JENIS CERITA DETEKTIF THE SUSPENSE DALAM NOVEL СТАТСКИЙ СОВЕТНИК /STATSKIJ SOVETNIK/ PENASIHAT NEGARA KARYA BORIS AKUNIN: SEBUAH KAJIAN STRUKTURALISME

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JENIS CERITA DETEKTIF THE SUSPENSE DALAM NOVEL СТАТСКИЙ СОВЕТНИК /STATSKIJ SOVETNIK/ PENASIHAT NEGARA KARYA BORIS AKUNIN: SEBUAH KAJIAN STRUKTURALISME"

Transkripsi

1 JENIS CERITA DETEKTIF THE SUSPENSE DALAM NOVEL СТАТСКИЙ СОВЕТНИК /STATSKIJ SOVETNIK/ PENASIHAT NEGARA KARYA BORIS AKUNIN: SEBUAH KAJIAN STRUKTURALISME Nisa Rachmani, Mina Elfira Program Studi Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Abstrak Artikel ini berisi tentang jenis cerita detektif yang terdapat di dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis dan mengaitkannya dengan teori sekuen, teori sintagmatik dan paradigmatik, serta teori jenis cerita detektif. Berdasarkan hasil analisis, telah dibuktikan bahwa novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin termasuk ke dalam jenis cerita detektif the suspense karena memiliki kaidah-kaidah yang terdapat dalam jenis tersebut, yaitu terdapat misteri, memiliki alur ganda, terdapat masalah percintaan, dan tokoh detektifnya tidak memiliki imunitas. The Suspenpe Type of Detective Story in Novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ The State Counselor by Boris Akunin Abstract This article consist of detective story type contained in the novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ The State Councellor written by Boris Akunin. The method used in this thesis is descriptive-analytical and relate it to the theory of sequence, theory of syntagmatic, and paradigmatic,and also the type of detective story. Based on the analysis, it has been proved that novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ The State Councelor by Boris Akunin included in the suspense type of detective story because it has the characteristics of that type. It has a mystery, has a double groove, there are issues of romance, and his detective character does not have immunity. Keywords: Akunin ; Syntagmatic and Paradigmatic ; Type Detective Story Pendahuluan Sastra dalam bahasa Indonesia merujuk kepada kesusastraan atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tulisan tersebut biasa disebut dengan karya sastra. Karya sastra dibangun oleh dua unsur. Unsur-unsur tersebut adalah unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada di dalam karya sastra berupa latar belakang pembuatan karya tersebut, kondisi masyarakat pada saat karya itu dibuat, dan pandangan hidup

2 pengarang. Unsur intrinsik yang ada di dalam karya sastra berupa tema, amanat, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. (Siswanto, 2008:142) Terdapat berbagai teori yang dapat digunakan untuk menganalisis kedua unsur dalam karya sastra tersebut. Misalnya, unsur ekstrinsik yang ada dalam suatu karya sastra dapat di analisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra, dan untuk menganalisis unsur intrinsik yang ada dalam karya sastra dapat menggunakan berbagai macam teori. Teori yang paling sering digunakan untuk menganalisis unsur intrinsik adalah teori tentang tokoh, dan penokohan. Sedangkan analisis yang menggunakan teori tentang alur sangatlah jarang ditemukan. Kalaupun ada, hanya merupakan analisis alur sederhana yang berupa alur maju, mundur ataupun penentuan konflik berdasarkan alur. Namun, sebenarnya terdapat sebuah teori yang dapat menghasilkan analisis lebih detail dari semua teori di atas, yaitu teori strukturalisme. Teeuw (1991:135) mengemukakan bahwa analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Untuk menganalisis suatu karya sastra, teori strukturalisme tidak dapat dipisahkan dari teori semiotik karena karya sastra merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna dan semiotik merupakan ilmu tentang tanda-tanda. Semiotik, dalam kajian ini adalah semiotik sastra meneliti konvensi kesusastraan dan juga hubungannya dengan karya yang lain (Haniah, 2007:13). Todorov membagi hubungan konvensi yang terdapat di dalam karya sastra menjadi dua kelompok, yaitu sastra popular dan sastra tunggal. Sastra popular menekankan pada ketaatan konvensi, dan sastra tunggal menekankan pada penyimpangan konvensi. (Todorov, 1977:10). Salah satu jenis sastra yang tergolong ke dalam jenis sastra popular adalah cerita detektif. Cerita detektif menceritakan tentang penyelidikan suatu kejahatan yang melibatkan tokoh detektif, tokoh-tokoh saksi, dan diakhiri dengan terbongkarnya kejahatan (Boileau-Narcejac, 1964:7-8). Dalam bukunya yang berjudul The Poetics Of Prose, Todorov membagi jenis cerita detektif ke dalam tiga kelompok, yaitu the whodunit, the thriller, dan the suspense. The whodunit merupakan cerita detektif yang memiliki cerita ganda, yaitu cerita kejahatan dan cerita penyelidikan. The thriller merupakan cerita detektif yang hanya memiliki satu cerita saja, 2

3 yaitu cerita penyelidikan. The suspense merupakan perpaduan antara cerita detektif berjenis the whodunit dan the thriller. (Todorov, 1977: 44, 47, 50) Sebagai sebuah sastra populer, cerita detektif banyak diproduksi di berbagai negara, tidak terkecuali Rusia. Salah satu penulis cerita detektif ternama di Rusia adalah Boris Akunin. Boris akunin adalah nama samaran seorang penulis yang bernama asli Grigory Shalvovich Chkhartishvili. Chkhartishvili adalah seorang penulis esay, penerjemah sastra, dan juga seorang penulis cerita detektif. Di bawah nama Boris Akunin, ia banyak menulis karya fiksi. (Olga Sobolev, 2004:64) Salah satu karya nya yang terkenal adalah novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara. Novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin merupakan novel yang sangat menarik untuk dianalisis. Hal ini disebabkan novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara memiliki alur yang kompleks dan konvensi serta ciri-ciri jenis cerita detektifnya tidak dapat terlihat secara pasti apabila tidak melalui tahap analisis. Penelitian mengenai jenis cerita detektif yang menggunakan teori strukturalisme telah beberapa kali dilakukan sebelumnya. Namun, untuk program studi Rusia sendiri belum pernah ada yang melakukannya. Oleh karena itu, penulis ingin menjadikan novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin sebagai sumber data dalam melakukan analisis dengan menggunakan teori strukturalisme. Jika dilihat secara sekilas, novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin termasuk ke dalam jenis cerita detektif the whodunit. Hal ini dikarenakan di dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara terdapat misteri dan apabila dilihat secara sekilas, novel ini hanya memiliki alur tunggal. Namun, penulis berhipotesis bahwa karya tersebut memiliki alur ganda dan termasuk ke dalam jenis cerita detektif the suspense. Permasalahan penentuan jenis cerita detektif dalam novel tersebut hanya dapat terselesaikan dengan melakukan analisis. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis berhipotesis bahwa novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara memenuhi kaidah-kaidah jenis novel detektif the suspense. 3

4 Strukturalisme Teori yang dipakai dalam penulisan artikel ini adalah teori struktural yang menekankan penelitian berdasarkan teks dan menggunakan ilmu bahasa sebagai dasarnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teori sekuen oleh Schmitt dan Viala, teori hubungan sintagmatik dan paradigmatik oleh Roland Barthes, dan teori jenis cerita detektif oleh Todorov. Teori Sekuen Schmitt dan Viala (dalam Zaimar 1990:33) mengemukakan bahwa sekuen merupakan satuan cerita yang membentuk suatu kesatuan makna. Untuk membatasi sekuen dalam teks, hendaknya diperhatikan beberapa kriteria berikut ini: 1. Sekuen harus terpusat pada satu titik perhatian. Hal itu dapat berupa suatu objek tertentu, misalnya satu peristiwa, tokoh, ide, atau pemikiran tertentu. 2. Sekuen harus mencakup suatu kurun waktu atau ruang yang jelas atau gabungan beberapa tempat dan waktu yang tercakup dalam satu tahapan seperti satu periode kehidupan seorang tokoh atau serangkaian bukti yang mendukung satu gagasan. Teori Sintagmatik dan Paradigmatik Menurut Roland Barthes (1996), hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu karya naratif dapat berupa hubungan sintagmatik atau hubungan paradigmatik. Disebut memiliki hubungan sintagmatik apabila unsur-unsur dalam suatu karya naratif menunjukkan suatu kausalitas atau kontiguitas. Barthes membedakan unsur-unsur tersebut menjadi dua jenis. Yaitu: 1. Fungsi Utama, yaitu peristiwa-peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat sehingga membentuk logika narasi. 2. Katalisator, yaitu peristiwa-peristiwa yang mempunyai fungsi melengkapi fungsi utama. Adapun hubungan paradigmatik adalah hubungan unsur-unsur dalam karya naratif yang bersifat selektif dan saling melengkapi. Unsur-unsur tersebur adalah: 4

5 1. Indeks yaitu yang menyangkut identitas tokoh, sifat, pemikiran, dan peranannya. 2. Informan yaitu keterangan mengenai latar yang terdiri dari ruang dan waktu. Teori Jenis Cerita Detektif Todorov (1970) dalam bukunya yang berjudul The Poetics Of Prose, membagi jenis cerita detektif ke dalam tiga kelompok, yaitu the whodunit, the thriller, dan the suspense. 1. The Whodunit Ciri khusus cerita detektif the whodunit adalah adanya unsur-unsur sumber kejahatan yang tidak segera diungkapkan kepada pembaca atau biasa disebut dengan misteri. Ciri yang lain adalah adanya cerita ganda, yaitu cerita kejahatan dan cerita penyelidikan. Cerita kejahatan atau cerita pertama sampai kepada pembaca secara teratur, berupa keterangan-keterangan yang biasanya disebut petunjuk. Cerita penyelidikan atau cerita kedua yang dimulai dengan akhir dari cerita pertama, hadir dan menjadi perantara untuk menyampaikan cerita pertama tersebut. Di dalam cerita kedua tidak terlalu banyak kejadian menarik yang terjadi karena tokoh tokoh yang ada di dalam cerita penyelidikan tidak melakukan aksi, tetapi hanyalah mencari petunjuk-petunjuk dalam mengungkapkan kejahatan. Cerita kejahatan hanya merupakan pemicu bagi terjadinya cerita penyelidikan, sehingga kejahatan itu sendiri merupakan misteri dan teka-teki yang tidak segera diungkapkan kepada pembaca. Dalam cerita detektif the whodunit, cerita kejahatan itu sendiri merupakan cerita utama, sedangkan cerita penyelidikan hanya merupakan cerita bawahan. Dalam jenis cerita ini juga harus ada seorang tokoh detektif yang membongkar sumber kejahatan secara rasional. Dalam cerita detektif ini, terdapat satu ciri khas tokoh detektifnya, yaitu tokoh detektif memiliki imunitas. Pengertian imunitas ini dapat berarti luas. Tokoh detektif dalam cerita tidak akan mengalami nasib buruk atau ancaman yang membahayakan jiwanya. Dalam cerita, tokoh detektif juga tidak mengalami konflik sosial dan bersikap netral dalam melakukan penyelidikannya. Di dalam cerita detektif berjenis ini, tidak ada permasalahan cinta di dalamnya. Alur kronologis jenis cerita detektif ini akan lebih jelas digambarkan dalam bagan berikut ini : 5

6 I II Keterangan bagan : Cerita pertama yang digambarkan dengan garis terputus merupakan cerita kejahatan yang berupa misteri dan tidak langsung sampai kepada pembaca. Cerita kedua yang digambarkan dengan garis lurus merupakan cerita penyelidikan dan langsung hadir kepada pembaca. 2. The Thriller Jenis cerita the thriller merupakan jenis cerita detektif yang terutama menekankan pada faktor ketegangan dan sadisme. Dapat dikatakan demikian, karena cerita detektif jenis ini banyak sekali menonjolkan tindak kekerasan, hal-hal yang tidak bermoral, brutal, dan juga tentang cinta yang kasar dan penuh nafsu, yang tidak terdapat dalam jenis the whodunit. Perbedaan lain dari jenis cerita sebelumnya, yaitu bahwa di dalam jenis cerita detektif the thriller hanya terdapat satu cerita saja, yang menekankan pada cerita penyelidikan, atau lebih tepatnya menceritakan tentang pengejaran penjahat. Di samping itu, di dalam jenis cerita detektif the thriller tidak ada lagi misteri dan tokoh detektif dalam cerita the thriller terancam bahaya. Bagan alur jenis cerita detektif the thriller digambarkan sebagai berikut : Keterangan bagan : Dalam bagan the thriller ini tidak terdapat garis terputus, karena tidak terdapat faktor misteri dalam kaidahnya. Alur cerita kejahatan ditandai dengan garis tebal, sedangkan garis tipis untuk menandai alur cerita penyelidikan. Kedua alur cerita tersebut berlangsung secara simultan, sehingga satu sama lain diletakkan sejajar. Lingkaran-lingkaran kecil dalam bagan untuk menandai adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masing-masing alur, sedangkan lingkaran-lingkaran besar menandai peristiwa yang melibatkan baik tokoh penjahat maupun tokoh penyelidik. 6

7 3. The Suspense Jenis cerita the suspense merupakan jenis cerita detektif yang muncul setelah masa jaya jenis cerita the thriller berakhir. Di dalam jenis cerita the suspense terdapat ciri-ciri jenis cerita the whodunit dan jenis cerita the thriller, sehingga jenis cerita the suspense sering dikatakan sebagai bentuk tengah antara kedua jenis cerita tersebut. Seperti dalam jenis cerita the whodunit, di dalam jenis cerita the suspense terdapat juga cerita ganda, yang terdiri dari cerita kejahatan yang berupa misteri, dan cerita penyelidikan. Namun di dalam jenis cerita the suspense, cerita penyelidikan bukan hanya sekedar pembongkaran cerita kejahatan, tetapi justru lebih kuat dari cerita kejahatan itu sendiri. Di dalam cerita penyelidikan masih berlangsung peristiwa kejahatan, dan tokoh detektif yang merupakan tokoh utama terancam bahaya. Selain itu, terdapat ciri-ciri lain yang ada pada jenis cerita the suspense. Dalam jenis ini terdapat perubahan peran tokoh yang rumit, terutama yang menyangkut tokoh detektifnya : polisi mencurigai seorang tokoh, biasanya tokoh utama. Untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, tokoh tersebut harus dapat menemukan sendiri tokoh yang benar-benar melakukan kejahatan. Tokoh tersebut sekaligus dapat berperan sebagai tokoh detektif, tokoh yang dicurigai melakukan kejahatan, dan tokoh korban. Bagan alur jenis cerita detektif the suspense digambarkan sebagai berikut : Keterangan bagan : Garis lurus menandai alur cerita penyelidikan, dan garis terputus menandai alur cerita kejahatan yang merupakan misteri, dan tak langsung sampai kepada pembaca. Kedua alur tersebut berlangsung secara simultan, karena itu alur cerita kejahatan digambarkan sejajar dengan alur cerita penyelidikan. Lingkaran-lingkaran kecil dalam bagan menandai adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masing-masing alur, sedangkan lingkaran-lingkaran besar menandai peristiwa yang melibatkan baik tokoh yang terdapat dalam alur cerita penyelidikan maupun dalam alur cerita kejahatan. 7

8 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Sulistyo dan Basuki (2006:110), metode deskriptif analitis adalah bentuk tulisan yang berusaha memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibahas. Dalam metode deskriptif analitis penelitian ini, penulis terlebih dahulu membaca teks novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin, kemudian menentukkan dan memaparkan urutan peristiwa dan alur kronologis berdasarkan teori sekuen dari Schmitt dan Viala, lalu menganalisis sekuen-sekuen tersebut berdasarkan teori hubungan sintagmatik dan paradigmatik yang dikemukakan oleh Roland Barthes, kemudian membandingkannya dengan teori jenis cerita detektif Todorov. Urutan Peristiwa Peristiwa-peristiwa dalam urutan peristiwa berikut ini merupakan sekuen, yaitu satuan cerita yang membentuk suatu kesatuan makna (Schmitt dan Viala, 1982:27). Di dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin terdapat 14 sekuen besar. Sekuen-sekuen tersebut adalah: A. Masa lalu Grin yang pahit membuatnya menjadi pemimpin kelompok revolusioner. B. Misteri tentang identitas TG. C. Pembunuhan Jenderal Khrapov dalam perjalanannya menuju Siberia yang dilakukan oleh BG. D. Terbunuhnya Jenderal Khrapov merupakan awal terjadinya penyelidikan. E. Fandorin memulai investigasinya dengan mendatangi kantor Kepolisian Militer. F. Fandorin melanjutkan investigasi nya dengan mendatangi kantor Departemen Keamanan. G. Fandorin juga mendatangi rumah kediaman Diana. Diana adalah seorang kolaborator. H. Penyergapan tempat kediaman kelompok revolusioner di dekat stasiun Vindaya. Kelompok revolusioner berhasil lolos dan Letnan Kolonel Burlyaev terbunuh. I. Pozharsky di angkat untuk memimpin kantor Kepolisian Militer dan kantor Departemen Keamanan. J. Pozharsky mengajak Fandorin untuk berdiskusi di Petrosov, kamar nomor 6. Ketika mereka sedang berdiskusi, tiba-tiba terjadi serangan mendadak yang dilakukan kelompok 8

9 revolusioner. Fandorin dan Pozharsky hampir tewas dalam kejadian tersebut, namun mereka berhasil lolos. K. Jebakan yang dikirimkan oleh TG kepada kelompok revolusioner tentang adanya pertemuan antara Fandorin dan Pozharsky di Briusov Square. Fandorin hampir tewas dalam kejadian tersebut. L. Pozharsky menjemput seorang wanita yang bernama Julie. Fandorin mengantar Julie ke Lubyanskaya Square dan bertemu Grin. Fandorin akhirnya mengetahui bahwa pengkhianat yang ada di dalam kepolisian adalah Pozharsky. M. Fandorin meminta Pozharsky untuk mengaku dan Pozharsky mengakui nya. Ia mengancam Fandorin. Fandorin memilih untuk diam dan pergi. N. Pozharsky bertemu dengan Grin. Pozharsky dan Grin bergulat. Igla menjatuhkan bom. Igla, Grin, Julie dan Pozharsky tewas dalam kejadian tersebut. Kelompok pertama adalah kelompok yang dapat dianggap membentuk cerita kejahatan. Kelompok tersebut terdiri dari peristiwa-peristiwa A, B, C, H, J, K, L, dan N. Kelompok kedua adalah kelompok yang dapat dianggap membentuk cerita penyelidikan. Kelompok ini terdiri dari peristiwa-peristiwa D, E, F, G, H, I, J, K, L, dan M. Keisitimewaan dalam pengelompokan ini, yaitu adanya beberapa peristiwa yang melibatkan baik tokoh yang terdapat dalam cerita penyelidikan maupun tokoh yang terdapat dalam cerita kejahatan, yaitu kelompok peristiwa H, J, K, dan L. Hubungan Sintagmatik Pada pembahasan ini akan digambarkan bagan alur kronologis yang terdapat di dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara berdasarkan sekuen yang telah dibuat pada bagian analisis. Bagan alur kronologis novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara : A B C N H J K L D E F G I M 9

10 Keterangan bagan alur kronologis : Alur cerita penyelidikan dan alur cerita kejahatan digambarkan dengan dua garis yang diletakkan sejajar, karena peristiwanya berjalan secara simultan. Garis terputus menandai alur cerita kejahatan yang merupakan misteri, dan tidak langsung sampai kepada pembaca. Tanda kotak menandai adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masing-masing alur. Tanda lingkaran kecil menandai adanya peristiwa tambahan yang berupa kejahatan, namun bukanlah merupakan peristiwa utama. Tanda kotak besar yang mengkotaki peristiwa H, J K, dan L, menandai peristiwa yang melibatkan baik tokoh yang terdapat dalam cerita penyelidikan maupun tokoh yang terdapat dalam cerita kejahatan. Cerita kejahatan dimulai lebih awal daripada cerita penyelidikan, sehingga waktu berlangsungnya kejahatan juga lebih panjang, namun apabila dilihat dari segi kuantitas, cerita penyelidikan lebih banyak dari cerita kejahatan. Dilihat dari bagan alur kronologisnya, novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara, yang kedua jenis alurnya berjalan secara simultan, ternyata mempunyai bagan alur kronologis seperti jenis cerita detektif the suspense yang ada pada halaman 6. Dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara, cerita kejahatan masih terus berlangsung dalam cerita penyelidikan, dan kedua alur cerita ini saling berkaitan, tidak berdiri sendiri-sendiri. Berikut ini akan diteliti lebih lanjut, sampai sejauh mana kedua cerita tersebut saling berkaitan, dan sekaligus akan dilihat kedudukan masing-masing cerita tersebut. Fungsi-fungsi Utama: Dari pembahasan fungsi-fungsi utama ini, akan terlihat alur yang membentuk jalinan hubungan sebab akibat. Langkah ini diharapkan bisa memperjelas kedudukan cerita kejahatan dan cerita penyelidikan, serta kaitan yang ada di antara kedua cerita tersebut. Bagan fungsi-fungsi utama novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara: A B C D E F G H I J K L M N 10

11 Keterangan bagan fungsi-fungsi utama : Garis merah menandai alur cerita kejahatan, garis biru menandai alur cerita penyelidikan, garis terputus menandai hubungan tidak langsung, sedangkan tanda anak panah menyatakan arah gerakan alur. Kotak menandakan terjadinya pertemuan antara tokoh yang ada dalam cerita penyelidikan dengan tokoh yang ada dalam cerita kejahatan. Masa lalu Grin yang kelam menyebabkannya ingin melakukan revolusi (peristiwa A). Hal ini menyebabkan Grin menempuh segala cara untuk dapat melakukan perubahan tersebut. Dalam melakukan aksinya, ia dibantu oleh seseorang yang berinisial TG (peristiwa B). Beberapa surat yang dikirimkan oleh TG berisi tentang informasi keberadaan perwira tinggi kepolisian untuk kemudian dibunuh oleh Grin. Salah satu perwira tinggi kepolisian yang dibunuh adalah Jenderal Khrapov (peristiwa C). Pada peristiwa terbunuhnya Jenderal Khrapov, detektif Fandorin dituduh sebagai pelakunya. Namun, pada akhirnya ia terbukti tidak bersalah. Dari peristiwa inilah dimulainya cerita penyelidikan (peristiwa D). Pertama-tama, ia mendatangi kantor Kepolisian Militer. Ia menemui kepala kantor tersebut, yaitu kolonel Sverchinsky. (peristiwa E). Tempat kedua yang ia datangi adalah kantor Departemen Keamanan (peristiwa F). Dari kantor Departemen Keamanan, Fandorin mendatangi rumah Diana. Ia adalah eorang kolaborator (peristiwa G). Investigasi yang Fandorin lakukan membawanya pada sebuah rumah gubuk yang merupakan tempat kediaman kelompok revolusioner. Disini terjadi penyergapan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Burlyaev. Namun, kelompok revolusioner berhasil lolos dan Letnan Kolonel Burlyaev terbunuh (peristiwa H). Lalu, kelompok revolusioner membunuh kolonel Sverchinsky. Pozharsky diangkat menjadi pemimpin kantor kepolisian militer dan kantor deartemen keamanan. (peristiwa I). Karena banyaknya teror yang dilakukan kelompok revolusioner membuat Pozharsky dan Fandorin bertemu di Petrosov kamar nomor 6 untuk mendiskusikan hal tersebut. Namun, ketika mereka berada disana, mereka diserang oleh kelompok revolusioner. Mereka hampir tewas, namun berhasil lolos (peristiwa J). 11

12 Keesokan harinya mereka menjebak kelompok revolusioner di Briusov Square. Terjadilah perang senjata antara pihak kepolisian dan kelompok revolusioner. Kepolisian menang, namun Grin berhasil melarikan diri. (peristiwa K). Karena hal tersebut, Pozharsky diangkat menjadi kepala kepolisian. Fandorin merasa curiga. Ia membuntuti Pozharsky. Pozharsky bertemu dengan Julie, dan Julie bertemu dengan Grin. Pada saat Julie dan Grin berbicara, Fandorin tahu bahwa pengkhianat tersebut adalah Pozharsky (peristiwa L). Fandorin menemui Pozharsky. Pozharsky mengakuinya, dan mengancam Fandorin. Fandorin memilih untuk diam. (peristiwa M). Setelah Fandorin pergi, Pozharsky pergi untuk menemui Julie. Ternyata Julie menjebaknya agar Grin dapat bertemu dengan Pozharsky. Mereka bergulat, dan Igla menjatuhkan bom. Grin, Igla, Pozharsky, dan Julie tewas dalam peristiwa tersebut (peristiwa N). Dalam fungsi-fungsi utama, terlihat bahwa alur cerita kejahatan dan alur cerita penyelidikan tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi saling berkaitan. Warna merah yang menandai alur cerita kejahatan dan warna biru yang menandai alur cerita penyelidikan muncul silih berganti, bahkan bergabung dalam satu peristiwa. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kedua cerita tersebut. Fungsi-fungsi utama tersebut membuktikan bahwa cerita penyelidikan bukan hanya sekedar perantara untuk menyampaikan cerita kejahatan. Fungsifungsi utama juga memperlihatkan adanya gradasi dalam cerita kejahatan : pembunuhan yang berkembang menjadi teror. Dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara, peristiwa pembunuhan dan teror terjadi dalam cerita penyelidikan. Dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara, cerita penyelidikan mempunyai kedudukan yang lebih kuat daripada cerita kejahatannya. Hal ini dikarenakan cerita penyelidikan menjadi tempat berlangsungnya kejahatan, dan terungkapnya kejahatan maupun tokoh-tokoh penjahat dalam novel tersebut. Selain itu, cerita penyelidikan mempunyai jumlah kuantitas yang lebih banyak daripada cerita kejahatan. Fungsi-fungsi utama serta kedudukan dan kaitan cerita kejahatan dan cerita penyelidikan dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara memperlihatkan kaidah alur cerita detektif berjenis the suspense. Untuk melihat semua konvensi cerita detektif dalam karya yang diteliti, analisis ini masih harus dilengkapi dengan analisis paradigmatik yang akan dibahas pada bagian berikutnya. 12

13 Hubungan Paradigmatik Dalam analisis paradigmatik berikut ini, yang akan dibicarakan adalah indeks tokoh, dan informan. Indeks tokoh merupakan keterangan mengenai identitas, sifat, pemikiran, dan peran tokoh, sedangkan informan merupakan keterangan latar dan waktu. Tokoh-tokoh yang akan dibicarakan dibatasi pada tokoh yang menonjol dalam analisis sintagmatik, yaitu Fandorin, Grin dan Pozharsky. Indeks Tokoh Fandorin 1) Identitas Fandorin adalah seorang kepala satuan tugas khusus. Фандорин, чиновник особых п-по-ручений при его сиятельстве м-московском генералгубернаторе. /Fandorin, činovnik osobyx p-po-ručenij pri ego sijatel stve m-moskovskom general-gubernator./ Fandorin, kepala satuan tugas khusus oleh yang mulia gubernur jenderal Moskow. (статский советник : 5) 2) Sifat Fandorin adalah orang yang taat kepada hukum. Арест? Но на каком основании? Не забывайте, господин подполковник, что вам предписано выполнять мои указания. Необоснованного ареста я не допущу. /Arest? No na kakom osnovanii? Ne zabyvajte, gospodin podpolkovnik, čto vam predpisano vypolnjat moj ukazanija. Heobosnovannogo aresta ja ne dopušču/ Ditangkap? Tapi atas alasan apa? Jangan lupa, tuan letnan kolonel, bahwa anda diarahkan untuk mengikuti instruksi saya. Saya tidak akan mentolerir penangkapan sewenang-wenang. (статский советник : 32) 3) Pemikiran Fandorin memutuskan untuk tetap melakukan penyelidikan. 13

14 4) Peran И ведь устраниться от расследования тоже было нельзя. Это означало бы, пойдя на поводу у гордости, предать добрейшего Владимира Андреевича, ожидавшего от своего помощника содействия и даже спасения. /I ved ustranit sja om rassledovanija tože bylo nel zja. Ėto označalo by, pojdja na povodu u gordosti, predat dobrejšego Vladimira Andreeviča, ožidavšego ot svoego pomoščnika sodejstvija i daže spasenija/ Dan juga, menarik diri dari penyelidikan tersebut merupakan hal yang tidak mungkin. Ini berarti, setelah kebanggannya diinjak, mengkhianati orang baik yaitu Vladimir Andreyevich, yang mengharapkan bantuan dari ajudannya dan bahkan menyelamatkan. (статский советник : 52) Fandorin adalah tokoh detektif dalam novel ini. ia melakukan penyelidikan. Пусть нам освободят к-кабинет начальника вокзала. Господ Сверчинского и Бурляева прошу присутствовать при до-знании. Затем я отправлюсь с докладом к его сиятельству. /Pust nam osvodyat k-kabinet načal nika vokzala. Gospod Sverčinskogo i Burlyaeva prošu prisutstvovat pri do-znanii. Zatem ja otpravljajus s dokladom k ego sijatel stvu/ Mari kita kosongkan kantor pegawai stasiun. Tuan Sverchinsky dan Burlyaev silahkan hadir dalam pemeriksaan. Lalu aku akan melapor ke Yang Mulia. (статский советник : 8) Indeks Tokoh Grin 1) Identitas Grin adalah seorang pria yang berotot, memiliki mata yang berwarna abu-abu. 2) Sifat Мускулистый, поджарый человек с неподвижным лицом, спокойными серыми глазами и решительной складкой поперек лба лежал на паркетном полу. /Muskulistyj, podžaryj čelovek s nepodvižnym licom, spokojnymi serymi glazami i rešitel noj skladkoj poperek lba ležal na parketnom polu/ Berotot, pria kurus dengan wajah tanpa ekspresi, mata abu-abu dingin dan terdapat lipatan keras di dahi berbaring di lantai parket. (статский советник : 17) Grin identik dengan warna. Грин впервые как следует посмотрел в ее серьезные, будто припорошенные пеплом глаза и увидел, что по цвету Игла похожа на него серая, холодная. 14

15 /Grin vpervye kak sleduet posmotrel v ee ser eznye, budto priporošennye peplom glaza i uvidel, čto po cvetu Igla poxoža na nego seraja, xolodnaja/ Untuk pertama kalinya Grin memperhatikan dengan serius, seakan dibedaki dengan warna abu di matanya, Grin melihat, bahwa Igla memiliki warna yang sama dengannya - abu-abu, dingin. (статский советник : 40) 3) Pemikiran Grin memiliki prinsip lebih baik mempercayai pengkhianat daripada mengasingkan teman. 4) Peran Но лучше поверить предателю, чем оттолкнуть товарища. /No lučše poverit predatelju, čem ottolknut tovarišča/ Tapi lebih baik untuk mempercayai pengkhianat, daripada mengasingkan teman. (статский советник : 46) Grin adalah pemimpin kelompok revolusioner. Без тираноборства революций не бывает это аксиома. Листовками и просветительскими кружками царизм не своротить. Террор был нужен как воздух, как глоток воды в пустыне. /Bez tiranoborstva revoljucii ne byvaet ėto aksioma. Listovkami i prosvetitel skimi kružkami carizm ne svorotit. Terror byl nužen kak vozdux, kak glotok vody v pustyne/ Tanpa adanya tirani, revolusi tidak akan lahir. Itu adalah suatu aksioma. Pemerintah tsar tidak dapat digulingkan hanya dengan penyebaran pamflet dan kelompok berpendidikan. Teror itu diperlukan seperti udara, seperti seteguk air di padang pasir. (статский советник : 25) Indeks Tokoh Pozharsky 1) Identitas Pozharsky adalah wakil kepala kepolisian di St. Petersburg. Вошел длинный, узкий господин совсем еще небольших лет. Смушковый картуз, английское пальто, в руке желтый портфель. Что в первый же миг приковывало и не желало отпускать взгляд лицо: сжатый в висках продолговатый череп, ястребиный нос, скошенный подбородок, светлые волосы, черные подвижные глаза. Некрасивое, пожалуй, даже уродливое. /Vošel dlinnyj, uzkij gospodin sovsem ešče nebol šix let. Smuškovyj kartuz, anglijskoe pal to, v ruke želtyj portfel. Čto v pervyj že mig prikovyvalo i ne želalo otpuskat vzgljad ličo: sžatyj v viskax prodolgovatyj čerep, jastrebinyj nos, skošennyj podborodok, svetlye volosy, černye podvižnye glaza. Nekrasivoe, pozhaluj, daže urodlivoe/ 15

16 2) Sifat Masuklah seorang laki-laki yang tinggi, ramping dan tidak terlalu tua. Memakai topi Astrakhan, mantel Inggris, terdapat tas kuning di tangannya. Bahwa saat pertama kali melihatnya dan tidak ingin melepaskan pandangan wajah : dipadatkan dalam tengkorak memanjang, hidung seperti elang, dagu yang tipis, berambut pirang, mata bergerak yang hitam. Tidak tampan, mungkin, bahkan jelek. (статский советник : 48) Kepintaran dan kehebatan Pozharsky diakui oleh Fandorin. Первый раз судьба свела его с человеком, обладавшим большим сыскным дарованием. /Pervyj raz sud ba svela ego s čelovekom, obladavšim bol šim sysknym darovaniem/ Pertama kali, nasib membawanya bersama dengan seorang laki-laki, yang memiliki bakat detektif hebat. (статский советник : 52) 3) Pemikiran Pozharsky lebih memilih untuk menjadikan Rusia sebagai negara yang tidak adil, dan tidak bermoral daripada terjadi pemberontakan, pertumpahan darah, dan kekacauan di Rusia. 4) Peran Наше государство несправедливо и нечисто. Но лучше такое, чем бунт, кровь и хаос. /Naše gosudarstvo nespravedlivo i nečisto. No lučše takoye, čem bunt, krov i xaos/ Negara kita tidak adil dan bersih. Tapi lebih baik seperti itu, daripada terjadi kerusuhan, pertumpahan darah dan kekacauan. (статский советник : 51) Pozharsky mengakui bahwa ia adalah TG. Я человек, который может спасти Россию. Потому что я умен, смел и лишен сантиментов. Мои враги многочисленны и сильны: с одной стороны, фанатики бунта, с другой тупые и косные боровы в генеральских мундирах. Долгое время у меня не было ни связей, ни протекций. Я бы все равно выбился наверх, но слишком поздно, а время уходит, его у России осталось совсем мало. Вот почему я должен торопиться. БГ мое приемное дитя. Я выпестовал эту организацию, обеспечил ей имя и репутацию. Она дала мне уже всѐ, что могла, теперь пришло время поставить в этой истории точку. Сегодня я уничтожу Грина. Слава, которую я создал этому несгибаемому господину, поможет мне подняться еще на несколько ступеней, приблизит меня к конечной цели. Вот суть, коротко и без украшательств. /Ja čelovek, kotoryj možet spasti Rossiju. Potomu čto ja umen, smel i lišen santimentov. Moi vragi mnogočislenny i sil ny: s odnoj storony, fanatiki bunta, s drugoj tupye i kosnye borovy v general skix mundirax. Dolgoe vremya u menja ne bylo ni svjazej, ni protekcij. Ja by vse ravno vybilsja naverx, no sliškom pozdno, a vremja uxodit, ego u Rossii ostalos sovsem malo. Vot 16

17 počemu ja dolžen toropit sja. BG moe priemnoe ditja. Ja vypestoval ėtu organizaciju, obespečil ej imja i reputaciju. Ona dala mne uže vsè, čto mogla, teper prišlo vremja postavit v etoj istorii točku. Segodnja ja uničtožu Grina. Slava, kotoruju ja sozdal ėtomu nesgibaemomu gospodinu, pomožet mne podnjat'sja ešče na neskol ko stupenej, priblizit menja k konečnoj celi. Vot sut, korotko i bez ukrašatel stv/ Saya- orang yang bisa menyelamatkan Rusia. Karena saya cerdas, berani, dan tanpa sentimentalitas. Musuhku banyak dan kuat : di satu sisi, para pemberontak fanatik, dan di sisi lainnya babi bodoh dan malas dalam pakaian jenderal. Untuk waktu yang lama saya tidak memiliki hubungan maupun dukungan. Saya masih akan mengangkat diri, tapi sudah terlambat, waktu berlalu, hanya sedikit yang Rusia tinggalkan untuknya. itulah mengapa saya harus bergegas. CG anak angkat saya. Saya memelihara organisasi ini, menyediakan nama dan reputasinya. Ia telah memberikan semua kepada saya, yang ia mampu, sekarang saatnya untuk menempatkan titik dalam cerita. Hari ini saya akan menghancurkan Grin. Kejayaan, yang saya buat untuk tuan yang kaku itu, ia membantu saya untu naik beberapa langkah, membawa saya pada tujuan akhir. Ini adalah intinya, singkat dan tanpa tambahan. (статский советник : 125) Kaidah-Kaidah Jenis Cerita Detektif The Suspense Yang Terdapat Di Dalam Novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara Berdasarkan Analisis Paradigmatik 1. Tokoh Detektif Mengalami Perubahan Peran Fandorin menjadi tersangka atas terbunuhnya Jenderal Khrapov, namun pada akhirnya ia terbukti tidak bersalah. Это не он! Похож, но не он! Да не очень-то и похож! Только усики, и виски седые, а более никакого сходства! /Ėto ne oh! Poxož, no ne on! Da ne očen -to i poxož! Tol ko usiki, I viski sedye, a bole nikakogo sxodstva/ Itu bukan dia! Mirip dia, tapi bukan dia! Bahkan tidak benar-benar mirip dia! Hanya kumisnya dan pelipis abu-abunya, dan selebihnya tidak ada kemiripan! (статский советник : 7) 2. Tokoh Detektif Mengalami Konflik Batin Fandorin merasa kecewa karena Pozharsky tidak membutuhkan bantuannya. И ведь устраниться от расследования тоже было нельзя. Это означало бы, пойдя на поводу у гордости, предать добрейшего Владимира Андреевича, ожидавшего от своего помощника содействия и даже спасения. 17

18 /I ved ustranit sja om rassledovanija tože bylo nel zja. Ėto označalo by, pojdja na povodu u gordosti, predat dobrejšego Vladimira Andreeviča, ožidavšego ot svoego pomoščnika sodejstvija i daže spasenija/ Dan juga, menarik diri dari penyelidikan tersebut merupakan hal yang tidak mungkin. Ini berarti, setelah kebanggannya diinjak, mengkhianati orang baik yaitu Vladimir Andreyevich, yang mengharapkan bantuan dari ajudannya dan bahkan menyelamatkan. (статский советник : 52) 3. Tokoh Detektif Tidak Memiliki Imunitas Ketika Fandorin bertemu dengan Rahmet, dan hampir tewas tertembak На углу Борисоглебского убийца оглянулся и кинул в преследователя трескучий язык пламени Фандорину обдуло щеку горячим ветром. /Na uglu Borisoglebskogo ubijca ogljanulsja i kinul v presledovatelja preskučij jazyk plateni Fandorinu obdulo ščeku gorjačim vetrom/ Di sudut jalan Borisoleb, pembunuh itu berbalik dan melontarkan tembakannya Fandorin merasakan angin panas bertiup di pipinya. (статский советник : 35) 4. Terdapat Percintaan Fandorin dan Litvinova Вздохнув, он нагнулся, обнял ее за плечи и крепко поцеловал в губы теплые вопреки. всем законам физики. Жандарм! выдохнула нигилистка, отстраняясь. Однако в ту же секунду обхватила его обеими руками за шею и притянула к себе. В затылок Фандорину врезалось жесткое ребро револьвера. /Vzdoxnuv, on nagnulsja obnjal ee za plei i krepko poceloval v guby teplye vopreki. Vsem zakonam fiziki. Žandarm! vydoxnula nigilistka, otstranjajas. Odnako v tu že sekundu obxvatila ego obeimi rukami za šeju i pritjanula k sebe. V zatylok Fandorinu vrezalos žestkoe rebro revol vera/ Fandorin mendesah, ia membungkuk, melingkarkan tangannya di bahunya dan dengan erat menciumnya di bibir. Terasa hangat. Itu semua terkait dengan hukum fisika. Petugas! Nihilis tersentak, menarik diri. Namun, pada saat yang sama dengan kedua tangan melilit leher Fandorin dan menarik Fandorin kepadanya. Di bagian belakang kepala Fandorin menabrak tepi keras revolver. (статский советник : 39) Kesimpulan Terdapat dua unsur pembangun sebuah karya sastra, yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Untuk meneliti lebih detail unsur intrinsik dalam karya sastra digunakan teori strukturalisme. Teori ini digunakan bersamaan dengan teori semiotik sastra Semiotik sastra meneliti konvensi 18

19 yang ada di dalam karya sastra. Salah satu konvensi karya sastra adalah konvensi cerita detektif. Terdapat tiga jenis cerita detektif, dan untuk menentukan jenis cerita detektif dalam suatu novel harus melalui tahap analisis. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian pendahuluan, topik penelitian ini adalah jenis cerita detektif the suspense dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Teori yang digunakan adalah teori Schmitt dan Viala tentang sekuen, teori Roland Barthes tentang hubungan sintagmatik dan paradigmatik, serta teori Todorov tentang jenisjenis cerita detektif. Ketiga teori ini saling membantu satu sama lain dalam menganalisis ciriciri jenis cerita detektif yang terdapat dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara. Pada bagian analisis hubungan sintagmatik dan paradigmatik, terlihat bahwa novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara memiliki dua kelompok peristiwa. Kedua kelompok peristiwa itu memiliki alur yang berjalan secara simultan, karena di dalam cerita penyelidikan peristiwa kejahatan masih berlangsung. Fungsi-fungsi utama membuktikan bahwa kedua cerita ini saling berkaitan, dan cerita penyelidikan memiliki kedudukan yang lebih kuat dari cerita kejahatan. Dalam bab ini juga terlihat bahwa tokoh detektif di dalam novel ini mengalami konflik batin, mengalami beberapa peristiwa yang hampir membuatnya tewas dan juga terdapat masalah percintaan. Ciri-ciri yang telah disebutkan diatas sesuai dengan ciri-ciri yang terdapat di dalam jenis cerita detektif the suspense. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa argumen skripsi ini mengenai jenis cerita detektif the suspense yang terdapat di dalam novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin terbukti benar. Daftar Acuan: Sumber Buku Акунин, Борис Статский Советник. Moskow: Zakharov. Barthes, Roland Introduction to the Structural Analysis of the Narrative. London: University of Birmingham. Boileau-Narcejac Le Roman Policier. Paris: Payot. 19

20 Damono, Sapardi Djoko Sosiologi Sastra : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Lotman, Jurij The Structure of the Artistic Text. Michigan. Michigan: University of Michigan. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo. Sulistyo-Basuki Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Teeuw, A Membaca dan Menilai Karya Sastra. Jakarta: Gramedia. Todorov, Tzvetan Genres in Discourse. New York: Cambridge University Press. Todorov, Tzvetan The Poetics of Prose. New York: Cornell University Press. Zaimar. Okke.K.S Menelusuri Makna Ziarah Karya Iwan Simatupang. Jakarta: ILDEP. Sumber Jurnal : Haniah Dari Rekonstruksi ke Refleksi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sobolev, Olga Boris Akunin and The Rise of The Russian Detective Genre. Melbourne: ASEES 20

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif mengenai kajian novel Misteri Matinya Wanita Simpanan karya S. Mara Gd., dan Kenangan Kematian karya Agatha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Istilah sastra secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Haruki Murakami adalah seorang penulis, novelis, sastrawan, dan penerjemah yang berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama adalah salah satu genre karya sastra yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan pementasan, Sastra berupa teks naskah sedangkan pementasan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, simpulan dari penelitian commit to user 138 Simplifikasi Struktur Naratif dalam Novel Kumandhanging Katresnan Karya Any

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan temuan penulis, teori struktural genetik ini, sudah digunakan oleh beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Sebagaimana yang dikutip Sudjiman dalam Memahami Cerita Rekaan (1991: 12) menurut Horatius karya sastra memang bersifat dulce et utile (menyenangkan dan bermanfaat).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, sastra dalam bahasa Inggris literature sehingga popular literature dapat diterjemahkan sebagai sastra populer. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu karya sastra tercipta tidak dalam kekosongan sosial budaya. Artinya, pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian dengan elegannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sastra banyak diminati masyarakat karena bersifat mendidik dan menghibur (sebagai bacaan). Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang dibantu dengan penelitian kuantitatif elementer (berupa angka-angka nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang kolektif bersifat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang kolektif bersifat tradisional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang kolektif bersifat tradisional yang berbentuk lisan atau contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau pembantu pengingat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra berusaha mengkongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep dan sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : Psychology literature, figures, plot and setting.

Abstract. Keywords : Psychology literature, figures, plot and setting. 1 PENOKOHAN DALAM NOVEL YUKI GUNI KARYA KAWABATA YASUNARI KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Putu Ika Suarmayani 0601705022 Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Udayana Abstract The main object

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak dapat dilihat hanya sebagai suatu sistem norma saja, karena karya sastra merupakan suatu sistem yang terdiri dari struktur, seperti tema, tokoh,

Lebih terperinci

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra Mimetik Ekspresif Pragmatik Objektif 10/4/2014 Menurut Abrams 2 Pendekatan Mimetik Realitas: sosial, budaya, politik. ekonomi, dan lain-lain. Karya Sastra 10/4/2014

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF DENGAN ANAK KALIMAT ATRIBUTIF DALAM BAHASA RUSIA (TINJAUAN SINTAKTIS) DWI PRASTUTI

KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF DENGAN ANAK KALIMAT ATRIBUTIF DALAM BAHASA RUSIA (TINJAUAN SINTAKTIS) DWI PRASTUTI KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF DENGAN ANAK KALIMAT ATRIBUTIF DALAM BAHASA RUSIA (TINJAUAN SINTAKTIS) DWI PRASTUTI 180710080002 PROGRAM STUDI SASTRA RUSIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN AGUSTUS,

Lebih terperinci

PERUBAHAN SEBAGAI PLOT DALAM NOVELET МOЯ ЖИЗНЪ KARYA ANTON P. CHEKHOV (Suatu Tinjauan Struktural Greimas)

PERUBAHAN SEBAGAI PLOT DALAM NOVELET МOЯ ЖИЗНЪ KARYA ANTON P. CHEKHOV (Suatu Tinjauan Struktural Greimas) PERUBAHAN SEBAGAI PLOT DALAM NOVELET МOЯ ЖИЗНЪ KARYA ANTON P. CHEKHOV (Suatu Tinjauan Struktural Greimas) KRISNA KRISTIAN H1G050032 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Perubahan sebagai Plot dalam Novelet Kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Yang Relevan Penulusuran pustaka yang telah dilakukan, diketahui bahwa penelitian tentang perbandingan dalam novel sudah ada, antara lain tokoh, latar dalam novel. Tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Penelitian tentang Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Telaga

BAB II KAJIAN TEORITIS. Penelitian tentang Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Telaga BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Penelitian tentang Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Telaga Mendeskripsikan Alur Novel Remaja Terjemahan Tahun Ajaran 2013 belum ada. Namun, ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang perjuangan seorang perempuan yang ingin memperjuangkan perempuan lain, agar mendapatkan haknya. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga kehidupannya dengan bahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 1. Kajian Pustaka A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang gayut dengan penelitian ini adalah skripsi Agung Dwi Prasetyo (2006) dari Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Xue Xinran seorang presenter dan jurnalis asal China yang juga dikenal sebagai Oprah Winfrey dari Nanjing, lahir di Beijing pada tahun 1958. Dalam sebuah acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

UNGKAPAN PERASAAN DALAM BAHASA RUSIA. Nia Kurnia Sofiah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya ABSTRAK

UNGKAPAN PERASAAN DALAM BAHASA RUSIA. Nia Kurnia Sofiah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya ABSTRAK UNGKAPAN PERASAAN DALAM BAHASA RUSIA Nia Kurnia Sofiah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya niadee@gmail.com ABSTRAK Bahasa menunjukkan bangsa. Ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana karakter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra seringkali digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan suatu kenyataan yang ditemui di dalam masyarakat. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

KONSEP «MORBID CHIC» DALAM ROMAN L HYPER JUSTINE KARYA SIMON LIBERATI LAISA KHOERUN NISSA

KONSEP «MORBID CHIC» DALAM ROMAN L HYPER JUSTINE KARYA SIMON LIBERATI LAISA KHOERUN NISSA KONSEP «MORBID CHIC» DALAM ROMAN L HYPER JUSTINE KARYA SIMON LIBERATI LAISA KHOERUN NISSA 180510070018 FAKULTAS ILMU BUDAYA JURUSAN SASTRA PERANCIS UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR Agustus, 2012 KONSEP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca karya sastra sama dengan mencermati permasalahan atau problem-problem sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat. Permasalahan yang terdapat dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Secara umum, pendekatan penelitian atau disebut dengan paradigma penelitian yang cukup dominan adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Evi Tri Purwanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 10 BAB II LANDASAN TEORI Di dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan teori dan pendekatan yang tepat agar sesuai dengan objek yang akan diteliti. Teori dan konsep pendekatan yang

Lebih terperinci

Chronotope Mikhail Bakhtin dalam Novel Турецкий Гамбит /Tureckij Gambit/ Karya Boris Akunin

Chronotope Mikhail Bakhtin dalam Novel Турецкий Гамбит /Tureckij Gambit/ Karya Boris Akunin Chronotope Mikhail Bakhtin dalam Novel Турецкий Гамбит /Tureckij Gambit/ Karya Boris Akunin Akbar Rizky Fithrawan, Mina Elfira Russian Studies, Faculty of Humanities, University of Indonesia, Depok, 16424,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Objek penelitian, dalam hal ini karya sastra, memiliki banyak dimensi, banyak aspek, dan unsur. Untuk memahaminya secara lengkap diperlukan teori dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1998:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda, Almarhum Ayahanda dan Ani

Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda, Almarhum Ayahanda dan Ani Just remember, there's a right way and a wrong way to do everything and the wrong way is to keep trying to make everybody else do it the right way (Colonel Potter) Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kemampuan tertentu yang begitu istimewa. Manusia mampu beradaptasi untuk bertahan hidup karena Tuhan telah memberikan mereka otak. Manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci