ANALISIS SISTEM USAHATANI PADI SEHAT (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SISTEM USAHATANI PADI SEHAT (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)"

Transkripsi

1 ANALISIS SISTEM USAHATANI PADI SEHAT (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) SKRIPSI ACHMAD FATULLAH H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN ACHMAD FATULLAH. Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI). Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di setiap produk pangan. Semakin banyaknya informasi tentang dampak negatif yang diakibatkan dari bahan kimia maka masyarakat mengubah pola konsumsi ke produk makanan yang lebih sehat. Petani juga semakin sadar untuk menuju pertanian sehat yang ramah terhadap lingkungan. Dalam upaya mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan sehingga muncul mengenai pemikiran perlunya sistem pertanian alternatif yang dapat menjamin keberlanjutan budidaya pertanian yang secara ekologi ramah terhadap lingkungan dan tetap aman dikonsumsi oleh manusia. Sistem pertanian yang dianggap sebagai salah satu alternatif pemecahan berbagai dampak negatif yang muncul tersebut di atas adalah pertanian organik ramah terhadap lingkungan yang menekankan pada perbaikan kualitas ekologi lingkungan, kualitas kehidupan petani, kualitas serta kuantitas beras yang dihasilkan, dan menuju pertanian yang berkelanjutan. Desa Ciburuy di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ingin mewujudkan suatu kedaulatan pertanian yang berkelanjutan, sehat dan ramah terhadap lingkungan. Pertanian ramah lingkungan yang dilakukan di Desa Ciburuy dalam usahatani padi sehat dilakukan dengan menggantikan pestisida kimia dengan pestisida nabati. Pengurangan input pupuk kimia dengan menambahkan pupuk organik dan pupuk cair yang dibuat sendiri dengan nama LOF (Liquid Organic Fertilizer). Dengan dilakukannya pengurangan input bahan kimia sehingga produksi padi yang dihasilkan nantinya menjadi beras yang sehat tanpa residu bahan kimia. Usaha yang dilakukan oleh petani di desa tersebut merupakan wujud nyata untuk mengatasi pemakaian bahan kimia yang menimbulkan dampak negatif. Mencermati usaha-usaha dalam mewujudkan sistem pertanian alternatif yang ramah lingkungan ini, maka hal ini menunjukkan adanya perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan sistem pertanian tersebut. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan apakah layak sistem pertanian ini menjadi salah satu alternatif pertanian yang berprospek dan dapat meningkatkan pendapatan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis dan mempelajari langkah-langkah sistem usahatani padi sehat. (2) untuk menganalisis tingkat pendapatan petani yang menerapkan usahatani padi sehat yang dibandingkan dengan pendapatan petani padi anorganik atau konvensional. Hasil penelitian yang ada di lapang menunjukkan bahwa secara umum kegiatan usahatani padi sehat dan konvensional dari mulai kegiatan pengolahan tanah hingga panen keduanya hampir sama, namun perbedaan terdapat beberapa kegiatan yang lebih banyak dikerjakan di budidaya padi sehat seperti adanya perlakuan benih sebelum tebar, penyulaman, penyiangan dan pemupukan yang lebih sering dilakukan, ditambah lagi jika petani membuat sendiri bahan bahan

3 organik yang diperlukan serta adanya pengaturan air secara berselang pada budidaya padi sehat. Berdasarkan analisis penggunaan input dan biaya usahatani, penggunaan input pada usahatani padi sehat yang paling besar yaitu pada penggunaan tenaga kerja dan pengadaan kompos. Sedangkan pada usahatani konvensional input paling besar dicurahkan untuk tenaga kerja, pengadaan pestisida dan pupuk. Sehingga biaya input tersebut memiliki proporsi yang cukup besar pada biaya total kedua usahatani. Analisis perbandingan biaya total kedua usahatani, menunjukkan biaya total usahatani padi sehat lebih besar yaitu sebesar Rp ,52 daripada usahatani konvensional Rp ,06. Analisis risiko penggunaan tenaga kerja pada kedua usahatani sama-sama memiliki risiko yang cukup besar pada kegiatan pengolahan tanah, penyiangan dan penanaman, namun secara keseluruhan rata-rata kegiatan usahatani yang lebih berisiko ialah penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi sehat dengan nilai standar deviasi sebesar 6,40 sedangkan pada padi konvensional sebesar 5,69 berarti terjadi penyimpangan alokasi tenaga kerja sebesar yang tersebut. Berdasarkan analisis pendapatan, pendapatan atas biaya total usahatani padi sehat lebih besar yaitu Rp ,22 dibandingkan petani padi konvensional yaitu sebesar Rp ,53. Berdasarkan analisis efisiensi pendapatan yang diukur dari nilai return to family labour dan return to land menunjukkan usahatani padi sehat lebih menguntungkan dari usahatani padi konvensional, yaitu dengan nilai return to family labour sebesar Rp ,99 pada usahatani padi sehat dan Rp ,37 untuk konvensional. Sedangkan nilai return to land untuk usahatani padi sehat sebesar Rp ,29 lebih besar dibanding konvensional yaitu Rp ,11. Berdasarkan imbangan pernerimaan terhadap biaya total usahatani padi sehat sebesar 1,77 dan petani padi konvensional memiliki nilai imbangan penerimaan terhadap biaya sebesar 1,80. Hal ini menunjukkan dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sehat memberikan penerimaan sebesar Rp 1,77 lebih kecil dari penerimaan yang diperoleh petani padi konvensional. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usahatani yang dilakukan oleh petani padi sehat memberikan pendapatan yang lebih besar dari pada tambahan biaya. Sehingga usahatani padi sehat dan padi konvensional sama-sama menguntungkan dan efisien dari segi pendapatannya.

4 ANALISIS SISTEM USAHATANI PADI SEHAT (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) ACHMAD FATULLAH H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) : Achmad Fatullah : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2010 Achmad Fatullah H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 9 Desember Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Misran dan Ibu Rubiyem. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Gempolsari 02 Semarang pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Agus Salim Semarang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Institut Indonesia Semarang diselesaikan pada tahun Pada tahun 2003 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Diploma III di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma III Teknologi Informasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selepas menempuh program diploma III, penulis melanjutkan studi pada pendidikan Strata satu (S1) Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor dari tahun 2008 hingga Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan organisasi eksternal kampus di Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bogor (HMI Komisariat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan). Selain itu penulis mempunyai pengalaman kerja di Lembaga Swadaya Masyarakat pada Pusat Studi dan Informasi Pembangunan Masyarakat (P-SIGMA) pada tahun

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas kebesaran dan limpahan rahmat serta karunianya, shalawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Propinsi Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan petani padi sehat yang dibandingkan dengan tingkat pendapatan petani padi konvensional serta menganalisis efisiensi pendapatan usahatani padi sehat dan padi konvensional di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penulis berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini dan menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang di hadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian sampai dengan penulis karya ilmiah ini, baik secara keilmuan, materi dan spiritual. Bogor, Juni 2010 Achmad Fatullah

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga tersayang untuk segala pelajaran hidup, dukungan, cinta kasih dan do a yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 2. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Yeka Hendra Fatika, SP. Terima kasih atas saran dan masukan dalam penelitian ini sebagai dosen evaluator dalam kolokium rencana penelitian. 4. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS dan Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen penguji sidang penelitian. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk penelitian ini. 5. Bapak H. Zakaria selaku pembina Gapoktan Silih Asih beserta keluarga. Terima kasih atas kesabaran dan bantuan selama penulis berada di lapang. 6. Para petani responden padi pada Gabungan Kelompok Tani Silih Asih dan konvensional di Desa Ciburuy. Terima kasih atas partisipasi dan dukungannya. 7. Mas Faisal Ali dan Mba Henti Rosdayanti tercinta, terima kasih atas semangat, perhatian, dorongan, saran, pengertian dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis. 8. Teman-teman Ekstensi AGB, I Wayan Didik Dharmadi Putra, Bangun Tri Hermanto, Asriani Mulyaningsih, Aris Alpian, Nita Rizka Afrilia, Ratih Tanjungsari, Chanifah. Terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan yang indah. Semoga ukhuwah kita selalu terjaga dan segala amal kebaikan yang telah dilakukan menjadi hitungan ibadah dan hanya Allah SWT yang dapat menilai dan membalas semuanya. Amin Bogor, Juni 2010 Achmad Fatullah

10 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 II TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Berkelanjutan Pertanian Organik Pertanian Konvensional Beras Tinjauan Penelitian Terdahulu Analisis Usahatani Padi Analisis Adopsi Sistem Usahatani Padi Analisis Tataniaga Padi III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Sistem Usahatani Penerimaan Usahatani Pendapatan Usahatani Efisiensi Pendapatan Usahatani Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Sampel Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Budidaya Analisis Pendapatan Analisis Efisiensi Pendapatan Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja Definisi Operasional i iii iv v

11 V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Keadaan Sosial Ekonomi Sarana dan Prasarana Keadaan Umum Pertanian di Desa Ciburuy VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN Gambaran Umum Petani Responden Karakteristik Petani Responden Padi Sehat Karakteristik Petani Padi Konvensional VII HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perkembangan Usahatani Padi Sehat di Desa Ciburuy Analisis Budidaya Padi Sehat di Desa Ciburuy Analisis Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional Analisis Produktivitas Usahatani Analisis Total Biaya Usahatani Analisis Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 63

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy Perhitungan Usahatani dan Nilai R/C Rasio Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Desa Ciburuy Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ciburuy Tahun Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Ciburuy Tahun Penggolongan Petani Responden Padi Sehat Berdasarkan Usia Penggolongan Petani Padi Sehat Berdasarkan Tingkata Pendidikan Penggolongan Petani Berdasarkan Luas Lahan Garapan Penggolongan Petani Berdasarkan Status Usahatani Karakteristik Petani Responden Padi Anorganik/Konvensional Produktivitas Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional Penerimaan Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional Biaya Usahatani Padi Sehat Biaya Usahatani Padi Anorganik/Konvensional Analisis Perbandingan Biaya Usahatani Padi Analisis Perbandingan Pendapatani Usahatani Padi Perbandingan Nilai Return to Family Labour dan Return to Land pada Usahatani Padi Sehat dan Konvensional Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani dengan Menggunakan Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Rata-rata Nilai Standar Deviasi pada Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi sehat dan Konvensional... 59

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat Bagan Proses Penghitungan Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja DAFTAR LAMPIRAN

14 Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Proyeksi Kenaikan Kebutuhan Beras Tahun di Indonesia Varietas Padi Dominan di Jawa Barat Tahun Studi Terdahulu yang Berkaitan Dengan Penelitian Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Sawah Kecamatan Cigombong Tahun Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Padi Sehat Hasil Pengolahan Data Penelitian Kuisioner Penelitian... 83

15 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di setiap produk pangan. Semakin banyaknya informasi tentang dampak negatif yang diakibatkan dari bahan kimia maka masyarakat mengubah pola konsumsi ke produk makanan yang lebih sehat. Pemerintah beserta petani juga semakin sadar untuk menuju pertanian sehat yang ramah terhadap lingkungan. Program yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (BP2HP) telah menyusun agenda nasional Pengembangan Pertanian Organik dengan jargon Go Organic Program go organic disosialisasikan tahun 2001 dan mulai diregulasikan pada tahun selanjutnya. Diharapkan Indonesia pada tahun 2010 ini dapat menjadi salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama dunia 1. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari sepanjang tahun, suplai air melimpah dan kesuburan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, maka Indonesia punya modal dasar yang luar biasa besarnya yang diperlukan untuk mengembangkan pertanian organik. Karena itu diperlukan upaya percepatan transformasi keunggulan komparatif ini menjadi keunggulan kompetitif agar peluang pasar tersebut dapat benar-benar direbut untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Keunggulan itu harus ditopang dengan luas panen yang dihasilkan dari areal sawah padi sehingga peningkatan produktivitas padi dapat memberikan hasil yang maksimal. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hubungan antara pola makan dengan kesehatan, menjadikan permintaan beras organik terus mengalami kenaikan. Hal ini membuka peluang hingga saat ini masih menjanjikan. Pada tahun 2005, dengan pertumbuhan sekitar 22 persen pertahunnya, pasar beras organik di Indonesia mencapai Rp 28 milyar. Sementara itu volume produksi 1 4 Tahun Go Organic Ditjen BPPHP. Departemen Pertanian. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

16 beras organik meningkat dari ton di tahun 2001 menjadi hampir ton di tahun Beras organik tersebut sebagian besar dipasarkan di hipermarket dan supermarket tertentu di kota-kota di Indonesia 2. Peningkatan produksi ini harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk menciptakan stabilitas pangan bagi rumah tangga dan nasional, sehingga keingginan sebagai produsen beras dan pengekspor beras dapat segera diwujudkan. Perkembangan pasar organik di Indonesia mengalami tren kenaikan menurut laporan Surono dalam Saragih (2008), permintaan akan produk pertanian organik tumbuh sangat pesat. Pada tahun 2006 pertumbuhan permintaan domestik mencapai 600 persen disbanding tahun sebelumnya. Penjualan produk organik melalui supermarket di Jerman mencapai angka 40 persen, di Amerika Serikat mencapai 49 persen, di Argentina dan Inggris mencapai 80 persen, dan di Denmark sebanyak 85 persen. Beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah banyak dengan tingkat konsumsi beras 139 kg/kapita/tahun, tingginya konsumsi beras dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kilogram dan Malaysia 80 kg/kapita/tahun, mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaan 3. Populasi penduduk Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai angka 290 juta penduduk, hal ini akan berimplikasi terhadap peningkatan permintaan beras mencapai 40 juta ton 4.(Lampiran 1) Peningkatan permintaan beras yang tinggi harus diimbangi oleh ketersediaan beras dalam jumlah yang besar. Ketersediaan beras yang tercukupi akan menciptakan ketahanan pangan bagi rumah tangga dan nasional. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang- Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan yang dirumuskan sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang 2 Pasar beras organik mencapai Rp. 28 miliyar. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] 3 Konsumsi Beras Nasional 139 Kg/Kapita - Indonesia. [Diakses Tanggal 1 Desember 2009] 4 Departemen Pertanian Perkembangan produksi pertanian. [Diakses Tanggal 1 Desember 2009]

17 cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu 5. Tingkat konsumsi dan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membuat pemerintah dan petani harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras. Pemerintah harus membuat kebijakan dan terobosan program yang mendukung petani untuk menciptakan ketersediaan pangan yang layak konsumsi, sehat dan ramah lingkungan Perumusan Masalah Keadaan saat sekarang ini mengharuskan pemerintah dan swasta yang bergerak pada bidang pertanian bisa memilih menjadi produsen padi organik ataupun yang mengarah ke tujuan pertanian organik. Pertanian organik merupakan teknik budidaya yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan masukan pupuk kimia dan pestisida kimia sintesis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Peralihan antara pertanian non organik menjadi organik disebut dengan pertanian semi organik. Budidaya padi sehat yang mengarah pada pertanian organik juga terlihat pada proses produksi yang dilakukan oleh petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih. Luas areal tanam padi sehat hingga tahun 2009 mencapai 80 hektar. Usahatani yang dilakukan disesuaikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berstandar pada pertanian padi sehat. SOP ini mengacu pada input yang digunakan dalam sarana tani untuk pengendalian dan pencegahan hama penyakit melalui pestisida nabati. Padi sehat merupakan teknologi budidaya pertanian yang menggunakan pupuk kimia dalam proses produksi namun penggunaan pestisida kimia digantikan dengan pestisida nabati. Untuk pupuk kimia sendiri penggunaan dalam proses produksi dikurangi secara bertahap sampai nantinya tidak tergantung pada pupuk kimia tetapi digantikan dengan pupuk kompos yang dibuat sendiri oleh petani melalui dari bahan pupuk kandang, jerami dan bahan pengurai yang mempercepat pembusukan. 5 Krisnamurthi, Bayu Penganeka-Ragaman Pangan : Pengalaman 40 Tahun dan Tantangan Kedepan. Artikel Th. II No [Diakses Tanggal 1 Desember 2009]

18 Usahatani yang terletak di Desa Ciburuy ini memiliki sebelas kelompok, enam diantaranya fokus terhadap produksi padi sehat dan lainnya fokus pada tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan. Rata-rata petani dapat menghasilkan padi 4 sampai 7 ton per hektar. Tabel 1 menunjukkan deskripsi sederhana kelompok tani yang menghasilkan padi. Tabel 1. Deskripsi Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy Nama Jumlah Anggota Luas Lahan (ha) Rata-rata produksi (ton/tahun GKP) Silih Asih I Silih Asih II Manunggal Jaya Saung Kuring Tunas Inti Lisung Kiwari Sumber : Gapoktan Silih Asih 2009 Sejak tahun 2002 petani telah melakukan proses produksi padi secara sehat. Peralihan produksi non organik menjadi organik pada petani terjadi bertepatan dengan berdirinya Gapoktan Silih Asih. Proses pertanian semi organik ini didukung oleh lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pertanian. Lembaga tersebut antara lain: Lembaga Pertanian Sehat, Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan. Manfaat yang diberikan dari beberapa lembaga tersebut berupa pendanaan, pemasaran produk, pelatihan, informasi, dan pengembangan teknologi pertanian. Usahatani padi sangat dipengaruhi oleh kondisi alam Indonesia yang memiliki iklim tropis. Situasi ini memberi dampak yang sangat berpengaruh pada penurunan dan kegagalan panen dalam produksi padi. Kondisi lahan yang kekeringan dapat menyebabkan petani gagal memanen hasil pertaniannya. Seperti dampak kemarau panjang akibat fenomena iklim, dimana musim kemarau yang lebih panjang telah mengakibatkan kerugian bagi petani karena tidak cukupnya ketersediaan air. Air yang dibutuhkan tanaman pada saat ini tidak terpenuhi untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan padi. Fluktuasi produktivitas padi sehat yang terjadi di Desa Ciburuy karena iklim kemarau yang terjadi pada bulan-bulan tersebut.

19 Pola tanam padi sehat yang dilakukan petani tidak diselingi dengan tanaman lain pada saat musim kemarau sehingga hama dan penyakit tanaman mudah datang. Hal ini memicu perkembangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian bagi petani. Penyakit yang sering menyebabkan kerugian bagi petani adalah tungro dan kresek.. Hama yang kerap menyerang padi di Desa Ciburuy adalah kupu-kupu putih, walang sangit, dan keong mas. Indikasi produksi dan pendapatan usahatani, yang kemudian menyebabkan perlunya suatu manajemen dalam menghadapi kerugian yang akan ditimbulkan. Diperlukan suatu usaha-usaha dalam mewujudkan sistem pertanian alternatif yang ramah lingkungan ini, maka hal ini menunjukkan adanya perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan sistem pertanian tersebut. Mengacu pada perumusan masalah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah sistem usahatani padi sehat yang diterapkan oleh para petani Desa Ciburuy? 2. Bagaimana tingkat pendapatan petani padi sehat di Desa Ciburuy jika dibandingkan dengan pendapatan petani padi konvensional setempat? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis dan mempelajari langkah-langkah usahatani padi sehat. 2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan petani yang menerapkan usahatani padi sehat yang dibandingkan dengan pendapatan petani padi anorganik atau konvensional Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Sebagai masukan bagi petani agar lebih teliti dalam melakukan usahatani sehingga yang menjadi tujuan dapat tercapai. 2. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan agar dapat menuangkan kebijakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 3. Sebagai bahan referensi dan literatur bagi penelitian selanjutnya.

20 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture) Sistem pertanian ini mementingkan keberlanjutan berlangsungnya pola usahatani pada masa yang akan datang. Pertanian berkelanjutan sebagai pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Dengan memperhatikan input-input pertanian yang ramah lingkungan menurut Reijntjes, et al Konsep model dari pertanian berkelanjutan terus berkembang saat ini. Menurut Fahmi, dkk (2004) penerapan konsep tersebut agar berkembang dan berbagai variasi sebutan seperti pertanian selaras alam, pertanian ramah lingkungan, pertanian pengendalian hama dan penyakit terpadu, pertanian organik dan berbagai sebutan lainnya. Gagasan pertanian berkelanjutan sendiri dikembangkan dalam rangka membangun kembali sistem pertanian yang mampu menjaga, memelihara dan melindungi keberlanjutan alam serta dalam rangka menegakkan kembali kedaulatan petani yang telah dihancurkan oleh pertanian modern (revolusi hijau). Reijntjes, et al (2004) menambahkan ada dua kekeliruan penilaian yang telah dilakukan sebelum pengenalan revolusi hijau sebagai berikut: 1. Tidak terduganya peningkatan harga pupuk kimia dan bahan baku minyak serta penurunan harga-harga di pasar dunia internasional sebagai akibat produksi biji-bijian yang berlebihan. Perubahan ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi ditingkat konsumen, sementara harga ditingkat produsen lebih rendah. Sehingga yang diuntungkan adalah ditingkat supplier pupuk buatan dan bahan bakar minyak. 2. Tidak terduganya ketergantungan yang semakin meningkat terhadap pestisida dan pupuk buatan. Input tersebut telah mencemari sungai dan air tanah dalam tingkat yang membahayakan. Sistem pertanian semakin berkembang dan modern dari waktu ke waktu, perubahan ini menandakan sesuatu yang mengarah pada teknologi biologis dalam mempertahankan alam sebagai ekosistem yang harus selalu dijaga. Teknologi memerlukan suatu input baik dari luar maupun dari dalam suatu sistem itu sendiri.

21 Dengan input tersebut suatu sistem teknologi dapat bergerak untuk mendorong dan meningkatkan kesejahteraan manusia sebagai penggerak sekaligus manager dalam siklus konsep sistem. Manajemen dalam input harus dikelola dengan baik sehingga apa yang menjadi masukan dapat mengeluarkan hasil yang optimal dan maksimal. Ada dua pengelolaan input yang menandakan sistem pertanian tersebut: 1. High External Input Agriculture (HEIA) HEIA merupakan sistem pertanian modern yang menggunakan input anorganik dengan jumlah atau sistem pertanian konvensional. Sistem ini mengkonsumsi sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak bumi dan posfat dalam tingkat yang membahayakan. Sistem pertanian ini berorientasi pada pasar dan membutuhkan modal besar (Rejntjes, et al, 2004) 2. Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) Sistem pertanian LEISA adalah pertanian yang telah memperhatikan lingkungan dalam penggunaan input. Meskipun demikian, sistem pertanian ini tetap memanfaatkan teknologi modern, termasuk menggunakan benih hibrida berlabel, melaksanakan konservasi tanah dan air, serta pengolahan tanah yang berasaskan konservasi (Sutanto, 2006). Sebagian besar input usahatani yang dimanfaatkan berasal dari lahan, desa, wilayah atau negara sendiri dan diupayakan tindakan yang tepat untuk menjamin dan menjaga keberlanjutan. Penerapan pertanian LEISA di beberapa daerah telah dilakukan pemerintah dengan cara mengurangi penggunaan input anorganik seperti urea, TSP dan KCL serta menambahkan bahan organik ke areal usahatani. Hasil produksi yang diperoleh dapat melebihi produksi pertanian modern. Pertanian padi ramah lingkungan metode budidaya padi sehat yang menjadi objek penelitian termasuk dalam konsep pertanian LEISA Pertanian Organik (Organic Agriculture) Pertanian organik di definisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Lebih lanjut IFOAM (International

22 Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi. Dalam hal ini penggunaan GMOs (Genetically Modified Organisme) tidak diperbolehkan dalam setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga pasca panen 6. Padi organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam dan diolah menurut standar organik yang ditetapkan. Belum ada satu definisi pun untuk organik, kebanyakan definisi memiliki elemen umum. Misalnya, organik sebagaimana digunakan pada kebanyakan tanaman sawah yang umumnya berarti bahwa: 1. Tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan yang telah digunakan. 2. Kesuburan tanah dipelihara melalui proses alami seperti penanaman tumbuhan penutup dan/atau penggunaan pupuk kandang yang dikompos dan limbah tumbuhan. 3. Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman tanaman yang sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama. 4. Pergantian bentuk-bentuk bukan-kimia dari pengendalian hama digunakan untuk mengendalikan serangga, penyakit dan gulma, misalnya serangga yang bermanfaat untuk memangsa hama, jerami setengah busuk untuk menekan gulma, dan lain-lain. Pertanian organik menurut FAO (Food Association Organization) (1999), adalah suatu system manajemen yang holistic dalam mempromosikan dan meningkatkan pendekatan system pertanian ber-wawasan kesehatan lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Dalam pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam manajemen dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai. 6 [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

23 2.2. Pertanian Konvensional Sistem pertanian tradisional, meskipun akrab lingkungan tetapi tidak mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan dan sandang yang meningkat lebih tajam dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak temuan baru yang menggeser sistem tradisional menjadi sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian konvensional telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian. Dibalik keberhasilan tersebut, sistem pertanian konvensional tidak terlepas dari resiko dampak negatif. Menurut Schaller (1993) dalam Winangun (2005) menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut: 1. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia sintesis dan sedimen. 2. Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida maupun bahan aditif pakan. 3. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia sintesis tersebut pada mutu dan kesehatan pangan. 4. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan fauna yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). 5. Perusakan dan pembunuhan satwa liar, lebah madu, dan jasad berguna lainnya. 6. Peningkatan daya tahan organisme pengganggu terhadap pestisida. 7. Peningkatan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan berkurangnya bahan organik. 8. Ketergantungan yang semakin kuat terhadap sumber daya alam tidak terbaharui (non renewable nature resources). 9. Munculnya resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerjaan pertanian.

24 2.3. Beras Padi merupakan tanaman yang tumbuh di areal sawah, beras yang dihasilkan dari tanaman padi (Orzya sativa Sp) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi 90 persen penduduk Indonesia. Beras memiliki nilai gizi yang tinggi dan merupakan sumber energi dan protein bagi tubuh. Nilai gizi yang terkandung pada beras sangat di butuhkan karena tubuh memerlukan energi dan protein. Pengembangan komoditi beras merupakan sektor strategis yang sangat penting untuk kelangsungan rumah tangga petani dan tingkat nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani yang mengusahakan sawah untuk ditanami padi. Program diversifikasi pangan sudah dilakukan untuk penggantian alternatif konsumsi beras ke tanaman pangan lainnya, tetapi tingkat konsumsi beras rumah tangga tiap tahun meningkat. Ketahanan pangan di sektor ini harus segera diwujudkan untuk menciptakan tingkat stabilitas nasional dan mengatasi krisis pangan yang bisa terjadi setiap saat Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai usahatani padi ramah lingkungan merupakan penelitian lanjutan mengenai komoditas padi. Penelitian mengenai komoditas ini telah banyak dilakukan, antara lain penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani, analisis tataniaga padi, namun penelitian mengenai padi sehat masih terbatas. Berikut ini akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu mengenai komoditas padi Analisis Usahatani Padi Rohmani (2000) menganalisis sistem usahatani padi organik. Perhitungan produktivitas menunjukkan bahwa produktivitas usahatani padi yang dilaksanakan secara organik lebih rendah bila dibandingkan padi yang dibudidayakan secara anorganik. Produktivitas padi yang diperoleh petani organik pemilik penggarap untuk Masa Tanam 1999/2000 adalah 4,79 ton per hektar dan penyakap sebesar 4,75 ton per hektar. Sedangkan produktivitas padi yang dibudidayakan secara anorganik/konvensional oleh petani lebih besar, untuk pemilik penggarap adalah 5,74 ton per hektar dan penyakap 5,71 ton per hektar.

25 Hasil pendapatan usahatani organik menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani organik lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh petani anorganik/konvensional pada masa tanam sama untuk karakteristik petani yang sama. Analisis kepekaan (sensitivity analysis) menunjukkan bahwa usahatani padi yang dilaksanakan secara organik tetap layak (nilai R/C lebih besar dari satu) bila harga pupuk kandang naik dari Rp 7500 per sak menjadi Rp per sak; demikian pula bila harga jual beras organik turun dari Rp 2400 per kg menjadi Rp 1500/kg. Bila harga pupuk kandang naik dan harga jual beras turun secara bersamaan seperti di atas, usahatani padi organik pemilik penggarap masih layak, tetapi tidak untuk penyakap. Nainggolan (2001) melakukan penelitian analisis usahatani padi organik dan anorganik di Kabupaten Karawang. Berdasarkan analisis pendapatan kotor dan pendapatan bersih petani organik lebih besar dibandingkan dengan petani anorganik. Jumlah produksi padi yang dihasilkan petani organik lebih besar daripada petani anorganik. Rata-rata produksi padi yang dihasilkan petani organik sebesar 4,9 ton per hektar, petani organik penggarap 5,1 ton per hektar. Sedangkan rata-rata produksi padi anorganik pada petani pemilik 4,4 ton per hektar dan penggarap 4,7 ton per hektar. Penggunaan pestisida kimia tidak mempengaruhi produksi padi, bahkan produksi padi dengan pestidia botanis lebih tinggi. Nilai R/C rasio dapat dilihat bahwa nilai R/C rasio usahatani padi organik lebih tinggi daripada nilai R/C rasio usahatani padi anorganik, maka penerimaan setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani organik lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh petani anorganik Analisis Adopsi Sistem Usahatani Herdiansyah (2005) menganalisis aspek ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi sistem usahatani padi organik. Hasil dari penelitian ini ternyata, produktivitas padi dengan sistem budidaya anorganik lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman padi yang dihasilkan secara organik. Analisis pendapatan sistem usahatani padi anorganik lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan sistem usahatani padi secara organik bagi petani pemilik penggarap. Bagi petani sakap dan lahan sewa sistem usahatani padi organik lebih

26 menguntungkan jika dibandingkan dengan sistem usahatani padi secara anorganik. Nilai R/C atas biaya total dan nilai Net B/C pada skenario I, II dan III didapat bahwa secara umum baik sistem usahatani padi organik maupun sistem usahatani padi anorganik tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai R/C dan B/C yang kecil ( 1) dikarenakan tingkat harga output yang rendah sehingga penerimaan yang diperoleh petani padi kecil. Berdasarkan analisis Logistic Regression Model atau fungsi logit variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap kemauan petani dalam mengadopsi sistem usahatani padi organik terdiri atas variabel tingkat pendidikan dan variabel sumber informasi berpengaruh nyata pada taraf α 10 persen dengan arah positif. Variabel biaya pupuk dan jumlah tenaga kerja berpengaruh pada taraf nyata α 10 persen. Variabel lain yang diduga berpengaruh adalah umur, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan keluarga Analisis Tataniaga Padi Riyanto (2005) penelitian tentang analisis pendapatan usahatani dan pemasaran padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani kelompok I (luas lahan < 0,34 hektar), II (luas lahan 0,34 hektar), III (luas lahan > 0,34 hektar) bernilai positif dan lebih besar dari pendapatan biaya atas biaya totalnya. Nilai R/C rasio pada petani kelompok I adalah 1,81 atas biaya tunai dan 1,34 atas biaya total dan nilai tersebut lebih rendah dari nilai R/C rasio petani II dan petani III. Pola pemasaran yang terbentuk terdapat dua pola pemasaran I dan pola pemasaran II. Nilai marjin pada pola pemasaran I adalah nilai terbesar yaitu 582,50. Begitu juga dengan rasio antar biaya dan keuntungan. Hal ini membuktikan bahwa saluran pemasaran I lebih efisien daripada pola pemasaran yang paling banyak digunakan adalah pola pemasaran II yaitu sebesar 63,33 persen dari total petani. Namun marjin dan efisiensi pemasaran pola I memiliki nilai yang lebih besar. Jadi pemasaran I paling efisien dibandingkan dengan pola pemasaran II. Kusumah (2004) menganalisis perbandingan usahatani dan pemasaran antara padi organik dan anorganik. Diketahui bahwa R/C rasio yang diperoleh petani padi organik 1,95 lebih rendah dari R/C rasio yang diperoleh petani padi

27 anorganik, yaitu 2,23. Pola pemasaran padi organik terdiri dari empat pola pemasaran yaitu (1) petani pedagang pengecer pengumpul pedagang pengecer non lokal konsumen, nilai marjin sebesar 34,47 persen. (2) petani pedagang pengumpul konsumen, nilai marjin sebesar 30,66 persen. (3) petani pedagang pengumpul pedagang pengecer lokal konsumen, nilai marjin sebesar 34,90 persen. (4) petani pedagang pengecer lokal konsumen, nilai marjin sebesar 5,40 persen. Pola pemasaran padi anorganik terdiri dari empat pola pemasaran yaitu (1) petani pedagang pengumpul pedagang pengecer konsumen, nilai marjin sebesar 62, 50 persen. (2) petani pedagang pengumpul konsumen, nilai marjin sebesar 37,50 persen. (3) petani konsumen, nilai marjin sebesar 20,00 persen dan (4) petani pedagang pengecer konsumen, nilai marjin sebesar 40,00. Dari sisi pemasarannya diketahui ternyata nilai total marjin pemasaran yang diperoleh pola pemasaran I dan II lebih besar dari pola pemasaran III dan IV padi organik, begitu pula jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik. Sedangkan untuk pola pemasaran III dan IV padi organik jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik diketahui ternyata nilai total marjin pemasarannya hampir sama dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik.

28 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Usahatani merupakan bagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, keluarga petani atau badan tertentu lainnya bercocok tanam untuk melakukan usaha, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dari seluruh organisasi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan pada produksi di lapang pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat geneologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Pada umumnya ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamik sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani dan rendahnya tingkat kesejahteraan petani (Soekartawi, 1986). Terbatasnya modal seringkali menyebabkan petani tidak mampu mengadopsi teknologi baru dalam mengusahakan sumberdaya yang dimilikinya. Karena keterbatasan itu usahatani yang biasanya dilaksanakan petani masih menggunakan teknologi lama atau masih tradisional. Usahatani yang dilakukan setiap petani beragam tergantung dari jenis usaha dan apa yang diusahakannya. Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Subsistence Farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk mencari keuntungan, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (Commercial Farm). Soekartawi (1986), menyatakan bahwa ciri petani komersial adalah; (1) cepatnya adopsi terhadap inovasi, (2) cepat mobilitas pencarian informasi, (3) berani menanggung resiko dalam berusaha, (4) memiliki sumberdaya yang cukup. Sedangkan ciri petani subsisten adalah kebalikannya. Akan tetapi dengan teknologi serta kemajuan pembangunan yang hampir merata ke berbagai pelosok daerah, petani tidak lagi mengusahakan usahataninya secara subsisten melainkan semi subsisten (setengah subsisten dan setengah komersial). Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh perkembangan teknologi yang semakin maju dalam

29 hal produksi sehingga mempermudah pekerjaan petani, memenuhi kebutuhan petani yang semakin banyak, teknologi informasi yang memberikan berbagai informasi, kebutuhan serta adanya perubahan pandangan masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam memajukan sektor pertanian sebagai sektor yang menopang ekonomi bangsa. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dalam usahatani terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain teknologi, penggunaan input, dan cara (teknik) bercocok tanam. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari cuaca, iklim, hama dan penyakit. Hernanto (1989), menyatakan dalam usahatani selalu ada empat unsur pokok yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi, yaitu : 1. Tanah Tanah merupakan usahatani yang dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah, perairan dan sebagainya. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan ataupun wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur, polikultur, ataupun tumpangsari. 2. Tenaga Kerja Jenis tenaga kerja adalah tenaga kerja manusia, dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP); 1 wanita = 0,8 HKP; dan 1 anak = 0,5 HKP. 3. Modal Unsur lainnya yang mendukung kelancaran suatu kegiatan usahatani adalah modal. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pinjaman uang dari saudara atau tetangga dan lain-lain), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.

30 4. Pengelolaan atau Manajemen Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menghasilkan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai; (d) daya dukung faktor cara yang dikuasai; dan (e) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Pengenalan dan pemahaman prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) tataniaga hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta (f) ukuran-ukuran keberhasilan yang lazim dipergunakan lainnya. Panduan penerapan kedua prinsip itu tercermin dari keputusan yang diambil, agar resiko tidak menjadi tanggungan petani sebagai pengelola. Ketersediaan menerima resiko sangat tergantung kepada; (a) tersedianya modal; (b) status petani; (c) umur; (d) lingkungan usaha; (e) perubahan sosial serta (f) pendidikan dan pengalaman petani Sistem Usahatani (Farming System) Menurut Shaner, Phillip dan Schmel (1982) dalam Rohmani (2000), sistem usahatani merupakan suatu organisasi usahatani yang unik dan dikelola oleh suatu rumahtangga dengan baik yang diterapkan berdasarkan praktek-praktek yang teratur sebagai respon atas lingkungan fisik, biologi dan sosial ekonomi yang disesuaikan dengan tujuan, sumberdaya dan tujuan rumahtangga tersebut. Faktorfaktor tersebut bergabung dalam mempengaruhi output dan jumlah produksi dan pada umumnya ditemukan dalam sistem, bukan antar sistem. Sistem usahatani ini merupkana bagian dari sistem yang lebih besar, seperti komunitas lokal dan dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subsistem seperti sistem persemaian dan penanaman. Lingkungan dalam sistem usahatani yaitu lingkungan fisik, biologi, ekonomi dan sosial akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: Lingkungan Fisik

31 Faktor-faktor fisik yang penting adalah iklim, air dan tanah. Hal-hal yang berkaitan dengan iklim seperti curah hujan bulanan, suhu rata-rata dan suhu terendah maupun tertinggi. Hal-hal yang berkaitan dengan air seperti asal air, apakah dari air hujan ataukah air irigasi. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan lahan seperti tipe tanah, kemiringan. Lingkungan Biologi Lingkungan biologi berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan vitalitas tanaman atau hewan dan kualitas produksi yang dipanen. Untuk lingkungan biologi ini berkaitan dengan pengendalian hama dan penyakit, tergantung pada tanaman atau hewan yang telah diserang atau dirusak. Lingkungan Ekonomi Beberapa aspek dari lingkungan ekonomi mempengaruhi sistem usahatani seperti jauh dekatnya dari pasar, ada tidaknya kredit, penentuan harga. Lingkungan Sosial Faktor sosial bervariasi dari lokasi yang satu dari lokasi yang lain. Hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sosial ini seperti norma-norma sosial dan ragam budaya daerah Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk benih, digunakan pembayaran, dan yang disimpan. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. (Soekartawi et al, 1986) Pendapatan Usahatani Usahatani yang dilakukan petani akhimya akan memperhitungkan biayabiaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh merupakan pendapatan kotor dari kegiatan usahatani. Karena dalam kegiatan tersebut bertindak seorang petani sebagai pengelola, sebagai pekerja dan sebagai penanam modal dalam usahanya,

32 maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktorfaktor produksi (Soeharjo dan Patong, 1973). Soeharjo dan Patong (1973), menyebut bahwa analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha, dan (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu kegiatan usaha. Analisis pendapatan usahatani sendiri sangat bermanfaat bagi petani untuk dapat mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan, yakni hasil kali antara jumlah output yang dihasilkan dengan harga produk tersebut. a. Ukuran Pengeluaran Usahatani Pengeluaran atau biaya adalah semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan produk dalam suatu periode produksi. Sedangkan pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Bentuk pengeluaran usahatani berupa pengeluaran yang diperhitungkan (input cost). Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya untuk membayar tenaga kerja. Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenamya pendapatan kerja petani seandainya bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. b. Ukuran Pendapatan Usahatani Analisis Pendapatan Tunai, Pendapatan Total dan Analisis Biaya per Satuan Produksi Usahatani yaitu analisis yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan). Analisis biaya per satuan produksi digunakan untuk menentukan perkiraan harga jual atau keuntungan relatif yang diperoleh dari penjualan komoditi hasil usahatani. Dalam analisis ini digunakan

33 untuk menentukan perkiraan harga jual atau keuntungan relatif yang diperoleh dari penjualan komoditi hasil usahatani. Dalam analisis ini digunakan dua unsur yang menjadi perhitungan utama, yaitu produksi kotor dan biaya total. Produksi kotor merupakan total produksi yang dihasilkan cabang usahatani, sedangkan biaya atau pengeluaran total adalah pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan produksi tersebut. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor faktor produksi atau pendapatan bersih usahatani ini merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa usahatani lainnya, maka ukuran yang digunakan untuk menilai usahatani ialah dengan penghasilan bersih usahatani yang merupakan pengurangan antara pendapatan bersih usahatani dengan bunga pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan Efisiensi Pendapatan Usahatani Menurut Hernanto (1991), besarnya pendapatan usahatani yang diperoleh petani belum cukup menggambarkan tingkat efisiensi. Dengan demikian diperlukan ukuran-ukuran untuk mengetahui tingkat efisiensi penghasilan usahatani. Adapun ukuran efisiensi pendapatan usahatani diantaranya sebagai berikut: a. Penghasilan Kerja Usahatani per Setara Pria Penghasilan kerja usahatani per setara pria (farm labour earning per man equivalent) dapat dikatakan sebagai imbalan kepada tenaga kerja (return to labour). Pengukuran tersebut juga dapat diaplikasikan untuk mengukur imbalan kepada tenaga keluarga (return to family labour). Menurut Soekartawi (1986), return to family labour dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini dapat dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan kepada tiap orang (return per man). Angka ini dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja di luar usahatani.

34 b. Pendapatan per Unit Areal Usahatani Tingkat efisiensi pendapatan usahatani dapat dilihat dari pendapatan per unit areal usahatani (net farm output per unit of farm area). Pendapatan per areal usahatani merupakan ukuran produktivitas tanah usahatani yang merupakan hasil perhitungan dari pendapatan usahatani dibagi dengan luas areal usahatani (return to land) (Hernanto, 1991). c. Analisis Imbangan Penerimaan terhadap Biaya (R/C Rasio) Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan (Revenue Cost Ratio atau R/C rasio). Rasio penerimaan atas biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap produk dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. Dengan analisis ini dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Jika nilai imbangan penerimaan terhadap biaya lebih besar atau sama dengan satu, maka usahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika nilai imbangan penerimaan terhadap biaya kurang dari satu berarti belum menguntungkan. Secara teoritis dengan imbangan penerimaan terhadap biaya sama dengan satu artinya tidak untung dan tidak rugi Kerangka Pemikiran Operasional Pertanian Go Organic merupakan program yang direncanakan dan telah disosialisasikan sejak tahun Program dari Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (BP2HP) merupakan program bagi para petani untuk mengubah pola usahatani dari pertanian konvensional/anorganik yang masih menggunakan bahan kimia ke pertanian organik yang ramah lingkungan. Pertanian organik ini dilakukan untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan bahan kimia sewaktu melakukan usahatani. Indonesia pada tahun 2010 ingin mewujudkan keinginan sebagai produsen dan pengekspor hasil pertanian organik di dunia. Pertanian dengan sistem usahatani organik ini harus bebas dari bahan kimia dalam proses budidaya tetapi hal ini tidak akan berlangsung dengan mudah, karena petani masih banyak yang memakai pupuk dan pestisida kimia untuk input usahataninya. Keinginan itu dapat terwujud jika pemerintah dan petani dapat bekerjasama melalui penyuluh

35 pertanian di lapang untuk melakukan tindakan nyata bagi keberlangsungan pertanian yang ramah terhadap lingkungan dan berkelanjutan. Padi merupakan salah satu tanaman pertanian yang sangat strategis karena sebagian besar masyarakat mengkonsumsinya dalam bentuk beras sebagai makanan pokok. Komoditas padi sebagian besar dibudidayakan oleh petani Indonesia di areal sawah pertanian. Berbagai budidaya yang diadopsi dari mulai revolusi hijau dengan penggunaan pupuk kimia, adopsi teknologi System of Rice Intensification sampai teknologi benih padi hibrida telah banyak dilakukakan petani untuk meningkatkan produktivitas hasil padi dan meningkatkan kesejahteraan petani padi. Salah satu program dari pemerintah adalah Pertanian Go Organic yang sedang diadopsi petani dimulai tahun Pertanian Go Organic merupakan suatu awal yang baik untuk mengembangkan sistem usahatani sehat yang bebas dari input bahan kimia. Sistem pertanian padi sehat yang ramah terhadap lingkungan untuk komoditas padi ini telah dilakukan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Desa Ciburuy merupakan salah satu daerah yang melakukan pengembangan sistem pertanian organik untuk komoditas padi. Desa Ciburuy yang sedang mengembangkan budidaya padi sehat dalam mengatasi keterbatasan modal petani untuk membeli input sarana produksi pertanian. Budidaya ini telah dilaksanakan sejak tahun 2004 hingga sekarang, yang diharapkan petani bisa beralih dari pertanian anorganik menuju pertanian sehat sampai suatu saat bisa meninggalkan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Pemakaian pupuk kimia yang dulu sebagai input utama sekarang dikurangi dan digantikan dengan pupuk kompos yang dibuat sendiri oleh petani. Pembasmian hama dan penyakit tanaman melalui pestesida nabati yang dibuat sendiri oleh petani setempat dengan memanfaatkan alam sebagai sumber daya alam yang melimpah dan memberikan banyak manfaat. Semakin banyaknya petani di Desa Ciburuy yang ingin beralih ke pertanian sehat dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur Budidaya Padi Sehat yang dibuat oleh Gapoktan maka peneliti tertarik ingin mengetahui bagaimana pendapatan usahatani dari kedua sistem usahatani tersebut baik usahatani padi anorganik/konvensional dan sistem usahatani padi sehat. Dan

36 seberapa efisien pendapatan yang diterima melalui biaya imbangan penerimaan dari kedua sistem usahatani yang diterapkan petani. Pendapatan usahatani yang diperoleh petani merupakan bentuk imbalan atas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam usahataninya, dengan mengukur pendapatan petani maka tingkat keberhasilan usahatani pun dapat terukur. Ukuran pendapatan dapat dilihat dari besarnya penerimaan yang diterima petani dan biaya usahatani yang dikeluarkannya. Dengan demikian petani harus melakukan tindakan yang efisien dalam menggunakan sumberdaya yang ada. Beberapa pengukuran tingkat efisiensi dapat diketahui dengan melihat penghasilan petani atas penggunaan tenaga kerja dan penghasilannya atas penggunaan lahan. Salah satu cara untuk melihat efisiensi pendapatan usahatani, dapat diketahui dengan melihat R/C rasio. Nilai ini menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran satu satuan biaya, analisis nilai R/C rasio masing - masing dihitung berdasarkan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Informasi lainnya yang didapat dari analisis ini yaitu untuk melihat apakah usahatani yang dilakukan petani menguntungkan secara ekonomi, kerena jika semakin besar nilai R/C rasio maka usahatani yang dilakukan akan semakin menguntungkan. Penelitian ini dapat menganalisis perbedaan keragaan usahatani padi sehat dan konvensional dari teknis budidayanya, penggunaan input, penerimaan dan biaya usahatani, tingkat pendapatan yang diperoleh dari kedua usahatani tersebut dan nilai efisiensi. Sehingga dari hasil analisis tersebut ini dapat diketahui penerapan padi sehat di Desa Ciburuy serta mengetahui pendapatan dan efisiensi usahatani padi yang dilakukan. Namun, jika setelah dilakukan analisis ternyata usahatani yang dijalankan tidak layak atau tidak efisien maka pengkajian ulang terhadap analisis pendapatan dapat dilakukan kembali. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian yang dapat membandingkan konsep pertanian padi sehat dan konvensional ini diharapkan dapat membantu pihak terkait atau petani dalam pengambilan keputusan untuk menjalankan atau menerapkan sistem usahatani yang mana yang lebih menguntungkan sehingga sistem pertanian tersebut dapat berkembang. Adapun bagan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 1.

37 Permasalahan Penelitian Tidak ada pergantian dalam rotasi tanam oleh petani padi sehat Hama dan penyakit tanaman Perubahan iklim karena kemarau berkepanjangan Kurang berkembangnya dan lambatnya adopsi budidaya padi sehat Pengendalian / Penanggulangan Penggantian pestisida kimia menjadi pestisida nabati Pengurangan dosis pemakaian pupuk kimia Meningkatkan penyuluhan dan pelatihan pada petani untuk mengikuti budidaya padi sehat menurut SOP yang sudah ada Usahatani Padi Anorganik/Konvensional Usahatani Padi Sehat Analisis Pendapatan Usahatani Produktivitas Usahatani Padi Analisis Imbangan Penerimaan atas Biaya 1. Perbandingan sistem usahatani padi sehat dan padi konvensional 2. Perbandingan pendapatan usahatani, produktivitas dan analisis efisiensi imbangan penerimaan terhadap biaya Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Sistem Usahatani Padi Sehat

38 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai bulan Januari hingga Maret tahun Alasan yang melatarbelakangi dijadikan sebagai lokasi penelitian diantaranya; merupakan produksi beras sehat, aman dan enak dengan menerapkan standar operasional prosedur dari budidaya padi sehat; produksi padi bagus karena berproduksi secara kontinu atau berkelanjutan. Usahatani padi yang dilakukan merupakan areal pengembangan padi organik yang ramah terhadap lingkungan di wilayah Bogor, Jawa Barat Metode Penentuan Sampel Responden adalah petani yang melakukan usahatani padi sehat pada Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 30 petani yang diambil secara sengaja (purposive) dengan mengambil sampel dari data petani di Desa Ciburuy. Jumlah 30 responden ini terdiri dari 15 responden petani yang melakukan usahatani padi sehat dan 15 responden yang melakukan usahatani secara konvensional atau anorganik. Pemilihan responden ini dilakukan karena rata-rata petani di sana melakukan usahatani secara homogen Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani yang ada dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Wawancara dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan (kuisioner) yang akan diajukan. Teknisnya peneliti mengajukan pertanyaan dengan panduan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Data sekunder diperoleh melalui laporan-laporan tahunan tertulis lembaga atau institusi yang terkait dalam penelitian ini. Data sekunder adalah data yang telah terdokumentasi, data ini diambil dari text book, hasil penelitian, dan lain-

39 lain. Data sekunder merupakan data penunjang data primer yang berfungsi untuk memberikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Pemerintah Kecamatan Cigombong. Data sekunder mengenai pengetahuan umum tentang pertanian diperoleh dari berbagai literatur yang terdapat di perpustakaan dan browsing melalui intenet. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara terstruktur, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada petani berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan Metode Analisis Analisis Budidaya Untuk analisis budidaya ini maka data akan disajikan secara deskriptif, mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan usahatani padi sehat yang membedakannya dengan usahatani secara anorganik/konvensional oleh petani setempat Analisis Pendapatan Analisis mengenai pendapatan usahatani dapat dimulai dengan melakukan perhitungan terhadap pendapatan kotor/penerimaan total usahatani. Penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Perhitungannya dapat dilakukan dengan melakukan perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual dari produk. Jumlah produksi yang dimaksud berupa seluruh hasil produksi yang diperoleh, termasuk yang dijual, disimpan, dibagikan pekerja, untuk bibit, dan sebagainya. Pernyataan ini berdasarkan Soekartawi (1995) dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = Y.Py Keterangan: TR = penerimaan total (Total Revenue) Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = harga Y

40 Hasil perhitungan dari penerimaan total dapat digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap, merupakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang besar kecilnya tidak tergantung dari besar kecilnya output yang diperoleh, misalnya pajak, sewa lahan, alat-alat pertanian, dan mesin pertanian, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output, misalnya tenaga kerja, pupuk, dan lain-lain. Rumus dari pendapatan usahatani berdasarkan Soekartawi (1995) adalah sebagai berikut: Keterangan: Pd TR TC FC VC Pd = TR TC TC = FC + VC = pendapatan usahatani = penerimaan total (total revenue) = biaya total (total cost) = biaya tetap (fixed cost) = biaya variabel (variabel cost) Biaya penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat (Suratiyah, 2009) atau biaya penyusutan alat dapat diperoleh dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dibagi umur ekonomi dari alat tersebut. Berdasarkan Suratiyah (2009) perhitungan penyusutan berdasarkan metode garis lurus (straight line method) adalah sebagai berikut: Biaya penyusutan = cost nilai sisa umur ekonomis (tahun) Keterangan: Cost = nilai pembelian Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani Pendapatan yang dihasilkan pada kegiatan usahatani belum mencerminkan tingkat efisiensi. Dengan demikian sangat diperlukan untuk mengetahui

41 perhitungan efisiensi usahatani berdasarkan pendapatannya. Adapun beberapa perhitungannya dapat ditulis sebagai berikut (Hernanto, 1991): a. Penghasilan Kerja Usahatani per Setara Pria Return to family labour = E F G Σ Tenaga kerja keluarga (HOK) Dimana: E = Penerimaan usahatani (Rp) F = Pengeluaran total (Rp) G = Pengeluaran yang diperhitungkan (biaya tenaga kerja keluarga) b. Pendapatan per Unit Areal Usahatani Return to land = E F G Luas areal (hektar) Dimana: E = Penerimaan usahatani (Rp) F = Pengeluaran total (Rp) G = Pengeluaran yang diperhitungkan (biaya sewa lahan) c. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Analisis selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total. Analisis ini dikenal dengan analisis Return Cost (R/C rasio). Pernyataan tersebut berdasarkan Soekartawi (1995) dapat dirumuskan sebagai berikut: R / C TR TC Keterangan: R/C = imbangan penerimaan terhadap biaya TR = penerimaan total (total revenue) TC = biaya total (total cost) Kriteria keputusan; R/C > 1, usahatani untung R/C < 1, usahatani rugi R/C = 1, usahatani impas (tidak untung maupun rugi) Pendapatan usahatani dan nilai R/C rasio dapat diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Untuk

42 memudahkan dalam menentukan nilai tersebut maka dapat dilihat pada perhitungan yang tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan Usahatani dan Nilai R/C Rasio A. Pendapatan tunai Harga x Hasil panen yang dijual (Kg) B. Pendapatan yang diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikonsumsi (Kg) C. Total penerimaan A + B D. Biaya tunai Benih, Pupuk organik, Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), Sewa lahan E. Biaya diperhitungkan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), Penyusutan alat F. Total Biaya D + E G. Pendapatan atas biaya tunai C D H. Pendapatan atas biaya total C F I. Pendapatan Tunai A D J. R/C atas biaya Tunai C / G K. R/C atas biaya Total C / H Sumber : 7 ) Perhitungan pada tabel diatas juga dapat digunakan untuk menentukan nilai penerimaan dan biaya serta tingkat pendapatan pada usahatani padi konvensional yang pada penelitian ini dijadikan pembanding. Namun, dalam perhitungannya terdapat beberapa komponen yang dihilangkan atau ditambahkan seperti pada biaya tunai, pupuk organik dirubah menjadi pupuk kimia dan ditambahkan oleh komponen pestisida. Perhitungan pendapatan pada Tabel 2 dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari total penerimaan yang dikurangi dengan biaya yang diperhitungkan, untuk pendapatan atas biaya total dihasilkan dari pengurangan antara biaya tunai dengan total biaya. Total biaya yang dimaksud ialah penjumlahan dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Perhitungan total biaya diperlukan guna menggambarkan keadaan petani yang sebenarnya karena tidak hanya menilai biaya secara tunai. Sedangkan perhitungan atas pendapatan tunai ialah penerimaan total setelah dikurangi oleh biaya tunai. 7 Departemen Agribisnis Handoust Usahatani. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

43 Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja Risiko terhadap penggunaan tenaga kerja pada usahatani yaitu menganalisis rata-rata jumlah penggunaan tenaga kerja setiap responden pada seluruh kegiatan budidaya dari pengolahan tanah hingga panen pada usahatani padi sehat maupun padi konvensional. Menurut Elton dan Gruber dalam Ginting (2009), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance) dan standar deviasi (standard deviation). Nilai varian dapat dilihat dari adanya perbedaan jumlah penggunaan tenaga kerja yang beragam pada kedua usahatani. Nilai varian dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai varian maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Sama halnya dengan nilai standar deviasi yang menunjukkan bahwa semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin rendah risiko yang di hadapi. Nilai standar deviasi ini diperoleh dari pengolahan data menggunakan Microsoft Office Excel, yaitu dengan memasukkan fungsi =STDEV(number1; [number2];..). Untuk lebih jelasnya dalam proses pengambilan keputusan risiko ini dapat dilihat pada Gambar 2. Tabulasi Data Penyetaraan Upah Tenaga Kerja menjadi Upah HOK Pria Input Biaya dan Pemakaian Tenaga Kerja Menurut Jenis Kegiatan Perincian Tenaga Kerja (TKDK dan TKLK) Jenis Kegiatan Usahatani 1. Pengolah Tanah 2. Persiapan Benih 3. Penyemaian Benih 4. Penanaman 5. Pengaturan Air 6. Penyiangan 7. Penyulaman 8. Pemupukan 9. Penyemprotan 10. Panen Penjumlah Total TKDK dan TKLK untuk tiap jenis kegiatan usahatani Penghitungan Risiko Tenaga Kerja memakai fungsi STDEV pada Microsoft Excel Gambar 2. Bagan Proses Penghitungan Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja a. Variance Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian.

44 Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): m 2 t = P ij (R ij - Ř ij ) 2 j = 1 Dimana : 2 t = Variance dari return P ij = Peluang dari suatu kejadian R ij = Return Ř ij = Expected Return Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. b. Standard deviation Standard deviation dapat diukur dari akar kuadran dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi penyimpangan yang terjadi karena penggunaan tenaga kerja. Dalam penilaian analisisnya, semakin besar nilai standard deviation maka semakin tinggi risiko penyimpangan yang terjadi dalam penggunaan alokasi tenaga kerja dalam setiap kegiatan usahatani padi. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut: t = t 2 Dimana : t 2 = Variance t = Standard deviation

45 4.6. Definisi Operasional 1. Petani padi sehat adalah petani yang melaksanakan budidaya padi secara sehat dan ramah lingkungan, menggunakan masukan pupuk organik dan pestisida botani dengan pengurangan input pupuk kimia dari aturan pemakaian normal dalam usahataninya, satuannya orang. 2. Petani padi konvensional/anorganik adalah petani yang melaksanakan budidaya padi secara anorganik, menggunakan masukan kimia dalam usahataninya, satuannya orang. 3. Luas lahan garapan areal usahatani padi ramah lingkungan/konvensional (anorganik) merupakan lahan yang digunakan dalam proses usahatani untuk menanam padi ramah lingkungan/anorganik, satuannya ha. 4. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi usahatani. Tenaga kerja dibedakan jadi dua, yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Seluruh tenaga kerja disertakan dengan ukuran Hari Orang Kerja (HOK). 5. Jumlah produksi adalah jumlah panen padi yang dihasilkan dari luas lahan, satuannya kilogram. 6. Produktivitas adalah hasil bagi antara jumlah panen/produksi dengan luas lahan dengan satuannya ton per hektar. 7. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk, benih, pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, dan sewa traktor/hewan ternak. Untuk pemilik penggarap maupun penyakap yang panen sendiri ditambah biaya panen, sedangkan yang tebasan tidak ada biaya panen. Untuk penyakap maka komponen biaya tunainya ditambah dengan biaya sakap. Satuannya rupiah. 8. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk input milik sendiri meliputi tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan. Satuannya adalah rupiah. 9. Biaya usahatani total merupakan penjumlahan antara biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Satuannya rupiah. 10. Harga jual beras adalah harga jual output dalam bentuk beras di tingkat petani, dalam satuan rupiah per kilogram.

46 11. Penerimaan (nilai produksi) usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari hasil kali antara jumlah produksi beras dengan harga jualnya. Satuannya rupiah. 12. Pendapatan kotor usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dan biaya tunai usahatani. Satuannya rupiah. 13. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani total (biaya tunai dan diperhitungkan). Satuannya rupiah. 14. Residu (residu) adalah jumlah bahan protektan yang tertinggal di dalam atau pada jaringan inang sesudah suatu waktu, terutama pada saat panen.

47 V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Desa Ciburuy terletak di wilayah pembangunan Bogor Tengah. Desa Ciburuy merupakan satu diantara 9 desa yang ada di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini terletak kurang lebih 60 km dari Ibukota Kabupaten Bogor, 120 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat dan 80 km dari Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta. Desa Ciburuy memiliki batas wilayah : Sebelah Utara : Desa Ciadeg Sebelah Selatan : Desa Cigombong Sebelah Barat : Desa Cisalada Sebelah Timur : Desa Srogol Luas wilayah Desa Ciburuy yaitu 160 hektar, yang terdiri atas; persawahan, pemukiman, pekarangan, bangunan umum, dan lain-lain. Secara rinci informasi penggunaan lahan di Desa Ciburuy dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Desa Ciburuy Jenis Penggunaan Luas (ha) Persentase (%) Pemukiman dan pekarangan 50,00 31,25 Sawah 82,50 51,56 Bangunan umum 15,00 9,38 Perkantoran 6,00 3,75 Tanah wakaf 0,10 0,06 Perubahan penggunaan tanah 5,30 3,31 Kolam 0,30 0,19 Lain-lain 0,80 0,50 Total 160,00 100,00 Sumber : Data Monografi Desa Ciburuy Tahun 2009 Berdasarkan data pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan yang ada di Desa Ciburuy digunakan untuk sawah, yaitu seluas 82,50 hektar atau mencapai kurang lebih 51,56 persen dari luas total wilayah Desa Ciburuy.

48 Besarnya angka ini menunjukkan daerah ini sangat potensial untuk lahan pertanian, khususnya padi. Secara topografi daerah ini termasuk daerah yang landai dan berbukit dengan ketinggian 600 m diatas permukaan laut. Curah hujan rata-rata di daerah ini 2310 mm per tahun dengan suhu udara rata-rata berkisar antara C Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Ciburuy berjumlah jiwa, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah kepala keluarga (KK) di desa ini yaitu KK dengan tingkat kepadatan penduduk 61 jiwa/km 2. Tingkat pedidikan masyarakat sudah cukup maju, dimana persentase lulusan SLTP cukup besar disusul kemudian dengan lulusan Sekolah Dasar dan SLTP. Perincian mengenai tingkat pendidikan masyarakatnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ciburuy Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) Belum Sekolah Tamat SD Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat D Tamat D Tamat D Tamat D Tamat S Tamat S Total Sumber : Data Monografi Desa Ciburuy Tahun 2009 Berdasarkan Tabel 4 di atas persentase lulusan SLTP paling tinggi, yaitu 40,63 %, lulusan SLTA 19,83 % dan lulusan SD 30,95 %. Ditinjau dari segi mata pencaharian maka masyarakat Desa Ciburuy yang bekerja di sektor pertanian 14,21 % sedangkan wiraswasta/perdagangan mencapai 11,25 % ini berarti bahwa masyarakat Desa Ciburuy sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian atau usahatani. Padahal luas areal persawahan 51,56 %

49 dari total luas wilayah Desa Ciburuy. Rincian mengenai jenis mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Ciburuy Tahun 2009 Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) Petani Buruh Tani Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta/Perdagangan Buruh Pertukangan Tenaga Kesehatan/Paramedis TNI/POLRI Total Sumber : Data Monografi Desa Ciburuy Tahun Sarana dan Prasarana Jalan di Desa Ciburuy kondisinya relatif sudah bagus, 80 % jalan sudah beraspal, cukup lebar untuk kendaraan roda empat. Sarana transportasi menuju Desa Ciburuy relatif mudah, karena ada jasa angkutan roda empat dan dua untuk dapat mencapai lokasi dari jalan raya. Angkutan desa untuk sampai menuju Desa Ciburuy, harus disambung lagi menggunakan ojek kurang lebih 1 km dari jalan raya. Sarana yang ada di Desa Ciburuy berupa sarana pendidikan, sarana keagamaan, dan sarana pemerintahan. Untuk prasarana di wilayah desa berupa prasarana wilayah, prasarana perhubungan, lembaga keuangan/perkreditan, prasarana perekonomian, prasarana pertanian, prasarana kesehatan, prasarana pendidikan dan prasarana penduduk yang menggunakan air bersih. Sarana dan prasarana merupakan salah satu bentuk penunjang dalam memajukan keadaan Sosial Ekonomi di wilayah Desa tersebut Keadaan Umum Pertanian Desa Ciburuy Desa Ciburuy merupakan desa yang tergolong subur dengan kurang lebih 82,50 ha atau 51,56 % berupa sawah yang hampir 90 % ditanami padi. Sarana irigasi yang ada di Desa Ciburuy yang digunakan untuk mengairi sawah berasal dari mata air Gunung Salak. Selain dari mata air irigasi, pengairan berasal dari air

50 hujan yang relatif tinggi pada musim hujan maupun musim kemarau. Penanaman padi pada umumnya dua kali dalam setahun, sedangkan dalam dua tahun dilaksanakan rata-rata lima kali penanaman. Kehidupan bertani sebagian besar penduduk merupakan kegiatan turun temurun. Teknik budidaya yang diterapkan untuk padi secara umum sudah modern di mana pengolahan tanahnya menggunakan jasa ternak kerbau dan traktor. Para petani desa ini pada umumnya sudah mengenal adanya pergantian musim tanam dan rotasi tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang-kacangan, sayuran. Hasil pertanian yang utama di desa ini adalah padi, karena hampir 90 persen lahan pertanian yang ada ditanami padi. Dengan luas panen 80 hektar, dapat memproduksi padi dengan jumlah yang relatif besar. Padi yang dihasilkan oleh petani langsung di bawa ke koperasi untuk melakukan penyortiran antara padi sehat dan padi anorganik. Permasalahan di sektor pertanian yang utama yaitu hama dan penyakit yang seringkali menyerang dan menyebabkan kerusakan pada tanaman di lahan terutama padi di sawah. Hama yang seringkali menyerang adalah hama wereng dan walang sangit tetapi itu sudah lama sekali hingga sekarang ini jarang sekali ada hama. Semakin banyaknya petani mengetahui dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia bagi kesehatan petani, kesehatan tanaman padi sampai munculnya hama dan penyakit tanaman yang ditimbulkan oleh pestisida kimia. Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Silih Asih merupakan wadah dalam mengumpulkan dan membina para petani untuk saling berbagi informasi dalam bidang usahatani padi dan pertanian lainnya. Di sini petani belajar budidaya padi sehat dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur Budidaya Padi Sehat dan mengikuti kegiatan mulai dari persiapan benih, penanaman, pemeliharaan, pembuatan pupuk organik/kompos, pembuatan LOF (Liquid Organic Fertilezer) dan pembuatan pestisida nabati.

51 VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani padi konvensional. Hal ini berguna untuk melihat karakteristik umum petani. Karakteristik yang digunakan merupakan variabel yang akan digunakan dalam menentukan faktor internal petani menerapkan sistem usahatani padi sehat. Karakteristik umum petani pada penelitian ini terdiri dari tingkat pendidikan, umur, jumlah anggota keluarga tanggungan petani, luas lahan, status penguasaan lahan dan pengalaman petani. Rincian karakteristik umum pada kedua sampel populasi petani dapat dilihat pada tabel yang disajikan Karakteristik Petani Responden Padi Sehat Budidaya padi sehat dimulai sejak tahun 2004 relatif masih baru dalam tahap pengembangan budidaya padi organik. Pertanian organik bagi petani merupakan hal yang relatif baru. Selama kurun waktu tersebut petani masih belum bisa meninggalkan yang namanya pupuk kimia, karena pemakaian pupuk kimia sangat penting dalam pertumbuhan tanam padi di sawah. Sesuai dengan salah satu tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui caracara budidaya padi sehat dan padi anorganik maka dilakukan wawancara dan tinjauan ke lapang pada petani padi yang dipilih secara acak dari petani di Desa Ciburuy. Responden petani ditentukan dari anggota dalam kelompok tani silih asih. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengetahui dan menanyakan terlebih dahulu petani yang mengikuti SOP Padi Sehat karena banyaknya petani yang ada di Desa Ciburuy. Berdasarkan hasil wawancara dari responden diperoleh informasi bahwa petani padi sehat sebagian besar berusia diatas 30 tahun. Dengan proporsi terbesar adalah petani yang berusia diatas 31 tahun yaitu berjumlah 7 orang petani, kemudian diikuti dengan petani yang berusia tahun yang berjumlah 1 orang petani. Selanjutnya penggolongan petani responden padi sehat berdasarkan usia secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 6.

52 Tabel 6. Penggolongan Petani Responden Padi Sehat Berdasarkan Usia Golongan Usia Petani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) < Total Apabila ditinjau berdasarkan usia responden petani padi sehat dapat dilihat seperti Tabel 6 tersebut di atas bahwa pada umumnya petani yang melaksanakan padinya secara sehat ini berusia tua (> 31 tahun). Petani yang berusia di atas 31 tahun ini umumnya sudah bertani padi sejak muda walaupun belum secara organik. Responden petani padi sehat ini mulai mengembangkan pertanian organik dengan menghilangkan pemakaian pestisida kimia digantikan dengan pestisida nabati dan mengurangi pemakaian pupuk kimia dari dosis biasanya. Ditinjau dari sisi tingkat pendidikan yang pernah diikuti maka dapat digolongkan atas beberapa kategori. Berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh maka proporsi terbesar adalah petani padi sehat yang lulus Sekolah Dasar yaitu sebesar 60 persen, kemudian diikuti dengan petani yang tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 20 persen, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan 13,33 persen, dan Tingkat Sarjana Muda 6,67 persen. Tabel 7. Penggolongan Petani Responden Padi Sehat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA/SMK D Total Kondisi petani padi apabila dilihat dari status petaninya maka ada tiga, yaitu petani padi sehat yang berstatus sebagai penyewa sekaligus penggarap,

53 petani penyakap (Maro) atau petani yang melakukan bagi hasil dari hasil panennya nanti, dan petani penyewa lahan orang dengan membayar harga sewa lahan per tahun atau per musim tanam. Petani di Desa Ciburuy sebagian besar adalah petani penyewa lahan sekaligus penggarap lahan sehingga responden yang diambil untuk penelitian ini semua adalah petani yang berstatus sebagai penyewa. Yang dimaksud dengan petani pemilik penggarap adalah petani yang menggarap lahan miliknya sendiri, sehingga hasil panen dan biaya usahatani sepenuhnya menjadi tanggungannya. Yang dimaksud petani penyakap yang berlaku secara umum di Desa Ciburuy adalah Maro yaitu petani yang menggarap lahan milik orang lain dan kemudian membayar sewanya dalam bentuk bagi hasil, yang mana besarnya merupakan hasil kesepakatan antara pemilik tanah dengan penggarap, dimana ± 50 % dari total penerimaan dibayarkan kepada pemilik lahan atau tanah dan ± 50 % untuk penyakap. Petani penyewa adalah petani yang menggarap lahan orang lain dengan melakukan sewa lahan atau sawah orang lain, harga sewa tergantung dari kesepakatan dari kedua belah pihak. Luas lahan yang diusahakan secara usahatani padi sehat oleh petani di Desa Ciburuy jumlah totalnya kurang lebih 3 hektar jumlah yang relatif kecil dibandingkan luas lahan total Desa Ciburuy yaitu 80 hektar. Berdasarkan luas lahan garapannya, maka luas lahan garapan padi sawah yang dibudidayakan secara padi sehat dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Penggolongan Petani Responden Padi Sehat Berdasarkan Luas Lahan Garapannya Luas Lahan Garapan (m 2 ) Jumlah (orang) Persentase (%) < > Total Terlihat pada Tabel 8 di atas bahwa luas lahan garapan petani cukup beragam, di mana persentase terbesar adalah petani dengan luas garapan antara m 2, yaitu berjumlah 7 orang atau 46,67 % kemudian diikuti dengan

54 luas lahan garapan lebih dari m 2 (4 responden) dan luas lahan m 2 (3 responden). Untuk luas lahan kurang dari m 2 yaitu berjumlah 1 orang atau 6,67 %. Berdasarkan status usahataninya, maka 86,67 % responden menyatakan usahatani yang dilaksanakannya merupakan pekerjaan pokok, dan 13,33 % merupakan pekerjaan sampingan. Responden yang menyatakan usahataninya sebagai usaha sampingan tersebut adalah petani yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh bangunan, tukang ojek, pedagang sayur dan pedagang kaki lima. Tabel 9. Penggolongan Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Status Usahatani Uraian Jumlah (orang) Persentase (%) Pokok Sampingan Total Seluruh responden petani padi sehat (15 orang) di Desa Ciburuy dari total petani yang tergabung dalam kelompok tani Silih Asih. Kelompok tani ini dalam keanggotaannya terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok ikan dan kelompok tani sawah. Tetapi dalam kelompok tani ini tidak hanya petani padi sehat saja yang menjadi anggota, melainkan juga petani anorganik. Selanjutnya untuk mempelajari dan mengetahui sistem usahatani padi sehat yang dilakukan oleh para petani sehat dan padi konvensional (anorganik) yang dilakukan oleh petani konvensional Desa Ciburuy diketahui dari pelaksanaan usaha budidaya dan ekonomi. Penilaian secara budidaya dilakukan dengan mengetahui bagaimana proses budidaya padi sehat mulai dari pengolahan lahan pertanian hingga dapat ditanami bibit padi sampai dengan panen dan pemasarannya. Sedangkan penilaian secara ekonomi dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani untuk mengetahui pendapatan petani padi sehat, dan kemudian dibandingkan dengan petani padi konvensional, perhitungan produktivitas usahatani padi sehat dan analisis kepekaan.

55 Karakteristik Responden Petani Padi Konvensional Untuk keperluan mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh petani padi konvensional maka dipilih 15 responden petani konvensional agar dapat dibandingkan tingkat pendapatannya tersebut dengan petani padi sehat. Karakteristik petani responden anorganik tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani anorganik merupakan petani dengan kelompok umur di atas 30 tahun. Dari responden yang ada, 33,33 % berada pada kelompok umur tahun, kemudian diikuti yang berusia tahun sebesar 20,00 % atau tiga responden. Tabel 10. Karakteristik Responden Petani Padi Konvensional 1. Golongan Usia Petani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Total Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA/SMK D3/Sarjana - - Total Luas Lahan Garapan(m 2 ) Jumlah (orang) Persentase (%) < > Total Uraian Jumlah (orang) Persentase (%) Pokok Sampingan Total Apabila ditinjau dari tingkat pendidikannya, maka petani tamat SD menempati proporsi yang terbesar, yaitu berjumlah 11 orang atau 73,33 %,

56 kemudian diikuti oleh responden yang tamat SLTP 13,33 % atau 2 responden. Responden yang tamat SLTA hanya ada 2 orang atau 13,33 %. Berdasarkan luas lahan garapannya, maka proporsi terbesar adalah responden yang menggarap lahan dengan luas m 2, dan kemudian diikuti dengan responden yang menggarap lahan dengan luas lahan lebih dari m 2 yaitu sebesar 26,67 %. Responden yang menggarap lahan kurang dari m 2 sebesar 13,33 % atau 2 responden.

57 VII HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1. Sejarah Perkembangan Usahatani dari Padi Sehat di Desa Ciburuy Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pendapatan utama dari penduduk di Desa Ciburuy selain dari sektor lain seperti peternakan dan perikanan. Pertanian di daerah tersebut merupakan pertanian yang turun temurun berasal dari keluarga mereka. Desa Ciburuy memiliki Kelompok Tani yang dirintis sejak tahun 2002 dengan nama Kelompok Tani Silih Asih. Jumlah dari anggota kelompok tani Silih Asih adalah 188 anggota yang terdiri dari enam kelompok tani. Gapoktan ini mulai bekerjasama pada tahun 2004 dengan Lumbung Petani Sehat (LPS) di bawah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa Republika melalui Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3ES) dalam menanam padi sehat. Program ini juga bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. Luas lahan yang ada di Desa Ciburuy adalah seluas 80 hektar termasuk dalam lahan sawah, tegal, peternakan dan perikanan. Untuk luas garapan sawah para petani masing-masing menggarap lahan seluas 2000 m m 2. Sekarang ini LPS berganti nama menjadi Lembaga Pertanian Sehat (LPS) dan masih terus melakukan pembinaan membantu para petani dhuafa. Aturan-aturan yang harus diikuti oleh para petani meliputi jenis benih padi yang ditanam, jumlah benih, aturan tanam dosis pemakaian pupuk kimia, pemakaian pupuk organik, pemakaian pestisida organik, penjualan dan pembinaan petani oleh Lembaga Pertanian Sehat, Gapoktan dan Dinas Pertanian. Jenis varietas padi yang ditanam oleh para petani adalah varietas Pandanwangi, Sintanur, Ciherang, Bondoyudo, Situbagendit. Tiap petani menanam varietas yang berbeda-beda dalam setiap musimnya sesuai dengan kesepakatan kelompok tani yang ditentukan secara bergilir. Salah satu cara yang ditempah oleh gapoktan Silih Asih untuk menjaga kontinuitas dari pasokan beras bebas pestisida mereka adalah dengan adanya masa tanam yang tidak serentak. Masa tanam yang diatur sedemikian rupa di antara kelompok tani menyebabkan masa panen juga tidak serentak. Pada satu waktu yang sama terdapat beberapa kegiatan yang berbeda

58 seperti kegiatan menanam padi, memanen dan kegiatan memelihara padi yang mendekati masa panen. Jumlah benih/hektar yang ditanam petani harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan yaitu sistem legowo. Dengan sistem penanaman ini diharapkan padi akan lebih optimal dalam menyerap cahaya matahari dan zat hara disekitarnya, sehingga hasil panennya diharapkan bisa lebih baik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kompos yang dibuat sendiri oleh para petani padi sehat. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pupuk kompos seperti jerami sisa hasil panen, pupuk kandang, rerumputan dan zat untuk mempercepat pembusukan. Penghilangan ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dilakukan dengan cara mengurangi dosis pemakaian pupuk dari dosis normal secara bertahap. Sama halnya dengan pupuk kompos, para petani membuat pestisida nabati sendiri dari bahan-bahan tumbuhan yang memiliki bau yang menyengat seperti bengkuang, sirsak, pinang, kacang babi, kecebreng dan sebagainya. Sejak 5 tahun yang lalu, padi yang dihasilkan oleh petani padi sehat ini telah dinyatakan bebas residu pestisida kimia oleh Departemen Kesehatan. Hasil panen dari petani semua dijual ke koperasi Lisung Kiwari yang berada satu tempat dengan Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3ES). Gabah dari para petani akan dilakukan sortir terlebih dahulu untuk mendapatkan beras yang benar-benar sehat, aman dan enak Analisis Budidaya Padi Sehat di Desa Ciburuy 1. Pengadaan Benih Usahatani sangat ditentukan dengan memilih varietas yang bagus tahan terhadap serangan hama karena banyak hama dan penyakit yang sering merusak tanaman padi. Varietas yang dipilih merupakan varietas unggul tahan wereng dan penyakit serta tahan serangan hama yang lain. Pemilihan benih yang akan ditanam juga diperhatikan mutu yang tercantum dalam label benih yang akan dibeli, varietas benih tersebut harus sudah lulus uji mutu dan produksi dari pemerintah atau Balai Penelitian Pertanian dari Departemen Pertanian. Kebutuhan untuk benih 8-15 kg per hektar dengan daya tumbuh minimum 90 persen.

59 2. Perlakuan Benih Benih harus direndam terlebih dahulu dengan campuran garam atau air abu dengan dosis 1 sendok garam kalau menggunakan abu memerlukan 3 sendok abu setiap satu liter air, setelah itu benih direndam lagi menggunakan air bersih. Dilanjutkan dengan pemeraman benih sehingga didapatkan benih yang bernas, perlakuan dari benih tersebut dapat menekan atau menghilangkan penyakit yang ada pada benih. Perlakuan benih juga dapat merangsang pengecambahan benih yang merata dan serempak. 3. Pembuatan Persemaian Persemaian bisa dilakukan di lahan darat (persemaian kering), untuk membuatnya dibutuhkan lahan seluas 200 m 2 untuk luasan 1 hektar dengan menggunakan media besek yang diisi kompos dan tanah. Perbandingan kompos dan tanah 1 : 1 yang ditaruh kedalam besek ukuran 20 x 20 cm sebanyak besek/ha. Bibit yang diperoleh nantinya adalah bibit yang siap tanam pada umur hari. 4. Pengolahan / Persiapan Lahan Dalam pengolahan lahan ini bertujuan untuk mempersiapkan lahan dengan cara pembajakan dan pembuatan kakanler/kamalir. Sehingga tanah menjadi gembur dan subur, aerasi dalam tanah baik, perkembangan biota tanah yang baik menjamin sistem perakaran tanaman yang sempurna. Memudahkan pengaturan air pengairan pada tingkat lahan usahatani. Perlakuan yang dilakukan dengan membajak 1 kali dan garu 1 kali, kamalir sedalam mata cangkul dengan lebar 30 cm, dan jarak kamalir 1,5 2 m atau sesuai dengan kebutuhan. 5. Penanaman Pola tanam yang baik adalah menggunakan bibit hari dengan ketinggian antara cm dan jumlah daun 4 helai, penanaman setiap lubang 1-2. Dengan jarak tanam dalam barisan 12,5 cm antar barisan 25 cm dan jarak kelompok barisan tanaman 50 cm (sistem legowo 2). Dari pola tanam seperti itu akan memperoleh tanaman yang tetap terjamin kesegarannya, sehat dan menjamin

60 anakan yang produktif lebih banyak. Memudahkan pemeliharaan dan penghematan penggunaan pupuk serta cakupan unsur hara menjadi luas. 6. Pengaturan Air Pengairan dilakukan pada saat tanam, penyiangan, pemupukan, dan saat panen. Ini dilakukan untuk memperoleh aerasi dan pertumbuhan biota tanah yang sempurna, memperoleh anakan yang produktif, hemat terhadap penggunaan air dan kualitas hasil panen lebih baik dengan kematangan gabah merata. Hal-hal yang dilakukan seperti pemberian air yang secukupnya pada saat tanam, 2 (dua) hari menjelang penyiangan petakan digenangi air setinggi 2 cm sampai dengan selesai penyiangan, dan lahan dikeringkan total 2 minggu sebelum panen. 7. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan dimulai dengan penyiangan pertama dilakukan pada umur HST sambil melakukan penyulaman, penyiangan dilakukan dengan jalan mengacak lahan secara sempurna sampai dengan akar rumpur putus, rumput hasil penyiangan dibenamkan. Penyiangan kedua dilaksanakan pada 15 hari setelah penyiangan pertama, penyiangan bersifat menghilangkan rumput pengganggu dengan cara dibenamkan. Menggunakan pupuk kompos sebagai pupuk dasar dengan dosis 2-5 ton/ha atau 0,2-0,5 kg/m 2 yang disebarkan secara merata sebelum tanam. Pemupukan susulan 1 dilakukan pada umur HST dengan menggunakan NPK setengah dosis ditebarkan secara merata. Pemupukan susulan 2 dilakukan pada umur HST dengan dosis 50 kg urea/ha dan disebarkan merata. Disemprot merata dengan dosis larutan 100 liter pada umur 14 HST, 300 liter pada 28 HST dan 500 liter pada 45 HST dosis larutan 2-5 cc/liter air. Melakukan pergiliran varietas diikuti dengan sistem tanam legowo 2, penggunaan pupuk suplemen organik yang diikuti sanitasi terhadap lingkungan melalui pelestarian musuh alami (predator) hama. Penyediaan pestisida nabati dari jenis tanaman, nematode patogen serangga dan jamur beauveria yang mengandung racun dan bahan-bahan yang bersifat repellent dan antrakan bagi hama dan penyakit tanaman. Pemupukan Daun (PPc/2 PT) LOF 20 (Liquid Organic Formula).

61 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman, meliputi: Kultur Teknis Kultur Mekanis Kultur Biologis Kultur Kimia dengan Pestisida Nabati 8. Panen Agar kualitas beras bagus waktu panen dilakukan setelah padi menguning 90 persen atau cukup umur, menggunakan sabit bergerigi. Penggunaan karung yang baik atau tidak bocor untuk memasukkan gabah hasil panen, pakai alat perontok atau banting bertirai dengan alas yang lebar agar gabah yang baru dirontokkan tidak bercecer kemana-mana, mengurangi goyangan sehingga butiran gabah tidak banyak yang rontok Analisis Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional Analisis Produktivitas Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai dari total produksi usahatani (output) yang dikelola oleh petani. Penerimaan usahatani juga dapat dikatakan sebagai pendapatan kotor atau total produksi dikalikan dengan harga per satuan. Penerimaan dari hasil penjualan output usahatani adalah pendapatan kotor yang diperoleh petani sebelum dikurangi oleh biaya biaya yang dikeluarkan pada usahataninya. Output dari kegiatan usahatani padi adalah berupa gabah. Gabah merupakan bulir padi yang telah dirontokan melalui kegiatan panen. Gabah yang dihasilkan petani padi dan yang biasanya sering dijual oleh petani di Desa Ciburuy ialah Gabah Kering Panen (GKP). GKP ialah gabah yang diterima petani di lahan dan belum mendapat perlakuan pengeringan, sedangkan GKG ialah gabah yang telah mendapat perlakuan pengeringan. Oleh karena itu petani tidak melakukan proses pengeringan (penggilingan) lebih lanjut untuk menghasilkan GKG, maka biaya penggilingan sepenuhnya menjadi tanggungan pembeli yaitu lembaga pertanian sehat dan koperasi Lisung Kiwari. Sedangkan untuk padi

62 anorganik juga dijual secara langsung dalam bentuk GKP ke koperasi Lisung Kiwari. Berdasarkan data yang diperoleh, kegiatan usahatani padi sehat pada Musim Tanam I Tahun 2009, petani padi Sehat memperoleh hasil panen yang lebih kecil dibanding dengan hasil panen petani padi konvensional. Petani padi sehat mampu menghasilkan Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 2815,67 kg pada luas lahan rata rata 0,48 hektar. Bila luas lahan dikonversikan ke dalam satuan hektar maka produktivitas padi sehat menghasilkan GKP sebesar 5865,98 kg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh petani padi sehat telah sesuai dengan teori dengan menggunakan metode budidaya padi sehat akan menghasilkan gabah masih diatas rata-rata nasional yaitu 5000,00 kg/ha. Sedangkan gabah (GKP) yang diterima petani padi konvensional yang diusahakan oleh petani penyewa pada luas lahan rata rata 0,46 ha sebesar 2513,33 kg dan bila dikonversikan kedalam luasan hektar maka diperoleh produktivitas sebesar 5463,76 kg. Jumlah yang diterima petani padi konvensional ini lebih rendah dari hasil yang diperoleh petani padi sehat. Meskipun demikian, produktivitas padi konvensional dan padi sehat berada diatas rata-rata produktivitas nasional. Lebih lanjut, penggunaan jumlah kebutuhan benih yang rata rata tidak melebihi 25 kg/ha, bibit yang rata rata di bawah lima serta penggunaan pupuk kimia yang tidak berlebih ternyata lebih efisien dibandingkan penggunaan input tersebut secara berlebihan pada usahatani padi konvensional. Adapun rincian perbandingan produktivitas padi sehat dan konvensional dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Produktivitas Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional pada Musim Tanam I Tahun 2009 Jenis Usahatani Luas Lahan Rata-Rata GKP (Kg) Produktivitas/ha Padi Sehat 0, , ,98 Padi Konvensional 0, , ,76 Nilai penerimaan yang diperoleh petani merupakan nilai dari perhitungan hasil panen dari seluruh petani responden yang dikalikan harga rata rata GKP terlebih dahulu dikonversikan kedalam luasan lahan seluas satu hektar. Dalam menganalisis penerimaan petani, peneliti melakukan analisis penerimaan dari

63 produksi gabah kering panen tanpa ada pengurangan dari iuran - iuran seperti iuran pengairan, zakat produksi, dan yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani. Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan usahatani padi, petani padi sehat memperoleh penerimaan total sebesar Rp ,74 dari hasil penjualan GKP sebanyak 5725,63 kg dengan harga rata rata per satuannya sebesar Rp 2.420,00,. Sedangkan GKP yang dijual petani penyewa pada usahatani padi konvensional sebanyak 6083,33 kg dengan harga rata rata per satuannya yaitu Rp 2.020,00 menghasilkan penerimaan sebesar Rp ,00. Sehingga dapat dikatakan jumlah yang relatif lebih besar bagi penerimaan petani padi sehat bila dibandingkan dengan penerimaan petani padi konvensional. Adapun rincian penerimaan padi dari kedua usahatani tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Petani Padi Sehat dan Petani Padi Konvensional pada Musim Tanam I Tahun 2009 (hektar) Usahatani Satuan Volume (GKP) Harga Rata-rata (Rp/satuan) Nilai (Rp) Padi Sehat Kg 5725, , ,74 Konvensional Kg 5609, , , Analisis Total Biaya Usahatani Pada sisi pengeluaran, biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi konvensional untuk membiayai usahataninya lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan petani padi sehat. Masing-masing biaya total untuk padi sehat adalah sebesar Rp ,52 per hektar dalam satu musim tanam dan untuk padi konvensional Rp ,06 per hektar dalam satu musim tanam. Total biaya usahatani ialah keseluruhan biaya biaya yang dikeluarkan oleh petani setiap musim tanam. Total biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Perincian dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada kegiatan usahatani padi sehat di Desa Ciburuy diuraikan lagi menjadi masing masing biaya tersebut terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Adapun perincian biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi sehat dapat dilihat pada Tabel 13.

64 Tabel 13. Biaya Usahatani Padi Sehat pada Musim Tanam (MT) Periode I Tahun 2009 (Hektar) No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Biaya Tunai Biaya Variabel - Benih ,33 1,99 - Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) ,00 59,35 - Urea ,07 1,65 - NPK ,33 1,44 - TSP ,59 0,61 - Pupuk Organik Kompos ,33 9,57 - Pestisida Nabati ,22 0,97 Sub Total ,89 Biaya Tetap - Sewa traktor ,00 4,58 Sub Total ,00 Total Biaya Tunai ,89 2 Biaya Diperhitungkan Biaya Variabel - Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) ,41 9,69 Sub Total ,41 Biaya Tetap - Penyusutan Alat ,22 0,89 - Sewa lahan ,00 9,25 Sub Total ,22 Total Biaya Diperhitungkan ,63 Total Biaya ,52 100,00 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan petani padi sehat pada musim tanam diperoleh rata rata sebesar Rp ,16 per hektar. Pada Tabel 13 menunjukan bahwa biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada usahatani padi sehat memiliki proporsi yang berbeda dalam struktur biaya total. Biaya tunai yang dikeluarkan petani lebih besar dibandingkan jumlah biaya diperhitungkan, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp ,89 per hektar atau sekitar 80,17 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam satu musim tanam, sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp ,63 per hektar atau sekitar 19,83 persen dari total biaya yang digunakan dalam satu musim tanam. Informasi lain yang dapat diperoleh yaitu penggunaan biaya dalam usahatani padi sehat sebagian besar dialokasikan untuk biaya pengadaan kompos dan membayar upah tenaga kerja. Biaya tenaga kerja merupakan proporsi terbesar pada struktur biaya usahatani padi sehat. Biaya ini termasuk biaya tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga, hal ini dikarenakan banyak

65 kegiatan dalam usahatani yang dilakukan oleh petani padi sehat. Komponen biaya terbesar ini baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga memiliki proporsi yang berbeda dalam struktur biaya total, biaya yang dikeluarkan untuk membayar TKLK cenderung lebih besar yaitu Rp ,00 atau sekitar 59,35 persen dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar TKDK sebesar Rp ,41 atau sekitar 9,69 persen. Hal ini membuktikan bahwa dalam usahatani padi sehat penggunaaan tenaga kerja tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh tenaga kerja keluarga tetapi kekurangan tenaga kerja tersebut harus tercukupi dari tenaga kerja luar keluarga. Sehingga petani padi sehat tidak dapat memperbesar alokasi tenaga kerja yang akan berdampak pada meningkatnya biaya tunai yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja. Dengan demikian, petani harus lebih memperhatikan penggunaan tenaga kerjanya agar lebih optimal dalam pemakaian setiap tenaga kerja. Biaya terbesar kedua dalam biaya total usahatani padi sehat ialah kompos yaitu sebesar 9,57 persen pada biaya tunai, kompos yang digunakan petani padi sehat jumlahnya lebih besar dari pupuk kimia yang digunakan petani padi konvensional sehingga berdampak pada besarnya biaya penggunaan tenaga kerja, bahan baku dan waktu yang digunakan maka akibatnya petani harus mengeluarkan biaya yang lebih besar. Akan tetapi jika kebutuhan kompos tidak mampu tercukupi oleh petani maka petani dapat membelinya kepada petani lain yang kelebihan kompos atau membeli ke koperasi Lisung Kiwari, atau dalam proses pembuatannya harus membutuhkan tenaga kerja luar keluarga karena jumlahnya yang banyak maka dengan kata lain biaya kompos akan berubah menjadi biaya tunai, akan berdampak pula kepada besarnya biaya tunai untuk pengadaan kompos. Oleh karena itu sistem menyimpan dan menabung bahan organik dan kotoran hewan yang akan diolah menjadi kompos perlu dijalankan dengan baik dan agar kemungkinan besarnya biaya tunai untuk pengadaan kompos dapat terhindari, bahkan jika kompos tersebut dapat berlebih dalam mengumpulkannya maka keuntungan lebih akan diperoleh petani karena mendapat tambahan penerimaan dari penjualan kompos.

66 Biaya usahatani padi konvensional di Desa Ciburuy memiliki perbedaan dalam struktur biaya usahatani padi sehat. Pada Tabel 15 memperlihatkan biaya total usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi konvensional adalah sebesar Rp ,06 per hektar. Komponen biaya yang memiliki proporsi paling besar digunakan untuk biaya tenaga kerja baik TKDK maupun TKLK, biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan TKLK Rp ,47 atau 37,98 persen dari total biaya usahatani, biaya ini lebih besar jika dibandingkan dengan biaya yang digunakan untuk TKDK yaitu sebesar Rp ,78 atau sebesar 30,27 persen dari total biaya usahatani. Adapun rincian biaya usahatani padi konvensional pada musim tanam periode I Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Biaya Usahatani Padi Konvensional pada Musim Tanam (MT) Periode I Tahun 2009 (Rp/Ha) No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp) Persentase (%) 1 Biaya Tunai Biaya Variabel - Benih ,93 2,41 - Pupuk Kimia ,44 12,15 - Pestisida Kimia ,00 1,98 - Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) ,47 37,99 Sub Total ,84 Biaya Tetap - Sewa Traktor / Ternak ,00 2,86 Sub Total ,00 Total Biaya Tunai ,84 2 Biaya diperhitungkan Biaya Variabel - Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) ,78 30,27 Biaya Tetap - Sewa Lahan ,00 11,09 - Penyusutan Alat ,44 1,24 Total Biaya Diperhitungkan ,22 Total Biaya ,06 100,00 Komponen dari biaya tunai yang memiliki proposi biaya paling besar selain TKLK ialah pada biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pestisida dan pupuk kimia. Biaya yang digunakan untuk pengadaan pupuk kimia lebih besar yaitu 12,15 persen dari total biaya usahatani atau sebesar Rp ,69 sedangkan untuk biaya pengadaan pestisida kimia mengeluarkan biaya yang lebih rendah yaitu sebesar Rp ,00 atau sebesar 1,98 persen dari total biaya

67 usahatani. Sisanya merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan sebesar 11,09 persen atau Rp ,00, penyusutan alat sebesar 1,24 persen atau sebesar Rp ,44, biaya benih sebesar Rp ,93 atau 2,4 persen, sewa traktordan ternak sebesar Rp ,00 (2,86 persen). Informasi yang dapat diketahui dari tabel diatas ialah proporsi biaya tunai pada usahatani padi konvensional lebih besar dibandingkan proporsi biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani padi konvensional sebesar Rp ,84 atau sebesar 57,35 persen sedangkan biaya diperhitungkannya sebesar Rp ,22 atau 46,64 persen. Sama halnya dengan biaya tunai dan diperhitungkan pada usahatani padi sehat, yaitu biaya tunai yang dikeluarkan lebih besar daripada biaya yang diperhitungkannya, untuk biaya tunai usahatani padi sehat sebesar Rp ,89 (80,17 persen) dan biaya diperhitungkan usahatani padi sehat sebesar Rp ,63 (19,83 persen). Hal ini menunjukan bahwa petani pada usahatani padi sehat secara finansial sangat bergantung pada ketersediaan biaya tunai yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi konvensional dalam pengadaan inputnya. Adapun rincian perbandingan biaya pada kedua usahatani dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis Perbandingan Biaya untuk Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong per Hektar No Biaya Usahatani Padi Sehat Padi Konvensional Rp (%) Rp (%) 1 Biaya Tunai , ,84 57,39 2 Biaya Diperhitungkan ,63 19, , Total Biaya ,52 100, ,06 100, Analisis Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Sesuai dengan salah satu tujuan penelitian ini yaitu untuk membandingkan pendapatan antara petani padi anorganik dan padi sehat, maka perbandingan pendapatan dilakukan untuk petani padi sehat dan petani padi anorganik keduanya berstatus sebagai penyewa lahan. Untuk lebih singkatnya mengenai perbandingan pendapatan antara petani padi sehat dengan petani padi anorganik dapat dilihat pada tabel yang telah disajikan.

68 Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan, apabila nilai selisih tersebut positif maka dapat dikatakan usahatani menguntungkan. Pendapatan usahatani dianalisis dengan menggunakan konsep pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan petani terhadap semua komponen biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam usahatani. Sementara pendapatan atas biaya total merupakan penerimaan petani yang dikurangkan dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam usahataninya, termasuk biaya yang diperhitungkan. Sehingga seringkali hasil akhir dari pendapatan atas biaya total lebih kecil dibandingkan pendapatan tunai. Adapun rincian pendapatan usahatani padi sehat dan padi konvensional dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sehat dan Usahatani Padi Konvensional pada Musim Tanam (MT) I Tahun 2009 (Rp/Ha) No Uraian Padi Sehat % Konvensional % 1 Penerimaan , ,59 2 Biaya Usahatani Total Biaya Tunai , ,84 57,39 Total Biaya Diperhitungkan , ,22 42,61 Total Biaya ,52 100, ,06 100,00 3 Pendapatan Atas Biaya Tunai , ,75 4 Pendapatan Atas Biaya Total , ,53 Berdasarkan data yang diperoleh, hasil panen musim tanam pertama periode tahun 2009, penjualan gabah hasil panen padi sehat menghasilkan nilai total produksi rata rata sebesar Rp ,74 per hektar. Sementara perolehan penerimaan petani padi konvensional ialah sebesar Rp ,59. Perbedaan jumlah penerimaan pada kedua usahatani tersebut dikarenakan tingkat produktivitas padi yang relatif berbeda. Produktivitas padi sehat lebih tinggi dibandingkan padi konvensional. Penjualan hasil gabah usahatani tersebut merupakan pendapatan kotor yang belum dikurangi oleh biaya biaya usahatani yang dikeluarkan. Pada umumnya, usahatani padi sehat memiliki biaya usahatani yang lebih besar daripada biaya usahatani pada padi konvensional, terutama pada komponen TKLK dan pengadaan kompos. Tabel 17 menunjukkan bahwa dari segi biaya total biaya usahatani padi sehat memiliki biaya yang lebih besar

69 dibandingkan dengan usahatani padi konvensional terutama pada total biaya diperhitungkan. Namun dapat diketahui bahwa pendapatan tunai pada usahatani padi sehat nilainya lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi konvensional. Petani padi sehat memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp ,85 per hektar. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh oleh petani padi konvensional hanya sebesar Rp ,75 per hektar. Hal tersebut dikarenakan rata - rata biaya tunai dan total petani padi sehat lebih besar dari petani padi konvensional, sehingga dapat diketahui selisih antara pendapatan atas biaya tunai padi sehat dan konvensional rata - rata sebesar Rp ,90 per hektar, dan nilai tersebut lebih menguntungkan bagi petani padi konvensional jika dibandingkan dengan petani padi sehat. Sama halnya dengan pendapatan atas biaya total pada masing masing usahatani, diketahui bahwa pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani padi sehat lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan atas biaya total usahatani padi konvensional. Jika dilihat pada Tabel 16 bahwa petani padi sehat menerima pendapatan atas biaya totalnya sebesar Rp ,22 per hektar, hal tersebut disebabkan oleh besarnya total biaya tunai, sehingga pendapatan atas biaya totalnya menjadi lebih kecil. Sementara pendapatan atas biaya total petani padi konvensional sebesar Rp ,53 per hektar, hal ini menunjukan bahwa petani padi konvensional masih mendapatkan keuntungan apabila biaya yang diperhitungkan tetap dibayarkan Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani Beberapa analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi pendapatan usahatani adalah dengan melihat nilai pendapatan atas penggunaan tenaga kerja dalam keluarga (return to family labour), pendapatan atas penggunaan lahan (return to land) dan menggunakan analisis imbangan penerimaan terhadap biaya (R/C Rasio). Adapun hasil perhitungan nilai return to family labour dan return to land dapat dilihat pada Tabel 17 dan perhitungan analisis imbangan penerimaan terhadap biaya dapat dilihat pada Tabel 18.

70 Tabel 17. Perbandingan Nilai Return to Family Labour dan Return to Land pada Usahatani Padi Sehat dan Padi Konvensional No Jenis Usahatani Return to Family Labour (Rp) Return to Land (Rp) 1 Padi Sehat , ,29 2 Padi Konvensional , ,11 Penilaian return to family labour pada kegiatan usahatani padi sehat dan konvensional pada Tabel 17 menunjukkan bahwa usahatani padi sehat, nilai return to family labour lebih besar yaitu Rp ,99 dibandingkan dengan usahatani padi konvensional. Dengan demikian kegiatan usahatani padi sehat yang dikerjakan oleh petaninya sendiri atau keluarganya (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi konvensional. Sama halnya dengan perhitungan nilai return to land, usahatani yang diterapkan pada lahan padi padi sehat memperoleh pendapatan atas lahannya lebih besar yaitu Rp ,29 dibandingkan dengan pendapatan atas penggunaan lahan padi konvensional. Nilai tersebut merupakan ukuran produktivitas tanah usahatani. Dengan demikian usahatani padi sehat jika dilihat dari hasil penerimaannya berdasarkan penggunaan lahan lebih menguntungkan. Sebaran penggunaan input pada usahatani skala luas dan sempit merupakan paparan yang penting untuk analisis lebih lanjut dalam efisiensi penggunaan input pada usahatani skala yang berbeda. Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi pendapatan usahatani adalah dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan terhadap biaya (R/C Rasio). Adapun perhitungan analisis penerimaan terhadap biaya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani dengan Menggunakan Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) No Uraian Usahatani Padi Sehat Padi Konvensional 1 Pendapatan Atas Biaya Tunai , ,75 2 Pendapatan Atas Biaya Total , ,53 3 Total Biaya Tunai , ,84 4 Total Biaya , ,06 5 R/C Rasio atas Biaya Tunai 2,21 3,15 6 R/C Rasio atas Biaya Total 1,77 1,80

71 Berdasarkan Tabel 18 memperlihatkan efisiensi usahatani dari dua jenis usaha yang diusahakan petani di Desa Ciburuy yang ditunjukkan oleh nilai imbangan penerimaan atas biaya tunai dan imbangan penerimaan atas biaya total. Nilai imbangan penerimaan atas penggunaan biaya tunai usahatani padi sehat sebesar 2,21 jauh lebih kecil dari imbangan penerimaan atas biaya tunai usahatani padi konvensional yaitu sebesar 3,15. Hal ini menjelaskan bahwa petani padi sehat menerima 2,21 rupiah dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan, sementara petani padi konvensional penyewa menerima 3,15 rupiah dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkannya. Sedangkan jika dilihat dari imbangan penerimaan atas biaya total usahatani, menyatakan bahwa, petani padi sehat akan memperoleh 1,77 rupiah dari setiap satuan inputnya sementara petani padi konvensional hanya menerima sebesar 1,80 rupiah dari setiap satu rupiah input yang digunakan dalam usahataninya. Meskipun demikian, usahatani padi sehat dan konvensional masih menguntungkan secara ekonomi karena nilai imbangan penerimaan atas biaya tunai masing masing usahatani tersebut lebih dari satu (R/C Rasio >1), selisih yang berbeda ini sama halnya dengan imbangan penerimaan atas biaya total pada usahatani padi konvensional yang nilainya hampir sama antara usahatani yang dijalankan dengan metode budidaya padi sehat dan padi konvensional. Penggunaan biaya total pada kedua usahatani, baik pada usahatani padi sehat dan usahatani padi konvensional tidak terlalu jauh berbeda dengan selisih biaya total sebesar Rp ,46. Sama halnya dengan perbedaan biaya tunainya dengan selisih sebesar Rp ,05. Namun biaya tunai yang paling besar dikeluarkan oleh petani padi konvensional, dalam komponen biaya tunai usahatani padi konvensional proporsi paling besar untuk biaya tenaga kerja, pestisida dan pupuk. Dikarenakan penerimaan dari harga gabah pada padi konvensional cenderung lebih kecil yaitu rata rata sebesar Rp 2.020,00 per kg, jika dibandingkan dengan harga gabah padi sehat yang lebih besar yaitu rata rata sebesar Rp 2.420,00 per kg. Penentuan harga upah per HOK ini telah ditentukan berdasarkan upah yang biasa dikeluarkan petani di Desa Ciburuy yaitu rata rata upah petani padi

72 sehat ialah Rp ,33 sedangkan rata rata upah petani padi konvensional ialah Rp ,00. Hal tersebut yang menyebabkan biaya tunai pada usahatani padi sehat sangat tinggi untuk alokasi tenaga kerja. Dilihat dari biaya tunai yang dikeluarkan petani padi sehat sebesar Rp ,89, nilai R/C rasio usahatani lebih kecil dari nilai R/C rasio padi konvensional, namun jika biaya tunai dapat ditekan dengan melakukan menabung bahan bahan organik untuk pembuatan pupuk kompos, pestisida nabati, penghematan alokasi tenaga kerja untuk padi sehat secara rasional maka usahatani padi sehat akan lebih menguntungkan, akan tetapi jika kenaikan biaya tunai yang diiringi oleh kenaikan harga input baik tenaga kerja, pestisida dan pupuk maka usahatani padi sehat akan merugikan Analisis Risiko Penggunaan Tenaga Kerja Dalam kegiatan usahatani, risiko dapat terjadi. Salah satunya Risiko dapat terjadi selama proses produksi berlangsung. Risiko produksi dapat disebabkan oleh penggunaan input. Pada kegiatan usahatani padi sehat dan konvensional, indikasi risiko terlihat pada beragamnya jumlah penggunaan tenaga kerja dari masing-masing responden petani padi sehat dan konvensional. Adapun rincian jumlah penggunaan tenaga kerja pada kedua usahatani dapat dilihat pada Tabel di Lampiran 6. Dimana perbedaan atau variasi tersebut terjadi karena pekerjaan atau kegiatan pada masing-masing usahatani responden berbeda-beda tergantung banyak beban pekerjaan. Kegiatan usahatani padi salah satunya sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan iklim. Sehingga jika cuaca dan iklim tidak mendukung seperti seringnya hujan akan menyebabkan serangan hama dan penyakit, hal ini mempengaruhi kegiatan tenaga kerja dalam pengendalian hama dan penyakit melalui pengendalian secara fisik maupun penyemprotan, sama halnya dengan kegiatan penyiangan, jika semakin banyak gulma maka tenaga kerja yang digunakan untuk penyiangan akan semakin banyak. Dikarenakan cuaca dan iklim pada saat ini yang tidak menentu dan sulit untuk diprediksi menyebabkan jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada setiap kegiatan dalam satu musimnya tidak menentu dan berbeda. Banyaknya jumlah tenaga kerja yang diperlukan mempengaruhi biaya tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang dipakai

73 semakin besar biaya upah yang dikeluarkan. Biaya tenaga yang cukup besar akan mengurangi tingkat pendapatan yang diperoleh petani. Penilaian terhadap risiko dapat diperoleh dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation. Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran yang absolute karena hanya melihat besar kecilnya risiko yang dapat terjadi tanpa mempertimbangkan hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Hasil penilaian rata-rata risiko penggunaan tenaga kerja pada setiap kegiatan usahatani padi sehat dan konvensional dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rata-rata Nilai Standar Deviasi pada Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi sehat dan Konvensional Nilai Standar Deviasi No Kegiatan Usahatani Padi Sehat Usahatani Padi Konvensional 1 Pengolahan Tanah 5,92 2,76 2 Persiapan Benih 2, Penyemaian Benih 6,02 4,91 4 Penanaman 14,63 4,97 5 Pengaturan Air 2,38 13,69 6 Penyiangan 6,69 4,39 7 Penyulaman 2,93 7,14 8 Pemupukan 7,14 3,9 9 Penyemprotan 6,79 2,07 10 Panen 5,43 4,48 Rata-rata ,69 Penilaian risiko penggunaan tenaga kerja pada kegiatan usahatani padi sehat dan padi konvensional berdasarkan nilai rata-rata standard deviation sebagian besar hampir sama, hanya terlihat pada beberapa kegiatan yang cukup berbeda yaitu pada kegiatan pengolahan tanah, dan menanam. Kegiatan penanaman menunjukkan bahwa risiko yang besar dialami oleh petani padi sehat terlihat terjadi penyimpangan terhadap alokasi penggunaan tenaga kerja sebesar 14,63 lebih besar dari usahatani padi konvensional, hal ini dikarenakan pada usahatani padi sehat tanahnya mengandung bahan organik, sehingga tanah subur untuk penanaman. Dengan demikian penanaman pada usahatani padi sehat lebih berisiko untuk menggunakan tenaga kerja yang tidak menentu sehingga tidak dapat diprediksi penggunaannya.

74 Kegiatan pengaturan air pada kedua usahatani memiliki perbedaan dalam risikonya, kegiatan pengaturan air pada usahatani padi konvensional lebih memiliki risiko yang tinggi. Penyimpangan terhadap alokasi penggunaan tenaga kerja sebesar 13,69 dibandingkan dengan usahatani padi sehat. Hal ini terkait dengan perbedaan cara pengturan air pada kedua usahatani, pengaturan air untuk usahatani padi konvensional tidak menentu dikarenakan penggunaan pupuk kimia yang tinggi sehingga untuk melarutkan dibutuhkan air yang banyak. Kegiatan lainnya pada kedua usahatani yang memiliki perbedaan yang cukup besar ialah pada kegiatan pemupukan, namun nilai risiko yang paling besar terdapat pada kegiatan usahatani padi sehat terjadi penyimpangan pada alokasi penggunaan tenaga kerja yaitu sebesar 7,14 dibandingkan dengan usahatani pada konvensional, hal ini dikarenakan kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh petani padi sehat lebih sering dikerjakan, penyebabnya ialah gulma atau tanaman pengganggu lebih sering muncul pada lahan padi sehat karena struktur tanah yang gembur akibat penambahan bahan organik. Hal ini berbeda dengan lahan konvensional yang gulmanya relatif tidak banyak. Risiko penggunaan tenaga kerja yang terjadi pada setiap kegiatan usahatani yang bervariasi dan tidak menentu jumlahnya akan mempengaruhi biaya tenaga kerja, risiko yang terjadi ialah ketidakpastian petani untuk mengetahui secara pasti berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja. Sehingga setiap kegiatan usahatani yang memiliki risiko yang tinggi dalam penggunaan tenaga kerja, harus lebih dipertimbangkan untuk kelanjutan usahatani ataupun sebagai perencanaan untuk menentukan langkah dalam melakukan kegiatan usahatani.

75 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Perbedaan yang paling mendasar pada teknis budidaya pada usahatani padi sehat dan padi konvensional terletak pada kegiatan budidaya yang lebih banyak pada usahatani padi sehat, seperti kegiatan persiapan benih dan pembuatan pupuk kompos, pembuatan pestisida nabati dan pembuatan pupuk cair yang lebih sering dilakukan daripada pada usahatani konvensional. 2. Berdasarkan analisis pendapatan, pendapatan atas biaya tunai usahatani padi sehat lebih besar dibanding petani padi konvensional. Padi sehat dapat memperoleh penerimaan bersih Rp ,22 dari pendapatan total usahatani. Sementara petani padi konvensional memperoleh sebesar Rp ,53 dari pendapatan total usahatani. 3. Berdasarkan dari efisiensi usahatani melalui analisis imbangan penerimaan terhadap biaya, usahatani padi sehat dan usahatani padi konvensional memiliki nilai efisiensi yang berbeda. Nilai imbangan penerimaan usahatani padi sehat memiliki nilai yang lebih kecil dari imbangan penerimaan usahatani padi konvensional. Imbangan penerimaan terhadap biaya total usahatani padi sehat sebesar 1,77 sementara petani padi konvensional memiliki nilai imbangan penerimaan terhadap biaya total sebesar 1, Saran 1. Penanggulangan hama dan penyakit tanaman yang sering mengganggu tanaman padi sehat dan konvensional di Desa Ciburuy harus ada pergiliran dalam pola tanam. Pergiliran itu bertujuan untuk mematikan perkembangan hama dan penyakit yang merusak tanaman padi. Pola

76 tanam dengan tumpang sari atau pergiliran pola tanam dengan tanaman palawija. 2. Petani harus menggiatkan untuk menabung bahan organik seperti pupuk kandang dan bahan organik lainnya. Agar kegiatan petani padi sehat berkurang beban kerjanya, maka kegiatan pembuatan kompos disarankan untuk ditangani oleh suatu lembaga seperti kelompok tani sehingga lebih efisien, karena petani dapat dengan fokus melakukan pekerjaan lainnya pada usahatani. 3. Penggunaan tenaga kerja pada kedua usahatani, disarankan untuk lebih diperhatikan agar tidak terjadi pemborosan dalam penggunaannya, oleh karena itu petani perlu memiliki kemampuan/keterampilan bertani yang baik. Para petani padi sehat lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam usahataninya tetapi itu harus ditinjau ulang alokasi penggunaan tenaga kerja agar sesuai dengan kinerja yang dikerjakan tiap buruh tani atau akan terjadi sebaliknya yaitu terjadi pemborosan penggunaan tenaga kerja dan biaya usahatani akan meningkat.

77 DAFTAR PUSTAKA Agung IGN Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi: Kiat Kiat untuk Mempersingkat Waktu Penulisan Karya Ilmiah yang Bermutu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [BPS] Badan Pusat Statistik Jakarta Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia Tahun Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor Dalam Angka. Bogor: BPS Kabupaten Bogor. [Deptan] Departemen Pertanian Perkembangan produksi pertanian. [1 Desember 2009]. Ginting, L. Elsera Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Herdiansyah, Irwan Analisis Aspek Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Sistem Usahatani Padi Organik di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. [skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hernanto, F Ilmu Usahatani. Bogor: Swadaya. Hernanto, F Ilmu Usahatani. Bogor: Swadaya Lubis, A. N Manajemen Risiko dan Penerimaan Padi Semi Organik Studi : Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kecamatan Ciigombong, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Mulyaningsih, A Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. [skripsi] Bogor: Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

78 Rachmina D, Burhanuddin Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Ridwan Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi Anorganik di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. [skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor. Rohmani, Dina Analisis Sistem Usahatani Padi Organik (Suatu Studi Perbandingan, Kasus: Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah). [skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Shaner,W.W., P.F. Philipp, dan W.R. Schmel Farming Systems Research and Development: Guidelines for Developing Countries. Westview Press Inc. Colorado. Soekartawi Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press: Jakarta. Soekartawi Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press. Soeharjo A, D Patong Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Suratiyah, Ken Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Sutanto, R Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius. Tim Pengajar Usahatani Usahatani. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Winangun, Y. W Membangun Karakter Petani Organik dalam Era Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius.

79 LAMPIRAN

80 Lampiran 1. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Proyeksi Kenaikan Kebutuhan Beras Tahun di Indonesia Tahun Jumlah Penduduk (juta jiwa) Kenaikan Penduduk (%) Kebutuhan Beras (juta ton) Kenaikan Kebutuhan Beras (%) Kebutuhan GKG (juta ton) Kenaikan Kebutuhan GKG (%) ,87-30,46-47, ,19 1,3 30,92 1,51 47,57 1, ,48 1,3 32,49 5,08 49,98 5, ,57 1,18 34,45 6,03 52,99 6, ,01 1,06 36,32 5,43 55,88 5, ,22 0,92 38,02 4,68 58,49 4, ,73 0,92 38,37 0,92 59,03 0, ,27 0,92 38,72 0,91 59,57 0, ,83 0,92 39,06 0,93 60,12 0, ,83 0,92 39,44 0,92 60,67 0, ,02 0,92 39,80 0,91 61,23 0,92 Sumber: Deptan (2007), Diolah

81 Lampiran 2. Varietas Padi Dominan di Jawa Barat Tahun Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009* No Varietas Luas (ha) Persentase (%) Luas (ha) Persentase (%) Luas (ha) Persentase (%) 1 Ciherang IR Cigeulis Situ Bagendit Bondoyudo Mekongga Widas Midun IR Sarinah Sintanur Way Apo Buru Cilamaya Muncul Sagi Towuti Varietas Lain-lain Total Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2009) Keterangan : *Oktober 2008 Juni 2009

82 Lampiran 3. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian No Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis 1. Dina Rohmani 2000 Analisis Sistem Usahatani Padi Organik (Suatu Studi Perbandingan, Kasus : Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah) 2. Sarma Suryawaty Nainggolan 3. Saryani Jaya Kusumah 2001 Analisis Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik di Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat) 2004 Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran antara Padi Organik dan Anorganik (Kasus Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan) 4. Riyanto 2005 Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Padi (Kasus: Tujuh desa, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes) 5. Irwan Herdiansyah 2005 Analisis Aspek Ekonomi dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Adopsi Sistem Usahatani Padi Organik (Studi Kasus di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor) Analisis Produktivitas, Pendapatan Usahatani, Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) Analisis Usahatani, R/C Rasio R/C rasio, Uji-t, Marjin Tataniaga R/C rasio, Marjin Tataniaga Produktivitas, Pendapatan, R/C Rasio, Net B/C, Logisthic Regression Model

83 Lampiran 4. Luas Panen, Hasil Per-Hektar dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Cigombong Tahun 2008 No Desa Luas Panen (Ha) Hasil Per Hektar (ton/ha) Produksi (ton) 1. Tugu Jaya 190 5,20 1, Cigombong 27 5, Wates Jaya 13 5, Srogol 37 5, Ciburuy 88 4, Cisalada 197 5,10 1, Pasir Jaya 86 4, Ciburayut 146 4, Ciadeg 324 4,00 1,667 Jumlah 1,108 5,88 6,510 Sumber : BPS Kabupaten Bogor, Pertanian Kecamatan Cigombong

84 Lampiran 5. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BUDIDAYA PADI SEHAT Tabel 1. SOP Pengolahan Lahan No Uraian Kerja Prosedur Faktor Kunci Keterangan 1. Mopok (Perbaikan Pematang) 1. Pembongkaran pematang menggunakan cangkul sampai dasar 2. Ditimbun kembali dengan tanah yang sudah diolah sampai Menutup lubang air/hama Mencegah Bocor Dilakukan sebelum pembajakan 2. Ngongkolongan (mencangkul batas petakan yang berbatasan dengan petakan sebelah atas) rapi Cangkul sisi lahan yang berbatasan dengan petakan diatasnya Membajak lebih mudah Memperlebar bagian olah lahan paling atas 3. Membajak Pembajakan Pertama Menggemburkan tanah Aerasi Proses pembusukan sisa tanaman lebih cepat 4. Nampingan Merapikan pematang bagian dalam petakan 5. Ngangler (Mengaru) 6. Nguyab (membuang sampah tunggul jerami, rumput dan dibenamkan) Menggaru untuk menghaluskan tanah olahan Bersihkan pematang dan sisa tanaman lalu benamkan 7. Nyorongan Perataan permukaan petakan sawah Memperluas areal tanam Rapi Kedap air Sistem perakaran sempurna Permukaan tanah rata Bersih Sistem pengairan di usahatani merata Posisi mencangkul membujur dengan petakan tanah dicangkul dilempar ke bagian tengah petakan Yang dicangkul 160 cm lajur petakan Menggunakan alat olah (traktor/ternak) Sisa-sisa tanaman terpotong-potong Lebar pematang relatif sama dan tampak rapi Menggunakan alat olah (traktor/ternak) Sisa-sisa tanaman terpotong-potong Sampah atau rumput diangkat lalu dibenamkan Menggunakan alat (sosorong)

85 8. Pembuatan Drainase Pembuatan parit pengaturan air dalam petakan Memudahkan pengaturan air Sumber : Ketua Gapoktan Silih Asih, PPL/THL Ciburuy (April 2009) Banyaknya parit tergantung besar kecilnya petakan Tabel 2. SOP Cara Tanam Sistem Legowo 2 : 1 No Uraian Kerja Prosedur Faktor Kunci Keterangan 1. Persiapan Alat Tarikan (Caplak) 2. Membuat Larikan 1. Siapkan caplak dengan jarak mata caplak 25, 50, 25, 50, 25, 50, 25 cm (I) 2. Caplak dengan jarak 12,5 cm (II) 1. Petakan keringkan/macakmacak 2. Larikan pertama dibuat ditengah petakan mengarah kepinggir, membujur sinar matahari padi dengan menggunakan caplak I 3. Buat larikan memotong dengan caplak II dibuat ditengah petakan 3. Tanam 1. Siapkan bibit padi untuk di pindah tanamkan dengan cara tidak dilempar 2. Tanamkan bibit padi dengan cara tanam dangkal dan tunggal. Pada setiap titik temu garis caplak Jarak larikan lelas membentuk legowo 2:1 Mempermudah dalam pindah tanam Larikan lurus dan jelas Penyinaran optimal Bibit sehat dan tidak rusak Cepat tumbuh dan beranak Populasi tanaman lebih banyak (4/3 x Populasi tanam 25 x 25 cm/tanpa legowo) Efek tanam pinggir Sumber : Ketua Gapoktan Silih Asih, PPL/THL Ciburuy (April 2009) Jumlah mata caplak 8 buah untuk 4 kelompok tanam Perkelompok tanam terdiri 2 baris tanaman Air tergenang di saluran tengah dan pinggir petakan Mempermudah tanam Jarak tanam perkelompok tanaman 12,5 cm dalam barisan dan 25 cm antar barisan Jarak perkelompok tanam 50 cm Populasi ± rumpun/1000 M 2 Tabel 3. SOP Pemeliharaan No Uraian Kerja Prosedur Faktor Kunci Keterangan 1. Sanitasi Lingkungan (Penyiangan) 1. Keringkan air/keadaan air macak-macak/ada disaluran air 2. Tutup saluran air masuk/keluar Menekan pertumbuhan gulma Menekan laju kompetisi dalam pemanfaatan Penyiangan pertama umur HST Penyiangan kedua umur HST Menggunakan tenaga manusia

86 2. Babad Pematang 3. Siangi rumput pengganggu disekitar tanaman dan rumput hasil penyiangan dibenamkan kedalam tanah diantara barisan tanaman Bersihkan/babad rumput yang ada dipinggir petakan sawah 3. Penyulaman Tanami kembali rumpun dalam barisan tanaman yang hilang 4. Pengaturan Air 1. Buka saluran air masuk, genangi petakan sawah sesuai kebutuhan 2. Tutup saluran air masuk, keringkan petakan sawah sesuai kebutuhan/keinginan 3. Kontrol dan kendalikan air khusus pada saat terjadi hujan unsure hara tanaman Penyinaran matahari lebih merata pada seluruh bagian tanaman Lingkungan terbebas dari serangan OPT Populasi tanaman tetap optimal Keseragaman tanaman tetap terjaga Habitat ideal/kapasitas air lapang/tidak akan terjadi Merangsang pertumbuhan anakan dan anakan produktif Efektivitas kerja, pematangan merata, panen serentak dan kualitas air baik Sumber : Ketua Gapoktan Silih Asih, PPL/THL Ciburuy (April 2009) (wanita) Menggunakan alat khusus (lalandak) Dilakukan bersama pada setiap penyiangan (1 musim tanam 2x) Gunakan bibit dederan yang sejenis, umur sama, 3-4 batang/rumpun Keadaan air macakmacak ketika melakukan penyiangan/pemupu kan dan atau tanaman pada masa vegetatif Keadaan sebanyakbanyaknya ketika padi masa bunting Keadaan kering total 20 hari sebelum panen Tabel 4. SOP Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman I Pengendalian Pra Tanam No Uraian Kerja Prosedur Faktor Kunci Keterangan 1. Identifikasi Hama/Penyakit dominan Populasi dan intensitas hama/ penyakit diatas 2. Penetapan varietas padi yang akan di tanam 1. Identifikasi hama/penyakit dominan 2. Siapkan benih padi varietas yang tahan terhadap OPT Dominan 3. Pelembagan benih padi dengan menggunakan bahan desinfektan (larutan garam/abu dapur) 4. Pemeraman benih padi Terhindar dari kerugian akibat menggunakan varietas yang rentan Benih bebas hama/penyakit Benih bernas Pengecambahan benih merata Benih sehat tidak terkontaminasi hama/penyakit dominan 100% memenuhi tingkat kecukupan ambang ekonomis Benih label biru tahan tungro : Bondoyudo, Kalimas, Membramo, Tukak Tunda 1-2 kg garam/25 liter air sampai dengan telur ayam mengapung 25% bernas

87 3. Penempatan Lokasi Persemaian Siapkan dan tempatkan persemaian pada lahan yang aman dan mudah pemeliharaanya Pengendalian Pasca Tanam II No Uraian Kerja Prosedur Faktor Kunci Keterangan 1. Cara bercocok Legowo 2:1, 3:1 tanam legowo Pindah tanamkan bibit padi, dengan cara bercocok tanam legowo 2. Pengamatan Identifikasi jenis serangga OPT dan predator Lingkungan tanaman tidak cocok untuk berkembangbiakn ya OPT Intensitas dan populasi OPT dan Predator pada strata teratas ambang ekonomi Penggerek batang 10% anakan/rumpun terserang 4 kelompok telur/rumpun Wereng Coklat : 15 ekor/rumpun Wereng Hijau : 5 ekor/rumpun Tungro : 2 tanaman bergejala/1000 rumpun 3. Pengendalian/ Penanggulangan 1. Kalkulasi populasi intensitas OPT dengan batas ambang ekonomi 2. Siapkan alat dan bahan untuk penanggulangan OPT 3. Lakukan penyemprotan dan atau penangkapan langsung 4. Lakukan pergiliran varietas (jangka panjang musiman) Efisiensi usaha Kemudahan dan efektivitas kerja Menekan populasi sampai dengan dibawah batas ambang ekonomi Sumber : Ketua Gapoktan Silih Asih, PPL/THL Ciburuy (April 2009) Standar batas ambang ekonomi per OPT Pestisida nabati 3-5 cc/lt air. 1 tangki 14 liter air, jangka waktu penyemprotan : 14 HST : 100 Lt larutan 28 HST : 300 Lt larutan 45 HST : 500 Lt larutan Bahan lain yang berfungsi sebagai umpan (belahan batang papaya untuk keong emas) 1-2 musim tanaman Mencegah imunitas dan outbreak hama/penyakit Tabel 5. SOP Pembuatan Pupuk Organik (OFER) No Uraian Kerja Prosedur Faktor Kunci Keterangan 1. Penyiapan Alat Siapkan alat yang Memudahkan Takaran per petak : (selain layak pakai pekerjaan Pukan 30 karung

88 bangunan) : Cangkul, Gacok, Gembor, Ember, Termometer, Sekop, Drum, Karung Goni, Ayakan (0.5 cm), Pelupuh Bambu, Sekam. Bahan : Air, Pukan (kotoran sapi), Dedak halus, Arang Sekam, Molase/Gula, Bio Aktivator, Jerami halus dan CaCo 3 Bangunan : 3 4 x 2,5 m 2. Proses Pembuatan Siapkan bahan sesuai takaran 1. Pukan : Kaya N,P,K 2. Dedak halus : kaya karbohidrat dan protein bagi mikroba fermentator 3. Arang sekam : kaya unsur K yang berguna pada proses pembungaan tanaman dan menggemburkan tanah 4. CaCo 3 : Stabilitas PH dalam proses fermentasi bahanbahan kaya N,P,K 5. Molase : Kebutuhan energy untuk fermentator 6. Bio Aktivator : fermentator 7. Air : Suhu dan Kelembaban 1. Siapkan alas untuk tempat adonan 2. Campurkan seluruh bahan sampai dengan merata 3. Buat larutan molase dan Bio aktivator (EM4) 4. Siramkan larutan kedalam adonan bahan 5. Tebarkan merata adonan diatas pelupuh 6. Tutup dengan karung goni 7. Pengontrolan suhu Setiap bahan memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing sesuai hara yang dikandungnya Stabilitas suhu yang dibutuhkan dalam proses fermentasi Proses fermentasi sempurna Dedak halus 1 ember sedang Arang sekam 5 karung Jerami chofer 5 karung CaCo 3 1 ember kecil Molase 2-5 cc/liter air Air secukupnya digunakan untuk mencapai tingkat kebasahan 40% Alas terdiri dari : Tebar sekam setebal 10 cm Alasi dengan pelupuh Campurkan semua bahan CaCo3, dedak halus dan arang sekam sampai dengan homogen Campurkan pukan dan jerami chofer sampai homogeny Campurkan keseluruh bahan sampai dengan homogeny Buat larutan molase dan Bio Aktivator (EM4) masingmasing 2-5 cc/liter air Tingkat kebasahan adonan 40%. Dengan cirri apabila adonan dikepal basah tapi tidak meneteskan air Ketebalan adonan cm Pengecekan suhu Satu hari kemudian

89 3. Pengayakan Pengayakan adonan sampai dengan menjadi bahan/pupuk yang lembut 4. Paking 1. Penimbangan pupuk dan pengemasan Penampilan bentuk pupuk sesuai standar Aplikasi pupuk lebih mudah Memudahkan distribusi dikontrol, bila suhu lebih dari 50 C kompos dibalik dan ditutup lagi dengan karung goni 3 hari kemudian cek kembali, bila keadaan suhu C kompos siap dipakai Ayakan dengan Mes 0.5 cm Berat setiap karung ± 30 kg Sumber : Ketua Gapoktan Silih Asih, PPL/THL Ciburuy (April 2009) Tabel 6. SOP Pembuatan LOF (Liquid Organic Fertillizer) No Uraian Kerja Prosedur Keterangan 1. Penyediaan Alat: Drum, tutup drum (karung plastik) ALU, ember, pengaduk dari bambu dan lumping batu Kemudahan kerja Hasil / bahan cepat difermentasi 2. Penyediaan Bahan : 1. Keong mas 1 ember 2. Pukan 10 kg 3. Urine kelinci 1 liter 4. Ikan asin BS 5 kg 5. Gula putih/tetes tebu/gula merah 0,5 kg 6. Air 100 liter 7. Bio Aktivator 3. Proses pembuatan 1. Siapkan seluruh alat dan bahan 2. Tumbuk keong mas, bertahap (1/4 bagian) campurkan dengan ikan asin sedikit demi sedikit (1/4 bagian) 1. Ketersediaan unsur hara makro dan mikro 2. Keseimbangan mikroba menggunakan caplak I Tata laksana/tahapan kerja lebih mudah Hasil tumbukan menjadi halus Mempercepat proses fermentasi Bahan murah dan mudah didapat Cara pembuatan tidak memerlukan teknologi yang rumit Mudah diaplikasikan kin halus tumbukan semakin baik asin diberikan sedikit demi sedikit s/d ¼ bagian pada setiap tahap penumbukan/penghalusan 3. Campurkan pupuk kandang ¼ bagian, tumbuk kembali dan hasil tumbukan simpan dalam ember yang telah disediakan 4. Lakukan proses penumbukkan demikian s/d Pengayaan nutrisi untuk mempercepat proses fermentasi an merata

90 4 kali/bahan tersedia habis ditumbuk 5. Seluruh hasil tumbukan masukan ke dalam drum dan berikan air sebanyak 100 liter, aduk merata dan bubuhkan urine kelinci 1 liter ditambah bio activator 6. Tutup drum dengan penutup yang kedap udara 4. Proses pemeliharaan selama fermentasi 1. Aduk setiap hari s/d hari ke- 5, setelah pengadukan, ditutup kembali 2. Biarkan larutan LOF s/d siap digunakan 5. Penggunaan : 1. Siapkan saringan untuk menyaring larutan (LOF) sebelum diaplikasikan 2. Takaran dan cara penggunaan LOF 3. Waktu penggunaan Proses fermentasi cepat dan sempurna Keseimbangan mikroba yang berguna Proses fermentasik sempurna Stabilitas suhu Fermentasi sempurna Tingkatkan nutrisi yang dibutuhkan meningkat Larutan yang disemprotkan mengabut sempurna Takaran/volume larutan sesuai dengan umur tanaman Pertumbuhan anakan optimal Pembuangan sempurna Sumber : Ketua Gapoktan Silih Asih, PPL/THL Ciburuy (April 2009) at tidak kalah dengan pupuk cair pabrikan tarian lingkungan terjaga atkan di tempat yang aman an selama 10 hari dari 5 hari pengadukan ari siap digunakan) udahkan dalam penyemprotan (tidak terjadi kemacetan) r LOF / 1 tangki Handsprayer (13-15 liter air) 14 HST 100 larutan 28 HST 300 larutan 45 HST 500 larutan Tabel 7. SOP Pembuatan Pestisida Nabati No Uraian Kerja Prosedur Faktor Kunci Keterangan 1. Alat dan Bahan 1. Penyediaan Alat : Golok, Alu, Jubleng, Sekop Kemudahan untuk kerja 2. Penyediaan bahan : a. Daun Picung b. Daun Mimba c. Kacang Babi d. Daun Tuba e. Air Setiap jenis daun/ bahan yang diperlukan untuk 1 kali proses pembuatan masingmasing 1 genggam f. Sabun Colek 2. Proses pembuatan 1. Siapkan seluruh alat dan bahan 2. Rajang (potong kecil-kecil) seluruh bahan/daun 3. Tumbuk daun hasil rajangan secara Tata laksana/tahapan kerja lebih mudah Hasil tumbukan semakin halus semakin baik Ekstrak berdaya Daun hasil rajangan dicampur dan ditumbuk secara bertahap Ember berisi air sebanyak ± 5 liter air untuk hasil

91 3. Cara penggunaan 4. Waktu penggunaan bertahap 4. Simpan bahan hasil tumbukan kedalam ember (yang telah diisi air 5 liter) 5. Lakukan sampai dengan hasil tumbukan habis 6. Simpan hasil tumbuk ditempat aman (selama ± 24 jam) 1. Siapkan alat saringan 2. Bubuhkan kedalam larutan sabun colek (sebanyak 1 colek) 3. Aduk larutan sampai merata 4. Saring larutan dengan menggunakan kain penyaring 1. Dosis larutan 2. Waktu penyemprotan racun terlarut dan bercampur secara terpadu Larutan melekat pada daun tanaman Penyemprotan mengabut sempurna Hasil penyemprotan efektif dan berdaya guna Sumber : Ketua Gapoktan Silih Asih, PPL/THL Ciburuy (April 2009) tumbukan untuk seluruh bahan Penyimpanan selama 24 jam sebelum digunakan Sabun colek dalam jumlah secukupnya (cukup 1 colek) Penyemprotan tidak terganggu (nozel macet) akibat sisa daun tidak tertumbuk halus Volume larutan : 1 liter untuk liter air (1 tangki hand sprayer) Umur : 15 hari = 100 liter 30 hari = 300 liter 45 hari = 500 liter

92 Lampiran 6. Hasil Pengolahan Data Penelitian Tabel 1. Pemakaian Tenaga Kerja (HOK) dan Besarnya Upah (Rp) pada Usahatani Padi Sehat No Jenis Kegiatan Kerja (HOK) TKDK TKLK Total Upah (Rp) Kerja (HOK) Upah (Rp) Kerja (HOK) Upah (Rp) 1 Pengolahan Tanah , , ,10 2 Persiapan Benih , , ,20 3 Penyemaian Benih , , ,80 4 Penanaman , , ,30 5 Pengaturan Air , , ,89 6 Penyiangan , , ,37 7 Penyulaman , , ,37 8 Pemupukan , , ,60 9 Penyemprotan , , ,00 10 Panen , ,60 Jumlah , , ,86 Sumber : Data Primer (diolah) Tabel 2. Pemakaian Tenaga Kerja (HOK) dan Besarnya Upah (Rp) pada Usahatani Padi Konvensional TKDK TKLK Total No Jenis Kegiatan Kerja (HOK) Upah (Rp) Kerja (HOK) Upah (Rp) Kerja (HOK) Upah (Rp) 1 Pengolahan Tanah , , ,50 2 Penyemaian Benih , , ,05 3 Penanaman , ,20 4 Pengaturan Air , , ,71 5 Penyiangan , , ,49 6 Penyulaman , , ,29 7 Pemupukan , , ,68 8 Penyemprotan , , ,78 9 Panen , , ,82 Jumlah , , ,52 Sumber : Data Primer (diolah)

93 Tabel 3. Input Usahatani Padi Sehat pada Musim Tanam I Tahun 2009 Benih Nama Luas Lahan Benih Harga Benih/ha (ha) (kg) benih/kg Harga benih/ha H. A. Zakaria Edi Darma Juandi Hari Koeswara Mulyadi Acep Muhamad Iwan Mudzakir Ancang Sukma Wijaya Jujum Upay Kosasih Erik Total Sumber : Data Primer (Diolah) Kompos Nama Luas Lahan (ha) Kebuth Kompos (kg) Keb Kom/ha Harga Kompos/kg Total Biaya Kompos H. A. Zakaria Edi Darma Juandi Hari Koeswara Mulyadi Acep Muhamad Iwan Mudzakir Ancang Sukma Wijaya Jujum

94 Upay Kosasih Erik Sumber : Data Primer (Diolah) Pupuk Kimia No Nama Luas Lahan (ha) Keb. urea (kg) urea/ha Hrg urea/kg Total Biaya urea/ha (kg) 1 H. A. Zakaria Edi Darma Juandi Hari Koeswara Mulyadi Acep Muhamad Iwan Mudzakir Ancang Sukma Wijaya Jujum Upay Kosasih Erik Rata-rata Sumber : Data Primer (Diolah) No Pupuk Kimia Nama Keb. NPK (kg) NPK/ha Tot. Biaya NPK/ha (kg) Keb. TSP (kg) TSP/ha Tot. Biaya TSP/ha (kg) 1 H. A. Zakaria Edi Darma Juandi Hari Koeswara Mulyadi Acep Muhamad Iwan Mudzakir Ancang Sukma Wijaya Jujum Upay

95 14 Kosasih Erik Rata-rata Sumber : Data Primer (Diolah) Pestisida Nabati Kebuth Pestisida Nabati (liter) Harga Pestisida Nabati/liter Total Biaya Pestisida Nabati No Nama Lua Lahan (ha) Keb Pest Nabati/ha 1 H. A. Zakaria Edi Darma Juandi Hari Koeswara Mulyadi Acep Muhamad Iwan Mudzakir Ancang Sukma Wijaya Jujum Upay Kosasih Erik Rata-rata Sumber : Data Primer (Diolah) Tabel 4. Input Usahatani Padi Konvensional pada Musim Tanam I Tahun 2009 No Benih Nama Luas Lahan (ha) Benih (kg) Benih/ha Harga benih/kg Harga benih/ha 1 Oyan Hadi Jumadi Hamri Makmur Amun Misbah Marzuki Maman Rahmat H. Muhidin H. Korni

96 13 Emad Handi Zulkarnaen Mahad Rata-rata Sumber : Data Primer (Diolah) Pupuk Kimia No Nama Luas Lahan (ha) Keb. urea (kg) Keb. urea/ha (kg) Harga urea/kg Total keb. urea/ha 1 Oyan Hadi Jumadi Hamri Makmur Amun Misbah Marzuki Maman Rahmat H. Muhidin H. Korni Emad Handi Z Mahad Rata-rata Sumber : Data Primer (Diolah) Pupuk NPK dan SP 36 No Nama Luas Lahan (ha) Kebutuhan (kg) Pupuk/ha Harga pupuk /kg Total Keb. Pupuk / ha (kg) 1 Oyan Hadi Jumadi Hamri Makmur Amun Misbah Marzuki Maman Rahmat H. Muhidin H. Korni Emad

97 14 Handi Z Mahad Rata-rata Sumber : Data Primer (Diolah) Pupuk TSP No Nama Luas Lahan (ha) Keb TSP (kg) TSP/ha harga TSP/kg Total Keb TSP/ha (kg) 1 Oyan Hadi Jumadi Hamri Makmur Amun Misbah Marzuki Maman Rahmat H. Muhidin H. Korni Emad Handi Z Mahad Rata-rata Sumber : Data Primer (Diolah) Pestisida Kimia No Nama Luas Lahan (ha) Keb Curacron (liter) Curacron / ha Total Keb Curacron/ha (liter Keb Decis (liter) Decis/ha Total Keb. Decis/ha (liter 1 Oyan Hadi Jumadi Hamri Makmur Amun Misbah Marzuki Maman Rahmat H. Muhidin H. Korni

98 13 Emad Handi Z Mahad Rata-rata Sumber : Data Primer (Diolah) Lampiran 7 : Kuisioner Penelitian ANALISIS SISTEM USAHATANI PADI SEHAT (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) Kuisioner ini Digunakan Sebagai Bahan Penyusun Skripsi Achmad Fatullah [H ] Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Kuisioner Petani Padi Tanggal : No.Kuisioner :. A. Identitas dan Karakteristik Petani 1. Nama : Pekerjaan Utama : Pekerjaan Sampingan : Umur :... Tahun 5. Alamat :...Rt...Rw... Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor 7. Sistem Usahatani : Padi Sehat / Padi Konvensional (Anorganik) 6. Pengalaman mengikuti kursus, latihan kerja, penyuluhan kelompok yang diberikan oleh Dinas Pertanian, Penyuluh Lapangan, KUD atau Instansi lain, jumlah :... a....tahun... b....tahun... c....tahun Keluarga (Mereka yang hidup serumah / menjadi tanggungan petani atau yang ikut mencari nafkah) Jumlah : (...)... orang 8. Pengalaman bertani padi :... Tahun. 9. Pola bercocok tanam padi : a. Monokultur b. Minapadi dengan... c. Tumpangsari dengan... d. Lainnya Hasil panen selanjutnya (dijual langsung ditempat/disimpan) 11. Varietas padi apa yang saudara usahakan? Situbagendit / Bondoyudo / Ciherang / 12. Apa alasan saudara memilih varietas tersebut

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Menurut Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pertanian Organik Menurut Sutanto (2002a), pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mendapat perhatian besar masyarakat di negara maju maupun negara berkembang seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi Tanaman padi (Oryza sativa L) termasuk dalam golongan Gramineae yang memiliki ciri khas masing-masing dimana antara varietas yang satu dengan varietas yang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi pertanian yang sangat besar.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam Skripsi S1, Oleh: Afridha Rahman, Pembimbing: Dr.Ir. Nofialdi, M.Si dan Rina Sari,

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara luas Indonesia dikenal dengan sebutan negara agraris. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), negara agraris adalah negara dengan sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pertanian Organik Revolusi hijau di Indonesia yang dikenal dengan swasembada pangan ternyata memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi Pertanian ~ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekologi sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk hidup, dan hubungan di antara keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti di suatu kehidupan menandakan

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) 1 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) Hepi Hapsari 1, Endah Djuwendah 1, Eliana Wulandari 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian agro ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budidaya tanaman dengan lingkungan tumbuhnya. Agro ekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor

Lebih terperinci

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak dimulainya revolusi hijau (1970 -an), kondisi lahan pertanian khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar lahan pertanian Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Penerapan Agroekologi Pertanian agroekologi atau pertanian ramah lingkungan saat ini mulai banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik Amaliah, SP A. Latar Belakang Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia

Lebih terperinci