ABSTRAK. Kata Kunci: crew boat, kebakaran, fire control plan, ruang penumpang, ruang mesin, heat detector, smoke detector, CO 2, evakuasi
|
|
- Sudirman Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 ANALISIS PEMASANGAN INSTALASI SISTEM PEMADAM KEBAKARAN LENGKAP DENGAN ALAT KESELAMATAN UNTUK KAPAL ALUMINIUM CREW BOAT LOA 50 M KAPASITAS 200 PENUMPANG Mukti Wibowo 1, Chandra Pamungkas 2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Program Studi Teknik Perkapalan Telephone: (021) , , Faximile: (021) Kampus UI Depok chandra.pamungkas@ui.ac.id ABSTRAK Kapal crew boat merupakan kapal yang digunakan untuk membawa para tenaga ahli yang bekerja di anjungan lepas pantai. Kapal ini mengutamakan kenyamanan dan keselamatan penumpang, terutama dari ancaman kebakaran. Sampai saat ini belum ditemukan kejadian kebakaran di kapal crew boat. Sistem di kapal ini sendiri diadopsi dari ketentuan IMO yang diamandemen, FSS Code, ISM dan SOLAS. Sedangkan di Indonesia belum ada peraturan khusus mengenai sistem keamanan kebakaran di kapal crew boat. Oleh karena itu, penulis menganalisis sistem fire control plan pada kapal crew boat dengan mengambil contoh desain LOA 50 m kapasitas 200 penumpang yang mengacu pada desain LOA 35 m kapasitas 75 penumpang. Desain kapal menggunakan program Autocad dan Maxsurf sedangkan simulasi dilakukan dengan program Pyrosim. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa identifikasi bahaya kebakaran di ruang penumpang dan ruang mesin dapat diketahui dari heat detector dan smoke detector yang terpasang. Pemadaman kebakaran yang efektif di ruang penumpang menggunakan alat pemadaman portabel, sedangkan pemadaman yang efektif di ruang mesin menggunakan CO 2. Selain itu, jalur evakuasi yang berada di tiap deck mempermudah evakuasi saat terjadi kebakaran di ruang penumpang dan ruang mesin. Kata Kunci: crew boat, kebakaran, fire control plan, ruang penumpang, ruang mesin, heat detector, smoke detector, CO 2, evakuasi PENDAHULUAN Kapal crew boat merupakan transportasi khusus untuk tenaga ahli yang bekerja di anjungan lepas pantai. Kapal ini didesain untuk menunjang kenyamanan dan keselamatan penumpangnya. Kejadian kebakaran pada kapal crew boat sampai saat ini belum ditemukan karena desainnya yang mengutamakan keselamatan. Sayangnya, di Indonesia belum ada regulasi khusus mengenai sistem keamanan kebakaran di kapal. Oleh karena itu, penulis pada skripsi ini ingin menganalisis sistem fire control plan pada kapal crew boat dengan mengambil sampel desain kapal crew boat LOA (Length of All) 50 m kapasitas 200 penumpang yang desainnya mengacu pada kapal crew boat LOA 35 m kapasitas 75 penumpang. Pada penelitian ini dilakukan simulasi dan analisis pergerakan asap di ruang penumpang dan ruang mesin serta dibahas mengenai jalur evakuasi yang aman. Diharapkan hasil dari skripsi ini dapat memberikan rekomendasi pembuatan sistem fire control plan yang baik dan efektif untuk pembuatan kapal crew boat di Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Kebakaran dan Pergerakan Asap Kebakaran dalam ruangan atau kompartemen merupakan peristiwa di mana terdapat nyala api yang terkurung di dalam suatu ruangan. Laju dan durasi pembakaran merupakan faktor yang membatasi penyebaran dan pertumbuhan api dalam ruangan. Kebakaran kompartemen
2 2 dapat dibagi menjadi beberapa fase, yakni ignition, growth, flashover, fully developed fire, and decay. Sedangkan produk hasil pembakaran dari suatu material disebut asap. Asap berbahaya bagi manusia karena memiliki kandungan partikel-partikel uap, gas dan unsur-unsur terurai yang dilepaskan oleh pembakaran material. Terdapat beberapa aspek yang dapat menentukan banyaknya suatu asap atau karakter asap, yaitu sebuah kondisi pembakaran di mana asap diproduksi dengan cara flaming, pyrolisis, dan smoldering. Ketika terjadi nyala api di dalam suatu ruangan akan dihasilkan kolom gas asap panas yang berada di atas api tersebut dengan densitas lebih rendah dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya. Fenomena ini menyebabkan asap bergerak ke atas dan membuat suatu bentuk mirip cendawan sampai ke bagian atas dilanjutkan dengan penyebaran secara horizontal ke berbagai arah. Nyala api di dalam ruangan mendapatkan suplai oksigen dari udara di sekitarnya sehingga dapat digunakan untuk proses pembakaran selanjutnya. Jika oksigen yang ada di udara menipis, maka produksi asap semakin banyak. Asap dapat menyebar ke ruangan maupun lingkungan sekitarnya sehingga evakuasi kebakaran menjadi sulit karena terbatasnya jarak pandang. Pengertian asap adalah gas panas mengapung yang telah terkontaminasi karena berasal dari produk pembakaran material. Asap termasuk fluida sehingga mengikuti hukum mekanika fluida. Sumber api yang berbeda dalam setiap satuan waktu menimbulkan produksi asap. Sedangkan faktor yang mempengaruhi produksi asap ini adalah ukuran dan panas nyala api yang dihasilkan oleh pembakaran. Sedangkan penyebaran asap dalam ruangan dipengaruhi oleh suatu gaya apung yaitu gaya buoyancy. Gaya ini berkaitan dengan sifat konveksi dari asap. 2. Fire Dynamic Simulator (FDS) Langkah-langkah yang dilakukan FDS secara garis besar adalah membaca parameter input dari text file, menghitung solusi numerik dengan persamaan atur, dan membuat output file sebagai hasil dari input file. Pendekatan yang dipakai FDS adalah pendekatan geometri, yakni melalui persamaan dari satu atau lebih rectangular grid. Hasil komputasi simulasi FDS terdiri dari suhu, densitas, tekanan, kecepatan dan komposisi kimia dari setiap grid cell setiap satuan waktu komputasi. Analisis terhadap laju pelepasan panas pada suatu kebakaran dapat diketahui dengan simulasi FDS. Besarnya Heat Relase Rate (HRR) pada suatu kebakaran dipengaruhi oleh laju perpindahan panas dan juga luas permukaan dari produk yang terbakar. Prediksi yang dilakukan simulasi FDS yaitu kecepatan aliran dan suhu dengan nilai akurasi sebesar 5% sampai 20% tergantung grid yang digunakan. Skenario pada model kebakaran hanya dapat memprediksi besarnya HRR karena tidak dapat ditentukan seberapa besar HRR pada suatu kebakaran karena ketidakpastian yang cukup besar dari model dalam menggambarkan suatu keadaan. 3. Crew Boat Berdasarkan International Marine Contractors Association 2010, crew boat merupakan jenis kapal cepat yang berukuran kurang dari 500 GT dan digunakan untuk transportasi personel di daerah offshore. Kapal ini digunakan di suatu offshore systems sebagai sarana transportasi pekerja ke suatu offshore structure, ke atas kapal maupun dermaga. Crew boat memiliki tingkat kenyamanan dan keselamatan yang baik dan didesain sesuai dengan area dan cuaca di daerah offshore. Crew boat merupakan jenis High Speed Craft yaitu kapal atau hovercraft dengan kecepatan maksimal tertentu yang memenuhi persamaan 3.7., yang mana adalah nilai displacement dari kapal tersebut dalam m 3. Untuk menciptakan waktu tempuh yang efisien, nilai draft pada crew boat dibuat kecil dimaksudkan untuk menambah nilai propulsinya, sehingga crew boat dibuat dari bahan dasar aluminium. Konstruksi, pengoperasian dan peralatan crew boat disesuaikan dengan peraturan High Speed Craft Code. High Speed Craft Code.diadopsi dari Maritime Safety Committee (MSC) of the International Maritime Organization (IMO) dalam resolusi
3 3 MSC 36(63) dan dalam dokumen yang terkait. Sistem pencegahan kebakaran dan sistem keselamatan di kapal dijelaskan dalam bab 7 dan SOLAS (Safety of Life at Sea) Konvensi SOLAS yang dibuat oleh IMCO (Inter-Governmental Maritime Consultative Organization). bertujuan menentukan standar minimum konstruksi, peralatan dan pengoperasian kapal, sesuai dengan keselamatan awak penumpangnya. Negaranegara bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kapal di bawah bendera mereka memenuhi persyaratan, dan dibuktikan dengan sejumlah sertifikat yang diatur dalam SOLAS. Selain itu, terdapat mekanisme Port State Control yaitu pemerintah memungkinkan untuk memeriksa kapal-kapal dari pihak lainnya jika ada alasan yang jelas. Pada Bab II-2 dibahas mengenai peraturan keselamatan kebakaran pada kapal sebagai berikut: a. Divisi atau pembagian kapal ke dalam zona-zona utama dan vertikal dengan batas-batas struktural dan yang berkaitan dengan panas (termal) b. Pemisahan ruang-ruang akomodasi dari sisa ruang kapal dengan batas - batas secara struktural dan yang berkaitan dengan panas (termal) c. Dilarang memakai material yang mudah terbakar d. Deteksi setiap kebakaran dalam zona asal e. Penahanan & pemadaman setiap kebakaran dalam ruang asap f. Perlindungan terhadap sarana-sarana pelepasan atau pelarian (escape) maupun kemudahan untuk tujuan pemadaman kebakaran g. Alat-alat pemadam kebakaran siap tersedia h. Meminimalkan kemungkinan penyalaan dari uap muatan yang mudah menyala 5. Fire Safety Systems (FSS) Code FSS Code bertujuan untuk menyediakan standar khusus spesifikasi teknis pada sistem keselamatan kebakaran di atas kapal. FSS Code terdiri dari lima belas bab. 6. Class Rules (Adopsi dari Peraturan Nippon Kaiji Kyokai Part R) Merujuk dari peraturan mengenai konstruksi dan pengaturan sistem pemadam, pencegahan dan pendeteksi kebakaran di kapal yang dibuat oleh Badan Klasifikasi Jepang, Nippon Kaiji Kyokai, memiliki beberapa kebijaksanaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Bentuk peraturan yang dibuat oleh badan klasifikasi tersebut memenuhi Konvensi Internasional dan peraturan nasional dari negara di mana kapal didaftarkan. Pada umumnya biro klasifikasi memberikan kebijakan khusus sesuai dengan permintaan dari pemerintah tempat kapal terdaftar atau pemerintah tempat kapal berlayar. METODE PENELITIAN 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Desain a. Mendesain kapal crew boat LOA 50 m dengan 200 penumpang menggunakan Autocad b. Mendesain lambung kapal 3D dengan Maxsurf c. Mengkonversi desain kapal 3D dari Maxsurf ke Pyrosim 3. Tahap Simulasi a. Memasukkan data geometri b. Penentuan letak sumber kebakaran dan model pembakaran di ruang penumpang dan ruang mesin c. Memasukkan data material d. Meletakkan simulasi alat ukur 4. Tahap Analisis 5. Penarikan Hasil dan Kesimpulan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil dan Analisis Pergerakan Asap di Ruang Penumpang Kapal Crew Boat Ruang penumpang terletak di main deck dan middle deck dengan jumlah pintu sebanyak enam buah serta dihubungkan oleh dua tangga. Sumber api pada skenario ini berasal dari korsleting listrik, yang terletak di atap main deck, sehingga termasuk jenis kebakaran kelas C yaitu jenis kebakaran dari listrik, seperti kebocoran listrik, korsleting, termasuk kebakaran pada alat-alat listrik. Pada saat simulasi menggunakan FDS 5 selama durasi lima menit, kapal yang berbahan konstruksi aluminium ini mengalami penyebaran asap
4 4 hampir di setiap deck seperti di main deck, middle deck, dan upper deck sehingga mengaktifkan smoke detector. Akan tetapi, pada penulisan skripsi ini hanya dibahas analisis grafik smoke detector dan thermocouple yang berada di main deck. c. Grafik Heat Detector pada Main Deck a. Grafik Smoke Detector pada Main Deck Gambar 3. Grafik heat detector pada main deck. 2. Sistem Evakuasi Kebakaran di Ruang Penumpang Kapal Crew Boat Gambar 1. Grafik penangkapan asap oleh smoke detector kode SD 3.8. b. Grafik Thermocouple pada Main Deck Gambar 2. Grafik thermocouple pada main deck. Evakuasi kebakaran di ruang penumpang sangat penting dilakukan untuk mencegah jatuhnya korban jiwa karena penyebaran asap yang sangat cepat dari main deck ke deck yang lainnya. Jalur evakuasi harus dipersiapkan sebaik-baiknya dan dijaga supaya dapat diakses ketika kondisi darurat. Adapun jalur evakuasi di setiap deck dapat dilihat pada gambar 4.7 sampai dengan Ketika dilakukan evakuasi para penumpang crew boat, terdapat dua orang dari awak kapal yang sudah terlatih memadamkan api dan memiliki sertifikat untuk fire safety bergegas memakai fireman outfit (pakaian khusus pemadam kebakaran) dan segera melokalisasi sumber api supaya api tidak sampai membesar. Fireman tersebut memadamkan api menggunakan portable fire extinguisher (pemadam api portabel) yang berada paling dekat dengan lokasi sumber api sehingga proses pemadaman dapat dilakukan dengan baik. Para penumpang ketika terjadi kebakaran harus keluar dari ruangan melalui pintu-pintu yang terbuka dan harus berkumpul di muster station hingga pemadaman selesai dan dapat masuk kembali apabila telah ada instruksi. Karena para penumpang di crew boat ini merupakan individu yang terlatih dan telah lulus serangkaian sertifikasi safety, sehingga
5 5 diharapkan proses evakuasi dapat berjalan dengan cepat dan lancar serta tidak ada korban jiwa. Jalur evakuasi di main deck dapat melalui empat pintu, yaitu dua pintu utama dan dua pintu exit khusus, yang semuanya menuju muster station. Untuk middle (mid) deck, para penumpang dapat melewati pintu di sebelah luar sehingga dapat menuju muster station tanpa berdesakan dengan penumpang dari main deck sendiri. Sedangkan yang berada di upper deck, harus melewati tangga menuju mid deck kemudian ke main deck, untuk mencapai muster station. Berbeda dengan yang lainnya, yang berada di below deck harus naik melalui tangga ke main deck, baru kemudian menuju muster station. Gambar 4. Jalur evakuasi di main deck. Gambar 5. Jalur evakuasi di middle deck. 3. Hasil dan Analisis Pergerakan Asap di Ruang Mesin Kapal Crew Boat Kebakaran di kamar mesin ini tergolong ke dalam kategori kebakaran kelas B yaitu kebakaran dari bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan sejenisnya. Pada skenario ini, sumber kebakaran berasal dari bahan bakar yang bocor dan tercecer pada ruang mesin, sebanyak 25 liter, yang tidak diketahui penyebabnya. Akibat timbulnya konsentrasi panas terhadap ceceran bahan bakar, muncul api di dalam kamar mesin dan terjadi kebakaran. Pada skenario awal munculnya api, kru di ruang mesin berusaha memadamkan api dengan alat pemadam kebakaran portabel (portable fire extinguisher). Akan tetapi karena api semakin besar dan muncul banyak asap, para kru menghentikan proses pemadaman api secara manual dan mulai mengaktifkan sistem pemadam kebakaran otomatis dengan CO 2. Api dapat segera dipadamkan dengan CO 2, walaupun asap telah terbentuk dan memenuhi ruang mesin. Beberapa alat pendeteksi seperti heat detector, smoke detector dan thermocouple telah dipasang di atap ruang mesin, demikian juga dengan CO 2. Pada pembahasan ini diambil masing-masing satu sampel yang akan dianalisis. a. Grafik Heat Detector pada Ruang Mesin Gambar 6. Jalur evakuasi di upper deck. Gambar 7. Jalur evakuasi di below deck. Gambar 8. Grafik heat detector HD 4.4.
6 6 b. Grafik Smoke Detector pada Ruang Mesin Gambar 11. Grafik CO 2. Gambar 9. Grafik smoke detector SD 4.5. c. Grafik Thermocouple pada Ruang Mesin 4. Sistem Evakuasi Kebakaran di Ruang Mesin Ketika terjadi kebakaran di ruang mesin, orang yang berada di sekitar accommodation crew (below deck) segera mengevakuasi diri melalui jalur evakuasi seperti di bawah ini. Orang yang berada dalam ruang mesin, mengevakuasi diri menuju muster station melalui tangga di main deck. Sedangkan yang telah berada di main deck dapat langsung menuju muster station. Penumpang yang berada di mid deck untuk menuju muster station harus melalui tangga ke main deck terlebih dahulu. Sementara itu, orang yang berada di upper deck harus melalui tangga ke mid deck dan main deck, baru kemudian dapat menuju muster station. Gambar 10. Grafik thermocouple THCP 5. d. Analisis Grafik CO 2 pada Ruang Mesin Gambar 12. Jalur evakuasi di ruang mesin menuju main deck. Gambar 13. Jalur evakuasi di main deck menuju muster station.
7 7 SARAN Gambar 14. Jalur evakuasi mid deck menuju muster station. Gambar 15. Jalur evakuasi dari upper deck menuju muster station. KESIMPULAN Penelitian mengenai analisis sistem fire control plan pada kapal aluminium crew boat LOA 50 m kapasitas 200 penumpang mempunyai kesimpulan sebagai berikut: 1. Identifikasi bahaya kebakaran baik di ruang penumpang maupun ruang mesin dapat diketahui dari heat detector dan smoke detector yang terpasang di atap ruangan. 2. Thermocouple dipasang untuk mengetahui suhu (temperatur) di dalam ruangan guna mengantisipasi bahaya kebakaran terhadap konstruksi kapal yang berbahan aluminium karena memiliki titik lebur lebih rendah daripada kebanyakan kapal yang berbahan konstruksi baja. 3. Pemadaman kebakaran di ruang penumpang tidak menggunakan sistem otomatis, melainkan menggunakan pemadaman portabel sesuai dengan peraturan HSC (High Speed Craft). 4. Pemadaman dengan CO 2 efektif terhadap kebakaran di ruang mesin. 5. Jalur evakuasi yang berada di tiap deck mempermudah evakuasi saat terjadi kebakaran di ruang mesin dan ruang penumpang. 6. Penempatan heat detector, smoke detector, CO 2, dan alat pemadam portabel lainnya mengacu pada peraturan HSC, SOLAS Chapter II, FSS (Fire Safety Systems) Code dan Badan Klasifikasi. Penelitian mengenai analisis sistem fire control plan pada kapal crew boat LOA 50 m kapasitas 200 penumpang ini masih perlu diteliti dan dikaji lebih lanjut untuk menyempurnakan sistem sehingga dapat lebih ideal dan efektif dalam mencegah terjadinya kebakaran pada kapal crew boat. Saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Perlu dilakukannya simulasi tanggap kebakaran di kapal crew boat secara rutin minimal satu kali dalam sebulan. 2. Memperkirakan distribusi letak penumpang serta waktu pada saat evakuasi yang sesuai dengan kondisi sebenarnya. 3. Mengkaji ulang peletakan serta jumlah alat pemadaman portabel maupun semiportabel yang mudah dijangkau. DAFTAR PUSTAKA [1] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Peluang Investasi Migas di Indonesia. [homepage on the internet]. Cited 17 Oct Available from: artikel/4586-peluang-investasi-migasdi-indonesia. html?tmpl=component&print=1&page = [2] IMCA (International Marine Contractors Association). Guidance on the Transfer of Personnel to and from Offshore Vessels. IMCA SEL 025, IMCA M 202. March [3] Quintiere, G.J. (2006). Fundamentals of Fire Phenomena. England: John Willey & Sons. [4] Mulholland, G.W. Smoke Production and Properties. The SFPE Handbook of Fire Protection Engineering. National Fire Protection Association, Quincy, MA, Section 2/ Chapter 13, 3 rd Edition, [5] Drysdale, D. An Introduction to Fire Dynamics, 2 nd Edition, John Wiley & Sons, John Wiley & Sons, [6] IMO MSC/Circ.1033 Interim Guidelines for Evacuation Analysis for New and Existing Passenger Ships.
8 8 [7] Boulougouris, E. K dan A. Papanikolaou. Modelling and Simulation of the Evacuation Proces of Passenger Ships. Departement of Naval Architecture and Marine Engineering, National Technical University of Athens. [8] McGrattan, Kevin (2007). Fire Dynamics Stimulator (Version 5) Technical Reference Guide. USA: National Institute of Technology. [9] Rules for Classification of High Speed, Light Craft and Naval Surface Craft Part 5 Chapter 4 Crew Boats. July [10] Rules for Classification and Construction Ship Technology. Offshore Service Vessels. Crew Boats and Offshore Wind Farm Service Craft. Germanischer Lloyd SE. 1 May [11] Rasbash D, et.al. Evaluation of Fire Safety. John Wiley & Sons. England [12] Lougheed, G.D., McCartney, C., Taber, B.C. Smoke Movement for Sprinklered Fires. NRCC National Research Council Canada. [13] George V. Hadjisophocleous, Noureddine Benichou and Amal S. Tamim. Literature Review of Performance-Based Fire Codes and Design Environment. Journal of Fire Protection Engineering 1998; 9; 12. [14] Lopez, A Pineiro, F Perez Arribas, R Donoso dan R Torres Simulation of Passengers. [15] Movement on Ship Emergencies, Tools for IMO Regulation Fulfilment. Jurnal of Maritime. [16] Law, Averiil M, Kelton dan W. David Simulation Modelling and Analysis. Singapura : Mc. Graw Hill. [17] Church, Richard L dan Ryan Sexton. Modelling Small Area Evacuation. University of California, Santa Barbara.
STUDI PERENCANAAN MODEL EVAKUASI SEDERHANA PADA KAPAL PENUMPANG
STUDI PERENCANAAN MODEL EVAKUASI SEDERHANA PADA KAPAL PENUMPANG Choirul Fuad*, Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc, Ph.D,** * Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan Jurusan
Lebih terperinciPerancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker
Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Tri Octa Kharisma Firdausi 1*, Arief Subekti 2, dan Rona Riantini 3 1 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan
Lebih terperinciLatar Belakang. Luaran yang Diharapkan Metodologi. Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi
SKRIPSI ME09 1329 OUTLINE Latar Belakang Tujuan Luaran yang Diharapkan Metodologi Data Kapal 5000 GT Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi Kejadian kebakaran pada umumnya disebabkan penanggulangan awal
Lebih terperinciEvaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder
Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder Widia Yuliati Puspaningrum 1*, Rona Riantini 2, M. Khoirul
Lebih terperinciRancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off
Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off Fire Safety Assessment System Design For Roll On Roll Off Ferry Sunaryo 1, a *, Khaerunisa Sabitha 2,b 1 PS Teknik
Lebih terperinciDESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana
DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana 6508040502 ABSTRAK Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan bisa terjadi
Lebih terperinciMANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR
MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR Mohamad Hakam Prodi : Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Lebih terperinciANALISA FIRE RISK ASSESMENT PADA KAPAL PENUMPANG (STUDI KASUS RANCANGAN KAPAL 5000 GT MILIK DINAS PERHUBUNGAN DARAT)
ANALISA FIRE RISK ASSESMENT PADA KAPAL PENUMPANG (STUDI KASUS RANCANGAN KAPAL 5000 GT MILIK DINAS PERHUBUNGAN DARAT) Abdul Aziz Arfi 1), Trika Pitana 2) & Hari Prastowo 2) 1) 2) 3) Departement of Marine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK disegala kebutuhannya, IPTEK berkembang dengan pesat hampir di seluruh negara. Dari negara maju sampai
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF
PERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF Khaerunisa S/1106003996 Mahasiswa S1, Program Studi Teknik Perkapalan, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciTechnical Information
Technical Information No. : 079 2016 19 Desember 2016 Kepada : Semua Pihak yang Berkepentingan Perihal : Instrumen Wajib IMO yang mulai berlaku pada Ringkasan Informasi Teknik ini berisi informasi mengenai
Lebih terperinciWAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU
Jurnal Wave, UPT. BPPH BPPT Vol. XX,No. XX, 20XX WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU Daeng Paroka 1, Muh. Zulkifli 1, Syamsul Asri 1 1 Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas
Lebih terperinciNo. : Juni 2016
Informasi Teknik No. : 062-2016 27 Juni 2016 Kepada Perihal : Semua pengguna jasa BKI : Update Regulasi IMO Ringkasan Tujuan dari Informasi Teknik ini adalah untuk menginformasikan kepada pelanggan BKI
Lebih terperinciby Sanoesi Setrodjijo jj 10/17/2010 San Set 1 SOLAS : the International Convention for the Safety of Life at Sea, 1974 Latar belakang : Terjadinya suatu kecelakaan k kapal, yaitu tenggelamnya S.S. TITANIC
Lebih terperinci128 Universitas Indonesia
BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung
Lebih terperinciAnalisa Evakuasi Penumpang pada Kapal Ro-Ro Menggunakan Discrete Event Simulation dan Social Force Model
Presentasi Tugas Akhir Marine Reliability, Availability, Maintenability & Safety Analisa Evakuasi Penumpang pada Kapal Ro-Ro Menggunakan Discrete Event Simulation dan Social Force Model Jurusan Teknik
Lebih terperinciKAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN
1829-8370 (p) 2301-9069 (e) http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN Analisa Waktu Evakuasi Dengan Metode Advance Pada Kapal Perintis 1200 GT Kusnindar
Lebih terperinciEVALUASI SARANA MENYELAMATKAN DIRI KEADAAN DARURAT PADA BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN
EVALUASI SARANA MENYELAMATKAN DIRI KEADAAN DARURAT PADA BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN Lukman Handoko, Sritomo Wignjosoebroto, Sri Gunani
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini diperoleh beberapa kesimpulan : - Total waktu
Lebih terperinciANALISA EVAKUASI PENUMPANG PADA KAPAL RO-RO MENGGUNAKAN DISCRETE EVENT SIMULATION DAN SOCIAL FORCE MODEL
ANALISA EVAKUASI PENUMPANG PADA KAPAL RO-RO MENGGUNAKAN DISCRETE EVENT SIMULATION DAN SOCIAL FORCE MODEL Ach. Nurul Firdausi.*, Trika Pitana**, Ketut Buda Artana*** Department of Marine Engineering, Faculty
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan
Lebih terperinciSistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Kecelakaan kerja Frank Bird Jr : kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR....ii ABSTRAK...iii PRAKATA...iv DAFTAR ISI.....vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN.....ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Manajemen Keselamatan kapal. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN KESELAMATAN
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.
BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km
Lebih terperinciSTATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.
STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Investigation Tanggal Kejadian Date of Occurrence Sumber Source Tanggal Dikeluarkan
Lebih terperinciAri Wibisono
EVALUASI ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) DAN EMERGENCY RESPONSE PLAN (ERP) BERDASARKAN NATIONAL FIRE PROTECTION ASSOCIATION DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI PT. MacGREGOR PLIMSOLL INDONESIA
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO
TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses
Lebih terperinciK3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum
K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN KAPAL UNTUK PENERBITAN DOKUMEN OTORISASI PENGANGKUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1 A. LATAR BELAKANG.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada pengangkutan barang melalui laut, pengangkut mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi dan menjamin keamanan serta keselamatan muatan selama dalam
Lebih terperinciINSTALASI PERMESINAN
INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN
BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya
Lebih terperinciKapal yang telah lulus uji kelas akan teregistrasi
A.A. B. Dinariyana Jurusan TkikSi Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2011 Biro Klasifikasi adalah badan teknik yang melakukan kegiatan kegiatan: kegiatan: Pengawasan baik
Lebih terperinciRANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL
PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL LAMPIRAN 8 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kompetensi Marine
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI TERHADAP KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciI Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana. PRR-Batan, kawasan Puspiptek Serpong, ABSTRAK ABSTRACT
PERANCANGAN SISTEM MONITORING DAN KENDALI JARAK JAUH BERBASIS SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) PADA SISTEM KESELAMATAN DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA (PRR) I Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana PRR-Batan,
Lebih terperincinamun metode ini hanya dapat membekali operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal.
BAB I. PENDAHULUAN Proses terbitnya peraturan-peraturan internasional dalam penanggulangan bencana di laut boleh dikatakan sudah sangat reaktif terhadap pengalaman terjadinya beberapa bencana laut dan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sistem pemanas dengan prinsip perpindahan panas konveksi, konduksi dan radiasi adalah teknologi yang umum kita jumpai dalam kehidupan seharihari, baik alat pemanas
Lebih terperinciPENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran
Lebih terperinciBAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG
BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan
Lebih terperinciLaporan Studi Beasiswa Fasttrack. Studi Simulasi Kebakaran Bawah Tanah pada Transportasi Massal Berkecepatan Tinggi (Mass Rapid Transit)
Laporan Studi Beasiswa Fasttrack Studi Simulasi Kebakaran Bawah Tanah pada Transportasi Massal Berkecepatan Tinggi (Mass Rapid Transit) 1. Introduksi Oleh : Muhammad Agung Santoso Dibimbing oleh: Prof.
Lebih terperinciEVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT
EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT Nurhasanah Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis, Indonesia Email: nurhasanah@polbeng.ac.id
Lebih terperinciDESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT
DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT Marcel Winfred Yonatan 1 Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Ricky Lukman Tawekal 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciKONFIGURASI EFEKTIFITAS SISTEM KESELAMATAN PADA KAPAL PENUMPANG FERRY RO-RO. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik universitas Indonesia
1 KONFIGURASI EFEKTIFITAS SISTEM KESELAMATAN PADA KAPAL PENUMPANG FERRY RO-RO,, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik universitas Indonesia Program Studi Teknik Perkapalan Telephone: (021)727 0032,
Lebih terperinciDESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.
DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA Dr. Manlian Ronald Adventus Simanjuntak, MT Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas
Lebih terperinciROOM FIRES (KEBAKARAN DALAM RUANGAN) HENY TRIASBUDI, IR., MSC. FIRE SAFETY SPECIALIST
ROOM FIRES (KEBAKARAN DALAM RUANGAN) HENY TRIASBUDI, IR., MSC. FIRE SAFETY SPECIALIST PENDAHULUAN Pertumbuhan api secara tipikal berlangsung dalam 4 tahap : Incipient (awal nyala api). Growth (api mulai
Lebih terperinciSISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
PERENCANAAN TANGGAP DARURAT DI GEDUNG PERKANTORAN PT. LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Priyo Agus Setiawan 1, Politeknik Perkapalan Negeri
Lebih terperinciBAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan
BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT 2. 1. Pendahuluan Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen, sehingga dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat yang banyak tetapi juga dapat mendatangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada era globalisasi sekarang ini, semua negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan bersaing satu sama lain dalam hal teknologi. Hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciMAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL
MAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL PERLENGKAPAN KESELAMATAN DIKAPAL DISUSUN OLEH : 1. AZIS ANJAS NUGROHO ( 21090111120001 ) 2. CARMINTO ( 21090111120002 ) 3. M.RESI TRIMULYA ( 21090111120003 ) 4. M. BUDI HERMAWAN
Lebih terperinciENME Matematika Teknik Lanjut Advanced Engineering Mathematics 4 Wajib Peminatan Specialization Course 8 Subtotal 12
Struktur Kurikulum Program Studi Teknik Mesin S2 1st SEMESTER ENME801001 Matematika Teknik Lanjut Advanced Engineering Mathematics 4 Wajib Peminatan Specialization Course 8 SEMESTER 2 2nd SEMESTER Wajib
Lebih terperinciInformasi Teknik. No. : Juni Perihal : Penerapan IMO Mandatory Instrument yang akan diberlakukan 01 Juli 2016
Informasi Teknik No. : 061-2016 17 Juni 2016 Kepada : Semua pengguna jasa BKI Perihal : Penerapan IMO Mandatory Instrument yang akan diberlakukan 0 Ringkasan Tujuan dari Informasi Teknik ini adalah untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Istilah dan Definisi 2.1.1 Bangunan Gedung Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciPENDAHULUAN LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan
Lebih terperinciAPLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI
APLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI Cholil, Minto Basuki, I Putu Andhi Indira Kusuma Teknik Perkapalan ITATS, Jl. Arif Rahman
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan dan lautan. Banyak aktifitas yang dilakukan dengan mengandalkan perhubungan melalui
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I
Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur
Lebih terperinciReg. II/54.3/19.4 of SOLAS 1974
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN KELAYAKAN KAPAL UNTUK PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT
Abstrak ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT GT Budhi Santoso 1), Naufal Abdurrahman ), Sarwoko 3) 1) Jurusan Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis ) Program Studi Teknik Perencanaan dan Konstruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Denpasar sebagaimana kota - kota besar di Indonesia juga mempunyai masalah yang sama di bidang kebencanaan. Bencana yang kerap timbul di kota besar Indonesia
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API
EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API Mahaenca Cio Kaban NRP : 9721067 NIRM : 41077011970302 Pembimbing : Sonny Siti Sondari, Ir, MT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran merupakan momok yang mengerikan bagi pemilik maupun penghuni bangunan yang mengalaminya. Data statistik dari Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta per bulan
Lebih terperinciSEAKEEPING KAPAL PERIKANAN 30 GT DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR
Seminar Teknologi dan Rekayasa () 2015 SEAKEEPING KAPAL PERIKANAN 30 GT DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR Sabaruddin Rahman 1, Andi Haris Muhammad 2, Daeng Paroka 3, Syarifuddin Dewa 4 1, 2, 3, 4 Universitas
Lebih terperinciJurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit II Oktober 2017 Terbit 64 halaman
Karakteristik Penyebaran Api Ketika Terjadi Kebakaran Berbasis Metode FDS (Fire Dynamics Simulator) pada Parkiran Sepeda Motor Kampus A Universitas Negeri Jakarta Pratomo Setyadi Yola Furqaan Nanda Program
Lebih terperinciPENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )
PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA Oleh: Inggi Irawan (6505 040 0) Latar Belakang TATA adalah suatu perusahaan yang bertindak di bidang konstruksi.
Lebih terperinci[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dijelaskan dalam pasal 1 poin 36 bahwa kapal adalah kendaraan air dengan bentuk
Lebih terperinciBUKU RANCANGAN PENGAJARAN
BUKU RANCANGAN PENGAJARAN Mata Ajaran Pengantar Teknik Peran Disusun oleh : Gerry Liston Putra Sunaryo Program Studi Teknik Peran Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2016 PENGANTAR
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
No. 11 / Tahun VI. April 2013 ISSN 1979-2409 IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi
Lebih terperinciPENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM
PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM Daeng PAROKA 1 dan Ariyanto IDRUS 1 1 Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.282, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kapal Berbendera Indonesia. Kewajiban Klasifikasi. Badan Klasifikasi.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kapal Berbendera Indonesia. Kewajiban Klasifikasi. Badan Klasifikasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 7
Lebih terperinciDAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL
DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU
PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU Sudarno i 1 Abstract : Pengaturan tinggi beban yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab rendahnya efisiensi pada kompor
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti laksanakan mulai dari proses perancangan model dari sistem hingga hasil
Lebih terperinciTEKNIK PENGECORAN Halaman 1 dari 6
KOMPETENSI : Operasi peleburan KODE : M4.1A DURASI PEMELAJARAN : 100 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G 2 1 2 3 1 2 1 KONDISI KINERJA Meliputi tunggal atau ganda, kokas, minyak, gas atau
Lebih terperinciISPS CODE Seri: Manajemen Pelabuhan
Seri: Manajemen Pelabuhan Drs. Eko Hariyadi Budiyanto, Ak.MM.Msc Raja Oloan Saut Gurning, ST.Msc.CMarTech.GMRINA.MIMarEST Penerbit : PT. Andhika Prasetya Ekawahana Seri - Manajemen Pelabuhan Oleh : - Drs.
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS
EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS Edison NRP : 0121083 Pembimbing : Ir. Johanes Lim Dwi A.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.
BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya. a. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya
Lebih terperinciAUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006
MAKARA, TEKNOLOGI, VOLUME 12, NO. 1, APRIL 2008: 55-60 55 AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006 Fatma Lestari,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER
BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.
Lebih terperinciNo. : Maret : Laporan Singkat Sidang Sesi ke-3 dari Sub-Committee on Ship Systems and Equipment (SSE 3)
Informasi Teknik No. : 054-2016 30 Maret 2016 Kepada Perihal : Semua Pihak yang Berkepentingan : Laporan Singkat Sidang Sesi ke-3 dari Sub-Committee on Ship Systems and Equipment (SSE 3) Ringkasan Informasi
Lebih terperinci5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1
Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE
Lebih terperinciBAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT
BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan
Lebih terperinciLAMPIRAN I PETA LOKASI DAN DATA MASUKAN
DAFTAR PUSTAKA 1. Camelli, F. E., S. R. Hanna, and R. Löhner, 2004, Simulation of the MUST field experiment using the FEFLO-Urban CFD model. Fifth Symp. on the Urban Environment, Vancouver, BC, Canada,
Lebih terperinciKondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas
Di dalam proses produksi migas (minyak dan gas), ada beberapa kejadiaan merugikan yang tidak diinginkan yang bisa mengancam keselamatan. Jika tidak ditangani dengan baik, kejadian tersebut bisa mengarah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL & ANALISIS
BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu
Lebih terperinciANALISA SISTEM PENCEGAHAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI FASILITAS INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 TESIS.
ANALISA SISTEM PENCEGAHAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI FASILITAS INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 TESIS Oleh RIZKY R. HARAHAP 127032258/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PRAKATA ABSTRAKSI
ABSTRAKSI Kebutuhan akan rasa aman merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam setiap aspek kehidupan manusia termasuk rasa aman dari bahaya kebakaran. Egress system merupakan perencanaan metode
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini, hampir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini, hampir semua alat-alat keperluan sehari-hari tidak terlepas dari catuan listrik, dari mulai
Lebih terperinciImplementasi Discrete Event Simulation untuk Analisis Evakuasi Penumpang Kapal Ro-Ro Pada Kondisi List dan Normal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-43 Implementasi Discrete Event Simulation untuk Analisis Evakuasi Penumpang Kapal Ro-Ro Pada Kondisi List dan Normal Angga
Lebih terperinciOleh: Agus Tri Wahyu Dosen Pembimbing: Aries Sulisetyono, ST.,MASc.,Ph.D Dosen Pembimbing: Totok Yulianto. ST.,MT.
2013 Oleh: Agus Tri Wahyu Dosen Pembimbing: Aries Sulisetyono, ST.,MASc.,Ph.D. 1971 0320 1995121002 Dosen Pembimbing: Totok Yulianto. ST.,MT. 1970 0731 1995121001 PANDUAN 1. Teori Mekanika Teknik 2.
Lebih terperinci