BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk aktif membaca, mencari, dan menganalisis sebuah masalah secara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk aktif membaca, mencari, dan menganalisis sebuah masalah secara"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar di perguruan tinggi sangat menjunjung kemandirian, mahasiswa dituntut untuk aktif membaca, mencari, dan menganalisis sebuah masalah secara mandiri. Kemandirian belajar harus dimulai sejak pertama kali mahasiswa memasuki perguruan tinggi. Seseorang yang terbiasa dicekoki materi ketika belajar di sekolah menengah harus menghadapi situasi belajar yang berbeda ketika memasuki perguruan tinggi yaitu belajar mandiri, ternyata banyak mahasiswa yang kewalahan menghadapi situasi ini, di ruangan kuliah hanya beberapa persen saja yang pro-aktif menganggap dosennya sebagai fasilitator ketika diskusi. Banyak mahasiswa datang ke ruangan perkuliahan hannya untuk datang, duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat apa yang dikatakan oleh dosen lalu keluar ruangan perkuliahan. Hal tersebut merupakan indikator ketidaksiapan mereka memasuki perguruan tinggi. Kegiatan pembelajaran di kampus merupakan bagian dari kegiatan pendidikan pada umumnya, yang secara otomatis berusaha untuk membawa masyarakat (mahasiswa) menuju kekeadaan yang lebih baik. Bila diperhatikan, keberhasilan dalam pendidikan tidaklah lepas dari kegiatan proses belajar mengajar. Belajar merupakan tindakan dan perilaku mahasiswa yang kompleks. Belajar hanya dialami oleh mahasiswa itu sendiri dan mahasiswa sebagai penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Tujuan pembelajaran dikatakan berhasil apabila mahasiswa telah memiliki kemampuan untuk menguasai materi yang telah diajarkan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Keberhasilan pembelajaran biasanya dapat 1

2 2 dilihat dari nilai akhir semester mahasiswa yang telah dicapai. Nilai tersebut dapat berupa nilai-nilai akumulasi UTS, tugas, UAS. Namun pada kenyataan sehari-hari masih banyak nilai mahasiswa yang belum mencapai nilai yang baik. Ketidak berhasilan ini sangat dirasakan pada pembelajaran Gelombang di STKIP Tapanuli Selatan. Dalam proses pembelajaran sehari-hari, berdasarkan hasil observasi lapangan para dosen fisika banyak mahasiswa yang menganggap bahwa pelajaran Gelombang merupakan pelajaran yang sulit sehingga kurang berminat dan kurang memperhatikan. Sikap mahasiswa terhadap mata kuliah Gelombang terutama ditandai oleh tak ada perhatian sampai penolakan mendalam. Selain itu, banyak juga mahasiswa yang malas, kurang motivasi, kurang perhatian, kurang serius, kurang kerja keras dan masa bodoh dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran kurang berhasil. Selain itu, berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada para mahasiswa fisika, pada proses pembelajaran sehari-hari sering sekali dosen mengajar tidak sesuai dengan sifat-sifat materi, kurang kreatif, kurang variatif dan kurang memperhatikan kemampuan yang berbeda-beda yang dimiliki mahasiswa. Kebanyakan dosen dari mulai menyampaikan materi pelajaran sampai berakhirnya pelajaran hanya berceramah saja tanpa memotivasi dan tidak meminta mahasiswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran kurang menarik dan terasa monoton. Selain itu, ada beberapa kesalahan yang cenderung dilakukan oleh para dosen Fisika sehingga mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami Gelombang. Kesalahan tersebut antara lain : (1) Gelombang hanya disajikan sebagai kumpulan rumus yang harus dihafalkan oleh mahasiswa; (2) dalam proses pembelajaran dosen jarang menggunakan alat bantu pengajaran yang dapat

3 3 memperjelas gambaran mahasiswa tentang materi yang dipelajari; dan (3) masih banyak dosen yang ketika mengajar memiliki kecenderungan untuk mempersulit, bukan mempermudah; (4) dalam proses kegiatan pembelajaran, dosen belum mampu memanfaatkan sumber belajar lain, selain modul, sehingga materi sangat terbatas dan kadang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum; (5) kurangnya kemampuan dosen untuk mengembangkan materi ajar dengan berbagai bentuk penyajian sehingga pembelajaran terkesan monoton dan membosankan; (6) kurang memahami karakteristik peserta didik, hal ini menyebabkan peran aktif mahasiswa dalam pembelajaran masih rendah; (7) pemanfaatan alat bantu mengajar yang ada tidak maksimal dipergunakan; (8) kurang mampu mengaplikasikan teori dan praktek, strategi pembelajaran yang kurang tepat, serta minimnya penggunaan media pembelajaran. Masih banyak dosen yang belum berwawasan luas, belum memiliki kreativitas tinggi, belum memiliki ketrampilan metodologis yang handal, belum memiliki ketrampilan penggunaan strategi pembelajaran, belum memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan belum berani mengemas dan mengembangkan materi merupakan faktor penyebab ketidakberhasilan pembelajaran. Selain faktor dosen yang belum berwawasan luas, belum memiliki kreativitas tinggi, belum memiliki ketrampilan metodologis yang handal, belum memiliki ketrampilan penggunaan strategi pembelajaran, belum memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan belum berani mengemas dan mengembangkan materi, pembelajaran juga dipengaruhi oleh ketersediaan sarana, prasarana dan sumber belajar dan lingkungan atau suasana pembelajaran. Sekarang ini, masih terdapat beberapa kampus yang belum memiliki sarana dan sumber belajar yang lengkap yang berupa bahan bacaan atau sumber informasi, buku perkuliahan, alat laboratorium/praktek,

4 4 ruang laboratorium dan sebagainya. Selain itu, lingkungan atau suasana dalam proses pembelajaran sekarang ini kebanyakan kurang menyenangkan dan kurang bermakna, sehingga tujuan pembelajaran kurang berhasil. Untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan kurikulum, maka diperlukan terobosan-terobosan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan di atas. Seorang dosen dituntut untuk kreatif, variatif dan mengembangkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Hal itu dapat dilakukan dengan memilih pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan sifat materi atau bahan ajar dan sesuai dengan kondisi yang diinginkan mahasiswa. Selain itu, agar pembelajaran berhasil dosen harus memahami dan memperhatikan aktivitas yang berbeda-beda yang dimiliki mahasiswa agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh semua mahasiswa. Hal ini sesuai dengan teori belajar yang disampaikan oleh Bruner, Ausubel dan Piaget. Belajar bermakna ialah suatu proses dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Proses pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang dosen sangat memegang peranan penting dalam mencapai penguasaan konsep suatu pelajaran. Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Mahasiswa yang cocok dengan pembelajaran yang diterapkan dosen dalam mengajar akan merasa senang dengan pelajaran tersebut sehingga mahasiswa tersebut menjadi bersemangat akibatnya mahasiswa tersebut mudah menerima konsep yang disampaikan yang nantinya akan mempengaruhi penguasaan mahasiswa terhadap konsep pelajaran.

5 5 Sedangkan metode pembelajaran adalah suatu bentuk pengajaran yang diarahkan atau diorientasikan pada strategi dosen pada proses pembelajaran. Telah banyak langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperguruan tinggi, diawali dengan diadakannya desain dari kurikulum, Peningkatan standar penilaian sampai pada proses pembelajaran dan ketersediaan bahan ajar. Dosen memegang peranan penting di dalam proses pembelajaran, karena seorang dosenlah yang mengelola proses pembelajaran serta dapat memberikan bahan perkuliahan yang sesuai dengan kebutuhan. Seorang dosen dituntut untuk dapat memberikan bahan ajar berupa buku teks pembelajaran yang memadai bagi mahasiswanya. Jika setiap dosen menyusun bahan ajar pembelajaran yang dilakukan di setiap semester maka secara keseluruhan proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Berdasarkan tujuan pembelajaran, sasaran mutu pembelajaran dan tersedianya bahan ajar pembelajaran, maka Program Studi mampu menilai tingkat keberhasilan proses pembelajaran semua mata kuliah yang diselenggarakan. Bila semua dosen telah melakukan demikian, sasaran mutu pembelajaran ini dapat ditingkatkan lagi menjadi sasaran mutu pembelajaran untuk Program Studi Pendidikan Fisika. Dalam belajar fisika pada matakuliah Gelombang di perguruan tinggi program studi pendidikan fisika hendaknya fakta, konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pengetahuan yang ada pada dosen ke mahasiswa. Mahasiswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan atau

6 6 pengertian dibentuk oleh mahasiswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari dosen mereka. Gelombang adalah mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Sebelum mempelajari Gelombang, semua mahasiswa diwajibkan mengikuti perkuliahan dan dinyatakan lulus mata kuliah Fisika Dasar I dan Fisika Dasar II. Dalam Fisika Dasar inilah mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dasar tentang Fisika dan nantinya akan menjadi dasar bagi mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah berikutnya di tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha agar mahasiswa dapat memahami mata kuliah ini dengan baik. Tujuan mata kuliah Gelombang berdasarkan silabus Program Studi Pendidikan Fisika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk menyatakan deskripsi gelombang dalam berbagai medium, serta sifat-sifat umum gelombang dan penerapannya pada gelombang permukaan air, gelombang bunyi, serta gelombang elektromagnetik. Tujuan mata kuliah gelombang dalam tiga tahun terakhir ini dapat dikatakan belum tercapai, karena berdasarkan Daftar Nilai Akademik Mahasiswa masih banyak mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 76 (kategori: C). Hal ini dapat dilihat dari rekap nilai tiga tahun terakhir pada Tabel 1.1 berikut.

7 7 Tabel 1.1 Rekap Nilai Mata Kuliah Gelombang Tiga Tahun Terakhir Tahun Sebaran Nilai Mahasiswa Akademik A % B % C % D % E % 2013/ , ,7 9 18,6 2012/ , ,3 2011/ Sumber : DPNA Program Studi Pendidikan Fisika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara informal yang dilakukan peneliti (2012) terhadap dosen dan mahasiswa khususnya, dalam perkuliahan pendalaman Gelombang diperoleh keterangan bahwa pada umumnya bahan perkuliahan selama ini sebanyak 40% dan belum mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan karakteristik dosen dan mahasiswa baik itu perhatian, minat, motivasi, dan kesadaran mahasiswa. Mahasiswa berasal dari berbagai daerah yang tingkat pendidikannya masih rendah dan iklim akademik yang masih kurang. Akibatnya, perhatian mahasiswa untuk mengikuti proses perkuliahan Fisika sangat rendah. Di samping itu, mahasiswa kurang memiliki minat untuk membaca bahan perkuliahan. Hal ini dapat dilihat ketika mahasiswa diberi kesempatan untuk membaca bahan perkuliahan, umumnya mahasiswa lebih banyak bermain dan berbicara sesama teman saja. Motivasi yang dimiliki mahasiswa untuk selalu hadir dalam perkuliahan juga masih rendah, dari persentase kehadiran mahasiswa selama perkuliahan terlihat masih banyak mahasiswa yang tidak bisa mengikuti ujian akhir semester karena kurangnya persentase kehadiran. Ditambah lagi kurangnya kesiapan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, ketika dosen menanyakan materi perkuliahan minggu lalu mahasiswa tidak bisa menjelaskan dengan baik. Kesadaran yang masih rendah dalam diri mahasiswa untuk mencari dan menemukan konsep dasar Gelombang juga akan mengakibatkan rendahnya pengetahuan mahasiswa tentang Fisika.

8 8 Perkuliahan yang dilakukan selama ini belum dapat berjalan dengan lancar, karena banyak mahasiswa yang belum memiliki buku pegangan untuk mengikuti perkuliahan. Hal ini terjadi karena mahasiswa belum diwajibkan untuk memiliki bahan ajar, dan selama ini STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan belum menyediakan diktat perkuliahan seperti kebanyakan di perguruan tinggi lainnya. Bahan ajar yang tersedia di perpustakaan juga tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mahasiswa fisika khususnya untuk matakuliah gelombang. Di samping itu, mahasiswa kurang aktif dalam mencari bahan pelajaran, sehingga mahasiswa hanya mengandalkan penjelaskan dosen dengan cara mencatat materi tersebut. Selain itu, mahasiswa bersifat pasif dalam pembelajaran. Mahasiswa lebih cenderung menerima apa saja yang dijelaskan oleh dosen. Proses perkuliahan menjadi tidak kondusif, karena perkuliahan selalu menggunakan metode ceramah, selain itu diperlukan waktu untuk mencatat materi yang telah dijelaskan dosen. Kegiatan seperti ini membutuhkan waktu lama dan pada akhirnya tujuan perkuliahan tidak dapat dicapai sesuai waktunya. Pembelajaran di perguruan tinggi menuntut agar mahasiswa aktif dalam perkuliahan, mahasiswa juga harus dapat belajar dan menemukan sendiri konsep Fisika tersebut. Kenyataannya di lapangan, terlihat bahwa banyak mahasiswa yang hanya mengandalkan apa yang dia peroleh dari penjelasan dosen yang telah dicatat dan menunggu materi untuk dicopikan. Hal ini mengakibatkan mahasiswa tidak dapat berperan aktif, dan susah menemukan sendiri konsep gelombang tersebut. Berdasarkan kesulitan mahasiswa dalam menemukan konsep gelombang ratarata 90% dikarenakan bahan ajar yang kurang efektif, maka bahan ajar adalah salah satu bagian dari perkuliahan yang sangat tepat dan dapat memberikan keuntungan

9 9 kepada mahasiswa. Menurut Setiawan (2007: 116), bahan ajar yang disusun dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan bagi mahasiswa antara lain: membantu mahasiswa belajar tanpa harus ada dosen, mahasiswa dapat belajar kapan dan dimana saja, mahasiswa dapat belajar dengan kecepatan sendiri, mahasiswa dapat belajar menurut urutannya sendiri, dan meningkatkan potensi mahasiswa agar menjadi mahasiwa mandiri. Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan lengkap (Panen dan Purwanto, 2004 : 16). Bahan ajar modul adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu dosen dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud berupa tertulis maupun tidak tertulis (Amri dan Ahmadi 2010:159). Menurut Dharmasraya (2008:1), bahan ajar modul merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi. Melalui bahan ajar modul dosen akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar modul dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information sheet), dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar. Analisis dilakukan dengan melihat karakteristik mahasiswa yang beragam latar belakang, terbatasnya jumlah buku fisika universitas yang tersedia di perpustakaan, tidak adanya buku khusus mengenai gelombang yang tersedia

10 10 diperpustakaan, dan kurangnya minat mahasiswa untuk mencari buku maupun memiliki buku yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Mahasiswa lebih banyak menggunakan buku fisika untuk sekolah menengah dibandingkan buku universitas maupun internet. Bahan ajar modul Optik Geometri berbasis inkuiri yang dimaksud untuk dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan mahasiswa maka diperoleh sebesar 90% mahasiswa sangat membutuhkan bahan ajar, sedangkan dosen 80% membutuhkan bahan ajar. Perkuliahan Gelombang selama ini masih bersifat teacher centered. Mahasiswa hanya datang, duduk, mendengar, dan mencatat materi yang dijelaskan dosennya. Mahasiswa juga belum memiliki persiapan untuk mengikuti perkuliahan, serta kurangnya orientasi dari dosen untuk mengkondisikan agar mahasiswa siap dalam mengikuti pelajaran. Perkuliahan Gelombang terlihat bahwa mahasiswa belum mampu untuk merumuskan masalah yang telah diorientasikan dosennya. Mahasiswa tidak dapat merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan menguji hipotesis dari masalah yang diberikan, akhirnya mahasiswa sulit dalam merumuskan kesimpulan dari materi gelombang yang diajarkan oleh dosennya. Diperlukan perubahan dalam proses pekuliahan Gelombang selama ini berupa suatu model pembelajaran baru untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas perkuliahan, namun hasil refleksi dari dosen tim mata kuliah Gelombang menunjukkan kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi Gelombang serta hasil belajarnya belum memuaskan dikarenakan beberapa faktor. Pertama, Jurusan Fisika belum memiliki bahan ajar gelombang dan optika secara permanen yang akan digunakan mahasiswa dalam perkuliahan, diktat perkuliahan gelombang juga belum tersedia,

11 11 sehingga beberapa materi gelombang belum dapat dipahami. Beberapa bahan ajar yang sudah ada belum memiliki format yang seragam dan bahkan beberapa bahan ajar yang sudah ada, susah dipahami mahasiswa sehingga membingungkan saat digunakan dalam perkuliahan. Format dan isi bahan ajar tersebut rata-rata belum dapat memandu mahasiswa untuk mempelajari materi gelombang. Bahasan optika geometri merupakan kajian yang penerapan konsepnya banyak dijumpai mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam KTSP maupun kurikulum 2013, materi optika geometri muncul diakhir semester. Materi optika geometri belum dapat disampaikan secara maksimal karena terbatasnya waktu. Selain itu, dalam kurikulum 2013 materi pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa ditiadakan. Sementara materi pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa sangat dibutuhkan dan masih tetap diajarkan sebagai kemampuan prasyarat mahasiswa untuk dapat memamhami alat optik. Materi optika geometri memiliki karakter materi yang kompleks. Untuk dapat memahaminya dibutuhkan waktu yang banyak. Di sisi lain tidak semua kajian optika geometri dapat dipelajari melalui eksperimen di kampus karena keterbatasan waktu dan sarana. Salah satu alternatif untuk membantu mengatasi keterbatasan pelaksanaan eksperimen dengan tetap berusaha menyajikan permasalahan nyata kepada mahasiswa adalah dengan menggunakan modul yang memuat permasalahan lokal. Dengan membantu menyajikan permasalahan nyata yang bersifat lokal dalam modul, pengalaman yang lebih nyata dalam sebuah eksperimen dapat terwakili. Penyajian permasalahan nyata yang bersifat lokal ke dalam modul untuk membantu mahasiswa mudah dalam belajar meskipun dengan atau tanpa didampingi dosen (Sutirman, 2013:40).

12 12 Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicarikan bahan ajar gelombang yang sesuai dan dapat menyelesaikan permasalah di atas. Bahan ajar yang sesuai dengan kondisi ini adalah bahan ajar gelombang berbasis inkuiri. Menurut Sanjaya (2006:196), Pembelajaran yang menggunakan model inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran inkuiri ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa pada materi gelombang, karena dengan inkuiri ini mahasiswa dituntut untuk melakukan orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan pada akhirnya mahasiswa dapat menyimpulkan materi gelombang tersebut. Melalui pembelajaran yang dilakukan dengan model inkuiri diharapkan mahasiswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep dan prinsip fisika sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh bertahan lebih lama. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini perlu dikembangkan bahan ajar Optik Geometri Berbasis Inkuiri untuk mahasiswa pendidikan fisika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) apakah yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman mahasiswa tentang Optik Geometri. (2) mengapa kurangnya minat mahasiswa untuk memiliki buku perkuliahan gelombang. (3) mengapa kurang efektifnya proses pembelajaran gelombang. (4) apakah yang menjadi penyebab kurangnya bahan ajar bagi para dosen. (5) apakah masalah yang menyebabkan sulitnya memperoleh buku perkuliahan gelombang di daerah setempat.

13 13 (6) mengapa terbatasnya media pembelajaran gelombang. (7) apa yang menyebabkan diktat perkuliahan gelombang yang belum tersedia. (8) apa yang menyebabkan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran gelombang. (9) mengapa bahan ajar Gelombang yang dibuat dosen belum ada yang dikembangkan dengan berbasis Inkuiri. (10) mengapa model Pembelajaran Gelombang yang diterapkan saat ini merupakan pembelajaran yang berpusat pada dosen bukan berpusat pada mahasiswa. (11) mengapa pembelajaran Gelombang yang diterapkan saat ini merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada hasil bukan pada proses. (12) mengapa kreatifitas dosen dalam pembelajaran Gelombang dalam mengembangkan bahan ajar masih kurang. (13) apa yang menyebabkan hasil belajar Gelombang di STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan masih rendah. (14) ketersediaan bahan ajar pendamping pembelajaran gelombang dikampus yang sesuai dengan kurikulum belum ada. (15) bahan ajar berupa modul gelombang pada pokok bahasan optik geometri belum ada. (16) materi optika geometri masih jarang dikaitkan dengan permasalahan lokal dan mudah dijumpai mahasiswa. C. Batasan Masalah Ditinjau dari identifikasi masalah yang muncul, maka masalah yang muncul sangat luas sehingga perlu pembatasan masalah. Adapun yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Pengembangan Bahan Ajar Optik Geometri Berbasis Inkuiri untuk Mahasiswa Pendidikan Fisika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan yang mencakup materi refleksi dan refraksi, refleksi total, refleksi pada cermin sferis, aberasi sferis pada kaca, refraksi pada permukaan sferis, aberasi kromatis, lensa dan instrumen optik, dan arti fisis pemfokusan.

14 14 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan mengingat identifikasi masalah serta batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Apakah bahan ajar Optik Geometri berbasis inkuiri yang dihasilkan memenuhi syarat dan layak sebagai media pembelajaran yang baik bagi mahasiswa Pendidikan Fisika STKIP Tapanuli selatan Padangsidimpuan? 2. Apakah Bahan Ajar Optik Geometri Berbasis Inkuiri efektif digunakan untuk mahasiswa pendidikan fisika STKIP Tapanuli Selatan Padangsidimpuan? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah bahan ajar optik geometri berbasis inkuiri yang dihasilkan memenuhi syarat dan layak sebagai media pembelajaran yang baik bagi mahasiswa fisika STKIP Tapanuli selatan Padangsidimpuan. 2. Untuk mengetahui keefektifan bahan ajar optik geometri berbasis inkuiri yang dihasilkan bagi mahasiswa pendidikan fisika STKIP Tapanuli selatan Padangsidimpuan. F. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat: (1) memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama tentang pengembangan modul pembelajaran Gelombang guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Optik Geometri, (2) Menjadi sumbangan pemikiran dan bahan acuan teori bagi dosen, pengelola, pengembangan lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin

15 15 mengkaji lebih dalam tentang pengembangan dan pemanfaatan media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara rinci manfaat penelitian pengembangan bahan ajar Optik Geometri berbasis inkuiri adalah: 1. Mahasiswa sebagai pemecahan masalah belajar pada pendalaman mata kuliah Gelombang berupa bahan ajar untuk perkuliahan. 2. Dosen sebagai salah satu alternatif alat bantu bagi dosen Fisika dalam meningkatkan kualitas perkuliahan. 3. Peneliti merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar Magister Pendidikan dan dapat dijadikan referensi dan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya. 4. Pembaca, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta sebagai landasan untuk melanjutkan penelitian ini Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat (1) membantu mahasiswa dalam memahami materi gelombang dengan pembelajaran yang efektif yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar Gelombang mereka. (2) membantu dosen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan media bahan ajar berbasis inkuiri yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga pembelajaran yang dilaksanakan bisa lebih efektif, efisien dan berdaya tarik.

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, ruang dan waktu. Dalam belajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang baik merupakan pendidikan yang dapat mengangkat martabat dan nilai suatu Negara. Pendidikan yang sudah mapan secara otomatis dapat membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dimulai sejak manusia itu dilahirkan dalam lingkungan keluarga dilanjutkan dengan jenjang pendidikan formal, terstruktur dan sistematis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetimbangan asam basa merupakan pelajaran yang penting diajarkan karena sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kesetimbangan asam basa merupakan materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan. Aktivitas belajar dapat merangsang siswa terlibat secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas belajar merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan aktivitas belajar akan menjadi lebih bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pembelajaran, siswa diharapkan mengerti dan dapat memahami yang diajarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses belajar dan mengajar. Dewasa ini, sekolah dan guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini terutama di zaman yang begitu pesat perkembangan teknologi dan informasinya yang selalu menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di sekolah dasar sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari proses pembelajaran diantaranya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada pembelajaran fisika dibutuhkan suatu pemahaman konsep yang matang

I. PENDAHULUAN. Pada pembelajaran fisika dibutuhkan suatu pemahaman konsep yang matang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada pembelajaran fisika dibutuhkan suatu pemahaman konsep yang matang agar siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dalam bidang fisika dengan baik. Pemahaman konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan tuntutan Kurikulum KTSP yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah mengharapkan agar penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas

Lebih terperinci

Oleh : Wiwik Suharti NIM : S BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

Oleh : Wiwik Suharti NIM : S BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran model analogi dan model proyek, berdasarkan kemampuan menalar fisika siswa SMP (sebuah penelitian eksperimen pada materi pokok listrik dinamik di SMP Negeri 1 Pare kab. Kediri Jawa Timur semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan IPTEK yang begitu cepat dan berpengaruh dalam dunia pendidikan terutama pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan 1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang yang meningkat pula, khususnya dalam penguasaan bahasa. Oleh karena itu, penguasaan kemampuan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan kemampuan intelektual, potensi, bakat, dan kepribadian yang ada dalam individu dengan memberikan suatu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengalaman merupakan hal yang penting bagi generasi muda, bukan hanya sekedar diingat tetapi juga sebagai cara bagi anak-anak untuk berkenalan dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana sekolah diberikan keleluasaan untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar yang berlangsung disekolah akan berjalan dengan baik apabila terjadinya interaksi yang optimal antara siswa dan guru dalam rangka mencapai suatu

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA (sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang alam seisinya yang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 176 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Bab ini adalah bagian penutup dari tulisan ini dan berdasarkan temuan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal yang menjadi komponen dalam pembelajaran tersebut. Salah satunya adalah kesesuaian antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, ruang dan waktu. Dalam belajar fisika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan tersendiri, namun memberi sumbangannya agar tercapai tujuan lembaga pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran menuntut langkah kreatif guru sebagai fasilitator pembelajaran. Esensi perubahan tersebut berorientasi pada usaha pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara jelas mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO Skripsi Oleh: ARINI ANGGARINI K4305005 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah media cetak (diktat, modul, hand out, buku teks, majalah, surat kabar, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah media cetak (diktat, modul, hand out, buku teks, majalah, surat kabar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran perlu diciptakan kondisi belajar yang menyenangkan agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Proses pembelajaran selama ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan kejuruan memiliki peran strategis dalam mendukung secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan kejuruan memiliki peran strategis dalam mendukung secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan memiliki peran strategis dalam mendukung secara langsung orientasi pembangunan nasional, khususnya dalam penyiapan tenaga karja terampil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran fisika masih didominasi dengan penggunaan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran fisika masih didominasi dengan penggunaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pembelajaran fisika masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah dan kegiatan lebih berpusat pada guru. Efektifitas siswa hanya mendengarkan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati.

BAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan juga mengalami perubahan-perubahan ke arah yang maju. Perubahan ini ditandai dengan gejolak berbagai macam kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA (Sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang alam seisinya yang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses transformasi menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemahaman siswa

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemahaman siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, serta memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal. 1 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang bertujuan membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur sesuai dengan cita-cita dan nilainilai masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dalam situasi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan penting, yakni bagaimana suatu bangsa dapat bersaing dikancah internasional hal ini berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sengaja atau terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama faktor internal yaitu yaitu faktor yang ada dalam diri siswa meliputi motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. L atar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, semakin banyak masalah yang muncul, terutama dibidang pendidikan. Masalah yang sering muncul dalam setiap sekolahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan program pendidikan tidak lepas dari adanya kurikulum. Pada saat ini kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah KTSP namun sebagian sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi dunia pendidikan yang terlihat dari fasilitas teknologi yang dapat memperluas pengetahuanpengetahuan siswa. Namun, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pendidikan keberhasilan pengajaran di lembaga pendidikan tergantung pada keefektifan pembelajaran dalam mengubah tingkah laku para peserta didik ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 yang Berbasis Kompetensi yang menjadi roh bagi berlakunya Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menuntut perubahan paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan dari pembelajaran bahasa asing untuk peserta didik adalah agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya dan mampu bersaing di

Lebih terperinci

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya. 1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan Sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan yang berkualitas (Zainal Aqib, 2002 : 79). Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) umumnya masih mengalami kendala. Kendala yang dihadapi antara lain: guru belum bisa mengembangkan materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan seharusnya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, seluruh negara di dunia berusaha melakukan pembenahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Kemajuan suatu negara salah satunya

Lebih terperinci