Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak
|
|
- Inge Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENERAPAN PRINSIP DAN STANDAR AKUNTANSI SYARIAH YANG BERLAKU DI INDONESIA MENGENAI PENJADUALAN ULANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH (STUDI KASUS PADA PT BANK XYZ) Rizky Andrianto Evony Silvino Violita Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan menjelaskan penerapan penjadualan ulang piutang murabahah bermasalah pada PT Bank XYZ, serta menganalisis kesesuaian penerapannya tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, yaitu berdasarkan Fatwa DSN-MUI dan PSAK 102. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif dengan desain deskriptif dan studi kasus di salah satu bank syariah di Indonesia, yaitu PT Bank XYZ. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan penjadualan ulang piutang murabahah bermasalah yang ada pada PT Bank XYZ masih terdapat ketidaksesuaian dengan Fatwa DSN-MUI namun penerapan perlakuan akuntansinya sudah baik walaupun masih ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan PSAK 102. Kata kunci : Penjadualan ulang, Murabahah, Fatwa DSN-MUI, PSAK 102 THE ANALYSIS OF APPLICATION OF SHARIA ACCOUNTING PRINCIPLE AND STANDARD USED IN INDONESIA ABOUT RESCHEDULING DEFAULT MURABAHAH FINANCING (STUDY CASE IN PT BANK XYZ) Abstract This study aims to explain implementation of rescheduling default murabahah financing at PT Bank XYZ. This study also analyzes its compliance with regulation applicable in Indonesia, i.e., Decree of DSN-MUI and Financial Accounting Standard 102. This study is a qualitative study with a descriptive approach and case study in one sharia bank in Indonesia. Results of this study indicate that there are some discrepancies occur between implementation of rescheduling default murabahah financing with the Decree of DSN- MUI. However, the accounting standard has been implemented well. Keywords: Rescheduling, Murabaha, Decree of DSN-MUI, PSAK 102 1
2 Pendahuluan Perbankan di Indonesia berdasarkan sistem hukumnya dikategorikan menjadi bank syariah dan bank konvensional (bank umum). Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Bank syariah dan bank konvensional memiliki fungsi pokok yang sama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Akan tetapi, bank syariah dan bank konvensional memiliki perbedaan dalam sistem penyaluran dana. Bank konvensional menggunakan sistem bunga yaitu dengan menambahkan beban bunga yang harus dibayar kepada peminjam (debitur). Sedangkan, sistem bank syariah tidak mengenal adanya sistem bunga. Sistem bank syariah menggunakan mekanisme yang menghindari aktivitas bisnis yang terkait dengan barang dan jasa yang diharamkan oleh Allah SWT yaitu berupa riba, penipuan, perjudian, gharar, monopoli, suap, taaluq, dan bai al-inah. UU RI No. 21 Tahun 2008 menjelaskan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakataan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah, terdapat beberapa jenis pembiayaan, salah satunya adalah murabahah. Murabahah adalah akad jual beli barang yang menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Nurhayati dan Wasilah, 2013). Skema murabahah merupakan skema transaksi yang relatif lebih mudah dimengerti dan diaplikasikan dalam skema pembiayaan syariah. Hal ini bisa kita lihat dari data Bank Indonesia pada tahun 2012, yang menyatakan bahwa penyaluran dana masih didominasi oleh piutang murabahah sebesar Rp 80,95 Triliun atau 59,71% dari total seluruh pembiayaan. Selain itu pembiayaan murabahah juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data dari bank Indonesia pada tahun 2012, pembiayaan murabahah meningkat sebesar 55,5% dari tahun sebelumnya, yang semula sebesar Rp 52,06 Triliun pada tahun 2011, meningkat menjadi Rp 80,95 Triliun pada tahun
3 Namun, peningkatan pembiayaan murabahah juga dapat memiliki risiko bagi bank yaitu risiko terjadinya gagal bayar atau non performing financing (NPF) dari nasabah. Untuk mengatasi hal tersebut, Bank Indonesia selaku pembuat kebijakan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia nomor: 13/9/PBI/2011 mengenai restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah. Didalam peraturan tersebut menjelaskan bahwa ada 3 cara yang bisa digunakan bank untuk mengatasi nasabah yang mengalami gagal bayar. 3 cara tersebut yaitu dengan melakukan penjadualan kembali, persyaratan kembali, dan penataan kembali. Berdasarkan pembahasan tersebut, perlu dilakukannya penelitian di salah satu bank syariah yang ada di Indonesia, bank syariah tersebut adalah PT Bank XYZ. PT Bank XYZ dipilih karena bank ini memiliki reputasi yang baik di perbankan syariah di Indonesia. Selain itu, PT Bank XYZ telah menjadi salah satu bank syariah terbesar di Indonesia dan juga termasuk bank dengan pembiayaan murabahah yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukannya analisa pada pembiayaan murabahah PT Bank XYZ khususnya mengenai pembiayaan murabahah bermasalah. Tujuannya dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis prosedur penanganan pembiayaan murabahah bermasalah pada PT Bank XYZ. 2. Untuk menganalisis perlakuan akuntansi terkait dengan pembiayaan murabahah bermasalah pada PT Bank XYZ. 3. Untuk menganalisis kesesuaian prosedur operasional penanganan pembiayaan murabahah bermasalah terhadap fatwa pembiayaan murabahah bermasalah pada PT Bank XYZ. 4. Untuk menganalisis kesesuaian antara pelaksanaan akuntansi penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah pada PT Bank XYZ dengan standar akuntansi yang berlaku. Tinjauan Teoritis Penanganan pembiayaan bermasalah adalah sebuah langkah yang di ambil oleh bank atau lembaga keuangan guna menyelamatkan pembiayaannya tersebut. Dalam melakukan penanganan pembiayaan bermasalah ini, para ulil amri telah membuat peraturan yang dapat menjadi acuan 3
4 bagi bank untuk melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah. Peraturan tersebut berupa fatwa serta standar akuntansi yang berlaku. Fatwa DSN-MUI 1. Fatwa Dewan Syari ah Nasional No. 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran Fatwa ini mengatakan bahwa pihak bank tidak boleh memberikan sanksi terhadap nasabah yang tidak/belum mampu membayar yang disebabkan oleh force majeur. Tetapi pihak bank boleh memberikan sanksi kepada nasabah yang sebenarnya dia memiliki kempuan untuk membayar tetapi dia dengan sengaja untuk menunda-nunda pembayarannya. 2. Fatwa Dewan Syari ah Nasional No. 46/DSN-MUI/II/2005 Tentang Potongan Tagihan Murabahah Fatwa ini mengatakan bahwa pihak bank boleh memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada nasabah dalam transaksi (akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran. Besar potongan yang diberikan diserahkan kepada kebijakan bank dan tidak boleh diperjanjikan dalam akad. 3. Fatwa Dewan Syari ah Nasional No. 47/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar Fatwa ini mengatakan bahwa pihak bank boleh melakukan penyelesaian (settlement) murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaannya sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: a) Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui pihak bank dengan harga pasar yang disepakati; b) Nasabah melunasi sisa utangnya kepada pihak bank dari hasil penjualan; c) Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang maka pihak bank mengembalikan sisanya kepada nasabah; d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap menjadi utang nasabah; e) Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka pihak bank dapat membebaskannya; 4
5 4. Fatwa Dewan Syari ah Nasional No. 48/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah Fatwa ini mengatakan bahwa bank boleh melakukan penjadualan kembali (rescheduling) tagihan murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: a) Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa; b) Pembebanan biaya dalam proses penjadualan kembali adalah biaya riil; c) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 5. Fatwa Dewan Syari ah Nasional No. 49/DSN-MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad Murabahah Fatwa ini mengatakan bahwa pihak bank boleh melakukan konversi dengan membuat akad (membuat akad baru) bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, tetapi ia masih prospektif untuk melunasinya, dengan ketentuan: a) Obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada pihak bank dengan harga pasar; b) Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada pihak bank dari hasil penjualan; c) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah; d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara pihak bank dan nasabah. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 102 Tahun 2008 Pengakuan dan Pengukuran Pertama akuntansi untuk penjual, aset murabahah pada saat perolehan diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan dibagi menjadi dua. Jika murabahah pesanan mengikat, aset murabahah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan kepada nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset. Jika murabahah tanpa pesanan atau pesanan tidak mengikat, aset murabahah dinilai berdasarkan mana yang lebih rendah, biaya perolehan atau nilai bersih 5
6 yang dapat direalisasi dan jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika penjual mendapat diskon pembelian aset murabahah, diskon tersebut diakui sesuai kapan diskon didapatkan dan kesepakatan antara pembeli dan penjual. Jika diskon terjadi sebelum akad murabahah, diskon diakui sebagai pengurang biaya perolehan. Jika diskon terjadi setelah akad dan sesuai akad yang disepakati diskon menjadi hak pembeli, diskon diakui sebagai kewajiban kepada pembeli. Jika sesuai kesepakatan menjadi milik penjual, diskon diakui sebagai tambahan keuntungan murabahah. Namun jika tidak diperjanjikan dalam akad, diskon murabahah diakui sebagai pendapatan operasi lain atau dengan kata lain diskon tersebut menjadi milik penjual. Piutang murabahah pada saat akad murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Untuk keuntungan murabahah, pengakuannya dibagi menjadi dua kondisi. Pertama, jika transaksi dilakukan secara tunai atau secara tangguh dimana masa angsuran tidak melebihi satu periode laporan keuangan, keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya akad. Kedua, jika transaksi dilakukan secara tangguh lebih dari satu tahun, keuntungan diakui selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut. Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk kondisi kedua ini dan dipilih sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi murabahahnya. a) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini dipakai saat risiko penagihan kas dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil. b) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini diterapkan saat risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban pengelolaan dan penagihan piutang relatif lebih besar juga. Metode ini dilakukan dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya perolehan saat murabahah. 6
7 c) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini diterapkan saat risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan dan penagihan piutang cukup besar. Dalam praktiknya, metode ini jarang dipakai karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya. Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu metode berikut yaitu diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah; atau diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada pembeli. Potongan angsuran diakui melalui dua cara yaitu jika pemberian potongan tersebut disebabkan oleh pembeli yang membayar tepat waktu, maka potongan diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah. Namun jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran, maka potongan diakui sebagai beban. Denda akan dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya. Denda tersebut harus diakui sebagai dana kebajikan. Pengakuan dan pengukuran uang muka dibagi menjadi tiga tahap. Saat diterima, uang muka diakui sebagai uang muka. Pada saat barang jadi dibeli, uang muka diakui sebagai pembayaran piutang. Jika barang batal dibeli, uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan penjual. Penyajian Penyajian piutang murabahah adalah sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah. Pengungkapan Pengungkapan transaksi murabahah oleh penjual harus termasuk hal-hal berikut, namun tidak terbatas pada, harga perolehan aset murabahah, janji pemesanan dalam murabahah 7
8 berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan, dan pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK no. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Pendapatan dan Biaya terkait Transaksi Pembiayaan Murabahah Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), pada 9 Januari 2013, juga telah mengeluarkan Buletin Teknis (BulTek) terbaru mengenai salah satu aspek yang terkait langsung dalam transaksi pembiayaan murabahah, yakni Buletin Teknis 5 Pendapatan dan Biaya terkait Murabahah. Buletin teknis ini dikeluarkan dengan tujuan menyeragamkan pencatatan akuntansi terkait pendapatan dan biaya yang timbul terkait transaksi pembiayaan murabahah di lembaga keuangan syariah. Di dalam buletin teknis tersebut, ketika timbul pendapatan bank di luar margin keuntungan yang timbul dari munculnya akad pembiayaan murabahah, sepeti biaya administrasi dan biaya lain yang terkait langsung dengan pembiayaan murabahah yang harus dibayar nasabah, dan beban-beban yang mungkin timbul yang ditanggung oleh bank, seperti biaya komisi, biaya survei, dan biaya lainnya, lembaga keuangan syariah harus mengakuinya selaras dengan pengakuan keuntungan murabahah yang mereka gunakan sesuai dengan yang terdapat dalam PSAK 102. Jadi, jika lembaga keuangan syariah menerapkan pengakuan keuntungan murabahah dimana ia mengakui keuntungan murabahahnya sekaligus pada saat penyerahan barang seperti pada kondisi PSAK 102 paragraf 23(b)(i), pendapatan di luar margin dan biaya yang timbul terkait pembiayaan murabahah tersebut juga diakui sekaligus pada saat yang sama. Jika lembaga keuangan syariah mengakui keuntungan murabahahnya secara proporsional, pengakuan pendapatan di luar margin dan biaya-biaya lain yang timbul terkait pembiayaan murabahah tersebut juga diakui secara proporsional selama masa angsuran pembayaran pokok dan margin pembiayaan tersebut oleh nasabah. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus (case study) yang akan dilaksanakan pada kantor pusat PT Bank XYZ. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis data kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang berfokus pada piutang murabahah bermasalah. 8
9 Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Yang mana dalam pengumpulan datanya menggunakan beberapa cara, yaitu: 1. Wawancara Wawancara digunakan untuk mengetahui bagaimana kejadian yang sebenarnya terjadi dilapangan. Wawancara itu sendiri dilakukan terhadap manager dan staff accounting PT Bank XYZ, yang mana dilakukan dalam lima kali pertemuan yaitu pada bulan Mei, Juli, Oktober dan November 2. Dokumentasi Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan mengambil data internal perusahaan melalui akses pribadi dari pegawai yang ada di PT Bank XYZ. Dari dokumen yang ada, peneliti akan memperoleh data mengenai profile perusahaan yang berisi gambaran umum PT Bank XYZ, struktur organisasi, pembiayaan murabahah, laporan keuangan, dll. Dari hasil data tersebut yaitu yang berasal dari hasil wawancara dan dokumentasi, peneliti melakukan analisa dengan kejadian yang sebenarnya terjadi di PT Bank XYZ. Pembahasan Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Kadangkala dalam pemberian pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh PT Bank XYZ terkadang tidak berjalan dengan lancar. Ada saja masalah yang timbul, misalnya saja nasabah yang terlambat dalam melakukan pembayaran atau ada nasabah yang tidak lagi mampu untuk membayar tagihannya. Dalam menyikapi hal tersebut, PT Bank XYZ sudah memiliki prosedur untuk menanganinya. Prosedur yang dimiliki oleh perusahaan untuk menangani pembiayaan bermasalah tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kolektibilitas 1 (lancar) Untuk nasabah yang masuk ke dalam kolektibilitas 1 atau nasabah yang tidak memiliki tunggakan, maka PT Bank XYZ hanya mengingatkan nasabahnya bahwa pembayaran akan jatuh tempo. PT Bank XYZ mengingatkan nasabahnya dengan cara sms atau telepon yang dilakukan 1 atau 2 hari sebelum masa jatuh tempo. 9
10 2) Kolektibilitas 2 (perhatian khusus) Untuk nasabah yang masuk ke dalam kolektibilitas 2 atau nasabah yang memiliki tunggakan kurang dari 91 hari, maka bank melalui unit bisnis atau cabang yang memberikan pembiayaan akan melakukan evaluasi kemampuan nasabah, jika pantas untuk diberikan kelonggaran waktu maka PT Bank XYZ akan memberikan kelonggaran waktu pelunasan. Pada kolektibilitas ini, nasabah sudah mendapatkan 3 kali surat peringatan (SP) yaitu SP 1, SP 2 dan SP 3. Yang mana dalam setiap pemberian SP dilakukan setiap 30 hari sekali. SP 1 diberikan kepada nasabah yang belum melunasi hingga H+30 dari tanggal jatuh tempo, SP 2 diberikan terhadap nasabah yang belum melunasi hingga H+60 dari tanggal jatuh tempo dan SP 3 diberikan kepada nasabah yang belum melunasi pembayaran hingga 90 hari dari tanggal jatuh tempo. 3) Kolektibilitas 3 (tidak lancar) Untuk nasabah yang masuk ke dalam kolektibilitas 3 atau nasabah yang memiliki tunggakan dari 91 sampai 120 hari, maka divisi restrukturisasi akan menangani nasabah pada tingkat kolektabilitas ini, dengan catatan bahwa nasabah ini masih memiliki niat baik untuk melunasi, usaha yang dijalankan masih potensial untuk dilanjutkan serta masih mampu untuk melunasinya. 4) Kolektibilitas 4 (diragukan) Untuk nasabah yang masuk ke dalam kolektibilitas 4 atau nasabah yang memiliki tunggakan dari 121 sampai 180 hari, maka divisi penyelesaian pembiayaan akan menangani kasus ini. Pada tahap penyelesaian pembiayaan ini, nasabah dianggap tidak mampu untuk melunasi pembiayaannya. 5) Kolektibilitas 5 (macet) Untuk nasabah yang masuk ke dalam kolektibilitas 5 atau nasabah yang memiliki tunggakan lebih dari 180 hari, maka PT Bank XYZ selaku pemberi pinjaman akan melakukan eksekusi jaminan yang diberikan. Ketika jaminan sudah terjual maka hasil dari penjualan tersebut dapat digunakan untuk melunasi pembiayaan kepada PT Bank XYZ. Pada penelitian ini, peneliti hanya membahas pada kolektibilitas ke 3, yaitu ketika PT Bank XYZ melakukan restrukturisasi terhadap nasabahnya, sehingga peneliti tidak membahas pada kolektibilitas 4 dan kolektibilitas 5, yaitu nasabah yang masuk kedalam kolektibilitas diragukan dan macet. 10
11 Analisis Kesesuaian Penerapan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada PT Bank XYZ Terhadap Fatwa DSN-MUI Berdasarkan penjabaran mekanisme pembiayaan murabahah bermasalah yang dilakukan oleh PT Bank XYZ, peneliti mencoba melakukan analisis kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah bermasalah tersebut terhadap fatwa. Terdapat beberapa fatwa yang khusus mengatur mengenai murabahah bermasalah, berikut ini akan dijelaskan: Fatwa DSN-MUI No.17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-Nunda Pembayaran Fatwa ini menjelaskan mengenai sanksi terhadap nasabah yang mampu membayar tetapi menunda-nunda dalam melakukan pembayarannya. Untuk melihat kesesuaian antara praktik yang di lakukan oleh PT Bank XYZ dengan fatwa tersebut, dalam dilihat dari tabel berikut ini: Tabel Analisis Kesesuaian Praktik Pembiayaan Murabahah Bermasalah PT Bank XYZ Terhadap Fatwa DSN-MUI No.17/DSN-MUI/IX/2000 No. Fatwa DSN-MUI No.17/DSN- Kesesuaian Penerapan pada PT Bank XYZ MUI/IX/2000 Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menundanunda pembayaran dengan disengaja 1. Nasabah yang tidak/belum mampu Sesuai PT Bank XYZ tidak memberikan sanksi membayar disebabkan force majeur tidak kepada nasabah yang tidak/belum boleh dikenakan sanksi mampu membayar yang disebabkan karena adanya kejadian force majeur. Tetapi PT Bank XYZ akan memberikan sanksi terhadap nasabah yang dengan sengaja tidak membayar angsurannya. Sanksi yang diberikan berupa denda 2. Nasabah mampu yang menunda-nunda Sesuai PT Bank XYZ memberikan sanksi pembayaran dan/atau tidak mempunyai berupa denda terhadap nasabah yang kemauan dan itikad baik untuk membayar sebenarnya mampu membayar tetapi hutangnya boleh dikenakan sanksi. tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya 11
12 3. Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya 4. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. 5. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial Sesuai Sesuai Sesuai PT Bank XYZ memberikan sanksi berupa denda yang bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya Sanksi yang diberikan oleh PT Bank XYZ berupa denda sejumlah uang yang ditentukan atas dasar kesepakatan Dana yang berasal dari denda masuk kedalam dana qardul hasan yang mana dana tersebut digunakan untuk membangun fasilitas umum Fatwa DSN-MUI No.47/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar Fatwa ini menjelaskan mengenai penyelesaian piutang murabahah bagi nasabah yang tidak mampu untuk membayar. Untuk melihat kesesuaian antara praktik yang di lakukan oleh PT Bank XYZ dengan fatwa tersebut, dalam dilihat dari tabel berikut ini: Tabel Analisis Kesesuaian Praktik Pembiayaan Murabahah Bermasalah PT Bank XYZ Terhadap Fatwa DSN-MUI No.47/DSN-MUI/II/2005 No. Fatwa DSN-MUI No.47/DSN- Kesesuaian Penerapan pada PT Bank XYZ MUI/II/ LKS boleh melakukan penyelesaian Sesuai PT Bank XYZ melakukan penyelesaian (settlement) murabahah bagi nasabah yang murabahah bagi nasabah yang tidak tidak bisa menyelesaikan/melunasi bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: pembiayaannya sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati 2. Obyek murabahah atau jaminan lainnya Jaminan dapat dijual sendiri oleh dijual oleh nasabah kepada atau melalui nasabah atau melalui PT Bank XYZ LKS dengan harga pasar yang disepakati 3. Nasabah melunasi sisa utangnya kepada Sesuai PT Bank XYZ memperbolehkan LKS dari hasil penjualan nasabahnya untuk melunasi sisa utangnya melalui hasil penjualan jaminan 4. Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang Sesuai PT Bank XYZ mengembalikan sisa 12
13 maka LKS mengembalikan sisanya kepada nasabah 5. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap menjadi utang nasabah 6. Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka LKS dapat membebaskannya 7. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Basyarnas setelah tidak tercapai kata kesepakatan. Sesuai Sesuai Sesuai uang nasabah bila uang dari hasil penjualan jaminan yang digunakan untuk membayar utang masih terdapat sisa Apabila dari hasil penjualan jaminan masih belum bisa menutupi utangnya, maka sisa utangnya yang masih ada menjadi tanggung jawab nasabah PT Bank XYZ akan membebaskan sisa utang nasabahnya apabila nasabah tersebut benar-benar tidak bisa membayar sisa utangnya Ketika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait (bank dan nasabah), maka PT Bank XYZ menyelesaikannya melalui Basyarnas Fatwa DSN-MUI NO.48/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah Fatwa ini menjelaskan mengenai penjadualan kembali tagihan murabahah. Untuk melihat kesesuaian antara praktik yang di lakukan oleh PT Bank XYZ dengan fatwa tersebut, dalam dilihat dari tabel berikut ini: Tabel Analisis Kesesuaian Praktik Pembiayaan Murabahah Bermasalah PT Bank XYZ Terhadap Fatwa DSN-MUI No.48/DSN-MUI/II/2005 No Fatwa DSN-MUI NO. 48/DSN- Kesesuaian Penerapan pada PT Bank XYZ MUI/II/2005 LKS boleh melakukan penjadualan kembali PT Bank XYZ melakukan penjadualan (rescheduling) tagihan murabahah bagi kembali (rescheduling) tagihan nasabah yang tidak bisa murabahah terhadap nasabah yang tidak menyelesaikan/melunasi pembiayaannya bisa menyelesaikan/melunasi sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: pembiayaannya sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati 1. Tidak menambah jumlah tagihan yang Sesuai PT Bank XYZ tidak melakukan 13
14 tersisa 2. Pembebanan biaya dalam proses penjadualan kembali adalah biaya riil 3. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak penambahan terhadap jumlah tagihan yang tersisa kepada nasabah yang melakukan penjadualan kembali Sesuai Ketika melakukan penjadualan kembali, pihak PT Bank XYZ membebankan biaya yang terkait dengan penjadualan ulang kepada nasabahnya, dan biaya tersebut merupakan biaya riil Sesuai Perpanjangan masa pembayaran berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak Perlakuan Akuntansi Atas Transaksi Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada PT Bank XYZ Untuk lebih jelas bagaimana perlakuan dan proses pencatatan akuntansi pembiayaan murabahah bermasalah yang dilakukan oleh PT Bank XYZ, maka berikut ini ilustrasinya. Ketika nasabah menyetujui akad murabahah, maka pada saat itu juga PT Bank XYZ sudah memasukkan nasabah ke dalam kolektibilitas 1 (lancar). Pada kolektibilitas lancar ini, nasabah tidak memiliki tunggakan maupun keterlambatan dalam pembayaran angsurannya. Pada kolektibilitas ini juga, biasanya PT Bank XYZ hanya mengingatkan nasabah bahwa pembayaran akan jatuh tempo. Hal ini dilakukan oleh PT Bank XYZ ketika H-1 atau H-2 sebelum jatuh tempo, dan dilakukan dengan cara SMS atau telepon. Untuk jurnal pencatatan yang dilakukan oleh PT Bank XYZ ketika nasabah membayar angsuran pertamanya adalah sebagai berikut: Pengakuan pembayaran angsuran Db Kas/Rekening nasabah Kr Piutang pokok murabahah Pengakuan margin murabahah Db Margin murabahah ditangguhkan Kr Keuntungan/Margin murabahah ditangguhkan 14
15 Apabila ditengah perjalanan nasabah tidak bisa membayar angsuran murabahahnya maka PT Bank XYZ memasukkan nasabah tersebut kedalam kolektibilitas 2 (perhatian khusus). Pada kolektibilitas ini PT Bank XYZ memberikan Surat Peringatan (SP). Apabila sampai SP 3 nasabah belum juga melunasi angsurannya, maka PT Bank XYZ memasukkan nasabah kedalam kolektibilitas 3 (tidak lancar). Pada kolektibilitas ini PT Bank XYZ memerintahkan divisi restrukturisasi untuk menangani permasalahan ini. Pada tahapan ini PT Bank XZY akan mengatur ulang jadual pembayaran angsuran nasabah tersebut. Biasanya ketika melakukan penjadualan ulang, PT Bank XYZ hanya akan menambah jangka waktunya tanpa mengubah jumlah angsurannya. Pada kolektibilitas 3 ini, ada 3 hal yang dilakukan oleh PT Bank XYZ yaitu ketika nasabah mengalami penurunan kolektibilitas, ketika nasabah melakukan pembayaran angsurannya kembali dan pengakuan pendapatan dari hasil penjadualan ulang. Ketika nasabah mengalami penurunan kolektibilitas, maka bank akan mencatatnya kedalam PPAP (Penyisihan Penghapusan Aset Produktif). Besarnya PPAP itu sendiri berbeda setiap kolektibilitasnya. Untuk kolektibilitas 3, maka bank akan mencadangkannya sebesar 15% dari total piutang yang belum terbayarkan. Untuk itu pencatatan yang dilakukan oleh PT Bank XYZ ketika nasabah mengalami penurunan kolektibilitas adalah sebagai berikut: Ketika nasabah mengalami penurunan menjadi kolektibilitas 3 Db Beban PPAP Kr Cadangan PPAP Setelah nasabah menyetujui untuk melakukan penjadualan ulang, maka nasabah akan dikenakan biaya administrasi. Maka pencatatannya adalah sebagai berikut: Pengakuan pendapatan dari biaya administrasi Db Kas Kr Pendapatan Lain-lain - Biaya Administrasi Ketika nasabah melakukan pembayaran kembali setelah dilakukannnya penjadualan ulang, maka pencatatan yang dilakukan oleh PT Bank XYZ adalah sebagai berikut: 15
16 Ketika nasabah melakukan pembayaran angsuran (setelah melakukan penjadualan ulang) Db Kas/Rekening Nasabah Kr Piutang Murabahah Pengakuan margin murabahah Db Margin Murabahah Ditangguhkan Kr Keuntungan/Margin Murabahah Setelah melakukan penjadualan ulang nasabah tidak mengalami permasalahan lagi atau dengan kata lain nasabah bisa melunasi pembiayaannya, maka tidak ada yang dipersoalkan lagi, dengan kata lain proses perlakuan dan pencatatannya selesai sampai disitu. Tetapi apabila nasabah masih tetap belum melakukan pembayaran angsurannya, maka PT Bank XYZ memasukkan nasabah tersebut ke dalam kolektibilitas 4 (diragukan). Pada kolektibilitas 4 ini akan ditangani oleh divisi penyelesaian pembiayaan. Divisi ini akan menanyakan kepada nasabah tersebut penyebabpenyebab kenapa dia tidak melakukan pembayaran angsuran. Disini PT Bank XYZ akan menunggu hingga 30 hari kedepan, apabila hingga 30 hari kedepan nasabah tidak juga melunasi pembiayaannya, maka nasabah tersebut masuk kedalam kolektibilitas 5 (macet). Pada kolektibilitas 5 ini, PT Bank XYZ akan menjual agunan atau jaminan yang nasabah berikan. Penjualan agunan ini digunakan oleh PT Bank XYZ untuk melunasi sisa utang nasabah. Apabila dari hasil penjualan masih terdapat sisa uang, maka uang tersebut dikembalikan kepada nasabah. Analisis Kesesuaian Penerapan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada PT Bank XYZ Terhadap PSAK 102 Berdasarkan penjabaran pencatatan akuntansi pembiayaan murabahah bermasalah yang dilakukan oleh PT Bank XYZ, peneliti mencoba melakukan analisis kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah tersebut terhadap PSAK 102. Jika ditinjau dari kesesuaian terhadap PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, praktik perlakuan akuntansi atas transaksi pada pembiayaan murabahah yang diterapkan di PT Bank 16
17 XYZ sudah baik namun masih terdapat ketidaksesuaian dengan ketentuan yang terdapat pada PSAK 102 yaitu: PT Bank XYZ menggunakan metode anuitas dalam pengakuan keuntungannya. Dimana dalam pengakuan keuntungan ini diakui lebih besar di awal masa angsuran dan semakin mengecil hingga lebih kecil di akhir masa angsuran, sebaliknya angsuran pokok pembiayaan diakui lebih kecil di awal masa angsuran dan semakin. Padahal menurut PSAK 102, seharusnya PT Bank XYZ menggunakan metode proporsional dalam mengakui keuntungannya. Yang mana pengakuan keuntungannya dilakukan secara proporsional sepanjang masa angsuran sehingga angsuran pokok dan margin memiliki porsi yang sama sepanjang masa angsuran. PT Bank XYZ mengakui pendapatan dari biaya administrasi tersebut secara langsung di awal akad sehingga akan langsung muncul di Laporan Laba Rugi tahun pertama angsuran. Padahal menurut PSAK 102, Biaya administrasi diakui selaras dengan pengakuan keuntungan murabahah setiap kali angsuran dibayar oleh pembeli/nasabah Menurut pihak PT Bank XYZ, perbedaan pencatatan atau pengakuan ini dikarenakan tidak semua ketentuan dalam PSAK 102 Akuntansi Murabahah dapat diimplementasikan pada industri perbankan syariah, sehingga PT Bank XYZ melakukan modifikasi terhadap pencatatannya agar memudahkan dalam pelaksanaan PT Bank XYZ. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1. Jika ditinjau dari kesesuaian terhadap Fatwa DSN-MUI, menunjukkan bahwa PT Bank XYZ sebagian besar telah menerapkan hal-hal yang diatur dalam ketentuan penerapan pembiayaan murabahah bermasalah, walaupun ada beberapa hal yang belum sesuai dengan fatwa, seperti tidak diterapkannya metode restrukturisasi dalam bentuk potongan murabahah dan konversi akad. 2. Perlakuan akuntansi atas transaksi pada pembiayaan murabahah yang diterapkan di PT Bank XYZ juga memiliki beberapa ketidaksesuaian dengan ketentuan yang terdapat pada PSAK 102. Hal itu terutama dikarenakan adanya modifikasi pada praktik pembiayaan murabahah 17
18 itu sendiri, seperti metode pengakuan keuntungan yang digunakan oleh PT Bank XYZ. PT Bank XYZ menggunakan metode anuitas dalam pengakuan keuntungan, padahal menurut PSAK 102, seharusnya metode yang digunakan adalah metode proposional. Selain itu PT Bank XYZ juga mengakui pendapatan dari biaya administrasi secara langsung di awal akad. Saran Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Saran bagi pembaca adalah nasabah tau apa yang harus dilakukan ketika dia tidak bisa membayar angsuran murabahahnya 2. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melanjutkan dan mengembangkan penelitian terhadap penerapan akad murabahah bermasalah pada bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. 3. Saran bagi PT Bank XYZ adalah PT Bank XYZ dapat menerapkan metode penyelesaian piutang murabahah dengan tepat sesuai dengan kemampuan nasabah. 4. Saran bagi Ikatan Akuntan Indonesia adalah membuat PSAK yang secara khusus mengatur mengenai pembiayaan murabahah bermasalah. 5. Saran bagi Divisi Kepatuhan Bank Syariah, Dewan Pengawas Syariah, dan Dewan Syariah Nasional adalah memberikan sanksi tegas kepada bank atau lembaga keuangan syariah yang tidak patuh terhadap aturan yang ditetapkan Fatwa DSN-MUI untuk memotivasi agar kepatuhan menjadi prioritas lembaga keuangan syariah dan bank syariah. 18
19 Daftar Pustaka Al-Qur anul Karim dan terjemahnya. Tafsir. Arikunto, S Metode penelitian. PT Bina Aksara. Jakarta. Bank Indonesia (2013). Statistik Perbankan Syariah BI November Dewan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (2000). Fatwa no. 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (2005). Fatwa no. 46/DSN-MUI/II/2005 Tentang Potongan Tagihan Murabahah. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (2005). Fatwa no. 47/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (2005). Fatwa no. 48/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (2005). Fatwa no. 49/DSNMUI/II/2000 Tentang Konversi Akad Murabahah. Indrianto, Nur, Bambang Supomo Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta. Moleong, J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Narbuko, Cholid dkk Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Nurhayati, S. Wasilah Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat. Sarwono, Jonathan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono, P. Dr Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. 19
BAGIAN III AKAD JUAL BELI
- 19 - BAGIAN III AKAD JUAL BELI III.1. MURABAHAH A. Definisi 1. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar beban perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan
Lebih terperinciANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-2159 ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB 1 Renka Suka Alamsyah,
Lebih terperinciAKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.
Materi: 6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.
ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK. Nama : Nurdiani Sabila NPM : 25210157 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Dr. Ambo Sakka Hadmar,SE.,MSi LATAR BELAKANG PENELITIAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada Bab II, maka bab ini peneliti akan membahas mengenai Perlakuan Akuntansi Pendapatan atas Pembiayaan Murabahah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN A. Analisis Penanganan Pembiayaan Bermasalah di KJKS Madani Kota
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 4: Akuntansi Murabahah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Ruang Lingkup 1. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Koperasi Syariah yang melakukan transaksi murabahah baik
Lebih terperinciPSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 0 Juni 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No. 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNT UNTANSI
Lebih terperinciMURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH
MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH Oleh: Marita Kusuma Wardani Ibu_ayya@yahoo.co.id (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta) Abstract Praktek transaksi syariah
Lebih terperinciPERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH
Akuntansi Murabahah ED PSAK (Revisi 00) 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI MURABAHAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian Bank Syariah Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan perubahan dari Undang-Undang
Lebih terperinciED PSAK 102. akuntansi murabahah. exposure draft
ED PSAK 0 exposure draft PERNYATAAN Standar Akuntansi Keuangan akuntansi murabahah Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. Menteng,
Lebih terperinciPembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1
EKBISI, Vol. VII, No. 2, Juni 2013, hal. 150 163. ISSN:1907-9109 Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1 Aninda Adhaninggar, Fakultas Ekonomi UII Syamsul Hadi, Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA Tysa Dhara Noor Febrina Universitas Negeri Surabaya Email: tysadhara@yahoo.com
Lebih terperinciAKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.
Materi: 5-6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menerapkan murabahah pesanan yang bersifat mengikat. PT. Bank Muamalat Indonesia,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MOJOKERTO A. Analisis Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SYARI AH SURABAYA A. Aplikasi Penyelesaian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah 1. Prinsip Akutansi Bank Islam Laporan akuntansi Bank Islam menurut Pardede dan Gayo (2005) terdiri dari : Laporan posisi keuangan / neraca Laporan laba-rugi Laporan
Lebih terperinciANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA
ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA Jati Satria Pratama Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Email : Order.circlehope@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis membantu manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
Lebih terperinciBAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan
45 BAB III IMPLEMENTASI PENETAPAN MARGIN DALAM PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUMAJANG A. Implementasi Penetapan Margin Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang Margin pada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisa Hukum Islam Terhadap Sanksi Denda Pada Nasabah
Lebih terperinciMenurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah
Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur dalam pembiyaan murabahah, yaitu : 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah 2) Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yag
Lebih terperinciApriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang
ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FATWA DSN NO.47/DSN-MUI/II/2005 (STUDI KASUS PADA BMT KARISMA KOTA MAGELANG) Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weygandt dkk. (2007:4) adalah sebagai berikut : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan
Lebih terperinciAKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM SESI 7: Akuntansi Akad Istishna Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI
55 BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI A. Analisis Penetapan Margin Pada Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang
Lebih terperinciAKUNTANSI MURABAHAH (psak 102)
Disampaikan oleh Wiroso AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MURABAHAH (psak 102) This training material is solely for the use of training participants. No part of it may be circulated, quoted, or reproduced
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. (Akuntansi Murabahah) dan fikih muamalah. Dalam rangka meningkatkan dan
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat kepatuhan pada PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah berdasarkan PSAK 102 (Akuntansi Murabahah) dan fikih
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi Sentosa adalah bertujuan untuk mengetahui mekanisme pembiayaan dan perlakuan akuntansi pada pembiayaan
Lebih terperinciCreated by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Praktek Pembiayaan Murabahah Praktek pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia berpanduan pada DSN-MUI dan PSAK. 1. Akuntansi Syariah Murabahah (PSAK 102)
Lebih terperinci(Studi Kasus Pada Pegadaian Syariah Cabang Gunung Sari Balikpapan) Masita
Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102 (Studi Kasus Pada Pegadaian Syariah Cabang Gunung Sari Balikpapan) Masita (masitaaaa@gmail.com) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pembiayaan kendaraan bermotor berdasarkan akad murabahah di
Lebih terperinciIV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH A. Definisi 01. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga perantara, berposisi sentral di antara pemilik dana, antara penyimpan dan peminjam, antara pembeli dan penjual, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan salah satu bagian dari konsep sistem ekonomi Islam yang lebih luas. Dalam menjalankan kegiatan bisnis dan usahanya, Lembaga
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah
BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS Suriyah 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah Salah satu akad yang paling populer digunakan oleh perbankan syari ah adalah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath Pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh KJKS BMT Al Fath dilakukan dengan cara komputerisasi dengan program IT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyerasikan dan mengembangkan perekonomian dan pembangunan nasional.
Lebih terperinciNo. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Sehubungan
Lebih terperinciPROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI
SKRIPSI ANALISIS SISTEM PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BPR SYARI AH HASANAH PEKANBARU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Oral Comprehensif Sarjana Lengkap pada Fakultas Ekonomi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana
Lebih terperinciMUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN AKAD PEMBIAYAAN MURA
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DAN STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DALAM TRANSAKSI MUSYARAKAH PEMBIAYAAN MODAL KERJA PT.
ANALISIS PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DAN STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DALAM TRANSAKSI MUSYARAKAH PEMBIAYAAN MODAL KERJA PT.BANK ABC Yusniar Rahmania Miranti Kartika Dewi Program Studi Akuntansi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegadaian sebagai lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat guna menetapakan pilihan dalam pembiayaan disektor riil. Biasanya kalangan yang berhubungan dengan pegadaian
Lebih terperinciPERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH
0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus
Lebih terperinciANALISIS PERBEDAAN DAN DAMPAK KEUANGAN DARI PENERAPAN PSAK 102 DENGAN PSAK 50, 55, DAN 60 PADA TRANSAKSI PEMBIAYAAN MURABAHAH STUDI KASUS DI BANK XYZ
1 ANALISIS PERBEDAAN DAN DAMPAK KEUANGAN DARI PENERAPAN PSAK 102 DENGAN PSAK 50, 55, DAN 60 PADA TRANSAKSI PEMBIAYAAN MURABAHAH STUDI KASUS DI BANK XYZ Irsalina Rizka Nurfadhilah, Sri Nurhayati Departemen
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/9/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA A. Perbankan Syari ah Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda
Lebih terperinciMuhammad et al, Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Pada BMT UGT Sidogiri Capem Asembagus...
1 Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Pada BMT UGT Sidogiri Capem Asembagus (Accounting Treatment Of Murabahah Financing On BMT UGT Sidogiri Capem Asembagus) Muhammad Lutfi, Ririn Irmadariyani, Djoko
Lebih terperincimaka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan
BAB IV ANALISIS IMPLEMNTASI DENDA PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT NUSA UMMAT SEJAHTERA MANGKANG Setelah penulis mengumpulkan data dari lapangan melalui wawancara dan dokumentasi di lapangan, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan (bank, asuransi, pasar modal, reksa
Lebih terperinciBAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN
71 BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN A. Kebijakan Besar Potongan Pelunasan Dalam Pembiayaan Murabahah Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dari keinginan konsumen.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Syariah telah menjadi istilah yang dipakai secara luas didunia. Bank Syariah telah berkembang pesat pada dekade terakhir serta telah menjadi satu tren yang
Lebih terperinciNo. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbS tanggal 22 Oktober
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan perbankan. Prinsip utama yang diikuti oleh bank syariah adalah larangan praktik riba
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107 Produk gadai syariah: 1. AMANAH (Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor Bagi Karyawan) berdasarkan PSAK 102 : Akuntansi
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/17/PBI/2005 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA BENCANA ALAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KABUPATEN NIAS, PROVINSI SUMATERA UTARA
Lebih terperinciANUITAS DI PERBANKAN SYARIAH
ANUITAS DI PERBANKAN SYARIAH Mirasanti Wahyuni STIE Bank BPD Jateng Abstract This article discusses the differences annuity method and proportional method of financing murabaha Islamic bank by means of
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA
BAB IV ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisis Kreteria Pembiayaan Bermasalah pada Produk Griya ib Hasanah di
Lebih terperinciRESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN
BAB IV ANALISIS PENENTUAN PEMBAYARAN MARGIN PADA PROSES RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA
Lebih terperinciBAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan
BAB IV ANALISIS FATWA MUI NO.04/DSN-MUI/IV/2000 DAN PERATURAN BANK INDONESIA NO.7/46/PBI/2005 TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MODAL KERJA MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.102 Akuntansi untuk penjual 1. Pengakuan dan Pengukuran a. Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data 1. Data Informan Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI Syariah Cabang Banjarmasin diperoleh data yang diuraikan sebagai
Lebih terperinciBAB 11 LANDASAN TEORI
BAB 11 LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon
Lebih terperinciProduk Talangan Haji Perbankan Syariah
Produk Talangan Haji Perbankan Syariah Dr. Setiawan Budi Utomo Seminar Sehari Kebijakan Penyelenggaraan Haji Oleh Pemerintah dan Masalah Dana Talangan Haji Pada Perbankan Syariah Majelis Tarjih dan Tajdid
Lebih terperinciMEKANISME DAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF (STUDI PADA PT BPR SYARIAH X)
MEKANISME DAN PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF (STUDI PADA PT BPR SYARIAH X) Irene Shalsabella shalsabella.irene@yahoo.co.id Fidiana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17
ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI Ita Isnaini 23210675 4EB17 LATAR BELAKANG 2010 BNI SYARIAH Produk Unggulan Griya ib Hasanah IAI & DSN Standar Akuntansi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN 4.1 Pengakunan Pembiayaan Musyarakah Wal Ijarah Muntahiya Bittamlik di Bank Muamalat Indonesia Cabang
Lebih terperinciMURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI
22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah
Lebih terperinciBAGIAN IV AKAD BAGI HASIL
BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL IV.1. PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Definisi 01. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah
Lebih terperinciIII.2. ISTISHNA. B. Dasar Pengaturan 01. SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. 02. PSAK 104 tentang Akuntansi Istishna.
III.2. ISTISHNA A. Definisi 01. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/ mustashni')
Lebih terperinciNo. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 10/ 34 / DPbS Jakarta, 22 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Lebih terperinciPengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
Pengertian ADALAH jual beli barang pda harga asal dengan tembahan keuntungan yanng disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari ah murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara
Lebih terperinciAnalisis Penerapan PSAK 102 Untuk Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kepemilikan Rumah pada PT. Bank BJB Syariah KCP Tangerang
Analisis Penerapan PSAK 102 Untuk Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kepemilikan Rumah pada PT. Bank BJB Syariah KCP Tangerang Dessy Susilowati 1, Imam Sofi i², Ekonomi, Universitas Pamulang Jl. Surya Kencana
Lebih terperinciBAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di
BAB IV ANALISIS DEFAULT PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS BTM Kajen, kabupaten Pekalongan Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap lembaga keuangan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diantara kebijakan ekonomi yang paling penting di setiap negara adalah kebjiakan fiskal dan kebijkan moneter. Kibijakan fiskal meliputi anggaran negara, pajak dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna pada PT. Bank Muamalat Indonesia.
Lebih terperinciFATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.
FATWA DSN MUI Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro Pertama: Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. BPRS atau yang dulu dikenal sebagai Bank Perkreditan Rakyat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian BPRS BPRS atau yang dulu dikenal sebagai Bank Perkreditan Rakyat Syari ah sudah diganti dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah (UU no.21 tahun 2008) mempunyai perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ± 85% dari 220 juta penduduk Indonesia, memberikan kesempatan bagi berkembang pesatnya sektor Perbankan
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PSAK 102 DAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2000 PADA PT
ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 DAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2000 PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG UJUNG BATU 1 Afriyanto, SE, M. Ak, Ak, CA 2 Nurhayati,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mudharabah di PT BPRS Puduarta Insani maka dapat diambil kesimpulan
99 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah peneliti mengadakan penelitian, penelaahan, dan pembahasan secukupnya terhadap hal mengenai sistem prosedur dan perlakuan akuntansi mudharabah di PT
Lebih terperinciMurabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.
Murabahah Leni Rusilawati (20120730002) Alvionita (20120730010) Jamal Zulkifli (20120730066) Intan C Tyas (20120730135) Laili A Yunina W (20120730150) Maulida Masruroh (20120730218) PENGERTIAN MURABAHAH
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI SYARIAH BERDASARKAN PSAK 102 PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT SE-KABUPATEN PATI
EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah Muzayyidatul Volume Habibah, 4, Nomor Alfu Nikmah 1, Juni 2016, 114-136 P-ISSN: 2355-0228, E-ISSN: 2502-8316 journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium ANALISIS
Lebih terperinciBAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).
78 BAB IV Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo). A. Analisa Aplikasi Penentuan Margin Dalam Pembiayaan Mud}a>rabah Mikro
Lebih terperinciPEMBIAYAAN MUSYARAKAH
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PENGERTIAN Agus Fajri Zam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang Pembiayaan merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Menyadari
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan
Lebih terperinciCreated by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Dari segi istilah, kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan akuntansi
Lebih terperinciSharia Issues In Refinancing & Restructuring
Sharia Issues In Refinancing & Restructuring Prof. Dr. Fathurrahman DJamil, MA Disampaikan pada Seminar Internasional dan Muzakarah Cendikiawan Syariah Nusantara Hotel Milenium, 10 Juni 2015 RESTRUKTURISASI
Lebih terperinci