen IPM Kabupaten Belitung Timur Tahun Indeks Harapan Hidup Indeks Pendidikan Indeks Paritas Daya Beli IPM (1) (2) (3) (4) (5) ,00 79,16 56,13 68, ,50 80,11 56,87 69, ,65 80,86 59,23 70, ,27 80,97 60,29 71, ,67 81,02 61,24 71, ,05 81,08 61,73 71,96 Sumber: Sensus Penduduk BPS Tahun

23 Disamping pergeseran paradigma dalam mengukur keberhasilan pembangunan, pemerintah juga terus memperbaiki kebijakan yang terkait dengan isu pencapaian kesejahteraan masyarakat. Untuk mengukur dan mengidentifkasi keberhasilan usaha mendorong sebanyak mungkin masyarakat ke tingkat kesejahteraan, maka pemerintah mengembangkan berbagai pendekatan perhitungan. Dalam usaha untuk melakukan pengukurannya tersebut, maka Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan- Makanan(GKBM). Penghitungan GK dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita perhari. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Tabel Garis Kemiskinan (GK) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Tahun Provinsi Babel Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Pangkalpinang Berdasarkan garis kemiskinan ini kemudian akan diukur berapa banyak penduduk yang memiliki pengeluaran dibawah standar nilai tersebut. Perbandingan dalam persentase antara jumlah penduduk yang pengeluarannya berada dibawah GK terhadap jumlah keseluruhan penduduk disebut sebagai Tingkat Kemiskinan. Oleh karenanya, permasalahan kemiskinan harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah baik dipusat, maupun bagi pemerintah daerah. Berbagai kebijakan dan program disusun dalam upaya mendorong sebanyak mungkin masyarakat Indonesia keluar dari kemiskinan dan kerentanan kemiskinan. Untuk mengukur tingkat keberhasilan kebijakan dan program tersebut, maka digunakan beberapa indikator statistik kemiskinan umum diantaranya: Tingkat Kemiskinan (%) Tingkat Kemiskinan adalah indikator yang digunakan untuk memotret besaran porsi penduduk miskin pada suatu wilayah. Tingkat kemiskinan atau sering juga disebut sebagai persentase penduduk miskin merupakan nilai yang menunjukan proporsi penduduk miskin terhadap total penduduk disuatu wilayah. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Jumlah Penduduk Miskin adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah tertentu dengan pengeluaran di bawah garis kemiskinan 7

24 Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index P1) Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index - P2) Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin Analisis Antar Wilayah A. Tingkat Kemiskinan Jika dilihat lebih jauh kelevel kabupaten, maka akan diperoleh gambaran bahwa angka capaian prestasi Tingkat kemiskinan kecil oleh provinsi tidak diikuti capaian yang baik oleh semua kabupaten. Gambar Tingkat Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Data statistik terakhir pada tahun 2010 menunjukan tingkat kemiskinan terendah dicapai oleh Kabupaten Bangka Barat dengan kisaran 5.25% dan tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Belitung Timur dengan angka mencapai 10,36%. Angka ini cukup besar mengingat nilainya hampir 2 kali lipat dari nilai pada kabupaten dengan tingkat kemiskinan terendah dan masih lebih besar dari tingkat kemiskinan Provinsi yaitu sebesar 7.51%. B. Jumlah Penduduk Miskin Sebaran jumlah penduduk miskin sangat ditentukan oleh jumlah penduduk diwilayah tersebut. Dari pola ini, Provinsi Bangka Belitung memiliki keuntungan demografis. Kombinasi antara jumlah penduduk Provinsi yang relatif sedikit dengan tingkat kemiskinan yang rendah menempatkan Provinsi Bangka Belitung kedalam capaian terendah dari jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 yaitu sebesar jiwa. Hal ini sangat kontras dengan beban jumlah penduduk miskin Provinsi jawa tengah yang mencapai lebih dari 5 juta jiwa. Keuntungan demografi yang sama juga dialami oleh Kabupaten Belitung Timur. Meskipun berada pada posisi pertama dari indikator Tingka Kemiskinan (%), namun dari sisi jumlah Belitung Timur pada tahun 2010 menempati posisi keempat terendah dengan jumlah penduduk miskin sebesar Jiwa. 8

25 Gambar Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2010 C. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Selain memiliki keunggulan dari sisi jumlah penduduk miskin, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menampilkan capaian yang cukup baik dari indikator Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2). Secara nasional, pada tahun 2011 Indeks P1 Provinsi Bangka Belitung semakin baik dengan nilai pada saat yang sama secara nasional indeks P1 juga bergerak turun menjadi Penurunan ini menunjukan hal positif yang menjelaskan bahwa kesenjangan pengeluaran masyarakat miskin terhadap GK semakin kecil. Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 Jika ditingkat nasional capaian Provinsi Bangka Belitung cukup baik, tidak demikian dengan capaian Kabupaten Belitung Timur. Indeks P1 memperoleh nilai terbesar dibandingkan 6 kabupaten/kota lainnya. Tentu fenomena ini menghawatirkan karena indeks kesenjangan ini bahkan melampaui nilai P1 Provinsi yang hanya sebesar

26 D. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Pola yang sama terjadi pada indeks P2 Provinsi Bangka Belitung. Nilai P2 pada tahun 2010 sebesar 0.23 pada saat capaian nasional sebesar 0.58 yang kemudian ditahun berikutnya turun menjadi Pada tahun yang sama capaian indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Belitung Timur masih berada pada nilai yang kurang baik dibandingkan indeks kabupaten/kota se-bangka Belitung yakni sebesar Nilai yang berada diatas capaian kabupaten, namun masih lebih dari pada nilai besaran P2 nasional. Gambar Indeks keparahan (P2) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 Besarnya nilai indeks keparahan kemiskinan P2 di Kabupaten Belitung Timur menunjukan bahwa diperlukan usaha yang relatif besar untuk mendorong agar masyarakat miskin mampu bergerak meninggalkan kemiskinan karena jarak rata-rata yang cukup besar antar masyarakat miskin. Pada saat yang sama, terdapat juga kesenjangan pengeluaran antara sesama penduduk miskin dalam rata-rata yang signifikan. 10

27 2.1.2 Analisis Antar Waktu A. Tingkat Kemiskinan Secara nasional, pada tahun 2011 Tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada diposisi ke-3 terendah. Pada tahun yang sama, tingkat kemiskinan nasional berada pada angka 13.33%. Angka ini cukup baik mengingat pada tahun sebelumnya angka kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada posisi ke-5 dengan capaian sebesar 7.51%. Kecenderungan perkembangan positif yang ditandai dengan turunnya angka kemiskinan provinsi bangka belitung diperlihatkan oleh gambar dibawah ini. Gambar Perkembangan Tingka Kemiskinan Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun Kecenderungan positif ini juga dialami oleh KabupatenBelitung Timur. Gambar Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Meskipun tingkat kemiskinan Kabupaten Belitung Timurmasih relatif tinggi, namun dari waktu ke waktu besarannya masih lebih baik dibandingkan capaian nasional. Jika diukur dari target capaian RPJMN sebesar 10% (target minimal) pada akhir tahun 2014, maka tingkat kemiskinan Kab. Belitung Timur pada tahun 2010 sudah hampir mancapai target nasional tersebut. Sedangkan jika mengacu pada target MDG s; yaitu menurunkan tingkat kemiskinan menjadi setengah dari tahun dasar; maka capaian 10,36% masih 11

28 terpaut cukup jauh dari angka target yaitu setengah dari 14.26% atau sama dengan 7,13%. Gambar Tingkat Kemiskinan Nasional, Provinsi Kep. Bangka Belitung & Kab. Belitung Timur Tahun Jika menganalisa grafik diatas, secara umum kita bisa simpulkan bahwa perkembangan tingkat kemiskinan Kabupaten Belitung Timur dari waktu kewaktu masih sejalan dengan dinamika capaian nasional. Keberhasilan penurunan tingkat kemiskinan dikabupatenbelitung Timur telah berkontribusi positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan Nasional. Akan tetapi, ditingkat Provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Belitung Timur masih berada pada tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari waktu kewaktu. Tingkat Efektivitas penanggulangan kemiskinan juga berjalan efektif, karena dalam periode , menunjukan trend pengurangan seperti yang ditampilkan pada grafik berikut. Gambar Analisis Efektivitas Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Garis Kecenderungan (Trendline) berada pada kemiringan yang cukup baik menunjukan rata-rata tingkat kemiskinan dalam periode tersebut menurun secara efektif. 12

29 B. Jumlah Penduduk Miskin Pola yang ditunjukan oleh dinamika tingkat kemiskinan baik ditingkat nasional, Provinsi maupun KabupatenBelitung Timur menunjukan kemiripan. Pada tahun 2006, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin secara nasional yang juga diikuti oleh kecenderungan yang sama ditingkat Provinsi dan Kabupaten. Namun pada tahun-tahun berikutnya, tingkat kemiskinan ini terus turun. Gambar Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingka Kemiskinan Kab. Belitung Timur Tahun Pada periode 2002 sampai dengan 2009, dinamika jumlah penduduk miskin sejalan dengan pola penurunan persentase jumlah penduduk miskin. Perbedaan sedikit mencolok terlihat pada tahun dimana terjadi penurunan persentase penduduk miskin, namun dari sisi jumlah penduduk miskin justru meningkat signifikan yaitu sebesar jiwa. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan statistik lain yang menunjukan pada periode terjadi lonjakan pertumbuhan penduduk di KabupatenBelitung Timur. Dalam jangka waktu 1 tahun tersebut, tercatat terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar jiwa. Sehingga patut diapresiasi bahwa pada situasi terjadi penambahan penduduk dalam jumlah yang besar tersebut, pemerintah Kabupaten Belitung Timur masih mampu konsisten menekan persentase penduduk miskin. Gambar Dinamika Pertumbuhan Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan (%) 13

30 Gambar Analisis Efektivitas Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun Dari Analisis Efektivitas terhadap grafik diatas menunjukan usaha pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam menekan jumlah penduduk miskin sudah cukup efektif meskipun garis tren (Trendline) bergerak dalam kemiringan yang kurang baik akibat terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin diperiode C. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Selain indikator utama tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin, indikator pendukung lainnya adalah indeks kedalaman kemiskinan (P1). Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun Jika dibandingkan dengan kesenjangan pengeluaran yang terjadi kumulatif ditingkat nasional, maka kesenjangan pengeluaran penduduk miskin kabupaten terhadap garis kemiskinan daerah relatif lebih kecil. Ini ditunjukan dengan gambar indeks P1 KabupatenBelitung Timur yang dari sejak tahun 2003 sampai dengan 2010 selalu dibawah grafik P1 Nasional. Namun masih disayangkan, capaian tersebut selalu berada 14

31 diatas nilai P1 Provinsi. Artinya, rata-rata tingkat kesenjangan pengeluaran masyarakat miskin di Provinsi Bangka Belitung lebih kecil dibandingkan kesenjangan pada penduduk miskin Kabupaten Belitung Timur. Akan tetapi ada dinamika yang harus diperhatikan. Pada tahun , terjadi lonjakan ekstrim kenaikan indeks P1 dari 1.52 menjadi ditahun 2005 tersebut, nilai P1 Kabupaten Belitung Timur bahkan berada diatas nilai P1 nasional yang hanya sebebesar Pada tahun yang sama, memang terjadi pelonjakan persentase penduduk miskin di KabupatenBelitung Timur. Angka yang melonjak secara ekstrim ini menunjukan semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dengan kata lain, semakin banyak penduduk miskin yang terperosok semakin jauh kedalam kemiskinan yang akut. Dinamika sebaliknya terlihat pada tahun Terjadi penurunan nilai indeks P1 sebesar hampir 1 poin dari 2.60 menjadi hal ini menunjukan bahwa pada periode tersebut terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk miskin sehingga mampu meningkatkan rata-rata pengeluarannya menjadi lebih dekat dengan nilai garis kemiskinan. Gambar Dinamika Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Belitung Timur Tahun Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan indeks kedalaman kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur relevan dalam mendukung penurunan nilai P1 nasional, kecuali pada periode Namun tidak relevan dalam mendukung upaya penekanan kesenjangan pengeluaran penduduk miskin ditingkat Provinsi. 15

32 Gambar Analsisis Efektivitas Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Belitung Timur Tahun Akan tetapi secara kumulatif dari tahun , kecenderungan efektivitas penanggulangan kemiskinan dalam rangka menurunkan nilai P1 berlangsung efektif dengan kemiringan garis kecenderungan cukup baik. D. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Pergerakan ekstrim indeks kedalaman kemiskinan (P1) pada periode serta pada tahun juga dialami oleh indeks keparahan kemiskinan (P2). Pada periode tersebut, kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin bergerak cukup signifikan. Gambar Dinamika Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Belitung Timur Tahun

33 Gambar Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun Pergerakan ini sangat penting untuk dicermati, besaran indeks P2 ditingkat Provinsi Bangka Belitung bergerak relatif stabil pada periode yang sama. Dari dinamika tersebut dapat disimpulkan bahwa indeks P2 Kabupaten Belitung Timur tidak relevan dengan usaha menurunkan indeks P2 Provinsi. Namun masih relevan dengan dinamika P2 Nasional. 17

34 2.2 Bidang Ketenagakerjaan Dalam menganalisa bidang ketenagakerjaan, maka digunakan indikator Tingkat Pengangguran Terbuka. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah merupakan persentase pengangguran terhadap angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka digunakan untuk Untuk melihat tingkat penggunaan tenaga kerja. Jika TPT kurang dari 4 persen berarti tingkat pengangguran suatu daerah masih dinggap normal Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu Jika dibandingkan dengan Provinsi lain se-indonesia, pada tahun 2011 Provinsi Bangka- Belitung menduduki peringkat ke 7 dengan angka sebesar 3.61%. Sedangkan ditingkat antar Kabupaten se-provinsi Bangka Belitung, Kabupaten Belitung Timur menduduki posisi terbaik dengan angka 2.51% dan diikuti oleh Kabupaten Belitung sbesar 2.97% Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 Posisi sebagai kabupaten dengan tingkat pengangguran terbuka terendah di Bangka- Belitung ini dicapai setelah pada tahun sebelumnya diduduki oleh Kabupaten Belitung dengan TPT sebesar 3.77%. Secara nasional, angka TPT Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 adalah sebesar 5.63%. Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun

35 Dari statistik BPS, sejak tahun 2007 sampai dengan 2011, ada kecenderungan positif terhadap penurunan tingkat pengangguran terbuka. Kecenderungan tersebut terlihat pada gambar dibawah ini. Capaian ini cukup menggembirakan mengingat kabupaten Belitung Timur telah melampaui batas normal tingkat pengangguran suatu daerah yaitu sebesar 4%. Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Belitung Timur Tahun

36 2.2.2 Relevansi dan Efektivitas Program Jika perkembangan tingkat pengangguran terbuka tersebut dibandingkan dengan dinamika tingkat pengangguran terbuka nasional dan Provinsi, maka akan terlihat bahwa perkembangan indikator tersebut sangat relevan dengan capaian nasional dan Provinsi. Pengeculian terjadi pada periode tahun dimana terjadi penurunan tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Belitung Timur dari 6.33% ke 6.15% belum sebaik capaian Provinsi yang bergerak dari 6.49% ke 5.99% hingga pada periode itu, tingkat pengangguran terbuka kabupaten Belitung Timur lebih tinggi dari capaian Provinsi. Gambar Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sedangkan untuk mengetahui efektivitas tingkat pengangguran terbuka, dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar Analisis Efektivitas Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan membaca tingkat kemiringan garis kecenderungan (trendline) tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa usaha pengurangan tingkat pengangguran berjalan efektif. 20

37 2.3 Bidang Kesehatan Dalam menyusun analisis dibidang kesehatan, ditetapkan beberapa indikator yang ditujukan untuk memberikan gambaran umum melalui indikator utama, serta indikator pendukung untuk membantu mengarahkan kepada permasalahan yan lebih detail. Definisi dari indikatorindikator tersebut disajikan sebagai berikut: Angka Kematian Bayi (AKB) adalah Angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup) Angka kematian Balita (AKABA) adalah Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per kelahiran hidup. Prevalensi balita kekurangan gizi (berat badan rendah) adalah persentase balita yang menderita kekurangan gizi, diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur sesuai standar WHO. Penduduk dengan keluhan kesehatan (%) adalah Keluhan kesehatan adalah gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk karena kecelakaan, atau hal lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Pada umumnya keluhan kesehatan utama yang banyak dialami oleh penduduk adalah panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare, asma/sesak nafas, sakit gigi. Orang yang menderita penyakit kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. Penduduk dengan Pengobatan Sendiri adalah Perbandingan antara jumlah penduduk sakit yang diobati sendiri dengan jumlah penduduk yang mengalami keluhan yang menyebabkan kegiatannya terganggu, biasanya dinyatakan dalam persen. Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan adalah Persentase balita (0-59 bulan) yang proses kelahirannya dibantu oleh tenaga penolong kelahiran yang terbagi menjadi nakes (tenaga kesehatan/medis) dan non-nakes (tenaga non-medis). Yang termasuk nakes antara lain, dokter, bidan, mantri kesehatan dll. Non-nakes diantaranya tradisional, dukun bayi, paraji, dll. Angka Morbiditas/kesakitan ibu adalah jumlah ibu yang menderita gangguan fungsi yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kehamilannya atau persalinannya Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu A. Angka Kematian Bayi Pada tahun 2009, posisi kabupaten Belitung Timur dalam capaian AKB ditingkat Provinsi Bangka Belitung masih kurang menggembirakan. Angka capaian yang diperoleh masih berada diatas capaian Provinsi dan nasional yaitu sebesar 33,69%. Walaupun jika dilihat pada tahun 2008, maka angka ini telah naik tipis dari capaian sebelumnya sebesar 34.55%. walaupun demikian, angka tersebut masih menempatkan kabupaten Belitung Timur sebagai daerah peringkat ke 3 terbaik dari sisi indikator AKB ini. 21

38 Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2009 Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 Dari datastatistik yang dimiliki, dari waktu kewaktu terjadi penurunan angka kematian bayi yang cukup signifikan, dan jika dipertahankan sangat mungkin untuk mengejar melampaui capaian AKB Nasional. Gambar Angka Kematian Bayi (%) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun

39 Jika menggunakan data yang bersumber dari dinas kesehatan, maka perkembangan antar waktu dari indikator Angka Kematian Bayi ditampilkan sebagai berikut: Gambar Angka Kematian Bayi Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Dari Buku Profil Kesehatan Belitung Timur, maka dalam 3 tahun terakhir, kecenderungan kematian bayi semakin rendah. Tahun 2011, angka kematian bayi per 1000 kelahiran hanya diangka 7.4. B. Angka Kematian Balita Data Angka Kematian Balita diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten Belitung Timur. Penggunaan data tersebut dikarenakan ketiadaan sumber data lain yang berasal dari BPS. Ketiadaan data dari BPS menyebabkan tidak tersedia statistik capaian kabupaten lain, dan atau statistik capaian nasional dan provinsi Bangka Belitung. Sejak 2007, indikator Angka Kematian Balita mengalami dinamika yang beragam, mulai dari naik pada tahun 2007 ke angka 4.83 ditahun 2008, sempat turun pada tahun berikutnya, akan tetapi kembali konsisten naik pada periode Dalam periode 5 tahun terkakhir pendataan, terjadi kenaikan cukup besar ditahun yakni sebesar 2.24 poin menjadi Gambar Angka Kematian Balita (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 23

40 C. Angka Kematian Ibu Melahirkan Data Angka Kematian Ibu Melahirkan diperoleh dari profil Kesehatan Dinas Kesehatan Belitung Timur. Sumber data terbatas pada capaian Kabupaten Belitung Timur sejak periode pendataan tahun Data dari kabupaten/kota lain ditingkat provinsi dan data perbandingan capaian antar wilayah tidak tersedia. Jika melihat kecenderungan kumulatif sejak 2007 sampai 2011, maka tampak pada grafik, data capaian indikator Angka Kematian Ibu bergerak semakin menurun dan ini berarti positif. Gambar Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup)Kab. Belitung TimurTahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur D. Angka Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Angka prevalensi balita kekurangan gizi di Kabupaten Belitung Timur menunjukan kecenderungan menurun pada periode 2010 ke 2011 yaitu diangka 4.6% menjadi 3.95% Gambar Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 24

41 E. Rasio Bidan (Per Penduduk) Statistik tahun 2011 menunjukan bahwa posisi capaian Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2011 berada masih dibawah capaian nasional yaitu Pada tahun yang sama, rata-rata rasio bidan ditingkat nasional berada pada angka Namun ditingkat Kabupaten, Belitung Timur memiliki Rasio Bidan tertinggi yaitu Angka ini terus membaik dari angka sebelumnya sebesar per penduduk pada pendataan ditahun Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011 Gambar Rasio Bidan (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun

42 Gambar Analisis Rasio Bidan (per Penduduk ) Kab. Belitung TimurTahun Perkembangan dari waktu kewaktu dalam kurun 6 tahun terakhir diperlihatkan oleh gambar diatas. Semakin besar rasio bidan, maka berarti semakin meningkat kemudahan masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan yang disediakan bidan tersebut. Sumber data alternatif yang bisa digunakan berasal dari profil kesehatan Kabupaten Belitung Timur. Pendataan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung Timur setiap tahunnya ditampilkan pada grafik dibawah ini. Gambar Rasio Bidan Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur F. Rasio Dokter (Per Penduduk) Data tentang rasio Dokter diperlihatkan pada grafik diatas. Sama seperti capaian rasio bidan, rasio dokter di Provinsi juga masih terbatas. Pada tahun 2011, rasio dokter secara nasional sebesar Provinsi Bangka Belitung masih memiliki rasio yg lebih kecil yakni sebesar

43 Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011 Gambar Rasio Dokter (Per Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 Jika dibandingkan dengan besaran rasio dikabupaten/kota sebangka belitung, maka capaian rasio dokter dikabupaten Belitung Timurpada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup baik dari angka ditahun 2008 menjadi angka tersebut sudah berada pada diatas rata-rata rasio dokter se-provinsi Bangka Belitung. sebagai daerah pemekaran, angka ini bahkan sudah meninggalkan jauh kabupaten lain, dan hanya kalah dibandingkan rasio dokter yang terdapat pada kotamadya pangkalpinang. 27

44 Gambar Analisis Rasio Dokter (per Penduduk ) Kab. Belitung Timur Tahun Kecenderungan dari waktu kewaktu pada periode pengukuran 2005, 2008 dan 2011 juga sudah menunjukan kinerja yang positif. Besarnya rasio dokter ini menunjukan kemungkinan akan terlayaninya masyarakat secara lebih baik. Jika dibandingkan antara data yang bersumber dari BPS dengan data yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung Timur, maka akan diperoleh kesimpulan, pada rentang memang terjadi kecenderungan penambahan jumlah dokter yang bekerja memberikan pelayanan kesehatan difasilitas kesehatan Belitung Timur. Perbedaan hanya terdapat jumlah/nilai indikator dimana pada tahun 2011, menurut data BPS, rasio dokter sebesar 27.06, sementara menurut Dinas Kesehatan sebesar Gambar Rasio Dokter Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 28

45 G. Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Dari data yang dimiliki, diperoleh kesimpulan terjadi peningkatan kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Belitung Timur pada periode 2010 ke tahun Hal ini tentu perlu menjadi perhatian serius dari aparat pemerintah terkait. Gambar Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur H. Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Berbeda dengan kejadian bayi gizi buruk, maka kejadian balita gizi kurang teridentifikasi menurun pada periode Hal ini ditunjukan oleh besaran nilai prevalensi balita gizi kurang yang menurun dari 4.86 menjadi Gambar Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 29

46 I. Jarak Puskesmas Terdekat (km) Data perbandingan capaian antar wilayah untuk indikator jarak puskesmas terdekat yang diperoleh dari Provinsi Bangka Belitung menempatkan dalam posisi yang cukup baik dari sisi capaian nasional. Jarak puskesmas terdekat Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2011 adalah km, rata-rata nasioanal berada pada angka km. Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011 Pada tahun 2011 tersebut, kabupaten beliung timur sudah berada pada angka yang cukup baik yaitu sebesar 8.36 km. Angka ini bergeser tipis dari 3 tahun sebelumnya yaitu 8.37 km. Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 Penurunan jarak puskesmas yang cukup besar terjadi pada periode yaitu bergeser dari km menjadi 8.37 km. Terjadi penambahan atau pembangunan infrastruktur kesehatan baru berupa puskesmas pada periode tersebut. Akan tetapi pada rentang tahun 2008 ke 2011, pergeseran nilai jarak puskesmas yang kecil menunjukan tidak terjadi pembangunan infrastruktur kesehatan berupa puskesmas baru. 30

47 Gambar Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Kab. Belitung Timur Tahun

48 J. Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Tingkat keluhan penduduk terhadap kesehatan secara nasional pada tahun 2010 berbeda tipis dengan capaian ditingkat Provinsi yaitu sebesar 33.56% dan 33.97%. sementara ditingkat kabupaten Belitung Timur, berada pada angka 36.61% yang merupakan tertinggi kedua setelah Kabupaten Belitung. Gambar Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Seperti capaian kolektif Provinsi, ditingkat kabupaten, hampir seluruh kabupaten mampu menekan lebih kecil angka keluhan kesehatan ini pada periode Gambar Penduduk Dengan Keluahan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun

49 Gambar Analisis Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitun Timur Tahun Akan tetapi, jika dilihat dalam rentang waktu yang lebih panjang, yaitu sejak periode 2005ke 2008, memang terdapat kecenderungan meningkatnya keluhan kesehatan masyarakat. Peningkatan yang ekstrim terjadi pada periode , dimana terdapat kenaikan keluhan sebesar hampir 10% dari angka awal 29.95%. 33

50 K. Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Pada tahun 2010, tingkat penduduk dengan pengobatan sendiri di Kabupaten Belitung Timur berada pada angka 71.22%. angka ini lebih baik dari Kabupaten Bangka, Belitung, Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Hanya Kabupaten Bangka Barat dan Kotamadya Pangkalpinang yang mencatatkan persentase lebih rendah dari Kabupaten Belitung Timur. Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Pada tahun 2009, tercatat persentase penduduk dengan pengobatan sendiri kabupaten Belitung Timur sebesar 73.27%. pada tahun ini, kabupaten Belitung Timur masih berada pada posisi kedua tertinggi setelah kabupaten bangka tengah. Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun

51 Gambar Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dari kecenderungan yang terbaca pada tahun 2005 sampai dengan 2010, maka dapat dilihat terjadi dinamika pergerakan angka yang cukup signifikan. Terjadi penurunan yang cukup besar pada tahun 2007 dimana penduduk dengan pengobatan sendiri hanya berada pada tingkat 62%, yang kemudian bergerak baik pada periode 2008 menjadi 74.41% dan kemudian turun secara bertahap selama 2 tahun terkahir. 35

52 L. Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Pada tahun 2010, Tingkat kelahiran ditolong Tenaga Terlatih Kabupaten Belitung Timur mencapai 86%. Angka ini sudah diatas capaian nasional yaitu sebesar 80.96%. pada tahun tersebut, masih terdapat 16 Provinsi yang capaiannya berada dibawah rata-rata angka nasional. Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 Jika kita membandingkan data capaian antar kabupaten kota se-provinsi Bangka Belitung, maka akan diperoleh informasi bahwa pada tahun 2010 angka capaian Belitung Timur sebesar 88.4%. angka ini sudah lebih baik dari angka capaian nasional sekaligus masih diatas angka capaian Provinsi. Pada tahun 2009, angka capaian Kabupaten Belitung Timur juga sudah berada diatas capaian Provinsi dan nasional. Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

53 Gambar Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun Walaupun angka capaian kabupaten Belitung Timur sudah cukup baik dibandingkan dengan capaian Provinsi dan nasional, namun sebenarnya terjadi fluktuasi yang cukup besar antara terhadap besaran persentase ini. Pada tahun 2007 ke 2008, terjadi penurunan persentase penduduk dengan kelahiran ditolong tenaga kesehatan. Angka ini dikoreksi menjadi lebih baik pada 2009 dan kembali turun pada tahun Dinamika ini harus diperhatikan, mengingat indikator ini mencerminkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang akan memperngaruhi besarnya angka kematian bayi, kematian balita dan kematian ibu. 37

54 M. Angka Morbiditas (%) Dalam perbandingan ditingkat 7 kabupaten kota se-provinsi Bangka Belitung, angka morbiditas kabupaten Belitung Timur pada 2 tahun terakhir yakni periode pendataan 2010 dan 2009 adalah terendah. Ini merupakan prestasi yang menggembirakan mengingat pada tahun 2009, dengan tingkat morbiditas sebesar 20.17%, angka tersebut masih diatas capaian nasional. Akan tetapi pada tahun 2010, kabupaten Belitung Timur telah menduduki posisi aman, dengan angka morbiditas sebesar 11.69% yang berada dibawah garis nasional dan Provinsi. Gambar Angka Morbiditas (%) Propinis Bangka Belitung Tahun 2010 Secara kolektif, angka morbiditas kabupaten kota se-bangka belitung memang mengalami kenaikan pada tahun Gambar Angka Morbiditas (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2019 Dalam rentang waktu 2005 dan 2010, angka morbiditas meningkat sejak tahun 2006 sampai ke Meskipun demikian, angka morbiditas kembali turun pada tahun

55 Gambar Analisis Angka Morbiditas Kab. Belitung Timur Tahun Relevansi dan Efektivitas Program A. Angka Kematian Bayi Gambar Relevansi Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dengan membaca gambar diatas, maka dapat disimpulkan pada periode 2005 sampai ke 2010, angka kematian bayi Kabupaten Belitung Timurrelevan dengan pencapaian nasional. Pada periode tersebut juga bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan yang mendukung capaian penurunan angka kematian bayi berlangsung efektif. 39

56 Gambar Analisis Efektivitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun

57 B. Angka Kematian Balita Analisis relevansi tidak mungkin dilakukan karena ketidak tersediaanya data capaian nasional dan provinsi untuk indikator Angka Kematian Balita. Gambar Relevansi Angka Kematian Balita (AKABA) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Dengan memperhatikan kecenderungan 5 tahun terakhir yang ditampilkan pada gambar dibawah ini, dapat disimpulkan bahwa intervensi kebijakan yang dilakukan dalam mendukung AKABA berjalan tidak efektif. Gambar Analisis Efektivitas Angka Kematian Balita (AKABA) (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 41

58 C. Angka Kematian Ibu Melahirkan Analisis relevansi untuk indikator Angka Kematian Ibu tidak mungkin dilakukan karena ketidak tersediaanya data capaian nasional untuk indikator Angka Kematian Ibu Melahirkan. Gambar Relevansi Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Sedangkan analisis efektiftas intervensi kebijakan untuk indikator angka kematian ibu melahirkan berlangsung efektif karena terdapat kecenderungan penurunan yang dicerminkan oleh miringnya trendline. Gambar Analisis Efektivitas Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 42

59 D. Angka Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Analisis relevansi tidak mungkin dilakukan karena ketidak tersediaanya data capaian nasional untuk indikator Angka Prevalensi Balita Kekurangan Gizi. Gambar Relevansi Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Visualisasi grafik efektivitas dari 2 (dua) tahun terakhir yang dimiliki oleh indikator prevalensi balita kekurangan gizi menunjukan kecenderungan turun yang artinya bisa disimpulkan intervensi kebijakan berlangsung efektif. Gambar Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun

60 E. Rasio Bidan (Per Penduduk) Analisis relevansi yang dilakukan terhadap indikator rasio bidan dikabupaten Belitung Timur terhadap tingkat rasio bidan di Provinsi dan nasional menunjukan perkembangannya cukup relevan. Relevansi ini terlihat dari tingkat rasio bidan kabupaten berkembang pada dengan peningkatan yang sejalan dari statistik 3 (tiga) tahunan tersebut. Gambar Relevansi Rasio Bidan (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar dibawah ini menyajikan kecenderungan peningkatan rasio bidan yang berarti semakin banyak jumlah bidan bekerja memberikan pelayanan kesehatan. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan berjalan efektif. Gambar Analisis Efektivitas Rasio Bidan (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun

61 F. Rasio Dokter (Per Penduduk) Dalam 3 (tiga) waktu pendataan yang dilakukan, diperoleh gambaran bahwa jumlah dokter yang bekerja di Kabupaten Belitung Timur bertambah. Pertumbuhan ini sangat relevan dengan peningkatan rasio dokter ditingkat Provinsi meskipun tidak relevan dengan capaian ditingkat nasional. Gambar Relevansi Rasio Dokter (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Berbagai intervensi kebijakan yang dilakukan dalam usaha meningkatkan rasio dokter berjalan efektif. Ini terlihat dari kecenderungan peningkatan rasio tersebut dari waktu ke waktu. Gambar Analisis Efektivitas Rasio Dokter (Per Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun

62 G. Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Relevansi indikator prevalensi balita gizi buruk tidak bisa dinilai karena tidak tersedianya data yang cukup tentang perkembangan capaian indikator nasional dan Provinsi. Gambar Relevansi Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Sedangkan jika kita membandingkan data yang tersedia dalam 5 (lima) tahun terkahir, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan yang mendukung peningkatan kualitas capaian penurunan kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Belitung Timurtidak efektif. Gambar Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 46

63 H. Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Relevansi indikator prevalensi balita gizi kurang tidak bisa dinilai karena tidak tersedianya data perkembangan capaian indikator nasional dan Provinsi pada tahun bersesuaian. Gambar Relevansi Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur Jika melihat garis kecenderungan yang berada dalam kemiringan turun, maka dapat disimpulkan bahwa pengurangan kejadian balita gizi kurang berjalan efektif. Gambar Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 47

64 I. Jarak Puskesmas Terdekat (km) Dengan memperhatikan pola yang sama antara capaian nasional, Provinsi dan kabupaten Belitung Timur untuk indikator jarak puskesmas terdekat, bisa dinyatakan bahwa indikator tersebut berjalan relevan dengan capaian nasional dan Provinsi. Gambar Relevansi Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pada periode yang sama, dengan memperhatikan kecenderungan garis trendline, bisa disimpulkan meskipun terjadi kenaikan jarak puskesmas terdekat pada periode pendataan terakhir, namun intervensi kebijakan masih berjalan efektif. Gambar Analisis Efektivitas Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Tahun

65 J. Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Pada gambar dibawah ini, terlihat indikator penduduk dengan keluhan kesehatan menampilkan dinamika yang beragam dari waktu ke waktu. Pada tahun , perkembangan indikator tersebut tidak relevan dengan kondisi Provinsi. Akan tetapi sejak 2 (dua) tahun kemudian, indikator ini sejalan dengan perkembangan indikator Provinsi. Sedangkan jika dilihat relevansi indikator tersebut dengan capaian nasional, maka bisa disimpulkan bahwa hanya pada periode , indikator ini tidak relevan dengan perkembangan nasional. Akan tetapi pada periode lainnya, indikator tersebut berkembang relevan dengan capaian nasional. Gambar Relevansi Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun Membaca kecenderungan garis trend, maka bisa disimpulkan meskipun ditahun terakhir terjadi pola keluhan yang menurun, akan tetapi secara keseluruhan garis kecenderungan berpola naik, dan artinya adalah intervensi kebijakan yang mendukung capaian indikator ini tidak efektif. 49

66 K. Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Gambar Relevansi Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pada gambar diatas, terlihat bahwa relevansi perkembangan indikator penduduk dengan pengobatan sendiri didominasi pola yang tidak relevan pada periode Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, masih relevan dengan dinamika nasional dan Provinsi. Gambar Analisis Efektivitas Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun Meskipun dalam sudut kemiringan yang kecil, namun terjadi kecenderungan positif terhadap penurunan persentase penduduk dengan pengobatan sendiri. Ini menunjukan bahwa intervensi kebijakan berjalan efektif. 50

67 L. Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Jika memperhatikan pola perkembangan nasional terhadap indikator Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih, ada kecenderungan peningkatan yang konsisten sejak tahun Dtingkatan Provinsi, data pada periode juga menampikan pola peningkatan. Ini berarti penurunan capaian indikator tersebut yang terjadi di Kabupaten Belitung Timur pada tahun tidak relevan dengan perkembangan nasional. Gambar Relevansi Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sama seperti analisis relevansi, maka analisis efektivitas terhadap posisi capaian kabupaten untuk indikator Kelahiran ditolong Tenaga Terlatih juga menampilkan garis kecenderungan yang menurun. Artinya terjadi ketidak efektifan intervensi kebijakan. Gambar Analisis Efektivitas Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun

68 M. Angka Morbiditas (%) Pada periode , angka morbiditas kabupaten relevan dengan perkembangan angka morbiditas nasional dan Provinsi. Sedangka pada periode kenaikan angka morbiditas kabupaten tidak sejalan dengan kondisi penurunan angka morbiditas nasional dan Provinsi. Gambar Relevansi Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan melihat kemiringan garis tren dari waktu-kewaktu, maka dapat disimpulkan bahwa intervensi kebijakan untuk penurunan angka morbiditas berjakan efektif. 52

69 2.4 Bidang Pendidikan Dalam mengukur capaian bidang pendidikan, dipilih beberapa indikator. Definisi dari indikator tersebut adalah: Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah Proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu dalam kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut terhadap penduduk pada kelompok usia tertentu. Sejak tahun 2009 Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, dan Paket C) turut diperhitungkan.adapun kelompok umur yang dimaksud adalah kelompok umur 7-12 tahun, tahun dan tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah Perbandingan jumlah siswa/penduduk kelompok usia ayang bersekolah ditingkat pendidikan (h) pada Tahun (t) dengan Jumlah penduduk kelompok usia a.apm mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SLTP untuk penduduk usia tahun, dan SLTA untuk penduduk usia tahun Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu A. Angka Partisipasi Kasar (APK) APK SD/MI (%) Rasio APK Provinsi Bangka Belitung berada diposisi yang cukup baik dibandingkan Provinsi lainnya se-indonesia yaitu sebesar % pada tahun Pada tahun 2010, APK Belitung Timur sebesar % dan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar %. Gambar Angka Partisipasi Murni SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun

70 Gambar Angka Partisipasi Kasar SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun 2009 Dengan memperhatikan grafik diatas, terdapat angka APK masih cukup baik, diatas 100% yang menunjukan masih tingginya partisipasi berbagai jenis umum dalam tingkat pendidikan SD/MI. Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APK pada jenjang SD/MI dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: 54

71 Gambar Angka Partisipas Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur APK SMP/MTS (%) Data diitingkat kabupaten, pada tahun 2010, Kabupaten Belitung Timur menduduki posisi dengan capaian APK SMP terendah diantara kabupaten lainnya. Capaian ini menurun dari tahun sebelumnya, dimana kabupaten Belitung Timur menduduki terbaik ke-dua diantara 7 kabupaten/kota se-babel dan masih berada diatas rata-rata APK Provinsi. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

72 Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pola pergerakan APK SMP dalam 4 tahun terakhir pendataan menunjukan kecenderungan turun secara berkelanjutan dan bahkan tahun 2010 menjadi tahun terburuk pencapaian APK SMP yang pernah terjadi dari sejak pendataan ditahun Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APK Jenjang SMP/MTS dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: 56

73 Gambar Angka Partisipasi Kasar SMP/MTS Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur Jika diperhatikan grafik diatas, terdapat perbedaan angka yang cukup besar dari APK yang bersumber dari BPS dan dari Dinas Pendidikan. Perbedaan ini penting untuk dikonsolidasikan lebih jauh. 57

74 APK SMA/MA (%) Pada tahun 2009 dan 2010, APK SMA Belitung Timur masih berada pada capaian yang baik, diatas APK Nasional dan APK Provinsi. APK SMA Kabupaten Belitung pada tahu 2010 hanya berada Kota Pangkalpinang dan masih diatas APK kabupaten kota lainnya. Pada tahun 2010 masih terdapat kabupaten lain dengan tingkat APK 35.18% yang merupakan APK terendah. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Sejak periode 2006, dalam 2 tahun berturut-turut, terjadi penurunan APK Belitung Timur sampai ketitik terendah 43.63%. namun sejak 2008 sampai ke 2010, nilai APK terus mengalami perbaikan, hingga pada tahun 2010 mencapai 69.03%. 58

75 Gambar Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APK Jenjang SMA/MA dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: Gambar Angka Partisipasi Kasar SMA/MA Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur B. Angka Partisipasi Murni (APM) APM SD/MI (%) Ditingkat kabupaten, pada tahun 2010 APM SD Belitung Timur termasuk 3 besar kabupaten. Ini ditunjukan dengan nilai sebesar 93.75% yang hanya terpaut dengan Kab. Bangka dan Kab. Bangka Tengah. Angka ini sudah diatas rata-rata Provinsi dengan angka sebesar 92.86%. nilai APM tersebut sudah mengalami perbaikan yang pada tahun 2009 Kab. Belitung Timur masih berada dibawah standar capaian Provinsi. 59

76 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Pergerakan dari waktu ke waktu APM SD bisa dilihat pada gambar dibawah ini. Pada gambar tersebut, bisa dilihat meskipun pada tahun 2010 angka APM Belitung Timur sudah diatas rata-rata Provinsi, akan tetapi tingkat APM pada tahun sempat mengalami penurunan. 60

77 Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APM Jenjang SD/MI dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: Gambar Angka Partisipasi Murni SD/MI Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur 61

78 APM SMP/MTs (%) Pada tahun 2009, APM SMP Belitung Timur berada diangka 52.84% berada dibawah standar Provinsi sebesar 54.85%. capaian ini semakin menurun pada tahun 2010 yaitu sebesar 49.52% dan semakin memberikan jarak besar dengan capaian Provinsi yaitu 67.73%. Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Dari gambar dibawah ini, terlihat bahwa capaian APM SMP semakin menurun sejak tahun Perkembangan ini tentu kurang menggembirakan dan perlu dievaluasi secara serius. 62

79 Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sebagai pembanding, Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur memiliki rilis data berbeda dengan data yang ditampilkan oleh BPS. Perkembangan APM Jenjang SMP/MTS dari data yang diberikan adalah sebagai berikut: Gambar Angka Partisipasi Murni SMP/MTS Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur APM SMA/MA (%) APM SMP Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 sebesar 38.67% berada jauh dibawah standar nasional sebesar 45.59%. Pada tahun 2009, APM SMA Kabupaten Belitung Timur sudah berada diatas rata-rata APM Provinsi meskipun masih berada dibawah APM Nasional. Capaian kabupaten pada tahun tersebut adalah 41.05%, sementara capaian Provinsi dan nasional berturut-turut adalah 38.67% dan 45.99%. capaian ini sudah lebih baik mengejar ketertinggalan pada tahun sebelumnya yakni diangka 34.46%. 63

80 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Gambar Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

81 Walaupun masih berada dibawah capaian nasional, angka APM SMA Kabupaten Belitung Timur semakin baik dalam 3 tahun terkahir. Pada tahun 2005, APM SMA hanya sebesar 30.04% dan pada tahun 2010 sudah mencapai 41.05%. Berikut ini adalah data pembanding yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur. Data ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran terdapat perbedaan antara data hasil survei BPS dengan data yang disajikan dinas pendidikan pada buku Profil Pendidikan. Gambar Angka Partisipasi Murni SMA/MA Tahun Sumber Data : Profil Pendidikan Kab. Belitung Timur 65

82 C. Jarak Fasilitas Pendidikan Terdekat Jarak SD/MI (km) Rata-rata Jarak Sekolah dasar SD ditingkat Provinsi Bangka Belitung sudah cukup baik yakni diangka 0.86 km. Angka ini menunjukan fasilitas sekolah dasar sudah cukup tersedia disemua lokasi diseluruh Bangka Belitung dengan jarak yang relatif dekat. Menurut standar pelayanan minimal, jarak maksimal ketersediaan fasilitas pendidikan ini adalah 3 km. Sementara itu, data perkembangan dari waktu kewaktu indikator jarak sekolah antar kabupaten se- Bangka Belitung tidak tersedia. Jarak SMP/MTs (km) Luas wilayah Provinsi Bangka Belitung yang tidak terlalu besar memberikan keunggulan bagi pembangunan infrastuktur pendidikan. Hal ini diperlihatkan dengan capaian yang cukup baik pada indikator jarak SMP di Bangka Belitung yang masih menempatkannya diangka 5.83 km dan berada dibawah nasional sebesar 7.13%. jarak maksimal ketersediaan fasilitas pendidikan setingkat SMP ini adalah 6 km yang berarti jarak di Bangka Belitung sudah memenuhi standar yang ada. Demikian pula ditingkat kabupaten, posisi capaian Belitung Timur cukup baik yakni berada diperingkat ke-3 diantara kabupaten kota lainnya. Pada tahun 2011, terjadi perbaikan atas capaian indikator jarak SMP di Kabupaten Belitung Timur yakni dari 5.43 km menjadi 5.81 km. Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

83 Gambar Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Jika dilihat perkembangan antar waktu dari indikator ini, maka bisa disimpulkan bahwa terjadi pembangunan fasilitas pendidikan setingkat SMP di Kabupaten Belitung Timur yang selaras dengan standar pelayanan minimal jarak SMP sebesar 6 km. Ini berdampak pada semakin dekatnya akses masyarakat terhadap fasilitas publik tersebut. Tren tersebut terekam dari pola penurunan nilai jarak SMP dari tahun pendataan Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

84 Jarak SMA/MA (km) Ditingkat kabupaten, pada tahun 2011 capaian Kabupaten Belitung Timur adalah dan masih diatas rata-rata propinsi yakni sebesar km. Angka tersebut masih tertinggal dari kabupaten/kota lain meskipun capaian tersebut sudah membaik dari prestasi 3 tahun sebelumnya yaitu sebesar Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Gambar Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Perkembangan dari 2005 sampai 2011 capaian jarak SMA Kabupaten Belitung Timur dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 68

85 Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

86 Jarak SMK (km) Pada tahun 2011, Angka jarak SMA di Kabupaten Belitung Timur adalah km nai dari jarak sebelumnya yang hanya sebesar km. Ini menunjukan semakin jauh jarak yang harus ditempuh siswa di Belitung Timur untuk mengenyam pendidikan di bangku SMK. Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Gambar Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Perkembangan jarak fasilitas pendidikan SMK di Kabupaten Belitung Timur menunjukan dinamika yang bergerak naik dan turun. Pada tahun 2005, tercata jarak SMK sebesar km, yang kemudian km dan jarak tersebut kembali bertambah menjadi Kenaikan ini menunjukan terjadinya kemunduran pada sisi penyediaan lebih banyak infrastruktur pendidikan bagi warga Belitung Timur 70

87 Gambar Analisis Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

88 D. Rasio Siswa/Kelas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Angka rasio siswa/kelas SD ditingkat Propinsi Bangka Belitung cukup baik yakni sebesar Jika mengacu pada standar kemendiknas, rasio ideal siswa/kelas SD adalah 32. Hal ini menujukan porsi bahwa kondisi angka pada tahun 2011 masih sesuai dengan standar yang ditentukan. Pada tingkat kabupaten, rasio siswa/kelas SD di Belitung Timur tahun 2011 adalah angka ini relatif jauh dari nilai standar 32 siswa/kelas. Angka ini menunjukan banyak sekali kelas yang diisi oleh jumlah siswa yang minimal. Tentu fenomena ini akan menyebabkan inefisiensi fasilitas pendidikan. Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Data yang dimiliki dari tahun 2005, sampai ke 2010 menunjukan rasio siswa/kelas SD di Kabupaten Belitung Timur memang sangat rendah. Tercatat hanya pada tahun 2007 terjadi peningkatan rasio siswa/kelas SD sebesar 27,37 dan masih jauh dari jumlah optimal sebesar 32, sedangkan pada tahun berikutnya hanya diangka lebih kecil dari 19 siswa/kelas. 72

89 Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

90 Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Angka rasio siswa/kelas SMP propinsi Bangka Belitung tahun 2009 adalah jika memperhatikan nilai rasio yang dimiliki propinsi lainnya, angka tersebut relatif seragam dikisaran Standar Kemendiknas menetapkan bahwa rasio ideal siswa/kelas SMP adalah 36. Ini menunjukan posisi Bangka Belitung relatif baik. Rasio Siswa/kelas SMP Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2009 adalah Nilai ini masih jauh dibandingkan nilai standar optimal yang ditetapkan Kemendiknas. Capaian BelitungTimur ini memang relatif rendah dan berbeda dengan kabupaten/kota lain, yang secara rata-rata telah mencapai rasio Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Gambar Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Perkembangan dari waktu kewaktu data rasio siswa/kelas SMP menunjukan pola yang kurang menggembirakan. Hal ini ditampilkan dengan kecenderungan nilai yang semakin turun dari waktu ke waktu yakni diangka pada tahun 2005 dan hanya menjadi pada tahun Angka rasio terendah bahkan pernah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar

91 Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

92 Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Ditingkat kabupaten, angka rasio siswa/kelas SMA di Kabupaten Belitung Timur menjadi yang terendah dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Tahun 2010, rasionya hanya di turun dari tahun sebelumnya yaitu capaian ini jauh dibawah rasio propinsi sebesar dan ditahun sebelumnya. Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Analisis deret waktu terhadap rasio ini menunjukan tren yang terus turun dari waktu ke waktu. Ini menunjukan semakin banyak sumberdaya belajar yang tidak dimanfaatkan secara optimal ditingkat SMA. Angka rasio yang sudah cukup baik pada terus turun dari waktu kewaktu. 76

93 Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

94 Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Jika ditingkat nasional capaian Babel adalah 38.14, maka ditingkat kabupaten, pada tahun 2010 angka rasio Siswa/Kelas di Belitung Timur lebih besar yakni rasio ini cukup baik mengingat kabupaten kota lain secara agregat berada pada rasio Rasio siswa/kelas secara kabupaten yang dicapai pada tahun 2010 terus naik dari tahun sebelumnya yaitu Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Dalam periode , terlihat terjadi kenaikan rasio siswa/kelas untuk tingkat SMK seperti pada gambar dibawah ini. Jika mengacu pada rasio optimal sebesar 39, maka kenaikan yang terjadi dalam rentang semakin mengarahkan capaian Kab. Belitung Timur pada angka yang optimal dan dalam tren yang positif. 78

95 Gambar Analisis Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

96 E. Rasio Guru/Kelas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Pada tahun 2010 angka rasio guru/kelas SD/MI mencapai 1.44 yang berada dibawah rasio nasional sebesar Ditingkat kabupaten, rasio Guru/Kelas SD/MI Belitung Timur berada pada posisi ke-2 setelah Kota Pangkalpinang. Besaran rasionya adalah 1.52 yang kemudian diikuti oleh Kabupaten Bangka, Kab. Belitung dan Kab. Bangka Tengah sebesar capaian Belitung Timur ini merupakan koreksi setelah pada tahun 2009 rasio guru/kelas SD/MI sebesar 1.47 yang merupakan angka rasio terbesar diantara 7 kabupaten/kota lainnya. Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Jika memperhatikan data dari , maka akan terlihat bahwa pada tahun 2007 merupakan tahun dengan capaian rasio Guru/Kelas terbesar yang pernah dialami Belitung Timur yakni Secara bertahap, sejak tahun 2008 telah terjadi kenaikan perbandingan guru/kelas setingkat SD. 80

97 Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

98 Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Capaian kabupaten/kota pada tahun tersebut berada pada angka yang bervariasi dari 1.74 sampai dengan Angka Kabupaten Belitung Timur pada tahun tersebut adalah sama dengan rata-rata provinsi sebesar Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Gambar Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Jika gambar diatas ini diperhatikan, maka kita akan bisa menyimpulkan bahwa terjadi kenaikan yg cukup signifikan pada angka rasio guru/kelas tahun di

99 Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

100 Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Ditingkat sekolah menengah, rasio Guru/Kelas propinsi bangka belitung pada tahun 2010 adalah sebesar rasio ini berada dibawah standar nasional sebesar angka ini menunjukan proporsi guru terhadap jumlah kelas di SMA Bangka Belitung relatif lebih sedikit dibandingkan proporsi yang terdapat ditiap sekolah menengah pada provinsi lain di Indonesia. Demikian pula dengan proporsi ditingkat kabupaten/kota Provinsi Bangka Belitung. Rasio Kabupaten Belitung Timur relatif lebih kecil dibandingkan rataan kabupaten kota lainnya. Pada tahun 2010, rasio Belitung Timur adalah sebesar 2.67 dan rasio Provinsi adalah Rasio Belitung timur pada tahu 2010 merupakan kenaikan dari capaian di 2009 sebesar 2.52, akan tetapi pada periode yang sama, kabupaten/kota lain juga mengalami perbaikan rasio yang signifikan. Ini menyebabkan kenaikan kumulatif rasio propinsi yang semula berada dibawah capaian Belitung Timur yaitu di Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Pada periode , pergerakan rasio guru/kelas di Belitung Timur cenderung mengalami penurunan. Kenaikan rasio hanya terjadi pada tahun 2006, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya rasio guru cenderung menurun. 84

101 Gambar Analisis Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

102 F. Rasio Siswa/Guru Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Statistik pada tahun 2010 menunjukan rasio siswa guru SD/MI secara nasional berada pada anga angka Provinsi Bangka Belitung sebesar beberapa daerah yang masih memiliki rasio ketersedian guru adalah Papua dan DKI jakarta. Angka ini cukup baik mengingat menurut kemendiknas, ambang batas optimal dari nilai rasio ini adalah 32 untuk tingkat SD/MI. Perbandingan jumlah murid/guru SD/MI Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2010 adalah sebesar nilai ini merupkan rasio terendah jika dibandingkan dengan capaian kabupaten/kota lain se Bangka Belitung. Pada tahun 2009 Belitung timur memiliki rasio sebesar 12.58, sementara pada tahun yang sama, rasio ditingkat propinsi adalah Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Jika memperhatikan perkembangan rasio siswa/guru SD/MI sejak tahun 2005, maka terlihat dinamika yang beragam dari waktu kewaktu. Rasio tertinggi dicapai pada tahun 2009, sebesar 12.58, dan angka terendah berada di 11.17, pada tahun Angka ini masih belum mencapai standar rasio yang optimal yaitu 20 siswa/guru untuk tingkat SD/MI. 86

103 Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

104 Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Menurut data yang diperoleh dari kemendiknas, Rasio ideal siswa/guru untuk tingkat SMP/MTS adalah sebesar 14. Capaian provinsi bangka belitung pada tahun 2010 adalah sebesar Nilai ini tidak terlalu jauh dari rasio nasional sebesar Ditingkat provinsi, pada tahun 2010 rasio Kabupaten Belitung Timur sebesar yang merupakan angka terendah. Pada tahun 2009, rasio ini turun dari capaian sebelumnya sebesar pada tahun tersebut Kabupaten Bangka Selatan memiliki rasio tertinggi dengan nilai sebesar Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Jika mengacu pada standar rasio optimal sebesar 14, maka dinamika rasio dari waktu ke waktu Kabupaten Belitung Timur dalam rentang 3 tahun sejak 2008 sudah cukup baik. Kisaran nilai rasio bergerak dari ke angka pada tahun Angka terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar dan terus mendapat koreksi positif pada tahun berikutnya. 88

105 Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

106 Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Ditingkat kabupaten/kota Kabupaten Belitung Timur memiliki rasio sebsar 8.98 yang merupakan rasio Siswa/Guru SMA/MA terendah. Angka ini terpaut tipis dengan Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Barat. Daerah yang memiliki rasio tertinggi adalah kab. Bangka Tengah dengan rasio sebesar Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Rasio siswa/guru SMA/MA Kab. Belitung Timur sebesar 8.98 adalah rasio terendah dalam rentang 6 tahun pendataan. Ini terlihat pada gambar dibawah ini. Tercatat pada 2005, , besaran rasio berada pada nilai yang cukup dekat dengan rasio optimal yakni

107 Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

108 Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Untuk tingkat pendidikan SMK, rasio siswa/guru SMK Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 berada pada angka pada tahun tersebut, Capaian nasional sebesar dengan mengacu rasio optimal sebesar 13, maka capain Bangka Belitung pada tahun tersebut masih baik mengingat pada tahun sebelumnya, rata-rata rasio siswa/guru SMK sebesar Pada tahun 2010, angka rasio Belitung Timur adalah sebesar Angka tersebut berada diantara nilai terbesar yang dicapai Kab. Bangka dan nilai terkecil oleh Kab. Bangka Selatan. Pada tahun 2009 rasio siswa/guru SMK Kab. Belitung Timur ternyata merupakan rasio tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Jika memperhatikan tren data dari 2006 ke 2010, terlihat terjadi kenaikan rasio yang besar pada tahun 2009 dari sebesar 7.72 pada tahun 2008 ke sedangkan pada tahun lainnya, rasio bergeser dinamis naik dan turun. 92

109 Gambar Analisis Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Relevansi dan Efektivitas Program A. Angka Partisipasi Kasar (APK) APK SD/MI (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dengan memperhatikan perbandingan dinamika APK SD/MI Kab. Belitung Timur terhadap Propinsi dan Nasional, bisa disimpulkan bahwa pada periode perkembangan APK SD/MI Belitung Timur relevan dengan nasional dan Provinsi. Akan tetapi , perkembangan ini naik tidak relevan karena pada periode tersebut, nasional dan provinsi mengalami penurunan. Demikian pula pada periode saat nasional dan provinsi mengalami kenaikan, angka partisipasi kasar SD/MI Belitung Timur bergerak turun. 93

110 Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan garis Tren, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan yang mendukung kenaikan APK masih kurang efektif. Ini terlihat dari kemiringan garis Tren yg masih dalam sudut yang tipis. APK SMP/MTs (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dinamika APK SMP/MTS Belitung Timur terlihat bergerak tidak sejalan pada periode Pada tahun tersebut, APK SMP nasional dan Provinsi bergerak naik, sedangkan APK SMP Belitung Timur turun. Sedangkan pada periode lainnya, dinamika APK SMP terlihat sejalan dengan pola naik turun indikator nasional dan provinsi. 94

111 Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun Garis kecenderungan APK MTS menunjukan kemiringan yang curam kebawah. Hal ini menunjukan bahwa intervensi kebijakan dibidang yang terkait dengan peningkatan APK SMP/MTS tidak efektif. Perlu dikembangkan kebijakan baru yang mendukung perbaikan indikator ini. APK SMA/MA (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dalam empat tahun pendataan terakhir, naik turunnya APK SMA/MA di Belitung Timur relevan dengan capaian nasional dan provinsi. 95

112 Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan kecenderungan kemiringan yang positif atas garis kecenderungan, maka bisa disimpulkan intervensi kebijakan yang mendukung peningkatan APK SMA terlihat efektif. B. Angka Partisipasi Murni (APM) APM SD/MI (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Perkembangan APM SD/MI sejak 2005 memang menunjukan perubahan yang drastis baik gerakan naik maupun turun. Ini terlihat dari pola capaian yang relevan dengan perkembangan positif nasional pada tahun , akan tetapi bergerak turun dan irelevan dengan capaian nasional pada dan kembali sesuai dengan kenaikan nasional pada tahun

113 Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan melihat dinamika rata-rata yang ada, maka bisa disimpulkan kebijakan yang mendukung peningkatan APM SD/MI masih efektif. APM SMP/MTs (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Jika data APM SMP/MTS nasional dari waktu ke waktu mengalami kenaikan meskipun dalam besaran yang tipis, ditingkat provinsi, data APM Provinsi bergerak naik dan turun dalam periode yang lebih pendek. Dinamika APK SMP/MTS Belitung Timur bergerak tidak relevan dengan perkembangan APM SMP/MTS Provinsi. Ditahun terakhir pendataan, ketika APM Provinsi naik, APM Belitung Timur bergerak turun. 97

114 Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan data dari diatas, maka bisa disimpulkan intervensi kebijakan pada bidang yang mendukung peningkatan APM SMP/MTS tidak efektif. APM SMA/MA (%) Gambar Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pada periode , terlihat perkembangan APM SMA/MA relevan dengan perkembangan nasional dan provinsi. Berbeda dengan periode , pada tahun ini terlihat perkembangan APM SMA/MA tidak relevan dan cenderung bertolak belakang. 98

115 Gambar Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan garis kecenderungan pada analisis efektivitas ini, terlihat bahwa intervensi kebijakan yang mendukung APM sangat efektif. C. Jarak Fasilitas Pendidikan Terdekat Jarak SMP/MTs (km) Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dari gambar diatas, terlihat kebersesuaian dinamika penurunan dari waktu kewatu jarak SMP/MTS Belitung Timur dengan capaian Nasional dan Provinsi. Oleh karenanya bisa disimpulkan bahwa capaian Belitung Timur relevan dengan capaian Nasional dan Provinsi. 99

116 Gambar Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Tahun Dari kemiringan garis Tren, terlihat bahwa intervensi kebijakan dalam mendukung perkembangan indikator jarak SMP/MTS ini efektif. Jarak SMA/MA (km) Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dari data yang dimiliki, terlihat terjadi kenaikan jarak SMA/MA di Kabupaten Belitung Timur yang tidak relevan dengan perkembangan ditingkat nasional dan provinsi. 100

117 Gambar Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Tahun Kenaikan jarak SMA/MA ini menunjukan bahwa intervensi kebijakan dibidang ini tidak efektif. Jarak SMK (km) Gambar Relevansi Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dalam 3 tahun terakhir, kenaikan indikator jarak SMK di Kabupaten Belitung Timur tidak relevan dengan penurunan jarak SMK nasional dan provinsi yang cenderung turun. 101

118 Gambar Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan garis kecenderungan, kemiringan keatas garis ini menunjukan intervensi kebijakan untuk menekan besaran indikator jarak tidak efektif. D. Rasio Siswa/Kelas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Perbandingan grafik indikator dari waktu ke waktu memperlihatkan dinamika rasio siswa/kelas SD Belitung timur relevan dengan perkembangan nasional sejak Akan tetapi jika dilihat dengan dinamika data provinsi, dapat disimpulkan sejak , perkembangan indikator tersebut ditingkat kabupaten tidak relevan dengan capaian provinsi. 102

119 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Kecenderungan kenaikan rasio ini secara rata-rata yang diperlihatan dari garis Tren yang miring positif bisa diartikan bahwa intervensi kebiajakn yang mendukung perkembangan indikator ini efektif. Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Perkembangan rasio siswa/kelas ditingkat SMP di Kabupaten Belitung Timur menunjukan relevansi dengan perkembangan nasional dan provinsi sejak tahun

120 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Penurunan secara umum besaran rasio siswa/kelas SMP/MTS dipelihatkan oleh garis Tren yang miring kearah bawah. Ini menunjukan bahwa intervensi kebijakan tidak efektif. Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Sejak tahun 2006, perkembangan rasio siswa/kelas tingkat SMA/MA di Belitung Timur telah relevan dengan perkembangan indikator tersebut ditingkat Provinsi. Akan tetapi perkembangan indikator tersebut tidak relevan dengan perkembangan indikator ditingkat nasional. 104

121 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Kecenderungan turunnya rasio siswa/kelas SMA/MA menunjukan bahwa intervensi kebijakan kurang relevan. Hal ini memperlihatkan semakin sedikit siswa yang berada pada kelas belajar di level pendidikan SMA. Sedikitnya jumlah siswa ini tentu menimbulkan inefisensi terhadap pemanfaatan sumberdaya belajar sekolah tersebut. Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Jika dibandingkan dengan dinamika indikator ditingkat provinsi, maka capaian kabupaten Belitung Timur relatif masih sesuai/relevan. Berbeda dengan dinamika pada tahun 2010, jika ditingkat provinsi dan kabupaten cenderung naik, maka rasio siswa/kelas ditingkat nasional cenderung turun dan tidak relevan. 105

122 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan kecenderungan peningkatan rasio siswa ditingkat SMK, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan berjalan efektif. E. Rasio Guru/Kelas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Perkembangan Rasio guru/kelas SD/MI kabupaten Belitung Timur terlihat relevan dengan dinamika nasional dan provinsi. Perbedaan terjadi hanya diperiode ketika indikator rasio provinsi menurunm sedangkan capaian nasional dan kabupaten bergerak naik tipis. 106

123 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Kenaikan rata-rata secara tipis ini terbaca dari kemiringan garis tren yang sempit terhadap sumbu horizontal. Meskipun demikian, masih bisa disimpulkan intervensi kebijakan ini cenderung efektif. Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Data yang ditampilkan pada gambar diatas ini menunjukan kebersesuaian perkembangan kabupaten dengan perkembangan provinsi. Relevansi ini juga terlihat dengan perkembangan data nasional, meskipun terjadi perbedaat kecenderungan pada periode

124 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Garis kecenderungan menampilkan kemiringan yang semakin rendah, yang bisa diartikan bahwa intervensi kebijakan ini cenderung tidak efektif. Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Gambar Relevansi Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Rasio guru/kelas SMA kabupaten belitung timur pada periode tidak relevan dengan pola perkembangan indikator yang sama diprovinsi meskipun pada tahun-tahun berikutnya sudah cukup relevan. Penurunan indikator ini pada periode berbeda dengan kecenderungan naiknya indikator tersebut ditingkat nasional. 108

125 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun Secara rata-rata, terlihat bahwa penurunan kinerja indikator ini menujukan bahwa intervensi kebijakan masih belum efektif. F. Rasio Siswa/Guru Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pada tahun rasio siswa/guru SD/MI di Provinsi Bangka Belitung menunjukan penurunan, sementara sejak tahun terjadi kecenderungan peningkatan rasio siswa/guru di tingkat SD. Pada periode tersebut, dinamika provinsi dan kabupaten tidak relevan. Sedangkan sejak , dinamika indikator kabupaten ini relavan. 109

126 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Dari gambar diatas bisa disimpulkan kemiringan garis Tren menujukan intervensi kebijakan untuk mendukung perkembangan indikator ini tidak efektif. Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Secara umum, pergerakan capaian atas indikator rasio siswa/guru SM/MTS di Kabupaten Belitung Timur relevan dengan perkembangan nasional dan provinsi. Perbedaan hanya terjadi pada tahun ketika terjadi penurunan rasio dikabupaten, sementara pada periode yang sama ditingkat nasional dan provinsi terjadi kenaikan. 110

127 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Garis Tren menunjukan penurunan yang bisa diartikan sebagai tidak efektifnya kebijakan yang mendukung perkembangan indikator ini. Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Analisis relevansi rasio siswa/guru ditingkat SMA menunjukan relevansi perkembangan indikator ditingkat Kabupaten dengan perkembangan ditingkat provinsi. Akan tetapi tidak relevan dengan perkembangan ditingkat nasional. Hal ini ditunjukan dari perbedaan kecenderungan naik-turunnya indikator pada tahun , dan

128 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Garis kecenderungan menampilkan pola yang miring kebawah menunjukan terjadi kecenderungan penurunan rasio siswa/guru dalam periode Bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan berlangsung tidak efektif. Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Gambar Relevansi Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar dinamika nilai rasio siswa/guru ditingkat SMK menunjukan relevansi antara kabupaten dengan nasional. Ketidakrelevanan hanya terjadi pada tahun terakhir pendataan, dimana capaian kabupaten cenderung turun, sementara capaian provinsi cenderung naik. 112

129 Gambar Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan melihat garis kecenderungan yang bergerak naik dalam kemiringan yang besar, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan berlangsung efektif. 113

130 2.5 Bidang Infrastruktur Dasar Pengukuran capaian penyediaan hak atas pelayanan infrastuktur dasar dilihat dari kualitas capaian beberapa indikator utama infrastruktur. Indikator-indikator tersebut secara periodik diukur oleh BPS baik melalui Surver sosial ekonomi nasional (SUSENAS) maupun berdasarkan pendataan Potensi Desa (Podes). Definisi indikator-indikator tersebut adalah: Proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (%) adalah perbandingan antara penduduk atau rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak dengan penduduk atau rumah tangga seluruhnya yang dinyatakan dalam persentase.penjelasan indikator. Fasilitas sanitasi yang layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa dan tangki septik. Proporsi rumah tangga menggunakan air bersih (%) adalah perbandingan antara banyaknya rumah tangga yang menggunakan air bersih dengan jumlah rumah tangga. Proporsi Rumah Tangga Dengan Akses Listrik (%) adalah persentase rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik (PLN + Bukan PLN)dengan jumlah rumah tangga. Akses listrik rumah tanggadapat menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga di suatu wilayah Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu A. Proporsi Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak (%) Pada tahun 2010, ketersediaan sanitasi RT ditingkat propinsi Bangka Belitung sudah cukup baik karena berada diatas capaian nasional. Tingkat akses sanitasi rumah tangga adalah sebesar 65.06% sedangkan capaian nasional adalah sebesar Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

131 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Data Proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak selama 2 tahun berikut terlihat pada 2 grafik diatas. Dari data tersebut terlihat bahwa prestasi Belitung timur menurun dalam 2 tahun tersebut. Pada tahun 2009, Belitung Timur masih berada dirangking ke 3 terendah, dan semakin turun ke rangking terendah pada tahun Capaian terbaik dari 2 tahun ini selalu diperoleh dari Kota Pangkalpinang. Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Jika membaca tren dalam 5 tahun terakhir, sejak 2006 memang meningkat. Tapi pada tahun memang terjadi penurunan yang cukup berarti dari angka 47.97% ke angka 40.60%. Penurunan ini menggambarkan bahwa semakin banyak rumah baru yang dibangun tanpa menyiapkan fasilitas sanitasi rumah tangga yang layak. 115

132 B. Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak (%) Proporsi rumah tangga dengan fasilitas air minum ditingkat Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 terlihat rendah hanya diangka 38.17%. Angka indikator ini dibawah capaian nasional 44.19%. Capaian ini menempatkan Provinsi Bangka Belitung diperingkat 10 terendah dibandingkan 33 provinsi lainnya. Pada tahun 2010, tingkat akses air bersih diantara kabupaten lain se-bangka Belitung menempatkan Belitung Timur pada posisi capaian terendah yakni sebesar 24.74%. Pada tahun tersebut, hanya kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Barat yang sudah berada pada tingkat akses diatas rata-rata capaian nasional. Angka tersebut merupakan perbaikan dari capaian 2009 sebesar 19.26%. Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Grafik diatas menggambarkan posisi relatif kabupaten Belitung Timur terhadap capaian Kabupaten Kota lain ditahun

133 Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Pertumbuhan tingkat akses rumah tangga terhadap air minum layak dari waktu ke waktu terlihat pada gambar diatas. Proporsi akses tertinggi sempat dicapai Belitung Timur pada tahun 2005, namun terus menurun pada 4 periode berikutnya. Terdapat koreksi positif pada tahun 2010 dengan kenaikan sebesar 5.48% namun kenaikan tersebut masih berada dibawah capaian tahun 2008 yakni sebesar 29.30%. 117

134 C. Proporsi Rumah TanggaDengan Akses Listrik (%) Berbeda dengan akses sanitasi layak dan air bersih, data akses listrik antar kabupaten/kota se-bangka Belitung tahun 2010 terlihat pada grafik berikut. Akses listrik Belitung timur sebesar 90.54% masih merupakan daerah terendah dibandingkan kabupaten/kota lain. Tercatat hanya Kab. Bangka Selatan yang memiliki akses listrik dengan proporsi lebih rendah dari Belitung Timur sebesar 85.56%. Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 Akses listrik Belitung Timur pada tahun 2009 dibandingkan dengan kabupaten/kota lain juga tidak terlalu baik. Rata-rata proporsi RT dengan akses listrik provinsi pada tahun tersebut adalah sebesar yang artinya lebih tinggi dari capaian Belitung Timur yang hanya sebesar 92.36%. 118

135 Gambar Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Capaian sejak tahun 2006 terlihat pada grafik berikut. Kecenderungan naiknya persentase RT yang memiliki akses mengalami fluktuasi turun naik. Capaian persentase tertinggi bergerak terdapat pada tahun 2009 dan kembali turun pada tahun D. Proporsi Desa Dengan Jalan Akses R4 (%) Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Akan tetapi jika dilihat data perkabupaten di Bangka Belitung pada tahun 2011, maka capaian Belitung Timur menjadi yang paling rendah sebesar 97.44% sementara kabupaten lain sudah mencapai 100%. Angka ini sedikit bergerak dari capaian tahun sebelumnya sebesar 96.67% pada tahun Tentu hal ini sangat disayangkan, karena pada periode 3 tahun kemudian, kabupaten lain mampu mewujudkan target 100% akses jalan R4, sedangkan Belitung timur tidak mampu mengejar perbaikan dengan capaian yang sama. 119

136 Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Gambar Analisis Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dalam 3 tahun pendataan, dampak pembangunan akses jalan R4 mendorong angka capaiannya bergerak dari waktu ke waktu mulai dari 80% pada tahun 2005 dan pada tahun 2011 menjadi 97.44%. E. Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik (%) Dari survey potensi desa tahun 2011, diperoleh informasi bahwa seluruh desa di propinsi Bangka Belitung telah memiliki akses listrik. Capaian indikator porporsi desa dengan jaringan listrik pada tahun tersebut menempatkan Bangka Belitung pada angka maksimal yang mungkin dicapai yakni 100%. 120

137 Gambar Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Penyebaran pembangunan infrastruktur listrik ini tampak merata diseluruh Kabupaten/Kota se-bangka Belitung. Pada gambar terlihat seluruh desa di kabupaten/kota Bangka Belitung memiliki akses listrik. Gambar Analisis Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Akses jaringan listrik yang sudah mencapai 100% merupakan capaian yang sejak 2005 sudah terpenuhi dengan maksimal. Hal ini ditunjukan pada angka indikator yang mencapai 100% sejak tahun pendataan 2005 sampai F. Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Dari statistik Potensi Desa tahun 2011, diperoleh data bahwa akses terhadap pasar tradisional di Provinsi Bangka Belitung relatif masih lebih jauh dibandingkan dengan jarak rata-rata nasional yakni sebesar km. Angka capaian sebesar km ini masih menempatkan Bangka Belitung dalam posisi 9 besar daerah dengan jarak akses terhadap pasar tradisional yang tinggi. 121

138 Gambar Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Data ditingkat kabupaten/kota pada tahun 2011 memposisikan Belitung Timur masih pada peringkat yang dibawah capaian Pangkalpinang, Bangka Barat, Bangka Tengah dan Bangka. Jarak akses pasar tradisional Belitung Timur bahkan berada diatas jarak ratarata nasiona, dan jarak rata-rata provinsi.prestasi relatif terhadap kabupaten lain ini merupakan pencapaian menurun, sebab pada tahun pendataan 2008, posisi Belitung Timur hanya dikalahkan oleh Kota Pangkalpinang dan Kab. Bangka Barat. Gambar Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 Kecenderungan penambahan jarak akses terhadap pasar tradisional di Kab. Belitung Timur terlihat pada gambar dibawah. Semenjak , terjadi penambahan jarak akses pasar tradisional. Hal ini menunjukan semakin jauh jarak yang harus ditempuh oleh masyarakat untuk mengakses layanan pasar tradisional. Pada tahun 2005, jarak pasar tradisional di Belitung Timur hanya sebesar 13.79, namun bergerak kembali ke angka dan pada tahun lalu, meningkat menjadi penurunan ini bisa disebabkan karena terjadinya pemekaran wilayah pedesaan, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan angka jarak relatif sebuah wilayah terhadap pasar tradisionalnya. 122

139 Gambar Analisis Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun

140 2.5.2 Relevansi dan Efektivitas Program A. Proporsi Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak (%) Dengan membandingkan perkembangan deret waktu data nasional, provinsi, dan kabupaten, maka akan terlihat bahwa dinamika capaain Belitung Timur untuk indikator Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak relevan selama lebih 4 tahun pendataan semenjak Akan tetapi pada tahun , perkembangan indikator kabupaten tidak relevan baik dengan capaian nasional maupun capaian provinsi. Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan memperhatikan kecenderungan arah garis Tren dalam periode , maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan dalam upaya meningkatkan akses sanitasi layak masyarakat Belitung Timur masih efektif. 124

141 B. Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak (%) Dengan melihat dinamika yang terjadi pada RT di Kabupaten Belitung Timur, maka pada periode dan adalah saat terjadi kebersesuaian antara kecenderungan naik-turunnya indikator yang ada di Belitung Timur terhadap dinamika Bangka Belitung. Pada periode lainnya, terjadi irelevansi antara kinerja capaian kabupaten dengan kinerja capaian Provinsi. Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung TimurTahun Berdasarkan data deret waktu sejak 2005 sampai dengan 2010 maka terlihat garis kecenderungan menunjukan pola yang menurun dengan kemiringan yang besar. Hal ini mengindikasikan bahwa intervensi kebijakan tidak efektif dalam meningkatkan capaian proporsi yang lebih besar masyarakat terhadap air minum layak. 125

142 C. Proporsi Rumah Tangga Dengan Dengan Akses Listrik (%) Proporsi akses listrik RT di Bangka Belitung memiliki kecenderungan peningkatan dari waktu kewaktu kecuali pada tahun yang menurun dari 93.99% menjadi 92.77%. Perkembangan ditahun terkahir pendataan ini relevan dengan posisi capaian kabupaten yang juga menurun dari 92.36% menjadi 90.54%. Gambar Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dengan melihat arah garis kecenderungan pada grafik dibawah ini, diperoleh kesimpulan intervensi kebijakan yang dilaksanakan untuk mendorong peningkatan akses masyarakat terhadap listrik berlangsung efektif. Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun

143 D. Proporsi Desa Dengan Jalan Akses R4 (%) Dari data perkembangan indikator proporsi desa dengan jalan akses R4 ditingkat kabupaten belitung timur, maka tampak kebersesuaian pergerakan naik antara capaian indikator kabupaten, indikator provinsi dan indikator nasional. Hal ini menunjukan relevansi perkembangan indikator di 3 tingkat tersebut. Gambar Relevansi Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Tahun Konsistensi perkembangan positif atas indikator proporsi desa dengan akses jalan R4 di Belitung Timur ditunjukan dengan arah positif garis kecenderungan. Ini berarti intervensi kebijakan dibidang tersebut berjalan secara efektif. 127

144 E. Proporsi Desa Dengan Jaringan Listrik (%) Indikator proporsi desa dengan jaringan listrik ditingkat nasional secara umum bergerak naik. Ditingkat provinsi, porsi desa dengan akses listrik sudah mencapai nilai 100% semenjak Demikian pula akses listrik desa sekabupaten Belitung Timur yang konsisten dipertahankan pada angka 100% semenjak Fakta ini menunjukan bahwa perkembangan capaian Belitung Timur relevan dengan capaian nasional dan provinsi. Gambar Relevansi Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun Mengingat bahwa capain 100% adalah nilai maksimal yang bisa dicapai dari indikator proporsi desa dengan jaringan listrik, dan Belitung Timur dalam 3 tahun pendataan telah mencapainnya, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan dibidang tersebut sudah efektif. 128

145 F. Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Pada indikator aksesibilitas Pasar Tradisional, kemajuan suatu daerah ditandai dengan menurun atau semakin kecilnya jarak akses pasar tradisional diwilayah tersebut. Memperhatikan gambar dibawah ini, maka bisa bisa disimpulkan bahwa dinamika indikator tersebut dikabupaten belitung Timur tidak relevan dengan capaian nasional dan provinsi. Hal ini ditunjukan dengan kecenderungan naiknya jarak pasar tradisional dalam periode sementara pada waktu yang sama ditingkat provinsi dan nasional terdapat kecenderungan penurunan nilai. Gambar Relevansi Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Tahun Arah positif yang menunjukan efektivitas program terlihat jika garis kecenderungan bergerak konsisten menurun dari waktu kewaktu mendekati sumbu x. Akan tetapi gambar diatas menunjukan arah sebaliknya yang berarti bahwa intervensi kebijakan diisu ini tidak efektif. 129

146 2.6 Bidang Ketahanan Pangan Dalam menganalisis perkembangan indikator sektor ketahanan pangan, digunakan 4 indikator utama dengan definisi sebagai berikut: Perkembangan harga beras (%) adalah besarnya persentase (%) perubahan harga beras terhadap harga tetap suatu tahun tertentu. Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok Utama adalah besarnya perubahan harga beberapa bahan kebutuhan pokok utama dari waktu ke waktu. Ada 8 komoditi utama yang didata oleh dinas pertanian dan kehutanan yang akan diolah dan ditampilakan pada analisis berikut. Tingkat Inflasi (%) adalah persentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu indeks harga yang dikena dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Pertumbuhan ekonomi (%) adalah persentase pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu A. Perkembangan Harga Beras (%) Dengan menetapkan tahun dasar penghitungan harga pada tahun 2009, maka perkembangan harga beras pada tahun berikutnya terhadap harga pada tahun dasar diperlihatkan sesuai gambar dibawah ini. Data perkembangan harga beras untuk tingkat nasional dan Provinsi tidak tersedia, oleh karenanya tidak memungkinkan untuk melakukan analisis antar wilayah. Dengan data perkembangan harga beras ditingkat kabupaten yang tersedia, Dalam kurun 2 tahun ini, terjadi kenaikan harga beras sebesar 27%. Kenaikan itu merupakan nilai kumulatif dari nilai kenaikan sebelumnya pada tahun 2010 sebesar 11% dan perubahan harga pada tahun 2011 sebesar 16%. Gambar Analisis Perkembangan Harga Beras (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Diolah dari data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Belitung Timur 130

147 B. Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Perkembangan harga kebutuhan pokok utama dari tahun 2009 ke 2011 terlihat pada gambar dibawah ini. Pada tahun terakhir, kenaikan harga terjadi hampir disemua komoditi kecuali harga cabe merah dan terigu. Kenaikan harga terbesar terjadi pada komoditi Telur ayam ras sebesar 11% dan diikuti oleh komoditi minyak goreng dan bawang merah sebesar 8%. Pada komoditi cabe merah dan terigu, tahu 2011 terjadi penurunan masing-masing sebesar 13% dan 6%. Gambar Analisis Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Kab. Belitung Timur Tahun Sumber : Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Belitung Timur C. Pertumbuhan Ekonomi (%) Perbandingan tingkat pertumbuhan ekonomi antar provinsi ditampilkan pada gambar dibawah ini. Dari data tersebut terlihat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi provinsi Bangka Belitung sudah semakin membaik, dan berada tipis dibawah angka pertumbuhan Ekonomi nasional yang pada tahun 2011 sebesar 6.52%. pada tahun tersebut, Bangka Belitung memperoleh capaian sebesar 6.60%. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Belitung Timur mencapai 5.91 yang merupakan nilai pertumbuhan ekonomi terendah ke 2 se-provinsi. Pada tahun tersebut, angka pertumbuhan ekonomi terbesar diperoleh dari Kab. Bangka selatan sebesar 6.79%. secara kumulatif, capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yaitu 6.6% naik dari nilai sebelumnya ditahun 2010 sebesar 5.85%. 131

148 Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 Gambar Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 Pada tahun 2010, Ekonomi Belitung Timur mendapatkan posisi istimewa karena merupakan daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi ke 3 yakni 5.81%. Pada tahun tersebut, Kota Pangkal pinang menjadi daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6.21%. Dinamika pertumbuhan ekonomi Belitung Timur dari tahun 2006 ke 2011 ditampilkan pada gambar dibawah ini. Dalam 5 tahun tersebut, terlihat bahwa tahun 2008 menjadi tahun dengan pertumbuhan ekonomi terbesar senilai 6.06%. Capaian ini kemudian anjlok pada tahun 2009 walaupun kembali dikoreksi positif pada tahun

149 Gambar Analisis Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun D. Tingkat Inflasi (%) Data indikator Tingkat inflasi Kab.Belitung Timur dari waktu kewaktu ditampilkan pada sebagai berikut: Gambar Analisis Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Dari data yang terhimpun, dapat dianalisa bahwa terjadi fluktuasi inflasi yang sangat bervariasi di Kabupaten Belitung Timur. Inflasi terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 18.61% dan kembali turun menjadi 7.26 pada tahun berikutnya. Pola inflasi yang tinggi ini patut dijawab oleh berbagai pihak, karena hal ini mengindikasikan besarnya potensi sebab-sebab yang akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. 133

150 2.6.2 Relevansi dan Efektivitas Program A. Perkembangan Harga Beras (Rp) Analisis relevansi indikator tidak mungkin dilakukan tanpa ketersediaan data dilevel Nasional dan Provinsi. Oleh karenanya, yang akan dilakukan berikut ini adalah analisis efektiftas, untuk melihat arah kecenderungan Trendline yang mengindikasikan efektivitasnya intervensi kebijakan yang diambil dalam mengendalikan capaian tiap indikator. Gambar Analisis Efektivitas Perkembangan Harga Beras (Rp) Kab. Belitung Timur Tahun Gambar diatas menampilkan arah pergerakan garis kecenderungan dengan sudut tajam yang menunjukan terjadinya kenaikan harga beras secara besar. Dalam analisis efektivitas terhadap indikator perkembangan harga beras, semakin landai arah kemiringan garis tren, semakin menunjukan efektiftas pelaksanaan intervensi. Oleh karenanya, maka bisa disimpulkan bahwa intervensi kebijakan menjadi tidak efektif. 134

151 B. Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Gambar Kecenderungan pergerakan harga kebutuhan pokok Tahun Secara kumulatif, Arah perkembangan indikator yang semakin naik menunjukan intervensi kebijakan tidak efektif. Ini terlihat dari tingkat kecuraman garis yang terlihat. C. Pertumbuhan Ekonomi (%) Indikator pertumbuhan ekonomi dilevel nasional, provinsi dan Kabupaten terlihat relevan seperti yang ditampilkan pada gambar dibawah ini. Hal ini sangat tampak dari sejak tahun Dari visualisasi pada gambar tersebut terlihat arah gerak pertumbuhan ekonomi berjalan seirama meskipun dalam beberapa tahun sebelumnya, terlihat ketidakbersesuain. 135

152 Gambar Relevansi Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun Gambar Analisis Efektivitas Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun Dengan melihat arah garis kecenderungan yang bergerak naik (positif), maka bisa disimpulkan intervensi kebijakan yang mendukung perkembangan pertumbuhan ekonomi berjalan efektif. 136

153 D. Tingkat Inflasi (%) Ketidaktersediaan data menyebabkan tidak memungkinkan untuk menganalisis relevansi perkembangan Inflasi kabupaten dengan capaian indikator nasional dan provinsi. Akan tetapi berdasarkan data deret waktu yang dimiliki di Kabupaten Belitung Timur, dapat disimpulkan intervensi kebijakan yang mendukung arah menekan dan atau mengendalikan inflasi berjalan efektif. Kemiringan arah garis tren menunjukan nilai yang semakin kecil/terkendali. Gambar Analisis Efektivitas Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Tahun

154 BAB III PENENTUAN WILAYAH PRIORITAS DAN INTERVENSI 3.1 Kesimpulan Analisis Relevansi dan Efektivitas Kesimpulan diperoleh dengan melihat hubungan antara hasil pada analisis relevansi dan hasil pada analisis efektivitas program. Analisis relevansi ditujukan untuk melihat sejauh mana pembangunan yang dijalankan didaerah mendukung sasaran provinsi dan nasional. Analisis relevansi dilakukan dengan membandingkan tren indikator utama dengan tren Provinsi dan Nasional. Apabila tren indikator utamanya sejalan dengan tren indikator provinsi dan nasional, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh Kabupaten Belitung Timur mendukung sasaran provinsi dan nasional. Analisis Efektivitas ditujukan untuk menilai apakah pembangunan yang dilakukan oleh daerah efektif baik dalam mencapai tujuan pembangunan daerah maupun nasional. Efektivitas penanggulangan kemiskinan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tabel Kesimpulan Analisis Relevansi dan Efektivitas Indikator No Bidang Indikator Utama Relevan Efektif 1. Kemiskinan dan Tingkat Kemiskinan ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran 2. Bidang Kesehatan Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita n.a x Angka Kematian Ibu Melahirkan n.a Prevalensi Balita Kekurangan Gizi n.a 3. Bidang Pendidikan Angka Partisipasi Kasar SD/MI x SMP/MTS x SMA/MA Angka Partisipasi Murni SD/MI x SMP/MTS x x SMA/MA 4. Infrastruktur Dasar Akses Sanitasi Layak x Akses Air Minum Layak x x Rasio Elektrifikasi x 5. Ketahanan Pangan Perkembangan Harga Beras n.a x Perkembangan Harga Bahan n.a x Kebutuhan Pokok Utama 6. Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Tingkat Inflasi n.a Keterangan : Analisis Relevansi dan Efektivitas : Relevan atau Efektif : x Tidak Relevan atau Tidak Efektif n.a (not account) : Data Tidak Tersedia 138

155 Berdasarkan tabel 3.1.1, diperoleh kesimpulan atas status efektiftas dan relevansi dari masingmasing indikator bidang sebagai berikut: a. Implementasi program-program bidang kemiskinan dan ketenagakerjaan berlangsung efektif dan perkembangan kemajuan indikatornya sejalan dengan kemajuan yang dicapai oleh provinsi dan nasional b. Pada bidang kesehatan, intervensi program yang mendukung kinerja positif atas indikator AKB, AKI dan Prevelensi balita kekurangan gizi berlangsung efektif. Hanya indikator AKABA yang perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat kecenderungan terjadi kenaikan AKABA pada periode pendataan. Selain itu, perlu diperhatikan mekanisme kerjasama pendataan yang lebih baik antara pihak kabupaten dengan provinsi dan nasional dalam rangka penyediaan data yang lebih akurat. c. Pada bidang pendidikan, intervensi kebijakan ditingkat jenjang pendidikan SMP/MTS perlu diperbaiki mengingat analisis kecenderungan menunjukan kebijakan pada level tersebut tidak efektif dan tidak relevan dengan perkembangan capaian ditingkat nasional dan provinsi. Sedangkan dijenjang SMA/MA, relevansi dan efektivitas kinerja indikator utama cenderung baik. Ditingkat jenjang sekolah dasar, meskipun kinerja indikator sudah cukup baik, namun perlu dipertegas untuk relevansi perkembangan indikator terhadap capaian ditingkat provinsi dan nasional. d. Pada bidang infrastruktur dasar, 3 indikator utama bergerak tidak relevan dengan dinamika ditingkat provinsi dan nasional. Khusus indikator akses air minum layak, pemerintah daerah perlu memperbaiki kinerja pelayanan terhadap masyarakat, karena capaian dan intervensi kebijakan disektor ini masih belum efektif. e. Pada bidang ketahanan pangan, pola kenaikan harga beras dan harga sebagian besar bahan kebutuhan pokok penting dicermati dan dikendalikan. Kenaikan harga yang berlangsung terus menerus menunjukan ketidakefektifan kebijakan ketahanan pangan. f. Kinerja indikator Bidang ekonomi yaitu tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi cenderung positif. Meskipun terjadi inflasi dari waktu ke waktu, akan tetapi besaran inflasi tersebut cenderung semakin kecil dari waktu kewaktu. Hal ini bisa diartikan bahwa kebijakan berlangsung efektif. Demikian pula kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang bergerak naik akan memberikan kesempatan lebih luas bagi penciptaan peluang usaha baru bagi masyarakat yang akan berakibat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. 139

156 3.2 Prioritas Bidang/Sektor Bidang Ketenagakerjaan Dalam menganalisa bidang ketenagakerjaan, maka digunakan indikator Tingkat Pengangguran Terbuka. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah merupakan persentase pengangguran terhadap angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka digunakan untuk Untuk melihat tingkat penggunaan tenaga kerja. Jika TPT kurang dari 4 persen berarti tingkat pengangguran suatu daerah masih dinggap normal. Prioritas intervensi bidang diperoleh dengan memetakan hubungan indikator utama ketenagakerjaan dengan indikator pendukung bidang kemiskinan berupa jumlah penduduk miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun Dari komposisi indikator tersebut, terlihat bahwa hanya indikator jumlah penduduk miskin yang menunjukan kecenderungan meningkat dalam periode 1 tahun terakhir. Bidang ini membutuhkan prioritas intervensi dibandingkan dengan capaian 2 indikator lainnya. 140

157 Gambar Prioritas Intervensi Wilayah TingkatPengangguran Terbuka (%) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Dalam isu ketenagakerjaan, jika indikator capaian tiap kabupaten dipetakan dalam sumbu Y dan pada sumbu X dipetakan besaran nilai indikator pendukung jumlah penduduk miskin, maka akan terlihat bahwa Kabupaten Belitung Timur berada pada isu prioritas akhir (4) dibandingkan dengan kabupaten lain. Sedangkan pemetaan indikator TPT dengan indeks P1 dan P2 menempatkan Kabupaten Belitung Timur pada posisi prioritas wilayah intervensi ke

158 Gambar Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 Gambar Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun

159 3.2.2 Bidang Kesehatan Untuk melihat indikator mana yang menjadi prioritas pada bidang kesehatan, maka akan dipetakan beberapa indikator pendukung terhadap indikator utama. Analisisnya disampaikan pada bagian berikut. A. Prioritas Intervensi Bidang Data perkembangan AKB pada 3 tahun pendataan sudah menunjukan arah perkembangan yang baik dengan terjadinya penurunan dari waktu kewaktu. Capaian ini didukung dengan perkembangan positif dari indikator pendukung rasio bidan dan rasio dokter. Akan tetapi, untuk indikator pendukung yaitu jarak puskesmas masih terdapat kecenderungan naik, yang artinya akses masyarakat terhadap puskesmas semakin jauh. Isu ini penting diperhatikan untuk kemudian dicarikan solusi. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKB Kab. Belitung Timur Tahun Perkembangan AKABA dipengaruhi oleh dinamika kondisi kejadian kondisi kekurangan gizi. Dari pemetaan dinamika indikator tersebut, diperoleh gambaran bahwa terjadi peningkatan kejadian balita dengan gizi buruk yang memerlukan perhatian khusus. 143

160 Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKABA Kab. Belitung Timur Tahun Dalam pemetaan indikator pendukung terhadap perkembangan AKI, maka terlihat bidang yang harus mendapat perhatian adalah tingginya angka morbiditas. Meskipun pada tahun terakhir terjadi penurunan, akan tetapi pada penurunan tersebut merupakan kondisi setelah terjadi tren kenaikan dalam 3 (tiga) tahun sebelumnya. Selain itu, angka tingkat kelahiran ditolong tenaga kesehatan mengalami penurunan. Ini menunjukan semakin rendahnya akses masyarakat terhadap tenaga kesehatan yang membantu proses persalinan dalam kelahiran. 144

161 Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Angka Kematian Ibu Melahirkan Kab. Belitung Timur Tahun Dari gambar dibawah ini, bisa diperoleh kesimpulan, terjadi penurunan indikator utama prevalensi balita kekurangan gizi, namun pada saat yang sama, terjadi kenaikan kondisi gizi buruk yang perlu mendapatkan perhatian. Meskipun indikator pendukung lainnya menunjukan semakin banyak masyarakat yang mengakses fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menyelesaikan permasalahan kesehatan yang diperolehnya. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Prevalensi Balita Kekuangan Gizi (%) Tahun

162 B. Prioritas Intervensi Wilayah Terdapat kesulitan dalam menentukan prioritas intervensi wilayah yang disebabkan oleh karena unit lokasi terkecil ketersediaan data adalah kabupaten, sehingga tidak memungkinkan untuk memetakan lebih jauh identidikasi masalah ketingkat kecamatan atau desa. Akan tetapi, pemetaan berikut ini membantu dalam menganalisis tingkat capaian dan prioritas masalah yang dialami oleh kabupaten Belitung Timur dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Jika dipetakan beberapa indikator utama terhadap indikator pendukung yang dianggap memiliki permasalahan dan prioritas untuk diselesaikan, maka akan diperoleh gambaran berikut ini. Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kepulauan Bangka Belitung

163 Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kepulauan Bangka Belitung 2009 Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Angka Morbiditas (%) Kepulauan Bangka Belitung

164 Gambar Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kepulauan Bangka Belitung 2009 Untuk prioritas intervensi wilayah indikator utama Angka Kematian Bayi (AKB) (Per Kelahiran Hidup) Terhadap Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008, Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%), Angka Morbiditas (%),menempatkan Kabupaten Belitung Timur menjadi prioritas ke 4 (terakhir) mengingat capaiannya cukup baik. Sedangkan khusus indikator pendukung Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%), Kabupaten Belitung Timur berada pada wilayah prioritas ke 3, bersama Kabupaten Belitung. Sedangkan untuk 3 indikator utama lainnya, analisis ini tidak dilakukan mengingat ketidaktersediaan data pendamping berupa capaian kabupaten lainnya. 148

165 3.2.3 Bidang Pendidikan A. Prioritas Intervensi Bidang Untuk melihat isu apa saja yang menjadi prioritas untuk diintervenis, maka akan ditampilkan dinamika capaian indikator utama dari beberapa jenjang pendidikan. Selanjutnya dari masing-masing indikator tersebut, akan dilihat lebih jauh dinamika indikator pendukung yang berkemungkinan besar berpengaruh terhadap kinerja indikator utama. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK Kab. Belitung Timur Tahun Dari gambar diatas, terlihat bahwa terjadi kecenderengan penurunan APK SD/MI dan APK SMP/MTS. Sedangkan APK SMA, meskipun nilainya dibawah 70%, namun memeiliki kecenderungan naik dalam 2 tahun terakhir pendataan. Untuk APK SD/MI, meskipun terjadi penurunan, namun tingkat partisipasi kasar masih diatas 100%. Yang menghawatirkan adalah tingkat partisipasi kasar dilevel SMP yang terus menerus turun dan berada diangka lebih rendah dari 60%. Oleh karenanya, peningkatan APK SMP menjadi prioritas untuk diintervensi. 149

166 Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun Sejak 2006, memang terlihat penurunan jumlah rasio guru terhadap kelas. Ini berarti jumlah guru tidak bertambah seiring dengan pertambahan jumlah kelas. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM Kab. Belitung Timur Tahun Indikator APM ditingkat SD masih berada dalam jangkauan yang cukup baik dengan nilai 93.65%. APM yang menghawatirkan berada pada jenjang pendidikan SMP dengan nilai yang terus menerus turun dari waktu ke waktu, serta besaran nilai dibawah 50%. Peningkatan APM SMP penting mendapatkan prioritas intervensi demikian pula untuk peningkatan besaran APM SMA yang masih dibawah 50%. 150

167 Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun Data yang ditampilkan pada grafik diatas menunjukan kecenderungan APM SMP/MTS yang terus menurun sejak tahun Meskipun terjadi penurunan rasio siswa/guru, akan tetapi penurunan tersebut masih dalam jangkauan yang optimal dari standar minimal jumlah rasio guru siswa. Penurunan indikator yang harus diperhatikan adalah pada rasio guru/kelas. Meskipun telah mengalami kenaikan pada tahun 2010, akan tetapi kenaikan tersebut belum mencapai rasio tertinggi yang pernah dimiliki oleh Belitung Timur yaitu sebesar

168 B. Prioritas Intervensi Wilayah Prioritas intervensi wilayah diperoleh dengan memetakan capaian indikator utama terhadap capaian indikator pendukung. Pemetaan ini akan lebih baik jika data tersedia sampai keunit administrasi wilayah yang paling kecil seperti kecamatan atau desa. Akan tetapi dengan keterbatasan ketersediaan data, maka yang akan ditampilkan dibawah ini adalah indikator ditingkat kabupaten/kota. Beberapa data yang ditampilkan dibawah ini merupakan kombinasi indikator-indikator yang membutuhkan perhatian. Sementara itu, kombinasi indikator utama dan indikator pendukung lainnya sudah cukup baik capaiannya dibandingkan dengan capaian pada kabupaten kota lainnya. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Terhadap Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung 2010 Pada tahun 2010, jika dipetakan capaian indikator utama APK SD/MI, dengan indikator pendukung Rasio Siswa/Kelas SD/MI maka akan diperoleh kesimpulan bahwa belitung Timur berada pada prioritas nomor 2 (warna kuning). 152

169 Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008 Grafik yang ditampilkan pada gambar diatas menggunakan data Penggunaan data tersebut karena untuk statistik indikator pendukung berasal dari data podes yang digali 3 tahun sekali dan tahun pendataan terakhir adalah 2011 sedangkan data indikator utama APK SMP tersedia data tahun terkahir Pada gambar tersebut, terlihat bahwa Belitung Timur berada pada prioritas kedua (diwakili oleh warna kuning), sedangkan prioritas pertama adalah Kab. Bangka Barat dan Kab. Bangka Selatan. 153

170 Jika kita membandingkan indikator yang berbeda yaitu APK SMP/MTS dengan Rasio Siswa/Guru SMP/MTS tahun 2010, maka kita akan melihat bahwa kembali Belitung Timur menjadi wilayah dengan prioritas penangangan ke 2 (warna kuning). Grafik tersebut terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung

171 Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung 2010 Jika dilihat capaian APM SMP/MTS terhadap capaian rasio siswa SMP/MTS antar kabupaten/kota se-bangka Belitung maka terlihat capaian Belitung Timur ada diposisi prioritas nomor 2. Gambar Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008 Dalam pemetaan indikator utama APM SMA/MA terhadap indikator pendukung jarak SMA/MA pada tahun 2008, maka posisi Belitung Timur berada pada prioritas 1 dan membutuhkan perhatian khusus. Data ini tentu memiliki kendala karena sejak 2008 ke 2011, banyak perubahan dan penyesuaian terhadap capaian indikator. 155

172 3.2.4 Bidang Infrastruktur Dasar A. Prioritas Intervensi Bidang Prioritas intervensi bidang infrastruktur dasar diperoleh dengan memperhatikan dinamika capaian beberapa indikator bidang dari waktu ke waktu. Indikator yang berada pada kecenderungan perkembangan negatif menunjukan pentingnya prioritas terhadap bidang tersebut diletakan. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Infrastruktur DasarKepulauan Bangka Belitung Tahun Dengan memperhatikan perbandingan kecenderungan antar indikator tersebut, tampak bahwa infrastruktur yang mendukung peningkatan akses air minum layak penting diprioritaskan. Hal ini ditunjukan dengan capaian yang secara kumulatif cenderung menurun dari waktu kewaktu. Disamping itu, indikator aksesibilitas pasar tradisional juga mengalami kecenderungan negatif dimana jarak akses masyarakat terhadap pasar tradisional cenderung meningkat dari beberapa waktu pendataan. 156

173 B. Prioritas Intervensi Wilayah Jika memperhatikan capaian 2 indikator proporsi RT dengan sanitasi layak dan proporsi RT dengan air minum layak yang dimiliki oleh kabupaten/kota se-bangka Belitung, dan kemudian dipetakan dalam bidang prioritas, maka akan diperoleh kesimpulan bahwa belitung Timur menjadi wilayah dengan prioritas permasalahan diperingkat 1 (satu) dibandingkan daerah lain. Prioritas tersebut diwakili oleh warna dimana warna merah menunjukan posisi prioritas nomor 1. Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung 2010 Gambar Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung

174 Pada gambar diatas, terlihat Belitung Timur menempati posisi prioritas pertama jika capaian Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik dibandingkan dengan Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum layak yang terdapat pada 7 kabupaten/kota se Bangka Belitung. Posisi yang sama juga diperoleh Belitung Timur untuk perbandingan capaian indikator Proporsi desa dengan akses jalan R4 terhadap aksesibilitas Pasar Tradisional. Warna merah pada penanda Kab. Belitung Timur berarti bahwa daerah ini menjadi prioritas pertama. Gambar Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Terhadap Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kepulauan Bangka Belitung

175 3.2.5 Bidang Ketahanan Pangan Dari simulasi terhadap data 4 indikator utama ketahanan pangan/ekonomi, terlihat bahwa pengendalian harga beras dan harga kebutuhan pokok memerlukan perhatian khusus. Ini terlihat dari data yang ada bahwa terjadi kenaikan dalam besaran yang sangat signifikan dalam 2 tahun terkahir. Kenaikan ini juga terjadi bahkan disaat terjadinya penurunan tingkat inflasi dari 10.51% menjadi 6.66%. pengendalian harga bahan makanan ini menjadi penting mengingat akan sangat mempengaruhi tingkat daya beli masyarakat. Gambar Analisis Prioritas Intervensi Bidang Ketahanan PanganKepulauan Bangka Belitung Tahun

176 BAB IV ANALISIS PENGANGGARAN Tinjauan anggaran belanja penanggulangan kemiskinan merupakan analisis terhadap alokasi dan manajemen anggaran belanja publik dalam bidang atau sektor yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Kebersesuaian alokasi anggaran akan memastikan terselenggaranya program/kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Analisis anggaran yang disusun dibawah ini didasarkan pada data pertanggungjawban ABPD Angka yang digunakan adalah angka realisasi anggaran. 4.1 Komposisi Anggaran Belanja Komposisi penerimaan daerah menunjukan proporsi sumber-sumber penerimaan daerah yang akan dimanfaatkan bagi pembiyaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan. Gambar Analisis Komposisi Penerimaan Daerah Kab. Belitung Timur Tahun Dari data komposisi penerimaan daerah diatas, terlihat bahwa pendapatan daerah yang paling besar masih didominasi oleh transfer pemerintah pusat ke daerah. Akan tetapi yang cukup menggembirakan adalah ditemukan fakta bahwa terjadi kecenderungan peningkatan PAD dari waktu kewaktu. Pada akhir tahun 2011, PAD daerah meningkat cukup baik menjadi lebih dari 55 Milyar Rupiah. Dengan melihat kecenderungan ini, maka sangat dimungkinkan untuk mendorong porsi pembiayaan yang lebih besar terhadap kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah. Dari anggaran yang tersedia, pemerintah kabupaten Belitung Timur mengalokasikan dana berdasarkan prioritas yang ditetapkan. Dalam menjalankan fungsi-fungsi yang diamanatkan, maka APBD dari tahun ke tahun dialokasikan dengan komposisi sebagai berikut: 160

177 Gambar Analisis Komposisi Belanja Daerah menurut Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun Pada gambar diatas terlihat bahwa proporsi terbesar dari APBD masih diserap untuk fungsi pelayanan umum. Namun demikian, dari rentang , alokasi belanja yang disediakan untuk fungsi pendidikan semakin besar. Visualisasi dinamika pergerakan persentase alokasi belanja ABPD ini diperlihatkan pada grafik berikut ini: Gambar Perbandingan Persentase Alokasi Belanja Berdasarkan Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun

178 4.2 Analisis Anggaran Belanja Sektoral Bidang Kemiskinan Pada bidang kemiskinan, analisis komposisi belanja diperoleh dari realisasi belanja dinas sosial tahun Pada tahun tersebut, Dinas sosial menggnakan 51% anggarannya untuk belanja barang dan jasa. Sedangkan 46% atau sebesar Rp 1,255,243, untuk belanja pegawai. Gambar Komposisi Belanja Anggaran Sosial Tahun Anggaran 2011 Menurut Jenis Program Yang Dibiayai Pada tahun 2011, realiasi belanja terbanyak dari instansi Dinas Sosial adalah diprogram Pelayanan Administrasi Perkantoran sebesar 23,33%, diikuti oleh Program Pembinaan Panti Asuhan dan Jompo, dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran

179 4.2.2 Bidang Ketenagakerjaan Data yang digunakan untuk menganalisa anggaran belanja bidang ketenagakerjaan adalah laporan realisasi APBD untuk Bidang Ketenagakerjaan pada Dinas Sosial. Komposisi belanja bidang ketenagakerjaan dipergunakan untuk Belanja Pegawai (49%) dan Belanja Barang dan Jasa (51%). Gambar Komposisi Belanja Anggaran ketenagakerjaan Tahun Anggaran 2011 Menurut Jenis Program Yang Dibiayai Sebagai salah satu urusan yang pelaksanaannya dibebankan kepada satu bidang di dinas sosial, maka tentu banyaknya program yang diselenggarakan terbatas. Dengan mengacu data realisasi APBD pada tahun 2011, maka hanya terdapat 4 kegiatan yang diselenggarakan pada tahun 2011 yang merupakan bagian dari salah satu program seperti diilustrasikan pada gambar dibawah ini. Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran 2011 Total belanja untuk urusan ketenagakerjaan APBD 2011 adalah Rp 526,136, sejumlah digunakan untuk pembiayaan program peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja, dan sisanya dipergunakan untuk program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan. 163

180 4.2.3 Bidang Kesehatan Jika dilihat dari komposisi belanja, maka komposisi belanja anggaran kesehatan yang paling besar digunakan untuk pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dan fasilitas penunjang lainnya sebesar Rp 13,021,600, Proporsi belanja pegawai hanya sebesar 30% dari keseluruhan anggaran yang digunakan. Gambar Komposisi Belanja Anggaran Kesehatan Tahun Anggaran 2011 Menurut Penyedia Layanan Penyelenggara layanan dapat dipisahkan menjadi 2 kelompok yaitu Pemerintah dan Non Pemerintah. Data penggunaan anggaran yang dikontribusikan oleh masyarakat dan swasta belum tercermin pada laporan ini dikarenakan ketersediaan data. Gambar Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran 2011 Dari keseluruhan alokasi APBD 2011 yang dibelanjakan oleh stakeholder kesehatan pemerintah, maka proporis terbesar digunakan oleh dinas kesehatan yang mencapai Rp 13,730,484, RSUD menggunakan porsi terbesar kedua dengan anggaran sebesar Rp. 7,117,431, fasilitas kesehatan lainnya menggunakan porsi sisa anggaran lainnya. 164

181 Menurut Jenis Program Yang Dibiayai Dalam struktur belanja anggaran kesehatan Tahun Anggaran 2011, belanja terbesar digunakan oleh Program Pelayanan Administrasi Perkantoran yang menggunakan 24.46% dari total keseluruhan anggaran atau sebesar Rp 6,806,886, Program tersebut terdapat pada semua unit penyelenggara kesehatan. Anggaran terbesar berikutnya adalah Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan yang menggunakan sebesar Rp 4,424,667, Gambar Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran Bidang Pendidikan Komposisi anggaran pada belanja kebutuhan pendidikan didominasi oleh belanja pegawai sebesar Rp 852,005, dari total anggaran Rp 1,776,966,

182 Gambar Komposisi Belanja Anggaran Pendidikan Tahun 2011 Menurut Penyedia Layanan Dari gambar dibawah ini, terlihat bahwa proporsi mayoritas anggaran pendidikan digunakan oleh dinas pendidikan sebesar 81% atau Rp 31,254,612, sedangkan sisanya sebesar Rp 7,218,051, dikelola oleh instansi lain baik sekolah maupun UPTD Pendidikan. Gambar Belanja Pendidikan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran 2011 Menurut Jenis Program Yang Dibiayai Gambar berikut menampilkan proporsi penggunaan anggaran berdasarkan program yang dibiayai. Program wajib belajar, program pelayanan admnistrasi perkantoran dan program pendidikan menengah mendominasi 83% pembiayaan disektor pendidikan. total anggaran yang diserap oleh 3 program tersebut mencapai Rp 32,023,582,

183 Gambar Belanja Pendidikan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran

184 4.3 Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Analisis efektivitas anggaran terhadap capaian penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melihat sejauhmana perubahan anggaran belanja berimplikasi pada perubahan capaian penanggulangan kemiskinan dalam indikator yang ditinjau Bidang Kemiskinan Pada bidang kemiskinan, perubahan anggaran belanja fungsi sosial terlihat tidak berdampak langsung pada 2 indikator yakni tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin. Akan tetapi berpengaruh terhadap penurunan indikator kedalaman dan keparahan kemiskinan. Hal ini bisa dipahami, karena berbagai bentuk alokasi anggaran fungsi sosial lebih ditujukan pada program kluster 1 kemiskinan. Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Sosial Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun

185 4.3.2 Bidang Ketenagakerjaan Dari gambar dibawah ini, jelas terlihat bahwa tingkat pengangguran terbuka tidak berkorelasi dengan alokasi anggaran di fungsi ketenagakerjaan. Penurunan anggaran dibidang ketenagakerjaan dalam 4 tahun terkahir tidak diikuti dengan peningkatan angka TPT. Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Ketenagakerjaan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun Bidang Kesehatan Pada bidang kesehatan, perubahan alokasi anggaran kesehatan secara umum terlihat berpengaruh pada capaian indikator kesehatan. Pada periode , terjadi peningkatan anggaran kesehatan yang berdampak pada perbaikan capaian beberapa indikator kesehatan pada masa itu. Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kesehatan Tahun Sumber data: Profil Kesehatan Kab. Belitung Timur 169

186 4.3.4 Bidang Pendidikan Pada bidang pendidikan, alokasi anggaran dari waktu kewaktu terus meningkat. Kewajiban dari undang-undang untuk mengalokasikan minimal 20% anggaran belanja mendorong pemerintah daerah untuk berlomba-lomba memperbaiki alokasi anggaran pendidikan. Di Kabupaten Belitung Timur, kenaikan anggaran bidang pendidikan tidak berpengaruh secara langsung terhadap kenaikan kinerja indikator secara umum. Misalnya pada indikator Angka Partisipasi Kasar, kenaikan anggaran terlihat berkorelasi hanya pada capaian ditingkat APK SMA/MA. Sementara itu APK pada jenjang yang lainnya tidak bergerak naik bahkan cenderung turun. Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APK Tahun

187 Pola yang sama terlihat juga pada capaian indikator APM. APM SMA/MA meningkat seiring bertambahnya alokasi anggaran pendidikan. Sementara itu, untuk APM pada level sekolah dasar dan sekolah menengah pertama tidak terlihat berkorelasi dengan kenaikan anggaran tersebut. Gambar Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APM Tahun

188 BAB V TARGET DAN PRIORITAS PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH 5.1 Target Intervensi Bidang/Sektoral Penyusunan target kinerja indikator ditingkat kabupaten memperhatikan berbagai standar yang telah diterapkan oleh pemerintah pusat dalam beberapa dokumen seperti Rencan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , Rencana Aksi Nasional (RAN) MDG s, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 129 Tahun 2004, Pedoman penentuan Standar Pelayanan Minimal Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001. Dari dokumen tersebut, diperoleh rangkuman target kinerja indikator sektor terkait isu kemiskinan sebagai berikut: Tabel Target beberapa indikator utama Sektoral dengan acuan Nasional Indikator Penangulangan Kemiskinan Kinerja Positif Batas Status Capaian Indikator kemiskinan dan ketenagakerjaan Indikator sektor kesehatan Tingkat kemiskinan Tingkat pengangguran Angka kematian bayi Angka kematian balita Angka kematian ibu melahirkan Prevalensi balita kekurangan gizi Lebih rendah atau sama dengan Lebih rendah atau sama dengan Lebih rendah atau sama dengan Lebih rendah atau sama dengan Lebih rendah atau sama dengan Lebih rendah atau sama dengan 8 % 5,4 % 24 per 1000 kelahiran hidup 32 per 1000 balita 118 per 1000 penduduk perempuan 15 % Indikator sektor pendidikan Indikator infrastruktur dasar Indikator ketahanan pangan Angka partisipasi kasar Angka partisipasi murni Angka melek huruf Angka putus sekolah Akses sanitasi layak Akses air minum layak Rasio elektrifikasi Perkembangan harga beras Perkembangan harga kebutuhan pokok utama Keterangan Status Capaian : = Sudah Tercapai = Belum Tercapai Lebih tinggi atau sama dengan 100 % Lebih tinggi atau 96 % sama dengan Lebih tinggi atau 100 % sama dengan Lebih rendah atau 5 % sama dengan Lebih tinggi atau 81,8 % sama dengan Lebih tinggi atau 75 % sama dengan Lebih tinggi atau 80 % sama dengan Menurun menurun Menurun menurun Dari evaluasi terhadap capaian masing-masing indikator yang ada di BAB II, dengan dasar publikasi BPS dan instansi terkait, maka bisa diperoleh kesimpulan bahwa baru terdapat 4 indikator yang mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan 11 indikator 172

189 lainnya belum mencapai target yang diharapkan. Akan tetapi, jika mengacu pada periodesasi RPJMN, maka masih terdapat waktu 2 tahun menuju tahun akhir pencapaian target yakni Selain dari himpunan dokumen tersebut, Bupati selaku pemegang kebijakan tertinggi ditingkat kabupaten juga menetapkan standar capaian terhadap kinerja sektor terkait penanggulangan kemiskinan. Beberapa target tersebut tercermin dari target kinerja yang terdapat pada dokumen RPJMD Kab. Belitung Timur dan arahan kebijakan bupati. Secara khusus, Bupati Belitung Timur telah menetapkan target capaian Tingkat Kemiskinan sebesar 6 %. Angka tersebut mengacu pada capaian awal tingkat kemiskinan Belitung Timur pada tahun 2010 pada awal periode kepemimpinan Bupati Belitung Timur Tahun yakni sebesar 10.36%. Tabel Target beberapa indikator utama Sektoral dengan acuan RPJMD dan Kebijakan Bupati Indikator Penangulangan Kemiskinan Kinerja Positif Batas Status Capaian Indikator kemiskinan Indikator sektor pendidikan Tingkat kemiskinan Angka Putus Sekolah (APS) SD/M Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA Keterangan Status Capaian : = Sudah Tercapai = Belum Tercapai Lebih rendah atau sama dengan Lebih tinggi atau sama dengan Lebih tinggi atau sama dengan Lebih tinggi atau sama dengan 6 % 0,15 % 0,80 % 1,75 % Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan diantaranya penyesuain secara bertahap terhadap beberapa dokumen perencanaan pembangunan mulai dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) , dan dokumen Rencana Strategis SKPD terkait yang sudah disusun pada periode anggaran tahun 2011 lalu. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan pada kegiatan review RPJMD yang akan dilakukan pada tahun

190 5.2 Prioritas Intervensi Bidang/Sektoral Keterbatasan kemampuan sumber daya baik sumber daya anggaran, sumber daya finansial dan lainnya menyebabkan ketidakmampuan pemerintah dalam melakukan semua hal pada satu periode waktu tertentu. Oleh karenanya, perlu ditetapkan sekelompok terbatas tugas yang menjadi prioritas. Skala prioritas ditetapkan berdasarkan sektor yang memperoleh capaian belum selaras dengan capaian nasional maupun target daerah. Sedangkan prioritas wilayah diidentifikasi berdasarkan capaian wilayah tertentu yang memiliki ketertinggalan dalam perkembangan indikator ukur. Kedua pendekatan ini dapat digunakan dalam menentukan penetapan alokasi baik anggaran maupun penentuan lokasi program. a. Analisis Prioritas Bidang Ketenagakerjaan dengan Kemiskinan Gambar Analisis Prioritas Indikator Kemiskinan Terhadap Capaian Tingkat Kemiskinan Dengan melihat perkembangan indikator ketenagakerjaan yang bergerak positif sejak tahun 2008 sampai dengan 2012 diatas sudah sejalan dengan penurunan tingkat kemiskinan. Dengan demikian, terlihat sektor ketenagakerjaan sudah berkontribusi positif terhadap jumlah penduduk miskin yang menunjukan bahwa isu kependudukan harus mendapatkan perhatian serius untuk memastikan gejala kenaikan jumlah penduduk miskin ini tidak berlangsung pada tahun-tahun berikutnya. b. Analisis Prioritas Bidang Kesehatan dengan Kemiskinan Pada grafik dibawah ini, terlihat kecenderungan penurunan tingkat kemiskinan pada periode berjalan seiring dengan peningkatan kualitas pada indikator kesehatan seperti AKB, dan AKI dalam tren 5 tahun terakhir. Hanya diisu Angka Kematian Balita, sejak tahun 2009 terjadi kenaikan yang membutuhkan perhatian khusus. Grafik dibawah ini bahkan menampilkan data pada tahun terjadi kenaikan lebih 3 x lipat angka kematian balita. Fenomena ini menghawatirkan dan dibutuhkan intervensi khusus untuk mengidentifikasi penyebab mendasar dari kasus tersebut. 174

191 Gambar Analisis Prioritas Bidang Kesehatan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan c. Analisis Prioritas Bidang Pendidikan dengan Kemiskinan Dibidang pendidikan, jenjang pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah ditingkat SMP/MTS. Pada level ini, terdapat kecenderungan penurunan pada indikator APK dan APM. Dipandang perlu untuk menggali lebih jauh untuk mecari sebab/akar masalah dari indikasi yang ada. 175

192 Gambar Analisis Prioritas Bidang Pendidikan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan Selain itu, ditingkat sekolah dasar (SD/MI), juga terjadi kecenderungan penurunan angka partisipasi kasar (APK). Sebagai tindakan antisipatif, maka dipandang perlu menggali lebih dalam tentang penyebab adanya penurunan dari angka partisipasi kasar tersebut. d. Analisis Prioritas Bidang Infrastruktur Dasar dengan Kemiskinan Dibidang pengembangan infrastruktur dasar, pada tahun terjadi penurunan terhadap capaian indikator utama seperti proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak dan proporsi rumah tangga dengan akses listrik. Khusus untuk indikator proporsi rumah tanga dengan air minum layak, meskipun terjadi peningkatan persentase aksesnya, namun berada pada nilai yang masih lebih rendah dari capaian yang pada periode capai. Kinerja indikator ini menjelaskan bahwa masih terdapat rumah tangga lama dan sekaligus semakin banyak rumah tangga baru yang belum memiliki akses terhadap layanan infrastruktur dasar. Dari beberapa indikator tersebut, Peningkatan Akses Terhadap Air Minum Layak menjadi yang paling penting dilakukan. 176

193 Gambar Analisis Prioritas Bidang Infrasturktur Dasar Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan 177

194 e. Analisis Prioritas Bidang Ekonomi dengan Kemiskinan Dibidang ekonomi, sejak tahun terjadi inflasi yang berada pada pola tidak terkendali walaupun dalam kecenderungan besaran inflasi yang terus menurun. Tingkat inflasi ini relevan dengan pergerakan indikator harga kebutuhan bahan pokok dan harga beras yang juga terus merangkak naik. Peningkatan harga beras dan harga kebutuhan pokok tentu berdampak langsung terhadap penurunan daya beli masyarakat miskin. Jika tidak mampu dikendalikan dengan baik, maka perkembangan indikator ekonomi ini tidak akan mendukung secara berkelanjutan terhadap penurunan tingkat kemiskinan kabupaten. Gambar Analisis Prioritas Bidang Ekonomi Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan 178

195 BAB VI RENCANA AKSI DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN PRINSIP UTAMA Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan mempertimbangkan empat prinsip utama penanggulangan kemiskinan yang komprehensif yaitu: (i) Perbaikan Dan Pengembangan Sistem Perlindungan Sosial; Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan miskin. Perlindungan sosial terdiri atas bantuan sosial dan sistem jaminan sosial. Bantuan sosial diberikan kepada mereka yang sangat rentan, seperti mereka yang hidup dalam kemiskinan absolut, cacat, lanjut usia, atau mereka yang hidup di daerah terpencil. Tingginya tingkat kerentanan menyebabkan tingginya kemungkinan penduduk menjadi miskin. Untuk mencegah semakin besarnya kemungkinan itu, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin. Di lain pihak, jaminan sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat dalam menghadapi goncangan (shocks) dalam kehidupan mereka, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana dan sebagainya. Sistem jaminan sosial yang efektif akan mengantisipasi kemungkinan individu atau masyarakat yang mengalami goncangan tersebut menjadi jatuh miskin. (ii) Peningkatan Akses Pelayanan Dasar; Prinsip kedua adalah meningkatkan akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Di sisi lain, peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital). Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin yang terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka panjang bidang ini efektif untuk mendorong penduduk miskin keluar dari kemiskinan. Kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang cukup sangat mungkin untuk tetap miskin sepanjang hidupnya. Selain pendidikan, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan kunci peningkatan investasi modal manusia. Status kesehatan yang lebih baik, akan meningkatkan produktivitas penduduk miskin dalam bekerja dan berusaha. Hal ini akan memperbesar peluang mereka memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak merupakan unsur penting dalam memperbaiki derajat kesehatan. Konsumsi air minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit. 179

196 (iii) Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin; Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin dalam rangka meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan. Dengan memperhatikan pemberdayaan masyarakat diharapkan upaya penanggulangan kemiskinan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat miskin di masing-masing daerah. (iv) Pembangunan Yang Inklusif. Pembangunan yang inklusif diartikan sebagai pembangunan yang melibatkan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan dampak penggandaan (multiplier effect) pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup dan pengurangan angka kemiskinan. Untuk mencapai kondisi tersebut, perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif di daerah. Diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan, termasuk kemudahan ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan. Selanjutnya UMKM harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian merupakan tempat dimana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan dan sektor pertanian dapat menjadikan pertumbuhan ekonomi berdampak pada penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan. Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berlainan. Perekonomian daerah ini pada gilirannya akan membentuk karakteristik perekonomian nasional, dan oleh sebab itu pengembangan ekonomi lokal penting untuk memperkuat ekonomi nasional. STRATEGI Mengacu kepada keempat prinsip utama di atas, penanggulangan kemiskinan atau percepatannya diupayakan dengan strategi : 1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; 2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin; 3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil; 4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. KEBIJAKAN Strategi penanggulangankemiskinan dilaksanakan melalui kebijakan umum, kebijakan pemenuhan hak dasar, kebijakan perwujudan keadilan dan kesetaraan gender dan kebijakan pengembangan wilayah mendukung pemenuhan hak dasar 180

197 Kebijakan Umum Secara umum landasaran bagi terselenggaranya berbagai kebijakan pemenuhan hak-hak dasar adalah terwujudnya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan usaha dan terbukanya kesempatan yang luas bagi peningkatan kapabilitas masyarakat miskin dengan empat tujuan yang saling berkaitan, yaitu menjaga stabilitas ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja dan mengurangi kesenjagan wilayah. Dengan stabilitas ekonomi akan meningkat kepastian berusaha yang merupakan syarakat utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui berbagai kebijakan yang diarahkan untuk mengembangkan investasi, meningkatkan produktifitas, memperluas perdagangan dan meningkatkan pembangunan infrastruktur. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan yang diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktifitas usaha dan meningkatkan produktifitas tenaga kerja. Dan pengurangan kesenjangan dilakukan melalui upaya mempercepat pembangunan diwilayah pinggiran. Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar Penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara singkat dan sekaligus karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat miskin dan keterbatasan sumberdaya untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar. Oleh sebab itu, kebijakan penanggulangan kemiskinan dipusatkan pada prioritas pemenuhan hak atas pangan, kesehatan dan KB, penddiikan, pekerjaan, perumahan, rasa aman dan partisipasi dengan memperhitungkan kemajuan secara bertahap. 1. Pemenuhan hak atas pangan Pemenuhan hak atas pangan bagi masyarakat miskin laki-laki dan perempuan dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada penyempurnaan sistem penyediaan dan distribusi pangan secara merata dengan harga terjangkau, (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kapasitas kelembagaan pendukung ketahanan pangan berbasis masyarakat, (3) Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan sistem kewaspadaan dini dalam gizi dan rawan pangan, (4) Meningkatkan perlindungan sosial melalui kebijakan yang diarahkan pada perlindungan dan jaminan kecukupan pangan pada kelompok yang rentan terhadap goncangan ekonomi, sosial dan bencana alam. 2. Pemenuhan hak atas pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) Pemenuhan hak dasar masyarakat miskin atas layanan kesehatan yang bermutu dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan investasi kesehatan guna menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, termasuk realokasi anggaran kesehatan, dan meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Menjamin perlindungan resiko akibat pengeluaran kesehatan bagi masyarakat miskin, (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat miskin, (3) Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan melalui kebijakan yang diarahkan pada upaya penanggulangan masalah kesehatan masyarakat miskin seperti TBC malaria, rendahnya status gizi dan akses pelayanan kesehatan reproduksi. 181

198 3. Pemenuhan hak atas pelayanan pendidikan Pemenuhan hak masyarakat miskin untuk memperoleh layanan pendidikan yang bebas biaya dan bermutu, tanpa diskriminasi gender dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar dengan memberikan bantuan khusus bagi keluarga miskin, tanpa diskriminasi gender, dan memperluas kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi bagi anak perempuan dan laki-laki yang berbakat dari keluarga miskin, (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan alternatif dan pelatihan bagi masyarakat miskin, (3) Meningkatkan perlindungan sosial bagi kelompok rentan melalui peningkatan sarana dan prasarana pendidikan khusus bagi anak dengan kemampuan berbeda (diffable), pekerja anak, anak jalanan, anak korban konflik dan bencana alam, tanpa diskriminasi gender. 4. Pemenuhan hak atas pekerjaan dan kesempatan berusaha Pemenuhan hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang layak dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan akses masyarakat miskin terhadap kesempatan kerja dan mengembangkan usaha, dan arah kebijakan dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan kelembagaan masyarakat miskin untuk meningkatkan akses terhadap kesempatan dan perlindungan kerja, (3) Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan kerja, (4) Meningkatkan perlindungan sosial melalui kebijakan yang diarahkan pada perlindungan pekerja untuk menjamin keberlangsungan, keselamatan dan kemanan kerja. 5. Pemenuhan hak atas perumahan Pemenuhan hak masyarakat miskin atas perumahan yang layak dan sehat dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan akses masyarakat miskin terhadap perumahan, permukiman, dan sanitasi, (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan forum lintas pelaku untuk menyelesaikan masalah permukiman bagi masyarakat miskin, (3) Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat miskin tentang pentingnya rumah dan sanitasi yang sehat, (4) Meningkatkan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan mekanisme relokasi permukiman ke tempat yang layak, aman, dan sehat, serta mencegah penggusuran tanpa ada kompensasi. 6. Pemenuhan hak atas air bersih, sanitasi, dan lingkungan hidup yang baik dan sehat Peningkatan akses masyarakat miskin atas air bersih, sanitasi dan lingkungan hidup yang baik dan sehat dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan perlindungan terhadap sumberdaya air dan jaminan akses masyarakat miskin ke air bersih dan sanitasi, (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan peranserta lembaga dan organisasi masyarakat lokal dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya air, (3) Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan pengetahuan masyarakat miskin mengenai pengelolaan sumberdaya air dan sanitasi layak, 182

199 (4) Meningkatkan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan mekanisme penyediaan air bersih bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin yang tinggal di wilayah rawan air. (5) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan akses masyarakat miskin dalam pengelolaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang adil dan berkelanjutan, (6) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peran serta organisasi dan lembaga masyarakat adat/lokal dalam pengelolaan SDA dan LH, (7) Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan melalui kebijakan yang diarahkan pada pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan SDA dan LH yang berkelanjutan, (8) Meningkatkan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan mekanisme perlindungan bagi masyarakat miskin dari dampak bencana alam. 7. Pemenuhan hak atas pelayanan administrasi kependudukan Upaya memenuhi hak atas pelayanan administrasi kependudukan masyarakat miskin dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kemudahan layanan administrasi kependudukan dari berbagai aspek seperti biaya, prosedur dll, (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam dukungan penyelenggaraan layanan administrasi kependudukan yang mudah, serta (3) Meningkatkan perlindungan sosial bagi kelompok rentan melalui peningkatan sarana dan prasarana layanan khusus seperti masyarakat miskin di wilayah terpencil. 8. Pemenuhan hak untuk berpartisipasi Upaya peningkatan kemampuan dan partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan publik dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada perluasan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap sistem dan mekanisme perencanaan dan penganggaran program pembangunan, dan memperluas aksesibilitas masyarakat miskin terhadap perencanaan dan pengelolaan tata ruang wilayah, serta (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada pelembagaan partisipasi publik. Kebijakan Peningkatan Keadilan Dan Kesetaraan Gender Upaya untuk menurunkan kesenjangan gender yang mengakibatkan terjadinya kemiskinan dan pemiskinan perempuan lebih parah dari laki-laki dan menjamin penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar perempuan sama dengan laki-laki. Upaya tersebut dilakukan dengan: (1) Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan kebijakan responsif gender, pemantauan terhadap tindak kekerasan berbasis gender, peningkatan alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan dan untuk peningkatan kesejahteraan perempuan dimasyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan, penguatan lembaga dan organisasi perempuan, serta pengembangan sistem pendataan berdasarkan jenis kelamin dengan pengembangan metodologi pendataan yang sensitif gender dimasing-masing sektor dan bidang. (2) Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan, penguatan lembaga dan organisasi perempuan, serta pengembangan sistem pendataan berdasarkan jenis kelamin dengan pengembangan motodologi pendataan yang sensitif gender. 183

200 Kebijakan Pengembangan Wilayah Kebijakan pembangunan wilayah ditujukan untuk mendukung penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak masyarakat diwilayah pinggiran, perkotaan dan pulau-pulau terpencil. Kebijakan yang akan dilakukan adalah: 1. Percepatan pembangunan wilayah perdesaan Upaya untuk memperluas kesempatan masyarakat miskin perdesaan baik laki-laki maupun perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasar dilakukan dengan: (1) Peningkatan pembangunan prasarana transportasi, telekomunikasi dan listrik, (2) Pengembangan pusat layanan informasi perdesaan, (3) Pengembangan industri perdesaan, serta (4) Peningkatan kemampuan pemerintah dan masyarakat desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. 2. Percepatan pembangunan wilayah perkotaan Upaya dalam memperluas kesempatan masyarakat miskin perkotaan baik laki-laki maupun perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasar dilakukan dengan: (1) Penyediaan tempat dan ruang usaha bagi masyarakat miskin, (2) Pengembangan lingkungan permukiman yang sehat dengan melibatkan masyarakat, (3) Penghapusan berbagai aturan yang menghambat pengembangan usaha, (4) Pengembangan forum lintas pelaku, (5) Peningkatan akses masyarakat kota terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, serta peningkatan rasa aman dari tindak kekerasan. 3. Percepatan pembangunan ekonomi kelautan dan kawasan pesisir Upaya dalam memperluas kesempatan masyarakat miskin kawasan pesisir dalam pemenuhan hakhak dasar dilakukan dengan: (1) Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan petani ikan kecil, (2) Penguatan lembaga dan organisasi masyarakat nelayan, (3) Peningkatan dalam pemeliharaan daya dukung serta mutu lingkungan pesisir dan kelautan, serta (4) Peningkatan keamanan berusaha bagi nelayan serta pengamanan sumberdaya kelautan dan pesisir dari pencurian pihak asing. 4. Percepatan pembangunan pulau-pulau terpencil Upaya dalam memperluas kesempatan bagi masyarakat miskin yang berada di wilayah tertinggal dalam pemenuhan hak-hak dasar dilakukan dengan: (1) Pembangunan prasarana dasar listrik, transportasi, jalan, air bersih, telekomunikasi dan informasi, (2) Pengembangan ekonomi lokal bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam, budaya, adat istiadat dan kearifan lokal secara berkelanjutan, serta (3) Peningkatan perlindungan terhadap aset masyarakat lokal. Dengan memperhatikan arah kebijakan diatas dan hasil Rapat Kerja Kelompok Program TKPK Tahun 2012, maka disusunlah Rencana Aksi Daerah dalam kurun waktu sebagai berikut : 184

201 RENCANA AKSI DAERAH Kelompok Program Cluster 1 : Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga No Kebijakan Unggulan Program Kegiatan SKPD Pengelola Meningkatkan perlindungan sosial melalui kebijakan yang diarahkan pada perlindungan dan jaminan kecukupan pangan pada kelompok yang rentan terhadap goncangan ekonomi, sosial dan bencana alam Program Perbaikan gizi Program Perbaikan gizi Pagu Indikatif (Rp) Pemberian Tambahan Makanan dan Vitamin Dinas Kesehatan 173 Jt 190 Jt 210 Jt Perbaikan gizi masyarakat Dinas Kesehatan 117 Jt 129 Jt 142 Jt 3. Program pelayanan & rehabilitasi kesejahteraan sosial Rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan Dinsosnakertrans/ DPPKAD 200 Jt 200 Jt 200 Jt 4. Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan investasi kesehatan, dan Pendidikan dengan memberikan insentif atas investasi pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin Program Keluarga harapan Daerah Keluarga Pelangi Dinsosnakertrans 2,2 M 2,9 M 3 M Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan investasi kesehatan guna menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, termasuk realokasi anggaran kesehatan, dan meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Menjamin perlindungan resiko akibat pengeluaran kesehatan bagi masyarakat miskin Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Program Keluarga Berencana Program Keluarga Berencana Kemitraan Asuransi Kesehatan Masyarakat Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan Lansia Penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga miskin Bhakti Kesatuan Gerak PKK KB Kes Dinas Kesehatan 4,351 M 4,753 M 5,228 M Dinas Kesehatan 13 Jt 14 Jt 14 Jt Badan KBPP 87 Jt 95,7 Jt 105,27Jt Badan KBPP 60 Jt 66 Jt 72,6 Jt 9. Program Keluarga Berencana Pembinaan Keluarga Berencana Badan KBPP 460 Jt 506 Jt 556,6 Jt 185

202 No Kebijakan Unggulan Program Kegiatan SKPD Pengelola Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar dengan memberikan bantuan khusus bagi keluarga miskin, tanpa diskriminasi gender, dan memperluas kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi bagi anak perempuan dan laki-laki yang berbakat dari keluarga miskin Meningkatkan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan mekanisme relokasi permukiman ke tempat yang layak, aman, dan sehat, serta mencegah penggusuran tanpa ada kompensasi Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kemudahan layanan administrasi kependudukan dari berbagai aspek seperti biaya, prosedur, dll Program Pendidikan Wajib Belajar Sembilan Tahun Program Pendidikan Menengah Program Pendidikan Wajib Belajar Sembilan Tahun Program Pendidikan Wajib Belajar Sembilan Tahun Program Pendidikan Menengah Program Perumahan Pembangunan Program Penataan administrasi Kependudukan Penyediaan Biaya Operasional SD/MI/SDLB dan SMP/MTS Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Menengah Kegiatan Penyelenggaraan Paket A Setara SD Kegiatan Penyelenggaraan Paket B Setara SMP Kegiatan Penyelenggaraan Paket C Setara SMU Pembangunan Rumah Tinggal Layak Huni Pagu Indikatif (Rp) Dinas Pendidikan 1,004 M 1,104 M 1,210M Dinas Pendidikan 3,015 M 3,316 M 3,647 M Dinas Pendidikan 13 Jt 14 Jt 15 Jt Dinas Pendidikan 17Jt 18 Jt 19 Jt Dinas Pendidikan 52,545 Jt 58 Jt 64 Jt Dinas PU 1,2 M 1 M 1 M Implementasi Sistem administrasi Kependudukan Disdukcapil 105 Jt 115 Jt 125 Jt 186

203 No Kebijakan Unggulan Program Kegiatan SKPD Pengelola Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan, penguatan lembaga dan organisasi perempuan, serta pengembangan sistem pendataan berdasarkan jenis kelamin dengan pengembangan motodologi pendataan yang sensitif gender Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat miskin Program Peningkatan Peran Serta Dan Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan Program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Bimbingan Manajemen Usaha Bagi Perempuan Dalam Mengelola Usaha Penyuluhan dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Pagu Indikatif (Rp) Badan KPPP 60 Jt 66 Jt 72,6 Jt Dinsosnakertrans 20 Jt 50 Jt 50 Jt 187

204 Kelompok Program Cluster 2 : Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat No Kebijakan Unggulan Program Kegiatan SKPD Pengelola Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan forum lintas pelaku untuk menyelesaikan masalah permukiman bagi masyarakat miskin Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada pelembagaan partisipasi publik Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada perluasan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap sistem dan mekanisme perencanaan dan penganggaran program pembangunan, dan memperluas aksesibilitas masyarakat miskin terhadap perencanaan dan pengelolaan tata ruang wilayah memberdayakan kelembagaan masyarakat Memperluas kesempatan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan akses masyarakat miskin terhadap perumahan, permukiman, dan sanitasi Program Keberdayaan Perdesaan Program Keberdayaan Pedesaan Peningkatan Masyarakat Peningkatan Masyarakat Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa Program Pembangunan Infrastrukture Pedesaan Program Pembangunan Infrastrukture Pedesaan Program Pembangunan Infrastrukture Pedesaan Pemberdayaan Masyarakat Berdayaguna Terpadu Pelangi Pemberdayaan lembaga dan organisasi masyarakat perdesaan Pembinaan kelompok masyarakat pembangunan desa Pembangunan/Peningka tan Jalan Lingkungan / Jalan Setapak Pembangunan/Peningka tan Jalan dan Jembatan Desa Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Pedesaan Pagu Indikatif (Rp) BPMPD - 2 M 5 M BPMPD 354 Jt 389 Jt 428 Jt BPMPD 60 Jt 66 Jt 72 Jt Dinas PU 2 M 3,850 M 4 M Dinas PU 35,75 M 70 M 70 M Dinas PU 10.6 M 11,6 M 128,2 M 188

205 Kelompok Program Cluster 3 : Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro Dan Kecil No Kebijakan Unggulan Program Kegiatan SKPD Pengelola Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan kelembagaan masyarakat miskin untuk meningkatkan akses terhadap kesempatan dan perlindungan kerja Memberdayakan kelembagaan masyarakat melalui kebijakan yang diarahkan pada pengembangan kelembagaan masyarakat miskin untuk meningkatkan akses terhadap kesempatan dan perlindungan kerja Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin yang dilakukan melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan kerja Program perkuatan permodalan bagi koperasi, usaha mikro dan kecil Program Pengembangan Sistem Pendukung Usahah Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Program Pengembangan Sistem Pendukung Usahah Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah Program penciptaan iklim dan pengembangan industri usaha kecil dan menengah yang kondusif Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi Program Peningkatan Kualitas Dan Produktivitas Tenaga Kerja Program Perlindungan & Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Pinjaman Bergulir UMKM Disperindagkop /DPPKAD Pagu Indikatif (Rp) M 4,4 M 4,84 M Pengembangan klaster bisnis Disperindagkop 747 Jt 822 Jt 903 Jt Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro kecil menengah Disperindagkop 451 Jt 496 Jt 545 Jt Fasilitasi pengembangan usaha kecil menengah Disperindagkop 143 Jt 157 Jt 173 Jt Pelatihan manajemen pengelolaan Koperasi Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Bagi Pencari Kerja Disperindagkop 43 Jt 47 Jt 52 Jt Dinsosnakertrans 179 Jt 243 Jt 250 Jt Sosialisasi ketenagakerjaan Dinsosnakertrans 50 Jt 125 Jt 125 Jt 189

206 Kelompok Program Cluster 4 : Program Penanggulangan Kemiskinan Sektoral No Kebijakan Unggulan Program Kegiatan SKPD Pengelola Peningkatan pembangunan prasarana transportasi, telekomunikasi dan listrik Pembangunan prasarana dasar listrik, transportasi, jalan, air bersih, telekomunikasi dan informasi Peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan dan petani ikan kecil pesisir, Penguatan lembaga dan organisasi masyarakat nelayan Penyediaan tempat dan ruang usaha bagi masyarakat miskin Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenaga listrikan Program Pembinaan Dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan Program Peningkatan Produksi hasil Peternakan Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Program Pengembangan Sumberdaya Manusia, Peningkatan Manajemen Kelautan dan Perikanan Program pengembangan SDM peningkatan manajemen kelautan dan perikanan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Program Pengendalian pencemaran dan perusakan LH Pagu Indikatif (Rp) Pembangunan Jaringan Listrik Pedesaan DPE 1,982 M 2,810 M 2,398 M Pengadaan PLTS Keg. Pendistribusian Bibit Ternak kepada Masyarakat Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan Penyuluhan/sosialisasi Kelautan dan Perikanan DPE 682 Jt 750 Jt 825 Jt Distanhut 599 Jt 682 Jt 82 Jt Distanhut 4,564 M 2 M 2 M DKP 105 Jt 110 Jt 115 Jt Pelatihan Kelautan Perikanan DKP 233 Jt 250 Jt 270 Jt Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Revegetasi lahan kritis BLHD 106 Jt 115 Jt 121 Jt BLHD 357 Jt 375 Jt 393 Jt 190

207 Perkiraan anggaran penanggulangan kemiskinan perlu disusun dengan menggunakan data dan informasi yang lengkap dan akurat, dan mengacu pada kerangka ekonomi makro. Dengan berbagai keterbatasan data dan informasi, rencana anggaran untuk pemenuhan hak-hak dasar masih bersifat sementara dan akan dilakukan perubahan. 191

208 BAB VII PENGUATAN KELEMBAGAAN DALAM PELAKSANAAN SPKD 7.1 Tinjauan Kelembagaan yang Berjalan Format Kelembagaan Salah satu fungsi TKPK dalam pengendalian pelaksanaan programpenanggulangan kemiskinan adalah mengendalikan kegiatan pemantauan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh SKPD terkait. Dalam kendali TKPK, pemantauan yang dilakukan oleh SKPD terkait diharapkan dapat diperoleh secara berkala informasi tentang kinerja realisasi pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan setiap program. Dengan demikian TKPK dapat berperan membantu perbaikan proses pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah. Di samping itu, hasil pemantauan dapat berguna bagidaerah yang bersangkutan dalam menentukan intervensi kebijakan daerahuntuk mendukung efektivitas program yang sedang berjalan. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Bupati Belitung Timur pada tanggal 29 Februari 2012 telah mengeluarkan Keputusan Bupati Belitung Timur Nomor /69 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Belitung Timur. Melalui Surat Keputusan Bupati tersebut, maka Tim yang dibentuk diberi amanat untuk melakukan tugas sebagai berikut: a. Melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan b. Mengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan Penetapan tentang tugas dan fungsi TKPK pada keputusan bupati tersebut disesuaikan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri 42 Tahun 2010 yang mengamanatkan fungsi-fungsi sebagai berikut: a. pengoordinasian penyusunan SPKD Kabupaten/Kota sebagai dasar penyusunan RPJMD Kabupaten/Kota di bidang penanggulangan kemiskinan; b. pengoordinasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rencana strategis SKPD; c. pengoordinasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rancangan RKPD; d. pengoordinasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rencana kerja SKPD; dan e. pengoordinasian evaluasi pelaksanaan perumusan dokumen rencana pembangunan daerah bidang penanggulangan kemiskinan. f. pengendalian pemantauan, supervisi dan tindak lanjut terhadap pencapaian tujuan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah; g. pengendalian pemantauan pelaksanaan kelompok program penanggulangan kemiskinan oleh SKPD yang meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi; h. penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program dan atau kegiatan program penanggulangan kemiskinan secara periodik; i. pengendalian evaluasi pelaksanaan program dan atau kegiatan penanggulangan kemiskinan; j. pengendalian penanganan pengaduan masyarakat bidang penanggulangan kemiskinan; dan k. penyiapan laporan pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan kemiskinan kepada Bupati/Walikota dan TKPK Provinsi. Adapun struktur TKPK yang diamanatkan oleh SK tersebut adalah sebagai berikut: 192

209 1 Gambar Struktur Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kab. Belitung Timur Tahun Anggaran 2012 PENANGGUNG JAWAB BUPATI BELTIM KETUA WAKIL BUPATI BELTIM WAKIL KETUA SEKRETARIS DAERAH SEKRETARIS KEPALA BAPPEDA DAN PM WAKIL SEKRETARIS KEPALA BPMPD KELOMPOK PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU BERBASIS KELUARGA KETUA ASISTEN BIDANG PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH WAKIL KETUA KEPALA DINSOSNAKERTRANS ANGGOTA Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan Kepala Bagian Sosial Setda Kepala Dinas Kesehatan Kabid. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan pada DKP Kabid. Ketahanan Pangan pada Distanhut Kabid. Penanggulangan Bencana Bantuan dan KELOMPOK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KETUA KEPALA BPMPD WAKIL KETUA KEPALA DINAS PU ANGGOTA Staf Ahli Bupati Bid. Hukum dan politik Kepala BLHD Kepala Distanhut Kepala DKP Kepala Disbudpar Kepala Dindik Ketua MUI Kab.Beltim KPGI Kab.Beltim SEKRETARIAT KEPALA SEKRETARIS BAPPEDA DAN PM WAKIL KEPALA KEPALA BIDANG EKOSOSBUD ANGGOTA Kasubbid Ekonomi Bidang Ekososbud Kasubbid Sosbud Bidang Ekososbud POKJA PRNDATAAN DAN INFORMASI KETUA KEPALA BPS WAKIL KETUA KEPALA BIDANG DATA DAN LITBANG ANGGOTA Kepala Kantor Arsip, Perpustakaan dan Dokumentasi Kabid. Penyerasian Kebijakan dan Teknologi Informasi pada Dinas Dukcapil Kabid Telkomunikasi dan Informasi pada Dinas Perhubungan Kabid Kelembagaan Data dan Informasi KELOMPOK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI MIKRO DAN KECIL KETUA ASISTEN BIDANG EKBANG SETDA WAKIL KETUA KEPALA DISPERINDAGKOP ANGGOTA Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi dan Keuangan Setda Bank Sumsel Babel Cab. Manggar BRI Cabang Manggar Bank Mandiri cabang manggar Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kepala Badan KB dan PP Kabid Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan pada Dinsosnakertrans POKJA PENGEMBANGAN KETUA KEPALA DPPKAD WAKIL KETUA KEPALA BAGIAN EKONOMI PEMBANGUNAN SETDA ANGGOTA Kepala Cabang Bank BRI Manggar Kepala Bank Sumsel Babel Capem Manggar Kepala Bank Mandiri Capem Manggar Pimpinan PT Timah (Persero) Tbk KELOMPOK PROGRAM PROGRAM LAINNYA KETUA KEPALA DINAS TATA KOTA, KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN WAKIL KETUA SEKRETARIS BPMPD ANGGOTA Kepala Dinas Perhubungan Kepala Dinas Dukcapil Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kepala Kantor Arsip, Perpustakaan dan Dokumentasi Kepala Kantor Kesbangpol Kepala Bidang Fisik dan Prasarana pada POKJA PENGADUAN MASYARAKAT KETUA SEKRETARIS INSPEKTORAT WAKIL KETUA KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DAN USAHA EKONOMI ANGGOTA -Kepala Bagian Humas Setda TIM TEKNIS TKPK KABUPATEN BELITUNG KETUA KEPALA BAPPEDA DAN PM WAKIL KETUA KEPALA BIDANG EKOSOSBUD BAPPEDA DAN PM ANGGOTA Kepala Bagian Hukum Setda Kabid Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan DKP Kabid Ketahanan Pangan Distanhut Kabid Bina Program Dinas Kesehatan Kasubbag. Otonomi Daerah Bagian Tata Pemerintahan Setda Kasi. Sarana dan Prasarana Dinas Tata Kota, Kebrsihan dan Pertamanan Staf Bidang Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan DKP Staf Bidang Koperasi dan UKM Disperindagkop 193

210 7.1.2 Pelaksanaan Koordinasi Koordinasi penanggulangan kemiskinan dibutuhkan dalam menggalang sinergi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Kegiatan yang diselenggarakan untuk memfasilitasi koordinasi tersebut adalah : A. Koordinasi Internal Kabupaten 1. Rapat Koordinasi TKPK Rakor I ini mengagendakan sosialisasi paradigma pembangunan Pro Masyrarakat Miskin (Pro Poor), kebijakan penanggulangan kemiskinan pemerintah pusat, dan Kebijakan koordinasi penanggulangan kemiskinan Kabupaten Belitung Timur. Rakor II akan diselenggarakan pada bulan Desember dengan agenda penyampaian LP2KD 2012 dan Komitemen bersama pelaksanaan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). 2. Rapat Kelompok Kerja Rapat Kelompok Kerja Data dan Informasi diselenggarakan pada tanggal 7 Juni 2012, merupakan rapat tim terbatas yang diselenggarakan untuk mengkaji kebijakan pendataan dan penetapan sasaran penanggulangan kemiskinan yang berjalan. Pada tanggal 20 November dilakukan Rapat Kerja Bersama Pokja Data & Informasi dan Pokja Pengaduan Masyarakat. Rapat ini ditujukan untuk membahas kesiapan pelaksanaan Kebijakan penetapan sasaran Terpadu yang akan efektif diberlakukan bagi semua program penanggulangan kemiskinan di Tahun Anggaran Rapat Kelompok Program Rapat kelompok program diselenggarakan mulai tanggal agustus Rapat ini disusun dalam penjadwalan yang membagi peserta rapat kedalam 4 kelompok rapat pada waktu yang berbeda-beda. Pengelompokan ini didasarkan pada keterkaitan SKPD pada 4 kluster program penanggulangan kemiskinan. Pada masing-masing kelompok program dibahas tentang usulan program dan kegiatan yang akan dikelola oleh masing-masing SKPD. 4. Diskusi Grup Terarah (Focus Group Discussion- FGD) Dalam rangka penyunan Rancangan Peraturan Daerah Penangulangan Kemiskinan, TKPK memfasilitasi FGD beberapa kelompok masyarakat diantaranya: FGD dengan Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan Diselenggarakan pada tanggal 2 Mei 2012 FGD dengan Tenaga Kerja Swadaya Masyarakat (TKSM) Diselenggarakan pada tanggal 9 Agustus 2012 FGD dengan Perwakilan kecamatan PNPM Mandiri Pedesaan Diselenggarakan pada tanggal 13 Agustus 2012 FGD dengan Tim Tekhnis Penyusun SPKD Diselenggarakan pada 14 Agustus Rapat bersama Kelompok Kerja Data & Infmormasi dan Pokja Pengaduan Masyarakat. Rapat diselenggarakan pada tanggal 20 November Rapat ini ditujukan untuk memformulasikan mekanisme pengaduan masyarakat dan membahas mengenai protokol pengelolaan dan verifikasi data PPLS 2011 untuk kepentingan pelaksanaan program Tahun Anggaran Partisipasi dan fasilitasi dan keikutsertaan dalam kegiatan lainnya 194

211 Fasilitasi dan narasumber pada kegiatan PKH Fasilitasi dan narasumber pada kegiatan PNPM Pedesaan Fasilitasi dan narasumber pada kegiatan PNPM Perkotaan Fasilitasi dan narasumber pada kegiatan pertemuan bulanan TKSM Kegiatan tersebut dilakukan untuk menjembatani komunikasi SKPD lintas sektor dan menfasilitasi serta menampung aspirasi dari elemen masyarakat. B. Koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Koordinasi dengan TKPK Provinsi Bangka Belitung dilakukan dengan keikutsertaan pada agenda-agenda koordinatif penanggulangan kemiskinan sebagai berikut: Pelatihan Tim Tekhnis TKPK (2-3 Mei 2012) Workshop Pengawasan dan Pengendalian PNPM Mandiri Perkotaan (5-6 November 2012) Pendampingan pada konsinyasi Penyunan Draft SPKD Kabupaten (18-19 Oktober 2012) C. Koordinasi di Tingkat Pusat Koordinasi ditingkat pusat ditujukan untuk memperbaharui pemahaman tentang kebijakan nasional/provinsi yang disusun terkait dengan isu penanggulangan kemiskinan. Disamping itu koordinasi dilakukan untuk menjembatani kebutuhan akan pendampingan dari berbagai fasilitator dan ahli dipusat. Magang Tim Tekhnis TKPK (16 17 Juli 2012) Rapat Koordinasi Tekhnis (Rakornis) TKPK (11 12 September 2012) Selain dari pertemuan formal diatas, koordinasi dengan lembaga pemerintahan ditingkat pusat juga dilakukan secara informal melalui komunikasi via atau telepon. Beberapa hal yang didiskusikan diantaranya tentang kesiapan penerapan kebijakan database terpadu untuk meningkatkan kulaitas ketepatan sasaran Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Dalam menyelenggarakaan tugas koordinasinya, TKPK kabupaten Belitung Timur mengalami kendala sebagai berikut: A. Permasalahan Umum 1. Landasan Hukum Proses Dan Aktfitas Penanggulangan Kemiskinan Pada tahun 2011, belum disusun landasan hukum berupa peraturan daerah yang memperkuat dan memperjelas bagaimana pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan diselenggarakan. Oleh karenanya, koordinasi penanggulangan kemiskinan masih merujuk langsung pada peraturan lebih tinggi tanpa ada landasan hukum khusus yang bersifat operasional dan mengikat sinergi lintas sektor ditingkat kabupaten. 2. Belum Tersusunnya Perencanaan Strategis Penanggulangan Kemiskinan (SPKD) Keberadaan SPKD menjadi penting mengingat dokumen tersebut adalah acuan khusus bagi implementasi kebijakan penanggulangan kemisinan. Keberadaan dokumen tersebut diharapkan mampu memadukan dan menajamkan kerja kolektif berbagai instansi yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan. 3. Belum Tersosialisasinya Dengan Baik Keberadaan Kelembagaan TKPK Peran dan fungsi TKPK akan kurang efektif jika kelembagaan TKPK belum tersosialisasikan dengan baik. Ini menyebabkan fungsi koordinasi yang diselenggarakan ditahap awal lebih difokuskan pada usaha untuk memperkenalkan kelembagaan TKPK, baik struktur, tugas, fungsi dari masing 195

212 masing personel yang terlibat. Sementara harmonisasi dan berjalannya fungsi kelompok kerja dan kelompok program masih terbatas. 4. Ego Sekotral Masih terdapat paradigma yang menganggap bahwa penanggulangan kemiskinan adalah tanggungjawab sektoral, sehingga berbagai program yang dilakukan hanya ditujukan untuk mememenuhi target dan indikasi sektor. Peran TKPK diharapkan mengubah anggapan keliru ini. Penanggulangan kemiskinan diharapkan agar lebih terpadu dengan mengedepankan prioritas kolektif. 5. Keterpaduan Sasaran Sasaran yang berbeda antar sekor berpotensi mengurangi efektiftas penanggulangan kemiskinan. Dari aspek koordinasi dan pengukuran capaian, Penetapan sasaran yang dilakukan secara sektoral menyulitkan dalam pengukuran tingkat keberhasilan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan. B. Permasalahan internal TKPK 1. Kekurangan SDM Ditingkat sekretariat TKPK, belum tersedia SDM yang dibekali kemampuan dan pengetahuan khusus untuk menjawab kebutuhan koordinasi penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya, pengkaderan dan penguatan SDM menjadi prioritas pada tahun Pendanaan sekretariat Belum terdapat alokasi/pos anggaran khusus sekretariat TKPK dan pendaaan bagi operasional TKPK. Pendanaan ini menjadi penting dalam rangka mendorong kecukupan sumberdaya terhadap berbagai kegiatan yang akan diselenggarakan oleh TKPK. 3. Keterbatasan ketersediaan data Indikator sebagai alat evaluasi capaian Ketersediaan data beberapa indikator kemiskinan dihadapkan pada 3 masalah, yaitu: Jumlah indikator yang terbatas Semakin banyak indikator yang tersedia, maka akan semamkin membantu melakukan identifikasi permasalahan Rentang/jangkauan waktu yang pendek Semakin lama deret waktu data indikasi, maka akan semakin memberikan gambaran tentang dinamika capaian dan pemodelan masalah yang telah diambil. Tingkat kedalaman yang masih berada dilevel indikator kabupaten semakin unit lokus analisis tersedia, misalnya sampai ketingkat desa, maka semakin mudah mengidentifikasi titik permasalahan berada dan mencarikan solusi dalam rangka penentuan prioritas wilayah. Berbagai upaya yang telah dilakukan pada tahun 2012 tentu akan berdampak dengan lebih efektifnya kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang akan diselenggarakan pada tahun 2013 mendatang. Usaha penyelesaian tantangan diatas yang telah dilakukan pada tahun 2012 seperti penyusunan payung hukum, penyusunan dokumen perencanaan strategis, sosialisasi keberadaan TKPK, pengarusutamaan isu kemiskinan, Pendanaan sekretariat, penguatan SDM, penyusunan kebijakan keterpaduan antar sektor diharapkan mampu meningkatkan percepatan penanggulangan kemiskinan. 196

213 7.2 Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan Penguatan kelembagaan TKPK dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: Penyesuaian Struktur Kelembagaan Untuk mengoptimalisasikan kinerja TKPK, maka dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap strukur kelembagaan yang ada. Format yang terlalu besar menjadi kurang efektif karena akan kesulitan koordinasi. Penyesuaian ini akan dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 tahun 2010 dan melakukan modifikasi sesuai kebutuhan dari waktu kewaktu. Aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam Keanggotaan TKPK Kabupaten adalah keterlibatan dari berbagai unsur lintas pelaku. Elemen yang dilibatkan secara umum terdiri dari unsur pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya dalam penanggulangan kemiskinan. Bentuk dasar dari keanggotaan TKPK Kabupaten sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. b. c. Penanggungjawab Ketua Wakil Ketua : : : Bupati Wakil Bupati Sekretaris Daerah d. Sekretaris : Kepala Bappeda e. Wakil Sekretaris : Kepala BPMPD f. Sekretariat Kepala Wakil Kepala Anggota g. Kelompok Kerja: 1. Pendataan dan Informasi Ketua : Wakil Ketua : Anggota : : : : 2. Pengembangan Kemitraan Ketua : Wakil Ketua : Anggota : 3. Pengaduan Masyarakat Ketua : Wakil Ketua : Anggota : Sekretaris Bappeda Sekretaris BPMPD Tim Bappeda dan Tim BPMPD h. Kelompok Program : 1. Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga Ketua : Wakil Ketua : Anggota : 2. Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Ketua : Wakil Ketua : Anggota : Kepala Bidang Pengendalian, Penelitian & Statistik Kepala Bidang di BPS Disdukcapil, Dinsosnakertrans, BPPKB, Dishubkominfo Kepala Bidang Sosial Budaya Kepala Sub. Bagian di-bag Perekonomian Setda BUMN, BUMD dan Perusahaan swasta setempat Sekretaris Inspektorat Daerah Kepala Bagian Humas Setda Kepala Bidang di BPMPD, UPM Program-Program Penanggulangan Kemiskinan Kepala Dinas Sosial, Tenagakerja dan Transmigrasi Kepala Dinas Kesehatan Kepala Dinas Pendidikan, Kepala SKPD Lainnya, masyarakat, dan dunia usaha Kepala BPMD Kepala Dinas PU Kepala SKPD Lainnya, Konsultan PNPM Pedesaan, Konsultan PNPM Perkotaan, masyarakat, dan dunia usaha 3. Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil Ketua : Wakil Ketua : Anggota : Asisten Sekda Bidang Ekbang dan Kesra Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kepala SKPD Lainnya, masyarakat, dan dunia usaha 197

214 4. Program-program lainnya Ketua Wakil Ketua Anggota : : : Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kepala Dinas Pertambangan, Kepala BLHD dan Kepala SKPD Lainnya, masyarakat, dan dunia usaha Agar mampu melakukan tugas dan fungsi yang diamanatkan perundangan secara efektif, maka Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dipandang perlu untuk membenahi beberapa aspek diatarannya: 1. Dukungan Anggaran 2. Penyusunan SOP Kerja Tim 3. Penguatan Sumber Daya Manusia Penguatan Pelaksanaan Tugas Kesekretariatan Kelompok Kerja Data dan Informasi 1. Kelompok Kerja Pendataan dan Sistem Informasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris TKPK Kabupaten dalam mengelola data dan sistem informasi penanggulangan kemiskinan. 2. Kelompok Kerja Pendataan dan Sistem Informasi dalam melaksanakan tugas diatas, menyelenggarakan fungsi: a) pengelolaan dan pengembangan data kemiskinan; b) pengembangan indikator kemiskinan daerah; c) pengembangan sistem informasi kemiskinan; dan d) penyediaan data dan informasi sistem peringatan dini kondisi dan permasalahan kemiskinan. Kelompok Kerja Kemitraan 1. Kelompok Kerja Pengembangan Kemitraan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris TKPK Kabupaten dalam memfasilitasi pengelolaan dan pengembangan kemitraan dalam penanggulangan kemiskinan. 2. Kelompok Kerja Pengembangan Kemitraan dalam melaksanakan tugas diatas, menyelenggarakan fungsi: a) Perumusan pembinaan hubungan antara masyarakat dengan pemerintah daerah; dan b) Perumusan pembinaan hubungan dunia usaha dengan pemerintah daerah. Kelompok Kerja Penanganan Pengaduan Masyarakat 1. Kelompok Kerja Pengaduan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam memfasilitasi penanganan pengaduan masyarakat program penanggulangan kemiskinan. 2. Kelompok Kerja Pengaduan Masyarakat dalam melaksanakan tugas diatas, menyelenggarakan fungsi: a) perumusan dan penyiapan penanganan aspirasi dan pengaduan masyarakat terkait kegiatan penanggulangan kemiskinan; b) perumusan dan penyiapan bahan kampanye penanganan aspirasi dan pengaduan masyarakat terkait dengan penyelenggaraan kegiatan penanggulangan kemiskinan; dan c) perumusan dan penyiapan bahan sosialisasi dan kampanye tentang perlunya pendampingan masyarakat dalam penyampaian pengaduan pada penyelenggaraan Pada tahun 2012, TKPK Kabupaten Belitung Timur belum menyusun mekanisme penanganan pengaduan masyarakat terhadap pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Pada tahun anggaran ini, pengaduan masyarakat 198

215 masih dikelola secara terpisah oleh pelaksana program/kegiatan masing-masing. Hal ini berlaku baik untuk program penanggulangan kemisinan nasional yang dibiayai APBN mapun program-program daerah. Meskipun demikian, berberapa bentuk pengaduan masyarakat yang telah dirangkum oleh TKPK dari berbagai sumber selama tahun 2012 ini lebih kurang menyampaikan keluhan dengan permasalahan sebagai berikut: 1. Kekeliruan dalam penetapan sasaran Dalam penetepan sasarannya, masih terdapat orang-orang yang tidak berhak menerima program masuk kedalam daftar penerima (inclussion error) dan atau terdapat pula orang miskin yang tidak mendapatkan program (exclussion error). Contohnya : Pada penyaluran program Bantuan Langsung Tunai, atau beberapa program bantuan lainnya. 2. Kualitas pekerjaan/barang yang rendah Pada pekerjaan berupa penyediaan barang kepada masyarakat miskin, masih ditemukan keluhan berbentuk ketidakpuasan atas kualitas barang yang disediakan. Contohnya: Rendahnya kualitas alat kontrasepsi/kb yang disediakan gratis bagi masyarakat miskin. 3. Penyampaian jumlah bantuan yang tidak sesuai Terdapat program yang dalam penyelenggaraannya tidak dilaksanakan sesuai dengan besaran bantuan yang seharusnya. Contohnya: Pada program Raskin dengan ketentuan besaran bantuan adalah 15 kg, sedangkan yang disampaikan kepada masyarakat lebih sedikit dari jumlah yang ditentukan. 4. Waktu penyampaian bantuan yang tidak tepat Penyampaian bantuan sering tidak berada pada waktu yang tepat akibat keterlambatan yang disebabkan oleh panjangnya prosedur birokrasi pengadaan bantuan atau proses perencanaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Contohnya : Pada program bantuan penyediaan alat pertanian yang tidak mempertimbangkan perubahan kondisi musim/cuaca. 5. Kualitas pelayanan yang kurang atau lambat Pada program yang berbentuk pelayanan, seperti pelayanan kesehatan atau pendidikan, maka seringkaliditerima keluhan yang menyampaikan soal buruknya dan atau lambatnya pelayanan yang diberikan oleh aparatur penyedia layanan. Contohnya : Keluhan atas kualitas layanan kesehatan di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. 6. Rendahnya kualitas pendampingan program pemberdayaan Program yang berbentuk pemberdayaan masyarakat seringkali mendapatkan keluhan atas peran fasilitator yang dianggap kurang maksimal. Rendahnya kualitas pendampingan bisa disebabkan karena terbatasnya dukungan fasilitas yang disediakan, atau disebabkan karena keterbatasan kemampuan personil pendamping. Contohnya: Pedampingan pada program PNPM Perkotaan mapun PNPM Pedesaan Untuk melakukan pembenahan terhadap hal-hal diatas, maka dipandang perlu bagi TKPK untuk membangun suatu sistem pengelolaan pengaduan masyarakat. Yang dimaksud dengan sistem penanganan pengaduan 199

216 masyarakat adalah suatu sistem yang dapat menampung dan menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat serta memastikan masyarakat mendapat informasi yang cukup mengenai tindak lanjut dari aduan yang telah disampaikannya. Klasifikasi pengaduan diperlukan sebagai alat bantu untuk menentukan akar masalah, cara penanganan dan siapa melakukan penanganan. Klasifikasi tersebut terdiri dari : a. Pengaduan Informatif Yang termasuk dalam sifat ini, adalah setiap pengaduan yang dapat diselesaikandengan memberikan keterangan selengkapnya kepada pengadu. b. Pengaduan Masalah (Penyimpangan) Yang termasuk dalam sifat ini adalah setiap pengaduan yang dalampenyelesaiannya perlu langkah-langkah penanganan lebih lanjut. Untuk menjalankan fungsi pengaduan masyarakat tersebut, maka pada tahun-tahun kedepan akan dilakukan beberapa langkah strategis berikut ini: 1. Membangun dan mengaktifkan kelembagaan Unit Pengaduan Masyarakat pada Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kab. Belitung Timur 2. Melakukan Kampanye dan sosialisasi baik melalui media cetak maupun melalui media interaktif yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten seperti Radio Belitung Timur 3. Membentuk dan menetapkan hotline pengaduan 4. Menyiapkan SDM yang akan menjadi tim pengelola pengaduan masyarakat 5. Menyusun dan menetapkan mekanisme dan prosedur penanganan pengaduan masyarakat yang akan digunakan sebagai standar manajemen lembaga 6. Membangun komitmen pengawasan bersama masyarakat dan elemen masyarakat sipil lainnya seperti lembaga swadaya masyarakat Adapun rancangan prosedur yang akan diterapkan pada tahun 2013 ditampilkan pada gambar dibawah ini. 200

217 Gambar Alur Penanganan Pengaduan Masyarakat Petugas Pengaduan Keluhan Masyarakat Miskin Tim Penanganan Pengaduan Tindak Lanjut Pimpinan TKPK No Cara Penyampaian Sarana Penyampaian 1. Langsung 1. Laporan Lisan 2. Telepon/sms 3. Interaktif pada acara Radio/dialog 2. Tidak Langsung 1. Kotak Saran /Pengaduan 2. Surat/Kotak Pos 3. Tabel Mekanisme Penanganan Pengaduan Masyarakat Proses penanganan Pengaduan Penerima Pengaduan Ditindaklanjuti Pelaksana waktu Tidak Ditindaklanjuti Petugas/Pimpinan Tim 1-7 Hari 1. Pengadu tidak menyertakan identitas yang jelas dan benar Petugas/Pimpinan Tim 1-7 Hari 2. Materi pengaduan tidak jelas 3. Pengaduan salah alamat 4. Materi pengaduan tidak didukung dengan fakta/data yang sesuai dengan realita Feedback Paling lambat 1 hari setelah proses penanganan pengaduan selesai 201

LAPORAN PENCAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (LP2KD)

LAPORAN PENCAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (LP2KD) LAPORAN PENCAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (LP2KD) TAHUN 2012 TIM PENYUSUN SPKD TAHUN 2012 TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN ( TKPK ) KABUPATEN BELITUNG TIMUR Kata Pengantar Kemiskinan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI i ii iii v BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Acuan Kebijakan I-1 1.2. Pendekatan Kebijakan Nasional I-4 1.3. Pokok Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN RAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015 KERANGKA ANALISIS SITUASI KEMISKINAN KOMPONEN ANALISIS Perubahan akibat intervensi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENANGGULANGAN KEMISKINAN I N A N T A INOVASI KETAHANAN KOMUNITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN TANA TORAJA Penanggulangan Kemiskinan APA ITU adalah kebijakan dan program pemerintah pusat serta pemerintah daerah yang dilakukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Rapat Koordinasi TKPK Tahun 2015 dengan Tema : Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015 Soreang, 27 November 2015 KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Peraturan Presiden

Lebih terperinci

PENGUATAN PERAN TKPK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM TUGAS PENGENDALIAN PROGRAM. Rapat Koordiansi TKPK Provinsi Jawa Timur

PENGUATAN PERAN TKPK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM TUGAS PENGENDALIAN PROGRAM. Rapat Koordiansi TKPK Provinsi Jawa Timur PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PENGUATAN PERAN TKPK DALAM TUGAS PENGENDALIAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Rapat Koordiansi TKPK Provinsi Jawa Timur Pokja Kebijakan Advokasi Daerah Tim Nasional Percepatan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN 4.1. Bidang Pendidikan Analisis prioritas intervensi untuk bidang pendidikan yang menjadi prioritas untuk diintervensi adalah jenjang pendidikan SMA/MA. Ini terlihat

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK SUAHASIL NAZARA Koordinator Pokja Kebijakan Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden RI Makassar, 6 November

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS Mesin Pemotong Rumput RENCANA KERJA 2015 iii KATA PENGANTAR Perubahan paradigma sistim perencanaan berimplikasi pada proses perencanaan yang cukup panjang,

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 Lampiran I : Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 21 Tahun 2013 Tanggal : 31 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun KONDISI MAKRO KEMISKINAN Target RPJMN, tingkat kemiskinan 2015 8% di tingkat Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman Barat berada di peringkat ke-8 Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN XXI KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN XXI KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN XXI KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan daerah, yang disusun melalui 4 pendekatan, yaitu: Pendekatan Teknokratis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENGUATAN KELEMBAGAAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) TAHUN 2014 Jakarta, 13 Mei 2014 TARGET

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 Lampiran I : Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 33 Tahun 2012 Tanggal : 28 Juni 2012 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sesuai dengan

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014 BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016-2020 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah dibagi menjadi beberapa tahapan mulai dari Perencanaan Jangka Panjang, Jangka Menengah, dan Tahunan. Dokumen perencanaan jangka panjang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERAN DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PRIORITAS

PERAN DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PRIORITAS PERAN DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PRIORITAS RAPAT KOORDINASI NASIONAL TKPK 2014 JAKARTA, 13 MEI 2014 BAMBANG WIDIANTO Depu% Seswapres Bidang Kesra dan Penanggulangan Kemiskinan/

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN DEMAK

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN DEMAK SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS KEWILAYAHAN DI KABUPATEN DEMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N Lampiran : Peraturan Bupati Semarang Nomor : 46 Tahun 2013 Tanggal : 30 Mei 2013 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN Prioritas intervensi kebijakan ditentukan dengan menganalisis determinan kemiskinan atau masalah pokok kemiskinan dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 insi Kepulauan Riau menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Berdasarkan hasil Pilkada tersebut ditetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH SEMESTA BERENCANA KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN AKHIR RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RANCANGAN AKHIR RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : KEPUTUSAN BUPATI KUDUS Tanggal : 4 Juni 2012 Nomor : 050.3/140/2015 RANCANGAN AKHIR RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah rumusan umum

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun B AB I P E N D AH U L U AN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan mempertimbangkan urutan pilihan dan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii vi xi PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci