ANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO. Achmad Mauludiyanto
|
|
- Utami Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA TENTANG DISTRIBUSI DIAMETER TITIK HUJAN DAN PENGARUH REDAMAN HUJAN PADA GELOMBANG RADIO Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo, Surabaya 60 ABSTRAK Dalam perencanaan suatu sistem telekomunikasi dengan menggunakan gelombang radio maka hal yang paling mendasar dan penting untuk diperhitungkan adalah rugi-rugi yang terjadi di udara terbuka, salah satunya yang disebabkan oleh hujan. Semakin besar diameter titik hujan maka semakin besar pula redamannya. Untuk mengetahui seberapa jauh model distribusi diameter titik hujan mempengaruhi besarnya redaman hujan, maka dicari nilai parameter redaman k dan α melalui sistem regresi linear dari redaman total yang didapatkan dari pengolahan data forward scattering dan jumlah titik hujan per satuan volume. Nilai parameter redaman yang didapatkan dibandingkan dengan referensi ITU-R dimana perbedaan yang terjadi disebabkan karena perbedaan hasil perhitungan nilai amplitudo forward scattering atau karena perbedaan daerah pengukuran (perbedaan distribusi diameter titik hujan) sehingga menghasilkan parameter yang berbeda untuk model distribusi yang berbeda.. PENDAHULUAN Dalam proses propagasinya, gelombang radio mengalami banyak hambatan yang menyebabkan terjadinya penurunan atau redaman energi yang didistribusikannya. Hambatan tersebut dapat berupa redaman free space dan redaman yang disebabkan oleh hamburan / scattering dan absorpsi oleh air hujan, awan, kabut atau salju yang sering terjadi di udara terbuka. Diantara beberapa partikel yang ada di udara itu, titik hujan merupakan partikel yang menyebabkan redaman yang paling besar untuk daerah-daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi di belahan dunia manapun. Besarnya redaman hujan tergantung pada banyak faktor, salah satunya adalah distribusi diameter titik hujan. Distribusi diameter titik hujan ini menunjukkan banyaknya jumlah titik hujan yang terjadi pada suatu volume tertentu, misalnya dalam meter kubik berapa banyak titik hujan yang jatuh. Hal ini disebabkan karena titik hujan yang berukuran besar memberikan redaman yang lebih besar juga. Dengan demikian prediksi redaman hujan di suatu tempat perlu dilakukan dengan meninjau sejumlah distribusi diameter titik hujan yang terjadi. Model distribusi diameter titik hujan sudah diusulkan oleh beberapa peneliti. 2. TEORI PENUNJANG 2. Bentuk dan Diameter Titik Hujan Ukuran titik hujan dibatasi dari diameter paling kecil (sekitar mm) sampai paling besar (sekitar 6 mm). Metode yang digunakan untuk mengukur diameter titik hujan antara lain dengan menggunakan metode kertas penghisap yang terdiri dari beberapa kertas filter, kemudian diletakkan di awan hujan dan dilakukan pengukuran terhadap bintik yang disebabkan oleh titik hujan, metode yang sering digunakan untuk mengukur diameter titik hujan adalah dengan menggunakan tepung yang diletakkan pada sebuah tempat dan dibiarkan terbuka di bawah hujan, kemudian dapat dihitung diameter berupa butir-butir hujan salah satunya adalah hasil pengukuran oleh Laws dan Parson. Pengukuran yang terbaru dilakukan dengan menggunakan peralatan yang modern, antara lain : electromechanical sensor yang dikenal dengan nama Disdrometer, electrostatic sensor dan optical detector. Dengan menggunakan metode diatas diameter titik hujan terkecil yang bisa diukur hanya 0. mm. Untuk melakukan pengukuran pada titik hujan yang berdiameter sangat kecil digunakan suatu metode yang menggunakan panci yang di dalamnya diberi minyak kemudian diletakkan di bawah hujan. Maka titik-titik hujan yang mengapung diatas minyak dengan ukuran yang relatif kecil dapat diukur. Diameter titik hujan terkecil yang dapat diukur adalah mm. Pengukuran fotografik dari bentuk curah hujan telah banyak dibuat oleh para peneliti. Pengukuran ini menunjukkan bahwa titik hujan yang memiliki diameter > mm mempunyai bentuk spheroidal (seperti bola) dengan dasar yang datar. Dimana pada prosesnya titik hujan yang jatuh akan berbentuk prolate spheroid dan setelah jatuh diatas permukaan tanah akan berbentuk oblate spheroid. Bentuk dari titik hujan dapat dilihat pada gambar 2. berikut ini :
2 N g (D) (m - 2 s - mm ) = N gt P(D) (4) P ( D) 2 [ log( D+ s) μ] 2 / 2σ = e / 2 σ (2π ) ( D + s) σ (5) N gt (m 2 s ) = 54 R ½ (6) μ = a R b (7) σ = c R d (8) Gambar Tinggi dan lebar titik hujan Dimana a adalah jari-jari tinggi titik hujan dan b adalah jari-jari lebar titik hujan. 2.2 Model Distribusi Diameter Titik Hujan 2.2. Distribusi Eksponensial Untuk merubah banyaknya titik hujan menjadi jumlah jatuhan per unit volume maka distribusi curah hujan digunakan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan seperti ditunjukkan dibawah ini : N(D) (m - 3 mm ) = N 0 e - ΛD () N 0 = 8000 m - 3 mm (2) Λ ( mm ) = 4. R 0.2 (3) N(D) adalah jumlah titik hujan yang ada di udara, N 0 dan Λ adalah parameter distribusi, D adalah diameter titik hujan. Gambar berikut ini menunjukkan fungsi distribusi ukuran titik hujan dengan perbandingan antara distribusi oleh Marshall dan Palmer dengan distribusi oleh Laws dan Parson. Dimana P(D) (mm - ) adalah probabilitas fungsi densitas, N g (D) adalah jumlah titik hujan yang jatuh, N gt adalah jumlah total titik hujan yang jatuh diatas permukaan tanah. Nilai nilai parameter yang diberikan adalah s = mm, a = 0.33, b = 0.2, c = 0.99, d = Jumlah titik hujan di udara N(D) dapat diperoleh dengan persamaan : N(D) = N g (D) / v(d) (9) Dimana N(D) (m -3 mm - ) adalah jumlah total titik hujan, v(d) (m/s) adalah kecepatan titik hujan dalam m/s Distribusi Γ (Gamma) Ulbrich dan Atlas (984) melakukan suatu eksperimen dengan teknik pengukuran yang menghasilkan suatu distribusi yang dikenal dengan nama distribusi Gamma. Dari hasil pengkuran tersebut didapatkan suatu formula seperti rumus dibawah ini : Dimana μ (3.67 +μ) D / D0 N( D) = N 0 D e (0) D 0 = ε R δ () ε = ( μ) [33.3 N 0 Γ ( μ)] / ( μ) (2) δ = μ (3) N 0 = 6 x 0 4 exp(3.2 μ) [m 3 mm ] (4) Dimana N(D) (m 3 mm ) adalah jumlah total titik hujan persatuan volume, N 0 (m 3 mm ) dan Λ (mm ) adalah parameter distribusi dan D (mm) adalah diameter titik hujan, μ adalah konstanta yang bisa bernilai positif atau negatif antara 4 μ 8 tergantung dari hujan yang terjadi. Gambar 2 Perbandingan fungsi distribusi antara hasil dari Law- Parson dengan Marshal-Palmer Distribusi ed Lognormal Park, Mitchell dan Bubenzer (983) mengemukakan distribusi shifted lognormal : Brussaard, G., Atmospheric Modelling and Millimetre Wave Propagation, Eindhoven University of Technology, Netherlands. 2 Alfred J. Bogush, Radar at the Atmosphere, Canton Street, Norwood Distribusi Weibull Assoline dan Mualem (989) mengemukakan distribusi Weibull dengan rumusan seperti dibawah ini : N gt x N ( x) = 2.3 x e (5) g D dimana 0 x = D / D 0 (6) D 0 = a R b e cr (7)
3 N g (x) adalah jumlah titik hujan yang jatuh, D 0 adalah nilai rata-rata dari diameter titik hujan, a, b, c dan n adalah parameter, N gt (D) dan N(D) diperoleh dengan menerapkan persamaan (6) dan (9). Untuk melihat perbedaan dengan lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik distribusi diameter titik hujan dalam beberapa model dan curah hujan yang berbeda : Tabel Parameter perhitungan jumlah titik hujan Sumber a b c n Law & Parson Hudson Cateneo & Stout Carter Feingold & Levin Redaman Spesifik Hujan Redaman spesifik hujan yang diberikan berdasarkan fungsi amplitudo forward scattering S(0) seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut : Gambar 3 Distribusi diameter titik hujan : R = 5 mm/jam γ = (λ 2 / 2π) Σ Re [S(0)] N(D) ΔD (8) dimana N(D) adalah distribusi diameter titik hujan, yang menyebutkan jumlah titik hujan per unit volume dan per unit range diameter, ΔD adalah kuantisasi interval diameter. Nilai amplitudo forward scattering dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Amplitudo forward scattering : f = 0 GHz S H (0) S V (0) e-5 + i e e-4 + i e e-3 + i e e-2 + i e e-2 + i e e- + i e e- + i e e- + i e e- + i e e- + i i i i e-5 + i e e-4 + i e e-3 + i e e-3 + i e e-2 + i e e- + i e e- + i e e- + i e e- + i e e- + i e e- + i e e- + i e i Untuk aplikasi secara praktis hubungan antara konstanta propagasi dan intesitas curah hujan adalah sangat khusus. Hal itu ditunjukkan pada hubungan antara redaman spesifik A (db/km) dengan intesitas curah hujan R (mm/jam) dengan pendekatan hukum pangkat dari tipe : Gambar 4 Distribusi diameter titik hujan : R = 0 mm/jam Gambar 5 Distribusi diameter titik hujan : R = 20 mm/jam A = k R α (9) Dimana k dan α adalah parameter regresi. 3. HASIL PERHITUNGAN DISTRIBUSI DAN REDAMAN TITIK HUJAN 3. Jumlah Titik Hujan per Satuan Volume Berikut ini akan diberikan data hasil perhitungan jumlah titik hujan dengan curah hujan 0 mm/jam untuk tiap-tiap model distribusi seperti terlihat pada tabel 3. Gambar 6 Distribusi diameter titik hujan : R = 50 mm/jam
4 Tabel 3 Jumlah titik hujan (m 3 mm ) : R = 0 mm/jam D (mm) e W.Bull Γ μ = 2 Γ μ = 4 Γ μ = e-3.4e-4 2.0e-6.3e e-4 5.5e-4 8.7e e-4 9.e-5 8.e-6 6.9e-7 5.8e e-2.2e-3 6.6e-5 3.2e-6.5e-7 6.8e-9 2.0e Redaman Spesifik Hujan Dari data dan gambar diatas dengan menggunakan persamaan (8) dapat dihitung besarnya redaman spesifik hujan berdasarkan nilai forward scatteringnya untuk polarisasi vertikal dan horisontal seperti contoh yang ditunjukkan pada tabel berikut ini untuk frekuensi 0 GHz : R Tabel 4. Redaman untuk polarisasi horisontal : f =0 GHz Redaman untuk Polarisasi Horisontal (A H ) (db/km) Weibull Γ 2 Γ 4 Γ R Tabel 5 Redaman untuk polarisasi vertikal : f = 0 GHz Redaman untuk Polarisasi Horisontal (A H ) (db/km) Weibull Γ 2 Γ 4 Γ Dari data tabel (4) dan tabel (5), dapat digambarkan grafik redaman hujan terhadap curah hujan (R) agar dapat dilihat perbedaan antar distribusi dengan jelas.
5 Gambar 7 Grafik redaman terhadap curah hujan untuk polarisasi horisontal dengan frekuensi 0 GHz Untuk mencari nilai parameter redaman (k dan α) untuk tiap model distribusi digunakan sistem regresi linear persamaan garis lurus dibawah ini : A = k R α (20) ln A = ln k + α ln R (2) Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk beberapa curah hujan kemudian diambil nilai rataratanya. Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk mencari nilai parameter-parameter redaman untuk model distribusi diameter titik hujan ed Lognormal, Gamma dan Weibull pada frekuensi yang berbeda-beda. Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka dihasilkan tabel-tabel parameter-parameter redaman sebagai berikut : 4. PENUTUP 4. Kesimpulan Dari penjelasan, perhitungan nilai parameterparameter redaman dan analisa data-data yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :. Besarnya redaman total oleh hujan dipengaruhi oleh parameter-parameter yaitu k dan α.. 2. Semakin besar intensitas curah hujan yang terjadi pada suatu daerah tertentu, maka semakin banyak pula jumlah titik hujan per satuan volumenya. 3. Amplitudo forward scattering menunjukkan besarnya daya setelah mengalami redaman akibat titik hujan dengan diameter tertentu. 4. Besarnya amplitudo forward scattering pada arah polarisasi horisontal selalu lebih besar dari arah polarisasi vertikal hal tersebut dipengaruhi oleh bentuk titik hujan. 5. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar frekuensi gelombang radio maka nilai parameterparameter redamannya akan semakin besar pula. 6. Pada distribusi Gamma nilai parameter terbesar disebabkan oleh konstanta eksponensial dengan nilai μ = Dari data tabel distribusi ed Lognormal mempunyai redaman yang paling besar dibanding dengan distribusi yang lain. 8. Jumlah titik hujan untuk diameter antara 6.5 mm pada distribusi Weibull cenderung merata dibandingkan dengan distribusi yang lainnya. Tabel 6 Koefisien regresi untuk frekuensi 0 GHz k H α H k V α V WeiBull Γ μ = 2 Γ μ = 4 Γ μ = 6 ITU-R Tabel 7 Koefisien regresi untuk frekuensi 20 GHz k H α H k V α V WeiBull Γ μ = 2 Γ μ = 4 Γ μ = 6 ITU-R Tabel 8 Koefisien regresi untuk frekuensi 30 GHz k H α H k V α V WeiBull Γ μ = 2 Γ μ = 4 Γ μ = 6 ITU-R
6 9. Perbedaan besarnya redaman hujan pada perhitungan dengan referensi ITU-R dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : perbedaan hasil perhitungan nilai forward scattering atau perbedaan daerah pengukuran (perbedaan distribusi diameter titik hujan) sehingga menghasilkan konstanta parameter yang berbedabeda untuk tiap-tiap model distribusi. 4.2 Saran. Dalam perhitungan besarnya redaman pada propagasi gelombang radio sebaiknya digunakan parameter-parameter redaman dari distribusi Eksponensial atau distribusi Gamma dengan nilai konstanta eksponensial 2 μ 3. Karena nilai parameter redaman yang dihasilkan dari perhitungan tidak sebesar distribusi ed Lognormal dan distribusi Weibull. 2. Agar dapat diaplikasikan di Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengukur distribusi diameter titik hujan dan melakukan perhitungan untuk mencari nilai parameterparameter redaman hujan (k dan α) di daerah tropis. DAFTAR PUSTAKA Bogush, Alfred J., Radar and the Atmosphere, Artech House, Inc 685, Canton Street, Norwood. Brussaard, G., Atmospheric Modelling and Millimetre Wave Propagation, Eindhoven University of Technology, Netherlands. Crane, Robert K., Electromagnetic Wave Propagation Through Rain, University of Oklahoma, 996. Maggiori, Dario, Computed Transmission Through Rain in the 400 GHz Frequency Range for Spherical and Elliptical Drops and any Polarization, Fondazione Ugo Bordoni Sede Legale Viale Trantevere 08, 0053 Roma. Oguchi, Tomohiro, Electromagnetic Wave Propagation and Scattering in Rain and Other Hydrometeors, IEEE, 983. Pruppacher, H.R and Pitter, R.L., June 970, A Semi- Empirical Determination of the Shape of Cloud and Rain Drops, Departement of Meteorology, University of California, Los Angeles. Ulbrich, Carlton W., June 983, Natural Variation in the Analytical Form of the Raindrop Size Distribution, Departement of Physics and Astronomy, Clemson University, Clemson, SC 2963.
VALIDASI MODEL REDAMAN HUJAN PADA DAERAH TROPIS DENGAN EFEK MULTIPLE SCATTERING MENGGUNAKAN UKURAN TITIK HUJAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN WEIBULL
VALIDASI MODEL REDAMAN HUJAN PADA DAERAH TROPIS DENGAN EFEK MULTIPLE SCATTERING MENGGUNAKAN UKURAN TITIK HUJAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN WEIBULL FIKIH FIDDIN A 2207100108 PEMBIMBING Prof.Ir.Gamantyo
Lebih terperinciKomputasi Penghamburan dan Penyerapan Gelombang EM Oleh Titik Hujan Dalam Bentuk Realistik (Prolate Spheroid)
Komputasi Penghamburan dan Penyerapan Gelombang EM Oleh Titik Hujan Dalam Bentuk Realistik (Prolate Spheroid) Alladina Hapsery 2208100173 Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro FTI,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Komputasi Bistatic Scattering dari Obyek dengan Asumsi Bentuk Titik Hujan Oblate Spheroid Evy Nur Amalina, Eko Setijadi dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan
Lebih terperinciKomputasi Penghamburan dan Penyerapan Gelombang Elektromagnetik karena Titik Hujan dengan Metode Analitis pada Frekuensi diatas 10 GHz
A-433 Komputasi Penghamburan dan Penyerapan Gelombang Elektromagnetik karena Titik dengan Metode Analitis pada Frekuensi diatas 0 GHz M Yahya Batubara, Eko Setijadi dan Gamantyo Hendrantoro Jurusan Teknik
Lebih terperinciKOMPUTASI BISTATIC SCATTERING DARI OBYEK DENGAN ASUMSI BENTUK TITIK HUJAN OBLATE SPHEROID
KOMPUTASI BISTATIC SCATTERING DARI OBYEK DENGAN ASUMSI BENTUK TITIK HUJAN OBLATE SPHEROID EVY NUR AMALINA 2208100077 PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D.
Lebih terperinciVALIDASI MODEL REDAMAN HUJAN PADA DAERAH TROPIS DENGAN EFEK MULTIPLE SCATTERING MENGGUNAKAN UKURAN TITIK HUJAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN WEIBULL
VALIDASI MODEL REDAMAN HUJAN PADA DAERAH TROPIS DENGAN EFEK MULTIPLE SCATTERING MENGGUNAKAN UKURAN TITIK HUJAN BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN WEIBULL Fikih Fiddin A 7 1 18 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Nim : Peminatan : Telekomunikasi Pembimbing : Ir. Said Attamimi, M.T.
TUGAS AKHIR Perbandingan Low-Orde Moment dan High-Orde Moment untuk Memodelkan Distribusi Butiran Hujan dan Implikasinya bagi Perkiraan Attenuasi Gelombang Elektromagnetik oleh Hujan Diajukan Guna Melengkapi
Lebih terperinciKOMPUTASI PENGHAMBURAN DAN PENYERAPAN GELOMBANG EM OLEH TITIK HUJAN DALAM BENTUK REALISTIK (PROLATE SPHEROID)
KOMPUTASI PENGHAMBURAN DAN PENYERAPAN GELOMBANG EM OLEH TITIK HUJAN DALAM BENTUK REALISTIK (PROLATE SPHEROID) ALLADINA HAPSERY 2208100173 PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro,
Lebih terperinciDIKA OKTAVIAN PRASETYA PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D.
DIKA OKTAVIAN PRASETYA 2208100174 PEMBIMBING Eko Setijadi, ST. MT., Ph.D. Prof.Ir.Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D. Semakin meningkatnya perkembangan teknologi telekomunikasi Curah hujan di indonesia
Lebih terperinciPEMODELAN ARIMA INTENSITAS HUJAN TROPIS DARI DATA PENGUKURAN RAINGAUGE DAN DISDROMETER
1 PEMODELAN ARIMA INTENSITAS HUJAN TROPIS DARI DATA PENGUKURAN RAINGAUGE DAN DISDROMETER Muhammad Zainuddin Fanani, Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Lebih terperinciAnalisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1 Analisis Komputasi Penyerapan Gelombang Elektromagnetik Oleh Titik Hujan Dengan Menggunakan Methods Of Moment Dika Oktavian P, Eko Setijadi,
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : Redaman hujan, GSTAR, VARIMA.
Pemodelan Multivariate untuk Curah Hujan dan Redaman Hujan di Surabaya Indra Subrata 2207 100 628 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus ITS Sukolilo,
Lebih terperinciATMOSPHERIC EFFECTS ON PROPAGATION
ATMOSPHERIC EFFECTS ON PROPAGATION Introduction Jika pancaran radio di propagasikan di ruang bebas yang tidak terdapat Atmosphere maka pancaran akan berupa garis lurus. Gas Atmosphere akan menyerap dan
Lebih terperinciANALISA INTERFERENSI CO-CHANNEL PADA SISTEM KOMUNIKASI LMDS
ANALISA INTERFERENSI CO-CHANNEL PADA SISTEM KOMUNIKASI LMDS Sevy Nur Fauziah, Haniah Mahmudah, Ari Wijayanti Jurusan Teknik Telekomunkasi - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciPerencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto
Perencanaan Transmisi Pengajar Muhammad Febrianto Agenda : PATH LOSS (attenuation & propagation model) FADING NOISE & INTERFERENCE G Tx REDAMAN PROPAGASI (komunikasi point to point) SKEMA DASAR PENGARUH
Lebih terperinciMODEL STATISTIK FADING KARENA HUJAN DI SURABAYA
MODEL STATISTIK FADING KARENA HUJAN DI SURABAYA Febrin Aulia, Porman Hutajulu, Gamantyo Hendrantoro, Achmad Mauludiyanto Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik
Lebih terperinciKinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis
Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis A-84 Krisnatianto Tanjung, Gamantyo Hendrantoro, dan Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciKESESUAIAN METODE FUZZY AUTO-REGRESSIVE UNTUK MODEL CURAH HUJAN DI INDONESIA
ISSN: 693-693 35 KESESUAIAN METODE FUZZY AUTO-REGRESSIVE UNTUK MODEL CURAH HUJAN DI INDONESIA Muhammad Rusdi Politeknik Negeri Medan Jln. Almamater No. Kampus USU Medan, Telp. 826399 E-mail : m_rusdi24@yahoo.com;
Lebih terperincigelombang tersebut dari pemancar ke penerima yang berdampak pada penurunan kualitas sinyal dalam sistem telekomunikasi (Yeo dkk., 2001).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perambatan gelombang elektromagnetik dalam suatu medium akan mengalami pelemahan energi akibat proses hamburan dan penyerapan oleh partikel di dalam medium tersebut.
Lebih terperinciANALISIS POLA HUBUNGAN REDAMAN HUJAN RADIO 28 GHz DENGAN CURAH HUJAN PARSIVEL DISDROMETER SEBAGAI DATA PEMODELAN ARIMA
ANALISIS POLA HUBUNGAN REDAMAN HUJAN RADIO 28 GHz DENGAN CURAH HUJAN PARSIVEL DISDROMETER SEBAGAI DATA PEMODELAN ARIMA Ridho Ariawan 226 1 37 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciDikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli.
Nama: NIM : Kuis I Elektromagnetika II TT38G1 Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam 14.30 15.00 di N107, berupa copy file, bukan file asli. Kasus #1. Medium A (4 0, 0, x < 0) berbatasan
Lebih terperinciBAB VI DISTRIBUSI PROBABILITAS MENERUS
BAB VI DISTRIBUSI ROBABILITAS MENERUS 6. Distribusi Uniform (seragam) Menerus Distribusi seragam menerus merupakan distribusi yang paling sederhana. Karaketristik distribusi ini adalah fungsi kepadatannya
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON
BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON Tujuan utama dari perancangan Minilink Ericsson ini khususnya pada BTS Micro Cell adalah merencanakan jaringan Microwave untuk mengaktifkan BTS BTS Micro baru agar
Lebih terperinciBAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)
BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari
Lebih terperinciAnalisa karakteristik lingkungan propagasi pada daerah pepohonan di area PENS ITS
Analisa karakteristik lingkungan propagasi pada daerah pepohonan di area PENS ITS Fajar Budiman #1, Ari Wijayanti #2, hani ah mahmudah #3 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinci1/3/2017 PROSES EROSI
PROSES EROSI 1 Mengapa Erosi terjadi? Ini sangat tergantung pada daya kesetimbangan antara air hujan (atau limpasan) dengan tanah. Air hujan dan runoff befungsi sebagai transport. Jika tenaga yang berlaku
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Pengertian sistem jaringan komunikasi Radio Gelombang Mikro yang paling sederhana adalah saling berkomunikasinya antara titik A dan titik B dengan menggunakan perangkat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN LINK MICROWAVE Tujuan utama dari perencanaan link microwave adalah untuk memastikan bahwa jaringan microwave dapat beroperasi dengan kinerja yang tinggi pada segala
Lebih terperinciTeknik Konservasi Waduk
Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE
Lebih terperinciPEMODELAN ARIMA REDAMAN HUJAN DENGAN EFEK DETECTION OUTLIER DAN AKAIKE INFORMATION TEST
PEMODELAN ARIMA REDAMAN HUJAN DENGAN EFEK DETECTION OUTLIER DAN AKAIKE INFORMATION TEST Afif Arumahendra 2206 100 041 Email : mahe_354@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPERBANDINGAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN HUJAN DI PADANG DAN DI KOTOTABANG
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN HUJAN DI PADANG DAN DI KOTOTABANG Rio Chandra 1, Marzuki 1, Hiroyuki Hashiguchi 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas, 2 RISH Universitas Kyoto, Jepang
Lebih terperinciBED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen
1 BED LOAD Transpor Sedimen Transpor Sedimen 2 Persamaan transpor sedimen yang ada di HEC-RAS Ackers and White (total load) Engelund and Hansen Laursen (total load) Meyer-Peter and Müller Beberapa persamaan
Lebih terperinciCATATAN PRAKTIKUM ET 3200 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 Antena dan propagasi gelombang. Kontribusi : Dr.-Ing. Chairunnisa
CATATAN PRAKTIKUM ET 3200 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 Antena dan propagasi gelombang Kontribusi : Dr.-Ing. Chairunnisa PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT
Lebih terperinciPERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH
PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH SEGI EMPAT MENGGUNAKAN TEKNIK DGS (DEFECTED GROUND STRUCTURE) DAN TANPA DGS BERBENTUK SEGITIGA SAMA SISI Meinarty Sinurat, Ali Hanafiah Rambe
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya
1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung
Lebih terperinciPERHITUNGAN REDAMAN HUJAN PADA KANAL GELOMBANG MILIMETER UNTUK DAERAH MEDAN
PERHITUNGAN REDAMAN HUJAN PADA KANAL GELOMBANG MILIMETER UNTUK DAERAH MEDAN Candra V. Tambunan (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPERBANDINGAN VARIASI DIURNAL DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN HUJAN DI PADANG DAN DI KOTOTABANG
PERBANDINGAN VARIASI DIURNAL DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN HUJAN DI PADANG DAN DI KOTOTABANG Rio Chandra 1, Marzuki 1, Mutya Vonnisa 1, Hiroyuki Hashiguchi 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas, 2 RISH Kyoto
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)
DAFTAR NOTASI A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1) a c a m1 / 3 a m /k s B : Koefisien-koefisien yang membentuk elemen matrik tridiagonal dan dapat diselesaikan dengan metode eliminasi Gauss : amplitudo
Lebih terperinciAnalisis Metode Lintasan Feynman pada Interferensi 1, 2, 3, dan 4 Celah
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME, NOMOR JANUARI 05 Analisis Metode Lintasan Feynman pada Interferensi,, 3, dan 4 Celah Mahendra Satria Hadiningrat, Endarko, dan Bintoro Anang Subagyo Jurusan Fisika,
Lebih terperinciANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT
ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT Rinesia Citra Amalia Bangun (1), Ali Hanafiah Rambe (2) Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciRadio dan Medan Elektromagnetik
Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa
Lebih terperinciBAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP
BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP 2.1 Umum Suatu informasi dari suatu sumber informasi dapat diterima oleh penerima informasi dapat terwujud bila ada suatu sistem atau penghubung diantara keduanya. Sistem
Lebih terperinciANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE
ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE Nining Triana, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciPEMODELAN STATISTIK PROPAGASI BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT PADA KANAL HIGH FREQUENCY / VERY HIGH FREQUENCY. Lesti Setianingrum
PEMODELAN STATISTIK PROPAGASI BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT PADA KANAL HIGH FREQUENCY / VERY HIGH FREQUENCY Lesti Setianingrum 06100119 Bidang studi Telekomunikasi Mutimedia Jurusan Teknik Elektro FTI,
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel
BAB III TEORI DASAR 3.1 PRINSIP DASAR GRAVITASI 3.1.1 Hukum Newton Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda gayaberat ini adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m
Lebih terperinciBab VII K e s i m p u l a n 7.1. Ringkasan Motivasi dan Permasalahan
Bab VII K e s i m p u l a n 7.1. Ringkasan Motivasi dan Permasalahan Disertasi ini termotivasi oleh keinginan mengimplementasikan sistem komunikasi nirkabel gelombang millimeter di daerah tropis seperti
Lebih terperinciRaindrop size distribution (RDSD) merupakan distribusi butiran hujan per. (Jameson dan Kostinski, 2001). RDSD memiliki banyak kegunaan diantaranya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raindrop size distribution (RDSD) merupakan distribusi butiran hujan per ukuran dalam volume sampel pengamatan selama interval waktu tertentu (Jameson dan Kostinski,
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN DIELEKTRIK DALAM UNJUK KERJA WAVEGUIDE
PENGARUH BAHAN DIELEKTRIK DALAM UNJUK KERJA WAVEGUIDE Lince Markis Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang E-mail: lincemarkis@yahoo.com ABSTRAK Makalah ini menyajikan
Lebih terperinciPersamaan Gelombang Datar
Persamaan Gelombang Datar Budi Syihabuddin Telkom University Semester Ganjil 2017/2018 August 28, 2017 Budi Syihabuddin (Telkom University) Elektromagnetika Telekomunikasi August 28, 2017 1 / 20 Referensi
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.
BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas
Lebih terperinciANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK
ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK Amir D Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. Banda Aceh Medan Km. 280.5
Lebih terperinciPEMODELAN REDAMAN HUJAN MENGGUNAKAN STAR (SPACE-TIME AUTOREGRESSIVE) DI SURABAYA
PEMODELAN REDAMAN HUJAN MENGGUNAKAN STAR (SPACE-TIME AUTOREGRESSIVE) DI SURABAYA Abdu Rofi Darodjatul Walidaen, Gamantyo Hendrantoro, Achmad Mauludiyanto Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciDISTRIBUSI PELUANG KONTINYU DISTRIBUSI PROBABILITAS
DISTRIBUSI PROBABILITAS Berbeda dengan variabel random diskrit, sebuah variabel random kontinyu adalah variabel yang dapat mencakup nilai pecahan maupun mencakup range/ rentang nilai tertentu. Karena terdapat
Lebih terperinciANALISIS DIMENSI DAN MODEL MATEMATIKA
1 ANALISIS DIMENSI DAN MODEL MATEMATIKA Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, April 2010 I. PENURUNAN
Lebih terperinciPEMODELAN REDAMAN HUJAN BERBASIS ARIMA PADA LINTASAN RADIO 28 GHz UTARA-SELATAN
PEMODELAN REDAMAN HUJAN BERBASIS ARIMA PADA LINTASAN RADIO 28 GHz UTARA-SELATAN Valian Yoga Pudya Ardhana, Achmad Mauludiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri, ITS-Surabaya Sukolilo, Surabaya
Lebih terperinciDistribusi Probabilitas Kontinyu Teoritis
Distribusi Probabilitas Kontinyu Teoritis Suprayogi Dist. Prob. Teoritis Kontinyu () Distribusi seragam kontinyu (continuous uniform distribution) Distribusi segitiga (triangular distribution) Distribusi
Lebih terperinciMODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA Rilwanu Ahmad P, Wiratno Argo Asmoro, Andi Rahmadiansah Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim hujan merupakan musim yang mutlak ada di sebagian belahan benua dunia. Dan curah hujan pasti memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musim hujan merupakan musim yang mutlak ada di sebagian belahan benua dunia. Dan curah hujan pasti memiliki intensitas yang berbeda. Faktor penyebabnya dapat terjadi
Lebih terperinciANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE
ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE Fasdarsyah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Rangkaian data hujan sangat
Lebih terperinciBab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga
Bab Teori Gelombang Elastik Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima kembali pantulan atau refleksi
Lebih terperinciBAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung
Lebih terperinciPEMBANGKITAN FADING CURAH HUJAN DENGAN MODEL DATA BERDISTRIBUSI LOGNORMAL UNTUK PENDISAINAN KOMUNIKASI LMDS
PEMBANGKITAN FADING CURAH HUJAN DENGAN MODEL DATA BERDISTRIBUSI LOGNORMAL UNTUK PENDISAINAN KOMUNIKASI LMDS Made Sutha Yadnya 1 Nyoman Putra Sastra Jurusan Teknik Elektro Universitas Mataram Jurusan Teknik
Lebih terperinciANALISA FREKUENSI SCALING PADA REDAMAN HUJAN TERHADAP PROPAGASI GELOMBANG MILIMETER
ANALISA FREKUENSI SCALING PADA REDAMAN HUJAN TERHADAP PROPAGASI GELOMBANG MILIMETER Prima Agung Wardana, Ari. W 2, Hani ah M 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) 2 Dosen Politeknik
Lebih terperinciAnalisis Regresi Nonlinear (I)
9 Oktober 2013 Topik Inferensi dalam Regresi Nonlinear Contoh Kasus Regresi linear berganda secara umum sesuai untuk kebanyakan kasus. Namun, banyak kasus peubah respons dan bebas berhubungan melalui fungsi
Lebih terperinciPROPAGASI. REFF : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
POPAGASI EFF : Freeman FAKULAS EKNIK ELEKO 1 edaman uang Bebas Daya diterima antenna dgn luas permukaan efektif A terletak pada permukaan bola : P P. A 4d 2 Sumber titik radiator isotropis A terletak di
Lebih terperinciAnalisa Fade Redaman Hujan Pada Propagasi Gelombang Milimeter
1 Analisa Fade Redaman Hujan Pada Propagasi Gelombang Milimeter Muhammad Birbik 1, Hani ah Mahmudah 2, Ari Wijayanti 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi
Lebih terperinciDIKTAT KULIAH RADAR DAN NAVIGASI
DIKTAT KULIAH RADAR DAN NAVIGASI Disusun Oleh Wahyu Pamungkas,ST.MT Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra 011 DIKTAT KULIAH RADAR & NAVIGASI A. ELEMENTARY CONCEPTS Radar merupakan nama dari sebuah
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat
Lebih terperinciBAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk
BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa
Lebih terperinciSistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro
TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 6 Jalur Gelombang Mikro Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas
Lebih terperinci#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya
#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang
Lebih terperinciANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN
ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN Henry Prasetyo 1109100060 Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Department of
Lebih terperinciKINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION PADA SISTEM OFDM MENGGUNAKAN HYBRID SELECTION/EQUAL GAIN COMBINING DIVERSITY DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS
TUGAS AKHIR - RE 1599 KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION PADA SISTEM OFDM MENGGUNAKAN HYBRID SELECTION/EQUAL GAIN COMBINING DIVERSITY DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS Achmad Charis Fahrudin NRP 2204
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air
BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciPENGUKURAN DAN PEMODELAN KONSTANTA DIELEKTRIK AIR HUJAN PADA FREKUENSI GELOMBANG MIKRO
PENGUKURAN DAN PEMODELAN KONSTANTA DIELEKTRIK AIR HUJAN PADA FREKUENSI GELOMBANG MIKRO Fify Triana 2209105005 Pembimbing : Eko Setijadi, ST, MT, Ph.D Ir. M. Aries Purnomo 1 Latar Belakang Komunikasi Frekuensi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menjelaskan tentang hasil pengujian perhitungan secara matematis dengan membandingkan histogram data mentah dan distribusi probabilitias teoritis. Data mentah
Lebih terperinciBab 7. Penutup Kesimpulan
121 Bab 7. Penutup Disertasi ini termotivasi oleh keinginan untuk mengimplementasikan sistem komunikasi nirkabel pita lebar gelombang milimeter di daerah tropis, khususnya Surabaya, Indonesia. Sistem komunikasi
Lebih terperinciBAB II PROPAGASI GELOMBANG RADIO. sistem komunikasi dengan kabel [2]. Gelombang radio adalah radiasi energi
BAB II PROPAGASI GELOMBANG RADIO 2.1 Pendahuluan Pengggunaan gelombang radio sebagai pembawa sinyal komunikasi multimedia didasarkan pada fleksibilitas sistem komunikasi radio dibandingkan sistem komunikasi
Lebih terperinciELEKTROMAGNETIKA TERAPAN
ELEKTROMAGNETIKA TERAPAN GELOMBANG DATAR SERBASAMA D W I A N D I N U R M A N T R I S U N A N G S U N A R YA H A S A N A H P U T R I AT I K N O V I A N T I POKOK BAHASAN 1. Definisi Gelombang Datar ( Plane
Lebih terperinciPENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E
PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E (Studi Kasus: PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya) Edi Suhandoko, Bobby
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan teknologi komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat di berbagai belahan dunia. Perkembangan teknologi layanan broadband seperti high speed
Lebih terperinciKARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT
KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT Putri Kusuma Ningtyas 2206100144 1) 1) Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-6011
Lebih terperinciANALISIS DAN PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT
AALISIS DA PERBADIGA HASIL PEGUKURA PROPAGASI RADIO DVB-T DA DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT Ma rifatul Iman 227 646 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh opember
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900
ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 Fadilah Rahma, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Curah Hujan 4.1.1 Jumlah Kejadian Bulan Basah (BB) Bulan basah yang dimaksud disini adalah bulan yang didalamnya terdapat curah hujan lebih dari 1 mm (menurut
Lebih terperinciANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK.
ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK.) I Gusti Ngr. Rai Usadha 1), Valeriana Lukitosari 2),
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kompilasi dan Kontrol Kualitas Data Radar Cuaca C-Band Doppler (CDR) Teknologi mutakhir pada radar cuaca sangat berguna dalam bidang Meteorologi untuk menduga intensitas curah
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)
STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz) Apli Nardo Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Lebih terperinciSumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X
Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X = 0. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah satu (sebagaimana
Lebih terperinciIMPLEMENTASI AMBIENT ELECTROMAGNETIC HARVESTING PADA FREKUENSI TV BROADCASTING UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK MELALUI TRANSFER DAYA TANPA KABEL
IMPLEMENTASI AMBIENT ELECTROMAGNETIC HARVESTING PADA FREKUENSI TV BROADCASTING UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK MELALUI TRANSFER DAYA TANPA KABEL Oxy Riza P 1, A. Bhakti S 1,Desi Natalia 1, Achmad Ansori
Lebih terperinciXpedia Fisika. Optika Fisis - Soal
Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus
Lebih terperinciPENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN SUB-SUB SISTEM MESIN HEIDELBERG CD 102 DI PT. X
PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN SUB-SUB SISTEM MESIN HEIDELBERG CD 102 DI PT. X Trisian Hendra Putra dan Bobby Oedy P. Soepangkat Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciAnalisa Kecepatan Angin Menggunakan Distribusi Weibull di Kawasan Blang Bintang Aceh Besar
Analisa Kecepatan Angin Menggunakan Distribusi Weibull di Kawasan Blang Bintang Aceh Besar Wind Speed Analysis using Weibull Distribution in the Region Blang Bintang Aceh Besar Khairiaton, Elin Yusibani*
Lebih terperinciSTUDI EKPERIMENTAL PENGARUH BENTUK PELAMPUNG PADA MEKANISME PLTGL METODE PELAMPUNG TERHADAP ENERGI LISTRIK YANG DIHASILKAN
STUDI EKPERIMENTAL PENGARUH BENTUK PELAMPUNG PADA MEKANISME PLTGL METODE PELAMPUNG TERHADAP ENERGI LISTRIK YANG DIHASILKAN JEFRY ANANG CAHYADI 2112105046 DOSEN PEMBIMBING: DR. WIWIEK HENDROWATI, ST, MT
Lebih terperinciOPTIMASI PARAMETER α DAN γ DALAM PEMULUSAN EKSPONENSIAL DUA PARAMETER DENGAN METODE MODIFIKASI GOLDEN SECTION
OPTIMASI PARAMETER α DAN γ DALAM PEMULUSAN EKSPONENSIAL DUA PARAMETER DENGAN METODE MODIFIKASI GOLDEN SECTION NILA YUWIDA 1208100015 Dosen Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Drs. Lukman Hanafi,
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI
STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI Jazaul Ikhsan 1, Arizal Arif Fahmi 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciSISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL
T U G A S SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL Oleh: Aulya Rahman 11221708 Irfan Irawan 11221718 STRATA - 1 / FTI TEKNIK ELEKTRO TELEKOMUNIKASI
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900
ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900 Fadilah Rahma, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima
BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima (Receiver / Rx ) pada komunikasi radio bergerak adalah merupakan line of sight dan dalam beberapa
Lebih terperinci