Bab IV Profil Daerah Studi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Profil Daerah Studi"

Transkripsi

1 46 Bab IV Profil Daerah Studi IV.1 Gambaran umum Daerah Aliran Sungai IV.1.1 Daerah Aliran Sungai Siak Sungai Siak merupakan sungai terdalam di Indonesia, dengan bagian yang terdalam bisa mencapai 30 meter, sungai ini sangat padat dilayari kapal-kapal besar, kargo, tanker maupun speedboat. Seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak berada di Provinsi Riau, melewati empat wilayah administrasi kabupaten dan satu wilayah administrasi kota yaitu Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan longsor, terjadi berbagai pencemaran, erosi dan pendangkalan. Kejadian banjir di Provinsi Riau akibat meluapnya Sungai Siak dan anak-anak sungainya merupakan indikator adanya perubahan ekosistem pada DAS tersebut. Perubahan ekosistem tersebut disebabkan oleh wilayah dalam DAS Siak merupakan daerah yang potensial berkembang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Di sepanjang Sungai Siak terutama di Pekanbaru ke arah hilirnya mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembangnya kegiatan sosial dan ekonomi. Perkembangan penduduk dan ekonomi yang mendorong berkembangnya kawasan budidaya dan pemukiman berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan ekosistem sungai Siak (Departemen PU, 2005). Daerah Aliran sungai DAS Siak merupakan DAS keempat terbesar di Riau setelah DAS Kampar, Rokan dan Indragiri. Sungai Siak memiliki panjang 345 km (yang bisa dilayari 240 km), luas DAS Km 2, memiliki fluktuasi debit yang tinggi, Q maks 1700 m 3 /detik, Q min 45 m 3 /detik dan Q normal m 3 /detik (Kimpraswil Riau, 2004). Sungai ini memiliki kedalaman rata-rata antara 8 hingga 12 meter (Bappenas, 2006). Perbandingan Qmaks/Qmin : 37,8, yang berarti bahwa pada musim hujan, air sangat berlebihan yang menyebabkan terjadinya banjir sementara pada musim kemarau air sangat kurang dan dibawah batas lestari sungai (Departemen PU, 2005).

2 47 Topografi wilayah DAS Siak relatif datar, ketinggian permukaan rata-rata 0-2 m dpl, kemiringan berkisar 0-5 %. Variasi 2 40 % di bagian hulu. Secara garis besar ketinggian bagian hulu DAS Siak dikategorikan menjadi empat golongan yaitu: antar 1 10 m dpl, 1-25 m dpl, m dpl, m dpl. Jenis tanah di DAS Siak bagian hulu terbagi menjadi dua yaitu organosol gley humus dan podsolik merah kuning, bertekstur halus (liat), sedang (lempung) dan kasar (pasir), dengan kedalaman topsoil antara cm dan >90 cm dari atas permukaan tanah (Departemen PU, 2005). Sungai ini menjadi sangat penting sebagai jalur pelayaran dan perdagangan di Riau karena menghubungkan langsung dengan Kota Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau. Jumlah penduduk yang tinggal di sepanjang DAS Siak yang pada tahun 2004 mencapai lebih dari 1 juta orang, yang tersebar di Kota Pekanbaru orang, kabupaten Siak orang, sisanya berada di wilayah kabupaten Rokan Hulu, Kampar dan Bengkalis (Bappenas, 2006, Regionalinvestment, 2007). DAS Siak memegang beberapa peranan penting, antara lain: Menjadi sumber air minum bagi masyarakat Pekanbaru, Siak, Kampar, Rokan Hulu dan Bengkalis. Dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti areal pertanian, perikanan, rekreasi, industri, dan transportasi. Saat ini lalu lintas pelayaran di Sungai Siak sangat padat, terutama dilalui oleh kapal-kapal besar seperti tanker, kargo, dan speedboat. Hasil penelitian Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa abrasi yang terjadi setiap tahunnya mencapai 7,3 m. Di beberapa tempat, rumah warga yang 30 tahun lalu berada kira-kira 50 meter dari pinggiran sungai, kini berada tepat di bibir tebing dan terancam ambruk seperti yang telah terjadi pada bangunanbangunan lain sebelumnya. Meskipun sungai Siak merupakan sungai terdalam di Indonesia, namun saat ini terjadi penumpukan sedimen di dasar sungai yang telah mencapai ketinggian 8 meter. Hal ini mengindikasikan adanya erosi yang sangat besar di bagian hulu sungai. Adanya sedimen dapat mengganggu pelayaran

3 48 terutama saat muka air surut di musim kemarau. Di lain pihak, dalam musim hujan dapat terjadi bahaya banjir karena berkurangnya kapasitas sungai dalam menampung aliran air (Departemen PU, 2005). IV.1.2 Daerah Aliran Sungai Kampar Daerah Aliran sungai Kampar merupakan DAS terbesar di provinsi Riau dengan panjang 580 km (yang bisa dilayari 300 km), luas DAS Km 2 ( km 2 berada di wilayah Provinsi Riau dan km 2 di wilayah Sumatera Barat). Sungai Kampar memiliki fluktuasi debit yang tinggi, Q maks 2200 m 3 /detik, Q min 49m 3 /detik dan Q normal m 3 /detik (Kimpraswil Riau, 2004). Sungai ini memiliki kedalaman rata-rata ± 7,7 meter, lebar rata-rata ±143 meter. Penduduk yang tinggal di sepanjang DAS Kampar pada tahun 2003 berjumlah lebih dari orang (BPK, 2008, Pelalawankab, 2007, Regionalinvestment, 2007). DAS Kampar memegang beberapa peranan penting, antara lain: Merupakan tempat keberadaan 1 waduk dari PLTA terbesar di Riau yakni PLTA Koto Panjang, yang beroperasi sejak tahun Menjadi sumber air minum bagi masyarakat Kabupaten Kampar, Pelalawan dan Kuantan Singingi di Riau, serta Lima Puluh Kota di Sumatera Barat. Khusus di daerah Pelalawan yang merupakan lokasi penelitian ini, terdapat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kampar dengan debit 5 10 liter detik. Dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti areal pertanian (sayursayuran, rambutan, durian, jagung, nanas), perikanan (tambak udang, tambak ikan, perikanan tangkap), transportasi, dan industri (1 industri besar, 97 industri kecil dan menengah) (Regionalinvestment, 2007). Topografi daerah aliran sungai Kampar khususnya wilayah kabupaten Pelalawan merupakan dataran rendah dan sebagian merupakan daerah perbukitan bergelombang. Secara umum ketinggian beberapa daerah berkisar antara 3 6 meter, dengan kemiringan lahan rata-rata 0 ~ 15% dan 15 ~ 40%. Sementara wilayah dataran rendah, umumnya merupakan rawa gambut, dataran aluvium

4 49 sungai dengan daerah dataran banjir. Dataran ini dibentuk oleh endapan aluvium muda dan aluvium tua yang terdiri dari endapan pasir, danau, lempung, sisa tumbuhan dan gambut. Sedangkan daerah yang berbukit dan bergelombang tanahnya termasuk jenis organosal (hostosal) dan humus yang mengandung bahan organik (BKPMD-Pelalawan, 2007). IV.2. Segmentasi sungai IV.2.1 Sungai Siak Sungai Siak dapat dibagi atas beberapa segmen berdasarkan kemiringan dasar sungai yaitu: daerah aliran bagian hulu (upstream) panjangnya 65 km dengan kemiringan dasar sungai 0,002, bagian tengah (midle stream) 80 km dengan kemiringan dasar sungai 0,00025, dan bagian hilir (down stream) 200 km dengan kemiringan 0,00003 (Kimpraswil Riau, 2004). DAS Siak berada pada beberapa wilayah administrasi kabupaten dan kota. DAS Siak hulu merupakan hulu Sungai Tapung Kanan dan memiliki banyak anak sungai antara lain: Sungai Tapung Kiri, Sungai Kasikan, Sungai Kepanasan. Sungai-sungai yang terdapat di bagian hilir antara lain Sungai Siak, Sungai Perawang, Sungai Mentawai, Sungai Tualang, Sungai Basar dan Sungai Balam Tinggi. Sungai-sungai tersebut difungsikan sebagai jaringan transportasi, sebagai MCK, bahan baku air minum dan pemenuhan untuk kebutuhan industri (Departemen PU, 2005). IV.2.2 Sungai Kampar Sungai Kampar dapat dibagi atas beberapa segmen berdasarkan kemiringan dasar sungai yaitu: daerah aliran bagian hulu (upstream) panjang 170 km dengan kemiringan dasar sungai 0,00287, bagian tengah (midle stream) 160 km dengan kemiringan dasar sungai 0,00025, dan bagian hilir (down stream) 250 km dengan kemiringan 0,00005 (Kimpraswil Riau, 2004). IV.3 Sistem Daerah Aliran Sungai IV.3.1 Sungai Siak Sistem daerah aliran sungai Siak terdiri dari 4 Sub DAS utama. Cakupan DAS Siak meliputi Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru,

5 50 Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak, dari keseluruhan wilayah DAS Siak terbagi menjadi dua bagian wilayah yaitu bagian hulu dan hilir dari masingmasing sungai. Adapun wilayah-wilayah yang tercakup dalam masing-masing bagian DAS Siak adalah: Bagian Hulu Bagian hulu dari DAS Siak adalah dari dua sungai yaitu Sungai Tapung Kanan (Sub DAS Tapung Kanan) yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar, dan Sungai Tapung Kiri (Sub DAS Tapung Kiri) yang termasuk dalam wilayah Tandun Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten Kampar. Kedua sungai menyatu di daerah Palas (Kabupaten Kampar) dan dekat Kota Pekanbaru pada Sungai Siak Besar. Bagian Hilir Bagian hilir dari DAS Siak adalah pada Sungai Siak Besar (Sub DAS Siak Besar) yang terletak di desa Palas (Kabupaten Kampar) - Kota Pekanbaru Kota Perawang (Kabupaten Siak) Kota Siak Sri Indrapura dan bermuara di Tanjung Belit (Sungai Apit, Kabupaten Siak) (Departemen PU, 2005). Lokasi penelitian di sungai Siak terletak di Sub DAS Siak Besar. IV.3.2 Sungai Kampar Sistem daerah aliran sungai Kampar terdiri dari 3 Sub DAS utama yakni: Sub DAS Kampar (Besar), Kampar Kiri, dan Kampar Kanan. Masing-masing mempunyai hulu beragam, yang semuanya mengalir ke Sungai Kampar dan bermuara ke selat Malaka (Kimpraswil Riau, 2006). Lokasi penelitian di sungai Kampar terletak di Sub DAS Kampar (Besar). IV.4 Kondisi tata guna lahan IV.4.1 Tata guna lahan DAS Siak Hampir sama dengan provinsi-provinsi lainnya di Sumatera, di Riau terjadi konversi lahan yang tinggi yang secara intensif telah merusak hutan

6 51 terutama di DAS Siak. Demikian pula usaha-usaha perkebunan, telah mengkonversi lahan cukup luas dari hutan menjadi lahan-lahan perkebunan. Selain itu dengan adanya pemekaran wilayah, secara tidak langsung mempengaruhi perubahan tata guna lahan di DAS Siak (Departemen PU, 2005). Pada tahun 2006, komposisi tata guna lahan di Kota Pekanbaru yang terleak di DAS Siak di sebelah hulu lokasi pengambilan sampel, seperti terlihat dalam tabel IV.1. Dan Tabel IV.2 menunjukkan komposisi tata guna lahan di DAS Siak yang berada di wilayah kabupaten Siak (lokasi pengambilan sampel hingga muara sungai). Tabel IV.1 Komposisi tata guna lahan DAS Siak di wilayah Kota Pekanbaru tahun 2006 No Deskripsi Persentase (%) 1 Pemukiman 70,08 2 Industri 1,07 3 Persawahan 0,14 4 Tanah Kering 19,91 5 Perkebunan 0,54 6 Hutan 5,01 7 Lahan Kosong, Rusak 1,13 8 Perairan dan lainnya 2,11 Sumber: Regionalinvestment, 2007 Tabel IV.2 Komposisi tata guna lahan DAS Siak di wilayah Kabupaten Siak tahun 2006 No Deskripsi Persentase (%) 1 Pemukiman 3,54 2 Industri 0,42 3 Persawahan 0,82 4 Tanah Kering 59,86 5 Perkebunan 10,26 6 Hutan 15,73 7 Lahan Kosong, Rusak 4,52 8 Perairan dan lainnya 4,99 Sumber: Regionalinvestment, 2007

7 52 Pada saat ini di DAS Siak terdapat sedikitnya 26 industri besar (14 di Kabupaten Siak dan 12 di Kota Pekanbaru) dan sebanyak industri kecil dan menengah. Industri besar antara lain: PT. Chevron Pasific Indonesia (bidang perminyakan), PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (pulp dan kertas), PT. Surya Dumai, PT. Siak Raya (Pengolahan Kayu) dan sebagainya. Industri kecil dan menengah berupa aneka industri, yaitu industri makanan dan minuman, logam dan elektronika, kerajinan rotan dan kayu, dan lain-lain (Depkes, 2007). Di samping industri di atas, dibagian hulu DAS Siak, terdapat sejumlah industri kelapa sawit (CPO) yang cukup besar seperti: PTP. II Tandun, PTP.V Sungai Tapung, dan PTP. II Terantan di Kabupaten Kampar, PTP.V Sungai Galuh di Kabupaten Bengkalis, dan di bagian hilir terdapat PT. Musi Mas, PT. Astra, dan PTP. II Sungai Buatan di Kabupaten Siak (PT. IKPP, 1999). Berdasarkan struktur mata pencaharian penduduk yang tinggal di wilayah DAS Siak adalah bergerak di sektor pertanian, perdagangan, jasa, industri, konstruksi / bangunan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di bagian hulu sampai hilir DAS Siak yang tinggal di pedesaan pada umumnya sebagai petani, baik dari usaha tani tanaman semusim maupun perkebunan. Untuk bagian hulu ketergantungan terhadap sektor pertanian lebih besar terutama usaha tani tanaman semusim dan perkebunan rakyat yang berupa kelapa sawit, karet dan gambir. Ketergantungan penduduk terhadap sumberdaya hutan juga masih sangat tinggi. Di bagian hilir, dari arah Pekanbaru ke hilir, kehidupan sosial ekonomi masyarakat lebih beragam, berbagai kegiatan mulai dari pertambangan, pengangkutan dan industri pulp telah memicu berkembangnya kegiatan perkotaan. Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi dan pusat perdagangan regional, telah mendorong tumbuhnya pusat-pusat perdagangan di sepanjang bagian hilir Sungai Siak, seperti Kota Perawang dan Siak Sri Indrapura (Departemen PU, 2005). IV.4.2 Tata guna lahan DAS Kampar Kondisi tata guna lahan di DAS Kampar khususnya di wilayah kabupaten Pelalawan yang merupakan lokasi dimana penelitian ini dilakukan, dapat dilihat pada Tabel IV.3 di bawah ini.

8 53 Tabel IV.3 Komposisi tata guna lahan di DAS Kampar 2006 No Deskripsi Persentase (%) 1 Pemukiman 29,22 2 Industri 0,16 3 Persawahan 0,95 4 Ladang / tadah hujan 0,50 5 Suaka Marga Satwa 31,54 6 Hutan, termasuk rawa gambut 35,05 7 Perikanan 0,13 8 Lahan Kosong, Rusak 13,23 9 Perairan dan lainnya 8,09 Sumber: Regionalinvestment, 2007 IV.5 Tingkat pencemaran IV.5.1 Sungai Siak Pencemaran sungai Siak semakin meningkat sejak booming industri yang menempati sepanjang DAS Siak. Pencemaran pada Sungai Siak diakibatkan oleh adanya limbah dari industri yang berada sepanjang aliran sungai, pelayaran, dan limbah rumah tangga di sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah oksigen terlarut (DO) dalam air sungai lebih kecil dari 1 ppm, sehingga mengancam kelangsungan hidup ikan dan biota air di dalamnya. Hal ini terbukti pada bulan Juni 2004 dimana sejumlah 1,5-5 ton ikan mati dalam waktu yang bersamaan akibat kekurangan oksigen. Hal ini membawa dampak yang buruk bagi penduduk yang berprofesi sebagai nelayan karena hasil tangkapan tidak mencukupi lagi untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian banyak diantaranya yang beralih profesi sebagai penebang liar yang justru menambah parah kerusakan lingkungan dan DAS Siak itu sendiri (Departemen PU, 2005). Dalam Keputusan Gubernur Riau Nomor 12 tahun 2003 tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai Siak, ditetapkan bahwa sungai Siak mulai dari titik S-4 (37 km di hulu PT. I) hingga muara sungai Siak di Desa Sungai Apit diperuntukan sebagai air baku air minum dengan teknologi yang sesuai, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sesuai dengan peruntukan tersebut, baku mutu air sungai Siak

9 54 digolongkan sebagai kelas III. Hasil pengujian kualitas air sungai Siak oleh Bapedalda Provinsi Riau pada tahun disajikan pada bab V dalam Tabel V.9, V.10, V.11 dan V.12. IV.5.2 Sungai Kampar Tingkat pencemaran sungai Kampar, hingga saat ini belum separah kondisi sungai Siak. Namun demikian sejumlah aktifitas di sepanjang daerah aliran sungai berpotensi menimbulkan pencemaran yang lebih berat jika tidak dikendalikan secara serius. Dalam Keputusan Gubernur Riau Nomor 23 tahun 2003 tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai Kampar, ditetapkan bahwa sungai Kampar diperuntukan sebagai air baku air minum dengan teknologi baku pengelolaan air minum, prasarana/sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sesuai dengan peruntukan tersebut, baku mutu air sungai Kampar digolongkan sebagai kelas II. Hasil pengujian kualitas air sungai Kampar oleh Bapedalda Provinsi Riau pada tahun disajikan ada bab V dalam Tabel V.13, V.14, V.15 dan V.16. Beberapa aktivitas pada DAS Kampar yang berpotensi menimbulkan pencemaran badan sungai dapat dikelompokan sebagai berikut: Domestik, meliputi aktivitas pemukiman dan rumah tangga. Industri, terdapat 1 industri besar, 97 industri kecil dan menengah meliputi berbagai aktivitas industri seperti industri pengolahan kayu, kepala sawit (CPO), industri pulp dan kertas, dan lain-lain. Pertanian, meliputi aktivitas pertanian yang dilakukan masyarakat disekitarnya baik sawah dengan sistem irigasi maupun tadah hujan, seperti sayur-sayuran, padi, jagung, nanas dan lain-lain. Perkebunan: kelapa sawit, karet, rambutan, durian dan lain-lain. Perikanan, dimana merupakan salah satu mata pencaharian penduduk di kawasan DAS Kampar.

10 55 IV. 6 Gambaran umum industri pulp dan kertas IV.6.1 PT. I Terletak di Kota Perawang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, berjarak kurang lebih 1 km dari pinggir sungai Siak, mulai beroperasi sejak tahun Perusahaan ini terletak di atas areal seluas 2400 hektar. Telah menerapkan dan memperoleh sertifikat ISO 9002 (Sistem Manajemen Mutu) dan ISO (Sistem Manajemen Lingkungan) sejak tahun 1996 dari Badan Sertifikasi DNV (Det Norske Veritas), dan SMK3 Sejak tahun 1998 dari Badan Sertifikasi Sucofindo. Di hulu pabrik terdapat 2 pemukiman terdekat utama yakni Kota Pekanbaru dan Perawang yang berjarak kurang lebih 60 km dari Pekanbaru (kurang lebih 30 km melalui jalur sungai). Pada tahun 2004 total jumlah penduduk kedua kota ini adalah orang (Regionalinvestment, 2007). PT. I merupakan salah satu perusahaan besar di wilayah ini dan merupakan satusatunya industri pulp dan kertas di daerah aliran sungai Siak. IV Proses Bleaching Metoda pembuatan pulp adalah dengan proses Kraft, dimana metode bleaching yang diterapkan adalah metode ECF (Elemental Chlorine Free), bahan pemutih yang digunakan adalah: kombinasi NaOH, O 2, HCl, ClO 2, Cl 2, H 2 O 2, NaOCl dan SO 2. Pada tahun 2006, produksi rata-rata harian pulp adalah sebesar ADT/day. Sedangkan produksi harian kertas adalah sebesar ton/day. Proses bleaching diawali oleh suatu proses dengan sistem oxygen delignification untuk memecah lignin sehingga bahan kimia untuk proses pemutihan menjadi lebih sedikit, selanjutnya pulp diputihkan dengan NaOH, O 2, HCl, ClO 2, Cl 2, H 2 O 2, NaOCl dan SO 2. Pulp yang telah putih dengan konsistensi sekitar 2% sebagian dikirim ke unit pengeringan pulp untuk diproses menjadi lembaran pulp yang siap dijual, air yang dihilangkan dari proses ini sebagian dimanfatkan kembali untuk proses pengenceran pulp di pulp making plant dan sebagian lagi menjadi air limbah.

11 56 IV Bahan baku Bahan baku yang dipergunakan adalah kayu keras tropis campuran dan kayu dari hasil Hutan Tanaman Industri (HTI) yaitu Eucalyptus dan Acasia. IV Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. I memiliki 3 (tiga) unit instalasi pengolahan air limbah cair ( IPAL ) sistem biologis yang dilengakapi dengan pengolahan tahap III (tertiary treatment dengan penambahan kimia), dengan total kapasitas terpasang adalah m 3 /hari (sistem biologis) dan 1 (satu) unit IPAL sistem kimia dengan kapasitas terpasang m 3 /hari (untuk antisipasi keadaan darurat). Debit rata-rata harian limbah cair (effluent) saat ini adalah m 3 /hari. Limbah cair yang berasal dari seluruh pabrik yang tidak dapat direcovery dan yang dapat digunakan kembali dialirkan melalui parit yang menuju IPAL dan dipantau 1 kali dalam 2 jam, jika ditemukan penyimpangan maka segera di informasikan ke unit terkait dan dilakukan sistem NCR (Non-Conformace Report) sesuai sistem ISO Hal ini dapat secara efektif menjaga pembuangan atau kehilangan fiber, bahan kimia dan air ke air limbah. Limbah cair yang memasuki IPAL terlebih dahulu dilewatkan melalui screen untuk menyaring benda-benda padat, air limbah yang telah tersaring mengalir ke kolam penyamaan untuk menyamakan beban air limbah dan kemudian dipompakan ke kolam primary clarifier untuk mengendapkan zat padat tersuspensi. Endapan atau lumpurnya dipompakan ke unit sludge thickener sedangkan overflownya ditampung pada buffer tank. Dalam buffer tank ini jika ph tidak netral, maka dinetralkan dengan HCl atau NaOH. Kemudian air yang telah netral ini dipompakan ke cooling tower untuk menurunkan temperatur air limbah, air yang telah diturunkan temperaturnya ini mengalir ke kolam aerated lagoon yang mengandung mikroorganisme aktif (activated sludge), untuk nutrisi mikroorganisme ini ditambah larutan urea dan asam fosfat. Aerated lagoon dilengkapi dengan surface aerator untuk menambah oksigen untuk kehidupan

12 57 mikroorganisme. Dalam aerated lagoon air limbah diuraikan oleh mikroorganisme menjadi CO 2 + H 2 O dan cell baru. Air limbah yang telah diuraikan mikroorganisme ini diendapkan pada bak secondary clarifier, sekitar 75 % lumpurnya dikembalikan ke aerated lagoon dan sekitar 25 % dipompakan ke sludge thickener. Air overflow dari secondary clarifier ini dipompakan ke bak floculator dan di bak ini diinjeksikan larutan alum sulphat atau PAC dan polymer. Setelah diaduk di bak floculator, kemudian dialirkan ke bak tertiary treatment untuk diendapkan. Endapannya dipompakan ke sludge thickener dan air overflownya ditampung pada bak effluent dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui alat ukur debit (pharshall flume) dan sebagian dialirkan ke kolam yang berisi ikan mas sebagai bio-indikator air limbah terolah. Campuran lumpur dari primary clarifier, secondary clarifier dan tertiary clarifier dipekatkan di unit sludge thickener, endapan sludge yang telah pekat dipompakan ke mixing tank untuk dicampur dengan larutan pembentuk flok (polymer), selanjutnya lumpur di press di unit belt press machine. Air filtrat belt press dan overflow sludge thickener dialirkan ke kolam penyamaan yang terdapat pada tahap awal IPAL. IV.6.2 PT. R Terletak di Kota Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, berjarak kurang lebih 4 km dari pinggir sungai Kampar, beroperasi sejak tahun Perusahaan ini menempati areal seluas kurang lebih 1750 hektar. Perusahaan ini telah menerapkan dan memperoleh sertifikat ISO 9002 (Sistem Manajemen Mutu) dan ISO (Sistem Manajemen Lingkungan) dari Badan Sertifikasi SGS sejak tahun 2002, dan SMK3 tahun Di hulu pabrik terdapat 2 (dua) pemukiman terdekat utama yakni Kota Pangkalan Kerinci dan Langgam dengan total jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah orang (Pelalawankab, 2007). Pangkalan Kerinci berjarak tempuh kurang lebih 70 km dari Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru. PT. R merupakan satu-satunya industri pulp dan kertas di daerah aliran sungai Kampar.

13 58 IV Proses Bleaching Metoda pembuatan pulp adalah dengan proses Kraft, yang didukung oleh super batch cooking, oxygen delignification, dan proses bleaching menerapkan metode ECF (Elemental Chlorine Free). Produksi rata-rata harian pulp adalah sebesar ADT/day. Sedangkan produksi harian kertas adalah sebesar ton/day (Bapedalda Riau, 2007). Data yang lebih lengkap mengenai proses bleaching di PT. R tidak diperoleh, namun dalam tulisan ini kondisi proses bleaching di PT. R akan dideskripsikan berdasarkan perbandingan konsentrasi AOX yang diperoleh terhadap konsentrasi AOX effluent PT. I. IV Bahan baku Bahan baku yang dipergunakan adalah sama dengan PT. I yakni kayu keras tropis campuran dan kayu dari hasil Hutan Tanaman Industri (HTI) yaitu Eucalyptus dan Acasia. IV Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Diketahui bahwa proses pengolahan limbah pada IPAL PT. R juga menggunakan proses pengolahan biologis, dengan debit rata-rata harian limbah cair (effluent) adalah m 3 /hari. (Bapedalda Riau, 2007) Namun data lengkap mengenai proses pada Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. R tidak diketahui. Riau. Gambar IV.1 berikut ini menunjukkan peta tata guna lahan di provinsi

14 59 PT. I Sungai Siak PT. R Sungai Kampar Gambar IV.1 Peta tata guna lahan di Provinsi Riau (Dephut, 2007) Bagian lahan tertentu bersifat asam dan merupakan tanah organik, air tanahnya payau, kelembaban dan temperatur udaranya tergolong tinggi (Regionalinvestment, 2007). Seperti halnya daerah aliran sungai lainnya di Riau, umumnya bagian hilir daerah aliran sungai Siak dan Kampar merupakan lahan gambut dengan ketebalan gambut yang bervariasi, seperti terlihat pada Gambar IV.2.

15 60 Gambar IV.2 Peta kedalaman lahan gambut di Riau (Maanystavat, 2007)

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

Bab V Hasil Dan Pembahasan

Bab V Hasil Dan Pembahasan 61 Bab V Hasil Dan Pembahasan V.1 Kandungan AOX di perairan V.1.1 Perubahan kandungan AOX di sungai Siak dan Kampar beserta perbedaannya Tabel V.1 di bawah ini menunjukkan lokasi dan kondisi pengambilan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Deskripsi Umum Wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Siak Hulu Kabupaten Kampar mempunyai luas wilayah ± 1.000,33 KM 2. Yang terdiri dari 12 (Dua Belas ) Desa,

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI IV. 1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Daerah Aliran sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dengan luas 6.614 Km 2 dan panjang 300 km (Jasa Tirta

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KARAKTERISASI BADAN AIR SUNGAI, DALAM RANGKA MENUNJANG PEMASANGAN SISTIM PEMANTAUAN SUNGAI SECARA TELEMETRI

ANALISIS DAN KARAKTERISASI BADAN AIR SUNGAI, DALAM RANGKA MENUNJANG PEMASANGAN SISTIM PEMANTAUAN SUNGAI SECARA TELEMETRI J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.3 Hal. 123-136 Jakarta, Desember 2008 ISSN 1907-1043 ANALISIS DAN KARAKTERISASI BADAN AIR SUNGAI, DALAM RANGKA MENUNJANG PEMASANGAN SISTIM PEMANTAUAN SUNGAI SECARA TELEMETRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sungai Cidurian merupakan salah satu sungai strategis di Provinsi Banten yang mengalir dari hulu di Kabupaten Bogor, dan melewati Kabupaten Lebak, perbatasan Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latarbelakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latarbelakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latarbelakang Pada tahun 1996 diketahui bahwa kapasitas terpasang dari industri pulp dan kertas di Indonesia 5,5 juta ton dan terus mengalami peningkatan pesat. (Directory 2001

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara.

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara. PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh dampak

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Isi Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xiv I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1 1.2. Maksud dan Tujuan Studi......8 1.2.1. Maksud......8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI KAJIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI KAJIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI KAJIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Kampar 4.1.1. Pemerintahan Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Riau. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan UU No. 12 Tahun

Lebih terperinci

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI Hasil Pemetaan Masyarakat Desa bersama Yayasan Mitra Insani (YMI) Pekanbaru 2008 1. Pendahuluan Semenanjung Kampar merupakan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b Tema 7 Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir & Daerah Aliran Sungai ke-1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 9 April 2015 Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai Muhammad Rijal

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Aspek Geografi Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI TUNTANG DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sangat panjang

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun , HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun 1990 1996, perubahan penggunaan lahan menjadi salah satu penyebab yang meningkatkan debit puncak dari 280 m 3 /det menjadi 383

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk hidup, tidak lepas dari lingkungan sebagai sumber kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan caranya

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran wilayah pada dasarnya salah satu upaya untuk mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan. Di daerah perairan terdapat 3.214 pulau besar dan kecil. Sebanyak 743 pulau telah memiliki

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 No. 35/07/14/Th.XV, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI RIAU TAHUN 2013 DARI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran sungai di Yogyakarta yang terjadi beberapa tahun belakangan ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan. Adanya masukan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman hortikultura khususnya buah-buahan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI PEMALI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi untuk dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Danau secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran Kabupaten Bengkalis dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci