FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU"

Transkripsi

1 FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU Rizki Mertyn Palupi 1 Yuni Pratiwi 2 Indra Suherjanto 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang Nomor 5 Malang mertynrizki@ymail.com ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil dan proses menulis cerpen dengan media film pendek pada siswa kelas X-4 SMA Negeri 02 Batu. Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data dalam penelitian ini berupa data proses dan hasil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran siklus I terdapat 11 siswa (42%) yang mendapat nilai di bawah KKM. Pada proses pembelajaran siklus II, kegiatan siswa selama proses pembelajaran sudah lebih bervariatif dibandingkan siklus I dan semua siswa dikategorikan tuntas. Pada siklus I, nilai rata-rata hasil menulis cerpen siswa yaitu 73 dengan kualifikasi cukup baik, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata menulis cerpen siswa yaitu 83,3 dengan kualifikasi baik. Kata kunci : pembelajaran cerpen, menulis cerpen, media film pendek. ABSTRACT : This research aims to increase outcomes and process short story writing with short movie media at Senior High School 02 Batu Grade X-4. Design this research is Classroom Action Research (CAR). Data in this research is process data and outcomes data. The result of this research indicate that learning process sicclus I found 11 student (42%) get value under 75. At learning process sicclus II, all of student categorized complete. At sicclus I, average score of result short story writing is 73 with enough good qualification, whereas at sicclus II, average score is 83,3 with good qualification. Key words : short story learning, short story writing, short film media. Menulis merupakan keterampilan dasar berbahasa yang memiliki manfaat besar baik bagi penulis maupun penikmatnya. Dengan menulis, seseorang dapat meluapkan segala perasaan, ungkapan, gagasan, pendapat, bahkan sindiran. Sukino (2010:6) mengungkapkan bahwa mengkomunikasikan ide dengan bahasa tulis disadari tidak semudah mengkomunikasikan ide dengan bahasa lisan. Kesenangan bersastra hanya dapat diraih melalui membaca, mengapresiasi, dan menulis sebuah karya sastra karena dengan cara semacam ini, berarti akan ada kontak antara peserta didik dengan karya sastra (Endraswara, 2003:63). Melalui menulis karya sastra, siswa sekaligus akan belajar karya sastra dan tidak asing lagi dengan pembelajaran sastra. Peserta didik harus dilatih untuk menulis karya sastra setidaknya cerpen. 1 Rizki Mertyn Palupi adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. 2 Yuni Pratiwi adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. 3 Indra Suherjanto adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. 1

2 2 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru serta dilihat dari angket dan hasil menulis cerpen siswa kelas X-4 di SMAN 2 Batu, menunjukkan bahwa proses belajar mengajar menulis cerpen kurang berhasil. Para guru di lapangan mengeluhkan kesulitan mereka dalam membelajarkan keterampilan menulis cerpen. Mereka kesulitan karena belum mengetahui metode ataupun media yang tepat untuk merangsang siswa agar menumbuhkan minat menulis. Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 November 2012 menunjukkan bahwa hasil tulisan cerpen sebagian besar siswa (75%) mendapatkan nilai di bawah KKM yakni 75. Pembelajaran menulis kreatif cerpen memerlukan inovasi yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Terciptanya suasana kelas yang menyenangkan akan memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut dengan penuh semangat. Dengan demikian, pembelajaran menulis kreatif cerpen berdasarkan pengalaman orang lain dapat terealisasikan sesuai dengan harapan guru. Guru sebaiknya menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa serta pemanfaatan media pembelajaran yang bervariatif. Menurut Indriana (2011:47) media pembelajaran yang tepat akan mampu meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak didik bisa mempertinggi hasil belajar. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk meningkatkan kemampuan menulis kreatif cerpen berdasarkan pengalaman orang lain dengan memanfaatkan media film pendek. Penelitian sebelumnya tentang pembelajaran menulis cerpen telah diteliti oleh Wulandari (2011) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Media Benda Tiga Dimensi Siswa Kelas X SMA Darut Taqwa Sengonagung Pasuruan. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain di kelas X-4 SMAN 02 Batu. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) kualitas proses pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain di kelas X-4 SMAN 02 Batu dan (2) kualitas hasil pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain di kelas X-4 SMAN 02 Batu. METODE Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Proses pelaksanaan tindakan dilakukan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan evaluasi, serta (4) analisis dan refleksi. Sebelum memasuki siklus I, dilakukan studi pendahuluan terlebih dahulu. Jika hasil evaluasi menunjukkan kemampuan siswa sudah memenuhi standar nilai, siklus dapat dihentikan dan dinyatakan berhasil. Akan tetapi jika belum mencapai nilai maksimum harus dilaksanakan siklus berikutnya. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah RPP yang sekaligus menjadi instrumen kunci. Instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan catatan lapangan. Data hasil yang berupa skor hasil evaluasi kemampuan menulis cerpen siswa digunakan

3 3 instrumen rubrik penilaian hasil menulis cerpen. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini adalah data proses tindakan dan hasil tindakan pembelajaran. Data proses berupa data verbal dan tingkah laku subjek yang diteliti yang bersumber dari kegiatan belajar mengajar menulis cerpen dengan menggunakan media film pendek. Sumber data proses didapat dari data hasil observasi, data hasil wawancara, dan data hasil catatan lapangan. Data observasi diperoleh dengan mengisi pedoman observasi yang kegiatan pembelajarannya sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data hasil wawancara diperoleh dari jawaban guru maupun siswa sesuai pedoman wawancara. Sumber data hasil kerja siswa diperoleh dengan mengukur kemampuan menulis kreatif cerpen dengan menggunakan media film pendek berdasarkan rubrik penilaian yang ditetapkan sesuai RPP. Analisis data proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dilakukan dengan cara berikut. Pertama, data proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa dilakukan dengan langkah (1) menjabarkan hasil observasi kegiatan yang dilakukan siswa selama proses berlangsung, didukung hasil wawancara guru serta catatan lapangan setelah dilaksanakan tindakan dan (2) menarik kesimpulan perlu dan tidaknya diadakan siklus selanjutnya. Kedua, data hasil belajar dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa dan menentukan ketercapaian nilai individu, yakni siswa dikatakan tercapai apabila nilainya 75 (sesuai KKM). Muslich (2012:91) menjelaskan bahwa analisis data pada dasarnya adalah upaya memilih, memilah, membuang, dan menggolongkan data. HASIL Proses Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Media Film Pendek Kegiatan studi pendahuluan dilaksanakan hari Sabtu, 3 November Hasil observasi studi pendahuluan pada kegiatan proses pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain menunjukkan bahwa siswa X-4 SMAN 2 Batu tidak aktif bertanya. Mereka cenderung diam ketika guru bertanya pada siswa. Akan tetapi, ketika kegiatan menulis cerpen berlangsung siswa nampak bersungguh-sungguh mengerjakannya. Beberapa siswa juga nampak berpikir keras untuk menemukan ide cerita. Hal ini tercermin dari suasana kelas yang tenang meskipun ada beberapa siswa yang masih berdiskusi dan melihat tulisan temannya. Pada kegiatan studi pendahuluan diperoleh hasil pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain. Terdapat 20 siswa (77%) belum mencapai skor 75 dan 6 siswa (23%) mencapai skor 75. Hasil penilaian menunjukkan (1) siswa belum mampu menulis rangkaian peristiwa dalam cerpen secara runtut dan logis, (2) siswa belum mampu menggambarkan tokoh dan penokohannya dalam cerpen, (3) siswa belum mampu melukiskan latar dalam cerpen, (4) siswa tidak memperhatikan tema dan judul dalam menulis cerpen, dan (5) siswa belum menggunakan paparan naratif dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti bersama guru mitra memutuskan bahwa siswa kelas X-4 SMAN 2 Batu menjadi subyek yang diteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya, siswa diberi tindakan berupa penggunaan media film pendek agar kemampuan

4 siswa dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain mengalami peningkatan. Peningkatan proses kemampuan menulis cerpen dengan media film pendek pada siklus I difokuskan pada tiga tahap. Ketiga tahapan tersebut yakni (1) tahap pramenulis, (2) tahap menulis, dan (3) tahap pascamenulis. Pada tahap pramenulis siklus I, guru mengajak siswa untuk mengamati langkah-langkah dalam mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh. Beberapa siswa masih terlihat saling berbicara dengan temannya. Mereka kurang berkonsentrasi ketika guru menjelaskan materi pembelajaran. Proses pembelajaran pada kegiatan inti selanjutnya adalah siswa menyimak film pendek Untuk Sebuah Hamburger. Kegiatan menyimak film pendek inilah yang digunakan sebagai perangsang untuk menulis tema cerpen. Siswa kemudian menyusun kerangka cerpen. Selama pembelajaran, guru berkeliling untuk memeriksa pekerjaan siswa dan bertanya tentang kesulitan yang dialami siswa. Sebagian besar siswa terlihat antusias dan mampu berkonsentrasi. Hal ini terlihat pada sikap siswa di kelas. Mereka bersikap tenang dan tidak berbuat gaduh. Pada tahap menulis siklus I, pembelajaran memasuki tahap menulis cerpen yaitu mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerita utuh. Siswa ditugaskan untuk mengembangkan kerangka cerpen yang telah dibuat sebelumnya menjadi sebuah cerita yang utuh dan padu. Pada kegiatan ini guru membimbing, mengamati, mengarahkan, dan menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis cerpen. Sebagian besar siswa nampak antusias untuk segera menyelesaikan cerpennya. Mereka mampu berkonsentrasi ketika menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain dengan media film pendek. Tahap pascamenulis siklus I dilaksanakan setelah kegiatan menulis cerpen selesai. Pada tahap ini, pembelajaran memasuki tahapan menyunting yaitu kegiatan menyunting cerpen dengan teman sejawatnya. Fokus penyuntingan dilakukan oleh siswa pada ejaan, tanda baca, dan bahasa. Pada kegiatan menyunting ini, suasana kelas agak gaduh. Hal tersebut dikarenakan sebagian siswa sering bertanya pada pemilik cerpen tentang tulisan-tulisan yang kurang jelas. Kegiatan menyunting diakhiri dengan pembacaan cerpen oleh salah satu siswa. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain dengan media film pendek pada siswa kelas X-4 SMAN 2 Batu siklus I belum sesuai harapan. Masih ada 14 (53%) siswa dikategorikan belum tuntas karena mendapat nilai di bawah 75. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap materi. Selain itu, siswa masih kurang serius dalam mengerjakan tahapan-tahapan cerpen. Sesuai dengan hasil yang telah dicapai siklus I, peneliti bersama guru masih menemukan beberapa kendala yang dialami siswa dalam menulis cerpen. Peneliti bersama mitra menyusun rencana perbaikan dan langkah-langkah pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Perbaikan rancangan untuk tindakan siklus II difokuskan pada materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, serta media pembelajaran. Peningkatan proses kemampuan menulis cerpen dengan media film pendek pada siklus II difokuskan pada tiga tahap yakni (1) tahap pramenulis, (2) tahap menulis, dan (3) tahap pascamenulis. 4

5 5 Pada tahap pramenulis siklus II, ada beberapa hal yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, di antaranya guru mengajak siswa untuk mengamati langkah-langkah dalam mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh. Siswa nampak antusias menyusun kerangka cerpen. Hal ini ditandai dengan keaktifan siswa dalam bertanya mengenai penyusunan kerangka cerpen. Pada tahap menulis siklus II, siswa ditugaskan untuk mengembangkan kerangka cerpen yang telah dibuat sebelumnya menjadi sebuah cerita yang utuh dan padu. Pada kegiatan ini guru membimbing, mengamati, mengarahkan dan menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis cerpen. Siswa nampak antusias untuk segera menyelesaikan cerpennya. Tahap pascamenulis siklus II dilaksanakan setelah kegiatan menulis cerpen selesai. Pada tahap ini, pembelajaran memasuki tahapan menyunting yaitu kegiatan menyunting cerpen dengan teman sejawatnya. Masing-masing siswa diminta untuk menyunting tulisan temannya dengan format yang telah dibagikan guru yaitu (1) ejaan yang meliputi penggunaan huruf kapital, penulisan kata depan, (2) tanda baca yang meliputi titik, koma, tanda petik, tanda seru, dsb, dan (3) bahasa yang meliputi dialog, monolog, dan narasi cerita. Pada kegiatan menyunting ini, siswa nampak lebih tenang dan berkonsentrasi pada cerpen temannya. Beberapa siswa yang kurang mengerti tentang EYD aktif bertanya. Pada proses pembelajaran siklus I terdapat 14 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Hal ini disebabkan masih ada beberapa siswa yang kurang serius dan bermain sendiri dalam mengikuti pembelajran menulis cerpen mulai tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap menulis, beberapa siswa masih kebingungan bagaimana cara mengembangkan cerpen dengan narasi yang baik dan runtut. Namun, sebagian besar siswa sudah nampak serius dalam menulis cerpen meskipun terkadang berdiskusi dengan teman sekelasnya. Berdasarkan paparan di atas, kegiatan guru dan siswa pada tahap pramenulis, tahap menulis, dan tahap pascamenulis siklus II menunjukkan bahwa kegiatan belajar selama proses pembelajaran menulis cerpen dengan media film pendek siswa kelas X-4 SMAN 2 Batu sudah lebih bervariatif dibandingkan pada saat siklus I. Pada proses pembelajaran siklus II semua siswa mendapat nilai di atas KKM (75). Hal ini membuktikan bahwa pada siklus II, perhatian siswa pada pembelajaran menulis cerpen dengan memanfaatkan film pendek telah meningkat. Hasil Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Media Film Pendek Pada siklus I, hasil peningkatan menulis cerpen dengan media film pendek difokuskan pada tiga tahapan yakni (1) tahap pramenulis, (2) tahap menulis,dan (3) tahap pascamenulis. Hasil peningkatan tahap pramenulis cerpen difokuskan pada penyusunan kerangka cerpen. Hasil analisis menunjukkan terdapat 1 siswa (3,8 %) mendapat kualifikasi sangat baik, dan 25 siswa (96,2%) mendapat kualifikasi baik. Hasil peningkatan pada tahap menulis cerpen siklus I difokuskan pada tiga aspek yaitu (1) ide cerita yang meliputi tema dan judul, (2) unsur teks yang meliputi penokohan, latar, dan alur, dan (3) unsur kebahasaan. Hasil penilaian menulis cerpen pada aspek tema menunjukkan bahwa terdapat 6 siswa (23,1%) mendapat skor 3 dengan nilai 9, 17 siswa (65,4%) mendapat skor 2 dengan nilai 6, dan 3 siswa (11,5%) mendapat skor 1 dengan nilai 3. Hasil penilaian menulis cerpen aspek judul cerita pada siklus I, terdapat 11 siswa (42,3%) mendapat skor

6 3 dengan nilai 9 dan 15 siswa (57,7%) mendapat skor 2 dengan nilai 6. Hasil penilaian menulis cerpen aspek penokohan pada siklus I, terdapat 8 siswa (30,8%) mendapat skor 3 dengan nilai 9, 16 siswa (61,5%) mendapat skor 2 dengan nilai 6, dan 2 siswa (7,7%) mendapat skor 1 dengan nilai 3. Hasil penilaian tahap menulis cerpen aspek latar pada siklus I, terdapat 10 siswa (38,5%) mendapat skor 3 dengan nilai 9, 15 siswa (57,7%) mendapat skor 2 dengan nilai 6, dan 1 siswa (3,8%) mendapat skor 1 dengan nilai 3. Hasil penilaian tahap menulis cerpen siklus I pada aspek alur menunjukkan 8 siswa (30,8%) mendapat skor 3 dengan nilai 9, 13 siswa (50%) mendapat skor 2 dengan nilai 6, dan 5 siswa (19,2%) mendapat skor 1 dengan nilai 3. Hasil penilaian menulis cerpen aspek bahasa pada siklus I menunjukkan terdapat 7 siswa (26,9%) mendapat skor 3 dengan nilai 9, 10 siswa (38,5%) mendapat skor 2 dengan nilai 6, dan 9 siswa (34,6%) mendapat skor 1 dengan nilai 3. Pada tahap pascamenulis siklus I, hasil belajar siswa dalam menyunting cerpen menunjukkan bahwa terdapat 5 (19,2%) siswa yang dikategorikan tidak tuntas. Hal ini disebabkan siswa tidak melakukan penyuntingan. Pada siklus II, hasil peningkatan menulis cerpen dengan media film pendek difokuskan pada tiga tahapan yakni (1) tahap pramenulis, (2) tahap menulis, dan (3) tahap pascamenulis. Hasil peningkatan taha[ [ramenulis siklus II menunjukkan bahwa 2 siswa (7,7%) mendapat kualifikasi sangat baik, 10 siswa (38,5%) mendapat kualifikasi baik, 4 siswa (15,3%) mendapat kualifikasi cukup baik, dan 10 siswa (38,5%) mendapat kualifikasi kurang baik. Hasil peningkatan pada tahap menulis cerpen siklus II difokuskan pada tiga aspek yakni (1) ide cerita yang meliputi tema dan judul, (2) unsur teks yang meliputi penokohan, latar, dan alur, dan (3) unsur kebahasaan. Hasil penilaian menulis cerpen pada aspek tema menunjukkan bahwa terdapat 5 siswa (19,2%) mendapat skor maksimal 3 dengan nilai 9, dan 21 siswa (80,8%) mendapat skor 2 dengan nilai 6. Hasil penilaian menulis cerpen aspek judul cerita pada siklus II, terdapat 10 siswa (38,5%) mendapat skor maksimal 3 dengan nilai 9 dan 16 siswa (61,5%) mendapat skor 2 dengan nilai 6. Hasil penilaian menulis cerpen aspek penokohan pada siklus II, terdapat 23 siswa (88,5%) mendapat skor 3 dengan nilai 9, dan 3 siswa (11,5%) mendapat skor 2 dengan nilai 6. Hasil penilaian tahap menulis cerpen aspek latar pada siklus II, terdapat 17 siswa (65,4%) mendapat skor 3 dengan nilai 9 dan 9 siswa (34,6%) mendapat skor 2 dengan nilai 6. Hasil penilaian tahap menulis cerpen siklus II pada aspek alur menunjukkan 15 siswa (57,7%) mendapat skor 3 dengan nilai 9 dan 13 siswa (50%) mendapat skor 2 dengan nilai 6. Hasil penilaian menulis cerpen aspek bahasa pada siklus II menunjukkan terdapat 11 siswa (42,3%) mendapat skor 3 dengan nilai 9 dan 15 siswa (57,7%) mendapat skor 2 dengan nilai 6. Hasil peningkatan pada tahap pascamenulis siklus II difokuskan pada penyuntingan cerpen antar teman. Hasil peningkatan pada tahap pascamenulis menunjukkan bahwa sebanyak 10 siswa (38,5%) mendapat kualifikasi sangat baik dan 16 siswa mendapat kualifikasi baik. Pada siklus I masih ada 5 siswa yang tidak melakukan penyuntingan. Akan tetapi, pada siklus II ini semua siswa melakukan penyuntingan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan hasil temuan penelitian, peningkatan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain dengan media film pendek pada siswa 6

7 7 kelas X-4 SMAN 2 Batu siklus II sudah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus I, masih terdapat 11 siswa yang dikategorikan belum tuntas, sedangkan pada siklus II, Semua siswa dikategorikan tuntas karena mendapat nilai 75 untuk hasil tulisan cerpen mereka. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen siswa pada siklus II sudah baik. Semua siswa telah mencapai nilai di atas KKM. Oleh karena itu, semua siswa dikategorikan tuntas sehingga tidak perlu diadakan tindakan pembelajaran kemampuan menulis cerpen siklus III. PEMBAHASAN Proses Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Media Film Pendek Proses Peningkatan Tahap Pramenulis Pembelajaran menulis cerpen dengan memanfaatkan media film pendek pada tahap pramenulis meliputi kegiatan guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa dijelaskan tentang materi menulis cerpen mulai dari penyusunan kerangka hingga menjadi cerpen utuh. Teori menulis perlu diberikan pada siswa untuk dijadikan bekal. Hal demikian senada dengan pernyataan Sumardjo (2004:38) bahwa teori menulis perlu dipelajari bagi mereka yang baru memulai menulis. Pada siklus I siswa telah dijelaskan materi tentang unsur-unsur pembangun cerpen yakni tema, judul, penokohan, latar, dan alur. Pada siklus II guru kembali mengingatkan unsur-unsur pembangun cerpen, memberikan penguatan materi mengenai tahapan-tahapan alur, dan menambahkan materi tentang unsur bahasa yakni penyajian dialog, monolog, dan deskripsi dalam cerita. Hal itu disebabkan pada evaluasi siklus I siswa membutuhkan materi tersebut. Kegiatan yang dilakukan siswa pada tahap pramenulis yakni menentukan tema dan judul, menyusun kerangka cerpen yang berisi pengembangan tokoh, latar, dan peristiwa. Pada dasarnya, langkah yang ditempuh tidak jauh berbeda dari pendapat Sukino (2010:20) yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan draf, (3) tahap revisi, (4) tahap pengeditan, dan (5) tahap publikasi. Kegiatan siswa pada tahap pramenulis hanya sampai pada tahap penulisan draf yakni penyusunan gagasan dalam bentuk kerangka cerpen. Berdasarkan paparan data dan proses menulis cerpen dengan media film pendek, interaksi guru dan siswa pada tahap pramenulis berjalan lancar dan kondusif. Siswa cukup aktif dan antusias pada pembelajaran menulis cerpen baik di siklus I maupun siklus II. Proses Peningkatan Tahap Menulis Pada tahap menulis siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen utuh. Pada tahap pengembangan kerangka cerpen, siswa diberi kebebasan mengembangkan ceritanya sesuai kreatifitas masing-masing. Kreatifitas merupakan inti dari kegiatan proses kreatif menulis sastra (Roekhan, 1991:2). Melalui kreatifitas siswa mampu mengembangkan kerangka cerpen menjadi sebuah cerita yang utuh dan padu. Daya kreatifitas siswa dapat dirangsang dengan memanfaatkan media film pendek. Sebagaimana pendapat Roekhan (1991:9) kreatifitas dapat dirangsang

8 8 dengan cara (1) mempelajari ide orang lain, (2) meningkatkan pengetahuan, (3) melakukan perenungan, (4) berlatih, dan (5) terus berpikir kritis. Penggunaan media film pendek sesuai dengan pernyataan Roekhan bahwa kreatiftas dapat dirangsang dengan cara mempelajari ide orang lain dan terus berpikir kritis. Dengan mempelajari ide orang lain melalui film pendek siswa dapat berpikir kritis untuk mengembangkan film pendek tersebut sesuai imajinasinya. Media film pendek dapat digunakan sebagai perangsang karena merupakan sebuah rangkaian cerita yang bisa digunakan untuk memunculkan ide. Cerpen dibangun oleh unsur intrinsik yang saling terkait sehingga membentuk cerita yang indah. Unsur intrisik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Sumardjo, 2004:14). Unsur-unsur tersebut meliputi tema, judul, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Pada penelitian ini, unsur intrinsik cerpen difokuskan pada tema, judul, penokohan, latar, alur, dan bahasa. Berdasarkan paparan data dan proses menulis cerpen dengan media film pendek, interaksi guru dan siswa berjalan dengan lancar dan kondusif. Siswa antusias dalam menulis cerpen baik pada siklus I maupun siklus II. Siswa dibimbing guru dalam mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerita yang utuh dan padu. Proses kegiatan ini mampu meningkatkan motivasi siswa dan antusiasme siswa dalam menulis cerpen. Proses Peningkatan Tahap Pascamenulis Kegiatan pascamenulis dilakukan dengan cara penyuntingan cerpen. Penyuntingan dilakukan dengan cara saling menukarkan cerpen siswa dengan milik temannya. Sesuai dengan pendapat Sukino (2010:28) bahwa revisi terfokus pada isi tulisan. Siswa mengoreksi ejaan, tanda baca, huruf kapital dan penggunaan bahasa. Pada kegiatan penyuntingan dapat pula dilakukan pengontrolan bahasa dan nalar yang digunakan tanpa mengubah esensi cerita. Setelah tahap penyuntingan selesai, cerpen dikembalikan kepada pemiliknya untuk direvisi agar menjadi cerita yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumardjo (2004:69) bahwa revisi diperlukan untuk memperbaiki tulisan sehingga menjadi cerita yang padu. Berdasarkan paparan proses siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa dengan memanfaatkan media film pendek mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen tahap pascamenulis. Proses pada tahap pascamenulis siklus II lebih baik dibanding proses tahap pascamenulis siklus I. Peningkatan proses kemampuan menulis cerpen tahap pascamenulis disebabkan karena semua siswa telah melakukan penyuntingan dengan baik dan disertai komentar. Hasil Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Media Film Pendek Hasil Peningkatan Tahap Pramenulis Penyusunan kerangka cerpen bertujuan agar hasil karangan tersusun secara teratur dan isi tulisan tidak keluar dari tujuan awal. Dalam menyusun kerangka cerpen penulis menyusun peristiwa-peristiwa yang akan dikembangkan dalam ceritanya nanti. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumardjo (2004:69) tentang tahap inkubasi dalam menulis kreatif cerpen yaitu tahap pengembangan ide dengan melakukan perincian peristiwa.

9 9 Pada siklus I, sebagian siswa mampu menyusun kerangka cerpen dengan baik meskipun masih ada 14 siswa yang dikategorikan tidak tuntas. Pada siklus II, semua siswa dinyatakan tuntas dalam penyusunan kerangka cerpen. Hal ini ditandai dengan perolehan skor dan pencapaian kualifikasi baik dan sangat baik pada siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siklus II mengalami peningkatan yang signifikan pada penyusunan kerangka cerpen dibandingkan dengan siklus I. Hasil Peningkatan Tahap Menulis Hasil peningkatan tahap menulis cerpen dengan menggunakan media film pendek difokuskan pada enam unsur. Keenam unsur tersebut yakni (1) tema,(2) judul, (3) penokohan, (4) latar, (5) alur, dan (6) kebahasaan. Pertama, tema dalam sebuah cerita. Tema berperan penting karena tema merupakan dasar dari pengembangan ide cerita. Hal ini sejalan dengan pendapat Aminuddin (2010:92) bahwa tema tidak berada di luar cerita, tetapi inklusif di dalam cerita. Semua kejadian dan perbuatan tokoh didasari oleh ide pengarang. Berdasarkan paparan tersebut dalam menulis cerpen dengan media film pendek ini siswa dituntut agar mampu menyajikan tema yang menarik, baru, dan sesuai dengan film pendek. Pada siklus I, sebagian besar siswa sudah mampu menyajikan cerpen dengan tema yang menarik, baru dan sesuai dengan film pendek. Meskipun masih ada 3 siswa yang belum tuntas. Akan tetapi, pada siklus II, semua siswa dinyatakan tuntas dalam pengembangan unsur tema. Hal tersebut ditandai dengan perolehan skor dan pencapaian kualifikasi baik dan sangat baik pada siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siklus II mengalami peningkatan yang signifikan pada pengembangan unsur tema dibandingkan dengan siklus I. Kedua, penentuan judul yang harus menggambarkan isi tulisan. Judul yang menarik, akan membuat pembaca tertarik pada tulisan tersebut. Sebagaimana telah diungkapkan oleh Keraf (2001:128) Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok pula dengan temanya. Pada siklus I, semua siswa sudah mampu menyajikan cerpen dengan judul yang menarik, baru, dan sesuai dengan film pendek. Beberapa siswa mendapat kualifikasi sangat baik. Akan tetapi, pada siklus II, sebagian besar siswa dinyatakan tuntas dengan kualifikasi sangat baik dalam pengembangan unsur judul. Hal tersebut ditandai dengan perolehan skor dan pencapaian kualifikasi baik dan sangat baik pada siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siklus II mengalami peningkatan yang signifikan pada pengembangan unsur judul dibandingkan dengan siklus I. Ketiga, unsur penokohan dalam sebuah cerita. Sugiharto (2008:7) berpendapat bahwa keberadaan tokoh dalam cerita hanya akibat dari tokoh itu diperlakukan seperti orang hidup. Siswa dituntut mampu menghidupkan cerpennya melalui tokoh-tokoh yang dimunculkan. Pada saat pratindakan siswa nampak kesulitan dalam menentukan tokoh. Akan tetapi kemampuan siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan pada siklus I. Siswa sudah mulai paham dan mampu menyajikan penokohan dengan baik. Hal itu terbukti dengan perolehan skor maksimal pada beberapa siswa. Pada siklus II kemampuan siswa pada unsur penokohan semakin mengalami peningkatan. Hal itu terbukti dengan rata-rata nilai akhir pada spek penokohan mencapai 95 dan semua siswa

10 dikategorikan tuntas. Seluruh siswa mampu mengembangkan unsur penokohan melalui deskripsi fisik dan watak dengan baik. Keempat, latar atau setting. Pemilihan setting atau latar dapat membentuk tema atau plot tertentu. Oleh karena itu, latar harus dibuat selaras dengan tema. Sejalan dengan pendapat Aminuddin (2010:67) setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa. Pada pengembangan unsur latar siswa sudah mampu mengembangkan latar tempat, latar waktu, dan latar suasana secara rinci serta sesuai dengan film pendek. Hal itu terbukti dari nilai siswa yang terus mengalami peningkatan mulai dari pratindakan, sklus I, dan siklus II. Awalnya siswa kesulitan mengembangkan unsur latar, tetapi setelah diberi tindakan siswa mulai memahami cara menyajikan unsur latar dengan baik. Pada siklus I kemampuan mengembangkan unsur latar mengalami peningkatan yang signifikan meskipun masih ada 1 siswa yang dikategorikan belum tuntas. Akan tetapi pada siklus II semua siswa dikategorikan tuntas. Rata-rata nilai akhir siklus I pada pengembangan unsur latar sebesar 78 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88. Kemajuan yang dicapai siswa pada siklus II ini menandakan bahwa penggunaan media film pendek mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan unsur latar. Kelima, pada pengembangan unsur alur terdapat 5 rangkaian peristiwa. Sesuai dengan pendapat Aminuddin (2010:85) yang menyatakan bahwa alur dibagi menjadi lima bagian yakni (1) eksposisi, (2) timbulnya konflik, (3) klimaks, (4) revelasi, dan (5) denouement. Dalam menulis cerpen dengan media film pendek ini, siswa diarahkan pada pengembangan alur secara rinci dan jelas agar cerita lebih runtut. Pada siklus I sebagian besar siswa belum mampu mengembangkan unsur alur dengan baik. Pada aspek ini siswa mendapat nilai rata-rata akhir 71. Akan tetapi pada siklus II, kemampuan siswa meningkat dengan rata-rata nilai akhir 85 dan semua siswa dikategorikan tuntas dengan kualifikasi sangat baik dan baik. Kemajuan yang dicapai siswa pada siklus II ini menandakan bahwa penggunaan media film pendek mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan unsur alur. Keenam, unsur kebahasaan dalam sebuah cerita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran untuk mengungkapkan maksud penulis. Menurut Keraf (2001:10), kemahiran dalam berbahasa baik lisan maupun tulis dapat melancarkan komunikasi yang jelas dan teratur. Pada pengembangan unsur bahasa siswa sudah mampu mengembangkan paparan naratif dengan baik. Siswa mampu menyusun ceritanya melalui dialog-dialog antar tokoh, monolog, dan deskrispi cerita yang baik. Hal itu terbukti dari nilai siswa yang terus mengalami peningkatan mulai dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. Awalnya siswa kesulitan mengembangkan dialog, monolog, deskripsi yang runtut, tetapi setelah diberi tindakan siswa mulai memahami cara menyusun dialog, monolog, maupun deskripsi cerita dengan baik dan padu. Pada siklus I kemampuan mengembangkan unsur bahasa mengalami peningkatan yang cukup baik meskipun masih ada 9 siswa yang dikategorikan belum tuntas. Akan tetapi pada siklus II semua siswa dikategorikan tuntas. Ratarata nilai akhir siklus I pada pengembangan unsur bahasa sebesar 73 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80. Kemajuan yang dicapai siswa pada siklus II ini menandakan bahwa penggunaan media film pendek mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan unsur bahasa. 10

11 11 Hasil Peningkatan Tahap Pascamenulis Menyunting dilakukan guna mendapatkan perbaikan agar menghasilkan tulisan yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Rifai (1997:105) bahwa menyunting berkaitan dengan masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas dibaca oleh pembacanya. Pada dasarnya, menyunting adalah kegiatan yang meliputi memperbaiki naskah atau teks tata bahasa, penggunaan kata-kata, cara penyajian pokok soal, dan seterusnya agar menarik dibaca dan mudah dipahami. Pada kegiatan menyunting cerpen ini, penyuntingan difokuskan pada unsur ejaan (huruf kapital, tanda baca, dan kata depan) dan unsur kebahasaan (dialog, monolog, dan narasi cerita). Pada tahap pascamenulis siswa sudah mampu melakukan penyuntingan dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil suntingan siswa yang mengalami peningkatan mulai dari siklus I dan siklus II. Awalnya siswa kesulitan dalam menyunting bahkan ada beberapa siswa tidak melakukan penyuntingan. Namun, pada siklus II semua siswa telah melakukan penyuntingan dengan baik. Pada siklus I, 21 siswa telah melakukan penyuntingan, 10 di antaranya menyunting disertai komentar. Sedangkan 5 siswa dikategorikan tidak tuntas karena tidak melakukan penyuntingan. Akan tetapi pada siklus II, kemampuan menyunting siswa mengalami peningkatan. Semua siswa dikategorikan tuntas karena melakukan penyuntingan dan 10 di antaranya menyunting disertai komentar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses peningkatan pada tahap pramenulis, menulis dan pascamenulis menunjukkan bahwa siswa terlihat aktif dan antusias, dan percaya diri dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media film pendek. Selain itu, hasil peningkatan pada tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis menunjukkan bahwa media film pendek dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X-4 SMAN 02 Batu. Saran Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan penelitian ini adalah kepada guru untuk menggunakan media film pendek dalam pembelajaran menulis cerpen. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan media pembelajaran yang lainnya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen. Selain itu, penelitian ini juga dapat dikaji lebih mendalam lagi dengan menggunakan kriteria, evaluasi, dan pendekatan yang berbeda mengenai upaya meningkatkan keterampilan menulis cerpen. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Endraswara, S Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang. Indriana, D Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press. Keraf, G Komposisi. Semarang: Bina Putera.

12 Muslich, M Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Rifai, M Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Roekhan Menulis Kreatif: Dasar-Dasar dan Petunjuk Penerapannya. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Sugiharto, T Pandai Menulis Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sukino Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS. Sumardjo, J Menulis Cerpen Itu Mudah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wulandari, B Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Media Benda Tiga Dimensi Siswa Kelas X SMA Darut Taqwa Sengonagung Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. 12

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK Oleh: Rahmat Mahmudi 1 Mudjianto 2 Heri Suwignyo 3 Email: Sastra_ground2@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON Dwi Novita Ariyaningtyas 1 Heri Suwignyo 2 Karkono 3 Universitas Negeri Malang, Jalan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IIIB MI ALMAARIF 03 LANGLANG SINGOSARI

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IIIB MI ALMAARIF 03 LANGLANG SINGOSARI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IIIB MI ALMAARIF 03 LANGLANG SINGOSARI Arlita Agustina 1 Muakibatul Hasanah 2 Heri Suwignyo 2 Email: arlitaagustina@ymail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE I AM THE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA MAS

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE I AM THE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA MAS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE I AM THE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA MAS Lili Yanti, Christanto Syam, Laurensius Salem Pascasarjana Bahasa Indonesia, FKIP Univesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa Indonesia tahun 2006 bertujuan untuk menjadikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP) Muhamad Lukman Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: Ayukuning11@gmail.com

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI AMANAT PENGGALAN CERPEN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL MANDATE OF IDENTIFYING CONTEXTUAL APPROACH THROUGH FRAGMENT OF THE SHORT STORY

MENGIDENTIFIKASI AMANAT PENGGALAN CERPEN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL MANDATE OF IDENTIFYING CONTEXTUAL APPROACH THROUGH FRAGMENT OF THE SHORT STORY MENGIDENTIFIKASI AMANAT PENGGALAN CERPEN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL MANDATE OF IDENTIFYING CONTEXTUAL APPROACH THROUGH FRAGMENT OF THE SHORT STORY Zainal Abidin SMA Negeri 1 Bontonompo Zainalbidin889@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan 1 BAB I PENDAHULUN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan bertujuan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Pada dasarnya kegiatan berbahasa terutama menulis

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013-2014 Helmi Susanti Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:Prestasi

Lebih terperinci

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X Oleh Linda Permasih Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. email: linda.permasih99@gmail.com Abstrac

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas IXa SMP Negeri 2 Tolitoli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas IXa SMP Negeri 2 Tolitoli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas IXa SMP Negeri 2 Tolitoli Seniwati Umar SMP Negeri 2 Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 SMP Negeri 2 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG Dwi Sulistyorini Abstrak: Dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih banyak mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Kustiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penggunaan suatu metode dan teknik penelitian akan menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penggunaan suatu metode dan teknik penelitian akan menentukan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penggunaan suatu metode dan teknik penelitian akan menentukan keberhasilan suatu kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, dalam penelitian diperlukan suatu metode

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK Devi Anggraini, Paternus Hanye, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa

BAB 3 METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X.4 SMA Pasundan 3 Cimahi. Kelas ini merupakan salah satu kelas dari empat kelas di

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR KELOMPOK KREATIF PADA SISWA SMP KELAS VIII

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR KELOMPOK KREATIF PADA SISWA SMP KELAS VIII PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR KELOMPOK KREATIF PADA SISWA SMP KELAS VIII Oleh Sigit Setyo Wicaksono 1 Mudjianto 2 Indra Suherjanto 3 Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eka Susilowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA FILM SISWA KELAS III SD N PENCAR 2, SLEMAN ARTIKEL JURNAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA FILM SISWA KELAS III SD N PENCAR 2, SLEMAN ARTIKEL JURNAL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA FILM SISWA KELAS III SD N PENCAR 2, SLEMAN ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Kuni Sholi ah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Mardhatillah 1 *, Nora Akmalia 2.

Mardhatillah 1 *, Nora Akmalia 2. Rekognisi: Jurnal Pendidikan dan Kependidikan p-issn 2527-5259 e-issn 2599-2260 Vol.2, No.2, Desember 2017 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN MELALUI METODE IMAGE STREAMING DENGAN MEDIA GAMBAR

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1 PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN Cerianing Putri Pratiwi 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Ririn Budi U. K. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016

Ririn Budi U. K. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016 Ririn Budi U. K. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen... Halaman 140 146 Volume 1, No. 2, September 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMAN 1 PAKUSARI DENGAN METODE KONTEKSTUAL Ririn

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari keterampilan menulis sastra. Keterampilan menulis naskah drama tidak datang dengan sendirinya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP Oleh: Ella 1, Harris Effendi Thahar 2, Afnita 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG Lusi Marta¹, Ninit Alfianika², Rina Sartika² ¹Mahasiswa Program

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajar Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENERAPAN TEKNIK MENIRU MENGOLAH MENGEMBANGKAN (3M) DALAM PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP MA ARIF KALIBAWANG WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Rini Subekti Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JPBSI 5 (2) (2016) Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) pada tingkat SMA diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam

Lebih terperinci

MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN

MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN Dyah Dwi Hapsari 1), Sukarno 2), Joko Daryanto 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail: dyah.hapsari11@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

Mami Sulistyowati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Mami Sulistyowati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN CERITA YANG DIBACA MELALUI MODEL MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 4 NGENTRONG TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 Mami Sulistyowati Mahasiswa Magister

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dijadikan sebagai alat untuk memonitor perkembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun sering menjadi momok bagi peserta didik, bahkan banyak yang menganggap bahwa Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS, EFEKTIVITAS, DAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENINGKATAN KREATIVITAS, EFEKTIVITAS, DAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PENINGKATAN KREATIVITAS, EFEKTIVITAS, DAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PENDAHULUAN Nina Fatmawati Universitas Suryakancana, Cianjur fnin.nina@gmail.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK Widayati Kepala SDN Kepuharum Kec. Kutorejo Kab. Mojokerto Email: waidayatiwidayati260@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan penilaian. Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE DAN PERMAINAN JELAJAH EYD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN

PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE DAN PERMAINAN JELAJAH EYD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE DAN PERMAINAN JELAJAH EYD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN Nur Fitriana Rahmawati 1, Julia 2, Prana Dwija Iswara

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO OPERA VAN JAVA (OVJ)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO OPERA VAN JAVA (OVJ) PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO OPERA VAN JAVA (OVJ) Nana Fibri Yani 1 Yuni Pratiwi 2 Indra Suherjanto 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PTK. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PTK. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan peneliti sebagai observer dan berkolaborasi dengan guru sebagai pengajar dalam penelitian. Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi sosial. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan terkait

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media website ini

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media website ini 162 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media website ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian dilakukan berdasarkan prosedur penelitian PTK, yaitu

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 145 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa simpulan berikut ini. Pertama, perencanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. menulis

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing Nurmila Moidady Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM EKRANISASI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM EKRANISASI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM EKRANISASI Eriana Trizadestyani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD Peningkatan Keterampilan Menulis... (Ismi Nur Azizah) 2.313 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD IMPROVING THE WRITING SKILLS BY USING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas berbahasa merupakan aktivitas yang paling esensial dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan bahasa tidak hanya sekedar ucapan melainkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti di kelas, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK untuk meningkatkan keterampilan menulis

Lebih terperinci

Keywords: arranging short stories text, imaginative method, song media, religion manner, social manner.

Keywords: arranging short stories text, imaginative method, song media, religion manner, social manner. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERITA PENDEK MENGGUNAKAN METODE IMAJINATIF DAN MEDIA LAGU Ida Andriati dan Sumartini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes andriati_ida@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG CERITA MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG CERITA MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG CERITA MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR Epi 1, Mastiah 2, Aprima Tirsa 2 1 Mahasiswa Lulusan Program Studi PGSD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran berbahasa di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari pengembangan aspek kemampuan berbahasa. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memperlancar dan mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Keempat hal

Lebih terperinci

Oleh: Mukhlisotun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Mukhlisotun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DARI TEKS WAWANCARA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share. Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Isthifa Kemal 1 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji masalah yaitu 1) bagaimana peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN STRATEGI BUKU BERGAMBAR MINIM KATA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 IMOGIRI, BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN STRATEGI BUKU BERGAMBAR MINIM KATA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 IMOGIRI, BANTUL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN STRATEGI BUKU BERGAMBAR MINIM KATA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 IMOGIRI, BANTUL ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

MAKALAH OLEH: LUKY LUKMANSYAH NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

MAKALAH OLEH: LUKY LUKMANSYAH NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE 3M (MENIRU, MENGELOLA, DAN MENGEMBANGKAN) UJI COBA PADA SISWA KELAS VII SMP PLUS AL-ILYAS MALANGBONG KABUPATEN GARUT MAKALAH OLEH: LUKY LUKMANSYAH NPM.10.21.0229

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut, menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak STRATEGI BELAJAR PETA KONSEP MODEL RANTAI KEJADIAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA PADA SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS V SDN 005 BANJAR GUNTUNG KABUPATEN KUANTAN SINGINGI RIAU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS V SDN 005 BANJAR GUNTUNG KABUPATEN KUANTAN SINGINGI RIAU PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE SISWA KELAS V SDN 005 BANJAR GUNTUNG KABUPATEN KUANTAN SINGINGI RIAU Sari Mauliles 1, Gusnetti 2, Hidayati Azkiya 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

[Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskriptif Menggunakan Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas X-1 SMKS Kesehatan Kendari]

[Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskriptif Menggunakan Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas X-1 SMKS Kesehatan Kendari] MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS X-1 SMKS KESEHATAN KENDARI 1 SAFTA DEWI 1 Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa kesimpulan berikut ini. Perencanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA VCD FILM KARTUN SISWA KELAS V SD

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA VCD FILM KARTUN SISWA KELAS V SD 2.082 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi Juni Tahun 2016 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MEDIA VCD FILM KARTUN SISWA KELAS V SD THE IMPROVEMENT OF NARRATIVE ESSAY WRITING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan kegiatan ekspresi sastra yang perlu diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan kegiatan ekspresi sastra yang perlu diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis cerpen merupakan kegiatan ekspresi sastra yang perlu diajarkan kepada siswa. Selain bermanfaat sebagai kegiatan untuk melatih siswa dalam menuangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK atau yang biasa dikenal dengan classroom action research

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Masalah yang telah diuraikan sebelumnya dipecahkan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Melalui metode ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research. Menurut Wardhani, dkk. (2007: 1.4) Penelitian

Lebih terperinci

RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik: Abstrak

RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik: Abstrak Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi Melalui Three Fun Diksi Berbasis Film Dokumenter Kelas VIIId SMP Negeri 3 Ambarawa Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 RAHAYUNINGSIH SMP NEGERI 3 AMBARAWA Surat elektronik:

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK CERITA LEGENDA SISWA KELAS V SDN 034 SUKAJADI KOTA PEKANBARU Otang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan di SD Negeri Dawuan Timur I, yang beralamatkan di Jl. Sumur Bandung desa Dawuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan atau menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci