UNIVERSITAS INDONESIA
|
|
- Widyawati Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNIVERSITAS INDONESIA PEMODELAN LOCALIZED SURFACE PLASMON RESONANCE (LSPR) PADA NANOPARTIKEL PERAK (Ag) DAN EMAS (Au) MENGGUNAKAN METODE ELEMEN-HINGGA SKRIPSI ANDYAN WIJANARKO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK JUNI 014
2
3 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Andyan Wijanarko NPM : Program Studi : S1 Fisika Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenis Karya : Skripsi demi pengembagan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Pemodelan Localized Surface Plasmon Resonance (LSPR) pada Nanopartikel Perak (Ag) dan Emas (Au) Menggunakan Metode Elemen-Hingga Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan Pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 1 Juni 014 Yang Menyatakan, (Andyan Wijanarko)
4 Pemodelan Localized Surface Plasmon Resonance (LSPR) pada Nanopartikel Perak (Ag) dan Emas (Au) Menggunakan Metode Elemen-Hingga Andyan Wijanarko 1 dan Dede Djuhana 1. Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 1644 Andyan.wijanarko@gmail.com, dede.djuhana@sci.ui.ac.id Abstrak Localized Surface Plasmon Resonance (LSPR) adalah fenomena eksitasi yang terjadi ketika cahaya datang berinteraksi dengan nanopartikel dari logam mulia (emas dan perak). Interaksi ini dapat teramati melalui absorpsi dan scattering oleh nanopartikel yang berosilasi. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengamati fenomena LPR ini adalah dengan melakukan simulasi. Dalam simulasi fenomena LPR, dapat diamati pengaruh bentuk, ukuran, material dan indeks bias terhadap kurva absorpsi, scattering, dan extinction. Simulasi ini dilakukan dengan metode elemen-hingga dengan pendekatan quasistatik terhadap material emas dan perak didalam tiga jenis dielektrik. Bentuk yang digunakan adalah bola, rod, dan triangle dengan variasi ukuran nm.. Hasil simulasi menunjukan bahwa bentuk, ukuran, jenis material, dan indeks bias mempengaruhi besarnya puncak cross section dan panjang gelombang dari setiap kurva dimana bentuk, ukuran, dan indeks bias mempengaruhi tinggi puncak, dan jenis material menentukan panjang gelombang dari puncak. Hasil juga menunjukan kesesuaian pendekatan quasistatik dengan teori Mie. Kata Kunci : Localized Surface Plasmon Resonance, teori Mie, pendekatatn quasistatik, absorpsi, hamburan, extinction. Abstract Localized Surface Plasmon Resonance (LSPR) is an exitation phenomenon that occurs when nanoparticle of noble metal (gold and silver) interact with electromagnetic wave. These interactions can be observed through absorption and scattering by the nanoparticle oscillate. In this study, we performed some simulations of LSP phenomenon to observed the effect of shape and size of nanoparticle, materials, and refractive index toward absorption, scattering, and exitation. Simulation is done by finite element method with quasistatic approximation toward gold and silver in three types of dielectric. Shape variation that used in these simulation are sphere, rod, and triangle with size variation nm. The result show that size, shape, material and refractive index affect the peak of extinction, scattering and absorption cross section curve and their wavelength. The result with quasistatic approximation show similiarity with Mie theory. Key words : Localized Surface Plasmon Resonance, Mie theory, quasistatic approximation, absorption, scattering, extinction.
5 Pendahuluan Pengamatan plasmonik pertama kali diamati oleh Wood pada tahun 190, yaitu mengamati pola terang gelap dari cahaya yang dipantulkan cermin yang dilapisi kisi difraksi. Fenomena ini dikenal sebagai surface plasmon resonance (SPR) [1]. Plasmon adalah sebuah kuasi partikel dari osilasi plasma (model gas elektron) pada permukaan logam yang tipis (thin metallic film). Osilasi ini terjadi karena interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan konduksi mirip model gas electron menghasilkan medan elektrostatis yang berfluktuasi [,3]. Perkembangan dari pengamatan Wood adalah hasil pengamatan oleh Maxwell Garnet tahun 1904 tentang warna cerah yang diamati pada lapisan kaca yang dilapisi logam dengan menggunakan model gas electron Drude. Warna cerah tersebut adalah interaksi foton dengan lapisan tipis logam. Hasil ini juga menguatkan pengamatan sebelumnya oleh Wood bahwa fenomena resonansi plasmon memang ada. Kemudian tahun 1956, David Pines, secara teoretis menjelaskan karakteristik energy yang hilang pada peristiwa osilasi plasmon pada permukaan logam. Namun sampai tahun 1968, energi yang hilang pada osilasi plasmon berhasil dijelaskan dari hasil eksperimen Otto dan Kretschmann dan Raether [4,5]. Dari hasil penemuan mereka, fenomena osilasi plasmon menjadi lebih mudah dipahami dan dapat diaplikasikan sebagai sebuah sensor berbasis sifat optik. Pengamatan sifat-sifat plasmon tidak berfokus pada osilasi plasmon dipermukaan tipis logam. Pengamatan lain yang cukup menarik adalah pengamatan fenomena plasmon dalam daerah terlokalisasi atau dikenal dengan localized surface plasmons (LSP). Fenomena LSP merupakan eksitasi elektron yang terlokaliasasi dalam struktur nano dari lapisan logam yang berinteraksi dengan gelombang elektromagnetik. Interaksi ini tergantung dari sifat-sifat dielektrik masing-masing logam. Proses interaksi LSP dengan gelombang elektromagnetik menghasilkan peristiwa penyerapan gelombang elektromagnetik pada daerah tertentu yang ditandai dengan terjadi puncak-puncak absorpsi. Hasil penelitian lain juga memperlihatkan bentuk dan geometri LSP dapat mengeser puncak absorpsi [6]. Proses absorpsi pada panjang gelombang tertentu
6 menunjukkan LSP mengalami resonansi.[7,8]. Secara teoretis, proses absorpsi pada LSP dapat dijelaskan menggunakan teori Mie. Tinjauan Pustaka Sifat-sifat dari logam telah banyak dibahas dalam berbagai literatur, termasuk respon dari logam terhadap gelombang elektromagnetik yang datang []. Respon logam terhadap gelombang elektromagnetik disebut sifat dispersif logam. Secara umum interaksi gelombang elektromagnetik dengan spektrum frekuensi yang luas dapat dijelaskan dengan model plasma. Dalam pemodelan ini elektronelektron yang berada didalam logam dianggap membentuk plasma (awan elektron). Plasma atau elektron bebas dengan densitas n latar inti ion positif yang tidak bergerak. Adanya kecenderungan pembentukan kutub positif dan negatif dari awan elektron ini menghasilkan dipol. Menjelaskan fenomena ini, salah satu model yang paling sederhana adalah model Drude [9]. Plasma berosilasi dengan frekuensi ω : p ω πne m p = 4 e / e Dimana logam akan selalu memenuhi sifat dielektrik yang biasa disebut fungsi dielektrik kompleks yang merupakan fungsi ω : ω p εd ( ω) = 1 ω + iγ ω Dengan ω p adalah frekuensi volume (bulk) plasma, n e adalah densitas elektron, ε menggambarkan latar ionik pada metal. ε1 dan ε adalah elemen real dan imajiner dari fungsi dielektrik. Dengan mengabaikan faktor konstanta redaman latar ionik ε, secara sederhana fungsi dielektrik Drude menjadi ε d = 1- ω p /ω dan kita dapat membedakan fungsi dielektrik ini ke dalam dua bagian. Yaitu jika ω lebih besar dibandingkan ω p, ε d akan bernilai positif. Sehingga indeks bias n = ε d akan bernilai real. Sedangkan kebalikannya, jika ω lebih kecil dibandingkan ω p, ε d akan bernilai negatif dan n akan menjadi imaginer. Nilai n yang imaginer menunjukan bahwa gelombang elektromagnetik tidak merambat d γ d dan
7 didalam medium. Nilai spesifik dari ω p dari kebanyakan logam berada pada daerah ultraviolet [10]: Gambar 1. Relasi dispersi dari plasmon untuk antar muka logam-udara. Garis merah merupakan relasi dispersi pada surface plasmon dan garis biru pada plasmon dalam kondisi bulk. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa kurva tersebut tidak bersinggungan sama sekali dengan garis cahaya (garis berwarna kuning). Hal ini menunjukan tidak mungkin terjadi eksitasi surface plasmon dengan gelombang elketromagnetik secara langsung. Namun eksitasi ini dapat diusahakan terjadi dengan membelokan kurva relasi dispersi. Caranya yaitu dengan menambahkan medium dielektrik, sehingga ω = ck / n dengan n adalah indeks bias medium x [11]. Surface plasmon dapat diamati pada antarmuka antara logam dengan medium dielektrik. Jika bidang antarmuka berbentuk bidang datar (film), maka fenomena surface plasmon yang diamati biasa disebut sebagai surface plasmon polaritons (SPPs). Dimana SPPs merupakan eksitasi yang merambat pada antarmuka. Sedangkan jika surface plasmon diamati pada bidang antarmuka yang terbatas pada permukaan nanopartikel, maka eksitasi ini disebut localized surface plasmon (LSP) [1].
8 Jika gelombang elektromagnetik mengenai nanopartikel logam, maka gas elektron akan terpolarisasi [1]. Polarisasi yang terjadi pada gas elektron dinyatakan sebagai polarisabilitas dipolar α [13]: ( m) (1 ) 0V ε α = + κ ε ε ( ε + κε ) Polarisabilitas α akan maksimum pada saat frekuensi: Re( ε) = κε Re( ε ) menandakan bagian real dari fungsi dielektrik. Pada saat polarisabilitas maksimum tersebut LSP berada pada keadaan beresonansi, yaitu pada saat frekuensi cahaya sama dengan frekuensi osilasi surface plasmon logam ω, sehingga frekuensi p ω merupakan frekuensi LSPR partikel. Lebih lanjut, frekuensi LSPR juga dipengaruhi sp oleh bentuk geometri ( κ ) dan medium dielektrik di sekeliling nanopartikel logam ( ε m ). m m ω sp = Ne m ( ) eε0 ε + κεm Untuk logam mulia, seperti emas dan perak, frekuensi resonansi ini terletak pada daerah cahaya tampak (untuk nanopartikel berbentuk bola) [13]. Penjelasan lebih detail mengenai interaksi gelombang elektromagnetik dengan nanopartikel logam berbentuk bola adalah solusi dari persamaan Maxwell yang dikerjakan oleh Gustav Mie tahun 1908 [14. Bentuk solusi dari Mie: 4 k m C π sca k a ε = α = ε 6π 3 ε + εm 3 ε ε m Cas b = kim[ α] = 4πka Im ε + εm Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah simulasi. Simulasi menggunaka toolbox MNPBEM yang bersifat publik dengan bahasa pemograman MATLAB [6]. Toolbox MNPBEM menghasilkan solusi persamaan Maxwell dengan metode finite-element dengan pendekatan quasistatik. Hasil ini akan dibandingkan dengan solusi persamaan Maxwell berdasarkan teori Mie yang telah
9 dikenal secara umum. Pendekatan quasistatik dapat digunakan hanya untuk nanopartikel dengan ukuran yang kecil (relatif terhadap panjang gelombang) sehingga kita dapat dapat menyatakan k 0 dan efek pembelokan diabaikan dari penyelesaian persamaan Maxwell didapat muatan dipermukaan dengan pendekatan quasistatik: Dalam bentuk ekspansi eigenmode: σ = σ = Λ+ k Φ n 1 ext ( F) σ k Λ ( ω) + λ k L φext σk n Semua perhitungan yang dilakukan dengan pendekatan quasistatik, dilakukan dengan metode finite elemen (elemen hingga) []. Dalam metode ini, pendekatan dilakukan dengan membagi muatan permukaan menjadi elemen-elemen kecil yang dihubungan lewat nodes (titik-titik) yang akan menghasilkan persamaan aljabar yang simultan.dalam metode finite elemen dikenal dua batasan, yaitu batasan Dirichlet dan Neumann. Tidak seperti metode finite differnce, metode finite element akan menghasilkan fungsi pada keseluruhan domain [5]. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini akan menjelaskan hasil simulasi LSPR menggunakan perangkat lunak MMPBEM dengan model bola dari ukuran 10 nm sampai dengan 100 nm dengan variasi indeks bias lingkungan n 1 = 1, 33, n = 1, 5 dan n 3 = 1, 7. Material yang digunakan adalah emas (Au) dan perak (Ag). Hasil simulasi dipresentasikan dalam kurva penampang lintang untuk serapan (absorption), hamburan (scattering) dan ekstinsi (extinction) terhadap panjang gelombang. Selanjutnya simulasi dilakukan secara menyeluruh untuk semua material yaitu Au dari 10 nm sampai dengan 100 nm dengan kenaikan 10 nm. Hasil simulasi untuk material Au dengan indeks bias n 1 = 1, 33ditunjukkan pada Gambar 4., n = 1, 5 pada Gambar 4.3 dan n 3 = 1, 7 pada Gambar 4.4.
10 Gambar 4.. kurva penampang lintang serapan (a), hamburan (b), dan ekstinsi (c) terhadap panjang gelombang dari nanopartikel emas berbentuk bola dengan variasi indeks bias n1 = 1,33 Gambar 4.3. kurva penampang lintang serapan (a), hamburan (b), dan ekstinsi (c) terhadap panjang gelombang dari nanopartikel emas berbentuk bola dengan variasi indeks bias n1 = 1,35 Gambar 4.4. kurva penampang lintang serapan (a), hamburan (b), dan ekstinsi (c) terhadap panjang gelombang dari nanopartikel emas berbentuk bola dengan variasi indeks bias n1 = 1,37
11 Secara umum, kurva serapan, hamburan dan ekstinsi sebagai fungsi panjang gelombang menunjukkan pergeseran dengan bertambahnya diameter dari bola. Pergeseran kurva bergerak akan kanan yaitu ke arah panjang gelombang tinggi (red shift). Berdasarkan hasil simulasi pada Gambar 4., Gambar 4.3 dan Gambar 4.4, selanjutnya membuat kurva puncak panjang gelombang terhadap variasi diameter untuk masing-masing indeks bias, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.5 untuk peristiwa serapan. Gambar 4.5. Perbandingan letak puncak penampang lintang serapan dari nanopartikel emas dengan Selanjutnya simulasi dilakukan secara menyeluruh untuk material yaitu Ag dari 10 nm sampai dengan 100 nm dengan kenaikan 10 nm. Hasil simulasi untuk material Ag dengan indeks bias n 1 = 1, 33ditunjukkan pada Gambar 4.7,hasil dengan indeks bias n = 1, 5 pada Gambar 4.8 dan hasil untuk indeks bias n 3 = 1, 7 pada Gambar 4.9. berbagai diameter.
12 Gambar 4.7. kurva penampang lintang serapan (a), hamburan (b), dan ekstinsi (c) terhadap panjang gelombang dari nanopartikel perak berbentuk bola dengan variasi indeks bias n 1 = 1, 33 Gambar 4.8. kurva penampang lintang serapan (a), hamburan (b), dan ekstinsi (c) terhadap panjang gelombang dari nanopartikel perak berbentuk bola dengan variasi indeks bias n 1 = 1, 35 Gambar 4.4. kurva penampang lintang serapan (a), hamburan (b), dan ekstinsi (c) terhadap panjang gelombang dari nanopartikel emas berbentuk bola dengan variasi indeks bias n 1 = 1, 37
13 Secara umum, kurva serapan, hamburan dan ekstinsi sebagai fungsi panjang gelombang menunjukkan pergeseran dengan bertambahnya diameter dari bola. Pergeseran kurva akan bergerak ke arah kanan yaitu ke arah panjang gelombang tinggi (red shift) pada diameter 10 nm hingga diameter 60 nm. Tetapi pada saat diameter 70 nm, letak puncak kurva penampang lintang kembali bergeser ke arah panjang gelombang rendah, lalu mulai bergeser lagi ke arah panjang gelombang tinggi. Berdasarkan hasil simulasi pada Gambar 4.7, Gambar 4.8 dan Gambar 4.9, selanjutnya membuat kurva letak puncak kurva panjang gelombang terhadap variasi diameter untuk masing-masing indeks bias, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.10 untuk peristiwa serapan. Gambar Perbandingan letak puncak penampang lintang serapan dari nanopartikel perak dengan berbagai diameter. Dari hasil simulasi yang dilakukan pada nanopartikel emas, didapati bahwa letak puncak kurva penampang lintang serapan dengan indeks bias
14 n 1 = 1, 33berada pada jangkauan panjang gelombang 513,1 nm hingga 55, 1 nm. Sedangkan untuk letak puncak kurva penampang lintang serapan dengan indeks bias n = 1, 55 berada pada jangkauan panjang gelombang 516,8 nm hingga 530,9 nm. Yang terakhir, untuk letak puncak kurva penampang lintang serapan dengan indeks bias n 3 = 1, 7 terletak pada jangkauan panjang gelombang 50,8 nm hingga 538,9 nm Untuk hasil simulasi yang dilakukan pada nanopartikel perak berbentuk bola, didapat letak puncak kurva serapan dengan indeks bias n 1 = 1, 33 berada pada jangkauan panjang gelombang 360,8 nm hingga panjang gelombang 386,1 nm. Sedangkan untuk letak puncak kurva penampang lintang serapan dengan indeks bias n = 1, 55 berada pada jangkauan panjang gelombang 364,4 nm hingga 396,6 nm. Yang terakhir, untuk letak puncak kurva penampang lintang serapan dengan indeks bias n 3 = 1, 7 terletak pada jangkauan panjang gelombang 37,5 nm hingga 407,4 nm.. Berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa dimensi dari nanopartikel yang dalam simulasi diwakili oleh diameter dari bola, mempengaruhi respon nanopartikel terhadap gelombang elektromagnetik yang datang. Perubahan pada dimensi nanopartikel menyebabkan perubahan respon yang terlihat pada perubahan amplitudo penampang lintang serapan, penampang lintang hamburan, dan penampang lintang extinsi. Dimana dimensi nanopartikel yang semakin besar akan mengakibatkan peningkatan amplitudo penampang lintang dari ketiga jenis kurva penampang lintang. Peningkatan besar amplitudo kurva disebabkan karena dimensi nanopartikel yang semakin besar akan meyebabkan permukaan nanopartikel yang berinteraksi dengan gelombang elektromagnetik yang datang semakin besar. Yang akhirnya menyebabkan peningkatan besar amplitudo penampang lintangnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dimensi dari nanopartikel sangat mempengaruhi besarnya amplitudo dari kurva penampang lintang, dimana semakin besar dimensi dari nanopartikel akan menyebabkan semakin tinggi besar amplitudonya. Selain perubahan pada amplitudo, respon nanopartikel juga terlihat pada letak puncak kurva penampang lintang. Berdasarkan hasil yang didapat dari
15 simulasi, perubahan pada dimensi nanopartikel mengakibatlkan pergeseran letak puncak penampang lintang. Perubahan ini tampak pada setiap kurva, baik pada nanopartikel emas, maupun pada nanopartikel perak. Pergeseran letak puncak penampang lintang secara umum adalah ke arah kanan atau ke arah panjang gelombang yang lebih tinggi. Perubahan ini terlihat jelas pada nanopartikel emas seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.5. Sedangkan pada nanopartikel perak, perubahan ini berlaku hingga batasan diameter tertentu, lalu terjadi pegeseran yang berlawanan arah, setelah itu terjadi pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih tinggi. Namun secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa perubahan dimensi dari nanopartikel akan menyebabkan pergeseran letak puncak dari kurva penampang lintang, dimana semakin besar dimensi dari nanopartikel akan menyebabkan letak puncak kurva penampang lintang bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih tinggi (red shift). Adapun perubahan respon nanopartikel emas dan perak baik pada besaran puncak penampang lintang ekstinsi, hamburan, dan serapan maupun letak puncak penampang lintang yang terjadi ini disebabkan karena besaran indeks bias dielektrik lingkungan mempengaruhi fungsi dielektrik dari logam (emas dan perak). Nilai indeks bias yang berubah menyebabkan perubahan frekuensi natural dari nanopartikel emas dan perak yang digunakan. Perubahan pada fungsi dielektrik inilah yang mengakibatkan respon nanopartikel terhadap gelombang elektromagnetik yang datang juga akan berubah. Jika kita mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Leif J. Sherry et al pada [14], diketahui bahwa secara eksperimen terjadi perubahan respon nanopartikel logam terhadap gelombang elektromagnetik yang datang pada saat dilakukan variasi terhadap indeks bias dielektrik lingkungannya. Namun pengaruh indeks bias dielektrik lingkungannya terhadap letak puncak kurva penampang lintang tidak terlalu besar. Kesimpulan Penelitian tugas akhir dengan menggunakan hasil simulasi metode finite-element dengan pendekatan quasistatik memberikan kesimpulan sebagai berikut: Ukuran nanopartikel sangat berpengaruh dimana ukuran yang semakin besar akan menyebabkan permukaan nanopaertikel yang berinteraksi
16 dengan cahaya semakin besar, yang akhirnya mengakibatkan nilai puncak cross section menigkat. Ukuran nanopartikel juga mempengaruhi letak puncak penampang lintang. Indeks bias memiliki pengaruh yang kecil terhadap pergeseran panjang gelombang maksimal. Sesuai dengan eksperimen, semakin besar nilai indeks bias dielektrok lingkungannya, maka akan terjadi pergeseran letak pencak (panjang gelombang semakin besar) dan peningkatan nilai besaran penampang lintang dari ekstinsi, hamburan, dan serapan. Dalam simulsi ini juga didapati bahwa jenis material merupakan faktor yang sangat menentukan besar puncak dan nilai panjnag gelombang maksimal dari fenomena LSP ini. Simulasi fenomena LSP dengan menggunakan metode finite element dengan pendekatan quasistatik menunjukan hasil yang cocok dan sesuai dengan teori yang telah ada, yaitu teori Mie. Daftar Acuan [1] R.B.M. Schasfoort, Anna J. Tudos. Handbook of Surface Plasmon Resonance. The Royal Society of Chemistry (008): 1-3. [] Kittel, Charles. Introduction to Solid State Physics Eight Edition. John Wiley & Sons, Inc [3] Halevi, Peter. Spatial Dispersion in Solid and Plasma. North Holland (199). [4] Pieter G. Kik, Mark L. Brongersma. Surface Plasmon Nanophotonics. Springer: [5] Ulrich Hohenester, Andreas Trugler. A Matlab Toolbox for the Simulation of Plasmonic Nanoparticle. Elsevier [6] M. Audry and G. Frederic, The Plasmon Band in Noble Metal Nanoparticle: An Introduction to Theory and Application.,New J. Chem, 006, 30, [7] Stefan A. Maier. Plasmonics: Fundamentals and Application. Springer. 007 [8] Eliza Hutter, Janos H. Fendler. Exploitation of Localized Surface Plasmon Resonance. WILEY_VCH Verlag GmbH & Co [9] U.Kreibig and M. Vollmer. Optical Properties of Metal Cluster. Springer, Berlin, 1995 [10] L.Novotny and B. Hecht. Principle of Nano-Optics. Cambridge University Press. UK ISBN
17 [11] J.S. Leif et. al. Localized Surface Plasmon Resonance Spectroscopy of Single Silver Triangular Nanoprisms. Nano Letters 1006 Vol.6 No [1] Stefan A. Maier. Plasmonics: Fundamentals and Application. Springer. 007 [13] P.K. Jain, M.A. El-sayed, Plasmonic Coupling in Noble Metal Nanostructure, Elsevier, 010 [14] H. Wolfram, W. Thomas.Mie Theory Present develepments and interdisciplinary aspects of light scattering. University Bremen, Bremen. 008
SURFACE PLASMON RESONANCE
SURFACE PLASMON RESONANCE Pribadi Mumpuni Adhi, Rahmat Mukti Ibrahim, Panji Achmari, Almas Hilman Muhtadi, Zamzam Ibnu Sina 10208069, 10208043, 10208040, 10208068, 10208098 Program Studi Fisika, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknik surface plasmon resonance (SPR) merupakan teknik mengeksitasi surface plasmons oleh cahaya dengan menggunakan prinsip attenuated total reflection (ATR). Penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pengembangan biosensor menjadi hal yang cukup menarik dalam dunia teknologi. Biosensor, yang salah satu kegunaannya dalam pengujian biomolekul secara akurat
Lebih terperinciKajian Pengaruh Penambahan Nanopartikel Perak (AgNPs) Terhadap Respon Instrumen Sensing Berbasis Surface Plasmon Resonance (SPR)
ISSN:089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (013) Vol.3 No.1 halaman 47 April 013 Kajian Pengaruh Penambahan Nanopartikel Perak (AgNPs) Terhadap Respon Instrumen Sensing Berbasis Surface Plasmon
Lebih terperinciDualisme Partikel Gelombang
Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material graphene merupakan material yang tersusun atas atom-atom karbon monolayer yang membentuk struktur heksagonal seperti sarang lebah dua dimensi. Graphene memiliki
Lebih terperinciBahan Kuliah Fisika Dasar 2. Optika Fisis
Bahan Kuliah Fisika Dasar 2 Optika Fisis Optika Fisik (Physical Optics) Optical Interference (Intefrerensi Optik) Double-Slit Interference Thin-Film Interference Optical Diffraction (Difraksi Optik) Single-Slit
Lebih terperinciPENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI
Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fiska FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi Oktober 2016. ISSN.1412-2960 PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI Saktioto,
Lebih terperinciFenomena SPR pada Lapisan Tipis Polyaniline Terkonduksi Penuh
Ngurah Ayu Ketut Umiati,dkk / Fenomena SPR pada Lapisan Tipis Polyaniline Terkonduksi Penuh 213 Fenomena SPR pada Lapisan Tipis Polyaniline Terkonduksi Penuh Ngurah Ayu Ketut Umiati 1,2*, Kuwat Triyana
Lebih terperinciDAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)
DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Biosensor merupakan suatu perangkat (device) yang digunakan untuk mempelajari interaksi biomolekuler. Perangkat ini telah banyak diaplikasikan dalam berbagai produk teknologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Gelombang di Dalam Domain Komputasi Teknis penelitian yang dilakukan dalam menguji disain sensor ini adalah dengan cara menembakkan struktur sensor yang telah
Lebih terperinciTEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864
TEORI MAXWELL TEORI MAXWELL Maxwell adalah salah seorang ilmuwan fisika yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berhubungan dengan gelombang. Maxwell berhasil mempersatukan penemuanpenumuan
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang
Lebih terperinciXpedia Fisika. Optika Fisis - Soal
Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus
Lebih terperinciFENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir
FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program
Lebih terperinciRekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona
Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas
Lebih terperinciKumpulan Soal Fisika Dasar II.
Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]
Lebih terperinciBAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung
Lebih terperinciSifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i
Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang
Lebih terperinciFungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.
Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-
Lebih terperinciSTRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik
STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi
Lebih terperinciBAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA
BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar output meningkat mendekati dengan hasil
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Komputasi Bistatic Scattering dari Obyek dengan Asumsi Bentuk Titik Hujan Oblate Spheroid Evy Nur Amalina, Eko Setijadi dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan
Lebih terperinciPELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).
PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar
Lebih terperinciKajian Awal Identifikasi Perbedaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi Menggunakan Biosensor Berbasis Surface Plasmon Resonance (SPR)
53 Kajian Awal Identifikasi Perbedaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi Menggunakan Devy Pramudyah Wardani *, Edi Suharyadi, Kamsul Abraha Laboratorium Fisika Material dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, Universitas
Lebih terperinciEFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI. Oleh
EFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI Oleh Drs. Defrianto, DEA Jurusan Fisika Fmipa UNRI Abstrak Sistem mekanik yang terdiri dari tabung,
Lebih terperinciANALISIS RAMBATAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DALAM FIBER OPTIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN FINITE DIFFERENCE METODA LAASONEN
PILLAR OF PHYSICS, Vol. 4. November 2014, 09-16 ANALISIS RAMBATAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK DALAM FIBER OPTIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN FINITE DIFFERENCE METODA LAASONEN Radhiyah Mardhiyah #1, Hidayati #2,
Lebih terperinciBAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR
A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gelombang Bunyi Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi sebagai hasil dari fluktuasi tekanan karena perapatan dan perenggangan dalam media elastis. Sinyal
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi
BAB II TEORI DASAR 2.1 Korosi Korosi didefinisikan sebagai pengrusakkan atau kemunduran suatu material yang disebabkan oleh reaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pada metal, korosi dapat dijelaskan sebagai
Lebih terperinciPENENTUAN SUDUT DEVIASI MINIMUM PRISMA MELALUI PERISTIWA PEMBIASAN CAHAYA BERBANTUAN KOMPUTER
PENENTUAN SUDUT DEVIASI MINIMUM PRISMA MELALUI PERISTIWA PEMBIASAN CAHAYA BERBANTUAN KOMPUTER DETERMINATION OF MINIMUM DEVIATION ANGLE OF PRISM THROUGH THE LIGHT REFRACTION ASSISTED BY A COMPUTER Kunlestiowati
Lebih terperinciPENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL
PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL Muhammad Salahuddin 1, Suryajaya 2, Edy Giri R. Putra 3, Nurma Sari 2 Abstrak:Pada penelitian
Lebih terperinciPengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating
ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 2, April 2017 Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating Fitriani *, Sri Handani
Lebih terperinciPENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN
PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN TEKNIK DIFRAKSI FRAUNHOFER MENGGUNAKAN CELAH SEMPIT BERBENTUK LINGKARAN Skripsi: Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : Diah
Lebih terperinciEfek Magnetooptis Pada Lapisan AgBr Terekspos
Efek Magnetooptis Pada Lapisan AgBr Terekspos Respita Sulistyo, K. Sofjan Firdausi, Indras Marhaendrajaya Laboratorium Elektronika Optik dan Laser, Jurusan Fisika UNDIP ABSTRACT The non linear optic characteristic
Lebih terperinciDeteksi Formalin Menggunakan Surface Plasmon Resonance (SPR) Berbasis Nanopartikel Perak sebagai Pengembangan Awal Teknologi Food Safety
ISSN:2089 033 Indonesian Journal of Applied Physics (203) Vol.3 No.2 Halaman 20 Oktober 203 Deteksi Formalin Menggunakan Surface Plasmon Resonance (SPR) Berbasis Nanopartikel Perak sebagai Pengembangan
Lebih terperinciBAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP
BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP 2.1 Umum Suatu informasi dari suatu sumber informasi dapat diterima oleh penerima informasi dapat terwujud bila ada suatu sistem atau penghubung diantara keduanya. Sistem
Lebih terperinciPERHITUNGAN CROSS SECTION HAMBURAN ELEKTRON-ATOM DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GELOMBANG PARSIAL SKRIPSI TONI APRIANTO MANIK
PERHITUNGAN CROSS SECTION HAMBURAN ELEKTRON-ATOM DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GELOMBANG PARSIAL SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains TONI APRIANTO MANIK
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun
KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi
Lebih terperinciFABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI
FABRIKASI KRISTAL FOTONIK ASIMETRIK SATU DIMENSI DENGAN DEFEK GEOMETRIS TAHYUDI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28 Tahyudi (G741328). FABRIKASI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik Teori gelombang elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James Clerk Maxwell (83 879). Hipotesis yang dikemukakan oleh Maxwell, mengacu pada tiga aturan dasar listrik-magnet
Lebih terperinciFisika Modern (Teori Atom)
Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan
Lebih terperinciFisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003
Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari
Lebih terperinciDEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi.
DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. MACAM GELOMBANG Gelombang dibedakan menjadi : Gelombang Mekanis : Gelombang yang memerlukan
Lebih terperinciOptimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik
PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (214), Hal. 5 9 ISSN : 27-824 Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik Pramushinta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah teknologi pembuatan dan penggunaan material yang memiliki ukuran nanometer dengan skala (1-100 nm). Perubahan ukuran bulk ke nanomaterial mengakibatkan
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :
Studi Teoritik Respon Optik Two-Level System Semiconductor Quantum Dots Rika Elfriana a, Iklas Sanubary a), Bintoro Siswo Nugroho a)*, a) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. Dr.
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik
Lebih terperinciA. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.
Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang
Lebih terperinciKAJIAN TEORETIS RELASI DISPERSI BAHAN BERINDEKS BIAS NEGATIF
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneraan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 KAJIAN TEORETIS RELASI DISPERSI BAHAN BERINDEKS BIAS NEGATIF Juliasih Partini,
Lebih terperinciJenis dan Sifat Gelombang
Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah
Lebih terperinciAnalisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2006 Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE Agus Rubiyanto, Agus Waluyo, Gontjang Prajitno, dan Ali Yunus Rohedi Jurusan
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya
1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mensimulasikan MZI di program computer simulation technology (CST) dengan skema penelitian yang
Lebih terperinciSifat-sifat gelombang elektromagnetik
GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang
Lebih terperinciPERUBAHAN FUNGSI GELOMBANG ELEKTRON PADA MULTIPLE SCATTERING UNTUK SUDUT HAMBUR NOL
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 17, No. 4, Oktober 2014, hal 145-150 PERUBAHAN FUNGSI GELOMBANG ELEKTRON PADA MULTIPLE SCATTERING UNTUK SUDUT HAMBUR NOL Taat Guswantoro *, Muhammad Nur dan Vincencius
Lebih terperinciCAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM
CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil
Lebih terperinciPENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK
PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK Elinda Prima F.D 1, Muhamad Naufal A 2, dan Galih Setyawan, M.Sc 3 Prodi D3 Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
Lebih terperinciISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol.7 No.1 halaman 1 April 2017
ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol.7 No.1 halaman 1 April 2017 Kajian Pengaruh Material Graphene pada kinerja Biosensor Berbasis Surface Plasmon Resonance (SPR) pada Deteksi
Lebih terperinciANDHY SETIAWAN LINA AVIYANTI MUHAMMAD GINA DUDEN SAEFUZAMAN. andhysetiawan
ANDHY SETIAWAN LINA AVIYANTI MUHAMMAD GINA DUDEN SAEFUZAMAN JADWAL PERTEMUAN KULIAH DESKRIPSI KULIAH SILABUS PENILAIAN KELAS A KELAS B SENIN 16:20-18:00 WIB RABU 16:20-18:00 WIB SENIN 16:20-18:00 WIB RABU
Lebih terperinciDisusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)
Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :
Lebih terperinciFisika Umum (MA 301) Cahaya
Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai
Lebih terperinciKAJIAN TAMPANG LINTANG HAMBURAN ELEKTRON DENGAN ION MELALUI TEORI HAMBURAN BERGANDA ( MULTIPLE SCATTERING THEORY)
Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 351-356 KAJIAN TAMPANG LINTANG HAMBUAN ELEKTON DENGAN ION MELALUI TEOI HAMBUAN BEGANDA ( MULTIPLE SCATTEING THEOY) Nouval Khamdani,
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1
SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen
Lebih terperinciBAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK
BAB. IV SIMULASI DAN EKSPERIMEN SISTEM PENCITRAAN ULTRASONIK 4.1 Simulasi Simulasi merupakan penggambaran suatu sistem atau proses dengan memperagakan atau menirukan (menyerupai) sesuatu yg besar dengan
Lebih terperinciPEMODELAN SATU SIKLUS RADIASI GELOMBANG TERAHERTZ PADA JARINGAN SAPI DENGAN METODE KOMPUTASI BIOFISIK
Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia http://ejournal.unri.ac.id./index.php/jkfi Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. http://www.kfi.-fmipa.unri.ac.id Edisi April 2017. p-issn.1412-2960.; e-2579-521x
Lebih terperinciAnalisa Surface Plasmon Polariton (SPR) pada Rod Metal Menggunakan Metode Finite Difference Time Domain (FDTD)
146 Analisa Surface Plasmon Polariton (SPR) pada Rod Metal Menggunakan Metode Finite Difference Time Domain (FDTD) T.P. Negara Departemen Ilmu Komputer Jl. Mayor Oking Jayaatmaja No. 27. Bogor-16124. Telp.
Lebih terperinciGambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)
3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya
Lebih terperinci2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup, bernafas dan sebagainya. Lingkungan merupakan kawasan tempat kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material dan struktur fungsional dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi selalu dikaitkan
Lebih terperinciDoc Name: SIMAKUI2010FIS999 Doc. Version :
SIMAK UI 2010 FISIKA Kode Soal Doc Name: SIMAKUI2010FIS999 Doc. Version : 2012-12 halaman 1 01. Sebuah bola pejal dan sebuah silinder pejal memiliki jari-jari (R) dan massa (m) yang sama. Jika keduanya
Lebih terperinciLKS 01. Frekuensi, Panjang Gelombang, dan Fungsi Ambang
p-issn: 2087-9946 e-issn: 2477-1775 Vol 7, No 1, Juni 2017 LKS 01. Frekuensi, Panjang Gelombang, dan Fungsi Ambang Nama kelompok: 1. 2. 3. 4. Efek fotolistrik adalah jembatan untuk mempelajari fisika kuantum.
Lebih terperinciDifraksi (Diffraction)
Difraksi (Diffraction) Perilaku Partikel Perilaku Gelombang Pola Difraksi Difraksi (Diffraction) Difraksi adalah pembelokan cahaya dari lintasan lurusnya ketika cahaya melewati bukaan atau berada di sekitar
Lebih terperinciSOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS)
Solusi Eksak Gelombang Soliton: Persamaan Schrodinger Nonlinier Nonlokal SOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS) Riski Nur Istiqomah Dinnullah Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A
Fakultas : MIPA Program Studi : Fisika Pendidikan Fisika Mata Kuliah/Kode : Fisika Zat Padat Lanjut Jumlah SKS : Teori= 3; Praktek=0 Semester : Mata Kuliah Prasyarat/kode : Dosen : Edi Istiyono, M.Si.
Lebih terperinciGELOMBANG OPTIK (FI303)
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) GELOMBANG OPTIK (FI303) Dosen: Dr. Andhy Setiawan PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri pada berbagai bidang aplikasi seperti pengawasan produk makanan, pertanian, dan medis membutuhkan perangkat yang dapat digunakan
Lebih terperinciKOMPUTASI BISTATIC SCATTERING DARI OBYEK DENGAN ASUMSI BENTUK TITIK HUJAN OBLATE SPHEROID
KOMPUTASI BISTATIC SCATTERING DARI OBYEK DENGAN ASUMSI BENTUK TITIK HUJAN OBLATE SPHEROID EVY NUR AMALINA 2208100077 PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D.
Lebih terperinciANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO. Achmad Mauludiyanto
ANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo,
Lebih terperinciPolarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0
Polarisasi Dede Djuhana E-mail:dede@fisika.ui.ac.id Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Teori Korpuskuler (Newton) Cahaya Cahaya adalah korpuskel korpuskel yang dipancarkan oleh sumber dan merambat lurus dengan
Lebih terperinciFISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M
FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh
Lebih terperinciSIMAK UI Fisika
SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA STOPPING POWER PARTIKEL BERMUATAN DENGAN EFEK PENTALAN INTI SKRIPSI INDRIAS ROSMEIFINDA
UNIVERSITAS INDONESIA STOPPING POWER PARTIKEL BERMUATAN DENGAN EFEK PENTALAN INTI SKRIPSI INDRIAS ROSMEIFINDA 0906529905 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK DESEMBER
Lebih terperinciPersamaan Gelombang Datar
Persamaan Gelombang Datar Budi Syihabuddin Telkom University Semester Ganjil 2017/2018 August 28, 2017 Budi Syihabuddin (Telkom University) Elektromagnetika Telekomunikasi August 28, 2017 1 / 20 Referensi
Lebih terperinciKARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2
KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 Hendri, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang,
Lebih terperinciBab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga
Bab Teori Gelombang Elastik Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima kembali pantulan atau refleksi
Lebih terperinciOverview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic
Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat
Lebih terperinciSri Oktamuliani 1 *, Samsidar 2
PEMODELAN TEORITIK DAYA RADIASI MATAHARI BERBASIS PRINSIP RADIASI BENDA HITAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN NUMERIK INTEGRASI SIMPSON 3/8 THEORETICAL MODELING OF SOLAR RADIATION POWER BASED ON PRINCIPLES OF BLACKBODY
Lebih terperinciBAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB
BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi
Lebih terperinciPergeseran Spektrum Pada Filamen Lampu Wolfram Spectra Displacement of Wolfram Lamp
Pergeseran Spektrum Pada Filamen Lampu Wolfram Spectra Displacement of Wolfram Lamp Lovy Amirla Dewi, Agus Purwanto, Heru Kuswanto Jurusan Fisika FMIPA UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciFISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari
FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang
Lebih terperinciDASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI
DASAR-DASAR OPTIKA Oleh: Dr. Ida Hamidah, M.Si. JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI OUTLINE Pendahuluan Optika Klasik Optika Modern Pendahuluan Optika adalah ilmu yang menjelaskan kelakuan dan sifat-sifat
Lebih terperinciMODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan
MODEL ATOM MODEL ATOM DALTON Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan MODEL ATOM DALTON Konsep Model Atom Dalton : 1. Setiap benda (zat)
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur atom Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran
Lebih terperinciENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN
Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol. 0, No. 02 (207) 28 33 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN LIU KIN MEN *, SETIANTO, BAMBANG
Lebih terperinci