PENAMPILAN REPRODUKSI KUMBANG ULAT TEPUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENAMPILAN REPRODUKSI KUMBANG ULAT TEPUNG"

Transkripsi

1 PENAMPILAN REPRODUKSI KUMBANG ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI RASIO DAUN GINSENG (Talinum paniculatum G.) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta C.) SKRIPSI ARIFAH RACHMAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 PENAMPILAN REPRODUKSI KUMBANG ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI RASIO DAUN GINSENG (Talinum paniculatum G.) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta C.) Arifah Rachmawati D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

3

4 RINGKASAN ARIFAH RACHMAWATI. D Penampilan Reproduksi Kumbang Ulat Tepung (Tenebrio molitor L.) dengan Pemberian Berbagai Rasio Daun Ginseng (Talinum paniculatum G.) dan Daun Singkong (Manihot esculenta C.). Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi. Kumbang Tenebrio merupakan fase reproduksi dari siklus hidup ulat tepung (T. molitor L.). Ulat tepung merupakan hewan bernilai ekonomis yang pembudidayaannya tidak sulit. Banyaknya ulat tepung yang dihasilkan dalam waktu singkat merupakan satu target untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam berusaha. Pencapaian tujuan tersebut tidak terlepas dari hal reproduksi. Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi reproduksi. Penggunaan daun ginseng (T. paniculatum G.) dipercaya dapat meningkatkan fertilitas, dan daun singkong (M. esculenta C.) yang banyak mengandung protein merupakan alternatif pakan yang diduga dapat meningkatkan reproduksi kumbang ulat tepung. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penampilan reproduksi kumbang ulat tepung yang diberi pakan daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda. Penelitian ini dimulai pada tanggal 29 Agustus sampai 27 Oktober 2005 di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi yang digunakan adalah 750 ekor kumbang ulat tepung berumur 1-7 hari dan dibagi kedalam 25 insektarium. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat lima perlakuan dengan lima ulangan dan tiap insektarium sebagai satu-satuan unit percobaan berisi 30 kumbang. Perlakuan yang diberikan yaitu G100S0 (100% daun ginseng + 0% daun singkong), G75S25 (75% daun ginseng + 25% daun singkong), G50S50 (50% daun ginseng + 50% daun singkong), G25S75 (25% daun ginseng + 75% daun singkong) dan G0S100 (0% daun ginseng + 100% daun singkong). Peubah yang diamati meliputi konsumsi hijauan, konsumsi konsentrat, konsumsi total, bobot badan kumbang, persentase daya hidup kumbang, jumlah larva dan konversi pakan. Pengamatan konsumsi hijauan, bobot badan kumbang dan persentase daya hidup kumbang dilakukan setiap empat hari sekali, sedangkan konsumsi kosentrat, konsumsi total, jumlah larva dan konversi pakan dihitung setelah akhir penelitian. Data dari peubah-peubah yang diamati dianalisa dengan analisa sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan apabila terjadi perbedaan yang nyata. Jenis pakan yang diberikan mempengaruhi konsumsi hijauan, konsumsi konsentrat, konsumsi pakan total dan konversi pakan tetapi tidak mempengaruhi bobot badan kumbang, persentase daya hidup kumbang dan jumlah larva. Kata-kata kunci : kumbang Tenebrio, daun ginseng (Talinum paniculatum G.), daun singkong (Manihot esculenta C.), reproduksi

5 ABSTRACT The Reproduction Performances of Mealworm Beetles (Tenebrio molitor L.) Which Were Given Various of Ginseng (Talinum paniculatum G.) and Cassava Leaves (Manihot esculenta C.) Rachmawati, A., P.H. Siagian and H.C.H. Siregar Tenebrio beetle is reproduction stage of T. molitor s life cycle. Its larva which is known as yellow mealworm has an economic value. Getting many yellow mealworm at the short time is one target to get maximum benefit and it depends on reproduction. Feeding is one factor to influence the reproduction. Ginseng leaves (Talinum paniculatum G.) were believed can made highest fertility and cassava leaves (Manihot esculenta C.) which high of protein are the feed alternative to get higher reproduction in Tenebrio beetle. The purpose experiment was to compare Tenebrio beetles reproduction performance which are giving ginseng leaves and cassava leaves with various ratio. This experiment was held from August 29 th until October 27 st 2005 at Non Ruminants and Prospective Animal Division, Department of Animal Science Production and Technology, Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agriculture University. This experiment use 750 Tenebrio beetles, aged 1-7 days old and divided to 25 insectariums. The experimental design was the Completely Randomized Design (CRD). There were five treatments with five replications. There were 30 Tenebrio beetles in each insectarium. The treatments were G100S0 (100% ginseng leaves + 0% cassava leaves), G75S25 (75% ginseng leaves + 25% cassava leaves), G50S50 (50% ginseng leaves + 50% cassava leaves), G25S75 (25% ginseng leaves + 75% cassava leaves) and G0S100 (0% ginseng leaves + 100% cassava leaves). The observed variables were feed consumption, body weigh gain, percentage viability of Tenebrio beetles, amount of larva and feed convertion. The obtained data were analized by Analysis of Variance (ANOVA) and tested with Duncan Multiple Range Test (DMRT). The result showed that feed consumption and feed convertion were influenced by the treatments, but the treatments did not influence body weight gain, percentage viability Tenebrio beetles, and amount of larva. Keywords : Tenebrio beetles, ginseng leaves (Talinum paniculatum G.), cassava leaves (Manihot esculenta C.), reproduction

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1983 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Durachim dan Ibu Siti Dawimah. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SDN 03 Jakarta, pendidikan lanjutan menengah pe rtama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP NEGERI 262 Jakarta dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU NEGERI 89 Jakarta. Pada tahun 2002 Penulis diterima di Fakultas Peternakan IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menjadi mahasiswa IPB Penulis aktif sebagai anggota HIMAPROTER 2003 dan menjadi ketua divisi Pembinaan dan Pengabdian Masyarakat HIMAPROTER 2004.

7 KATA PENGANTAR Ulat tepung (Tenebrio molitor L.) merupakan salah satu ternak yang memiliki nilai ekonomis sebagai pakan hewan lain dan mudah dibudidayakan. Pengadaan ulat tepung yang banyak dalam waktu yang singkat dengan biaya yang ekonomis merupakan upaya dalam menjalankan usaha supaya dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Pengadaan tersebut tidak terlepas dari reproduksi kumbang ulat tepung, salah satu faktor yang mempengaruhi reproduksi adalah pakan. Skripsi ini memberikan informasi tentang penampilan reproduksi kumbang ulat tepung (T. molitor L.) yang diberi berbagai rasio daun ginseng dan daun singkong. Daun ginseng dan daun singkong dipercaya dapat meningkatkan reproduksi hewan sehingga menghasilkan keturunan dalam jumlah yang maksimal. Meskipun skripsi ini masih jauh dari sempurna, diharapkan dapat menjadi acuan ba gi para pembaca, peminat dan peternak yang ingin memperdalam pengetahuan tentang budidaya ulat tepung yang ekonomis.

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Kumbang Ulat Tepung (Tenebrio molitor L.)... 3 Anatomi... 3 Siklus Hidup... 4 Reproduksi Kumbang... 5 Kebutuhan Pakan... 6 Daun Ginseng (Talinum paniculatum G.)... 7 Daun Singkong (Manihot esculenta C.)... 7 METODE... 9 Waktu dan Lokasi... 9 Materi... 9 Kumbang Ulat Tepung... 9 Pakan... 9 Wadah Pemeliharaan (Insektarium)... 9 Peralatan... 9 Rancangan... 9 Perlakuan... 9 Model Peubah Prosedur HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Konsumsi Pakan Konsumsi Hijauan i ii iii iv v vii viii ix

9 Konsumsi Konsentrat Konsumsi Pakan Total Rataan Bobot Badan Kumbang Jumlah Larva Konversi Pakan Berdasarkan Jumlah Larva Persentase Daya Hidup Kumbang Pengaruh Perlakuan terhadap Peubah yang diukur KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 28

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Kandungan Nutrisi Media Hidup Kumbang, Daun Ginseng dan Daun Singkong Konsumsi Hijauan, Konsumsi Konsentrat dan Konsumsi Pakan Total Rataan Bobot Badan Kumbang Jumlah Larva yang Dihasilkan Kumbang Konversi Pakan terhadap Jumlah Larva Persentase Daya Hidup Kumbang Pengaruh Perlakuan terhadap Berbagai Peubah... 23

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Siklus Hidup Tenebrio molitor L Bagan Penelitian Konsumsi Hijauan Kumbang Konsumsi Konsentrat Kumbang Konsumsi Pakan Total Kumbang Bobot Badan Kumbang Berdasarkan Umur Laju Pertumbuhan B obot Badan Kumbang Persentase Daya Hidup Kumbang Berdasarkan Umur... 22

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Analisis Ragam Konsumsi Hijauan Kumbang Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Hijauan Analisis Ragam Konsumsi Konsentrat Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Konsentrat Konsumsi Pakan Total Kumbang Analisis Ragam Konsumsi Pakan Total Kumbang Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Pakan Total Analisis Ragam Bobot Badan Kumbang Analisis Ragam Jumlah Larva Analisis Ragam Persentase Daya hidup Kumbang Konversi Pakan Kumbang Analisis Ragam Konversi Pakan Kumbang Uji Lanjut Duncan terhadap Konversi Pakan Kumbang Grafik Pengaruh Kadar Air Hijauan terhadap Konsumsi Konsentrat Grafik Pengaruh Konsumsi Hijauan terhadap Konsumsi Konsentrat Laju Pertumbuhan Bobot Badan Kumbang Produksi Ulat Tepung untuk Dua Generasi Prakiraan Biaya Produksi Ulat Tepung Masa Reproduksi per Insektarium Biaya Pakan yang Dikeluarkan Berdasarkan Hasil Penelitian Analisis Proksimat Daun Ginseng dan Daun Singkong... 39

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kumbang Tenebrio molitor L. adalah kumbang dari ulat tepung. Ulat tepung diproduksi secara komersial dan digunakan sebagai pakan ternak lain seperti burung dan ikan. Kumbang T. molitor L. mengalami empat fase dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, pupa dan kumbang. Fase kumbang merupakan fase reproduksi dari ulat tepung, salah satu faktor yang mempengaruhi reproduksi adalah pakan. Serangga memerlukan zat makanan yang serupa dengan hewan lain yaitu karbohidrat dan lemak untuk energi, protein untuk pertumbuhan dan reproduksi, vitamin dan unsur hara yang memegang peranan kecil tetapi penting bagi aktivitas enzim. Penyedia an bahan makanan yang berkualitas baik, mudah dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia merupakan salah satu target utama dalam suatu usaha peternakan untuk mencapai tingkat produksi dan kemampuan yang optimal. Sayur -sayuran seperti daun ginseng dan daun singkong dapat dijadikan upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Ginseng merupakan salah satu tanaman obat yang sejak dulu sudah dibuktikan khasiatnya oleh masyarakat sebagai obat pemulih stamina dan dapat meningkatkan gairah seksual. Ginseng jawa (Talinum paniculatum G.) berkembang baik dan tumbuh alami terutama pada ketinggian diatas permukaan laut (dpl) serta mudah tumbuh di kawasan yang sering kali tumbuhan lain sulit tumbuh dan dapat tumbuh bersama -sama dengan jenis tumbuhan yang bersifat gulma. Ginseng jawa dikelompokkan ke dalam kelompok ginseng yang diyakini bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan daya seksual (afrodisiak). Tumbuhan afrodisiak mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tannin, dan senyawasenyawa lain yang secara fisiologis dapat melancarkan sirkulasi atau peredaran darah pada sistem saraf pusat atau sirkulasi darah tepi. Tanaman singkong merupakan tanaman yang melekat dengan masyarakat. Tanaman ini tumbuh baik di daerah berhawa panas dan banyak turun huja n. Tanaman singkong dapat tumbuh dilahan kering dan kurang subur. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1500 dpl. Selain itu, tanaman ini memiliki daya tahan yang relatif tinggi terhadap penyakit. Umbi dan daun singkong dapat diolah menjadi aneka makanan untuk dikonsumsi

14 manusia maupun ternak. Daun singkong mengandung 8,3 persen protein yang dapat dicerna dan 45,5 persen bahan kering yang dapat dicerna. Tanaman singkong baik umbi atau daunnya telah banyak digunakan sebagai makanan ternak unggas dan babi. Perumusan Masalah Aspek reproduksi merupakan faktor penting dalam meningkatkan populasi. Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi reproduksi. Sebagian besar biaya produksi ternak dialokasikan untuk biaya pakan, sehingga perlu mencari formulasi pakan yang paling efisien dalam mencapai reproduksi yang maksimal. Diketahui daun ginseng dan daun singkong dapat dipergunakan sebagai pakan untuk reproduksi ulat tepung. Tujuan Penelitian Penelitan ini bertujuan untuk membandingkan penampilan reproduksi ulat tepung yang diberi kombinasi pakan daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda, sehingga diperoleh rasio yang paling tepat dilihat dari hasil penampilan reproduksi yang diperoleh. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat guna memberikan informasi tentang penggunaan daun ginseng dan daun singkong untuk reproduksi kumbang T. molitor.

15 TINJAUAN PUSTAKA Kumbang Ulat Tepung (Tenebrio molitor L.) Kumbang ulat tepung merupakan kumbang yang termasuk dalam genus Tenebrio yang berwarna hitam atau coklat gelap dan panjangnya mm (Borror et al., 1982). Kumbang ini merupakan pemakan produk pakan butiran (Davidson dan Peairs, 1966). Taksonomi ulat tepung menurut Frost (1959) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Coleoptera Famili : Tenebrionidae Genus : Tenebrio Spesies : Tenebrio molitor Ordo coleoptera adalah ordo terbesar dari serangga. Salah satu sifat yang jelas dari serangga ini adalah struktur sayapnya. Sayap-sayap belakang berselaput tipis dan biasanya lebih panjang daripada sayap depan. Bagian mulut dari ordo coleoptera adalah tipe pengunyah (Borror et al., 1982). Famili tenebrionidae adalah kumbang yang hidup dalam gelap (Borror et al., 1982). Menurut Busvine (1980), tenebrionidae adalah satu kelompok yang besar dalam bentuk dan karakteristiknya, kebanyakan berbentuk oval-oblong, berwarna coklat gelap atau hitam dan larvanya memiliki penampilan yang hampir sama. Larva tenebrio tumbuh dan dapat mencapai panjang sekitar 32 mm dengan bobot badan sekitar 0,140-0,150 g (Paryadi, 2003). Anatomi Serangga T. molitor L. memiliki rangka luar yang berlapis kitin keras dan disatukan oleh dinding lentur (Tim REI, 1988). Kumbang dewasa berwarna coklat gelap, panjangnya mm (Singh, 1998). Menurut Brotowidjoyo (1989), serangga ini memiliki tiga pasang kaki dan tubuh dibedakan menjadi kepala, toraks dan abdomen. Menurut Tarumingkeng (2001), kepala serangga berfungsi sebagai tempat atau alat masukan makanan dan rangsangan syaraf serta untuk memproses informasi. Bagian kepala serangga terdapat mata, antena dan mulut. Menurut Partosoedjono

16 (1985), sepasang mata majemuk pada serangga terdiri dari beberapa ratus bentuk segi enam. Mata majemuk ini biasanya besar dan terletak disamping dorsal kepala. Antena pada serangga ini terletak disamping mata dan berfungsi sebagai alat sensoris. Tim REI (1988) menjelaskan, bahwa bagian mulut serangga yang berfungsi untuk menggigit terdiri atas mandibula (rahang) yang kuat dan dilindungi oleh tudung berupa labrum (bibir atas) dan maksila (rahang kedua) yang memindahkan makanan kedalam mulut melalui labium (bibir bawah). Toraks atau dada sebagai pusat transportasi serangga terdiri atas tiga ruas yang biasanya bersatu menjadi satu unit. Setiap ruas terdapat sepasang kaki dan dua ruas terakhir terdapat sepasang sayap (Partosoedjono, 1985). Abdomen (perut) pada serangga terdiri atas 11 segmen, tetapi segmensegmen ini mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Segmen-segmen perut biasanya sederhana, terdiri atas lapisan kerangka atas dan bawah yang keras dan dihubungkan oleh bagian-bagian yang mengandung membran pada kedua sisi (Tim REI, 1988). Partosoedjono (1985) menyatakan, bahwa ruas abdomen jelas peruasannya dan sangat lentur. Sejumlah besar saluran pencernaan, sistem reproduksi dan organ vital terletak didalammya. Kelenturan abdomen merupakan syarat untuk keperluan kopulasi, bertelur dan menyengat. Siklus Hidup Kumbang ulat tepung mempunyai siklu s hidup yang terdiri dari empat tahap yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa atau yang dikenal dengan metamorfosis sempurna, seperti terlihat pada Gambar 1. Metamorfosis adalah perubahan bentuk yang dialami mulai dari bertelur sampai serangga dewasa (Partosoedjono, 1985). Telur. Telur T. molitor L. berbentuk oval, berukuran panjang 1 mm dan sangat sulit dilihat (Salem, 2002). Kebanyakan telur serangga diletakkan dalam satu situasi dimana mereka memberikan sejumlah perlindungan sehingga pada waktu menetas akan mempunyai kondisi yang cocok bagi perkembangannya (Borror et al., 1982). Menurut Amir dan Kahono (2003), kumbang betina meletakkan telur satusatu atau dibungkus dengan substansi yang dapat mengeras menjadi masa telur atau di dalam suatu kantong yang dikenal sebagai ooteka.

17 5 hari 87 hari Larva Telur Pupa 78 hari 7 hari Kumbang Gambar 1. Siklus Hidup T. molitor L. Larva. Bentuk larva kumbang sangat bervariasi, namun pada umumnya mempunyai kepala yang mudah dibedakan dari toraks (Amir dan Kahono, 2003). Larva merupakan bentuk siklus hidup kedua dan mempunyai segmen berwarna coklat kekuning-kuningan pada bagian tubuh (Salem, 2002). Pupa. Pupa merupakan tahapan siklus hidup ulat tepung yang tidak makan dan tidak minum, berwarna kuning dan mirip mumi kumbang dewasa (Amir dan Kahono, 2003). Pupa T. molitor L. ini dapat mencapai panjang sekitar 15 mm, lebar 5 mm dan berwarna putih ketika pertama kali terbentuk kemudian berubah menjadi berwarna coklat kekuningan (Singh, 2003). Kumbang. Setelah pupa berumur sekitar 7 hari, kulit pupa pecah dan keluar kumbang. Pada saat baru keluar dari pupa, tubuh kumbang masih lunak dan pucat, sering disebut sebagai teneral (Amir dan Kahono, 2003). Menurut Singh (2003), kumbang ulat tepung dewasa berwarna coklat gelap dengan panjang mulai dari 17 sampai 25 mm. Kumbang betina yang telah dewasa akan bertelur. Reproduksi Kumbang Reproduksi adalah kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pada umumnya, reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkan (Toelihere, 1981). Pada kumbang betina terdapat

18 sepasang indung telur (ovari) yang terdiri dari ovariole. Tiap ovariole merupakan suatu buluh sel epitel yang berisi telur yang berbeda -beda perkembangannya (Partosoedjono, 1985). Kumbang jantan memiliki sistem reproduksi yang terdiri dari sepasang kelenjar kelamin, testes, saluran-saluran keluar dan kelenjar tambahan. Spermatogenesis pada kumbang jantan diselesaikan ketika mencapai tahapan dewasa (Borror et al., 1982). Pada serangga terdapat feromon yang merupakan aksi bau pada sistem syaraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku seksual (Nalbandov, 1990). Menurut Tarumingkeng (2001), feromon merupakan senyawa kimia yang terdapat pada serangga untuk komunikasi antar individu serangga, penarik lawan jenis dan mekanisme dalam menemukan makanannya. Husaeni dan Nandika (1989) menyatakan, bahwa faktor fisik (suhu, cahaya, kelembaban, angin dan lain-lain) dan faktor makanan mempengaruhi kemampuan berkembangbiak pada serangga. Telur yang dihasilkan serangga berbeda-beda jumlah, bentuk dan besarnya. Kadang-kadang serangga betina bertelur satu tetapi dalam keadaan ekstrim serangga bisa bertelur lebih dari satu juta (Pracaya, 2003). Kumbang Tenebrio dapat melontarkan 275 telur dalam waktu 22 sampai 137 hari (Lyon, 2001). Kebutuhan Pakan Makanan merupakan merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan, produksi dan hidup pokok hewan mahluk hidup (Tillman et al., 1991). Menurut Borror et al. (1982), serangga memakan hampir segala macam makanan dan mereka makan dengan banyak cara yang berbeda-beda. Pracaya (2003) menyatakan, bahwa umumnya makanan larva dan serangga dewasa berupa hewan, tanaman yang masih hidup maupun yang sudah mati dan ada yang makan akar tanaman. Menurut Tarumingkeng (2001), serangga holometabola selalu menghindar dari persaingan makanan dalam spesiesnya karena makanan seringkali tidak tersedia dalam kuantitas yang memadai. Sifat adaptasi ini menyebabkan keberhasilan eksistensi serangga holometabola yang menyangkut 85 persen dari seluruh spesies serangga. Kumbang suka makan hampir semua jenis zat hewani dan nabati. Serangga memerlukan bahan makanan yang serupa dengan hewan lain, karbohidrat dan lemak untuk energi, protein untuk pertumbuhan dan reproduksi, vitamin dan unsur hara yang memegang peranan kecil tetapi penting bagi aktivitas enzim dan tempat-tempat

19 lain. Tipe dan jumlah makanan yang dimakan dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, kelakuan dan berbagai sifat morfologi lainnya (Borror et al., 1982). Daun Ginseng (Talinum paniculatum G.) Menurut Hidayat (2005), ginseng jawa atau som jawa (T. paniculatum G.) merupakan salah satu jenis tanaman yang dikelompokkan kedalam kelompok ginseng yang diyakini bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan daya seksual (afrodisiak). Klasifikasi ginse ng ini adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicoyledonae Ordo : Caryophyllales Familia : Portulacaceae Genus : Talinum Spesies : Talinum paniculatum Ginseng termasuk tanaman herba yang memiliki tinggi sekitar cm, akar bercabang, batang sederhana dan tegak, daun oval dan tipis. Tanaman ini dapat digunakan untuk meningkatkan fertilitas dan seksualitas terlebih untuk ketahanan tubuh (Keller, 1998). Daun ginseng mengandung saponin yang memiliki sifat merangsang selaput lendir, memecah butir darah merah hingga merangsang penambahan jumlah darah dan memperbaiki sirkulasi darah dalam tubuh, flavonoid yang dapat mengurangi pembengkakan, bakterisidal dan antivirus, steroid yaitu hormon seks dan minyak atsiri yang berkhasiat meningkatkan nafsu makan (Hidayat, 2005). Kandungan bioaktif ginseng adalah ginsenosida yang terdapat pada akar dan daun. Faktor yang mempengaruhi kandungan ginsenosida pada akar dan daun adalah keanekaragaman genetik dan lokasi geografis tumbuh. Kandungan ginsenosida pada daun sangat erat hubungannya terhadap faktor kesuburan tanah seperti komposisi mineral tanah (Mazza dan Oomah, 2000). Daun Singkong (Manihot esculenta C.) Singkong atau Manihot esculenta Crantz termasuk keluarga Eupharbiceae. Batangnya berkayu dan tumbuh tegak beruas dan berbuku-buku. Warna batang hijau

20 muda dan setelah tua berubah jadi putih kelabu atau hijau kelabu. Daun tumbuh disepanjang batang dengan tangkai yang agak panjang. Daunnya mudah gugur dan yang berdaun biasanya hanyalah batang bagian atas dekat pucuk (Lingga, 1989). Di Cina Selatan, daun singkong digunakan sebagai pakan ulat sutera (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Daun singkong mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang dan zat besi (Mag, 2002). Daun singkong mengandung 8,3 persen protein dan 45,5 persen dari bahan kering yang dapat dicerna (Lingga, 1989). Daun singkong mengandung (per 100 gram) vitamin A (11000 SI), vitamin C (275 mg), vitamin B1 (0,12 mg), kalsium (165 mg), energi (73 kal), fosfor (54 mg), protein (6,8 gram), lemak (1,2 gram), hidrat arang (13 gram), zat besi (2 mg) (Darjanto dan Murjati, 1980). Keberadaan glukosida sianogenik disemua bagian tanaman menjadi perhatian utama. Kandungan glukosida sangat dipengaruhi oleh kultivar dan lingkungan pertumbuhan tanaman. Pada daun, kandungan glukosida sianogenik rendah dibanding bagian tanaman yang lain ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

21 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2005 sampai 27 Oktober 2005 di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Kumbang Ulat Tepung Penelitian ini menggunakan 750 ekor kumbang ulat tepung berumur sekitar 1-7 hari. Kumbang ini diperoleh dari Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pakan Bahan pakan yang digunakan sebagai media hidup terdiri dari konsentrat campuran onggok dan pakan ayam komersial berkadar protein 19,99% yang diperoleh dari Pasar Gunung Batu Bogor (75%:25%) (Sitompul, 2006), sedangkan pakan hijauan (perlakuan) yaitu daun ginseng yang diperoleh dari kebun sekitar kampus Institut Pertanian Bogor dan daun singkong yang diperoleh dari pasar Darmaga Bogor. Wadah Pemeliharaan (Insektarium) Baki plastik berukuran 32 x 28 x 12 cm 3 digunakan sebagai insektarium sebanyak 25 buah yang dilengkapi dengan penutup berukuran 18 x 13 cm 2 berlubang dengan penutup kasa berukuran 15 x 6 cm 2. Masing-masing insektarium diisi dengan 30 ekor kumbang ulat tepung. Peralatan Peralatan yang digunakan yaitu kapas, saringan, sendok, gelas plastik, timbangan merek Jedever JKL-500 dengan ketelitian 0,1 g serta rak untuk menempatkan insektarium. Rancangan Perlakuan Penelitian ini tediri dari lima perlakuan yaitu 100% daun ginseng + 0% daun singkong (G100S0), 75% daun ginseng + 25% daun singkong (G75S25), 50% daun

22 ginseng + 50% daun singkong (G50S50), 25% daun ginseng + 75% daun singkong (G25S75), dan 0% daun ginseng + 100% daun singkong (G0S100). Tiap perlakuan masing-masing dengan lima ulangan sehingga terdapat 25 unit percobaan. Model Model rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan lima perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari lima ulangan dan tiap ulangan diisi dengan 30 ekor kumbang ulat tepung sebagai satu satuan unit percobaan. berikut : Keterangan : Model rancangan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai Yij ì ôi åij Yij = ì + ôi + åij = pengamatan parameter pada perlakuan ke -i dan ulangan ke-j = rataan umum = pengaruh perlakuan ke-i ; i = G100S0, G75S25, G50S50, G25S75, dan G0S100 = pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j ; j = U1, U2, U3, U4 dan U5 Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dengan menggunakan program statistik SAS Analisis dilanjutkan dengan Uji Duncan apabila peubah dipengaruhi oleh perlakuan secara nyata. Peubah Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan hijauan, konsumsi konsentrat, konsumsi pakan total kumbang, rataan bobot badan kumbang, persentase daya hidup kumbang, jumlah larva, dan konversi pakan terhadap jumlah larva. Konsumsi Pakan Hijauan. Konsumsi pakan hijauan per empat hari dihitung dengan cara mengurangi konsumsi pakan segar dikali bahan kering pakan segar dengan sisa pakan dikali bahan kering pakan sisa dibagi populasi. Konsumsi Konsentrat. Konsumsi konsentrat dihitung dengan mengurangi jumlah konsentrat yang diberikan dengan sisa konsentrat lalu dibagi dengan 30 ekor kumbang. Konsumsi konsentrat dihitung diakhir penelitian.

23 Konsumsi Pakan Total. Konsumsi pakan total dihitung dengan menjumlah konsumsi pakan hijauan dengan konsumsi kosentrat kemudian dibagi dengan 30 ekor kumbang. Konsumsi total dihitung diakhir penelitian. Rataan Bobot Badan Kumbang. Rataan Bobot badan kumbang per empat hari dihitung dengan membagi biomassa kumbang dengan jumlah kumbang sedangkan pertambahan bobot badan dihitung dengan cara pengurangan antara bobot badan awal dengan bobot badan akhir. Jumlah Larva. Jumlah larva dihitung dengan menghitung larva yang dihasilkan oleh 30 kumbang dan dihitung diakhir penelitian. Konversi Pakan. Konversi pakan dihitung dengan membagi konsumsi pakan total dengan jumlah larva yang dihasilkan. Persentase Daya Hidup Kumbang. Persentase daya hidup kumbang per empat hari dihitung dengan membagi jumlah induk yang hidup saat itu dibagi populasi awal yaitu 30 ekor kumbang dikali dengan 100%. Prosedur Pupa yang telah berubah menjadi kumbang dikumpulkan selama 6-7 hari atau hingga berjumlah 30 ekor per ulangan dengan lima ulangan, sehingga total kumbang yang dikumpulkan berjumlah 750 ekor. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Lubis (2006). Kumbang tersebut dibagi kedalam 25 insektarium, setiap insektarium diisi 150 gram onggok dan 50 gram konsentrat kemudian di atasnya ditutup dengan kapas sebagai media tetas. Insektarium diletakkan pada rak susun secara acak. Tiap insektarium berisi 30 ekor kumbang sebagai satu satuan percobaan atau satu ulangan, terdapat lima perlakuan dan masing-masing lima ulangan, seperti terlihat pada Gambar 2. Pakan hijauan diberikan dengan cara memotong hijauan sebesar satu cm dan diletakkan di atas kapas. Total pakan 210 gram yang terdiri dari media sebanyak 200 gram dan pakan hijauan sebanyak 10 gram diberikan dan diganti setiap empat hari sekali dengan pertimbangan pakan hijauan tidak habis dikonsumsi sampai empat hari. Konsumsi pakan kumbang dan persentase daya hidup kumbang dihitung setiap waktu pergantian pakan, selain itu ditimbang bobot badan kumbang. Setelah larva mencapai panjang 0,5-1 cm perhitungan larva dan konversi pakan dimulai.

24 750 ekor kumbang G100S0 150 ekor G75S ekor G50S ekor G25S ekor G0S ekor U1 30 ekor U1 30 ekor U1 30 ekor U1 30 ekor U1 30 ekor U2 30 ekor U2 30 ekor U2 30 ekor U2 30 ekor U2 30 ekor U3 30 ekor U3 30 ekor U3 30 ekor U3 30 ekor U3 30 ekor U4 30 ekor U4 30 ekor U4 30 ekor U4 30 ekor U4 30 ekor U5 30 ekor U5 30 ekor U5 30 ekor U5 30 ekor U5 30 ekor Gambar 2. Bagan Penelitian

25 HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi daun ginseng dan daun singkong dengan berbagai rasio yang digunakan sebagai pakan perlakuan serta media hidup yang juga digunakan kumbang sebagai media pakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Media Hidup Kumbang, Rasio Daun Ginseng dan Daun Singkong Komposisi Media Rasio Daun Ginseng dan Daun Singkong Hidup 1) G100S0 2) G75S25 3) G50S50 3) G25S75 3) G0S100 2) (%) Kadar Air 13,15 92,04 84,71 77,38 71,05 62,72 Bahan Kering 86,85 7,96 15,29 22,62 29,95 37,28 Kadar Abu 2,46 1,29 1,52 1,77 2,01 2,26 Kadar Lemak 2,33 0,20 0,61 1,02 1,43 1,84 Serat Kasar 8,18 1,06 1,91 2,77 3,62 4,49 Protein Kasar 8,77 2,19 4,64 7,13 9,60 12,08 BETN 65,11 3,22 6,55 9,91 12,25 16,61 Keterangan : 1) Sitompul (2006) 2) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Agustus (2005) 3) Hasil Perhitungan Kandungan abu, lemak, serat kasar, protein dan BETN meningkat dengan penurunan penggunaan daun ginseng dan peningkatan daun singkong, sedangkan kadar air menurun. Media hidup yang terdiri dari onggok dan pakan ayam komersial yang memiliki bahan kering yang tinggi (86,85%) digunakan agar kumbang tidak mengkonsumsi pakan dengan kadar air tinggi yang dapat membuat kumbang menjadi lunak, tidak lincah dan mudah mati. Konsumsi Pakan Kumbang ulat tepung yang diberi daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda juga mengkonsumsi media hidupnya yaitu konsentrat sehingga konsumsi konsentrat diperhitungkan dalam penelitian karena diduga mempengaruhi reproduksi kumbang, oleh karena itu konsumsi pakan yang diperhitungkan meliputi konsumsi hijauan, konsumsi konsentrat dan konsumsi pakan total. Konsumsi pakan kumbang dapat dilihat pada Tabel 2.

26 Tabel 2. Konsumsi Hijauan, Konsumsi Konsentrat dan Konsumsi Pakan Total pada Kumbang Peubah Perlakuan Konsumsi Hijauan Konsumsi Konsentrat Konsumsi Pakan Total (mg/ekor/4 hari)) G100S0 31,67 D 138,07 a 169,74 B G75S25 56,85 C 112,76 b 169,61 B G50S50 60,83 C 107,60 b 168,43 B G25S75 90,74 A 111,78 b 202,52 A G0S100 82,11 B 139,18 a 221,29 A Rataan 64,44 121,88 186,32 Keterangan : Superskrip huruf besar dan kecil yang berbeda pada kolom yang sama masing-masing berarti sangat berbeda nyata (P<0,01) dan berbeda nyata (P<0,05) Table 2 menunjukkan bahwa kumbang mengkonsumsi konsentrat dalam jumlah hampir dua kali lipat lebih banyak daripada konsumsi hijauan. Hal ini dapat disebabkan konsentrat berupa tepung yang merupakan habitat kumbang ulat tepung (Lyon, 1991). Konsumsi Hijauan Kons umsi hijauan oleh kumbang ulat tepung berkisar 31,67-90,74 mg/ekor/4 hari dengan rataan 64,44 mg/ekor/4 hari (Tabel 2). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi hijauan. Konsumsi Hijauan (mg/ekor/4 hari ,74 A 82,11 B 56,85 C 60,83 C 31,67 D G100S0 G75S25 G50S50 G25S75 G0S100 Perlakuan Gambar 3. Konsumsi Hijauan Kumbang

27 Konsumsi hijauan cenderung meningkat dengan meningkatnya penggunaan daun singkong dan menurunnya penggunaan daun ginseng dalam ransum. Konsumsi hijauan dengan perlakuan G100S0 (31,67 mg/ekor/4 hari) sangat nyata lebih rendah dibanding dengan perlakuan lainnya, sedangkan konsumsi hijauan pada perlakuan G75S25 dengan G50S50 tidak berbeda nyata, masing-masing 56,85 dan 60,83 mg/ekor/4 hari dan sangat berbeda nyata dengan perlakuan G25S75 (90,74 mg/ekor/4 hari) dan G0S100 (82,11 mg/ekor/4 hari). Semakin menurun penggunaan daun ginseng dan semakin meningkat penggunaan daun singkong, konsumsi hijauan cenderung meningkat (Gambar 3). Hal ini dapat disebabkan daun singkong memiliki kandungan energi dan air yang lebih rendah daripada daun ginseng. Daun singkong memiliki kadar air 62,72% sedangkan daun ginseng memiliki 92,04% (Tabel 1).Daun singkong memiliki kandunga n energi 73 kalori (Darjanto dan Murjati, 1980) sedangkan daun ginseng memiliki 452,86 kalori (Sucofindo, 1999). Hal ini menunjukkan, bahwa kandungan energi dan kadar air yang tinggi akan menurunkan konsumsi pakan. Konsumsi pakan akan menurun bila kadar air meningkat (Efendi, 2004) dan konsumsi pakan akan menurun bila kadar energi meningkat dalam pakan (Rasyaf, 1992). Selain itu, daun singkong mengandung protein yang lebih tinggi daripada daun ginseng. Yasin (1988) menyatakan, bahwa semakin besar jumlah protein yang dikonsumsi ternyata konsumsi pakan meningkat pula. Konsumsi Konsentrat Konsumsi konsentrat oleh kumbang T. molitor berkisar 107,60-139,18 mg/ekor/4 hari dengan rataan 121,88 mg/ekor/4 hari (Tabel 2). Kumbang yang diberi pakan hijauan dengan rasio daun ginseng dan daun singkong yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dalam konsumsi konsentratnya. Kumbang yang mendapat perlakuan G0S100 (139,18 mg/ekor/4 hari) dan G100S0 (138,07 mg/ekor/4 hari) mengkonsumsi konsentrat yang nyata lebih banyak daripada G75S25, G50S50 dan G25S75 masing-masing 112,76; 107,60; dan 111,78 mg/ekor/4 hari (Gambar 4). Konsumsi hijauan yang meningkat pada perlakuan G100S0, G75S25, G50S50 menyebabkan penurunan konsumsi konsentrat tetapi tingginya konsumsi hijaua n pada G0S100 meskipun lebih rendah daripada G25S75, konsumsi konsentratnya juga tinggi.

28 Konsumsi Konsentrat (mg/ekor/4 h ,07 a 139,18 a 112,76 b 107,60 b 111,78 b G100S0 G75S25 G50S50 G25S75 G0S100 Perlakuan Gambar 4. Konsumsi Konsentrat Kumbang Konsumsi hijauan dan konsentrat yang tinggi pada perlakuan G0S100 dapat disebabkan kadar air yang sangat rendah (62,72%) yang terlihat pada Tabel 1 yang akan mempengaruhi konsumsi sehingga meskipun mengkonsumsi banyak hijauan, kumbang juga akan mengkonsumsi konsentrat dalan jumlah yang banyak juga. Dilihat dari koefisien determinasi (R 2 ), 99,08% konsumsi konsentrat dipengaruhi kadar air hijauan (Lampiran 14) dan sebesar 81,04% konsumsi konsentrat dipengaruhi oleh konsumsi hijauan (Lampiran 15). Konsumsi Pakan Total Konsumsi pakan total oleh kumbang ulat tepung berkisar 168,43-221,29 mg/ekor/4 hari dengan rataan 186,32 mg/ekor/4 hari (Tabel 2). Konsumsi Pakan Total (mg/eko ,29 A 202,52 A 169,74 B 169,61 B 168,43 B G100S0 G75S25 G50S50 G25S75 G0S100 Perlakuan Gambar 5. Konsumsi Pakan Total Kumbang Hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh perlakuan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan total kumbang. Konsumsi pakan total menurun hingga penggunaan daun ginseng dan daun singkong pada jumlah yang

29 sama (50%) atau pada perlakuan (G50S50) tetapi meningkat sangat nyata (P<0,01) pada perlakuan G25S75 dan G0S100 seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Peningkatan konsumsi pakan total dari G50S50 sampai dengan G0S100 dapat disebabkan kandungan protein yang semakin meningkat pada pakan dengan peningkatan penggunaan daun singkong dengan penurunan daun ginseng. Kandungan protein pakan perlakuan berturut -turut dari G0S100 sampai dengan G100S0 yaitu 10,96; 13,41; 15,90; 18,37 dan 20,85%. Rataan Bobot Badan Kumbang Bobot badan kumbang yang mendapat perlakuan daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda berkisar antara 99,91-115,53 mg/ekor dengan rataan 106,45 mg/ekor (Tabel 3). Hasil analisis ragam tidak menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap bobot badan kumbang. Tabel 3. Rataan Bobot Badan Kumbang Ulangan Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 Rataan KK (mg/ekor) (%) G100S0 108,85 111,39 108,32 104,76 105,06 107,67 2,58 G75S25 103,31 100,79 103,90 107,98 106,51 104,29 2,69 G50S50 110,11 103,08 104,19 109,44 104,93 106,35 3,00 G25S75 103,38 107,82 115,53 99,91 103,23 105,97 5,69 G0S ,45 108,18 106,15 110,06 108,98 107,96 1,54 Rataan 106,22 106,25 107,62 106,43 105,74 106,45 3,10 Keterangan : KK adalah koefisien keragaman Koefisien keragaman (KK) berkisar 1,54-5,69% dengan rataan 3,10% (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa keseragaman kumbang cukup tinggi. Bobot badan kumbang yang tetap dikarenakan kumbang merupakan fase dalam serangga yang tidak mengalami pertumbuhan. Borror et al. (1982) menyatakan, bahwa kumbang merupakan fase yang tidak mengalami pertumbuhan. Bobot badan kumbang cenderung menurun dengan bertambahnya umur (Gambar 6). Hal ini dapat disebabkan semakin bertambahnya umur, tubuh kumbang membutuhkan banyak zat makanan yang dapat menguatkan dan memperbaiki sel tubuh yang rusak sehingga pakan yang dimakan tidak diproses untuk menggemukkan tubuh. Selain itu bobot

30 badan kumbang dapat disebabkan oleh faktor genetik dan aktivitas bertelur yang dapat menyeabkan bobot badan kumbang turun ketika telur telah dikeluarkan dan meningkat ketika produksi telur berjalan. Bobot Badan Kumbang (mg/eko Umur (hari) G100S0 G75S25 G50S50 G25S75 G0S100 Gambar 6. Bobot Badan Kumbang Berdasarkan Umur Dilihat dari data konsumsi pakan total, ternyata konsumsi pakan yang tinggi pada perlakuan G25S75 dan G0S100 (Tabel 2) tidak selalu meningkatkan bobot badan kumbang. Hal ini menunjukkan pakan yang digunakan tidak tersimpan dalam tubuh. Kemungkinan aktivitas reproduksi kumbang menyebabkan pakan yang dikonsumsi tidak digunakan untuk membentuk tubuh, bahkan kumbang merombak tubuh untuk aktivitas reproduksi. Laju Pertumbuhan Bobot Badan Kumbang (mg/ekor/4 hari) Umur (hari) G100S0 G75S25 G50S50 G25S75 G0S100 Gambar 7. Laju Pertumbuhan Bobot Badan Kumbang Laju pertumbuhan bobot badan kumbang dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan adanya pertumbuhan bobot badan yang minus. Hal ini dapat disebabkan kumbang dalam fase bertelur sehingga pakan yang dikonsumsi

31 digunakan untuk proses bertelur. Kumbang merupakan fase reproduksi dalam siklus ulat tepung (Lyon, 1991). Konsumsi pakan dapat mempengaruhi produksi telur (Yasin, 1988). Jumlah Larva Larva yang dihasilkan oleh kumbang berdasarkan perlakuan berkisar ekor dengan rataan 949 ekor (Tabel 4). Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang nyata antara perlakuan terhadap jumla h larva yang dihasilkan. Jumlah larva yang dihasilkan menurut perlakuan adalah 1042, 949, 923, 1016 dan 813 ekor masing-masing dengan perlakuan G100S0, G75S25, G50S50, G25S75 dan G0S100. Jumlah larva tertinggi yang dihasilkan (1260 ekor) dan terendah (520 ekor) masing-masing terdapat pada perlakuan G100S0 dan G0S100 pada ulangan yang sama (dua). Koefisien keragaman (KK) berkisar 13,06-25,90% dengan rataan 17,64%. Hal ini menunjukkan, bahwa tingkat keragaman jumlah larva yang dihasilkan masih tinggi. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingginya keragaman ini adalah genetik kumbang, namun terdapat kecenderungan penurunan jumlah larva yang dihasilkan oleh kumbang yang diberi pakan dengan semakin meningkat penggunaan daun singkong dan menurunnya daun ginse ng seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Larva yang Dihasilkan Kumbang Perlakuan Ulangan U1 U2 U3 U4 U5 Rataan KK (ekor) (%) G100S ,48 G75S ,24 G50S ,53 G25S ,06 G0S ,90 Rataan ,64 Keterangan : KK adalah koefisien keragaman Kecenderungan jumlah larva dengan semakin meningkat penggunaan daun singkong dan menurunnya daun ginseng dapat disebabkan HCN yang terkandung dalam daun singkong pada kadar tertentu mempengaruhi reproduksi yang dihasilkan.

32 Asam sianida mempengaruhi sistem syaraf pusat (Rasyaf, 1983). Hal ini memungkinkan HCN bereaksi pada hormon reproduksi yang dihasilkan di syaraf pusat. Rendahnya jumlah larva dapat disebabkan pakan yang dikonsumsi mengandung energi yang sedikit. Daun ginseng mengandung energi sebesar 452,86 kalori (Sucofindo, 1999) sedangkan daun singkong mengandung 73 kalori (Darjanto dan Murjati, 1980). Pada fase pertumbuhan, serangga mengkonsentrasikan energinya untuk pertumbuhan dan pada fase dewasa, serangga mengkonsentrasikan energinya untuk reproduksi (Ross et al., 1982). Zat makanan memainkan peranan penting dalam proses produksi telur (Yasin, 1988). Konversi Pakan Berdasarkan Jumlah Larva Konversi pakan berkisar 0,14-0,44 dengan rataan 0,20. Koefisien keragaman (KK) berkisar 8,12-30,69% dengan rataan 18,69%. Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) antara perlakuan terhadap konversi pakan. Konversi pakan dari yang terkecil hingga terbesar adalah 0,16; 0,18; 0,19; 0,20 dan 0,29 secara berturut-turut diperoleh oleh kumbang yang me ndapat perlakuan G100S0, G75S25, G50S50, G25S75 dan G0S100 (Tabel 5). Tabel 5 menunjukkan, semakin tinggi penggunaan daun ginseng dan semakin rendah penggunaan daun singkong, pakan yang digunakan untuk menghasilkan satuan produksi telur kumbang semakin efisien. Tabel 5. Konversi Pakan terhadap Jumlah Larva Perlakuan Ulangan U1 U2 U3 U4 U5 Rataan KK (%) G100S0 0,18 0,14 0,22 0,14 0,14 0,16 B 21,82 G75S25 0,15 0,19 0,19 0,15 0,21 0,18 B 15,07 G50S50 0,18 0,16 0,21 0,15 0,23 0,19 B 17,74 G25S75 0,18 0,22 0,19 0,21 0,21 0,20 B 8,12 G0S100 0,26 0,44 0,29 0,25 0,21 0,29 A 30,69 Rataan 0,19 0,23 0,22 0,18 0,20 0,20 18,69 Keterangan : Superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01)KK adalah koefisien keragaman Daun ginseng lebih baik daripada daun singkong karena daun ginseng memiliki kandungan ginsenosida yang dapat meningkatkan reproduksi. Kumbang

33 yang mendapatkan perlakuan G100S0 hanya membutuhkan pakan 0,16 mg sedangkan kumbang dengan perlakuan G0S100 membutuhkan pakan sebesar 0,29 mg untuk menghasilkan masing-masing satu ekor larva. Perlakuan G0S100 mempunyai konversi pakan terhadap jumlah larva yang sangat nyata dibanding perlakuan lainnya yang tidak berbeda nyata secara statistik. Tanaman ginseng dapat digunakan untuk meningkatkan fertilitas dan seksualitas terlebih untuk ketahanan tubuh (Keller, 1998). Persentase Daya Hidup Kumbang Daya hidup kumbang berkisar 70,22-94,89% dengan rataan 82,82% dan rataan koefisien keragaman (KK) adalah 8,38%. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh antara perlakuan terhadap persentase daya hidup kumbang. Daun ginseng dan daun singkong memiliki kandungan zat yang memberikan kekuatan hidup kumbang (Tabel 6). Persentase daya hidup kumbang cenderung meningkat dengan meningkatnya daun singkong dan menurunnya daun ginseng pada pakan hijauan tetapi persentase daya hidup kumbang menurun pada perlakuan G25S75 (79,78%). Daun ginseng mengandung senyawa turunan saponin, alkaloid, tannin dan senyawa-senyawa lain yang secara fisiologis dapat melancarkan sirkulasi atau peredaran darah pada sistem saraf pusat (Hidayat, 2005). Tabel 6. Persentase Daya Hidup Kumbang Ulangan Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 Rataan KK (%) G100S0 84,67 72,46 91,56 78,89 73,11 80,13 10,08 G75S25 81,33 85,33 72,00 77,11 86,45 80,44 7,44 G50S50 81,56 85,11 74,00 83,99 90,89 83,11 7,39 G25S75 70,22 83,11 76,67 90,44 78,44 79,78 9,46 G0S100 94,89 90,67 78,89 93,78 94,89 90,62 7,51 Rataan 82,53 83,34 78,62 84,84 84,76 82,82 8,38 Keterangan : KK adalah koefisien keragaman Senyawa turunan saponin, alkaloid, tannin dan senyawa-senyawa lain pada daun ginseng akan memperbaiki aktivitas jaringan tubuh yang secara tidak langsung

34 akan memperbaiki fungsi organ yang dapat meningkatkan stamina (Hidayat, 2005). Daun singkong mengandung protein tinggi yang berperan dalam pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh serta memberikan tenaga jika kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Suhardjo dan Clara, 1989). Daun ginseng bersifat adaptogen yaitu memberikan keseimbangan menyeluruh sehingga meningkatkan kemampuan tubuh menyembuhkan diri sendiri (Sucofindo, 1999). Persentase Daya Hidup Kum (%) Umur (hari) G100S0 G75S25 G50S50 G25S75 G0S100 Gambar 8. Persentase Daya Hidup Kumbang Berdasarkan Umur Daya hidup kumbang juga dipengaruhi oleh umur kumbang itu sendiri. Grafik persentase daya hidup kumbang berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan adanya penurunan persentase daya hidup yang besar dari kumbang pada semua perlakuan yang terjadi pada saat kumbang berumur 39 hari. Hal ini berarti daya hidup kumbang ulat tepung setelah berumur satu bulan akan melemah. Menurut Hutauruk (2005) pada hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa 37,5% mortalitas ulat tepung dipengaruhi oleh umur. Semakin menurunnya daya hidup kumbang dengan bertambahnya umur dapat disebabkan umur kumbang yang hanya mencapai sekitar 78 hari (Lyon, 1991). Hal ini berarti fungsi tubuh kumbang telah melemah sehingga kumbang merombak tubuh dan mati. Gambar 8 memperlihatkan kumbang pada perlakuan G0S100 memiliki persentase daya hidup yang lebih tinggi daripada persentase daya hidup kumbang pada perlakuan yang lainnya. Hal ini dapat disebabkan kumbang pada perlakuan G0S100 memiliki jumlah larva yang terkecil (813 ekor) diantara semua perlakuan. Kumbang membutuhkan banyak zat nutrisi untuk proses bertelur sehingga tidak sedikit kumbang yang mati setelah mereka bertelur.

35 Pengaruh Perlakuan terhadap Peubah yang Diukur Pengaruh perlakuan terha dap konsumsi hijauan, konsentrat dan pakan total, rataan bobot badan kumbang, jumlah larva, konversi pakan berdasarkan jumlah larva dan persentase daya hidup kumbang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berbagai Peubah dan Biaya Pakan Setiap Peubah Peubah Perlakuan G100S0 G75S25 G50S50 G25S75 G0S100 Konsumsi Hijauan (mg/ekor/4 hari) 31,67 D 56,85 C 60,83 C 90,74 A 82,11 B Konsumsi Konsentrat (mg/ekor/4 hari) 138,07 a 112,76 b 107,60 b 111,78 b 139,18 a Konsumsi Pakan Total (mg/ekor/ 4 hari) 169,74 B 169,61 B 168,43 B 202,52 A 221,29 A Rataan Bobot Badan Kumbang (mg/ekor) 107,67 104,29 106,35 105,97 107,96 Jumlah Larva (ekor) Konversi Pakan 0,16 B 0,18 B 0,19 B 0,20 B 0,29 A Persentase Daya Hidup Kumbang (%) 80,13 80,44 83,11 79,78 90,62 Biaya Pakan (Rp/ekor/4 hari)* 0,268 0,297 0,287 0,343 0,338 Keterangan : * Hasil perhitungan (Lampiran 16) Tabel 7 memperlihatkan konsumsi pakan hijauan yang rendah pada G100S0 menghasilkan jumlah larva yang cenderung tinggi dengan konversi pakan yang rendah. Kumbang dengan perlakuan G25S75 menghasilkan jumlah larva yang sedikit lebih rendah dari G100S0 tetapi mengkonsumsi pakan hijauan yang tinggi dengan konversi pakan yang lebih tinggi daripada G100S0. Dilihat dari segi biaya pakan, biaya pakan terendah dikeluarkan untuk kumbang dengan perlakuan G100S0 yang menghasilkan jumlah larva terbanyak.

36 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda mempengaruhi konsumsi hijauan, konsumsi konsentrat, konsumsi pakan total kumbang dan konversi pakan terhadap berdasarkan jumlah larva tetapi tidak mempengaruhi bobot badan kumbang, persentase daya hidup kumbang dan jumlah larva yang dihasilkan. Perlakuan G100S0 dapat dijadikan alternatif pakan untuk reproduksi kumbang Tenebrio molitor L. Saran Perlu penelitian lebih spesifik tentang banyaknya larva yang dihasilkan oleh seekor kumbang dengan perlakuan ini dan gunakan daun ginseng dalam pakan kumbang untuk meningkatkan jumlah ulat tepung yang dihasilkan.

37 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-nya sehingga penelitian dan skripsi ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam tak lupa Penulis panjatkan kepada Rasullah SAW dan sahabatnya serta para pengikutnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Durachim dan Ibu Siti Dawimah yang senantiasa berdoa dan memberikan semangat kepada Penulis. Terima kasih kepada Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. dan Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian. Penulis juga menguncapkan terima kasih atas masukan dan kritikan kepada Jakaria, SPt. MSi. sebagai penguji seminar, Dr. Ir. Erika B. Laconi, MS. dan Ir. Salundik, MSi. sebagai penguji sidang serta Ahmad Yani, STp. sebagai pembimbing akademik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kak Agung, Kak Denok, Kak Agus Novianto, Yanti, Imam dan Dik Syarif atas segala bantuan, doa dan semangat kepada Penulis. Terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Fakultas Peternakan IPB. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada kepada Sugeng, Silpi, Kadarwati, Maya dan Mira, seluruh teman NRSH, TPT 39 dan teman-teman kost fricy atas bantuan, semangat dan doanya. Bogor, Maret 2006 Penulis

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD SKRIPSI RISNA HAIRANI SITOMPUL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

JUMLAH DAN BOBQT MASSA LARVA KUMBANG Tenebrio molitor PADA MEDIA BERTELUR YANG BEqEDA

JUMLAH DAN BOBQT MASSA LARVA KUMBANG Tenebrio molitor PADA MEDIA BERTELUR YANG BEqEDA 64\ JUMLAH DAN BOBQT MASSA LARVA KUMBANG Tenebrio molitor PADA MEDIA BERTELUR YANG BEqEDA SKRIPSI DENNI SETIANA PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENAMBAHAN DAUN KATUK PENAMBAHAN DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) DALAM RANSUM PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT REPRODUKSI DAN PRODUKSI AIR SUSU MENCIT PUTIH (Mus musculus albinus) ARINDHINI D14103016 Skripsi ini merupakan

Lebih terperinci

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL SKRIPSI ENHA DIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH KADARWATI D24102015 Skripsi ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R. EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R. HUTABARAT PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707 Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707 Dede Risnajati 1 1Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Bandung Raya Jalan

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum) SKRIPSI TRI MULYANINGSIH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

SUBTITUSI DEDAK HALUS PADA PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus)

SUBTITUSI DEDAK HALUS PADA PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan ISSN 2303-2227 Vol. 01 No. 3, Oktober 2013 Hlm: 160-163 SUBTITUSI DEDAK HALUS PADA PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) Refined Rice Bran Subtitution

Lebih terperinci

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH TARAF PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PRODUKSI MENCIT (Mus musculus) LEPAS SAPIH HASIL LITTER SIZE PERTAMA

PENGARUH TARAF PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PRODUKSI MENCIT (Mus musculus) LEPAS SAPIH HASIL LITTER SIZE PERTAMA PENGARUH TARAF PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA PRODUKSI MENCIT (Mus musculus) LEPAS SAPIH HASIL LITTER SIZE PERTAMA SKRIPSI RIKA PANDA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr. RINGKASAN Nur Aini. D24103025. Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD Pinky R. P 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging, I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika

Lebih terperinci

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) PADA PERIODE BERTELUR SKRIPSI AFNIATY INTANIA

SUBSTITUSI TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) PADA PERIODE BERTELUR SKRIPSI AFNIATY INTANIA SUBSTITUSI TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) PADA PERIODE BERTELUR SKRIPSI AFNIATY INTANIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tingkat penolakan hama kutu beras Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak daun pandan wangi kering dan daun pandan wangi segar memberikan pengaruh nyata terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) PADA PAKAN SKRIPSI GILANG MARADIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi maka terciptalah ayam kampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias Studi Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) dalam Ransum terhadap Produksi Telur Itik Talang Benih The Use of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Egg Production of Talang Benih Duck Kususiyah, Urip

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Floss Floss merupakan bagian kokon yang berfungsi sebagai penyangga atau kerangka kokon. Pada saat akan mengokon, ulat sutera akan mencari tempat lalu menetap di tempat tersebut

Lebih terperinci

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL SKRIPSI NURLAELA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NWUAELA. D24101054.

Lebih terperinci

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang

Lebih terperinci

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.)

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.) PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.) SAEPAN JISMI D14104087 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING 040306007 DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENGGUNAAN TAPE KULIT

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terrarium II Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DKI Jakarta selama 2 bulan dari bulan September November 2011. 3.2 Materi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BUAH MENGKUDU (Morinda Citrifolia L.) DALAM RANSUM TERHADAP RETENSI KALSIUM DAN FOSFOR PADA PUYUH PETELUR (Coturnix Coturnix Japonica) Trisno Marojahan Aruan*, Handi Burhanuddin,

Lebih terperinci

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK i 0 b('/ PEMANFAATAN RANSUM AMPAS TEH (Cnnzrllin sinensis) YANG DITAMBAHKAN SENG (Zn) LEVEL BERBEDA TERHADAP REPRODUKSI DAN KONSUMSI KELINCI BETINA PADA SETIAP STATUS FISIOLOGI SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT This research was conducted to investigate

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa pada akar tomat memang benar terdapat nematoda setelah dilakukan ekstraksi pertama kali untuk mengambil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen Jenis Murbei

PEMBAHASAN. Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen Jenis Murbei 10 Persentase Filamen Persentase filamen rata-rata paling besar dihasilkan oleh ulat besar yang diberi pakan M. cathayana sedangkan yang terkecil dihasilkan oleh ulat yang diberi pakan M. alba var. kanva-2.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI 1 PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI EDEN PRANATHA GINTING 060306025 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM SKRIPSI

PERFORMA AYAM SKRIPSI PERFORMA AYAM PETELUR UMUR 21-27 MINGGU YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) PADA AIR MINUM SKRIPSI RIKO YULRAHMEN PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Pengaruh Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) Terhadap Kualitas Telur Itik Talang Benih The Effect of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Talang Benih Duck Egg Quality Kususiyah, Urip Santoso, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU SKRIPSI OLEH FERBINA MALEMTA GINTING 100306026 PROGRAM STUDI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN. PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan kuantitas serta kualitasnya untuk memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT YANG DIBERI HEMICELL DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS DAN PANJANG SALURAN PENCERNAAN ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR 1-7 MINGGU SKRIPSI Oleh: AFFAN LUBIS 060306028/Peternakan

Lebih terperinci

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR (Butis amboinensis) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN PADA BROILER SKRIPSI Oleh : RAHMAYANTI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER Sofyan Arifin 1, H. Sunaryo 2 dan Umi Kalsum 2 1)MahasiswaFakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller) NUR RACHMAN A44104056 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat 36 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai 8 Maret sampai 21 Agustus 2007 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Metabolisme Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor mulai bulan Oktober sampai dengan Nopember 2011. Tahapan meliputi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci