KONFIGURASI EFEKTIFITAS SISTEM KESELAMATAN PADA KAPAL PENUMPANG FERRY RO-RO. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik universitas Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONFIGURASI EFEKTIFITAS SISTEM KESELAMATAN PADA KAPAL PENUMPANG FERRY RO-RO. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik universitas Indonesia"

Transkripsi

1 1 KONFIGURASI EFEKTIFITAS SISTEM KESELAMATAN PADA KAPAL PENUMPANG FERRY RO-RO,, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik universitas Indonesia Program Studi Teknik Perkapalan Telephone: (021) , , Faximile: (021) Kampus UI Depok ABSTRAK Belakangan ini banyak sekali kecelakaan yang terjadi pada kapal penumpang ferry ro-ro. Hal ini didasari oleh kurangnya sistem proteksi keselamatan yang tersedia pada kapal penumpang ferry ro-ro dalam proses pengoperasiannya, diantaranya adalah kurangnya ketersediaan instalasi sprinkler, smoke detector, lashing, serta pengawasan terhadap hal-hal yang mempunyai potensi resiko terjadinya kecelakaan yang cukup membahayakan dan berkonsekuensi besar. Salah satu bahaya keselamatan pada kapal penumpang ferry ro-ro yang menjadi permasalahan dalam beberapa tahun terakhir ini adalah bahaya kebakaran karena kurangnya perawatan dan ketersediaan alat pemadam kebakaran pada kapal ferry ro-ro. Selain itu, sisi buruk kesalahan manusia di kapal ferry ro-ro mempunyai potensi besar yang mengakibatkan terjadinya kebakaran, seperti penumpang dapat dipastikan bebas untuk merokok di atas kapal ferry dan penumpang yang menghidupkan mesin kendaraan pada saat proses penyeberangan berlangsung. Melihat hal tersebut, maka didalam penelitian ini dilakukan simulasi dengan menggunakan software Pyrosim agar didapatkan konfigurasi paling efektif pada sistem keselamatan kebakaran yang terjadi pada skenario yang diidentifikasi yang mempunyai tingkat resiko yang besar. Skenario yang disimulasikan pada software ini akan merepresentasikan proses pergerakan asap dan pertumbuhan api sesuai dengan kondisi kebakaran yang ditentukan. Pada kondisi kebakaran, parameter seperti pergerakan asap, konsentrasi asap, visibilitas, dan distribusi termal merupakan hal yang penting dan menjadi suatu acuan utama terhadap amannya desain suatu ruang pada kapal, relevan terhadap besarnya api dan peninjauan keselamatan kebakaran lainnya. Analisa dari parameter tersebut akan di jadikan acuan didalam mengukur efektifitas dari ketersediaan sistem keselamatan kebakaran yang digunakan untuk mendukung proses evakuasi penumpang pada saat kebakaran terjadi PENDAHULUAN Peristiwa kecelakaan yang sering terjadi tahun 2011 bisa dikatakan sebagai tahun gelap transportasi di Indonesia. Dalam setahun,tak kurang dari setengahnya terjadi karena kebakaran. Peningkatan standard dan pengawasan terhadap fire protection dan fire safety equipment perlu dibenahi. Keamanan merupakan prioritas utama dalam dunia pelayaran. Keamanan ini ditunjang oleh peralatan keselamatan yang terdapat di atas kapal ferry. Kecelakaan ini dapat menimbulkan suatu kerugian baik secara materi maupun waktu. Standart dari keselamatan disesuaikan sesuai dengan ruang lingkup dari pekerjaan itu sendiri. Karena setiap ruang lingkup pekerjaan mempunyai bahaya serta resiko yang berbeda beda. Jumlah korban hingga ratusan korban jiwa akibat dari peristiwa ini seperti luka ringan hingga luka berat seperti luka bakar, terganggunya sistem pernafasan, dan hilangnya nyawa akibat hangus terbakar dan tidak mendapatkan udara pernafasan dari asap kebakaran yang telah ditimbulkan oleh sumber api. Pada kondisi kebakaran, parameter parameter seperti pergerakan asap, konsentrasi asap, visibilitas, dan distribusi termal merupakan hal yang penting dan menjadi suatu acuan utama terhadap amannya desain suatu ruang, relevan terhadap besarnya api dan peninjauan keselamatan kebakaran lainnya.

2 2 Visibilitas yang merupakan sebuah interval jarak yang diperlukan untuk suatu benda agar dapat dilihat atau dibedakan dengan latar belakangnya, merupakan faktor keselamatan yang penting untuk ditinjau pada saat kebakaran terjadi, khususnya pada keadaan dimana penyebaran asap menjadi bahaya yang dominan. Dari visibilitas, parameter seperti konsentrasi asap, obskurasi, dan densitas optik dapat diperoleh sehingga peninjauan terhadap pergerakan asap dapat menghasilkan batasan kepada desain kapal untuk mengantisipasi peristiwa kebakaran. Efek dari berkurangnya visibilitas dapat dirasakan pada lokasi yang relatif jauh dari lokasi sumber kebakaran. Oleh karena itu, pada lokasi dimana terdapat bahaya panas yang relatif kecil, bahaya terhadap berkurangnya visibilitas sudah relatif besar, tergantung pada faktor konversi bahan bakar yang terbakar. Dampak ini dapat diatasi dengan menghisap asap hasil pembakaran, yang merupakan agen utama terhadap berkurangnya visibilitas, dengan menggunakan suatu sistem ventilasi hisap. LANDASAN TEORI Definisi kapal type ro-ro dapat ditemui dalam SOLAS 1974, Chapter II-1 sebagai kapal penumpang dengan fasilitas ro-ro. Dalam chapter ini yang dimaksud dengan kapal penumpang adalah Kapal yang mengangkut lebih dari 12 orang penumpang dan definisi dari Kapal penumpang Ro-Ro adalah Kapal penumpang yang melakukan loading dan unloading kargo atau muatan dengan metode Roll on dan Roll off. Dari difinisi ini, salah fungsi pentingnya adalah pengangkut penumpang dan kendaraan bermotor, terutama untuk jarak pelayaran dekat. Kapal-kapal motor penyeberangan di Indonesia paling sedikit memiliki 2 pintu rampa I depan dan belakang. Dengan adanya 2 pintu rampa, mobil pribadi, truk, dan bus masuk dari haluan kapal, maka truk dan bus akan keluar dari buritan kapal di pelabuhan tujuan,begitu pula sebaliknya Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang terputus karena adanya perairan, untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 1999 pasal 75 ayat 3, angkutan penyeberangan tidak mengangkut barang lepas (tidak diikat). Kapal motor penyeberangan dikategorikan sebagai angkutan penyeberangan di bawah naungan Direktorat Jenderal perhubungan Darat (Dirjenhubdar). Terdapat berbagai peraturan menyangkut masalah keselamatan jiwa di laut. Penggunaaan setiap peraturan tergantung pada jenis kapal, lokasi pelayaran, jenis muatan, dan jenis kelas atau bendera kapal yang dipilih oleh pemilik kapal. Pada dasarnya, hampir semua peraturan tentang keselamatan di dunia mengacu pada peraturan SOLAS yang dikeluarkan oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO). Beberapa Peristiwa Kebakaran Pada Kapal Ferry Tahun 2011 KMP LAUT TEDUH II Pada tanggal 28 Januari 2011, KMP. Laut Teduh- 2 merapat di Dermaga-I pelabuhan penyeberangan Merak untuk melakukan bongkar muat. Mualim IV dengan dibantu Awak Kapal mengatur kendaraan yang masuk ke kapal. proses pemuatan penumpang dan kendaraan selesai. Kapal selanjutnya berangkat dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni. Kapal melaju dengankecepatan rata-rata 6-7 knot. Sebagian pengemudi kendaraan dan penumpang menuju ruang akomodasi, namun sebagian lainnya masih berada di geladak kendaraan. pada saat kapal berada di sekitar Pulau Tempurung atau sekitar 5 Nmil dari Pelabuhan Merak, salah satu Awak bus (di bagian tengah Lower car deck) yang sedang tidur di dalam bus terbangun karena mendengar teriakan kebakaran dan melihat asap putih muncul dari belakang busnya. Pengemudi truk yang tidur dan berada di dekat bus tersebut terbangun saat mendengar penumpang mulai ribut dan segera keluar dari kendaraannya. Penumpang lain yang ada di Lower car deck setelah mengetahui hal tersebut mulai berupaya menyelamatkan diri dan berusaha memberitahukan kejadian kebakaran kepada awak kapal. Pada saat itu Lower car deck sudah mulai gelap tertutup asap. KKM (Kepala Kamar Mesin) yang mengetahui berita kebakaran dari penumpang segera memberitahukan awak mesin yang bertugas jaga di workshop (bengkel) untuk melakukan pencarian titik api dan melakukan pemadaman. Posisi bengkel tersebut tepat di atas area timbulnya kebakaran. Dua orang Juru Minyak yang sedang berada di bengkel, segera berupaya untuk menemukan titik kebakaran yang merupakan lokasi awal sumber

3 3 api. Di Lower car deck, dua orang Juru Minyak tersebut menemukan salah satu kendaraan telah mengeluarkan asap tebal di bagian belakangnya (Penumpang mulai panik saat mendengar ledakanledakan, sebagian ada yang berupaya menyelamatkan diri meninggalkan kapal dan ada yang melompat ke laut. Awak kapal berusaha menurunkan lifeboat dan liferaft dari sisi kiri namun terhalang asap, kemudian menuju ke sisi kanan dan menurunkan 1 unit lifeboat beserta sekitar 30 pelayar di atasnya. Selain itu 3 unit ILR juga diturunkan, namun hanya 2 yang berhasil mengembang. Dalam kejadian ini 22 orang penumpang meninggal dunia. KMP SALVIA Pada tanggal 8 Februari 2011, KM. Salvia bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pelabuhan Pangkal Balam, Bangka Belitung. KM. Salvia adalah kapal pengangkut penumpang dan kendaraan jenis Ro-Ro Pax, milik PT. Bukit Merapin Nusantara berukuran GT Kapal berkapasitas angkut 525 penumpang dan 40 unit kendaraan roda empat.km. Salvia bertolak dari Pelabuhan I dermaga 107 Tanjung Priok mengangkut 238 penumpang termasuk 50 orang supir truk dan kernet serta 39 unit kendaraan. Ketika posisi kapal ± 2,5 mil laut sebelah Timur Pulau Damar Kepulauan Seribu, Masinis Jaga melihat adanya api disertai asap di mesin induk kiri No. 2. Mualim Jaga bersama Juru Minyak Jaga segera melakukan pemadaman dengan alat pemadam api ringan (APAR) dan melaporkan kejadian tersebut kepada Nahkoda. Sambil menunggu bantuan dari awak kapal lain, Masinis Jaga mematikan mesin induk dengan menutup keran bahan bakar.berdasarkan laporan dari kamar mesin tersebut, Markonis kemudian meminta pertolongan kepada kapal-kapal terdekat dan pihak pelabuhan. Tindakan selanjutnya, sebagian awak kapal mengarahkan seluruh penumpang untuk bersiap melakukan evakuasi dan sebagian lainnya menuju kamar mesin untuk membantu pemadaman. Setelah sekitar setengah jam api belum dapat dipadamkan, Nahkoda memerintahkan Kepala Kamar Mesin (KKM) untuk menutup pintu kedap kamar mesin, menutup semua ventilasi ruang mesin, dan mengaktifkan pemadam api dengan sistem Halon. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan kali ini. Pengertian Bahaya dan Resiko Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan kerugian (ISO 31010:2008). Bahaya adalah kondisi tempat kerja atau tingkah laku pekerja yang dapat menyebabkan injury kematian, sakit atau kerugian lain ( Mark A. Friend and James P. Kohn). Menurut OHSAS 18001:2007 bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian terhadap manusia. Sedangkan resiko adalah suatu kemungkinan dimana dapat terjadi kerugian atau kerusakan pada suatu kelompok atau individu yang merupakan dampak dari kecelakaan tersebut, dampaknya dapat berupa negatif dan positif (AS/NZS 4360:2004) Penilaian resiko kebakaran Penilaian resiko kebakaran pada dasarnya suatu pendekatan tersusun ke pengambilan keputusan. Didalam struktur umum ini, ada beberapa teknik pendekatan, seperti analisa kuantitatif, analisa semi-kuantitatif, dan analisa kualitatif. Dalam melakukan penilaian resiko kebakaran mempunyai langkah-langkah sebagai berikut : 1.Mengidentifikasi resiko terjadinya Api Langkah pertama adalah mengetahui sumber api yang berpotensial menyebabkan kebakaran di kapal, diantaranya adalah : Sumber api : rokok, listrik statis, mesin mobil atau motor Sumber bahan bakar yang berpotensial menyebabkan kebakaran dan ledakan di kapal, sebagai berikut : Material : Kayu, Kertas, Plastik, Karet, Fiber, Busa Liquids : Solar, Bensin, Cat. Gas : LPG dari cafetaria atau dapur. 2. Identifikasi Manusia terhadap resiko Jika ada suatu api/kebakaran, bahaya yang terbesar bagi manusia/orang yang berada di tempat tersebut adalah panas dan asap pembakaran. Langkah langkah yang harus dilakukan dalam penilaian resiko kebakaran, meliputi : Mengetahui penyebaran api dan asap yang ada ditempat tersebut. Mengetahui jumlah orang / manusia yang ada di tempat tersebut. Adanya peringatan tentang kebakaran atau mengetahui alarm kebakaran

4 4 Adanya pelatihan yang diberikan crew kapal tentang evakuasi penumpang. Adanya petunjuk mengenai jalur evakuasi di kapal. 3. Mengevaluasi resiko Untuk mengevaluasi resiko kebakaran hal yang dilakukan dengan cara pengukuran control yang ada ditempat tersebut dan perlengkapan yang ada dalam mengendalikan kebakaran, dilakukan dengan cara : Mengurangi sumber api yang dapat terjadi. Memberikan rekomendasi untuk mencegah kebakaran meluas. Memberikan rekomendasi tentang alat pecegah kebakaran seperti detektor panas, detektor asap Pembakaran Bahan Bakar Padat Pembakaran bahan bakar padat (bukan logam) telah diatur di dalam klasifikasi Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.Per 04/Men/1980 yang di kategorikan di Kelas A : Bahan bakar padat. Bahan padat selain logam kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya. Kebakaran yang dapat terjadi dikarenakan panas yang datang dari luar sehingga molekul benda padat berurai dan membentuk gas. Sehingga gas inilah yang terbakar. Sifat utama dari pembakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan dapat menyimpan bahan panas. Bahan-bahan mampu bakar tersebut seperti selulosa, karet, kertas, berbagai jenis plastik (Polyurethane Foam dll), dan serat-serat alam. Prinsip pemadaman kebakaran jenis ini adalah dengan cara menurunkan suhu dengan cepat. Jenis media yang cocok adalah dengan menggunakan air. Ukuran dari api dapat direpresentasikan oleh besarnya laju produksi kalor atau heat release rate (HRR). Dapat diperhatikan pada persamaan bahwa HRR ( ) tergantung pada besar laju pembakaran massa ( ) dan entalpi pembakaran ( h ). = h Sifat dan produksi asap terdapat dua tinjauan penting mengenai sifat dan produksi asap. Dua tinjauan ini adalah distribusi ukuran asap dan sifat asap itu sendiri. Sifat asap dipengaruhi oleh distribusi ukurannya Model kebakaran zona Api dimodelkan sebagai sumber energi dan massa yang juga berperan, seakan akan, sebagai pompa, yang dikarenakan gaya apung pada aliran hasil pembakaran, memindahkan massa pada zona dibawahnya ke zona atas melalui proses yang disebut sebagai entrainment. Kebakaran zona adalah memodelkan suatu kebakaran pada kompartemen berdasarkan dua zona. Kedua zona ini direpresentasikan sebagai volume kontrol yang ada karena disebabkan oleh adanya stratifikasi temperatur akibat adanya kebakaran Fire Dynamic Simulator (FDS) Secara singkat, FDS merupakan perangkat lunak yang beroperasi berdasarkan model komputasi dinamika fluida untuk menyelesaikan persamaan persamaan atur yang relevan dengan aliran massa, energi, dan momentum pada daerah komputasi, yang telah didiskritisasi, khusus untuk aliran fluida yang disebabkan adanya api. Secara numerik, FDS menyelesaikan persamaan Navier Stokes untuk aliran yang terjadi karena adanya gradien termal pada kecepatan yang rendah dengan menitik beratkan perhatian kepada asap dan perpindahan panas dari api.tahap-tahap di dalam pemakaian FDS adalah; Pengaturan geometri Pengaturan material dan permukaan geometri Pengaturan kondisi pembakaran Pengaturan parameter simulasi Analisisi Resiko Analisis semi-kuantitatif dengan melakukan observasi terhadap lingkungan serta sistematika kerja, selain itu juga melakukan penilaian terhadap lingkungan kerja. Penelitian observasi ini dilakukan dengan bertahap pada 3 kapal ferry yang berbeda dan di dalam metode Preliminary Hazard Analysist. Dengan begitu peneliti dapat merancang fire scenario yang akan di simulasikan sesuai dengan keadaan lapangan, pada tabel 3.1 digunakan oleh peneliti dengan metode Preliminary Hazard Analysist.

5 5 Penentuan Letak Sumber Kebakaran Dari hasil simulasi pertama, yaitu kebakaran yang terjadi pada bus yang terletak di baris 1, didapat hasil visual dari perambatan asap hingga memenuhi semua ruang car deck dibutuhkan waktu 36 second. Dari hasil simulasi pertama, yaitu kebakaran yang terjadi pada bus yang terletak di baris 2, didapat hasil visual dari perambatan asap hingga memenuhi semua ruang car deck dibutuhkan waktu 32 second. Dari hasil simulasi pertama, yaitu kebakaran yang terjadi pada bus yang terletak di baris ke 3, didapat hasil visual dari perambatan asap hingga memenuhi semua ruang car deck dibutuhkan waktu 31 second. Kesimpulan dari hasil 3 simulasi di atas adalah perbedaan waktu dari perambatan asap untuk sampai ke ruang penumpang, dimana pada simulasi pertama letak sumber kebakaran berada di belakang membutuhkan waktu perambatan asap untuk sampai memenuhi seluruh ruang car deck adalah 36 second, simulasi kedua dengan letak kebakaran berada di depan membutuhkan waktu 32 second untuk memenuhi ruang car deck, dan pada simulasi yang ketiga didapat waktu pada sumber kebakaran di baris ke 3 membutuhkan waktu 31 second. Maka dalam penelitian ini, peneliti menetapkan letak sumber kebakaran berdasarkan pengamatan visual dari hasil simulasi FDS, yaitu pada mobil yang terletak di baris ke tiga, sebagai sumber kebakaran yang berbahaya. Material Material yang digunakan pada simulasi adalah polyurethane foam, steel, and gypsum. Dimana polyurethane foam dan gypsum ditetapkan pada bangku tiap bus. Sedangkan steel ditetapkan pada material dari kapal itu sendiri. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini nilai nilai termofisik untuk kedua material tersebut. Material ρ (kg/m 3 ) k (W/(m.K)) (kj/(kg.k)) Steel 7850,0 45, Foam Gypsum Model pembakaran 5,0E Pada simulasi ini, nilai HRR ditetapkan sebesar 5300 KW dengan HRRPUA sebesar 380 kw/m 2 dan luas sumber kebakaran sebesar 0.12 m 2. Bahan bakar yang didesain adalah burner pada polyurehtane foam dengan mengasumsikan ini disebabkan sampah yang terbakar dan waktu pembakaran selama 331 second dengan laju pembakaran per satuan massa maksimum selama proses kebakaran terjadi, maka luas permukaan pembakaran bahan bakar dan volume bahan bakar adalah sebesar 15,2 m 2 dan 1,57 m 3. Penelitian ini dikhususkan untuk mengamati performa dari alat proteksi kebakaran (smoke exhaust,supply fresh air, sprinkler dan smoke detection) dan meninjau pergerakan asap, konsentrasi asap, dan penyebaran temperatur akibat asap, tanpa disertai propaganda api. Pada pengaturan awal simulasi, ditetapkan beberapa alat pengukuran seperti termokopel, dan pengukur visibilitas. Selain juga di tinjau tingkat kefektifitas dari pengaruh alat proteksi kebakaran (smoke exhaust,supply fresh air, sprinkler dan smoke detector) terhadap konsentrasi asap, visibilitas, dan distribusi temperatur terhadap kebakaran sehingga memberikan waktu yang cukup untuk evakuasi pada saat kebakaran terjadi. supply fresh air dan pembuangan asap (smoke exhaust). Dengan memperhatikan jumlah kapasitas supply dan exhaust peneliti disini menggunakan kapasitas sebesar m 3 /jam. Hal ini merujuk oleh hasil dari produksi asap yang besar dari hasil pembakaran yang terjadi. mengingat pentingnya pengendalian asap agar evakuasi dapat berjalan tanpa terjadinya korban. Hasil dan pembahasan Batasan batasan mengenai temperatur udara, tingkat obskurasi asap, dan sebagaimana yang disebutkan pada NFPA 130 appendix B, adalah sebagai berikut: Temperatur udara maksimum 60 o C untuk beberapa detik pertama kebakaran terjadi, dan rata rata 49 o C atau kurang untuk 6 menit pertama kebakaran terjadi serta dengan kemudian menurun. Tingkat obskurasi asap dapat tetap ditahan pada kondisi dimana tanda bercahaya dengan intensitas 7.5 ft candela dapat tetap dilihat dari jarak 30 m dengan dinding dan pintu yang dapat tetap terlihat dari jarak 10 m. Pada bagian berikut ini, akan dipaparkan distribusi temperatur dan visibilitas pada simulasi simulasi yang telah dilakukan, dengan kemudian

6 6 membandingkannya dengan standar NFPA 130 yang telah disebutkan di atas Temperatur Temperatur untuk 80 detik pertama zona car deck skenario pertama. Temperatur untuk 80 detik pertama zona car deck skenario 2 Temperatur untuk 80 detik pertama zona car deck skenario 3 Temperatur untuk 80 detik pertama zona car deck skenario 4 Keempat grafik diatas hanya dipilih beberapa titik yang mempunyai perubahan temperatur secara signifikan dan melewati batas aman evakuasi (60 o C) serta perbandingan pada titik yang sama dengan skenario berbeda terlihat bahwa pada skenario 1, nilai temperatur pada 80 detik pertama pada kondisi kebakaran 5,3 MW, melebihi batas standar temperatur maksimal sebesar 60 o C pada detik ke 45, hal ini berarti evakuasi sudah tidak bisa dilakukan pada pada titik tersebut. Sedangkan pada skenario kedua terlihat bahwa temperatur maksimum pada kebakaran kapal masih memenuhi standar aman begitu pula pada skenario ketiga dan keempat. Hal ini disebabkan oleh temperatur pada skenario kedua api telah berhasil di padamkan pada detik ke 55 sedangkan pada skenario ketiga dan keempat api juga berhasil berhasil di padamkan pada detik 88 dan detik 48 sehingga tidak terjadinya penyebaran dari kebakaran dan produksi asap terbentuk. Simulasi keempat api lebih lama di padamkan di karenakan oleh api berhasil di hambat pertumbuhannya di karenakan kadar oksigen yang berkurang di karenkan jumlah produksi asap yang terbentuk, pada simulasi ini sprinkler tidak berfungsi di karenkan api yang terbentuk belum cukup untuk membuat sprinkler mengeluarkan air. Dan asap berhasil mematikan api tersebut. Sedangkan pada simulasi keempat terlihat bahwa supply fresh air berhasil mempertahankan temperatur area kebakaran dengan cara memberikan pasokan udara segar dan juga mendorong dari pergerakan asap menuju area terbuka, selain itu smoke exhaust berfungsi untuk membuang produksi asap yang terproduksi menuju ke pintu evakuasi lantai 2 sehingga mengurangi dari penyebaran distribusi temperatur yang di bawa oleh asap. Pada simulasi keempat terlihat juga bahwa ketika api mulai

7 7 membesar sprinkler pecah dan menyemburkan air pada saat menyentuh suhu 60 o C derajat (titik aktivasi sprinkler). Visibilitas Skenario pertama (a) Visibility pintu evakuasi lantai 2.1 (m) Visibility tangga lantai 2.3 (b) Visibility pintu evakuasi lantai 2.2 (n) Visibility tangga lantai 2.4 (c) Visibility pintu evakuasi lantai 3.1 (o) Visibility tangga lantai 3.1 (d) Visibility pintu evakuasi lantai 3.2 (p) Visibility tangga lantai 3

8 8 Hasil data yang di dapatkan adalah data 17 titik. Akan tetapi hanya titik diatas yang mempunyai perubahan secara signifikan dan melewati titik batas visibilitas evakuasi (10 meter) grafik (a) dapat dilihat dari perubahan visibilitas hingga mencapai angka di bawah 10 meter terjadi pada waktu 32 detik, hal ini di karenakan oleh pertumbuhan asap yang tinggi di car deck lantai 2 yang diakibatkan oleh material terbakar pada daerah sekitar titik api dan tinggi langit-langit car deck yang hanya setinggi 2,95 meter sehingga asap akan cepat sekali turun memenuhi ruangan, selain itu lokasi di titik (a) cukup dekat dengan letak sumber kebakaran serta mempunyai geometri yang memungkinkan terjadinya penumpukan asap yang tinggi. Sama halnya dengan grafik (b) perubahan visibilitas hingga mencapai angka di bawah 10 meter terjadi pada detik ke 32. Sedangkan grafik pada titik (c) yang berada pada lantai 3 pada kapal menunjukkan bahwa visibilitas turun hingga di bawah 10 meter berada pada detik sekitar 86, sedangkan titik (d) visibilitas turun hingga di bawah 10 meter berada di waktu 170 detik. Kedua titik ini berada pada lantai 3 pada kapal ferry ro-ro yang sedang di simulasikan, akan tetapi dari hasil penglihatan visual dari simulasi terlihat bahwa kedua titik ini berada pada jalur pergerakan asap yang di hasilkan dari kebakaran dari skenario yang diuji, dan geometri dari kedua titik ini juga mempunyai potensi dalam menyimpan jumlah asap yang cukup banyak dikarenakan ruangan pada titik ini tertutup di bagian atap langit-langitnya sehingga asap yang masuk dalam jumlah yang besar dapat berkumpul dan turun hingga memenuhi ruangan pada kedua titik ini sebelum bisa keluar melalui celah ventilasinya.. Titik (m) dan (n) adalah tangga luar yang dekat alur penjalaran asap, di karenakan area ini terbuka maka visibilitas di kedua titik ini terganggu hanya di beberapa detik saja, yaitu grafik pada titik (m) visibilitas di bawah 10 meter terjadi pada tepat detik ke 54,160, dan 162 dan grafik pada titik (n) visibilitas di bawah 10 meter terjadi dari waktu detik ke 187 hingga detik ke 192. Grafik visibilitas di bawah 10 meter pada titik (o) terjadi pada sekitar pada detik ke 73 dan merupakan salah satu tempat yang juga cukup rawan di karenakan jumlah kapasitas asap yang terkumpul di cukup banyak, sama hal dengan titik (p) dimana pada grafik visibilitas berbahaya terjadi sekitar detik 72. Visibilitas skenario 2 sprinkler (dipilih variasi pertama karena dari hasil simulasi, variasi kedua lebih efektif memadamkan api di bandingkan variasi 2) (a) Visibility pintu evakuasi lantai 2.1 (b) Visibility pintu evakuasi lantai 2.2 Dari 17 titik pengukuran dilakukan hanya pada ke lima titik ini terjadi perubahan visibilitas secara signifikan hingga evakuasi tidak dapat dilakukan (batas minimum 10 meter). Hasil simulasi dari skenario kedua variasi sprinkler pertama adalah pada grafik (a) menunjukkan bahwa visibilitas di titik tersebut mengalami penurunan di bawah titik aman penglihatan saat terjadi kebakaran (10 meter) pada saat detik ke 31 hal ini di karenakan titik ini berada di dalam ruangan tertutup pada bagian langit-langitnya dan letaknya cukup ekat dengan sumber kebakaran hal sama terjadi pada area di titik (b), kedua area ini berada di depan pintu tempat jalur evakuasi pada lantai 2, pada titik (b) visibililitas di bawah angka 10 meter terjadi pada sekitar detik 32 dan kondisi ini berlangsung hingga sekitar menit 75.

9 9 Skenario 3 dan 4 (a) Skenario 3 (b) Skenario 4 Pada 2 skenario terakhir ini dapat dilihat bahwa dari segi aspek visibilitas terhadap setiap titik pada batasan kebakaran yang di lakukan bahwa di setiap titik hampir tidak terjadi perubahan visibilitas, hanya pada titik (m) dan (n) pada skenario 4 yang terletak pada tangga luar evakuasi pada lantai 2. Perubahan visibilitasnya hanya mencapai titik 13 dan 11 meter yang berarti masih berada dalam kondisi aman evakuasi dilihat dari segi visibilitas. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisa terhadap data data hasil simulasi yang sudah dijabarkan pada bab 4, diperoleh beberapa informasi inti yang setidaknya dapat memberikan masukan dan tuntunan terhadap penelitian selanjutnya Kontribusinya terhadap pengurangan luas daerah reduksi visibilitas juga sangat dipengaruhi terhadap desain sumber kebakaran yang ditetapkan. Pada simulasi tersebut, yang digunakan adalah sumber kebakaran dengan laju produksi kalor sebesar 5,3 MW dalam waktu 330 detik. Dari yang sudah dibahas sebelumnya, hampir terlihat jelas bahwa minimum visibilitas terdapat pada detik detik dimana pembakaran terhenti. Jika seandainya kebakaran yang terjadi memiliki rentang waktu dan produksi kalor yang di hasilkan lebih besar, sangat memungkinkan untuk terdapatnya minimum visibilitas yang lebih kecil dari yang sudah dibahas. Hal yang sama juga berpengaruh terhadap temperatur, sangat memungkinkan terjadinya pertambahan temperatur yang jauh lebih besar dan memungkinkan untuk terdapatnya maksimal temperatur dari kasus yang telah di bahas. Perubahan dari pemasangan smoke exhaust mengurangi luas daerah reduksi visibilitas. Dan sedikit membantu di dalam menjaga kondisi temperatur di setiap titik evakuasi agar tetap dapat di jalankan sesuai prosedur yang ada dan terjaga keamanannya. Selain itu smoke exhaust juga membantu membuang asap ketika proses pembakaran telah berhasil di padamkan. Sprinkler bekerja pada titik 68 o C di saat api telah membesar dan pada skenario tiga terlihat bahwa bahwa sprinkler bekerja pada detik ke 36 dan berhasil memadamkan api pada detik ke 48. Selain itu juga pengaruh dari peletakan jumlah sprinkler yang efektif, terlihat pada skenario 2 variasi pertama lebih cepat memadamkan api dan lebih efektif di dalam menahan jumlah pertambahan temperatur pada car deck di bandingkan oleh variasi sprinkler ke dua hal ini membuktikan bahwa peletakan sprinkler memiliki pengaruh di dalam menahan dan memadamkan kebakaran yang terjadi. Saran Akan jauh lebih baik bahwa tidak ada keberadaan penumpang pada zona car deck, tidak adanya kendaraan yang hidup pada saat kegiatan operasi kapal berlangsung di karenakan akan menaikkan potensi resiko keselamatan dan kebakaran yang terjadi. Melalui simulasi yang telah di lakukan, peneliti menyarankan bahwa akan pentingnya kelengkapan akan sistem keselamatan yang terinstalasi, selain itu perawatannya juga di perlukan dimana saat terjadi bahaya kebakaran, sistem tersebut dapat bekerja dengan baik. Instalasi sistem sprinkler pada car deck terlihat pada skenario 2 pada 2 jenis variasi sprinkler yang berbeda terlihat bahwa sprinkler variasi

10 10 pertama lebih cepat di dalam memadamkan api hal ini terlihat HRR yang di hasilkan (lihat gambar 4.2 dan 4.3) pada kasus kebakaran yang sedang di teliti, dapat disarankan bahwa instalasi sprinkler berada tepat di atas setiap mobil pada parkiran. Menambahkan sistem smoke exhaust pada ruang car deck agar pada saat terjadi kebakaran dapat memberikan waktu lebih di saat terjadinya kebakaran, selain itu disarankan juga agar desain car deck dapat di kedapkan di saat terjadinya kebakaran agar produksi asap yang terbentuk tidak menyebar ke titik lainnya dan asupan oksigen juga semakin menipis supaya api dapat padam, akan tetapi dengan kondisi tidak ada penumpang di dalam car deck. Verifikasi eksperimen perlu untuk dilakukan sebagai kegiatan penelitian selanjutnya, guna menjadi evaluasi aktual terhadap simulasi yang sudah dilakukan. Daftar Pustaka [1] Rapporteur Alfred Haack. Designs Fire Scenario Technical Report Part 1. Thematic Network Fire in Tunnel. p. 32. [2] Non Convention Vessel Standard Indonesian Flagged, Ministry of Transportation, [3] Angus Grandison, Zhaozhi Wang, Ed Galea, Mayur Patel, Philipp Lohrmann, Nikos Themelis, Wenkui Cai, George Mermiris. Probabilistic Framework for Onboard Fire Safety. Scenario Generation Model (D1.4), 3 February [2] McGrattan Kevin, Randall McDermott, Simo Hostika, Jason Floyd. Fire Dynamics Simulator (Version 5) User s Guide[M]. NIST Special Publication , Gaithersburg, Maryland: National Institute of Standards and Technology, October [3] Kevin McGrattan, Simo Hostikka, Jason Floyd, Howard Baum, Ronald Rehm, William Mell, Randall McDermott. Fire Dynamics Simulator (Version 5) Technical Reference Guide Volume 1: Mathematical Model. NIST Special Publication , Gaithersburg, Maryland: National Institute of Standards and Technology, October [4] SFPE. (2002). SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA. [5] Quintiere James G. Compartment Fire Modeling SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA. [6] Walton William D., Thomas Philip H., Estimating Temperature in Compartment Fire SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA. [12] D. T. Gottuk, D. A. White. Liquid Fuel Fires SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA. [13] Babrauskas Vytenis. Heat Release Rates SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA. [14] George W. Mulholland. Smoke Production and Properties - SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA. [15] Brian Y. Lattimer. Heat Fluxes from Fires to Surfaces - SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA. [16] Gunnar Heskestad. Fire Plumes, Flame Height, and Air Entrainment - SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, National Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA. [17] ps#!forum/fds-smv, Desember 2012.

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off Fire Safety Assessment System Design For Roll On Roll Off Ferry Sunaryo 1, a *, Khaerunisa Sabitha 2,b 1 PS Teknik

Lebih terperinci

Indonesia MT 12. Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Indonesia MT 12. Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Simulasi numerik rekonstruksi kebakaran di kapal Bondan Hendar Adiwibowo 1, a, Muhammad Agung Santoso 1,b *, Firman Ady Nugroho 1, c dan Yulianto S. Nugroho 1,d 1 Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Latar Belakang. Luaran yang Diharapkan Metodologi. Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi

Latar Belakang. Luaran yang Diharapkan Metodologi. Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi SKRIPSI ME09 1329 OUTLINE Latar Belakang Tujuan Luaran yang Diharapkan Metodologi Data Kapal 5000 GT Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi Kejadian kebakaran pada umumnya disebabkan penanggulangan awal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan dan lautan. Banyak aktifitas yang dilakukan dengan mengandalkan perhubungan melalui

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISA FIRE RISK ASSESMENT PADA KAPAL PENUMPANG (STUDI KASUS RANCANGAN KAPAL 5000 GT MILIK DINAS PERHUBUNGAN DARAT)

ANALISA FIRE RISK ASSESMENT PADA KAPAL PENUMPANG (STUDI KASUS RANCANGAN KAPAL 5000 GT MILIK DINAS PERHUBUNGAN DARAT) ANALISA FIRE RISK ASSESMENT PADA KAPAL PENUMPANG (STUDI KASUS RANCANGAN KAPAL 5000 GT MILIK DINAS PERHUBUNGAN DARAT) Abdul Aziz Arfi 1), Trika Pitana 2) & Hari Prastowo 2) 1) 2) 3) Departement of Marine

Lebih terperinci

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Tri Octa Kharisma Firdausi 1*, Arief Subekti 2, dan Rona Riantini 3 1 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF

PERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF PERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF Khaerunisa S/1106003996 Mahasiswa S1, Program Studi Teknik Perkapalan, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat yang banyak tetapi juga dapat mendatangkan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API Mahaenca Cio Kaban NRP : 9721067 NIRM : 41077011970302 Pembimbing : Sonny Siti Sondari, Ir, MT.

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR Mohamad Hakam Prodi : Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

Laporan Studi Beasiswa Fasttrack. Studi Simulasi Kebakaran Bawah Tanah pada Transportasi Massal Berkecepatan Tinggi (Mass Rapid Transit)

Laporan Studi Beasiswa Fasttrack. Studi Simulasi Kebakaran Bawah Tanah pada Transportasi Massal Berkecepatan Tinggi (Mass Rapid Transit) Laporan Studi Beasiswa Fasttrack Studi Simulasi Kebakaran Bawah Tanah pada Transportasi Massal Berkecepatan Tinggi (Mass Rapid Transit) 1. Introduksi Oleh : Muhammad Agung Santoso Dibimbing oleh: Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK disegala kebutuhannya, IPTEK berkembang dengan pesat hampir di seluruh negara. Dari negara maju sampai

Lebih terperinci

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2016 KEMENHUB. Kendaraan diatas Kapal. Pengangkutan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 115 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada era globalisasi sekarang ini, semua negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan bersaing satu sama lain dalam hal teknologi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang aman, andal dan ekonomis, maka diperlukan beberapa komponen penyusun

BAB I PENDAHULUAN. yang aman, andal dan ekonomis, maka diperlukan beberapa komponen penyusun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kelistrikan merupakan salah satu aspek penting untuk menggerakkan roda perindustrian. Listrik sudah menjadi sarana pendukung yang vital dan tidak terpisahkan

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: crew boat, kebakaran, fire control plan, ruang penumpang, ruang mesin, heat detector, smoke detector, CO 2, evakuasi

ABSTRAK. Kata Kunci: crew boat, kebakaran, fire control plan, ruang penumpang, ruang mesin, heat detector, smoke detector, CO 2, evakuasi 1 ANALISIS PEMASANGAN INSTALASI SISTEM PEMADAM KEBAKARAN LENGKAP DENGAN ALAT KESELAMATAN UNTUK KAPAL ALUMINIUM CREW BOAT LOA 50 M KAPASITAS 200 PENUMPANG Mukti Wibowo 1, Chandra Pamungkas 2 Departemen

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR....ii ABSTRAK...iii PRAKATA...iv DAFTAR ISI.....vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN.....ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.14.09.07.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Kebakaran di FSO. CILACAP/PERMINA SAMUDRA 104 (IMO No. 7378585) Di Sekitar 6 Mil Timur Dari Tanjung Pemancingan Pulau

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beberapa penelitian yang terkait dengan kebakaran gedung diantaranya. Pertama penelitian oleh Erna Kurniawati pada tahun 2012 yang berjudul Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran pada

Lebih terperinci

Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit II Oktober 2017 Terbit 64 halaman

Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit II Oktober 2017 Terbit 64 halaman Karakteristik Penyebaran Api Ketika Terjadi Kebakaran Berbasis Metode FDS (Fire Dynamics Simulator) pada Parkiran Sepeda Motor Kampus A Universitas Negeri Jakarta Pratomo Setyadi Yola Furqaan Nanda Program

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN

PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai penyebab terjadinya kebakaran. 2. Memahami prinsip pemadaman kebakaran. INDIKATOR: Setelah mempelajari modul Pembelajaran

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK

ANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK ANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK *Sunaryo 1, Agus Zuldi Hermawan 2 *1) Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 2) Mahasiswa Program Sarjana Reguler Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Gerakan-gerakan kerja operator untuk tiap stasiun kerja sudah dirancang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan

Lebih terperinci

PREDIKSI TEMPERATUR KEBAKARAN RUANGAN BANGUNAN MENGGUNAKAN MODEL BABRAUSKAS

PREDIKSI TEMPERATUR KEBAKARAN RUANGAN BANGUNAN MENGGUNAKAN MODEL BABRAUSKAS Jurnal Permukiman Vol. 12 No. 1 Mei 2017 : 8-19 PREDIKSI TEMPERATUR KEBAKARAN RUANGAN BANGUNAN MENGGUNAKAN MODEL BABRAUSKAS The Use of Babrauskas Model for Prediction of Room Building Fire Temperature

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.17.02.02.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Kebakaran di KMP. Caitlyn (IMO No. 8602048) Area Labuh Jangkar Pelabuhan Merak, Banten Republik Indonesia 21 Februari

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU Jurnal Wave, UPT. BPPH BPPT Vol. XX,No. XX, 20XX WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU Daeng Paroka 1, Muh. Zulkifli 1, Syamsul Asri 1 1 Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

MODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi

MODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi 5 MODA TRANSPORTASI LAUT Setijadi setijadi@supplychainindonesia.com 2015 1 PERKEMBANGAN ANGKUTAN LAUT Setiap tahun terdapat lebih dari 50.000 kapal besar yang membawa 40 persen perdagangan dunia yang dibawa

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana 6508040502 ABSTRAK Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan bisa terjadi

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana/musibah yang akibatkan oleh api dan dapat terja mana saja dan kapan saja. Kebakaran yang akibatkan oleh ledakan atau ledakan yang akibatkan

Lebih terperinci

APLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI

APLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI APLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI Cholil, Minto Basuki, I Putu Andhi Indira Kusuma Teknik Perkapalan ITATS, Jl. Arif Rahman

Lebih terperinci

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS Edison NRP : 0121083 Pembimbing : Ir. Johanes Lim Dwi A.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver. STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Investigation Tanggal Kejadian Date of Occurrence Sumber Source Tanggal Dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai langkah untuk memenuhi kebutuhan energi menjadi topik penting seiring dengan semakin berkurangnya sumber energi fosil yang ada. Sistem energi yang ada sekarang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( ) TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Kecelakaan kerja Frank Bird Jr : kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan Dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun di PT. Surya Alam Rekananda pada proses pengeringan jagung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013 ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013 Tri Kurniawan* L. Meily Kurniawidjaja** Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN 1829-8370 (p) 2301-9069 (e) http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN Analisa Waktu Evakuasi Dengan Metode Advance Pada Kapal Perintis 1200 GT Kusnindar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi merupakan kebutuhan penting yang mana berfungsi untuk menunjang kemajuan ekonomi karena akan memudahkan mobilitas penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran merupakan momok yang mengerikan bagi pemilik maupun penghuni bangunan yang mengalaminya. Data statistik dari Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta per bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani

Lebih terperinci

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) - 35-7. BIDANG PERHUBUNGAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan kabupaten 2. Pemberian izin penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti laksanakan mulai dari proses perancangan model dari sistem hingga hasil

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder

Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder Widia Yuliati Puspaningrum 1*, Rona Riantini 2, M. Khoirul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

LAMPIRAN NOMOR 191 TAHUN 2014 RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU. 1.

LAMPIRAN NOMOR 191 TAHUN 2014 RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU. 1. - 17 - LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH JENIS BAHAN

Lebih terperinci

RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

RINCIAN KONSUMEN PENGGUNA DAN TITIK SERAH JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG HARGA JUAL ECERAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU UNTUK KONSUMEN PENGGUNA TERTENTU RINCIAN KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Istilah dan Definisi 2.1.1 Bangunan Gedung Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SPPK ALAT PEMADAM API RINGAN

LAPORAN PRAKTIKUM SPPK ALAT PEMADAM API RINGAN LAPORAN PRAKTIKUM SPPK ALAT PEMADAM API RINGAN KELOMPOK : 1 NAMA : Intan Maharani NRP : 0515040116 KELAS : K3-4D TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I

LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I KNKT/KL.08.38/08.4.32 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I DI SUNGAI MENTAYA HILIR SELATAN KOTA WARINGIN TIMUR,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Dalam melakukan penelitian dan pengujian, maka dibutuhkan tahapantahapan yang harus dijalani agar percobaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang ada. Dengan

Lebih terperinci

Hati-hati keracunan gas CO

Hati-hati keracunan gas CO SOS! Hati-hati keracunan gas CO (carbon monooksida) Amankah peralatan gas anda? Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Institute Keselamatan Gas Tekanan Tinggi Ketika Menggunakan Peralatan Gas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 14 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Umum Transportasi Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang memungkinkan perpindahan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik Ducting Standard : 67. Duct harus diatur sehingga uap tidak berkondensasi dan mengendap di dasar duct. Dalam kebanyakan kasus sebaiknya saluran ventilasi diakhiri dengan : Setidaknya 3 meter di atas level

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.17.03.05.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tenggelamnya KM. Sweet Istanbul (IMO No. 9015993) Area Labuh Jangkar Pelabuhan Tanjung Priok, DKI Jakarta Republik Indonesia

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430,2016 KEMENHUB. Jasa. Angkutan Penyeberangan. Pengaturan dan Pengendalian. Kendaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 27 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

ROOT CAUSE ANALYSIS PADA KEBAKARAN KMP. NUSA BHAKTI

ROOT CAUSE ANALYSIS PADA KEBAKARAN KMP. NUSA BHAKTI PRO S ID IN G 20 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ROOT CAUSE ANALYSIS PADA KEBAKARAN KMP. NUSA BHAKTI M. Rusydi Alwi & Hasnawiya Hasan Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl.

Lebih terperinci

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan daerah. 2.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan 2. Pemberian

Lebih terperinci

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional 6 PEMBAHASAN 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta Unit pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana (Damkar-PB) Pos Jaga Muara Baru dan TB.Mina Antasena mempunyai hubungan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Egress System merupakan sistem evakuasi diri yang pada kajian ini dikhususkan mengenai sistem evakuasi terhadap bahaya kebakaran dengan objek studi Melinda Hospital.

Lebih terperinci

Investigasi Kecelakaan Kapal Laut. Terbakarnya KMP. Laut Teduh-2

Investigasi Kecelakaan Kapal Laut. Terbakarnya KMP. Laut Teduh-2 LAPORAN FINAL KNKT-11-01-01-03 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Kecelakaan Kapal Laut Terbakarnya KMP. Laut Teduh-2 Di Perairan Sekitar Pulau Tempurung Selat Sunda, Banten 28 Januari

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Api yang tidak diinginkan adalah daya hancur yang menyebabkan ribuan kematian dan kerugian berjumlah jutaan dollar tiap tahun. Setiap manusia menginginkan daerahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konversi dari energi kimia menjadi energi mekanik saat ini sangat luas digunakan. Salah satunya adalah melalui proses pembakaran. Proses pembakaran ini baik berupa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan digedung sebagai preventif (pencegahan) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler,

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI TERHADAP KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN (Database KNKT, 25 November 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN (Database KNKT, 25 November 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN 2010 2016 (Database KNKT, 25 November 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran Jakarta, 30 November 2016 DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN

Lebih terperinci

ROOM FIRES (KEBAKARAN DALAM RUANGAN) HENY TRIASBUDI, IR., MSC. FIRE SAFETY SPECIALIST

ROOM FIRES (KEBAKARAN DALAM RUANGAN) HENY TRIASBUDI, IR., MSC. FIRE SAFETY SPECIALIST ROOM FIRES (KEBAKARAN DALAM RUANGAN) HENY TRIASBUDI, IR., MSC. FIRE SAFETY SPECIALIST PENDAHULUAN Pertumbuhan api secara tipikal berlangsung dalam 4 tahap : Incipient (awal nyala api). Growth (api mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini, hampir semua alat-alat keperluan sehari-hari tidak terlepas dari catuan listrik, dari mulai

Lebih terperinci