PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN PARTIKEL TiO 2 TERHADAP SIFAT DIELEKTRIK KERAMIK BARIUM TITANAT (BaTiO 3 )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN PARTIKEL TiO 2 TERHADAP SIFAT DIELEKTRIK KERAMIK BARIUM TITANAT (BaTiO 3 )"

Transkripsi

1 1 PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN PARTIKEL TiO 2 TERHADAP SIFAT DIELEKTRIK KERAMIK BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) Lailatul Fitriyah. Dyah sawitri ST. M.T. Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology ITS Surabaya Indonesia 60111, eboy_ag@ep.its.ac.id Abstract Telah dilakukan pembuatan keramik Barium Titanat (BaTiO 3 ) dengan menggunakan bahan baku Titanium Oksida (TiO 2 ) dan barium karbonat (BaCO 3 ). Pembuatan keramik dilakukan dengan memvariasikan ukuran partikel dari TiO 2 menjadi:21nm, 200mesh, 170 mesh, dan 120 mesh. Dan juga memvariasikan komposisi TiO 2 dengan variasi komposisi 10%, 20%, 28.5%, 30%, dan 40%. Bahan baku tersebut dikalsinasi pada suhu 800 C dengan penahanan 3 jam, dicetak dengan penekanan sebesar 4 ton dan serta disinter pada suhu 1100 C dengan penahanan 5 jam. Kekuatan dielektrik maksimal diperoleh pada sampel dengan komposisi 28.5% dan ukuran partikel 21nm dengan nilai V/cm. Rugi dielektrik terkecil diperoleh pada sampel dengan komposisi 28.5% dan ukuran partikel 21nm dengan nilai Densitas maksimal diperoleh pada sampel dengan komposisi 28.5% dengan ukuran partikel 21nm dengan nilai gr/cm3. Sedangkan untuk porositas didaptkan nilai terbaik yaitu, 29.4% pada komposisi 28.5% dan ukuran partikel 21nm. Variasi komposisi dan ukuran partikel berpengaruh pada kekuatan dielektrik, dielektrik loss, densitas dan porositas. Semakin kecil Ukuran partikel maka Kekuatan dielektrik semakin tinggi dan rugi dielktrik semakin rendah. Kata Kunci : barium titanat, dielektrik, komposisi I. PENDAHULUAN Dalam perkembangannya Barium Titanat telah banyak digunakan dalam bidang industri elektronika seperti, sensor tekanan, sensor suhu, sensor humidity, kondensor dan kapasitor. Hal ini dikarenakan keramik Barium Titanat mempunyai sifat piezoelektrik dan feroelektrik serta bahan Barium Titanat mempunyai struktur yang perovskit. Selain itu keramik Barium Titanat mempunyai struktur kristal yang lebih sederhana dibandingkan feroelektrik lainnya. Ditinjau dari penggunaannya, bahan ini sangat praktis karena sifat kimia dan mekaniknya stabil, mempunyai sifat feroelektrik pada temperatur ruang sampai diatas temperatur ruang karena mempunyai temperatur curie 120ºC. Seperti penelitian penelitian sebelumnya oleh Yunasti, Pusat Pendayagunaan Iptek Nuklir (PHIN) BATAN,2002. Pembuatan keramik Barium Titanat untuk peralatan elektronik. Dengan memvariasikan suhu pembakaran sebesar 900, 1000, 1100, 1200, 1300, dan 1350 pada keramik Barium Titanat. Hasilnya konstanta dielektrik paling tinggi pada suhu 1350 C. Penelitian yang lain dilekukan oleh Eko Sulistyono,dkk tentang pengaruh temperatur sintering dan komposisi bahan terhadap dielektrisitas Barium Titanat. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan komposisi dan temperatur. Barium Titanat divariasikan dengan komposisi 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Untuk variasi suhu yang diberikan 1100 C, 1200 C, dan 1300 C. Dari penelitian ini didapatkan dielektrisitas terbesar pada komposisi 20% dan suhu 1300 C. Dengan mengacu pada penelitian penelitian sebelumnya dilakukan penelitian pembuatan keramik Barium Titanat dengan memvariasikan komposisi dan ukuran partikel TiO 2. Sebelumnya komposisi ideal dihitung persamaan stoikiometri didapatkan perbandingan massa antara BaCO 3 dan TiO 2. Dari perbandingan massa tersebut ditetapkan variasi komposisi BaCO 3 dan TiO 2. Pembuatan keramik Barium Titanat pada penelitian ini menggunakan metalurgi serbuk. Proses metalurgi serbuk seperti proses preparasi serbuk, pencampuran serbuk, kalsinasi, kompaksi, sintering. II. DASAR TEORI 2.1 Keramik Barium Titanat Barium Titanat (BaTiO 3 ), pertama kali diteliti pada awal tahun 1940-an oleh peneliti-peneliti dari Amerika, Jepang dan Rusia. Barium Titanat pada saat ini merupakan material ferroelektrik yang sangat cepat perkembangan penelitiannya. Hal ini menarik karena Barium Titanat mempunyai struktur kristal perovskite yang sederhana, hal ini dapat mempermudah pemahaman tentang material ferroelektrik itu sendiri. Barium Titanat mudah diaplikasikan karena dalam segi kimia maupun mekanik lebih stabil dan mempunyai temperature curie yang mendekati temperatur kamar dibandingkan material ferroelektrik lainnya. Aplikasi dari Barium Titanat antara lain sebagai kapasitor, sebagai sensor tekanan dan sensor suhu. Dalam satu Kristal perovskite Barium Titanat, terdapat satu atom barium, satu atom Titanium dan tiga atom Oksigen. Gambar 2.1 menunjukkan struktur Kristal perovskite dari Barium Titanat (BaTiO3). Barium Titanat mempunyai 5 struktur kristal yang berbeda yaitu hexagonal, kubik, tetragonal, orthorhombik dan rhombohedral. Gambar 2. 1 Struktur Kristal Perovskit Barium Titanat. Dua fasa penting dari Barium Titanat adalah fasa tetragonal dan fasa kubik. Pada fasa tetragonal, Barium Titanat memiliki sifat feroelektrik dan piezoelektrik yang baik. Sedangkan pada fasa kubik Barium Titanat memiliki

2 2 konstanta dielektrik yang sangat tinggi dan cocok untuk aplikasi kapasitor ( multilayered ceramic capacitors ). Pada temperatur diatas 1460ºC barium titanat mempunyai struktur Kristal hexagonal. Pada saat terjadi pendinginan pada suhu 1460ºC, terjadi perubahan struktur kristal dari hexagonal menjadi kubik. Keadaan yang sangat penting terjadi pada temperatur 120ºC karena pada temperatur ini, barium titanat bertransformasi secara spontan dari paraelektrik menjadi ferroelektrik. 2.3 Proses Teknologi Serbuk Metode teknologi serbuk memerlukan bahan dasar berupa serbuk yang berukuran sangat kecil. Ukuran serbuk yang kecil diperlukan agar komponen komponen pembentuk bahan dapat saling berdeposisi (bereaksi) ketika bahan mengalami pemanasan. Sebagaiman yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, penyediaan serbukbahan yang halus dilakukan dengan ball milling. Pada proses teknologi serbuk ini terdiri dari : penghalusan (penggerusan) bahan baku, penyaringan, pencampuran dan kalsinasi. Pada proses teknologi serbuk faktor yang menentukan sifat keramik adalah: kehalusan serbuk, homogenitas dan kemurnian bahan. Teknologi serbuk yang sering dipakai pada industri-industri keramik adalah teknik konvensional (pencampuran padatan-padatan). Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Pencampuran bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam penyiapan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir dan penyaringan Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah mengenai ukuran butir dari masingmasing bahan dasar tersebut. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan dengan agate mortar. Waktu penggilingan berpengaruh pada tingkat homogenitas dan kehalusan serbuk 2.4 Sifat Dielektrik Barium Titanat Berbeda dari konduktor, material ini tidak memiliki elektron bebas yang dapat bergerak dengan mudah didalam material elektron dalam dielektrik merupakan elektron terikat. Dibawah pengaruh medan listrik, pada suhu kamar, pergerakan elektron hampir tidak terdeteksi. Namun pada temperatur tinggi aliran arus bias terdeteksi jika diberikan medan listrik pada dielektrik. Arus ini bukan saja ditimbulkan oleh elektron yang bergerak tetapi juga oleh pergerakan ion dan pergerakan molekul polar yaitu molekul yang membentuk dipole. Peristiwa pergerakan elektron, ion, dan molekul-molekul polar di dalam dielektrik yang diakibatkan oleh adanya medan listrik disebut peristiwa polarisasi. Peristiwa polarisasi menyebabkan dielektrik terpolarisasi, suatu keadaan di mana dua sisi yang berlawanan dari selembar dielektrik mengandung muatan yang berlawanan; dielektrik dalam keadaan seperti ini disebut elektret. Dalam teknologi elektro dielektrik banyak digunakan pada kapasitor dan sebagai material isolasi. Kita akan mengawali pembahasan di bab ini dengan melihat tiga faktor yang digunakan untuk melihat kualitas dielektrik yaitu permitivitas relatif, faktor desipasi, dan kekuatan dielektrik Permitivitas Relatif Permitivitas relatif suatu dielektrik (disebut juga konstanta dielektrik), ε r, didefinisikan sebagai perbandingan antara permitivitas dielektrik, ε, dengan permitivitas ruang hampa,ε 0. = (2. 1) Jika suatu dielektrik dengan permitivitas relatif εr disisipkan di antara elektroda kapasitor pelat paralel yang memiliki luas A dan berjarak d, maka kapasitansi pelat paralel yang semula (sebelum disisipi dielektrik). = (2. 2) Berubah menjadi, = (2. 3) Atau = (2. 4) Jadi penyisipan dielektrik pada kapasitor pelat paralel akan meningkatkan kapasitansi sebesar εr kali. Nilai permitivitas relatif untuk beberapa polimer termuat dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Nilai Permitivitas Relative Beberapa Bahan. Bahan Konstanta dielektrik Vakum 1 Udara 1,00054 Polietilena 2,25 Kertas 3,5 PTFE 2,1 (Teflon(TM)) Polistirena 2,4-2,7 Kaca pyrex 4,7 Karet 7 Silikon 11,68 Metanol 30 Beton 4,5 Air (20 C) 80,10 Barium titanat 1200 Jika kapasitor diberi tegangan yang berubah terhadap waktu, v C, maka arus yang mengalir melalui kapasitor, i C, adalah = Jika muatan pada kapasitor adalah, q C, maka (2. 5) = = = (2. 6) Jika arus yang melalui kapasitor adalah ic maka tegangan yang timbul pada kapasitor adalah = (2. 7) Jika tegangan yang diterapkan adalah tegangan bolak-balik sinusoidal, = sin dengan ω = 2π di mana f adalah frekuensi, maka arus kapasitor, = = = + (2. 8) Jadi arus bolak-balik pada kapasitor mendahului tegangannya sebesar 90. Hal ini hanya berlaku jika tidak terjadi kehilangan daya pada dielektrik. Dalam kenyataan arus kapasitor mendahului tegangan dengan sudut kurang dari 90 o, yaitu (90 o -δ). Jadi, = + (2. 9)

3 3 Diagram fasor dari situasi ini terlihat pada Gambar 10 (a) IC adalah fasor arus kapasitor dan VC adalah fasor tegangan kapasitor. IC terdiri dari dua komponen yaitu IC0 yang 90 o mendahului VC, dan IRp yang sefasa dengan VC. Arus yang sefasa dengan tegangan akan memberikan daya yang diserap oleh kapasitor arus ini dapat digambarkan sebagai arus yang mengalir melalui suatu resistansi Rp yang terhubung parallel dengan kapasitor. Dengan demikian suatu kapasitor dapat digambarkan dengan rangkaian ekivalen seperti pada Gambar 10 (b) Gambar 2. 1 Diagram Fasor Dan Rangkaian Ekivalen Kapasitor Nilai Rp untuk rangkaian ekivalen ini adalah, = = = (2. 10) Daya yang diserap kapasitor adalah, = = = (2. 11) Daya ini adalah daya yang diserap oleh dielektrik dalam kapasitor. Persamaan (2.11) dapat kita tulis, = (2. 12) Tanδdisebut faktor desipasi dan εrtanδdisebut faktor rugirugi dielektrik. Seperti halnya permitivitas relatif, faktor desipasi juga diberikan dalam dua nilai frekuesi. Sesungguhnyalah bahwa kedua besaran ini, yaitu εr dan tanδ, tergantung dari frekuensi. Selain frekuensi mereka juga tergantung dari temperatur. Kedua hal ini akan kita bahas lebih lanjut. Dielektrik yang memiliki εr besar biasanya memiliki faktor rugi-rugi besar pula. Nylon dan acrylic yang memiliki εr tinggi, ternyata juga memiliki tanδbesar pula jadi faktor rugi rugi, ε r tanδ, juga besar. Suatu kompromi diperlukan dalam pemanfaatannya Kekuatan Dielektrik Kekuatan dielektrik adalah nilai gradien potensial, V/mm, yang menunjukkan kemampuan suatu bahan dielektrik menahan pengaruh dari medan listrik. Jika bahan dielektrik dikenakan medan listrik, maka ion-ion didalam bahan dielektrik yang masing-masing bermuatan q akan mengalami pergeseran tempat sejauh d e sehingga terjadi polarisasi. Perkalian muatan q dengan de ini disebut momen dipole p e. Terjadinya polarisasi pada bahan mengakibatkan timbulnya dipole magnetic. Jumlah momen dipole tiap satuan volume dinamakan besaran polarisasi (ρ). = (2. 13) Sedangkan besaran momen dipole adalah: =. (2. 14) Sehingga persamaan menjadi: = (2. 15) = = (2. 16) dengan ρ = polaritas dielektrik (Coulomb/m 2 ) p = momen dipole (Coulomb/m) V = volume badan (m 3 ) q = muatan elektron (Coulomb) d = jarak antara muatan positif dan negatif (m) = rapat muatan polarisasi dalam dielektrik Adanya muatan positif dan negatif didalam bahan dielektrik saling menetralkan sehingga yang berpengaruh hanya terdapat pada permukaan. Kuat medan listrik sebelum terdapat bahan dielektrik adalah: = (2. 17) Sehingga pada bahan dielektrik besar kuat medan listrik menjadi: = (2. 18) = + (2. 19) dengan = rapat muatan total σ = rapat muatan bebas Persamaan (2.6) dan (2.7) disubstitusi menjadi: = + (2. 20) Pada bahan dielektrik pada umumnya besaran polarisasi berbanding lurus dengan kuat medan listrik dan suseptibilitas listrik (X e ). Sehingga harga σ t menjadi: = (2. 21) =+ (2. 22) Bila antara dua elektroda diberi bahan dielektrik dan beda potensial dinaikkan, maka akan meningkatkan rapat muatan dielektriknya. Hal ini dapat menyebabkan pelepasan muatan, sehingga terjadi arus bocor dan bahan dielektrik berubah menjadi bahan konduktor. Dalam hal ini isolator mengalami kegagalan listrik atau terjadi tembus listrik (breakdown). Kemampuan isolator menahan kegagalan listrik ini dinamakan kekuatan dielektrik yang besarnya: (2. 23) dengan D S = kekuatan dielektrik (kuat medan tembus), V/mm V br = tegangan tembus (tegangan breakdown), V d = tebal isolator, (mm) Dalam pengukuran kekuatan dieletrik pada eksperimen, V br diidentifikasikan sebagai tegangan maksimum yang menyebakan terjadinya breakdown atau tegangan tembus. = 2. 5 Pengukuran Densitas Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiapvolumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagidengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada bendabermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Massa jenis atau densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Densitas secara umum dibagi menjadi 2 yaitu bulk density dan true density. Dalam hal ini yang diukur adalah bulk density, merupakan densitas sampel yang berdasarkan volume sampel termasuk dengan pori atau rongga. Untuk benda padatan yang besar dan bentuknya yang beraturan, cara pengukuran bulk density dapat dilakukan

4 4 dengan mengukur beratnya dan volumenya dengan cara mengukur dimensinya. Sedangkan untuk benda yang bentuknya tidak beraturan maka pengukuran bulk density dapat dilakukan dengan metode Archimedes, yaitu: = (2. 24) Dimana : ρ = massa jenis (gr/cm 3 ) m = massa kering sampel (gr) V = volume sampel (cm 3 ) Volume sampel dihitung berdasarkan kenaikan volume air dikurangi dengan volume air mula mula Porositas Porositas adalah kemampuan keramik yang telah dibakar untuk menyerap air melalui pori-pori. Tingkat porositas dapat dihitung melalui proses perebusan dan perendaman benda uji di waktu tertentu. Uji porositas yaitu kegiatan pengujian untuk mengetahui tingkat penyerapan air suatu benda uji dari massa benda yang telah dibakar. Daya penyerapan terhadap air pada benda dengan pori-pori banyak atau porositas besar akan besar, sebaliknya, bila benda uji mengalami proses vitrifikasi hingga padat dan tidak berpori lagi, maka daya serap mendekati nol. Perhitungan porositas dapat dilakukan dengan rumus berikut, = = = % (2. 25) % (2. 26) % (2. 27) Dimana : Mk = Massa kering Mb = Massa basah Porositas dibagi 2 berdasarkan asal usulnya : 1. Original (Primary) Porosity yaitu porositas yang terbentuk ketika proses pengendapan batuan (deposisi)tanpa ada faktor lain. Pada umumnya terjadi pada porositas antar butiran padabatupasir, antar Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic pada batukapur. 2.Induced (Secondary) Porosity yaitu porositas yang terbentuk setelah proses deposisi batuan karena beberapaproses geologi yang terjadi pada batuan tersebut, seperti proses intrusi, fault. retakan, dan sebagainya. Proses tersebut akan mengakibatkan lapisan yang sebelumnya nonporosity/permeabelitas menjadi lapisan berporositas. Contohnya retakan pada shale dan batukapur, dan vugs atau lubang-lubang akibat pelarutanpada batukapur. Batuan yang berporositas original lebih seragam dalam karakteristik batuannya daripada porositas induced.porositas berdasarkankualitas : 1. Intergranuler : Pori-pori terdapat di antara butir. 2. Interkristalin : Pori-pori terdapat di antara kristal. 3. Celah dan rekah : Pori- pori terdapat di antara celah/rekahan. 4. Pin-point porosity : Pori-pori merupakan bintikbintik terpisah-pisah, tanpaterlihat bersambungan. 5. Tight :Butir-butir berdekatan dan kompak sehingga pori-pori kecil sekali danhampir tidak ada porositas. 6. Dense :Batuan sangat kecil sehingga hampir tidak ada porositas. 7. Vugular : Rongga-rongga besar yang berdiameter beberapa mili dan kelihatansekali bentuk bentuknya tidak beraturan, sehingga porositas besar. 8. Cavernous : Rongga-rongga besar sekali yang merupakan gua-gua, sehinggaporositasnya besar. Porositas berdasarkan kuantitas : ( 0% ± 5 %) dapat diabaikan (negligible) (5% ± 10%) buruk (poor) (10%- 15%) cukup baik (fair) (15%- 20%) baik (good) (20%- 25%) sangat baik ( very good ) (>25%) istimewa ( excellent ) II. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Metodologi Penenlitian 3.1 Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini antara lain: a. Penyiapan bahan baku, yang terdiri dari 2 bahan yaitu Barium Carbonat (BaCO 3 ) dan Titanium Dioksida (TiO 2 ). b. Penghalusan, dalam hal ini TiO 2 yang mikro digerus dengan menggunakan agate mortar sampai lolos ayakan 120 mesh,170 mesh dan 200 mesh. Dan untuk TiO 2 nano tidak memerlukan penghasulan. c. Penimbangan, TiO2 yang berukuran 120 mesh, 170 mesh dan 200 mesh dan TiO2 yang berukuran nano. Serta BaCO3 masing-masing ditimbang sesuai dengan komposisi yang sudah ditentukan. d. Pencampuran, bahan dicampur dengan alkohol sesuai dengan ukuran yang ditentukan.

5 5 e. Pengadukan dan pengeringan, pengadukan dan pengeringan bahan dilakukan dengan magnetic stirer. f. Penghalusan ulang, bahan yang sudah dikeringkan biasanya akan memadat, sehingga perlu adanya penggerusan ulang. Penggerusan ulang ini dimaksudkan agar bahan yang sudah memadat menjadi serbuk kembali. g. Kalsinasi, setelah di haluskan ulang selanjutnya dilakukan kalsinasi pada bahan tersebut dengan suhu 800 C. h. Pencetakan, setelah dikalsinasi selanjutnya dilakukan pencetakan agar bahan tersebut menjadi berbentuk padatan (pelet). i. Sintering, selanjutnya sesudah proses pencetakan selesai pelet yang sudah terbentuk disinter pada suhu 1100 º C. j. Karakterisasi, pengujian yang dilakukan ada 3 yaitu uji kekuatan dielektrik, uji densitas,dielektrik loss. III. HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA Data Perhitungan Kekuatan Dielektrik Kekuatan dielektrik dihitung berdasarkan persamaan Tabel 4.1 merupakan data kekuatan dielektrik yang telah di rata- rata. Hal ini dilakukan untuk mempermudah analisa data. Dari tabel 4.1 dibuat kurva kekuatan dielektrik. Kekuatan dielektrik adalah gradien tegangan maksimum yang masih bias ditahan oleh bahan. Sumbu x pada gambar 4.1 merupakan persentase komposisi dari masing masing ukuran partikel. Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kurva kekuatan dielektrik paling tinggi diperoleh pada komposisi 28.5 %, komposisi 28.5% ini adalah komposisi dengan gram TiO 2 dan gram BaCO 3. Persentase komposisi massa dari 10% menuju 28.5% mencapai kenaikan kekuatan dielektrik namun untuk komposisi dari 28.5 % menuju 40 % data kekuatan dielektrik mengalami penurunan. Komposisi 28.5 % ini adalah komposisi yang diperoleh dari perhitungan stoikiometri Data Perhitungan Rugi Dielektrik Perhitungan dielektrik loss diperoleh dari data pengukuran tegangan tembus dan dihitung dengan persamaan Sehingga diperoleh data rata rata rugi dielektrik pada masing masing sampel. Tabel 4. 1 Data Perhitungan Rata Rata Rugi Dielektrik Rugi Dielektrik Komposisi Nano Mesh Mesh Mesh 10% % % % % Tabel 4.2 merupakan data perhitungan data rugi dielektrik yang telah dirata rata. Hal ini untuk memudahkan perhitungan data. Tabel 4.1 Data Rata Rata Kekuatan Dielektrik Ds (V/mm) Komposisi Nano mesh Mesh Mesh 10 % % % % % Dari tabel 4.1 bisa dilihat bahwa kekuatan dielektrik Barium Titanat yang dihasilkan pada penelitian ini adalah (V/cm). Nilai ini diperoleh dari ukuran partikel 21nm dan persentase komposisi 28.5%. Gambar 4. 2 Grafik Rata Rata Rugi Dielektrik Dielektrik Loss atau rugi rugi dielektrik atau faktor rugi terjadi karena bahan diberikan medan listrik yang melebihi kemampuannya. Dari perhitungan data dapat dilihat bahwa sampel yang mempunyai kekuatan dielektrik besar memiliki rugi dielektrik yang kecil. Pada komposisi 10 % sampai 28.5 % data rugi dielektrik mengalami penurunan dan pada komposisi 28.5% sampai 40% rugi dielektrik mengalami kenaikan. Hal ini berbeda dengan data kekuatan dielektrik. Rugi dielektrik paling kecil terjadi pada ukuran partikel 21 nanometer dan paling besar terjadi pada ukuran partikel 120 Mesh. Besar kecilnya rugi dielektrik dipengaruhi oleh pertumbuhan ukuran partikel pada waktu sintering. Gambar 4. 1 Grafik Kekuatan Dielektrik BaTiO 3

6 Data Pengukuran Densitas Data densitas diambil dengan prinsip Archimedes. Pengukuran massa dan volume dilakukan di laboratorium Energi gedung Robotika ITS. Ada 2 jenis pengukuran massa, yaitu massa kering dan massa basah. Pengukuran massa kering dilakukan dengan menggunakan timbangan digital pada saat sampel Barium Titanat dalam keadaan kering. Sedangkan pengukuran massa basah dilakukan dengan mencelupkan sampel kedalam air. Tabel 4.2 Data Perhitungan Rata Rata Densitas Komposisi Nano (gr/ml) 200 Mesh (gr/ml) Densitas 170 Mesh (gr/ml) 120 Mesh (gr/ml) 10% % % % % Tabel 4.4 Data Perhitungan Rata Rata Porositas Komposisi Porositas Nano 200 Mesh 170 Mesh 120 Mesh 10% % % % % Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ukuran partikel 21 nm memiliki porositas yang kecil. Sedangan ukuran 120 Mesh memiliki porositas yang besar. Persentase porositas berarti banyaknya pori pori yang berada pada sebuah permukaan. Semakin besar densitas maka porositasnya semakin kecil. Dan semakin kecil densitas maka porositasnya semakin besar. Kedua hal ini dapat dilihat pada kurva pada gambar 4.3 dan kurva pada gambar 4.4. Gambar 4. 3 Grafik Data Rata Rata Perhitungan Densitas Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa densitas antar sampel mempunyai perbedaan yang sedikit. Densitas tertinggi dimiliki ukuran partikel nano. Dan terendah ukuran partikel 120 Mesh. Pada Gambar 4.3 merupakan data rata rata hasil perhitungan densitas. Dari tabel 4.5 dibuat kurva pada gambar 4.3. dari kurva dapat dilihat kecenduran bahwa ukuran partikel nano memiliki densitas yang tinggi. Diikuti dengan ukuran partikel 200 mesh, 170 mesh dan 120 mesh. Dan persentase komposisi yang mempunyai densitas tertinggi terletak pada komposisi 28.5%. ini berarti bahwa semakin besar densitas maka semakin besar kekuatan dielektrik dan semakin kecil rugi dielektriknya. 4.4 Data Perhitungan Rata Rata Porositas Data porositas diambil dari data massa kering, massa basah, dan Volume yang kemudian dihitung dengan persamaan dari hasil perhitungan diperoleh data rata rata pada tabel 4.4. dari data rata rata porositas sudah telihat bahwa nilai terbesar diperoleh pada komposisi 28.5% dan ukuran partikel 21nm. Gambar 4. 4 Grafik Data Porositas Pada gambar 4.4 merupakan kurva porositas yang berbanding terbalik dengan kurva densitas. Nilai porositas paling tinggi diperoleh ukuran partikel 120 mesh pada komposisi 28.5 %. Sedangkan porositas terendah diperoleh ukuran partikel nano pada komposisi 28.5%. ini berarti bahwa semakin kecil porositas maka kekuatan dielktriknya semakin besar dan rugi dielektriknya semakin kecil Karakterisasi XRF Karakterisasi dilakukan dengan karakterisasi XRF (X- Ray Fluorencens). Karakterisasi ini dilakukan hanya pada nilai kekuatan dielektrik yang terbaik untuk masing masing ukuran partikel. Karakterisasi XRF dilakukan di laboratorium Energi gedung Robotika ITS. Dengan menggunakan alat XRF denagn merk PANalitycal. Dari hasil XRF didapatkan : Dari hasil karakterisasi XRF didapatkan persentase kandungan untuk unsur dan oksida. Hasil kandungan untuk unsur didapatkan bahwa nilai tertinggi untuk Ti terletak pada ukuran 21 nanometer dan untuk BaO terletak pada ukuran 170 Mesh. Dari hasil karakterisasi XRF dibuat kurva seperti pada gambar 4.5.

7 7 Hasil struktur Mikro 120 Mesh Gambar 4. 5 Grafik Hasil Karakterisasi XRF Gambar 4.5 merupakan kurva perbandingan kandungan senyawa BaO dan TiO 2. Untuk TiO 2 paling tinggi terdapat pada ukuran partikel 21nm. Dan paling kecil terletak pada 120 Mesh. Untuk senyawa BaO persentase paling tinggi pada 170 Mesh dan paling rendah pada ukuran partikel 21 nm. Untuk senyawa TiO 2. Kurva mengalami kecenderungan TiO 2 paling tinggi pada 21nm yang mempunyai kekuatan dielektrik paling tinggi. 4.4 Hasil Struktur Mikro Gambar struktur mikro diambil dengan menggunakan mikroskop digital. Hasil struktur nikro ukuran 21 Nano Hasil struktur Mikro 200 Mesh Hasil Struktur mikro 170 Mesh Dari hasil struktur mikro dapat dilihat bahwa ukuran partikel 21nm cenderung memiliki permukaan yang halus. Sedangkan untuk ukuran partikel 120 Mesh memiliki permukaan yang kasar Interpretasi Hasil Analisa Data Dari analisa data yang didapatkan pada perhitungan diatas, maka dapat dilakukan pembahasan mengenai pengaruh variasi komposisi dan ukuran partikel TiO 2 terhadap sifat dielektrik Barium Titanat Pengaruh Variasi Komposisi Terhadap Sifat Dielektrik Kekuatan dielektrik paling besar berada pada komposisi 28.5%. Komposisi dibawah 28.5% dan diatas 28.5% mengalami penurunan kekuatan dielektrik. Ini berarti komposisi 28.5% adalah komposisi ideal menurut perhitungan data dan perhitungan stoikiometri. Demikian juga terjadi pada rugi dielektrik yang paling rendah terjadi pada 28.5% untuk masing masing ukuran partikel. Pada komposisi 28.5% memiliki senyawa TiO 2 yang lebih besar daripada komposisi 10% dan 20 % sehingga memiliki Kekuatan dielektrik yang tinggi. Sifat senyawa TiO 2 yang termasuk dalam golongan logam mempunyai sifat kelistrikan yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan semakin besar komposisi TiO 2 pada bahan maka semakin besar nilai kekuatan dielektriknya. Sifat dari senyawa BaCO 3 yang mempunyai sifat kekerasan yang tinggi sehingga semakin banyak BaCO 3 maka semakin tinggi densitasnya sehingga tegangan tembusnya semakin besar. Yang menyebabkan kekuatan dielektriknya tinggi dan rugi dielektriknya rendah. Sedangkan hal ini tidak terjadi pada komposisi 30% dan 40% karena pada komposisi tersebut senyawa BaCO 3 yang dimiliki sedikit meskipun memiliki TiO 2 yang lebih banyak. Dapat dilihat juga dari hasil karakterisasi XRF pada kurva gambar 4.5 bahwa ukuran partikel 21nm memiliki komposisi TiO 2 yang mendekati komposisi sebelum pemanasan atau komposisi stoikiometri yaitu 28.5%. ini berarti bahwa kandungan TiO 2 banyak yang bereaksi atau sedikit yang terbuang. Sedangkan kandungan TiO 2 untuk ukuran partikel yang lain banyak mengalami penurunan. Ini berarti TiO 2 yang bereaksi sedikit dan banyak TiO 2 yang tidak bereaksi Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Sifat Dielektrik Dari gambar 4.1 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa harga kekuatan dielektrik pada BaTiO 3 mengalami kenaikan di ukuran partikel Nano (0.021 µm). Demikian juga dengan rugi dielektrik yang mengalami penurunan pada ukuran nano. Sedangkan untuk ukuran 200 mesh (74

8 8 µm), 170 mesh (88µm) dan 120 mesh (125 µm) kekuatan dielektrik lebih rendah dan rugi dielktrik lebih tinggi daripada ukuran partikel nano. Hal ini terjadi karena pada saat proses sintering ukuran partikel nano membutuhkan waktu yang sedikit untuk mengalami ikatan dengan partikel lain dan untuk membentuk neck. Jadi dengan memberikan waktu yang sama pada masing masing ukuran partikel, ukuran partikel nano cenderung lebih cepat berikatan dengan partikel nano yang lain. Sehingga pori pori dari ukuran partikel nano lebih sedikit. Sedangkan pada ukuran partikel 200 Mesh, 170 Mesh, dan 120 Mesh yang diberikan waktu sintering yang samaa akan megalami pemuaian dan proses penggabungan yang lambat sehingga masih banyak terbentuk pori pori. Jadi ukuran partikel akan mempengaruhi sifat akhir suatu bahan setelah dibakar. Bahan yang akan disinter dengan ukuran pertikel yang lebih kecil akan lebih kuat karena luas permukaannya lebih besar sehingga lebih banyak ikatan yang terjadi. Dengan menggunakan ukuran butir yang lebih kecil, maka makin sedikit ruang yang kosong yang terdapat diantara butir sehingga porositasnya akan lebih kecil. Proses sintering (pemanasan) akan menyebabkan partikel halus akan beraglomerasi menjadi bahan padat. Pada saat sintering permukaan butir yang berdekatan akan menyatu. Hal ini akan menyebabkan energi permukaan setelah penyatuan akan lebih kecil dibanding energi permukaan pada saat sebelum menyatu. Dari hasil analisa data yang didapatkan, ternyata pola grafik densitas ang dihasilkan menyatakan kecenderungan tertentu. Densitas menyatakan kerapatan partikel di dalam sampel. Dengan perhitungan sederhana melalui perbandingan massa dan volume didapatkan densitas sampel. Densitas sampel ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti proses kompaksi dan proses sintering. Proses kompaksi dengan pemberian beban sebesar 4 ton dan penahanan selama 15 menit menyebabkan terjadinya pemadatan atau pengikatan sementaraa secara mekanik antara butiran partikel menjadi suatu massa ang kompak. Pada saat proses sintering suhu dan waktu penahanan dibuat sama yaitu 1100 C denagn waktu penahanan 5 jam. Pada saat inilah terjadi eliminasi porositas dengan transport massa. Jika dua partikel digabung dan dipanaskan pada suhu tertentu maka dua partikel ini akan berikatan dan membentuk neck. Hal inilah yang menyebabkan sampel barium titanat semakin kompak dan densitasnya semakin meningkat. Gambar 4. 6 Dua Partikel Yang Bergabung Membentuk Neck IV. KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan Pada penelitian tugas akhir ini telah dilakukan variasi komposisi dan ukuran partikel TiO 2 terhadap sifat dielektrik keramik barium titatan (BaTiO 3 ). Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa, 1. Komposisi ideal TiO 2 merupakan komposisi terbaik yang diperoleh berdasarkan stoikiometri untuk menghasilkan kekuatan dielektrik paling tinggi yaitu 28.5 %. 2. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin bagus sifat dielektriknya. Nilai Kekuatan dielektrik tertinggi yaitu (V/cm) dan rugi dielektrik terendah yaitu Keduanya diperoleh pada komposisi 28.5% dan ukuran partikel 21nm (0.021µm) 3. Untuk nilai Densitas tertinggi yaitu (gr/ml) diperoleh pada komposisi 28.5% pada ukuran partikel 21nm. 4. Untuk nilai porositas terbaik yaitu 29.4% diperoleh pada komposisi 28.5% dan ukuran partikel 21nm. 5.1 Saran Untuk mendapatkan keramik Barium Titant yang mempunyai karakteristik yang baik, maka yang dapat menjadi masukan adalah 1. Dengan memberikan suhu sintering yang lebih tinggi karena semakin tinggi suhu maka kekuatan dielktrik yang dihasilkan semakin besar. V. DAFTAR PUSTAKA Affandi, Ridwan pengaruh komposisi dan besar tekanan terhadap karakteristik bahan porselen institute teknologi sepuluh nopember, surabaya Allison, Matt Metrology and Analysis of Nano- Particulate Barium Titanate Dielectric Material. Master of Science, Kansas State University. Manhattan,Kansas. Fitri NM, Akhmad Efek fasa kedua barium titanat (Ba 2 TiO4)terhadap sifat dielektrik barium titanat (BaTiO 3 ). Tesis progam studi ilmu dan teknik material ITB. Hsiao-Lin, Wang Structure and Dielctric Properties of Perovskite Barium Titanate (BaTiO 3 ). San Jose State University. Harianto, Edi. Sulistyono, eko. sufiana, Deddy Kalsinasi Barium Karbonat Dalam Campuran Titanium Oksida. Wawasan TRIDHARMA No.6 tahun XIII April. Ostavius S,Rudy preparasi dan karakterisasi keramik Bariun Titanat (BaTiO 3 ) dengan metode pertumbuhan butir terorientasi untuk aplikasi piezoelektrik Program sarjana Prgram studi teknik material-fti-itb Sulistyono, Eko Pengaruh Temperature Intering Dan Komposisi Bahan Terhadap Dielektrisitas Barium Titanat. Wawasan TRIDHARMA No.9 tahun XIV April.

9 9 Yunasti Pembuatn Keramik Barium Titanat untuk Peralatan Elektronik. BATAN. Densitas-Dan-Porositas-Batu-Bata-Merah-Putih-Tahan- API-SK Biodata Penulis Nama : Lailatul Fitriyah Tanggal Lahir: 15 April 1988 Alamat : Kalianak Timur Surabaya Riwayat Pendidikan, : MI Fathul Huda Pucung Ngantru Tulungagung : MTsN Kunir Blitar : MAN 3 Kediri 2006 sekarang : Teknik Fisika ITS - Surabaya

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 10-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 10 Sifat Listrik Dielektrik Berbeda dari konduktor, material ini tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di berbagai bidang sangat pesat terutama dalam bidang mikroelektronika atau miniaturisasi peralatan elektronik. Mikroelektronika didorong oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3 Sri Handani 1, Sisri Mairoza 1 dan Muljadi 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006)

Gambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Feroelektrik Pada tahun 1920 Valasek menemukan fenomena feroelektrik dengan meneliti sifat garam Rochelle (NaKC 4 H 4 O 6.4H 2 O) (Rizky, 2012). Feroelektrik adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor 1. Hasil Preparasi Pada proses preparasi sampel yang didopan dengan zat tertentu terlebih dahulu melakukan penimbangan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis)

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis) KARAKTERISASI SIFAT OPTIK BAHAN BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) DENGAN MENGUNAKAN SPEKTROSKOPI ULTRAVIOLET-VISIBLE (UV-Vis) R. Yulis 1, Krisman 2, R. Dewi 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAHAN DIELEKTRIK. Misal:

BAHAN DIELEKTRIK. Misal: BAHAN DIELEKTRIK BAHAN DIELEKTRIK BAHAN DIELEKTRIK. Bahan dielektrik yaitu bahan yang apabila diberikan medan potensial (tegangan) dapat mempertahankan perbedaan potensial yang timbul diantara permukaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses Pembuatan varistor meliputi preparasi, pembentukan atau pencetakan,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses Pembuatan varistor meliputi preparasi, pembentukan atau pencetakan, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pembuatan Varistor Proses Pembuatan varistor meliputi preparasi, pembentukan atau pencetakan, dan penyinteran. Pada tahap preparasi ini terlebih dahulu dilakukan penimbangan

Lebih terperinci

KAJIAN KETEBALAN TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR PLAT SEJAJAR. Jumingin 1, Susi Setiawati 2

KAJIAN KETEBALAN TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR PLAT SEJAJAR. Jumingin 1, Susi Setiawati 2 KAJIAN KETEBALAN TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR PLAT SEJAJAR Jumingin 1, Susi Setiawati 2 e-mail: juminginpgri@gmail.com 1 Dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstanta dielektrik adalah perbandingan nilai kapasitansi kapasitor pada bahan dielektrik dengan nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau permitivitas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni. 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni. 3.2 Alur Penelitian Kegiatan penelitian akan dilakukan dengan alur seperti

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SINTERING TERHADAP SPEKTROSKOPI IMPEDANSI Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3

STUDI PENGARUH SINTERING TERHADAP SPEKTROSKOPI IMPEDANSI Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 STUDI PENGARUH SINTERING TERHADAP SPEKTROSKOPI IMPEDANSI Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 Dwi Nugraheni Rositawati Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sanata Dharma wiwikfis@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan studi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM) KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM) Kaspul Anuwar 1, Rahmi Dewi 2, Krisman 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA-Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Kristal Bahan Kristal merupakan suatu bahan yang terdiri dari atom-atom yang tersusun secara berulang dalam pola tiga dimensi dengan rangkaian yang panjang (Callister

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying

SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying -ب س م الله ال رح من ال رح يم - SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying Oleh : Febry Nugroho 2709 100 016 Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi

Lebih terperinci

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu 18 Electron Optical Colw.in Anqcl* Apcftvte High Voitag«E)>clron Gwi Elsctfofi Bern Deflection Coiis- G«aef«tor CftT Oitpliy t Flnjl Aperlur* Oetcdo' Sample Oiiplay Controls Gambar 10. Skema peralatan

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara yang ingin maju. Perkembangan IPTEK dapat mendorong kemajuan suatu negara. Kemajuan luar biasa

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelompok Fisika Bahan,

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga listrik adalah unsur yang paling penting dalam kehidupan modern

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga listrik adalah unsur yang paling penting dalam kehidupan modern 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tenaga listrik adalah unsur yang paling penting dalam kehidupan modern seperti saat ini. Tenaga listrik banyak dimanfaatkan baik dalam kegiatan rumah tangga, industri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI Oleh AHMAD EFFENDI 04 04 04 004 6 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Proses

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik tenaga listrik sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Namun, masih ada daerah yang masih sulit dijangkau

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Moraida Hasanah 1, Tengku Jukdin Saktisahdan 2, Mulyono 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah teknologi pembuatan dan penggunaan material yang memiliki ukuran nanometer dengan skala (1-100 nm). Perubahan ukuran bulk ke nanomaterial mengakibatkan

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Sifat Listrik Bahan

Bahan Listrik. Sifat Listrik Bahan Bahan Listrik Sifat Listrik Bahan Jenis Bahan / Material: 1.Murni unsur - logam (Fe, Hg) - nonlogam [C (grafit, intan), Si, S] 2.Senyawa - oksida / keramik (tanah liat, SiO 2 ) - polimer (kayu, karet,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 4 KAPASITOR Kapasitas, Kapasitor Pelat Sejajar, Kapasitor Bola, Kapasitor Silinder, Kapasitor Pengganti Seri dan Paralel,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 PERANAN TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN KERAMIK ALUMINA BERPORI DENGAN PROSES SLIP CASTING Soejono Tjitro, Juliana Anggono dan Dian Perdana Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi DUA KEPING SEJAJAR DAN KAPASITOR A. DUA KEPING SEJAJAR

FISIKA. Sesi DUA KEPING SEJAJAR DAN KAPASITOR A. DUA KEPING SEJAJAR FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 05 Sesi NGAN DUA KEPING SEJAJAR DAN KAPASITOR A. DUA KEPING SEJAJAR Keping sejajar adalah dua keping konduktor yang mempunyai luas dan bahan yang sama. Jika dihubungkan

Lebih terperinci

PENGUKURAN NILAI DIELEKTRIK MATERIAL CALCIUM COPPER TITANAT ( CaCu 3 Ti 4 O 12 ) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI TERKOMPUTERISASI

PENGUKURAN NILAI DIELEKTRIK MATERIAL CALCIUM COPPER TITANAT ( CaCu 3 Ti 4 O 12 ) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI TERKOMPUTERISASI J. Sains Dasar 217 6 (1) 26-3 PENGUKURAN NILAI DIELEKTRIK MATERIAL CALCIUM COPPER TITANAT ( CaCu 3 Ti 4 O 12 ) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI IMPEDANSI TERKOMPUTERISASI MEASUREMENT OF THE DIELECTRIC CONSTANT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 19 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 8 bulan, dimulai bulan Juli 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biofisika

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

Disusun oleh : Fildzah Khairina Nisa M SKRIPSI

Disusun oleh : Fildzah Khairina Nisa M SKRIPSI PENGARUH VARIASI DOPING ZIRKONIUM (Zr) PADA BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT LISTRIK MENGGUNAKAN METODE SOLID STATE REACTION Disusun oleh : Fildzah Khairina Nisa M0211030 SKRIPSI

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan bahan-bahan sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO Fahmi 1109201707 Dosen Pembimbing Dr. Mochammad Zainuri, M.Si PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. m.sukar1982xx@gmail.com A. Keramik Bahan keramik merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan atau ikatan kovalen. Jadi sifat-sifatnya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK

BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK BAB III ANALISIS DATA PEMBUATAN FILM POLIVINILYDENE FLUORIDE SEBAGAI SENSOR PIEZOELEKTRIK 3.1 Prinsip Dasar Eksperimen Seperti telah dijelaskan pada Bab satu, eksperimen pada tugas akhir ini bertujuan

Lebih terperinci

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS PENGARUH TEKANAN KOMPAKSI DAN WAKTU PENAHANAN TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT MAGNETIK DAN KEKERASAN PADA PEMBUATAN IRON SOFT MAGNETIC DARI SERBUK BESI Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material

Lebih terperinci

BAHAN ISOLASI. (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN ISOLASI. (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN ISOLASI (Continued) Ramadoni Syahputra 1. Bahan Isolasi Kertas dan Papan Kertas dan papan dibuat dari berbagai macam bahan, meliputi kayu, katun, kaca, serat organik, keramik dan mika. Perbedaan

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN III.1 Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berskala laboratorium untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi aditif (additive) yang efektif dalam pembuatan keramik

Lebih terperinci

Conductor dan Dielektrik

Conductor dan Dielektrik Conductor dan Dielektrik Pendahuluan Sebuah kapasitor adalah perangkat yang menyimpan muatan listrik. Kapasitor bervariasi dalam bentuk dan ukuran, tetapi konfigurasi dasar adalah dua konduktor yang membawa

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK BAHAN Tabel 4.1 Perbandingan karakteristik bahan. BAHAN FASA BENTUK PARTIKEL UKURAN GAMBAR SEM Tembaga padat dendritic

Lebih terperinci

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkuit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk

Lebih terperinci

MUATAN, MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK DEPARTEMEN FISIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MUATAN, MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK DEPARTEMEN FISIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MUATAN, MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK DEPARTEMEN FISIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 Tujuan Instruksional Dapat menentukan gaya, medan, energi dan potensial listrik yang berasal dari muatan-muatan statik serta

Lebih terperinci