ANALISIS PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DAN STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DALAM TRANSAKSI MUSYARAKAH PEMBIAYAAN MODAL KERJA PT.
|
|
- Sudirman Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DAN STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DALAM TRANSAKSI MUSYARAKAH PEMBIAYAAN MODAL KERJA PT.BANK ABC Yusniar Rahmania Miranti Kartika Dewi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menjelaskan penerapan akad musyarakah dalam pembiayaan modal kerja pada PT.Bank ABC. Penelitian juga menganalisis kesesuaian penerapannya berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, yaitu Fatwa DSN-MUI No.08/DSN-MUI/IV/2000 dan PSAK 106. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi dalam memperoleh data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan musyarakah di PT.Bank ABC masih terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan Fatwa DSN namun penerapan perlakuan akuntansinya sudah baik walaupun masih terdapat ketidaksesuaian. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi pengetahuan baru bagi semua pihak dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi PT.Bank ABC serta regulator dalam menilai tingkat kepatuhan penerapan akad musyarakah. Kata kunci; akad musyarakah, bagi hasil, bank syariah ABSTRACT This study aims to explain implementation on musharaka working capital financing at PT.Bank ABC. This study also analyzes its compliance with regulation applicable in Indonesia, i.e., Decree of DSN-MUI No.08/DSN-MUI/IV/2000 and Financial Accounting Standard 106. This study uses case study approach by gathering data from interview and documentation. Results of this study indicate that there are some discrepancies occur between implementation of musharaka financing with the Decree of DSN-MUI. However, the accounting standard has been implemented well although there are less discrepancies. This research is hoped to provide new knowledge for all parties and could be material for the evaluation for PT.Bank ABC and regulators in assessing the level of compliance of musharaka contract implementation. Keywords; musharaka agreement, profit sharing, sharia banking 1
2 2 PENDAHULUAN Manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik dengan berkerja maupun membentuk suatu usaha. Saat ini, pemerintah Indonesia semakin menekankan pentingnya membangun semangat kewirausahan di kalangan masyarakat untuk mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia serta mengurangi angka pengangguran Indonesia. Tingkat pengganguran terbuka Indonesia hingga Agustus 2012 cukup tinggi yaitu mencapai 6,14 persen (Badan Pusat Statistik, 2012). Semangat wirausaha ini tampaknya semakin hari semakin meningkat saja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Januari 2012, jumlah wirausaha Indonesia mencapai 1,56 persen jumlah penduduk Indonesia. Angka ini sudah meningkat dibandingkan tahun 2010 yang hanya berkisar angka 0,24 persen. Namun seiring dengan peningkatan semangat kewirausahan ini, banyak masyarakat Indonesia yang sulit untuk merealisasikan pertumbuhan usahanya secara dinamis atau sulit untuk melakukan ekspansi usaha karena terbentur permasalahan modal kerja. Melihat kondisi keterbatasan dana yang dimiliki para pengusaha dalam melakukan ekspansi usahanya, bank atau lembaga keuangan konvensional dan syariah berusaha untuk mendukung keinginan para pengusaha tersebut dengan memberikan bantuan kontribusi atau pembiayaan modal kerja. Pada bank dan lembaga keuangan syariah, kegiatan penyaluran pembiayaan modal ini dapat menggunakan akad musyarakah. Pembiayaan akad musyarakah cenderung memiliki peminat yang lebih besar dibandingkan pembiayaan dengan skema mudharabah. Dalam QS Al Baqarah-282 Allah Ta ala menegaskan bahwa setiap utang piutang itu harus ditulis, hal ini pun serupa dengan praktik akuntansi selama ini bahwa setiap transaksi yang memiliki substansi ekonomi salah satunya terkait pembiayaan maka haruslah diakui atau dilakukan pencatatan baik oleh pihak yang menyalurkan pembiayaan (bank) maupun penerima dana. Melihat pada manfaatnya, musyarakah dianggap telah membantu banyak pengusaha dalam mencapai tujuan bisnisnya dengan menyalurkan pembiayaan dan bergabung menjadi mitra usaha. Namun, walaupun produk ini menggunakan akad musyarakah, tidak menutup kemungkinan masih terdapatnya ketidaktepatan dalam menjalankan prinsip syariat.
3 3 Pada penelitian ini penulis merumuskan masalah : 1. Bagaimana prosedur atau mekanisme transaksi pembiayaan modal kerja pada PT.Bank ABC melalui akad musyarakah? 2. Bagaimana pencatatan, pelaporan dan pengungkapan akuntansi pada transaksi pembiayaan modal kerja pada PT.Bank ABC? 3. Sejauh mana kesesuaian prosedur pembiayaan modal kerja pada PT.Bank ABC terhadap Fatwa DSN-MUI Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah? 4. Sejauh mana kesesuaian pencatatan, pelaporan dan pengungkapan akuntansi pada pembiayaan modal kerja PT.Bank ABC terhadap PSAK 106 tentang Akuntansi Musyarakah? LANDASAN TEORI Musyarakah berasal dari kata syirkah, yaitu percampuran dua orang atau lebih untuk melakukan kerja sama DSN-MUI (2000) mendefinisikan musyarakah sebagai pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu, dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Menurut ahli fikih musyarakah memiliki dua jenis syirkatul aqd (kontrak kemitraan) dan syirkatul milk (kemitraan hak milik). Ayub (2009) menjelaskan bahwa syirkatul aqd (kontrak kemitraan) terdiri dari beberapa jenis salah satunya Syirkah Inan. Ini adalah jenis kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk mengkontribusikan modal dan kerja serta berbagi keuntungan atau kerugian sesuai kesepakatan, namun kesamaan modal dan kerja tidak dipersyaratkan (AAOIFI, 2010). Ayub (2009) menambahkan bahwa jenis musyarakah ini merupakan bentuk paling penting dan paling mendekati konsep bisnis kemitraan modern. Sedangkan menurut PSAK 106 menurut pengembalian modal musyarakah terbagi menjadi musyarakah permanen (pengembalian modal di akhir akad) dan musyarakah mutanaqisha (pengembalian modal secara bertahap).
4 4 Ketentuan syariat tentang Pembiayaan Musyarakah di Indonesia dijelaskan pada Fatwa DSN-MUI Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000. Pada fawa ini dijelaskan bahwa musyarakah memiliki tiga rukun yaitu transaktor, objek akad (modal, kerja dan kerugian/keuntungan) serta ijab Kabul. Transaktor harus memiliki syarat antara lain kompeten, cakap hukum, berakal dan bebas dari paksaan. Setiap transaktor harus memberikan kontribusi modal berupa kas atau nonkas walaupun dengan porsi yang berbeda. Modal musyarakah ini tidak dapat dipinjamkan, disumbangkan atau dihadiahkan kepada pihak lain tanpa kesepakatan bersama. Objek yang kedua yaitu kerja sebagai dasar pelaksanaan akad musyarakah. AAOIFI (2010) menyatakan setiap mitra yang terlibat disarankan untuk memberikan partisipasi kerja. Partisipasi yang diberikan tidak harus memiliki porsi yang sama, setiap mitra boleh untuk memiliki partisipasi kerja yang lebih banyak dan ia pun boleh meminta tambahan keuntungan. Ketika usaha yang dijalankan menghasilkan keuntungan, DSN (2000) menjelaskan bahwa keuntungan ini harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindari sengketa. Pembagian keuntungan seharusnya telah disepakati sejak awal dan tertuang dalam akad dengan jelas tanpa ambiguitas. Nurhayati & Wasilah (2011) berpendapat bahwa mitra tidak boleh menentukan keuntungannya sendiri dengan menyatakan jumlah tertentu kepada mitra lainnya, karena hal ini sudah termasuk riba. Namun ketika terjadi kerugian maka harus dibagi sesuai dengan proporsi modal mitra. Skema Transaksi Musyarakah Mitra 1 1 Akad musyarakah 1 Mitra Proyek usaha Laba/rugi Mitra 1 Laba/rugi Mitra Membagi hasil usaha Keuntungan dibagi sesuai nisbah Kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung sesuai modal 4 Sumber : Nurhayati & Wasilah (2011)
5 5 Selain ketentuan syariat yang ditetapkan oleh fatwa DSN, praktik pembiayaan musyarakah juga diatur pada PSAK 106 tahun PSAK 106 mengatur mengenai perlakuan akuntansi musyarakah. Pada PSAK 106 dijelaskan bahwa dalam penerapan transaksi musyarakah, biasanya pihak lembaga keuangan syariah akan berperan sebagai mitra pasif atau hanya memberikan kontribusi modal tanpa melakukan pengelolaan usaha. Posisi bank sebagai mitra pasif ini sesuai dengan pernyataan Ayub (2009) dan Hidaya (2013) bahwa tidak seluruh mitra harus mengelola usaha secara aktif walaupun Rosly (2005) mengungkapkan bahwa syirkah mensyaratkan para mitra untuk menjalankan peran aktif. Baik mitra aktif maupun mitra pasif membuat catatan akuntansi masing-masing. Pada pencatatan yang dilakukan oleh perbankan sebagai mitra pasif, investasi musyarakah diakui ketika terjadi penyerahan aset kas atau nonkas oleh para mitra. Aset kas dinilai sebesar nominal kas yang diserahkan, sedangkan aset nonkas diakui sesuai nilai wajarnya (paragraf 28). Selisih penyerahan aset nonkas dengan nilai bukunya akan diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad. Sedangkan jika nilainya lebih rendah akan diakui sebagai kerugian bank atau mitra pasif saat terjadinya. PSAK 106 mengakui bahwa pengembalian pembiayaan musyarakah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara penuh (di akhir akad) maupun secara bertahap. Pada musyarakah permanen (dengan pengembalian di akhir akad), maka bagian bank yang dapat diakui selama akad yaitu sebesar jumlah kas yang diserahkan bank sebagai investasi setelah dikurangi dengan kerugian yang ada. Namun, jika investasi menggunakan aset nonkas maka investasi tersebut dinilai sesuai nilai wajar saat penyerahan aset nonkas setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (jika ada). Ketika pengembalian dilakukan nasabah (mitra aktif) secara bertahap atau biasa disebut sebagai musyarakah mutanaqisha maka bank dapat mengakui porsi investasinya sebesar jumlah kas yang diserahkan pada awal akad dikurangi dengan jumlah pengembalian nasabah dan kerugian (jika ada). Tetapi ketika hingga akhir akad masih terdapat invetasi yang belum dikembalikan oleh nasabah maka bank syariah atau kreditur dapat mengakuinya sebagai piutang. Selama usaha berlangsung, maka pendapatan keuntungan dapat diakui bank sebesar porsi bank sesuai kesepakatan dengan mitra aktif, sedangkan kerugian disesuaikan dengan porsi dana yang diserahkan. Pada fatwa DSN-MUI nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 dijelaskan bahwa pada
6 6 dasarnya bank dapat menggunakan pendapatan neto atau laba dalam melakukan distribusi hasil usaha. Pihak mitra pasif (bank syariah) harus menyajikan kas atau aset nonkas yang diserahkan sebagai investasi atau pembiayaan musyarakah pada laporan keuangan. Selain itu bank harus menyajikan keuntungan tangguhan atas selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada akhir nilai wajar sebagai pos lawan atau contra account atas investasi musyarakah. Pada laporan keuangannya, bank sebagai mitra pasif harus mengungkapkan isi kesepakatan usaha musyarakah, misalnya kesepakatan pembagian hasil, aktivitas usaha dll. Bank juga harus mengungkapkan pengelola usaha jika memang tidak ada mitra aktif. Selain itu, bank syariah juga harus mengungkapkan hal-hal yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Pada jenis musyarakah mutanaqisha, DSN (2008) dalam fatwa no 73/DSN-MUI/IX/2008 menyatakan bahwa pembiayaan dengan menggunakan akad musyarakah mutanaqisha terdiri dari dua akad yaitu musyarakah dan juga bai atau jual beli. Dalam fatwa ini ditegaskan bahwa pihak pertama (syarik) atau dalam hal ini misalnya perbankan harus berjanji di awal akad bahwa ia akan menjual seluruh porsinya kepada nasabah, dan dalam akad pun harus dicantumkan berapa porsi yang berkurang terkait pembayaran dari nasabah. Untuk jenis pembiayaan yang diperuntukkan membiayai bisnis nasabah, atau termasuk pada kemitraan kontraktual maka Usmani (2005) menyatakan bahwa harga beli porsi bank/lks oleh nasabah tidak dapat ditentukan di awal melainkan dapat disesuaikan dengan penilaian bisnis saat pembelian porsi dilakukan. Penilaian ini dapat dilakukan oleh penilai. Ayub (2009) juga memiliki pandangan yang serupa bahwa dalam kasus ini tidak diperbolehkan menentukan harga beli pada nominal tertentu karena hal ini berarti membenarkan jaminan modal dari seorang rekanan lain dan hal ini dilarang dalam syariat. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus dilakukan pada salah satu bank syariah yang memiliki tingkat pembiayaan yang cukup tinggi. Data-data diperoleh dengan teknik dokumentasi laporan keuangan, laporan tahunan, surat edaran operasi PT.Bank ABC serta melalui teknik wawancara.
7 7 Wawancara dilakukan dengan pihak PT.Bank ABC, pihak DSN-MUI, dosen FEUI serta pakar muamalat kontemporer. PROFIL PERUSAHAAN PT.Bank ABC adalah bank umum syariah yang memiliki kinerja yang positif, hal ini terlihat pada peningkatan total aset, jumlah pendanaan dan pembiayaan pada 2009 hingga Profitabilitas PT.Bank ABC juga positif yaitu mengalami peningkatan laba bersih sebesar 31,67% dibandingkan tahun Dalam menjalankan kegiatan pembiayaanya, PT.Bank ABC menyalurkan pembiayaan dengan berbagai akad, yaitu murabahah, musyarakah, mudharabah, qardh, istishna dan ijarah. Pembiayaan didominasi oleh murabahah sebesar 54% dan musyarakah sebesar 18%, namun untuk jenis pembiayaan investasi musyarakah unggul dibandingkan mudharabah. Pada 2011, pembiayaan musyarakah paling banyak disalurkan pada sektor konstruksi dan perdagangan. PEMBAHASAN Prosedur transaksi musyarakah pada pembiayaan modal kerja musyarakah PT.Bank ABC Pada transaksi pembiayaan modal kerja musyarakah, PT.Bank ABC hanya menyalurkan pembiayaan modal kerja dalam bentuk kas. Pengembalian pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah dapat dilakukan di akhir akad (musyarakah permanen) dan juga secara bertahap (musyarakah mutanaqisha) sesuai dengan kesepakatan antara pihak PT.Bank ABC dan nasabah. Aminullah (2013) menyatakan bahwa porsi pembiayaan musyarakah mutanaqisha yang diberikan oleh PT.Bank ABC dalam pembiayaan modal kerja lebih besar dibandingkan dibandingkan musyarakah permanen yang diberikan. Pembiayaan modal kerja musyarakah yang diberikan PT.Bank ABC memiliki nilai beragam sesuai kebutuhan nasabah. Pembiayaan modal kerja yang diberikan oleh PT.Bank ABC biasanya memiliki jangka waktu satu bulan hingga dua belas bulan. Namun ketika nasabah memiliki kesulitan pelunasan dalam jangka waktu yang ditentukan, maka PT.Bank ABC akan memberikan kebijakan berupa perpanjangan jatuh tempo pelunasan. Musthafa (2013) menjelaskan bahwa prosedur atau mekanisme transaksi musyarakah pembiayaan modal kerja pada PT.Bank ABC didahului oleh pengajuan pembiayaan oleh
8 8 nasabah. Selanjutnya PT.Bank ABC akan menganalisis pengajuan tersebut dari berbagai sudut pandang seperti kelayakan dokumen usaha, kelayakan usaha/proyek yang dijalankan nasabah, kredibilitas dan kemampuan nasabah dan juga analisis jaminan yang diajukan nasabah. Setelah pengajuan disetujui, maka akad akan dilaksanakan dan disepakati porsi bagi hasil berdasarkan pendekatan pendapatan bruto (revenue sharing) disertai penyerahan modal dari bank kepada nasabah. Lalu, bank dan mitra akan menjalankan usaha bersama yang mana PT.Bank ABC akan berperan sebagai mitra pasif dan nasabah sebagai mitra aktif. Ketika usaha memberikan keuntungan, maka keuntungan akan dibagikan kepada bank dan nasabah sesuai porsi yang disepakati. Ketika pendapatan usaha lebih rendah dibandingkan proyeksi pendapatan, maka PT.Bank ABC akan melihat hal ini sebagai kerugian potensial dan hal ini akan dicatat sebagai penyisihan PPAP. Namun ketika usaha rugi dan nasabah tidak mampu melunasi pokok maka PT.Bank ABC akan melakukan restrukturisasi pembiayaan. Sedangkan, ketika usaha tidak dapat diteruskan dan nasabah tetap tidak mampu mengembalikan pokok maka akan dilakukan eksekusi jaminan. Proses terakhir dari pembiayaan ini adalah PT.Bank ABC menerima pelunasan pembiayaan dari nasabah, baik diterima pada akhir akad (musyarakah pemanen) maupun secara berkala setiap bulannya (musyarakah mutanaqisha). Kesepakatan pelunasan adalah persetujuan kedua belah pihak. Setelah modal dikembalikan seluruhnya, maka akad telah selesai dan usaha menjadi milik nasabah seluruhnya. Dana yang digunakan untuk kegiatan pembiayaan modal kerja musyarakah PT.Bank ABC berasal dari pendanaan pihak ketiga misalnya tabungan, giro dan deposito. Dana yang didapat ini akan disalurkan untuk membiayai modal kerja ke berbagai sektor bisnis yang halal misalnya perkebunan/pertanian, pertambangan, perdagangan, pendidikan, kesehatan serta konstruksi dll. Dalam memberikan pembiayaan musyarakah, PT.Bank ABC akan membuat kesepakatan dengan nasabah di awal akad terkait nisbah bagi hasil. Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil pada PT.Bank ABC yaitu revenue sharing. Maksud dari revenue sharing yaitu perhitungan bagi hasil sesuai dengan pendapatan atau penjualan yang diterima oleh nasabah dengan menggunakan modal secara patungan yang disediakan PT.Bank ABC dan nasabah. Berikut adalah rumus untuk menghitung nisbah bagi hasil:
9 9 Setelah mendapatkan nilai nisbah bagi hasil, maka porsi bagi hasil yang akan diterima PT.Bank ABC adalah nisbah Bank ABC dikali dengan nilai realisasi pendapatan atau penjualan nasabah. Berikut rumus perhitungannya: Hidaya (2013) mengemukakan bahwa saat ini BUS banyak yang hanya menggunakan pendapatan tanpa dikurangi dengan beban penjualan termasuk harga pokok pembelian atau biasa disebut dengan istilah pendapatan bruto. Hal ini belum sesuai dengan ketetapan pada fatwa DSN no 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Lembaga Keuangan Syariah yang menyatakan bahwa LKS dapat menggunakan net revenue atau profit sebagai dasar perhitungan bagi hasil. Hidaya (2013) menyatakan bahwa sejauh ini, banyak perbankan syariah yang hanya menggunakan pendapatan bruto sebagai dasar bagi hasil sebab pihak perbankan tidak memiliki ahli dalam menghitung beban penjualan dari setiap sektor bisnis, sehingga perbankan syariah merasa bahwa dasar paling tepat adalah hanya berdasarkan realisasi pendapatan bruto atau revenue sharing. Ketika bank hanya menggunakan pendapatan bruto sebagai dasar perhitungan bagi hasil tanpa memperhitungkan beban penjualan, maka hal ini sebenarnya kurang adil bagi nasabah karena nasabah menanggung beban penjualan secara sepihak. Jika melihat penerapan sistem bagi hasil yang ditetapkan oleh PT.Bank ABC yaitu menggunakan dasar pendapatan bruto (revenue), maka hal ini masih kurang tepat dan harus disesuaikan dengan aturan yang dibuat oleh DSN-MUI dan hal ini dilakukan untuk lebih memperhatikan faktor keadilan bagi nasabah. Dalam memberikan pembiayaan modal kerja dengan akad musyarakah, PT.Bank ABC memberikan kemudahan kepada nasabahnya untuk melunasi pembiayaan yang diberikannya secara bertahap dalam kurun waktu antara satu hingga dua belas bulan. Bentuk pembiayaan yang seperti ini menurut PSAK 106 tahun 2007 dikategorikan sebagai musyarakah mutanaqisha. Walaupun dilunasi secara bertahap oleh nasabah, namun jumlah yang harus dilunasi oleh
10 10 nasabah akan sama dengan nasabah yang melakukan pelunasan di akhir akad, sehingga tidak ada unsur tambahan atau riba didalamnya. Penerapan pembiayaan musyarakah mutanaqisha pada PT.Bank ABC hanya terdiri dari satu akad yaitu musyarakah tanpa kombinasi akad jual beli (bai) seperti yang diungkapkan pada fatwa DSN no 73/DSN-MUI/IX/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisha. Sehingga pada jenis pembiayaan ini tidak terdapat proses pembelian porsi bank oleh nasabah melainkan diakui sebagai pelunasan pokok pembiayaan oleh nasabah secara berkala. Jumlah yang dilunasi secara berkala oleh nasabah pun telah disepakati di awal antara nasabah dengan PT.Bank ABC yang disesuaikan dengan kemampuan nasabah dan tidak disesuaikan dengan nilai bisnis pada saat pelunasan dilakukan. Ayub (2009) dan Usmani (2005) menyatakan bahwa dalam musyarakah mutanaqisha dengan jenis kemitraan kontraktual (misalnya pembiayaan modal kerja), syariat tidak memperbolehkan adanya penetapan nilai tertentu sebagai harga beli porsi bank oleh nasabah. Jika hal tersebut dilakukan sama saja dengan melakukan penjaminan modal rekanan lain. Adakalanya, dalam pembiayaan yang diberikan memiliki masalah tertentu contohnya yaitu pembiayaan yang bermasalah. Ada banyak sebab pembiayaan dikatakan bermasalah contohnya yaitu karena nasabah terlambat dalam melakukan pembayaran atau karena tidak adanya itikad baik dari nasabah untuk melunasinya. Dalam menyikapi nasabah yang bermasalah ini, PT.Bank ABC memiliki berbagai solusi mulai dari memberikan kelonggaran waktu pelunasaan hingga mengeksekusi akad. Kebijakan yang dilakukan PT.Bank ABC ini sesuai dengan status kolektabilitas setiap nasabah. Terkait dengan kelalaian pelunasan pokok dan/atau penyerahan bagi hasil maka PT.Bank ABC akan mengenakan denda kepada nasabah jika nasabah tersebut dengan sengaja melakukan keterlambatan pembayaran padahal memiliki kemampuan untuk membayarnya. Denda yang diterima oleh PT.Bank ABC akan dilaporkan pada Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan. Denda yang dikumpulkan oleh PT.Bank ABC akan digunakan untuk kepentingan sosial/kebajikan. Besar denda yang dikenakan kepada nasabah yaitu: 0,00069 x kewajiban per bulan x hari telat
11 11 Tarmizi (2013) mengatakan bahwa denda yang dikenakan kepada nasabah termasuk kategori riba dayn, hal ini dikarenakan nasabah harus membayar melebihi utangnya yaitu sebesar nominal bagi hasil yang dibayarkan kepada bank atau sebesar nominal pelunasan utangnya. Hal ini sesuai dengan hadist berikut ini: Setiap pinjaman yang memberikan keuntungan kepada pemberi pinjaman adalah riba (HR. Al Harits dalam musnadnya. Hadits ini dishahihkan oleh AL Ghazali) Tarmizi (2013) mengatakan bahwa pengenaan denda termasuk riba walaupun bertujuan untuk kepentingan sosial. Tarmizi (2013) mengatakan bahwa untuk mengatasi nasabah yang bermasalah atau lalai dalam memenuhi kewajibannya, maka pihak bank dapat bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk mengelola pembayaran denda tersebut. Kerjasama ini dilakukan yaitu dengan mewajibkan nasabah membayar denda langsung kepada BAZNAS sehingga PT.Bank ABC tidak mendapatkan keuntungan atas denda tersebut misalnya yaitu keuntungan perolehan nama baik atas penyaluran denda yang diakui sebagai dana sosial kepada masyarakat Selain memiliki kebijakan denda, pihak PT.BANK ABC juga mensyaratkan adanya jaminan pada awal akad. Jaminan pada transaksi musyarakah memang tidak ada dalam syariat Islam, namun pihak DSN-MUI dan IAI membolehkan adanya jaminan, dengan harapan dana yang diberikan oleh pihak bank akan dikelola dengan baik oleh nasabah. Ketika terjadi masalah yaitu status nasabah sudah mencapai kolektabilitas 5 dan PT.Bank ABC menilai bahwa nasabah sudah tidak memiliki itikad baik untuk memenuhi kewajibannya, maka PT.Bank ABC dapat melakukan eksekusi jaminan. Namun ketika nasabah memenuhi semua kewajibannya dengan baik maka jaminan akan dikembalikan setelah pelunasan kewajiban. Nilai wajar jaminan yang diberikan oleh nasabah minimal harus mampu menutupi 125% pembiayaan yang diajukan. Jaminan biasanya berbentuk tanah, bangunan, kendaraan dan piutang yang dimiliki nasabah. Tarmizi (2013) mengungkapkan bahwa jaminan adalah solusi lain untuk mengatasi nasabah yang lalai dalam menjalankan kewajibannya. Ketika nasabah lalai padahal ia memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya maka bank dapat melakukan eksekusi jaminan. Namun, hal ini harus didahului dengan pemberian peringatan tertulis kepada debitur/nasabah minimal dua minggu setelah keterlambatan pelunasan kewajiban (Tarmizi, 2013).
12 12 Menilai perbandingan antara ketentuan syariat terutama Fatwa DSN-MUI No.08/DSN- MUI/IV/2000 dengan penerapan transaksi musyarakah pada pembiayaan modal kerja PT.Bank ABC, masih terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan hal-hal yang diatur dalam fatwa tersebut. Ketidaksesuaian itu antara lain yaitu: Peran PT.Bank ABC dalam pembiayaan ini hanya sebagai mitra pasif, dalam PSAK 106 posisi bank seperti ini diperbolehkan. Namun, dalam fatwa dijelaskan bahwa objek kerja merupakan dasar atas pelaksanaan akad musyarakah, sehingga DSN menekankan adanya kontribusi kerja dalam musyarakah. Penerapan revenue sharing atau pendapatan bruto sebagai dasar untuk mendistribusikan bagi hasil yang seharusnya menggunakan net revenue sharing atau profit sharing. PT.Bank ABC juga belum menerapkan distribusi kerugian sesuai proporsi modal mitra melainkan pembiayaan yang ada akan direstrukturisasi agar nasabah tetap mampu melunasi pokok pembiayaanya atau dengan melakukan eksekusi jaminan ketika nasabah sulit untuk melunasinya. Pengenaan denda yang menurut Tarmizi (2013) telah masuk pada kategori riba, dikarenakan nasabah harus membayar melebihi utangnya yaitu sebesar nominal bagi hasil yang dibayarkan kepada bank atau sebesar nominal pelunasan utangnya, walaupun pembayaran ini dikategorikan sebagai dana sosial. Pengenaan biaya yang terkait dengan akad yang hanya ditanggung oleh nasabah, seharusnya menjadi tanggungan bank dan nasabah. Penerapan musyarakah mutanaqisha yang belum sesuai karena masih terdiri dari satu akad yaitu musyarakah tanpa kombinasi akad jual beli (ba i) seperti yang diatur pada fatwa DSN no 73/DSN-MUI/IX/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisha. Sehingga bentuk pengembalian pembiayaan ini pun tidak menggunakan nilai wajar atau valuasi bisnis saat penyerahan pelunasan melainkan telah disepakati di awal akad. Sehingga penerapan ini belum dapat dikatakan sebagai musyarakah mutanaqisha seperti yang ditetapkan pada fatwa DSN no 73/DSN-MUI/IX/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisha dan literatur lainnya misalnya Ayub (2009) dan Usmani (2005).
13 13 Perlakuan Akuntansi Musyarakah pada Pembiayaan Modal Kerja PT.Bank ABC Ilustrasi di bawah ini ini adalah bagian dari Surat Edaran Operasi tentang Akuntansi Musyarakah No. 12/019/OPS tanggal 1 April SOP ini didapat dari Accounting Division PT.Bank ABC, namun penulis melakukan sedikit perubahan yaitu nama nasabah, tanggal atau periode pembiayaan. Namun pencatatan yang ditunjukkan sama dengan perlakuan oleh PT.Bank ABC Ilustrasi Pencatatan Musyarakah Permanen PT Sinar Abadi bekerja sama dengan PT.Bank ABC untuk membiayai proyek pembangunan toko-toko kecil di Pasar Induk Bumi Asih, dengan nilai proyek satu miliar rupiah. Porsi pembiayaan Bank yaitu Rp ,00. Periode pembiayaan yaitu satu tahun.nisbah bagi hasil bank yaitu 45%. Tabel 1 dibawah ini menyajikan bentuk perlakuan akuntansi pada pembiayaan musyarakah permanen untuk pembiayaan kas. Tabel 1 Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Permanen No Aktivitas Event/Transaksi Pencatatan Keterangan 1. Nasabah mengajukan Event - permohonan pembiayaan 2 Persetujuan atas Event - PT.Bank ABC melakukan permohonan nasabah analisis dari berbagai hal seperti potensi bisnis nasabah dan kelengkapan dokumen/legalitas usaha 3. Penandatangan akad Event - Bank mengecek kelengkapan dokumen nasabah, serta membuat kesepakatan nisbah bagi hasil. 4. Mengeluarkan uang tunai kepada nasabah Transaksi Db. Pembiayaan musyarakah Kr. Kas/Rekening mitra aktif Sumber: Accounting Division PT.Bank ABC Setiap melakukan penarikan pembiayaan, maka nasabah harus menandatangani Surat Tanda Bukti Penerimaan Uangnya menyerahkannya bank. dan kepada
14 14 Tabel 1 Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Permanen (lanjutan) No Aktivitas Event/Transaksi Pencatatan Keterangan 5. Menerima laporan posisi Transaksi Db.Piutang Pendapatan Saat jatuh tempo, nasabah keuangan dan rekapitulasi penjualan bulanan, diketahui bagi hasil musyarakah belum hasil membayarkan bagi pendapatan sebesar Kr. Pendapatan bagi Rp hasil musyarakah (45% x 60 juta) 6. Menerima pembayaran bagi hasil Transaksi Db.Kas/rekening nasabah Kr.Piutang pendapatan bagi hasil musyarakah Menerima pengembalian Transaksi Db.Rekening modal musyarakah nasabah/kas permanen Kr.Pembiayaan Musyarakah Sumber: Accounting Division PT.Bank ABC Pelunasan dilakukan di akhir akad yang secara langsung meniadakan porsi Bank ABC dalam usaha yang dijalankan. Ilustrasi Pencatatan Musyarakah Permanen PT.Bank ABC cabang Jakarta membiayai BMT Nurul Jannah untuk tambahan modal kerja. Pembiayaan ini menggunakan skema musyarakah dengan pola pembayaran angsuran pokok setiap bulan (musyarakah menurun). Informasi pinjaman adalah sebagai berikut: q Besarnya pembiayaan : Rp q Jangka waktu : 12 bulan q Pencairan : 01 Juli 2011 q Periode angsuran : Agustus 2011 s/d Juli 2012 q Angsuran pelunasan : Bulan 1 s/d 11 sebesar Rp Bulan ke-12 sebesar Rp q Nisbah bagi hasil diperhitungkan berdasarkan bagi hasil atau pendapatan yang diterima BMT, dengan nisbah PT.Bank ABC adalah 10%. q Pelaksanaan pembayaran bagi hasil dilakukan nasabah setiap tanggal 1
15 15 Tabel 2. Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisha Tgl Aktivitas Event/Transaksi Pencatatan Keterangan 1 Juli 2011 Mengeluarkan uang tunai kepada nasabah Transaksi Db. Pembiayaan musyarakah Agts 2011 Mencatat angsuran pokok pertama nasabah Transaksi Kr. Rekening mitra aktif Db Kas/Rekening nasabah Agt Sep 2011 Menerima pelaporan dan pembayaran bagi hasil musyarakah Mencatat angsuran pokok kedua nasabah Transaksi Transaksi Kr.Pembiayaan musyarakah Db Kas/Rekening nasabah Kr Pendapatan bagi hasil musyarakah Db Kas/Rekening nasabah Pendapatan bagi hasil musyarakah Sep Septemb er 2011 Menerima laporan perhitungan bagi hasil namun nasabah belum membayarkan bagi hasil Menerima pembayaran bagi hasil Transaksi Transaksi Kr.Pembiayaan musyarakah Db. Piutang Pendapatan bagi hasil musyarakah Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah Db. Kas/rekening nasabah Nasabah belum membayarkan bagi hasil. Pendapatan bagi hasil musyarakah Oktober Juni 2012 Mencatat angsuran pokok dari nasabah Transaksi Kr. Piutang pendapatan bagi hasil musyarakah Db Kas/Rekening nasabah Kr.Pembiayaan musyarakah Sumber: Accounting Division PT.Bank ABC
16 16 Tabel 2. Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisha Tgl Aktivitas Event/Transaksi Pencatatan Keterangan 1 Oktober Juli Juli 2012 Menerima pembayaran bagi hasil Mencatat angsuran pokok dari nasabah Transaksi Transaksi Db. Kas/rekening nasabah xxx Kr. Pendapatan bagi hasil musyarakah xxx Db Kas/Rekening nasabah Angka nominal sebesar porsi bank Akad telah selesai Kr.Pembiayaan musyarakah Sumber: Accounting Division PT.Bank ABC Selain melakukan pencatatan seperti pada ilustrasi di atas, PT.Bank ABC juga melakukan pencatatan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aset Produktif) setiap akhir bulan dan pendapatan denda ketika nasabah lalai dalam memenuhi kewajibannya. Pembentukan PPAP untuk piutang musyarakah mengikuti Peraturan Bank Indonesia nomor 5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif bagi Bank Syariah dan SE Operasi BSM yang terpisah dengan SOP Akuntansi Musyarakah. Jurnal Pencatatan PPAP Db. Beban PPAP xxxxxx Kr. Cadangan PPAP xxxxxx PT.Bank ABC juga melakukan pencatatan denda ketika nasabah terlambat dalam melakukan kewajibannya misalnya angsuran pokok atau bagi hasil. Db. Rekening Nasabah xxxx Kr. Dana sosial dari pinalti xxxxx Dalam laporan posisi keuangan, PT.Bank ABC menyajikan investasi musyarakah yang dilakukannya dengan akun pembiayaan musyarakah sebesar saldo pembiayaan yang diberikan dikurangi dengan penyisihan kerugian. PT.Bank ABC juga menyajikan pendapatan bagi hasil
17 17 musyarakah yang didapatnya dengan akun pendapatan bagi hasil musyarakah dalam laporan laba rugi sesuai dengan nilai yang diterima dan disesuaikan dengan nisbah yang disepakati dengan nasabah. PT.Bank ABC melakukan pelaporan kinerja kepada Bank Indonesia. yang diserahkan secara periodik setiap bulan dengan mengikuti standar pelaporan yang ditetapkan BI. Pelaporan yang terkait dengan pembiayaan salah satunya bernama Sistem Informasi Debitur. Dalam Laporan Tahunan, PT.Bank ABC mengungkapkan besarnya jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikannya baik kepada pihak istimewa maupun kepada pihak ketiga. PT.Bank ABC juga mengungkapkan jumlah penyisihan kerugian dan jumlah pembiayaan yang dihapusbukukan. Selain itu, pada laporan keuangan PT.Bank ABC mengungkapkan pihak yang menerima pembiayaan musyarakah dengan mengklasifikasikannya menurut sektor ekonomi. Isi kesepakatan dengan nasabah dicantumkan pada laporan keuangan secara menyeluruh (total pembiayaan musyarakah) misalnya pendapatan bagi hasil musyarakah, jumlah pembiayaan musyarakah yang dilakukan serta aktivitas usaha menurut klasifikasi sektor ekonomi. Jika ditinjau dari kesesuaian terhadap PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah, praktik perlakuan akuntansi atas transaksi pada pembiayaan modal kerja musyarakah yang diterapkan di PT.Bank ABC sudah baik namun masih terdapat ketidaksesuaian dengan ketentuan yang terdapat pada PSAK 106 yaitu: Menggunakan revenue sharing dalam mendistribusikan bagi hasil. Hal ini tidak sesuai dengan Fatwa DSN nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Lembaga Keuangan Syariah yang menyatakan bahwa distribusi bagi hasil dapat menggunakan net revenue sharing atau profit sharing. Belum menerapkan distribusi kerugian sesuai proporsi modal mitra. Mengenakan seluruh biaya akad misalnya biaya jasa notaris kepada nasabah. Dalam hal ini, seharusnya Bank ABC ikut menanggung biaya ini karena peran Bank ABC pada dasarnya sebagai salah satu mitra. KESIMPULAN 1. Prosedur atau mekanisme transaksi musyarakah pembiayaan modal kerja pada PT.Bank ABC didahului oleh pengajuan pembiayaan oleh nasabah, lalu analisis pengajuan tersebut dari berbagai sudut pandang oleh bank. Kemudian, akad akan dilaksanakan, penyerahan modal dari bank kepada nasabah dan proyek usaha dijalankan. Ketika usaha memberikan
18 18 keuntungan, maka keuntungan akan dibagikan sesuai nisbah. Sedangkan, ketika mengalami maka PT.Bank ABC akan melakukan restrukturisasi pembiayaan atau eksekusi jaminan. Proses terakhir dari pembiayaan ini adalah PT.Bank ABC menerima pelunasan pembiayaan dari nasabah, baik diterima pada akhir akad maupun secara berkala 2. Pencatatan, pelaporan dan pengungkapan akuntansi yang dilakukan atas transaksi musyarakah pembiayaan modal kerja pada PT.Bank ABC mengacu pada PSAK 106 tahun 2007 yang diterbitkan IAI disertai PAPSI 2003 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 3. Jika ditinjau dari kesesuaian terhadap Fatwa DSN-MUI No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang akad Pembiayaan Musyarakah, penerapan pembiayaan modal kerja musyarakah PT.Bank ABC masih memiliki beberapa ketidaksesuaian dengan hal-hal yang diatur dalam fatwa tersebut, yaitu pada peran pasif bank, sistem bagi hasil revenue sharing, distribusi kerugian, pengenaan denda dan, biaya akad, serta musyarakah mutanaqisha. 4. Praktik perlakuan akuntansi atas transaksi pada pembiayaan musyarakah yang diterapkan di PT.Bank ABC sudah baik, namun masih terdapat ketidaksesuaian dengan ketentuan yang terdapat pada PSAK 106. SARAN Bagi pembaca (masyarakat secara umum): 1. Menggali informasi lebih dalam mengenai akad musyarakah dan memahami sebelum melakukan transaksi dengan bank syariah. 2. Mempertimbangkannya sebagai pilihan dalam memanfaatkan instrumen keuangan syariah, Bagi masyarakat ilmiah: 1. Melanjutkan dan mengembangkan penelitian terkait penerapan akad musyarakah 2. Melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap produk musyarakah mutanaqisha dan jenis musyarakah lainnya seperti produk sukuk musyarakah.
19 19 Bagi PT.Bank ABC: 1. Menerapkan transaksi musyarakah sesuai Fatwa DSN-MUI No. 08/DSN-MUI/IV/ Menggunakan net revenue sharing atau profit sharing sebagai dasar perhitungan bagi hasil dan juga melakukan distribusi kerugian sesuai proporsi modal bank dan nasabah. 3. Tidak memungut denda dari nasabah yang lalai melainkan menjalin kerjasama dengan BAZNAS atau lembaga ZIS (Zakat, Infaq, Sedekah) lainnya 4. Menerapkan produk musyarakah mutanaqisha seperti yang diatur pada fatwa DSN no 73/DSN-MUI/IX/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisha dan ketentuan syariah yang berlaku. 5. Ketika akad ingin dilaksanakan, PT.Bank ABC harus menjelaskan secara mendetail Standar Operasional Prosedur dari transaksi musyarakah ini kepada nasabah. Bagi IAI, DSN serta DPS 1. Melakukan sosialisasi atas akad musyarakah dan mendorong perbankan syariah di Indonesia untuk memperkaya produk-produk perbankan yang telah dimiliki melalui penerapan akad musyarakah 2. Mencermati aturan-aturan dan praktik yang menyimpang dalam perbankan syariah serta menindak dengan tegas bank syariah yang tidak memenuhi aturan kesesuaian syariah tersebut. 3. Membuat standar akuntansi khusus untuk metode pelunasan menurun (musyarakah mutanaqisha). 4. Membuat peraturan bahwa komponen denda harus dihilangkan dari laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, karena sudah termasuk kategori riba. 5. Menjelaskan kembali kepada lembaga keuangan syariah bahwa mitra pasif harus tetap memberikan kontribusi kerja, walaupun dengan porsi yang lebih kecil dibandingkan mitra aktif. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menyesuaikan dengan ketentuan syariah bahwa kerja adalah dasar terlaksananya musyarakah.
20 20 DAFTAR PUSTAKA AAOIFI. (2010). Accounting, Auditing and Governance Standard for Islamic Financial Institutions. Bahrain: AAOIFI. Aminullah, A. (2013, Juni 21). Perlakuan Akuntansi Musyarakah Modal Kerja. (Y. Rahmania, Pewawancara) Ayub, M. (2009). Understanding Islamic Finance (A-Z Keuangan Syariah). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Badan Pusat Statistik. (2013, April 10). Diakses dari Bank Indonesia. (2013). bi.go.id. Diakses 25 Maret, 2013, dari Bank Indonesia. (2003). Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia PAPSI Jakarta: Bank Indonesia. DSN-MUI. (2000). Fatwa DSN NO: 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha pada LKS. DSN-MUI. (2008). Fatwa DSN-MUI NO: 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Musyarakah Mutanaqisah. DSN-MUI. (2000). Fatwa No 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah. Hidaya, K. (2013, May 10). Pandangan DSN tentang Penerapan Musyarakah di BUS. (Y. Rahmania, Pewawancara) IAI. (2007). PSAK 106 Tentang Akuntansi Musyarakah. Jakarta: IAI. Muhammad, B. (2013, Juli 16). Pengakuan Kerugian. (Y. Rahmania, Pewawancara) Musthofa, B. (2013, May 1). Prosedur pembiayaan modal kerja Musyarakah PT.Bank ABC. (Y. Rahmania, Pewawancara) Nurhayati, S., & Wasilah. (2011). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Quran, & Hadis. Rosly, S. A. (2005). Critical Issue On Islamic Banking and Financial Markets. Indiana: Author House. Tarmizi, E. (2013, May 26 and June 9). Pengenaan Denda pada PT.Bank ABC. (Y. Rahmania, Pewawancara) Usmani, M. T. (2005). Islamic Finance. Wahyudi, I. (2013, May 23 dan June 11). Pandangan Penerapan Pembiayaan Musyarakah PT.Bank ABC. (Y. Rahmania, Pewawancara)
BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha
50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.
Lebih terperinciRizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak
ANALISIS PENERAPAN PRINSIP DAN STANDAR AKUNTANSI SYARIAH YANG BERLAKU DI INDONESIA MENGENAI PENJADUALAN ULANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH (STUDI KASUS PADA PT BANK XYZ) Rizky Andrianto Evony Silvino Violita
Lebih terperinciAKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.
Materi: 6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193
Lebih terperinciIV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH A. Definisi 01. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 10: Akuntansi Akad Musyarakah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 Kemitraan Umum (Syirkah) Kepemilikan Bersama (Syirkah Al Milk) Kontrak (Uqud) Pilihan (Ikhtia ri) Keharusan
Lebih terperinciPERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.
PERBANKAN SYARIAH Modul ke: MUDHARABAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Investasi mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan oleh bank syariah kepada pihak lain untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Perlakuan Akuntansi 1. Pengertian Perlakuan Akuntansi Menurut Djoko Muljono (2015:49), Perlakuan Akuntansi adalah yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
Lebih terperinciPerbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen
Perbankan Syariah Modul ke: Transaksi Musyarakah Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perbankan Syariah di Indonesia PENGERTIAN MUSYARAKAH
Lebih terperinciAKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106)
Disampaikan oleh Wiroso AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106) This training material is solely for the use of training participants. No part of it may be circulated, quoted, or reproduced
Lebih terperinciPEMBIAYAAN MUSYARAKAH
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PENGERTIAN Agus Fajri Zam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan
Lebih terperinciBAGIAN III AKAD JUAL BELI
- 19 - BAGIAN III AKAD JUAL BELI III.1. MURABAHAH A. Definisi 1. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar beban perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengajuan Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Dalam mengajukan pembiayaan dalam bank syariah, dalam hal ini pembiayaan musyarakah ada beberapa
Lebih terperinciPERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB
PERBANKAN SYARIAH Modul ke: 12 Fakultas FEB AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO Program Studi Akuntansi SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat PEMBAHASAN MATERI Definisi, Pengertian,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ada berbagai jurnal yang telah meneliti tentang PSAK 105 dan kesesuaiannya dengan system yang ada di lembaga keuangan syariah diantaranya : Turrosifa
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya
36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis melakukan evaluasi terhadap bagi hasil pembiayaan mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya evaluasi ini untuk
Lebih terperinciMateri: 11 AKUNTANSI MUSYARAKAH (Partnership)
Materi: 11 AKUNTANSI MUSYARAKAH (Partnership) Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menerapkan murabahah pesanan yang bersifat mengikat. PT. Bank Muamalat Indonesia,
Lebih terperinciBAGIAN IV AKAD BAGI HASIL
BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL IV.1. PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Definisi 01. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
Lebih terperinciSoal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah
Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah 1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari revenue sharing,gross profit sharing dan profit sharing dalam mudharabah! Buatlah contoh perhitungannya!
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weygandt dkk. (2007:4) adalah sebagai berikut : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan
Lebih terperinciANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA
ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA Jati Satria Pratama Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Email : Order.circlehope@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN 4.1 Pengakunan Pembiayaan Musyarakah Wal Ijarah Muntahiya Bittamlik di Bank Muamalat Indonesia Cabang
Lebih terperinciKERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008
KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 1 FUNGSI BANK SYARIAH Manajer Investasi Mudharabah Agen investasi Investor Penyedia jasa keuangan
Lebih terperinciPERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.
PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk. NAMA : RINA ARIANI NPM : 21208507 JURUSAN : AKUNTANSI DOSEN PEMBIMBING : DR. MASODAH, SE., MMSI PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Metode Bagi Hasil Mudharabah dalam PT. Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan IAI No. 59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah bahwa metode bagi hasil mudharabah
Lebih terperinciAKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.
Materi: 5-6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193
Lebih terperinciPengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah
Pengertian Iman Pirman Hidayat Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada Bab II, maka bab ini peneliti akan membahas mengenai Perlakuan Akuntansi Pendapatan atas Pembiayaan Murabahah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi dan Bank Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran
Lebih terperinciANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-2159 ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB 1 Renka Suka Alamsyah,
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciPrinsip Sistem Keuangan Syariah
TRANSAKSI SYARIAH 1 Prinsip Sistem Keuangan Syariah 1. Pelarangan Riba 2. Pembagian Risiko 3. Tidak menganggap Uang sebagai modal potensial 4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif 5. Kesucian Kontrak
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 9: Akuntansi Akad Mudharabah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Secara harfiah mudharabah berasal dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Sunnah Nabi. Konsekuensinya, apapun nilai yang dibutuhkan dalam analisis dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah 1. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil Bagi seorang muslim, sumber nilai dan sumber hukum adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi. Konsekuensinya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan salah satu bagian dari konsep sistem ekonomi Islam yang lebih luas. Dalam menjalankan kegiatan bisnis dan usahanya, Lembaga
Lebih terperinciPERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.
PERBANKAN SYARIAH Modul ke: IJARAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id 12.1 DEFINISI DAN PENGGUNAAN Ijarah dan ijarah Muntahiyah Bit tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah 1. Prinsip Akutansi Bank Islam Laporan akuntansi Bank Islam menurut Pardede dan Gayo (2005) terdiri dari : Laporan posisi keuangan / neraca Laporan laba-rugi Laporan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciIV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER
IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER A. Definisi 01. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lain dimana Bank mempunyai hak untuk mengelola
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Kehadiran bank syariah ditengah tengah perbankan adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum sistem ekonomi yang melakukan kegiatan perekonomian akan berakhir dengan transaksi. BNI Syariah sebagai bank yang menjalankan kegiatan perbankannya berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Ben Barokah Rowosari berdiri pada tahun 2003, saat itu berkantor
Lebih terperinciMenurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah
Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur dalam pembiyaan murabahah, yaitu : 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah 2) Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yag
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan (bank, asuransi, pasar modal, reksa
Lebih terperinciCreated by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Praktek Pembiayaan Murabahah Praktek pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia berpanduan pada DSN-MUI dan PSAK. 1. Akuntansi Syariah Murabahah (PSAK 102)
Lebih terperinciLAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS STANDAR BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara
Lebih terperinciLAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO
LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO -2- PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG MENJALANKAN KEGIATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan. yang harus dipenuhi. Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi. Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung kemaslahatan bagi umat disebut sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin memburuknya keadaan perekonomian di Indonesia yang di tandai dengan penurunan nilai tukar rupiah, maka masyarakat mulai banyak mencari penghasilan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembiayaan Mudharabah berdasarkan PSAK No. 105 dan PAPSI 2003. 1. Kebijakan umum pembiayaan mudharabah PT Bank Syariah Mandiri menetapkan sektor-sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu menjadi penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Salah satu upaya dari
Lebih terperinciRuang Lingkup PSAK SYARIAH
M. Gunawan Yasni 1 Ruang Lingkup PSAK SYARIAH Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 102: Akuntansi Murabahah PSAK 103: Akuntansi
Lebih terperinciPSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUSYARAKAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. Juni 00 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUSYARAKAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Musyarakah PSAK PSAK No. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
Lebih terperinciPERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 106 AKUNTANSI MUSYARAKAH
Akuntansi Musyarakah ED PSAK (Revisi 00) 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI MUSYARAKAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo
BAB V PEMBAHASAN A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo Musyarakah mutanaqisah (decreasing participation) adalah nasabah dan bank berkongsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam zaman modern sekarang ini, tentu sebagian besar orang sudah mengenal tentang bank dan menggunakan jasanya, baik itu sebagai tempat menabung atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil Koperasi syariah yang lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) dan UJKS (Unit Jasa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : 1. Nasabah Melakukan Pengajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang seiring dengan berkembangnya pertumbuhan penduduk yang berpenduduk mayoritas beragama islam. Perbankan syariah menjadi
Lebih terperinciBAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1
BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan
Lebih terperinciANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) NAMA : SILPIA NAVITA SARI NPM : 21208165 JURUSAN : AKUNTANSI DOSEN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Revenue Sharing 1. Pengertian Revenue Sharing Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue sharing berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti:
Lebih terperinciI. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :
Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, 20120730138 I. Flow-chart Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : 1. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk mendapatkan tambahan modal.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Perusahaan merupakan entitas yang harus memberikan manfaat kepada stakeholders tidak hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri. Secara
Lebih terperinciAkuntansi Musyarakah ED PSAK 106 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED
Akuntansi Musyarakah ED PSAK 6 (Revisi 06) Hak Cipta 06 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 6.1 ED 56789 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 6 AKUNTANSI MUSYARAKAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini kehidupan perekonomian dunia tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan jasa perbankan
Lebih terperinciAKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.
AKUNTANSI BANK SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA Akuntansi Wadiah Dana wadiah diakui: sebesar jumlah dana yang dititipkan pada saat terjadinya; Penerimaan yang diperoleh
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.
ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK. Nama : Nurdiani Sabila NPM : 25210157 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Dr. Ambo Sakka Hadmar,SE.,MSi LATAR BELAKANG PENELITIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011)
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI MUSYARAKAH TERHADAP PSAK 106 PADA BANK SYARIAH X
ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI MUSYARAKAH TERHADAP PSAK 106 PADA BANK SYARIAH X Muhammad Yusuf Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, BINUS University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah
Lebih terperinciPengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad
Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad Mudharabah Mudharabah berasal dari adhdharby fil ardhy yang
Lebih terperinciSYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH
Paper di bawah ini sama sekali tidak menghubungkan isi materi kuliah Hukum Ekonomi yang telah diberikan dosen ke dalam pembahasan hukum perbankan syariah. Yang dibahas dalam paper ini adalah sistem pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diantara berbagai kebijaksanaan ekonomi yang dilaksanakan pemerintah, bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian pemerintah karena bank merupakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 107 1. PSAK Tentang Akuntansi Pembiayaan Ijarah Berdasarkan perkembangan per 1 September 2007, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian Bank Syariah Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan perubahan dari Undang-Undang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN
52 BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN TERSEBUT DENGAN FATWA DSN-MUI NO. 15/ DSN-MUI/ IX/ 2000 TENTANG PRINSIP DISTRIBUSI HASIL
Lebih terperinciBAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI
BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI XI.1. PENGERTIAN 01. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode yang menunjukkan komponen laba rugi.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra
47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra Sejahtera Subah-Batang Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan ijarah pada Bank DKI Syariah.
Lebih terperinciAKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh
AKUNTANSI BANK SYARIAH Imam Subaweh Akuntansi Perbankan Syariah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLK Bank Syariah) landasan konseptual jika tidak diatur, berlaku
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank
Lebih terperinciAKUNTANSI BANK SYARIAH
AKUNTANSI BANK SYARIAH Akuntansi Perbankan Syariah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLK Bank Syariah) landasan konseptual jika tidak diatur, berlaku KDPPLK umum,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada BAB II, maka dalam hal ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan
Lebih terperinciPertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah
Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah Terdapat tiga jenis pembiayaan di bank syariah yaitu: a. pembiayaan berbasis bagi hasil. b. pembiayaan berbasis jual beli. c. pembiayaan berbasis sewa beli. Pembiayaan
Lebih terperinciAfifudin, SE., M.SA., Ak. atau (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193 Malang Telp. 0341-571996 Fax.
Lebih terperinciPembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1
EKBISI, Vol. VII, No. 2, Juni 2013, hal. 150 163. ISSN:1907-9109 Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1 Aninda Adhaninggar, Fakultas Ekonomi UII Syamsul Hadi, Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia merupakan pangsa pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri keuangan Syariah. Investasi Syariah di pasar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Musyarakah adalah suatu perjanjian usaha antara dua pihak atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan
Lebih terperinciBAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan
BAB 1V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Evaluasi ini dilaksanakan untuk menganalisis apakah seluruh rangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun
Lebih terperinciPSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. Juni 00 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Mudharabah PSAK No. PSAK No. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
Lebih terperinciPRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL
PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro
Lebih terperinci