LAPORAN KINERJA [ LKj ] Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA [ LKj ] Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2016"

Transkripsi

1

2 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM Jl. Ir. H. Juanda No. 15 Bogor, Telp/Faks (0251) Jl. Padjadjaran No. 79 Bogor, Telp/Faks (0251) , Gedung Manggala Wanabakti Blok VII, Lantai 14, Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta ditpika@gmail.com LAPORAN KINERJA [ LKj ] Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2016 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA Tahun 2017) Januari, 2017

3 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LKj) Direktorat PIKA Tahun 2016 disusun sebagai bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor : P.8/KSDAE-SET/2015 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja (LKj) dan Reviu Atas Dokumen Laporan Kinerja Lingkup Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Dalam Laporan Kinerja (LKj) Direktorat PIKA Tahun 2016 memuat pertanggungjawaban/akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan kinerja Direktorat PIKA dengan menyajikan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran, Indikator Kinerja Kegiatan ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatankegiatan (pencapaian kinerja kegiatan) sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Kepada para pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Laporan Kinerja (LKj) Direktorat PIKA Tahun 2016 ini, kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas waktu, tenaga dan pemikirannya. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita sekalian. Jakarta, Januari 2017 Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Ir. Listya Kusumawardhani, M.Sc NIP ii

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA) sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka mendukung penyelenggaraan Program Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistem, khususnya peningkatan pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan pelestarian Alam, melaksanakan tugas sebagai penanggungjawab kegiatan pemolaan dan informasi konservasi alam. Rencana Strategis Direktorat PIKA Tahun merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal KSDAE Tahun , yang sekaligus berfungsi sebagai acuan di lingkungan Direktorat PIKA dalam menyusun perencanaan jangka menengah. Disamping itu penyusunan LKJ ini juga mempedomani Peraturan Dirjen KSDAE No P.14/KSDAE-SET/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Program KSDAE Tahun tanggal 18 Desember Tugas Direktorat PIKA merupakan bagian dari embanan Direktorat Jenderal KSDAE untuk mencapai dua sasaran konservasi, yaitu (1) Memanfaatkan potensi Sumber Daya Hutan dan Lingkungan Hidup secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan; dan (2) Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan Sumber Daya Alam sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pada tahun 2016, Direktorat PIKA sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya mempunyai 5 (lima) Indikator Kinerja Kegiatan sesuai dengan Renstra Direktorat PIKA Tahun dan Perjanjian Kinerja (PK) Direktur PIKA dengan Direktur Jenderal KSDAE. Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat PIKA Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Rata-rata capaian IKK Renstra ( ) sampai dengan tahun 2016 adalah sebesar 131,7%, sedangkan rata-rata capaian IKK Renstra ( ) total/ akumulasi adalah 76,42%. Realiasasi anggaran Direktorat PIKA tahun 2016 sebesar Rp8,560,941,907 atau 78,28% dari total anggaran sebesar Rp10,936,551,000,- atau 98,44% dari total anggaran Rp8,696,551,000,- (yang sudah dikurangi Self Blocking). iii

5 2. Capaian Kinerja IKK 1 (Jumlah Dokumen Perencanaan Penataan Kawasan Konservasi yang Tersusun dan Mendapat Pengesahan Sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok) tahun 2016 adalah 82 dokumen dari target 30 dokumen (273,3%), Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 117 dokumen dari target 150 dokumen (78%), dan realisasi anggaran pada IKK 1 sebesar 98,7%. Target IKK tahun ini dapat tercapai, namun masih terdapat beberapa kendala dalam pencapaian antara lain kawasan memiliki permasalahan tenurial, batas dan pengukuhan kawasan, belum dialokasikannya anggaran untuk penataan zonasi/blok oleh UPT secara optimal, perlu memaksimalkan peranan mitra untuk kegiatan penataan zonasai/blok. Untuk peningkatan efektifitas pelaksanaan penataan zona/blok pengelolaan KSA/KPA dan implementasi Kebijakaan Satu Peta (KSP) dilakukan sosialisai dan bimbingan teknis, optimalisasi penyusunan penataan zona/blok, penilaian dan pengesahan dokumen zona/blok pengelolaan, dukungan anggaran dari kemitraan, serta peningkatan koordinasi Ditjen KSDAE dan Ditjen PKTL. 3. Capaian Kinerja IKK 2 (Jumlah Rekomendasi Hasil Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan Konservasi untuk 521 Unit KSA, KPA, dan TB di Seluruh Indonesia) dengan metoda desk study pada tahun 2016 adalah 120 unit dari target 100 unit rekomendasi (120%). Dengan demikian capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 235 unit dari target 521 unit rekomendasi (45,11%), dan realisasi anggaran pada IKK 2 untuk tahun 2016 sebesar 98,52%. Kendala dalam IKK ini antara lain kegiatan dan panjangnya proses pengadaan, membuat kegiatan pengkajian dilaksanakan pada periode terakhir anggaran, dan adanya pemotongan anggaran menjadikan kegiatan evaluasi kesesuaian fungsi tidak dapat dilakukan secara optimal. Selain itu dilakukan pula evaluasi kesesuaian fungsi (EKF) di tingkat lapangan. Untuk tahun 2016 dilaksanakan EKF pada 4 (empat) kawasan konservasi, yaitu CA Dolok Tinggi Raja, CA Gunung Papandayan, TB Pulau Moyo - TWAL P. Moyo - TWA P. Satonda, dan CA Waigeo Barat. Tindak lanjut agar EKF dengan metoda desk analyses lebih optimal adalah melaksanakan persiapan lebih dini dan memperhatikan waktu efektif untuk iv

6 mengoptimalkan anggaran, antara lain dengan menghindari pelaksanaan desk analyses pada bulan-bulan yang memiliki libur panjang. Sedangkan untuk meningkatkan jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi kawasan konservasi tingkat lapangan adalah dengan memberikan bimbingan teknis yang lebih intensif kepada UPT-UPT lingkup Ditjen KSDAE, perlu dibuat pedoman turunan Permenhut P.49/Menhut-II/2014 sebagai NSPK pedoman pelaksanaan lapangan, dan alokasi anggaran yang memadai untuk kegiatan evaluasi kesesuaian fungsi tingkat lapangan kepada UPT-UPT. 4. Capaian Kinerja IKK 3 (Jumlah Paket Data dan Informasi Kawasan Konservasi yang Valid dan Reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di Seluruh Indonesia) tahun 2016 adalah 521 dari target 521 paket data (100%), Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 521 dari target 521 paket data (100%), dan realisasi anggaran pada IKK 3 sebesar 97,44%. Target IKK tahun ini dapat tercapai, namun masih terdapat beberapa kendala dalam pencapaian IKK ini antara lain UPT belum memiliki data yang lengkap pada KK yang dikelola dan membuthkan dana yang besar untuk melaksanakan inventarisasi sesuai amanat Permenhut No.P.81/Menhut-II/2014. Strategi dalam rangka penyempurnaan jumlah paket data adalah sosialisasi Permenhut No. P.81/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Potensi pada KSA dan KPA, diperlukan anggaran yang lebih besar untuk UPT dalam melakukan inventarisasi data, percepatan hasil, sosialisasi dan bimbingan teknis tentang KSP pada UPT. 5. Capaian Kinerja IKK 4 (Jumlah KPHK pada Kawasan Konservasi Non Taman Nasional yang Terbentuk Sebanyak 100 Unit KPHK) tahun 2016 adalah 59 dari target 60 unit usulan KPHK (98,33%). Sedangkan Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 101 dari target 100 unit usulan KPHK (101%), dan realisasi anggaran pada IKK 4 sebesar 99,6%. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian IKK ini antara lain belum dipahaminya materi penyusunan rancang bangun KPHK secara baik oleh UPT lingkup KSDAE sehingga berdampak pada kurang lengkapnya data dan informasi yang disampaikan, kurang tepatnya pengelompokan unit-unit kawasan v

7 konservasi pembentuk KPHK, serta diperlukan waktu yang lebih lama untuk penyusunan rancang bangun di tingkat UPT, yang pada akhirnya terlambatnya penyampaian Rancang Bangun KPHK kepada Menteri LHK. Solusi tindak lanjut pencapaian IKK ini antara lain diperlukan bimbingan teknis yang lebih intensif kepada UPT-UPT lingkup Ditjen KSDAE, dan kegiatan-kegiatan pendampingan perlu dilakukan lebih intensif. Memperhatikan hasil-hasil diskusi dalam rapat koordinasi regional pembentukan KPHK non taman nasional yang dilaksanakan selama tahun 2016, diperlukan adanya perhatian yang lebih intens kepada Tahura dan alokasi anggaran untuk UPT pengelola Tahura dalam rangka pembentukan KPHK. Dikarenakan kewenangan pengelolaan Tahura berada di Pemerintah Daerah, diperlukan adanya mekanisme tersendiri untuk pembentukan KPHK yang berasal dari Tahura. Tindak lanjut lain yang diperlukan agar pengelolaan kawasan konservasi non taman nasional dapat lebih optimal, maka diperlukan adanya review terhadap kawasan-kawasan konservasi yang belum dikelola dalam mekanisme KPHK atau kawasan-kawasan konservasi dengan luasan kecil yang berdekatan dengan KPHK Taman Nasional, maupun KPHK Non Taman Nasional yang telah terbentuk. Selain itu, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara reguler terhadap dari KPHK-KPHK yang telah terbentuk, sehingga kawasan konservasi dapat dikelola dalam konteks KPHK secara lebih optimal. 6. Capaian Kinerja IKK 5 (Jumlah Kerjasama Pembangunan Strategis dan Kerjasama Penguatan Fungsi pada Kawasan Konservasi Sebanyak 100 PKS) tahun 2016 adalah 38 PKS dari target 20 PKS (190%), Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 58 PKS dari target 100 PKS (58%), dan realisasi anggaran pada IKK 5 sebesar 98,79%. Target IKK tahun ini dapat tercapai, namun masih terdapat beberapa kendala terkait masalah kerjasama di dalam KSA dan KPA. Diantaranya ialah masih kurangnya komitmen mitra kerjasama, perlunya ditingkatkan monitoring dan evaluasi atas kegiatan kemitraan, serta penguatan peran UPT dalam kerjasama. vi

8 Keberhasilan pencapaian indikator kinerja kegiatan Direktorat PIKA pada tahun 2016 diharapkan dapat terus berlanjut pada tahun mendatang dengan terus melakukan pembinaan dan pembenahan setiap kegiatan yang mendukung langsung pencapaian IKK pada masing-masing unit kerja. vii

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii viii ix x xii BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA 10 A. Rencana Strategis (Renstra) 10 B. Target Jangka Menegah 11 C. Target Tahunan 12 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 14 A. Capaian Kinerja Organisasi 14 B. Realisasi Anggaran 41 BAB IV PENUTUP 43 LAMPIRAN - LAMPIRAN 46 viii

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Pegawai Direktorat PIKA Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 3 Tabel 2. Target Jangka Menengah Direktorat PIKA Tahun Tabel 3. Perjanjian Kinerja dan Revisi Perjanjian Kinerja Tabel 4. Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Tahun Tabel 5. Pencapaian IKK 1 Direktorat PIKA Tahun Tabel 6. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK Tabel 7. Jumlah Dokumen Penataan Zona/Blok Pengelolaan Berdasarkan Fungsi Kawasan Tabel 8. Persentase Capaian Kinerja IKK 1 Tahunan dan Renstra Tabel 9. Pencapaian IKK 2 Direktorat PIKA Tahun Tabel 10. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK Tabel 11. Persentase Capaian Kinerja IKK 2 Tahunan dan Renstra Tabel 12. Pencapaian IKK 3 Direktorat PIKA Tahun Tabel 13. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK Tabel 14. Jumlah Paket Data dan Informasi KK Tahun 2015 dan Tabel 15. Persentase Capaian Kinerja IKK 3 Tahunan dan Renstra Tabel 16. Target dan Realisasi Kebijakan Satu Peta (KSP) Direktorat PIKA 30 Tabel 17. Target dan Data KPHK s/d Tahun Tabel 18. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK Tabel 19. Pencapaian IKK 4 Direktorat PIKA Tahun Tabel 20. Persentase Capaian Kinerja IKK 4 Tahunan dan Renstra Tabel 21. Pencapaian IKK 5 Direktorat PIKA Tahun Tabel 22. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK Tabel 23. Rekapitulasi Perkembangan Proses Permohonan Kerjasama Penyelenggaraan KSA dan KPA Tahun Tabel 24. Kategori Permohonan Kerjasama Pembangunan Strategis Tahun Tabel 25. Persentase Capaian Kinerja IKK 5 Tahunan dan Renstra Tabel 26. Pencapaian Realisasi Anggaran Direktorat PIKA Tahun ix

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat PIKA... 2 Gambar 2. Komposisi PNS Direktorat PIKA Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 3 Gambar 3. Bimbingan Teknis terkait Penataan Zona/Blok di Samarinda Kalimantan Timur... 6 Gambar 4. Tim Pelaksana Kegiatan EKF CA Dolok Tinggi Raja... 7 Gambar 5. Kegiatan Bimbingan Teknis Inventarisasi Potensi Kawasan... 8 Gambar 6. Rapat Pembahasan PKS Peningkatan Jalan di TN Kelimutu... 9 Gambar 7. Diagram Persentase Penganggaran Setiap IKK pada Direktorat PIKA Gambar 8. Diagram Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK Gambar 9. Koordinasi ke UPT dalam rangka penyusunan Blok KK Gambar 10. Diagram Jumlah Dokumen Penataan Blok/Zonasi Tahun 2015 dan Gambar 11. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra 19 IKK 1... Gambar 12. Bimbingan Teknis terkait Penataan Zona Blok di Samarinda Kaltim Gambar 13. Pembahasan Finalisasi NSPK terkait Penataan Zona Blok 21 Pengelolaan KSA KPA... Gambar 14. Potensi Wisata Alam dan Rapat Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Kesesuaian Fungsi CA Dolok Tinggi Raja Gambar 15. Diagram Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK Gambar 16. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra 25 IKK 2... Gambar 17. Pelaksanaan EKF CA Gunung Papandayan (Atas), Aktivitas pemanfaatan wisata dan panas bumi yang melatarbelakangi pelaksanaan EKF CA Gunung Papandayan (Bawah) Gambar 18. Buku Informasi 521 Kawasan Konservasi Gambar 19. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra 29 IKK 3... Gambar 20. Kegiatan Sosilasasi dan Validatasi Data KSP Gambar 21. Diagram Kenaikan/Penurunan Capaian IKK Gambar 22. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra 33 IKK 4... Gambar 23. Rapat Koordinasi Pembentukan KPHK di Makasar, Surabaya 34 dan Bandung... Gambar 24. Bimbingan Teknis Pembentukan KPHK di Balai Besar KSDA Jawa Barat Gambar 25. Bimbingan Teknis Pembentukan KPHK di Balai KSDA Sulawesi Tenggara Gambar 26. Rapat Fasilitasi Kerjasama Pengelolaan Kawasan Konservasi 36 Gambar 27. Diagram Kenaikan/Penurunan Capaian IKK Gambar 28. Rekapitulasi Lokasi PKS Tahun 2015 dan x

12 Gambar 29. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra 39 IKK 5... Gambar 30. Rapat Pembahasan PKS Peningkatan Jalan di TN Kelimutu Gambar 31. Penandatanganan Kerjasama antara Plt. Dirjen KSDAE dengan Dirjen Bina Marga tentang Pembangunan Jalan Paralel/Sejajar Perbatasan Ruas Temajuk Simpang Tanjung Kab. Sambas di TWA Gn. Asuansang dan TWA Gn. Melintang dan Ruas Putussibau Nanga Era Batas Kalimantan Timur 40 Kab. Kapuas Hulu di TN Betung Kerihung Provinsi Kalimantan Barat... xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Matriks Target Kinerja Tahun Direktorat PIKA Lampiran 2. Matriks Perjanjian Kinerja Tahun Lampiran 3. Matriks Perjanjian Kinerja Tahun 2016 (Revisi) Lampiran 4. Data Capaian Penataan Zonasi/Blok Pengelolaan Kawasan Konservasi Tahun Lampiran 5. Data Capaian Penataan Zonasi/Blok Pengelolaan Kawasan Konservasi Tahun Lampiran 6. Data Capaian EKF 2015 Tahun 2015 dan Lampiran 7. Form Paket Data IKK Lampiran 8. Hasil Penilanan dan Berita Acara Integrasi KSP Lampiran 9. Data KPHK Tahun 2015 dan Lampiran 10. Data PKS Tahun 2015 dan xii

14 BAB I PENDAHULUAN Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) bertujuan untuk mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam rangka mencegah kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga kehidupan, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara lestari. Untuk meningkatkan pengelolaan KSA dan KPA, Pemerintah selaku pengelola negara yang dalam hal ini diwakili oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), telah membentuk satuan kerja setingkat Eselon II salah satunya adalah Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA) yang melaksanakan tugas di bidang pemolaan dan informasi konservasi alam untuk mendukung penyelenggaraan upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem pada kawasan hutan konservasi yang telah ditetapkan di Indonesia. Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.18/MenLHK-ll/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat PIKA mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis, dan evaluasi bimbingan teknis di bidang pemolaan dan informasi konservasi alam. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat PIKA menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan di bidang inventarisasi potensi, penataan, pemolaan, evaluasi kesesuaian fungsi, kerjasama pengelolaan, serta pengelolaan data dan sistem informasi manajemen kawasan cagar alam (CA), suaka margasatwa (SM), taman nasional (TN), taman wisata alam (TWA), taman hutan raya (Tahura), dan taman buru (TB); b. Pelaksanaan kebijakan di bidang inventarisasi potensi, penataan, pemolaan, evaluasi kesesuaian fungsi, kerjasama pengelolaan, serta pengelolaan data sistem informasi manajemen kawasan CA, SM, TN, TWA, Tahura, dan TB; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang inventarisasi potensi, penataan, pemolaan, evaluasi kesesuaian fungsi, kerjasama 1

15 pengelolaan, serta pengelolaan data dan sistem informasi manajemen kawasan CA, SM, TN, TWA, Tahura, dan TB; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang inventarisasi potensi, penataan, pemolaan, evaluasi kesesuaian fungsi, kerjasama pengelolaan, serta pengelolaan data dan sistem informasi manajemen kawasan CA, SM, TN, TWA, Tahura, dan TB; e. Pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan urusan inventarisasi petensi, penataan, pemolaan, evaluasi kesesuaian fungsi, kerjasama pengelolaan, serta pengelolaan data dan sistem informasi manajemen kawasan Tahura; dan f. Pelaksanaan administrasi Direktorat. Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya, Direktorat PIKA didukung oleh perangkat organisasi yang terdiri dari: a. Subdirektorat Inventarisasi dan Informasi Konservasi Alam; b. Subdirektorat Pemolaan Kawasan Konservasi; c. Subdirektorat Penataan Kawasan Konservasi; d. Subdirektorat Pemanfaatan Kawasan Strategis; e. Subbagian Tata Usaha. Struktur Organisasi Direktorat PIKA adalah sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat PIKA 2

16 Direktorat PIKA sampai saat ini memiliki jumlah pegawai sebanyak 51 orang (PNS) dan 12 orang (Non PNS) yang tersebar dimasing-masing Subdirektorat dan Subbagian Tata Usaha. Dari jumlah pegawai (PNS), apabila dilihat dari tingkat/jenis pendidikannya, maka pegawai Direktorat PIKA didominasi lulusan S2 sebanyak 20 orang (38%), lulusan S1 sebanyak 15 orang (30%), SMU/D1/D2 sebanyak 15 orang (28%), dan D3 sebanyak 4 orang (4%) dari seluruh pegawai yang ada. Gambaran lengkap terkait jumlah kepegawaian dan tingkat pendidikan pegawai sebagaimana disajikan dalam tabel 1 dan gambar 2. Tabel 1. Jumlah Pegawai PNS Direktorat PIKA Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Jabatan/Subdit/Subbag Tingkat Pendidikan Jumlah S2 S1/D4 D3 SMA/D1/D2 1 Direktur Subdit Inventarisasi dan Informasi Konservasi Alam Subdit Pemolaan Kawasan Konservasi Subdit Penataan Kawasan Konservasi Subdit Pemanfaatan kawasan Strategis Sub Bagian Tata Usaha Jumlah Gambar 2. Komposisi PNS Direktorat PIKA Berdasarkan Tingkat Pendidikan 3

17 Sesuai aspek strategis organisasi, Direktorat PIKA mengemban sasaran kegiatan untuk menjamin efektivitas pemolaan dan penataan pengelolaan kawasan konservasi, serta ketersediaan data dan informasi konservasi alam. Untuk mencapai sasaran kegiatan tersebut, Direktorat PIKA selaku penanggung jawab kegiatan pemolaan dan informasi konservasi alam mempunyai ruang lingkup tugas, yang meliputi : a. Perencanaan pengelolaan kawasan konservasi di tingkat tapak melalui penataan kawasan konservasi yang meliputi penyusunan zonasi/blok pengelolaan dan penataan wilayah kerja. b. Evaluasi Kesesuaian Fungsi (EKF) kawasan konservasi yang terindikasi mengalami degradasi berat, yang tidak sesuai dengan model/fungsi, yang masih berstatus HSA/KSA/KPA/HK, dan kawasan konservasi baru hasil proses revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk ditindak lanjut baik dalam bentuk pemulihan bagi kawasan yang terdegradasi, maupun melalui perubahan fungsi. c. Inventarisasi petensi melalui analisis data kondisi kawasan konservasi sampai tingkat resort sehingga dapat menyediakan kebutuhan data dan informasi yang reliable dan up to date, baik hayati maupun non hayati pada kawasan konservasi yang masih banyak belum ditemukenali dan terdokumentasikan dengan baik. d. Pembangunan KPHK dalam bentuk wadah penyelenggara kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari ditingkat tapak. e. Kerjasama penyelenggara KSA dan KPA merupakan kegiatan bersama para pihak (mitra) yang dibangun atas kepentingan bersama untuk optimalisasi dan efektivitas pengelolaan kawasan, atau karena adanya pertimbangan khusus bagi penguatan ketahanan nasional. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, tidak terlepas dari timbulnya permasalahan yang dihadapi. Adapun permasalahan utama (strategic issued) dalam rangka mendukung pengelolaan kawasan konservasi, antara lain: 4

18 1. Penataan Kawasan Berdasarkan data Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam, sampai dengan tahun 2016, dari 556 unit kawasan konservasi yang dikelola, telah dilakukan penataan kawasan (zonasi/blok) sebanyak 168 unit kawasan dengan rincian: 49 zonasi taman nasional; 67 blok pengelolaan taman wisata alam; 7 blok pengelolaan taman hutan raya; 24 blok cagar alam; 18 blok suaka margasatwa, dan 3 blok taman buru. Dengan demikian masih ± 388 KK yang belum memiliki rencana penataan zona atau blok. Berdasarkan data dan informasi ini masih banyak unit kawasan konservasi, khususnya pada kawasan non taman nasional yang belum dikelola berdasarkan rencana penataan kawasan. Rendahnya tingkat penyelesaian penataan kawasan disebabkan antara lain masih banyak status pengukuhan kawasan konservasi yang belum selesai sehingga menimbulkan keraguan dalam melakukan penataan kawasan, masih terdapat kawasan konservasi yang belum ditetapkan fungsinya (KSA, KPA, HSA) sehingga belum dapat dilakukan penataan, kurangnya data dan informasi potensi kawasan konservasi hasil inventarisasi potensi. Mengingat pentingnya penataan zona dan blok sebagai dasar perencanaan pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi, maka dalam Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan periode telah ditetapkan salah satu satu indikator kinerja kegiatan (IKK) dari program konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya yaitu tersusunnya 150 dokumen penataan zonasi taman nasional maupun penataan blok non taman nasional. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden No 9 Tahun 2016 tanggal 1 Pebruari 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (KSP) pada Tingkat Ketelitian Peta skala 1: Direktorat Jenderal KSDAE juga diamanatkan untuk menyelesaikan penataan zona /blok seluruh Kawasan Konservasi skala 1: yang harus diselesaikan sampai akhir tahun 2018 pada semua provinsi di Indonesia. 5

19 Gambar 3. Bimbingan Teknis terkait Penataan Zona/Blok di Samarinda Kalimantan Timur 2. Pemolaan dan Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan Beberapa kondisi kawasan konservasi saat ini masih ada yang belum diketahui secara pasti, penetapan fungsi kawasan konservasi tidak sesuai dengan kriteria, dan kawasan konservasi yang belum mempunyai fungsi konservasi yang jelas (KSA/KPA, HSA, HK), menyebabkan lemahnya kepastian hak atas kawasan hutan. Pengelolaan kawasan konservasi, terutama kawasan konservasi non taman nasional selama ini masih belum efektif. Hal ini diindikasikan dengan adanya konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi sangat tinggi akibat adanya aktivitas yang dilakukan secara illegal. Berdasarkan hal tersebut maka dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi diperlukan langkah-langkah yang strategis dan terukur sesuai amanah peraturan perundang-undangan untuk memastikan tercapainya tujuan pengelolaan kawasan hutan yang lebih efektif dan efisien. 6

20 Gambar 4. Tim Pelaksana Kegiatan EKF CA Dolok Tinggi Raja 3. Inventarisasi Potensi, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Manajemen Kawasan. Kegiatan inventarisasi potensi dan pengelolaan data dan informasi yang selama ini telah dilaksanakan dianggap belum efektif. Data dan informasi potensi kawasan konservasi perlu terus diupayakan untuk dilengkapi, baik keanekaragaman jenis, habitat/ekosistem, populasi, dan distribusinya dalam rangka optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi. Oleh karena itu diperlukan peningkatan intensitas pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi di lapangan, dan di sisi lain diperlukan sebuah sistem basis data yang mampu menghimpun dan menyajikan data dan informasi yang tersebar di berbagai kalangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengelolaan kawasan konservasi. 7

21 Gambar 5. Kegiatan Bimbingan Teknis Inventarisasi Potensi Kawasan 4. Kerjasama Pengelolaan Kawasan. Kerjasama dan kemitraan bidang KSDAE dikembangkan untuk mengisi gap input dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal KSDAE, khususnya dalam hal pendanaan serta peningkatan kapasitas kelembagaan, tujuannya adalah agar upaya KSDAE dapat terlaksana optimal. Upaya pengembangan kerjasama pengelolaan kawasan konservasi dalam rangka memberikan manfaat yang positif kepada pengelola kawasan konservasi dan mitra kerja atau pihak-pihak terkait (stakeholder) masih terkendala, seperti: a. masih kurangnya sosialisasi mekanisme kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA; b. proses persetujuan dan penyusunan naskah perjanjian kerjasama masih membutuhkan waktu yang relatif lama karena harus melalui proses verifikasi; c. persetujuan kerjasama belum seluruhnya ditindaklanjuti dengan penyusunan naskah perjanjian kerjasama, penyusunan RPP dan RKT ; d. monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama belum berjalan optimal; e. beberapa keterlanjuran penggunaan kawasan konservasi khususnya pembangunan strategis non prosedural belum dapat ditindaklanjuti dengan penyelesaian melalui kerjasama. 8

22 Gambar 6. Rapat Pembahasan Permohonan Kerjasama Peningkatan Jalan di TN Kelimutu Sebagai bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran selama satu tahun, maka Direktorat PIKA berkewajiban menyusun laporan hasil capaian kinerjanya atau Laporan Kinerja (LKj), sebagaimana tertuang dalam Perpres Nomor: 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor P.8/KSDAE-SET/2015 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja (LKj) dan Reviu atas Dokumen Laporan Kinerja Lingkup Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Laporan Kinerja (LKj) Direktorat PIKA Tahun 2016 ini disusun dengan maksud sebagai wujud pertanggungjawaban/akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan kinerja Direktorat PIKA Tahun Anggaran Sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. 9

23 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis (Renstra) Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 telah ditetapkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun merupakan periode ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun Rencana Strategis Direktorat PIKA Tahun merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal KSDAE Tahun , yang sekaligus berfungsi sebagai acuan di lingkungan Direktorat PIKA dalam menyusun perencanaan jangka menengah. Karena lingkupnya sebagai penanggung jawab kegiatan dari program yang ditetapkan Direktorat Jenderal KSDAE, maka Rencana Strategis Direktorat PIKA Tahun hanya menjabarkan strategi pencapaian Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Visi Misi : Berdasarkan RPJMN tahun , visi pembangunan adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. : Untuk mewujudkan pencapaian visi tersebut, pembangunan nasional dilaksanakan dengan misi: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; serta 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 10

24 Tujuan : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah merumuskan tujuan pembangunan tahun , yaitu mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Sasaran : Tugas Direktorat PIKA merupakan bagian dari embanan Direktorat Jenderal KSDAE untuk mencapai dua sasaran konservasi, yaitu: 1. Memanfaatkan potensi Sumber Daya Hutan dan Lingkungan Hidup secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan; dan 2. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan Sumber Daya Alam sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Program : Direktorat PIKA termasuk dalam Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kegiatan : Sebagai salah satu penanggungjawab kegiatan dilingkungan Direktorat Jenderal KSDAE, maka Direktorat PIKA melaksanakan kegiatan Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam tahun , antara lain : 1. Penyusunan dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi untuk mendapatkan pengesahan dokumen zonasi dan/atau blok. 2. Pemantapan rekomendasi hasil EKF kawasan konservasi untuk KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia. 3. Pengelolaan data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia. 4. Pembentukan KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional. 5. Pemantapan kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi. B. Target Jangka Menengah Target jangka menengah yang harus dicapai Direktorat PIKA dalam kegiatan Program KSDAE adalah rencana jangka menengah yang telah disusun dan ditetapkan dalam dokumen Renstra Direktorat PIKA Tahun sebagaimana disajikan pada Tabel 2 di bawah ini. 11

25 Tabel 2. Target Jangka Menengah Direktorat PIKA Tahun No. Sasaran Program/ Sasaran Kegiatan 1. Tersedianya dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan 2. Terbentuknya rekomendasi hasil evaluasi fungsi kawasan konservasi 3. Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia 4. Terbentuk dan ditetapkannya 100 unit KPHK pada kawasan konservasi 5. Terwujudnya kerjasama pembangunan dan kerjasama penguatan pada kawasan konservasi Indikator Kinerja Kegiatan Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi kawasan konservasi untuk 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak 100 unit KPHK Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS Target Kinerja (Volume dan Satuan) Per Tahun Dokumen 100 Unit 521 Paket Data 20 Unit 20 PKS 60 Dokumen 200 Unit 521 Paket Data 100 Unit 40 PKS 90 Dokumen 310 Unit 521 Paket Data 100 Unit 60 PKS 120 Dokumen 420 Unit 521 Paket Data 100 Unit 80 PKS 150 Dokumen 521 Unit 521 Paket Data 100 Unit 100 PKS Target-target sebagaimana pada tabel di atas harus dicapai dalam kurun waktu 5 tahun, sedangkan target setiap tahun akan dijabarkan di dalam dokumen Rencana Kerja setiap tahunnya. C. Target Tahunan Direktorat PIKA telah menetapkan target tahunan yang dituangkan dalam 5 (lima) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat PIKA. Dalam tahun 2016 terjadi dinamika penganggaran yang mengakibatkan perubahan anggaran, namun jumlah target kinerja kegiatan tidak berubah. Perjanjian Kinerja Awal dan Revisi Perjanjian Kinerja tahun 2016 disajikan sebagai berikut. 12

26 Tabel 3. Perjanjian Kinerja 2016 dan Revisi Perjanjian Kinerja 2016 No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan 1. Tersedianya dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan 2. Terbentuknya rekomendasi hasil evaluasi fungsi kawasan konservasi 3. Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia 4. Terbentuk dan ditetapkannya 100 unit KPHK pada kawasan konservasi 5. Terwujudnya kerjasama pembangunan dan kerjasama penguatan pada kawasan konservasi Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi kawasan konservasi untuk 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak 100 unit KPHK Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS Perjanjian Kinerja Awal 30 Dokumen 100 Unit 521 Paket Data 60 Unit 20 PKS Target Perjanjian Kinerja Revisi 30 Dokumen 100 Unit 521 Paket Data Untuk mewujudkan pencapaian IKK tersebut, Direktorat PIKA mendapatkan alokasi anggaran awal sebesar Rp9,800,000,000,-. Setelah adanya penghematan dan mendapat dana hibah luar negeri (HLN) total anggaran sebesar Rp10,936,551,000,- dengan dana Self Blocking sebesar Rp2,240,000,000,- sehinggan pagu efektif Direktorat PIKA TA 2016 adalah sebesar Rp ,-. Rincian penganggaran setiap IKK dapat dilihat pada gambar berikut. 60 Unit 20 PKS Gambar 7. Diagram Persentase Penganggaran Setiap IKK pada Direktorat PIKA 13

27 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Pengukuran capaian kinerja dapat membantu suatu organisasi dalam mendeteksi kelebihan/kekurangan dari target yang telah ditentukan, sehingga kelebihan/kekurangan tersebut dapat dianalisa untuk mengambil langkahlangkah perbaikan. Pengukuran capaian kinerja dilakukan setiap tahun untuk mengetahui capaian kinerja yang dihasilkan dalam rangka mendukung program yang ditetapkan dalam Renstra Ditjen KSDAE Tahun , Renja Ditjen KSDAE Tahun 2016, dan Renstra Direktorat PIKA Tahun Direktorat PIKA sebagai penanggung jawab salah satu kegiatan Program KSDAE, yaitu kegiatan Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam telah menetapkan 5 (lima) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang harus dicapai pada tahun Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat PIKA yang harus dicapai sebanyak 5 (lima) kinerja kegiatan. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) tersebut dituangkan dalam dokumen yang ditandatangani Direktur PIKA sebagai Komitmen Pertanggungjawaban kepada Direktur Jenderal KSDAE atas Pencapaian Kinerja Kegiatan Tahun Adapun hasil pengukuran capaian kinerja kegiatan Direktorat PIKA seperti disajikan pada tabel 4 di bawah ini. 14

28 No Tabel 4. Pencapaian IKK Direktorat PIKA Tahun Sasaran Kegiatan Tersedianya dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan Terbentuknya rekomendasi hasil evaluasi fungsi kawasan konservasi Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Terbentuk dan ditetapkannya 100 unit KPHK pada kawasan konservasi Terwujudnya kerjasama pembangunan dan kerjasama penguatan pada kawasan konservasi Indikator Kinerja Kegiatan Renstra ( ) Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi kawasan konservasi untuk 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak 100 unit KPHK Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS Target s/d Dokumen Target Renstra 150 Dokumen Capaian s/d Dokumen % Capaian s/d 2016 % Capaian Renstra Unit 521 Unit 235 Unit 117,5 45,1 521 Paket Data 521 Paket Data 521 Paket Data Unit 100 Unit 101 Unit PKS 100 PKS 58 PKS RATA-RATA 131,7 76,42 A.1 IKK 1 : Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok. Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA, dijelaskan bahwa penataan kawasan konservasi yang meliputi penyusunan zonasi/blok pengelolaan dan penataan wilayah kerja, dilakukan oleh unit pengelola dengan memperhatikan hasil konsultasi publik dengan masyarakat sekitar serta pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten/kota. Secara teknis penatapan zonasi/blok dilakukan berdasarkan tingkat/derajat kepekaan ekologi, yang merupakan hasil kajian/analisis data dan informasi kondisi potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, tingkat interaksi kawasan dengan masyarakat sekitar dan kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi. Adapun penetapan zonasi atau blok dilakukan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. 15

29 Dalam rangka pencapaian target IKK I, kegiatan yang dilaksanakan adalah : 1. Penyiapan perumusan kebijakan penataan kawasan CA, SM, TN, TWA, Tahura, dan TB; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan penataan kawasan CA, SM, TN, TWA, Tahura, dan TB; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan taman hutan raya; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis penataan kawasan c CA, SM, TN, TWA, Tahura, dan TB; 5. Supervisi atas pelaksanaan urusan penataan kawasan taman hutan raya di daerah. Pencapaian IKK 1 Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Penataan Blok, tersaji pada tabel berikut. Tabel 5. Pencapaian IKK 1 Direktorat PIKA Tahun 2016 Target Realisasi % Anggaran Indikator Kinerja IKK IKK No. Realisasi pada IKK Kegiatan Tahun Tahun IKK (Rp.) Jumlah dokumen perencanaan penataan 1. kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok 30 Dokumen 82 Dokumen Realisasi Anggaran pada IKK (Rp.) % Realisasi Anggaran 273, ,7 Tabel 6. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK 1 No. Tahun Target Jumlah Dokumen % Kenaikan/Penurunan (Dibandingkan Penataan Blok Tahun Sebelumnya) ,29 Total Kenaikan capaian kinerja IKK 1 dapat dilihat pada grafik berikut. 16

30 Dokumen Gambar 8. Diagram Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK 1 Proses penataan zona dan/atau blok pengelolaan merupakan proses awal perencanaan kawasan untuk pengelolaan kawasan konservasi selanjutnya, sehingga keberhasilan pencapaian kinerja pada IKK 1 ini dikarenakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah yang memiliki kawasan konservasi secara aktif melakukan proses penataan blok sehingga target capaian kinerja dapat tercapai dan akan terus dilakukan pembinaan dan supervisi agar semua kawasan konservasi dapat dilakukan proses penataan zonasi dan/atau blok pengelolaan. Gambar 9. Koordinasi ke UPT dalam rangka penyusunan Blok KK 17

31 Pada tahun 2015, ditargetkan jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 30 dokumen zonasi dan/atau blok. Realisasi pencapaian kinerja ini dapat tercapai sebesar 116,7% dari target 30 dokumen atau telah tersusun dan disahkan sebanyak 35 dokumen zonasi dan/atau blok. Data capaian kinerja pada IKK 1 dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5, untuk ringkasan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Tabel 7. Jumlah Dokumen Penataan Zona/Blok Pengelolaan Berdasarkan Fungsi Kawasan No. Tahun Fungsi Kawasan Konservasi CA SM TWA TB THR TN Total TOTAL Jumlah Dokumen Gambar 10. Diagram Jumlah Dokumen Penataan Zona/Blok Tahun 2015 dan 2016 Pada tahun 2016, ditargetkan jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 30 dokumen zonasi dan/atau penataan blok. Realisasi pencapaian kinerja ini dapat tercapai sebesar 273,3% dari target 30 dokumen atau telah tersusun dan disahkan sebanyak 82 dokumen zonasi dan/atau penataan blok. 18

32 Dengan tercapainya jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sampai dengan tahun 2016, maka persentase target jangka menengah yang telah dicapai adalah sebesar 78% atau 117 dokumen zonasi dan/atau penataan blok dari rencana 150 dokumen. Jika dibandingkan dengan seluruh jumlah kawasan konservasi (556 unit), maka sampai tahun 2016 dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang telah disusun dan mendapat pengesahan sebanyak 117 dokumen atau dengan kata lain bahwa 21,04% kawasan konservasi telah memiliki zonasi dan/atau penataan blok pengelolaan. Tabel 8. Persentase Capaian Kinerja IKK 1 Tahunan dan Renstra Target Target Renstra Capaian IKK (Dokumen No. Tahun % Capaian Tahunan Tahunan ( ) Penataan Zonasi/Blok) %Pencapaian Renstra ( ) ,7 23, ,3 54,67 Total Dokumen Gambar 11. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra IKK 1 19

33 Gambar 12. Bimbingan Teknis terkait Penataan Zona Blok di Samarinda Kalimantan Timur Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target IKK 1 ini yaitu sebagai berikut : 1. Beberapa rancangan dokumen zona dan blok yang disampaikan untuk dinilai dan disahkan masih memiliki permasalahan tenurial dilapangan seperti perambahan, tumpang tindih sertifikat, pemukiman illegal, fasilitas sosial dan fasilitas umum didalam kawasan. 2. Beberapa kawasan konservasi yang diusulkan untuk pengesahan dokumen zona dan blok, memiliki permasalahan dalam batas dan pengukuhan kawasan. 3. Belum dialokasikannya anggaran untuk penataan zonasi/blok oleh UPT secara optimal, perlu memaksimalkan peranan mitra untuk kegiatan penataan zonasi/blok. Dalam rangka peningkatan efektifitas pelaksanaan penataan zona/blok pengelolaan KSA/KPA dan implementasi Kebijakaan Satu Peta (KSP), beberapa tindak lanjut yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Diilakukan sosialisasi, bimbingan teknis maupun pelatihan teknis terkait metode dan analisis penataan zona/blok pengelolaan KSA/KPA. 2. Optimalisasi proses penyusunan penataan zona/blok, penilaian dan pengesahan dokumen penataan zona/blok pengelolaan KSA KPA antara UPT/UPTD (pengelola kawasan) dan Subdit Penataan KK Direktorat PIKA. 20

34 3. Agar ada dukungan anggaran tambahan selain dari anggaran APBN dan DAK, dengan cara mendorong mitra Kementerian LHK untuk membantu kegiatan penataaan KK baik dari segi anggaran maupun bantuan teknis (technical assistance) 4. Direktorat Jenderal KSDAE berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal PKTL terkait klarifikasi data dan informasi peta yang seharusnya digunakan/ dipedomani oleh UPT/UPTD dalam penataan zona/blok kawasan konservasi. Gambar 13. Pembahasan Finalisasi NSPK terkait Penataan Zona Blok Pengelolaan KSA KPA A.2 IKK 2 : Jumlah Rekomendasi Hasil Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan Konservasi Untuk 521 Unit KSA, KPA, dan TB di Seluruh Indonesia. Kerusakan atau degradasi pada banyak kawasan konservasi telah menimbulkan pertanyaan atau keraguan dari banyak kalangan mengenai apakah kawasan masih berfungsi sebagaimana tujuan penunjukannya atau apakah tujuan pengelolaan yang telah ditetapkan masih relevan dengan kondisi terkini kawasan konservasi. Pertanyaan atau keraguan tersebut harus dijawab dengan cara melakukan kajian/telaahan yang disebut dengan Evaluasi Kesesuaian Fungsi (EKF). Evaluasi Kesesuaian Fungsi KSA dan KPA adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi kawasan untuk diketahui kesesuaiannya dengan kriteria kawasan dan tujuan pengelolaannya. 21

35 Pelaksanaan kegiatan ini ditujukan untuk menetapkan tindaklanjut penyelenggaraan KSA dan KPA yang terdegradasi, baik dalam bentuk pemulihan maupun perubahan fungsi. Selain itu, kegiatan EKF juga dapat menjadi langkah awal bagi proses perubahan fungsi yang bukan berbasis degradasi kawasan. Sesuai dengan ketentuan di atas, ada dua kemungkinan tindak lanjut dari EKF yakni: pemulihan ekosistem/habitat atau perubahan fungsi. Kegiatan EKF merupakan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2015 tentang Pengelolaan KSA dan KPA, dimana pada Pasal 41 ayat (1) dijelaskan bahwa KSA dan KPA dievaluasi secara periodik setiap 5 (lima) tahun sekali atau sesuai kebutuhan. Selain merupakan amanah undangundang, kegiatan EKF perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh kawasan konservasi. Evaluasi kesesuaian fungsi kawasan konservasi dilakukan untuk mendukung pengelolaan KSA dan KPA yang terindikasi mengalami degradasi berat, yang tidak sesuai dengan fungsi, yang masih berstatus HSA/KSA/KPA/HK, dan kawasan konservasi baru (hasil proses RTRW). Dengan kondisi tersebut maka EKF kawasan perlu dilaksanakan untuk menetapkan tindak lanjut penyelenggaraan KSA dan KPA, baik dalam bentuk pemulihan kawasan bagi kawasan yang terdegradasi, maupun melalui perubahan fungsi. Gambar 14. Potensi Wisata Alam dan Rapat Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Kesesuaian Fungsi CA Dolok Tinggi Raja 22

36 Pelaksanaan EKF yang dilakukan secara rutin dimaksudkan agar dalam perkembangannya, pengelola dapat memahami secara ilmiah bagaimana kondisi KSA dan KPA yang menjadi lingkup kerjanya dari waktu ke waktu. Pencapaian kinerja Pada IKK 2 tersaji pada tabel berikut. Tabel 9. Pencapaian IKK 2 Direktorat PIKA Tahun 2016 Target Realisasi % Indikator Kinerja IKK IKK No. Realisasi Kegiatan Tahun Tahun IKK Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi kawasan konservasi untuk 521 unit KSA, KPA, dan TB di seluruh Indonesia Anggaran pada IKK (Rp.) Realisasi Anggaran pada IKK (Rp.) % Realisasi Anggaran 100 Unit 120 Unit ,52 Tabel 10. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK 2. No. Tahun Target Jumlah Rekomendasi % Kenaikan/Penurunan (Dibandingkan EKF Tahun Sebelumnya) ,35 TOTAL Lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut. Unit Gambar 15. Diagram Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK 2 23

37 Pada tahun 2015, ditargetkan jumlah rekomendasi hasil EKF kawasan konservasi untuk 100 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia. Realisasi pencapaian kinerja ini dapat tercapai sebesar 115% dari target 100 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia atau telah direkomendasikan hasil EKF kawasan konservasi sebanyak 115 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia. Untuk tahun 2016, capaian jumlah rekomendasi hasil EKF kawasan konservasi untuk 100 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia adalah sebesar 120 unit kawasan atau 120% dari target tahun Peningkatan capaian Tahun 2016 sebesar 4,35% atau 120 unit rekomendasi dari capaian Tahun 2015 yaitu 115 unit rekomendasi. Data terkait capaian kinerja pada IKK 2 dapat dilihat pada lampiran 6. Proses capaian IKK ini terbilang cukup sulit bila berdasarkan EKF di tingkat lapangan, dikarenakan EKF kawasan konservasi sangat tergantung pada usulan UPT/satker di daerah yang akan melakukan EKF pada kawasan konservasi yang dikelola, serta ketersediaan anggaran pada setiap UPT. Oleh karena itu, verifier keberhasilan capaian IKK ini tidak dilakukan berdasar rekomendasi EKF di lapangan, namun rekomendasi melalui desk study, yaitu proses EKF yang dilakukan secara ilmiah dengan kajian dan analisis terhadap berbagai referensi. Rekomendasi dari EKF dengan metoda desk study tersebut kemudian dijadikan sebagai salah satu dasar untuk kajian lebih lanjut melalui pelaksanaan EKF di tingkat lapangan dan usulan pengalokasian anggarannya. Jika dibandingkan dengan target jumlah kawasan konservasi (521 unit) yang harus di evaluasi, maka sampai dengan tahun 2016 telah dihasilkan rekomendasi terhadap 235 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia atau dengan kata lain telah direkomendasikan sebanyak 45,11% KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia. Tabel 11. Persentase Capaian Kinerja IKK 2 Tahunan dan Renstra No. Tahun Target Target Renstra Capaian IKK (Unit % Capaian %Pencapaian Tahunan ( ) Rekomedasi EKF) Tahunan Renstra ( ) , ,03 Total ,11 24

38 Unit Gambar16. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra IKK 2. Dalam upaya mencapai IKK jumlah rekomendasi hasil EKF kawasan konservasi, terdapat beberapa kendala yang dihadapi: a. Kegiatan dan panjangnya proses pengadaan, membuat kegiatan pengkajian dilaksanakan pada periode terakhir anggaran. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka proses pengadaan konsultan pekerjaan akan dilaksanakan pada periode pertama pelaksanaan DIPA. b. Keterbatasan anggaran dan/atau adanya pemotongan anggaran, menjadikan kegiatan EKF di tingkat lapangan tidak dapat dilakukan secara optimal. Pada tahun 2016, terdapat 1 kegiatan kajian lapangan yang tidak dapat direalisasikan karena adanya kegiatan penghematan anggaran tahun

39 Gambar 17. Pelaksanaan EKF CA Gunung Papandayan (Atas), Aktivitas pemanfaatan wisata dan panas bumi yang melatarbelakangi pelaksanaan EKF CA Gunung Papandayan (Bawah) c. Belum dipahaminya oleh UPT lingkup Direktorat Jenderal KSDAE bahwa kegiatan EKF merupakan kewajiban yang harus dilakukan terhadap setiap kawasan, sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun Hal tersebut juga berimplikasi pada kesiapan UPT untuk mengalokasikan anggaran kegiatan EKF. d. Standar biaya pelaksanaan EKF yang besar, sehingga dibutuhkan alokasi yang besar untuk kegiatan EKF di UPT-UPT. e. Persiapan pelaksanaan EKF yang panjang, sehingga dibutuhkan perencanaan yang lebih terencana dengan baik. f. Tidak semua rekomendasi hasil EKF dapat diltindaklanjuti dengan segera dikarenakan terbatasnya anggaran. 26

40 Solusi sebagai tindak lanjut permasalahan dalam rangka meningkatkan jumlah rekomendasi hasil EKF kawasan konservasi adalah: a. Perlunya bimbingan teknis yang lebih intensif kepada UPT lingkup Direktorat Jenderal KSDAE. b. Perlunya dibuat pedoman turunan P.49/Menhut-II/2014 sebagai NSPK pedoman pelaksanaan lapangan. c. Alokasi yang besar untuk kegiatan EKF kepada UPT. A.3 IKK 3 : Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia. Inventarisasi potensi KK akan dipakai sebagai dasar dalam penataan zonasi/blok pengelolaan kawasan konservasi. Inventarisasi potensi dilakukan oleh masing-masing UPT baik Balai Taman Nasional maupun Balai KSDA, dengan total jumlah kawasan sebanyak 521 unit. Jenis-jenis data yang dikumpulkan mengacu pada Permenhut No. P.81/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Potensi pada KSA dan KPA, yang diuraikan dalam bentuk paket data. Tabel 12. Pencapaian IKK 3 Direktorat PIKA Tahun 2016 Target Realisasi % Indikator Kinerja IKK IKK No. Realisasi Kegiatan Tahun Tahun IKK Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia 521 Paket Data 521 Paket Data Anggaran pada IKK (Rp.) Realisasi Anggaran pada IKK (Rp.) % Realisasi Anggaran ,44 % Tabel 13. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK 3 No. Tahun Target Jumlah Paket Data % Kenaikan/Penurunan (Dibandingkan Tahun Sebelumnya) Persentase kenaikan/penurunan yang dicapai bernilai 0 atau tetap, karena target sepanjang tahun ( ) konstan yaitu paket data pada 521 kawasan konservasi. Hasil pengumpulan data dan peta potensi kawasan konservasi, kemudian dikelompokan, dianalisa, disimpan, dan kemudian didokumentasikan dalam bentuk aplikasi data. Paket data tahun 2015 selain 27

41 didokumentasikan dalam bentuk aplikasi data, juga didokumentasikan dalam bentuk buku dengan judul Paket Data pada 521 Kawasan Konservasi untuk masing-masing region Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, Nusa Tenggara dan Jawa. Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini. Gambar 18. Buku Informasi 521 Kawasan Konservasi Tabel 14. Jumlah Paket Data dan Informasi KK Tahun 2015 dan 2016 No. Tahun Target Lokasi Satker Keterangan 53 TN KK 21 BKSDA (486 Kawasan) KK non TN terdiri dari CA, 28 Tahura SM, TWA dan THR 53 TN dan THR KK 21 BKSDA (486 Kawasan) 28 Tahura Target IKK paket data adalah konstan dari tahun , yaitu paket data pada 521 kawasan konservasi. Oleh karena itu paket data dibagi menjadi paket data tahun 2015 sampai dengan paket data tahun Pengisian paket data tiap tahun berbeda akan tetapi jumlah KK yang didata tetap yaitu 521 kawasan konservasi, oleh karena itu tidak bisa dilakukan penghitungan kenaikan/penurunan persentase paket data yang terkumpul. Setiap tahun targetnya sama yaitu 521 kawasan konservasi, dengan isi paket data yang berbeda. Isian paket data dapat dilihat pada lampiran 7. 28

42 Untuk perhitungan pencapaian IKK ini pada Capaian Renstra ( ) adalah bukan akumulasi dari capaian tahunan, melainkan tetap dikarenakan indikator paket data adalah pemutakhiran paket data 521 kawasan konservasi. Tabel 15. Persentase Capaian Kinerja IKK 3 Tahunan dan Renstra No. Tahun Target Target Renstra Capaian IKK % Capaian %Pencapaian Tahunan ( ) (Paket Data KK) Tahunan Renstra ( ) Total Paket Data Gambar 19. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra IKK 3. Kebijakan Satu Peta (KSP) Selain IKK paket data, dengan terbitnya Keppres No. 9 tahun 2016 tentang Percepatan Kebijakan Satu Peta, pada skala 1:50.000, Sub Direktorat Inventarisasi dan Informasi Konservasi Alam (Subdit IIKA) mendapat tugas tambahan melaksanakan KSP, tugas ini akan dijadikan IKK baru pada tahun Tugas dari Subdit IIKA adalah melakukan validasi dan penyelarasan data spasial zonasi dan blok, yang dibuat oleh UPT sesuai kriteria penilaian Tim KSP (Badan Informasi Geospasial/BIG dan Kementerian Koordinator Perekonomian). Kegiatan validasi dan penyelarasan tersebut meliputi (1) Topologi, (2) Atributing, dan (3) Penyesuaian polygon peta. 29

43 Peta zonasi dan blok yang telah dilakukan validasi dan penyelarasan tersebut kemudian diverifikasi oleh tim dari BIG dan Kemenko Bidang Perekonomian. Adapun kriteria verifikasi data geospasial Kegiatan Percepatan Pelaksanaan KSP antara lain: - Kondisi data meliputi: format data, datum, sistem proyeksi dan skala. - Kualitas data meliputi: kelengkapan data, konsistensi logis, akurasi posisi, akurasi tematik dan akurasi temporal. Meskipun Pelaksanaan KSP akan dijadikan IKK pada tahun 2017, namun untuk Tahap 1 Target B12T16, berdasarkan rencana aksi KSP Direktorat Jenderal KSDAE mendapat tugas untuk menyelesaikan Peta Zona KK yang telah diintegrasikan pada skala 1: sesuai kriteria penilaian KSP pada 12 Provinsi. Direktorat PIKA telah menyerahkan target KSP B12T16 sejumlah 18 Provinsi yang terdiri dari 25 Taman Nasional, dan telah memenuhi kriteria penilaian dengan memperoleh nilai 105 (data dapat dilihat pada lampiran 8). Target KSP pada tahun 2016 adalah 10 provinsi dan termasuk di dalamnya Pulau Kalimantan. Target KSP tahun 2016 telah terpenuhi dengan nilai sempurna, 100 dari tim penilai. Target 2017 adalah Pulau Sumatera dan Sulawesi. Tabel 16. Target dan Realisasi Kebijakan Satu Peta (KSP) Direktorat PIKA No. Tahun Target Lokasi Realisasi Lokasi Nilai Kualitas Data % Realisasi Provinsi Pulau Kalimantan 18 Provinsi 25 TN Gambar 20. Kegiatan Sosilasasi dan Validatasi Data KSP 30

44 A.4 IKK 4 : Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak 100 unit KPHK. Penentuan target KPHK pada Renstra Direktorat PIKA dan Perjanjian Kinerja (PK) 2016 terdapat perbedaan jumlah target pada tahunan. Semula target pembentukan KPHK sebanyak 20 unit setiap tahun selama periode Renstra , namun berdasar Peraturan Direktur Jenderal KSDAE Nomor P.14/KSDAE-SET/2015 tanggal 18 Desember 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Program KSDAE Tahun , maka target pembentukan KPHK pada tahun 2015 dan 2016 disesuaikan menjadi masing-masing sebesar 40 dan 60 Unit KPHK yang terbentuk, dengan mempertimbangkan agar pada akhir Renstra semua KPHK yang dibentuk selama periode Renstra dapat beroperasi. Sementara di dalam Renstra Direktorat Jenderal KSDAE tercantum target pembentukan KPHK untuk tahun 2015 dan 2016 masing-masing 20 unit dan 80 unit. Direncanakan akan ada review Renstra Ditjen KSDAE sehingga Direktorat PIKA mengusulkan untuk tahun 2015 dan 2016, jumlah unit KPHK yang terbentuk diusulkan menjadi 40 dan 60 Unit KPHK. Data usulan ini yang dijadikan dasar dalam membuat PK tahun Data tentang perbedaan target IKK 4, dan data informasi KPHK sampai dengan saat ini tersaji dalam tabel berikut. Tabel 17. Target dan Data KPHK s/d Tahun No. Tahun Target KPHK Disahkan KPHK Target PK Pengusulan Renstra (Unit) terbentuk (Unit) KPHK (Unit) (Unit) TN Non TN (Unit) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (7) 1. > Total Sampai dengan Tahun 2014, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan sebanyak 50 unit KPHK yang terdiri dari 38 KPHK TN dan 12 kawasan Non-TN. Dalam kurun waktu tahun direncanakan terbentuk sebanyak 100 unit KPHK non-tn baru. Sampai akhir tahun 2016, dari sejumlah 113 usulan KPHK, yang telah mendapat pengesahan KPHK Non-TN sebanyak 61 unit. Persentase kenaikan/penurunan pada IKK 4 tersaji pada tabel dan gambar berikut. 31

45 Tabel 18. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK 4. No. Tahun Target Jumlah KPHK Non % Kenaikan/Penurunan (Dibandingkan Tahun TN Yang Terbentuk Sebelumnya) ,48 Total Unit Gambar 21. Diagram Kenaikan/Penurunan Capaian IKK 4. Tabel 19. Pencapaian IKK 4 Direktorat PIKA Tahun 2016 Target Realisasi % Indikator Kinerja IKK IKK No. Realisasi Kegiatan Tahun Tahun IKK Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak 100 unit KPHK 60 Unit 59 Unit Anggaran pada IKK (Rp.) Realisasi Anggaran pada IKK (Rp.) % Realisasi Anggaran 98, ,6 Tabel 20. Persentase Capaian Kinerja IKK 4 Tahunan dan Renstra Target Target Target Capaian IKK % Capaian No. Tahun Tahunan Tahunan Renstra (Unit KPHK) Tahunan PK Renstra ( ) %Pencapaian Thdp Renstra ( ) ,33 59 Total Pencapaian kinerja IKK 4 dibandingkan dengan target pada tahun 2016 adalah sebesar 98,33% (59 Unit) dari 60 Unit KPHK, namun pada tahun 2015 pencapaian kinerja IKK 4 adalah sebesar 105% (42 Unit) dari target 40 Unit KPHK. Sehingga secara total pencapaian Renstra untuk IKK 4 adalah 32

46 sebesar 101 Unit (101%) dari target akumulasi Renstra di tahun 2016 sebesar 100 Unit. Namun bila dibandingkan terhadap target Renstra Ditjen KSDAE, maka capaian kinerja untuk IKK 4 Tahun 2016 adalah sebesar 73,75% (59 Unit) dari target 80 Unit KPHK, sedangkan capaian kinerja di tahun 2015 adalah sebesar 210% (42 Unit) dari target 20 Unit (Lampiran 9). Perbedaan penentuan target capaian IKK 4 antara target Renstra Direktorat PIKA dan target PK 2016 (sebagai usulan review Renstra Ditjen KSDAE ) menyebabkan pencapaian pada IKK 4 ini kurang memenuhi target yang diharapkan, namun target pencapaian kinerja Renstra akumulatif dapat tercapai. Unit Gambar 22. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra IKK 4. Dalam pencapaian IKK Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non-tn yang terbentuk sebanyak 100 Unit KPHK, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan: 1. Penyusunan NSPK Rancang Bangun KPHK. Kegiatan penyusunan NSPK dilakukan dengan cara pengumpulan bahan dan penyusunan materi draft NSPK. Rapat pembahasan NSPK tidak dapat dilanjutkan karena anggaran terkena penghematan. 2. Bimbingan Teknis dan Supervisi penyusunan rancang bangun KPHK. Bimbingan teknis dan supervisi dilakukan kepada UPT yang sedang menyusun rancang bangun KPHK. 33

47 3. Koordinasi Regional Pembentukan KPHK. Maksud dari kegiatan Koordinasi Regional Pembentukan KPHK Non-TN adalah untuk menyamakan pengertian, tahapan-tahapan serta kriteria dan indikator yang diperlukan dalam melakukan penyusunan dokumen usulan rancang bangun KPHK. Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi para pihak terkait untuk mencapai target pembentukan KPHK yang sesuai dengan ketentuan. 4. Pembinaan dan Koordinasi Bidang Pemolaan dan Evaluasi Kesesuaian Fungsi. Pembinaan dan koordinasi dilakukan dalam upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi di bidang pemolaan dan EKF. Gambar 23. Rapat Koordinasi Pembentukan KPHK di Makasar, Surabaya dan Bandung Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian IKK Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak 100 Unit KPHK adalah: a. Belum dipahaminya materi penyusunan rancang bangun KPHK oleh UPT lingkup KSDAE. 34

48 b. Biaya pelaksanaan dalam pencapaian IKK terkena penghematan sehingga pelaksanaan pendampingan kurang optimal. c. UPT pengelola Tahura belum mendapatkan pendampingan dalam pembentukan KPHK. Beberapa solusi sebagai tindak lanjut permasalahan dalam pencapaian IKK ini adalah: a. Perlunya bimbingan teknis yang lebih intensif kepada UPT-UPT lingkup Ditjen KSDAE. b. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendampingan perlu dilakukan lebih intensif. c. Perlunya pendampingan dan alokasi anggaran untuk UPT pengelola Tahura dalam rangka pembentukan KPHK Dengan pembentukan KPHK diharapkan dapat memperbaiki pengelolaan kawasan konservasi dan mengisi kekosongan kelembagaan ditingkat tapak dan menyediakan sarana pengelolaan hutan langsung dilapangan, sehingga persoalan-persoalan dapat diatasi secara cepat. KPHK juga memiliki peran sebagai resolusi konflik di lapangan, baik masalah-masalah yang menyangkut tenurial, hubungan masyarakat dengan pemegang izin maupun akses masyarakat terhadap sumber daya hutan. KPHK dapat berfungsi sebagai operator pengelolaan kawasan konservasi sekaligus memastikan pelaksanaannya berjalan dengan baik, dan dapat mendukung jaminan kepastian usaha dan juga keadilan bagi masyarakat lokal. Gambar 24. Bimbingan Teknis Pembentukan KPHK di Balai Besar KSDA Jawa Barat 35

49 Gambar 25. Bimbingan Teknis Pembentukan KPHK di Balai KSDA Sulawesi Tenggara A.5 IKK 5 : Jumlah Kerjasama Pembangunan Strategis dan Kerjasama Penguatan Fungsi pada Kawasan Konservasi Sebanyak 100 PKS. Dalam upaya mendukung pengelolaan kawasan konservasi, Pemerintah telah membuka ruang kerjasama penyelenggaraan di KSA dan KPA berdasarkan Pasal 43, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Jo. Nomor 108 Tahun 2015 tentang Pengelolaan KSA dan KPA. Kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA merupakan kegiatan bersama para pihak (mitra) yang dibangun atas kepentingan bersama untuk optimalisasi dan efektifitas pengelolaan kawasan, atau karena adanya pertimbangan khusus bagi penguatan ketahanan nasional. Gambar 26. Rapat Fasilitasi Kerjasama Pengelolaan Kawasan Konservasi 36

50 Kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KSA dan KPA, bertujuan untuk mewujudkan penguatan tata kelola pengeloaan kawasan konservasi dan konservasi keanekaragaman hayati. Kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA tersebut meliputi: a. Kerjasama penguatan fungsi KSA dan KPA serta konservasi keanekaragaman hayati, dan b. Kerjasama pembangunan strategis yang tidak dapat dielakkan. Tabel 21. Pencapaian IKK 5 Direktorat PIKA Tahun Target Realisasi % Indikator Kinerja IKK IKK No. Realisasi Kegiatan Tahun Tahun IKK Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS 20 PKS 38 PKS 190 Anggaran pada IKK (Rp.) Realisasi Anggaran pada IKK (Rp.) % Realisasi Anggaran ,79 Tabel 22. Persentase Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK 5. No. Tahun Target Jumlah PKS % Kenaikan/Penurunan (Dibandingkan Tahun Sebelumnya) TOTAL Kenaikan capaian kinerja IKK 1 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. PKS Gambar 27. Diagram Kenaikan/Penurunan Capaian Kinerja IKK 5. 37

51 Dari target akumulasi sebanyak 40 dokumen PKS sampai dengan tahun 2016, Subdit Pemanfaatan Kawasan Strategis telah menerima sebanyak 104 permohonan kerjasama dan telah selesai pada tahap penandatanganan Naskah PKS sebanyak 58 dokumen PKS yang terdiri atas : a. Tahun 2015 sebanyak 20 PKS (data pada lampiran 10). b. Tahun 2016 sebanyak 38 PKS (data pada lampiran 10), rekapitulasi lokasi kerjasama disajikan dalam gambar berikut. Gambar 28. Rekapitulasi Lokasi PKS Tahun 2015 dan 2016 Khusus pada tahun 2016, telah diselesaikan 38 naskah Perjanjian Kerjasama dengan rincian sebagaimana tabel berikut. Tabel 23. Rekapitulasi Perkembangan Proses Permohonan Kerjasama Penyelenggaraan KSA dan KPA Tahun 2016 No. Uraian Jumlah A. Kerjasama Penguatan Fungsi Perjanjian Kerjasama telah ditandatangani Sudah Persetujuan Dirjen KSDAE, PKS dalam proses 5 3. Permohonan Kerjasama Baru 24 B. Kerjasama Pembangunan Strategis Perjanjian Kerjasama telah ditandatangani Sudah ada Persetujuan Menteri, PKS dalam proses Proses Persetujuan ke Menteri 4 4. Melengkapi Persyaratan Psl. 26 P.85/ Permohonan Kerjasama Baru 13 JUMLAH TOTAL (A+B)

52 Tabel 24. Kategori Permohonan Kerjasama Pembangunan Strategis Tahun 2016 No. Kategori Kerjasama Jumlah 1. Pertahanan dan Keamanan Negara 2 2. Transportasi Terbatas Komunikasi Kelistrikan 8 5. Lain-lain 1 JUMLAH 59 Tabel 25. Persentase Capaian Kinerja IKK 5 Tahunan dan Renstra No. Tahun Target Target Renstra Capaian IKK (Dokumen % Capaian %Pencapaian Tahunan ( ) Penataan Zonasi/Blok) Tahunan Renstra ( ) Total PKS Gambar 29. Diagram Persentase Capaian Kinerja Tahunan dan Renstra IKK 5. Dengan tercapainya jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 58 PKS (2015 sebanyak 20 PKS dan 2016 sebanyak 38 PKS), maka persentase target jangka menengah yang harus dicapai adalah 58 PKS atau 58%. 39

53 Gambar 30. Rapat Pembahasan Permohonan Kerjasama Peningkatan Jalan di TN Kelimutu Gambar 31. Penandatanganan Kerjasama antara Plt. Dirjen KSDAE dengan Dirjen Bina Marga tentang Pembangunan Jalan Paralel/Sejajar Perbatasan Ruas Temajuk Simpang Tanjung Kab. Sambas di TWA Gn. Asuansang dan TWA Gn. Melintang dan Ruas Putussibau Nanga Era Batas Kalimantan Timur Kab. Kapuas Hulu di TN Betung Kerihung Provinsi Kalimantan Barat. 40

54 Beberapa permasalahan strategis terkait dengan kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA antara lain: 1. Harmonisasi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.85/Menhut-II/2014 dengan Peraturan Menteri LHK Nomor P.78/MenLHK-Setjen/2015; 2. Penyelesaian permasalahan keterlanjuran di dalam Kawasan Konservasi yaitu adanya jalan, listrik, dan infrastruktur fasum/fasos di dalam KK, serta kegiatan eksplorasi bahan tambang. B. Realisasi Anggaran Dalam rangka pencapaian IKK pemolaan dan informasi konervasi Alam tahun 2016, Direktorat PIKA telah melaksanakan berbagai kegiatan dengan alokasi anggaran Rp10,936,551,000,- dengan dana blokir (Self Blocking) sebesar Rp2,240,000,000,-. Secara umum realisasi anggaran Direktorat PIKA tahun 2016 sebesar Rp8,560,941,907 atau 78,28 % dari total anggaran sebesar Rp10,936,551,000,- atau 98,44 % dari total anggaran Rp8,696,551,000,-(yang sudah dikurangi Self Blocking) sebagaimana disajikan pada tabel 15 dibawah ini. 41

55 Tabel 26 : Pencapaian Realisasi Anggaran Direktorat PIKA Tahun 2016 Anggaran Awal No. Kegiatan/IKK (+Self Blocking) (Rp.) Self Blocking Kegiatan : Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang 1. tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 30 Dokumen Zonasi dan/atau Blok Jumlah rekomendasi hasil evaluasi 2. kesesuaian fungsi kawasan konservasi untuk 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Jumlah paket data dan informasi 3. kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia Jumlah KPHK pada kawasan 4. konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak 100 unit KPHK Jumlah kerjasama pembangunan 5. strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS 6. Layanan Perkantoran dan Pengadaan Sarpras Anggaran Akhir (Rp.) Realisasi Anggaran (Rp.) %Realisasi dari Anggaran Awal %Realisasi dari Anggaran Akhir ,37 98, ,45 98, ,62 97, ,47 99, ,34 98, ,52 98,15 TOTAL ,28 98,44 42

56 BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja (LKj) Direktorat PIKA tahun 2016 merupakan alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja guna mengetahui keberhasilan/kegagalan organisasi Direktorat PIKA dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Capaian kinerja Direktorat PIKA tersaji sebagai berikut : 1. Rata-rata capaian IKK Renstra ( ) sampai dengan tahun 2016 adalah sebesar 131,7%, sedangkan rata-rata capaian IKK Renstra ( ) adalah 76,42%. Realiasasi anggaran Direktorat PIKA tahun 2016 sebesar Rp8,560,941,907 atau 78,28% dari total anggaran sebesar Rp10,936,551,000,- atau 98,44% dari total anggaran Rp8,696,551,000,- (yang sudah dikurangi Self Blocking) 2. Capaian Kinerja IKK 1 (Jumlah Dokumen Perencanaan Penataan Kawasan Konservasi yang Tersusun dan Mendapat Pengesahan Sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok) tahun 2016 adalah 82 dokumen dari target 30 dokumen (273,3%), Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 117 dokumen dari target 150 dokumen (78%), dan realisasi anggaran pada IKK 1 sebesar 98,7%. Untuk peningkatan efektifitas pelaksanaan penataan zona/blok pengelolaan KSA/KPA dan implementasi Kebijakaan Satu Peta (KSP) dilakukan sosialisai dan bimbingan teknis, optimalisasi penyusunan penataan zona/blok, penilaian dan pengesahan dokumen zona/blok pengelolaan, dukungan anggaran dari kemitraan, serta peningkatan koordinasi Ditjen KSDAE dan Ditjen PKTL. 43

57 3. Capaian Kinerja IKK 2 (Jumlah Rekomendasi Hasil Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan Konservasi untuk 521 Unit KSA, KPA, dan TB di Seluruh Indonesia) tahun 2016 adalah 120 unit dari target 100 unit rekomendasi (120%), Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 235 unit dari target 521 unit rekomendasi (45,11%), dan realisasi anggaran pada IKK 2 sebesar 98,52%. Tindak lanjut dalam rangka meningkatkan jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi kawasan konservasi adalah bimbingan teknis yang lebih intensif kepada UPT-UPT lingkup Ditjen KSDAE, perlu dibuat pedoman turunan P.49/Menhut-II/2014 sebagai NSPK pedoman pelaksanaan lapangan, dan Alokasi yang besar untuk kegiatan evaluasi kesesuaian fungsi kepada UPT-UPT. 4. Capaian Kinerja IKK 3 (Jumlah Paket Data dan Informasi Kawasan Konservasi yang Valid dan Reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di Seluruh Indonesia) tahun 2016 adalah 521 dari target 521 paket data (100%), Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 521 dari target 521 paket data (100%), dan realisasi anggaran pada IKK 3 sebesar 97,44%. Strategi dalam rangka penyempuranaan jumlah paket data adalah sosialisasi Permenhut No. P.81/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi Potensi pada KSA dan KPA, diperlukan anggaran yang lebih besar untuk UPT dalam melakukan inventarisasi data, percepatan hasil, sosialisasi dan bimbingan teknis tentang KSP pada UPT. 5. Capaian Kinerja IKK 4 (Jumlah KPHK pada Kawasan Konservasi Non Taman Nasional yang Terbentuk Sebanyak 100 Unit KPHK) tahun 2016 adalah 59 dari target Renstra 80 unit usulan KPHK (73,75%) atau 98,33% dari target PK 60 Unit, Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 101 dari target 100 unit usulan KPHK (101%), dan realisasi anggaran pada IKK 4 sebesar 99,6%. Solusi tindak lanjut pencapaian IKK ini antara lain diperlukan bimbingan teknis yang lebih intensif kepada UPT-UPT lingkup Ditjen KSDAE, kegiatan-kegiatan pendampingan perlu dilakukan lebih intensif, dan diperlukan perhatian dan alokasi anggaran untuk UPT pengelola Tahura dalam rangka pembentukan KPHK. 44

58 6. Capaian Kinerja IKK 5 (Jumlah Kerjasama Pembangunan Strategis dan Kerjasama Penguatan Fungsi pada Kawasan Konservasi Sebanyak 100 PKS) tahun 2016 adalah 38 PKS dari target 20 PKS (190%), Capaian Kinerja s.d tahun 2016 Renstra adalah 58 PKS dari target 100 PKS (58%), dan realisasi anggaran pada IKK 5 sebesar 98,79%. Langkah dan strategi dalam peningkatan IKK ini adalah melakukan harmonisasi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.85/Menhut-II/2014 dengan Peraturan Menteri LHK Nomor P.78/MenLHK-Setjen/2015, melakukan peralihan Perizinan Penggunaan Kawasan Konservasi dari mekanisme IPPKH ke mekanisme Kerjasama Penyelenggaraan KSA dan KPA, serta menyelesaikan permasalahan keterlanjuran di dalam Kawasan Konservasi. Keberhasilan pencapaian indikator kinerja kegiatan Direktorat PIKA pada tahun 2016 diharapkan dapat terus berlanjut pada tahun mendatang dengan terus melakukan pembinaan dan pembenahan pada masing-masing kegiatan yang mendukung langsung pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) pada masing-masing unit kerja. 45

59 LAMPIRAN-LAMPIRAN 46

60 MATRIK KEGIATAN RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun No Nama Program Nama Kegiatan Sasaran Kegiatan Satuan Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Kegiatan (IKP) Promram Konservasi Kegiatan Pemolaan Terjaminnya 1. Peningkatan efektivitas 1. Jumlah dokumen perencanaan Dokumen Sumber Daya Alam dan Informasi efektivitas pemolaan pengelolaan hutan penataan kawasan konser vasi yang dan Ekosistem Konservasi Alam dan penataan konservasi dan upaya tersusun dan men dapat pengesahan pengelolaan kawasan konservasi sebanyak 150 Dokumen Zonasi konservasi, serta keanekaragaman hayati ketersediaan data dan informasi konservasi alam dan/atau Blok a Penyusunan NSPK 2 Peningkatan b. Bimbingan Teknis dan Supervisi penerimaan PNBP dan c. Pembinaan dan Koordinasi pemanfaatan jasa d. Penilaian dan Pengesahan lingkungan kawasan Dokumen Zonasi dan/atau Blok konservasi dan e. Monitoring dan Evaluasi Lampiran 1 Target Kinerja (Volume dan Satuan) per Tahun k k 2. Jumlah rekomendasi hasil evaluasi Unit kesesuaian fungsi kawasan konservasi untuk 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia. a. Penyusunan NSPK b. Bimbingan Teknis dan Supervisi c. Pembinaan dan Koordinasi d. Verifikasi Hasil Evaluasi e. Monitoring dan Evaluasi 3. Jumlah paket data dan informasi Paket kawasan konservasi yang valid dan Data reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia a. Penyusunan NSPK b. Bimbingan Teknis dan Supervisi c. Pembinaan dan Koordinasi d. Pembangunan Sistem IKA e. Operasional dan Pemeliharaan Sistem IKA 47

61 Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target Kinerja (Volume dan Satuan) per Tahun Tahun No Nama Program Nama Kegiatan Sasaran Kegiatan Satuan Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Kegiatan (IKP) Jumlah KPHK pada kawasan konservasi Unit non taman nasional yang terbentuk sebanyak 100 Unit KPHK a. Penyusunan NSPK b. Bimbingan Teknis dan Supervisi c. Pembinaan dan Koordinasi d. Penyusunan Indikatif Rancang Bangun KPHK e. Penilaian Rancang Bangun KPHK f. Penetapan KPHK g. Monitoring dan Evaluasi 5. Jumlah kerjasama pemba ngunan PKS strategis dan kerja sama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS a. Penyusunan NSPK b. Bimbingan Teknis dan Supervisi c. Pembinaan dan Koordinasi d. Monitoring dan Evaluasi 48

62 Lampiran 2 49

63 50

64 Lampiran 3 51

65 52

66 Data Capaian Penataan Zonasi/Blok Pengelolaan Kawasan Konservasi Tahun 2015 Lampiran 4 No. Fungsi Kawasan Provinsi UPT/UPTD NO. SK/ Tanggal 1 CA Panua Gorontalo BKSDA Sulawesi Utara SK.254/KSDAE-SET/2015 tanggal 4 November CA Gunung Tinombala Sulawesi Tengah BKSDA Sulawesi Tengah SK.340/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember CA Gunung Sojol Sulawesi Tengah BKSDA Sulawesi Tengah SK.296/KSDAE-SET/2015 tanggal 18 Desember SM Cikepuh Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK.342/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember SM Karakelang Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara SK.244/KSDAE-SET/2015 tanggal 20 Oktober SM Nantu Gorontalo BKSDA Sulawesi Utara SK.243/KSDAE-SET/2015 tanggal 20 Oktober SM Tanjung Peropa Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara SK.288/KSDAE-SET/2015 tanggal 11 Desember TB Lingga Isaq Aceh BKSDA Aceh SK.5/IV-KKBHL/2015 tanggal 7 Januari THR Ir. H. Djuanda Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK.28/IV-KKBHL/ 2015, tgl 3 Feb THR Bunder DI Yogyakarta BKSDA Yogyakarta SK.345/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember THR Ngurah Rai Bali BKSDA Bali SK.255/KSDAE-SET/2015 tanggal 6 November THR Murhum / Nipa-Nipa Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara SK.289/KSDAE-SET/2015 tanggal 11 Desember TWA Linggarjati Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK.35/IV-SET/2015 tanggal 6 Februari TWA Talaga Bodas Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK.222/KSDAE-SET/2015 tanggal 22 September TWA Pananjung Pangandaran Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK.343/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 desember TWA Gunung Papandayan Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK.34/IV-SET/2015 tanggal 6 Februari TWA Danau Rawa Taliwang NTB BKSDA NTB Dirjen PHKA No. SK.4/IV-SET/2015, tanggal 7 Januari TWA Batuangus Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara SK.293/KSDAE-SET/2015 tanggal 11 Desember TWA Batuputih Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara SK.292/KSDAE-SET/2015 tanggal 11 Desember TWA Danau Matano Sulawesi Selatan BBKSDA Sulawesi Selatan No.SK.141/IV-SET/2015 tanggal 25 Mei TWA Lejja Sulawesi Selatan BBKSDA Sulawesi Selatan SK.140/IV-SET/2015 tanggal 25 Mei TWA Mangolo Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara SK.269/KSDAE-SET/2015 tanggal 30 November TWA Tirta Rimba Air Jatuh Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara SK.287/KSDAE-SET/2015 tanggal 11 Desember TWA Teluk Youtefa Papua BBKSDA Papua SK.157/IV-SET/2015 tanggal 1 Juni TWA Teluk Lasolo Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara SK.286/KSDAE-SET/2015 tanggal 11 Desember TN Bukit Duabelas Jambi BTN Bukit Dua Belas SK.22/IV-KKBHL/2015 tanggal 27 Januari TN Manupeu-Tanadaru NTT BTN Manupeu Tanadaru SK.346/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember TN Kayan Mentarang Kalimantan Utara BTN Kayan Mentarang SK.348/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember TN Siberut Sumatera Barat BTN Siberut SK.32/IV-Set/2015 tanggal 4 Februari TN Tesso Nilo Riau BTN Tesso Nilo Dirjen PHKA No. SK.154/IV-SET /2015, tgl 1 Juni TN Gunung Ciremai Jawa Barat BTN Gunung Ciremai Dirjen PHKA No. SK.87/IV-Set/2015 tanggal 30 Maret TN Alas Purwo Jawa Timur BTN Alas Purwo SK.341/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember TN Bantimurung -Bulusaraung Sulawesi Selatan BTN Bantimurung Bulusaraung SK.358/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember TN Bunaken Sulawesi Utara BTN Bunaken SK.6/IV-KKBHL/2015 tanggal 7 Januari TN Gunung Tambora NTB BTN Gunung Tambora SK.339/KSDAE-Set/2015 tanggal 31 Desember

67 Lampiran 5 Data Capaian Penataan Zonasi/Blok Pengelolaan Kawasan Konservasi Tahun 2016 No. Fungsi Kawasan Provinsi UPT/UPTD NO.SK/Tanggal 1 THR Banten (TWA Carita) Banten Dishut Prov Banten SK. 46/KSDAE/SET/KSDAE.2/2/2016 tanggal 12 Februari TWA Muka Kuning Kepulauan Riau BBKSAD Riau SK.149/KSDAE/SET/KSDAE.0/5/2016 tanggal 20 Mei TWA Telaga Warna Jawa Barat BBKSDA Jawa barat SK.35/KSDAE/Set/KSDAE.0/2/2016 tanggal 9 Februari TWA Jember Jawa Barat BBKSDA Jawa barat SK.35/KSDAE/Set/KSDAE.0/2/2016 tanggal 9 Februari CA Hutan Bakau Pantai Timur Jambi BKSDA Jambi SK.13/KSDAE/SET/KSDAE.01/1/2016 tanggal 22 Januari CA Dua Saudara Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara SK.17/KSDAE/SET/KSDAE.3/1/2016 tanggal 22 januari CA Durian Luncuk I Jambi BKSDA Jambi SK. 23/KSDAE/SET/KSDAE.02/2/2016 tanggal 27 januari CA Durian Luncuk II Jambi BKSDA Jambi SK. 23/KSDAE/SET/KSDAE.02/2/2016 tanggal 27 januari TWA Telogo Warno/ Telogo Pengilon Jawa Tengah BKSDA Jawa Tengah SK. 34/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 9 Februari TWA Gunung Batur Bukit payang Bali BKSDA Bali SK. 41/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 11 Februari SM Manembo-nembo Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara SK. 42/KSDAE/SET/SET/KSDAE.0/2016 tanggal 11 Februari CA Tanjung Panjang Gorontalo BKSDA Sulawesi Utara SK. 39/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 11 Februari TWA Pulau Weh Aceh BKSDA Aceh SK. 38/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 11 Februari CA Gunung Lokon Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara SK. 50/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 16 Februari TWA Talaga Patengan Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK.54/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 19 Februari CA Gunung Ambang Sulawesi Utara BKSDA Sulawesi Utara SK.55/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 19 Februari TWA Camplong Nusa Tenggara Timur BBKSDA NTT SK.78/KSDAE/SET/KSADE.0/3/2016 tanggal 14 Maret TWA Menipo Nusa Tenggara Timur BBKSDA NTT SK.83/KSDAE/SET/KSDAE.0/3/2016 tanggal 14 Maret TWA Teluk Maumere Nusa Tenggara Timur BBKSDA NTT SK.95/KSDAE/SET/KSDAE.0/3/2016 tanggal 22 maret TWA Baumata Nusa Tenggara Timur BBKSDA NTT SK.94/KSDAE/SET/KSDAE.0/3/2016 tanggal 22 Maret TWA Tujuh Belas Pulau Nusa Tenggara Timur BBKSDA NTT SK.96/KSDAE/SET/KSDAE.0/3/2016 tanggal 22 Maret SM Pulau Rambut DKI Jakarta BKSDA Jakarta SK.142/KSDAE/SET/KSDAE.0/5/2016 tanggal 18 Mei SM Muara Angke DKI Jakarta BKSDA Jakarta SK.140/KSDAE/SET/KSDAE.0/5/2016 tanggal 18 Mei CA Pulau Bokor DKI Jakarta BKSDA Jakarta SK.143/KSDAE/SET/KSDAE.0/5/2016 tanggal 18 Mei TWA Angke Kapuk DKI Jakarta BKSDA Jakarta SK.144/KSDAE/SET/KSDAE.0/5/2016 tanggal 18 Mei TWA Sicikeh-cikeh Sumatera Utara BBKSDA Sumatera Utara SK.134/KSDAE/SET/KSDAE.0/5/2016 tanggal 12 Mei TWA Tanjung Keluang Kalimantan Tengah BKSDA Kalimantan Tengah SK.141/KSDAE/SET/KSDAE.0/5/2016 tanggal 18 Mei TWA Kepulauan Banyak Aceh BKSDA Aceh SK.162/KSDAE/SET/KSDAE.0/6/2016 tanggal 9 Juni CA Pulau Mas Popaya Raya Gorontalo BKSDA Sulawesi Utara SK.166/KSDAE/SET/KSA.0/6/2016 tanggal 13 Juni TWA Rimbo Panti Sumatera Barat BKSDA Sumatera Barat SK.165/KSDAE/SET/KSA.0/6/2016 tanggal 13 Juni

68 31 TWA Lembah Harau Sumatera Barat BKSDA Sumatera Barat SK.167/KSDAE/SET/KSA.0/6/2016 tanggal 13 Juni SM Kerumutan Riau BBKSDA Riau SK.170/KSDAE/SET/KSA.0/6/2016 tanggal 15 Juni SM Bukit batu Riau BBKSDA Riau SK.180/KSDAE/SET/KSA.0/6/2016 tanggal 23 Juni TWA Sumber Semen Jawa Tengah BKSDA Jawa Tengah SK.178/KSDAE/SET/KSA.0/6/2016 tanggal 23 Juni SM Gunung Tunggangan Jawa Tengah BKSDA Jawa Tengah SK.179/KSDAE/SET/KSA.0/6/2016 tanggal 23 Juni TWA Punti Kayu Sumatera Selatan BKSDA Sumatera Selatan SK.192/KSDAE/SET/KSA.0/7/2016 tanggal 1 Juli TWA Grojogan Sewu Jawa Tengah BKSDA Jawa Tengah SK.191/KSDAE/SET/SET.0/7/2016 tanggal 1 Juli SM Bentayan Sumatera Selatan BKSDA Sumatera Selatan SK.198/KSDAE/SET/KSA.0/7/2016 tanggal 20 Juli SM Padang Sugihan Sumatera Selatan BKSDA Sumatera Selatan SK.201/KSDAE/SET/KUM.1/7/2016 tanggal 20 Juli SM Dangku Sumatera Selatan BKSDA Sumatera Selatan SK.199/KSDAE/SET/KUM.0/7/2016 tanggal 20 Juli TWA Ruteng Nusa Tenggara Timur BKSDA NTT SK.208/KSDAE/SET/KSA.0/7/2016 tanggal 20 Juli TWA Pelaihari Kalimantan Selatan BKSDA Kalimantan Selatan SK.210/KSDAE/SET/KUM.1/7/2016 tanggal 20 Juli SM Paliyan DI Yogyakarta BKSDA Yogyakarta SK.224/KSDAE/SET/KUM.1/7/2016 tanggal 29 Juli SM Sermo DI Yogyakarta BKSDA Yogyakarta SK.222/KSDAE/SET/KUM.1/7/2016 tanggal 20 Juli CA Pulau Saobi Jawa Timur BBKSDA Jawa Timur SK.245/KSDAE/SET/KSA.0/8/2016 tanggal 31 Agustus THR R. Soerjo Jawa Timur Dishut Prov Jawa Timur SK.258/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 13 September TWA Sungai Liku Kalimantan Barat BKSDA Kalimantan Barat SK.249/KSDAE/SET/KSA/0/9/2016 tanggal 13 September TWA Kamojang Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK.255/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 13 September THR Abdul Latief Sulawesi Selatan Dishut Kab. Sinjai SK.257/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 13 September TWA Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah BKSDA Kalimantan Tengah SK.264/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 20 September CA Muara Kendawangan Kalimantan Barat BKSDA Kalimantan Barat SK.271/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 20 September CA Raya Pasi Kalimantan Barat BKSDA Kalimantan Barat SK.256/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 13 September TWA Gn Melintang Kalimantan Barat BKSDA Kalimantan Barat SK.355/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TWA Teluk Lasolo Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara SK.343/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TWA Kepulauan Padamarang Sulawesi Tenggara BKSDA Sulawesi Tenggara SK.336/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September CA Donoloyo Jawa Tengah BKSDA Jawa Tengah SK.349/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TWA Baning Kalimantan Barat BKSDA Kalimantan Barat SK.348/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September CA Sungi Kolbu Jawa Timur BBKSDA Jawa Timur SK. 380/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September CA Dataran Tinggi Yang Jawa Timur BBKSDA Jawa Timur SK.394/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TWA Satonda Nusa Tenggara Barat BKSDA NTB SK.379/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September

69 61 CA Gn Butak Jawa Tengah BKSDA Jawa Tengah SK.366/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September CA Tlogo Ranjeng Jawa Tengah BKSDA Jawa Tengah SK.361/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September CA Gn Nyiut Kalimantan Barat BKSDA Kalimantan Barat SK. 397/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TWA Sukawayana Jawa Barat BBKSDA Jawa Barat SK. 405/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 10 Oktober CA Pangi Binangga Sulawesi Tengah BKSDA Sulawesi Tengah SK. 430/KSDAE/SET/KSA.0/12/2016 tanggal 28 Desember SM Bakiriang Sulawesi Tengah BKSDA Sulawesi Tengah SK. 431/KSDAE/SET/KSA.0/12/2016 tanggal 28 Desember CA Morowali Sulawesi Tengah BKSDA Sulawesi Tengah SK. 440/KSDAE/SET/KSA.0/12/2016 tanggal 29 Desember TN Sebangau Kalimantan Tengah BTN Sebangau SK.97/KSDAE/SET/KSDAE.0/3/2016 tanggal 24 Maret TN Bukit Tigapuluh Riau, Jambi BTN Bukit Tiga Puluh SK.159/KSDAE/Set/KSA.0/6/2016 tanggal 9 Juni TN Gunung Halimun Salak Banten & Jawa Barat BTN Gunung Halimun Salak SK.216/KSDAE/PIKA/KSA.0/7/2016 tanggal 29 Juli TN Gunung Gede Pangrango Jawa Barat BBTN Gunung Gede Pangrango SK.356/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TN Gunung Merapi Jawa Tengah & DIY BTN Gunung Merapi SK. 37/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 11 Februari TN Gunung Rinjani NTB BTN Gunung Rinjani SK.205/KSDAE/SET/KSA.0/7/2016 tanggal 20 Juli TN Kelimutu NTT BTN Kelimutu SK.363/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TN Gunung Palung Kalimantan Barat BTN Gunung Palung SK. 109/KSDAE/Set/KSA.0/4/2016 tanggal 11 April TN Bogani Nani Wartabone Sulawesi Utara & Gorontalo BTN Bonani Nani Wartabone SK. 32/KSDAE/SET/KSDAE.0/2/2016 tanggal 9 Februari TN Bromo Tengger Semeru Jawa Timur BBTN BTS SK.381/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TN Meru Betiri Jawa Timur BTN Meru Betiri SK.382/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TN Baluran Jawa Timur BTN Baluran SK.387/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TN Rawa Aopa Watumohai Sulawesi Tenggara BTN Rawa Aopa SK.343/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September TN Kepulauan Seribu DKI Jakarta BTN Kep Seribu SK.386/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal 30 September CA Cycloop Papua BBKSDA Papua SK.448/KSDAE/SET/KSA.0/12/2016 tanggal 30 Desember

70 Data EKF Tahun 2015 Lampiran 6 No Nama Kawasan Rekomendasi 1 Air Hitam Pemulihan ekosistem dan pemukiman 2 Air Ketebat Danau Tes Pemulihan ekosistem dan pemukiman Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 3 Air Rami I/II Pemulihan ekosistem dan pemukiman 4 Angke Kapuk Pemulihan ekosistem Penyelesaian permasalahan tambak 5 Asuansang Pemulihan ekosistem 6 Bangko Bangko Pemulihan ekosistem 7 Baning Pemulihan ekosistem dan pemukiman 8 Batu Angus Pemulihan ekosistem 9 Batu Putih Pemulihan ekosistem 10 Baumata Pemulihan ekosistem 57

71 No Nama Kawasan Rekomendasi 11 Beriat Pemulihan ekosistem 12 Bipolo Pemulihan ekosistem 13 Bukit Kaba Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 14 Bukit Kelam Pemulihan ekosistem 15 Bukit Sari Pemulihan ekosistem 16 Bukit Serelo/ PLG Pemulihan ekosistem 17 Camplong Pemulihan ekosistem 18 Cani Sirenreng Pemulihan ekosistem 19 Cimanggu Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 20 Danau Buyan - Danau Tamblingan Pemulihano ekosistem dan pemukiman Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 21 Danau Mahalona Penjagaan kawasan 58

72 No Nama Kawasan Rekomendasi 22 Danau Matano Pemulihan ekosistem dan pemukiman 23 Danau Rawa Taliwang Pemulihan ekosistem 24 Danau Towuti Pemulihan ekosistem 25 Egon Ilimedo Pemulihan ekosistem 26 Grojogan Sewu Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 27 Guci Pemulihan ekosistem 28 Gugus Pulau Teluk Maumere Pemulihan ekosistem 29 Gunung Api Banda Pemulihan ekosistem 30 Gunung Batu Gamping Pemulihan ekosistem 31 Gunung Batur Bukit Payang Pemulihan ekosistem dan pemukiman 32 Gunung Baung Pemulihan ekosistem 59

73 No Nama Kawasan Rekomendasi 33 Gunung Dungan Pemulihan ekosistem 34 Gunung Guntur Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 35 Gunung Meja Pemulihan ekosistem 36 Gunung Melintang Pemulihan ekosistem 37 Gunung Pancar Pemulihan ekosistem dan pemukiman 38 Gunung Papandayan Pemulihan ekosistem 39 Gunung Selok Pemulihan ekosistem 40 Gunung Tampomas Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 41 Gunung Tunak Pemulihan ekosistem 42 Holiday Resort Pemulihan ekosistem 43 Jantho Pemulihan ekosistem 44 Jember Pemulihan ekosistem 60

74 No Nama Kawasan Rekomendasi 45 Kawah Gunung Tangkuban Perahu Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 46 Kawah Ijen Merapi Ungup Ungup Pemulihan ekosistem 47 Kawah Kamojang Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 48 Kepulauan Banyak Pemulihan ekosistem dan pemukiman 49 Kepulauan Padamarang Pemulihan ekosistem 50 Kerandangan Pemulihan ekosistem 51 Klamono Penjagaan kawasan 52 Lejja Pemulihan ekosistem 53 Lembah Harau Pemulihan ekosistem 54 Linggarjati Pemulihan ekosistem dan pemukiman 55 Lubuk Tapi Kayu Ajaran Pemulihan ekosistem 56 Madapangga Pemulihan ekosistem 57 Malino Pemulihan ekosistem 61

75 No Nama Kawasan Rekomendasi 58 Mangolo Pemulihan ekosistem 59 Manipo Pemulihan ekosistem dan pemukiman 60 Muka Kuning Pemulihan ekosistem dan pemukiman 61 Muko-Muko Pemulihan ekosistem dan pemukiman 62 Nabire Pemulihan ekosistem dan tambak 63 Nanggala III Pemulihan ekosistem 64 Pananjung Pangandaran Pemulihan ekosistem Penyelesaian permasalahan pemukiman 65 Panelokan Pemulihan ekosistem dan pemukiman 66 Pantai Panjang dan P. Baai Pemulihan ekosistem dan pemukiman 67 Pelangan Pemulihan ekosistem 68 Pleihari Tanah Laut Pemulihan ekosistem 62

76 No Nama Kawasan Rekomendasi 69 Pulau Bakut Penjagaan kawasan 70 Pulau Batang Pemulihan ekosistem 71 Pulau Besar Pemulihan ekosistem 72 Pulau Kembang Penjagaan kawasan 73 Pulau Lapang Pemulihan ekosistem 74 Pulau Marsegu Pemulihan ekosistem 75 Pulau Moyo Pemulihan ekosistem dan pemukiman 76 Pulau Pasoso Pemulihan ekosistem 77 Pulau Pombo Penjagaan kawasan 78 Pulau Rusa Penjagaan kawasan 79 Pulau Sangiang Pemulihan ekosistem 80 Pulau Satonda Penjagaan kawasan 81 Pulau Tokobae Penjagaran kawasan 82 Pulau Weh Pemulihan ekosistem dan pemukiman 83 Punti Kayu Pemulihan ekosistem 63

77 No Nama Kawasan Rekomendasi Penyelesaian permasalahan pemukiman 84 Rimbo Panti Pemulihan ekosistem dan pemukiman 85 Ruteng Pemulihan ekosistem dan pemukiman Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 86 Sangeh Pemulihan ekosistem 87 Seblat Pemulihan ekosistem 88 Semongkat Pemulihan ekosistem 89 Sibolangit Pemulihan ekosistem dan pemukiman Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 90 Sicikeh-Cikeh Pemulihan ekosistem 91 Sidrap Pemulihan ekosistem 92 Sijaba Hutaginjang Pemulihan ekosistem dan pemukiman Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 93 Sisimeni Sanam Pemulihan ekosistem dan pemukiman 94 Sorong Pemulihan ekosistem 64

78 No Nama Kawasan Rekomendasi dan pemukiman 95 Sukawayana Pemulihan ekosistem 96 Sumber Semen Pemulihan ekosistem 97 Sungai Dumai Pemulihan ekosistem, pemukiman dan pelabuhan udara/ laut 98 Sungai Liku Pemulihan ekosistem dan tambak 99 Suranadi Pemulihan ekosistem 100 Talaga Bodas Pemulihan ekosistem dan pemukiman Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 101 Tanjung Belimbing Pemulihan ekosistem 102 Tanjung Keluang Pemulihan ekosistem dan tambak 103 Tanjung Tampa Pemulihan ekosistem dan sawah 104 Telaga Patengan Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 105 Telaga Warna Pemulihan ekosistem 106 Telogo Warno/ Telogo Pengilon Penjagaan kawasan Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi 107 Teluk Kupang Penjagaan kawasan 65

79 No Nama Kawasan Rekomendasi 108 Teluk Lasolo Penjagaan kawasan 109 Teluk Youtefa Pemulihan ekosistem dan pemukiman 110 Tirta Rimba/ Air Jatuh Pemulihan ekosistem dan pemukiman 111 Tretes Pemulihan ekosistem 112 Tujuh Belas Pulau Pemulihan ekosistem 113 Tuti Adagae Pemulihan ekosistem dan pemukiman 114 Way Hawang Pemulihan ekosistem 115 Wera Pemulihan ekosistem Perlu perhatian terhadap pemanfaatan panas bumi Data EKF Tahun 2016 No Nama Kawasan Rekomendasi 1 CA Hutan Pinus Jantho Pemulihan Ekosistem 2 KSA/KPA Calon TWA Jantho Ditetapkan dengan fungsi pokok TWA dan dilakukan pemulihan ekosistem 3 CA Serbojadi Pemulihan Ekosistem 4 SM Rawa Singkil Pemulihan ekosistem 5 TB Lingga Isaq Pemulihan ekosistem 6 KSA/KPA Calon Tahura Simelue Ditetapkan sebagai Tahura dan dilakukan pemulihan ekosistem 7 KSA/KPA Calon Tahura Subulussalam Ditetapkan sebagai Tahura dan dilakukan pemulihan ekosistem 8 KSA/KPA Calon TWA Kuta Malaka Ditetapkan sebagai TWA dan dilakukan pemulihan ekosistem 9 Tahura Pocut Meurah Intan Pemulihan Ekosistem 10 TN Leuser Pemulihan Ekosistem 11 TN Batang Gadis Pemulihan Ekosistem 12 CA Batu Gajah Pemulihan Ekosistem 13 CA Batu Ginurit Pemulihan Ekosistem 14 CA Dolok Saut Pemulihan Ekosistem 15 CA Dolok Sibual-buali Pemulihan Ekosistem 16 CA Dolok Sipirok Pemulihan Ekosistem 17 CA Aek Liang Balik Evaluasi kesesuain Fungsi di Tingkat Lapangan 18 CA Dolok Tinggi Raja Evaluasi kesesuain Fungsi di Tingkat Lapangan 19 CA Martelu Purba Pemulihan Ekosistem 20 CA Sibolangit Pemulihan Ekosistem 66

80 No Nama Kawasan Rekomendasi 21 KSA/KPA Lubuk Raya Ditetapkan sebagai Cagar Alam dan dilakukan pemulihan ekosistem 22 KSA/KPA Sei Ledong Evaluasi Kesesuain Fungsi di tingkat lapangan 23 SM Barumun Pemulihan Ekosistem 24 SM Dolok Surungan Evaluasi Kesesuaian Fumgsi di tingkat lapangan 25 SM Siranggas Pemulihan Ekosistem 26 SM Karang Gading/LTL Evaluasi Kesesuaian Fungsi di Tingkat Lapanga 27 TB Pulau Pini Pemulihan ekosistem 28 Tahura Bukit Barisan Pemulihan Ekosistem 29 TN Siberut Pemulihan Ekosistem 30 CA Batang Palupuh Pemulihan Ekosistem 31 CA Batang Pangean II Pemulihan Ekosistem 32 CA Beringin Sati Pemulihan Ekosistem 33 CA Lembah Anai Pemulihan Ekosistem 34 CA Lembah Harau Pemulihan Ekosistem 35 CA Rimbo Panti Pemulihan ekosistem 36 TWA Air Putih Kelok 9 Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 37 SM Tarusan Arau Hilir Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 38 SM Barisan Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 39 CA Batang Pangean I Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 40 TWA Gunung Marapi Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 41 TWA Gunung Sago Malintang Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 42 SM Malampah Alahan Panjang Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 43 CA Maninjau Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 44 SM Pagai Selatan Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 45 TWA Saibi Sarabua Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 46 TWA Singgalang Tandikat Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 47 Tahura Dr. Moh Hatta Pemulihan ekosistem 48 Tn Tesso Nilo Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 49 TN Zamrud Pemulihan ekosistem 50 TN Bukit Tiga Puluh Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 51 CA Bukit Bungkuk Pemulihan ekosistem 52 CA Pulau Berkeh Pemulihan ekosistem 53 KSA/KPA Buluh Cina Diusulkan untuk ditetapkan sebagai TWA dan dilakukan pemulihan ekosistem 54 KSA/KPA Mahato Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 55 SM Giam Siak Kecil Pemulihan ekosistem 56 SM Bukit Batu Pemulihan ekosistem 57 SM Balai Raja Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 58 SM Bukit Rimbang Bukit Baling Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 59 SK. Kerumutan Pemulihan ekosistem 60 Suaka Margasatwa PLG Sibanga Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 61 SM Tasik Belat Pemulihan ekosistem 62 SM Tasik Besar /Tasik Metas Pemulihan ekosistem 63 SM Tasik Serkap /Tasik Sarang Burung Pemulihan ekosistem 64 SM Tasik Tanjung Padang Pemulihan ekosistem 65 Tahura Minas (Sultan Syarif Kasim) Pemulihan ekosistem 66 TN Berbak Pemulihan ekosistem 67 TN Bukit Dua Belas Pemulihan ekosistem 68 TN Kerinci Seblat Pemulihan ekosistem 69 CA Durian Lucuk I Pemulihan ekosistem 70 CA Durian Lucuk II Pemulihan ekosistem 71 CA Hutan Bakau Pantai Timur Pemulihan ekosistem 72 CA Sungai batara Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 73 KSA/KPA Buluh Hitam Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 74 KSA/KPA Cempaka/Tabir Kejasung Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 75 TB Pulau Rempang Pemulihan ekosistem 76 Tahura Sekitar Tanjung/Orang Kayo Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 67

81 No Nama Kawasan Rekomendasi Hitam 77 Tahura Sultan Thaha Syaifudin Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 78 TN Sembilang Pemulihan ekosistem 79 SM Bentayan Pemulihan ekosistem 80 SM Isau-Isau Pasemah Pemulihan ekosistem 81 SM Dangku Pemulihan ekosistem 82 SM Gumai Pasemah Pemulihan ekosistem 83 SM Gunung Raya Pemulihan ekosistem 84 SM Padang Sugihan Pemulihan ekosistem 85 Tahura Gunung Lalang Pemulihan ekosistem 86 Tahura Gunung Mangkol Pemulihan ekosistem 87 TN Gunung Maras Pemulihan ekosistem 88 Tahura Gunung Menumbing Pemulihan ekosistem 89 TWA Gunung Permisan Pemulihan ekosistem 90 TWA Jering Mendayung Pemulihan ekosistem 91 TN Bukit Barisan Seatan Pemulihan ekosistem 92 CA Air Alas Reg. 103 Pemulihan ekosistem 93 CA Air Ketebat Danau Tes Reg. 57 Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 94 CA Air Rami I/II Reg. 87 Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 95 CA Air Seblat Reg. 89 Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 96 Pemulihan ekosistem Pemulihan ekosistem 97 CA Danau Menghijau Reg. 56 Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 98 CA Kioyo Pemulihan ekosistem 99 Cagar Alam Muko-muko Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 100 CA Pagar Gunung I Pemulihan ekosistem 101 CA Pagar Gunung II Pemulihan ekosistem 102 CA Pagar Gunung III Pemulihan ekosistem 103 CA Pagar Gunung IV Pemulihan ekosistem 104 CA Pagar Gunung V Pemulihan ekosistem 105 Cagar Alam Pasar Ngalam Reg. 92 Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 106 CA Pasar Seluma Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 107 CA Pasar Talo Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 108 CA Sungai Baheuwo Teluk Klowe Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 109 CA Taba Penanjung I Pemulihan Ekosistem 110 CA Taba Penanjung II Pemulihan Ekosistem 111 CA Talang Ulu I Pemulihan Ekosistem 112 CA Talang Ulu II Pemulihan Ekosistem 113 CA Tanjung Laksaha Reg. 98 Pemulihan Ekosistem 114 TB Gunung Nanu ua Pemulihan Ekosistem 115 TB Semidang Bukit Kubu Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 116 Tahura Bukit Rabang Gluguran Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 117 Tahura Raja Lelo (Pungguk Menakat) Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 118 TN Way Kambas Pemulihan ekosistem 119 Tahura Wan Abdul Rahman Pemulihan ekosistem 120 CA Krakatau dan CAL Kep. Krakatau Evaluasi kesesuaian fungsi di tingkat lapangan 68

82 Lampiran 7 Form pengumpulan data tahun 2015 (IKK 3) Kawasan No Data Kawasan Keterangan Taman Nasional 1 Nama Kawasan 2 Status Hukum SK Penunjukan/SK Penetapan 3 Luas Kawasan 4 Letak geografis kawasan (BT/LS/LU) 5 Letak Administrasi 6 Unit Pengelola 7 Sejarah Pengelolaan Kawasan No. Kehati 1. Potensi Flora dan fauna secara umum No. Sosekbud 1. Ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar kawasan Non-Taman Nasional No Data Kawasan Keterangan 1. Nama Kawasan 2. Status Hukum SK Penunjukan/SK Penetapan 3. Luas Kawasan 4. Letak Administrasi 5 Unit Pengelola No. Kehati 1. Potensi Flora dan fauna secara umum No Sosekbud 1-69

83 Target pengumpulan data tahun 2016 Kawasan No Data Kawasan Keterangan Taman Nasional 1. Type Ekosistem di Kawasan 2. Potensi kawasan yang meliputi: - Sebaran gambut, - bentang alam/landscape, - jenis tanah - geologi (dapat diambil dari peta tanah atau hasil penelitian ttg tanah di kawasan tersebut) ( dapat diambil dari peta geologi, jenis batuan ) - Posisi Kawasan konservadi dalam DAS (hulu, tengah, hilir) - Tipe Iklim, - Curah hujan, - ketinggian, - kelerengan/topografi, - gejala/fenomena alam - obyek daya tarik wisata - keberadaan situs sejarah 3. Nilai Konservasi 4. Aksesibilitas menuju kawasan, 5. Sarpras di dalam kawasan 6. Data kerjasama pengelolaan kawasan dengan pihak lain, 7. Permasalahan Kawasan 8. Data pemulihan ekosistem 9. Kondisi Penataan Zonasi 10. Kerjasama Pengelolaan Kawasan (kaldera, kawah, gunung berapi dll) (air terjun, air panas, panorama alam dll) (kuil, candi, makam keramat, gua tempat bertapa) (kerusakan, kebakaran, perambahan, illog dll), dampak kerusakan pada ekosistem, flora dan fauna. 11. Arah prioritas pengelolaan (resume Rencana Pengelolaan) 70

84 No. Kehati 1. Satwa kunci/flagship spesies (satwa yg menjadi Prioritas pengelolaan oleh UPT TN/KSDA dalam suatu kawasan), 2. Data kondisi habitat satwa (terutama 25 prioritas ) No. Sosekbud 1. Demografi Desa sekitar Kawasan Konservasi 2. Sejarah pemuki-man di dalam KK Non-Taman Nasional No Data Kawasan Keterangan 1. Type Ekosistem di Kawasan 2. Nilai Konservasi 3. Aksesibilitas menuju kawasan, (mencakup jumlah individu dan kepadatan populasi, ancaman kepunahan dan konflik satwa) (mencakup nama desa, jumlah penduduk, rasio sex penduduk, tingkat pendidikan, agama mayoritas, mata pencaharian pokok, jumlah pendapatan masyarakat dll) (jumlah KK dan luas pemukiman) 4. Sarpras di dalam kawasan 5. Data kerjasama pengelolaan kawasan dengan pihak lain, 6. Kondisi Penataan Blok Kerjasama Pengelolaan Kawasan 7. Sejarah Kawasan: perlindungan jenis, penunjukan kawasan dan pengelolaan kaw No. Kehati 1. Data Potensi satwa terutama 25 prioritas 2. Sosekbud 3. Sosekbud masyarakat Kawasan (mencakup jumlah individu dan kepadatan populasi, ancaman kepunahan dan konflik satwa) 71

85 Target pengumpulan data tahun 2017 Kawasan No Data Kawasan Keterangan Taman Nasional 1. Type Ekosistem di Kawasan No. Kehati (disatu tempat ada tetapi di 1. Flora dan fauna endemik tempat lain tidak ada misalnya Jalak Bali, Maleo, Anggrek hitam di CA Data kondisi habitat satwa (terutama prioritas ) No. Sosekbud 1. Ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam di Kawasan Konservasi (mencakup adat istiadat masyarakat, kearifan tradisional dalam pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat setempat (PIAPS) dan potensi tekanan masyarakat terhadap Kawasan konservasi misalnya perambahan, illog dll), Kersik Luwai), (ketersediaan pakan satwa, daya dukung habitat satwa) catatan : analisa butir 1 dan 2 dapat dikaji mengenai sumbersumber eko-nomi masyarakat di dalam/sekitar kawa-san, perkembangan usaha dan investasi pemanfaatan kawasan. Non Taman Nasional No Data Kawasan Keterangan 1 Potensi kawasan yang meliputi: - Sebaran gambut, - bentang alam/landscape, - jenis tanah (dapat diambil dari peta tanah atau hasil penelitian ttg tanah di - geologi kawasan tersebut) ( dapat diambil dari peta geologi, jenis batuan ) - Posisi Kawasan konservadi dalam DAS (hulu, tengah, hilir) - Tipe Iklim, - Curah hujan, - ketinggian, - kelerengan/topografi, - gejala/fenomena alam - obyek daya tarik wisata - keberadaan situs sejarah 2. Permasalahan Kawasan 3. Data pemulihan ekosistem 4. Arah prioritas pengelolaan (resume Rencana Pengelolaan) (kaldera, kawah, gunung berapi dll) (air terjun, air panas, panorama alam dll) (kuil, candi, makam keramat, gua tempat bertapa) (kerusakan, kebakaran, perambahan, illog dll) dampak kerusakan pada ekosistem, flora dan fauna. 72

86 No. Kehati 1. Flora dan fauna endemik 2. Satwa kunci/flagship spesies Data kondisi habitat satwa (terutama prioritas ) No. Sosekbud 1. Demografi Desa sekitar Kawa-san Konservasi 2. Sejarah pemukiman di dalam KK Target pengumpulan data tahun 2018 Kawasan No Sosekbud Keterangan Taman Nasional 1. Data persepsi masyarakat dan instansi terkait setempat terhadap kawasan dan potensinya (disatu tempat ada tetapi di tempat lain tidak ada misalnya Jalak Bali, Maleo, Anggrek hitam di CA Kersik Luwai), (satwa yg menjadi Prioritas pengelolaan oleh UPT TN/KSDA dalam suatu kawasan), (ketersediaan pakan satwa, daya dukung habitat satwa) (mencakup nama desa, jumlah penduduk, rasio sex penduduk, tingkat pendidikan, agama mayoritas, mata pencaharian pokok, jumlah pendapatan masyarakat dll) (jumlah KK dan luas pemukiman) Non Taman Nasional Ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam di Kawasan Konservasi (mencakup adat istiadat masyarakat, kearifan tradisional dalam pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat setempat (PIAPS) dan potensi tekanan masyarakat terhadap Kawasan konservasi misalnya perambahan, illog dll), Data persepsi masyarakat dan instansi terkait setempat terhadap kawasan dan potensinya catatan : analisa butir 1 dan 2 dapat dikaji mengenai sumbersumber ekonomi masyarakat di dalam/sekitar kawasan, perkembangan usaha dan investasi pemanfaatan kawasan. 73

87 Gambar Hasil Penilaian Target B12T16 : Lampiran 8 74

88 Gambar Berita Acara Kegiatan Integrasi KSP Tahun

89 Lampiran 9 Daftar 41 unit KPHK yang diusulkan tahun 2015, dan disahkan tahun 2016 No Nama KPHK Status (Diusulkan/Disahkan) PROVINSI Luas (Ha) 1 Bolmalit-Maghlit SK.450/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Papua Barat 9, Sorong-Klamono SK.456/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Papua Barat 2, Gunung Meja Sidei Kaironi SK.457/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Papua Barat Arfak SK.458/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Papua Barat 68, Waigeo SK.459/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Papua Barat 264, Morowali SK.460/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Sulawesi Tengah 216, Bakiriang SK.461/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Sulawesi Tengah 17, Pamona SK.462/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Sulawesi Tengah 35, Pangi Binangga SK.463/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Sulawesi Tengah 70, Gunung Tinombala SK.464/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Sulawesi Tengah 38, Gunung Dako SK.465/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Sulawesi Tengah 21, Kuala Lupak SK.466/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Kalimantan Selatan 4, Giam Siak Kecil-Bukit Batu SK.467/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Riau 99, Bukit Rimbang Bukit Baling SK.468/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Riau 142, Bukit Kaba SK.469Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Bengkulu 15, Pati Barat SK.471/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Jawa Tengah 1, Cilacap SK.472/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Jawa Tengah Pararawen SK.473/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Kalimantan Tengah 5, Lamandau SK.474/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Kalimantan Tengah 61, Bedugul-Sangeh SK.475/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Bali 3, Kintamani SK.476/Menlhk/Setjen/PLA.0/6/2016 Bali 2, Enggano SK.723/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Bengkulu 9, Kawah Ijen SK.725/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Jawa Timur 2, Dataran Tinggi Yang SK.726/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2017 Jawa Timur 12, Cycloops Youtefa SK.727/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2017 Papua 33, Muara Kaman Sedulang SK.728/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2018 Kalimantan Timur 65, KPHK Gunung Sahuwai SK.729/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Maluku 32, Taliabu SK.730/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Maluku Utara 13, Jakarta SK.731/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 DKI Jakarta Kepulauan Krakatau SK.732/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Lampung 13, Lambusango SK.733/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Sulawesi Tenggara 28, Peropa SK.734/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Sulawesi Tenggara 44, Durian Luncuk SK.735/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Jambi KPHK Hutan Bakau Pantai Timur SK.736/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Jambi 4, Muara Kendawangan SK.737/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Kalimantan Barat 147, Gunung Nyiut SK.738/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Kalimantan Barat 91, Simpang Tilu SK.739/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Jawa Barat 23, Burangrang Tangkuban Perahu SK.740/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Jawa Barat 4, Moyo SK.741/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Nusa Tenggara Barat 30, KPHK Gunung Tunak SK.742/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Nusa Tenggara Barat 2, Padang Sugihan SK.743/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016 Sumatera Selatan 88, KPHK Danau Pulau Besar ND Dirjen No.409/KSDAE-PIKA/2015 Riau 76

90 Daftar 8 unit KPHK yang diusulkan tahun 2016 dan sudah disahkan oleh Menteri No Nama KPHK No. SK PROVINSI Luas 1 Sicike Cike SK.724/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2016, 20/09/2016 Sumatera Utara 6,144 2 Harlu SK.744/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2031, 20/09/2016 Nusa Tenggara Timur 3,681 3 Gunung Mutis SK.745/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2032, 20/09/2016 Nusa Tenggara Timur 12,315 4 Pulau Weh 5 Lingga Isaq 6 Tangkoko 7 Yogyakarta 8 Barumun SK.746/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2033, 20/09/2016 SK.747/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2034, 20/09/2016 SK.748/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2035, 20/09/2016 SK.749/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2036, 20/09/2016 SK.694/Menlhk/Setjen/PLA.0/9/2037, 02/09/2016 Aceh 6,481 Aceh 86,634 Sulawesi Utara 8,545 DI. Yogyakarta 632 Sumatera Utara 36, ,693 Daftar 51 unit KPHK yang diusulkan tahun 2016 No Nama UPT Nama KPHK 1. Balai Besar KSDA Sumatera Utara Karang Gading Langkat Timur Laut ( ha) (67.498,72 ha) 2. Sibolangit (562 ha) 3. Sipirok (15.059) 4. Dolok Tinggi Raja (398,2 Ha) 5. Dolok Surungan (24.900,81 Ha) 6. TB Pulau Pini (8.350 Ha) 7. Holiday Resort (1.963,71 Ha) 8. Sijaba Hutaginjang (500 Ha) 9. Balai KSDA Nusa Tenggara Barat Semongkat (1.741,75 Ha) (21.269,97 Ha) 10. Taliwang (5.061,20 Ha) 11. Suranadi (448,10 Ha) 12 Sangiang (11.064,75) 77

91 13 KPHK Pelangan (2.954,17 Ha) 14. Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Tuti Adegae (7.521,23 Ha) Timur ( ,37 ha) 15. Ndeta Kilikima (2.060,30 Ha) 16. Wae Wuul (1.848,44 Ha) 17. Teluk Maumere (63.851,52 Ha) 18. Riung (15.916,8) 19. Kateri (7.945,32 Ha) 20. Camplong (1.049,22 Ha) 21. Ale Aisio (10.051,24 Ha) 22. Watu Ata (4.898,80 Ha) 23. Teluk Kupang (51.652,5 Ha) 24. Papua (4.478 Ha) Nabire-Tanjung Wiay (4.478 Ha) 1 BKSDA Aceh KPHK Jantho (19.513,09 Ha) 25 ( ,33 Ha) 26 KPHK Pulau Banyak ( ,24 Ha) 27 Balai KSDA Sumatera Barat ( ,97 Ha) 50 Kota (10.841,17 Ha) 28 Lembah Anai (13.672,80 Ha) 29 BKSDA Bengkulu (9.682,95 Ha) KPHK Seblat (8.138,75 Ha) 30 KPHK Pantai Panjang (1.544,20 Ha) 31 Balai Besar KSDA Jawa Timur (5.106,67 Ha) Baung - Abang - Tretes (257,31 Ha) 78

92 32 Picis-Sigogor-Nglirip-Manggis-Besowo (240,76 Ha) 33 Bawean-Noko Nusa (4.608,60 Ha) 34 Balai KSDA Kalimantan Barat Kelam Komplek (1.340,23 Ha) (7.404,13 Ha) 35 Mandor - Pasi (6.063,90 Ha) 36 Balai KSDA Sulawesi Tenggara Mangolo (4.568,46 Ha) (95.594,10 Ha) 37 Buton Utara (91.025,64 Ha) 38 Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan Mario (5.389,25 Ha) (16.889,25 Ha) 39 Ko'mara (11.500,00 Ha) JUMLAH 40 KPHK Isau-Isau BKSDA Sumatera Selatan 41 KPHK Gumai Pasemah 42 KPHK Gunung Raya 43 BKSDA Jawa Tengah KPHK Pewoba 44 KPHK Sablokare 45 BBKSDA Jawa Timur KPHK Nusa Barong-Watangan-Curah Manis 46 KPHK Pulau Sempu 47 KPHK Pulau Saobi 48 BKSDA Kalimantan Barat KPHK Kepulauan Karimata 49 BKSDA Maluku KPHK Gunung Api Banda 50 BKSDA Kalimantan Tengah KPHK Tanjung Keluang 51 BKSDA Kalimantan Selatan KPHK Tanah Laut Gunung Kentawan 79

93 Data PKS Tahun 2015 No. Nama Mitra Kerjasama Lokasi Nomor PKS Tentang A. Kerjasama Penguatan Fungsi Direktur PDAM Tirtawening Kota Bandung Yayasan Komodo Survival Program dan Pusat Penelitian Biologi LIPI Tahura Ir. H. Djuanda Balai Besar KSDA NTT 3. POLDA ACEH TN Gunung Leuser Yayasan Biodhicitha Mandala Medan Yayasan Kanopi Indonesia dan Kelompok Tani Ngudi Makmur Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia PT TS TECH Indonesia dan Sumitomo Forestry Co.Ltd Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat SM Barumun (BBKSDA Sumut) Balai TN Gn Merapi BBTN Bukit Barisan Selatan Balai TN Gn Merapi BBTN Bukit Barisan Selatan 9. Universitas Sanata Dharma Balai TN Gn Merapi 10. Lembaga Molekuler Eijkman (LBME) 11. PT Adhiniaga Kreasinusa 12. B Yayasan Operasi Wallacea Terpadu (OWT) BBTN Bukit Barisan Selatan BBTN Bukit Barisan Selatan BBTN Bukit Barisan Selatan General Manager PT. PLN (Persero) Proyek Induk KSA/KPA Malampah Pembangkit dan Jaringan (BKSDA Sumbar) Sumatera Utara, Aceh dan Riau General Manager PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jaringan Sumatera II 15. Walikota Sabang 16. Mgr. Procurement Sumatera PT Telkomsel Area Sumatera KSA/KPA Batang Pangean I (BKSDA Sumbar) TWA Pulau Weh (BKSDA Aceh) TWA Pulau Weh (BKSDA Aceh) No.522/141/BPTHR/2015 dan No. 694/PRJ.89-PDAM/2015 tgl 11 Jun 2015 No.PKS.23/BBKSDA-16.1/2015, No.PKS.05/KSP/2015, No.2263/IPH.I/KS.02.04/2015 tgl. 26 Agustus 2015 No.666/BBTNGL-1/2015 & No.MoU/02/VIII/2015 tgl. 21 Agustus No.02/BTNGM/REM/ No.008/AAM/KANOPI/II/ No.01/KTN-NM/II/2015 tgl. 16 Feb 2015 No. PKS. 34.a/BBTNBBS-1/2015 dan No. 004/PK/YIARI-BGR/II/2015 tgl. 27 Februari 2015 No.020/JICA-RECA/IX/2012 tgl. 1 Sept 2012 diperpanjang No.04/BTNGM/REN/2015 tgl. 16 Maret 2015 Lampiran 10 Kerjasama Penguatan Fungsi terkait Pemasangan pipa transmisi air bersih PDAM Tirta Wening di dalam kawasan Tahura Ir. H. Djuanda sepanjang ± 6 km. Kajian DNA Molekuler Biawak Komodo dan Keanekaragaman Hayati Lain dalam rangka Optimalisasi Pengelolaan Populasi Biawak Komodo (Varanus komodoensis) di Wilayah Kerja Balai Besar KSDA NTT Pengamanan Hutan di Kawasan TNGL Wil. Prov. Aceh Optimalisasi Pengelolaan SM Barumun di Prov Sumut Pengelolaan Program Adopsi Anggrek Penyelamatan Satwa dan Penyadartahuan Masyarakat Restorasi Ekosistem terdegradasi di Kawasan TN Gunung Merapi Optimalisasi Pengamanan Kawasan Sekitar Jalan No. PKS.37/BBTNBBS-1/2015 dan Sukabumi-Suoh yang Melintasi Taman Nasional No. 522/329/II.13/2015 tgl. 4 Mei 2015 Bukit Barisan Selatan Kabupaten Lampung Barat No.PKS.06/BTNGM/Renc/ No.12/MoU-USDVI/2015 tgl. 18 Juni 2015 No.PKS.49/BTNBBS-1/2015 dan No.561/EIJK/VII/2015 tgl. 14 Agustus 2015 No. PKS.36/BBNTBBS-I/2015 ; No. PKS-289/BKSDA.L-I/2015 ; dan No. 02/AKN-PKS/III/2015 No. PKS. 40/BBTNBBS-1/2015 dan No. PKS.48/OWT/III/2015 No.PKS.733/BKSDA Sumbar-1/2015 dan No.0003.PJ/HKM.00.01/UIP II/2015 tanggal 21 Mei 2015 No.PKS.734/BKSDA Sumbar-1/2015 dan No.0004.PJ/HKM.00.01/UIP II/2015 tanggal 21 Mei 2015 PKS No. PKS.6/KSDAE-PIKA/2015 dan No.643/79 dan No.23/BPKS- KS/2015 tanggal 28 Sept 2015 PKS No.PKS.5/KSDAE-PIKA/2015 dan No.PKS.226/LG.05/RB.04/IX/2015 tgl. 28 Sept 2015 No.PKS.2/IV-KKBHL/2015; No Bupati Malaka, NTT SM Kateri (BBKSDA NTT) Tahun 2015 tgl 19 Maret 2015 No.PKS.14/IV-T7/2015 dan 18. PT. Sumber Hijau Permai TN Sembilang No.SP.051/SHP/ERD/VIII/2015 tgl. 10 Juli Kerjasama Pembangunan Strategis PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam TWA Muka Kuning (BBKSDA Riau) EGM Divisi Network of Broadband PT. Telekomunikasi TN Manusela Indonesia, Tbk PKS No.PKS.3/IV-SET/2015 dan No.0015.Pj/040/DIRUT/2015 tgl. 21 Mei 2015 No.PKS.4/KSDAE-PIKA/2015 dan No. Tel.484/HK.000/DPD-A /2015 tanggal 14 Sept 2015 Kolaborasi Pengelolaan Tumbuhan Obat Kawasan TN Gunung Merapi Konservasi Sumber Daya Genetik Tumbuhan dan Satwa Liar di TN Bukit Barisan Selatan Optimalisasi Pengelolaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pesisir Barat Restorasi Kawasan TNBBS Seluas 100 Ha di Daerah Pedamaran Resort Way Nipah Register 22 B Kubu Nicik Penempatan Tapak Tower dan Jaringan Transmisi 275 kv Payakumbuh - Padang Sidempuan di KSA/KPA Malampah, Kab. Pasaman, Prov. Sumatera Barat Pembangunan Jalur SUTET 275 kv Kiliranjo- Payakumbuh yang melalui KSA/KPA Batang Pangean I Peningkatan Daerah Milik Jalan (DMJ) dan Renovasi Tugu Km Nol di TWA Pulau Weh Sabang Penempatan menara telekomunikasi seluler (BTS) PT Telkomsel di TWA Pulau Weh Pengelolaan Jalan Nasional di Kawasan SM Kateri Pemanfaatan Alur Sungai Sembilang sepanjang ±24,8 Km lebar ±40 meter kedalaman 5-9 meter di TN Sembilang Pengelolaan Jaringan Listrik Transmisi SUTT 150 kv yang melewati kawasan TWA Muka Kuning Pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Serat Optik yang melalui kawasan TN Manusela pada Project Sulawesi Maluku Papua Cable System (SPMC) Paket-1 80

94 Data PKS Tahun 2016 No. Nama Mitra Kerjasama Lokasi Nomor PKS Tentang A. Kerjasama Penguatan Fungsi Dirjen PHKA dg Yayasan Ekosistem 1. Yayasan Ekosistem Lestari (YEL- Lestari Nomor : NK.1/IV-SET/2015 dan BKSDA Aceh SOCP) Nomor : 31/YEL/II/2015 tanggal 18 Februari Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HaKa) Yayasan Satucita Lestari Indonesia (YSLI) Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orang Utan Information Centre TWA Kep. Banyak (BKSDA Aceh) BKSDA Aceh BKSDA Aceh 5. PT. Tunggal Perkasa Plantations BKSDA Aceh 6. VESSWIC BKSDA Aceh 7. Fahutan UGM n.a. 8. PT. Natarang Mining BBTN Bukit Barisan Selatan PKS.02/BKSDA.9/2015 dan No.02/HaKa/II/2015 tgl. 13 Februari 2015 PKS.03/BKSDA.9/2015 dan No.06/III/SI/2015 tgl. 17 Maret 2015 PKS.04/BKSDA.9/2015 dan No.33/ADM/B/YOSL-OIC/4/2015 tgl. 14 April 2015 PKS.5/BKSDA.9/2015 dan No.Leco/007/SPK-Kons/Ext/IV/2015 tgl. 30 April 2015 PKS.06/BKSDA.9/2015 dan No.50/VESSWIC/9/XII/2015 tgl. 18 November 2015 PKS.2/KSDAE/SET/KUM.3/3/2016 dan No. 79/KS/2016 Tgl 31 Maret 2016 No. PKS.44/BBTNBBS-1/2015 dan No.186/PK/NM/MGT/V/2015 Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya secara berkelanjutan di wil. Kerja BKSDA Aceh Pelestarian Penyu dan Pengembangan Ekowisata di Kawasan TWA Kep. Banyak Pelestarian Spesies Tuntong Laut (Batagur borneoensis) di Kab. Aceh Tamiang Penanggulangan Konflik antara Manusia dengan Orangutan di Wilayah Kerja BKSDA Aceh Konservasi Gajah di Wilayah Kab. Aceh Jaya Pelestarian Penyu dan Pengembangan Ekoswisata di Kawasan TWA Kep. Banyak Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati melalui Pendekatan Ilmiah (Scientic Based ) Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang Berbatasan Langsung dengan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan PT. Natarang Mining di Kabupaten Tanggamus Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako Aliansi Konservasi Tompotika (AlTo) BKSDA Sulawesi Tengah BKSDA Sulawesi Tengah 11. PT Pertamina EP BKSDA Sulawesi Tengah 12. Panglima Kodam ll/sriwijaya 13. Pemkab Pesisir Barat 14. Ketua Umum Dewan Pengurus XXIV WANADRI (Perhimpunan Penempuh Rimba & Pendaki Gunung) 15. Fahutan Universitas Winaya Mukti 16. Dirut PT Prakarsa Mulia BBTN Bukit Barisan Selatan BBTN Bukit Barisan Selatan TB Masigit Kareumbi (BBKSDA Jawa Barat) TWA Tampo Mas (BBKSDA Jawa Barat) TWA Telaga Patengan (BBKSDA Jawa Barat) Nomor : PKS. /BKSDA- SULTENG/2015 dan Nomor : 001/FAPETKAN/XII/2015 tanggal Kerjasama Penguatan Fungsi Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya di Provinsi Sulawesi Tengah tentang Pelestarian Burung Maleo No.PKS.113/IV.K.22/2016 dan (Macrocephalon maleo ) di Desa Taima, No.003/SPPMou.B/Alto/II/2016 tanggal 4 Kecamatan Bualemo; Dan Kaumosongi, Februari 2016 Desa Toweer, Kecamatan Balantak Utara, Provinsi Sulawesi Tengah No.S.1513/IV.K.22/2015 dan No.470/EP1500/2015-S0 tanggal 15 Desember 2015 PKS. 04 /BBTNBBSi-1/2016 dan 03/lllf20l6 Tgl 1 Maret 2016 PKS.03/BBTNBBS-1/2016 dan No. 139/06/II.02HK-PSB/2016 tgl. 16 Feb 2016 Kerjasama Penguatan Fungsi Kawasan Suaka Margasatwa Bakiriang Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah untuk Area Perlintasan Pipa PT Pertamina EP Perlindungan/Pengamanan dan Restorasi Rehabilitasi Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Optimalisasi Pengelolaan Kawasan TNBBS di Wilayah Way Heni-Way Haru Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat PKS 2600/BBKSDAJABAR.1/2015 dan Penguatan Fungsi Taman Buru Masigit nomor PKS 013- Kareumbi IST/SPK/DPXXIV/W/XI/2015 tanggal 27 November 2015 No.PKS.800/BBKSDA.JABAR-1/2016 Kerjasama Bantuan Teknis serta Penelitian dan No.005/074/FHT-UNW/2016 tgl. 12 dan Pengembangan di Wilayah TWA No.PKS.1350/BBKSDA.JABAR-1/2016 Pengembangan Wisata Alam di TWA dan No.003/PM/PKS/2016 tgl. 2 Juni Telaga Patengan 81

95 B 17. Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV Makasar TN Bantimurung Bulusaraung CA Kamojang (BBKSDA Jawa Barat) 19. Walikota Sungai Penuh TN Kerinci Seblat 20. Direktur CV Adi Putro Tahura Bukit Soeharto 21. Kepala BKSDA Sumatera Barat dan Dinas Prasarana Jalan, Tarkim Provinsi Sumatera Barat KSA Air Putih (BKSDA Sumbar) 22. Direktur CV. Artha Pratama Jaya Tahura Bukit Soeharto EGM Divisi Network of Broadband 23. PT. TN Bukit Barisan Selatan Telekomunikasi Indonesia,Tbk 24. Direktur PT Kaltim Batu Manunggal Tahura Bukit Soeharto 25. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. TN Manupeu Tanadaru 26. GM PT PLN (Persero) Wilayah TWA Pulau Kembang Kalsel-Kalteng (BKSDA Kalsel) 27. Presiden Direktur PT Kideco Jaya CA Teluk Adang Agung (BKSDA Kalsel) 30. Direktur PT. Konsorsium Arwana Tahura Bukit Soeharto 31. Direktur Utama CV Fazar Utama Tahura Bukit Soeharto Direktur CV Energi Bumi Kartanegara Dirjen Bina Marga, Kementerian PUPR Tahura Bukit Soeharto TWA Ruteng (BBKSDA NTT) TWA Asuansang dan Gn Melintang, serta TN Betung Kerihun 35. TN Bukit Barisan Selatan TN Bukit Barisan Selatan 36. Balai Besar TN Kerinci Seblat TN Kerinci Seblat 37. Kerjasama Pembangunan Strategis 18. PT. PLN (Persero) 28. Direktur PT Rimba Hutani Mas TN Sembilang 29. Direktur PT Tri Pupajaya TN Sembilang General Manager ICT Region Bali Nusra PT. Telkomsel EGM Planning and Deployment PT TN Wakatobi Telekomunikasi Indonesia, Tbk. No.01/BTNBABUL-1/PLY/2016 dan No.001/Kpts/By/1/2016 Tgl 28 Januari 2016 No.PKS.1/KSDAE/PIKA/KSDAE.0/1/201 6 dan No.130/01/MoU/KSD-SPN/I/2016 tgl. 18 Jan 2016 No.003.1/4859/DK-V/2015 dan oo3/dis- Kehutanan Prov. Kaltim-CV.AP/XII/2015 Tgl 30 Des 2015 Sudah 38. Kepala Balai KSDA NTB dg Kepala Distrik Navigasi Kelas II Benoa BKSDA NTB PKS.1647/BBKSDA.JABAR.1/2016 dan Nomor : No.003.1/14/DK-V/2016 dan No.004/APJ/SMD/I/2016 Tgl. 4 Januari 2016 No.PKS.69/T.7/TU/KS/8/2016 dan No.K.TEL12/HK.810/DR /2016 Tgl. 31 Agustus 2016 No.PKS.7179/BKSDAKALSEL-1.5/2016 dan Nomor PKS.53/BKSDA-1.4/2015 dan Nomor 390/180/C/XI/ tanggal 17 NoPKS.03/T.10/KSA/6/2016 dan No.134/RHM/ERD/VI/2016 Tgl. 28 Juni 2016 NoPKS.02/T.10/KSA/6/2016 dan No.057/TPJ/ERD/VI/2016 Tgl. 28 Juni 2016 No.003.1/533/DK-V/2016 dan No.003/KA/II/2016 Tgl 26 Feb 2016 No.003.1/4690/DK.V/2015 dan No.002/Dis.Hut Prov.Kaltim- CV.FU/XII/2015 Tgl 4 Des 2015 No.003.1/4689/DK.V/2015 dan No.001/Pjj-KS.Tahura Bkt.Soeharto/Dis.Hut Prov.Kaltim- Peningkatan Ruas Jalan Nasional Maros- Ujung Lamuru-Watampone melalui TN Bantimurung Bulusaraung di Provinsi Sulawesi Selatan sepanjang ± 11 Km (KM 48 KM 59) Kerjasama/Kolaborasi terkait Pembangunan SUTT 150 kv di CA Peningkatan/pelebaran ruas jalan yang telah ada Sungai Penuh Batas Sumatera Barat (Tapan) di Zona Khusus TN Kerinci Seblat Pemanfaatan Jalan Eks HPH di dalam Tahura Bukit Soeharto sepanjang 6,4 km Peningkatan Jalan dan Jebatan Kelok-9 di KSA Air Putih Pemanfaatan Jalan Eks HPH Sepanjang ± 9,3 km dan Pelabuhan Seluas ± 2,6 ha di Tahura Bukit Soeharto Perpanjangan Kerjasama Jaringan Fisik Kabel Serat Optik Bawah Tanah Rute Kotaagung-WonosoboSanggi-Bengkunat- Pemanfaatan Jalan di dalam kawasan Tahura Bukit Soeharto sepanjang ±2,67 km untuk Keperluan Jalan Rehabilitasi Lahan dan Jalan Angkutan Batubara Penempatan Kabel Fiber Optik di Ruas Jalan Nasional melintasi TNMT Keberadaan 2 Tower dan Jaringan SUTT 150 kv di TWA Pulau Kembang Provinsi Pemanfaatan Jalan dan Dermaga di dalam meter kedalaman 5-9 meter di TN Kerjasama Pemanfaatan Jalan Eks HPH PT. Alas Kesuma sepanjang ± 8,5 Km di Tahura Bukit Soeharto Pemanfaatan Jalan Eks HPH di Tahura Bukit Soeharto sepanjang ±6,4 km Pemanfaatan Jalan Eks HPH di Tahura Bukit Soeharto sepanjang ±6,4 km CV.EBK/X/2015 Tgl 4 Des 2015 No.PKS.29/BKSDA-16.1/2016 dan No. Keberadaan Base Transceiver Station PKS.007/LG.05/FB-032/V/2016 tanggal (BTS) PT. Telkomsel di TWA Ruteng di Pembangunan Jalan Paralel/Sejajar Perbatasan Indonesia - Malaysia di No.PKS.8/KSDAE/PIKA.0/10/2016 dan Provinsi Kalimantan Barat di TWA No.03/PKS/Db/2016 tgl. 28 Oktober 2016 Asuansang dan Gn Melintang, serta TN Betung Kerihun No. PKS.37/BBTNBBS-1/2015 dan No. 522/329/II.13/2015 tanggal 4 Mei 2015 No.025/IV-10/BTU/2015; No.025/HKM.00.01/UIP III/2015 tgl 23 Des 2015 No.'PKS.9/KSDAE/SET/Kum.3/12/2016 tgl 7 Des 2016 Kawasan CA Teluk Adang dengan luas Kerjasama Pemanfaatan Alur Sungai Sembilang sepanjang ±24,8 Km lebar ±40 meter kedalaman 5-9 meter di TN Kerjasama Pemanfaatan Alur Sungai Sembilang sepanjang ±24,8 Km lebar ±40 Kerjasama dg Bupati Lampung Barat tentang Addendum PKS Optimalisasi Pengamanan Kawasan Sekitar Jalan Sukabumi-Suoh yang Melintasi TN Bukit Barisan Selatan Kabupaten Lampung Barat Kerjasama GM UIP III ttg Addendum PKS Pembangunan Jaringan Listrik SUTT 150 kv Jalur Bangko-Merangin-Sungai Penuh di Zona Rehabilitasi Kawasan TNKS Pembangunan SKKL SMPC Paket 1 Phase 2 di Pulau Wangiwangi TN Wakatobi Kerjasama Rambu Suar Tanjung Awang dan Tanjung Pandanan 82

96

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN 2015-2019 Tahun 2015 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR PEMOLAAN DAN INFORMASI

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN RENJA TAHUN 2016 DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA

LAPORAN CAPAIAN RENJA TAHUN 2016 DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA LAPORAN CAPAIAN RENJA TAHUN 2016 DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA Laporan ALAM Capaian DAN Renja EKOSISTEM Tahun 2016 KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 14/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI KESESUAIAN FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM 2016 RENJA TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PADA KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung. Tahun (Perubahan)

RENCANA STRATEGIS. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung. Tahun (Perubahan) RENCANA STRATEGIS Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Tahun 2015-2019 (Perubahan) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 02/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG PEMETAAN PROSES BISNIS LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 12/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Landasan Hukum. 5 Tugas Pokok dan Fungsi. 6 SASARAN KEGIATAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 13/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, 9PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.99/MENLHK/SETJEN/SET.1/12/2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan hutan. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah berupaya memaksimalkan fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan konservasi (KHK) berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun1999 terdiri dari kawasan suaka alam (KSA), kawasan pelestarian alam (KPA) dan Taman Buru. KHK

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. suatu sistem, dimana bagian-bagian tugas negara diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. suatu sistem, dimana bagian-bagian tugas negara diserahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bergulirnya periode reformasi memberikan dorongan bagi pemerintah untuk melakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk hubungan antara pusat dan daerah. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dibuat sesuai ketentuan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

Burung Cekakak Tunggir-hijau, Sulawesi. Orang Utan, Kalimantan. Burung Cendrawasih, Papua

Burung Cekakak Tunggir-hijau, Sulawesi. Orang Utan, Kalimantan. Burung Cendrawasih, Papua 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KSDAE Burung Cekakak Tunggirhijau, Sulawesi Orang Utan, Kalimantan Jakarta, Februari 2018 Burung Cendrawasih, Papua Direktorat Jenderal KSDAE merupakan instansi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN 2017

RENCANA KERJA BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN 2017 RENCANA KERJA BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN 2017 BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT BANDUNG, OKTOBER 2016 DIPA 029 TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah merupakan laporan yang disusun untuk menyajikan informasi capaian kinerja unit organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1938, 2017 KEMEN-LHK. Penugasan bidang LHK kepada 33 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.66/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM, RENCANA KARYA LIMA TAHUN DAN RENCANA KARYA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN TAHUN 2016 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN TAHUN 2016 PERATURAN SEKRETARIS DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN NOMOR: P. 1 /SET-1/2015 KEMENTERIAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.204, 2016 KEMEN-LHK. UPT Taman Nasional. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I Pemerintah Provinsi Banten PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan merupakan suatu proses pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan masa depan secara tepat dari sejumlah pilihan, dengan

Lebih terperinci

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.429, 2016 KEMEN-LHK. Jaringan Informasi Geospasial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.28/Menlhk/Setjen/KUM.1/2/2016

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.7/IV-Set/2011 Pengertian 1. Kawasan Suaka Alam adalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping

Lebih terperinci

RENJA PUSAT PENYULUHAN 2016 BP2SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Rencana Kerja Tahun 2016 (Revisi)

RENJA PUSAT PENYULUHAN 2016 BP2SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Rencana Kerja Tahun 2016 (Revisi) RENJA Rencana Kerja Tahun 2016 (Revisi) PUSAT PENYULUHAN 2016 BP2SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pergantian pemerintahan Kabinet Kerja,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... ii. DAFTAR GAMBAR... iii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUGAS DAN FUNGSI...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... ii. DAFTAR GAMBAR... iii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUGAS DAN FUNGSI... SETDITJEN KSDAE L APORAN CAPAIAN RENJA 2016 dan PROGRES CAPAIAN RENSTRA 2015-2019 Setditjen KSDAE Tahun 2016 Jakarta, Januari 2017 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii BAB

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R. GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R. SOERJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN oleh: Ruhyat Hardansyah (Kasubbid Hutan dan Hasil Hutan pada Bidang Inventarisasi DDDT SDA dan LH) Kawasan Hutan Hutan setidaknya memiliki

Lebih terperinci

LESTARI PAPER NO. 01 PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SECARA KOLABORATIF

LESTARI PAPER NO. 01 PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SECARA KOLABORATIF LESTARI PAPER NO. 01 PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SECARA KOLABORATIF Andri Santosa Abidah B. Setyowati Daftar Isi: Pendekatan Kolaboratif 1 Pengelolaan Kawasan 3 Konservasi yang Kolaboratif di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) merupakan suatu hal yang penting bagi terselenggaranya tatakelola kinerja yang baik, oleh karenanya, RKT menjadi suatu hal yang cukup kritikal yang harus

Lebih terperinci

RENJA PUSAT PENYULUHAN TAHUN 2017 PUSAT PENYULUHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN.

RENJA PUSAT PENYULUHAN TAHUN 2017 PUSAT PENYULUHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. RENJA Rencana Kerja PUSAT PENYULUHAN TAHUN 2017 PUSAT PENYULUHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2016, No Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

2016, No Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 No. 164, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Taman Nasional. Zona. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/Menlhk-Setjen/2015

Lebih terperinci