PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 PENGASIH DENGAN STRATEGI STORY WRITING MAP SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 PENGASIH DENGAN STRATEGI STORY WRITING MAP SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 PENGASIH DENGAN STRATEGI STORY WRITING MAP SKRIPSI Diajukan pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Rafita Herdiyanti NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

2

3

4

5 MOTTO Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. Al Insyirah: 6) Jika tidak ada lagi jalan mudah yang bisa dilalui maka kuatkan langkahmu untuk melalui jalan tersulit yang menanti di depan mata. (Penulis) v

6 PERSEMBAHAN Karya sederhana ini saya persembahkan kepada: Bapak Kahono dan ibu Sakiyah tercinta, kakak dan adik tersayang, Rahmadi Atmaja dan Rizki Ayu Lativah. vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Berkat rahmat, hidayah, dan karunia-nya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada saya. Rasa hormat dan terima kasih saya sampaikan kepada kedua pembimbing saya, yaitu Ibu Dr. Wiyatmi, M.Hum. dan Ibu Esti Swatika Sari, M.Hum. yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tidak henti-hentinya di sela-sela kesibukannya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala SMA Negeri 1 Pengasih beserta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Rasa sayang dan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Kahono tercinta, Ibu Sakiyah tercinta, kakak tersayang Rahmadi Atmaja, dan adik tersayang Rizki Ayu Lativah, atas segala kasih sayang, dukungan, doa, dan motivasi yang tiada hentihentinya sehingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Maryam, Fajar, Ela, dan Riana yang selalu memberikan bantuan dan semangat, teman-teman kelas K 2010, dan teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang selalu menemani saya dalam menjalani suka duka di perkuliahan. Terima kasih kepada dosen-dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan berbagai macam ilmu yang sangat bermanfaat. Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman KKN-PPL 2013, adik-adik angkatan di PBSI UNY, dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. vii

8

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv ABSTRAK... xvii BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... G. Batasan Istilah BAB II KAJIAN PUSTAKA... A. Kajian Teori Menulis Cerpen Tujuan Menulis Cerpen Cerpen Pengertian Strategi Story Writing Map ix

10 5. Langkah-langkah Strategi Story Writing Map Strategi Story Writing Map dalam Pembelajaran Menulis Cerpen... B. Penelitian yang Relevan... C. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN... A. Jenis dan Desain Penelitian... B. Setting Penelitian... C. Subjek dan Objek Penelitian... D. Prosedur Penelitian... E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik Tes Teknik Nontes... F. Teknik Analisis Data... G. Validitas dan Reliabilitas Data Validitas Data Reliabilitas Data... H. Kriteria Keberhasilan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Setting Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian... B. Deskripsi Siklus Pratindakan Siklus I Siklus II... C. Hasil Penelitian Hasil Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen Hasil Proses Pembelajaran Menulis Cerpen... D. Pembahasan x

11 1. Deskripsi Awal mengenai Pengetahuan dan Pengalaman Siswa dalam Menulis Cerpen Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Story Writing Map... E. Keterbatasan Penelitian BAB V PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Implikasi... C. Saran DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1: Kisi-kisi Pedoman Penilaian Menulis Cerpen Tabel 2: Jadwal Kegiatan Penelitian Tabel 3: Skor Cerpen Siswa pada Pratindakan Tabel 4: Skor Cerpen Siswa pada Siklus I Tabel 5: Peningkatan Setiap Aspek dalam Penulisan Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih pada Siklus I... Tabel 6: Skor Cerpen Siswa pada Siklus Tabel 7: Skor Rata-rata Setiap Aspek Penulisan Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dari Pratindakan Siklus II Tabel 8: Tabel 9: Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih Hasil Angket Refleksi Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan Strategi Story Writing Map xii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1: Model Penelitian Tindakan Kelas Gambar 2: Aktivitas siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih saat membuat skema menulis cerita Gambar 3: Siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih saat membuat skema menulis cerita Gambar 4: Aktivitas pembelajaran ketika guru memberikan penjelasan tentang langkah-langkah menulis cerpen Gambar 5: Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru Gambar 6: Aktivitas siswa SMA Negeri 1 Pengasih saat menulis cerpen 70 pada siklus II... Gambar 7: Siswa SMA Negeri 1 Pengasih saat menulis cerpen pada siklus 70 II... Gambar 8: Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis 99 Cerpen pada Kriteria Kesesuaian Cerita dengan Tema... Gambar 9: Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis 102 Cerpen pada Kriteria Kreativitas Pengembangan Cerita... Gambar 10: Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis 105 Cerpen pada Kriteria Ketuntasan Cerita... Gambar 11: Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis 108 Cerpen pada Kriteria Penyajian Alur, Tokoh, dan Setting... Gambar 12: Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis 110 Cerpen pada Kriteria Penyajian Sudut Pandang, Gaya dan Nada, serta Judul... Gambar 13: Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis 112 Cerpen pada Kriteria Kepaduan Unsur-unsur Cerita... Gambar 14: Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis 113 Cerpen pada Kriteria Penyajian Urutan Cerita secara Logis... Gambar 15: Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis 117 xiii

14 Gambar 16: Gambar 17: Cerpen pada Kriteria Penggunaan Majas... Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Kepaduan Paragraf... Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Penulisan xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.a: Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran 127 Menulis Cerpen... Lampiran 1.b: Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran 128 Menulis Cerpen... Lampiran 2: Angket Informasi Awal Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pengasih... Lampiran 3: Angket Refleksi Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas 131 X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan Strategi Story Writing Map... Lampiran 4.a: Silabus Lampiran 4.b: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 5.a: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran 149 Menulis Cerpen (Pratindakan)... Lampiran 5.b: Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran 150 Menulis Cerpen (Pratindakan)... Lampiran 5.c: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran 151 Menulis Cerpen (Siklus I)... Lampiran 5.d: Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran 152 Menulis Cerpen (Siklus I)... Lampiran 5.e: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran 153 Menulis Cerpen (Siklus I)... Lampiran 5.f: Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran 154 Menulis Cerpen (Siklus II)... Lampiran 6: Hasil Angket Informasi Awal Menulis Cerpen Siswa Kelas 155 X.2 SMA Negeri 1 Pengasih... Lampiran 7: Hasil Angket Refleksi Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan Strategi Story Writing Map xv

16 Lampiran 8: Kisi-kisi Pedoman Penilaian Menulis Cerpen Lampiran 9.a: Skor Cerpen Siswa pada Pratindakan Lampiran 9.b: Skor Cerpen Siswa pada Siklus I Lampiran 9.c: Skor Cerpen Siswa pada Siklus II Lampiran 10: Peningkatan Skor Cerpen Siswa dari Pratindakan hingga 165 Siklus II... Lampiran 11.a: Peningkatan Setiap Aspek dalam Penulisan Cerpen Siswa 166 Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih pada Siklus I... Lampiran 11.b: Peningkatan Setiap Aspek dalam Penulisan Cerpen Siswa 167 Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih pada Siklus II... Lampiran 11.c: Skor Rata-rata Setiap Aspek Penulisan Cerpen Siswa Kelas 168 X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dari Pratindakan Siklus II... Lampiran 12.a: Pedoman Wawancara Lampiran 12.b: Hasil Wawancara Lampiran 13: Catatan Lapangan Lampiran 14.a: Cerpen Siswa pada Tahap Pratindakan Lampiran 14.b: Cerpen Siswa pada Siklus I Lampiran 14.c: Cerpen Siswa pada Siklus II Lampiran 15: Dokumentasi Lampiran 16: Surat Izin Penelitian xvi

17 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 PENGASIH DENGAN STRATEGI STORY WRITING MAP oleh Rafita Herdiyanti NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan strategi story writing map. Siswa diharapkan menjadi terampil menulis cerpen dengan memperhatikan kriteria penulisan cerpen yang telah ditentukan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih. Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur pelaksanaan penelitian terbagi dalam dua siklus. Siklus I dan II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan strategi story writing map. Data diperoleh dengan menggunakan pedoman pengamatan, catatan lapangan, angket, wawancara, dan tes. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup proses tindakan kelas yang dilakukan secara kualitatif dan analisis hasil tindakan yang berupa skor dilakukan secara kuantitatif. Kriteria keberhasilan penelitian ini dilihat dari adanya peningkatan keberhasilan proses dan produk. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dilakukan dengan menugasi siswa untuk menulis cerpen dengan membuat skema cerita yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Penerapan strategi story writing map dapat meningkatkan kualitas proses dan produk belajar siswa. Peningkatan proses pada akhir tindakan siklus I terlihat pada perubahan sikap siswa menjadi cukup antusias, semangat, dan aktif dalam menulis cerpen. Pada akhir tindakan siklus II terlihat peningkatan proses, yaitu antusias, semangat, aktif, dan percaya diri. Peningkatan produk ditunjukkan dengan meningkatnya skor rata-rata cerpen yang diperoleh oleh siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada pratindakan adalah 62,61. Peningkatan terjadi pada akhir tindakan siklus I, skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 68,58. Hal tersebut menandakan adanya peningkatan sebesar 5,97 poin. Pada akhir tindakan siklus II skor rata-rata cerpen siswa kembali meningkat sebesar 5,45 poin sehingga menjadi 74,03. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih. Kata kunci: peningkatan, menulis cerpen, strategi story writing map xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah mencakup dua kegiatan, yaitu kegiatan berbahasa dan bersastra. Melalui kegiatan bersastra siswa dapat mengembangkan ekspresi dan daya imajinasi. Kegiatan bersastra ini juga mencakup empat aspek keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat bermacam jenis kegiatan menulis sastra, yaitu menulis puisi, pantun, cerita pendek (cerpen), dongeng, dan naskah drama. Pembelajaran menulis cerpen pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak mungkin dapat dihindari karena materi pembelajaran menulis cerpen tercantum dalam standar isi. Dalam pembelajaran ini, siswa tidak hanya dituntut untuk memahami teori saja melainkan dituntut untuk memproduksi karya sastra, yaitu cerpen. Peran guru menjadi sangat penting karena guru pun dituntut untuk menguasai dan mengajarkan pengetahuan sastra terutama cerpen sebagai dasar untuk memulai kegiatan menulis cerpen. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan melalui wawancara dengan ibu Widyah Hartati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo pada tanggal 13 Januari 2014, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi ketika pembelajaran sastra khususnya menulis cerpen. Banyak siswa menganggap menulis cerpen adalah pembelajaran yang membosankan. Selain itu siswa juga merasa kesulitan 1

19 2 dalam menuangkan gagasan, pendapat, dan pengalamannya dalam sebuah kalimat dan menyusunnya dalam bentuk tulisan, terutama saat menulis cerpen. Kesulitan siswa ketika menentukan ide cerita juga dirasa menyita banyak waktu, padahal tahap tersebut merupakan tahap awal dalam kegiatan menulis cerpen. Hal ini juga menjadi alasan kurangnya minat serta motivasi siswa dalam menulis cerpen. Pembelajaran menulis cerpen merupakan salah satu pembelajaran yang memerlukan perhatian khusus karena menulis merupakan kegiatan yang komplek dan produktif. Saat ini pembelajaran menulis cerpen lebih banyak disajikan dalam bentuk teori, siswa tidak banyak melakukan praktik menulis. Hal ini menyebabkan kurangnya kebiasaan menulis siswa sehingga mereka sulit menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Tarigan (2008: 4) menyatakan bahwa keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak serta teratur. Pendidik juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa siswa ketika diberi tugas untuk menulis cerpen mereka justru akan mencontek cerpen dari majalah, koran, atau internet. Siswa juga masih kesulitan dalam mengembangkan alur sehingga konflik dalam cerita tidak muncul. Hal ini mengindikasikan bahwa beberapa siswa tersebut tidak menyukai kegiatan menulis cerpen sehingga mereka memilih cara yang instan. Selain hal-hal di atas penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap keterampilan siswa hanya terfokus pada hasil belajarnya saja. Padahal keterampilan yang lebih penting dari hasil belajar adalah proses belajar yang telah dilalui oleh siswa. Ketika proses belajar berlangsung pendidik membutuhkan

20 3 strategi dan teknik yang sesuai agar proses belajar dapat berjalan dengan baik. Namun pada kenyataannya, guru masih berpedoman pada LKS dan pembelajaran menulis cerpen diisi dengan penyampaian teori yang dilakukan dengan metode ceramah. Cara tersebut membuat siswa tidak dapat mengembangkan kreativitasnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti memilih SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta sebagai lokasi penelitian dikarenakan masih banyak kendala yang dialami ketika pembelajaran menulis, khususnya kegiatan menulis cerpen. Peneliti memberikan alternatif pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map yang diharapkan mampu memberikan perbaikan terhadap pembelajaran menulis cerpen. Strategi story writing map diharapkan dapat memunculkan potensi siswa dalam mengeluarkan apa saja yang ada pada diri mereka saat menulis. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang mudah dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu siswa terbantu dalam meningkatkan keterampilan mengorganisasi, membantu mengidentifikasi, dan memahami unsur-unsur cerita sehingga mendorong kreativitas siswa dalam mengembangkan tulisan (Wiesendanger, 2001: 130). Strategi story writing map adalah strategi pra-menulis yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang mudah dan menyenangkan bagi siswa. Strategi ini adalah strategi yang strukturnya terbagi menjadi tiga bagian (bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir) cerita sebelum menyatukannya menjadi sebuah tulisan yang lengkap (Wiesendanger, 2001: 130).

21 4 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, dapat didentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Siswa kesulitan dalam menuangkan gagasan, pendapat, dan pengalamannya dalam sebuah kalimat dan menyusunnya dalam bentuk tulisan, terutama saat kegiatan menulis cerpen. 2. Siswa kesulitan dalam mengembangkan alur cerita sehingga konflik dalam cerita tidak muncul. 3. Minat dan motivasi siswa dalam menulis cerpen masih kurang sehingga banyak siswa yang memilih mencontek karya dari majalah, koran, dan internet saat diberi tugas menulis cerpen. 4. Guru belum menerapkan strategi yang tepat dalam pembelajaran menulis cerpen di sekolah, yaitu hanya menggunakan teknik ceramah dan penugasan. C. Batasan Masalah Berdasarkan berbagai permasalahan yang terdapat dalam identifikasi masalah tersebut, tidak semua permasalahan akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar penelitian lebih terfokus dan memperoleh hasil yang diinginkan. Penelitian ini dibatasi pada peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan strategi story writing map.

22 5 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta dengan strategi story writing map? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta dengan strategi story writing map. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran menulis cerpen yang dihadapi oleh guru di SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta. 3. Bagi pihak sekolah SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa dari segi kemampuan bersastra, khususnya menulis cerpen sehingga kualitas sekolah pun meningkat.

23 6 G. Batasan Istilah 1. Peningkatan diartikan sebagai suatu perubahan dari keadaan tertentu menuju keadaan yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Keterampilan menulis adalah suatu kecakapan seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan ke dalam bahasa tulis sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami orang lain. 3. Menulis cerpen adalah suatu kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, menemukan masalah, menemukan konflik, memberikan informasi, dan menghidupkan kejadian kembali secara utuh. 4. Strategi story writing map adalah strategi pra-menulis yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang mudah dan menyenangkan bagi siswa. Strategi ini adalah strategi yang strukturnya terbagi menjadi tiga bagian (bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir) cerita sebelum menyatukannya menjadi sebuah tulisan yang lengkap.

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Menulis Cerpen Pembelajaran menulis cerpen penting bagi siswa, karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan penuangan ide atau gagasan. Menurut Widyamartaya (2005: 102) menulis cerpen adalah menulis tentang sebuah peristiwa atau kejadian pokok. Menulis cerpen pada dasarnya adalah kegiatan menyampaikan sebuah pengalaman kepada pembaca melalui media tulis. Disebut juga bahwa menulis cerpen adalah seni, keterampilan menyajikan cerita (Sumardjo, 2007: 81). Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen merupakan kegiatan produktif dan kreatif untuk menuangan gagasan atau ide dalam sebuah tulisan yang berisi peristiwa atau kejadian pokok. Peristiwa tersebut dapat berupa pengalaman yang diperoleh penulis dari kehidupan di sekitarnya. Menulis cerpen merupakan proses dalam penulisan kreatif. Menulis cerpen banyak yang dilakukan secara spontan, tetapi tidak sedikit pula yang melakukannya secara berulang-ulang, yaitu dengan mengoreksi tulisan berkalikali dan melakukan penulisan kembali. Proses yang dilakukan secara berulangulang tersebut dilakukan untuk menghasilkan kematangan pemikiran. Sumardjo (2007: 75) membagi tahapan dalam proses menulis kreatif menjadi empat, yaitu tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap penulisan, dan tahap revisi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. 7

25 8 a. Tahap Persiapan Dalam tahap persiapan, seorang penulis telah menyadari apa yang akan ditulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Apa yang akan ditulis adalah munculnya gagasa, isi tulisan. Sedangkan bagaimana ia akan menuangkan gagasan itu adalah bentuk tulisannya. Bentuk tulisan inilah yang menentukan syarat teknis penulisan sedangkan gagasan adalah yang akan dibentuk dalam cerpen (Sumardjo, 2007: 75). b. Tahap Inkubasi Pada tahap ini gagasan yang telah muncul disimpan dan dipikirkan matang-matang, dan ditunggu waktu yang tepat untuk menuliskannya. Penulis biasanya berkonsentrasi hanya pada gagasan. Dimanapun penulis berada dia memikirkan dan mematangkan gagasannya. Ada juga penulis yang sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk merenungkan gagasannya hingga ia merasa siap untuk menuangkan dalam bentuk tulisan. Tahap inkubasi dibiarkan saja berlangsung secara wajar karena tahap ini justru akan memunculkan tulisan yang matang (Sumardjo, 2007: 77). c. Tahap Penulisan Tahap penulisan adalah tahap seorang penulis telah melahirkan gagasan berupa tulisan. Dalam tahap ini penulis menuangkan semua gagasan yang baik atau kurang baik, semua gagasan dituangkan tanpa sisa dalam bentuk tulisan yang direncanakan. Pada tahap ini hasil tulisan masih berupa karya kasar atau sering disebut dengan draf (Sumardjo, 2007: 79).

26 9 d. Tahap Revisi Tahap revisi merupakan tahapan setelah mencurahkan gagasan berupa tulisan. Dalam tahap ini penulis biasanya tidak dipaksakan untuk langsung merivisi tulisannya. Pada tahap inilah kedisiplinan dan keuletan seorang penulis diuji. Penulis harus mengulangi dan menuliskan kembali karyanya. Bentuk tulisan pada tahap ini dirasa telah mendekati bentuk tulisan ideal. Jika penulis sudah merasa yakin, tulisan tersebut siap dibaca oleh orang lain. Kritik dari orang lain dapat dipertimbangkan sebagai bahan penilaian. Setelah itu tulisan bisa diterbitkan (Sumardjo, 2007: 81). 2. Tujuan Menulis Cerpen Menulis cerpen merupakan sarana untuk mengungkapkan pendapat, pikiran, dan perasaan seseorang yang memiliki tujuan sendiri bagi penulisnya. Sumardjo (2007: 90-92) mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan arah penulisan cerpen, yaitu tentang apa, dasar kepercayaan/ keyakinan hidup, dan apa yang akan dibuktikannya. a. Tentang apa Objek cerpen, segala macam tentang objek dapat ditulis atau dibicarakan dalam cerita pendek. Objek dapat diambil dari pengalaman hidup sendiri, pengalaman hidup orang lain, berita-berita dalam koran, dan sebagainya. Penulis dapat menuliskan kisah kehidupan anak jalanan, guru, tukang bakso, dan lain-lain. Dapat juga bercerita tentang peperangan, percintaan, dan perkawinan. Penulis bebas menulis tentang pengkhianatan, kemuliaan, kesalehan, kejujuran, kesombongan, dan lain-lain (Sumardjo, 2007: 90).

27 10 b. Dasar Keyakinan Sikap dasar penulis ditentukan setelah memilih suatu objek yang diketahui benar. Menulis sebagai sarana mengemukakan pendapat pribadi. Bobot seorang pengarang dapat diketahui pembaca melalui tulisan yang dihasilkan. Melalui cerpen yang dihasilkan, watak dan sikap hidup pengarang yang dewasa dan matang dapat disimak. Sastra bukan hanya khayalan dan barang yang dapat dimainkan. Sastra merupakan ekspresi serius seseorang dalam menanggapi kehidupan dan diperlukan dasar keyakinan dalam menuliskannya. Sikap yang mendasari pengarang harus dimiliki ketika ingin menulis sesuatu, di sinilah sikap pengarang, kepribadian, dan gaya seorang pengarang dapat terlihat. Pengarang yang kuat adalah pengarang yang selalu kembali pada gayanya sendiri. Pengarang harus memiliki pegangan dalam memandang kehidupan. Seorang pengarang memiliki penilaian sendiri terhadap hidup, bukan tukang khayal yang tidak berguna dalam kehidupan. Ia adalah pemikir yang serius, harus memiliki pendirian kuat, jelas, dan mengakar. Pegangan hidup dalam menilai dapat berlandaskan agama, moral, filsafat, dan lain sebagainya (Sumardjo, 2007: 91). c. Apa yang hendak dibuktikan Teknik menulis cerita pendek adalah seni keterampilan menyajikan cerita. Ketangkasan menulis dan menyusun cerita yang menarik harus dimiliki pengarang. Cerita yang menarik dapat dijadikan pegangan pengarang untuk menyampaikan maksud dalam tulisan cerpennya (Sumardjo, 2007: 92).

28 11 3. Cerita Pendek (Cerpen) a. Pengertian Cerpen Cerpen atau biasa disebut dengan cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya sastra berupa fiksi dan habis dibaca sekali duduk. Artinya cerpen hanya dibaca dengan rentang waktu sekitar setengah sampai dua jam saja (Nurgiyantoro, 2010: 10). Oleh karena itu, cerpen biasanya memiliki cerita yang singkat dengan hanya memiliki satu puncak cerita saja. Panjang cerpen bervariasi, ada cerpen yang pendek (short short story) yang berkisar 500-an kata, ada cerpen yang panjangnya tidak terlalu panjang (midle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story) yang terdiri dari puluhan ribu kata (Nurgiyantoro, 2010: 10). Senada dengan hal tersebut, Sayuti (2000: 9) menyatakan bahwa cerpen merupakan karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca. Pembaca juga akan memperoleh kesan tunggal dalam sebuah cerpen. Cerpen biasanya memiliki plot yang diarahkan pada insiden atau peristiwa tunggal. Sebuah cerpen biasanya didasarkan pada insiden tunggal yang memiliki signifikansi besar bagi tokohnya. Di samping hal tersebut, kualitas watak tokoh dalam cerpen jarang dikembangkan secara penuh karena pengembangan semacam itu membutuhkan waktu, sementara pengarang sendiri sering kurang memiliki kesempatan untuk itu. Tokoh dalam cerpen biasanya langsung ditunjukan karakternya (Sayuti, 2000: 9).

29 12 b. Unsur-unsur Cerpen Unsur-unsur cerpen terdiri dari tiga bagian yaitu fakta cerita, tema, dan sarana cerita yang akan diuraikan sebagai berikut. 1) Fakta Cerita Unsur fakta cerita terdiri dari karakter tokoh, alur, dan latar. Unsur tersebut berfungsi sebagai caatatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita (Stanton,2007: 22). a) Karakter atau penokohan Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh tersebut diciptakan oleh pengarang yang tidak jarang merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata. Oleh karena itu, tokoh dalam karya fiksi hendaknya dihadirkan secara alamiah sehingga tokoh tersebut memiliki derajat kesepertihidupan (Wiyatmi, 2008: 30). Menurut Stanton (2007: 33) tokoh adalah para pelaku dalam karya fiksi. Tokoh-tokoh dalam karya fiksi biasanya memiliki karakter tertentu. Karakter menyaran pada dua pengertian yang berbeda yaitu tokoh-tokoh yang muncul dalam cerita, dan sebagai percampuran berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Sayuti (2000: 74) membedakan tokoh menjadi beberapa jenis. Sesuai dengan keterlibatan cerita dibedakan antara tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal). Tokoh disebut sebagai tokoh utama apabila memenuhi syarat yaitu paling terlibat dengan makna atau tema, paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, dan paling banyak memerlukan waktu penceritaan.

30 13 Berdasarkan wataknya, dikenal tokoh sederhana dan kompleks. Tokoh sederhana adalah tokoh yang kurang mewakili keutuhan personalitas manusia dan hanya ditonjolkan satu karakter saja. Tokoh kompleks adalah tokoh yang dapat dilihat karakternya secara utuh atau dapat dikatakan sebagai tokoh yang menggambarkan seorang manusia yang memiliki sikap kompleks (Sayuti, 2000: 76-78). Untuk menggambarkan watak ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu secara langsung (telling, analitik) dan tak langsung (showing, dramatik) (Wiyatmi, 2008: 32). Secara tak langsung, tokoh digambarkan dengan cara yaitu: (1) penamaan tokoh, (2) cakapan, (3) penggambaran pikiran tokoh, (4) arus kesadaran, (5) pelukisan perasaan tokoh, (6) perbuatan tokoh, (7) sikap tokoh, (8) pandangan tokoh tertentu, (9) pelukisan fisik, dan (10) pelukisan latar (Sayuti, 2000: 93). b) Alur atau plot Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita (Stanton, 2007: 26). Alur atau plot adalah rangkaian yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Plot dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal, tengah, dan akhir (Nurgiyantoro, 2010: 142). Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan yang berisi informasi penting yang berkatian dengan berbagai hal yang akan diceritakan berkutnya. Tahap tengah biasanya menampilkan pertentangan atau konflik yang kemudian semakin memuncak sehingga menimbulkan klimaks. Tahap akhir cerita atau tahap peleraian merupakan tahap akhir cerita yang menampilkan adegan tertentu sebagai antiklimaks.

31 14 c) Latar Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang berlangsung (Stanton, 2007: 35). Latar dalam fiksi dibedakan menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial (Wiyatmi, 2008: 40). Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010: 227). Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi itu terjadi (Nurgiyantoro, 2010: 230). Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010: 233). 2) Tema Tema merupakan sesuatu yang menjadi pijakan suatu cerita. Tema ini selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan dan sering juga disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita (Nurgiyantoro, 2010: 25). Sedangkan menurut Stanton (2007: 36) tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia yang menjadikn suatu pengalaman begitu diingat. Tema merupakan makna cerita. Wiyatmi (2008: 43) menyatakan bahwa tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara eksplisit maupun implisit. Sayuti (2000: 192) menyebutkan tema berfungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya dan untuk melayani misi responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan totalnya dengan jagat raya.

32 15 3) Sarana Cerita Sarana cerita meliputi hal-hal yang dimanfaatkan pengarang dalam memilih dan menata detil-detil cerita sehingga tercipta pola yang bermakna (Sayuti, melalui Jabrohim 2003: 105). Stanton (46-74) menyebutkan unsur sarana cerita terdiri dari judul, sudut pandang penceritaan, gaya (bahasa) dan nada, simbolisme, dan ironi. Sarana cerita ini bertujuan untuk memungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana dilihat pengarang, menafsirkan makna fakta sebagaimana yang ditafsirkan pengarang (Nurgiyantoro, 2010: 25). a) Judul Judul merupakan label dari suatu cerita yang melingkupi cerita tersebut. Judul merupakan hal pertama yang paling mudah dikenal oleh pembaca karena hampir semua karya sastra memiliki judul. Judul sering kali mengacu pada tokoh, latar, tema, maupun kombinasi dari beberapa unsur tersebut (Wiyatmi, 2008: 40). Sebuah judul biasanya dipilih pengarang karena kemenarikannya. b) Sudut pandang Sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan siapa yang menceritakan atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat (Nurgiyantoro, 2010: 243). Abrams (melalui Nurgiyantoro, 2010: 243) mendefinisikan sudut pandang sebagai cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Oleh karena itu, sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih

33 16 pengarang untuk mengungkapkan gagasan dalam ceritanya. Sudut pandang dibedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. c) Gaya dan Nada Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa (Stanton, 2007: 61). Gaya bahasa (style) adalah cara mengucapkan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan diungkapkan (Abrams, melalui Nurgiyantoro, 2010: 276). Gaya disini mencakup penggunaan bahasa seperti diksi, sintaksis, sarana retorika, dan kohesi. Sarana retorika sendiri dibagi menjadi pemajasan, penyiasatan struktur, dan citraan. Nada adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita (Stanton, 2007: 63). Nada juga berhubungan dengan pilihan gaya untuk mengekspresikan sikap tertentu (Wiyatmi, 2008: 42). Nada bisa terlihat dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, penuh perasaan, dan lain-lain. d) Simbolisme Simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual dan memilki kemampuan memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembacanya (Stanton, 2007: 64). Simbol juga merupakan cara untuk gagasan dan emosi yang sulit untuk dilukiskan. e) Ironi Ironi adalah cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu yang berlawanan dengan apa yang diduga sebelumnya (Stanton, 2007: 71). Hampir semua cerita

34 17 menggunakan ironi. Ironi dapat memperkaya cerita sehingga menjadikannya lebih menarik dan menimbulkan efek-efek tertentu. 4. Pengertian Strategi Story Writing Map Menurut Bergenske dan Stark (melalui Wiesendanger, 2001: 130) strategi skema menulis cerita (story writing map) adalah strategi yang digunakan pada tahap pra-penulisan yang dapat meningkatkan keterampilan mengorganisir siswa dan membantu mereka mengidentifikasi serta memahami unsur-unsur dalam cerita. Strategi ini menumbuhkan kreatifitas siswa dan membantu mereka mengembangkan tujuan menulis. Strategi story writing map adalah kegiatan pra-menulis yang membantu siswa mentransfer pemfisualisasian cerita ke dalam tulisan yang terorganisir. Kegiatan dalam strategi ini dibagi menjadi outline yang disatukan untuk membantu dalam pembuatan sebuah cerita. Strategi ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran menulis narasi dan teks ekspositori. Hal ini dapat membantu siswa menemukan bagian yang diperlukan dari sebuah cerita sebelum menulis atau menyelesaikan kegiatan tambahan yang berhubungan dengan cerita (Wiesendanger, 2001: 130). 5. Langkah-langkah Strategi Story Writing Map Menurut Wiesendanger (2001: 130) langkah-langkah menggunakan strategi skema menulis cerita (story writing map) adalah sebagai berikut. a. Siswa bekerja dalam tiga tahap: awal, tengah, dan akhir dalam sesi terpisah. b. Bagian pertama- awal cerita. Siswa diminta menggambarkan setting/ latar cerita, membuat ilustrasi, dan kemudian menuliskan beberapa kalimat yang

35 18 menjelaskan secara singkat unsur-unsur yang paling penting dari setting/ latar cerita. c. Bagian kedua- tengah cerita. Siswa melakukan proses yang sama dalam penulisan awal cerita untuk membimbingnya dalam menulis bagian tengah cerita. Siswa diminta untuk menggambarkan latar cerita, memilih kata-kata, dan mengembangkan kalimat-kalimat yang menjelaskan latar cerita tersebut. Sebagaimana penulisan awal cerita, siswa melakukan proses yang sama untuk menjelaskan karakter dan masalah utama cerita. d. Bagian ketiga-akhir cerita. Gunakan proses yang sama dengan proses yang digunakan sebelumnya dengan menggunakan skema yang akan membentuk akhir cerita. Akhir cerita harus berisikan solusi dan kesimpulan. e. Setelah siswa menyelesaikan proses tersebut, mereka dapat menjelaskan dan memaparkannya kepada teman yang lain. Pastikan cerita-cerita tersebut dapat dilihat dengan menempatkannya di sekeliling kelas. 6. Strategi Story Writing Map dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Strategi story writing map diharapkan dapat memotivasi sisiwa dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan penggunaan strategi ini siswa akan menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan tulisannya. Adapun penerapan strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai menulis cerpen dan unsur-unsur pembentuk cerpen. Siswa diberikan contoh-contoh cerpen sehingga mempunyai gambaran tentang cerpen dan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Setelah

36 19 itu siswa menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya dengan tema yang telah ditentukan. Siswa menulis cerpen tersebut dengan membagi menjadi tiga bagian dalam cerita yaitu awal, tengah, dan akhir. Bergenske dan Stark (melalui Wiesendanger, 2001: 130) memaparkan langkah-langkah strategi story writing map dapat dijabarkan sebagai berikut; bagian awal cerita menginstruksikan kepada siswa untuk mengilustrasikan latar cerita, memilih kosa kata untuk menggambarkan ilustrasi, dan kemudian menuliskan beberapa kalimat untuk menguraikan unsur-unsur yang lebih penting dari latar. Proses ini diulang hingga siswa sampai pada proses mendeskripsikan karakter tokoh dan masalah inti cerita. Ketika garis besar sudah lengkap, siswa dapat memulai menulis permulaan cerita. Pada bagian tengah cerita, sebelum mengembangkan kerangka untuk bagian cerita, siswa meninjau dari awal cerita terlebih dahulu. Siswa diminta mengilustrasikan latar cerita, memilih kosa kata untuk mendeskripsikan latar cerita, dan mengembangkan kalimat untuk menjelaskan latar. Pada bagian akhir cerita, siswa diinstruksikan untuk mengulangi proses yang sama dengan garis besar yang diperuntukkan untuk akhir cerita. Akhir cerita harus berisi solusi dan kesimpulan. Ketika siswa telah menyelesaikan cerita, para siswa diharuskan membaca hasil tulisannya di depan kelas.

37 20 B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian Esti Banowati (2013) dengan judul Keefektifan Penggunaan Strategi Story Writing Map dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Temanggung. Hasil pembelajaran menulis cerpen siswa kelas X SMA PGRI Temanggung dengan menggunakan strategi story writing map lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis cerpen tanpa menggunakan strategi story writing map. Hal tersebut diketahui dari hasil Uji-t skor pretes dan posttes kelompok eksperimen menghasilkan t hitung sebesar -20, 420, df 25. Hasil perhitungan menunjukkan nilai p= 0,000 dari taraf signifikansi 5%. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, karena sama-sama membahas tentang keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X di SMA dengan strategi story writing map. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Esti Banowati terletak pada jenis penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Esti Banowati merupakan penelitian eksperimen sedangkan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. 2. Penelitian Eka Ayu Andriyani (2012) dengan judul Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Kretek, Bantul, Yogyakarta dengan Menggunakan Teknik Mind Mapping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan teknik mind mapping mampu meningkatkan kemampuan menulis

38 21 siswa kelas X. 2 SMA Negeri 1 Kretek, Bantul, Yogyakarta. Siswa lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil karya cerpen siswa juga menunjukkan peningkatan. Skor rata-rata yang dicapai siswa pada pratindakan adalah 62,21. Selanjutnya, setelah diberi tindakan pada siklus I, skor rata-rata siswa menjadi 68,91 dan pada siklus II skor rata-rata siswa 75,62. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan rata-rata skor sebesar 13,41 dari pratindakan hingga siklus II. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa telah meningkat. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan ini telah mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, karena sama-sama membahas tentang peningkatan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X di SMA. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Eka Ayu Andriani terletak pada strategi yang digunakan. Strategi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah mind mapping. 3. Penelitian Arda Sedyoko (2013) dengan judul Keefektifan Strategi Story Writing Map dalam Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Jatipuro Wonogiri. Hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII SMPN 1 Jatipuro Wonogiri lebih efektif dengan menggunakan strategi story writing map. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil uji-t yang menghasilkan t hitung lebih besar dari t tabel pada taraf signifikansi 5% dan db 62 (t hitung : 2,419 > t tabel : 1,990), nilai p= 0,18.

39 22 Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, karena sama-sama membahas tentang penggunaan strategi story eriting map. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arda Sedyoko terletak pada jenis penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Arda Sedyoko merupakan penelitian eksperimen sedangkan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. 4. Penelitian Saida Nurjani (2013) dengan judul Keefektifan Strategi Story Writing Map Berbantuan Media Wordless Picture Books dalam Pembelajaran Menulis Dongeng pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Depok Sleman. Hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII SMPN 2 Depok Sleman lebih efektif dengan menggunakan strategi story writing map. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil perhitungan uji-t yang dilakukan pada skor posttes antara kelompok control dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor t hitung sebesar 3,729 dengan db 61 dan p sebesar 0,000. Skor p lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0,000 < 0,05). Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, karena sama-sama membahas tentang penggunaan strategi story writing map. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Saida Nurjani terletak pada jenis penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Saida Nurjani merupakan penelitian eksperimen sedangkan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

40 23 C. Kerangka Pikir Kegiatan menulis cerpen di sekolah masih sering mengalami banyak kendala, seperti yang terjadi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta. Kendala yang muncul berasal dari siswa maupun guru. Siswa merasa kesulitan dalam menuangkan ide, gagasan, dan perasaan dalam sebuah tulisan/ cerpen, sedangkan guru masih menekankan pembelajaran menulis cerpen pada teori sastra. Hal tersebut menyebabkan sering tidak tercapainya standar ketuntasan belajar yang diharapkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dipilih sebuah strategi pembelajaran yang akan merangsang munculnya ide penulisan cerpen. Strategi yang dirasa tepat untuk mengatasi masalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta adalah strategi story writing map. Strategi ini diharapkan dapat merangsang siswa untuk memunculkan ide dalam sebuah skema. Strategi ini disebut sebagai strategi pra-menulis yang meningkatkan keterampilan siswa dalam mengorganisasi, membantu mengidentifikasi dan memahami unsur-unsur cerita. Strategi ini mendorong kreativitas siswa dalam mengembangkan tulisan. Penelitian tindakan kelas ini merupakan upaya untuk mengatasi kendala pembelajaran menulis, khususnya menulis cerpen di SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta dengan menerapkan strategi story writing map. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan masalah pembelajaran menulis cerpen di SMA tersebut.

41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar mengajar meningkat. Kemmis dan Mc Taggart (melalui Madya, 2011: 9) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian refleksi dan kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran, keadilan praktik pendidikan, praktik sosial, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik dan terhadap situasi dalam praktikpraktik tersebut. Menurut Arikunto, dkk (2007: 3) penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan jalan memberikan tindakantindakan untuk memperoleh kualitas peningkatan tindakan yang diberikan melalui penggunaan strategi story writing map. Penelitian bersifat kolaboratif antara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih berdasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis cerpen. 24

42 25 Desain penelitian yang digunakan adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup empat langkah, yaitu: 1. Perencanaan adalah rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen. 2. Tindakan adalah realisasi suatu tindakan yang telah direncanakan sebelumnya sebagai upaya peningkatan keterampilan menulis cerpen. 3. Observasi atau pengamatan adalah pengamatan terhadap kinerja siswa selama proses pembelajaran dan pengamatan terhadap hasil kerja siswa. 4. Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil pengamatan sehingga dapat dilakukan terhadap proses belajar selanjutnya. Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas yang dirancang bersifat siklus dan spiral. Dengan model tersebut, jika dalam awal pelaksanaan tindakan didapati kekurangan

43 26 perencanaan dan pelaksanaan dapat dilakukan pada siklus berikutnya sampai tercapai. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih, dengan memberikan tindakan-tindakan untuk memperoleh peningkatan kualitas tindakan yang diberikan pada penggunaan strategi story writing map. B. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo. Dipilihnya sekolah tersebut karena beberapa pertimbangan. Pertimbangan yang pertama siswa SMA Negeri 1 Pengasih khususnya kelas X.2 kurang mempunyai keterampilan dalam hal menulis cerpen. Hal ini dapat dilihat dari hasil tulisan siswa yang masih terdapat banyak kesalahan, baik dari segi isi maupun bentuk tulisan. SMA Negeri 1 Pengasih secara umum memiliki fasilitas yang sudah cukup memadai akan tetapi penggunaannya belum dimaksimalkan. Dengan hasil penelitian yang dicapai diharapkan sekolah dapat meningkatkan output sekolah. Hasil penelitian diharapkan dapat memotivasi sekolah untuk berusaha memberdayakan fasilitas yang telah dimiliki dalam pembelajaran. C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dari keseluruhan kelas yang berjumlah 6 kelas. Keputusan ini diambil berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru pengampu pelajaran Bahasa

44 27 Indonesia kelas X. Kelas X.2 memiliki rata-rata nilai yang tergolong kurang baik dibandingkan kelas lain. Selain itu berdasarkan pengamatan pada saat observasi masih terdapat siswa yang kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta rendahnya gairah siswa untuk belajar. Adapun objek penelitian ini adalah Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan Strategi story writing map. D. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan bertahap dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Prosedur pelaksanaan tindakan dan implementasi di lokasi penelitian adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun dan mengarah pada tindakan. Dalam rencana penelitian tindakan kelas, peneliti bersama guru/ kolaborator menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya peningkatan keterampilan subjek yang diinginkan melalui hal-hal berikut. a. Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan berdiskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan pembelajaran sastra khususnya menulis cerpen. Berdasarkan diskusi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh guru ketika pembelajaran menulis cerpen seperti siswa kesulitan menuangkan ide/ gagasan saat menulis cerpen dan guru hanya menggunakan metode ceramah

45 28 serta penugasan saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa pun kurang termotivasi. b. Peneliti memberikan gagasan menggunakan strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih. c. Guru dan peneliti menyetujui pemecahan masalah pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map. d. Peneliti memberikan masukan dan berdiskusi dengan guru tentang persiapan mengajar menulis cerpen beserta perangkat pembelajaran yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti menyerahkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dibuatnya sesuai dengan persetujuan guru. Kemudian peneliti menjelaskan penerapan strategi story writing map kepada guru. e. Guru mengidentifikasi RPP serta materi yang akan diajarkan dengan mendiskusikan terlebih dahulu dengan peneliti. 2. Implementasi Tindakan Tindakan dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X.2 Tindakan tersebut dilakukan secara sadar dan terkendali, merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Penelitian dilakukan dalam bentuk siklus, dengan perincian setiap kegiatan dalam satu siklus adalah sebagai berikut.

46 29 a. Siklus I 1) Perencanaan Penelitian Perencanaan penelitian disusun bersama antara peneliti dan guru Bahasa Indonesia dengan cara dialog dan diskusi. Dialog dan diskusi diarahkan pada penyusunan rancangan langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan, yaitu dengan menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan subjek yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut. a) Peneliti bersama kolaborator (guru Bahasa Indonesia) menyamakan persepsi dan berdiskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan pembelajaran menulis cerpen. b) Merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran dengan menggunakan dan memilih strategi pembelajaran yang tepat. c) Mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen, tes dapat dilakukan dengan cara memberikan tugas pada siswa untuk menulis cerpen. d) Menyampaikan skenario pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran menulis cerpen. e) Menyampaikan instrumen berupa angket, lembar pengamatan, lembar catatan lapangan, dan lembar penilaian. 2) Pelaksanaan Tindakan Tindakan dalam penelitian ini menggunakan strategi story writing map untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Tindakan yang dilakukan

47 30 harus mengandung inovasi atau pembaruan, meskipun hanya kecil perbedaannya dengan tindakan yang biasa dilakukan. Tahap tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. a) Pertemuan pertama pembelajaran menulis cerpen dilakukan oleh guru dengan memberikan materi cerpen. Materi yang berkaitan mengenai pengertian cerpen, unsur-unsur pembangun cerpen (intrinsik dan ekstrinsik), tahap-tahap menulis cerpen, dan penerapan strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen. b) Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menuliskan outline atau skema cerita terkait dengan penugasan yang akan diberikan. c) Siswa diajak untuk membuat skema menulis cerita/ gambaran yang di dalamnya mengandung latar cerita, tokoh/ karakter, dan konflik dengan tema yang telah disepakati bersama. Kegiatan menulis cerpen dilakukan selama 60 menit. d) Setelah itu dilakukan revisi atau perbaikan. Revisi dilakukan saat siswa menerima kembali cerpen yang telah dinilai oleh guru dan peneliti. Cerpen dibagikan kepada siswa agar setiap siswa mengetahui letak kesalahan mereka saat menulis cerpen. 3) Pengamatan/ Observasi Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pengamatan yakni mengamati hasil tindakan yang dilakukan bersama guru terhadap siswa. Pengamatan peneliti meliputi proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan, bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah

48 31 tindakan yang direncanakan serta pengaruhnya, dan persoalan lain yang muncul selama dilakukan tindakan. 4) Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengkaji ulang, mempertimbangkan hasil dari berbagai kriteria atau indikator keberhasilan. Refleksi dilakukan dengan guru Bahasa Indonesia untuk menentukan dan memantapkan tindakan selanjutnya pada siklus kedua. Peneliti dibantu oleh guru untuk mengidentifikasi masalah yang masih dihadapi oleh siswa pada siklus I. Jika masalah-masalah yang dihadapi sudah ditemukan, guru dan peneliti menentukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut yang akan diterapkan pada siklus berikutnya. Solusi yang ditentukan oleh guru dan peneliti diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi siswa sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. b. Siklus II 1) Perencanaan Penelitian Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dan guru pada siklus II adalah menerapkan tindakan yang telah didiskusikan pada saat refleksi antara guru dan peneliti. Rencana dalam tindakan yang akan dilakukan antara lain adalah sebagai berikut. a) Peneliti dan guru menyiapkan materi dengan penyajian yang berbeda melalui power point. b) Guru lebih memperhatikan siswa pada saat proses menulis cerpen.

49 32 c) Tema cerpen yang digunakan dibedakan dengan tema yang telah dipakai pada siklus I. d) Menyampaikan skenario pelaksanaan tindakan dan penyediaan sarana serta media yang diperlukan dalam proses pembelajaran menulis cerpen seperti RPP, laptop, LCD, dan peralatan lain yang diperlukan. e) Menyampaikan instrumen berupa angket, lembar pengamatan, lembar catatan lapangan, dan lembar penilaian. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada pembelajaran siklus II, penelitian diarahkan pada cara mengatasi hambatan yang dihadapi siswa dalam siklus I. Kesulitan yang dihadapi siswa saat menulis cerpen pada siklus I dianalisis kemudian dicarikan solusi yang tepat. Tahap tindakan yang dilakukan pada siklus kedua ini adalah sebagai berikut. a) Guru menyajikan materi melalui power point, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang diberikan oleh guru. Apabila terdapat materi yang tidak dimengerti, siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru. b) Siswa diberikan contoh-contoh cerpen sehingga mempunyai gambaran tentang cerpen dan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. c) Siswa menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya dengan tema yang telah ditentukan melalui kesepakatan guru dan peneliti dengan terlebih dahulu membuat skema menulis cerita yang terbagi menjadi tiga bagian.

50 33 d) Pada bagian awal, siswa mengilustrasikan latar cerita, memilih kosa kata, kemudian menuliskan beberapa kalimat untuk menguraikan unsur-unsur yang lebih penting dari latar cerita. e) Pada bagian tengah cerita, siswa melakukan proses yang sama dengan penulisan awal cerita untuk membimbingnya dalam menulis bagian tengah cerita. Siswa diminta menggambarkan latar cerita, memilih kata-kata, dan mengembangkan kalimat-kalimat yang menjelaskan latar cerita tersebut. Proses ini diulang hingga sampai pada proses mendeskripsikan karakter tokoh dan masalah inti cerita/ konflik. Ketika garis besar sudah lengkap, siswa dapat memulai menulis cerita. f) Pada bagian akhir cerita, siswa dibimbing untuk mengulang proses yang sama dengan yang digunakan pada bagian tengah cerita/ menggunakan skema yang akan membentuk akhir cerita. Akhir cerita berisikan solusi dan kesimpulan. g) Setelah proses tersebut diselesaikan oleh siswa, mereka dapat menjelaskan dan memaparkannya kepada teman yang lain. h) Pada tindakan akhir siklus II, peneliti memberikan angket untuk memperoleh tanggapan tentang pembelajaran menulis cerpen. 3) Pengamatan Pengamatan dilakukan pada setiap kegiatan yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa. 4) Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan data yang masuk dan melalui diskusi bersama untuk membahas hasil yang diperoleh selama proses tindakan. Dari hasil

51 34 penilaian dapat dilihat apakah siswa telah mampu mengatasi hambatan-hambatan yang dialami sebelumnya. Apabila tujuan akhir yaitu meningkatnya keterampilan menulis cerpen siswa tercapai, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Namun, jika masih dijumpai nilai beberapa siswa yang jauh dari harapan maka perlu dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tes, angket, pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan dua teknik pengumpulan data yaitu tes dan nontes. 1. Teknik Tes Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan tes. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus pertama dan kedua dengan tes menulis cerpen yang dilakukan menggunakan strategi story writing map. Siswa melaksanakan tugas secara individu dengan setiap siswa menulis cerpen pada lembar yang telah disediakan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data dengan teknik tes adalah sebagai berikut. a. Memberikan materi pembelajaran menulis cerpen. b. Siswa ditugasi menulis cerpen dengan strategi story writing map. c. Peneliti mengukur kemampuan menulis siswa berdasarkan hasil tes pada siklus I dan siklus II.

52 Tes dilakukan dengan menggunakan instrumen tes uraian menulis cerpen. Aspek yang dinilai adalah isi, organisasi dan penyajian, bahasa dan mekanik. Kriteria tersebut merupakan pengembangan dari instrumen yang dirancang oleh Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro (2010: 441) dengan pengubahan sesuai keperluan peneliti. Isi Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Penilaian Menulis Cerpen Aspek Kriteria Skor Maksimal Kesesuaian cerita dengan tema Skor Indikator 5 5 Sangat baik: tema dikembangkan secara optimal, tidak ada kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, antara kalimat dan pargraf memiliki hubungan sebab akibat yang dirangkai dengan baik. 4 Baik: tema dikembangkan secara optimal, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak memiliki hubungan sebab akibat. 3 Cukup: tema dikembangkan secara terbatas, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak memiliki hubungan sebab akibat. 2 Kurang: tema dikembangkan secara terbatas, ada banyak kalimat dan paragraph yang tidak sesuai dengan tema, kalimat dan paragraf 35

53 banyak yang tidak memiliki hubungan sebab akibat. 1 Sangat kurang: tidak ada pengembangan tema, kalimat dan paragraf tidak sesuai dengan tema, kalimat dan paragraf tidak memiliki hubungan sebab akibat. Kreativitas pengembangan cerita 5 5 Sangat baik: cerita dikembangkan dengan sangat kreatif, menarik, dan tidak keluar dari tema. 4 Baik: cerita dikembangkan dengan kreatif dan tidak keluar dari tema. 3 Cukup: cerita dikembangkan dengan cukup kreatif dan tidak keluar dari tema. 2 Kurang: cerita dikembangkan dengan tidak kreatif tetapi tidak keluar dari tema. 1 Sangat kurang: cerita tidak dikembangkan. Ketuntasan cerita 5 5 Sangat baik: penyajian akhir cerita menarik dan menimbulkan penasaran. 4 Baik: penyajian akhir cerita menarik dan cukup menimbulkan penasaran. 3 Cukup: penyajian akhir cerita cukup menarik dan cukup menimbulkan penasaran. 2 Kurang: penyajian akhir cerita kurang menarik dan kurang menimbulkan penasaran. 1 Sangat kurang: penyajian cerita tidak menarik dan tidak menimbulkan penasaran. Organisasi Penyajian alur, 5 5 Sangat baik: semua unsur 36

54 dan penyajian tokoh, setting dan Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul Kepaduan unsur-unsur cerita 37 disajikan dengan jelas, lengkap, dan menarik. 4 Baik: semua unsur disajikan dengan jelas, lengkap, tetapi kurang menarik. 3 Cukup: unsur disajikan dengan jelas tetapi kurang lengkap dan kurang menarik. 2 Kurang: unsur disajikan dengan kurang jelas, kurang lengkap, dan kurang menarik. 1 Sangat kurang: tidak ada penyajian unsur-unsur cerita. 5 5 Sangat baik: penyajian sudut pandang konsisten, gaya dan nada serta judul sangat jelas, baik, dan menarik. 4 Baik: penyajian sudut pandang konsisten, gaya dan nada serta judul jelas, baik, dan menarik. 3 Cukup: penyajian sudut pandang konsisten, gaya dan nada serta judul cukup jelas dan menarik. 2 Kurang: penyajian sudut pandang kurang konsisten, gaya dan nada serta judul kurang jelas dan kurang menarik. 1 Sangat kurang: penyajian sudut pandang tidak konsisten, gaya dan nada serta judul tidak jelas dan tidak menarik 5 5 Sangat baik: urutan cerita yang disajikan membentuk kepaduan cerita yang serasi dan menarik. 4 Baik: urutan cerita yang disajikan membentuk

55 Bahasa Penyajian urutan cerita secara logis Penggunaan sarana retorika (pemajasan dan citraan) 38 kepaduan cerita yang serasi dan cukup menarik. 3 Cukup: urutan cerita yang disajikan cukup padu tetapi kurang menarik. 2 Kurang: urutan cerita yang disajikan kurang padu dan kurang menarik. 1 Sangat kurang: urutan cerita yang disajikan tidak padu dan tidak menarik. 5 5 Sangat baik: cerita sangat mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan sangat jelas dan sangat logis. 4 Baik: cerita mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan jelas dan logis. 3 Cukup: cerita cukup mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan cukup jelas dan cukup logis. 2 Kurang: cerita kurang mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan kurang jelas dan kurang logis. 1 Sangat kurang: cerita tidak mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan tidak jelas dan tidak logis 5 5 Sangat baik: penggunaan majas sangat baik, majas diterapkan sesuai dengan konteksnya sehingga membuat cerita menjadi sangat menarik 4 Baik: penggunaan majas baik, majas yang digunakan terlalu berlebihan tetapi tidak mengubah kemenarikan cerita

56 39 Mekanik Kepaduan paragraf 3 Cukup: penggunaan majas cukup baik, ada sedikit majas yang diterapkan tidak sesuai konteks sehingga membuat cerita menjadi kurang menarik 2 Kurang: penggunaan majas kurang baik, majas ditepkan tidak sesuai dengan konteks sehingga membuat cerita menjadi kurang menarik 1 Sangat kurang: tidak ada penggunaan majas 5 5 Sangat baik: hubungan kalimat satu dengan yang lain sangat padu sehingga jalan cerita mudah diikuti. 4 Baik: hubungan kalimat satu dengan yang lain padu sehingga jalan cerita mudah diikuti. 3 Cukup: hubungan kalimat satu dengan yang lain cukup padu. 2 Kurang: hubungan kalimat satu dengan yang lain kurang padu. 1 Sangat kurang: hubungan kalimat satu dengan yang lain tidak padu sehingga jalan cerita sulit diikuti. Penulisan 5 5 Sangat baik: penulisan huruf, kata, kalimat dan penggunaan tanda baca sangat tepat. 4 Baik: penulisan huruf, kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca tepat. 3 Cukup: penulisan huruf, kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca tepat tetapi ada beberapa kesalahan. 2 Kurang: penulisan huruf,

57 kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca kurang tepat dan terdapat banyak kesalahan. 1 Sangat kurang: penulisan huruf, kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca tidak tepat dan banyak kesalahan Teknik Nontes Teknik nontes yang digunakan, yaitu angket, pengamatan, wawancara, dan catatan lapangan. Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Jenis angket ini meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasaan, penilaian, atau posisi mereka yang digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan pembelajaran menulis cerpen, dan lainlain. Jadi, dengan angket ini, peneliti akan memperoleh data tentang beberapa pernyataan dari siswa mengenai menulis cerpen, baik sebelum atau sesudah pembelajaran dilakukan dengan menerapkan strategi story writing map. b. Pengamatan/ observasi Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah jenis pengamatan tak berstruktur, yaitu pengamatan yang tidak membatasi pengamatan tersebut dengan kerangka kerja tertentu yang telah dipersiapkan. Pengamatan akan dilakukan secara cermat dan seksama untuk memperoleh data berupa deskripsi proses belajar menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map,

58 41 yang antara lain meliputi: perlakuan tindakan oleh guru dalam penelitian, sikap dan perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung, serta semua hal yang dapat ditangkap observer selama kegiatan belajar menulis cerpen berlangsung. Data pengamatan ini digunakan untuk memantau jalannya tindakan pembelajaran menulis cerpen pada tiap siklus. Dalam pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan digunakan instrumen berupa pedoman pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung dengan membuat catatan siklus mengenai perilaku siswa dalam kegiatan menulis cerpen. Pengamatan dipergunakan untuk memperoleh data tentang siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II. Peneliti sebelumnya mempersiapkan lembar pengamatan untuk dijadikan pedoman dalam pengambilan data. c. Wawancara Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data dengan wawancara terstruktur dan terbuka. Wawancara tidak dilakukan pada semua subjek penelitian, namun hanya pada siswa yang terlihat menonjol dalam kriteria peningkatan hasil menulis cerpen bagi yang mendapat nilai tertinggi, penurunan hasil menulis cerpen bagi yang mendapat nilai terendah, sikap positif dalam kegiatan menulis cerpen, dan bersikap negatif dalam kegiatan menulis cerpen. Aspek yang diungkapkan dalam wawancara terhadap siswa antara lain kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis cerpen, pelaksanan pembelajaran

59 42 menulis cerpen dengan strategi story writing map selanjutnya dilaksanakan di sekolah, dan kesan dan saran pembelajaran menulis cerpen dengan strategi tersebut. Aspek yang diungkapkan dalam wawancara terhadap guru adalah kesulitan yang dihadapi dalam mengajar menulis cerpen, peran strategi story writing map dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen, perubahan yang terjadi setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II, kekurangan dan kelebihan strategi story writing map dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen, serta kesan dan saran. d. Catatan lapangan Catatan lapangan dilakukan untuk mencatat hal-hal yang terjadi pada saat dilakukan tindakan sehingga peneliti akan mendapatkan data. Catatan lapangan adalah riwayat tertulis tentang apa yang dilakukan guru maupun siswa dalam pembelajaran menulis cerpen dalam satu jangka waktu. F. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul pada penelitian ini kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan pada data berupa hasil wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Teknik analisis kuantitatif dilakukan pada data hasil tes menulis cerpen siswa.

60 43 G. Validitas dan Reliabilitas Data 1. Validitas Data Data harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas agar hasil penelitian baik. Validitas berkaitan dengan kesahihan data penelitian. Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan kelas mengacu pada kredibilitas dan derajat kepercayaan dari hasil penelitian. Burn (melalui Madya, 2011: 37) menyatakan ada lima kriteria validitas, yaitu validitas proses, validitas demokratik, validitas hasil, validitas katalitik, dan validitas dialogis. Tetapi tidak semua criteria validitas data tersebut digunakan. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Validitas Demokratik Penelitian tindakan ini memenuhi validitas demokratik karena peneliti berkolaborasi dengan guru maupun siswa. Peneliti juga berupaya untuk menerima segala masukan dari berbagai pihak untuk meningkatkan proses pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam keterampilan menulis cerpen siswa kelas X 2 SMA Negeri 1 Pengasih. b. Validitas Proses Validitas proses ditandai dengan keterampilan dalam proses penelitian, yaitu semua partisipan dalam penelitian dapat melaksanakan pembelajaran dalam proses penelitian. Agar tidak menimbulkan bias, semua peristiwa dan tingkah laku dilihat dari sudut pandang yang berbeda melalui sumber data yang berbeda. Dalam penelitian ini, siswa, guru, dan peneliti tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran selama proses penelitian. Semua yang terjadi dalam proses

61 44 penelitian dicatat datanya dari sumber yang berbeda yaitu siswa, guru, dan peneliti. c. Validitas Hasil Validitas hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas membawa hasil yang sukses di dalam konteks PTK. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sehingga melahirkan pertanyaan baru. d. Validitas Dialogis Validitas dialogis digunakan dalam penelitian ini, hal tersebut tercermin dari cara peneliti berdialog dengan guru untuk mencari saran atau kritik yang bersifat membangun. 2. Reliabilitas Data Reliabilitas data dipenuhi dengan melibatkan lebih dari satu sumber data (trianggulasi). Menurut Moleong (2002: 178) yang dimaksud trianggulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan terhadap data yang diperoleh. Trianggulasi ini dapat dilakukan melalui sumber, metode, peneliti, dan teori yang ada. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Trianggulasi melalui sumber Trianggulasi menggunakan sumber, yaitu membandingkan dan melakukan pengecekan balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

62 45 membandingkan apa yang diungkapkan orang di depan umum dengan yang diungkapkan secara pribadi, membandingkan apa yang diungkapkan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang diungkapkannya sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi atau dokumen yang berkaitan (Patton melalui Moleong, 2002: 178). b. Trianggulasi melalui metode Pada trianggulasi dengan metode, terdapat dua strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Patton melalui Moleong, 2002: 178). H. Kriteria Keberhasilan Tindakan Keberhasilan penelitian tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini dikelompokkan menjadi dua aspek, yaitu sebagai berikut. 1. Indikator keberhasilan dilihat dari tindak belajar atau perkembangan proses pembelajaran di kelas, yaitu sebagai berikut. a. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan. b. Siswa aktif berperan serta selama proses pembelajaran berlangsung. c. Terjadi peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen. 2. Indikator keberhasilan hasil, dideskripsikan dari keberhasilan siswa dalam menuntaskan praktik menulis cerpen, yaitu lebih dari atau sama dengan 70.

63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang deskripsi setting penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasannya. Deskripsi setting penelitian berisi uraian tempat dan waktu penelitian. Hasil penelitian yang diuraikan secara garis besar adalah informasi keterampilan awal siswa dalam menulis cerpen, pelaksanaan tindakan kelas per siklus, dan peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen dengan strategi story writing map. Pembahasan merupakan uraian hasil analisis informasi keterampilan awal siswa dalam menulis cerpen, pelaksanaan tindakan kelas per siklus, dan peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen dengan strategi story writing map. A. Deskripsi Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih yang beralamat di Jalan KRT. Kertodiningrat 41, Margosari, Pengasih, Kulon Progo. Kelas X.2 terdiri atas 33 orang siswa dengan sebagian besar adalah siswa perempuan sehingga dalam pembelajaran siswa perempuan lebih mendominasi. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengampu kelas X.2 adalah ibu Widyah Hartati, S.Pd. yang juga berperan sebagai kolaborator penelitian. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada rendahnya keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih. 46

64 47 2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan April 2014 yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Adapun pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan jadwal pelajaran serta silabus yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengenai menulis cerpen yang terdapat di kelas X semester 2. Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas X di SMA Negeri 1 Pengasih setiap minggunya disampaikan dalam 4 jam pelajaran. Di kelas X.2 pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung setiap hari Rabu dan Kamis, hari Rabu pada jam ke-3 dan ke-4 yaitu WIB sampai WIB, serta pada hari Kamis jam ke- 5 dan ke-6 yaitu jam WIB sampai WIB. Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian No. Hari/ tanggal Kegiatan 1. Rabu, 2 April 2014 Pertemuan I (pratindakan) 2. Rabu, 2 April 2014 Pengisian angket pratindakan 3. Kamis, 3 April 2014 Pertemuan I (siklus 1) 4. Kamis, 10 April 2014 Pertemuan II (siklus 1) 5. Rabu, 23 April 2014 Pertemuan I (siklus 2) 6. Kamis, 24 April 2014 Pertemuan II (siklus 2) 7. Kamis, 24 April 2014 Pengisian angket pascatindakan B. Deskripsi Siklus Dalam penelitian ini setiap tindakan didiskusikan terlebih dahulu dengan guru Bahasa Indonesia selaku kolaborator. Jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran yang sudah ada agar memudahkan dalam melakukan

65 48 penelitian. Sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang ada, pelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan dua kali dalam satu minggu. Penelitian ini dilakukan dengan dua kali pertemuan pada tiap siklusnya. Peneliti melakukan dialog dengan guru Bahasa Indonesia untuk mengetahui seberapa besar minat siswa dalam menulis cerpen. Dari hasil dialog yang telah dilakukan, diketahui bahwa minat siswa dalam menulis cerpen masih rendah. Hal tersebut terjadi karena siswa merasa kesulitan dalam menentukkan dan mengembangkan ide, menentukkan judul, dan menyusun alur serta memunculkan konflik. Masalah-masalah tersebut muncul sebagai akibat dari kurangnya penggunaan strategi pembelajaran. Siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang dilaksanakan karena guru lebih mendominasi kegiatan belajar mengajar di kelas dengan ceramah, siswa lebih cenderung diam, dan mendengarkan materi yang diberikan oleh guru. Hal itu menjadikan siswa kurang termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam berapresiasi sastra. Melihat permasalahan tersebut, perlu adanya inovasi yang dapat diterapkan pada kegiatan belajar mengajar di kelas X.2 dalam pembelajaran menulis cerpen. Pembelajaran menulis cerpen dilakukan dengan strategi story writing map untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Penggunaan strategi story writing map juga digunakan untuk mengetahui apakah siswa termotivasi dan tertarik dalam menulis cerpen, serta untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih.

66 49 Hasil kerja siswa dievaluasi secara umum dengan penilaian atas keseluruhan pembelajaran, sedangkan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya suatu perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya dalam keterampilan menulis cerpen. Peningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa dapat dilakukan dengan memotivasi, memberikan pengarahan, serta memberikan bimbingan secara bertahap saat dilakukan kegiatan menulis cerpen. Nilai yang dihasilkan dari tugas menulis cerpen dapat dijadikan sebagai nilai ulangan harian sehingga memacu siswa untuk mengerjakan dengan baik dan membuat siswa lebih berantusias dalam menulis cerpen. Peran guru dalam penelitian ini adalah sebagai pengajar sekaligus kolaborator yang ikut berpartisipasi dalam mengevaluasi hasil tulisan siswa. Hal tersebut dilakukan agar dapat melakukan revisi tindakan yang memudahkan untuk perbaikan-perbaikan pada tahap atau siklus selanjutnya. Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan strategi story writing map, peneliti melakukan kegiatan pratindakan untuk mengetahui kemampuan awal menulis siswa. 1. Pratindakan Kegiatan awal menulis cerpen dilaksanakan pada hari Rabu, 2 April Pada pertemuan ini, sebelum memulai menjelaskan materi pembelajaran guru membagikan angket untuk mengetahui informasi awal menulis cerpen. Setelah siswa selesai mengisi angket, guru memberikan materi pembelajaran tentang menulis cerpen. Siswa kemudian diberi tugas untuk menulis cerpen. Pada kegiatan ini, siswa diberi kebebasan dalam menentukan tema dan berkreativitas untuk mengembangkan ide-ide yang mereka miliki. Ketika kegiatan

67 menulis cerpen berlangsung, banyak siswa yang keberatan untuk menulis cerpen dengan berbagai macam alasan. Sebagian besar siswa menyatakan sulit untuk menentukan dan mengembangkan ide, menentukan judul, dan menyusun alur dan konflik. Hal tersebut dapat dilihat dari catatan lapangan berikut. Siswa diberi tugas untuk menulis cerpen setelah materi selesai diberikan oleh guru. Keluhan dari siswa mulai bermunculan. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa mereka malas menulis cerpen dan tidak memiliki ide untuk menulis. Mendengar celotehan dari beberapa siswa, guru kembali membujuk dan memberikan instruksi untuk segera menulis cerpen dengan tema bebas. Siswa diminta untuk berkreasi dan mengembangkan ide yang mereka miliki sehingga menghasilkan cerpen yang bagus dan menarik. 30 menit pertama telah berlalu namun beberapa siswa terlihat belum memulai menulis cerpen. Bahkan terhitung ada 10 siswa yang justru asyik mengobrol dengan temannya. Guru segera menghampiri mereka dan menanyakan pada salah satu siswa, Mau menulis cerpen tentang apa? Kok kertasnya masih bersih? Sudah menentukan tema apa yang akan dikembangkan?. Siswa itu pun menjawab dengan malu-malu, Saya bingung mau menulis tentang apa Bu, belum ada ide sama sekali. Catatan Lapangan-1/ 02 April 2014 Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat berbagai kendala yang dialami saat kegiatan menulis cerpen, yaitu siswa masih mengobrol dengan temannya dan sulit menentukan ide untuk menulis cerpen. Menghadapi hal seperti itu, guru memberikan pengarahan kepada siswa agar dapat menulis cerpen dengan lancar. Penjelasan yang diberikan guru lebih mengacu pada cara untuk menulis cerpen agar tidak berhenti di tengah jalan yaitu dengan menyusun alur berdasarkan kerangka. Penjelasan tersebut menjadikan siswa mampu menyelesaikan tugas menulis cerpen. Cerpen siswa pada kegiatan pratindakan dievaluasi oleh guru dibantu peneliti. Hasil penilaian pada tahap pratindakan dapat dilihat pada tabel 3 berikut. 50

68 51 Tabel 3. Skor Cerpen Siswa pada Pratindakan Skor No A B D Subjek C A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 D1 D2 Jumlah S01 3, , S02 3 3,5 2, ,5 3, S03 4,5 3,5 2, S ,5 2 2, , S05 4 3,5 2,5 3,5 3 3,5 3,5 3 3, S06 3, S , S , , S09 4, , S , S11 4, , , S12 5 3, S13 3,5 2, S , , S , S16 3 2, ,5 1,5 2 2,5 44 S ,5 59 S S , S20 4,5 3,5 4 3, ,5 2, S21 3 2,5 2 2, , S22 3 2, , S , , S S , , S26 4 3, , S , S , S29 4, , S , S , S32 3,5 3 2, S Jumlah Total Ratarata 8,09 6,67 5,88 6,33 5,39 6,45 7,06 4,73 6,18 5,82 62,61 Keterangan: A = Aspek isi

69 52 A1= Kesesuaian cerita dengan tema A2= Kreativitas pengembangan cerita A3= Ketuntasan cerita B = Aspek organisasi dan penyajian B1= Penyajian alur, tokoh, dan setting B2= Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul B3= Kepaduan unsur-unsur cerita B4= Penyajian urutan cerita secara logis C = Penggunaan sarana retorika (pemajasan) D = Aspek mekanik D1= Kepaduan paragraf D2= Penulisan Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa skor tertinggi subjek penelitian adalah 77 diraih oleh satu orang siswa (S28) yang dimasukkan dalam skor sedang, sedangkan skor terendah 42 diperoleh oleh satu orang siswa (S24) dan juga dikategorikan sebagai skor rendah. Rata-rata skor yang dihasilkan dari kegiatan awal ini adalah 62,61. Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih saat dilakukan pratindakan termasuk dalam kategori rendah. Terdapat empat aspek yang harus diperhatikan oleh siswa dalam menulis cerpen, yaitu isi, organisasi dan penyajian, bahasa, dan mekanik. Setiap aspek mempunyai beberapa kriteria dan skor. Berdasarkan penjabaran di atas, keterangan lebih lengkapnya dapat dilihat dari deskripsi setiap aspek yang dijelaskan di bawah ini. a. Aspek Isi Aspek isi mempunyai tiga kriteria, yaitu kesesuaian cerita dengan tema, kreativitas pengembangan cerita, dan ketuntasan cerita. Tema dalam pratindakan tidak ditentukan oleh guru, siswa diberi kebebasan untuk menentukan tema

70 53 sehingga setiap siswa memiliki tema yang dapat dikembangkan sesuai kreativitas masing-masing siswa. Kesesuaian cerita disesuaikan dengan cerita yang telah dikembangkan oleh siswa. Rata-rata siswa dapat mengembangkan tema yang dipilih dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata yang dicapai sebesar 8,09. Pada kriteria kreativitas pengembangan cerita, siswa cukup kreatif dalam mengembangkan cerita, akan tetapi rata-rata cerpen siswa hanya memiliki satu peristiwa tanpa ada peristiwa pendukung yang berguna untuk memperkuat cerita. Hasil rata-rata kreativitas pengembangan cerita mencapai 6,67. Dalam kriteria ketuntasan cerita, cerpen yang dihasilkan siswa cukup baik dengan cerita yang ditampilkan mendekati tuntas, tidak terkatung-katung tetapi masih terdapat sebagian siswa yang belum terlalu memahami tentang akhir cerita yang dibuat sehingga akhir cerita menjadi kurang menarik dan tidak menimbulkan penasaran. Rata-rata ketuntasan cerita sebesar 5,88. b. Aspek Organisasi dan Penyajian Aspek organisasi dan penyajian meliputi empat kriteria, yaitu penyajian unsur-unsur berupa alur, tokoh, setting, sudut pandang, gaya dan nada, judul, kepaduan unsur-unsur cerita, dan kelogisan urutan cerita. Keempat kriteria tersebut sudah cukup baik ditampilkan oleh siswa walaupun masih terdapat beberapa kekurangan. Penyajian unsur-unsur berupa tokoh, alur, dan latar cerita dinilai cukup baik dengan hasil rata-rata 6,33. Hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar siswa mampu menggambarkan tokoh dengan sederhana meskipun pada tahap ini siswa masih terpaku dengan hanya menggunakan alur maju. Latar yang disajikan dalam

71 54 cerpen siswa juga terbatas pada latar tempat dan belum didukung adanya latar waktu dan sosial. Selain itu, karena mayoritas siswa menggunakan sudut pandang akuan, maka tokoh yang dipakai pun kebanyakan adalah tokoh aku. Pada tahap ini beberapa siswa kebingungan dalam membuat judul sehingga muncul banyak cerpen tanpa judul. Rata-rata yang diperoleh siswa dalam penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul hanya mencapai 5,39. Penyajian unsur-unsur di atas tidak dapat berdiri sendiri karena harus didukung dengan kepaduan antar unsur-unsur cerita. Dalam memadukan unsur-unsur cerita, rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 6,45. Siswa mampu menyajikan urutan cerita dengan cukup padu meskipun kurang menarik. Unsur yang saling terkait antara satu dengan yang lain juga mempengaruhi kelogisan urutan cerita. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada penyajian urutan cerita secara logis adalah sebesar 7,06. Hal tersebut dinilai cukup baik karena cerita yang dibuat oleh siswa cukup mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan oleh siswa cukup jelas dan cukup logis. c. Aspek Bahasa Aspek bahasa memegang peranan yang tidak kalah penting dari dua aspek di atas.bahasa menjadi ciri khas seorang penyair. Aspek bahasa meiliki kriteria penggunaan majas. Pada kriteria ini, siswa tidak mempunyai pemahaman yang penuh mengenai penggunaan majas. Siswa lebih cenderung menulis apa adanya, sehingga cerita menjadi kurang hidup. Rata-rata skor siswa dalam penggunaan majas hanya sebesar 4,73 dan tergolong dalam skor rendah.

72 55 d. Aspek Mekanik Aspek mekanik meliputi dua kriteria, yaitu kepaduan pargraf dan penulisan. Secara umum dalam aspek mekanik pemahaman siswa terhadap kepaduan pargraf dan penulisan huruf, kata, kalimat, dan tanda baca masih tergolong rendah. Siswa belum dapat menguasi teknik penulisan dengan baik, masih terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan siswa. Pada kriteria kepaduan pargraf skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 6,18. Hal tersebut dikarenakan hubungan kalimat satu dengan kalimat lain yang dibuat oleh siswa kurang padu sehingga jalan cerita pun sulit diikuti. Tidak jauh berbeda dengan skor yang diperoleh pada kriteria kepaduan paragraf, skor yang diperoleh siswa dalam hal penulisan hanya sebesar 5,82. Terdapat banyak kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada penulisan kalimat dan penggunaan tanda baca. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang muncul pada pelaksanaan kegiatan pratindakan, maka peneliti mencari solusi untuk mengatasi masalah dengan memberikan tindakan. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen maka diperlukan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya. Strategi yang digunakan dalam menulis cerpen adalah strategi story writing map. 2) Strategi story writing map diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen sebanyak dua kali dalam dua siklus untuk mengetahui kemampuan siswa.

73 56 3) Memantau hasil menulis cerpen dan tanggapan atau respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map untuk melihat peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa. 4) Mengadakan tes menulis cerpen untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen setelah dilakukan tindakan. 2. Siklus 1 Kegiatan siklus 1 pada penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 3 dan 10 April 2014 pada jam ke-5 dan ke-6 ( WIB). Dalam siklus ini, siswa belajar menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map. a. Perencanaan Tindakan Perencanaan bertujuan untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama penelitian. Selain itu, perencanaan dibuat untuk memudahkan pelaksanaan tindakan sebagai upaya peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih. Peneliti menyusun perencanaan bersama kolaborator, yaitu guru Bahasa Indonesia kelas X.2. Berdasarkan skor rata-rata pada kegiatan pratindakan sebesar 62,61 yang masih berada di bawah kriteria keberhasilan penelitian, yaitu lebih dari atau sama dengan 70 maka peneliti dan kolaborator memutuskan untuk menggunakan strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen. Pada tahap pertama selama siklus I, peneliti dan kolaborator berencana melakukan perbaikan pembelajaran menulis cerpen siswa kelas X.2. Perbaikan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen

74 57 siswa. Perbaikan dilakukan dengan melihat minat, kondisi kelas dan siswa, skenario pembelajaran, pedoman penilaian, dan penunjang dalam melakukan penelitian. Penjabaran persiapan tindakan adalah sebagai berikut. 1) Penyiapan materi tentang menulis cerpen yang akan disampaikan kepada siswa. 2) Memastikan kolaborator telah memahami strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. 3) Penyiapan lembar kerja yang digunakan oleh siswa untuk menulis cerpen. 4) Penyiapan alat pengumpul data penelitian seperti catatan lapangan, lembar pengamatan, dan kamera. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam implementasi tindakan, perencanaan yang telah disusun diterapkan dalam pembelajaran. Pada proses pembelajaran guru memberikan contoh cerpen yang ditulis dengan menggunakan strategi story writing map. Siswa mencermati cerpen tersebut kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang langkah-langkah penggunaan strategi story wring map. Setelah memahami langkah-langkah yang harus dilakukan, siswa diminta untuk mulai menulis cerpen dengan membuat skema yang menggambarkan bagian awal, tengah, dan akhir dengan tema Perjuangan Menggapai Cita-cita. Skema tersebut berisi ilustrasi dan deskripsi gambaran latar, tokoh, alur, dan konflik. Siswa kemudian menulis cerpen pada bagian awal sesuai dengan skema yang telah dibuat. Bagian awal cerita berisi tentang gambaran latar cerita. Setelah selesai menulis pada bagian awal, siswa melanjutkan pada bagian tengah cerita.

75 58 Bagian tengah cerita berisi tentang gambaran tokoh dan karakternya, alur, dan pengembangan konflik. Cerita pada bagian tengah juga disusun dan dikembangkan berdasarkan skema yang telah dibuat. Proses tersebut berlangsung sampai pada bagian akhir cerita yang menggambarkan simpulan dan solusi cerita. Respon siswa terhadap strategi story writing map yang digunakan saat kegiatan menulis cerpen tersebut dinilai positif dan membawa perubahan. Hal tersebut juga dirasakan oleh kolaborator dan peneliti. Siswa lebih termotivasi dan terarah dalam menulis cerpen. Pada akhir tindakan siklus I terjadi peningkatan hasil tulisan cerpen siswa, akan tetapi masih terdapat beberapa siswa yang belum maksimal dalam membuat dan mengembangkan alur cerita. Pengamatan dilakukan dengan kegiatan monitoring selama siklus I pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis cerpen yang bertema Perjuangan Menggapai Cita-cita dengan strategi story writing map. Pembelajaran tersebut diamati dengan menggunakan instrumen berupa catatan lapangan, lembar pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan dalam siklus I yang terbagi dalam dua kali pertemuan. Peneliti dan kolaborator pada setiap pertemuan selalu mengadakan pengamatan untuk mengetahui peningkatan yang dicapai oleh siswa. 1) Pertemuan Pertama (Kamis, 3 April 2014) Pada pertemuan pertama siklus I, kegiatan pembelajaran menulis cerpen dimulai pukul WIB. Kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut.

76 59 a) Guru membuka pelajaran dengan salam kemudian berdialog dengan para siswa tentang kesulitan yang dialami ketika pembelajaran menulis cerpen. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa kesulitan yang mereka alami adalah menemukan dan mengembangkan ide, memulai menulis atau menentukan kalimat pembuka, menggunakan majas, dan membuat serta mengembangkan alur cerita. b) Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh siswa, guru memulai dengan memberikan materi mengenai cerpen, yaitu pengertian cerpen, unsur-unsur pembangun cerpen (intrinsik dan ekstrinsik), tahap-tahap menulis cerpen, dan penerapan strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen. c) Setelah itu, siswa diberi contoh cerpen yang dibuat dengan menggunakan strategi story writing map. Siswa mencermati cerpen tersebut, kemudian guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menuliskan outline atau skema cerita terkait dengan penugasan yang akan diberikan. Pada kegiatan ini siswa terlihat antusias dan tertantang untuk menulis cerpen dengan strategi yang baru mereka ketahui. d) Siswa diajak untuk membuat skema menulis cerita atau gambaran yang di dalamnya mengandung latar cerita, tokoh/ karakter, alur, dan konflik dengan tema Perjuangan Menggapai Cita-cita. Guru memperhatikan setiap siswa dengan cara memantau siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat skema. Pada pertemuan pertama siklus I kegiatan hanya berlangsung sampai membuat skema menulis cerita karena waktu lebih banyak digunakan untuk

77 60 menjelaskan teori tentang penerapan strategi story writing map yang tergolong baru bagi guru maupun siswa SMA Negeri 1 Pengasih. Dalam kegiatan belajar mengajar ini siswa terlibat aktif dan banyak bertanya. Setelah jam pelajaran berakhir, skema cerita tentang Perjuangan Menggapai Cita-cita yang telah dibuat oleh siswa dikumpulkan kepada guru untuk dibagikan kepada siswa pada pertemuan selanjutnya. Skema yang telah dibuat tersebut dikumpulkan untuk menghindari kelalaian siswa, yaitu lupa tidak membawa hasil pekerjaannya pada pertemuan selanjutnya. Dalam kegiatan membuat skema menulis cerita tersebut, siswa lebih dapat dikendalikan. Berbeda dengan pembelajaran pada kegiatan pratindakan, pada pertemuan pertama siklus I ini sebagian besar siswa serius dalam mengikuti pembelajaran dan membuat skema dengan tenang. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar berikut ini. Gambar 2. Aktivitas siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih saat membuat skema menulis cerita. Gambar 3. Siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih saat membuat skema menulis cerita.

78 61 2) Pertemuan Kedua (Kamis, 10 April 2014) Pada pertemuan kedua siklus I, pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. a) Guru memulai pelajaran dengan mengucap salam, memberikan motivasi kepada siswa, dan bertanya jawab untuk mengingat kegiatan yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. b) Guru membagikan skema menulis cerita yang telah dibuat siswa pada pertemuan sebelumnya untuk dikembangkan menjadi cerpen. c) Siswa menulis cerpen berdasarkan skema menulis cerita yang telah mereka buat. Pada kegiatan menulis cerpen pertemuan kedua siklus I ini siswa diberi waktu 2 jam pelajaran untuk menyelesaikan cerpennya. d) Guru memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa dengan berkeliling kelas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menulis cerpen dan kesulitan yang dihadapi siswa selama menulis cerpen. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru masih terdapat beberapa siswa yang merasa kesulitan saat membuat alur cerita akan tetapi sebagian besar merasa terbantu dengan strategi story writing map karena membagi tahapan menjadi tiga bagian dan mempermudah siswa untuk menyusun alur pada tiap bagiannya. e) Setelah selesai menulis cerpen, siswa mengumpulkan hasil tulisannya kepada guru untuk dikoreksi kemudian dinilai. f) Guru menutup pelajaran dan menyampaikan kepada siswa bahwa materi pada pertemuan berikutnya masih dengan kompetensi dasar yang sama, yaitu menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi.

79 62 c. Pengamatan/ Observasi Dalam pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map, peneliti dan kolaborator melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap jalannya perlakuan tindakan. Hasil pengamatan dan observasi dideskripsikan dalam pedoman pengamatan dan catatan lapangan. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi ini meliputi dampak tindakan terhadap proses pembelajaran (keberhasilan proses) dan terhadap hasil pembelajaran (keberhasilan produk). 1) Keberhasilan Proses Dalam melakukan pengamatan proses pembelajaran, peneliti menggunakan pedoman pengamatan yang difokuskan pada situasi kegiatan belajar siswa dan peran guru dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati dari situasi kegiatan belajar terbagi menjadi dua, yaitu verbal dan nonverbal. Verbal meliputi aktivitas siswa secara lisan sedangkan nonverbal meliputi aktivitas siswa melalui tindakan. Sementara itu, hal yang diamati dari peran guru adalah penguasaan materi dan kelas, pelaksanaan menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map, alokasi waktu, kejelasan penugasan, pengevaluasian hasil kerja siswa dan pemantauan. Berikut disajikan hasil pengamatan pada siklus I. Pada pembelajaran menulis cerpen siklus I, siswa sudah menunjukkan peningkatan sedikit demi sedikit. Siswa yang sering mengobrol dengan teman sebangkunya saat pelajaran berlangsung sudah mulai mengurangi kebiasaan buruk tersebut. Pembelajaran yang awalnya cenderung pasif menjadi lebih aktif, siswa

80 63 banyak bertanya mengenai cara-cara menulis cerpen agar tidak berhenti di tengah jalan dan terlihat lebih antusias dengan strategi yang mereka gunakan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran menulis cerpen, siswa cukup bersemangat. Hal tersebut ditunjukkan dengan perubahan sikap para siswa yang lebih memperhatikan dan menyimak pengajar, siswa pun lebih antusias dalam mengikuti pelajaran. Namun, terdapat beberapa siswa yang merasa bingung ketika diberi instruksi membuat cerpen dengan membuat skema dan membagi cerita menjadi tiga bagian. Guru pun memberikan pengarahan dan penjelasan kepada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan sehingga siswa menjadi paham dan bersemangat kembali untuk menulis cerpen. Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai peranan yang penting. Guru bukanlah orang yang mendominasi dalam proses pembelajaran, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator. Selama siklus I, secara garis besar guru sudah berperan dengan baik. Guru mampu menyampaikan materi dengan baik, menguasai kelas, mengalokasikan waktu, memberikan tugas, membimbing siswa, mengevaluasi hasil, dan memantau siswa. Hal tersebut dirasa wajar karena guru sangat mengenal dan paham terhadap siswanya, sehingga guru dapat menentukan hal-hal yang harus dilakukan. 2) Keberhasilan Produk Keberhasilan produk dapat dilihat berdasarkan hasil cerpen siswa yang diperoleh dari tindakan siklus I. Hasil tindakan pada siklus I tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada tes kemampuan awal sebelum

81 diberikan tindakan dengan menggunakan strategi story writing map. Peningkatan terjadi pada hasil siklus I dengan skor rata-rata mencapai 68,58 sedangkan nilai pada tes kemampuan awal atau tahap pratindakan hanya sebesar 62,61. Hasil penilaian cerpen siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Skor Cerpen Siswa pada Siklus I Skor No A B D Subjek C A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 D1 D2 Jumlah S01 3,5 3,5 2, S , S , , S04 4 3, , S05 4, S , S , , S , S , S10 4 2, , S ,5 4 3, S12 5 4, S , , S , , S , S , S , S ,5 3 2,5 2, S , , S20 5 4, , S S , , S23 3,5 3 2, , S24 3,5 2, ,5 2 1,5 44 S25 4 3, , S , , S , S , , S29 4, ,

82 Skor No A B D Subjek C A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 D1 D2 Jumlah S ,5 4,5 4 4,5 3, S S S Jumlah Total Ratarata 8,52 7,06 6,09 6,52 6,12 7,15 7,52 5,58 7,21 6,82 68,58 Keterangan: A = Aspek isi A1= Kesesuaian cerita dengan tema A2= Kreativitas pengembangan cerita A3= Ketuntasan cerita B = Aspek organisasi dan penyajian B1= Penyajian alur, tokoh, dan setting B2= Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul B3= Kepaduan unsur-unsur cerita B4= Penyajian urutan cerita secara logis C = Aspek bahasa (Penggunaan sarana retorika/ pemajasan) D = Aspek mekanik D1= Kepaduan paragraf D2= Penulisan 65 Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat dilihat adanya peningkatan skor ratarata cerpen yang diperoleh siswa sebesar 5,97 poin. Meskipun peningkatan yang terjadi tidak begitu besar, akan tetapi pada tahap ini siswa telah mampu menyajikan cerita sesuai dengan tema dan mampu berkreativitas dalam mengembangkan alur cerita dengan cukup baik dan menarik. Secara umum, peningkatan juga terjadi pada setiap kriteria penulisan cerpen. Peningkatan yang terlihat paling menonjol terlihat pada kriteria kepaduan unsur-unsur cerita dan penyajian gaya/ nada, sudut pandang, dan judul. Kepaduan unsur-unsur cerita terbangun secara maksimal dengan penggunaan strategi story

83 writing map. Peningkatan yang terjadi pada setiap aspek dan kriteria dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Peningkatan Setiap Aspek dalam Penulisan Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih pada Siklus I No Aspek Kriteria Rata-rata Skor Pratindakan Rata-rata Skor Siklus I 66 Peningkatan 1. Isi Kesesuaian cerita dengan tema 8,09 8,52 0,43 Kreativitas pengembangan 6,67 7,06 0,39 cerita Ketuntasan cerita 5,88 6,09 0,21 2. Organisasi Penyajian alur, dan tokoh, dan setting 6,33 6,52 0,19 Penyajian Penyajian sudut pandang, gaya dan 5,39 6,12 0,73 nada, serta judul Kepaduan unsurunsur cerita 6,45 7,15 0,70 Penyajian urutan cerita secara logis 7,06 7,52 0,46 3. Bahasa Penggunaan sarana retorika (majas) 4,73 5,58 0,85 4 Mekanik Kepaduan paragraf 6,18 7,21 1,03 Penulisan 5,82 6,82 1,00 Jumlah 62,61 68,58 5,97 d. Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan pengamatan terhadap siswa maupun guru selesai, langkah berikutnya adalah refleksi siklus I. Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pelaksanaan siklus I. Berdasarkan diskusi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa belum semua siswa memahami proses penulisan cerpen dengan strategi story writing map.

84 67 Meskipun telah mengalami peningkatan, terutama peningkatan hasil yang cukup berarti, pembelajaran menulis cerpen pada siklus I ini belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya. Seperti terlihat dalam tabel 4, skor terendah yang diperoleh siswa adalah 44. Skor tersebut tergolong dalam skor rendah. Keberhasilan proses yang dicapai pada siklus I ini adalah siswa mulai menyenangi pembelajaran menulis cerpen. Di antaranya terlihat dari keterlibatan siswa pada beberapa kegiatan pembelajaran selama proses menulis cerpen, seperti serius dalam proses pembelajaran, merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran. Siswa terlihat mulai terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru juga aktif membimbing dan mengarahkan siswa. Jadi, guru tidak hanya duduk menanti selesainya pekerjaan siswa, tetapi turut memandu siswa selama proses pembelajaran menulis cerpen. Secara umum, masih ada beberapa kekurangan pada siklus I yang harus diperbaiki pada siklus II. Kekurangan/permasalahan tersebut didiskusikan lebih lanjut oleh peneliti dan guru untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat. Hal tersebut dilaksanakan dalam rencana tindakan siklus II. 3. Siklus II Siklus II dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, yaitu pada hari Rabu (23 April 2014) jam ke-3 sampai ke-4 dan hari Kamis (24 April 2014) jam ke-5 sampai ke-6. Kegiatan yang dilakukan dalam siklus II adalah sebagai berikut. a. Rencana Terevisi Rencana dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi siklus I. Hasil refleksi yang diperoleh pada tindakan siklus I menunjukkan

85 68 bahwa keterampilan menulis cerpen siswa meningkat jika dibandingkan dengan hasil pada tahap pratindakan, akan tetapi masih terdapat siswa yang belum menunjukkan peningkatan. Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada tindakan siklus II. Perencanaan dan persiapan tindakan siklus II adalah sebagai berikut. 1) Menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Materi tersebut mengenai langkah-langkah menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map dan aspek-aspek penulisan cerpen yang belum dikuasai oleh siswa, terutama pada 1) penyajian alur, tokoh, dan setting, 2) kreativitas pengembangan cerita, dan 3) penggunaan majas. 2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan pembelajaran siklus II yang disusun peneliti dengan bimbingan dan persetujuan guru Bahasa Indonesia. 3) Menyiapkan lembar kerja siswa yang akan digunakan siswa untuk menulis cerpen. 4) Menyiapkan lembar pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan tindakan pada siklus I, yaitu masih menggunakan strategi story writing map. Kegiatan pembelajaran menulis cerpen pada pertemuan ini diawali dengan memberitahukan hasil penilaian cerpen yang ditulis siswa pada siklus I. Setelah

86 69 siswa menerima hasil tulisannya, guru kembali memberikan penjelasan tentang langkah-langkah menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map, penyajian alur, tokoh, dan setting, serta penggunaan majas untuk menghidupkan cerpen. Hal tersebut diharapkan dapat memudahkan siswa dalam melakukan semua rangkaian kegiatan menulis cerpen. Suasana pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4. Aktivitas pembelajaran ketika guru memberikan penjelasan tentang langkah-langkah menulis cerpen Gambar 5. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Setelah memberikan penjelasan, guru juga memberikan contoh cerpen yang ditulis dengan menggunakan strategi tersebut. Siswa mencermati dan menganalisis contoh cerpen yang diberikan oleh guru. Setelah siswa selesai mencermati contoh cerpen tersebut, siswa diberi tugas untuk menulis cerpen dengan tema Kehidupan dalam Lingkungan Keluarga. Berbeda dengan kegiatan sebelumnya, pada pertemuan siklus II ini siswa sudah lebih paham dan cepat dalam melakukan penggalian ide serta menuliskan kalimat pembuka cerpen. Sebagian besar siswa sudah tidak menemui kesulitan-

87 kesulitan yang dialami pada tahap pratindakan dan siklus I. Berikut adalah gambar kegiatan siswa saat menulis cerpen pada siklus II. 70 Gambar 6. Aktivitas siswa SMA Negeri 1 Pengasih saat menulis cerpen pada siklus II. Gambar 7. Siswa SMA Negeri 1 Pengasih saat menulis cerpen pada siklus II. c. Pengamatan/ Observasi Pengamatan dilakukan selama proses berlangsungnya pembelajaran. Pelaksanaan pemantauan meliputi dampak tindakan terhadap proses pembelajaran (keberhasilan proses) dan hasil pembelajaran (keberhasilan produk). 1) Keberhasilan Proses Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran menulis cerpen yang berlangsung pada siklus II terlihat adanya sikap positif yang ditunjukkan oleh siswa dan guru. Kegiatan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map disambut baik oleh guru dan siswa. Pada siklus II, baik guru maupun siswa sama-sama merasa senang selama proses pembelajaran. Siswa tidak merasakan kejenuhan meskipun pembelajaran menulis cerpen diulang-ulang dengan kegiatan yang hampir sama.

88 Pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map sangat membantu siswa dalam proses menulis. Siswa dapat menghadirkan unsur-unsur cerpen dengan baik dalam aspek fakta cerita, tema, sarana cerita, dan mekanik kebahasaan. Peran guru dalam proses pembelajaran juga menunjang keberhasilan siswa dalam menulis cerpen. Guru sebagai motivator dan fasilitator memberikan arahan dan bimbingan secara terstruktur pada siswa selama proses menulis cerpen, terlebih pada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide menjadi cerpen. Selain itu siswa dapat memperbaiki kualitas cerpen mereka dengan cara berlatih terus menerus. 2) Keberhasilan Produk Pada siklus II, penerapan strategi story writing map untuk menulis cerpen memiliki peranan penting dalam meningkatan kualitas hasil cerpen siswa. Hasil penilaian terhadap cerpen siswa pada siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 6. Skor Cerpen Siswa pada Siklus II Skor No A B D Subjek C A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 D1 D2 Jumlah S01 5 3, , S ,5 3, S03 5 3,5 4, S04 4 3, S ,5 73 S06 4 3,5 3 3,5 3 4, S S S ,5 3, S S S , ,5 4 4, S

89 Skor No A B D Subjek C A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 D1 D2 Jumlah S14 5 3, , S15 5 3, S16 5 3,5 4 3, S , S S19 5 3, ,5 3, S20 5 3,5 3 3, ,5 79 S S22 5 3, S , , S24 4 3,5 2, ,5 2,5 58 S25 4 3, , S ,5 3, ,5 71 S S28 5 3, S S S S S Jumlah Total Ratarata 8,91 7,12 6,91 7,12 7,06 7,88 8,06 6,24 7,88 6,85 74,03 Keterangan: A = Aspek isi A1= Kesesuaian cerita dengan tema A2= Kreativitas pengembangan cerita A3= Ketuntasan cerita B = Aspek organisasi dan penyajian B1= Penyajian alur, tokoh, dan setting B2= Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul B3= Kepaduan unsur-unsur cerita B4= Penyajian urutan cerita secara logis C = Aspek bahasa (Penggunaan sarana retorika/ pemajasan) D = Aspek mekanik D1= Kepaduan paragraf D2= Penulisan 72

90 73 Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat diketahui peningkatan terjadi pada hasil siklus II dengan skor rata-rata mencapai 74,03. Skor rata-rata tersebut menandakan adanya peningkatan sebesar 5,45 poin dibandingkan skor rata-rata pada siklus I, yaitu hanya sebesar 68,58. Peningkatan skor keseluruhan dari tahap pratindakan hingga siklus II tercatat sebesar 11,42 poin. d. Refleksi Pelaksanaan tindakan siklus II sesuai dengan hasil evaluasi dan refleksi yang telah disepakati pada siklus I dan berjalan lancar. Pada siklus II kualitas pembelajaran menulis cerpen telah mengalami peningkatan yang signifikan. Dari segi hasil, siswa sudah mengalami banyak kemajuan dengan meningkatnya hasil rata-rata pada setiap aspek. Kesalahan yang dilakukan siswa saat menulis cerpen pada siklus I telah berkurang. Refleksi juga ditinjau dari segi proses. Siswa banyak mengalami peningkatan selama proses belajar mengajar. Siswa tercatat menjadi lebih berperan aktif, suasana kelas semakin kondusif, dan semangat yang dimunculkan siswa saat menulis cerpen menjadikan siswa lebih antusias dan bersemangat untuk menghasilkan cerpen yang menarik. Hasil yang telah diperoleh berdasarkan siklus I dan siklus II dianggap telah mencapai target penelitian. Peningkatan pada hasil cerpen siswa sebesar 11,42 juga menjadi indikator keberhasilan pembelajaran, mengingat latar belakang SMA Negeri 1 Pengasih yang belum pernah mengadakan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran menulis cerpen telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti.

91 74 C. Hasil Penelitian 1. Hasil Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen Upaya peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dilakukan dengan menggunakan strategi story writing map. Sebelum diberikan tindakan dengan strategi tersebut, terlebih dahulu diadakan tes awal untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam menulis cerpen. Hasil awal menulis cerpen siswa dapat dilihat pada tabel 3 halaman 52. Hasil pratindakan pada tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa skor tertinggi subjek penelitian adalah 77 diraih oleh satu orang siswa dan skor terendah sebesar 42 diperoleh oleh satu orang siswa. Rata-rata skor yang dihasilkan dari kegiatan awal ini adalah 62,61. Berdasarkan data awal sebelum diberikan tindakan, dapat dilihat bahwa keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dikategorikan rendah. Data diperoleh dari berbagai tes pada tiap tindakan, observasi, dan wawancara dengan guru kelas. Berdasarkan data-data yang dihasilkan, diketahui bahwa keterampilan awal menulis cerpen siswa masih rendah dan perlu diadakan perbaikan untuk meningkatkan kualitas siswa dalam menulis cerpen. Kurang terbiasanya siswa dalam menulis cerpen menyebabkan kualitas cerpen yang dihasilkan oleh siswa rendah. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam mengembangkan alur sehingga konflik dalam cerpen tidak muncul. Pada kegiatan pembelajaran siklus I, siswa menulis cerpen dengan tema Perjuangan Menggapai Cita-cita. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada akhir tindakan siklus I sebesar 68,58 meningkat 5,97 poin dari skor rata-rata

92 75 pratindakan sebesar 62,61. Peningkatan yang terjadi dari pratindakan ke tindakan siklus I belum sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian sebesar 70 sehingga perlu dilakukan tindakan berikutnya. Berdasarkan hasil menulis cerpen pada akhir tindakan siklus I masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kalimat, penggunaan majas dan penyajian tokoh, alur, dan setting. Melihat hasil penelitian pada tindakan siklus I yang belum sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian maka perlu diadakan perbaikan pada tindakan sklus II. Peningkatan pada siklus I selain ditunjukkan dengan meningkatnya ratarata skor menulis siswa juga dapat dilihat dari peningkatan kualitas cerpen siswa. Berikut adalah contoh penggalan cerpen salah seorang siswa pada siklus I dengan menggunakan strategi story writing map. Tema yang diberikan oleh guru dan peneliti adalah tema yang dekat dengan kehidupan siswa, yaitu Perjuangan Menggapai Cita-cita.

93 76 Penggalan cerpen di atas adalah milik seorang siswa S30 yang berjudul Dua Sisi. Cerpen tersebut digolongkan sebagai cerpen yang cukup baik. Siswa terbantu dengan langkah penggunaan strategi story writing map yang membagi cerita menjadi 3 bagian (awal, tengah, dan akhir) serta pembuatan skema. Pada tahap awal siswa menceritakan tentang gambaran latar cerita seperti yang terdapat pada penggalan cerpen di atas. Skema cerita yang dibuat siswa tersebut membantu mereka dalam menyusun dan mengembangkan alur cerita. Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen mulai terlihat dari kemampuan siswa dalam menggambarkan latar waktu, tempat, dan suasana dengan jelas, tidak seperti pada tahap pratindakan yang hanya menampilkan latar tempat saja. Pada tindakan siklus I, penggambaran tokoh terlihat cukup detail. Dalam penggalan cerpen tersebut juga dapat dilihat bahwa siswa sudah mulai paham dengan penggunaan majas yang mampu menghidupkan cerpen yang mereka buat. Pada tindakan siklus I, sebagian besar siswa menggunakan majas personifikasi dan hiperbola. Tidak jauh berbeda dengan siklus I, guru dan peneliti bersepakat untuk tetap melakukan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map pada pembelajaran menulis cerpen siklus II, namun dengan tema yang berbeda. Pada siklus II siswa menulis cerpen dengan tema Kehidupan dalam Lingkungan Keluarga. Peningkatan keterampilan menulis cerpen pun dapat dilihat pada akhir tindakan siklus II. Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui skor rata-rata pada akhir tindakan siklus II sebesar 74,03 sedangkan skor akhir tindakan siklus I adalah 68,58. Hasil

94 yang ditunjukkan dari akhir tindakan siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata sebesar 5,45 poin. Jika dihitung dari pratindakan hingga siklus II skor rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 11,42 poin. Secara umum, peningkatan juga terjadi pada setiap kriteria penulisan cerpen. Skor yang dihasilkan siswa pada siklus I belum maksimal, terdapat beberapa kesalahan dalam setiap kriteria. Pada tindakan akhir siklus II rata-rata skor pada tiap kriteria yang diperoleh siswa sudah cukup baik, walaupun belum mencapai skor maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Skor Rata-rata Setiap Aspek Penulisan Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dari Pratindakan-Siklus II No. Aspek Kriteria Rata-rata Skor Pratindakan Siklus I Siklus II 1. Isi Kesesuaian cerita dengan tema 8,09 8,52 8,91 Kreativitas pengembangan 6,67 7,06 7,12 cerita Ketuntasan cerita 5,88 6,09 6,91 2. Organisasi Penyajian alur, dan tokoh, dan setting 6,33 6,52 7,12 Penyajian Penyajian sudut pandang, gaya dan 5,39 6,12 7,06 nada, serta judul Kepaduan unsurunsur cerita 6,45 7,15 7,88 Penyajian urutan cerita secara logis 7,06 7,52 8,06 3. Bahasa Penggunaan sarana retorika (majas) 4,73 5,58 6,24 4 Mekanik Kepaduan paragraf 6,18 7,21 7,88 Penulisan 5,82 6,82 6,85 Jumlah 62,61 68,58 74,03 77

95 78 Peningkatan pada siklus II selain ditunjukkan dengan meningkatnya ratarata skor menulis cerpen juga dapat dilihat dari peningkatan kualitas cerpen siswa. Berikut adalah contoh cerpen salah seorang siswa pada siklus II dengan menggunakan strategi story writing map. Tema yang diberikan oleh guru dan peneliti adalah Kehidupan dalam Lingkungan Keluarga. Penggalan cerpen di atas berjudul Misteri Sebuah Mimpi merupakan hasil tulisan siswa S30 pada pembelajaran menulis cerpen siklus II. Kutipan di atas menunjukkan penyajian peristiwa cerita sudah runtut dan logis. Penyampaian alur, penokohan, dan setting yang ditampilkan juga sudah cukup baik. Dengan demikian cerpen yang dihasilkan dapat dikatakan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Hasil Proses Pembelajaran Menulis Cerpen Kegiatan belajar mengajar dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus, proses pembelajaran menulis cerpen dilakukan dengan

96 dua kali pertemuan. Adapun proses kegiatan belajar menulis cerpen pada setiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Menulis Cerpen Aspek Pengamatan terhadap guru Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih Uraian Pengamatan Pratindakan Siklus I Siklus II - Guru cukup menguasi kelas dan mulai menegur siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya. - Guru menyampaikan materi secara detail. - Guru mampu mengatur waktu dengan baik. - Guru dapat meragamkan kegiatan belajar dengan melakukan tanya jawab dan diskusi sehingga siswa terlibat aktif. - Guru menyampaikan penugasan dengan jelas. - Guru melakukan pemantauan terhadap siswa yang merasa kesulitan dalam menulis cerpen. - Guru mengevaluasi hasil belajar siswa. - Tanggapan verbal dan nonverbal sudah dilakukan sehingga siswa menjadi termotivasi. - Guru kurang menguasai kelas dan membiarkan siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya. - Guru menguasai materi dengan cukup baik. - Guru mampu mengatur waktu dengan baik. - Guru kurang meragamkan kegiatan belajar sehingga siswa kurang terlibat aktif. - Penugasan yang disampaikan guru cukup jelas. - Guru tidak memberikan evaluasi hasil belajar siswa. - Guru sudah memberikan komentar berupa tanggapan verbal kepada siswa (ucapan: bagus, baik,dll) Guru sudah menguasai kelas dengan baik sehingga suasana kelas menjadi sangat kondusif. - Guru menyampaikan materi secara detail dan jelas. - Pengaturan waktu dalam pembelajaran dapat diatur dengan baik oleh guru. - Guru menyampaikan penugasan dengan baik dan jelas sehingga siswa tidak merasa kebingungan. - Guru memberikan bimbingan jika ada siswa yang masih merasa kesulitan dalam menulis cerpen. - Guru sudah terbiasa melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran. - Guru sudah terbiasa memberikan tanggapan verbal dan nonverbal.

97 80 Aspek Aktivitas siswa Interaksi Siswa dan Guru Minat Suasana kelas Uraian Pengamatan Pratindakan Siklus I Siklus II - Tercatat beberapa - Siswa yang siswa melakukan melakukan kegiatan aktivitas yang tidak di luar topik mendukung kegiatan pembelajaran mulai belajar mengajar, berkurang, seperti mengobrol di walaupun masih luar materi, tertawatawa, dijumpai satu/ dua bercanda, orang siswa yang bermain hp, siswa asyik bermain hp. tertidur, dan - Siswa lebih membaca buku lain, memperhatikan bahkan ada yang penjelasan yang mengerjakan tugas disampaikan oleh mata pelajaran lain. guru. - Interaksi yang terjadi antara siswa dan guru belum maksimal karena banyak siswa yang belum berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. - Siswa diam jika diberi pertanyaan oleh guru. - Siswa kurang menunjukkan minat dan perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru. - Siswa terlihat malas saat mengerjakan tugas menulis cerpen. - Suasana kegiatan belajar mengajar kurang kondusif, banyak siswa yang - Interaksi yang terjadi antara siswa dan guru sudah cukup baik. - Beberapa siswa sudah mulai berani menjawab pertanyaan yang diberikan guru. - Siswa sudah tidak merasa malu, bahkan ada siswa yang berani bertanya kepada guru. - Siswa menunjukkan minat yang baik terhadap pembelajaran menulis cerpen dengan strategi Story Writing Map. - Siswa terlihat lebih tertarik dan tertantang saat mengerjakan tugas menulis cerpen. - Suasana yang ditimbulkan saat belajar mengajar cukup kondusif dan - Siswa yang melakukan kegiatan di luar topik pembelajaran sudah jarang dijumpai. - Siswa lebih antusias memperhatikan instruksi guru sehingga pembelajaran menjadi kondusif. - Interaksi siswa dengan guru sangat baik. - Siswa sudah mulai terbiasa bertanya dan menjawab pertanyaan guru dengan percaya diri. - Minat siswa terhadap pembelajaran semakin meningkat dari siklus ke siklus. - Siswa menulis cerpen dengan perasaan senang dan antusias. - Suasana kelas pada proses pembelajaran kondusif dan

98 81 Aspek Uraian Pengamatan Pratindakan Siklus I Siklus II mengobrol dengan temannya sehingga kelas menjadi ramai. terkendali saat kegiatan menulis cerpen. terkendali. Berdasarkan tabel 8 tersebut, terlihat adanya perubahan sikap ke arah positif yang ditunjukkan dari perubahan tingkah laku siswa. Hal tersebut ditandai dengan perubahan sikap siswa yang lebih antusias, aktif, dan responsif dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga proses belajar pun menjadi lancar dan menyenangkan. Adanya peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen dapat dikatakan berhasil. Selain itu, tanggapan siswa mengenai strategi story writing map yang digunakan sebagai strategi dalam pembelajaran menulis cerpen dapat diketahui dari angket yang telah dibagikan kepada siswa. Hasil tanggapan siswa terhadap strategi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Hasil Angket Refleksi Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan Strategi Story Writing Map No. Pernyataan SS S KS TS 1. Siswa baru mengetahui dan memahami tentang menulis cerpen setelah mendapat tugas menulis 12,12% 60,61% 21,21% cerpen dengan strategi story writing map. 2. Strategi story writing map sangat membantu siswa dalam menuangkan ide atau gagasan dengan lancar. 3. Strategi story writing map dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. 6 18,18% 4 12,12% 23 69,67% 28 84,85% 4 12,12% 1 3,03% 2 6,06% 4. Pembelajaran menulis cerpen

99 dengan strategi story writing map dapat memusatkan pikiran siswa dalam merancang ide dan gagasannya. 5. Sesudah mendapatkan tugas menulis cerpen dengan strategi story writing map siswa lebih terampil dalam menulis cerpen. 6. Apakah menurut anda strategi story writing map dapat membantu anda dalam menemukan ide dalam menulis cerpen? 7. Apakah menurut anda strategi story writing map dapat meningkatkan kreativitas anda dalam mengembangkan alur cerita saat menulis cerpen? 8. Apakah setelah diadakan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map anda masih merasakan kesulitan dalam menulis cerpen? 9. Apakah strategi story writing map dapat menumbuhkan minat anda dan membuat pembelajaran menulis cerpen menjadi lebih mudah? 10. Setujukah anda jika strategi story writing map diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen? 6,06% 84,85% 9,09% 2 6,06% 2 6,06% 6 18,18% 2 6,06% 2 6,06% 4 12,12% 25 75,76% 26 78,79% 25 75,76% 7 21,21% 18 54,55% 25 75,76% 5 15,15% 5 15,15% 2 6,06% 19 57,56% 11 33,33% 4 12,12% ,03% ,15% 2 6,06% 0 Berdasarkan tabel di atas, siswa menyatakan setuju jika strategi story writing map diterapkan pada pembelajaran menulis cerpen. Sebanyak 25 siswa atau sebesar 75,76% menyatakan bahwa strategi ini mampu meningkatkan kreativitas dalam pengembangan alur cerita. Selain itu sebanyak 18 siswa juga menyatakan bahwa strategi ini mampu menumbuhkan minat dan membuat pembelajaran menulis cerpen menjadi lebih mudah. Keberhasilan yang diperoleh

100 dalam penelitian ini tidak lepas dari susunan kegiatan yang dilakukan dari tindakan siklus I hingga siklus II. 83 D. Pembahasan 1. Deskripsi Awal mengenai Pengetahuan dan Pengalaman Siswa dalam Menulis Cerpen Pembelajaran menulis cerpen merupakan salah satu keterampilan bersastra yang menuntut siswa untuk lebih kreatif dalam bidang menulis, terutama menulis sastra. Guru juga dituntut untuk kreatif dalam memilih atau menggunakan strategi yang dapat digunakan untuk menunjang dan meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih diketahui bahwa kegiatan menulis cerpen kurang diminati oleh siswa. Pembelajaran yang monoton dengan menggunakan metode tradisonal menjadikan siswa kurang bersemangat ketika menulis cerpen, suasana di dalam kelas menjadi sangat gaduh karena siswa lebih memilih mengobrol dengan temannya. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya siswa yang berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga mempengaruhi hasil tulisan siswa. Kurangnya penerapan strategi dalam menulis cerpen juga menjadi masalah bagi siswa. Dari hasil menulis cerpen siswa sebelum implementasi tindakan dijumapi banyak kekurangan dalam cerpen yang dibuat siswa. Sebagian besar siswa kesulitan dalam mengembangkan ide, menentukan kalimat pembuka dalam

101 84 cerpen, mengembangkan alur dan menciptakan konflik, serta kesulitan dalam menggunakan majas untuk menghidupkan cerita mereka. Penyebab rendahnya nilai siswa pada tahap pratindakan juga dapat dilihat berdasarkan angket yang dibagikan kepada siswa sebelum masuk pada tindakan siklus I. Angket tersebut bertujuan untuk menggali informasi awal mengenai kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Berdasarkan hasil angket informasi awal menulis cerpen pada tahap pratindakan yang terlampir di halaman 155 tersebut diperoleh keterangan bahwa siswa tidak terlalu memiliki minat dengan pembelajaran menulis cerpen. Hanya 2 siswa (6,06%) yang menyatakan senang dengan kegiatan menulis cerpen, sedangkan sebanyak 20 siswa (60,61%) menyatakan kadang-kadang dan 11 siswa (33,33%) menyatakan tidak menyukai kegiatan menulis cerpen. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa minat sebagian besar siswa untuk menulis cerpen dipengaruhi oleh suasana hati mereka, sehingga siswa menyatakan kadang-kadang menyukai kegiatan menulis cerpen. Hal tersebut berimbas pada cerpen yang dihasilkan siswa menjadi kurang maksimal. Rata-rata siswa (54,55%) juga menyatakan tidak pernah menulis cerpen di luar jam pelajaran di sekolah sehingga keterampilan mereka dalam menulis cerpen kurang terasah dan dirasa cukup sulit. Hasil yang diperoleh siswa tanpa adanya bimbingan dari guru juga menjadi tidak maksimal. Sebanyak 24 siswa (72,73%) menyatakan bahwa tidak ada bimbingan dan arahan secara intensif untuk menulis cerpen di sekolah. Guru hanya memberikan materi dan tugas menulis cerpen tanpa adanya arahan dengan

102 85 strategi atau cara tertentu sehingga siswa merasa kesulitan saat menulis cerpen. Sebanyak 7 siswa (21,21%) merasa kesulitan ketika mengikuti pembelajaran menulis cerpen dan 16 lainnya (48,49%) berada pada kondisi yang tidak menentu. Sebanyak 23 siswa (69,70%) mengungkapkan bahwa mereka sering menemui kesulitan dalam menulis cerpen. Kesulitan tersebut adalah menggali dan mengembangkan ide, menggunakan diksi yang tepat dalam menulis cerpen, serta mengembangkan alur dan menciptakan konflik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal berikut. a. Siswa X.2 SMA Negeri 1 Pengasih terkadang menyukai pembelajaran menulis cerpen. b. Sebagian besar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih tidak pernah melakukan kegiatan menulis cerpen di luar jam pelajaran sekolah. c. Siswa X.2 SMA Negeri 1 Pengasih sebagian besar merasa menulis cerpen adalah kegiatan yang sulit. d. Sebagian besar siswa melakukan kegiatan menulis cerpen karena adanya tugas dari guru bukan sebagai upaya untuk mengembangkan bakat atau hobi menulis. e. Guru belum menerapkan penggunaan strategi atau cara menulis cerpen yang mudah dan menyenangkan. f. Bimbingan dan arahan secara intensif belum dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran menulis cerpen. Selain menggunakan angket, peneliti juga mengadakan praktik menulis cerpen untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hasil skor

103 86 rata-rata yang diperoleh siswa pada tahap pratindakan hanya sebesar 62,61 dan tergolong rendah karena belum mencapai kriteria keberhasilan penelitian sebesar 70,00. Berikut akan dibahas hasil pratindakan siswa dalam setiap aspek. a. Aspek Isi Aspek isi mempunyai tiga kriteria, yaitu (1) kesesuaian cerita dengan tema, (2) kreativitas pengembangan cerita, dan (3) ketuntasan cerita. 1) Kesesuaian Cerita dengan Tema Kriteria kesesuaian cerita dengan tema menitikberatkan penilaian pada hasil tulisan siswa dengan tema yang telah dipilih. Dalam kegiatan pratindakan ini siswa bebas menentukan sendiri tema yang mereka pilih. Pada tahap ini sebagian besar siswa telah mampu mengembangkan tema yang mereka pilih menjadi sebuah cerpen. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. Penggalan cerpen di atas adalah milik siswa S11 yang ditulis tanpa judul. Cerpen tersebut mengisahkan tentang perselisihan yang terjadi dalam persahabatan. Perselisihan terjadi karena hilangnya hp yang dimiliki salah seorang tokoh. Dalam cerpen tersebut tema dikembangkan secara optimal, antara kalimat dan paragraf memiliki hubungan yang dirangkai dengan cukup baik. Hal tersebut juga terlihat pada penggalan cerpen berikut.

104 87 Penggalan cerpen di atas adalah milik siswa S30 yang ditulis tanpa judul. Cerpen tersebut mengisahkan persahabatan empat orang anak yang harus terpisah kelas. Dalam cerpen tersebut dikisahkan bahwa persahabatan mereka tetap terjalin meskipun mereka terpisah kelas dan sering cekcok satu dengan yang lain. Berdasarkan penggalan cerpen tersebut dapat dilihat bahwa tiap detail cerita yang ditulis tidak bertentangan dengan tema yang telah dipilih. 2) Kreativitas Pengembangan Cerita Pada kriteria ini, kreativitas pengembangan cerita merupakan kriteria penting dalam penulisan cerpen. Cerita yang dikembangkan secara kreatif akan lebih menarik untuk dibaca. Dari hasil tulisan siswa pada tahap pratindakan, terlihat siswa kurang terampil dalam mengembangkan cerita, seperti pada penggalan cerpen berikut.

105 88 Penggalan cerpen di atas adalah milik seorang siswa S11 yang ditulis tanpa judul. Cerpen tersebut menunjukkan keterampilan menulis cerpen siswa dalam mengembangkan cerita masih kurang. Hal tersebut juga terjadi pada penggalan cerpen di bawah ini. Penggalan cerpen di atas adalah milik seorang siswa S30 yang ditulis tanpa judul. Dalam penggalan cerpen tersebut dapat dilihat bahwa cerita tersebut belum dikembangkan dengan baik. Alur yang ditampilkan kurang menarik perhatian pembaca karena hanya merupakan urutan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama sehingga konflik tidak muncul.

106 89 3) Ketuntasan Cerita Kriteria ketuntasan cerita dinilai dari proses penyajian akhir cerita. Akhir cerita dapat berupa close ending atau open ending. Rata-rata cerpen yang ditulis oleh siswa menampilkan akhir cerita secara close ending. Berikut adalah contoh penggalan cerpen milik siswa S11 dan S30. (Penggalan cerpen karya siswa S11) (Penggalan cerpen karya siswa S30) Pada dua kutipan cerpen tersebut, akhir cerita yang disajikan bersifat close ending dan tidak menimbulkan rasa penasaran bagi pembaca. Pembaca dengan mudah dapat menebak akhir cerita yang disajikan dalam cerpen tersebut sehingga pembaca tidak mendapatkan surprise sama sekali. Sebagian besar siswa juga menyajikan proses akhir cerita dengan terburu-buru karena ingin cepat menyelesaikan cerpen yang mereka tulis. b. Aspek Organisasi dan Penyajian Aspek organisasi dan penyajian meliputi empat kriteria, yaitu (1) penyajian alur, tokoh, dan setting, (2) penyajian sudut pandang, gaya dan nada serta judul, (3) kepaduan unsur-unsur cerita, dan (4) kelogisan urutan cerita.

107 90 1) Penyajian Alur, Tokoh, dan Setting Penyajian unsur-unsur berupa alur, tokoh, dan latar cerita yang ditampilkan siswa pada tahap pratindakan tergolong cukup. Hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar siswa mampu menggambarkan tokoh meskipun secara sederhana. Siswa juga masih terpaku dengan hanya menggunakan alur maju. Latar yang disajikan dalam cerpen siswa juga terbatas pada latar tempat dan belum didukung adanya latar waktu dan sosial. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerita berikut. Penggalan cerpen tersebut adalah karya siswa S11. Dalam penggalan cerpen tersebut siswa telah sedikit paham tentang kehadiran tokoh dalam cerpen dengan adanya beberapa tokoh dalam cuplikan cerpen di atas. Tokoh yang disajikan adalah aku, Dita, Heni, Istna, dan Andi tetapi penggambaran karakter tokoh belum terlalu jelas. Penyajian alur juga terlihat kurang baik. Apabila dibaca secara keseluruhan belum terlihat pemahaman alur, konflik, dan klimaks cerita yang dimunculkan dalam cerita. Hal tersebut juga dapat dijumpai pada kutipan cerpen berikut.

108 91 Penggalan cerpen tersebut adalah karya siswa S30. Pada kutipan di atas kekurungan yang yang paling menonjol adalah kurangnya pemahaman alur, konflik, dan klimaks cerita. Hal tersebut menyebabkan alur cerita tidak mengandung suspense yang mampu menarik pembaca. Pada tahap ini siswa masih kesulitan dalam mengembangkan alur, karakter tokoh, dan setting. 2) Penyajian Sudut Pandang, Gaya dan Nada, serta Judul Pada tahap pratindakan mayoritas siswa kebingungan dalam membuat judul sehingga muncul banyak cerpen tanpa judul. Penggunaan gaya dan nada yang tepat sebenarnya akan menghidupkan karakter tokoh, akan tetapi siswa belum mampu menghadirkan gaya dan nada yang tepat. Hal tersebut dapat dilihat pada dua penggalan cerpen berikut.

109 92 (Penggalan cerpen karya siswa S11) (Penggalan cerpen karya siswa S30) Kedua penggalan cerpen di atas ditulis tanpa judul. Penggunaan gaya dan nada juga terlihat belum maksimal. Hal serupa juga terjadi pada sebagian besar siswa. Siswa belum mampu mengekspresikan sikap dan nada terhadap tokoh-tokoh yang diceritakan. 3) Kepaduan Unsur-unsur Cerita Dalam sebuah cerpen, unsur-unsur cerita harus disajikan dengan padu dan utuh. Adanya kepaduan unsur-unsur cerita pada cerpen akan membuat cerita lebih hidup dan menarik sehingga pembaca seolah-olah hanyut ke dalam cerita. Pada tahap pratindakan kepaduan unsur-unsur cerita dapat disajikan dengan cukup baik oleh sebagian besar siswa, seperti pada kutipan cerpen berikut.

110 93 Penggalan cerpen di atas adalah karya siswa S11 yang ditulis tanpa judul. Kutipan di atas menunjukkan kemampuan siswa dalam memadukan unsur-unsur cerita sebelum diberikan tindakan. Cerpen tersebut telah menunjukkan kepaduan yang cukup. Siswa berusaha memadukan tema perselisihan dengan latar yang digunakan, yaitu rumah, ruang guru, dan sekolah. Nama tokoh yang digunakan pun merupakan nama yang sering dijumapi pada kehidupan sehari-hari, seperti Prisca, Heni, Dita, dan Istna. 4) Penyajian Urutan Cerita secara Logis Pada tahap pratindakan siswa sudah cukup menampilkan urutan cerita secara logis. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan-penggalan cerpen yang dicontohkan di atas. Secara umum siwa sudah dapat menyajikan urutan cerita

111 94 secara logis. Cerita yang ditampilkan pun cukup jelas dengan menampilkan hubungan peristiwa satu dengan yang lainnya. c. Aspek Bahasa Aspek bahasa memegang peranan yang tidak kalah penting dari aspekaspek yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa menjadi ciri khas seorang penyair. Aspek bahasa memiliki kriteria penggunaan majas. Pada kriteria ini, siswa belum mempunyai pemahaman yang penuh mengenai penggunaan majas. Siswa lebih cenderung menulis apa adanya, sehingga cerita menjadi kurang hidup, monoton, dan membosankan. Hal tersebut dapat dilihat dari contoh penggalanpenggalan cerpen di atas. d. Aspek Mekanik Secara umum dalam aspek mekanik pemahaman siswa terhadap kepaduan pargraf dan penulisan huruf, kata, kalimat, dan tanda baca masih tergolong rendah. Siswa belum menguasi teknik penulisan, masih terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan siswa terutama dalam membedakan di sebagai prefiks dan di sebagai preposisi. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan cerpen berikut.

112 95 Penggalan cerpen tersebut adalah karya siswa S11. Pada penggalan cerpen tersebut terlihat bahwa siswa belum mampu membedakan prefiks dan preposisi. Kesalahan yang dapat dijumpai dapat dilihat pada frase didepan, didekat, dan disebelahku yang seharusnya ditulis secara terpisah akan tetapi ditulis dengan menggabungkan preposisi di dengan kata yang mengikuti di belakangnya. Siswa juga didapati kurang konsisten dalam penulisan huruf kapital setelah tanda baca titik. 2. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Story Writing Map Pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map dilakukan dengan menginstruksikan siswa untuk membuat cerpen dengan membuat skema dan membagi cerita menjadi 3 bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Berdasarkan informasi awal yang diperoleh dari angket, kesulitan yang dialami siswa adalah menggali dan mengembangkan ide, membuat alur dan konflik. Siswa pun menganggap menulis cerpen adalah kegiatan yang sulit. Merujuk pada hasil tes menulis cerpen pada tahap pratindakan, keterampilan siswa dalam menulis cerpen dikategorikan rendah. Penyajian tokoh, alur, dan setting belum maksimal. Cerpen yang dihasilkan pun kurang menarik karena tidak adanya konflik yang dibangun dalam cerpen. Pada aspek bahasa dan mekanik juga terdapat banyak kesalahan yang dilakukan siswa. Melalui tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II dengan strategi story writing map, kemampuan menulis cerpen telah berhasil ditingkatkan. Peningkatan

113 96 terjadi pada tiap kriteria penulisan cerpen. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari penjabaran berikut. a. Aspek Isi 1) Kesesuaian Cerita dengan Tema Kriteria kesesuaian cerita dengan tema mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari kegiatan pratindakan hingga siklus II. Pada akhir tindakan siklus I dan siklus II, siswa telah mampu mengembangkan tema secara optimal. Penggunaan skema ilustrasi dan penjabaran bagian perbagian dengan strategi story writing map mampu menuntun siswa untuk dapat menyusun serta mengembangkan tema dengan baik. Pada tahap ini sudah tidak didapati kalimat dan pargraf yang tidak sesuai dengan tema, antara kalimat dan paragraf memiliki hubungan sebab akibat yang dirangkai dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada dua penggalan cerpen berikut. (Penggalan cerpen karya siswa S11 yang berjudul Berselimut Kebahagiaan.)

114 97 (Penggalan cerpen karya siswa S30 yang berjudul Dua Sisi.) Penggalan cerpen di atas merupakan karya siswa pada akhir tindakan siklus I. Tema yang diangkat pada tindakan siklus I adalah Perjuangan Menggapai Cita-cita. Berdasarkan kedua penggalan cerpen tersebut siswa mengisahkan tentang perjuangan tokoh utama untuk mendapatkan keinginannya meskipun banyak hambatan yang harus dilalui. Dalam cerpen tersebut, dapat dilihat bahwa siswa mampu menyelaraskan cerita dengan tema setelah mendapatkan tindakan dengan strategi story writing map. Pada siklus II, secara umum kriteria kesesuaian cerita dengan tema mengalami peningkatan yang cukup baik. Siswa telah mampu menyelaraskan cerita dengan tema yang ditentukan oleh guru, yaitu Kehidupan dalam Lingkungan Keluarga. Pada tahap akhir tindakan siklus II ini tema dikembangkan secara optimal oleh siswa. Tidak ditemukan kalimat/ paragraf yang tidak sesuai dengan tema. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa telah berhasil menggunakan strategi story writing map untuk mengembangkan kalimat dan paragraf berdasarkan skema ilustrasi pada tiap bagian cerpen dengan baik. Berikut adalah contoh dua penggalan cerpen milik siswa S11 dan S30.

115 98 (Penggalan cerpen karya siswa S11 yang berjudul Hanya Memaafkan namun Tidak Melupakan ) (Penggalan cerpen karya siswa S30 yang berjudul Misteri Sebuah Mimpi ) Kedua penggalan cerpen tersebut merupakan karya siswa pada siklus II. Dalam penggalan cerita tersebut dapat dilihat bahwa siswa mampu menyesuaikan cerita dengan tema yang diberikan tanpa ada kalimat dan paragraf yang melenceng dari tema. Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa juga dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa dari tahap pratindakan hingga

116 99 akhir tindakan siklus II. Rata-rata skor kriteria kesesuaian cerita dengan tema pada pratindakan adalah 8,09 meningkat sebesar 0,43 poin menjadi 8,52 setelah diadakan tindakan siklus I. Pada akhir tindakan siklus II, rata-rata yang diperoleh siswa mencapai 8,91. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,39 poin seperti tampak pada histogram berikut Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 8. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Kesesuaian Cerita dengan Tema 2) Kreativitas Pengembangan Cerita Keterampilan menulis cerpen pada kriteria kreativitas pengembangan cerita mengalami peningkatan yang cukup baik setelah dilakukan beberapa kali tindakan dengan strategi story writing map. Pembuatan skema dan ilustrasi yang dilakukan pada siklus I dan II juga mampu membantu siswa dalam mengembangkan cerita. Siswa menjadi semakin terarah dalam mengembangkan cerita berdasarkan skema yang dijadikan acuan sebagai kerangka cerita yang menggambarkan awal sampai akhir cerita. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil cerpen siswa pada siklus I dan siklus II berikut.

117 100 Penggalan cerpen di atas merupakan karya siswa S11 pada siklus I dengan judul Berselimut Kebahagiaan. Dalam penggalan cerpen tersebut cerita dikembangkan dengan cukup baik. Skema dan ilustrasi yang dibuat siswa dikembangkan dengan maksimal sehingga menghasilkan cerpen yang layak dibaca. Sama halnya dengan cerpen karya siswa S11, cerpen siswa S30 yang berjudul Dua Sisi juga dikembangkan dengan cukup baik seperti pada penggalan cerpen di bawah ini.

118 101 Pada siklus II sebagian besar siswa sudah dapat mengembangkan cerita dengan baik dan kreatif. Cerita yang dibuat tidak keluar dari tema yang telah ditentukan oleh guru, seperti pada penggalan cerpen milik siswa S11 yang berjudul Hanya Memaafkan namun Tidak Melupakan dan siswa S30 yang berjudul Misteri Sebuah Mimpi berikut. (Penggalan cerpen karya siswa S11) (Penggelan cerpen karya siswa S30)

119 102 Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa juga dapat dilihat dari histogram berikut Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 9. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Kreativitas Pengembangan Cerita Berdasarkan histogram di atas peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa dari tahap pratindakan hingga akhir tindakan siklus II. Rata-rata skor kriteria kreativitas pengembangan cerita pada pratindakan adalah 6,67 meningkat sebesar 0,39 poin menjadi 7,06 setelah diadakan tindakan siklus I. Pada akhir tindakan siklus II, rata-rata yang diperoleh siswa mencapai 7,12. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,06 poin. 3) Ketuntasan Cerita Ketuntasan cerita meupakan penyajian akhir cerita, dapat berupa open ending atau close ending. Pada tahap pratindakan, umumnya siswa membuat cerita dengan akhir close ending. Siswa terburu-buru ingin menyelesaikan cerita sehingga melupakan apa yang terjadi pada tokoh lain. Cerita pun seperti dipaksa untuk berhenti. Pada akhir tindakan siklus I, setelah mendapatkan pembelajaran dengan strategi story writing map siswa mulai mampu menuntaskan cerita dengan

120 103 baik dan beragam. Siswa terlihat berusaha untuk menghadirkan surprise bagi pembaca. Dengan pemanfaatan strategi ini majinasi siswa berkembang. Pembuatan skema yang mereka ilustrasikan dalam bentuk gambar dan kata kunci memudahkan siswa berimajinasi menuntaskan akhir cerita dengan kreatif. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh penggalan cerpen berikut. Penggalan cerpen tersebut milik siswa S11 dengan judul Berselimut Kebahagiaan. Ketuntasan cerita pada penggalan cerpen tersebut sengaja dibuat menggantung (open ending) oleh siswa. Pembaca dibebaskan untuk menafsirkan akhir cerita berdasarkan imajinasinya masing-masing. Sebagian besar siswa juga mampu menghadirkan akhir cerita dengan jelas tetapi tidak monoton. Hal tersebut dapat dilihat dari contoh penggalan cerpen berikut.

121 104 Penggalan cerpen tersebut adalah karya siswa S30 dengan judul Dua Sisi. Akhir cerita yang dibuat oleh siswa tersebut cukup jelas walaupun disusun dengan akhir close ending. Peningkatan juga terjadi pada siklus II. Siswa mampu menyajikan penyelesaian setiap peristiwa dengan tepat, seperti contoh dua penggalan cerpen berikut. (Penggalan cerpen karya siswa S11 dengan judul Hanya Memaafkan namun Tidak Melupakan ) (Penggalan cerpen karya siswa S30 dengan judul Misteri Sebuah Mimpi ) Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa dalam kriteria ketuntasan cerita juga dapat dilihat dari skor rata-rata siswa dari tahap pratindakan hingga akhir tindakan siklus II. Peningkatan tersebut dilihat pada histogram berikut.

122 Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 10. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Ketuntasan Cerita Berdasarkan histogram di atas dapat dilihat bahwa keterampilan menulis cerpen para siswa mengalami peningkatan secara bertahap. Skor rata-rata siswa pada pratindakan sebesar 5,88. Meningkat 0,21 poin setelah diberi tindakan siklus I, sehingga tercatat rata-rata siswa pada siklus I sebesar 6,09. Pada akhir tindakan siklus II, skor rata-rata yang diperoleh siswa kembali meningkat sebesar 0,76 poin menjadi 7,12. b. Aspek Organisasi dan Penyajian Aspek organisasi dan penyajian memiliki empat kriteria penilaian, yaitu (1) penyajian alur, tokoh, dan setting, (2) penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul, (3) kepaduan unsur-unsur cerita, (4) penyajian urutan cerita secara logis. Peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dilihat pada pembahasan berikut. 1) Penyajian alur, tokoh, dan setting Pada tindakan siklus I dan siklus II penyajian alur, tokoh, dan setting mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahap pratindakan. Hal tersebut dapat dilihat dalam penggalan-penggalan cerpen milik siswa di bawah ini.

123 106 Penggalan cerpen di atas adalah milik siswa S11 dengan judul Berselimut Kebahagiaan yang dikerjakan pada tindakan siklus I. Cerpen tersebut digolongkan sebagai cerpen yang cukup baik. Siswa terbantu dengan langkah penggunaan strategi story writing map yang membagi cerita menjadi 3 bagian

124 107 (awal, tengah, dan akhir) serta pembuatan skema seperti tampak pada gambar di atas. Pada tahap awal siswa menceritakan tentang gambaran latar cerita. Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen mulai terlihat dari kemampuan siswa dalam menggambarkan latar waktu, tempat, dan suasana dengan jelas. Pada akhir tindakan siklus I, penggambaran tokoh terlihat cukup detail. Pembuatan skema tersebut juga berfungsi sebagai alat pengingat bagi siswa ketika mengembangkan alur. Pada tahap ini siswa mampu mengembangkan alur dengan baik. Kualitas cerpen siswa kembali meningkat pada akhir tindakan siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut.

125 108 Skor rata-rata keterampilan menulis siswa pada kriteria penyajian alur, tokoh, dan setting meningkat dari tahap pratindakan hingga siklus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada histogram berikut Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 11. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Penyajian alur, tokoh, dan setting Berdasarkan gambar 11 tersebut dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis cerpen pada kriteria penyajian alur, tokoh, dan setting mengalami peningkatan secara bertahap. Pada tahap pratindakan, skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 6,33. Setelah diadakan tindakan pada siklus I skor ratarata meningkat menjadi 6,52 dan pada akhir tindakan siklus II meningkat sebesar 0,60 poin menjadi 7,12.

126 109 2) Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul Gaya dan nada merupakan sarana cerita yang akan mendukung penyampaian fakta cerita (tokoh, alur, setting). Penggunaan gaya dan nada yang tepat akan menghidupkan karakter tokoh yang ditampilkan. Gaya bahasa yang berbeda dalam percakapan tokoh dapat memunculkan ciri khas karakter tokoh yang ingin ditampilkan. Kesuksesan penggambaran alur dan setting cerita dapat dibangun dengan gaya dan nada. Pada tindakan siklus I dan siklus II siswa mampu memunculkan gaya bahasa dengan karakternya masing-masing. Selain itu judul juga mempunyai peran yang cukup penting, karena judul adalah hal pertama yang akan dibaca oleh pembaca. Apabila judul cerpen menarik dan mengundang rasa keingintahuan pembaca, maka pembaca pun akan melanjutkan membaca cerpen. Sebaliknya, jika judul tidak menarik tentu pembaca menjadi kurang tertarik untuk membaca. Pada tahap ini siswa telah berhasil membuat judul yang menarik, seperti Dua Sisi, Misteri Sebuah Mimpi, Tangga Keberhasilan,dll. Dalam proses penulisan cerpen dengan strategi story writing map, kriteria penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul mengalami peningkatan dari tahap ke tahap. Pada tahap pratindakan skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 5,45. Hasil cerpen pada tahap pratindakan tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis cerpen siswa masih rendah. Skor rata-rata tersebut meningkat setelah diberikan tindakan siklus I. Skor rata-rata siswa pada siklus I sebesar 6,12 meningkat sebesar 0,73 poin. Pada akhir siklus II meningkat pula sebesar 0,94 poin menjadi 7,06. Kenaikan skor rata-rata pada kriteria penyajian

127 sudut pandang, gaya dan nada, serta judul ditampilkan lebih jelas melalui grafik di bawah ini Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 12. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul 3) Kepaduan unsur-unsur cerita Pada siklus I, siswa telah mampu memadukan unsur-unsur berupa alur, tokoh, dan setting dengan baik. Kepaduan dari ketiga unsur tersebut dapat mendukung jalinan cerita yang ditulis oleh siswa, seperti pada penggalan cerpen berikut.

128 111 Penggalan cerpen di atas adalah hasil karya siswa S30 yang berjudul Dua Sisi. Dalam penggalan cerpen tersebut sudah terlihat kepaduan antar unsur-unsur cerita meskipun cerita disusun dengan menggunakan strategi story writing map. Kepaduan antar unsur-unsur cerpen yang ditulis dengan strategi ini justru terjalin dengan baik walaupun siswa menuliskannya dengan membagi cerita menjadi tiga bagian, awal, tengah, dan akhir. Peristiwa yang disajikan oleh siswa telah dirangkai secara padu berbeda dengan hasil pratindakan. Keterpaduan dari unsur alur, tokoh, dan latar cerita tersebut dapat mendukung cerita yang terjalin di dalamnya. Pada akhir tindakan siklus II terjadi peningkatan yang cukup baik pada kriteria kepaduan unsur-unsur cerita. Peningkatan dapat dilihat dari penggalan cerpen berikut.

129 112 (Penggalan cerpen karya siswa S30 yang berjudul Misteri Sebuah Mimpi ) Peningkatan keterampilan siswa dalam memadukan unsur-unsur cerita juga dapat dilihat dari histogram berikut Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 13. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Kepaduan unsur-unsur cerita Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa skor yang diperoleh siswa pada tahap pratindakan sebesar 6,45 kemudian meningkat 0,70 poin menjadi 7,15. Pada akhir tindakan siklus II, skor siswa kembali meningkat menjadi 7,88. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata siswa pada kepaduan unsur-unsur cerita sebesar 0,73 poin.

130 113 4) Penyajian urutan cerita secara logis Pada tahap pratindakan penyajian urutan cerita yang dirangkai oleh siswa belum maksimal. Siswa menyajikan cerita dengan tergesa-gesa sehingga kurang runtut dan kurang logis. Peningkatan keterampilan siswa dalam menyajikan urutan cerita secara logis dapat dilihat pada tahap akhir tindakan siklus I dan siklus II. Siswa mampu menulis cerpen dengan urutan peristiwa yang jelas dan logis sehingga cerita mudah dipahami. Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa juga dapat dilihat dari meningkatnya skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kriteria penyajian urutan cerita secara logis. Pada tahap pratindakan skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 7,06. Setelah diberi tindakan pada siklus II, skor rata-rata meningkat sebesar 0,46 poin menjadi 7,52. Hal tersebut juga terjadi pada akhir tindakan siklus II, skor rata-rata siswa meningkat menjadi 8,06. Dengan demikian skor rata-rata yang diperoleh siswa pada kriteria penyajian cerita secara logis meningkat sebesar 0,54 poin, seperti tergambar pada histogram berikut Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 14. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Penyajian Urutan Cerita secara Logis

131 114 c. Aspek Bahasa 1) Penggunaan majas Penggunaan majas dalam cerita merupakan variasi penggunaan bahasa agar cerita tidak monoton dan membosankan. Majas lebih sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu secara tersirat, sehingga menuntut pembaca untuk berpikir dalam membacanya. Pada tahap pratindakan, siswa masih belum bisa menghadirkan majas dalam cerita yang mereka buat sehingga cerita tersebut menjadi kurang menarik. Peningkatan terjadi pada akhir tindakan siklus I, meskipun hasilnya belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan cerpen berikut. Penggalan cerpen di atas adalah karya siswa S30 dengan judul Dua Sisi. Dari penggalan cerpen tersebut dapat dilihat, siswa telah mencoba menggunakan majas dalam cerpen yang dibuat. Majas yang ditemukan pada penggalan cerpen di atas antara lain adalah majas personifikasi dalam kalimat Alarmku berbunyi merdu. dan majas hiperbola dalam kalimat semalam suntuk merayakan kelulusan dengan sahabat-sahabatku.

132 115 Secara umum pada tindakan siklus I, siswa telah berusaha menampilkan penggunaan majas yang beraneka ragam. Hal itu dapat dilihat pada penggalan cerpen berikut. Penggalan cerpen di atas adalah karya siswa S11 dengan judul Berselimut Kebahagiaan. Dalam penggalan cerpen tersebut pembaca dapat menemukan majas simile dalam kalimat Hentakan kakiku saat berlari menuju ruang keluarga terdengar seperti hentakan kaki kuda yang sedang dipacu. Penggunaan gaya bahasa dan majas dalam cerita tersebut menjadikan cerpen lebih bernyawa dan menarik. Peningkatan pada kriteria penggunaan majas juga terjadi pada siklus II. Sebagian besar siswa sudah mulai terbiasa dalam menggunakan majas. Siswa sudah tidak menemukan kesulitan dalam menyusun majas untuk menghidupkan cerpen yang dibuat. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh dua penggalan cerpen karya siswa S30 yang berjudul Misteri Sebuah Mimpi dan S11 dengan judul Hanya Memaafkan namun Tidak Melupakan di bawah ini.

133 116 (Penggalan cerpen karya siswa S30) (Penggalan cerpen karya siswa S11) Pada kutipan cerita tersebut, penggunaan majas yang digunakan oleh siswa adalah majas hiperbola yang dapat dilihat dalam kalimat Tidak terasa air mataku mengalir deras dan majas simile pada kalimat Langkah kakiku yang menderap seperti mengatakan betapa nyamannya tidurku malam tadi. Secara keseluruhan pada akhir tindakan siklus II, siswa sudah mampu mengaplikasikan dan menyajikan majas dalam cerita yang mereka buat. Peningkatan keterampilan siswa pada kriteria penggunaan majas juga dapat dilihat dari hasil skor rata-rata yang diperoleh siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada histogram di bawah ini.

134 Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 15. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Penggunaan majas Berdasarkan histogram di atas, skor rata-rata keterampilan menulis cerpen siswa pada kriteria penggunaan majas sebelum diberikan tindakan adalah 4,73 sedangkan pada siklus I skor yang diperoleh siswa adalah 5,55. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan skor rata-rata keterampilan menulis cerpen siswa pada kriteria penggunaan majas sebesar 0,82 poin. Skor rata-rata pada akhir tindakan siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 0,63 poin menjadi 6,18. d. Aspek Mekanik 1) Kepaduan Paragraf Keterampilan menulis cerpen siswa pada kriteria kepaduan pargraf secara umum dimulai dari tahap pratindakan hingga akhir tindakan siklus II sudah cukup baik. Siswa mampu menyusun kalimat dan pargraf secara padu sehingga jalan cerita mudah diikuti oleh pembaca. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan cerpen berikut.

135 118 Penggalan cerpen tersebut adalah karya siswa S11 yang ditulis pada akhir tindakan siklus I dengan judul Berselimut Kebahagiaan. Pada penggalan cerpen tersebut terlihat bahwa siswa sudah mampu menyusun kalimat dan pargraf secara padu sehingga jalan cerita mudah diikuti oleh pembaca. Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa pada kriteria ini juga dapat dilihat pada hasil siklus II. Adapun contoh penggalan cerpen siswa pada siklus II adalah sebagai berikut.

136 119 Peningkatan keterampilan siswa pada kriteria kepaduan paragraf juga dapat dilihat dari histogram di bawah ini Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 16. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Kepaduan Paragraf Berdasarkan histogram di atas, dapat dilihat bahwa keterampilan menulis cerpen siswa pada kriteria kepaduan paragraf meningkat dari pratindakan hingga akhir tindakan siklus II. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada tahap pratindakan sebesar 6,18 meningkat 1,03 poin pada siklus I menjadi 7,21. Pada akhir tindakan siklus II peningkatan juga terjadi, skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 7,85. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan sebesar 0,64 poin.

137 120 2) Penulisan Kriteria penulisan baik kata, kalimat, dan tanda baca dari pratindakan hingga akhir tindakan siklus II secara bertahap mengalami peningkatan. Pada tahap pratindakan terdapat banyak siswa melakukan kesalahan dalam penulisan baik kalimat ataupun tanda baca. Peningkatan kriteria penulisan meningkat pada akhir tindakan siklus I. Penulisan kata, kalimat, dan tanda baca tepat tetapi masih dijumpai beberapa kesalahan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari histogram berikut Pratindakan Siklus I Siklus II Rata-rata Peningkatan Gambar 17. Histogram Peningkatan Skor Rata-rata Keterampilan Menulis Cerpen pada Kriteria Penulisan Berdasarkan histogram di atas, dapat dilihat bahwa keterampilan menulis cerpen siswa pada kriteria penulisan dari pratindakan hingga akhir tindakan siklus I mengalami peningkatan. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada tahap pratindakan sebesar 5,82 meningkat 1,00 poin pada siklus I menjadi 6,82. Pada akhir tindakan siklus II skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 6,85 dengan kata lain meningkat sebesar 0,03 poin.

138 121 Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa tidak terjadi dalam waktu singkat, memerlukan proses secara bertahap untuk menulis cerpen dengan strategi story writing map. Pemanfaatan strategi tersebut dalam pembelajaran menulis cerpen dapat memberikan pengaruh positif terhadap guru maupun siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari peningkatan yang terjadi dari segi hasil dan proses sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Oleh karena itu, strategi story writing map sanagat memungkinkan untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih. E. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan strategi story writing map diakhiri pada siklus II. Hal ini didasarkan pada hasil diskusi mahasiswa dengan kolaborator/ guru yang menyatakan bahwa sudah terjadi peningkatan yang cukup baik dari segi proses, sikap peserta didik, maupun hasil. Peningkatan tersebut sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan. Selain itu penelitian dihentikan karena terbatasnya waktu atau jadwal penelitian dan banyaknya materi pembelajaran lain yang belum disampaikan oleh guru.

139 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi story writing map dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen. Sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan, pengetahuan dan pengalaman siswa dalam menulis cerpen masuk dalam kategori rendah. Guru juga belum memanfaatkan strategi story writing map untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa. Selama proses pembelajaran, kegiatan yang dilakukan cenderung monoton dan membosankan sehingga mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar. Strategi story writing map setelah diterapkan dalam proses pembelajaran menulis cerpen di kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih memiliki peranan yang cukup baik dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat diketahui dari meningkatnya motivasi, antusias, rasa senang, dan tanggapan positif siswa saat pembelajaran dilakukan. Keberhasilan penggunaan strategi story writing map juga dapat dilihat dari peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis cerpen. Secara umum penggunaan strategi ini dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata tes menulis cerpen pada tahap pratindakan hingga akhir tindakan siklus II yang mengalami peningkatan cukup 122

140 123 baik. Selain peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa, peningkatan juga terjadi pada skor tiap aspek dan kriteria dalam penulisan cerpen. Pada tahap pratindakan skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 62,61. Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 5,97 poin sehingga skor rata-rata yang dihasilkan oleh siswa menjadi 68,58. Pada akhir tindakan siklus II skor rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 74,03. Hal tersebut menandakan bahwa keterampilan siswa dalam menulis cerpen pada siklus II meningkat sebesar 5,45 poin. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi sebagai berikut. 1. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map dalam penelitian ini berpengaruh positif, yaitu menambah minat dan motivasi siswa dalam menulis cerpen sekaligus meningkatkan keterampilan menulis cerpen. 2. Dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa hal terkait penggunaan strategi story writing map, yaitu siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dialami saat menulis cerpen dengan mudah dan siswa dapat mengembangkan alur dan menciptkan konflik dalam cerpen dengan menggunakan langkahlangkah dalam strategi ini. 3. Peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa setelah dilakukan dengan memanfaatkan strategi story writing map memberikan dampak positif dan

141 124 berhasil. Dengan penerapan strategi ini, guru juga memiliki alternatif dalam menggunakan strategi untuk pembelajaran menulis cerpen. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan strategi story writing map dapat terus dikembangkan oleh SMA Negeri 1 Pengasih. C. Saran Dengan terbuktinya strategi story writing map dapat meningkatkan keterampilan dan motivasi belajar siswa pada kegiatan menulis cerpen, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya dapat mempertahankan hasil yang telah dicapai dalam menulis cerpen dengan strategi story writing map. b. Siswa harus lebih aktif, antusias, dan giat berlatih menulis cerpen agar dapat menghasilkan karya yang baik dan layak dipublikasikan. 2. Bagi Guru a. Pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map dapat dilanjutkan dan dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. 3. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendaknya dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam menulis cerpen. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptkan perlombaan antarsiswa di lingkungan sekolah, mengintesifkan pengelolaan madding atau majalah sekolah.

142 125 DAFTAR PUSTAKA Andriyani, Eka Ayu Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X. 2 SMA Negeri 1 Kretek, Bantul, Yogyakarta dengan Menggunakan Teknik Mind Mapping. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY. Arikunto, Suharsimi dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Banowati, Esti Keefektifan Penggunaan Strategi Story Writing Map dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa kelas X SMA PGRI Temanggung. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY. Madya, Suwarsih Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2010a. Penilaian Pembelajaran Bahasa, Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta b. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Nurjani, Saida Keefektifan Strategi Story Writing Map Berbantuan Media Wordless Picture Books dalam Pembelajaran Menulis Dongeng pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Depok Sleman. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY. Sayuti, Suminto A Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Sedyoko, Arda Keefektifan Strategi Story Writing Map dalam Pembelajaran Menulis Puisi Siswa kelas VIII SMPN 1 JatipuroWonogiri. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY. Sumardjo, Jakob Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Stanton, Robert Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry Guntur Menulis, sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

143 126 Tompkins, Gail E Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: Macmillan Publishing Company. Wiesendanger, Katherine D Strategies for Literary Education. Ohio: Upper Saddle River, New Jersey. Widyamartaya, A Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta: Kanisius. Wiyatmi Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

144 Lampiran 1.a Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Menulis Cerpen Aspek Pengamatan Verbal Nonverbal Uraian Aspek Pengamatan 1. Siswa bertanya 2. Siswa berkomentar 3. Siswa mengobrol sendiri di luar materi 4. Siswa menjawab pertanyaan guru 5. Siswa bercanda 6. Siswa tertawa 7. Siswa diam, tidak menjawab pertanyaan 8. Siswa menyahut asal-asalan 9. Siswa bermain hp 10. Siswa memperhatikan pengajar. 1. Siswa antusias belajar 2. Siswa percaya diri 3. Siswa malu 4. Siswa izin keluar 5. Siswa bermain-main sendiri 6. Siswa ketiduran 7. Siswa tidur-tiduran 8. Siswa membaca bahan bacaan lain 9. Siswa menyimak temannya 10. Siswa menyimak guru Ada/ Tidak Hasil Pengamatan dalam Hitungan Jumlah Siswa

145 Lampiran 1.b Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Menulis Cerpen No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Baik Cukup Kurang Keterangan 1. Penguasaan Kelas 2. Penguasaan Materi 3. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map 4. Alokasi waktu 5. Membimbing siswa 6. Penguasaan media 7. Meragamkan aktivitas belajar 8. Kejelasan penugasan kepada siswa 9. Mengevaluasi hasil kerja/ belajar siswa Memberikan komentar kepada siswa: 10. verbal (ucapan: bagus, baik, dsb.) nonverbal (anggukan, tepuk tangan, dsb.)

146 Lampiran 2 Nama : No Absen : Angket Informasi Awal Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih Petunjuk Pengisian 1. Bacalah pertanyaan dengan tenang dan teliti! 2. Berilah tanda ( ) pada salah satu jawaban yang dianggap tepat sesuai kondisi anda sebagai tanggapan atas setiap pertanyaan yang ada pada tiap nomor angket ini. 3. Berilah jawaban yang sejujur-jujurnya atas pernyataan tiap nomor sesuai hati nurani anda. 4. Jawaban anda tidak ada yang salah dan tidak akan mempengaruhi nilai anda dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. 5. Jawaban anda akan terjamin kerahasiaannya. No. Pertanyaan Ya Kadang -kadang Tidak Uraian 1. Apakah anda menyukai kegiatan menulis cerpen di sekolah? 2. Pernahkah anda melakukan kegiatan menulis cerpen di luar jam pelajaran di sekolah? 3. Apakah menurut anda menulis cerpen adalah kegiatan yang sulit? 4. Apakah kegiatan menulis cerpen merupakan hobi bagi anda? 5. Apakah dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas anda sering

147 menggunakan media atau cara tertentu? 6. Apakah di sekolah anda dilakukan bimbingan menulis cerpen secara intensif? 7. Apakah kegiatan menulis cerpen di sekolah dilakukan hanya untuk memenuhi tugas dari guru? 8. Senangkah anda jika di sekolah dilakukan bimbingan penulisan cerpen? 9. Apakah anda sering menemukan kesulitan dalam menulis cerpen? Jika ya sebutkan kesulitan yang anda temukan saat menulis cerpen! 10. Apakah anda sudah pernah menulis cerpen? Jika ya sebutkan judul cerpen yang pernah anda tulis!

148 Lampiran 3 Nama : No Absen : Angket Refleksi Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan Strategi Story Writing Map Petunjuk Pengisian 1. Bacalah pernyataan dengan tenang dan teliti! 2. Berilah tanda centang ( ) pada salah satu kolom (sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju) sebagai tanggapan atas setiap pernyataan yang ada pada setiap nomor angket ini. 3. Berilah jawaban yang sejujur-jujurnya atas pernyataan tiap nomor sesuai hati nurani anda. 4. Jawaban anda tidak ada yang salah dan tidak akan mempengaruhi nilai anda dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. 5. Setiap jawaban anda pada pilihan apa saja akan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan, khususnya di SMA Negeri 1 Pengasih. 6. Jawaban anda akan terjamin kerahasiaannya. No Pernyataan SS S KS TS 1. Siswa baru mengetahui dan memahami tenatang menulis cerpen setelah mendapat tugas menulis cerpen dengan strategi story writing map. 2. Strategi story writing map sangat membantu siswa dalam menuangkan ide atau gagasan dengan lancar. 3. Strategi story writing map dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. 4. Pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map dapat memusatkan pikiran siswa dalam merancang ide dan gagasannya.

149 5. Sesudah mendapatkan tugas menulis cerpen dengan strategi story writing map siswa lebih terampil dalam menulis cerpen. 6. Apakah menurut anda strategi story writing map dapat membantu anda dalam menemukan ide dalam menulis cerpen? 7. Apakah menurut anda strategi story writing map dapat meningkatkan kreativitas anda dalam mengembangkan cerita saat menulis cerpen? 8. Apakah setelah diadakan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map anda masih merasakan kesulitan dalam menulis cerpen? 9. Apakah strategi story writing map dapat menumbuhkan minat anda dan membuat pembelajaran menulis cerpen lebih menyenangkan? 10. Setujukah anda jika strategi story writing map diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen? Keterangan: SS S KS TS = Sangat Setuju = Setuju = Kurang Setuju = Tidak Setuju

150 Lampiran 4.a SILABUS Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester : SMAN 1 PENGASIH : Bahasa Indonesia : X/II Standar Kompetensi : Menulis Kompetensi Dasar 16.1 Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) Materi Pembelajaran Pengertian cerpen Ciri-ciri cerpen Unsur-unsur cerpen Membuat kerangka dengan memperhatika n kronologi waktu dan peristiwa 16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen Kegiatan Pembelajaran Mengenal bentuk cerpen Menulis cerpen sesuai dengan pengalaman pribadi Merumuskan cerpen dalam tiga bagian. Menggambarkan latar cerita Mengembangkan kerangka untuk Indikator Menentukan topik yang berhubungan dengan pengalaman diri sendiri Merumuskan kerangka cerpen dengan memperhatikan pelaku, peristiwa, alur, setting, dan latar Teknik Penilaian Tes tulis Tes lisan Penilaian Bentuk Contoh instrumen Instrumen Uraian Observasi Cerpen dituliskan berdasarkan pengalaman sendiri. Tema cerpen bebas. Cerpen ditulis dengan memperhatikan unsur-unsur cerpen yaitu, tokoh, latar, Sumber Belajar Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesi a kelas X

151 Mengembangk an kerangka cerpen dengan memperhatika n diksi, tanda baca, dan ejaan. Strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen. tengah cerita Menggambarkan alur cerita Mengembangkan kerangka untuk akhir cerita. Mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, alur, setting, latar) secara kreatif dengan memperhatikan kata, tanda baca, dan ejaan. alur, sudut pandang, gaya dan bahasa. Cerpen ditulis dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan gaya bahasa. Cerpen diberi judul yang menarik sesuai dengan tema dan isi cerita. Mengetahui, Guru Pembimbing Kulon Progo, 1 April 2014 Mahasiswa Widyah Hartati, S.Pd. NIP Rafita Herdiyanti NIM

152 Lampiran 4.b RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Pengasih : Bahasa Indonesia : X/ II : 16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen. : Menulis karangan berdasarkan kehidupan sendiri dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar) : 2 x 45 menit A. Indikator 1. Menentukan topik yang berhubungan dengan pengalaman diri sendiri untuk menulis cerpen. 2. Merumuskan skema menulis cerita pendek dengan memperhatikan pelaku, peristiwa, alur, setting, dan latar. 3. Mengembangkan skema yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. B. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menentukan topik yang berhuungan dengan pengalaman diri sendiri untuk menulis cerpen. 2. Siswa dapat merumuskan skema menulis cerpen dengan memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar. 3. Siswa dapat mengembangkan skema yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. C. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Cerpen Menurut Edgar Allan Poe (via Nurgiyantoro, 2009: 10) cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk. Cerpen merupakan prosa fiksi yang isi ceritanya

153 cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca (Suryaman, 2010: 9). Cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita pendek. Akan tetapi, beberapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Dalam hal panjang pendeknya kata dari sebuah cerpen Tasrif (melalui Yudiono, 1981: 19) menyatakan bahwa ukuran jumlah kata berkisar antara 500 hingga perkataan. Sementara itu, Jassin (melalui Yudiono, 1981: 19) mengemukakan bahwa cerita yang panjangnya 10 atau 20 halaman masih bisa disebut cerpen, tetapi ada juga yang panjangnya 1 halaman. Dari beberapa pendapat di atas, terlihat bahwa ukuran panjang pendeknya cerpen tidak dapat dipastikan dengan ukuran jumlah kata atau jumlah halaman tertentu. Permasalahan panjang pendeknya cerpen merupakan masalah lahiriah dari sebuah cerpen, masalah yang terpenting adalah bagaimana menyampaikan isi atau makna ke dalam sebuah cerita tersebut. Untuk menyampaikan isi atau makna dari cerita yang akan kita sampaikan, kita harus mengetahui unsur-unsur pembentuk cerpen. 2. Unsur-unsur Cerpen Unsur-unsur pembentuk cerpen adalah tema, tokoh, plot, latar, dan gaya bahasa (Yudiono, 1981: 21). Berikut adalah penjelasan dari unsure-unsur pembentuk cerpen menurut para ahli. a. Tema Menurut Stanton dan Kenny (Nurgiyantoro, 2010: 67) kejelasan pengertian tema akan membantu usaha penafsiran dan pendeskripsian pernyataan tema sebuah fiksi. Tema merupakan makna cerita. Sayut (melalui Wiyatmi, 2010) menyatakan tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara eksplisit maupun implicit. b. Tokoh dan Penokohan Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita, menurut Abrams (via Nurgiyantoro, 2010: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan

154 sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. c. Plot Menurut Sayuti (via Wiyatmi, 2008: 36) plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Secara garis besar alur dibagi menjadi tiga bagian yaitu awal, tengah, dan akhir. d. Latar Abrams (via Nurgiyantoro, 2010: 216) mengemukakan bahwa latar atau latar yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsure pokok yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. e. Gaya Bahasa Menurut Sayuti (via Wiyatmi, 2008: 42) gaya bahasa merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi, imajeri, dan sintaksis. 3. Membuat Kerangka dengan Memperhatikan Kronologi Waktu dan Peristiwa Contoh kerangka a. Tema Sifat sombong akan mengakibatkan dijauhi oleh orang sekitar. b. Rincian 1) Seseorang merasa dirinya yang paling baik dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya. 2) Orang di sekitarnya banyak yang tersinggung karena perbincangan yang menyakitkan hati akibat kesombongan orang itu. 3) Orang di sekitarnya yang tersinggung tersebut akhirnya memperbincangkan bagaimana cara membalas perbuatan orang yang sombong tersebut. 4) Orang yang sombong itu akhirnya dijauhi oleh orang di sekitarnya dan tidak mempunyai teman

155 4. Mengembangkan Kerangka Cerpen dengan Memperhatikan Diksi, Tanda Baca, dan Ejaan Pada saat mengembangkan idea tau gagasan yang disusun menjadi kerangka, penulis harus memperhatikan diksi, tanda baca, dan ejaan. Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga muncul atau diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan (Setiyono, 2009: 135). Bandingkanlah pasangan kata di bawah ini dan rasakan efeknya jika anda membayangkan menggunakan dalam kalimat; isak-tangis, sedih-pilu, tewas-mati, sakit-nyeri. Ejaan adalah kaidah-kaidah atau aturan-aturan cara menggambarkan bunyi-bunyi (berupa kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan atau huruf-huruf serta penggunaan tanda baca. Dalam menulis cerpen anda akan sangat membutuhkan kehadiran ejaan dan tanda baca. Oleh karena itu. Anda perlu memilih dan memahami buku EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). 5. Strategi Story Writing Map dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen Strategi story writing map diharapkan dapat memotivasi sisiwa dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan penggunaan strategi ini siswa akan menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan tulisannya. Adapun penerapan strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai menulis cerpen dan unsur-unsur pembentuk cerpen. Siswa diberikan contoh-contoh cerpen sehingga mempunyai gambaran tentang cerpen dan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Setelah itu siswa menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya dengan tema yang telah ditentukan. Siswa menulis cerpen tersebut dengan membagi menjadi tiga bagian dalam cerita yaitu awal, tengah, dan akhir. Bergenske dan Stark (melalui Wiesendanger, 2001: 130) memaparkan langkahlangkah strategi story writing map dapat dijabarkan sebagai berikut; bagian awal cerita menginstruksikan kepada siswa untuk mengilustrasikan latar cerita, memilih kosa kata untuk menggambarkan ilustrasi, dan kemudian menuliskan beberapa kalimat untuk menguraikan unsur-unsur yang lebih penting dari latar. Proses ini diulang hingga siswa sampai pada proses mendeskripsikan karakter tokoh dan masalah inti cerita. Ketika garis besar sudah lengkap, siswa dapat memulai menulis permulaan cerita.

156 Pada bagian tengah cerita, sebelum mengembangkan kerangka untuk bagian cerita, siswa meninjau dari awal cerita terlebih dahulu. Siswa diminta mengilustrasikan latar cerita, memilih kosa kata untuk mendeskripsikan latar cerita, dan mengembangkan kalimat untuk menjelaskan latar. Pada bagian akhir cerita, siswa diinstruksikan untuk mengulangi proses yang sama dengan garis besar yang diperuntukkan untuk akhir cerita. Akhir cerita harus berisi solusi dan kesimpulan. D. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Diskusi 4. Penugasan E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Siswa dan guru berdoa sebelum KBM berlangsung. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. d. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru dan siswa bertanya jawab mengenai menulis cerpen. 2) Siswa memberikan pendapat mereka tentang cerpen. b. Elaborasi 1) Siswa diberikan contoh-contoh cerpen sehingga siswa mempunyai gambaran tentang hakikat cerpen dan unsur pembentuknya. 2) Siswa diperkenalkan dengan strategi story writing map. 3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang konsep belajar mengajar menggunakan strategi story writing map. 4) Siswa mencari inspirasi untuk menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya dengan tema Perjuangan Menggapai Cita-cita.

157 5) Siswa merumuskan cerpen dengan membuat skema yang terbagi menjadi tiga bagian dalam cerita yaitu awal, tengah, dan akhir. 6) Siswa membuat skema awal cerita dalam bentuk ilustrasi untuk menggambarkan latar cerita. 7) Siswa memilih kosa kata yang tepat untuk mendeskripsikan ilustrasi tentang latar cerita yang sudah dibuat. 8) Siswa menuliskan awal cerita dalam lembar kerja yang telah disediakan. 9) Siswa membuat skema tengah cerita dalam bentuk ilustrasi untuk menggambarkan tokoh, konflik, dan alur cerita serta memilih kosa kata untuk mendeskripsikan ilustrasi tersebut. 10) Siswa mengembangkan kalimat berdasarkan ilustrasi mengenai tokoh, peristiwa, latar, dan alur sebagai inti permasalahan cerita. 11) Siswa membuat skema akhir cerita dalam bentuk ilustrasi untuk menggambarkan akhir cerita yang kemudian akan dikembangkan menjadi cerita dengan solusi dan kesimpulan. 12) Siswa memberikan judul yang menarik sesuai dengan tema dan isi cerita. 13) Setelah siswa menyelesaikan tugasnya, guru memberikan apresiasi dan mengevaluasi siswa yang sudah menyelesaikan tugasnya. c. Konfirmasi 1) Guru dan siswa mengevaluasi pembelajaran. 2) Guru memberikan tugas di luar kelas/ di rumah untuk memperbaiki cerpen kembali apabila ada yang kurang tepat. F. Penilaian Hasil Pembelajaran 1. Instrumen Penilaian Tulislah sebuah cerpen dengan ketentuan sebagai berikut. a. Cerpen dituliskan berdasarkan pengalaman sendiri. b. Tema cerpen adalah Perjuangan Menggapai Cita-cita c. Cerpen ditulis dengan memperhatikan unsur-unsur cerpen. d. Cerpen ditulis dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. e. Cerpen diberi judul yang menarik sesuai dengan tema dan isi cerita.

158 2. Pedoman Penskoran No Aspek Kriteria Skor 1. Isi Kesesuaian dengan tema 5 Kreativitas pengembangan cerita 5 Ketuntasan cerita 5 2. Organisasi dan Penyajian alur, tokoh, dan setting 5 penyajian Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta 5 judul Kepaduan unsur-unsur cerita 5 Penyajian urutan cerita secara logis 5 3. Bahasa Penggunaan sarana retorika (pemajasan) 5 4. Mekanik Kepaduan paragraf 5 Penulisan 5 Skor Maksimal 50 Skor Akhir = Perolehan Skor Skor maksimum (50) x Skor Ideal ( 100 ) G. Sumber Belajar 1. Buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas X 2. Nurgiyantoro, Burhan Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 3. Yudiono Bagaimana Menulis Cerpen. Semarang: Prabhantara. 4. Wiesendanger, Katherine D Strategies for Literary Education. Ohio: Upper Saddle River, New Jersey. Mengetahui, Guru Pembimbing Kulon Progo, 1 April 2014 Mahasiswa Widyah Hartati, S.Pd. NIP Rafita Herdiyanti NIM

159 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu : SMA Negeri 1 Pengasih : Bahasa Indonesia : X/ II : 16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen. : Menulis karangan berdasarkan kehidupan sendiri dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar) : 2 x 45 menit A. Indikator 1. Menentukan topik yang berhubungan dengan pengalaman diri sendiri untuk menulis cerpen. 2. Merumuskan skema menulis cerita pendek dengan memperhatikan pelaku, peristiwa, alur, setting, dan latar. 3. Mengembangkan skema yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. B. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menentukan topik yang berhuungan dengan pengalaman diri sendiri untuk menulis cerpen. 2. Siswa dapat merumuskan skema menulis cerpen dengan memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar. 3. Siswa dapat mengembangkan skema yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. C. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Cerpen Menurut Edgar Allan Poe (via Nurgiyantoro, 2009: 10) cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk. Cerpen merupakan prosa fiksi yang isi ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca (Suryaman, 2010: 9). Cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita pendek. Akan tetapi, beberapa ukuran

160 panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Dalam hal panjang pendeknya kata dari sebuah cerpen Tasrif (melalui Yudiono, 1981: 19) menyatakan bahwa ukuran jumlah kata berkisar antara 500 hingga perkataan. Sementara itu, Jassin (melalui Yudiono, 1981: 19) mengemukakan bahwa cerita yang panjangnya 10 atau 20 halaman masih bisa disebut cerpen, tetapi ada juga yang panjangnya 1 halaman. Dari beberapa pendapat di atas, terlihat bahwa ukuran panjang pendeknya cerpen tidak dapat dipastikan dengan ukuran jumlah kata atau jumlah halaman tertentu. Permasalahan panjang pendeknya cerpen merupakan masalah lahiriah dari sebuah cerpen, masalah yang terpenting adalah bagaimana menyampaikan isi atau makna ke dalam sebuah cerita tersebut. Untuk menyampaikan isi atau makna dari cerita yang akan kita sampaikan, kita harus mengetahui unsur-unsur pembentuk cerpen. 2. Unsur-unsur Cerpen Unsur-unsur pembentuk cerpen adalah tema, tokoh, plot, latar, dan gaya bahasa (Yudiono, 1981: 21). Berikut adalah penjelasan dari unsure-unsur pembentuk cerpen menurut para ahli. a. Tema Menurut Stanton dan Kenny (Nurgiyantoro, 2010: 67) kejelasan pengertian tema akan membantu usaha penafsiran dan pendeskripsian pernyataan tema sebuah fiksi. Tema merupakan makna cerita. Sayut (melalui Wiyatmi, 2010) menyatakan tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara eksplisit maupun implicit. b. Tokoh dan Penokohan Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh cerita, menurut Abrams (via Nurgiyantoro, 2010: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. c. Plot

161 Menurut Sayuti (via Wiyatmi, 2008: 36) plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Secara garis besar alur dibagi menjadi tiga bagian yaitu awal, tengah, dan akhir. d. Latar Abrams (via Nurgiyantoro, 2010: 216) mengemukakan bahwa latar atau latar yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan social tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsure pokok yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. e. Gaya Bahasa Menurut Sayuti (via Wiyatmi, 2008: 42) gaya bahasa merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya meliputi penggunaan diksi, imajeri, dan sintaksis. 3. Membuat Kerangka dengan Memperhatikan Kronologi Waktu dan Peristiwa Contoh kerangka a. Tema Sifat sombong akan mengakibatkan dijauhi oleh orang sekitar. b. Rincian 1) Seseorang merasa dirinya yang paling baik dibandingkan dengan orang-orang di sekitarnya. 2) Orang di sekitarnya banyak yang tersinggung karena perbincangan yang menyakitkan hati akibat kesombongan orang itu. 3) Orang di sekitarnya yang tersinggung tersebut akhirnya memperbincangkan bagaimana cara membalas perbuatan orang yang sombong tersebut. 4) Orang yang sombong itu akhirnya dijauhi oleh orang di sekitarnya dan tidak mempunyai teman 4. Mengembangkan Kerangka Cerpen dengan Memperhatikan Diksi, Tanda Baca, dan Ejaan Pada saat mengembangkan idea tau gagasan yang disusun menjadi kerangka, penulis harus memperhatikan diksi, tanda baca, dan ejaan. Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga muncul atau diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan (Setiyono, 2009: 135). Bandingkanlah pasangan kata di

162 bawah ini dan rasakan efeknya jika anda membayangkan menggunakan dalam kalimat; isak-tangis, sedih-pilu, tewas-mati, sakit-nyeri. Ejaan adalah kaidah-kaidah atau aturan-aturan cara menggambarkan bunyi-bunyi (berupa kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan atau huruf-huruf serta penggunaan tanda baca. Dalam menulis cerpen anda akan sangat membutuhkan kehadiran ejaan dan tanda baca. Oleh karena itu. Anda perlu memilih dan memahami buku EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). 5. Strategi Story Writing Map dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen Strategi story writing map diharapkan dapat memotivasi sisiwa dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan penggunaan strategi ini siswa akan menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan tulisannya. Adapun penerapan strategi story writing map dalam pembelajaran menulis cerpen dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai menulis cerpen dan unsur-unsur pembentuk cerpen. Siswa diberikan contoh-contoh cerpen sehingga mempunyai gambaran tentang cerpen dan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Setelah itu siswa menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya dengan tema yang telah ditentukan. Siswa menulis cerpen tersebut dengan membagi menjadi tiga bagian dalam cerita yaitu awal, tengah, dan akhir. Bergenske dan Stark (melalui Wiesendanger, 2001: 130) memaparkan langkahlangkah strategi story writing map dapat dijabarkan sebagai berikut; bagian awal cerita menginstruksikan kepada siswa untuk mengilustrasikan latar cerita, memilih kosa kata untuk menggambarkan ilustrasi, dan kemudian menuliskan beberapa kalimat untuk menguraikan unsur-unsur yang lebih penting dari latar. Proses ini diulang hingga siswa sampai pada proses mendeskripsikan karakter tokoh dan masalah inti cerita. Ketika garis besar sudah lengkap, siswa dapat memulai menulis permulaan cerita. Pada bagian tengah cerita, sebelum mengembangkan kerangka untuk bagian cerita, siswa meninjau dari awal cerita terlebih dahulu. Siswa diminta mengilustrasikan latar cerita, memilih kosa kata untuk mendeskripsikan latar cerita, dan mengembangkan kalimat untuk menjelaskan latar. Pada bagian akhir cerita, siswa diinstruksikan untuk mengulangi proses yang sama dengan garis besar yang diperuntukkan untuk akhir cerita. Akhir cerita harus berisi solusi

163 dan kesimpulan. Ketika siswa telah menyelesaikan cerita, para siswa diharuskan membaca hasil tulisannya di depan kelas. D. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Diskusi 4. Penugasan E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a. Siswa dan guru berdoa sebelum KBM berlangsung. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. d. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi 1) Guru dan siswa bertanya jawab mengenai menulis cerpen. 2) Siswa memberikan pendapat mereka tentang cerpen. b. Elaborasi 1) Siswa diberikan contoh-contoh cerpen sehingga siswa mempunyai gambaran tentang hakikat cerpen dan unsure pembentuknya. 2) Siswa diperkenalkan dengan strategi story writing map. 3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang konsep belajar mengajar menggunakan strategi story writing map. 4) Siswa mencari inspirasi untuk menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya dengan tema Kehidupan dalam Lingkungan Keluarga. 5) Siswa merumuskan cerpen dengan membuat skema yang terbagi menjadi tiga bagian dalam cerita yaitu awal, tengah, dan akhir. 6) Siswa membuat skema awal cerita dalam bentuk ilustrasi untuk menggambarkan latar cerita. 7) Siswa memilih kosa kata yang tepat untuk mendeskripsikan ilustrasi yang sudah dibuat.

164 8) Siswa menuliskan awal cerita dalam lembar kerja yang telah disediakan. 9) Siswa membuat skema tengah cerita dalam bentuk ilustrasi untuk menggambarkan tokoh, konflik, dan alur cerita serta memilih kosa kata untuk mendeskripsikan ilustrasi tersebut. 10) Siswa mengembangkan kalimat berdasarkan ilustrasi mengenai tokoh, peristiwa, latar, dan alur sebagai inti permasalahan cerita. 11) Siswa membuat skema akhir cerita dalam bentuk ilustrasi untuk menggambarkan akhir cerita yang kemudian akan dikembangkan menjadi cerita dengan solusi dan kesimpulan. 12) Siswa memberikan judul yang menarik sesuai dengan tema dan isi cerita. 13) Setelah siswa menyelesaikan tugasnya, guru memberikan apresiasi dan mengevaluasi siswa yang sudah menyelesaikan tugasnya. c. Konfirmasi 1) Guru dan siswa mengevaluasi pembelajaran. 2) Guru memberikan tugas di luar kelas/ di rumah untuk memperbaiki cerpen kembali apabila ada yang kurang tepat. F. Penilaian Hasil Pembelajaran 1. Instrumen Penilaian Tulislah sebuah cerpen dengan ketentuan sebagai berikut. a. Cerpen dituliskan berdasarkan pengalaman sendiri. b. Tema cerpen adalah Kehidupan dalam Lingkungan Keluarga. c. Cerpen ditulis dengan memperhatikan unsur-unsur cerpen. d. Cerpen ditulis dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. e. Cerpen diberi judul yang menarik sesuai dengan tema dan isi cerita. 2. Pedoman Penskoran No Aspek Kriteria Skor 1. Isi Kesesuaian dengan tema 5 Kreativitas pengembangan cerita 5 Ketuntasan cerita 5 2. Organisasi dan Penyajian alur, tokoh, dan setting 5 penyajian Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul 5

165 Kepaduan unsur-unsur cerita 5 Penyajian urutan cerita secara logis 5 3. Bahasa Penggunaan sarana retorika (pemajasan) 5 4. Mekanik Kepaduan paragraph 5 Penulisan 5 Skor Maksimal 50 Skor Akhir = Perolehan Skor Skor maksimum (50) x Skor Ideal ( 100 ) = G. Sumber Belajar 1. Buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas X 2. Nurgiyantoro, Burhan Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 3. Yudiono Bagaimana Menulis Cerpen. Semarang: Prabhantara. 4. Wiesendanger, Katherine D Strategies for Literary Education. Ohio: Upper Saddle River, New Jersey. Mengetahui, Guru Pembimbing Kulon Progo, 1 April 2014 Mahasiswa Widyah Hartati, S.Pd. NIP Rafita Herdiyanti NIM

166 149 Lampiran 5.a Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Menulis Cerpen (Pratindakan) Aspek Pengamatan Verbal Nonverbal Uraian Aspek Pengamatan Ada/ Tidak 11. Siswa bertanya Tidak 12. Siswa berkomentar Ada 13. Siswa mengobrol sendiri di luar materi Ada 14. Siswa menjawab pertanyaan guru Ada 15. Siswa bercanda Ada 16. Siswa tertawa Ada 17. Siswa diam, tidak menjawab pertanyaan Ada Hasil Pengamatan dalam Hitungan Jumlah Siswa Siswa menyahut Ada asal-asalan 19. Siswa bermain hp Ada 20. Siswa memperhatikan pengajar. Ada 11. Siswa antusias Ada belajar 12. Siswa percaya diri Ada 13. Siswa malu Ada 14. Siswa izin keluar Ada 15. Siswa bermain-main Ada sendiri 16. Siswa ketiduran Ada 17. Siswa tidur-tiduran Ada 18. Siswa membaca Ada bahan bacaan lain 19. Siswa menyimak Ada temannya 20. Siswa menyimak Ada guru

167 150 Lampiran 5.b No Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Menulis Cerpen (Pratindakan) Hasil Pengamatan Aspek Pengamatan Baik Cukup Kurang Keterangan 1. Penguasaan Kelas 2. Penguasaan Materi 3. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen 4. Alokasi waktu 5. Membimbing siswa 6. Meragamkan aktivitas belajar 7. Kejelasan penugasan kepada siswa 8. Mengevaluasi hasil kerja/ belajar siswa 9. Memberikan komentar kepada siswa: verbal (ucapan: bagus, baik, dsb.) nonverbal (anggukan, tepuk tangan, dsb.)

168 151 Lampiran 5.c Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Menulis Cerpen (Siklus I) Aspek Pengamatan Verbal Nonverbal Uraian Aspek Pengamatan Ada/ Tidak 1. Siswa bertanya Ada 2. Siswa berkomentar Ada 3. Siswa mengobrol sendiri di luar materi Ada 4. Siswa menjawab pertanyaan guru Ada 5. Siswa bercanda Ada 6. Siswa tertawa Ada 7. Siswa diam, tidak menjawab pertanyaan Ada 8. Siswa menyahut asal-asalan Ada 9. Siswa bermain hp Ada 10. Siswa memperhatikan pengajar. Ada 1. Siswa antusias Ada belajar 2. Siswa percaya diri Ada 3. Siswa malu Ada 4. Siswa izin keluar Tidak 5. Siswa bermain-main Ada sendiri 6. Siswa ketiduran Tidak 7. Siswa tidur-tiduran Tidak 8. Siswa membaca Ada bahan bacaan lain 9. Siswa menyimak Ada temannya 10. Siswa menyimak Ada guru Hasil Pengamatan dalam Hitungan Jumlah Siswa

169 152 Lampiran 5.d No Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Menulis Cerpen (Siklus I) Hasil Pengamatan Aspek Pengamatan Baik Cukup Kurang Keterangan 1. Penguasaan Kelas 2. Penguasaan Materi 3. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map 4. Alokasi waktu 5. Membimbing siswa 6. Meragamkan aktivitas belajar 7. Kejelasan penugasan kepada siswa 8. Mengevaluasi hasil kerja/ belajar siswa 9. Memberikan komentar kepada siswa: verbal (ucapan: bagus, baik, dsb.) nonverbal (anggukan, tepuk tangan, dsb.)

170 153 Lampiran 5.e Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Menulis Cerpen (Siklus II) Aspek Pengamatan Verbal Nonverbal Uraian Aspek Pengamatan Ada/ Tidak Hasil Pengamatan dalam Hitungan Jumlah Siswa Siswa bertanya Ada 2. Siswa berkomentar Ada 3. Siswa mengobrol Tidak sendiri di luar materi 4. Siswa menjawab Ada pertanyaan guru 5. Siswa bercanda Tidak 6. Siswa tertawa Tidak 7. Siswa diam, tidak menjawab pertanyaan Ada 8. Siswa menyahut Tidak asal-asalan 9. Siswa bermain hp Ada 10. Siswa memperhatikan pengajar. Ada 1. Siswa antusias Ada belajar 2. Siswa percaya diri Ada 3. Siswa malu Ada 4. Siswa izin keluar Tidak 5. Siswa bermain-main Tidak sendiri 6. Siswa ketiduran Tidak 7. Siswa tidur-tiduran Tidak 8. Siswa membaca Tidak bahan bacaan lain 9. Siswa menyimak Ada temannya 10. Siswa menyimak Ada guru

171 154 Lampiran 5.f No Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Menulis Cerpen (Siklus II) Hasil Pengamatan Aspek Pengamatan Baik Cukup Kurang Keterangan 1. Penguasaan Kelas 2. Penguasaan Materi 3. Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map 4. Alokasi waktu 5. Membimbing siswa 6. Meragamkan aktivitas belajar 7. Kejelasan penugasan kepada siswa 8. Mengevaluasi hasil kerja/ belajar siswa 9. Memberikan komentar kepada siswa: verbal (ucapan: bagus, baik, dsb.) nonverbal (anggukan, tepuk tangan, dsb.)

172 149 Lampiran 6 Hasil Angket Informasi Awal Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih No Kadangkadang Pertanyaan Ya. 1. Apakah anda menyukai kegiatan menulis 2 20 cerpen di sekolah? 6,06% 60,61% 2. Pernahkah anda melakukan kegiatan 8 7 menulis cerpen di luar jam pelajaran di 24,24% 21,21% sekolah? 3. Apakah menurut anda menulis cerpen 7 16 adalah kegiatan yang sulit? 21,21% 48,49% 4. Apakah kegiatan menulis cerpen merupakan 2 5 hobi bagi anda? 6,06% 15,15% 5. Apakah dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas anda sering menggunakan strategi 42,42% 42,42% atau cara tertentu? 6. Apakah di sekolah anda dilakukan 5 4 bimbingan menulis cerpen secara intensif? 15,15% 12,12% 7. Apakah kegiatan menulis cerpen di sekolah 25 6 dilakukan hanya untuk memenuhi tugas dari 75,76% 18,18% guru? 8. Senangkah anda jika di sekolah dilakukan 6 11 bimbingan penulisan cerpen? 6,06% 33,33% 9. Apakah anda sering menemukan kesulitan dalam menulis cerpen? Jika ya sebutkan 69,70% 30,30% kesulitan yang anda temukan saat menulis cerpen! 10. Apakah anda pernah menulis cerpen? Jika 20 1 ya sebutkan judul cerpen yang pernah 60,61% 3,03% anda tulis! Tidak 11 33,33% 18 54,55% 10 30,30% 26 78,79% 5 15,15% 24 72,73% 2 6,06% 16 48,49% ,40%

173 150 Lampiran 7 Hasil Angket Refleksi Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dengan Strategi Story Writing Map No. Pernyataan SS S KS TS 1. Siswa baru mengetahui dan memahami tentang menulis cerpen setelah 12,12% 60,61% 21,21% mendapat tugas menulis cerpen dengan strategi story writing map. 2. Strategi story writing map sangat membantu siswa dalam menuangkan ide atau gagasan dengan lancar. 3. Strategi story writing map dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. 4. Pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map dapat memusatkan pikiran siswa dalam merancang ide dan gagasannya. 5. Sesudah mendapatkan tugas menulis cerpen dengan strategi story writing map siswa lebih terampil dalam menulis cerpen. 6. Apakah menurut anda strategi story writing map dapat membantu anda dalam menemukan ide dalam menulis cerpen? 7. Apakah menurut anda strategi story writing map dapat meningkatkan kreativitas anda dalam mengembangkan alur cerita saat menulis cerpen? 8. Apakah setelah diadakan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi story writing map anda masih merasakan kesulitan dalam menulis cerpen? 9. Apakah strategi story writing map dapat menumbuhkan minat anda dan membuat pembelajaran menulis cerpen menjadi lebih mudah? 10. Setujukah anda jika strategi story writing map diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen? 6 18,18% 4 12,12% 2 6,06% 2 6,06% 2 6,06% 6 18,18% 2 6,06% 2 6,06% 4 12,12% 23 69,67% 28 84,85% 28 84,85% 25 75,76% 26 78,79% 25 75,76% 7 21,21% 18 54,55% 25 75,76% 4 12,12% 1 3,03% 3 9,09% 5 15,15% 5 15,15% 2 6,06% 19 57,56% 11 33,33% 4 12,12% 2 6,06% ,03% ,15% 2 6,06% 0

174 151 Lampiran 8 Kisi-kisi Pedoman Penilaian Menulis Cerpen Aspek Kriteria Skor Skor Indikator Maksimal Isi Kesesuaian cerita dengan tema 5 5 Sangat baik: tema dikembangkan secara optimal, tidak ada kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, antara kalimat dan pargraf memiliki hubungan sebab akibat yang dirangkai dengan baik. 4 Baik: tema dikembangkan secara optimal, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak memiliki hubungan sebab akibat. 3 Cukup: tema dikembangkan secara terbatas, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak memiliki hubungan sebab akibat. 2 Kurang: tema dikembangkan secara terbatas, ada banyak kalimat dan paragraph yang tidak sesuai dengan tema, kalimat dan paragraf banyak yang tidak memiliki hubungan sebab akibat. 1 Sangat kurang: tidak ada pengembangan tema, kalimat dan paragraf tidak sesuai dengan tema, kalimat dan paragraf tidak memiliki hubungan sebab akibat. Kreativitas pengembangan cerita 5 5 Sangat baik: cerita dikembangkan dengan sangat kreatif, menarik, dan tidak keluar dari tema. 4 Baik: cerita dikembangkan dengan kreatif dan tidak keluar dari tema. 3 Cukup: cerita dikembangkan dengan cukup kreatif dan tidak keluar dari tema. 2 Kurang: cerita dikembangkan dengan tidak kreatif tetapi tidak keluar dari

175 152 Aspek Kriteria Skor Maksimal Organisasi dan penyajian Ketuntasan cerita Penyajian alur, tokoh, dan setting Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul Skor Indikator tema. 1 Sangat kurang: cerita tidak dikembangkan. 5 5 Sangat baik: penyajian akhir cerita menarik dan menimbulkan penasaran. 4 Baik: penyajian akhir cerita menarik dan cukup menimbulkan penasaran. 3 Cukup: penyajian akhir cerita cukup menarik dan cukup menimbulkan penasaran. 2 Kurang: penyajian akhir cerita kurang menarik dan kurang menimbulkan penasaran. 1 Sangat kurang: penyajian cerita tidak menarik dan tidak menimbulkan penasaran. 5 5 Sangat baik: semua unsur disajikan dengan jelas, lengkap, dan menarik. 4 Baik: semua unsur disajikan dengan jelas, lengkap, tetapi kurang menarik. 3 Cukup: unsur disajikan dengan jelas tetapi kurang lengkap dan kurang menarik. 2 Kurang: unsur disajikan dengan kurang jelas, kurang lengkap, dan kurang menarik. 1 Sangat kurang: tidak ada penyajian unsur-unsur cerita. 5 5 Sangat baik: penyajian sudut pandang konsisten, gaya dan nada serta judul sangat jelas, baik, dan menarik. 4 Baik: penyajian sudut pandang konsisten, gaya dan nada serta judul jelas, baik, dan menarik. 3 Cukup: penyajian sudut pandang konsisten, gaya dan nada serta judul cukup jelas dan menarik. 2 Kurang: penyajian sudut pandang kurang konsisten, gaya dan nada

176 153 Aspek Kriteria Skor Maksimal Bahasa Kepaduan unsur-unsur cerita Penyajian urutan cerita secara logis Penggunaan sarana retorika (pemajasan) Skor Indikator serta judul kurang jelas dan kurang menarik. 1 Sangat kurang: penyajian sudut pandang tidak konsisten, gaya dan nada serta judul tidak jelas dan tidak menarik 5 5 Sangat baik: urutan cerita yang disajikan membentuk kepaduan cerita yang serasi dan menarik. 4 Baik: urutan cerita yang disajikan membentuk kepaduan cerita yang serasi dan cukup menarik. 3 Cukup: urutan cerita yang disajikan cukup padu tetapi kurang menarik. 2 Kurang: urutan cerita yang disajikan kurang padu dan kurang menarik. 1 Sangat kurang: urutan cerita yang disajikan tidak padu dan tidak menarik. 5 5 Sangat baik: cerita sangat mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan sangat jelas dan sangat logis. 4 Baik: cerita mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan jelas dan logis. 3 Cukup: cerita cukup mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan cukup jelas dan cukup logis. 2 Kurang: cerita kurang mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan kurang jelas dan kurang logis. 1 Sangat kurang: cerita tidak mudah dipahami, urutan peristiwa yang disajikan tidak jelas dan tidak logis 5 5 Sangat baik: penggunaan majas sangat baik, majas diterapkan sesuai dengan

177 154 Aspek Kriteria Skor Maksimal Mekanik Kepaduan paragraf Skor Indikator konteksnya sehingga membuat cerita menjadi sangat menarik 4 Baik: penggunaan majas baik, majas yang digunakan terlalu berlebihan tetapi tidak mengubah kemenarikan cerita 3 Cukup: penggunaan majas cukup baik, ada sedikit majas yang diterapkan tidak sesuai konteks sehingga membuat cerita menjadi kurang menarik 2 Kurang: penggunaan majas kurang baik, majas ditepkan tidak sesuai dengan konteks sehingga membuat cerita menjadi kurang menarik 1 Sangat kurang: tidak ada penggunaan majas 5 5 Sangat baik: hubungan kalimat satu dengan yang lain sangat padu sehingga jalan cerita mudah diikuti. 4 Baik: hubungan kalimat satu dengan yang lain padu sehingga jalan cerita mudah diikuti. 3 Cukup: hubungan kalimat satu dengan yang lain cukup padu. 2 Kurang: hubungan kalimat satu dengan yang lain kurang padu. 1 Sangat kurang: hubungan kalimat satu dengan yang lain tidak padu sehingga jalan cerita sulit diikuti. Penulisan 5 5 Sangat baik: penulisan huruf, kata, kalimat dan penggunaan tanda baca sangat tepat. 4 Baik: penulisan huruf, kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca tepat. 3 Cukup: penulisan huruf, kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca tepat tetapi ada beberapa kesalahan. 2 Kurang: penulisan huruf, kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca kurang tepat dan terdapat banyak

178 155 Aspek Kriteria Skor Maksimal Skor Indikator kesalahan. 1 Sangat kurang: penulisan huruf, kata, kalimat, dan penggunaan tanda baca tidak tepat dan banyak kesalahan.

179 No Subjek Skor Cerpen Siswa pada Pratindakan Skor A B D C A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 D1 D2 Jumlah S01 3, , S02 3 3,5 2, ,5 3, S03 4,5 3,5 2, S ,5 2 2, , S05 4 3,5 2,5 3,5 3 3,5 3,5 3 3, S06 3, S , S , , S09 4, , S , S11 4, , , S12 5 3, S13 3,5 2, S , , S , S16 3 2, ,5 1,5 2 2,5 44 S ,5 59 S S , S20 4,5 3,5 4 3, ,5 2, S21 3 2,5 2 2, , S22 3 2, , S , , S S , , S26 4 3, , S , S , S29 4, , S , S , S32 3,5 3 2, S Jumlah Total Ratarata 8,09 6,67 5,88 6,33 5,39 6,45 7,06 4,73 6,18 5,82 62,61 Keterangan A =Aspek isi A1=Kesesuaian cerita dengan tema A2=Kreativitas pengembangan cerita A3=Ketuntasan cerita B =Aspek organisasi dan penyajian B1=Penyajian alur, tokoh, dan setting B2=Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul B3= Kepaduan unsur-unsur cerita B4= Penyajian urutan cerita secara logis C = Penggunaan sarana retorika (pemajasan) D = Aspek mekanik D1= Kepaduan paragraf D2= Penulisan

180 No Subjek Skor Cerpen Siswa pada Siklus I Skor A B D C A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 D1 D2 Jumlah S01 3,5 3,5 2, S , S , , S04 4 3, , S05 4, S , S , , S , S , S10 4 2, , S ,5 4 3, S12 5 4, S , , S , , S , S , S , S ,5 3 2,5 2, S , S20 5 4, , S S , , S23 3,5 3 2, , S24 3,5 2, ,5 2 1,5 44 S25 4 3, , S , , S , S , , S29 4, , S ,5 4,5 4 4,5 3, S S S Jumlah Total Ratarata 8,52 7,06 6,09 6,52 6,12 7,15 7,52 5,58 7,21 6,82 68,55 Keterangan A =Aspek isi A1=Kesesuaian cerita dengan tema A2=Kreativitas pengembangan cerita A3=Ketuntasan cerita B =Aspek organisasi dan penyajian B1=Penyajian alur, tokoh, dan setting B2=Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul B3= Kepaduan unsur-unsur cerita B4= Penyajian urutan cerita secara logis C = Penggunaan sarana retorika (pemajasan) D = Aspek mekanik D1= Kepaduan paragraf D2= Penulisan

181 No Subjek Skor Cerpen Siswa pada Siklus II Skor A B D C A1 A2 A3 B1 B2 B3 B4 D1 D2 Jumlah S01 5 3, , S ,5 3, S03 5 3,5 4, S04 4 3, S ,5 73 S06 4 3,5 3 3,5 3 4, S S S ,5 3, S S S , ,5 4 4, S S14 5 3, , S15 5 3, S16 5 3,5 4 3, S , S S19 5 3, ,5 3, S20 5 3,5 3 3, ,5 79 S S22 5 3, S , , S24 4 3,5 2, ,5 2,5 58 S25 4 3, , S ,5 3, ,5 71 S S28 5 3, S S S S S Jumlah Total Ratarata 8,91 7,12 6,91 7,12 7,06 7,88 8,06 6,24 7,88 6,85 74,03 Keterangan A =Aspek isi A1=Kesesuaian cerita dengan tema A2=Kreativitas pengembangan cerita A3=Ketuntasan cerita B =Aspek organisasi dan penyajian B1=Penyajian alur, tokoh, dan setting B2=Penyajian sudut pandang, gaya dan nada, serta judul B3= Kepaduan unsur-unsur cerita B4= Penyajian urutan cerita secara logis C = Penggunaan sarana retorika (pemajasan) D = Aspek mekanik D1= Kepaduan paragraf D2= Penulisan

182 Lampiran 10 Peningkatan Skor Cerpen Siswa dari Pratindakan hingga Siklus II No Subjek Pratindakan Peningkatan Siklus I Peningkatan Siklus II

183 Lampiran 11.a Peningkatan Setiap Aspek dalam Penulisan Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih pada Siklus I No Aspek Kriteria Rata-rata Skor Pratindakan Rata-rata Skor Siklus I Peningkatan 1. Isi Kesesuaian cerita dengan tema 8,09 8,52 0,43 Kreativitas pengembangan 6,67 7,06 0,39 cerita Ketuntasan cerita 5,88 6,09 0,21 2. Organisasi Penyajian alur, dan tokoh, dan setting 6,33 6,52 0,19 Penyajian Penyajian sudut pandang, gaya dan 5,39 6,12 0,73 nada, serta judul Kepaduan unsurunsur cerita 6,45 7,15 0,70 Penyajian urutan cerita secara logis 7,06 7,52 0,46 3. Bahasa Penggunaan sarana retorika (majas) 4,73 5,58 0,85 4 Mekanik Kepaduan paragraf 6,18 7,21 1,03 Penulisan 5,82 6,82 1,00 Jumlah 62,61 68,58 5,97

184 Lampiran 11.b Peningkatan Setiap Aspek dalam Penulisan Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih pada Siklus II No. Aspek Kriteria Rata-rata Skor Siklus I Siklus II Peningkatan 1. Isi Kesesuaian cerita dengan tema 8,52 8,91 0,39 Kreativitas pengembangan 7,06 7,12 0,06 cerita Ketuntasan cerita 6,09 6,91 0,82 2. Organisasi Penyajian alur, dan tokoh, dan setting 6,52 7,12 0,6 Penyajian Penyajian sudut pandang, gaya dan 6,12 7,06 0,94 nada, serta judul Kepaduan unsurunsur cerita 7,15 7,88 0,73 Penyajian urutan cerita secara logis 7,52 8,06 0,54 3. Bahasa Penggunaan sarana retorika (majas) 5,58 6,24 0,66 4 Mekanik Kepaduan paragraf 7,21 7,88 0,67 Penulisan 6,82 6,85 0,03 Jumlah 68,58 74,03 5,45

185 Lampiran 11.c Skor Rata-rata Setiap Aspek Penulisan Cerpen Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih dari Pratindakan-Siklus II No. Aspek Kriteria Rata-rata Skor Pratindakan Siklus I Siklus II 1. Isi Kesesuaian cerita dengan tema 8,09 8,52 8,91 Kreativitas pengembangan 6,67 7,06 7,12 cerita Ketuntasan cerita 5,88 6,09 6,91 2. Organisasi Penyajian alur, dan tokoh, dan setting 6,33 6,52 7,12 Penyajian Penyajian sudut pandang, gaya dan 5,39 6,12 7,06 nada, serta judul Kepaduan unsurunsur cerita 6,45 7,15 7,88 Penyajian urutan cerita secara logis 7,06 7,52 8,06 3. Bahasa Penggunaan sarana retorika (majas) 4,73 5,58 6,24 4 Mekanik Kepaduan paragraf 6,18 7,21 7,88 Penulisan 5,82 6,82 6,85 Jumlah 62,61 68,58 74,03

186 Lampiran 12.a PEDOMAN WAWANCARA 1. Wawancara dengan Siswa a. Apakah kesulitan yang dihadapi ketika menulis cerpen? b. Apakah dengan menggunakan strategi story writing map kegiatan menulis cerpen menjadi lebih mudah? c. Apakah kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map. d. Setuju atau tidak jika pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map diterapkan di sekolah? Sebutkan alasannya! e. Bagaimana kesan yang diperoleh dari pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map? 2. Wawancara dengan Guru a. Menurut Ibu, apakah strategi story writing map dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih? b. Menurut Ibu, apakah kelebihan dan kekurangan strategi story writing map untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen? c. Bagaimana kesan dan saran Ibu terhadap pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map?

187 Lampiran 12.b HASIL WAWANCARA Hari/ Tanggal: Kamis, 24 April 2014 (Siswa S11, S18, S30) 1. Wawancara dengan Siswa a. Apakah kesulitan yang dihadapi ketika menulis cerpen? Jawaban: S11: Menurut saya kesulitan yang dihadapi saat menulis cerpen itu cukup banyak. Kalau saya sendiri merasa sulit saat mengembangkan ide, membuat alur, dan menciptakan konflik. S18: Kalau saya kesulitan membuat judul, memulai menulis kalimat pembuka, menentukan karakter tokoh, dan mengembangkan alur. S30: Kesulitan yang saya alami ketika menulis cerpen ya saat menentukan kalimat pembuka cerpen, menyusun paragraf agar tercipta kepaduan, dan membuat judul. b. Apakah dengan menggunakan strategi story writing map kegiatan menulis cerpen menjadi lebih mudah? S11: Menulis cerpen dengan strategi story writing map membuat saya lebih mudah dalam mengembangkan alur soalnya tahapan-tahapan membuat cerpennya udah dibagi-bagi jadi tahap awal, tengah, dan akhir jadi saya lebih terbantu. S18: Kalau boleh jujur saya merasa agak bingung ketika harus menulis dengan membuat skema terlebih dahulu tapi pembelajaran menulis cerpen dengan membuat skema ini membuat saya lebih mudah dalam membuat alur. S30: Karena tahapan menulis cerpennya dibagi jadi tiga bagian yang awal menceritakan latar, bagian tengah menceritakan karakter tokoh dan konlik, dan bagian akhir berisi akhir cerita jadi saya merasa lebih mudah dalam membuat cerpen. c. Apakah kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map. S11: Menurut saya kekurangannya adalah saat membuat skema, saya justru lebih asyik menuangkan ide dalam bentuk gambar daripada tulisan. Kalau kelebihannya saya menjadi lebih terarah dalam menulis cerpen karena alurnya lebih mudah dikembangkan dengan skema menulis cerita.

188 S18: Kekurangannya adalah membuat saya bingung dalam membuat kata kunci dan symbol tapi kelebihannya membuat saya mudah untuk mengembangkan cerita berdasarkan ilustrasi yang saya buat lewat skema menulis cerita/ story writing map. S30: Kalau menurut saya strategi story writing map sangat membantu saya dalam menulis cerpen karena dengan strategi ini saya lebih mudah menggambarkan karakter tokoh, membuat alur dan mengembangkan cerita berdasarkan skema yang telah dibuat. Kekurangannya memakan banyak waktu dalam membuat skema. d. Setuju atau tidak jika pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map diterapkan di sekolah? Sebutkan alasannya! S11: Saya setuju karena pembelajaran menulis cerpen terasa lebih mengasyikkan dan tidak mboseni, saya juga menjadi lebih terarah membuat alur dan mengembangkan cerita dengan strategi ini. S18: Kalau saya setuju saja karena pembelajaran menulis cerpen tersasa lebih seru dengan membuat skema terlebih dahulu. S30: Setuju, karena memudahkan saya dalam menulis cerpen. Selain itu biar ada variasi proses belajar mengajar agar tidak bosan. e. Bagaimana kesan yang diperoleh dari pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map? S11: Pembelajaran lebih mengasyikan, saya jadi tidak mengantuk di kelas. S18: Seru banget. Baru kali ini nulis cerpen dengan membuat skema terlebih dulu. S30: Pembelajaran jadi lebih menyenangkan, suasana kelas tidak gaduh seperti biasanya. Saya juga dapat lebih focus dalam menulis cerpen. 2. Wawancara dengan Guru a. Menurut Ibu, apakah strategi story writing map dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih? Jawaban: Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan selama dua siklus ini, strategi story writing map dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen. Siswa lebih mudah dalam mengembangkan alur, menciptakan konflik, dan menyusun kalimat serta paragraf sehingga menghasilkan cerpen yang kualitasnya bagus dan menarik. Siswa juga terlihat lebih aktif dan dapat dikondisikan ketika proses pembelajaran menulis cerpen dengan strategi ini. b. Menurut Ibu, apakah kelebihan dan kekurangan strategi story writing map untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen?

189 Jawaban: Menurut pendapat saya kelebihan dari penggunaan strategi story writing map sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen terletak pada tahap-tahap yang jelas dengan membagi menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Siswa menjadi lebih kreatif dalam menggali ide, mengembangkan cerita melalui alur yang dibuat, dan menciptakan konflik yang jelas. Kekurangannya terletak pada pembuatan skema, jika siswa tidak diingatkan mereka cenderung asyik dan antusias dalam membuat skema sehingga waktu pembelajaran akan kurang. c. Bagaimana kesan dan saran Ibu terhadap pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map? Jawaban: Kesan: Pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map sangat menarik dan membuat siswa lebih aktif serta antusias dalam mengikuti pembelajaran. Saran: Sebaiknya strategi ini tetap dilaksanakan dalam pembelajaran menulis cerpen karena terbukti mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen.

190 Lampiran 13 Catatan Lapangan Penelitian Tindakan Kelas SMAN 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta Hari, tanggal: Rabu, 2 April 2014 Siklus/ Pertemuan: Pratindakan Waktu : WIB Jumlah Siswa : 33 Kelas dimulai pada pukul setelah pelajaran Bahasa Inggris, siswa masih berada di kelas dengan suasana gaduh, banyak siswa yang berjalan-jalan, dan bahkan memainkan gitar. Kegaduhan berhenti ketika guru masuk kelas. Guru mulai mengajar dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa. Sebelum pembelajaran menulis cerpen dimulai, guru membagikan angket untuk mengetahui informasi awal menulis cerpen siswa. Setelah itu kegiatan belajara mengajar dimulai dengan membacakan kompetensi dasar. Anak-anak sekarang kita akan mempelajari KD 16.1 yaitu menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen. Mengetahui materi yang akan disampaikan oleh guru secara spontan siswa bersautan mengeluh dan mengatakan Yah, Bu. Kok menulis cerpen si? Susah Bu! Mendengar keluhan dari siswa-siswa guru mencoba menenangkan dengan mengatakan, Iya kali ini kita akan belajar menulis cerpen, menulis cerpen tidak sulit asal kita mau mencoba dan terus belajar menulis.. Mendengar hal tersebut, siswa pun mulai diam dan guru mulai menjelaskan materi tentang menulis cerpen. Siswa diberi tugas untuk menulis cerpen setelah materi selesai diberikan oleh guru. Keluhan dari siswa mulai bermunculan. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa mereka malas menulis cerpen dan tidak memiliki ide untuk menulis. Mendengar celotehan dari beberapa siswa, guru kembali membujuk dan memberikan instruksi untuk segera menulis cerpen dengan tema bebas. Siswa diminta untuk berkreasi dan mengembangkan ide yang mereka miliki sehingga menghasilkan cerpen yang bagus dan menarik. 30 menit pertama telah berlalu namun beberapa siswa terlihat belum memulai menulis cerpen. Bahkan terhitung ada 10 siswa yang justru asyik mengobrol dengan temannya. Guru segera menghampiri mereka dan menanyakan pada salah satu siswa, Mau menulis cerpen tentang apa? Kok kertasnya masih bersih? Sudah menentukan tema apa yang akan dikembangkan?. Siswa itu pun menjawab dengan malu-malu,

191 Saya bingung mau menulis tentang apa Bu, belum ada ide sama sekali. Guru kemudian kembali ke depan kelas member pengarahan kepada siswa-siswa terkait hal yang bisa dilakukan agar tidak terputus di tengah jalan. Guru menginstruksikan siswa untuk membuat kerangka agar membantu siswa dalam mengembangkan cerita. Siswa kembali berusaha menulis cerpen. Waktu telah menunjukkan pukul Guru mulai menanyakan kepada siswa apakah mereka sudah menyelesaikan cerpennya atau belum? Beberapa siswa menjawab sudah, tetapi banyak yang menjawab belum. Mereka meminta kepada guru agar cerpennya dijadikan tugas rumah saja. Guru menolak permintaan tersebut. Setelah itu siswa pun mulai mengumpulkan tugasnya satu persatu dengan wajah yang kelihatan bosan dan ingin cepat-cepat menyudahi pelajaran. Setelah semua siswa mengumpulkan hasil cerpennya, guru menanyakan kepada siswa, Bagaimana pelajaran hari ini anak-anak?. Secara bersahutan siswa menjawab Susah Bu, bingung menulis cerpennya!. Guru kemudian memberikan pengarahan dan motivasi agar siswa tetap menyukai pembelajaran menulis cerpen. Guru juga menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan berikutnya masih dengan kegiatan yang sama, yaitu menulis cerpen. Siswa kembali menggerutu. Kemudian guru menutup pembelajaran dengan salam sebelum meninggalkan kelas. Catatan Lapangan Penelitian Tindakan Kelas SMAN 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta Hari, tanggal: Kamis, 3 April 2014 Siklus/ Pertemuan: I/ Pertama Waktu : WIB Jumlah Siswa : 33 Pembelajaran menulis cerpen pada siklus I pertemuan pertama dimulai setelah jam istirahat pertama. Ketika bel tanda pelajaran dimulai siswa masih banyak yang berada di luar kelas. Guru kemudian datang, siswa berlarian masuk kelas. Kondisi kelas masih belum kondusif. Guru mulai mengajak siswa untuk tenang karena pelajaran akan segera dimulai. Guru membuka salam, menanyakan apakah siswa sudah siap untuk belajar atau belum. Siswa kemudian menjawab Sudah Bu, dengan bersemangat. Guru mulai meminta siswa menyiapkan buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Setelah semua siswa siap mengikuti pelajaran, guru memberitahukan kompetensi dasar yang akan dipelajari bersama. Guru menjelaskan bahwa siswa akan

192 belajar menulis cerpen dengan strategi atau cara baru. Siswa-siswa pun terlihat antusias mendengar penjelasan guru. Beberapa siswa mulai bertanya tentang strategi atau cara apa yang akan digunakan. Pada pertemuan pertama siklus I ini siswa mulai terlihat bersemangat, mengurangi aktifitas di luar jam pelajaran, seperti mengobrol dengan teman, bermain hp, dan membaca buku bacaan lain. Hanya terlihat 4-5 siswa yang masih sering mengobrol dengan temannya. Guru pun sudah mulai menegur siswa yang kurang memperhatikan. Pada pukul guru baru selesai menjelaskan materi yang berkaitan dengan menulis cerpen dan strategi story writing map. Siswa juga terlibat aktif dengan sering bertnya tentang pengaplikasian strategi tersebut, sehingga guru dan siswa terlibat diskusi yang asyik. Berhubung waktu yang tersisa tinggal 30 menit, guru segera memberi tugas kepada siswa untuk membuat skema cerita dengan tema Perjuangan Menggapai Citacita. Guru sudah memprediksi bahwa siswa tidak akan mampu menyelesaikan cerpen dalam waktu 30 menit, sehingga guru hanya member tugas tersebut kepada siswa. Guru memberikan lembar kepada siswa. Siswa dengan bersemangat segera membuat skema cerita dengan ilustrasi berdasarkan langkah-langkah pada strategi story writing map. Pada saat kegiatan membuat skema cerita terdapat beberapa siswa yang masih merasa kebingungan sehingga guru pun turun tangan membimbing serta member pengarahan kepada siswa yang merasa kesulitan. Bel tanda berakhirnya jam pelajaran berbunyi, guru memberikan perintah kepada siswa untuk mengumpulkan skema cerita yang telah mereka buat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kelalaian siswa, yaitu lupa tidak membawa hasil pekerjaannya pada pertemuan yang akan datang. Guru meutup pembelajaran dengan salam. Catatan Lapangan Penelitian Tindakan Kelas SMAN 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta Hari, tanggal: Kamis, 10 April 2014 Siklus/ Pertemuan: I/ Kedua Waktu : WIB Jumlah Siswa : 33 Pembelajaran menulis cerpen siklus I pertemuan kedua dimulai pada pukul WIB atau setelah jam istirahat pertama berakhir. Guru masuk kelas. Berbeda

193 dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua ini siswa sudah mulai mengondisikan dirinya pertanda siap untuk memulai pelajaran. Seperti biasa guru membuka pelajaran dengan salam dan memotivasi siswa agar bersemangat mengikuti pembelajaran. Guru mulai memberikan pertanyaan kepada siswa tentang langkah-langkah penggunaan strategi story writing map untuk pembelajaran menulis cerpen. Hal tersebut dilakukan untuk mengingatkan siswa pada pembelajaran pada pertemuan pertama. Pada sesi tanya jawab ini guru mengalokasikan waktu 7 menit. Setelah itu guru menyerahkan skema cerita yang telah dibuat siswa pada pertemuan pertama. Pada pukul siswa mulai menulis cerpen. Semua siswa terlihat serius dan bersemangat dalam mengerjakan tugas ini. Pada menit-menit pertama terdapat beberapa siswa yang merasa kebingungan dalam menggunakan langkah-langkah strategi story writing map. Guru selalu memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa yang merasa kesulitan. 30 menit pertama berjalan begitu cepat. Siswa menikmati pembelajaran menulis cerpen dengan tema yang sangat dekat dengan mereka. Pada 30 menit pertama sebagian besar siswa telah mampu menyelesaikan bagian awal cerita. Berbeda dengan kegiatan pratindakan, pada pertemuan ini siswa merasa lebih percaya diri dalam mengembangkan alur cerita berdasarkan skema dan ilustrasi yang mereka buat. Setelah 1 jam berlalu, tidak ditemui lagi siswa yang merasa kesulitan dalam menuliskan cerpen dengan strategi story writing map. Sebanyak 75% siswa telah menyelesaikan bagian tengah cerita. Guru berkeliling kelas untuk memastikan tidak ada lagi siswa yang merasa kesulitan. Pada pukul seluruh siswa telah menyelesaikan cerpen mereka. Cerpen tersebut kemudian dikumpulkan untuk dinilai. Guru kemudian menutup pembelajaran dengan salam. Catatan Lapangan Penelitian Tindakan Kelas SMAN 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta Hari, tanggal: Rabu, 23 April 2014 Siklus/ Pertemuan: II/ Pertama Waktu : WIB Jumlah Siswa : 33 Pembelajaran menulis cerpen siklus II pertemuan pertama dimulai pada pukul WIB. Guru masuk kelas kemudian membagikan hasil penilaian cerpen siswa pada

194 siklus I. Secara umum telah terjadi peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa pada tahap pratindakan samapi akhir tindakan siklus I. Akan tetapi peningkatan tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal dalam penelitian sehingga guru memotivasi siswa agar dapat menulis cerpen yang lebih baik pada pertemuan kali ini. Siswa merasa tertantang dengan motivasi yang diberikan oleh guru. Setelah 15 menit digunakan untuk saling berdiskusi serta menjelaskan kekurangan siswa pada pertemuan sebelumnya, guru kembali memberikan tugas kepada siswa untuk menulis cerpen dengan langkah-langkah strategi story writing map dengan tema Kehidupan dalam Lingkungan Keluarga. Siswa diberi lembar kerja yang telah disiapkan oleh guru. Pada pertemuan pertama siklus II ini terdapat 2-3 siswa yang mulai bosan dengan pembelajaran. Mereka menanyakan kapan materi menulis cerpen akan berakhir. Guru kemudian menjawab akan berakhir jika rata-rata yang diperoleh siswa telah mencapai nilai KKM. Siswa kemudian kembali menulis cerpen. Pada pertemuan pertama siklus II ini secara umum tidak dijumpai permasalahan yang berat. Tepat pada pukul WIB siswa dapat menyelesaikan pekerjaannya. Guru kemudian memberitahukan kepada siswa bahwa pertemuan berikutnya kegiatannya adalah merevisi cerpen yang telah dikoreksi oleh guru. Cerpen kemudian dikumpulkan kepada guru. Catatan Lapangan Penelitian Tindakan Kelas SMAN 1 Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta Hari, tanggal: Kamis, 24 April 2014 Siklus/ Pertemuan: II/ Kedua Waktu : WIB Jumlah Siswa : 33 Pembelajaran menulis cerpen siklus II pertemuan kedua ini adalah pertemuan terakhir dalam pembelajaran ini. Pelajaran dimulai pada pukul WIB. Guru masuk kelas tepat waktu. Seperti kebiasaan yang dilakukan guru saat memulai pelajaran, guru membuka pelajaran dengan salam kemudian memotivasi siswa. Guru mengatakan bahwa cerpen yang mereka buat sudah cukup baik tapi masih perlu diadakan revisi agar mendapatkan hasil yang maksimal.

195 Guru kemudian membagikan cerpen yang telah dikoreksi bersama peneliti sebelumnya. Siswa kemudian mulai menulis cerpen atau lebih tepatnya merevisi cerpen yang telah mereka buat agar mendapat hasil yang maksimal. Pada pukul siswa telah menyelesaikan revisi cerpen tersebut. Cerpen yang telah direvisi kemudian dikumpulkan untuk dinilai oleh guru. Setelah proses menulis cerpen selesai, guru merefleksi pembelajaran. Sebagian besar siswa merasa senang dan dipermudah dengan menggunakan strategi ini. Guru kemudian membagikan angket refleksi pembelajaran menulis cerpen dengan strategi story writing map. Siswa mengisi angket tersebut. Siswa kemudian mengumpulkan angket tersebut kepada guru. Setelah Selesai guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam.

196 Lampiran 14.a CERPEN SISWA PADA TAHAP PRATINDAKAN

197

198

199 Lampiran 14.b CERPEN SISWA PADA SIKLUS I

200

201

202

203

204

205 Lampiran 14.c CERPEN SISWA PADA SIKLUS II

206

207

208

209

210 Lampiran 15 DOKUMENTASI Gambar 2. Aktivitas siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih saat membuat skema menulis cerita. Gambar 3. Siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Pengasih saat membuat skema menulis cerita. Gambar 4. Aktivitas pembelajaran ketika guru memberikan penjelasan tentang langkah-langkah menulis cerpen Gambar 5. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

211 Gambar 6. Aktivitas siswa SMA Negeri 1 Pengasih saat menulis cerpen pada siklus II. Gambar 7. Siswa SMA Negeri 1 Pengasih saat menulis cerpen pada siklus II.

212 Lampiran 16 SURAT IZIN PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Yuni Nur Isneni NIM

SKRIPSI. oleh Yuni Nur Isneni NIM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN KATA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE BENGKEL SASTRA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE BENGKEL SASTRA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE BENGKEL SASTRA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X2 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DI SMA NEGERI 1REMBANG, PURBALINGGA SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X2 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DI SMA NEGERI 1REMBANG, PURBALINGGA SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X2 DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DI SMA NEGERI 1REMBANG, PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XE SMA NEGERI 2 MAGELANG DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XE SMA NEGERI 2 MAGELANG DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XE SMA NEGERI 2 MAGELANG DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK Devi Anggraini, Paternus Hanye, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa

BAB 3 METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.4 SMA Pasundan 3 Cimahi. Kelas ini merupakan salah satu kelas dari empat kelas di

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (2006: 90-93) didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK atau yang biasa dikenal dengan classroom action research

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: YUGO SETIAWAN

SKRIPSI. Oleh: YUGO SETIAWAN MENINGKATAN MINAT BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPA 2 SMA N 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2011/2012 MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL Imam Sopingi Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Menulis puisi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENERAPAN TEKNIK MENIRU MENGOLAH MENGEMBANGKAN (3M) DALAM PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP MA ARIF KALIBAWANG WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Rini Subekti Program

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VIDEO IKLAN ASURANSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI SUMPIUH SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VIDEO IKLAN ASURANSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI SUMPIUH SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VIDEO IKLAN ASURANSI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI SUMPIUH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa Indonesia. Bagi siswa sekolah menengah atas pembelajaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa Indonesia. Bagi siswa sekolah menengah atas pembelajaran tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembinaan keterampilan berbahasa Indonesia. Bagi siswa sekolah menengah atas pembelajaran tersebut merupakan dasar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI MENUNJUKKAN SIKAP TERHADAP GLOBALISASI DI LINGKUNGANNYA MELALUI STRATEGI ACTION LEARNING DENGAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO Oleh: Anggun Tri Suciati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN RASA TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO DI KELAS V SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI TEKNIK PAPAN CERITA (STORYBOARD) SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 1 MINGGIR, SLEMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI TEKNIK PAPAN CERITA (STORYBOARD) SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 1 MINGGIR, SLEMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI TEKNIK PAPAN CERITA (STORYBOARD) SISWA KELAS X.1 SMA NEGERI 1 MINGGIR, SLEMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP HIDUP SEDERHANA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PAKEM MATEMATIKA DI SD NEGERI 3 LESMANA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP HIDUP SEDERHANA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PAKEM MATEMATIKA DI SD NEGERI 3 LESMANA SKRIPSI i UPAYA MENINGKATKAN SIKAP HIDUP SEDERHANA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PAKEM MATEMATIKA DI SD NEGERI 3 LESMANA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v ABSTRAK.... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eka Susilowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Kuni Sholi ah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu E-Journal Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR i UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. i UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR MELALUI METODE EKSPERIMEN BERBANTU MEDIA GAMBAR DI KELAS VB MI MUHAMMADIYAH KRAMAT SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 SMP Negeri 2 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan di SD Negeri Dawuan Timur I, yang beralamatkan di Jl. Sumur Bandung desa Dawuan

Lebih terperinci

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak STRATEGI BELAJAR PETA KONSEP MODEL RANTAI KEJADIAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA PADA SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP

Lebih terperinci

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf. BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris

Lebih terperinci

FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU

FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU Rizki Mertyn Palupi 1 Yuni Pratiwi 2 Indra Suherjanto 3 Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Siwi Utaminingtyas NIM

SKRIPSI. Oleh Siwi Utaminingtyas NIM PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK DONGENG PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI PANJATAN, PANJATAN, KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE PETA ALUR PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Dewi Ekowati

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013-2014 Helmi Susanti Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:Prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia SMA, tujuan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah adalah siswa terampil berbahasa. Keterampilan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG Dwi Sulistyorini Abstrak: Dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih banyak mengalami kesulitan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN SIKAP KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PERMAINAN BALOK PECAHAN DI KELAS V B SD NEGERI PANAMBANGAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE PENGALIRAN IMAJI BERBANTUAN MEDIA PUISI PADA SISWA KELAS X.I SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE PENGALIRAN IMAJI BERBANTUAN MEDIA PUISI PADA SISWA KELAS X.I SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE PENGALIRAN IMAJI BERBANTUAN MEDIA PUISI PADA SISWA KELAS X.I SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) PADA SISWA KELAS III B SD NEGERI GAMOL SLEMAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanda Mahesa, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanda Mahesa, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis sastra yang diajarkan kepada peserta didik di sekolah adalah menulis prosa. Salah satu jenis prosa tersebut adalah cerita pendek atau cerpen. Seperti

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT

BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Cerpen dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X Berdasarkan

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh Yayan Antono

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh Yayan Antono KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SUGESTI-IMAJINASI BERBANTUAN MEDIA VIDEO KLIP DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 KALASAN, SLEMAN ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL CIRCUIT LEARNING DI KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN BANTUL ARTIKEL JURNAL

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL CIRCUIT LEARNING DI KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN BANTUL ARTIKEL JURNAL MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL CIRCUIT LEARNING DI KELAS V SD KANISIUS JOMEGATAN BANTUL ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN VCD PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2010/2011

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN VCD PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN VCD PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis karya sastra tidak akan lepas dari metode ajar yang digunakan guru di sekolah. Guru mempunyai peran penting dalam menciptakan suasana

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM INDIE (INDEPENDENT) TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 WONOSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERPEN DENGAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN TEKNIK MENERUSKAN CERITA MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VII A SMP N 1 WONOSOBO Skripsi untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PEWARA

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PEWARA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PEWARA (MC BERBAHASA JAWA) DALAM UPACARA ADAT JAWA DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN LATIHAN BAGI SISWA KELAS XI SMA N 1 PAKEM YOGYAKARTA Skripsi Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat saling

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN Oleh: Arif Pratomo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN TEKNIK MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN DIY SKRIPSI

KEEFEKTIFAN TEKNIK MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN DIY SKRIPSI KEEFEKTIFAN TEKNIK MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGAGLIK SLEMAN DIY SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA Dra. Isnaeni Praptanti, M.Pd., dan Drs. Karma Iswasta

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas 67 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach) atau PTK dengan alasan bahwa penelitian ini menyoal

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN LAGU RELIGI CIPTAAN LETTO PADA SISWA KELAS X MA SALAFIYAH PENJALINAN MAGELANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN LAGU RELIGI CIPTAAN LETTO PADA SISWA KELAS X MA SALAFIYAH PENJALINAN MAGELANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN LAGU RELIGI CIPTAAN LETTO PADA SISWA KELAS X MA SALAFIYAH PENJALINAN MAGELANG Oleh: Wahyu Uji Lestari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP LABA-LABA DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP LABA-LABA DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP LABA-LABA DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung ataupun tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1981:3). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung ataupun tidak tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1981:3). Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling kompleks dan paling tinggi tingkatannya, sebab dalam kegiatan menulis seseorang menuangkan segala gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa sangat memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kedudukan bahasa itu sangat penting sebab dengan bahasa dapat terlaksananya

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dijadikan sebagai alat untuk memonitor perkembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran

Lebih terperinci

: ANGGRAENI ADI MOCHLAS A

: ANGGRAENI ADI MOCHLAS A PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 PELEM KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Skripsi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: Ayukuning11@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING SISWA KELAS X AK 1 SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR TAHUN DIKLAT 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, seorang siswa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa. Salah satu keterampilan berbahasa tersebut

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DI KELAS V SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA MATERI GERAK BENDA KELAS III SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti di kelas, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK untuk meningkatkan keterampilan menulis

Lebih terperinci