BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Pendahuluan. Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Pendahuluan. Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting,"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan meliputi research and information collecting, planning, develop preliminary form of product dan preliminary field testing. 1. Research and Information Collecting Tahap research and information collecting bertujuan untuk mengenali permasalahan pada pembelajaran biologi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi : a. Wawancara kepada kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum berdasarkan instrumen delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Wawancara berdasarkan instrumen delapan SNP yang terkait dengan proses pembelajaran disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Wawancara Berdasarkan Instrumen Delapan SNP Komponen standar Jml indikato Skor ideal Kontrib Implementasi SNP GAP Skor r % Skor % % mean % Standar isi , ,72 1,39 2,6 Standar proses , ,72 4,17 2,1 Standar kompetensi kelulusan , ,8 1,87 2,67 Standar pendidik dan tenaga , ,97 2,31 2,55 kependidikan Standar sarana dan prasarana , ,81 0,47 2,90 Standar pengelolaan ,56 9 4,17 1,39 2,25 Standar pembiayaan 3 9 4,17 7 3,24 0,93 2,33

2 Standar penilaian , ,7 1,36 2,77 Jumlah ,13 13,89 Sumber : Lampiran 1 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, nilai GAP terendah pada Standar Isi (SI) dan standar penilaian. SI adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang diaplikasikan dalam kompetensi lulusan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Aplikasinya perangkat (silabus dan RPP) yang digunakan berasal dari hasil Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) guru biologi di Boyolali tanpa disesuaikan dengan karakteristik siswa di sekolah, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran berasal dari penerbit dan Soal-soal kognitif yang digunakan dalam UKK berkisar antara C1, C2 dan C3. Idealnya soal-soal yang digunakan mengajarkan siswa berpikir tinggi yaitu memenuhi C2, C3, C4, C5 dan jika memungkinkan C6. b. Studi Pustaka Studi pustaka juga termasuk dalam penelitian pendahuluan, meliputi studi kurikulum dan analisis hasil ujian semester. Hasil studi kurikulum dan analisis hasil ujian disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Studi Kurikulum dan Analisis Hasil Ujian No Aspek Hasil 1 Hasil ujian materi Animalia sebagian besar dibawah Terdapat permasalahan pada KKM materi Animalia 2 Guru biologi tidak menyusun sendiri RPP dan silabus RPP dan silabus disusun oleh MGMP

3 3 Penilaian kognitif meliputi C1, C2 dan C3 Kurang merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi 4 Pedoman penilaian afektif dan psikomotor kurang jelas Terdapat permasalahan pada penilaian afektif dan psikomotor 5 Guru menggunakan satu buku ajar sebagai acuan Buku ajar kurang memfasilitasi siswa Sumber : Lampiran 1 Berdasarkan observasi didapatkan nilai ujian semester tahun ajaran 2011/2012 di SMAN 1 Andong pada KD 3.4 yaitu mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya pada kehidupan, mayoritas siswa tidak lulus. Pada kelas X-5 diketahui siswa yang tuntas sebanyak 19%. Pada kelas X-6 diketahui siswa yang tuntas sebanyak 31%. Perolehan nilai untuk kelas X-4, X-3, X-2 dan X-1 juga mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Soal-soal yang digunakan dalam Ujian Kenaikan Kelas (UKK) berkisar antara C1, C2 dan C3. Soal-soal tersebut terdiri dari C1 sebanyak 22 butir, C2 sebanyak 20 butir dan C3 sebanyak delapan butir. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan dalam pembelajaran biologi khususnya pada KD Animalia. Hasil studi mata pelajaran Animalia mempunyai karakteristik kongkrit jadi keterampilan proses siswa hendaknya dilakukan pada saat pembelajaran Animalia, jika keterampilan proses tidak dilakukan maka materi Animalia menjadi abstrak. Animalia merupakan pengenalan suatu species, sehingga diharapkan siswa dapat mengetahui simetri tubuh, bentuk tubuh, habitat, contoh hewan, klasifikasi, siklus perkembangbiakan dan peran dalam kehidupan. Siswa hendaknya berinteraksi langsung dengan objek ajar untuk bisa mendeskripsikan ciri-ciri secara umum, tetapi karena terbatasnya objek belajar di sekolah maka interaksi siswa hanya terbatas pada

4 hewan yang ada di lingkungan sekolah. Interaksi itupun jarang dilakukan karena terbatasnya waktu pembelajaran di sekolah mengingat luasnya materi. Perangkat pembelajaran seperti Silabus dan RPP disusun oleh musyawarah guru Boyolali. Guru tidak menyesuaikan RPP dan silabus tersebut berdasarkan karakter siswa di sekolah. Mengingat perbedaan karakter setiap siswa, hendaknya penyusunan silabus dan RPP disesuaikan dengan karakter siswa. Penilaian kognitif, afektif dan psikomotor di sekolah kurang maksimal. Penilaian kognitif sebatas C1, C2 dan C3 sehingga kurang merangsang siswa berpikir tingkat tinggi. Penilaian psikomotor dan afektif pelaksanaannya kurang jelas. Pada saat pembelajaran menggunakan bahan ajar cetak konvensional. Guru hanya menggunakan satu bahan ajar konvensional sebagai acuan sehingga kurang memfasilitasi siswa. Buku ajar tersebut berisi materi yang kurang ringkas serta contoh-contoh yang tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya. c. Pengamatan pembelajaran biologi di kelas Pengamatan pembelajaran biologi di kelas. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi atau keadaan sekolah dan proses pembelajaran biologi di sekolah secara langsung. Fakta observasi pembelajaran di kelas disajikan dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Analisis Pembelajaran Biologi di Kelas No Aspek Hasil Analisis Penelitian 1 Guru menggunakan metode ceramah Metode teacher centered menjadikan siswa pasif. Materi hanya bersumber dari guru.

5 2 Siswa tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi (ngobrol, bermain, mengantuk dan lain-lain) 3 Tidak dilakukan praktikum saat pembelajaran Animalia 4 Pembelajaran di kelas yang terlalu padat, sehingga tidak bisa memberikan bantuan individu permasalahan yang dihadapi siswa Sumber : Lampiran 1 Terdapat permasalahan pada metode pembelajaran guru Proses pembelajaran kurang optimal Dibutuhkan pembelajaran yang memungkinkan memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa serta memberikan kesempatan bagi pembelajaran individual Pada saat pembelajaran biologi guru menggunakan metode ceramah. Ceramah dirasa metode yang paling sesuai dengan alokasi waktu yang kurang memadai. Pembelajaran dengan metode ceramah konvensional termasuk ke dalam teacher centered. Sumber utama dalam pembelajaran adalah guru. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan tidak mau mencari literatur lain yang mendukung. Pada saat pembelajaran siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing. Siswa tidak memperhatikan saat guru menerangkan. Siswa mengobrol, bermain dengan teman sebangku, mengantuk dan lain-lain. Hal ini menyebabkan penyampaian materi yang merupakan sumber utama tidak bisa tersampaikan kepada siswa dengan maksimal. Pada saat pembelajaran tidak dilakukan praktikum. Hal itu dikarenakan minimnya objek biologi di sekolah dan kurangnya sarana prasarana di laboratorium (awetan basah/kering), sehingga guru menyampaikan materi dengan model ceramah saja. Padahal dengan menggunakan model ceramah siswa cenderung pasif dan proses belajar kurang optimal.

6 Pembelajaran di kelas yang terlalu padat, sehingga tidak bisa memberikan bantuan individu permasalahan yang dihadapi siswa. Pada saat proses pembelajaran siswa menunjukkan perbedaan cara-cara belajar dan kecepatan memahami materi. Salah satu solusinya dengan menyajikan pembelajaran yang memungkinkan memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa serta memberikan kesempatan bagi pembelajaran individual. d. Wawancara analisis kebutuhan kepada guru dan siswa Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara pemberian kuesioner dan wawancara kepada guru dan siswa. Informasi tentang kegiatan pembelajaran biologi khususnya materi Animalia di sekolah melalui kuesioner dan wawancara. Hasil analisa kebutuhan guru disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Analisis Kuesioner Kebutuhan Guru No Aspek Hasil Analisis 1 Perangkat yang digunakan disusun oleh Perangkat yang disusun oleh MGMP MGMP hendaknya disesuaikan dengan karakter siswa 2 Buku ajar yang digunakan merupakan buku berasal dari penerbit Buku ajar yang digunakan hendaknya disusun oleh guru. Dimana guru yang mengetahui karakter siswa 3 Guru belum memperkenalkan modul Modul dapat digunakan sebagai bahan ajar sebagai bahan ajar alternative alternative 4 Guru menggunakan LKS untuk LKS bisa digunakan sebagai penunjang kelangsungan pembelajaran kelangsungan pembelajaran tetapi bukan pegangan utama siswa 5 Kemampuan siswa dalam menerima Dengan kemampuan siswa yang beragam materi beragam tetapi perlakuan guru sama seharusnya guru memberikan perlakuan yang berbeda 6 Menurut guru materi Animalia merupakan Terdapat permasalahan pada materi Animalia

7 materi yang kompleks 7 Laboratorium biologi yang tidak memadai sehingga guru jarang memanfaatkan laboratorium 8 Dalam pelaksanaannya siswa, guru dan sarana mendapat kendala untuk pembelajaran di lingkungan (luar kelas) 9 Dalam menyampaikan materi guru kadang mengajarkan keterampilan pemecahan masalah, tetapi kemampuan pemecahan masalah kurang bisa diterapkan pada siswa 10 Dalam evaluasi hasil belajar hal yang diukur meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, tetapi penilaian tidak sesuai prosedur. Sumber : Lampiran 1 Laboratorium hendaknya bisa digunakan untuk menunjang pembelajaran Pembelajaran di luar kelas merupakan alternatif lain jika pembelajaran di dalam kelas terdapat kendala Keterampilan pemecaha masalah harus tetap diajarkan siswa supaya siswa terbiasa untuk memecahkan suatu permasalahan hingga menemukan konsep Penilaian hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pelaksanaannya berdasarkan prosedur yang ada Berdasarkan Tabel 4.4 terungkap bahwa perangkat yang digunakan guru disusun oleh hasil MGMP guru biologi di Boyolali, sehingga cenderung kurang sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, ditinjau dari aspek karakteristik, kemampuan, dan input siswa berbeda. Buku ajar yang digunakan merupakan buku berasal dari penerbit. Guru belum bisa mengembangkan buku ajar sendiri. MGMP belum mampu untuk mengembangkan buku ajar sendiri. Buku ajar hendaknya dikembangkan oleh guru supaya buku ajar yang digunakan sesuai dengan karakter siswa. Guru menggunakan bahan ajar berasal dari penerbit misalnya buku biologi untuk SMA kelas X karangan Kristiyono terbitan Erlangga, buku biologi karangan Istamar terbitan Erlangga, buku

8 panduan pembelajaran biologi karangan Suwarno terbitan Pustaka Buku Depdiknas dan buku biologi untuk SMA kelas X karangan DA Pratiwi terbitan Erlangga. Alasan guru menggunakan buku ajar tersebut dikarenakan buku tersebut sesuai dengan kurikulum, sesuai dengan karakter siswa dan tersedia di perpustakaan. Guru menetapkan buku ajar sesuai dengan kemauan guru sendiri dan buku ajar yang diwajibkan diknas. Buku ajar yang digunakan cukup layak digunakan guru untuk mengajar, bila ditinjau dari kebenaran konsep termasuk dalam kriteria sudah baik, sudah sesuai dengan kurikulum yang digunakan, tetapi belum sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, tampilannya kurang menarik dan belum melatihkan keterampilan pemecahan masalah. Ditinjau dari pola atau gaya penulisan buku ajar yang menarik menurut guru berbentuk uraian, ringkasan atau bagan. Guru belum memperkenalkan bahan ajar alternatif misal modul kepada siswa, terbukti dengan pembelajaran di kelas belum pernah menggunakan modul. Menurut guru modul intinya sama dengan buku teks, jadi jika siswa ingin mempelajari materi lebih dalam dapat meminjam modul di perpustakaan. Guru menggunakan LKS untuk menunjang kelangsungan pembelajaran. LKS yang digunakan merupakan LKS dari penerbit. Alasan guru menggunakan LKS dikarenakan harganya lebih murah daripada buku teks, ada soal-soal yang berbeda deangan buku ajar dan penyajian materi yang lebih ringkas. Menurut pendapat guru, LKS yang baik adalah LKS yang penyampaian materi singkat, padat dan jelas serta adanya gambar yang mendukung.

9 Menurut guru kemampuan siswa dalam menerima materi beragam tetapi guru memperlakukan siswa dengan merata (ceramah konvensional). Ceramah konvensional dirasa paling tepat untuk menyampaikan materi agar siswa yang kemampuannya rendah (malas) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan akademisnya. Menurut guru materi Animalia merupakan materi kompleks. Penyampaiannya guru mengalami beberapa kendala, diantaranya adanya materi yang penyampaiannya tidak secara utuh, tidak bisa melakukan praktikum (observasi) di sekolah, dan dikarenakan penyampaian materi hanya dengan menggunakan metode ceramah siswa cenderung pasif. Strategi guru adalah dengan menyampaikan materi yang sekiranya keluar dalam UN (Ujian Nasional) untuk mengurangi kendala-kendala tersebut. Laboratorium biologi yang tidak memadai sehingga guru jarang memanfaatkan laboratorium. Alat dan bahan yang terdapat di laborat sangat terbatas yaitu tabung reaksi, botol jam, mikroskop, torso, preparat jaringan, eter, alcohol dan kapas. Guru menghimbau siswa untuk melaksanakan praktikum di rumah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Lingkungan bisa digunakan sebagai bahan pelajaran biologi, misalnya lapangan terdapat tumbuhan dan hewan, taman sekolah, selokan dan lain-lain. Pelaksanaannya siswa, guru dan sarana mendapat kendala untuk pembelajaran di lingkungan (luar kelas). Siswa terbiasa di dalam kelas sehingga jika dilakukan pembelajaran di luar kelas fokus siswa menjadi berkurang sedangkan menurut guru dikarenakan materi

10 Animalia sangat kompleks tidak semua hewan yang terdapat di sekolah diketahui jenisnya dan ditinjau dari lingkungan sekolah yang kurang memadai sehingga praktikum di luar kelas menjadi jarang dilakukan. Karena siswa pasif maka keterampilan pemecahan masalah siswa kurang. Penyampaian materi guru kadang-kadang mengajarkan keterampilan pemecahan masalah, tetapi kemampuan pemecahan masalah kurang bisa diterapkan pada siswa. Kendala dalam mengajarkan keterampilan pemecahan masalah adalah siswa cenderung pasif (hanya melaksanakan yang diperintahkan guru) dan dalam pembelajaran biologi anak cenderung hafalan. Maka usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pengenalan objek kepada siswa. Kesulitan yang dialami siswa adalah materi yang bersifat abstrak karena siswa kurang mengenal objek biologi yang disampaikan guru. Evaluasi hasil belajar hal yang diukur meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, tetapi penilaian tidak sesuai prosedur. Aplikasinya penilaian afektif guru dimulai saat siswa tepat waktu masuk kelas, tepat waktu mengumpulkan tugas, dan keaktifan siswa. Hal ini kurang sesuai dengan penilaian aspek afektif dan kognitif Rustaman (2005: 40-44). Penilaian psikomotor yang dilakukan guru terbatas pada laporan praktikum dan hasil diskusi kelas. Penyusunan evaluasi tingkat kognitif yang guru ukur termasuk dalam C1 (hafalan), C2 (pemahaman) dan C3 (aplikasi). Soalsoal yang digunakan dalam Ujian Kenaikan Kelas (UKK) berkisar antara C1, C2 dan C3. Soal-soal tersebut terdiri dari C1 sebanyak 22 butir, C2 sebanyak 20 butir dan C3

11 sebanyak delapan butir Hasil kuesioner terhadap siswa hasilnya mendukung permasalahan yang guru sampaikan pada saat pembelajaran Animalia. Penulis memberikan kuesioner 30 siswa berisi 13 pertanyaan yang dijawab ya dan tidak. Pertanyaan itu meliputi respon siswa terhadap mata pelajaran biologi, semangat siswa saat pembelajaran biologi, permasalahan selama pembelajaran biologi, respon terhadap cara mengajar guru, metode yang digunakan guru mengajar, respon siswa terhadap pembelajaran kelompok, intensitas dilakukan diskusi kelas, kepemilikan buku ajar, respon siswa terhadap materi saat pembelajaran, pengetahuan siswa terhadap bahan ajar modul, respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan modul, dan ketersediaan modul di perpustakaan. Berdasarkan 13 pertanyaan tersebut maka hasil analisis kebutuhan siswa disajikan dalam Grafik 4.1 Grafik 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa Persentase Pernyataan Siswa pada Analisis Kebutuhan Sumber : Lampiran 1 keterangan: 1. Apakah anda senang dengan mata pelajaran biologi? 2. Apakah ada bersemangat dalam pembelajaran biologi? 3. Apakah ada permasalahan yang anda hadapi selama pembelajaran biologi? 4. Apakah cara guru mengajar menarik? 5. Apakah guru hanya menggunakan metode ceramah selama pembelajaran? 6. Apakah anda senang dengan pembelajaran secara kelompok? 7. Apakah di kelas sering dilakukan diskusi? 8. Apakah anda memiliki buku pegangan wajib (buku paket) dalam pembelajaran? 9. Apakah buku pegangan (paket) yang digunakan menarik? 10. Apakah anda merasa mendapatkan materi yang cukup selama pembelajaran? 11. apakah di perpustakaan tersedia modul? 12. apakah pembelajaran di sekolah menggunakan modul? 13. apakah modul menarik untuk dipelajari?

12 Hasil kuesioner dapat disimpulkan setengah siswa menyukai pelajaran biologi. Hal itu dibuktikan dengan adanya 15 siswa menyebutkan suka dan 15 siswa tidak suka. Walaupun terdapat 50% siswa senang mata pelajaran biologi, tidak berarti siswa bersemangat dalam pembelajaran biologi. Hal itu terbukti dengan 20% siswa yang bersemangat dalam pembelajaran biologi. Ternyata semua siswa menyatakan terdapat permasalahan dalam pembelajaran biologi. Salah satu permasalahannya dikarenakan cara mengajar guru yang kurang menarik. Hal itu dibuktikan dengan hanya 23,33% siswa yang menyatakan bahwa guru mengajar dengan menarik. Ketidaktertarikan siswa salah satu sebabnya karena metode yang sering digunakan guru ceramah konvensional. Hal itu dibuktikan dengan sebanyak 93,33% siswa yang menyatakan metode yang digunakan guru hanya ceramah, sisanya siswa menjawab diskusi kelas yang identik dengan pembelajaran kelompok. Hasil kuesioner menyatakan bahwa lebih suka pembelajaran secara kelompok dibuktikan dengan hasil kuesioner siswa sebanyak 83,33%. Di dalam kelas jarang dilakukan diskusi. Hal ini sesuai dengan hasil kuesioner siswa, sebanyak 23,33% siswa menyatakan di kelas sering dilakukan diskusi. Penulis menanyakan tentang kepemilikan buku paket. Buku paket wajib dimiliki saat pembelajaran, dibuktikan dengan respon siswa 100%. Aplikasinya buku paket tersebut kurang menarik siswa untuk mempelajarinya. Hal itu dibuktikan dengan sebanyak 26,67% yang menyatakan tampilan buku paket menarik. Walaupun demikian, sebanyak 46,67% menyatakan mendapat materi yang cukup pada saat pembelajaran. Buku paket

13 termasuk bahan ajar cetak. Bahan ajar cetak lain yang umumnya digunakan dalam pembelajaran adalah modul. Perpustakaan menyediakan modul bagi siswa, tetapi hanya sedikit yang mau mempelajarinya. Hal itu dibuktikan dengan jumlah siswa yang menyatakan modul menarik untuk dipelajari hanya 20%. Hal itu didukung dengan hasil kuesioner yang menunjukkan guru belum memperkenalkan modul sebagai bahan ajar yang mendukung pembelajaran. Pembelajaran di kelas belum pernah menggunakan modul. Hasil wawancara analisis kebutuhan guru disajikan dalam Tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Guru No Pertanyaan Jawaban 1 Apakah perangkat Perangkat yang digunakan disusun oleh MGMP pembelajaran yang digunakan disusun oleh guru sendiri atau MGMP? 2 Metode/strategi apa yang Ceramah dan tanya jawab biasanya Ibu gunakan dalam pembelajaran? 3 Kapan praktikum dilakukan? Kelas X praktikum dilaksanakan di rumah masing-masing di sekolah tidak dilakukan karena terbatasnya waktu. 4 Sumber belajar apa yang biasa digunakan oleh siswa? Pokok buku yang digunakan LKS karena susunan materi lebih ringkas. Penggunaan buku paket jarang digunakan karena jumlahnya sedikit jadi kurang efektif dilakukan di

14 5 Apakah guru mengembangkan bahan ajar sendiri? Sumber : Lampiran 1 kelas. Siswa bisa meminjam di perpus bila ingin belajar menggunakan buku paket. LKS dan buku paket yang digunakan berasal dari penerbit. Hasil wawancara menyatakan bahwa perangkat yang guru gunakan merupakan perangkat hasil MGMP. Perangkat tersebut digunakan langsung dalam pembelajaran langsung tanpa disesuaikan dengan karakter siswa SMAN 1 Andong, Boyolali. Sekolah yang mengikuti MGMP merupakan kumpulan guru biologi di seluruh Boyolali. Guru-guru tersebut berasal dari berbagai sekolah yang ada di Boyolali. Seharusnya perangkat sebelum digunakan disesuaikan dengan karakter siswa dan sekolah mengingat tiap sekolah pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Metode yang guru gunakan merupakan metode ceramah dan tanya jawab. Tanya jawab kurang digunakan karena setiap guru memberikan pertanyaan yang menjawab hanya siswa yang dominan, sedangkan yang lain hanya diam. Hal tersebut membuktikan kemampuan siswa beragam. Ada siswa yang memahami materi yang guru berikan, ada yang paham dasarnya saja dan ada yang tidak paham materi tersebut. Siswa yang memahami materi tersebut langsung bisa menjawab pertanyaan dengan benar sedangkan siswa yang kurang paham cenderung diam. Metode ceramah digunakan dengan pertimbangan materi yang luas dan alokasi yang terbatas. Pembelajaran tersebut termasuk dalam teacher centered. Sumber utama adalah guru. Siswa cenderung pasif hanya melakukan apa yang guru perintahkan.

15 Praktikum tidak dilakukan di sekolah mengingat fasilitas laboratorium yang kurang memadai serta alokasi waktu yang terbatas maka guru memerintahkan melakukan praktikum di rumah masing-masing. Kendalanya adalah tidak semua siswa melakukan praktikum di rumah. Buku ajar utama yang digunakan siswa adalah LKS dan buku BSE. LKS digunaka dalam pembelajaran dikarenakan materi yang lebih ringkas, harga lebih murah dan terdapat soal-soal yang berbeda dengan buku BSE. Guru belum membuat buku pembelajaran ataupun modul sendiri. LKS dan buku yang digunakan berasal dari penerbit. Mengingat keragaman karakteristik siswa hendaknya guru membuat buku ataupun modul sendiri sesuai dengan karakter siswa. Hasil wawancara analisis kebutuhan siswa disajikan dalam Tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Siswa No Pertanyaan Jawaban 1 Bagaimana cara guru mengajar Biologi? Biasanya ceramah, jarang diselingi tanya jawab. 2 Apakah guru sering Kadang-kadang ada diskusi, tetapi jarang. menerapkan variasi metode/strategi selama pembelajaran?

16 3 Apakah Anda senang dengan pembelajaran secara kelompok? 4 Apakah sering dilakukan praktikum? 5 Kesulitan apa saja yang Anda hadapi dalam mempelajari Biologi? 6 Pembelajaran yang seperti apa yang Anda inginkan agar lebih mudah mempelajari Biologi? 7 Sumber belajar apa yang biasa anda gunakan dalam pembelajaran Biologi? 8 Apakah menurut Anda bahan ajar yang digunakan tersebut menarik? 9 Apakah yang Anda ketahui tentang modul? 10 Bagaimana tampilan modul tersebut? 11 Pernahkah pembelajaran di kelas menggunakan modul? 12 Apakah di perpustakaan tersedia modul? Sumber : Lampiran 1 Kadang senang kadang tidak. Senang kalau belajar kelompok bisa tanya teman yang lebih paham jika belum paham materi tersebut. Tidak senang karena ada teman yang tidak mau bekerja sama mengerjakan tugas dan ada teman (nitip nana) yang hanya membebankan tugas pada teman yang rajin. Praktikum dilakukan di rumah masing-masing. Di sekolah jarang sekali praktikum. Banyak istilah-istilah asing (bahasa ilmiah) yang sulit dihafalkan dan materinya banyak sehingga sulit untuk mempelajari. Diberikan contoh-contoh yang nyata sesuai dengan kehidupan sehari-hari, praktikum, pembelajaran di luar kelas, ditambah video lebih jelas Biasanya LKS dan buku paket Kurang menarik karena berisi materi banyak yang kurang ringkas dan berisi soal-soal. Selain itu tampilannya membosankan dan kurang menarik untuk dipelajari. Paparan materi dan soal-soal yang terdapat pembahasaanya. Modul yang beredar di sekolah susunannya kurang sistematis, penyajiannya materi modul kurang menarik, gambarnya sedikit, uraian materinya banyak dan kurang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, serta kegiatan dalam modul kurang mendukung siswa untuk menemukan konsep misalnya dengan observasi, sehingga siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya Belum pernah, biasanya hanya menggunakan buku paket atau LKS saja Ada beberapa diantaranya modul kimia, fisika dan biologi. Ada tapi jumlah modul biologi hanya 2 saja.

17 Berdasarkan hasil wawancara siswa menyatakan bahwa metode yang digunakan guru adalah ceramah (konvensional) dengan kadang diselingi pertanyaan. Metode ceramah konvensional dirasa kurang efektif karena menganggap kemampuan siswa sama. Guru menjelaskan materi dengan porsi yang sama kepada semua siswa. Padahal kemampuan siswa terhadap materi tersebut tidak sama. Ada siswa yang sudah mempelajari materi tersebut di rumah sehingga sudah paham, ada siswa yang memahami materi dasarnya saja, dan ada siswa yang sama sekali belum paham materi tersebut. Guru melakukan variasi metode ceramah tersebut dengan memberikan bahan diskusi berkelompok, walaupun diskusi tersebut jarang dilakukan. Pembelajaran berkelompok menuntut siswa untuk bekerjasama dalam memecahkan permasalahan yang guru berikan. Respon siswa terhadap pembelajaran berkelompok beragam, ada yang menyatakan senang, biasa saja dan ada yang tidak senang. Salah satu dampak positif pembelajaran secara berkelompok adalah adanya tukar pengetahuan dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap permasalahan yang diberikan guru. Siswa dapat bertanya kepada siswa yang lebih paham sebagai upaya pemecahan masalah. Dampak negatifnya adalah jika siswa kurang bertanggung jawab. Karena penilaian secara berkelompok siswa tidak mau bekerja sama dalam upaya pemecahan masalah. Siswa bersikap pasif sedangkan teman lain yang mengerjakan permasalahan tersebut. dipecahkan bersama tapi dikerjakan oleh siswa yang mau belajar. Lain halnya dengan

18 siswa yang bersifat individual. Siswa tersebut tidak bisa memecahkan permasalahan secara bersama-sama tetapi berusaha memecahkan permasalahan tersebut sendiri. Praktikum jarang dilakukan di sekolah. Oleh karena terbatasnya waktu pembelajaran di sekolah praktikum dilakukan di rumah masing-masing. Praktikum dilakukan untuk mengenal objek biologi lebih jauh dan pembelajaran biologi tidak hanya sekedar hafalan tetapi pemahaman. Jika ruangan praktikum memadai pembelajaran di luar kelas, maka sebaiknya dapat menjadi alternatif. Siswa dapat mengenal objek-objek pembelajaran biologi di lingkungan sekitar sekolah secara langsung. Selama ini kesulitan dalam pembelajaran biologi adalah karena pembelajaran ini dianggap pembelajaran hafalan, sedangkan di dalam pembelajaran biologi banyak terdapat istilah-istilah asing. Siswa kesulitan untuk menghafal istilahistilah asing tersebut. Materi biologi yang luas membuat siswa tambah kesulitan dalam mempelajarinya. Guru menggunakan bahan ajar cetak konvensional. Guru hanya menggunakan satu bahan ajar konvensional sebagai acuan. Buku ajar tersebut berisi materi yang kurang ringkas serta contoh-contoh berdasarkan sumber buku yang biasanya siswa tidak mengenal langsung contoh itu, akibatnya siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya. Bahan ajar yang digunakan menurut siswa kurang menarik minat siswa untuk belajar. Bahan ajar tersebut berisi kumpulan materi yang banyak, gambar sedikit dan kurang jelas sehingga membosankan.

19 Pengenalan siswa tentang modul sebatas paparan materi disertai soal-soal dan pembahasannya sehingga siswa kurang tertarik mempelajarinya. Menurut siswa modul yang beredar di sekolah susunannya kurang sistematis, penyajiannya materi modul kurang menarik, gambarnya sedikit, uraian materinya banyak dan kurang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, serta kegiatan dalam modul kurang mendukung siswa untuk menemukan konsep misalnya dengan observasi, sehingga siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya. Di sekolah guru belum memperkenalkan siswa dengan modul sebagai alternatif bahan ajar. Terbukti dengan pembelajaran di kelas belum pernah menggunakan modul. Pembelajaran di kelas menggunakan buku paket atau LKS. Di perpustakaan tersedia modul tetapi siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya. Hal tersebut dikarenakan modul yang beredar di sekolah susunannya kurang sistematis, penyajiannya materi modul kurang menarik, gambarnya sedikit, uraian materinya banyak dan kurang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, serta kegiatan dalam modul kurang mendukung siswa untuk menemukan konsep misalnya dengan observasi, sehingga siswa kurang tertarik untuk mempelajarinya. 2. Planning Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan yang berkaitan dengan penyusunan modul. Tahap perencanaan disusun Garis-Garis Besar Isi Modul (GBIM) yang dijadikan pedoman penulisan modul. Tahapan-tahapan perencanaan meliputi beberapa tahap. Tahapan itu meliputi :

20 a. Identifikasi aspek yang terdapat dalam Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) serta identifikasi materi Materi Animalia termasuk dalam SK memahami manfaat keanekaragaman hayati dan KD 3.3 yaitu mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya pada kehidupan. Materi ini terbagi ke dalam sembilan filum yaitu Porifera, Coelenterata, Platyhelmintes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthopoda, Echinodermata dan Chordata. Penyampaian materi supaya lebih mudah, dimulai dari filum yang paling sederhana yaitu Porifera dan paling akhir adalah filum yang paling kompleks yaitu filum Chordata. Berikut ini merupakan kerangka struktur modul yaitu terdiri dari beberapa bagian, yaitu: Judul : Modul Animalia Berbasis PBL (Problem Based Learning) Disertai Kartu Gambar untuk kelas X Kata pengantar Daftar isi A. Pendahuluan 1. Kompetensi Standar Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati. Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan. 2. Petunjuk Penggunaan Modul B. Kegiatan Pembelajaran

21 1. Kegiatan Belajar I a. Wacana Kekayaan Biota Laut Indonesia b. Mengorientasi siswa pada masalah Buatlah rumusan masalahnya! Mari berhipotesis! c. Mengorganisasikan siswa untuk belajar Apakah desain observasi Anda? d. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Mari kita melakukan observasi! Apakah kesimpulan yang Anda peroleh? e. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya Buatlah slogan yang berhubungan dengan pelestarian karang Kemukakan kesimpulan sementara dan hasil karya Anda! f. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah g. Konfirmasi h. Rangkuman i. Latihan soal I j. Kunci jawaban k. Feedback / umpan balik 2. Kegiatan Belajar II

22 a. Wacana Cacing Parasit pada Daging b. Mengorientasi siswa pada masalah Buatlah rumusan masalahnya! Mari berhipotesis! c. Mengorganisasikan siswa untuk belajar Apakah desain observasi Anda? d. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Mari kita melakukan observasi! Apakah kesimpulan yang Anda peroleh? e. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya Buatlah slogan yang berhubungan dengan upaya agar terhindar dari penyakit cacingan! Kemukakan kesimpulan sementara dan hasil karya Anda! f. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah g. Konfirmasi h. Rangkuman i. Latihan soal I j. Kunci jawaban k. Feedback / umpan balik 3. Kegiatan Belajar III

23 a. Wacana Protein Hewan Laut b. Mengorientasi siswa pada masalah Buatlah rumusan masalahnya! Mari berhipotesis! c. Mengorganisasikan siswa untuk belajar Apakah desain observasi Anda? d. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Mari kita melakukan observasi! Apakah kesimpulan yang Anda peroleh? e. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya Buatlah slogan yang berhubungan dengan protein yang berasal dari hewan! Kemukakan kesimpulan sementara dan hasil karya Anda! f. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah g. Konfirmasi h. Rangkuman i. Latihan soal I j. Kunci jawaban k. Feedback / umpan balik C. Evaluasi Hasil Belajar D. Glosarium

24 Daftar pustaka b.penyusunan instrumen penelitian yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal-soal evaluasi Sesuai dengan SK dan KD maka pencapaian indikator yang harus dipenuhi yaitu ciri-ciri umum hewan (habitat, bentuk tubuh, bentuk simetri tubuh, dan lainlain); cara perkembangbiakan serta peran hewan dalam kehidupan. RPP dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan tiap pertemuan tiga jam (3 X 45 menit). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan tiap pertemuan dilakukan observasi. Format RPP tersusun atas SK; KD; indikator (kognitif, afektif dan psikomotor); materi pokok; langkah-langkah pembelajaran; alat/bahan/sumber; penilaian (kognitif, afektif dan psikomotor); contoh soal; dan contoh penilaian. Format silabus tersusun atas SK; KD; materi pembelajaran; kegiatan pembelajaran; indikator (kognitif, afektif dan psikomotor); penilaian (tekhnik, bentuk, dan contoh); alokasi waktu dan sumber belajar. Pada uji coba soal evaluasi sebanyak 40 butir soal. Bentuk soal pilihan ganda dengan waktu pengerjaan 2 X 45 menit. Soal evaluasi terdiri atas C2 10 butir, C3 10 butir, C4 10 butir, dan C5 10 butir. Soal evaluasi terdiri atas petunjuk mengerjakan soal, soal evaluasi belajar dan pilihan jawaban. c. Penyusunan instrumen validitas ahli modul, validitas RPP dan silabus serta soalsoal evaluasi Penyusunan instrumen terbagi atas aspek materi, penyajian, keterbacaan dan grafik/ilustrasi. Masing-masing aspek terdiri dari subaspek. Pada aspek materi

25 terdapat subaspek kualitas isi/materi, aspek penyajian terbagi atas subaspek kualitas metode penyajian dan kesesuaian basis PBL, aspek keterbacaan terdapat aspek penggunaan bahasa serta pada aspek grafik terbagi atas subaspek penggunaan ilustrasi dan kegrafikan. Keempat aspek tersebut diajukan kepada ahli materi Animalia, ahli pengembangan modul dan ahli bahasa. Hasil validasi berupa skor kelayakan modul, saran dan masukan ahli. Saran dan masukkan dari ahli dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum direvisi. Hasil validasi modul oleh ahli sebagai revisi I. Hasil revisi I diuji cobakan pada skala kecil (siswa dan praktisi) sebagai pengguna modul. Angket yang digunakan untuk uji coba lebih sederhana terdiri atas empat aspek yaitu aspek pengorganisasian modul, aspek penyajian, aspek bahasa/keterbacaan dan aspek kegrafisan. RPP dan silabus divalidasi oleh ahli pengembangan modul dan praktisi. Angket validasi RPP meliputi kejelasan perumusan indikator, kesesuaian tujuan, kesesuaian materi ajar dengan tujuan, pengorganisasian materi ajar, kejelasan sekenario pembelajaran modul, kesesuaian langkah PBL, kesesuan langkah-langkah pembelajaran dengan alokasi waktu, kesesuaian modul dengan tujuan dan materi modul serta kelengkapan instrumen pembelajaran sedangkan angket validasi silabus berisi kesesuaian materi pokok dengan KD, indikator dengan KD, kegiatan pembelajaran dengan indikator, indikator dengan penilaian, alokasi waktu dengan kegiatan pembelajaran, sumber belajar dengan indikator dan ketepatan penggunaan tata bahasa.

26 Validasi soal dilakukan oleh dua panelis (ahli pengembangan dan ahli materi Animalia). Format validasi soal terdiri atas nomor soal, indikator kompetensi, revised, soal, dan respon panelis (relevan dan tidak relevan). Setelah soal sudah direvisi dari kedua saran panelis kemudian soal diujikan (try out). Uji coba dilakukan oleh siswa yang telah menerima materi Animalia dan siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Uji coba dilakukan pada 30 siswa SMAN 1 Cepogo. Pemilihan SMA sesuai dengan kesamaan akreditasi yatu terakreditasi A. Perhitungan uji coba soal didasarkan pada jawaban siswa dalam menjawab soal yaitu salah atau benar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kriteria validitas soal, daya beda, dan indeks kesukaran soal sebelum diujicobakan secara luas (uji lapangan). 3. Develop Preliminary Form Of Product Pada tahap ini sudah mulai penyusunan materi. Penyusunan materi berdasarkan berbagai macam buku referensi yang telah disesuaikan dengan KTSP. Modul ini merupakan modul pembelajaran biologi berbasis PBL disertai kartu gambar pada materi Animalia. Penyusunan materi berdasarkan sintak PBL. Penyusunan materi dimulai dengan adanya permasalahan yang diawali dengan wacana, siswa menyusun rumusan masalah dan berhipotesis, setelah itu dilakukan observasi dengan menggunakan kartu gambar kemudian ada konfirmasi lalu siswa menyimpulkan dengan peta konsep kemudian siswa menyajikan hasil karya berupa slogan serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Setelah materi tersusun

27 semua maka menjadi produk awal (develop preliminary form of product) atau draft I. Dfaft I kemudian diuji kelayakannya oleh ahli (materi biologi, ahli pengembangan modul dan ahli bahasa) dan praktisi (untuk uji kelayakan RPP dan silabus). Validasi dilakukan tiga tahap yaitu validasi modul, validasi RPP dan silabus serta validasi soal evaluasi. a. Validasi Modul Hasil validitas ahli dihitung dengan menggunakan rumus excel. Hasil validasi ahli materi dan ahli pengembangan modul terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek materi, penyajian, dan bahasa. Masing-masing aspek berdiri sendiri, agar bisa dibandingkan hasilnya. Hasil dari uji validasi ahli tersebut disajikan dalam Grafik 4.2 Grafik 4.2 Hasil Uji Validasi Materi, Peyajian dan Bahasa Validasi modul Oleh Ahli materi penyajian bahasa Sumber : Lampiran 4 Berdasarkan hasil validasi aspek materi mendapatkan skor 3,08; aspek penyajian 3; dan aspek keterbacaan 3,64. Perolehan skor tiap aspek berasal dari perolehan skor rata-rata tiap indikator.

28 Aspek materi terdiri atas beberapa subaspek yang terdiri dari beberapa indikator. Subaspek kelengkapan materi terdiri atas indikator I (cakupan materi dalam KTSP) mendapatkan skor 3; indikator II (kesesuaian materi dengan SK dan KD) 4 dan indikator III (kesesuaian materi dengan indikator) mendapatkan skor 3. Subaspek keakuratan materi meliputi indikator IV (materi menyajikan konsep, devinisi, hukum dll) mendapatkan skor 3. Subaspek kegiatan yang mendukung pembelajaran meliputi indikator V (kegiatan/soal latihan mendukung konsep) mendapatkan skor 4; indikator VI (keterkaitan kegiatan/soal latihan dengan kehidupan) mendapatkan skor 3 dan indikator VII (latihan soal dilengkapi dengan kunci jawaban) mendapatkan skor 4. Subaspek materi dapat meningkatkan kompetensi sains siswa meliputi indikator VIII (wacana dapat membantu mengorientasikan siswa pada masalah) mendapatkan skor 2; indikator IX (kegiatan dalam modul dapat mengorientasikan siswa untuk belajar) mendapatkan skor 4; indikator X (kegiatan dalam modul dapat membantu penyelidikan siswa) mendapatkan skor 4; indikator XI (kegiatan dalam modul dapat mengembangkan dan menyajikan siswa menghasilkan karya serta memamerkannya) mendapatkan skor 3; dan indikator XII (kegiatan dalam modul dapat membantu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) mendapatkan skor 2. Subaspek materi mengikuti sistematika keilmuan meliputi indikator XIII (penyajian materi dari yang sederhana ke yang sulit) mendapatkan skor 3 dan indikator XIV (kegiatan modul menekankan pada pengalaman langsung) mendapatkan skor 4. Pada subaspek

29 materi mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir pada indikator XV (kegiatan modul mengembangkan kemampuan pemecahan masalah) mendapatkan skor 3. Berdasarkan hasil skor rata-rata indikator tersebut, maka skor aspek materi 3,08. Pada aspek penyajian dibedakan atas empat subaspek yaitu subaspek penyajian modul, pendukung penyajian modul, kelengkapan penyajian modul dan kegrafisan modul. Pada keempat subaspek tersebut terdiri atas beberapa indikator. Subaspek penyajian modul terdiri atas indikator I (keterkaitan kegiatan modul dengan materi) mendapatkan skor 3; indikator II (memberikan keterampilan pada siswa) 4; indikator III (menumbuhkan semangat berpikir kreatif) mendapatkan skor 4; indikator IV (materi yang disajikan menumbuhkan rasa ingin tahu) mendapatkan skor 3; indikator V (kegiatan modul mendorong keinginan untuk mencari informasi lebih lanjut) mendapatkan skor 3; indikator VI (materi mudah dipahami siswa) mendapatkan skor 4; indikator VII (rangkuman materi ringkas dan jelas) mendapatkan skor 3; dan indikator VIII (petunjuk penggunaan modul runtut dan bermanfaat) mendapatkan skor 3. Pada subaspek pendukung penyajian modul terdiri atas indikator IX (modul sebagai pembangkit motivasi) mendapatkan skor 4, indikator X (kesesuaian soal latihan dengan indikator) mendapatkan skor 3, indikator XI (soal latihan mendukung konsep) mendapatkan skor 4, indikator XII (kelengkapan penyajian glosarium) mendapatkan skor 4, indikator XIII (penyajian rangkuman ringkas, jelas dan sesuai materi) mendapatkan skor 3, indikator XIV

30 (tampilan cover, isi dan layout menarik) mendapatkan skor 3, indikator XV (penyajian gambar dengan sumber acuan yang jelas) mendapatkan skor 2, dan indikator XVI (kesesuaian pola, urutan teks, dan gambar dengan materi) mendapatkan skor 4. Pada subaspek kelengkapan penyajian modul terdiri atas indikator XVII (penyajian pendahuluan dengan sederhana dan lugas) mendapatkan skor 3, indikator XVIII (penyajian evaluasi soal memperkaya wawasan siswa) mendapatkan skor 2, dan indikator XIX (penyajian daftar pustaka secara konsisten dan lazim digunakan oleh tulisan ilmiah mendapatkan skor 2. Pada subaspek kegrafisan modul terdiri atas indikator XX (penyajian sampul dan cover mempunyai daya tarik awal) mendapatkan skor 3, indikator XXI (penyajian ilustrasi dan cover jelas dan menggambarkan materi) mendapatkan skor 3, indikator XXII (keterbacaan tulisan sesuai sehingga mudah dibaca) mendapatkan skor 4, dan indikator XXIII (kualitas tampilan gambar) mendapatkan skor 1. Berdasarkan ratarata skor indikator, maka diperoleh skor aspek penyajian yaitu 3. Pada aspek keterbacaan terdiri atas tujuh indikator. Indikator I (penggunaan menggunakan aturan EYD) mendapatkan skor 3, indikator II (menggunakan peristilahan yang sesuai dengan pokok bahasan) mendapatkan skor 4, indikator III (bahasa yang digunakan sederhana, lugas dan mudah dipahami siswa) mendapatkan skor 3, indikator IV (menggunakan bahasa yang komunikatif) 3, indikator V (penulisan istilah benar, sesuai konsep, tidak menimbulkan penafsiran ganda, disertai dengan penjelasan rinci, dan diberi tanda khusus) 3, indikator VI (penulisan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis Guided Inquiry Laboratory (GIL). Bahan kajian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF Tri Handayani 1, Sajidan 2, Baskoro Adi Prayitno 3 1 Program Studi Magister Pendidikan Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah di persiapkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang. warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang. warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi perubahan di segala bidang. Salah satu bidang yang mengalami perubahan yaitu bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang. Banyak hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang besar perannya dalam pendidikan, disamping itu juga belajar biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah () lokasi dan subyek penelitian, () metode penelitian, (3) instrumen penelitian, dan (4) teknik analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sulit dipahami oleh siswa karena ilmu kimia mayoritas bersifat abstrak, kompleks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada Bab I telah dipaparkan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Puput Ambaryuni

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain penelitian the matching only pretest-posttest control group design (Fraenkel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar

BAB III METODE PENELITIAN. (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan (educational research and development) yang mengembangkan bahan ajar pada mata pelajaran IPS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan. yang memungkinkan perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan. yang memungkinkan perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Biologi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk dalam rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal A. Aktivitas Pembelajaran Ekonomi Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan, siswa cenderung pasif kurang termotivasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini tergolong penelitian pengembangan modul pembelajaran pada pokok bahasan segi empat untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau yang sering disebut penelitian R & D. Penelitian Pengembangan adalah metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem solving pada materi barisan dan deret tak hingga, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES PENERAPAN FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian. Bagian pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Peneliti terlebih dahulu melakukan tahap pratindakan sebelum melaksanakan proses penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan juga mengalami perubahan-perubahan ke arah yang maju. Perubahan ini ditandai dengan gejolak berbagai macam kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah sebagai komponen utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research and Development (R & D).

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA KELAS X DI SMAN 2 BATU MENGENAI FILUM ARTHROPODA

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA KELAS X DI SMAN 2 BATU MENGENAI FILUM ARTHROPODA PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA KELAS X DI SMAN 2 BATU MENGENAI FILUM ARTHROPODA Rosy Irmaningtyas, Istamar Syamsuri, dan Susilowati Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah guru dan siswa di tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Bandar Lampung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...... BAB I. PENDAHULUAN..... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Masalah... 8 C. Kerangka Pemecahan Masalah...

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari gejala alam dan menerangkan bagaimana gejala tersebut terjadi. Fisika merupakan mata pelajaran yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan dan perbaikan mutu pendidikan tidak dapat terlepas dari berbagai upaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di sekolah yang menginginkan pembelajaran yang bisa menumbuhkan semangat siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. LKS ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research

III. METODOLOGI PENELITIAN. LKS ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan LKS berbasis representasi kimia yang meliputi representasi makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Prototipe Produk 1. Pengumpulan Data Awal a. Analisis Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Analisis KBM dilakukan dengan melakukan wawancara kepada guru kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009) 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian dan pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009) penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah dengan terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan siswa dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan ujung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah (1) lokasi dan subyek penelitian, (2) metode penelitian, (3) sumber data, (4) diagram alir penelitan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009)

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO Skripsi Oleh: ARINI ANGGARINI K4305005 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menentukan peradaban suatu bangsa itu ditunjang oleh sumber daya manusia yang akan terus berkembang sesuai kebutuhan manusia dalam kehidupan masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development, R&D). Borg & Gall (Sugiyono 2011: 47) menyatakan bahwa research and development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang tidak akan habis dibicarakan dan diupayakan. Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Hasil survey PISA tahun 2012 pada aspek sains, Indonesia mendapatkan

I. PENDAHULUAN. mengajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Hasil survey PISA tahun 2012 pada aspek sains, Indonesia mendapatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan bagian dari ilmu sains yang mempelajari tentang alam termasuk segala proses yang terjadi di dalamnya. Pembelajaran biologi lebih menekankan pada kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP mata pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Sirombu, yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal. 1 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk aktif membaca, mencari, dan menganalisis sebuah masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk aktif membaca, mencari, dan menganalisis sebuah masalah secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar di perguruan tinggi sangat menjunjung kemandirian, mahasiswa dituntut untuk aktif membaca, mencari, dan menganalisis sebuah masalah secara mandiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS 3 di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Sebagaimana diuraikan pada bab III, tindakan penelitian

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN APLIKASI PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) MODEL RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2006-2007 HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, LKS,

BAB IV HASIL PENELITIAN A. PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, LKS, 46 BAB IV HASIL PENELITIAN A. PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, LKS, lembar penilaian, bahan ajar dan media pembelajaran. 1. Silabus hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru. Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan tangguh semakin

Lebih terperinci

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TELAAH SILABUS, RPP, TES DAN PEDOMAN OBSERVASI RESPONDEN: PENGAWAS/KEPALA SEKOLAH BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang audit kinerja guru bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Suatu hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Suatu hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Potensi Hasil Penelitian Suatu hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi di SMA. Selain itu diharapkan agar proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Hasil Penelitian 1. Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian dan pengumpulan data merupakan tahap awal dalam pengembangan media

Lebih terperinci